PENDAHULUAN Setiap manusia dianugerahkan Tuhan dengan beragam kelebihan dan kekurangan, baik dalam bentuk fisik, sifat, potensi, maupun kemampuankemam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Setiap manusia dianugerahkan Tuhan dengan beragam kelebihan dan kekurangan, baik dalam bentuk fisik, sifat, potensi, maupun kemampuankemam"

Transkripsi

1 Citra Diri pada Remaja Putri yang Mengalami Kecenderungan Gangguan Body Dysmorphic Fristy Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai citra diri remaja putri yang berkecenderungan gangguan Body Dysmorphic dan mengapa citra diri menyebabkan kecenderungan gangguan Body Dysmorphic. Peneliti menggunakan pendekatan gabungan (mixed method). Pertama, peneliti melakukan tahap I, yaitu penelitian kuantitatif menggunakan kuesioner gejala Body Dysmorphic Disorder (BDD) dengan 40 item berskala Guttman kepada 30 responden penelitian yang diambil dari SMAN 8 Bekasi dan Universitas Gunadarma. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data penelitian dianalisa menggunakan teknik analisis deskriptif dan sistem uji coba terpakai. Hasil penelitian menunjukan item valid mempunyai koefisien validitas pada kisaran 0,345 sampai 0,508 dengan satu item gugur, dan koefisien reliabilitas sebesar 0,771. Atas data tersebut, didapatkan satu responden dengan skor gejala BDD tertinggi yaitu 68 dari skor penuh yaitu 80. Responden dengan skor tertinggi akan dijadikan subjek penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan tahap II, yaitu penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara semi terstruktur dan teknik observasi non partisipan. Hasil menunjukkan bahwa citra diri subjek adalah negatif. Hal tersebut dapat dilihat dari psikodinamika gangguan Body Dysmorphic subjek dan faktor-faktor yang menyebabkan Body Dysmorphic Disorder (BDD). Kata kunci : Citra diri, gangguan body dysmorphic, dan remaja putri

2 PENDAHULUAN Setiap manusia dianugerahkan Tuhan dengan beragam kelebihan dan kekurangan, baik dalam bentuk fisik, sifat, potensi, maupun kemampuankemampuan lain. Salah satunya yang paling kentara adalah tampilan fisik atau tubuh. Tubuh merupakan bagian utama dalam penampilan fisik setiap manusia yang juga merupakan cermin diri dari semua manusia yang mendambakan penampilan fisik menarik. Dalam kehidupan sosial, bentuk tubuh menjadi representasi diri yang pertama dan paling mudah terlihat. Hal ini menyebabkan orang kemudian menjadi terdorong untuk memiliki tubuh yang ideal (Breakey, 1996). Keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal berkaitan erat dengan istilah citra tubuh. Citra tubuh merupakan evaluasi terhadap ukuran tubuh, berat badan ataupun aspekaspek lain dari tubuh yang berhubungan dengan penampilan fisik (Altabe dan Thompson, 1993) yang dipengaruhi oleh standar penilaian mengenai penampilan menarik yang berlaku di masyarakat dimana seseorang itu berada, lebih pada apa yang dirasakan oleh seseorang mengenai apa yang orang lain pikirkan mengenai dirinya (Fallon dalam Cash dan Muth, 2006). Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya orang di dunia yang berkeinginan bahkan mengharuskan diri untuk merubah dirinya terutama pada bagian fisik untuk mendapatkan tampilan yang menarik atau tampilan yang sesuai dengan keinginan mereka serta bersedia menempuh cara-cara yang ekstrim dan berbahaya untuk dapat mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah dengan operasi plastik. Berdasarkan data statistik The American Society for Aesthetic Plastic Surgery, terdapat beberapa macam operasi yang paling banyak digemari dan yang paling sering dilakukan, yaitu sedot lemak (lipoplasty), operasi kelopak mata (blepharoplasty), pembesaran payudara (breast implants), perubahan bentuk hidung (rhinoplasty) dan pengencangan kulit wajah (facelift) (netdoctor, 2008). Remaja memiliki banyak cara untuk mencari perhatian, salah satunya adalah dalam hal penampilan. Terlebih lagi jika membandingkan hasrat untuk berpenampilan menarik antara pria dan wanita, hasrat wanita jauh lebih besar daripada hasrat pria (Davies dalam Thompson, 2004). Kecenderungan lain adalah wanita lebih terpengaruh oleh bayangan atau citra tubuh ideal yang diajarkan oleh kebudayaan atau lingkungan mereka (Rice, 1990). Bagi remaja putri, penampilan merupakan hal yang sangat penting karena dapat menunjukan seberapa

