Kata-kata kunci : demam tifoid, demam, hemoglobin, leukosit, trombosit.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata-kata kunci : demam tifoid, demam, hemoglobin, leukosit, trombosit."

Transkripsi

1 HUBUNGAN TINGKAT DEMAM DENGAN HASIL PEMERIKSAAN HEMATOLOGI PADA PENDERITA DEMAM TIFOID Syamsul Arifin 1 Edi Hartoyo 2 Dwi Srihandayani 3 1. Lecturer of Histology Departement Medical Faculty Lambung Mangkurat University 2. Lecturer of Pediatric Departement Medical Faculty Lambung Mangkurat University 3. Student of Medical Faculty Lambung Mangkurat University ABSTRACT Typhoid fever is a systemic infection caused by the bacterium Salmonella typhi. The bacterium can produce endotoxins affecting hematological examination results and stimulate fever in patients with typhoid fever. This study aims to determine the correlation between fever and hematological examination results in patients with typhoid fever. This study was a retrospective descriptive analytical approach. The samples were from medical record of the patiens with typhoid fever during Januari December 2009 which is 135 medical record. The medical record that suitable to inclusi criteria were 31. The result from this studi were subfebris typhoid fever patiens 68%, normal hemoglobin rate 77%, normal leukocyte count 65%, and normal thrombocyte count 71%. The analysis done with chi square and fisher. Analysis results are the rate of fever with hemoglobin p = 1.000, the rate of fever with leukocyte concentration p = and the rate of fever with thrombocyte concentration p = From the test we could conclude that there is no relationship between fever with hematological examination results in patients with typhoid fever. Key words: typhoid fever, fever, hemoglobin, leukocyte, thrombocyte. ABSTRAK Demam tifoid merupakan suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini dapat menghasilkan endotoksin yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologis dan merangsang demam pada penderita demam tifoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat demam dengan hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam tifoid. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan retrospektif. Data penelitian berasal dari rekam medis penderita demam tifoid yang dirawat di ruang rawat inap SMF kesehatan anak periode Januari Desember 2009 yang berjumlah 135. Data yang memenuhi kriteria inklusi penelitian sebanyak 31. Pada penelitian didapatkan penderita demam tifoid subfebris 68%, kadar hemoglobin normal 77%, kadar leukosit normal 65%, dan kadar trombosit normal 71%. Analisa dilakukan dengan uji chi square dan fisher. Hasil analisa tingkat demam dengan kadar hemoglobin p = 1.000, tingkat demam dengan kadar leukosit p = dan tingkat demam dengan kadar trombosit p = Berdasarkan hasil uji tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan tingkat demam dengan hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam tifoid. Kata-kata kunci : demam tifoid, demam, hemoglobin, leukosit, trombosit.

2 PENDAHULUAN Demam tifoid merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia dengan angka kematian sebesar 12,6 juta kasus dan diperkirakan terjadi kematian tiap tahunnya. Hampir 80% dari kasus tersebut terjadi di Asia (Abro, dkk., 2009). Kejadian demam tifoid di Indonesia sekitar 1100 kasus per penduduk per tahunnya dengan angka kematian 3,1-10,4% (Nasrudin, dkk.,2007). Menurut Departemen Kesehatan RI penyakit ini menduduki urutan kedua sebagai penyebab kematian pada kelompok umur 5-14 tahun di daerah perkotaan. Prevalensi penyakit ini di Kalimantan Selatan masih cukup tinggi yaitu sebesar 1,95% (Balitbangkes.2008). Demam tifoid biasanya menyerang anak-anak dan dewasa muda dengan kisaran umur 5-34 tahun (Simanjuntak. dkk., 2007). Angka kesakitan demam tifoid tertinggi terjadi pada umur 5-19 tahun dengan manifestasi klinis ringan (Hadinegoro, 1999 ; Musnelina dkk.,2004). Bakteri penyebab demam tifoid adalah Salmonella enterica serotipe typhi yang merupakan basil gram negatif. Penularan bakteri ini terjadi secara fecal oral melalui makanan yang terkontaminasi dan mengalami masa inkubasi dalam tubuh penderita selama 7-14 hari (Musnelina dkk.,2004; Abro, dkk., 2009; Parry, dkk., 2002). Selama masa inkubasi tersebut mungkin akan ditemukan gejala prodormal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis seperti demam, gangguan pencernaan, dan gangguan kesadaran (FK UI, 2005). Salmonella typhi (S. typhi) mempunyai beberapa macam antigen yaitu antigen O (somatik, terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida yang biasa disebut endotoksin), antigen H (flagella), antigen Vi dan Outer Membrane Proteins (FK UI, 2005; Nasrudin, dkk.,2007). Endotoksin dalam sirkulasi diduga menyebabkan demam dan gejala toksik pada demam tifoid yang lama. Kehadiran endotoksin dapat merangsang produksi sitokin. Produksi sitokin inilah yang dapat menyebabkan gejala-gejala sistemik. Gejala tersebut antara lain demam, muntah,

