BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 23 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Dalam pengertian umum, citra adalah gambar. Dalam pengertian yang lebih khusus citra adalah gambaran visual mengenai suatu objek atau beberapa objek. Wujud citra dapat berupa foto, citra satelit, hasil rontgen, dan sebagainya (Sutoyo & Mulyanto, 2009). Citra (image) adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek pada bidang dua dimensi sebagai keluaran suatu sistem perekam data optik berupa foto, yang bersifat analog atau digital (Kadir,2013). Citra mempunyai karakteristik yang berbeda dengan data teks, yaitu citra kaya dengan informasi matematis. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan suatu fungsi (continue) intensitas cahaya pada bidang dwimatra (dua dimensi) (Munir, 2004). Sumber cahaya menerangi suatu objek, objek tersebut memantulkan kembali sebagian berkas cahaya tersebut. Pantulan cahaya ini ditangkap oleh alat-alat optik seperti mata manusia, kamera, pemindai (scanner), CT scan, dan lain-lain, sehingga bayangan objek dapat terekam. 2.2 Citra Analog Citra analog adalah citra yang bersifat kontinu yang dihasilkan dari alat-alat analog, seperti video kamera analog, kamera foto analog, WebCamp, CT Scan, sensor rontgen untuk foto thorax, sensor gelombang pendek pada citra radar, sensor ultrasonik pada sistem USG, dan lain-lain. Citra analog tidak dapat diproses secara langsung di

2 24 komputer. Oleh karena itu, untuk dapat diolah di komputer diperlukan proses konversi dari citra analog menjadi citra digital (Sutoyo & Mulyanto, 2009). 2.3 Citra Radiografi Citra radiografi merupakan citra berbentuk bayangan yang diperoleh sebagai akibat dari sinar-x melalui tubuh. Citra radiografi ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen seorang berkebangsaan Jerman tahun Penemuannya diilhami dari cahaya hasil yang keluar dari katoda menuju ke anoda yang berada dalam tabung kaca. Pemanfataan sinar-x di bidang kedokteran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Aplikasi ini cukup beragam mulai dari radiasi untuk diagnosic, pemeriksaan sinar-x gigi, dan penggunaan radiasi sinar-x untuk terapi (Isnanto, 2003). Gambar 2.1 Contoh Citra Rontgen (Knipe, 2015) 2.4 Citra Digital Citra digital adalah citra yang dinyatakan dalam kumpulan data digital dan dapat diproses di komputer. Citra digital dihasilkan oleh piranti digital seperti kamera digital, alat pemindai (scanner), pena cahaya (light pen), mikroskop elektonik, dan sebagainya

3 25 Citra di dalam komputer disusun oleh sejumlah titik yang disebut piksel. Setiap piksel mempunyai koordinat, yang dinyatakan dalam bentuk (x,y) dimana y menyatakan baris dan x menyatakan kolom. Jika suatu citra berukuran M baris dan N kolom atau biasa dinyatakan sebagai M x N, koordinat piksel terbawah dan terkanan berada di koordinat (M-1, N-1) (Kadir, 2013). 2.5 Jenis Citra Digital Secara prinsip, citra dapat dibagi menjadi tiga jenis yang dibedakan berdasarkan nilai piksel dari masing-masing citra, yaitu citra biner (citra monokrom), citra berskala keabuan (grayscale), dan citra berwarna (Kadir, 2013) Citra Berwarna Citraberwarna (true color), merepresentasikan keadaan visual objek-objek yang biasa kita lihat dimana warna objek ikut direkam. Citra berwarna atau yang lenih dikenal sebagai citra RGB adalah citra dimana setiap pikselnya tersusun atas tiga komponen yaitu komponen merah (R atau red), komponen hijau (G atau green), dan komponen biru (B atau blue) (Kadir & Susanto, 2009). Penyimpanan citra true color di dalam memori berbeda dengan citra grayscale. Setiap pixel dari citra grayscale 256 gradasi warna di awali oleh 1 byte. Sedangkan 1 pixel citra true color diwakili oleh 3 byte, dinamakan masing masing byte mempresentasikan warna merah (Red), hijau (Green), biru (Blue). Tabel 8.1 menunjukkan contoh warna dan nilai R,G dan B.

4 26 Tabel 2.1.Warna dan Nilai PenyusunWarna Warna R G B Merah Hijau Biru Hitam Putih Kuning Contoh dari citra RGB dapat dilihat pada Gambar 2.2 Gambar 2.2 Contoh Citra RGB Citra Biner (Monokrom) Citra biner adalah citra dimana setiap pikselnya dinyatakan dengan sebuah nilai dari dua nilai yang mungkin (yaitu 0 dan 1). Nilai 0 menyatakan warna hitam dan 1 menyatakan warna putih. Citra biner banyak digunakan dalam pengolahan citra, seperti untuk memperoleh tepi suatu objek. Kedua warna ini disimpan dalam 1 bit

5 27 memori (Kadir & Susanto, 2013). Contoh gambar biner dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Contoh Citra Biner Citra Grayscale (Skala Keabuan) Citra berskala keabuan (grayscale) adalah citra yang menggunakan gradasi warna abu-abu yang merupakan kombinasi antara hitam dan putih. Setiap warna di dalam citra berskala keabuan dinyatakan dengan sebuah nilai bulat antara 0 dan 255 (untuk yang aras keabuannya sama dengan 256) dan nilai tersebut disebut sebagai intensitas. Di dalam pengolahan citra, citra berwarna seringkali dikonversi terlebih dahulu ke citra berskala keabuan. Kemudian, melalui citra berskala keabuan inilah dilakukan pemrosesan (Kadir, 2013). Contoh salah satu gambar dari citra Grayscale dapat dilihat pada gambar 2.4.

