IMPLEMENTASI METODE GENETIC ALGORITHM DALAM OPTIMASI SUSUNAN BAHAN BAKAR TERAS PWR MENGGUNAKAN CODE COREBN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI METODE GENETIC ALGORITHM DALAM OPTIMASI SUSUNAN BAHAN BAKAR TERAS PWR MENGGUNAKAN CODE COREBN"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI METODE GENETIC ALGORITHM DALAM OPTIMASI SUSUNAN BAHAN BAKAR TERAS PWR MENGGUNAKAN CODE COREBN Petrus 1, Alexander Agung 1, Sihana 1 1 Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika 2, Yogyakarta, ABSTRAK IMPLEMENTASI METODE GENETIC ALGORITHM DALAM OPTIMASI SUSUNAN BAHAN BAKAR TERAS PWR MENGGUNAKAN CODE COREBN. Banyaknya kombinasi peletakan susunan perangkat bahan bakar di dalam teras diawal operasi reaktor, maka perlu dilakukan optimasi agar dapat diperoleh konfigurasi teras yang optimum dengan nilai k eff akhir siklus yang maksimum dan nilai faktor daya puncak (PPF) yang minimum. Terdapat dua metode Genetic Algorithm yang digunakan dalam optimasi ini yaitu objektif tunggal dan multiobjektif. Optimasi dilakukan pada model ¼ simetri teras (52 posisi perangkat bahan bakar) dengan 3 tipe perangkat bahan bakar yaitu perangkat dengan pengkayaan U-235 sebesar 1,5% sebanyak 13 buah, 2,5% sebanyak 15 buah dan 3% sebanyak 24 buah tanpa batang racun dapat bakar. Perhitungan neutronik tingkat perangkat bahan bakar menggunakan kode PIJburn, sedangkan tingkat teras menggunakan kode COREBN. Dari optimasi objektif tunggal didapatkan konfigurasi optimum dengan perpanjangan cycle length sebesar 8,9% (60 hari) dan penurunan PPF sebesar 23,31% terhadap konfigurasi model standar. Sedangkan dari optimasi multiobjektif berhasil didapatkan pareto front akhir sebanyak 47 solusi tidak terdominasi. Dengan metode standard deviation of the crowding distances didapatkan solusi tunggal yang memberi perpanjangan cycle length sebesar 10,45% (70 hari) dan penurunan PPF sebesar 27,7% terhadap konfigurasi model standar. Kedua metode optimasi berhasil mendapatkan solusi optimum dan memenuhi standar keselamatan. Kata kunci : susunan perangkat bahan bakar, k eff, PPF, Genetic Algorithm cycle length. ABSTRACT IMPLEMENTATION OF GENETIC ALGORITHM METHOD FOR PWR FUEL LOADING PATTERN OPTIMIZATION USING COREBN CODE. Since the large number of possible combination for the fuel assembly loading in the core at the beginning of reactor operation, the core configuration optimized to find an optimal core configuration that will achieve maximum k eff at end of cycle and minimum power peaking factor (PPF). This optimization has 2 Genetic Algorithm methods, the first method uses single objective and the second method uses multiobjective. The optimization uses ¼ symmetry reactor core model (52 fuel assemblies position), with 3 types of fuel assemblies consists 13 assemblies of 1,5%, 15 assemblies of 2,5% and 24 assemblies of 3% U-235 enrichment without burnable poisson rod. Neutronic calculation of fuel assembly using PIJBurn code and core calculation using COREBN code. From the single objective optimization is obtained the optimum configuration with 8,9% (60 days) cycle length extension and 23,31% decrease in PPF compared to standard model. For multiobjective optimization obtained a set pareto front containing 47 non-dominated solutions. By using standard deviation of the crowding distances method, a single final solutions is obtained. The solution gives 10,45% (70 days) cycle length extension and 27,7 % decrease in PPF compared to standard model. Both of optimization method success to obtain optimum solution and fulfill the safety standard. Key words: fuel assembly loading pattern, k eff, PPF, Genetic Algorithm, cycle length. 111

