Oleh: Drs. Eden A. Sitompul, M. Pd. Beslina Afriani Siagian, S. Pd.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: Drs. Eden A. Sitompul, M. Pd. Beslina Afriani Siagian, S. Pd."

Transkripsi

1 LAPORAN PENELITIAN PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING (KURIKULUM 013) DALAM PEMBELAJARAN BERDEKLAMASI OLEH MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN Oleh: Drs. Eden A. Sitompul, M. Pd. Beslina Afriani Siagian, S. Pd. LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 014 1

2 PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN 1. a. Judul Penelitian : Penerapan Metode Discovery Learning (Kurikulum 013) dalam Pembelajaran Berdeklamasi oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen b. Bidang Ilmu : Bahasa c. Kategori Penelitian : Penelitian untuk mengembangkan fungsi kelembagaan perguruan tinggi. Identitas Peneliti: a. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Eden A. Sitompul, M. Pd. b. Tempat/ tanggal lahir : Tarutung Baru, 11 Juli 1955 c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. Golongan/ Pangkat : Lektor/ IV A e. Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia f. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan g. Perguruan Tinggi : Universitas HKBP Nommensen h. Bidang Keilmuan : Bahasa dan Sastra Indonesia 3. Susunan Tim Peneliti a. Ketua : Drs. Eden A. Sitompul, M. Pd. b. Anggota : Beslina Afriani Siagian, S. Pd. 4. Lokasi Penelitian : FKIP UHN Medan 5. Lama Penelitian : 3 (tiga) bulan 6. Biaya Penelitian : Rp ,00 7. Sumber Dana : - Pihak Universitas : Rp ,00 Nommensen - Swadaya sendiri : Rp ,00 Medan, 1 Juli 014 Mengetahui, Menyetujui, Disusun oleh, Wakil Dekan, Ketua Lembaga Penelitian, Peneliti, Drs. Juliper Nainggolan, M.Si. Prof. Dr. Monang Sitorus, M.Si. Drs. Eden A. Sitompul, M. Pd.

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini berjudul Penerapan Metode Discovery Learning (Kurikulum 013) terhadap Kemampuan Berdeklamasi oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen. Penelitian bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen, khususnya Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ucapan terimakasih khusus disampaikan kepada pihak yang turut berperan, yakni sebagai berikut. 1. Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan, Dr. Ir. Jongkers Tampubolon,. Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Dr. Tagor Pangaribuan, M.Pd. 3. Wakil Dekan Khusus Bidang Akademik kelas Medan, Drs. Juliper Nainggolan, M. Si. 4. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Elza Saragih, S.S., M. Hum. 5. Ketua Lembaga Penelitian, Prof. Dr. Monang Sitorus, M.Si. Dan semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan laporan penelitian ini. 3

4 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Pembatasan Masalah... 3 D. Rumusan Masalah... 3 E. Tujuan Penelitian... 3 F. Manfaat Penelitian. 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 5 A. LANDASAN TEORETIS Metode Discovery Learning... 5 a. Konsep... 6 b. Kelebihan Penerapan Metode Discovery Learning... 9 c. Kelemahan Penerapan Metode Discovery Learning d. Langkah-langkah Metode Discovery Learning e. Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning Deklamasi B. KERANGKA KONSEPTUAL C. HIPOTESIS PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Desain Penelitian... 0 E. Instrumen Penelitian... 1 F. Teknik Analisis Data... 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 4 A. Deskripsi Data

5 B. Uji Persyaratan Analisis Data C. Pengujian Hipotesis D. Temuan Penelitian E. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA

6 DAFTAR TABEL Nomor Halaman I Rincian Populasi Penelitian II Desain Penelitian... 0 III Aspek-aspek Penilaian... 1 IV Data Hasil Menulis Puisi... 4 V Distribusi Frekuensi Nilai Pretest... 6 VI Identifikasi Kecenderungan Pretest... 7 VII Distribusi Frekuensi Nilai Postest... 8 VIII Identifikasi Kecenderungan Postest... 9 IX Uji Normalitas Data Pretest X Uji Normalitas Data Postest XI Harga-harga Uji Bartlet

7 ABSTRAK Eden A. Sitompul. Penerapan Metode Discovery Learning dalam Kemampuan Berdeklamasi oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen. Laporan. Medan. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran kemampuan berdeklamasi sebelum dan sesudah penerapan metode discovery learning oleh mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia tahun pembelajaran 013/ 014. Sampel penelitian ini berjumlah 3 orang dari 105 populasi yang ada. Sampel tersebut akan dikenai dua perlakuan, yakni pembelajaran tanpa menggunakan metode discovery learning dan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest postest design. Instrumen yang digunakan adalah tes performansi kemampuan berdeklamasi. Nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 79,06, sedangkan untuk kelas kontrol adalah 66,56. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai tes sebelum menggunakan metode discovery learning jauh lebih rendah daripada nilai tes sesudah menggunakan metode discovery learning. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji t diperoleh t hitung = 5,3 pada taraf signifikan α = 5% dari daftar distribusi t dk (n-1) = 3-1 = 31, maka diperoleh t tabel =,38. Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima, artinya penerapan metode discovery learning dapat meningkatkan kemampuan berdeklamasi. Selain itu, berdasarkan analisis kategori kemampuan berdeklamasi diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berdeklamasi sebelum menerapkan metode discovery learning termasuk dalam kategori baik (50%) sedangkan kemampuan berdeklamasi sesudah menerapkan metode discovery learning termasuk dalam kategori sangat baik (40,6%). Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode discovery learning dapat meningkatkan kemampuan berdeklamasi pada mahasiswa pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia stambuk 011 pada tahun pembelajaran 013/