3 diterimanya mereka didalam lingkungan mereka. Terlebih lagi pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang cukup drastis, seperti pelebaran tulang pinggul, peningkatan jumlah lemak tubuh dan itu menyebabkan terjadinya komparasi antara bentuk tubuh secara nyata dengan standar nilai kecantikan yang ada. Beberapa fenomena yang berkaitan dengan penampilan remaja saat ini dapat dilihat dari cara berpakaian mereka yang senang memperlihatkan lekuk tubuh, bahkan fashion remaja wanita saat ini mayoritas mempertontonkan anggota badan identitas wanita yang seharusnya ditutupi. Terlebih lagi jika mereka memiliki kulit putih mulus, kecenderungan akan lebih besar untuk memamerkan tubuh mereka. Oleh karena itu, tampilan fisik mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi remaja putri terhadap bagaimana cara mereka dalam menilai diri mereka (citra diri). Menurut Stuart (1995) citra diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar, sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan, potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman yang baru. Menurut Rama (2010) citra diri mempunyai dua karakteristik, yaitu citra diri negatif dan citra diri positif. Citra diri dapat terbentuk tergantung dari bagaimana remaja tersebut menilai bentuk atau tampilan fisiknya. Ada kecenderungan remaja yang menilai tampilan fisiknya secara negatif, akan memiliki citra diri yang negatif pula, misalnya remaja yang merasa bahwa kulitnya gelap, badannya gemuk dan tubuhnya pendek, akan memiliki potensi yang lebih besar untuk terjadinya pembentukan citra diri yang negatif, karena dengan penilaiannya yang buruk mengenai dirinya akan mampu menggeneralisir dirinya menjadi negatif pula. Bentuk perilakunya misalnya dengan penghindaran diri dari lingkungan sosial, tidak percaya diri dan cenderung tertutup. Remaja akan mencoba untuk menutupi kekurangannya tersebut dengan berbagai macam cara, mulai dari olahraga sampai melakukan perawatan intensif pada dokter kecantikan, bahkan melakukan operasi, ekstrimnya. Santrock (2003) juga menegaskan bahwa perhatian pada tampilan fisik atau citra tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada masa remaja, baik pada remaja perempuan maupun laki-laki. Para remaja akan melakukan berbagai usaha untuk mendapatkan tampilan fisik yang ideal sehingga terlihat menarik, seperti menggunakan pakaian yang sesuai ataupun melakukan perawatan tubuh dan wajah, namun itupun belum memuaskan

4 penampilan mereka. Obsesi remaja putri untuk memiliki bentuk tubuh atau tampilan fisik yang sempurna dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa remaja tersebut memiliki karakteristik dari Body Dysmorphic Disorder. Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah gangguan mental yang diartikan sebagai keasyikan seseorang terhadap perasaan kekurangan penampilannya (Veale dalam Davison 2010). Orang-orang pengidap Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah mereka yang merasa berkekurangan pada tubuh dan memfokuskan diri hanya pada kekurangan fisik. Penderita BDD mungkin akan mengeluhkan beberapa tampilan fisik tertentu atau tampilan fisik secara keseluruhan, hingga tak jarang menimbulkan tekanan psikologis yang akan mengganggu fungsi kerja dan sosial mereka, bahkan terkadang jika mereka sudah sampai pada titik depresi berat dan kecemasan, mereka bisa terjangkit gangguan kecemasan lain, seperti penarikan diri dari lingkungan sosial atau isolasi sosial. Phillips dan rekannya meneliti 200 pengidap BDD dan menemukan 31% diantaranya mencari perawatan kosmetik, sedangkan 21% lainnya melakukan operasi plastik. Sebagian besar dari mereka ternyata tetap merasa ada kekurangan dalam penampilannya (mediaindonesia, 2011). Banyak pasien BDD akhirnya diliputi perasaan sedih dan mereka tidak mampu berfungsi secara normal. Sekitar setengah dari penderita BDD berakhir dengan perawatan di rumah sakit dan seperempatnya mencoba melakukan bunuh diri. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Katharine Philips, yang melibatkan lebih dari 500 pasien BDD, didapatkan hasil persentase urutan bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan pasien BDD, yaitu: kulit (73%), rambut (56%), berat badan (55%), hidung (37%), jari kaki (36%), perut (22%), payudara (dada atau putingnya) (21%), mata (20%), paha (20%), gigi (20%), kaki (keseluruhan) (18%), struktur tulang (16%), fitur wajah (umum) (14%), dan lain-lain. Biasanya penderita BDD sering memiliki lebih dari satu bagian tubuh yang menjadi perhatian (wikipedia, 2011). Dalam suatu survei didapatkan data bahwa sebagian besar pengidap gangguan ini adalah perempuan. Satu dari 50 perempuan mengalami gangguan ini di usia 30 keatas. Kasus BDD pada remaja putri juga banyak ditemukan, yaitu sebanyak 70% kasusnya dimulai sebelum usia 18 tahun. Dalam penelitian ini juga tutut serta menyurvei 265 dokter bedah plastik dan menemukan 178 di antaranya merawat pasien BDD. Dari

