Data dan Pembahasan. Tabel V.1 Perbandingan Nilai Kehilangan Air PDAM Kota Bandung Tahun 2004, 2005 dan 2006
|
|
- Handoko Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab V Data dan Pembahasan V.1 Kesetimbangan Air Pada Sistem Distribusi Kesetimbangan air pada sistem distribusi Kota Bandung dapat dilihat dari jumlah air yang diproduksi dibandingkan dengan jumlah air yang terjual dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Kesetimbangan air perlu diketahui agar kita dapat mengetahui berapa perkiraan kehilangan air yang terjadi di PDAM Kota Bandung. Berikut ditampilkan perbandingan nilai kehilangan air beberapa tahun terakhir oleh PDAM Kota Bandung pada Tabel V.1. Tabel V.1 Perbandingan Nilai Kehilangan Air PDAM Kota Bandung Tahun 2004, 2005 dan 2006 * * Sumber : *PDAM Kota Bandung, 2006 Dari tabel di atas dapat diprediksikan nilai kehilangan air di Kota Bandung. Nilai kehilangan air dapat dihitung dengan rumus (1). Distribusi Air - Air Dimanfaatkan Kehilangan Air ( % ) = 100% Distribusi Air (1) Dengan menggunakan rumus di atas didapat nilai kehilangan air di Kota Bandung beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2004 kehilangan air mencapai 49,49% lalu berkurang sampai mencapai angka 46,86% pada tahun Puncaknya terjadi pada tahun 2006 yang mencapai angka 50,73%. Maka dari itu, upaya pengendalian kehilangan air diperlukan untuk mengatasi nilai kehilangan air yang makin meningkat. V-1
2 Setelah nilai kehilangan air diketahui maka dapat dibuat neraca kesetimbangan air untuk PDAM Kota Bandung tahun 2006 seperti pada Tabel V.2. Tabel V.2 Kesetimbangan Air untuk PDAM Kota Bandung Tahun 2006 Sumber : Asumsi dan Perhitungan Keterangan : a didapat dari hasil penjumlahan distribusi air dari masing-masing reservoir, mata air dan sumur bor ke daerah-daerah pelayanan PDAM Kota Bandung. b didapat dari penjumlahan rekening air tiap kelurahan di wilayah pelayanan PDAM Kota Bandung. c didapat dari hasil penjualan air melalui mobil-mobil tanki. d dan e didapat dari air-air operasional yang tidak terjual, seperti penanggulangan kebocoran (distribusi), penggantian water meter (altek meter), bantuan sosial melalui mobil tanki gratis, pemakaian air oleh pemadam kebakaran, taman kota dan sebagainya. Keduanya merupakan hasil perhitungan dari PDAM Kota Bandug, V-2
3 f dan g didapat dari air yang hilang akibat dari sambungan ilegal dan kesalahankesalahan administrasi dalam pembacaan meter air serta penginputan, pelaporan dan pencetakan rekening air. Keduanya didapat dari perhitungan PDAM Kota Bandung, Kehilangan air yang sebesar 50,73% merupakan kehilangan air fisik dan non fisik. Sedangkan kapasitas produksi harusnya cukup untuk melayani konsumen dengan sistem pelayanan 24 jam dalam sehari. Dengan demikian dalam sistem pelayanan ke daeerah distribusi debit sumber memungkinkan untuk pelayanan, sehingga tidak ada permasalahan dengan jumlah suplai air untuk konsumen. Untuk tabel lengkap perhitungan neraca kesetimbangan air dapat dilihat pada Lampiran 1. V.2 Analisis Kehilangan Air di Tiap Kelurahan Analisis kehilangan air tiap kelurahan diperlukan untuk mengetahui kelurahan mana yang memberikan nilai kehilangan air paling besar bagi PDAM Kota Bandung. Analisis ini belum pernah dilakukan, bahkan oleh PDAM Kota Bandung sendiri. Analisis ini dilakukan dengan melakukan perbandingan antara total suplai yang diberikan kepada tiap kelurahan (berdasarkan data node loading TA Rahmat Satria Dewangga, 2003) dengan total konsumsi tiap kelurahan. Daerah daerah yang dibandingkan dapat dilihat pada Gambar V.1. Perlu diketahui, kehilangan air yang akan dicari dengan cara ini hanya kehilangan air yang dipengaruhi oleh konsumsi resmi bermeter dan berekening dan diasumsikan tiap kelurahan berada pada keadaan ideal, dimana tidak terjadi intervensi aliran pada jaringan pipa distribusinya. Untuk tahun 2006, konsumsi air bermeter berekening adalah sebesar m 3 /tahun (Tabel V.2), yaitu sebesar 41,8% dari seluruh air yang didistribusikan. Langkah langkah menghitung nilai kehilangan air tiap kelurahan : - Kalibrasi peta kelurahan saat ini dengan peta yang digunakan dalam model Epanet. - Simulasi Epanet menggunakan data tahun 2002, kemudian diprediksikan ke tahun 2005 dan Maka dari itu, data tahun 2005 dipakai sebagai data acuan untuk analisis selanjutnya. V-3
4 - Setelah dilakukan perhitungan, terdapat perbedaan antara total suplai air tahun 2005 dan tahun Maka, dipakailah metoda perbandingan seperti pada rumus (2) untuk menemukan faktor konversinya. Faktor Konversi = Total Suplai Air Tahun 2006 Total Suplai Air Tahun 2005 (2) Dengan total suplai air pada tahun 2006 sebesar 2358,17262 LPS (sumber : perhitungan) dan total suplai air pada tahun 2005 sebesar 2242,93 LPS, maka didapat faktor koversi sebesar 1, Data suplai air tiap kelurahan tahun 2005 kemudian dikonversi dengan faktor konversi untuk mendapatkan data suplai air tiap kelurahan tahun V-4
5 Gambar V.1 Gambar Model Epanet yang Digunakan PDAM Kota Bandung (PDAM Kota Bandung, 2006) - Setelah itu dicari selisih antara total suplai air dengan total konsumsi tiap kelurahan. Hasilnya akan bernilai positif atau negatif. Nilai positif menunjukkan adanya kehilangan air dalam sistem distribusi air ke kelurahan tersebut. Sedangkan nilai negatif menunjukkan kelurahan tersebut mendapatkan suplai air yang kurang dari yang dibutuhkannya. - Untuk kelurahan yang menunjukkan adanya kehilangan air, maka nilai kehilangan airnya dapat dicari dengan rumus (3). Suplai Air - Konsumsi Air Kehilangan Air ( % ) = 100 % Suplai Air (3) V-5
6 Kelurahan yang menunjukkan adanya kehilangan air terbesar Kota Bandung adalah Kelurahan Sukaraja dengan nilai sebesar 99,58% dan kelurahan yang menunjukkan nilai kehilangan air terkecil adalah Kelurahan Antapani dengan nilai 22,06%. Nilai kehilangan air yang terjadi pada tiap kelurahan dapat dilihat pada Gambar V.2. Total Suplai ( LPS ) Total Konsumsi ( LPS ) Kehilangan Air ( LPS ) Kekurangan Air ( LPS ) 120 LPS Utara Selatan No Kelurahan Gambar V.2 Grafik Nilai Kehilangan Air Tiap Kelurahan Tahun Setelah semua kelurahan dicari nilai kehilangan air dan kekurangan airnya, maka perlu dicari nilai kehilangan air total untuk wilayah pelayanan PDAM Kota Bandung dengan rumus (4). ( Total Suplai Air - Total Konsumsi ) - Total Kekurangan Air Kehilangan Air Total ( % ) = 100% Total Suplai Air (4) Nilai kehilangan air total yang hanya berdasarkan konsumsi air resmi bermeter dan berekening untuk wilayah pelayanan PDAM Kota Bandung adalah sebesar 57,15%. - Untuk mengetahui apakah model Epanet ini cukup relevan atau tidak dengan kondisi yang ada sekarang, maka perlu dicari juga nilai kehilangan air yang hanya berdasarkan konsumsi air resmi bermeter dan berekening jika dilihat dari neraca keseimbangan air yang telah dibuat sebelumnya. Nilai ini bisa dicari dengan rumus (5). V-6