8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai bagian dari mata kuliah Sanggar Bahasa dan Sastra Indonesia, deklamasi merupakan materi yang bersifat produktif dan kreatif. Kedua sifat tersebut berorientasi pada entitas yang memiliki ide dan produk yang kreatif, selalu berproses kreatif, dan terlibat dalam lingkungan kreatif. Itu sebabnya, materi tersebut didasarkan juga pada beberapa prinsip, yakni berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta sanggar dan lingkungannya; beragam; tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; relevan dengan kebutuhan kehidupan; menyeluruh dan berkesinambungan; dan belajar sepanjang hayat. Kegiatan berdeklamasi merupakan bagian dari kegiatan membaca puisi, meski pada pengaplikasian, kedua hal itu memiliki bentuk yang berbeda. Berdeklamasi cenderung bersifat lebih total dibanding dengan membaca puisi. Hal itu didasarkan pada tiga hal, yakni kemampuan gerak tubuh, kemampuan menafsirkan makna puisi dan kemampuan memahami kaidah penggunaan tekanan dalam berdeklamasi (Qodariah, 01). Kemampuan menggerakkan bagian tubuh dalam kegiatan berdeklamasi merupakan alat bantu dalam menyampaikan makna puisi. Dengan cara yang demikian, kegiatan berdeklamasi akan mengekspresikan isi puisi yang bersifat implisit dan terbungkus rapi dalam kata-kata yang puitis. Hal itu sejalan dengan kemampuan menafsirkan makna puisi. Dengan kemampuan itu, maka ekspektasi penulis terhadap puisi tersebut akan sampai pada pembaca. Dan yang terakhir, kegiatan berdeklamasi juga membutuhkan kemampuan dalam memahami penggunaan tekanan, yakni aturan dalam menekan atau mempercepat, aturan dalam memperkeras, aturan dalam berhenti, aturan dalam memperlambat, aturan dalam membaca dengan datar, dan aturan-aturan lain yang dapat membuat pembacaan puisi lebih menarik. Ketiga hal di atas merupakan indikator yang saling berkaitan satu sama lain dalam menghasilkan kegiatan berdeklamasi yang lebih baik. 8

9 Indikator yang memuat kegiatan berdeklamasi seperti yang dikemukakan di atas tidak sejalan dengan hasil yang diharapkan. Setakat itu, sampai saat kegiatan berdeklamasi merupakan kegiatan yang belum fasih dilakukan oleh para peserta didik, bahkan mahasiswa sekalipun. Fakta di lapangan membuktikan bahwa kegiatan ini menjadi kegiatan yang paling ditakuti mahasiswa bahkan dibanding dengan kegiatan bermain peran. Selain itu, kegiatan ini juga jarang menjadi pilihan dalam perlombaan yang selama ini diselenggarakan oleh program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal ini didasarkan pada ketidakmampuan siswa dalam mencapai ketiga indikator di atas. Sebagai bagian dari kegiatan berdeklamasi, ketiganya tentu sejalan dan berkaitan satu sama lain. Dengan demikian, perlu adanya revisi dalam proses pembelajaran mata kuliah Sanggar Bahasa, khususnya dalam kegiatan berdeklamasi yang dapat membantu siswa dalam mencapai ketiga indikator di atas. Saat ini, revisi dalam proses pembelajaran di Indonesia diimplementasikan dalam bentuk kurikulum 013, dengan salah satu metode yakni metode discovery learning. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang mengandung tiga ciri utama, yakni mengarahkan siswa dalam mengeksplorasi dan memecahkan masalah, memampukan siswa dalam menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan, serta membimbing siswa dalam melakukan aktivitas berdasarkan ketertarikannya. Dengan demikian, pengetahuan yang didapatkan siswa akan bertahan lama dan mudah diingat, hasil belajarnya akan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya, serta penalarannya akan memampukan berpikir secara bebas (Moedjiono, 199). Metode discovery learning yang berorientasi pada siswa sangat baik digunakan pada materi yang memang membutuhkan kemampuan kognitif dan psikomotorik (Supriyadi, 01). Hal itu sejalan dengan kegiatan berdeklamasi yang juga memiliki tiga indikator yang juga berorientasi pada kemampuan kognitif dan psikomotorik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan membahas mengenai Penerapan Metode Discovery Learning (Kurikulum 013) dalam Pembelajaran Berdeklamasi Mahasiswa Semester Delapan Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UHN Tahun Pembelajaran 013/

10 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan beberapa masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut. 1. Kurangnya kemampuan siswa dalam menggerakkan tubuh,. Kurangnya kemampuan siswa dalam menafsirkan makna puisi, dan 3. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami kaidah penggunaan tekanan dalam berdeklamasi. C. Pembatasan Masalah Sejalan dengan ketiga identifikasi masalah di atas, maka masalah ini hanya dibatasi dan difokuskan pada kemampuan siswa dalam menafsirkan makna puisi dan memahami kaidah penggunaan tekanan dalam berdeklamasi. Oleh karena itu, masalah ini dibatasi pada Penerapan Metode Discovery Learning (Kurikulum 013) dalam Pembelajaran Berdeklamasi Mahasiswa Semester Delapan Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UHN Tahun Pembelajaran 013/ 014. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka penelitian ini akan dibahas dengan rumusan masalah sebagai berikut. 1) Bagaimana kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran berdeklamasi sebelum diajarkan dengan metode discovery learning. ) Bagaimana kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran berdeklamasi sesudah diajarkan dengan metode discovery learning. 3) Bagaimana perbedaan kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran berdeklamasi sebelum dan sesudah diajarkan dengan metode discovery learning. E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran berdeklamasi sebelum diajarkan dengan metode discovery learning. 10

11 ) Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran berdeklamasi sesudah diajarkan dengan metode discovery learning. 3) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran berdeklamasi sebelum dan sesudah diajarkan dengan metode discovery learning. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, yakni sebagai berikut. 1. Menjadi salah satu penelitian yang memperkaya khazanah ilmu bahasa.. Menjadi metode pembelajaran yang representatif dalam mengajarkan materi bahasa dan sastra Indonesia. 3. Menjadi salah satu data rujukan bagi penelitian yang relevan. 11

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORETIS 1. Metode Discovery Learning Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41 dalam Kemendikbud, 013). Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 005:43 dalam Kemendikbud, 013). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 001:19). Sebagai strategi belajar, discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan- 1

13 temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian. Problem solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam discovery learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan, tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui, dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Dengan mengaplikasikan metode discovery learning secara berulangulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan metode tersebut akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Selain itu, pembelajaran itu juga dapat mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented dan mengubah modus ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery sehingga siswa menemukan informasi sendiri. a. Konsep Dalam konsep belajar, sesungguhnya metode discovery learning merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam discovery, teori ini merupakan pembentukan kategori-kategori atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang terjadi di antara obyek-obyek dan kejadian-kejadian (events). Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi: 1) nama; ) contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif; 3) karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4) rentangan karakteristik; dan 5) kaidah (Budiningsih, 005:43 dalam Kemendikbud, 013). Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses 13

14 berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwaperistiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu. Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan discovery learning environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objekobjek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau 14

15 kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 85:001 dalam Kemendikbud, 013). Dalam mengaplikasikan metode discovery learning, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 005:145 dalam Kemendikbud, 013). Kondisi seperti ini ingin mengubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode discovery learning, bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri mereka sendiri dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti mereka. Dengan demikian, seorang guru dalam aplikasi metode discovery learning harus dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar yang lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 005:41 dalam Kemendikbud, 013). Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode discovery learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historian, atau ahli matematika. Melalui kegiatan tersebut, siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. 15

