PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI
|
|
- Ade Budiono
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI Pendahuluan Perilaku merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari baik perilaku individu ataupun perilaku kelompok, mungkin kedengarannya asing untuk mempelajari perilaku itu sendiri, namun hal ini sangat penting karena dengan mengetahui arti dari perilaku kita dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh individu tersebut, hal ini bertujuan agar apa yang kita harapkan dapat tercapai dengan kerjasama setiap individu dengan keanekaragaman perilakunya. Selain itu perilaku dalam sebuah organisasi sangat mempengaruhi jalannya suatu organisasi tersebut. A. Perilaku Individu Perilaku individu adalah perilaku atau interaksi yang dilakukan oleh manusia atau individu di lingkungannya, perilaku setiap individu sangatlah berbeda dan hal ini dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebuut tinggal, perilaku yang berbeda mengakibatkan berbedanya kebutuhan setiap individu, untuk itu perlunya suatu organisasi agar kebutuhan yang berbeda tersebut dapat terpenuhi dengan bekerja sama antar individu. Perilaku individu akan membentuk pada perilaku organisasi, seperti yang terdapat pada gambar dibawah ini yang menggambarkan model umum perilaku organisasi.
2 Gambar 3. Model Umum PO Karakteristik individu: Kemampuan, Kebutuhan, Kepercayaan, Pengalaman, Pengharapan, dll. Karakteristik organisasi: Hierarki, Tugas-tugas, Wewenang, Tanggung jawab, System reward, System control, dll. Perilaku Individu Dalam Organisasi Dalam berorganisasi individu memiliki perannya masing-masing, perilaku individu dalam berorganisasi diantaranya: 1. Produktifitas kerja 2. Kepuasan kerja 3. Tingkat absensi 4. Tingkat turnover B. Perbedaan Individual Perbedaan individual berasal dari perbedaan sifat yang dimiliki oleh setiap individu yang berasal dari pengaruh lingkkungan yang berbeda, dan itu merupakan sifat manusia yang tidak dapat dipungkuri, karena manusia memiliki perbedaan perilaku maka kemampuan yang dimiliki pun berbeda sehingga setiap manusia membutuhkan kerjasama antara satu dengan yang lainnya agar dapat mencapai tujuan dari masing-masing individu tersebut, disini kita dapat menarik kesimpulan bahwa meskipun setiap individu mempunyai perbedaan namun pada hakikatnya mereka bisa bersama atau
3 bersatu dalam mencapai tujuan yang berbeda dalam suatu wadah yang biasa disebut organisasi. C. Karakteristik Organisasi dan Pengaruhnya terhadap Individu Karakteristik organisasi adalah cirri khusus yang dimiliki oleh suatu organisasi tertentu, misalnya: 1. Terdapat komunikasi dua arah, 2. Tujuan kelompok jelas dan diterima oleh anggota, 3. Kontroversi dan konflik tidak diabaikan, diingkari atau ditekan. Namun, karakteristik organisasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku individu, hanya saja perilaku individu itu akan menyesuaikan dengan karakteristik organisasi tersebut, yaitu berupa peraturan-peraturan. Dan hal itu hanya berlaku ketika individu tersebut berada dilingkungan organisasi, namun tidak dapat dipungkiri juga hal itu akan berdmpak pada perilaku dilingkungan luar, misalnya keluarga dan masyarakat yaitu sikap yang sering dilakukan individu tersebut dalam organisasi, misalnya cara berpikir, berbicara dan mengambil keputusan serta gaya atau cara ia dalam menghadapi suatu permasalahan yang dihadapi. D. Pendekatan-pendekatan untuk Memahami Perilaku Individu Untuk memahami perilaku individu dapat menggunakan pendekatan yang dikelompokan menjadi tiga pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan kognitif adalah bahwa suatu perilaku oleh suatu rangsangan, dimana perilaku individu terjadi atau timbul dikarenakan adanya rangsangan sehingga timbulah respon atas rangsangan tersebut, contohnya jika kita bertemu dengan teman dan kemudian dia bersikap baik terhadap kita tentu saja kitapun akan bersikap baik pula.