7 Volume Input Sistem - Konsumsi Bermeter Berekening Kehilangan Air ( % ) = 100% (5) Volume Input Sistem Dengan volume input sistem sebesar ,04 m 3 /tahun dan konsumsi bermeter berekening sebesar m 3 /tahun, maka didapat nilai kehilangan airnya sebesar 58,24%. Setelah dibandingkan ternyata nilai kehilangan air tiap kelurahan yang dicari dengan cara membandingkan dengan model Epanet, dinilai cukup relevan. Untuk diketahui, walaupun setelah dibandingkan dengan total konsumsi bermeter berekening ternyata nilai kehilangan air tiap kelurahan yang didapat dengan Epanet dinilai cukup relevan, akan tetapi pada kenyataan di lapangan perhitungan dengan cara seperti ini tidak bisa langsung dijadikan rujukan untuk semua daerah, hanya bisa digunakan untuk daerah-daerah yang pada sistem pengalirannya tidak mengalami intervensi aliran. Hal ini disebabkan, perhitungan di atas hanya akan menghasilkan angka yang sesuai apabila tidak ada intervensi manual dalam pengoperasian sistem distribusi, yang berarti semua valve yang ada di lapangan dibiarkan tertutup sebagaimana adanya. Tetapi, setelah melihat kenyataan di lapangan (terutama di daerah Bandung bagian Selatan), jika pada awalnya interkoneksi antar bagian dihubungkan oleh valve tertutup maka pada saat ini seluruh zona selatan yang merupakan gabungan dari bagian selatan-tengah, selatan-barat dan timur yang dihubungkan oleh valve yang terbuka penuh, sehingga bagian selatan merupakan bagian yang saling terinterkoneksi. Dalam prakteknya, pengoperasian buka tutup katup di jaringan pipa distribusi terkadang dilakukan untuk mengalirkan air dari daerah yang berlebih kepada daerah lain yang kekurangan air. Pada beberapa bagian di wilayah selatan pun walau tampaknya mempunyai kondisi tekanan statik yang baik, tetapi dalam kenyataannya di lapangan air minum tidak pernah bergerak sedemikian jauhnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kondisi ini terjadi, dikarenakan debit suplai air untuk beberapa daerah terlampau kecil. Hal ini berusaha diatasi dengan dilakukannya sistem penggiliran yang terjadwal untuk masing-masing daerah. Sistem penggiliran ini V-7
8 sebenarnya bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui tingkat kesalahan yang terjadi pada grafik di atas. Tetapi, hal ini pun tidak dapat dilakukan karena penggiliran yang harusnya terjadwal pada kenyataan di lapangan sudah tidak mengikuti jadwal. Perhitungan lengkapnya untuk tiap kelurahan dapat dilihat pada Lampiran 2. V.3 Pemilihan Wilayah Studi Kasus Nilai kehilangan air yang mencapai angka 50,73% ini dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi PDAM Kota Bandung. Maka dari itu, untuk mengatasi hal ini diperlukan usaha pengendalian kehilangan air secepatnya. Tetapi, karena adanya ketidakteraturan dalam sistem distribusi air bersih Kota Bandung, maka pemilihan wilayah studi sangat diperlukan. Wilayah studi ini nantinya akan menjadi sebuah pilot project yang akan mewakili Bandung. Oleh sebab itu, agar wilayah studi yang terpilih nantinya merupakan wilayah studi yang tepat guna, maka perlu ditetapkan beberapa hal dalam pemilihan wilayah studi ini. Kriteria pemilihan wilayah studi didasarkan pada : a. golongan kelas pelanggan b. pengaliran air bersih selama 24 jam c. pendistribusian air yang relatif baik d. efisiensi penagihan yang relatif baik e. tingkat permasalahan pembacaan meteran relatif tinggi V.3.1 Golongan Kelas Pelanggan Penggolongan kelas pelanggan PDAM didasarkan pada sifat dan fungsi bangunan, dimana sifat ini juga akan mempengaruhi pemakaian air bersih pada bangunan tersebut. Penggolongan kelas pelanggan yang ada saat ini adalah : a. Sosial IA Sosial Umum 1. kran umum 2. kamar mandi, cuci dan kakus umum 3. tempat ibadah V-8
9 IB Sosial Khusus 1. puskesmas 2. klinik pemerintah 3. rumah yatim piatu 4. rumah jompo 5. rumah rehabilitasi 6. badan sosial lainnya b. Non niaga IIA Rumah Tangga IIA1 Rumah tangga golongan A1 Rumah susun Perumnas IIA2 Rumah tangga golongan A2 Rumah yang terletak di jalan kecil/gang dengan lebar jalan kurang dari 2 meter. IIA3 Rumah tangga golongan A3 Rumah yang terletak di jalan besar bukan protokol dengan lebar jalan tidak kurang dari 2 meter dan tidak lebih dari 4 meter. IIA4 Rumah tangga golongan A4 1. Rumah dengan lebar jalan di atas 4 meter atau jalan protokol 2. Rumah peristirahatan, villa, bungalow yang tidak dikomersilkan 3. Perumahan real estate/rumah dengan luas bangunan di atas 300 m 2 atau luas tanah di atas 500 m Apartemen/kondominium. IIB Instansi Pemerintah/TNI/Polri 1. Sarana instansi pemerintah/tni/polri baik pusat maupun daerah. 2. Sekolah milik pemerintah (SD, SMP, SMA/Kejuruan). 3. Lain-lain lembaga. c. Niaga IIIA Niaga Kecil 1. Warung/kios/jongko 2. Bengkel kecil/pencucian motor 3. Penjahit V-9
10 4. Kegiatan usaha yang menyatu dengan rumah tangga 5. Asrama/losmen/mess milik pemerintah 6. Praktek dokter umum 7. Sekolah milik swasta (TK/Playgrup, SD, SMP, SMA/Kejuruan) 8. Perusahaan dagang/jasa kecil lainnya IIIB Niaga Menengah/Besar 1. Toko 2. Rumah Makan 3. Hotel/Motel 4. Rumah peristirahatan, villa dan bungalow yang dikomersialkan 5. Rumah sakit, klinik dan laboratorium 6. Perguruan tinggi/tempat kursus 7. Salon kecantikan 8. Asrama/losmen/mess milik swasta 9. Rumah kos 10. Sarana olahraga 11. Showroom/bengkel besar/pencucian mobil 12. Apotik/rumah obat 13. Percetakan 14. Pergudangan 15. Stasiun radio/broadcasting swasta 16. Bioskop/tempat hiburan 17. Mall/supermarket 18. Kamar pendingin/pabrik es 19. Bank/asuransi 20. Biro iklan/biro perjalanan 21. Praktek dokter spesialis/kantor pengacara/notaris/konsultan 22. Penggilingan padi 23. Perusahaan peternakan/perikanan 24. Perusahaan dagang 25. Perusahaan angkutan 26. Badan usaha milik negara/daerah V-10
11 27. Pemandian umum 28. Kamar mandi, cuci dan kakus yang dikomersilkan 29. Perusahaan dagang dan jasa menengah besar lainnya d. Industri IVA Industri Kecil 1. Industri rumah/home industri 2. Industri makanan/minuman 3. Industri sepatu 4. Industri garmen/konveksi 5. Industri kerajinan rumah tangga 6. Industri alat-alat rumah tangga 7. Industri keramik/genteng/bata 8. Industri Logam, seng/baja atau peleburan 9. Industri perkebunan 10. Industri kecil lainnya IVB Industri Menengah/Besar 1. Industri menengah/besar makanan dan minuman 2. Industri menengah/besar sepatu 3. Industri menengah/besar garmen/konveksi 4. Industri menengah/besar kerajinan rumah tangga 5. Industri menengah/besar alat-alat rumah tangga 6. Industri menengah/besar keramik/genteng/batu 7. Industri menengah/besar logam, seng/baja atau peleburan 8. Industri menengah/besar perkebunan 9. Industri menengah/besar lainnya Sumber : PDAM, 2005 Perbedaan golongan kelas pelanggan ini juga akan mengakibatkan perbedaan tarif dasar PDAM. Berikut ditampilkan perbedaan tarif dasar air minum pada Tabel V.3. V-11
12 Tabel V.3 Perbedaan Tarif Dasar Air Minum Sosial Rumah Tangga/Non Niaga Niaga Industri M 3 IA IB IIA1 IIA2 IIA3 IA4 IIB IIIA IIIB IVA IVB > Sumber : PDAM, 2005 Tarif air minum ditentukan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No.29 Tahun 2001 tentang Pengaturan Pelayanan Air Minum dan Surat Keputusan Walikota Bandung No.1178 Tahun 2001 dan berlaku Oktober Agar lebih dapat bersifat global dan mewakili seluruh Bandung, maka golongan kelas pelanggan ditetapkan sebagai salah satu kriteria penetapan wilayah studi. Kelurahan terpilih sebaiknya yang mempunyai seluruh golongan kelas pelanggan. Setelah dilakukan pengecekan terhadap seluruh kelurahan di Kota Bandung, didapat lima kelurahan yang mempunyai seluruh golongan kelas pelanggan, yaitu kelurahan Arjuna, Cicadas, Pungkur, Balonggede dan Panjunan. Berikut ditampilkan kelurahan yang dimaksud berikut detail golongan kelas pelanggannya pada Tabel V.4. Golongan kelas pelanggan untuk seluruh kelurahan yang dilayani oleh PDAM Kota Bandung dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel V.4 Kelurahan yang Mempunyai Seluruh Golongan Kelas Pelanggan Kelurahan Golongan Kelas Pelanggan 1A 1B 2A1 2A2 2A3 2A4 2B 3A 3B 4A 4B Total Arjuna Cicadas Pungkur Balonggede Panjunan Sumber : PDAM, 2007 V-12