16 Karakteristik yang paling jelas mengenai discovery sebagai metode mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri. b. Kelebihan Penerapan Discovery Learning 1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. ) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. 4) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. 5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. 6) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. 7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan guru pun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. 8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. 9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru. 11) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. 1) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. 16

17 13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. 14) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. 15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentuk manusia seutuhnya. 16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa. 17) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. 18) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. c. Kelemahan Penerapan Discovery Learning 1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsepkonsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. ) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. 3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. 4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. 5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa. 6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. d. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran Berikut ini langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas. 17

18 1) Langkah Persiapan Metode Discovery Learning a. Menentukan tujuan pembelajaran. b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). c. Memilih materi pelajaran. d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi). e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa e. Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning Menurut Syah (004:44 dalam Kemendikbud, 013) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut: 1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus 18

19 menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai. ) Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 004:44 dalam Kemendikbud, 013), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah. 3) Data Collection (Pengumpulan Data) Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 004:44 dalam Kemendikbud, 013). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. 19

20 4) Data Processing (Pengolahan Data) Menurut Syah (004:44 dalam Kemendikbud, 013) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 00: dalam Kemendikbud, 013). Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis 5) Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 004:44 dalam Kemendikbud, 013). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. 6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 004:44 dalam Kemendikbud, 013). Berdasarkan hasil verifikasi 0

21 maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalamanpengalaman itu.. Deklamasi Deklamasi berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare atau declaim yang membawa makna membaca sesuatu hasil sastra yang berbentuk puisi dengan lagu atau gerak tubuh sebagai alat bantu. Gerak yang dimaksudkan ialah gerak alat bantu yang puitis, yang seirama dengan isi bacaan. Umumnya memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan tetapi membaca sebuah cerpen dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan mendeklamasi. Mendeklamasikan puisi atau cerpen bermakna membaca, tetapi membaca tidak sama dengan maksud mendeklamasi. Maksudnya di sini bahwa apapun pengertian membaca tentunya jauh berbeda dengan maksud deklamasi. Di Indonesia perkataan deklamasi sudah ada sebelum tahun 1950-an. Deklamasi artinya membawa puisi-puisi, sedang orang yang melakukan deklamasi itu disebut deklamator untuk lelaki dan deklamatris untuk perempuan. Seringkali deklamasi disamakan dengan menyanyi, padahal keduanya merujuk pada makna yang berbeda. Menyanyi ialah melagukan suatu nyanyian dengan menggunakan not-not do-re-mi atau not balok, sedangkan deklamasi ialah membawakan pantun-pantun, syair, puisi atau sajak dengan menggunakan irama dan gaya yang baik. Di samping itu kita mengenal pula istilah menari, melukis, memahat, sandiwara dan lain-lain. Semuanya itu mempunyai cara-cara dan aturannya sendiri-sendiri. Selain puisi, seperti pantun dan sajak, cerpen dan novel juga dapat dideklamasikan. Namun dalam hal ini, harus ditentukan sajak, puisi, dan pantun yang mana yang baik dan menarik untuk dideklamasikan. 1

22 a. Menggerakkan Bagian Tubuh Deklamasi bukan ucapan semata. Deklamasi harus disertai gerak-gerak tubuh, seperti muka. Dengan ucapan-ucapan yang baik dan teratur, disertai dengan gerak-gerik muka, maka makna yang terkandung dalam puisi akan tersampaikan dengan baik. Dari gerak-gerik muka itu, penonton dapat merasakan dan menyaksikan mengertikan puisi yang dideklamasikan itu, baik puisi yang mengandung kesedihan, kemarahan, maupun yang mengandung kegembiraan. b. Penafsiran Makna Puisi Kegiatan berdeklamasi didasarkan pada kemampuan dalam menafsirkan makna puisi. Apabila sebuah puisi mengandung kesedihan, maka kegiatan berdeklamasi harus diekspresikan dengan suasana sedih dan memilukan. Oleh karena itu, perlu pembacaan yang berulang-ulang dalam rangka memahami makna yang dikandung oleh puisi tersebut. c. Memahami Penggunaan Tekanan dalam Kegiatan Berdeklamasi Kegiatan berdeklamasi harus tunduk kepada aturan-aturannya, yakni memahami di mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus berhenti, di mana harus dilambatkan atau dilunakkan, di mana harus diucapkan biasa, dan sebagainya. Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi itu harus supaya menarik, maka harus dipakai tanda-tanda tersendiri. Perhatikan beberapa aturan yang dimaksud di atas. Diucapkan biasa saja / Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah baris // Berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan artinya dengan baris berikutnya /// Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabisan puisi ^ Suara perlahan sekali seperti berbisik ^^ Suara perlahan sahaja ^^^ Suara keras sekali seperti berteriak V Tekanan kata pendek sekali

23 VV Tekanan kata agak pendek VVV Tekan kata agak panjang VVVV Tekan kata agak panjang sekali / Tekanan suara meninggi Tekanan suara agak merendah \ Cara meletakkan tanda-tanda tersebut pada setiap kata tergantung kepada pemaknaan terhadap puisi tersebut. Demikianlah, setelah tanda-tanda itu diletakkan dengan baik, maka harus memakai perasaan dan pertimbangan. d. Aspek Penilaian Kegiatan Deklamasi Beberapa hal yang perlu diperhatikan siswa saat berdeklamasi (Sismoyo dan Romiyatun, 008: 9-30 dalam Anggarawati, 01) adalah sebagai berikut. 1) Intonasi Intonasi adalah lagu kalimat. lagu kalimat dalam puisi yaitu penekanan setiap kata pada bait dalam puisi. Penekanan ini harus dilaksanakan sesuai isi puisi sehingga pembaca puisi terlihat lebih menghayati puisi. ) Lafal Lafal merupakan cara seseorang dalam mengucapkan bunyi bahasa. Pelafalan saat pembacaan puisi haruslah jelas supaya kata-kata dalam bait puisi dapat terdengar jelas. 3) Ekspresi Ekspresi merupakan proses menyatakan atau mengungkapkan maksud, gagasan, atau perasaan yang ditunjukkan dengan gerak badan dan atau air muka. Ekspresi yang dikeluarkan seharusnya sesuai dengan isi bait yang dibacakan sehingga maksud dari puisi tersebut jelas dan dapat dimengerti oleh pendengar. Misalnya, bait puisi yang bernada sedih air mukanya haruslah menunjukkan perasaan sedih atau muram. 4) Berani dan Percaya Diri Keberanian dan kepercayaan diri siswa dapat dilihat melalui sikap saat berdeklamasi. Sikap-sikap yang perlu diperhatikan saat berdeklamasi, yaitu sebagai berikut. a) berdiri menghadap para pendengar dengan sikap berdiri yang baik, 3