2 I. PENDAHULUAN Manajemen bahan bakar di dalam teras menjadi salah satu proses yang perlu diperhatikan, karena ketersediaan U-235 di alam cukup terbatas sehingga perlu dilakukan optimalisasi dalam penggunaannya. Manajemen bahan bakar di dalam teras bisa dilakukan dengan mengoptimasi susunan bahan bakar di dalam teras agar dapat diperoleh kinerja reaktor yang optimum. Kinerja reaktor ini digambarkan melalui panjang siklus dan distribusi daya reaktor. Panjang siklus dikatakan optimum apabila siklus secara relatif lebih panjang/lama dari siklus PWR konvensional (± 18 bulan) sedangkan distribusi daya reaktor dikatakan optimum apabila secara relatif rata sepanjang siklus. Penelitian ini dilakukan dengan 2 perlakuan objektif yaitu single objective dan multiobjective. Untuk optimasi single objective, perhitungan besarnya nilai faktor bobot yang tepat untuk penelitian ini perlu diperhatikan. Nilai faktor bobot ini digunakan dalam perhitungan fitness yang menjadi perwakilan dari nilai objektif ke dalam program optimasi. Kemudian program optimasi dijalankan untuk mencari susunan perangkat bahan bakar dalam teras yang optimum dengan nilai k eff EoC yang maksimum dan PPF maksimum sebagai konstrain. Berbeda dengan single objective, pada optimasi multiobjective nilai k eff EoC dan PPF maksimum digunakan sebagai objektif. Dari seluruh pareto front yang diperoleh, kemudian dipilih yang memenuhi batas standar keselamatan (kurang dari 2). Untuk pemilihan solusi akhir tunggal dilakukan dengan metode standard deviation of the crowding distances. II. TEORI II.1. Manajemen Bahan Bakar dalam Teras Terdapat dua jenis skema pengisian ulang bahan bakar. II.1.1. Zonal Loading (In-Out Cycling) Pada skema ini, bahan bakar yang belum teriradiasi ditempatkan di daerah keliling teras. Bahan bakar yang telah teriradiasi di acak di daerah yang lebih dalam, sedang bahan bakar pada daerah tengah diambil dari teras. Tujuan dari pola ini adalah memanfaatkan pengurangan reaktivitas yang menyertai deplesi bahan bakar sebagai mekanisme pemerataan daya. Sebagai contoh, pola siklus dengan tiga daerah zona ditunjukan pada Gambar 1. Pola tersebut dapat juga diimplementasikan pada awal pemuatan teras dengan menggunakan fuel assembly dengan pengkayaan yang beragam. Gambar 1. Skema Pengisian Teras Alternatif [1] Bagaimanapun juga, zonal loading juga punya kekurangan. Kekurangan zonal loading adalah timbulnya distorsi distribusi fluks yang dapat mengarah pada tingginya PPF pada teras besar dengan burnup yang tinggi. II.1.2. Scatter (Roundelay) Loading Sebuah skema pengisian bahan bakar alternatif adalah pola terhambur atau acak untuk mencapai distribusi bahan bakar yang lebih seragam. Kita tetap akan mendapati perataan daya karena burnup rata-rata pada daerah tengah dari teras lebih nampak dari yang dikeliling teras. Distribusi daya sebagai karakterisasi scatter-loaded core memiliki bentuk yang rata dari distribusi sebagai karaktersasi pemuatan teras seragam. Bagaimanapun juga tetap terdapat kerutan yang jelas terlihat pada densitas daya lokal. Scatter-loading juga punya keuntungan tambahan yaitu tidak diperlukannya pengaturan ulang bahan bakar teriradiasi. Pada prakteknya, kebanyakan skema pengisian ulang bahan bakar mengikut sertakan beberapa kombinasi teknik zonal dan scatter. Sebagai contoh, banyak PWR diisi dengan cara bahan bakar segar diisi pada daerah luar, sedang bahan bakar teriradiasi dihambur pada daerah tengah [1]. II.2. Metode Genetic Algorithm (GA) Berdasarkan teori evolusi spesies yang menyertakan proses seleksi alam seperti reproduksi, persilangan, mutasi dan lainnya, GA memanipulasi populasi struktur simbolis, yang mewakili solusi, agar mendapatkan adaptasi yang terbaik yang menghasilkan solusi yang terbaik untuk suatu permasalahan. Sebuah solusi yang dibangkitkan dalam Genetic Algorithm disebut sebagai kromosom, sedangkan kumpulan kromosomkromosom tersebut disebut sebagai populasi. Kromosom dibentuk dari komponen-komponen penyusun yang disebut sebagai gen dan nilainya dapat berupa bilangan numerik, biner, simbol ataupun karakter tergantung dari permasalahan yang 112

3 ingin diselesaikan. Kromosom-kromosom tersebut akan berevolusi secara berkelanjutan yang disebut dengan generasi. Dalam tiap generasi kromosomkromosom tersebut dievaluasi tingkat keberhasilan nilai solusinya terhadap masalah yang ingin diselesaikan (fungsi objektif) menggunakan ukuran yang disebut dengan fitness. Untuk memilih kromosom yang tetap dipertahankan untuk generasi selanjutnya dilakukan proses yang disebut dengan seleksi. Proses seleksi kromosom menggunakan konsep aturan evolusi Darwin yang telah disebutkan sebelumnya yaitu kromosom yang mempunyai nilai fitness tinggi akan memiliki peluang lebih besar untuk terpilih lagi pada generasi selanjutnya [2]. Kromosom-kromosom baru yang disebut dengan offspring, dibentuk dengan cara melakukan perkawinan antar kromosom-kromosom dalam satu generasi yang disebut sebagai proses crossover atau tukar silang. Gambar 2 menunjukkan proses tukar silang pada dua buah kromosom induk yang menghasilkan dua buah kromosom anak. Jumlah kromosom dalam populasi yang mengalami crossover ditentukan oleh paramater yang disebut dengan crossover rate. Gambar 2. Partially Mapped Crossover (PMX) [3] Gambar 3. Mutasi Mekanisme perubahan susunan unsur penyusun mahkluk hidup akibat adanya faktor alam yang disebut dengan mutasi direpresentasikan sebagai proses berubahnya satu atau lebih nilai gen dalam kromosom dengan suatu nilai acak. Gambar 3 menampilkan proses mutasi satu titik pada sebuah kromosom. Jumlah gen dalam populasi yang mengalami mutasi ditentukan oleh parameter yang dinamakan mutation rate. Setelah beberapa generasi akan dihasilkan kromosom-kromosom yang nilai gen-gennya konvergen ke suatu nilai tertentu yang merupakan solusi terbaik yang dihasilkan oleh Genetic Algorithm terhadap permasalahan yang ingin diselesaikan. Pada sistem alamiah, keseluruhan paket genetik disebut genotip. Pada sistem genetik buatan, 113