5 seluruh kasus, hanya 1% yang mengaku persoalan BDD mereka berkurang setelah dioperasi (mediaindonesia, 2011). Di Indonesia juga terdapat beberapa public figure yang sering melakukan operasi plastik, salah satunya adalah Krisdayanti. Ia bercerita mengenai kegemarannya melakukan operasi plastik. Jenis operasi yang kerap kali dilakukannya adalah sedot lemak (liposuction) di bagian bawah perut, implan payudara (breast implants) dan suntik botox. Atas uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa citra tubuh merupakan bagian dari citra diri yang juga berpengaruh pada kepuasan dan kepercayaan diri remaja, terutama remaja putri yang pada masanya mengalami perubahan fisik, sehingga peluang terjangkitnya gangguan mental dalam bentuk gangguan fisik yang diistilahkan dengan Body Dysmorphic Disorder Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai Citra Diri pada Remaja Putri yang Mengalami Kecenderungan Gangguan Body Dysmorphic. TINJAUAN PUSTAKA A. Citra Diri Citra diri menurut Centi (1993) merupakan hasil dari pengalaman yang berakar pada masa kanak-kanak dan berkembang, terutama sebagai akibat dari hubungan individu dengan orang lain. Citra diri juga dapat diartikan sebagai pantulan tentang diri yang membentuk gagasan dalam diri seseorang. Peran orangtua, saudara sekandung dan sekolah memegang peranan penting dalam membantu pembentukan citra diri seseorang. Komponen-komponen Citra Diri Menurut Jersild (1961), terdapat tiga komponen dalam citra diri yaitu: a. Perceptual Component Komponen ini merupakan image yang dimiliki seseorang mengenai penampilan dirinya, terutama tubuh dan ekspresi yang diberikan pada orang lain. Tercakup didalamnya adalah attractiviness, appropriatiness yang berhubungan dengan daya tarik seseorang bagi orang lain. Hal ini dapat dicontohkan oleh seseorang yang memiliki wajah cantik atau tampan, sehingga seseorang tersebut disukai oleh orang lain. Komponen ini disebut sebagai Physical Self Image. b. Conceptual Component Merupakan konsepsi seseorang mengenai karakteristik dirinya, misalnya kemampuan,

6 kekurangan dan keterbatasan dirinya. Komponen ini disebut sebagai Psychological Self Image. c. Attitudional Component Merupakan pikiran dan perasaan seseorang mengenai dirinya, status dan pandangan terhadap orang lain. Komponen ini disebut sebagai Social Self Image. B. Body Dysmorphic Disorder (BDD) Dalam American Psychological Association (APA), para ahli memberikan beberapa pengertian untuk istilah BDD, Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah keasyikan dengan kekurangan fisik yang imajiner pada penampilan atau perhatian yang sangat berlebihan terhadap kekurangan yang sebenarnya tidak begitu berarti (Davison, 2010). Psikodinamika Gangguan Body Dysmorphic Rosen (dalam Nevid, 2005) menyatakan bahwa gangguan Body Dysmorphic dapat diklasifikasikan kedalam empat aspek yang membentuk psikodinamika sebagai berikut: a. Aspek Pikiran (Kognitif) 1) Kecemasan terhadap Tubuh 2) Pikiran Negatif tentang Tubuh b. Aspek Perasaan (Afeksi) 1) Ketidakpuasan terhadap Bagian Tubuh 2) Perasaan Negatif tentang Tubuh c. Aspek Perilaku (Behavioral) Perilaku Obsesif-Kompulsif d. Hubungan Sosial Menghindari Situasi dan Hubungan Sosial METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian gabungan (mixed method), yakni gabungan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian tahap I (kuantitatif) teknik analisisnya menggunakan teknik analisis deskirptif. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner berskala Guttman dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak. Item pernyataan-pernyataan berjumlah 40 butir yang disusun berdasarkan gejala Body Dysmorphic Disorder (BDD) dari Watkins (dalam Nevid 2005). Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 responden remaja putri berusia antara tahun dan minimal menampilkan dua atau lebih gejala BDD yang tampak melalui perilaku di sekolah dan kampus. Penelitian di lakukan di lingkungan Universitas Gunadarma kampus Kalimalang dan SMA Negeri 8 Bekasi.

7 Dari 30 kuisioner yang disebar dan analisis, peneliti mengambil satu responden yang akan dijadikan subjek penelitian pada penelitian tahap II (kualitatif) dengan skor tertinggi dari hasil perhitungan statistik deskriptif dari skor total dengan jumlah 80. Setelah mendapatkan satu subjek penelitian, pada tahap II (kualitatif) teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi non partisipan. Alat bantu seperti pedoman wawancara, alat perekam dan alat observasi juga dipersiapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk kuesioner Gejala Body Dysmorphic Disorder (BDD) digunakan uji coba terpakai sehingga data yang diperoleh dari satu kali penyebaran kuesioner, selanjutnya data tersebut digunakan sebagai data dalam penelitian. Hasilnya, dari 40 item sebanyak 1 item tidak valid dan 39 item valid dengan kisaran validitas sampai dan reliabilitas sebesar Nilai minimal dan maksimal yang didapatkan adalah 49 dan 68. Maka responden dengan skor maksimal atau tertinggi tersebut dijadikan subjek penelitian untuk tahap II. Hasil yang didapatkan dari penelitian tahap II adalah: 1. Gambaran Citra Diri Remaja Putri yang Mengalami Kecenderungan Gangguan Body Dysmorphic. Pada Aspek Pikiran (Kognitif) kecemasan terhadap tubuh. Dalam aspek ini subjek mengalami kecemasan terhadap tubuhnya dengan seringkali bercermin, memperhatikan wajahnya dan berpikir untuk selalu tampil cantik dan kekurangan fisik tertutupi. Meski demikian, subjek tidak merasa cemas saat orang lain memperhatikan dirinya. Begitupun dalam pikiran negatif tentang tubuh, subjek seringkali berpikir negatif tentang tubuhnya dimana subjek minder dan malas bicara jika bersama dengan orang yang tampilan fisiknya lebih cantik daripada subjek, subjek lebih memilih untuk diam karena berpikir bahwa subjek akan kalah cantik atau takut tersaingi dengan orang lain yang dianggapnya lebih cantik daripada dirinya. Dalam aspek Aspek Perasaan (Afeksi) ketidakpuasan terhadap bagian tubuh, ketidakpuasan subjek tepat pada bagian tubuh, mulai dari hidung, tinggi badan, kulit, rambut, payudara, bokong, bahkan hampir seluruh tubuh. Begitupun dalam perasaan negatif tentang tubuh, subjek memiliki perasaan negatif dimana subjek merasa benci dengan kulitnya