24 b) saat mendeklamasikan puisi, sesekali pandangan mata mengarah pada pendengar (tidak menunduk), dan c) bersikap tenang serta tidak tergesa-gesa. e. Teknik Berdeklamasi Beberapa teknik deklamasi yang dapat diaplikasikan (Anggarawati, 01) adalah sebagai berikut. 1) Mengenal jenis puisi, misalnya, puisi yang berisi perjuangan nantinya dibawakan dengan semangat, puisi yang menceritakan kegembiraan nantinya dibawakan dengan ceria. ) Memahami isi puisi. Hal ini penting dilakukan supaya kita dapat mendeklamasikan puisi dengan intonasi dan ekspresi yang tepat. 3) Membaca berulang-ulang. Awalnya puisi dibaca dalam hati, selanjutnya puisi dibaca dengan bersuara secara berulang-ulang. 4) Melakukan latihan membaca puisi secara berulang-ulang. Setelah puisi dibaca berulang-ulang dan pembaca sudah memahami isi puisi, lakukan latihan membaca puisi dengan lafal yang jelas. Latihan membaca puisi disertai dengan pemberian intonasi yang tepat. Latihan dapat dilanjutkan dengan pemberian ekspresi yang tepat. B. KERANGKA KONSEPTUAL Kegiatan berdeklamasi merupakan kegiatan yang berorientasi pada tiga indikator, yakni kemampuan menggerakkan bagian tubuh, kemampuan menafsirkan makna puisi, dan kemampuan dalam memahami kaidah penggunaan intonasi dalam pembacaan puisi. Dengan memahami tiga indikator di atas, maka makna yang implisit yang terkandung dalam sebuah puisi akan ditafsirkan dengan baik oleh deklamator dan akan disampaikan dengan ekspressif melalui gerakan tubuh dan pemahaman dalam menggunakan kaidah intonasi. Oleh karena itu, apabila tiga indikator tersebut tercapai, maka kegiatan berdeklamasi juga akan menghasilkan nilai belajar yang baik. Metode discovery learning merupakan metode pembelajaran yang mengandung tiga ciri utama, yakni mengarahkan siswa dalam mengeksplorasi dan 4

25 memecahkan masalah, memampukan siswa dalam menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan, serta membimbing siswa dalam melakukan aktivitas berdasarkan ketertarikannya. Dengan demikian, pengetahuan yang didapatkan siswa akan bertahan lama dan mudah diingat, hasil belajarnya akan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya, serta penalarannya akan memampukan berpikir secara bebas. Kegiatan berdeklamasi mengharapkan siswa agar memiliki kemampuan kognitif dan psikomotorik yang baik dalam menafsirkan makna dan mengekspresikan sebuah puisi. Sejalan dengan itu, metode discovery learning juga merupakan metode pembelajaran yang mengarahkan siswa dalam memperoleh kemampuan kognitif dan psikomotorik. Oleh karena itu, metode discovery learning merupakan metode pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berdeklamasi. C. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan landasan teoretis dan kerangka konseptual yang dijelaskan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut. Ha: Terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara kemampuan berdeklamasi sebelum dan sesudah diajarkan dengan menggunakan metode discovery learning pada mahasiswa semester enam Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UHN Medan tahun pembelajaran 013/ 014. Ho: Tidak terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara kemampuan berdeklamasi sebelum dan sesudah diajarkan dengan menggunakan metode discovery learning pada mahasiswa semester enam Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UHN Medan tahun pembelajaran 013/

26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Metode ini merupakan metode yang sangat baik dalam mengukur hubungan sebab dan akibat. Oleh karena itu, metode ini dipergunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan mahasiswa dalam kegiatan berdeklamasi sebelum dan sesudah dikenai perlakuan metode discovery learning (pendekatan saintifik). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas perkuliahan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pembelajaran 013/ 014. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Arikunto (1998:115) menyatakan, Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester empat Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 013/ 014 yang terdiri atas 3 kelas seperti di bawah ini. Tabel 1 Rincian Populasi Penelitian Mahasiswa semester enam Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Group A Group B Group C

27 . Sampel Penelitian Peneliti menggunakan teknik random dalam menentukan atau mengambil sampel. Dalam penelitian ini populasi yang ada terdiri menjadi 3 (tiga) kelas. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, peneliti melakukan random sampling terhadap populasi kelas yang ada dengan cara melakukan pengacakan. Oleh karena itu, diambil 30% dari 105 orang, maka sampel penelitian ini adalah 3 orang mahasiswa D. Desain Penelitian Model desain penelitian yang digunakan peneliti adalah desain One Group Pretest Posttest Design. Arikunto (005:1) berpendapat, One group pretest posttest design yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Di dalam desain ini pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Pengukuran yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pretest, dan pengukuran sesudah eksperimen disebut posttest. Dengan desain ini, efek dari eksperimen dapat diketahui dengan pasti karena sudah menggunakan tes awal. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yang pertama, tes sebelum menggunakan metode discovery learning, dan yang kedua, tes sesudah metode discovery learning. Tabel Desain Penelitian Kelas Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen O 1 X O Keterangan: O 1 X O : Tes awal dalam kegiatan berdeklamasi : Perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran discovery learning : Tes akhir dalam kegiatan berdeklamasi 7

28 E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk menjaring data adalah tes dalam kegiatan berdeklamasi. Tes tersebut dibentuk berdasarkan performansi mahasiswa dalam kegiatan mendeklamasikan puisi. Adapun yang menjadi kriteria penilaian dalam kegiatan berdeklamasi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3 Aspek-aspek Penilaian No Aspek Indikator Skor Maksimal 1 Pemaknaan Kemampuan menafsirkan makna puisi 0 Gerakan a) Kemampuan menggerakkan tubuh (15) b) Kemampuan menunjukkan mimik/ ekspresi wajah (15) 3 Kaidah a) Kemampuan menggunakan Intonasi (15) Pembacaan b) Kemampuan menggunakan lafal (15) 4 Performansi a) Kemampuan menampilkan pertunjukan yang menarik (10) b) Keberanian dan Kepercayan diri (10) Jumlah 100 F. Teknik Analisis Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis adalah sebagai berikut. 1. Menghitung nilai rata-rata hasil belajar kegiatan berdeklamasi sebelum dan sesudah perlakuan dengan rumus Fi X i X = (Sudjana, 00:67) F i 8