6 Representasi Citra Digital Gambar 2.4 Contoh Citra Grayscale Citra digital disusun oleh sekumpulan titik yang dinamakan piksel (pixel atau picture element ).Setiap piksel digambarkan sebagai suatu kotak kecil.setiap piksel mempunyai koordinat tertentu yang digunakan untuk menyatakan citra digital seperti ditunjukan pada Gambar N-1 x 0 Posisi sebuah piksel y M -1 Gambar 2.5 Sistem Koordinat Citra (Kadir, 2013) Sebuah piksel mempunyai koordinat berupa (x, y), dalam hal ini dinyatakan bahwa,

7 29 x, menyatakan posisi kolom; y, menyatakan posis baris; piksel pojok kiri-atas mempunyai koordinat (0, 0) dan piksel pada pojok kanan-bawah mempunyai koordinat (N-1, M-1) (Kadir & Susanto, 2013). Misalkan sebuah citra digital diwakili oleh sebuah matriks yang dengan M kolom dan N baris, dimana perpotongan antara baris dan kolom disebut piksel (piksel = picture element) yang mempunyai dua parameter yaitu koordinat dan intensitas (warna) pada koordinat (x, y) dengan nilai f(x, y) sehingga dapat ditulis sebagai berikut. f(0,0) f(0,1)... f(0, M-1) f(x, y) = f(1,0) f(1, M-1) f(n-1,0) f(n-1,1)... f(n-1, M-1) Pada proses digitalisasi (sampling dan kuantitasi) maka diperoleh besar baris M dan kolom N hingga citra membentuk matriks M x N dan L jumlah tingkat keabuan piksel. Besar nilai M, N, bebas ditentukan, tapi biasanya merupakan perpangkatan dari dua, dan L perpangkatan dari dua. M = 2 n,n = 2 n, dan L= 2 k...1 Jumlah bit yang dibutuhkan untuk menyimpan citra digital dirumuskan sebagai berikut: b = M x N x k... 2 Dimana M = jumlah baris citra, N = jumlah kolom citra, dan k = jumlah bit yang dibutuhkan untuk menyatakan sebuah nilai keabuan (Sutoyo & Mulyanto, 2009).

8 Pengolahan Citra Digital Pengolahan citra adalah teknik pemrosesan citra sehingga menghasilkan citra baru yang sesuai dengan keinginan kita.proses pengolahan citra meliputi beberapa bidang, antara lain: Image Enhancement (perbaikan citra) yaitu proses untuk menunjukkan dan mengolah ciri-ciri khusus dari citra seperti: a. Pengubahan brirhtness dan contrast b. Penghalusan gambar (smooting) c. Penajaman gambar (sharpening) d. Perbaikan sisi (edge enhancement) e. Pengurangan derau (noise reduction) a. Image Restoration yaitu proses pengembalian citra yang rusak menjadi citra semula dimana penyebab kerusakan sudah diketahui seperti: a. Perbaikan distorsi b. Perbaikan brightness karena scanner yang kurang baik b. Image Analysis yaitu proses mengenali atau menganalisa gambar. Seperti: a. pengenalan huruf b. pengenalan sidik jari c. pengenalan wajah c. Image Reconstruction yaitu proses pembentukan kembali suatu gambar dari beberapa gambar yang terpisah seperti: a. Pembuatan peta : dibuat dari foto-foto udara yang disatukan. Namun dalam pengambilan foto, ada kemungkinan terjadinya perbedaan skala dari foto-foto tersebut. Untuk itulah diperlukan proses rekonstuksi yaitu dalam hal menyamakan skala dari masing-masing foto tersebut. b. Pembuatan diagram tubuh, dimana menggunakan sinar X untuk melakukan scanning 3D. c. Program Animasi.

9 31 d. Image Compression yaitu proses kompresi (pengurangan ukuran data pada citra). 2.8 Kista Rongga Mulut Kista adalah suatu kantong tertutup berdinding membran yang berlapis epitel dan berisi cairan/semicairan, tumbuh tidak normal di dalam rongga suatu organ. Kista juga menyerang rongga mulut diantaranya Kista Dentigerous, Ameloblastoma, dan Odontogenik Keratocyst Gambaran Radiografi Kista Rongga Mulut a. Ameloblastoma di kenal dengan nama adamantinoma, ameloblastoma berkembang dari sel ameloblast yang merupakan epitel odontogenik yang bertanggung jawab pada pembentukan enamel. Pada gambaran radiografis, ameloblastoma sering tampak multilokular dengan lobus yang jelas (Surya, 2009). Seperti yang ditunjukan pada gambar 2.6 Gambar 2.6 Gambar Radiografi Kista Ameloblastoma (a) Unicystic luminal Ameloblastoma (Hannessy, 2015), (b) Multicystic Ameloblastoma (Gaillard, 2008), (c) Malignant Ameloblastoma (Rabou, 2014)