8 saat ini karena menggelap, sehingga timbul perasaan tidak puas dengan fisiknya. Pada Aspek Perilaku (Behavioral) perilaku Obsesif- Kompulsif, subjek memiliki gejala obsesif kompulsif dimana subjek berdandan lebih dari satu setengah jam setiap kali berdandan, subjek berdandan dengan teliti, tanpa boleh ada satu kecacatanpun dalam penampilannya, bahkan mengulang kembali dandanan jika merasa kurang sempurna. Terakhir dalam Hubungan Sosial (menghindari situasi dan hubungan sosial) hubungan sosial subjek cukup baik, dimana subjek senang berkumpul dengan teman sekolah dan kampusnya, senang mengobrol dan membahas trend masa kini. namun subjek tidak dekat dengan tetanggatetangganya. Subjek merasa minder jika berkumpul dengan teman yang lebih cantik. 2. Mengapa Citra Diri Menyebabkan Kecenderungan Gangguan Body Dysmorphic Remaja Putri. Faktor first impression culture, dimana lingkungan menilai subjek sombong, namun subjek dianggap sudah berhasil mencapai standar kecantikan dan termasuk orang yang berpenampilan fisik menarik dalam dan oleh lingkungan. Pada faktor standar kecantikan yang tidak mungkin dicapai, lingkungan subjek tidak menuntut subjek untuk tampil ideal, kesan awal yang sempurna membuat subjek menuntut dirinya sendiri untuk tetap tampil sempurna. Subjek merasa banyak kekurangan dan ingin merubah fisik (seperti memutihkan kulit, memancungkan hidung, transplantasi tulang dan berpayudara besar). Biaya adalah satu-satunya alasan mengapa subjek belum mampu mencapai tampilan fisik yang sesuai keinginannya. Faktor rasa tidak puas yang mendalam terhadap kehidupan dan diri sendiri, dimana dalam subjek ini bentuk ketidakpuasan subjek terefleksikan dari kebiasaannya bercermin dan memperhatikan wajahnya dengan intensitas yang sering, subjek juga mengeluhkan bentuk wajahnya yang menurutnya jelek dan selalu menggunakan makeup untuk atasi ketidakpuasan fisiknya tersebut. Rasa percaya diri yang kurang menjadi faktor berikutnya. dimana subjek termasuk percaya diri, berani bicara didepan umum dan senang

9 bergaul, walaupun subjek tertutup dalam suatu lingkungan baru. Faktor perasaan kegemukan yang berlebihan relatif tidak ada pada subjek, karena subjek merasa puas dan tidak pernah mengeluh tentang berat badannya. Subjek melakukan diet untuk menjaga berat badannya agar tetap berisi, bukan untuk kurus. Dalam faktor emosi yang negatif, subjek merasakan emosi yang negatif dimana subjek merasa lelah harus menutupi kekurangan, merasa malu, menjadi sering mengeluh dan seringkali merasa kesal setiap mendengar komentar orang lain tentang penampilannya atas perasaan kurang puasnya terhadap fisik. Faktor objektivikasi diri. Hal itu mucul dari pendapat teman-teman tentang tampilan fisik subjek yang dinilai cantik. Ditemukan faktor lain yang menyebabkan subjek mengalami kecenderungan gangguan Body Dysmorphic, yaitu perlakuan buruk dari teman-teman sekolahnya hanya karena fisik yang dianggap tidak menarik dan kecemburuan antar saudara kandung yang seringkali membanding-bandingkan fisik. KESIMPULAN Menurut Allport (dalam Hall, 1993) kepribadian adalah organisasi dinamik dalam individu atas sistemsistem psikofisis yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap lingkungannya. Begitu pula dengan Cattell (dalam Hall, 1993) yang menjabarkan kepribadian sebagai sesuatu yang memungkinkan prediksi tentang apa yang dikerjakan seseorang dalam situasi tertentu. Definisi tentang kepribadian dari dua tokoh diatas bersinergi dengan pemaparan mengenai citra diri menurut Maltz (1996) yang merupakan batu fondasi untuk seluruh kepribadian individu. Oleh karena itu, pengalaman individu dapat dijadikan sebagai penguji atau untuk memperkuat citra diri yang akan menciptakan satu lingkaran baik ataupun buruk. Pembentukan lingkaran tersebut sangat bergantung pada diri individu itu sendiri, tergantung bagaimana individu memaknai setiap pengalaman hidupnya. Dalam penelitian ini, subjek cenderung memiliki citra diri yang negatif. Mengapa demikian? Kejadian masa sekolah subjek yang cukup menyedihkan, yaitu mendapat perlakuan buruk dari teman-teman sekolahnya seperti sering dihina,