29 . Menghitung simpangan baku S 1 dan S dari varians sebelum dan sesudah perlakuan dengan rumus N F i X i Fi X i S (Sudjana, 00:95) N N 1 3. Pemeriksaan dengan uji normalitas data dengan menggunakan uji Liliefors, langkah-langkah yang ditempuh adalah: a. Pengamatan X 1, X,.,X n dijadikan bilangan baku Z 1, Z,.Z n dengan menggunakan rumus: X Z = i X i S (Sudjana, 00:466) b. Menghitung peluang F(z i ) = F(z z i ) dengan menggunakan daftar distribusi normal baku. c. Menghitung Z 1, Z,.,Z n yang dinyataka dengan S(Z i ). d. Menghitung selisih F(Z i ) - S(Z i ) kemudian menentukan harga mutlaknya. e. Menentukan harga terbesar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut Harga terbesar ini disebut L o. Untuk menerima dan menolak distribusi normal data penelitian dapat dibandingkan nilai L o dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar tabel uji Liliefors dengan taraf 0,05 dengan kriteria pengujian jika L o < L maka sampel berdistribusi normal. 4. Untuk menentukan data homogen atau tidak, digunakan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji F sebagai berikut. var ians terbesar F = var ians terkecil (Sudjana, 00:50) Kriteri pengujian: Jika F hitung < F tabel maka sampel sebelum dan sesudah perlakuan mempunyai varians yang sama. 5. Pengujian hipotesis, digunakan rumus uji-t dari Arikunto yaitu t D D N( N D N 1) (Arikunto, 005:396) 9

30 Rumus di atas dapat diuji pada taraf signifikan 5% atau = 0,05 dari daftar distribusi t dk = (n-1) dengan ketentuan terima H a jika t hitung > t tabel dan ditolak H o jika t hitung < t tabel. Selanjutnya kategori kemampuan berdeklamasi sebelum dan sesudah perlakuan, digunakan rentang nilai berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) sebagai berikut: : Baik Sekali : Baik : Cukup : Kurang 0-54 : Kurang Sekali Kategori kemampuan siswa tersebut dianalisis dengan teknik persentase yang dikemukakan Arikunto (003:50), Para siswa diharapkan dapat mencapai sekurang-kurangnya 75% dari tujuan pembelajaran yang ditentukan. Selanjutnya Thoha (001:87) menyatakan, Seberapa jauh tingkat penguasaan dianggap memadai, tergantung pada standar atau patokan yang ditetapkan. Apabila persentase nilai (dari tingkat kategori cukup ke atas) sudah mencapai 75%, dapat dinyatakan kemampuan siswa memadai dan apabila kurang dari 75% maka dinyatakan kurang memadai. 30

31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai mahasiswa berdeklamasi sebelum dan sesudah menerapkan metode discovery learning. Distribusi nilai yang diperoleh melalui penerapan metode tersebut dipaparkan dalam tabel berikut. Tabel 4 Data Nilai Kemampuan Berdeklamasi No Nama Pretest Postest 1. Gloria Rivael Br. Sembiring Eva Friska Tarigan Ika Widiati Sinaga Ruth Helena Nainggolan Rita Marsaulina Pasaribu Isabella Br. Sembiring Henny Indriawati Hulu Amrin Jafetman Sinaga Repiana Gultom Ernesta Br. Ginting Lastri Nainggolan Vina Merina Br. Sianipar Lidia Theresia Siringoringo Ceria Kristi Br. Tarigan Rayona Tampubolon Virgina Rosti Situmorang Chrisma Dumasari Br. Siahaan Goklas Brikman Simaremare Edo Salomo Sormin

32 0. Martini Simanjuntak Minarti Manalu Noviyanti Raema Sitompul Juwita Siregar Betaria Fronika Silalahi Marety Esteria Silalahi Laurence Tampubolon Marita Butarbutar Nova Yanti Manurung Anna Sari Natalia Tarigan Novita Lina Br. Tarigan Irma Erviana Br. Perangin-angin Libra Simatupang Jumlah X 1 =130 X = 530 Rata-rata 66,56 79,06 Nilai di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh pada pretest memiliki selisih dengan nilai rata-rata yang diperoleh pada postest. Berdasarkan nilai tersebut, sementara waktu dapat dinyatakan bahwa metode discovery learning meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berdeklamasi, namun pengujian data tersebut perlu dilakukan untuk membuktikan hipotesis. Oleh karena itu, berdasarkan distribusi nilai di atas, di bawah ini disajikan distribusi frekuensi yang memetakan nilai-nilai tersebut dalam bentuk standar deviasi, standar perbedaan, dan standar error perbedaan mean untuk digunakan dalam menentukan normalitas, homogenitas, dan hipotesis penelitian, baik untuk data pretest, maupun untuk data postest. 1. Analisis Data Pretest Seperti penjelasan sebelumnya, perolehan nilai pretest akan didistribusikan untuk menentukan nilai-nilai yang diperlukan dalam menguji penerapan metode discovery learning dalam meningkatkan kemampuan berdeklamasi. 3

33 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest X F FX X x Fx ,56 464,83 464, ,56 74,3 8, ,56 133,63 133, ,56 43,03 17, ,56,43 17, ,44 11,83 71, ,44 71,3 498, ,44 180,63 541,90 N=3 FX=130 Fx =71,85 Pemetaan tabel di atas digunakan untuk menentukan standar deviasi dan standar error sampel pada nilai awal (pretest) seperti berikut. 1. Rata-rata (Mean) Nilai Pretest M X fx N ,56. Standar Deviasi Nilai Pretest SD X fx N 1 71, ,05 SD X 9, 33

34 FREKUENSI 3. Standar Error Nilai Pretest SE MX SD N 1 X 1 9, 3 1 SE MX 1,65 Perolehan nilai pretest pada setiap sampel berdasarkan distribusi frekuensi dapat diamati dalam diagram batang berikut ini. Gambar Distribusi Frekuensi Kelompok Pretest NILAI Diagram batang yang menunjukkan perolehan nilai setiap sampel pada data pretest juga dapat diamati dalam kategorisasi di bawah ini. Tabel 6 Identifikasi Kecenderungan Kelompok Pretest Rentang F. absolute F. Relative Kategori % Sangat baik % Baik ,5% Cukup ,5% Kurang Sangat kurang 3 100% 34