10 32 b.odontogenik Keratocyst terjadi pada bagian dental lamina sebelum terbentuk jaringan keras. Pada gambaran radiografi paling sering muncul dalam bentuk lesi unilecular dengan gambaran radiolusen dikelilingi lapisan sklerotik berupa radio-opak yang sangat tipis. Ketika membesar, kista ini cendrung memperluas tulang sehingga pada gambaran radiografi terlihat adanya ekspansi tulang rahang (Surya, 2009). Seperti yang ditunjukan pada gambar 2.7. Gambar 2.7 Gambar Radiografi Kista Odontogenik Keratocyst (a) Glandular Odontogenic Cyst (Freisen, 2014), (b) Mandibular Swelling Odontogenic (Dixon, 2010), (c) MaxillaryKeratocyst OdontogenicTumour (Knipe, 2015) c. Kista dentigerous tumbuh dari dental follicle pada gigi yang tidak erupsi atau dari gigi yang sedang dalam masa pertumbuhan. Pada gambaran radiografis, kista dentigerous menunjukan radiolusen unilokuler yang berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi (Surya, 2009). Seperti yang ditunjukan pada gambar 2.8.

11 33 Gambar 2.8 Gambar Radiografi Kista Dentigerous (a) Unilacular Dentigerous (Niknejad, 2012), (b) Maxilary Dentigerous (Hacking, 2015), (c) Dentigerous in Left Maxillary Antrum (Donnel, 2012) 2.9 Deteksi Tepi (Edge Detection) Edge atau tepi adalah perbedaan intensitas nilai derajat keabuan atau brigthness value (VB) pada suatu citra. Perbedaan inilah yang menandakan adanya perbedaan objek, sehingga dapat diketahui objek-objek yang berbeda pada citra sehingga dapat diamati dan dianalisis (Barus, 2011). Deteksi tepi berperan dalam untuk menghasilkan tepi-tepi dari objek-objek cita yaitu menandai detail citra serta untuk memperbaiki detail citra yang kabur. Bila diperhatikan deteksi tepi menggambarkan titik-titik yang memiliki perbedaan nilai intensitas yang tinggi. Deteksi tepi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu deteksi tepi orde pertama (gradien pertama) dan deteksi tepi orde kedua (gradien kedua). Deteksi tepi orde pertama (gradien pertama) antara lain: a. Pendeteksi Robert b. Pendeteksi Prewitt c. Pendeteksi Sobel Sedangkan deteksi tepi orde kedua (gradien kedua) yaitu turunan dari deteksi tepi orde pertama (orde pertama) antara lain: a. Pendeteksi Laplacian b. Pendeteksi Laplacian of Gaussian(LoG)

12 Operator Sobel Operator Sobel lebih sensitif terhadap tepi diagonal dari pada tepi vertikal dan horizontal (Crane, 1997). Operator ini mrnggunakan kernel ukuran 3 x 3 piksel sehingga perkiraan gradien berada tepat di tengah jendela. Misalkan susunan piksel di sekitar piksel (x, y). aa 0 aa 1 aa 2 aa 7 (xx, yy) aa 3 aa 6 aa 5 aa 4 Berdasarkan susunan piksel tetangga tersebut besaran gradien yang dihitung menggunakan operator Sobel yaitu: MM = SS xx 2 + SS yy M merupakan besar gradien di titik tengah kernel dan turunan parsial dihitung menggunakan persamaan berikut. SS xx = (aa 2 +cccc 3 +aa 4 ) - (aa 0 +cccc 7 +aa 6 )...4 SS yy = (aa 0 +cccc 1 +aa 2 ) - (aa 6 +ccaa 5 +aa 4 )...5 di mana c adalah konstanta yang bernilai 2. SS xx dan SS yy diimplementasikan sebagai kernel 3 x SS xx = SS yy =

13 Operator Frei-Chen Operator Frei-Chen atau yang biasa disebut juga dengan operator isotropik (Kadir & Susanto, 2013). Operator ini mirip dengan operator sobel dengan setiap angka yang bernilai 2 di ganti dengan SS xx = SS yy = Morphologi Morpologi adalah suatu operasi yang digunakan untuk mengolah bentuk struktur bentuk objek yang terkandung dalam citra. Beberapa kegunaan operasi morphologi dalam berbagi aplikasi antara lain. a. Membentuk filter spasial. b. Memperoleh skeleton (rangka objek). c. Memperoleh bentuk struktur objek. Operasi morphologi melibatkan dua larik piksel. Larik pertama berupa citra yang akan dikenai operasi morphologi, sedangkan larik kedua dinamakan kernel structuring elemen (elemen penstruktur) (Shih,2009) Matematika yang Melatarbelakangi Untuk memahami operasi morphologi diperlukan pemahaman operasi himpunan terlebih dahulu seperti interseksi dan gabungan. Selain itu, pemahaman terhadap operasi logika, seperti atau dan dan juga diperlukan (Kadir & Susanto, 2013).