4 Gambar 4. Pendekatan Kogninif Rangsangan Kognisi Respon 2. Pendekatan penguatan adalah bahwa suatu perilaku dipengaruhi oleh gerakan reflex yang digerakan oleh system syaraf motorik yang ada di otak kita, contohnya jika tangan kita terkena api maka secara otomatis kita menjauhkan atau menarik tangan dari api tersebut. 3. Pendekatan psikoanalitis adalah bahwa perilaku dipengaruhi oleh kepribadiannya, sedangkan individu yang memiliki pribadi yang baik adalah individu yang telah matang yaitu orang yang dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik bagi dirinya dan lingkungannya, orang yang tidak semata-mata mementikngkan kepentingan pribadinya saja melainkan mementingkan kepentingan lingkungannya. E. Persepsi, Kepribadian, dan Emosi Perilaku individu dalam organisasi meliputi persepsi, kepribadian, dan emosi (sikap). Persepsi merupakan suatu proses, dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungannya. Kepribadian merupakan cara individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain, kepribadian terbentuk dari faktor keturunan, lingkungan (budaya, norma keluarga dan pengaruh lainnya), dan juga situasi. Sedangkan emosi (sikap) adalah pernyataan atau pertimbangan evaluative (menguntungkan atau tidak menguntungkan) mengenai objek, orang dan peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseoran merasakan mengenai sesuatu. Dalam perilaku organisasi, pemahaman atas sikap penting, karena sikap mempengaruhi perilaku kerja.
5 Terdapat beberapa variabel yang dapat mempengaruhi perilaku individu, seperti yang tertera pada gambar di bawah ini: Gambar 5. Variabel yang mempengaruhi perilaku individu Motivasi Sikap Persepsi Perilaku Individu Kepribadian Pembelajaran Kemampuan F. Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses interaksi baik secara lisan maupun tulisan antara satu individu dengan individu lainnya sehingga terciptanya saling mengerti apa yang dibicarakan, dalam organisasi terdapat dua arah komunikasi, yaitu: 1. Komunikasi antara atasan dengan bawahan. 2. Komunikasi antara bawahan dengan bawahan atau komunikasi atara rekan kerja. Kedua komunikasi tersebut sifatnya berbeda biasanya antara atasan dengan bawahan lebih bersifat formal sendangkan antar anggota biasanya lebih informal dan nonformal, peranan komunikasi dalam perkembangan organisasi dewasa ini sangatlah penting dikarenakan proses berorganisasi selalu ada komunikasi baik antar anggota maupun dengan atasan.
6 G. Multiple Intellegent Setiap manusia lahir kedunia ini memiliki potensi dan bakat-bakat yang berbeda dan memiliki keunikan masing-masing. Potensi yang kita miliki ini akan bermanfaat dan berkembang dengan baik apabila dipupuk dengan benar pula. Masalah yang kita hadapi adalah menyingkirkan atau mengatasi semua masalah atau rintangan yang menghalangi jalan untuk menemukan dan mengembangkan bakat yang kita miliki. Multiple intelligent diantaranya: 1. Kecerdasan linguistic yaitu berupa keterampilan bekerja yang menggunakan kecerdasan pada otak yang lebih dominan misalnya berceramah, menulis, mengajar, dan lain-lain. (kecerdasan dalam berbahasa) 2. Kecerdasan logis matematis yaitu keterampilan bekerja dalam mengurus keuangan, menyelenggarakan anggaran dan melakukan penelitian ekonomi. (kecerdasan dalam mengolah angka) 3. Kecerdasan spasial adalah kecerdasan yang menggunakan daya imajinasi yang kuat misalnya melukis dan membuat instrument. (kecerdasan seni rupa) 4. Kecerdasan musical adalah kecerdasan dalam bermusik. 5. Kecerdasan kinestik jasmani adalah kecerdasan yang digunakan dalam memanfaatkan keadaan fisik yang dimilikinya seoptimal mungkin. 6. Kecerdasan antarpersonal adalah kecerdasan dalam berhubungan antar individu. 7. Kecerdasan intrapersonal adalah seseorang yang mempunyai kecerdasan dalam memahami dirinya sendiri.