4 keseluruhan paket strings disebut sebuah struktur. Pada sistem alamiah, organisme dibentuk oleh interaksi dari keseluruhan paket genetik dengan lingkungannya yang disebut fenotip. Pada sistem genetik buatan, struktur di-decode untuk membentuk paket parameter, alternatif solusi, atau titik pada ruang solusi. Pada sistem alamiah, kromosom terdiri dari gen-gen, yang terdiri dari sejumlah nilai yang disebut alela. Pada genetik, posisi (locus) dari sebuah gen diidentifikasi secara terpisah dari fungsi gen [2]. III. TATAKERJA III.1. Pemodelan Teras Penyederhanaan yang dilakukan saat pemodelan teras adalah sebagai berikut: 1. Optimasi dilakukan pada siklus pertama dengan teras segar tanpa burnable poison. 2. Perhitungan dilakukan pada teras 2 dimensi radial (x-y) dengan asumsi fluks aksial konstan. 3. Terdapat 3 perangkat bahan bakar yang berbeda menurut tingkat pengkayaan 235 U namun dengan desain kisi yang sama. Tipe A adalah perangkat bahan bakar dengan tingkat pengkayaan 1,5%, tipe B adalah perangkat bahan bakar dengan tingkat pengkayaan 2,5% sedangkan tipe C adalah perangkat bahan bakar dengan tingkat pengkayaan 235 U 3,0%. 4. Jumlah perangkat yang digunakan selama proses optimasi tetap dimana tipe A berjumlah 13 buah, tipe B berjumlah 15 buah, dan tipe C berjumlah 24 buah. 5. Variasi peletakan fuel assembly dilakukan dalam simetri ¼ teras. 6. Perhitungan burnup dilakukan sebanyak 9 langkah, dengan tiap langkah memiliki interval 60 hari (EoC sama dengan 1,5 tahun). 7. Data-data termohidrolik hanya dibatasi pada kondisi operasi normal. Untuk menghemat waktu dalam menjalankan program optimasi, tampang lintang makroskopik berbagai tipe perangkat bahan bakar diperhitungkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengulangan perhitungan tingkat perangkat yang tidak perlu dihitung kembali ketika optimasi susunan teras dilakukan. Perhitungan tingkat perangkat untuk masingmasing pengkayaan dilakukan dengan menggunakan modul PIJBurn. Kemudian berkas PDS dari hasil perhitungan tingkat perangkat dikonversi menjadi berkas PS. Informasi mengenai geometri teras, elemen bahan bakar dan non bahan bakar di dalam teras dimasukan dalam berkas history yang diedit pada modul HIST [4]. Sedangkan informasi yang berhubungan dengan kondisi operasi seperti daya termal, periode operasi, dan susunan elemen bahan bakar di dalam teras diedit pada modul COREBN yang dijalankan bersamaan dengan program optimasi. Untuk langkah burn-up yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9 langkah 60 hari (total 540 hari). III.2. Adaptasi Problem Optimasi dengan Genetic Algorithm Dalam penelitian ini digunakan kombinasi penempatan posisi perangkat bahan bakar pada 1/4 teras (52 posisi perangkat bahan bakar) dengan 3 jenis perangkat dengan pengkayaan masing-masing 1,5 %, 2,5 % dan 3 %. Kemudian konfigurasi ini dikodekan pada Genetic Algorithm ke dalam susunan kromosom dengan panjang kromosom 52. Tiap kromosom mewakili 1 posisi (x-y) perangkat didalam teras dengan indeks 1 sampai 13 menunjukan perangkat berpengkayaan 1,5 %, indeks 14 sampai 28 menunjukan perangkat berpengkayaan 2,5 % dan indeks 29 sampai 52 menunjukan perangkat berpengkayaan 3 %. Gambar 4 berikut menunjukan proses pembentukan kromosom dari susunan perangkat di dalam teras. Gambar 4. Pembentukan Kromosom III.3. Penulisan Program Program algoritma dalam optimasi ini ditulis menggunakan bahasa pascal. Program optimasi ini bekerja dengan mengkopel algoritma optimasi dengan modul COREBN yang didalamnya terdapat susunan perangkat di dalam teras. Pada tahap awal, program optimasi akan membuat susunan perangkat awal (kromosom) yang diperoleh secara acak sebanyak jumlah populasi yang dimasukan sebagai parameter awal. Dari susunan perangkat yang diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan k eff pada 540 hari (9 x 60 hari) dan PPF maksimum yang terjadi pada BOC dengan menggunakan modul COREBN. Dari modul tersebut diperoleh keluaran 114