14 Teori Himpunan Misalkan himpunan A yang berada pada bidang z (berdimensi dua). Apabila a =(a1, a2) adalah suatu elemen atau anggota di dalam A, a dapat ditulis menjadi aa AA Arti notasi diatas, a adalah anggota himpunan A. Kebalikannya jika a bukan anggota himpunan A, a ditulis seperti: aa AA Notasi biasa terdapat dalam pembicaraan himpunan. Simbol tersebut menyatakan himpunan kosong, yaitu himpunan yang tidak memiliki anggota sama sekali. Apabila A dan B adalah himpunan dan setiap anggota himpunan B merupakan anggota himpunan A, dikatakan bahwa B adalah subhimpunan A. Notasi yang biasa digunakan untuk kepentingan ini: BB AA Union adalah penggabungan dari dua himpunan. Sebagai contoh, CC = AA BB Menyatakan bahwa C memiliki anggota berupa semua anggota A ditambah dengan semua anggota B. Seperti pada Gambar 8.7 menunjukkan contoh nilai-nilai piksel pada dua citra biner dan hasil dari operasi union. Semua nilai pada citra tersebut menyatakan anggota himpunan baru cendrung meluas A = {(1,2),(2,2),(2,3), B = {(1,1),(1,2),(2,2), (3,2),(3,3),(3,4), (3,3),(4,2),(5,1), (4,2),(4,3),(5,2)}

15 C = {(1,1),(1,2),(2,2),(2,3), (3,2),(3,3),(3,4),(4,2), (4,3),(5,1),(5,2)} Gambar 2.9 Penggunaan Operasi Union pada Citra Biner (Kadir, 2013) Interseksi menyatakan operasi yang menghasilkan himpunan semua anggota yang terdapat di kedua himpunan. Sebagai contoh, CC = AA BB Berarti bahwa C berisi anggota-anggota yang ada dihimpunan A dan juga terdapat di himpunan B hasilnya cenderung menyempit A = {(1,2),(2,2),(2,3), B = {(1,1),(1,2),(2,2), (3,2),(3,3),(3,4), (3,3),(4,2),(5,1), (4,2),(4,3),(5,2)}

16 C = {(1,2),(2,2),(3,3),(4,1)} Gambar 2.10 Penggunaan Operasi Interseksi pada Citra Biner (Kadir, 2013) Komplemen himpunan A biasa dinotasikan dengan AA cc dan menyatakan semua elemen yang tidak terdapat pada A. Secara matematis komplemen adalah: AA cc = {WW WW AA} Notasi diatas dibaca semua elemen yang tidak menjadi anggota A. Nilai yang semula berupa nol diganti satu dan nilai satu diganti dengan nol. Dibidang fotografi dengan film inversi menghasilkan gambar negatif A = {(1,2),(2,2),(2,3) AA cc ={(1,1),(1,3),(1,4),(1,5), (3,2),(3,3),(3,4), (2,1),(2,4),(2,5),(3,1),(2,5) (4,2),(4,3),(5,2)} (3,1),(3,5),(4,1),(4,4),(4,5) (5,1),(5,3), (5,4),(5,5)} Gambar 2.11 Penggunaan Operasi Komplemen pada Citra Biner (Kadir,2013)

17 39 Translasi himpunan A terhadap titik = (zz 1, zz 2 ) disimbolkan dengan(aa) zz (Kadir & Susanto, 2013). Definisinya adalah: (AA) zz = {cc cc = aa + zz, uuuuuuuuuuuu AA} A = {(2,2),(2,3),(3,2), (AA) (2,1) ={(4,3),(4,4),(5,3), (3,3),(3,4), (5,4),(5,5)} Gambar 2.12 Penggunaan Operasi Translasi pada Citra Biner (Kadir & Susanto, 2013) Operasi Logika Operator nalar didasarkan pada aljabar Boolean. Aljabar Boolean adalah pendekatan nilai matematis yang berhubungan dengan nilai kebenaran (benar atau salah) atau yang biasa disimbolkan 1 atau 0. Ada operasi yang sering digunakan, yaitu AND, OR, NOT, XOR, dan NAND seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.2, dan 2.3. Tabel 2.2 Tabel Kebenaran AND, OR, XOR, dan NAND Masukan 1 Masukan 2 AND OR XOR NAND Tabel 2.3 Tabel Kebenaran NOT

18 40 Masukan Keluaran Berbagai efek operasi AND, OR, NOT dan NAND pada citra A dan B ditunjukkan pada gambar Gambar 2.13 Hasil Operasi Logika atas Dua Citra A dan B (Kadir, 2013) 2.14 Element Penstruktur Dalam operasi Morphologi, pemilihan Element Penstruktur (strel) sangat mempengaruhi hasil pemrosesan citra. Penggunaan dua buah struktur element yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda juga meskipun objek/citra yang diamati sama. Element penstruktur dapat diibaeratkan dengan mask pada pemrosesan citra. Struktur element memiliki titik poros (disebut jugs dengan titik origin/titk asal/titik acuan). Ada beberapa bentuk element penstruktur yang biasa digunakan, ada yang berbentuk rectangle, square, disk, linear dan diamond. Setiap bentuk struktur element memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Element penstruktur berbentuk rectangle, diamond, square dapat digunakan untuk mendeteksi tepi bagian atas, bawah, pinggir kiri, dan kanan dari suatu objek/citra. Sedangkan element penstruktur berbentuk disk dapat digunakan untuk melakukan operasi