13 V.3.2 Pengaliran Air Bersih Selama 24 Jam Kelurahan-kelurahan yang mempunyai pengaliran air bersih selama 24 jam diasumsikan merupakan kelurahan-kelurahan yang mempunyai rata-rata pemakaian air per pelanggan tiap kelurahan lebih besar dari 20 m 3. Asumsi ini didapat setelah berdiskusi dengan pihak PDAM Kota Bandung. Menurut PDAM Kota Bandung, dengan rata-rata pemakaian air per pelanggan lebih besar dari 20 m 3, maka kebutuhan pokok akan air bersih sudah terpenuhi. Kebutuhan pokok yang dimaksud disini adalah untuk makan, minum dan mencuci dengan standar kebutuhan pokok sebesar 60 L/orang/hari. Jika kebutuhan pokok sudah terpenuhi, maka diharapkan kelurahan tersebut sudah tidak perlu memakai pompa atau mencari sumber air tambahan yang baru dalam sistem distribusinya. Pemilihan kelurahan yang memakai pompa atau memakai sumber air tambahan baru dihindarkan untuk mengurangi kesulitan dalam perhitungan pemakaian air dan penentuan penyebab kehilangan air yang akan dilakukan berikutnya. Perhitungan pemakaian air per pelanggan tiap kelurahan dilakukan dengan rumus (6) berikut ini. Nilai Konsumsi Air Tiap Kelurahan Pemakaian Air Per Pelanggan Tiap Kelurahan = Jumlah Pelanggan Berikut ditampilkan rata-rata pemakaian air per pelanggan tiap kelurahan tahun 2006 pada Gambar V.3. (6) m3 <20 m3 >20m3 Rata-Rata Pemakaian Air (m Utara No Kelurahan Selatan Gambar V.3 Pemakaian Air Per Pelanggan Tiap Kelurahan Tahun 2006 V-13
14 Setelah dilakukan perhitungan, ternyata ada 55 kelurahan yang rata-rata pemakaian airnya masih dibawah 20 m 3 dan sisanya, sebanyak 41 kelurahan sudah mempunyai rata-rata pemakaian air diatas 20 m 3. Kelurahan Lebak Siliwangi mempunyai rata-rata pemakaian air terbesar, sebesar 107,85 m 3. Kelurahan-kelurahan yang mempunyai rata-rata pemakaian air per pelanggan relatif besar sebagian besar berada di daerah Bandung bagian Utara, hal ini menunjukkan sistem pengaliran di daerah tersebut sudah cukup baik. Sedangkan kelurahan-kelurahan yang mempunyai rata-rata pemakaian air relatif kecil berada di Bandung bagian Selatan, tersebar antara Selatan-Barat, Selatan-Tengah dan Selatan-Timur. Walaupun begitu tidak semua kelurahan yang berada di Bandung Selatan pemakaian airnya berada di bawah 20 m 3 ada sebagian kecil yang berada di atas 20 m 3. Seperti Kelurahan Pelindung Hewan, Balonggede, Batununggal, Cijagra, Turangga, Kacapiring, Samoja, Cibangkong dan lain sebagainya. Dengan melihat hasil perhitungan dan grafik di atas dapat diketahui bahwa hanya 42,7% kelurahan yang mengalami pengaliran air bersih 24 jam dari total 96 kelurahan yang dilayani oleh PDAM Kota Bandung. Nilai ini masih dibawah 50%, sehingga dapat disimpulkan pada kenyataannya, PDAM Kota Bandung belum dapat melayani seluruh daerah yang terdapat dalam wilayah pelayanannya. Perhitungan selengkapnya untuk tiap kelurahan dapat dilihat pada Lampiran 4. V.3.3 Pendistribusian Air Relatif Baik Efisiensi pendistribusian air tiap kelurahan ditunjukkan dengan jumlah pelanggan PDAM pada kelurahan tersebut. Jika semakin banyak pelanggan PDAM di kelurahan tersebut berarti para pelanggan merasa puas akan pelayanan PDAM di kelurahannya dan menunjukkan juga bahwa sistem pendistribusian air di kelurahan tersebut relatif baik (air mampu didistribusikan sampai pada daerah tersebut). Karena, daerah yang tampak di peta masih merupakan wilayah pelayanan air bersih PDAM Kota Bandung kadang pada kenyataannya di lapangan daerah tersebut masih harus mencari sumber air baru (sumur bor, sumur resapan dan sebagainya) atau memakai pompa karena head PDAM Kota Bandung tidak mencapai daerah tersebut (tekanan kurang) atau malah sudah tidak dilayani lagi oleh PDAM Kota Bandung. V-14
15 Sebaliknya sedikitnya jumlah pelanggan menunjukkan ketidakpuasan pelanggan atau memang hanya sebagian saja daerah tersebut yang masih mampu dilayani oleh PDAM Kota Bandung. Hal ini menunjukkan pendistribusian air di wilayah tersebut relatif kurang baik Tingkat langganan tiap kelurahan didapat dengan cara membandingkan antara jumlah pelanggan yang ada di tiap kelurahan dengan jumlah penduduk total di kelurahan tersebut, seperti pada rumus (7). Tingkat Langganan Tiap Kelurahan = Jumlah Pelanggan Jumlah Penduduk Total x 100% (7) Berikut ditampilkan jumlah pelanggan tiap kelurahan tahun 2006 pada Gambar V.4 SL (%) SL (%) Utara Selatan SL No Kelurahan Gambar V.4 Grafik Jumlah Pelanggan Tiap Kelurahan Tahun 2006 Setelah dilakukan perhitungan, dapat diketahui bahwa Cihapit yang mempunyai jumlah pelanggan terbesar, yaitu 1185 pelanggan atau sekitar 22,06% dari total penduduk di kelurahan tersebut. Kelurahan yang mempunyai jumlah pelanggan terkecil adalah Sukaraja yang mempunyai jumlah pelanggan sebanyak 41 pelanggan atau sekitar 0,71% dari total penduduk di kelurahan tersebut. Hal ini mungkin dipengaruhi juga oleh kenyataan bahwa Sukaraja yang memberikan kehilangan air terbesar di Kota Bandung sekitar 99,58%, sehingga hanya sedikit V-15
16 penduduk disana yang menjadi pelanggan PDAM dan mampu dilayani oleh PDAM. Dengan melihat grafik di atas juga dapat diketahui rata-rata kelurahan yang memberikan jumlah pelanggan terbesar adalah kelurahan yang berada di Bandung bagian Bandung Utara. Hal ini juga mungkin dipengaruhi oleh pemakaian air ratarata per pelanggan di daerah tersebut yang relatif besar. Walaupun daerah Bandung bagian Selatan mempunyai jumlah pelanggan relatif lebih sedikit dibandingkan daerah Bandung bagian Utara, tetapi ada beberapa kelurahan yang jumlah pelanggannya relatif cukup besar, yaitu kelurahan karang Anyar, Cibadak, Balonggede, Pungkur, Cijagra, turangga, Paledang dan lain sebagainya. Seperti sudah dijelaskan di analisis sebelumnya bahwa pemakaian air rata-rata per pelanggan yang relatif besar mengindikasikan adanya pengaliran air bersih selama 24 jam (pengaliran kontinu). Pengaliran yang kontinu mengakibatkan kepuasan pelanggan meningkat dan juga menunjukkan kemampuan PDAM mengalirkan air ke daerah tersebut secara baik. Sehingga jumlah pelanggan pun akan cukup besar di daerah tersebut. Perhitungan lengkapnya untuk tiap kelurahan dapat dilihat pada Lampiran 5. V.3.4 Efisiensi Penagihan Relatif Baik Efisiensi penagihan yang relatif baik dapat diketahui dengan perbandingan Rp/m 3 yang relatif besar juga. Hal ini menunjukkan suatu potensi pendukung terhadap PDAM, dimana dengan perbandingan Rp/m 3 yang relatif tinggi menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat yang relatif tinggi terhadap perlunya air bersih. Hal ini juga menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat yang relatif tinggi di daerah tersebut. Berikut ditampilkan perbandingan Rp/m 3 tiap kelurahan tahun 2006 pada Gambar V.5. V-16