35 . Analisis Data Postest Tidak berbeda dengan analisis data pretest sebelumnya, data postest berikut ini juga disajikan berdasarkan distribusi frekuensi dalam bentuk standar deviasi, standar perbedaan, dan standar error yang diperlukan untuk menguji normalitas data yang diperoleh. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Data Postest X F FX X x Fx ,06 363,8 1083, ,06 197,68 197, ,06 8,08 38, ,06 16,48 8, ,94 0,88 5, ,94 35,8 11, ,94 119,68 598, ,94 54,08 508,16 N=3 FX=530 Fx =301,84 Distribusi frekuensi tersebut digunakan untuk menentukan standar deviasi, standar error, dan standar perbedaan pada data postest berikut ini. 1. Rata-rata (Mean) Data Postest M X fx N ,06. Standar Deviasi Data Postest SD X fx N 1 301, ,43 SD X 9,71 35

36 FREKUENSI 3. Standar Error Kelompok Y SE MX SD N 1 X 1 9, SE MX 1,74 Berdasarkan tabel distribusi kelas postest di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut: Gambar 3 Distribusi Frekuensi Data Postest NILAI Adapun ketentuan dalam pengkategorian data tersebut terbagi atas lima bagian seperti tabel berikut. Tabel 8 Identifikasi Kecenderungan Data Postest Rentang F. absolute F. Relative Kategori ,6% Sangat baik ,9% Baik ,5% Cukup Kurang Sangat kurang 3 100% 36

37 4. Mencari Standar Error Data Pretest dan Data Postest SE mx my SE MX SE MY 1,65,7 1,74 3,0 5,74 =,39 Dari perhitungan di atas diperoleh standar error perbedaan mean pada pretest (X) dan postest (Y) adalah,39. B. Uji Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas Data Pretest Uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas Lilliefors. Berikut tabel uji normalitas pada data pretest. Tabel 9 Uji Normalitas Data Pretest X F Fkum Zi Tabel F(Zi) S(Zi) L ,33 0,4901 0,0099 0,031 0, ,79 0,4633 0,0367 0,150 0, ,5 0,3944 0,1056 0,156 0, ,71 0,61 0,388 0,81 0, ,16 0,0636 0,4364 0,5 0, ,37 0,1443 0,6443 0,6875 0, ,91 0,3186 0,8186 0,906 0, ,45 0,465 0, ,0735 Berdasarkan tabel di atas, harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut (L hitung )= 0,0883. Kemudian nilai L hitung ini diproyeksikan dengan nilai kritis L dengan taraf nyata α = 0,05 (5%). Dimana diketahui (N=3), maka L tabel dengan α (0,01) = 0,184, dan α (0,05) = 0,

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013 Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013 Ada tiga model pembelajaran yang dianjurkan dalam penerapan Kurikulum 2013 antara lain: Discovery Learning (DL), Problem

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 A. Definisi/ Konsep 1. Definisi MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN ( DISCOVERY LEARNING) Metode Discovery Learning adalah

Lebih terperinci

Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013

Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 e-book Definisi Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 Oleh : IDHAM, S.Pd http://education-vionet.blogspot.com Page 1 Definisi Model Pembelajaran Penemuan

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 3 BATANG TAHUN 2013/ 2014 Oleh

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3b MODEL DISCOVERY LEARNING 2 Discovery Learning Belajar diskoveri memberi penekanan pada keakifan siswa, berpusat pada siswa dimana siswa

Lebih terperinci

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING Oleh : I Putu Agus Indrawan (1013031035) UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Pembelajaran IPA Menurut Gagne dalam Slameto, (2010:13) memberikan dua definisi belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING. Yanuar Sinatra Sekolah Tinggi Teknik Malang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING. Yanuar Sinatra Sekolah Tinggi Teknik Malang PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING Yanuar Sinatra Sekolah Tinggi Teknik Malang Email: ysinatra@yahoo.co.id, Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil

Lebih terperinci

Oleh: Adi Suarman Situmorang, M.Pd Rani Farida Sinaga, S. Pd, M.Si (Dosen FKIP Universitas HKBP Nommensen) LEMBAGA PENELITIAN

Oleh: Adi Suarman Situmorang, M.Pd Rani Farida Sinaga, S. Pd, M.Si (Dosen FKIP Universitas HKBP Nommensen) LEMBAGA PENELITIAN LAPORAN PENELITIAN EFEKTIVITAS GEOGEBRA SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH GEOMETRI DI PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: Adi Suarman

Lebih terperinci

Oleh: Drs. Edison Simaremare, M. Pd. Beslina Afriani Siagian, S. Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Oleh: Drs. Edison Simaremare, M. Pd. Beslina Afriani Siagian, S. Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA LAPORAN PENELITIAN PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN CTS (CATATAN: TULIS SUSUN) TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI UNSUR INTRINSIK NOVEL OLEH MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Oleh: Drs. Eden A. Sitompul, M. Pd. Beslina Afriani Siagian, S. Pd. (Dosen FKIP Universitas HKBP Nommensen) LEMBAGA PENELITIAN

Oleh: Drs. Eden A. Sitompul, M. Pd. Beslina Afriani Siagian, S. Pd. (Dosen FKIP Universitas HKBP Nommensen) LEMBAGA PENELITIAN LAPORAN PENELITIAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI OLEH MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas merupakan serapan dari bahasa asing yang berasal dari kata effective yang berarti manjur, ampuh, berlaku, mujarab, berpengaruh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sebab melalui pendidikanlah tercipta sumber daya manusia (SDM) yang terdidik dan mampu menghadapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan nama lain

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan nama lain 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Discovery Learning Model pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan nama lain dari pembelajaran penemuan (Kosasih, 2014: 83). Discovery adalah menemukan konsep

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Model adalah prosedur yang sistematis tentang pola belajar untuk mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi pengajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang Pembelajaran IPA, hasil belajar, proses pembelajaran, pembelajaran IPA SD, dan model pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan 12 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Karakteristik Anak Sekolah Dasar Perkembangan fisik anak merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Teoretis

BAB II. Kajian Teoretis BAB II Kajian Teoretis A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Menurut Slavin (Rahayu 2011, hlm. 9), Missouri Mathematics Project (MMP) adalah suatu program yang dirancang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek. Berbicara tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dalam belajar matematika, yang merupakan masalah bukanlah soal yang biasa dikerjakan oleh siswa atau biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nadia Dezira Hasan, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nadia Dezira Hasan, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Slameto (Djamarah, 1996), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik di dalam aspek kebahasaan maupun kesusastraan. Jika kompetensi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baik di dalam aspek kebahasaan maupun kesusastraan. Jika kompetensi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia agar siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual (berpikir

Lebih terperinci

DISCOVERY LEARNING DALAM MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PENEMUAN DIRI