3 sakit kepala, anoreksia, diare, konstipasi. Demam merupakan gejala sistemik yang paling sering muncul pada kasus demam tifoid (Nelson, 1999; Yaramis, dkk., 2001 ; Khan, dkk., 1999; Bhutta, 2006; Neopane, dkk., 2006; Dimitrov, dkk., 2007). Al-Sagair, et al (2009) telah meneliti bahwa endotoksin menginduksi perubahan dalam sel sumsum tulang. Lipopolisakarida juga menyebabkan penurunan yang cukup signifikan pada eritrosit, leukosit, trombosit, hemoglobin dan persen hematokrit. Dengan kondisi tersebut maka layanan rawat inap di rumah sakit sangat dianjurkan pada penyakit demam tifoid. Salah satu rumah sakit terbesar di Kalimantan adalah RSUD Ulin Banjarmasin yang merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Selain itu, RSUD Ulin merupakan rumah sakit pendidikan di Kalimantan Selatan. Dari uraian di atas, diduga terdapat hubungan tingkat demam dengan hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam tifoid. Penelitian mengenai hubungan tingkat demam dengan hasil pemeriksaan hematologi sebelumnya belum pernah dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin sehingga penelitian ini perlu untuk dilakukan. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian yang akan di kaji adalah tentang hubungan tingkat demam dengan hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam tifoid yang dirawat di SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun Untuk itu penelitian ini dirancang guna menilai suhu tubuh, kadar hemoglobin, jumlah leukosit, jumlah trombosit dan menganalisis hubungan tingkat demam dengan hasil pemeriksaan hematologi penderita demam tifoid yang yang dirawat di SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2009.

4 METODA Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan retrospektif. Populasi pada penelitian ini adalah pasien demam tifoid yang dirawat di Bagian Anak RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari sampai Desember Adapun sampel pada penelitian ini diperoleh dengan teknik consecutive sampling dengan jumlah sampel minimal 30 (Gabriel, 2000), yaitu pasien demam tifoid yang dirawat di Bagian Anak RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari sampai Desember 2009 yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: 1. Pasien dengan diagnosis keluar demam tifoid tanpa komplikasi dan penyakit penyerta. 2. Pasien yang diperiksa suhu tubuhnya secara periodik. 3. Pasien dengan hasil pemeriksaan hematologi (kadar hemoglobin, leukosit, dan trombosit). Hasil pemeriksaan hematologi yang digunakan adalah hasil hematologi pertama kali yang dilakukan dalam minggu pertama setelah pasien masuk rumah sakit. 4. Pasien dengan terapi kloramfenikol. 5. Pasien febris minimal 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah rekam medik pasien yang memuat data pemeriksaan suhu tubuh dan hasil hematologi (kadar hemoglobin, kadar leukosit, dan kadar trombosit). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel bebas yaitu tingkat demam 2. Variabel terikat yaitu prestasi hasil pemeriksaan hematologi (kadar hemoglobin, kadar leukosit, dan kadar trombosit).

5 Definisi Operasional dari variabel-variabel tersebut adalah : 1. Demam (febris) suatu keadaan dimana terjadi kenaikan suhu diatas batas normal (Yaramis, dkk., 2001 ). Suhu tubuh normal pada anak bervariasi antara 36,5 0 C-37,4 0 C. Tingkat demam diklasifikasikan menjadi subfebris dan febris. Subferis jika suhu tubuh berkisar 37,5 0 C-38,2 0 C dan febris jika suhu tubuh 38,3 0 C (18). 2. Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan mengenai jaringan pembentuk darah. Pemeriksaan hematologi antara lain: a. Kadar hemoglobin adalah banyaknya hemoglobin dalam 1 dl darah. Kadar hemoglobin diklasifikasikan menjadi normal dan abnormal. Normal jika memenuhi kriteria sebagai berikut (Soldin, dkk., 2009).: Laki-laki Perempuan a) Newborn : 14,7 18,6 g/dl 12,7 18,3 g/dl b) 6 bulan 2 tahun : 10,3 12,4 g/dl 10,4 12,4 g/dl c) 2 6 tahun : 10,5 12,7 g/dl 10,7 12,7 g/dl d) 6 12 tahun : 11,0 13,3 g/dl 10,9 13,3 g/dl e) tahun : 11,5 14,8 g/dl 11,2 13,6 g/dl Kategori abnormal jika kurang atau lebih dari standard range normal. b. Kadar leukosit adalah jumlah leukosit yang dapat diketahui melalui pemeriksaan darah lengkap. Kadar leukosit diklasifikasikan menjadi normal dan abnormal. Normal jika memenuhi kriteria sebagai berikut (Soldin, dkk., 2009): Laki-laki Perempuan a) Newborn : 6,6 13,3 x 10 3 /µl 8,0 14,3 x 10 3 /µl b) 6 bulan 2 tahun : 6,2 14,5 x 10 3 /µl 6,4 15,0 x 10 3 /µl c) 2 6 tahun : 5,3 11,5 x 10 3 /µl 5,3 11,5 x 10 3 /µl d) 6 12 tahun : 4,4 10,5 x 10 3 /µl 4,7 10,3 x 10 3 /µl e) tahun : 4,5 10,0 x 10 3 /µl 4,8 10,1 x 10 3 /µl

6 Kategori abnormal jika kurang atau lebih dari standard range normal. c. Kadar trombosit adalah jumlah trombosit yang dapat diketahui melalui pemeriksaan darah lengkap. Kadar trombosit normal /µL (Sacher, dkk.,2004). Kategori abnormal jika kurang atau lebih dari standard range normal. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan rekam medik pasien demam tifoid di bagian Anak RSUD Ulin Banjarmasin pada periode Januari Desember tahun Hasil pengukuran suhu tubuh, kadar hemoglobin, kadar leukosit, dan kadar trombosit didata dari rekam medik yang telah dikumpulkan. Semua data kemudian diklasifikasikan dan dideskripsikan ke dalam tabel. Setelah data dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dilakukan penilaian secara analitik dengan uji statistik chi square test dengan nilai P < 0,05. Uji statistik chi square test dilakukan dengan cara komputerisasi menggunakan aplikasi SPSS. Penelitian ini dilakukan di bagian anak dan bagian rekam medik RSUD Ulin Banjarmasin pada bulan Februari sampai Maret HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan tingkat demam dengan hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam tifoid. Hasil pemeriksaan hematologi yang diteliti adalah kadar hemoglobin, kadar leukosit dan kadar trombosit. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin dengan mencatat data yang terdapat di rekam medik penderita demam tifoid pada tahun 2009 yang sesuai dengan kriteria inklusi. Rekam medik pasien demam tifoid sebanyak 135. Sedangkan rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 31 sampel penelitian.