7 H. Social Intellegent Kecerdasan sosial menurut definisi asli Edward Thorndike, adalah "kemampuan untuk memahami dan mengelola pria dan wanita, anak lakilaki dan perempuan, untuk bertindak bijaksana dalam hubungan manusia". Hal ini setara dengan kecerdasan interpersonal, salah satu jenis kecerdasan yang diidentifikasi dalam Howard Gardner's Teori kecerdasan ganda, dan erat terkait dengan teori pikiran. Beberapa penulis telah membatasi definisi untuk hanya berurusan dengan pengetahuan tentang situasi sosial, mungkin lebih tepat disebut kognisi sosial atau intelijen pemasaran sosial, seperti berkaitan dengan trenpsikologis iklan sosial dan strategi dan taktik pemasaran. Menurut Sean Foleno, kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang untuk memahami dirinya atau lingkungannya secara optimal dan bereaksi dengan tepat untuk melakukan sosial sukses. Telah lama mengamati bahwa sementara beberapa orang mungkin memiliki kemampuan intelektual yang kuat, mereka tampaknya berjuang untuk menguasai keterampilan sosial yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi berhasil dengan orang lain. Kemampuan untuk "bergaul" dengan orang lain sekarang telah resmi diakui sebagai bentuk kompetensi atau bahkan jenis tertentu kecerdasan Kecerdasan sosial dapat digambarkan sebagai kombinasi dari kemampuan: yang pertama adalah pemahaman dasar orang (mis. semacam kesadaran sosial strategis) dan yang kedua adalah keterampilan yang diperlukan untuk berinteraksi berhasil dengan mereka.dengan kata lain, kemampuan untuk bergaul dengan lain dan untuk mendorong mereka untuk bekerja sama dengan Anda. Kecerdasan sosial dapat dianggap sebagai meliputi lima dimensi: Kehadiran - gambar eksternal Anda atau rasa diri yang dirasakan oleh orang lain, misalnya, kepercayaan diri, harga diri atau harga diri.
8 Kejelasan - kemampuan Anda untuk mengekspresikan diri secara jelas, menjelaskan konsep jelas dan menggunakan bahasa efektif, sedangkan membujuk dengan ide-ide. Kesadaran - kemampuan Anda untuk memahami konteks sosial yang mempengaruhi perilaku (mis. "baca situasi") dan untuk memilih strategi perilaku yang paling mungkin untuk sukses. Keaslian - cara perilaku yang memberikan persepsi kejujuran. Empati - kemampuan Anda untuk menciptakan rasa hubungan dengan orang lain dan untuk mendorong mereka untuk bekerja sama dengan Anda, daripada bekerja melawan Anda, serta penghargaan terhadap emosi dan pengalaman orang lain. Orang dengan kecerdasan sosial yang tinggi sering dikatakan telah "perilaku bergizi" yang membuat orang lain di sekitar mereka merasa dihargai, dicintai, dihormati dan dihargai. Orang-orang ini sangat menarik bagi orang lain dan sering digambarkan sebagai memiliki "kepribadian magnetik". Sebaliknya, orang yang rendah dalam kecerdasan sosial sering digambarkan sebagai "beracun" - mereka menyebabkan orang lain merasa marah, devaluasi, frustrasi, tidak memadai atau bersalah. Mereka sering sangat mengucilkan orang. Menariknya, bagaimanapun, sering orang bisa tidak sengaja "beracun" dan kecerdasan sosial mereka rendah hanya karena kurangnya wawasan. Dengan kata lain, mereka sering begitu sibuk dengan pribadi menekankan bahwa mereka gagal untuk melihat dampak dari perilaku mereka pada orang lain. Mereka sering akan menjalani perilaku radikal atau perubahan kepribadian bahkan ketika dibuat untuk melihat diri mereka sebagai orang lain melihat mereka. Sementara sebagian dari kita secara alami diberkati dengan keterampilan sosial yang unggul, yang lain mungkin perlu bekerja lebih keras pada mereka. Kabar baiknya adalah bahwa banyak yang percaya kecerdasan sosial dapat dipelihara dan diperbaiki, terutama pada anak usia dini dan remaja. Bahkan, banyak yang percaya bahwa itu harus menjadi
9 prioritas pembangunan dalam pendidikan awal, sekolah umum dan pengembangan profesional dewasa. Dengan cara ini, individu belajar untuk memenangkan rasa hormat mereka butuhkan, untuk mempengaruhi orang lain secara efektif dan mencapai tujuan mereka dengan bekerja dari empati. Hal ini lebih dari sekedar berusaha untuk membuat diri Anda lebih menyenangkan - memiliki kecerdasan sosial yang lebih baik dapat mengurangi konflik dan menciptakan lebih banyak kolaborasi yang efisien dan efektif, sehingga kita semua bergerak menuju gaols umum dan pada akhirnya menjamin kelangsungan hidup spesies kita. Menurut psikolog EL Thorndike, yang mendirikan studi tentang kecerdasan sosial, istilah harus didefinisikan sebagai kemampuan "untuk bertindak bijaksana dalam hubungan manusia." Thorndike merasa tidak mungkin untuk jenis kecerdasan, sebagai lawan kecerdasan abstrak atau intelijen mekanis. psikolog lain, bagaimanapun, tidak