10 dikucilkan, tidak mempunyai teman, dijauhi, bahkan menerima perlakuan kasar seperti dicubiti dan dijedoti hanya karena penampilan subjek yang tidak menarik, bertubuh kecil, berkacamata dan berwajah tidak terurus. Atas kejadian tersebut, timbul pemikiran dan perasaan dari subjek bahwa dirinya jelek, tidak menarik dan banyak kekurangan. Disinilah citra diri subjek mulai berkembang. Kejadian masa lalunya tersebut akhirnya menuntut diri subjek untuk selalu bisa menutupi kekurangan fisiknya dengan berbagai macam cara seperti mengenakan pakaian bagus, berdandan, menggunakan sepatu hak tinggi, bahkan berniat untuk melakukan operasi plastik. Selain itu, subjek juga sering menjadikan kakaknya sebagai perbandingan (soal fisik) dan bahan bagi subjek untuk mencontoh gaya penampilannya, agar subjek bisa seperti kakaknya tersebut karena penampilan fisik sang kakak lebih cantik dari subjek. Atas beberapa sebab tersebut citra diri subjek mulai terbentuk dan itu negatif, membawanya pada suatu gangguan dimana subjek merasa keasyikan dengan kekurangan fisik dan memberi perhatian yang sangat berlebihan pada kekurangan fisik yang sebenarnya tidak begitu berarti (Davison, 2010). Citra diri merupakan konsepsi diri mengenai orang seperti apakah diri seorang individu (Maltz, 1996). Pemaknaan pengalaman yang kurang baik pada akhirnya membentuk suatu gambaran diri yang negatif bagi subjek. Tindakan dan emosi individu konsisten dengan citra diri yang dimiliki, individu akan bertindak sesuai dengan seperti apakah pribadi yang menurut individu adalah dirinya. Individu yang memiliki citra diri negatif akan menemukan pengukuhan bahwa caranya melihat diri sendiri sebagai perempuan yang jelek, memang benar. Ini merupakan dasar bahwa citra diri bisa diubah, karena citra diri menentukan bagaimana diri kita. Individu yang mempunyai citra diri negatif akan terus melakukan perbaikan tubuh, menganggap kondisi fisiknya saat ini kurang baik dan terus melakukan usaha agar mendapatkan kondisi fisik yang diharapkan, bahkan semakin parah, dibandingkan melakukan perbaikan citra diri mereka yang sebenarnya merupakan sumber dari kekacauan kepribadian yang mereka alami. Individu yang bercitra diri buruk akan berperilaku buruk pula, sebagai contoh adalah Michael Jackson dan Krisdayanti. Kedua artis tersebut mengubah tampilan fisiknya karena merasa tidak puas dengan

11 kondisi fisik sebelumnya, hingga akhinya ketergantungan dan tidak menemukan titik akhir dari kepuasan diri mereka. DAFTAR PUSTAKA Altabe, M., Thompson, J.K. (1993). Body image changes during early adulthood. International Journal of Eating Disorders, 13, Basuki, H. M. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma. Breakey, W. R. (1996). Integrated mental health services: Modern community psychiatry. New York: Oxford University Press. Cash, T. F., & Muth, Jennifer. L. (2006). Body-image attitudes: What difference does gender make? Journal of Applied Social Psychology, 33, Davison, Gerald. C., Neale, M. J., & Kring, M. Ann. (2010). Psikologi abnormal (9 th ed.). Jakarta: Rajawali Pers. Hurlock, E. B. (1991). Perkembangan anak. Surabaya: Erlangga. Jersild, T. Arthur. (1961). The growing self: the psychology adolesence (2 nd ed.). Prentice hall Inc. Englewood Cliffs.N.J: Maltz, Maxwell. (1996). Kekuatan ajaib psikologi citra diri. Jakarta: Mitra Utama. Rama. (2010). Citra diri. om/2010/02/ citra-diri.html. Diakses tanggal 13 April Rice, J. A. (1990). Symposium review. Physiological ecology and community structure bulletin of the ecological society of america 73, Santrock, J. W. (2002). Life span development: Perkembangan masa hidup (1 st ed.). Jakarta: Erlangga. Sarwono, Jonathan. (2011). Mixed Method: cara menggabung riset kuantitatif dan riset kualitatif secara benar. Jakarta: Elex Media komputindo. Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (1995). Principle and practice of psychyatric nursing (5 th ed.). St. Louis: Mosty Company. Thompson, J. K., Heinberg, J. L., Altabe, M. N., & Dunn, S. T. (2004). Exacting beauty. Washington: American Psychological Association..(2008). Plastic surgery. ate/health/index/ shtml. Diakses tanggal 1 Februari 2011.