7 Data distribusi kadar hemoglobin penderita demam tifoid dapat dilihat pada gambar 1: Gambar 1. Distribusi kadar hemoglobin pada penderita demam tifoid di SMF/ bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun Pada pemeriksaan kadar hemoglobin ditemukan 24 orang penderita (81%) demam tifoid dengan kadar hemoglobin normal dan 7 orang penderita (19%) demam tifoid dengan kadar hemoglobin abnormal, dimana pasien anemia sebanyak 3 orang dan pasien polisitemia 4 orang. Dari data tersebut diketahui bahwa kadar hemoglobin normal lebih banyak daripada yang abnormal. Kejadian kadar hemoglobin abnormal memang jarang dijumpai. Menurut Hosuglu penderita demam tifoid yang kadar hemoglobinnya abnormal hanya berkisar 17% (Hosoglu, dkk., 2004). Data distribusi kadar leukosit penderita demam tifoid berdasarkan hasil penelitian disajikan pada gambar 2: Gambar 2. Distribusi kadar leukosit pada penderita demam tifoid di SMF/ bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun Pada pemeriksaan leukosit ditemukan 20 penderita (65%) demam tifoid dengan kadar leukosit normal dan 11 penderita (35%) demam tifoid dengan kadar leukosit abnomal, dimana pasien leukopenia sebanyak 3 orang dan leukositosis 8 orang. Dari data tersebut diketahui

8 bahwa penderita demam tifoid dengan kadar leukosit normal lebih banyak daripada penderita demam tifoid dengan kadar leukosit abnormal. Abro et al (2009) telah melaporkan bahwa pada penderita demam tifoid hanya 14,6% penderita saja yang kadar leukositnya abnormal. Data distribusi kadar trombosit penderita demam tifoid disajikan pada gambar 3: Gambar 3. Distribusi kadar trombosit pada penderita demam tifoid di SMF/ bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun Pada pemeriksaan trombosit ditemukan 22 penderita demam tifoid (71%) dengan kadar trombosit normal dan 9 penderita (29%) demam tifoid dengan kadar trombosit abnomal, dimana pasien trombositopenia sebanyak 5 orang dan trombositosis 4 orang. Dari data tersebut diketahui bahwa penderita demam tifoid dengan kadar trombosit normal lebih banyak daripada penderita demam tifoid dengan kadar trombosit abnormal. Abro et al (2009) telah melaporkan bahwa hanya 30% penderita demam tifoid saja yang kadar trombositnya abnormal. Analisis deskriftif univariat hasil hematologi pada penderita demam tifoid yang memiliki responden disajikan pada tabel 1: Tabel 1. Analisis deskriptif univariat hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam tifoid di SMF / bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin Tahun Hemoglobin Leukosit Trombosit Jumlah Persen (%) Tinggi Tinggi Tinggi 1 3,2 Normal Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Normal 1 3,2 Normal Tinggi Normal 2 6,5 Rendah Tinggi Rendah 1 3,2

9 Normal Normal Tinggi 1 3,2 Tinggi Normal Normal 2 6,5 Normal Normal Normal 15 48,5 Rendah Normal Normal 1 3,2 Normal Normal Rendah 1 3,2 Normal Rendah Normal 1 3,2 Normal Rendah Rendah 1 3,2 Rendah Rendah Rendah 1 3,2 Jumlah Dari tabel 1 terlihat bahwa secara deskriptif 48,5% hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam tifoid adalah normal. Hal ini diperkirakan karena jumlah endotoksin yang ada di dalam tubuh penderita masih sedikit atau belum mencapai batas toksik sehingga efek dari endotoksin tersebut tidak terlihat. Endotoksin akan sangat berefek negatif jika jumlahnya cukup banyak yaitu 100 µg. Dari hasil penelitian didapatkan data tingkat demam penderita demam tifoid seperti tersaji pada gambar 4: Gambar 4. Distribusi tingkat demam pada penderita demam tifoid di SMF/ bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun Dari 51 rekam medis tersebut didapatkan penderita subfebris sebanyak 21 orang (68%) dan penderita febris sebanyak 10 orang (32%). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa lebih banyak tingkat demam subfebris daripada febris. Hal ini diperkirakan karena pemberian antipiretik sebelum pemeriksaan.