17 Rp/m Utara Selatan No Kelurahan Gambar V.5 Grafik Perbandingan Rp/m 3 Tiap Kelurahan Tahun 2006 Bisa dilihat pada gambar di atas, bahwa daerah Bandung Utara yang mempunyai rata-rata efisiensi penagihan yang cukup baik, jika dilihat dari perbandingan Rp/m 3 yang ada di daerah tersebut. Daerah Bandung Selatan memberikan nilai yang relatif rendah untuk tingkat efisiensi penagihannya. Hal ini menunjukkan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat atau bisa juga dikarenakan oleh kurangnya pelayanan PDAM pada daerah tersebut. Hal ini bisa dikaitkan juga dengan kenyataan bahwa kelurahan-kelurahan yang berada di Bandung Selatan merupakan kelurahan-kelurahan yang memberikan nilai kehilangan air terbesar bagi Kota Bandung. Walaupun begitu, bisa dilihat juga dari grafik bahwa tidak semua kelurahan di Bandung Selatan mempunyai efisiensi penagihan yang rendah kelurahankelurahan yang berada di Kecamatan Regol, seperti Balonggede, Pungkur dan Ciateul, memberikan efisiensi penagihan cukup tinggi. Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa kelurahan yang memberikan perbandingan Rp/m 3 terbesar adalah Citarum dengan nilai 3970,09 Rp/m 3 dan kelurahan yang memberikan nilai terkecil adalah Babakan Sari dengan nilai 2235,07 Rp/m 3. Perhitungan lengkapnya untuk tiap kelurahan dapat dilihat pada Lampiran 6. V-17
18 V.3.5 Tingkat Permasalahan Pembacaan Meteran Relatif Tinggi Tingkat permasalahan pembacaan meteran banyak macam dan sebabnya. Permasalahan pembacaan meteran inilah salah satu sebab yang cukup berpengaruh terhadap kehilangan air di Kota Bandung. Pada pencatatan pemakaian air pelanggan oleh PDAM, permasalahan pembacaan meteran ini dikelompokkan menjadi kode-kode tertentu. Kode-kode ini menunjukkan perbedaan antara masalah yang satu dengan yang lainnya. Berikut ditampilkan masalah-masalah yang sering terjadi dalam pembacaan meteran di lapangan berikut kode-kodenya pada Tabel V.5. Tabel V.5 Masalah Pembacaan Meteran dan Kode-Kodenya Masalah Kode Masalah Kode Alamat tidak ketemu 1 Stand kelebihan M Rumah dikunci 2 Rumah kosong R Meter tidak ada 3 Stand terbalik T Meter baru 4 Meter rusak O Meter tertimbun 5 Meter dicabut D Meter buram 6 Stand revisi W Meter mati 7 Stand mundur F Tidak ada air 8 Meter tidak ketemu I Loss meter 9 Rumah dibongkar K Stand konsumen Z Air tidak dipakai H Meter tidak dicatat X Lain-lain L Alamat jauh V Sumber : PDAM, 2006 Tingkat permasalahan meteran ini tidak dilihat pada seluruh kelurahan yang ada di Bandung. Hal ini disebabkan oleh karena sulitnya memperoleh data permasalahan meteran ini. Jadi, agar lebih mudah maka tingkat permasalahan meteran hanya dilihat pada kelurahan-kelurahan yang mempunyai seluruh golongan kelas pelanggan, yaitu Arjuna, Balonggede, Cicadas, Panjunan dan Pungkur. Tingkat permasalahannya dapat dilihat pada Tabel V.6. Untuk pendataan permasalahan pembacaan meteran dapat dilihat pada Lampiran 7. V-18
19 Tabel V.6 Tingkat Permasalahan Meteran di Beberapa Kelurahan Nama Kelurahan Total Meteran Permasalahan (satuan) (%) Arjuna ,29 Balonggede ,79 Cicadas ,13 Panjunan ,89 Pungkur ,67 Sumber : Perhitungan Setelah semua kriteria dianalisis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Kelurahan Balonggede yang terdapat di Kecamatan Regol dapat dijadikan pilot project dan dianggap dapat mewakili Kota Bandung secara keseluruhan, karena dianggap memenuhi semua kriteria yang ada. V.4 Penentuan Jumlah Sampel Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya (Sugiyono, 1999). Berikut ini diberikan penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 10% pada Tabel V.7. V-19
20 Tabel V.7 Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan 10% N S N S N S Sumber : Sugiyono, 1999 hal.99 Keterangan : N menunjukkan jumlah populasi S menunjukkan jumlah sampel yang harus diambil. Kelurahan Balonggede mempunyai jumlah pelanggan sebanyak 1192 pelanggan. Dengan jumlah masing-masing kelas adalah sebagai berikut : a. Kelas 1A sebanyak 17 pelanggan. b. Kelas 1B sebanyak 3 pelanggan. c. Kelas 2A1 sebanyak 1 pelanggan. d. Kelas 2A2 sebanyak 83 pelanggan. e. Kelas 2A3 sebanyak 398 pelanggan. f. Kelas 2A4 sebanyak 106 pelanggan. g. Kelas 2B sebanyak 6 pelanggan. V-20
21 h. Kelas 3A sebanyak 239 pelanggan. i. Kelas 3B sebanyak 327 pelanggan. j. Kelas 4A sebanyak 10 pelanggan. k. Kelas 4B sebanyak 2 pelanggan. Karena data ini merupakan data yang berstrata, maka sampel yang diambil juga harus sampel yang berstrata (Sugiyono, 1999). Stratanya ditentukan menurut jenis kelas pelanggan. Dengan demikian masing-masing sampel untuk jenis kelas pelanggan harus proporsional sesuai dengan populasi. Melihat pada Tabel V.7, maka dapat disimpulkan dengan total populasi sebesar 1192 pelanggan, total sampel yang harus diambil untuk Kelurahan Balonggede adalah 218 sampel. Maka, jumlah sampel yang harus diambil tiap stratanya mengikuti rumus (8). S strata = N N strata total x S total (8) Setelah dilakukan perhitungan, didapat jumlah sampel untuk masing-masing strata kelas pelanggan adalah sebagai berikut : a. Kelas 1A sebanyak 3 sampel. b. Kelas 1B sebanyak 1 sampel. c. Kelas 2A1 sebanyak 1 sampel. d. Kelas 2A2 sebanyak 15 sampel. e. Kelas 2A3 sebanyak 73 sampel. f. Kelas 2A4 sebanyak 19 sampel. g. Kelas 2B sebanyak 1 sampel. h. Kelas 3A sebanyak 44 sampel. i. Kelas 3B sebanyak 60 sampel. j. Kelas 4A sebanyak 2 sampel. k. Kelas 4B sebanyak 1 sampel. Jumlah sampel total yang harus diambil ternyata ada 220 sampel. Perbedaan 2 sampel dari sampel total hasil perhitungan awal dikarenakan metoda sampling yang dipakai adalah metoda disproportionate stratified random sampling. Pada V-21
22 metoda ini, apabila ada strata yang menghasilkan jumlah sampel nol, maka jumlah sampelnya dianggap satu sampel saja. Hal ini dilakukan agar tetap ada sampel yang mewakili strata tersebut. V.5 Data Penelitian Lapangan Setelah dilakukan penelitian ke lapangan, maka diketahui bahwa tidak memungkinkan untuk melakukan pengambilan data 220 sampel dalam satu hari. Sampling sebenarnya harus dilakukan dalam satu hari yang sama, karena ingin dilihat perbedaan pemakaian air dalam satu minggu penuh antar kelas pelanggan. Maka dari itu waktu sampling ditambah jadi 4 hari dan jumlah sampel yang diambil pada akhirnya mencapai angka 113 sampel rumah. Setengah dari target sampel yang ingin dicapai. Berikut dilampirkan pemakaian pelanggan PDAM di daerah Balonggede selama satu minggu, kemudian dikonversi ke dalam hitungan bulan dan dibandingkan dengan hitungan PDAM Kota Bandung yang sudah ada. Semua itu terangkum dalam Tabel V.8. Tabel V.8 Pemakaian Air Kelurahan Balonggede Bulan Agustus Tahun 2007 Golongan 1A No Pemakaian (m3) Pemakaian 1 bln (m3) Keterangan Pencatatan PDAM Perbedaan Kelas Selisih Golongan 1B No Pemakaian (m3) Pemakaian 1 bln (m3) Keterangan Pencatatan PDAM Perbedaan Kelas Selisih IA 20 Golongan 2A1 No Pemakaian (m3) Pemakaian 1 bln (m3) Keterangan Pencatatan PDAM Perbedaan Kelas Selisih Golongan 2A2 No Pemakaian (m3) Pemakaian 1 bln (m3) Keterangan Pencatatan PDAM Perbedaan Kelas Selisih A Golongan 2A3 No Pemakaian (m3) Pemakaian 1 bln (m3) Keterangan Pencatatan PDAM Perbedaan Kelas Selisih A4 0 V-22
23 A A A B Z Golongan 2A4 No Pemakaian (m3) Pemakaian 1 bln (m3) Keterangan Pencatatan PDAM Perbedaan Kelas Selisih A A B Golongan 2B No Pemakaian (m3) Pemakaian 1 bln (m3) Keterangan Pencatatan PDAM Perbedaan Kelas Selisih Golongan 3A No Pemakaian (m3) Pemakaian 1 bln (m3) Keterangan Pencatatan PDAM Perbedaan Kelas Selisih F 2 3B V-23