CITRA DIRI PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI KECENDERUNGAN GANGGUAN BODY DYSMORPHIC. Disusun Oleh:

CITRA DIRI PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI KECENDERUNGAN GANGGUAN BODY DYSMORPHIC. Disusun Oleh: CITRA DIRI PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI KECENDERUNGAN GANGGUAN BODY DYSMORPHIC Disusun Oleh: Nama : Fristy Hanifia Sabilla NPM : 10508088 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Felix Lengkong, Ph.D. Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu hingga saat ini penampilan fisik bagi seorang individu merupakan salah satu hal yang seringkali mendapat perhatian khusus, seorang individu berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa Remaja dan Dewasa, yang ditandai dengan perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada masa dewasa awal, kondisi fisik mencapai puncak bekisar antara usia 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari 30 tahun.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO. HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wanita dan pria pada umumnya memiliki minat yang beragam ketika memasuki masa dewasa awal, seperti minat mengenai fisik, pakaian, perhiasan, harta dan belief

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. kosmetik telah berkembang dari sekedar perubahan penampilan fisik. Sebelumnya,

Bab 1. Pendahuluan. kosmetik telah berkembang dari sekedar perubahan penampilan fisik. Sebelumnya, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Semakin banyak orang Jepang baik tua, muda, wanita, dan pria menjalankan bedah kosmetik saat mereka tidak suka dengan apa yang mereka lihat di kaca. Makna bedah kosmetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya adalah permasalahan fisik yang berhubungan dengan ketidakpuasan atau keprihatinan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bentuk tubuh dan berat badan merupakan persoalan perempuan yang paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa pengaruh besar dalam mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Gangguan Dismorfik Tubuh (Body Dysmorphic Disorder) A.1. Definisi Dismorfik Tubuh (Body Dysmorphic Disorder) Istilah "dysmorphia" berasal dari bahasa Yunani dismorfia ("dis," yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BODY DYSMORPHIC DISORDER Oleh : Siti Nurzaakiyah dan Nandang Budiman

BODY DYSMORPHIC DISORDER Oleh : Siti Nurzaakiyah dan Nandang Budiman BODY DYSMORPHIC DISORDER Oleh : Siti Nurzaakiyah dan Nandang Budiman A. Konsep Dasar Body Dysmorphic Disorder (BDD) 1. Definisi Body Dysmorphic Disorder (BDD) Body Dysmorphic Disorder (BDD) awalnya dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang berada diantara masa anak dan dewasa. Masa ini dianggap sebagai suatu bentuk transisi yang cukup penting bagi pembentukan pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke arah bentuk tubuh orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan individu yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu BAB 1 PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk dan tingkat masalah yang berbeda-beda ketika menjalani hidupnya. Individu yang sering dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan bentuk tubuh satu sama lain seringkali membuat beberapa orang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating

BULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating Kesehatan remaja sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Hal ini disebabkan karena remaja yang sehat akan melahirkan anak yang sehat, generasi yang sehat, dan manula yang sehat. Sedangkan remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan pernikahan. Wanita, memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda dengan pria setelah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut. 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body Image Menurut Schilder (dalam Carsini, 2002), body image adalah gambaran mental yang terbentuk tentang tubuh seseorang secara keseluruhan, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fase remaja merupakan segmen kembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik seseorang memang dianggap sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik seseorang memang dianggap sebagai suatu hal yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penampilan fisik seseorang memang dianggap sebagai suatu hal yang penting dalam kehidupan di masa kini. Dengan tampil menarik, wanita akan merasa lebih berharga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan individu, masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang disebut juga masa transisi. Siswa SMA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan remaja adalah menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif (Hurlock, 1980:10). Masa remaja disebut juga masa pubertas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk menunjukkan pertumbuhan, perkembangan, dan eksistensi kepribadiannya. Obyek sosial ataupun persepsi

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa adalah sumber informasi yang sulit untuk dilepaskan dalam keseharian individu. Douglas Kellner (1995) mengemukakan bahwa media massa memang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering diperhatikan. Biasanya keinginan untuk tampil sempurna sering diartikan dengan memiliki tubuh

Lebih terperinci

Aging and Cosmetic Enhancement

Aging and Cosmetic Enhancement Nicole A. Pramono 07120100077 JOURNAL READING Aging and Cosmetic Enhancement Pendahuluan Masyarakat barat modern terobsesi dengan prestasi, masa muda, dan kecantikan. Sejak abad ke-20 terjadi peningkatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja mengalami masa puber yang dianggap sebagai periode tumpang tindih karena mencakup masa akhir kanak-kanak dan masa awal remaja. Masa puber ditandai dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita sebenarnya. Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia mempunyai kelebihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Dissatisfaction 1. Pengertian Body Dissatisfaction Body image pada awalnya diteliti oleh Paul Schilder (1950) yang menggabungkan teori psikologi dan sosiologi. Schilder