10 Tabel analisis deskriptif univariat tingkat demam dengan hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam tifoid yang memiliki responden disajikan pada tabel 2: Tabel 2. Analisis deskriptif univariat tingkat demam dengan hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam tifoid di SMF / bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2009 Hemoglobin Leukosit Trombosit Tingkat Demam Jumlah Tinggi Tinggi Tinggi Febris - - Persen (%) Tinggi Tinggi Tinggi Subfebris 1 3,2 Normal Tinggi Tinggi Febris 1 3,2 Normal Tinggi Tinggi Subfebris 2 6,5 Tinggi Tinggi Normal Febris - - Tinggi Tinggi Normal Subfebris 1 3,2 Normal Tinggi Normal Febris 2 6,5 Normal Tinggi Normal Subfebris - - Rendah Tinggi Rendah Febris - - Rendah Tinggi Rendah Subfebris 1 3,2 Normal Normal Tinggi Febris - - Normal Normal Tinggi Subfebris 1 3,2 Tinggi Normal Normal Febris 1 3,2 Tinggi Normal Normal Subfebris 1 3,2 Normal Normal Normal Febris 5 16,2 Normal Normal Normal Subfebris 10 32,3 Rendah Normal Normal Febris - - Rendah Normal Normal Subfebris 1 3,2 Normal Normal Rendah Febris - - Normal Normal Rendah Subfebris 1 3,2 Normal Rendah Normal Febris - - Normal Rendah Normal Subfebris 1 3,2 Normal Rendah Rendah Febris - - Normal Rendah Rendah Subfebris 1 3,2 Rendah Rendah Rendah Febris 1 3,2 Rendah Rendah Rendah Subfebris - - Jumlah

11 Dari tabel 2 terlihat bahwa 32,3% hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam tifoid dengan tingkat demam subfebris adalah normal. Dari hasil tersebut bisa diasumsikan bahwa secara deskriptif terdapat hubungan tingkat demam dengan hasil hematologi, dimana hasil hematologi pada pasien subfebris umumnya normal. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji statistik lebih lanjut. Hubungan tingkat demam dengan kadar hemoglobin pada penderita demam tifoid disajikan pada tabel 3: Tabel 3. Hubungan tingkat demam dengan kadar hemoglobin pada penderita demam tifoid di SMF / bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2009 Tingkat Kadar Hemoglobin Demam Normal Abnormal Jumlah Subfebris Febris Jumlah Tabel 3 di atas menunjukkan 16 penderita demam tifoid subfebris dengan kadar hemoglobin normal, 5 penderita demam tifoid subfebris dengan kadar hemoglobin abnormal, 8 penderita demam tifoid febris dengan kadar hemoglobin normal, dan 2 penderita demam tifoid febris dengan kadar hemoglobin abnormal. Data ini kemudian dianalisis dengan uji chi square. Berdasarkan uji chi square diketahui bahwa terdapat nilai expected count yang kurang dari 5 sebanyak 50%. Dengan demikian data tersebut tidak dapat diuji dengan uji chi-square. Oleh sebab itu, maka digunakan uji fisher untuk menganalisis data tersebut. Berdasarkan hasil uji fisher didapatkan bahwa nilai p = 1,000 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan tingkat demam dengan kadar hemoglobin pada penderita demam tifoid. Hubungan tingkat demam dengan kadar leukosit pada penderita demam tifoid dapat dilihat pada tabel 4:

12 Tabel 4. Hubungan tingkat demam dengan kadar leukosit pada penderita demam tifoid di SMF / bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2009 Tingkat Kadar Leukosit Demam Normal Abnormal Jumlah Subfebris Febris Jumlah Tabel 4 di atas menunjukkan 14 penderita demam tifoid subfebris dengan kadar leukosit normal, 7 penderita demam tifoid subfebris dengan kadar leukosit abnormal, 6 penderita demam tifoid febris dengan kadar leukosit normal, dan 4 penderita demam tifoid febris dengan kadar leukosit abnormal. Data ini kemudian dianalisis dengan uji chi square. Berdasarkan uji chi square diketahui bahwa terdapat nilai expected count yang kurang dari 5 sebanyak 25%. Dengan demikian data tersebut tidak dapat diuji dengan uji chi-square. Oleh sebab itu, maka digunakan uji fisher untuk menganalisis data tersebut. Berdasarkan hasil uji fisher didapatkan bahwa nilai p = 1,000 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan tingkat demam dengan kadar leukosit pada penderita demam tifoid. Hubungan tingkat demam dengan kadar trombosit pada penderita demam tifoid tersaji pada tabel 5: Tabel 5. Hubungan tingkat demam dengan kadar trombosit pada penderita demam tifoid di SMF / bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2009 Tingkat Kadar Trombosit Demam Normal Abnormal Jumlah Subfebris Febris Jumlah Tabel 5 di atas menunjukkan 14 penderita demam tifoid subfebris dengan kadar trombosit normal, 7 penderita demam tifoid subfebris dengan kadar trombosit abnormal, 8 penderita demam tifoid febris dengan kadar trombosit normal, dan 2 penderita demam tifoid febris dengan kadar trombosit abnormal. Data ini kemudian dianalisis dengan uji chi square.

13 Berdasarkan uji chi square diketahui bahwa terdapat nilai expected count yang kurang dari 5 sebanyak 25%. Dengan demikian data tersebut tidak dapat diuji dengan uji chi-square. Oleh sebab itu, maka digunakan uji fisher untuk menganalisis data tersebut. Berdasarkan hasil uji fisher didapatkan bahwa nilai p = 0,677 (p > 0,05).Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan tingkat demam dengan kadar trombosit pada penderita demam tifoid. Hasil uji yang didapat pada penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis peneliti yaitu terdapat hubungan tingkat demam dengan kadar hemoglobin, kadar leukosit dan kadar trombosit pada penderita demam tifoid di SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin Tahun Ketidaksesuaian ini dapat dipengaruhi oleh pengaturan suhu tubuh yang setiap individu yang berbeda-beda. Pengaturan suhu tubuh tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (Port dan Bowne, 2007; El Radhi, dkk., 2009; Arthur G, 1997): 1. Dehidrasi Pada dehidrasi terjadi vasokontriksi dan pengurangan produksi keringat sehingga mengurangi proses pengeluaran panas. Hal ini mengakibatkan suhu tubuh meningkat. 2. Kecepatan metabolisme basal (BMR) Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. 3. Gangguan organ Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu. 4. Rangsangan simpatis Pada situasi penuh stress, bagian simpatis dari saraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan norephinephrin (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon

14 ephinephrine dan norephinephrine oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi produksi panas tubuh. 5. Hormon Hormon testosteron dan tiroid dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal sehingga dapat menyebabkan peningkatan produksi panas tubuh. 6. Lingkungan Lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin, begitu juga sebaliknya. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Selain penjelasan tersebut di atas, tidak sesuainya hasil penelitian ini dengan hipotesis peneliti diperkirakan karena tidak diketahuinya jumlah endotoksin yang ada di dalam tubuh penderita demam tifoid. Variasi jumlah endotoksin di dalam tubuh penderita demam tifoid ini menyebabkan hasil tingkat demam dan hematologi yang bervariasi. Selain itu sistem imun penderita juga mempengaruhi hasil, di mana jika sistem imun penderita cukup baik maka kemampuan tubuh untuk melawan invasi bakteri pun bisa lebih cepat dan baik sehingga hasil pemeriksaan suhu tubuh dan hematologinya pun baik. Sistem imun tersebut juga dipengaruhi beberapa faktor antara lain umur, lingkungan tempat tinggal dengan polusi industri, dan paparan terus menerus terhadap bahan kimia seperti formaldehyde, benzol, aseton, dan lainlain (Eringiene, dkk., 2006). Walaupun hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang tidak bermakna namun penelitian ini sendiri memiliki makna bahwa jika penderita demam tifoid suhu tubuh tidak terlalu tinggi belum tentu hasil pemeriksaan hematologinya normal saja. Masih perlu diwaspadainya penurunan ataupun peningkatan hasil hematologi pada penderita demam tifoid

15 PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan bahwa: 1. Tidak terdapat hubungan tingkat demam dengan kadar hemoglobin pada penderita demam tifoid di SMF/Bagian ilmu kesehatan anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun Tidak terdapat hubungan tingkat demam dengan kadar leukosit pada penderita demam tifoid di SMF/Bagian ilmu kesehatan anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun Tidak terdapat hubungan tingkat demam dengan kadar trombosit pada penderita demam tifoid di SMF/Bagian ilmu kesehatan anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun B. Saran Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan, yaitu: 1. Perlu diperhatikannya faktor-faktor lain yang mempengaruhi demam seperti dehidrasi, Basal Metabolik Rate, gangguan organ, rangsangan simpatis, hormon, dan lingkungan. 2. Perlu dilakukan pemeriksaan hematologi awal dan akhir sehingga proses perjalanan penyakit dapat diketahui. DAFTAR PUSTAKA Arthur C. Guyton, John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC, Abro AH, Abdou AMS, Gangwani JL, Younis NJ, Hussaini HS. Hematological and biochemical changes in typhoid fever. Pak J Med Sci 2009; 25(2): Al-Sagair OA, El-Daly ES, Mousa AA. Influence of bacterial endotoxin on bone marrow and blood components. Medical Journal of Islamic World Academy of Sciences 2009; 17(1): Bhutta ZA. Current concept in the diagnosis and treatment of typhoid fever. BMJ 2006; 333:

16 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Dimitrov T, Udo EE, Albaksami O, Al-Shehab S, Kilani A, Shehab M et al. Clinical and microbiological investigations of typhoid fever in an infectious disease hospital in Kuwait. Journal of Medical Microbiology 2007; 56: El-Radhi AS, Carroll J, Klein N. Clinical Manual of Fever in Children. USA: Springer, Eringiene EM, Kazbariene B, Milasiene V, Characiejus D, Kemekliene R. Compensatory functions of suppressed immune system of the organism in experimental and clinical oncology: the impact of natural antibodies to endotoxin (review of new conception and its metodological aspects). Acta medica lituanica 2006; 13(2): FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: FK UI, Gabriel AS. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Jakarta: Citramedia, Hadinegoro SR. Masalah multidrug resintance pada demam tifoid anak. CDK 1999; 124: 5-8. Hosoglu S, Aldemir M, Akalin S, Geyik MF, Tacyildiz IH, Loeb M. Risk factors for enteric perforation in patients with typhoid fever. Am J Epidemiol 2004; 160: FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: FK UI, Khan M, Coovadia YM, Connolly C,Sturm AW. Influence of sex on clinical features, laboratory findings, and complications of typhoid fever. Am J Trop 1999; 61(1): Musnelina L, Afdhal AF, Gani A, Andayani P. Pola pemberian antibiotika pengobatan demam tifoid anak di rumah sakit Fatmawati Jakarta tahun Makara 2004; 8(1): Nelson. Ilmu kesehatan anak volume 2 edisi 15. Jakarta: EGC, Neopane A, Poundel B, Pradhan B, Dhakal R, Karki DB. Enteric fever: diagnosis value of clinical features. Kathmandu University Medical Journal 2006; 4(3): Nasrudin, Hadi U, Vitanata, Erwin AT, Bramantono, Suharto, dkk. Penyakit infeksi di Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press, Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. Typhoid fever. N Engl J Med 2002; 347(22): Porth CM dan Bowne PS. Essentials of Pathophysiology: Concepts of Altered Health States Second Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2007.