5 berupa berkas CFT99 dari masing-masing variasi susunan perangkat. Oleh program optimasi, berkas ini dibaca pada nilai k eff dan distribusi daya. Untuk optimasi single objective, nilai k eff dijadikan sebagai objektif dan PPF sebagai konstrain yang kemudian digunakan untuk menghitung nilai fitness pada tiap susunan perangkat di dalam teras. Berbeda dengan single objective, optimasi multiobjective menjadikan nilai k eff dan PPF sebagai objektif. Selanjutnya program melakukan proses seleksi. Pada penelitian ini digunakan seleksi jenis turnamen eliminasi, dimana pemilihan induk akan dilakukan menggunakan sistem pertandingan. Setiap turnamen akan mempertandingkan 2 individu yang dipilih secara acak dari seluruh anggota populasi. Pemenang pada seleksi ini masuk dalam ruang pembiakan untuk menjadi induk pada generasi berikutnya. Selanjutnya dua individu baru dipilih dari anggota populasi yang tersisa untuk dipertandingkan kembali hingga seluruh anggota populasi mendapat giliran. Untuk single objektif, pemenang diperoleh berdasarkan nilai fitness dari individu yang dipertandingkan, sedangkan multiobjevtive dikatakan sebagai pemenang apabila: 1. Mampu mendominasi individu lawan, dilihat dari kedua nilai fungsi objektif (dalam hal ini nilai k eff EoC dan PPF maksimum pada BoC), yaitu nilai k eff yang lebih besar dan nilai PPF yang lebih kecil. 2. Individu yang memiliki jarak terjauh dengan anggota populasi lain pada generasi tersebut dilihat dari nilai kedua fungsi objektif (Elitist) [5]. Pada setiap generasi dengan populasi yang beranggotakan sejumlah n-individu, akan dilakukan seleksi sebanyak n-turnamen dengan peserta sebanyak 2n-individu. Dengan begitu, jumlah populasi yang dihasilkan untuk tiap generasi berikutnya akan tetap berjumlah n-individu. Untuk operator crossover, digunakan partially mapped crossover dan operator mutasi yang akan mengubah posisi susunan perangkat bahan bakar di dalam teras. Besarnya crossover rate dan mutation rate yang digunakan pada penelitian ini masingmasing sebesar 0,9 dan 0,08. Proses optimasi ini berulang sebanyak jumlah generasi, dimana pada penelitian ini sebanyak 20 generasi dengan 50 anggota populasi ditambah dengan populasi awal. Sehingga total sebanyak 1050 konfigurasi teras yang akan dilakukan dalam satu kali proses optimasi. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Optimasi Single Objective Pada optimasi single objective, besarnya nilai fitness ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut : F = k eff PPF.w (1) PPF = PPF - PPF standar (2) dengan k eff adalah faktor perlipatan neutron efektif, PPF adalah Power Peaking Factor (PPF standar = 2) dan w adalah faktor bobot Penentuan faktor bobot yang sesuai dilakukan dengan memvariasikan nilai faktor bobot dengan rentang sebesar 0,01. Dari masing-masing variasi, diamati nilai k eff dan PPF dari susunan yang diperoleh dalam optimasi menggunakan Genetic Algorithm. Perlakuan untuk setiap variasi dibuat sama, dilihat dari seleksi turnamen, crossover dan mutasi. Perubahan nilai PPF pada tiap variasi nilai faktor bobot ditunjukkan oleh Gambar 5. Gambar 5. Perubahan nilai PPF terhadap variasi nilai faktor bobot Pada Gambar 5 diperlihatkan besarnya nilai PPF maksimum dari konfigurasi optimum Genetic Algorithm pada tiap variasi faktor bobot. Kecenderungan yang terjadi adalah semakin besar nilai faktor bobot, maka nilai PPF semakin kecil. Perlu diingat bahwa besarnya nilai PPF pada penelitian ini dibatasi oleh nilai PPF standar. Oleh karena itu dengan menggunakan persamaan trendline dari grafik perubahan PPF terhadap faktor bobot, dihitung nilai faktor bobot yang dapat menghasilkan nilai PPF sama dengan 2. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai faktor bobot sebesar 0,036 untuk nilai PPF sama dengan 2. Namun untuk alasan keselamatan, maka dipilih faktor bobot yang memberikan nilai PPF sedikit dibawah 2, yaitu nilai faktor bobot sebesar 0,04 dengan nilai PPF sebesar 1,974 dan nilai k eff pada EOC sebesar 1,0627. Dari penelitian ini didapat nilai k eff pada EoC dan PPF maksimum sebesar 1,07565 dan 1,819. Perbandingan nilai k eff dan PPF optimum dengan standar ditunjukkan oleh Gambar 6 dan Gambar 7. Dari Gambar 6 ditunjukkan cycle length konfigurasi teras optimum lebih panjang 60 hari dari konfigurasi teras standar (peningkatan sekitar 8,9 %). Dari 115

6 Gambar 7 terlihat nilai PPF maksimum terletak pada awal langkah burnup (BoC). Untuk konfigurasi teras standar besarnya PPF maksimum adalah 2,372 sedangkan konfigurasi teras optimum memiliki PPF maksimum sebesar 1,819 (penurunan sekitar 23,31 %) dan memenuhi batas keselamatan (kurang dari 2). Dengan melihat hasil penelitian ini, optimasi menggunakan single objektif Genetic Algorithm mampu menghasilkan solusi yang lebih baik dari konfigurasi teras standar. memenuhi batas standar keselamatan (nilai PPF maksimum lebih kecil dari 2). Dalam pemilihan solusi tunggal terbaik, dipilih satu solusi dari 6 solusi pareto front akhir yang memenuhi batas standar keselamatan. Selanjutnya 6 solusi tersebut dibandingkan dengan konfigurasi teras KSNP-1000 model standar. Solusi yang mampu mendominasi konfigurasi standar dilihat dari nila k eff dan PPF maksimum dipilih sebagai solusi akhir dari optimasi multiobjektif menggunakan Genetic Algorithm. Gambar 6. Perbandingan nilai K eff hasil optimasi single objective terhadap model standar KSNP-1000 Gambar 8. Pareto front akhir optimasi Tabel 1. Satu set solusi optimum K-EFF PPF Jarak Solusi Solusi Solusi Solusi Solusi Solusi Gambar 7. Perbandingan nilai PPF hasil optimasi single objective terhadap model standar KSNP-1000 IV.2 Optimasi Multiobjective Proses seleksi dan crossover pada optimasi multiobjektif ini tetap sama dengan single objective yaitu seleksi turnamen dan double point partially mapped crossover. Pareto front pada akhir proses optimasi multiobjektif menggunakan Genetic Algorithm ditunjukkan pada Gambar 8. Banyaknya anggota pareto front akhir adalah 47 solusi yang tidak terdominasi. Dikatakan tidak terdominasi karena solusi yang diperoleh memiliki nilai k eff kecil dan PPF maksimum kecil atau nilai k eff tinggi dan PPF maksimum juga tinggi. Terdapat 6 solusi yang Dari 6 solusi tersebut, semuanya mampu mendominasi konfigurasi standar. Jadi proses optimasi dari penelitian ini diperoleh satu set solusi yang ditunjukkan pada Tabel 1. Pemilihan solusi tunggal dilakukan dengan metode standard deviation of the crowding distances [6]. Metode ini dilakukan dengan menghitung standar deviasi dari jarak masing-masing solusi. Perhitungan jarak tiap solusi diperoleh menggunakan rumus pythagoras dengan berdasarkan pada nilai k eff dan PPF maksimum terhadap sumbu simetri. Jarak dari masing-masing solusi ditunjukkan pada Tabel 1. Persamaan yang digunakan untuk menghitung standar deviasi adalah sebagai berikut : SDC = 1 N 2 ( d i d ) (3) N i = 1 116