24 Golongan 3B No Pemakaian (m3) Pemakaian 1 bln (m3) Keterangan Pencatatan PDAM Perbedaan Kelas Selisih F A V-24
25 Golongan 4A No Pemakaian (m3) Pemakaian 1 bln (m3) Keterangan Pencatatan PDAM Perbedaan Kelas Selisih Golongan 4B No Pemakaian (m3) Pemakaian 1 bln (m3) Keterangan Pencatatan PDAM Perbedaan Kelas Selisih Sumber : Hasil Penelitian Lapangan Setelah dilakukan sampling lapangan, ternyata banyak data-data yang sudah tidak cocok dengan pencatatan yang ada. Seperti dapat dilihat pada golongan kelas 2A1 ternyata sudah tidak ada lagi pelanggan yang ada di lapangan, hal ini juga didukung dengan data kelurahan yang ada, tetapi pada pencatatan yang dilakukan PDAM Kota Bandung, masih terdaftar ada satu pelanggan 2A1. Di lapangan juga ditemukan cukup banyak alamat-alamat yang tidak tercatat menjadi pelanggan PDAM, padahal pada kenyataannya bangunan tersebut masih memakai air PDAM dan terbukti meteran air yang dipakai masih berputar. Alamat-alamat yang tidak terdaftar ini mencapai 9 pelanggan, atau sekitar 8,2% dari total 110 sampel pelanggan yang diambil. Meteran bermasalah yang ditemukan di lapangan mencapai angka 50 meteran dari total 113 sampel (dengan 3 sampel merupakan meteran hilang), atau sekitar 44,25%. Jika data ini dibandingkan dengan data meteran bermasalah yang ada di Kelurahan Balonggede, yang menunjukkan angka masalah mencapai 34%, maka data yang diperoleh jauh lebih besar. Hal ini berarti, data meteran bermasalah tersebut perlu dikaji ulang dan pengambilan sampel yang hanya 110 sampel dari total 1192 pelanggan di Kelurahan Balonggede, atau sekitar 9,23% cukup mewakili. Untuk lebih lengkapnya, hasil data lapangan dapat dilihat pada Lampiran 8. Berikut ditampilkan selisih pemakaian air antara yang tercatat di lapangan dengan data yang tercatat di PDAM pada Gambar V.6. V-25
26 Golongan 1A Golongan 1B Golongan 2A1 Golongan 2A2 Golongan 2A3 Golongan 2A4 Golongan 2B Golongan 3B Golongan 4A Golongan 3A Golongan 4A Selisih Pemakaian Air (m Rumah ke- Gambar V.6 Grafik Selisih Pemakaian Air Sebenarnya Dengan yang Tercatat pada Kelurahan Balonggede Juli 2006 Bisa dilihat pada grafik ada bangunan yang menunjukkan angka yang begitu besar perbedaan selisihnya dengan catatan PDAM. Hal ini disebabkan pemakaian bangunan tersebut yang menunjukkan hasil negatif yang bernilai sangat besar. Hasil negatif didapatkan karena pemakaian air pada hari ke-6 lebih kecil jika dibandingkan pada pemakaian hari ke-0. Pemakaian yang bernilai negatif dapat ditimbulkan oleh banyak hal, misalnya karena adanya penggantian meter air dan berubahnya posisi meter air. Posisi meter yang dibolak-balik dapat mengakibatkan meter tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tetapi, karena pada saat sampling dilakukan hanya ada satu pelaporan tentang penggantian meter, maka diasumsikan pemakaian negatif ini disebabkan oleh posisi meter yang dibolak-balik. Pemakaian air yang negatif ditemukan pada 2 pelanggan (sekitar 1,81%) dari total 110 sampel selama sampling dilakukan. Tetapi, ketika data yang ditemukan selama sampling dibandingkan dengan data yang tercatat di PDAM, ternyata pada V-26
27 catatan PDAM tercatat hasil yang positif. Hal ini bisa mengindikasikan adanya sistem main tembak selama pencatatan dilakukan oleh PDAM. Pada pencatatan PDAM juga ditemukan adanya pencatatan 0 m 3. Pencatatan ini dapat diakibatkan karena adanya kesalahan pada saat penginputan atau pada saat pembacaan meteran air atau dapat juga kesalahan yang terjadi dari pihak pelanggan. Misalnya, seperti adanya penggunaan sambungan liar sehingga mengakibatkan tidak adanya pemakaian air yang tercatat pada meteran air, adanya kerusakan meteran yang tidak dilaporkan dan lain sebagainya. Maka dari itu perlu adanya studi lebih lanjut, jika selama beberapa bulan ditemukan pemakaian air yang tercatat sebesar 0 m 3. Pencatatan 0 m 3 ditemukan sebanyak 19,09% dari total 113 sampel pelanggan di Kelurahan Balonggede pada Bulan Agustus Permasalahan meter yang lainnya adalah adanya meteran air yang dicabut. Sedangkan meteran tersebut sebenarnya mengukur pemakaian air MCK umum yang berada di wilayah Kelurahan Balonggede. Karena pemakaian air yang diukur merupakan pemakaian air yang ditujukan untuk MCK umum, maka bisa dibayangkan betapa besar kerugian yang diderita PDAM dari tercabutnya meteran tersebut. Pada saat sampling dilakukan ditemukan ada 3 meteran yang meterannya sudah ditemukan hilang/tercabut. Jika diasumsikan 3 pelanggan ini adalah hasil temuan untuk 113 sampel rumah, berarti meteran yang dicabut mencapai angka 2,65%. Banyak juga ditemukan meteran-meteran yang sudah tidak ada rumah meternya, meteran buram, meteran tertimbun sampah, rumah dikunci dan ada juga masalah stand konsumen. Stand konsumen disini maksudnya adalah, pemilik rumah menuliskan berapa angka stand meteran dan karena keadaan rumah yang dikunci, jadi tidak dapat dilakukan pengecekan ulang nilai meteran oleh petugas PDAM. Rumah yang dikunci dapat mengakibatkan adanya sistem main tembak yang dilakukan oleh petugas pencatat meter air PDAM. Hal ini dikarenakan petugas tidak dapat memeriksa angka meter air yang tertera, sehingga untuk mempermudah pekerjaannya dilakukanlah sistem main tembak. Tingkat kesalahan dalam penentuan kelas pelanggan juga cukup banyak ditemukan pada daerah sampling. Rumah-rumah dalam gang-gang yang sebenarnya masuk dalam golongan 2A3 atau 2A2, tetapi dalam rekening air yang V-27
28 mereka miliki tercatat sebagai golongan pelanggan kelas 3A. Hal ini tentu merugikan masyarakat karena kenaikan kelas golongan juga menyebabkan adanya kenaikan juga dalam tarif rekening air mereka. Kesalahan dalam penentuan kelas pelanggan terdapat sebanyak 12 sampel dari 110 sampel, atau sekitar 10,91%. Jika semua masalah-masalah meteran ini direkapitulasi, maka hasilnya akan seperti Tabel V.9. Selama sampling juga ditemukan adanya tingkat kecurigaan masyarakat, hal ini dikarenakan kenaikan air yang baru saja terjadi. Masyarakat banyak yang menganggap pemeriksaan meter air kali ini dikarenakan akan terjadinya kenaikan air kembali. Ketelitian meteran juga perlu dikaji ulang, perlu dilakukan kembali akurasi meteran di wilayah studi. Tingkat ketelitian meter air dipengaruhi oleh kecepatan aliran dan juga oleh adanya udara. Jika ditemukan adanya pipa yang bocor atau katup yang tidak sempurna bisa dipastikan tingkat ketelitian meter air akan menurun. Permasalahan-permasalahan meteran yang terjadi pada kelurahan Balonggede dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel V.9 Masalah-Masalah Meteran di Kelurahan Balonggede Bulan Agustus Tahun 2007 Masalah Meteran Jumlah pelanggan (%) Tercatat 0m 3 (PDAM) 21 19,09 Rumah Dikunci 1 0,91 Stand Konsumen 1 0,91 Meter Baru 1 0,91 Meter Mundur 2 1,82 Alamat Tak Terdaftar 9 8,18 Meteran Dicabut 3 2,65 Salah Penentuan Kelas Pelanggan 12 10,91 Sumber : Analisis Lapangan Dapat dilihat pada Tabel V.9, bahwa tingkat masalah meteran di Kelurahan Balonggede pada bulan Agustus 2007 sebagian besar merupakan masalah dari sisi administratif pihak PDAM, yaitu pencatatan 0 m 3, alamat yang tidak terdaftar dan V-28