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 RUSTAM ROSIDI F100 040 101 Diajukan oleh: FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031)

CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031) CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031) 5633365 ABSTRACT Bentuk tubuh yang overweight sangat mengganggu remaja dan menimbulkan respon tersendiri bagi remaja

Lebih terperinci

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Body Image (Citra Tubuh) 2.1.1 Definisi Body Image (Citra Tubuh) Body Image (Citra Tubuh) merupakan evaluasi dari pengalaman subjektif individu tentang persepsi, pikiran dan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial harus didahului oleh kontak dan komunikasi. Komunikasi sebagai usaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan mengunakan bahasa atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang sering dialami oleh remaja seperti kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan bisa terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini dapat kita lihat adanya kecenderungan masyarakat yang ingin memiliki tubuh ideal.banyak orang yang selalu merasa bahwa bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat

Lebih terperinci

Skala Kepercayaan Diri Tryout

Skala Kepercayaan Diri Tryout 58 Skala Kepercayaan Diri Tryout Identitas diri Fakultas : Usia : Petunjuk Pengisian 1. Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan kehidupan Anda sehari-hari. Bacalah setiap pernyataan

Lebih terperinci

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada BAB I Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dipelajari karena pada masa remaja, seorang remaja dihadapkan pada berbagai tantangan dan permasalahan. Salah satu diantara permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitaif sebagai pendekatan ilmiah yang didisain untuk menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penampilan fisik merupakan salah satu hal yang paling penting bagi semua orang, terutama remaja. 1 Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek psikis manusia yang sangat penting untuk dipupuk dan dikembangkan. Berhasil atau tidaknya individu dalam berinteraksi

Lebih terperinci

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki kedudukan istimewa baik secara lahir maupun batin. Bagian tubuh ini memainkan peran dalam identitas

Lebih terperinci

DATA IDENTITAS PRIBADI

DATA IDENTITAS PRIBADI LAMPIRAN Lampiran 1 DATA IDENTITAS PRIBADI Petunjuk Pengisian Isilah pertanyaan pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas ditempat yang disediakan. Data Pribadi : Usia Pendidikan : tahun :.. Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 14 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Masa Dewasa Awal 2.1.1 Definisi Dewasa Awal Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dimana seorang remaja mengalami perubahan baik secara fisik, psikis maupun sosialnya. Perubahan fisik remaja merupakan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan fisik terjadi saat seorang individu mencapai usia remaja, dimana seorang remaja akan mengalami masa perubahan atau masa transisi dari anak-anak menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pria yang baru saja memasuki masa dewasa awal (21-40 tahun) memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pria yang baru saja memasuki masa dewasa awal (21-40 tahun) memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pria yang baru saja memasuki masa dewasa awal (21-40 tahun) memiliki dua kriteria agar dapat disebut dewasa, yaitu mencapai kemandirian ekonomi dan kemandirian

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengadilan dan kalaupun bersalah hukuman yang diterima lebih ringan. Selain

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengadilan dan kalaupun bersalah hukuman yang diterima lebih ringan. Selain BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Psikologi sosial menunjukkan bahwa ada peranan penting dari penampilan fisik seseorang terhadap kehidupan sehari-harinya (Berscheid dkk dalam Davison & McCabe,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang melibatkan perubahan besar dalam aspek fisik, kognitif, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 24 tahun (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 24 tahun (WHO, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 24 tahun (WHO, 2010). Berdasarkan tinjauan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecantikan merupakan hal yang selalu dijaga dan dicari oleh setiap wanita, sejak dahulu kala. Kata cantik ini pula yang kadang kala dijadikan alasan untuk menyesatkan

Lebih terperinci

PERILAKU MEMBELI PRODUK PERAWATAN WAJAH DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI. Oleh : Triani Trisnawati

PERILAKU MEMBELI PRODUK PERAWATAN WAJAH DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI. Oleh : Triani Trisnawati PERILAKU MEMBELI PRODUK PERAWATAN WAJAH DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI Oleh : Triani Trisnawati 00.40.0309 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010 i PERILAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menarik perhatian. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menarik perhatian. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perempuan ingin terlihat cantik dan menarik. Hal ini wajar, karena perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menarik perhatian. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat banyak mendatangi restauran-restauran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat banyak mendatangi restauran-restauran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini masyarakat banyak mendatangi restauran-restauran yang menyajikan fast food. Fast food merupakan makanan cepat saji yang dikonsumsi secara instan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil uji analisis korelasi Kendal Tau diperoleh sebuah

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil uji analisis korelasi Kendal Tau diperoleh sebuah 60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil uji analisis korelasi Kendal Tau diperoleh sebuah kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara harga diri dengan body image pada wanita akseptor KB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di masa dimana perkembangan teknologi semakin maju ini, masyarakat aktif dalam mencari informasi mengenai produk yang bermanfaat dan sesuai dengan apa yang dijanjikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada remaja khususnya remaja putri kerap kali melakukan perilaku diet untuk menurunkan berat badannya, hal ini dikarenakan remaja putri lebih memperhatikan bentuk tubuhnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga seseorang tidak terpengaruh oleh orang

Lebih terperinci

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menginginkan kehidupan yang bahagia dan tubuh yang ideal. Harapan ini adalah harapan semua wanita di dunia, tetapi kenyataannya tidak semua wanita memiliki

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penampilan yang menarik tentu tidak akan ada habisnya.