7 dengan N adalah Banyaknya solusi, d i adalah jarak pada solusi i dan d adalah rata-rata jarak. Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata jarak 2,117 dengan standar deviasi sebesar 0,107, yang artinya sebaran solusi yang dihasilkan adalah kurang lebih 2,117 ± 0,107. Terdapat 2 solusi yang termasuk dalam rentang sebaran tersebut yaitu solusi 3 dan solusi 4. Kemudian dari kedua solusi tersebut dipilih solusi yang memiliki nilai PPF yang lebih kecil dengan pertimbangan aspek keselamatan. Jadi diperoleh solusi tunggal terbaik yaitu solusi 3 dengan nilai k eff sebesar 1,08201 dan nilai PPF maksimum sebesar 1,715. Dari Gambar 9 diketahui bahwa cycle length untuk konfigurasi teras standar sebesar 670 hari, sedangkan untuk konfigurasi teras optimum sebesar 740 hari. Hal ini menunjukkan cycle length konfigurasi teras optimum lebih panjang 70 hari dari konfigurasi teras standar (peningkatan sekitar 10,45%). Gambar 9. Perbandingan nilai k eff hasil optimasi multiobjektif terhadap model standar KSNP memiliki PPF maksimum sebesar 1,715 (penurunan sekitar 27,7%) dan memenuhi batas keselamatan (kurang dari 2). Dengan melihat hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa optimasi menggunakan multiobjective Genetic Algorithm mampu menghasilkan solusi yang lebih baik dari konfigurasi teras standar, dengan cycle length yang lebih panjang dan PPF maksimum yang lebih rendah. IV.3. Perbandingan Proses Optimasi Single Objective dengan Multiobjective Perbandingan antara optimasi single objective dengan multiobjective dilakukan dengan mengamati evolusi rata-rata nilai k eff dan PPF maksimum tiap generasi pada masing-masing metode. Dari rata-rata nilai k eff dan PPF tiap generasi pada single objective terlihat lebih stabil kenaikan atau penurunannya bila dibandingkan rata-rata nilai k eff dan PPF tiap generasi pada multiobjective. Hal ini bisa terjadi karena nilai PPF maksimum pada single objective hanya sebagai constraint yang memberikan penalti pengurangan atau penambahan nilai fitness, sedangkan pada optimasi multiobjective nilai k eff dan PPF digunakan sebagai objektif yang artinya solusi yang diperoleh berikutnya dipertimbangkan dari kedua objektif tersebut. Metode elitist yang digunakan pada seleksi juga ikut berperan karena menimbulkan solusi yang semakin beragam. Kekurangan yang terjadi ini dapat diatasi dengan menambah banyaknya populasi dan memperpanjang generasi. Kedua metode sama-sama mampu menghasilkan solusi yang lebih baik terlihat dari rata-rata nilai k eff pada akhir generasi lebih tinggi daripada awal generasi dan rata-rata nilai PPF maksimum di akhir generasi lebih rendah daripada generasi awal. Hasil optimasi dari kedua metode ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil optimasi dengan single objective dan multiobjective cycle length PPF Single Objective 730 hari 1,819 Multiobjective 740 hari 1,715 Gambar 10. Perbandingan nilai PPF hasil optimasi multiobjektif terhadap model standar KSNP-1000 Dari Gambar 10 terlihat nilai PPF maksimum terletak pada awal langkah burnup (BoC). Untuk konfigurasi teras standar besarnya PPF maksimum adalah 2,372 sedangkan konfigurasi teras optimum V. KESIMPULAN Genetic algorithm berhasil digunakan untuk optimasi susunan perangkat bahan bakar dilihat dari nilai K eff pada akhir siklus dan PPF maksimum sepanjang siklus, baik dengan single objective maupun multiobjektif. Pada penelitian ini, metode single objective mampu memberi perpanjangan cycle length sekitar 8,9% dan penurunan PPF sebesar 117