setuju dengan penilaian ini. Ada beberapa metode untuk pengujian kecerdasan sosial, termasuk George Washington Sosial Intelligence Test (GWSIT).GWSIT, bagaimanapun, dianggap mampu mengukur kecerdasan sosial secara akurat karena ketergantungan berat pada kata-kata dan ekspresi. Akibatnya, tes ini lebih tepat untuk pengukuran kecerdasan abstrak. Tes lain adalah Vineland Skala Kematangan Sosial, yang mengukur kecerdasan sosial pada usia sosial, juga dikenal sebagai usia mental, dan kecerdasan sosial, yang kecerdasan yang ditentukan oleh usia sosial dibagi dengan usia kronologis. The kelemahan uji ini terletak pada kenyataan bahwa ia memperhitungkan faktor-faktor relevan, seperti keterampilan motorik dan keterampilan linguistik, yang awan pengukuran kecerdasan sosial. Kesulitan dalam memecahkan akurat kecerdasan sosial melalui tes ini disebabkan oleh banyak komponen itu meliputi. Salah satu model kecerdasan sosial terdiri dari tiga komponen: kepekaan sosial, yang satu membuat kesimpulan sementara sosialisasi dan peran memainkan dalam
10 satu kelompok; wawasan sosial,termasuk pemahaman sosial, wawasan psikologis, dan pertimbangan moral, dan komunikasi sosial termasuk pemecahan masalah sosial. Beberapa model lain dan teori telah diusulkan juga. I. ESQ (Emotional Spiritual Quotient) Selama ini banyak berkembang dalam masyarakat kita sebuah pandangan stereotip, dikotominasi antara dunia dan akhirat. Dikotominasi antara unsur-unsur kebendaan dan unsur agama, antara unsur kasat mata dan tak kasat mata. Materialisme versus orientasi nilai-nilai Ilahiyah semata. Mereka yang memilih keberhasilan di alam vertikal cenderung berpikir bahwa kesuksesan dunia justru adalah sesuatu yang bisa dinisbikan atau sesuatu yang bisa demikian mudahnya dimarginalkan. Hasilnya, mereka lebih unggul dalam kekhusyu an dzikir dan kekhikmatan berkontemplasi namun menjadi kalah dalam percaturan ekonomi, ilmu pengetahuan, sosial, politik dan perdagangan di alam horizontal. Begitupun sebaliknya yang yang berpijak hanya pada alam kebendaan, kekuatan berpikirnya tak pernah diimbangi oleh kekuatan dzikir. Realitas kebendaan yang masih membelenggu hati, tidak memudahkan baginya untuk berpijak pada alam fitrahnya (zero mind). Meminjam istilah Goleman, tentang keunggulan EQ dalam mencapai prestasi, sehingga banyak orang-orang hasil penggodokan pemikiran dan teori barat tersebut menjadi terkenal dan mencapai kesuksesan di atas ratarata. Sepintas kita akan dibuat takjub tentang sebuah keunggulan kekuatan IQ dan EQ manusia. Kita terhenyak oleh sebuah kecerdasan emosi yang ternyata bisa demikian jauh mendahului sang kecerdasan otak (IQ) dalam berkompetisi. Namun ketakjuban itu tak terlalu lama, kita kembali tersentak oleh hasil akhir dari teori EQ dan IQ.
11 Setelah mencoba menengok para pengikut teori EQ, kita mencoba memasuki ruang para aliran vertikal secara terpisah (SQ). Mencoba membuat sebuah penilaian atas fakta yang merujuk pada realitas eksternal, dan karakteristik para pendukung kecerdasan spiritual itu (gnostik). Tujuan mereka bersifat abadi, jangka panjang dan mutlak. Ini dimanifestasikan dalam dimensi pencapaian tujuan ideal yang menyatu dalam batin setiap penganutnya (SQ). Setelah upaya penilaian atas fakta dilakukan, kita mencoba melakukan penilaian atas value. Sebuah tahap penilaian yang menyangkut pula watak dan kualitas SQ. Serta manfaat, kebaikan, keburukan, dan juga bagaimana memperbarui serta menyempurnakannya (realitas internal). Dan berbicara mengenai istilah-istilah seperti ini berarti kita harus memberikan keputusan tentang nilai-nilai secara keseluruhan dan terintgrasi. Kecerdasan spiritual (SQ), yang merupakan temuan terkini secara ilmiah, pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, masingmasing dari Harvard University dan Oxford University melalui riset yang sangat komprehensif yang menemukan eksistensi God-Spot dalam otak manusia. Ini sudah built-in sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang terletak di antara jaringan syaraf dan otak. Sedangkan bukti kedua adalah riset ahli syaraf Austria, Wolf Singer pada era 1990-an atas The Binding Problem, yang menunjukkan ada proses syaraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman hidup kita. Suatu jaringan syaraf yang secara literal mengikat pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih bermakna. Pada God-Spot inilah sebenarnya terdapat fitrah manusia yang terdalam. Akan tetapi SQ atau Spiritual Intellegent tersebut belum atau bahkan tidak menjangkau keutuhan. Pembahasannya baru sebatas tataran biologi atau psikologi semata, tidak bersifat transendental. Akibatnya kita masih merasakan adanya kebuntuan.
12 Sederhananya, berbicara mengenai EQ saat ini, kita akan disuguhkan pada sebuah keadaan yang maha hebat dan positif namun cenderung hanya mengantarkan kita kepada hubungan kebendaan dan hubungan antar manusia. Sedangkan SQ kita akan menemui fenomena yang penuh muatan spiritual (willingness) namun kurang mampu membarengi potensi pikir (IQ dan EQ). Meskipun EQ dan SQ berbeda, ternyata keduanya memiliki muatan yang sama-sama penting untuk dapat bersinergi antara satu dengan yang lain. Dan akhirnya muncul sebuah gagasan bentuk sinergi keduanya yang dinamakan ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Penggabungan gagasan tersebut untuk menyusun metode yang lebih dapat diandalkan dalam menemukan pengetahuan yang benar dan hakiki. Gambar 6. Perbedaan EQ, SQ, dan ESQ EQ SQ ESQ Tuhan Tuhan Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia Hadits Rasulullah SAW: Bukankah sebaik-baik kamu orang yang bekerja untuk dunianya saja tanpa akhiratnya dan tidak pula orang-orang yang bekerja untuk akhiratnya saja dan meninggalkan dunianya. Dan sesungguhnya, sebaik-baiknya kamu adalah orang yang bekerja untuk (akhirat) dan untuk (dunia).
13 Suara Hati WinaMart ~ Perilaku Individu dalam Organisasi Gambar 7. Hubungan antara IQ, EQ, dan SQ Di dalam ESQ Model Tuhan Spiritual SQ (God Spot) Paradigma Paradigma (kepentingan) Zero Mind Process (persepsi) Intelektual Emosional IQ EQ Ada "sepuluh kebaikan" yang digabungkan untuk membentuk suatu kecerdasan emosional spiritual, yaitu: 1. Membuat "Gambar Besar" Kejadian anda adalah suatu keajaiban dan anda akan belajar beberapa faktor yang luar biasa tentang diri anda dan hubungannya dengan alam. Setiap kita punya pengaruh terhadap sejarah. 2. Mengungkap Nilai Anda Perilaku anda ditentukan oleh nilai-nilai dan prinsip-prinsip, yang memiliki pengaruh besar terhadap kemungkinan sukses anda dalam hidup. Mengungkapkan pembentukan dan pengembangan prinsip-prinsip dan akan mengenalkan pada pemikiran Nabi Muhammad SAW, Budha, dan lain sebagainya. 3. Visi dan Tujuan Hidup Anda Mengungkapkan kekuatan visi dan kemampuan anda untuk merencanakan, yang dapat mentransfer hidup anda menjadi sukses. Dengan
14 tujuan yang jelas, hidup anda akan mencapai arti dan arah, sehingga membuat anda menjadi lebih sehat, kuat dan percaya diri. 4. Kasih Sayang: Memahami Diri Anda dan Orang Lain Sesungguhnya diri anda mengagumkan. Dengan latihan dan permainan khusus yang berinteraksi dengan orang lain akan mendemonstrasikan pada anda betapa kreatif dan uniknya anda, sehingga memunculkan kualitas spiritual untuk mengembangkan kasih sayang dan pengertian. 5. Memberi dan Menerima! Amal dan Syukur Kebaikan kembar, yaitu Amal dan Syukur akan memperbesar kecerdasan spiritual anda beberapa kali lipat. Jiwa anda belajar bernafas kedalam (syukur) dan menghembuskan nafas keluar (amal). 6. Kekuatan dari Tertawa Tertawa adalah kualitas vital dari kecerdasan spiritual dan memberi banyak manfaat termasuk mengurangi level stress, kehidupan yang ceria dan bahagia, sehingga hidup lebih lama dan sehat. 7. Menuju Taman Bermain Anak Semakin cerdas spiritual anda, akan menunjukkan kepolosan diri anda seperti anak-anak. Seperti layaknya karakter khas anak-anak, yaitu keceriaan, kegembiraan, spontanitas, antusias dan semangat berpetualang akan meningkat. 8. Kekuatan Ritual Kekuatan ritual yang dipelajari dan dilaksanakan serta menciptakan ritual sendiri, akan menimbulkan efek besar terhadap setiap yang ada pada otak, tubuh dan jiwa anda. 9. Damai Mempelajari teknik mengurangi dan menghilangkan stress dan mengolah lingkungan internal yang tenang dan tenteram, sehingga akan terbebas dari gangguan mental, kecemasan dan stress.
15 10. Yang Anda Butuhkan adalah Cinta Memperkenalkan kekuatan cinta. Dengan membaca kisah petualangan, godaan dan kesengsaraan, kematian dan harapan, memberikan teknik dan pendekatan untuk meringankan penderitaan, rasa sakit dan putus asa. Penutup Perilaku individu dalam organisasi dipengaruhi oleh persepsi, kepribadian dan emosi individu tersebut, dimana kita dapat menilai atau menafsirkan perilaku dengan cara mengamati pola kebiasaan dan peraturanperaturan yang ada. Perilaku setiap individu satu dengan yang lainnya berbeda sehingga diperlukan suatu pendekatan untuk menyatukan individuindividu tersebut agar dapat mencapai tujuan secara bersama-sama, adapun selain dari menafsirkan perilaku individu untuk mengetahui tujuan individu tersebut bisa menggunakan komunikasi sebagai media untuk mengetahui individu tersebut. Terdapat beberapa perbedaan karakteristik yang terdapat pada diri setiap individu. Diantara beberapa karakteristik itu yaitu perbedaan mengenai kecerdasan dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu. Diatas telah dipaparkan beberapa kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu, hal itu merupakan acuan bagi seorang manajer agar dapat memahami apa saja yang perlu dilakukan dalam mengorganisir setiap individu yang ada dalam setiap organisasi dengan mengoptimalkan semua kecerdasan yang ia miliki serta menyesuaikan setiap perilaku yang tercermin sesuai dengan kecerdasan yang masing-masing individu miliki. Dengan perbedaan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu, maka perilaku yang akan terwujud pun akan berbeda pada setiap diri individu tersebut. Dengan setiap perbedaan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu akan mempengaruhi kepada setiap perilaku individu. Telah
16 banyak dilakukan mengenai pelatihan-pelatihan mengenai kecerdasan diatas, yang diharapkan agar setiap individu apat meningkatkan setiap kinerjanya. Bila setiap individu mempunyai perpaduan antara semua kecerdasan diatas, maka akan berdampak baik pada individu tersebut begitu pula pada organisasi yang dimasukinya. Bila setiap individu memiliki semua kecerdasan diatas, organisasi akan berjalan lancar dan tujuan akan tercapai. Setiap individu yang memiliki kecerdasan social, maka kerjasama yang baik akan terjalin antar sesama anggota maupun kelompok. Serta bila individu memiliki kecerdasan ESQ, maka diantara setiap anggota, kelompok, atasan dengan bawahan akan terdapat suatu kepercayaan antar satu sama lain yang kuat, karena setiap individu dalam kelompok mempunyai akhlak yang baik. Oleh sebab itu dalam setiap organisasi dibutuhkan suatu kecerdasan yang seimbang yang dimiliki oleh setiap individu organisasi tersebut. Daftar referensi Agustian, Ary Ginanjar. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ (Emotional Spiritual Quotient) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada. Thoha, Miftah. (1983). Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Robbin, Stephen P. (2003). Organizational Behavior, Thent Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc. alih bahasa: Molan, Benyamin. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia.
BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas vital dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui transfer ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai kehidupan guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi titik perhatian para ahli, baik dibidang ilmu pendidikan itu sendiri maupun bidang disiplin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, suatu perusahaan dituntut untuk selalu bekerja keras dalam menyelesaikan segala tantangan baik yang sudah ada maupun yang akan datang.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak dengan kecerdasan intelektual tinggi merupakan dambaan bagi setiap orang tua, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan prestasi intelektual
Lebih terperinciPENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak
PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah
Lebih terperinciTatik Haryani, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo
PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER I SMP IT ULUL ALBAB PURWOREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 Tatik Haryani, Bambang Priyo Darminto
Lebih terperinciPENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR
Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 9 No 2 (2015) 1118-1124 ISSN (Print) : 1858-4985 http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jppi PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung pada SDM yang dimilikinya. Oleh karena itu setiap perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur yang sangat penting bagi setiap perusahaan atau organisasi, karena sukses tidaknya sebuah perusahaan tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih
Lebih terperinciSilabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / Layanan : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil )
Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil ) Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan - Mencapai kematangan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini masalah pendidikan yang menyangkut akhlak, moral, etika, tata krama dan budi pekerti luhur mencuat di permukaan, karena banyak perilaku yang menyimpang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda
Lebih terperinciKecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara
Kecerdasan Emosi Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara DESKRIPSI SINGKAT Mata ajar ini membekali peserta dengan kemampuan menerapkan kecerdasan emosional melalui pembelajaran : Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun
Lebih terperinciBERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena
Lebih terperinciDASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU
DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU Oleh : Kelompok 2 : 1. Sarjono Eka Putra (125030400111015) 2. Gilar Cahyo Pambudi (125030401111017) 3. Ryan Astri Kurniawan (125030405111001) 4. Daniel Avianto Kurniawan (125030405111005)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menemukan program baru dalam meningkatkan mutu serta kualitas. pendidikan dilembaga mereka, agar tidak kalah dengan lembaga-lembaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien 1. Dunia pendidikan kini sedang
Lebih terperinciKecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara. PUSDIKMIN
Kecerdasan Emosi Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara PUSDIKMIN http://www.pusdikmin.com DESKRIPSI SINGKAT Mata ajar ini membekali peserta dengan kemampuan menerapkan kecerdasan emosional
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah. dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di
BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di eranya masing-masing ditopang
Lebih terperinciInterpersonal Communication Skill
Modul ke: 07 Dra. Fakultas FIKOM Interpersonal Communication Skill Kecerdasan Emosi Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising Emotional Equotion (Kecerdasan Emosi) Selama ini, yang namanya
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru Guru adalah pejabat profesional, sebab mereka diberi tunjangan profesional. Namun, walaupun mereka secara formal merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai permasalahan yang dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara
Lebih terperinciBAB IV. variabel terikat (Y) dan tiga variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ). Variabel terikat (Y)
BAB IV HASIL PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL, DAN SPRITUAL DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu usia 0-6 tahun yang mempunyai karakterikstik yang unik. Pada usia tersebut anak sedang menjalani pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya masyarakat Indonesia memandang IQ paling utama, dan menganggap EQ sebagai pelengkap, sekedar modal dasar tanpa perlu dikembangkan lebih baik lagi.
Lebih terperinciAdakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,
Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang mendukung dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang mendukung dan terkait dengan topik yang akan diambil dan juga menjelaskan tentang kerangka konsep. Penjelasan yang akan disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. pada mata pelajaran PAI di SDI Miftahul Huda Plosokandang. Tulungagung, dibuktikan dari perolehan nilai
105 BAB V PEMBAHASAN A. Terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SDI Miftahul Huda Plosokandang Kedungwaru Tulungagung Ada pengaruh kecerdasan emosional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting di dalam dunia pendidikan dan juga dalam dunia nyata. Matematika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah pelajaran yang memegang peranan penting di dalam dunia pendidikan dan juga dalam dunia nyata. Matematika merupakan ilmu universal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin pesat, hal ini mengharuskan setiap perusahaan untuk dapat mengambil keputusan dalam hal strategi
Lebih terperinciPEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI
i PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional Menurut Stain dan Book (2002) kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan kedunia yang rumit, aspek pribadi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri ada beberapa faktor pokok yang dapat membantu suatu industri menajadi lebih baik dan lebih maju, faktor-faktor tersebut ialah modal, tanaga
Lebih terperinciKELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin
KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin i Topik Makalah Keluarga Adalah Miniatur Perilaku Budaya Kelas : 1-ID08 Tanggal Penyerahan Makalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan sarana atau wadah yang penting menuju terbinanya insan manusia yang islami serta beriman, dan berakhlak mulia sehingga nantinya generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya mempunyai tujuan untuk membangun manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bahwa tujuan pendidikan adalah
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak -anak usia dini, yaitu anak -anak yang berusia 0-6 tahun sering disebut sedang berada pada masa usia emas atau golden age. Masa usia emas atau golden age
Lebih terperinciARIS RAHMAD F
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DANKEMATANGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARIS RAHMAD F. 100 050 320
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usia emas atau golden age adalah masa yang paling penting dalam proses kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam pendidikan dasar,
Lebih terperinciKepemimpinan: MENGENALI POTENSI DIRI
Kepemimpinan: MENGENALI POTENSI DIRI Oleh: Dr. Alimatus Sahrah, M.Si. MM UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARA 1 Aline-UMBY Aline-UMBY 2 Aline-UMBY 3 7 Habit & 8 Habit Apakah 7 Habits yang diperkenalkan pada
Lebih terperinciOTAK DAN BERAGAM KECERDASAN
OTAK DAN BERAGAM KECERDASAN Drs. MUNAWAR RAHMAT, M.Pd. PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN DINAS PENDIDIKAN September 2003 BELAHAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN BELAHAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN BELAHAN OTAK KIRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.
Lebih terperinciHUBUNGAN INTELEGENSI, STABILITAS EMOSI, DAN KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA N 7 PURWOREJO
HUBUNGAN INTELEGENSI, STABILITAS EMOSI, DAN KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA N 7 PURWOREJO Rahmat Hidayat Mulyono Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki arti penting dalam kehidupan seluruh umat manusia. Betapa pentingnya pendidikan sehingga siapapun tidak dapat lepas dari proses pendidikan,
Lebih terperinci2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bangsa. Peningkatan kualitas SDM, jauh lebih mendesak untuk segera
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Peningkatan kualitas
Lebih terperinciSURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK DENGAN METODE MIND MAPPING DI KELOMPOK B3 TK ISLAM BAKTI XI SURAKARTAA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi
Lebih terperinciKeterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM
KeterkaitanKecerdasanEmosionaldenganKinerjaSDM Oleh: Dra. Maria F.Lies Ambarwati, M.M. Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sejak dulu hingga saat ini tidak pernah surut sedikitpun. Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mempunyai pengertian sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini manusia di dunia telah terpesona oleh kecerdasan (Intelligence Quotient), yang telah ditemukan oleh ilmuwan barat. Bahwa seseorang yang dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga PAUD yang selama ini dikenal oleh masyarakat luas salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal
Lebih terperinciInterpersonal Communication Skill
Modul ke: Interpersonal Communication Skill Perkenalan Mata Kuliah, Kontrak Belajar dan Pemahaman Soft Skill November 2016 Fakultas Ilmu Komunikasi Gadis Octory, S.Ikom, M.Ikom Program Studi Periklanan
Lebih terperinciTAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.
1 UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL ANAK KELOMPOK A MELALUI METODE BERCERITA DI TAMAN KANAK- KANAK ISLAM TERPADU AISYIYAH LABAN, MOJOLABAN, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana utama dalam membentuk dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik melalui pendidikan informal maupun pendidikan formal. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, mengikuti pendidikan lebih lanjut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi dan sosial Negara Thailand pada periode 11 (2012-2016) menggunakan konsep pengembangan secara terpadu dan menyeluruh. Aspek pembangunan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam
Lebih terperinciPengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom
Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01 Rahmawati Z, M.I.Kom kontrak perkuliahan TUGAS : 40 % MID : 30 % UAS : 30 % KEAKTIFAN : BONUS NILAI TAMBAHAN TUGAS DIKUMPULKAN ON TIME darumzulfie@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia secara sadar untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina kepribadian tersebut dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara 1. yang tersebar diseluruh tubuh 2.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UU tentang sistem pendidikan nasional pasal nomor 20 tahun 2013 mengemukakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciTUJUAN PEMBELAJARAN SETELAH MEMPEJARI SESSI INI MAHASISWA DAPAT :
Kecerdasan TUJUAN PEMBELAJARAN SETELAH MEMPEJARI SESSI INI MAHASISWA DAPAT : 1 Mengetahui HQ (Health Quotient) dan MQ (Moral Quotient) 2 3 Mengetahui EQ (Emotional Quotient) Mengetahui IQ (Intelligent
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat manusia sejak terbentuknya seorang manusia baru yakni sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki sampai menjadi tua, ia akan mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang
Lebih terperinciTEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN
TEORI TEORI BELAJAR Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk berbudi, cerdas, kreatif dan produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan bermasyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semuanya serba canggih ini telah membawa dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita banyak diuntungkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
Lebih terperinciPSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Oleh : Putu Ronny Angga Mahendra, S.Pd. M.Pd puturonny87@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Dra. G.A Mas Darwati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan mulus, tenang, penuh dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Tetapi seringkali manusia menghadapi berbagai cobaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Bloom (1966) prestasi belajar siswa mencakup tiga domain yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Bloom (1966) prestasi belajar siswa mencakup tiga domain yaitu kognitif, efektif, dan psikomotorik. Karakteristik kognitif siswa dipengaruhi oleh perhatian
Lebih terperinciKEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro
KEMITRAAN SEKOLAH Workshop Strategi Pengembangan Mutu Sekolah Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah diselenggarakan Prodi S2 Manajemen Pendidikan dan S3 Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciKecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )
Resensi Buku Judul : SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan Penulis : Danah Zohar dan Ian Marshall Penerjemah : Rahmani Astuti, Ahmad Najib
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan akademik (kognitif) saja namun juga harus diseimbangkan dengan kecerdasan emosional, sehingga
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG
BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas manusia berkaitan erat dengan kualitas pendidikan, yang merupakan rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai lembaga
Lebih terperinci