BABI PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penampilan yang menarik tentu tidak akan ada habisnya. BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai penampilan yang menarik tentu tidak akan ada habisnya. Penampilan fisik yang menarik sangat diidam-idamkan oleh semua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usia tahun. Dewasa awal ditandai oleh adanya eksperimen dan eksplorasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usia tahun. Dewasa awal ditandai oleh adanya eksperimen dan eksplorasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal merupakan transisi dari remaja menuju dewasa yang berawal dari usia 18-25 tahun yang disebut dengan beranjak dewasa dan berakhir pada usia 35-40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan fisik. Pada saat memasuki masa remaja, individu dihadapkan dengan keadaan baru seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering buang air kecil, dan emesis gravidarum (Kusmiyati, 2009). Banyak wanita yang mengalami kesulitan dalam menerima semua

BAB I PENDAHULUAN. sering buang air kecil, dan emesis gravidarum (Kusmiyati, 2009). Banyak wanita yang mengalami kesulitan dalam menerima semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan perubahan pada tubuh secara fisiologis maupun psikologis seorang wanita, sehingga diperlukan beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini. Diet didefinisikan sebagai kegiatan membatasi dan mengontrol makanan yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup pesat. Kesadaran mengenai sebuah penampilan dirasa sangat penting dewasa ini, baik bagi

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Salah satu fenomena yang muncul ke permukaan dalam masyarakat Jepang saat ini

Bab 5. Ringkasan. Salah satu fenomena yang muncul ke permukaan dalam masyarakat Jepang saat ini Bab 5 Ringkasan Salah satu fenomena yang muncul ke permukaan dalam masyarakat Jepang saat ini adalah fenomena penggunaan bedah kosmetik yang semakin meningkat terutama di kalangan perempuan. Bedah kosmetik

Lebih terperinci

Jurnal SPIRITS, Vol.6, No.1, November ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.6, No.1, November ISSN: MOTIVASI MEMBELI PRODUK PEMUTIH WAJAH PADA REMAJA PEREMPUAN Maria Sriyani Langoday Flora Grace Putrianti, S.Psi., M.Si Abstract The purpose of this study is to determine the relationship of self-concept

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Konsumtif Remaja pada siswa kelas XI SMA Al-Kautsar Bandar Lampung yang menjadi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Q: Selamat siang Bhante.. saya pengagum cerita yang berjudul Khema Bhikkuni Yang Unggul Dalam Kebijaksanaan Agung

LAMPIRAN. Q: Selamat siang Bhante.. saya pengagum cerita yang berjudul Khema Bhikkuni Yang Unggul Dalam Kebijaksanaan Agung LAMPIRAN Lampiran 1 Wawancara Dalam mengumpulkan data-data terkait animasi pendek yang akan diangkat dari sebuah kisah Budhist Khema Bhikkhuni Yang Unggul Dalam Kebijaksanaan Agung, penulis melakukan wawancara

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI PADA PENDERITA VITILIGO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI PADA PENDERITA VITILIGO FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI PADA PENDERITA VITILIGO Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu menjadi lebih update dengan perubahan trend yang berlangsung. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu menjadi lebih update dengan perubahan trend yang berlangsung. Saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi menyebabkan perkembangan dalam berbagai bidang kehidupan. Perkembangan teknologi utamanya membawa dampak besar pada penyebaran informasi,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan strategi yang mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang tetap sesuai dengan karateristik dan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti melakukan pengukuran empiris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Citra tubuh (body image) merupakan persepsi dinamis dari tubuh seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Citra tubuh (body image) merupakan persepsi dinamis dari tubuh seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra tubuh (body image) merupakan persepsi dinamis dari tubuh seseorang yang dibentuk secara emosional dan bisa berubah seiring perubahan suasana hati, pengalaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tiga tahun yang lalu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tiga tahun yang lalu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tiga tahun yang lalu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah menyatakan bahwa obesitas merupakan masalah global yang perlu ditanggulangi (www.gizikesehatan.ugm.ac.id).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri, bangga, puas dan bahagia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri, bangga, puas dan bahagia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. BODY IMAGE 1. Pengertian Body Image Disadari atau tidak manusia akan selalu menilai perasaan dirinya sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri, bangga, puas dan bahagia akan muncul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam benak mereka, seperti Who am I?, Apa yang membuat saya berbeda

BAB I PENDAHULUAN. dalam benak mereka, seperti Who am I?, Apa yang membuat saya berbeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja menjadi salah satu tahap dalam rentang kehidupan yang harus dilalui individu. Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami transisi dari masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, depresi sudah menjadi wabah dalam kehidupan modern dan sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu gangguan psikologis yang

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rosandi (2004) membagi masa remaja menjadi beberapa tahap yaitu: a. Remaja awal (early adolescent) pada usia 11-14 tahun. Remaja awal biasanya berada pada tingkat

Lebih terperinci