8 23,31% sedangkan metode multiobjektif mampu memberi perpanjangan cycle length sekitar 10,45% dan penurunan PPF sebesar 27,7% terhadap model standar KSNP VI. DAFTAR PUSTAKA [1] James J. Duderstadt dan Louis J. Hamilton. Nuclear Reactor Analysis. John Wiley & Sons, Inc., New York, [2] Thomas weise. Global Optimization Algorithms Theory and Application-. Thomas Weise licensed under GNU FDL, Kassel, [3] Jonathan N. Carter. Genetic Algorithm for Incore Fuel Management and other Recent Developments in Optimisation. Advances in Nuclear Science and Technology, 25: , [4] Keisuke Okumura. COREBN : A Core Burn-up Calculation Module for SRAC2006. Dokumen teknis, Department of Nuclear Energy System, Japan Atomic Energy Research Institute (JAERI), Japan, [5] Kalyanmoy Deb, Samir Agrawal, Amrit Pratap dan T Meyarivan. A Fast Elitist Non- Dominated Sorting Genetic Algorithm for Multi-Objective : NSGA-II. IEEE Transaction on Evolutionary Computation, 6: , [6] Alfredo G. Hernandez-Diaz, Luis V. Santana- Quintero, Carlos A. Coello Coello dan Julian Molina. Pareto-adaptive ε-dominance. Evolutionary Computation, 15: , 2007 TANYA JAWAB Pertanyaan : 1. Apakah hasil akhir konfigurasi teras ini dijamin dapat dilaksanakan? (Eddy Djatmiko Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila, Jakarta) Jawaban : 1. Bisa dilaksanakan, namun perlu dilakukan penambahan lagi objektif yang ditinjau, misalnya burn up. Pada Code COREBN yang digunakan dapat dilihat nilai burn up per perangkat bahan bakar, sehingga berikutnya dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk refueling bahan bakar pada siklus berikutnya 118

Diterima editor 21 September 2009 Disetujui untuk dipublikasi 05 Oktober 2009

Diterima editor 21 September 2009 Disetujui untuk dipublikasi 05 Oktober 2009 J. Tek. Reaktor. Nukl. Vol. 11 No. 3 Oktober 2009, Hal. 116-129 ISSN 1411 240X IMPLEMENTASI METODE GENETIC ALGORITHM DAN SIMULATED ANNEALING DALAM OPTIMASI SUSUNAN BAHAN BAKAR TERAS PWR MENGGUNAKAN CODE

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE MULTIOBJECTIVE SIMULATED ANNEALING DALAM OPTIMASI SUSUNAN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR PWR MENGGUNAKAN CODE COREBN

IMPLEMENTASI METODE MULTIOBJECTIVE SIMULATED ANNEALING DALAM OPTIMASI SUSUNAN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR PWR MENGGUNAKAN CODE COREBN IMPLEMENTASI METODE MULTIOBJECTIVE SIMULATED ANNEALING DALAM OPTIMASI SUSUNAN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR PWR MENGGUNAKAN CODE COREBN Christina Novila Soewono, Alexander Agung, Sihana Jurusan Teknik Fisika

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM Poetri Lestari Lokapitasari Belluano poe3.setiawan@gmail.com Universitas Muslim Indonesia Abstrak Non Dominated Sorting pada

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penjadwalan dan Penjadwalan Flow shop Menurut Kumar (2011), jadwal merupakan rencana sistematis yang umumnya menceritakan hal-hal yang akan dikerjakan. Menurut Pinedo (2005),

Lebih terperinci

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Riska*, Dian Fitriyani, Feriska Handayani Irka Jurusan Fisika Universitas Andalas *riska_fya@yahoo.com

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan tuntutan persaingan bisnis, banyak perusahaan menyadari bahwa keunggulan teknologi dan produk yang dihasilkan semata tidak lagi dapat diandalkan menjadi

Lebih terperinci

Denny Hermawanto

Denny Hermawanto Algoritma Genetika dan Contoh Aplikasinya Denny Hermawanto d_3_nny@yahoo.com http://dennyhermawanto.webhop.org Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2012 ISBN 978-979-17109-7-8 PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL Mochamad Imron,

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika Multi-objective NSGA-II Pada Optimasi Portofolio Saham

Penerapan Algoritma Genetika Multi-objective NSGA-II Pada Optimasi Portofolio Saham ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 6841 Penerapan Algoritma Genetika Multi-objective NSGA-II Pada Optimasi Portofolio Saham Sherly Isnaeni 1, Deni Saepudin 2,

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI ABSTRAK

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI ABSTRAK PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI Eddy Triswanto Setyoadi, ST., M.Kom. ABSTRAK Melakukan optimasi dalam pola penyusunan barang di dalam ruang tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api merupakan alat transportasi darat utama yang digunakan hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki multi keunggulan komparatif,

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Mohamad Subchan STMIK Muhammadiyah Banten e-mail: moh.subhan@gmail.com ABSTRAK: Permasalahan pencarian rute terpendek dapat

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya, wisata belanja, hingga wisata Alam. Untuk menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya, wisata belanja, hingga wisata Alam. Untuk menarik minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Objek pariwisata di Yogyakarta sudah semakin beragam mulai dari wisata budaya, wisata belanja, hingga wisata Alam. Untuk menarik minat wisatawan dapat dibuat

Lebih terperinci

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *)

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *) ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *) ABSTRAK ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS. Perhitungan kritikalitas

Lebih terperinci

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX) Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX) Nella Permata Sari 1,*, Dian Fitriyani,

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii

DAFTAR ISI. Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii DAFTAR ISI Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Faiz Rafdh Ch SISTEM INFORMASI ZAKAT BERBASIS WEB MENGGUNAKAN PHP DAN MYSQL PADA RUMAH ZAKATINDONESIA 1-7 Abdul Jamil Syamsul Bachtiar

Lebih terperinci

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan tugas akhir ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian penjadwalan, algoritma

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN Hari Purnomo, Sri Kusumadewi Teknik Industri, Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 4,5 Yogyakarta ha_purnomo@fti.uii.ac.id,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN POTENTIAL OF THORIUM AS FUEL AT GAS COOLED FAST REACTOR FOR NUCLEAR POWER PLANT Menik Ariani 1 *, Supardi 1, Fiber Monado

Lebih terperinci

Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun Pratama Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun Pratama Menggunakan Algoritma Genetika Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 2, Februari 2017, hlm. 80-84 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun

Lebih terperinci

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag.