17 Sacher RA, McPherson RA. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC, Simanjuntak CH, Hoffman SL, Punjabi NH, Edman DC, Hasibuan MA, Sumarno W et al. Epidemiologi demam tifoid di duatu daerah pedesaan di Paseh, Jawa Barat. CDK 2007; 6: Soldin SJ, Brugnara C, Hicks JM. Pediatric Reference Range 3rd Edition. Washington, DC: AACC Press, 2009 Yaramis A, Yildirim I, Katar S, Ozbek MN, Yalcin I, Tas MA, et al. Clinical and laboratory presentation of typhoid fever. International Pediatrics; 2001: 16(4):

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

Prosiding PendidikanDokter ISSN: X

Prosiding PendidikanDokter ISSN: X Prosiding PendidikanDokter ISSN: 2460-657X Hubungan Durasi Demam Dengan Kadar Leukosit pada Penderita Demam Tifoid Anak Usia 5 10 Tahun yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Al-Ihsan Periode Januari Desember

Lebih terperinci

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2 Mei 2017

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2 Mei 2017 KARAKTERISTIK USIA, JENIS KELAMIN, TINGKAT DEMAM, KADAR HEMOGLOBIN, LEUKOSIT DAN TROMBOSIT PENDERITA DEMAM TIFOID PADA PASIEN ANAK DI RSU ANUTAPURA TAHUN 2013 Ni Putu Dea Pawitri Handayani*, Diah Mutiarasari**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit menular masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk di Indonesia. Penyakit menular ini terkait erat dengan

Lebih terperinci

Djaja Rusmana 1, Christine Sugiarto 2, Rinda Harpania Pritanandi 3 1. Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha 2

Djaja Rusmana 1, Christine Sugiarto 2, Rinda Harpania Pritanandi 3 1. Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha 2 GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN UJI WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN IgM ANTI Salmonella typhi (+) DI DUA RUMAH SAKIT SUBANG TAHUN 2013 DESCRIPTION OF CLINICAL MANIFESTATION,

Lebih terperinci

GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN

GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN ABSTRAK GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN IgM ANTI Salmonella typhi (+) DI DUA RUMAH SAKIT SUBANG TAHUN 2013 Rinda Harpania Pritanandi,

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS PENDERITA DEMAM TIFOID DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTABARU. Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

GAMBARAN KLINIS PENDERITA DEMAM TIFOID DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTABARU. Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) GAMBARAN KLINIS PENDERITA DEMAM TIFOID DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTABARU Ristiana Wibawati 1), Ni Luh Putu Eka Sudiwati 2), Neni Maemunah 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was THE EVALUATION OF THE ACCURACY OF THE DOSE OF ANTIBIOTICS IN CHILDREN WITH TYPHOID FEVER IN INPATIENT INSTALLATION AT SULTAN AGUNG HOSPITAL SEMARANG AND AT NU ISLAMIC HOSPITAL DEMAK IN 2015 Sikni Retno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014 RASIONALITAS PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI RSUD UNDATA PALU TAHUN 2012 Puspita Sari*, Oktoviandri Saputra** * Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 Prosiding Seminar Nasional Peluang Herbal Sebagai Alternatif Medicine Tahun 201 ISBN: 978-602-196-2-8 Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID

Lebih terperinci

ABSTRAK. Billy Lesmana, 2009; Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr, M.Kes Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr, M.Si

ABSTRAK. Billy Lesmana, 2009; Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr, M.Kes Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr, M.Si ABSTRAK Gambaran Leukosit dan Hitung Jenis pada Pasien Rawat Inap Demam Tifoid dengan Gall Culture Positif di RS Immanuel periode Januari 2007 Juni 2008 Billy Lesmana, 2009; Pembimbing I : Lisawati Sadeli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan.demam tifoid dapat dijumpai secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes

ABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes iv ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI IgM ANTI SALMONELLA METODE IMBI DAN RAPID TEST TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Gabby Ardani L, 2010.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid (enteric fever) merupakan penyakit infeksi akut pada saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella enterica serotipe Typhi. Bila

Lebih terperinci

Kejadian Anemia Pada Penderita Leukemia Limfoblastik Akut di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Kejadian Anemia Pada Penderita Leukemia Limfoblastik Akut di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Kejadian Anemia Pada Penderita Leukemia Limfoblastik Akut di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Sri Ari Isnaini 1,2, Maria Tuntun 3 1 Program Studi Diploma IV Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam tifoid adalah salah satu infeksi yang terjadi di usus halus dan banyak terjadi di negara yang beriklim tropis. persamaan demam tifoid masyarakat umum biasa menyebutnya

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID

ABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Melisa, 2010, Pembimbing I : Penny S.M., dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

PROFIL JUMLAH LEUKOSIT DAN SUHU TUBUH PENDERITA DEMAM TIFOID DI RSUD KARANGANYAR

PROFIL JUMLAH LEUKOSIT DAN SUHU TUBUH PENDERITA DEMAM TIFOID DI RSUD KARANGANYAR PROFIL JUMLAH LEUKOSIT DAN SUHU TUBUH PENDERITA DEMAM TIFOID DI RSUD KARANGANYAR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban masalah kesehatan masyarakat terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis. DBD banyak ditemukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi) (Kidgell

Lebih terperinci

STATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL

STATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL STATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL Nurhayati Parasitologi FK UNAND E-mail: nurhayatikaidir@yahoo.co.id ARTIKEL PENELITIAN Abstrak Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori. digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi telah didapatkan data-data penelitian yang disajikan dalam tabel pada Bab IV. Pada penelitian ini didapatkan sampel

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT DAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE

HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT DAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT DAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE 1 Jilly J. G. Masihor 2 Max F. J. Mantik 3 Maya Memah 3 Arthur E. Mongan 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT DAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE

HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT DAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT DAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE Jilly J.G Masihor Max F.J Mantik Maya Memah Arthur E. Mongan Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG

ABSTRAK. GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG ABSTRAK GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG Listiyani Halim, 2010, Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Indahwaty,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Antibiotika merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat anggaran Rumah Sakit