29 adanya salah penentuan kelas pelanggan. Dari analisis ini dapat disimpulkan upaya pengendalian kehilangan air yang paling baik untuk dilakukan di Kelurahan Balonggede adalah peningkatan kinerja perusahaan dan karyawannya. V-29
Metodologi Penelitian
Bab I V Metodologi Penelitian IV.1 Umum Untuk penentuan perhitungan penelitian kehilangan air pada sistem jaringan perpipaan distribusi air minum Kota Bandung, perlu diketahui dahulu apakah kehilangan
Lebih terperinciRekomendasi Upaya Pengendalian Kehilangan Air
Bab VI Rekomendasi Upaya Pengendalian Kehilangan Air VI.1 Umum Studi pengendalian kehilangan air untuk PDAM Kota Bandung tidak cukup hanya meneliti berapa besar nilai kehilangan air dan penyebab-penyebabnya,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 32 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 32 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MEDAL KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT DAERAH
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 1 TAHUN : 1991 SERI : D.15
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 1 TAHUN : 1991 SERI : D.15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 1 TAHUN : 1991 TENTANG KETENTUAN DAN BIAYA AIR BERSIH
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 9 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG REKLASIFIKASI GOLONGAN TARIF PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 4 Tahun 2009 Seri E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 4 Tahun 2009 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TARIP AIR
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2013 T E N T A N G TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2013 T E N T A N G TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciStudi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-355 Studi Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara) Iis Puspitasari dan Alfan Purnomo Departemen Teknik Lingkungan,
Lebih terperinciBUPATI PONOROGO PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PONOROGO
BUPATI PONOROGO PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR 25 TAHUN 200 TENTANG PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang
Lebih terperinciPENGUMUMAN NOMOR : PDAM.82/AM/2/2014
PENGUMUMAN NOMOR : PDAM.82/AM/2/2014 TENTANG PENETAPAN TARIF AIR MINUM Menindak Lanjuti Peraturan Walikota Denpasar Nomor : 31 Tahun 2013 Tanggal 8 oktober 2013, tentang Tarif Air Minum Perusahaan Daerah
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2009 T E N T A N G PENYESUAIAN TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA YOGYAKARTA
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2009 T E N T A N G PENYESUAIAN TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memperbaiki
Lebih terperinciBUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KLASIFIKASI PELANGGAN DAN BESARAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PURWAKARTA DENGAN
Lebih terperinciPENGUMUMAN NOMOR : PDAM.65/AM/2/2013
PENGUMUMAN NOMOR : PDAM.65/AM/2/2013 TENTANG PENETAPAN TARIF AIR MINUM Menindak Lanjuti Peraturan Walikota Denpasar mor : 31 Tahun 2013 Tanggal 8 oktober 2013, tentang Tarif Air Minum Perusahaan Daerah
Lebih terperinciBAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA
BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA Kondisi air pada jaringan distribusi terbagi menjadi dua parameter penting, yaitu berkaitan dengan kualitasnya dan kondisi hidrolisnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.2 Visi, Misi, Strategi dan Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung pada mulanya milik Belanda didirikan tahun 1916 dengan nama Water Leiding Bednif (Perusahaan Air). Seiring dengan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 16 SERI E
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN KLASIFIKASI PELANGGAN, TARIF DASAR AIR, BIAYA ADMINISTRASI DAN DENDA PADA
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2007 T E N T A N G PENYESUAIAN TARIP AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA YOGYAKARTA
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2007 T E N T A N G PENYESUAIAN TARIP AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA Membaca : 1. Surat Direksi Perusahaan Daerah
Lebih terperinciPERMASALAHAN ALIRAN AIR
PERMASALAHAN ALIRAN AIR A. Mengapa air tidak mengalir? Penyebab air tidak mengalir pada pelanggan adalah : - Permasalahan di sistem perpipaan pelanggan. - Stopkran yang ada di pelanggan rusak (dalam posisi
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 131 TAHUN 2016 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 131 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah air. Air harus tersedia dalam kehidupan setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan juga
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 29 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGATURAN PELAYANAN AIR MINUM
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2001 TAHUN : 2001 NOMOR : 45 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 29 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGATURAN PELAYANAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 9 SERI E
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 9 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 270 sampel di wilayah usaha
69 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pemakaian Air Bersih 5.1.1 Pemakaian Air Untuk Domestik Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel di wilayah usaha PAM PT. TB, menunjukkan bahwa pemakaian air bersih
Lebih terperinciBUPATI PADANG PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT
Menimbang : BUPATI PADANG PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TARIF PELAYANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PADANG PARIAMAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERA TURAN BUPA TI SIDOARJO NOM OR 17 T AHUN 2007 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PERA TURAN BUPA TI SIDOARJO NOM OR 17 T AHUN 2007 TENTANG TARIP AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) "DELTA TIRTA" KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2007 S/D 2010 BUPATl SIDOARJO, Menimbang
Lebih terperinciPENGELOLAAN SISTEM PIPA TRANSMISI DAN DISTRIBUSI PDAM DUA SUDARA KOTA BITUNG UNTUK MELANJUTKAN PELAYANAN
PENGELOLAAN SISTEM PIPA TRANSMISI DAN DISTRIBUSI PDAM DUA SUDARA KOTA BITUNG UNTUK MELANJUTKAN PELAYANAN Ollivia Zusan Darenoh 1, Joni Hermana 2 dan I. D. A. A. Warmadewanthi 2 1 Program Studi Manajemen
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 28 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 28 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 398 TAHUN 2003 TENTANG TARIF AIR MINUM
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 9 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 9 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG
SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TARIF AIR MINUM DAN PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 8 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 8 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a.
Lebih terperinciOLEH: Loufzarahma Tritama Nazar NRP DOSEN PEMBIMBING: Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE.,M.Sc., Ph.D