DISCOVERY LEARNING DALAM MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PENEMUAN DIRI DISCOVERY LEARNING DALAM MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PENEMUAN DIRI DISCOVERY LEARNING IN TEACHING AND LEARNING THEORY CLASS TO CREATE STUDENTS SELF INVENTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar Secara umum hasil adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN PENERAPAN METODE PENEMUAN (DISCOVERY), INKUIRI, PERMAINAN (GAMES), DAN PEMBERIAN TUGAS SERTA KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA

PENGERTIAN DAN PENERAPAN METODE PENEMUAN (DISCOVERY), INKUIRI, PERMAINAN (GAMES), DAN PEMBERIAN TUGAS SERTA KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA PENGERTIAN DAN PENERAPAN METODE PENEMUAN (DISCOVERY), INKUIRI, PERMAINAN (GAMES), DAN PEMBERIAN TUGAS SERTA KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA Oleh: Kelompok 11 Kelas 5B Ade Kusuma Wardani 1313011021 Kadek Candra

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Discovery Learning Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN ISSN 5-73X PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN Ratni Sirait Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Rachmad Lasaka Guru Matematika SMP Negeri 2 Luwuk, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Ruang Lingkup Kurikulum Menurut Peraturan Mentri. Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Ruang Lingkup Kurikulum Menurut Peraturan Mentri. Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Ruang Lingkup Kurikulum Menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery 0 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery Terhadap Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Siswa Kelas X SMK Swasta GKPS 2 Pematangsiantar Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh: Rifkawaty Pasaribu

Lebih terperinci

Oleh Ratna Dewi ABSTRAK

Oleh Ratna Dewi ABSTRAK 0 Pengaruh Penggunan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Air Putih Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Ratna Dewi 2102111024 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan peserta didik kelas X menulis cerpen menggunakan metode latihan terbimbing, (3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan peserta didik kelas X menulis cerpen menggunakan metode latihan terbimbing, (3) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini dipaparkan hasil dan pembahasan penelitian, meliputi (1) kemampuan peserta didik kelas X menulis cerpen tanpa menggunakan metode latihan terbimbing,

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN FISHBOWL

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN FISHBOWL PENGARUH METODE PEMBELAJARAN FISHBOWL (TOPLES IKAN) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA OLEH SISWA KELAS VIII YAYASAN PENDIDIKAN NURUL KHAIR DESA TANDAM HILIR II TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Rahmadani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek Populasi/ Sampel, dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Cimahi, yang beralamat di Jl. Kamarung No. 69 Km 1,5 Cimahi Utara,

Lebih terperinci

Dwi Pratama Sari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Dwi Pratama Sari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan ABSTRAK 1 2 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X MAS HIDAYATUL ISLAM BP MANDOGE, ASAHAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013 Dwi Pratama Sari Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TEKNIK DRAMATIK DALAM PEMBELAJARAN MENGANALISIS TOKOH CERPEN PADA PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

EFEKTIVITAS TEKNIK DRAMATIK DALAM PEMBELAJARAN MENGANALISIS TOKOH CERPEN PADA PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN Pontas Jamaluddin Sitorus Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN ISSN: 2356-2595 Volume-1, Edisi-1, september 2014 Halaman 58-66 EFEKTIVITAS TEKNIK DRAMATIK DALAM PEMBELAJARAN MENGANALISIS TOKOH CERPEN PADA

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 01/013 Ermawati dan Rita Juliani Jurusan Fisika Fisika Universitas Negeri Medan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjaun Pustaka 1. Keterampilan Eksperimen Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan merancanakan percobaan merupakan kegiatan mengidenfikasi berapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan kajian teori pada penelitian ini berisi tinjauan sejumlah kajian yang berkaitan dengan (1) Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang IPA adalah ilmu pengetahuan yang tergolong ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran IPA perlu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Adapun metode kuantitatif yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi

Lebih terperinci

Oleh Adelita Purba Dra. Rosmaini, M.Pd

Oleh Adelita Purba Dra. Rosmaini, M.Pd PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 20 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Adelita Purba Dra. Rosmaini,

Lebih terperinci

Oleh Rini Turnip Drs. H. Sigalingging, M.Pd.

Oleh Rini Turnip Drs. H. Sigalingging, M.Pd. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPLANASI OLEH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LUBUK PAKAM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Rini Turnip Drs. H.

Lebih terperinci

Pengaruh Metode Karyawisata Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Swasta Yapendak Tinjowan Tahun Pembelajaran 2013/2014

Pengaruh Metode Karyawisata Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Swasta Yapendak Tinjowan Tahun Pembelajaran 2013/2014 1 2 Pengaruh Metode Karyawisata Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Swasta Yapendak Tinjowan Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Florenta Winda Herlina Pardede 2103111025 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal. 8 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Di sini yang dipentingkan pendidikan intelektual. Kepada anak-anak

Lebih terperinci

Oleh Pestauli Gultom Kata Kunci: pengaruh, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, teks eksplanasi

Oleh Pestauli Gultom Kata Kunci: pengaruh, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, teks eksplanasi Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMP Santo Ignasius Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Pestauli Gultom 2103111048 ABSTRAK

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Populasi

Lebih terperinci

Oleh Sariduma Sinaga Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd.

Oleh Sariduma Sinaga Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd. PENGARUH METODE KWL (KNOW, WANT TO KNOW, LEARNED) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KERAJAAN KAB. PAKPAK BHARAT TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Sariduma

Lebih terperinci

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T. Vol., No., Mei PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN MEDAN T.P 3/ Fitriani dan Alkhafi Maas Siregar Program Studi

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY (PENEMUAN)

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY (PENEMUAN) MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY (PENEMUAN) A. Pengertian Model Pembelajaran Penemuan Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan

Lebih terperinci

Ernanda Ariyatna Drs. Malan Lubis, M.Hum.