19 41 dilasi/rotasi yang tidak berhubungan dengan arah karena struktur element berbentuk disk simetris terhadap objek. Element penstruktur berbentuk line/linear hanya dapat digunakan untuk mendeteksi single border. Dalam Morphologi, yang menjadi kunci penting adalah pemilihan element penstruktur. Element penstruktur memiliki dua komponen yang penting yaitu bentuk dan ukuran dimana keduanya mempengeruhi hasil pengujian. Pemilihan bentuk element penstruktur juga mempengaruhi citra hasil operasi Morphologi (Kadir, 2013). Contoh struktur element seperti pada gambar Gambar 2.14 (a) Element Penstruktur Square, (b) Element Penstruktur Rectangel (c) Element Penstruktur Line (d) Element Penstruktur Disk (e) Element Penstruktur Diamond (Kadir, 2013) 2.15 Operasi Dilasi Operasi dilasi biasa dipakai untuk mendapatkan pelebaran terhadap piksel biner yang bernilai 1. Seperti berikut (Burger & Burge, 2008): A B ={zz zz = aa + bbbbbbbbbbbbbb AA dddddd bb BB} Hasil dilasi adalah penjumlahan seluruh pasangan kordinat dari A ke B. Contoh penggunaan operasi dilasi berdasarkan persamaan 20 yaitu:

20 42 A = {(2,2),(2,3),(2,4),(3,2),(3,3),(3,4),(4,3)} B = {(-1,0),(0,0),(1,0)} Dengan demikian, A +BB = {(2,2)+(-1,0),(2,2)+(0,0),(2,2)+(1,0), (2,3)+(-1,0),(2,3)+(0,0),(2,3)+(1,0), (2,4)+(-1,0),(2,4)+(0,0),(2,4)+(1,0), (3,2)+(-1,0),(3,2)+(0,0),(3,2)+(1,0), (3,3)+(-1,0),(3,3)+(0,0),(3,3)+(1,0), (3,4)+(-1,0),(3,4)+(0,0),(3,4)+(1,0), (4,3)+(-1,0),(4,3)+(0,0),(4,3)+(1,0)}, = {(1,2),(2,2),(3,2),(1,3),(2,3),(3,3), (1,4),(2,4),(3,3),(2,2),(3,2),(4,2) (2,3),(3,3),(4,3),(2,4),(3,4),(4,4) (3,3),(4,3),(5,3)} ={(1,2),(1,3),(1,4),(2,2),(2,3),(2,4), (3,2),(3,3),(3,4),(4,2),(4,3),(4,4),(5,3)} Berikut contoh penggunaan operasi dilasi pada citra dapat dilihat pada gambar Gambar 2.15 Penggunaan Operasi Dilasi pada Citra

21 Operasi Erosi Erosi adalah operasi operasi yang akan mengurangi piksel pada batas antar objek dalam suatu citra digital. Operasi ini dirumuskan seperti berikut (Gonzales dan Woods, 2002). AΘΘ B = {zz (BB) zz AA} Erosi dari A oleh B adalah himpunan seluruh piksel z sedemikian rupa sehingga B ditranslasi oleh z, yang berada di dalam citra A. Berikut contoh penggunaan operasi erosi pada citra dapat dilihat pada gambar Gambar 2.16 Penggunaan Operasi Erosi pada Citra 2.17 Deteksi Tepi Morphologi Operasi dilasi dan erosi dapat dikombinasikan untuk membentuk suatu filter baru yang spesifik. Dalam pengolahan citra digital menggunakan operasi morphologi dikenal dengan istilah opening filter dan closing filter. Opening adalah kombinasi proses dimana suatu citra digital dikenai operasi erosi dilanjutkan dengan dilasi, sedangkan closing adalah kombinasi dimana suatu citra dikenai operasi dilasi dilanjutkan dengan erosi. Dengan mengkombinasikan proses erosi dan dilasi akan diperoleh efek tertentu yang berguna dalam pengolahan citra digital (Pratt, 1991).

22 44 Filter untuk mealakukan pendeteksian sisi dilakukan dengan cara mengkombinasikan erosi dan dilasi dengan aturan: H = D E Keterangan : H = Citra Hasil D = Citra Hasil Proses Dilasi E = Citra hasil Proses Erosi 2.18 MSE dan PSNR Mean Square Error (MSE) MSE adalah rata-rata kuadrat nilai kesalahan antara citra asli sebelum mengalami Pemrosesan citra dengan citra hasil yang telah mengalami pemrosesan citra. Secara matematis, MSE dapat dirumuskan pada formula 6 (Sutoyo & Mulyanto, 2009): MMMMMM = 1 MM (ff MMMMMM ii=1 NN jj =1 bb (ii, jj) ff aa (ii, jj)) Keterangan : M x N = ukuran panjang dan lebar citra ff aa (ii, jj) = nilai intensitas citra pada titik (i, j) sebelum dilakukan pemrosesan citra ff bb (ii, jj) = nilai intensitas citra pada titik (i,j) setelah dilakukan pemrosesan citra Nilai MSE yang semakin kecil menandakan prosedur pemrosesan yang digunakan semakin baik. Hal ini dikarenakan kualitas citra sebelum mengalami pemrosesan hampir sama dengan kualitas citra setelah mengalami proses pemrosesan (Sutoyo & Mulyanto, 2009).