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. 12/11/2009 1 Ditemukan oleh Holland pada tahun 1975. Didasari oleh fenomena evolusi darwin. 4 kondisi yg mempengaruhi

Lebih terperinci

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA Oleh Dian Sari Reski, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT Scheduling problem is one type of allocating resources problem that exist to

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PUNCAK DAYA TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 SI 2 -AL. Jati Susilo, Endiah Pudjihastuti Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir

ANALISIS FAKTOR PUNCAK DAYA TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 SI 2 -AL. Jati Susilo, Endiah Pudjihastuti Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir ANALISIS FAKTOR PUNCAK DAYA TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 4,8 gu/cc DENGAN KAWAT KADMIUM Jati Susilo, Endiah Pudjihastuti Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir Diterima editor 02 September

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Rozak Arief Pratama 1, Esmeralda C. Djamal, Agus Komarudin Jurusan Informatika, Fakultas MIPA Universitas Jenderal

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 98 106 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL YOSI PUTRI, NARWEN

Lebih terperinci

dan c C sehingga c=e K dan d K D sedemikian sehingga d K

dan c C sehingga c=e K dan d K D sedemikian sehingga d K 2. Landasan Teori Kriptografi Kriptografi berasal dari kata Yunani kripto (tersembunyi) dan grafia (tulisan). Secara harfiah, kriptografi dapat diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi atau tulisan yang

Lebih terperinci

PENJADWALAN OPERASIONAL PEMBANGKIT BERBASIS ALGORITMA GENETIK PADA SISTEM PEMBANGKIT SUMATERA BAGIAN TENGAH

PENJADWALAN OPERASIONAL PEMBANGKIT BERBASIS ALGORITMA GENETIK PADA SISTEM PEMBANGKIT SUMATERA BAGIAN TENGAH Penjadwalan Operasional Pembangkit Berbasis Algoritma Genetik (Dwi Ana dkk) PENJADWALAN OPERASIONAL PEMBANGKIT BERBASIS ALGORITMA GENETIK PADA SISTEM PEMBANGKIT SUMATERA BAGIAN TENGAH Rahmanul Ikhsan 1,

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR 4.1 Parameter Desain Teras Reaktor 4.1.1 Komposisi bahan bakar pada teras reaktor Dalam pendesainan reaktor ini pertama kali

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

PENGENALAN ALGORITMA GENETIK

PENGENALAN ALGORITMA GENETIK PENGENALAN ALGORITMA GENETIK Aries Syamsuddin ariesmipa@psyon.org Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

MENGUKUR KINERJA ALGORITMA GENETIK PADA PEMAMPATAN MATRIKS JARANG

MENGUKUR KINERJA ALGORITMA GENETIK PADA PEMAMPATAN MATRIKS JARANG MENGUKUR KINERJA ALGORITMA GENETIK PADA PEMAMPATAN MATRIKS JARANG Nico Saputro dan Joice Aritonang Email : nico@home.unpar.ac.id, jo_aritonang@yahoo.com A matrix that has lots of zero elements is called

Lebih terperinci

A. ADHA. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Islam Riau, Pekanbaru, Indonesia Corresponding author:

A. ADHA. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Islam Riau, Pekanbaru, Indonesia Corresponding author: Institut Teknologi Padang, 27 Juli 217 ISBN: 978-62-757-6-7 http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi217 Optimasi Bentuk Struktur dan Penampang pada Struktur Rangka Baja Terhadap Kendala Kehandalan Material

Lebih terperinci

V. MENENTUKAN NILAI MINIMUM DARI SEBUAH FUNGSI OBJEKTIVE DGN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (GA)

V. MENENTUKAN NILAI MINIMUM DARI SEBUAH FUNGSI OBJEKTIVE DGN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (GA) V. MENENTUKAN NILAI MINIMUM DARI SEBUAH FUNGSI OBJEKTIVE DGN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (GA) 5.1 Pendahuluan Algoritma genetika baru-baru ini telah menjadi subjek yang sangat menarik dan relatif berkembang

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS Surabaya 2003 Algoritma Genetika Algoritma

Lebih terperinci

KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN

KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN (Binary Genetic Algorithm Concept to Optimize Course Timetabling) Iwan Aang Soenandi

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

OPTIMASI MULTI-OBJECTIVE UNTUK DISTRIBUSI BEBAN KERJA PEGAWAI MENGGUNAKAN NSGA-II AHMAD KHAIDIR TELEMATIKA CIO - TEKNIK ELEKTRO - ITS

OPTIMASI MULTI-OBJECTIVE UNTUK DISTRIBUSI BEBAN KERJA PEGAWAI MENGGUNAKAN NSGA-II AHMAD KHAIDIR TELEMATIKA CIO - TEKNIK ELEKTRO - ITS OPTIMASI MULTI-OBJECTIVE UNTUK DISTRIBUSI BEBAN KERJA PEGAWAI MENGGUNAKAN NSGA-II AHMAD KHAIDIR 2210206725 TELEMATIKA CIO - TEKNIK ELEKTRO - ITS LATAR BELAKANG Perbaikan kinerja aparatur pemerintah Optimasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem dan Informasi 2.1.1 Sistem Menurut Sutabri (2004), bahwa sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya berfungsi untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHMS

OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHMS OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHMS Kartika Gunadi, Irwan Kristanto Julistiono Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem

Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem Adidtya Perdana Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jl. H.M. Jhoni No. 70 C Medan adid.dana@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

Optimasi Cluster Pada Fuzzy C-Means Menggunakan Algoritma Genetika Untuk Menentukan Nilai Akhir