Ernanda Ariyatna Drs. Malan Lubis, M.Hum. 1 Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks Siswa Kelas X SMK Negeri 3 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 Ernanda Ariyatna Drs. Malan Lubis, M.Hum.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Eksperimen adalah observasi dibawah kondisi buatan dimana kondisi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Eksperimen adalah observasi dibawah kondisi buatan dimana kondisi 9 BAB METODE PENELITIAN. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Eksperimen adalah observasi dibawah kondisi buatan dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

BAB III METODE PENELITIAN. generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Sugiyono (015:117) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION 0 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA SISWA KELAS IX SMP SWASTA AL-ULUM MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 SITI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman dapat diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Menurut Van de Walle (Yohana et all,2012)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang bermuara pada penarikan kesimpulan tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Bukan untuk

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY Pedagogy Volume 2 Nomor 2 ISSN 25023802 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI DENGAN MENINJAU

Lebih terperinci

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN KONVENSIONAL PADA MATERI OPERASI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 1 SIANTAR T.A. 2012/2013 Gayus Simarmata FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu fisika merupakan salah satu dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang fenomena alam sehingga dalam pembelajarannya diperlukan kegiatan yang dapat mengarahkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang 23 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang beralamatkan di Jl. Untung Suropati Gg. Bumi Manti II No. 16, Kota Bandar Lampung. Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Gorontalo, karena pada sekolah tersebut kemampuan pemecahan masalah matematika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metodologi penelitian yang akan dikemukakan terlebih dahulu oleh penulis yaitu metode penelitian dan desain penelitian. Untuk lebih jelasnya

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 0 PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Titik Suwarni Dra. Rosdiana Siregar, M.Pd. Penelitian ini

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING. Etik

UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING. Etik Etik 31 UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING Etik 292013217@Student.uksw.edu Drs. Nyoto Harjono, M.Pd. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GETARAN DAN GELOMBANG DI KELAS VIII SMP NEGERI 12 BINJAI

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GETARAN DAN GELOMBANG DI KELAS VIII SMP NEGERI 12 BINJAI ISSN 5-73X PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GETARAN DAN GELOMBANG DI KELAS VIII SMP NEGERI BINJAI Benni Aziz Jurusan Pendidikan Fisika Universitas

Lebih terperinci

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd. 1 Pengaruh Model Pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) terhadap Kemampuan Menanggapi Pembacaan Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu Tahun Pembelajaran 2014/2015

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Discovery Learning Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Bruner berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia, tanpa bahasa komunikasi akan lumpuh. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan ide,

Lebih terperinci

ALBERT GULTOM, NIM : PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN TEMBUNG T.A 2016/2017.

ALBERT GULTOM, NIM : PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN TEMBUNG T.A 2016/2017. ABSTRAK ALBERT GULTOM, NIM : 1133111002 PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 101771 TEMBUNG T.A 2016/2017. SKRIPSI. FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 2017.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN TANGRAM GEOGEBRA UNTUK MENEMUKAN LUAS PERSEGI

PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN TANGRAM GEOGEBRA UNTUK MENEMUKAN LUAS PERSEGI PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN TANGRAM GEOGEBRA UNTUK MENEMUKAN LUAS PERSEGI Farida Nursyahidah, Bagus Ardi Saputro Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPATI Universitas PGRI Semarang Jl.

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 12 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 12 PADANG PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN PADANG Fitrah Mardhatillah Husna, Mukhni, Fauziah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Eksperimen kuasi ini merupakan metode penelitian yang peneliti gunakan. Penelitian ini membutuhkan satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen. Kelas kontrol

Lebih terperinci

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan PE NGARUH MO DEL PE MBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CAHAYA KELAS VIII SMP NEGERI 11 MEDAN Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) 0 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Meta Melisa Br. Ginting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Strategi Pembelajaran Penemuan ( Descovery ) kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Strategi Pembelajaran Penemuan ( Descovery ) kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Penemuan ( Descovery ) 1. Hakikat Strategi Pembelajaran Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA ALBUM FOTO KENANGAN TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

PENGARUH MEDIA ALBUM FOTO KENANGAN TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 PENGARUH MEDIA ALBUM FOTO KENANGAN TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Sifra Br Sijabat Dra. Rumasi Simaremare, M.Pd.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Jenis pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang menekankan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Pendidikan pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

PENDAHULUAN Pendidikan pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TAKE AND GIVE TERHADAP KEMAMPUAN MENYUNTING TEKS PROSEDUR KOMPLEKS OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SEI KANAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Eva Susanti Ginting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi siswa dilihat dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian eksperimen yaitu True experimental design. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING (PjBL) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Kuliah Kewirausahaan Tingkat II Tahun

Lebih terperinci

Oleh Devi Maria Tri Putri Drs. Syamsul Arif, M.Pd. ABSTRAK

Oleh Devi Maria Tri Putri Drs. Syamsul Arif, M.Pd. ABSTRAK 0 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI PARAGRAF NARASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 19 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Devi Maria Tri Putri Drs.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG Tri Putri, Zulfa Amrina, Rona Taula Sari 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan masalah yang dirumuskan sebelumnya yaitu menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Pada penelitian ini

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI MAKNA PUISI OLEH SISWA KELAS X SMA SWASTA MEDAN PUTRI MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI MAKNA PUISI OLEH SISWA KELAS X SMA SWASTA MEDAN PUTRI MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI MAKNA PUISI OLEH SISWA KELAS X SMA SWASTA MEDAN PUTRI MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Ferlianus Telaumbanua Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd.

Lebih terperinci

Oleh Try Annisa Lestari ABSTRAK

Oleh Try Annisa Lestari ABSTRAK PENGARUH METODE THINK-TALK-WRITE TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSURE-UNSUR INTRINSIK CERPEN OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 17 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Try Annisa Lestari 2103111075 ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang 24 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang terletak di Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No.14 Labuhanratu, Kedaton. Populasi dalam

Lebih terperinci

Oleh Desi Khairani Drs. Sanggup Barus, M.Pd.

Oleh Desi Khairani Drs. Sanggup Barus, M.Pd. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK CERPEN NASIHAT- NASIHAT KARYA A. A. NAVIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI

Lebih terperinci

Oleh : Maria Krisnauli Manik Dr. Rosmawaty, M.Pd. Abstrak

Oleh : Maria Krisnauli Manik Dr. Rosmawaty, M.Pd. Abstrak 1 PENGARUH TEKNIK MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHU (SHOW NOT TELL) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI OLEH SISWAKELAS X SMA SWASTA BUDISATRYA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh : Maria Krisnauli Manik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kuasi Eksperimen atau eksperimen semu. Pada penelititian kuasi eksperimen (eksperimen semu) menggunakkan

Lebih terperinci

Iramaya Fridayanti Sinaga dan Nurdin Siregar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Iramaya Fridayanti Sinaga dan Nurdin Siregar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI1 SILIMAKUTA SARIBUDOLOK T.P 2014/2015 Iramaya Fridayanti Sinaga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengisi ruang bangun. Kalau satuan volume yang digunakan. beraturan misalnya batu yang ditemukan di jalan 18.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengisi ruang bangun. Kalau satuan volume yang digunakan. beraturan misalnya batu yang ditemukan di jalan 18. 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Volume Kubus dan Balok 1. Pengertian Volume Volume artinya isi atau besarnya atau banyaknya benda di ruang 16. Secara teori pengertian volume adalah banyaknya

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Berliana Fenny Gultom Drs. Syamsul Arif, M.Pd. ABSTRAK

Lebih terperinci