23 Peak Signal to Noise Ratio (PNSR) Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) adalah sebuah perhitungan yang menentukan nilai dari sebuah citra yang dihasilkan. Nilai PSNR ditentukan oleh besar atau kecilnya nilai MSE yang terjadi pada citra.semakin besar nilai PSNR, semakin baik pula hasil yang diperoleh pada tampilan citra hasil.sebaliknya, semakin kecil nilai PSNR, maka semakin buruk pula hasil yang diperoleh pada tampilan citra hasil (Lestari, 2006). PSNR dihitung dengan menggunakan rumus (Putra, 2010): PPPPPPPP = 20 llllll 10 Keterangan : mmmmmm (ff (xx, yy)) MM ( (ff (xx, yy) (ff (xx, yy)) 2 xx=1 NN yy =1 M, N : Panjang, lebar citra PSNR MSE : nilai Peak Sgnal to Noise Ratio : nilai Mean Squared Error 255 : nilai skala keabuan citra llllll 10 : Logaritma basis 10 ff(xx, yy) ff (xx, yy) : Citra Asli : Citra Hasil mmmmmm(ff (xx, yy)): nilai maksimum keabuan citra hasil.= 20 llllll 10 ( 255 MMMMMM ) Penelitian yang Relevan Berikut penelitian tentang Pengolahan Citra yang membahas tentang teknik deteksi tepi: 1. Dalam Penelitian Barus, Oktavianus (2011). Identifikasi Tepi Citra Menggunakan Algoritma Sobel Edge Detection. Deteksi tepi menggunakan operator Sobel menghasilkan titik-titik tepi yang lebih halus selain itu mampu mengurangi noise sebelum melakukan deteksi tepi sehingga hasil tepi yang dihasilkan lebih banyak.

24 46 2. Dalam penelitian Fahzuanta, Putra Marifad Qalbi (2010). Analisis Perbandingan Pendeteksian Garis Tepi pada Citra Digital antara Metode Edge Linking dan Operator Sobel. Kualitas tepi yang dihasilkan operator Sobel adalah berupa tepi ganda dan tepi tunggal. Kecepatan deteksi tepi dengan metode Edge Linking lebih cepat jika dibandingkan operator Sobel. 3. Dalam penelitian Isnanto, R.Rizal (2003). Teknik-Teknik Analisis pada Citra Tulang Sebagai Alat Bantu Identifikasi Medis. Kombinasi Operator Frei-Chen dan Dilasi menghasilkan deteksi tepi yang paling jelas diantara operator berbasis gradient lainnya.

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Digital Secara harafiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinu dari intensitas cahaya

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer (Sutoyo & Mulyanto, 2009). Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harafiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) dari intensitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dan suatu obyek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto,

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness 753 GLOSARIUM Adaptive thresholding (lihat Peng-ambangan adaptif). Additive noise (lihat Derau tambahan). Algoritma Moore : Algoritma untuk memperoleh kontur internal. Array. Suatu wadah yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra 2.1.1 Definisi Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer. Citra

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu system perekaman data dapat bersifat optik berupa foto,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan komputer dan alat pengambilan gambar secara digital yang semakin berkembang saat ini, sehingga menghasilkan banyak fasilitas untuk melakukan proses

Lebih terperinci

BAB II CITRA DIGITAL

BAB II CITRA DIGITAL BAB II CITRA DIGITAL DEFINISI CITRA Citra adalah suatu representasi(gambaran),kemiripan,atau imitasi dari suatu objek. DEFINISI CITRA ANALOG Citra analog adalahcitra yang bersifat kontinu,seperti gambar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Citra Citra (image) atau istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra 2.1.1 Definisi Citra Secara harfiah, citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Jika dipandang dari sudut pandang matematis, citra merupakan hasil pemantulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah kegiatan memanipulasi citra yang telah ada menjadi gambar lain dengan menggunakan suatu algoritma atau metode tertentu. Proses ini mempunyai

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steganografi Steganografi adalah mekanisme penanaman atau penyisipan pesan (m) kedalam sebuah cover objek (c) menggunakan kunci (k) untuk berbagi rahasia kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra (image processing) merupakan proses untuk mengolah pixel-pixel dalam citra digital untuk tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukan pengolahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. 1 Tinjauan Studi Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menunjukkan betapa pentingnya suatu edge detection dalam perkembangan pengolahan suatu citra, berikut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian citra Secara umum pengertian citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 1 Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Citra atau Image merupakan istilah lain dari gambar, yang merupakan

Lebih terperinci

Model Citra (bag. I)

Model Citra (bag. I) Model Citra (bag. I) Ade Sarah H., M. Kom Defenisi Citra Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Jenis dari citra ada 2, yaitu: 1. Citra analog (kontinu) : Dihasilkan