TUGAS AKHIR RE-091324 STUDI PENGARUH AKURASI METER AIR TERHADAP TINGKAT KEHILANGAN AIR OLEH: Loufzarahma Tritama Nazar NRP. 3308100049 DOSEN PEMBIMBING: Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE.,M.Sc., Ph.D
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, karena tanpa adanya air makhluk hidup tidak akan mampu hidup, begitu halnya dengan manusia yang sangat tergantung
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 12 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA DENPASAR CAKUPAN PELAYANAN PELANGGAN ATAS PENDUDUK BULAN : DESEMBER 2013 KOTA DENPASAR
PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA DENPASAR CAKUPAN PELAYANAN PELANGGAN ATAS PENDUDUK BULAN : DESEMBER 2013 KETERANGAN KOTA DENPASAR DENPASAR BARAT DENPASAR SELATAN DENPASAR TIMUR DENPASAR UTARA JUMLAH LUAS
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENGERJAAN
BAB III METODOLOGI PENGERJAAN Tugas akhir ini merupakan pengembangan dari tugas akhir dari Rahmat Satria Dewangga yang berjudul Pemodelan Jaringan dan Sistem Distribusi Air Minum pada Pipa Primer dengan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 937 TAHUN 2009 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 937 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN PELAYANAN AIR MINUM DAN AIR LIMBAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAWENING
Lebih terperinciBUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BANGLI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TARIF DASAR DAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BANGLI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TARIF DASAR DAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan air tidak dapat dilepaskan dari kehidupan makhluk hidup karena air merupakan komponen vital yang sangat diperlukan terutama oleh manusia. Setiap harinya
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii
ABSTRAK Suplai air bersih di Kota Tebing Tinggi dilayani oleh PDAM Tirta Bulian. Namun penambahan jumlah konsumen yang tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas jaringan, penyediaan dan pelayanan air
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2001
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 18 TAHUN 2001 SERI B.12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2014 SERI : NOMOR : 2014 SERI : PERATURAN BERSAMA BUPATI BEKASI DAN WALIKOTA BEKASI NOMOR TAHUN 2014 NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG TARIF DASAR
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR WALIKOTA BOGOR, Menimbang
Lebih terperinciKAJIAN KEHILANGAN AIR PADA WILAYAH PELAYANAN PDAM (Studi Kasus PDAM Kota Bandung)
No Urut : 12179/1007/P/2007 KAJIAN KEHILANGAN AIR PADA WILAYAH PELAYANAN PDAM (Studi Kasus PDAM Kota Bandung) TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Oleh : Kania
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR '-'.-'" TAHUN 2014 TENTANG
- s» WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR '-'.-'" TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG TARIF AIR
Lebih terperinciPAM JAYA SEBAGAI PENYEDIA AIR BERSIH DALAM RENCANA PENGEMBANGAN RUMAH SUSUN DI DKI JAKARTA
PAM JAYA SEBAGAI PENYEDIA AIR BERSIH DALAM RENCANA PENGEMBANGAN RUMAH SUSUN DI DKI JAKARTA Oleh Ir. H. Sriwidayanto Kaderi Kongres Penghuni Rusun Indonesia 18 Desember 2013 Auditorium Cawang Kencana TUJUAN
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2013
PEMANFAATAN SIG UNTUK MONITORING KEBOCORAN JARINGAN PIPA PDAM DI KABUPATEN DEMAK Rr. Yossia Herlin A. 1), Arief Laila N. S.T.,M.Eng 2), Ir. Sutomo Kahar, M.Si 3) 1) Mahasiswa Teknik Geodesi Universitas
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUBANG JAWA BARAT KOTA SUBANG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Subang merupakan ibukota Kecamatan Subang yang terletak di kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Untuk mengetahui volume air
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok manusia dan mempunyai banyak kegunaan antara lain untuk minum, mandi, mencuci dan lain sebagainya. Di perkotaan, pelayanan jasa air bersih
Lebih terperinciBUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR/ TAHUN 2010 TENTANG TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BUPATI MOJOKERTO,
BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR/ TAHUN 2010 TENTANG TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BUPATI MOJOKERTO, Menimbang ia. b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2l ayat
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 42 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 42 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENGGOLONGAN PELANGGAN AIR BERSIH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Air adalah sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi hidup dan kehidupan manusia serta dalam sistem tata lingkungan, air adalah unsur lingkungan. Kebutuhan manusia akan kebutuhan
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
62 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian awal dilakukan pada periode 10 September 2012 dengan menghimpun data PDAM Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar tahun
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN TENTANG NILAI PEROLEHAN AIR TANAH
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2016.. TENTANG NILAI PEROLEHAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH
PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH Ridwan Naway F. Halim, M. I. Jasin, L. Kawet Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi email: Ridwannaway@ymail.com ABSTRAK Kawasan Perumahan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR TENTANG PELAYANAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR TENTANG PELAYANAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR I. PENJELASAN UMUM Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung pada mulanya milik Belanda didirikan tahun 1916 dengan nama Water Leiding Bednif (Perusahaan Air). Seiring dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan air bersih atau air PDAM sering di sebut sebagai Non-Revenue-Water
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Kehilangan air bersih atau air PDAM sering di sebut sebagai Non-Revenue-Water (NRW).sederhananya adalah air bersih yang menjadi olahan yang tidak menjadi pendapatan
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KLASIFIKASI GOLONGAN TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN /
WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KLASIFIKASI GOLONGAN TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN DI KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN 2007 TENTANG TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010
BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO
Lebih terperinciTabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk
86 BAB IV KAJIAN PEMBIAYAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH 4.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Proyeksi kebutuhan air bersih pada wilayah pelayanan yang telah ditentukan didapat berdasarkan guna lahan rencana Kabupaten
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BANYUWANGI.
BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/356/KEP/429.011/2017 TENTANG PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BANYUWANGI Menimbang
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. A. Sistem Penerimaan Kas dari Pemasangan Sambungan Baru
BAB IV PEMBAHASAN A. Sistem Penerimaan Kas dari Pemasangan Sambungan Baru Penerimaan kas dari PDAM Tirta Satria Cabang Purwokerto 2 terbagi menjadi 2 yaitu penerimaan kas air dan non air. Penerimaan kas
Lebih terperinciAnalisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten
D150 Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten Ana Tri Lestari dan Hariwiko Indarjanto Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN HARGA DASAR AIR SEBAGAI DASAR PENETAPAN NILAI PEROLEHAN AIR TANAH BUPATI ACEH BARAT
Lebih terperinci1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN GUNA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH MASYARAKAT KOTA SO E
STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN GUNA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH MASYARAKAT KOTA SO E Agustinus Cornelis Fanda, Hari Wiko Indaryanto Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN DEBIT KEBUTUHAN PADA ZONA PELAYANAN AIR BERSIH DI PDAM TIRTA MEULABOH
PENGARUH PENAMBAHAN DEBIT KEBUTUHAN PADA ZONA PELAYANAN AIR BERSIH DI PDAM TIRTA MEULABOH BENNY SYAHPUTRA 1 ABSTRAK Permasalahan jaringan perpipaan merupakan suatu hal yang rumit dan komplek, disatu sisi
Lebih terperinciWALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG
1 SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR: 22 TAHUN 2013 TENTANG TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PURWAKARTA BUPATI PURWAKARTA,
PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR: 22 TAHUN 2013 TENTANG TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PURWAKARTA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan air
Lebih terperinciBAB IV KONDISI EKSISTING JARINGAN DISTRIBUSI PDAM KOTA BANDUNG
BAB IV KONDISI EKSISTING JARINGAN DISTRIBUSI PDAM KOTA BANDUNG IV.1 SUMBER AIR BAKU Air baku yang digunakan dalam sistem produksi air bersih PDAM Kota Bandung saat ini berasal dari 3 (tiga) jenis sumber,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum; BERITA DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciPeningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar
C369 Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar Ichwan Rahmawan Widodo dan Hari Wiko Indarjanto Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BADUNG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPerencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kedunguling Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur
Perencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kedunguling Kecamatan Candi Kabupaten Jawa Timur Oleh : Muhammad Ali Abdur Rosyid *) dan Indah Nurhayati **) Abstrak Cakupan pelayanan
Lebih terperinciOleh : Made Bayu Yudha Prawira ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Hari Wiko Indarjanto, M.Eng
SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM DI PERUMNAS KOTA BARU DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK Oleh : Made Bayu Yudha Prawira (3306100034) Dosen Pembimbing: Ir. Hari Wiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia membutuhkan air dalam kuantitas dan kualitas tertentu dalam melakukan aktivitas dan menopang kehidupannya.
Lebih terperinciDATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG
DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG (Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2008 Tentang perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2006 Tentang Pemekaran
Lebih terperinciSTUDI ANGKA PEMAKAIAN AIR SAMBUNGAN LANGSUNG RUMAH TANGGA DI KOTA PADANG TAHUN 2001
STUDI ANGKA PEMAKAIAN AIR SAMBUNGAN LANGSUNG RUMAH TANGGA DI KOTA PADANG TAHUN 2001 Suarni S. Abuzar 1), Puti Sri Komala 2), Meilinda 3) JurusanTeknik Lingkungan Universitas Andalas ABSTRAK Angka pemakaian
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Evaluasi Pajak Pengambilan dan Pemanfataan Air Permukaan
BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Evaluasi Pajak Pengambilan dan Pemanfataan Air Permukaan a. Langkah-langkah dalam perhitungan Pajak Air Permukaan di PDAM Kota Surakarta 1)
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2014 SERI BUPATI CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR TAHUN 214 SERI BUPATI CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 72 TAHUN 214 TENTANG PENYESUAIAN TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA
Lebih terperinciBAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH
BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH 4.1 Umum Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sistem distribusi air bersih yaitu berupa informasi mengenai kebutuhan air bersih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin hari semakin meningkat. Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin meningkat pula kebutuhan air bersih. Peningkatan kebutuhan
Lebih terperincimeter, kesalahan pencatatan angka meter, pemakaian yang tidak tercatat misalnya untuk pengurasan dan pemadam kebakaran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup untuk dapat menjalankan segala aktivitasnya. Tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi. Karena pentingnya kebutuhan air
Lebih terperinciPEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR
PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR Oleh: DODY KURNIAWAN L2D 001 412 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI AIR BERSIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI AIR BERSIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MUSI BANYUASIN, Menimbang : a. bahwa air sebagai salah satu
Lebih terperinciWALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciGubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENYESUAIAN TARIF OTOMATIS (PTO) AIR MINUM SEMESTER I, TAHUN 2007 DENGAN
Lebih terperinciBAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN IV.1 Umum Dalam merencanakan instalasi pengolahan air minum diperlukan informasi mengenai kebutuhan air minum di wilayah perencanaan. Kebutuhan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI
BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI A. Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi Bagaimana Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi? Berikut ini analisa yang
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA UNGARAN JAWA TENGAH KOTA UNGARAN ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Ungaran merupakan Ibukota Kabupaten Ungaran. Adapun batas-batas wilayah administrasinya adalah : Sebelah Utara
Lebih terperinciBAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH
BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil analisis pola konsumsi air bersih rumah tangga di Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah.
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. LEIDING BEDRIJF yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah singkat perusahaan Pada tahun 1926 Perusahaan air minum dikenal dengan nama WATER LEIDING BEDRIJF yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan cakupan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitan ini adalah untuk mengidentifikasi pengelolaan air bersih pada instalasi pengolahan air (IPA) yang digunakan di kawasan Jababeka. 3.2.
Lebih terperinciDaftar Kode Pos Kota Bandung
Daftar Kode Pos Kota Bandung Berikut ini adalah daftar kode pos sekaligus nama-nama Kelurahan dan Kecamatan di Kota Bandung 1. Kecamatan Andir - Kelurahan/Desa Kebon Jeruk (Kodepos : 40181) - Kelurahan/Desa
Lebih terperinciBAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM
BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM III.1 Umum Dalam suatu perencanaan instalasi pengolahan air minum perlu ditentukan kebutuhan air minum di wilayah perencanaan tersebut. Kebutuhan air minum dipengaruhi
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENYESUAIAN TARIF OTOMATIS (PTO) AIR MINUM SEMESTER I, TAHUN 2007
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Lebih terperinci