Optimasi Cluster Pada Fuzzy C-Means Menggunakan Algoritma Genetika Untuk Menentukan Nilai Akhir IJCCS, Vol.6, No.1, January 2012, pp. 101~110 ISSN: 1978-1520 101 Optimasi Cluster Pada Fuzzy C-Means Menggunakan Algoritma Genetika Untuk Menentukan Nilai Akhir Putri Elfa Mas`udia* 1, Retantyo Wardoyo

Lebih terperinci

Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi

Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi Rahman Aulia Universitas Sumatera Utara Pasca sarjana Fakultas Ilmu Komputer Medan, Indonesia Rahmanaulia50@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Optimasi Optimasi adalah salah satu ilmu dalam matematika yang fokus untuk mendapatkan nilai minimum atau maksimum secara sistematis dari suatu fungsi, peluang maupun

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khowarizmi. Algoritma didasarkan pada prinsiup-prinsip Matematika, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khowarizmi. Algoritma didasarkan pada prinsiup-prinsip Matematika, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ALGORITMA Algoritma adalah metode langkah demi langkah pemecahan dari suatu masalah. Kata algoritma berasal dari matematikawan Arab ke sembilan, Al- Khowarizmi. Algoritma didasarkan

Lebih terperinci

Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika

Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika Zainal Akbar 1), Muh. Fajri Raharjo 2), Eddy Tungadi 3) CAIR, Politeknik Negeri Ujung Pandang Jl. Perintis Kemerdekaan km. 10, Tamalanrea Makassar,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM Anies Hannawati, Thiang, Eleazar Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Penyelesaian Masalah Penugasan dengan Algoritma Genetika Zainudin Zukhri Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS 176 ISSN 0216-3128 Lily Suparlina ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS Lily suparlina Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai pedoman perawatan adalah sebuah panduan sebagaimana

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai pedoman perawatan adalah sebuah panduan sebagaimana BAB II LANDASAN TEORI 2. Konsep Perawatan Pesawat Fokker F27 Buku Pedoman Perawatan yang diberikan oleh pabrik yang akan digunakan sebagai pedoman perawatan adalah sebuah panduan sebagaimana layaknya sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Traveling Salesman Problem (TSP) adalah permasalahan dimana seorang salesman harus mengunjungi semua kota yang ada dan kota tersebut hanya boleh dikunjungi tepat satu

Lebih terperinci

OPTIMASI PENDUGAAN PARAMETER DALAM ANALISIS STRESS DAN STRAIN TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PENDUGAAN PARAMETER DALAM ANALISIS STRESS DAN STRAIN TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PENDUGAAN PARAMETER DALAM ANALISIS STRESS DAN STRAIN TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Mike Susmikanti Pusat Pengembangan Informatika Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional Kawasan

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Abstrak PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Aulia Fitrah 1, Achmad Zaky 2, Fitrasani 3 Program Studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Penerapan Adaptive Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic Controller pada Capacitated Vehicle Routing Problem

Penerapan Adaptive Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic Controller pada Capacitated Vehicle Routing Problem Penerapan Adaptive Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic Controller pada Capacitated Vehicle Routing Problem Tri Kusnandi Fazarudin 1, Rasyid Kurniawan 2, Mahmud Dwi Sulistiyo 3 1,2 Prodi S1 Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika Vol. 14, No. 1, 19-27, Juli 2017 Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika Jusmawati Massalesse dan Muh. Ali Imran Abstrak Tulisan ini

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 1 9 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL MULIA AFRIANI KARTIKA

Lebih terperinci

Analisis Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Pencarian Nilai Fungsi Maksimum Djunaedi Kosasih 1) Rinaldo 2)

Analisis Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Pencarian Nilai Fungsi Maksimum Djunaedi Kosasih 1) Rinaldo 2) Analisis Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Pencarian Nilai Fungsi Maksimum Djunaedi Kosasih 1) Rinaldo 2) Abstrak Algoritma genetika yang pertama kali diperkenalkan secara terpisah oleh Holland dan De

Lebih terperinci

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561)

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561) APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENGGUNAKANALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Pencarian Rute Terpendek untuk Pemadam Kebakaran di Wilayah Kota Pontianak) [1] Putri Yuli Utami, [2] Cucu Suhery, [3] Ilhamsyah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teori-teori yang dibahas mengenai optimisasi, pengertian penjadwalan,

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN Eva Haryanty, S.Kom. ABSTRAK Komputer adalah salah satu peralatan yang pada saat ini banyak pula digunakan

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PENJADWALAN DOSEN DENGAN FUZZY

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PENJADWALAN DOSEN DENGAN FUZZY PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PENJADWALAN DOSEN DENGAN FUZZY Arief Kelik Nugroho Fakultas Teknik, Universitas PGR Yogyakarta e-mail : ariefkeliknugroho@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Persoalan TSP merupakan salah satu persoalan optimasi kombinatorial (kombinasi permasalahan). Banyak permasalahan yang dapat direpresentasikan

Lebih terperinci

PENERAPAN EVOLUTIONARY ALGORITHM PADA PENJADWALAN PRODUKSI (Studi Kasus di PT Brother Silver Product Indonesia)

PENERAPAN EVOLUTIONARY ALGORITHM PADA PENJADWALAN PRODUKSI (Studi Kasus di PT Brother Silver Product Indonesia) PENERAPAN EVOLUTIONARY ALGORITHM PADA PENJADWALAN PRODUKSI (Studi Kasus di PT Brother Silver Product Indonesia) I Gede Agus Widyadana Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA Akmal Hidayat 1) & Entin Martiana 2) 1) Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl.

Lebih terperinci