Lebih terperinci

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Pengolahan Citra / Image Processing : Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Materi 7 Operasi Morfologi M. Miftakul Amin, M. Eng. JURUSAN TEKNIK KOMPUTER POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TUJUAN Istilah morfologi mengadopsi istilah yang ada dalam bidang ilmu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra 2.1.1 Definisi Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan kualitas gambar (peningkatan

Lebih terperinci

MAKALAH APLIKASI KOMPUTER 1 SISTEM APLIKASI KOMPUTER GRAFIK KOMPUTER DAN KONSEP DASAR OLAH CITRA. Diajukan sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah NTM

MAKALAH APLIKASI KOMPUTER 1 SISTEM APLIKASI KOMPUTER GRAFIK KOMPUTER DAN KONSEP DASAR OLAH CITRA. Diajukan sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah NTM MAKALAH APLIKASI KOMPUTER 1 SISTEM APLIKASI KOMPUTER GRAFIK KOMPUTER DAN KONSEP DASAR OLAH CITRA Diajukan sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah NTM Semester Genap Tahun Akademik 2014 / 2015 Angkatan XIII Disusun

Lebih terperinci

APLIKASI OPERASI HIMPUNAN DAN MATEMATIKA MORFOLOGI PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

APLIKASI OPERASI HIMPUNAN DAN MATEMATIKA MORFOLOGI PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Desember 2016 Volume 10 Nomor 2 Hal. 83 96 APLIKASI OPERASI HIMPUNAN DAN MATEMATIKA MORFOLOGI PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL V. Y. I. Ilwaru 1, Y. A. Lesnussa 2, E. M.

Lebih terperinci

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY Minati Yulianti 1, Cucu Suhery 2, Ikhwan Ruslianto 3 [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi tersebut pada setiap titik (x,y) merupakan

Lebih terperinci

Pengolahan Citra : Konsep Dasar

Pengolahan Citra : Konsep Dasar Pengolahan Citra Konsep Dasar Universitas Gunadarma 2006 Pengolahan Citra Konsep Dasar 1/14 Definisi dan Tujuan Pengolahan Citra Pengolahan Citra / Image Processing Proses memperbaiki kualitas citra agar

Lebih terperinci

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom Pengantar Pengolahan Citra Ade Sarah H., M. Kom Pendahuluan Data atau Informasi terdiri dari: teks, gambar, audio, dan video. Citra = gambar adalah salah satu komponen multimedia yang memegang peranan

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan sistem pendeteksi orang tergeletak mulai dari : pembentukan citra digital, background subtraction, binerisasi, median filtering,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital Pendahuluan Citra digital direpresentasikan dengan matriks. Operasi pada citra digital pada dasarnya adalah memanipulasi elemen- elemen matriks. Elemen matriks

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menunjang tugas akhir ini. Antara lain yaitu pengertian citra, pengertian dari impulse noise, dan pengertian dari reduksi noise.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Gambaran obyek yang dibuahkan oleh pantulan atau pembiasan sinar yang difokuskan oleh sebuah lensa atau sebuah cermin.

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Gambaran obyek yang dibuahkan oleh pantulan atau pembiasan sinar yang difokuskan oleh sebuah lensa atau sebuah cermin. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra atau image adalah representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam koordinat cartesian x-y, dan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra (image) adalah bidang dalam dwimatra (dua dimensi) (Munir, 2004). Sebagai salah satu komponen multimedia, citra memegang peranan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uang Kertas Rupiah Uang Rupiah Kertas adalah Uang Rupiah dalam bentuk lembaran yang terbuat dari Kertas Uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, dimana penggunaannya dilindungi

Lebih terperinci

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA Nurliadi 1 *, Poltak Sihombing 2 & Marwan Ramli 3 1,2,3 Magister Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur maupun metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur maupun metode BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai pengenalan tulisan tangan telah banyak dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur

Lebih terperinci

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK Pengolahan citra digital merupakan proses yang bertujuan untuk memanipulasi dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen

BAB I PENDAHULUAN. Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata.

Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata. Pembentukan Citra oleh Sensor Mata Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata. Bayangan obyek pada retina mata dibentuk dengan mengikuti konsep sistem optik dimana

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN Dolly Indra dolly.indra@umi.ac.id Teknik Informatika Universitas Muslim Indonesia Abstrak Pada tahap melakukan ekstraksi ciri (feature extraction) faktor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah pemrosesan citra, khususnya menggunakan komputer, menjadi citra yang kualitasnya lebih baik dan sesuai dengan keinginan pemakai.