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Dengue Syok Sindrom (DSS) pada Anak

Hubungan Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Dengue Syok Sindrom (DSS) pada Anak Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Dengue Sindrom (DSS) pada Anak 1 Ryanka R, 2 Trusda SAD, 3 Yuniarti L 1 Pedidikan Dokter,

Lebih terperinci

Karakteristik Klinis Pasien Demam Tifoid di RSUP Sanglah Periode Waktu Juli 2013 Juli 2014

Karakteristik Klinis Pasien Demam Tifoid di RSUP Sanglah Periode Waktu Juli 2013 Juli 2014 E-JURNAL MEDIKA, VOL. I 6 Komang NO. 11, Gede NOVEMBER, Triana Adiputra, 2017 : 98 I - Ketut 102 Agus Somia (Karakteristik Klinis Pasien Demam Tifoid...) ISSN: 2303-1395 Karakteristik Klinis Pasien Demam

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT PEMBERIAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN DHF DI SMF PENYAKIT DALAM RSUD DR. SOEBANDI JEMBER SKRIPSI

ANALISIS MANFAAT PEMBERIAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN DHF DI SMF PENYAKIT DALAM RSUD DR. SOEBANDI JEMBER SKRIPSI //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //d //d //d ANALISIS

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D

Lebih terperinci

DI RSUD CIBABAT PERIODE OKTOBER 2013 OKTOBER

DI RSUD CIBABAT PERIODE OKTOBER 2013 OKTOBER ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI DENYUT NADI DENGAN JUMLAH TROMBOSIT DAN KADAR HEMATOKRIT PADA HARI KEEMPAT PASIEN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER DI RSUD CIBABAT PERIODE OKTOBER 2013 OKTOBER

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian... DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid pada Anak di RSUD Tugurejo Semarang

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid pada Anak di RSUD Tugurejo Semarang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid pada Anak di RSUD Tugurejo Semarang Galuh Ramaningrum 1, Hema Dewi Anggraheny 1, Tiara Perdana Putri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP LAMA RAWAT INAP PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RSUP DR KARIADI SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP LAMA RAWAT INAP PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RSUP DR KARIADI SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP LAMA RAWAT INAP PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RSUP DR KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian syarat

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 1 Patricia I. Tiwow 2 Renate T. Kandou 2 Herry E. J. Pandaleke 1

Lebih terperinci

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3 INTISARI GAMBARAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DENGAN DIAGNOSIS TB PARU DENGAN ATAU TANPA GEJALA HEMAPTO DI RSUD ULIN BANJARMASIN PADA TAHUN 2013 Ari Aulia Rahman

Lebih terperinci

Analisis Efektivitas Seftriakson dan Sefotaksim pada Pasien Rawat Inap Demam Tifoid Anak di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak

Analisis Efektivitas Seftriakson dan Sefotaksim pada Pasien Rawat Inap Demam Tifoid Anak di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak Analisis Efektivitas Seftriakson dan Sefotaksim pada Pasien Rawat Inap Demam Tifoid Anak di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak 1 Gina Hamu Rizka, 2 Esy Nansy, 2 Ressi Susanti 1 Prodi Farmasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah biaya kesehatan sejak beberapa tahun ini telah banyak menarik

BAB I PENDAHULUAN. Masalah biaya kesehatan sejak beberapa tahun ini telah banyak menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah biaya kesehatan sejak beberapa tahun ini telah banyak menarik perhatian. Sementara itu sesuai dengan kebijakan pemerintah, tenaga kesehatan diharapkan dapat

Lebih terperinci

Perbandingan Kloramfenikol dengan Seftriakson terhadap Lama Hari Turun Demam pada Anak Demam Tifoid

Perbandingan Kloramfenikol dengan Seftriakson terhadap Lama Hari Turun Demam pada Anak Demam Tifoid Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Perbandingan Kloramfenikol dengan Seftriakson terhadap Lama Hari Turun Demam pada Anak Demam Tifoid 1) Fuzna Avisha Nuraini, 2) Herry Garna 2) Titik Respati

Lebih terperinci

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Wahyudi 1, Aditya Maulana P.P, S.Farm.M.Sc., Apt.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP ANAK DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP ANAK DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP ANAK DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA Diajukan Oleh : Yudhistira Nugraha Rachman J500130031 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

PEMODELAN LAJU KESEMBUHAN PASIEN RAWAT INAP TYPHUS ABDOMINALIS

PEMODELAN LAJU KESEMBUHAN PASIEN RAWAT INAP TYPHUS ABDOMINALIS PEMODELAN LAJU KESEMBUHAN PASIEN RAWAT INAP TYPHUS ABDOMINALIS (DEMAM TIFOID) MENGGUNAKAN MODEL REGRESI KEGAGALAN PROPORSIONAL DARI COX (Studi Kasus di RSUD Kota Semarang) SKRIPSI Disusun oleh: Nama :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,

Lebih terperinci

Hubungan derajat dehidrasi dengan kadar hematokrit pada anak penderita diare di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Hubungan derajat dehidrasi dengan kadar hematokrit pada anak penderita diare di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Hubungan derajat dehidrasi dengan kadar hematokrit pada anak penderita diare di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 1 Angely C. Rumayar 2 Jeanette I. Ch. Manoppo 3 Max F. J. Mantik 1 Kandidat Skripsi Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing

Lebih terperinci

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELSY NASIHA ALKASINA G0014082 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan derajat suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kompres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering

Lebih terperinci

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012 Gambaran Infeksi di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012 Nugraheni Maraelenisa Letelay 1, Ellya Rosa Delima 2 1. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung

Lebih terperinci

GAMBARAN PENURUNAN DEMAM PADA PASIEN DEMAM TIFOID DEWASA SETELAH PEMBERIAN FLUOROQUINOLONE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

GAMBARAN PENURUNAN DEMAM PADA PASIEN DEMAM TIFOID DEWASA SETELAH PEMBERIAN FLUOROQUINOLONE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK GAMBARAN PENURUNAN DEMAM PADA PASIEN DEMAM TIFOID DEWASA SETELAH PEMBERIAN FLUOROQUINOLONE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2007 Angelina, 2009. Pembimbing I : Budi Widyarto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhage Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan. merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari (Astari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan. merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari (Astari, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Lansia (Lanjut usia) adalah sekelompok orang dengan usia lanjut yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang

Lebih terperinci

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Leukemia Mieloid Akut (LMA) adalah salah satu kanker darah yang ditandai dengan transformasi ganas dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid. Bila

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty dan atau Aedes albopictus. Infeksi virus

Lebih terperinci

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No. PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN PERIODE 10 APRIL 30 MEI 2015 Halisah 1, Riza Alfian

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH :

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH : GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI 2013 - DESEMBER 2013 OLEH : LUSIA A TARIGAN 110100243 NIM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO Siti Nurmanti Badu, Teti Sutriyati Tuloli, Nurain Thomas *) *) Jurusan Farmasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014. HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014 Oleh : PUTRI YUNITA SIREGAR 120100359 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia demam tifoid sering disebut dengan penyakit tifus. Penyakit ini biasa dijumpai di daerah sub tropis terutama di daerah dengan sumber mata air yang tidak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS ABSTRAK PERBEDAAN RERATA JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN MANIFESTASI PERDARAHAN NEGATIF-RINGAN DAN SEDANG-BERAT DI RSUP SANGLAH TAHUN 2015 Trombositopenia adalah salah satu dari

Lebih terperinci

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PREVALENSI DAN MORTALITAS PADA ANAK-ANAK AKIBAT DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI 2006 SAMPAI DENGAN DESEMBER 2006 Dharma Indraprasta, 2007; Pembimbing: H. Tisna

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Parasitemia Menurut Ndungu et al. (2005), tingkat parasitemia diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat ringan (mild reaction), tingkat sedang (severe reaction),

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas.

Lebih terperinci

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN Herlyanie 1, Riza Alfian 1, Luluk Purwatini 2 Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditransmisikan oleh nyamuk Ae. Aegypti. 1 Menyebabkan banyak kematian pada anakanak sekitar 90 % dan biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR Siti Nasrah 1, Andi Intang 2, Burhanuddin Bahar 3 1 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 Albert Jonathan, 2013 Pembimbing 1 : Oeij Anindita Adhika, dr., M.kes Pembimbing 2 : Sri Utami Sugeng, Dra.,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 Nugraheni M. Letelay, 2013. Pembimbing I : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes Latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011 GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011 Rinaldy Alexander 1, July Ivone 2, Susy Tjahjani 3 1. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Lebih terperinci

EVALUASI KETEPATAN DOSIS ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG BULAN AGUSTUS- DESEMBER TAHUN 2015

EVALUASI KETEPATAN DOSIS ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG BULAN AGUSTUS- DESEMBER TAHUN 2015 EVALUASI KETEPATAN DOSIS ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG BULAN AGUSTUS- DESEMBER TAHUN 2015 ARTIKEL Oleh RIZKA NAFI ATUZ ZAHRO NIM. 050112a079

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...viii SUMMARY... ix DAFTAR

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN MULTIPEL MIELOMA PADA BERBAGAI TAHAP PEMBERIAN KEMOTERAPI ( Studi Observasional di RSUP Dr. Kariadi Semarang )

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN MULTIPEL MIELOMA PADA BERBAGAI TAHAP PEMBERIAN KEMOTERAPI ( Studi Observasional di RSUP Dr. Kariadi Semarang ) 1 PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN MULTIPEL MIELOMA PADA BERBAGAI TAHAP PEMBERIAN KEMOTERAPI ( Studi Observasional di RSUP Dr. Kariadi Semarang ) THE DIFFERENCE OF HEMOGLOBIN LEVEL ON VARIOUS CYCLES OF

Lebih terperinci

ABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE

ABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE ABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE Andy Sudjadi, 2006; Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes Pembimbing II

Lebih terperinci

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012 Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012 Tirta A, Dewiarti AN, Wahyuni A Medical Faculty of Lampung University Abstract

Lebih terperinci

ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN WIDAL TERHADAP KULTUR SALMONELLA SPECIES SEBAGAI PENUNJANG DIAGNOSIS DEMAM TIFOID

ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN WIDAL TERHADAP KULTUR SALMONELLA SPECIES SEBAGAI PENUNJANG DIAGNOSIS DEMAM TIFOID ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN WIDAL TERHADAP KULTUR SALMONELLA SPECIES SEBAGAI PENUNJANG DIAGNOSIS DEMAM TIFOID Larissa, 2007, Pembimbing Utama : Dani Brataatmadja, dr. Sp.PK Pembimbing Pendamping

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data

III. METODE PENELITIAN. cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data 34 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker nasofaring merupakan jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium Patologi Anatomi FKUI melaporkan

Lebih terperinci

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn: Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Daerah Temporalis dengan Kompres Hangat Daerah Vena Besar Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam di Ruang Perawatan Anak BPK RSUD Poso Tasnim 1) Abstrak: Kompres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta atau morbus Hansen merupakan infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Kusta dapat

Lebih terperinci