Lebih terperinci

One picture is worth more than ten thousand words

One picture is worth more than ten thousand words Budi Setiyono One picture is worth more than ten thousand words Citra Pengolahan Citra Pengenalan Pola Grafika Komputer Deskripsi/ Informasi Kecerdasan Buatan 14/03/2013 PERTEMUAN KE-1 3 Image Processing

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, jenis-jenis citra digital, metode

Lebih terperinci

Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra

Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank

Lebih terperinci

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan Konvolusi Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Filter / Penapis Digunakan untuk proses pengolahan citra: Perbaikan kualitas citra (image enhancement) Penghilangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Secara umum, citra digital merupakan gambar 2 dimensi yang disusun oleh data digital dalam bentuk sebuah larik (array) yang berisi

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka 23 BAB II Tinjauan Pustaka II.1. Pengolahan Citra Digital Citra yang diperoleh dari lingkungan masih terdiri dari warna yang sangat komplek sehingga masih diperlukan proses lebih lanjut agar image tersebut

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. foto, bersifat analog berupa sinyal sinyal video seperti gambar pada monitor

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. foto, bersifat analog berupa sinyal sinyal video seperti gambar pada monitor BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Pendahuluan Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Kata steganografi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari steganos (tersembunyi) graphen (menulis), sehingga bisa diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang akan digunakan pada saat penelitian. Teori yang dibahas meliputi teori-teori tentang bagaimana menggabungkan beberapa citra dan pengertian

Lebih terperinci

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo Citra Digital Petrus Paryono Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Studi Tentang Pencitraan Raster dan Pixel Citra Digital tersusun dalam bentuk raster (grid atau

Lebih terperinci

PEMANFAATAN OPERASI MORPHOLOGI UNTUK PROSES PENDETEKSIAN SISI PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PEMANFAATAN OPERASI MORPHOLOGI UNTUK PROSES PENDETEKSIAN SISI PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PEMANFAATAN OPERASI MORPHOLOGI UNTUK PROSES PENDETEKSIAN SISI PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Tjokorda Agung Budi Wirayuda, ST Jurusan Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung cok@stttelkom.ac.id

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA

PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA EDY WINARNO fti-unisbank-smg 24 maret 2009 Citra = gambar = image Citra, menurut kamus Webster, adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda

Lebih terperinci

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt Romindo Polikteknik Ganesha Medan Jl. Veteran No. 190 Pasar VI Manunggal romindo4@gmail.com Nurul Khairina Polikteknik Ganesha Medan Jl. Veteran

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Computer Vision Komputerisasi memiliki ketelitian yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara manual yang dilakukan oleh mata manusia, komputer dapat melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra terbagi 2 yaitu ada citra yang bersifat analog dan ada citra yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra adalah suatu representasi, kemiripan atau imitasi dari suatu objek atau benda, misal: foto seseorang mewakili entitas dirinya sendiri di depan kamera. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian citra Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Meskipun sebuah citra kaya informasi, namun seringkali citra yang kita miliki

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN

PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN Warsiti Mahasiswi Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Sp. Limun

Lebih terperinci

Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel

Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel Sri Enggal Indraani, Ira Dhani Jumaddina, Sabrina Ridha Sari Sinaga (enggal24@gmail.com, Ira.dhani5393@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra merupakan hasil representasi atau duplikasi dari sebuah objek ataupun merupakan imitasi dari sebuah objek atau benda. Citra memiliki beberapa karakteristik yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Citra Digital Citra digital dapat diartikan sebagai suatu fungsi dua dimensi f(x.y), dengan x maupun y adalah posisi koordinat sedangkan f merupakan amplitude pada posisi (x,y)

Lebih terperinci

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *) Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *) *) Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura Abstrak CT scan mampu menghasilkan citra organ internal (struktur

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL

ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL Nur hajizah (13111171) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budidarma Medan Jl.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Citra Citra merupakan istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

DETEKSI POSISI PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN AREA CITRA

DETEKSI POSISI PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN AREA CITRA DETEKSI POSISI PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN AREA CITRA Triyanto Adi Saputro., Elha Dhanny H, Andriansyah Ramadhan, Afi Muftihul Situmorang, M Fajar Lazuardi. Teknik Informatika, Fakultas Program

Lebih terperinci

MENGANALISA PERBANDINGAN DETEKSI TEPI ANTARA METODE SOBEL DAN METODE ROBET

MENGANALISA PERBANDINGAN DETEKSI TEPI ANTARA METODE SOBEL DAN METODE ROBET MENGANALISA PERBANDINGAN DETEKSI TEPI ANTARA METODE SOBEL DAN METODE ROBET Purnomo Adi Setiyono Program Studi Teknik Informatika-S1, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanda Tangan Tanda tangan atau dalam bahasa Inggris disebut signature berasal dari latin signare yang berarti tanda atau tulisan tangan, dan biasanya diberikan gaya tulisan

Lebih terperinci

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner Dosen Pengampu: Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Genap 2016/2017 Definisi Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat

Lebih terperinci

Pengolahan Citra Berbasis Deteksi Tepi Prewitt Pada Gambar Gigi Manusia Image Processing Based On Prewitt Edge Detection For Human Dental Image

Pengolahan Citra Berbasis Deteksi Tepi Prewitt Pada Gambar Gigi Manusia Image Processing Based On Prewitt Edge Detection For Human Dental Image EKSPLORA INFORMATIKA 98 Pengolahan Citra Berbasis Deteksi Tepi Prewitt Pada Gambar Gigi Manusia Image Processing Based On Prewitt Edge Detection For Human Dental Image Andi Pranata 1, Erna ZuniAstuti 2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Metha Riandini 1) DR. Ing. Farid Thalib 2) 1) Laboratorium Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci