BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan II.1.1 Pengertian Pemeriksaan Pengertian mengenai pemeriksaan perlu kita ketahui terlebih dahulu sebelum melakukan audit. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya. Untuk mengetahui secara jelas, berikut ini terdapat beberapa definisi audit menurut para ahli, antara lain: Menurut Boynton dan Walter G. Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, P. A., Gania., Budi, I. S (2003) menyatakan, Pemeriksaan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti- bukti secara obyektif dengan memperhatikan pernyataan mengenai kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk meningkatkan penyesuaian antara pernyataan dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil- hasilnya kepada pemakai dan pihak yang berkepentingan ( h.4). Menurut pendapat Arens & Loebbecke (2007) menyatakan, Pemeriksaan adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria- kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seseorang yang independen dan kompeten ( h.1). 7

2 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pemeriksaan adalah suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti mengenai informasi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi yang dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten, untuk menguji kesesuaian informasi dengan kriteria yang ditetapkan serta melaporkan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. II.1.2 Jenis Jenis Pemeriksaan Menurut Arens dan Loebbecke (2007), jenis pemeriksaan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu : 1. Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang merupakan telah disajikan sesuai dengan kriteria- kriteria tertentu, yang secara umum, kriteria tersebut adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Audit Operasional Merupakan penelaahan atas bagian, prosedur maupun metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. Yang pada akhir pemeriksaan, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan. 3. Audit Ketaatan Bertujuan mempertimbangkan apakah auditee (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan oleh pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. ( h. 5-6) 8

3 Menurut Agoes (2007), jenis pemeriksaan jika ditinjau dari luasnya pemeriksaan, dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 1. Pemeriksaan Umum (General Audit) Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang independen dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik dan memperhatikan kode etik akuntan Indonesia yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. 2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit) Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang independen dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. (h.12) Menurut Agoes (2007) menyatakan, temuan audit yang baik mencakup: 1. Criteria Merupakan ukuran atau standar yang harus diikuti atau kondisi yang seharusnya ada. 2. Statement of Condition Menyatakan bagaimana kenyataan atau kondisi yang terjadi di perusahaan. 9

4 3. Effect Merupakan akibat dari kenyataan atau kondisi yang terjadi di perusahaan. 4. Cause Apa penyebab terjadinya kondisi tersebut di perusahaan dan bagaimana terjadinya.(h. 240) II.2 Pemeriksaan Operasional II.2.1 Pengertian Pemeriksaan Operasional Pemeriksaan operasional merupakan pengembangan dari pemeriksaan keuangan dimana dalam pemeriksaan operasional yang dinilai bukan saja aspek keuangan tetapi juga aspek yang bersifat non keuangan. Berikut beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai pemeriksaan operasional : Menurut Arens dan Loebbecke (2007) menyatakan, Pemeriksaan operasional adalah suatu tinjauan terhadap setiap bagian dari prosedur dan metode suatu organisasi dengan tujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitas. (h. 4) Agoes (2007) mendefinisikan, Pemeriksaan operasional adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasional telah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. (h. 176) 10

5 Tunggal (2001) mendefinisikan, Pemeriksaaan Operasional merupakan pendekatan sistematis dan komprehensif atas operasi suatu perusahaan yang dilakukan dengan maksud untuk menentukan apakah tujuan perusahaan yang ditetapkan telah tercapai, mengidentifikasikan bidang bidang kegiatan dimana usaha penyempurnaaan perlu dilakukan, serta merekomendasikan tindakan perbaikan berdasarkan tujuan perusahaan, norma intern perusahaan yang telah ditetapkan, standar industri dimana perusahaan berada (h.70). Dari definisi diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Pemeriksaan operasional merupakan penilaian yang bersifat bebas ( tidak memihak), selektif, sistematis, analitis. b. Hasil pemeriksaan berupa rekomendasi / saran perbaikan c. Dapat dilakukan oleh Akuntan maupun non Akuntan, yaitu orang yang ahli pada bidang yang diperiksa. d. Berhubungan dengan efisiensi dan efektifitas semua aspek dari kegiatan operasi perusahaan. II.2.2 Ruang Lingkup Pemeriksaan Operasional Manajemen yang melakukan pemeriksaan harus memahami ruang lingkup dari pemeriksaan secara keseluruhan, baik yang berada di luar lingkup akuntansi dan catatan keuangan, untuk benar- benar dapat memahami segala operasional yang menjadi bahan review. Ruang lingkup pemeriksaan operasional yang bersifat umum adalah suatu penilaian yang dilakukan terhadap setiap departemen yang ada di perusahaan. Sedangkan ruang lingkup pemeriksaan operasional yang bersifat khusus adalah suatu penilaian yang dilakukan terhadap 11

6 bidang persoalan atau permasalahan yang hanya dibatasi pada satu departemen tertentu. II.2.3 Jenis Jenis Pemeriksaan Operasional Menurut Arens dan Loebbecke (2007), pemeriksaan operasional terdiri dari : a. Fungsional Fungsi adalah sarana untuk mengkategorikan aktivitas suatu perusahaan, seperti fungsi pembelian dan utang serta pengeluaran kas, sesuai dengan namanya, pemeriksaan operasional berkaitan dengan satu fungsi ataupun lebih di dalam suatu organisasi. Pemeriksaan fungsional mempunyai manfaat yang memungkinkan auditor untuk melakukan spesialisasi agar dapat lebih mengembangkan keahliannya pada satu bidang, namun kekurangan dari pemeriksaan fungsional adalah tidak mengevaluasi fungsi yang saling berkaitan. b. Organisasional Pemeriksaan organisasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan dari suatu pemeriksaan adalah seberapa efisien dan efektif fungsi- fungsi yang terkait saling berinteraksi dan rencana organisasi serta metode untuk menkordinasikan aktivitas yang terjadi. 12

7 c. Penugasan Khusus Penugasan pemeriksaan operasional khusus timbul atas permintaan manajemen, dimana ada banyak variasi dalam pemeriksaan seperti ini; misalkan penyelidikan kemungkinan adanya kecurangan di dalam suatu divisi atau penentuan penyebab tidak efektifnya suatu sistem pengolahan data elektronik.(h ) II.2.4 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan Operaional Agoes (2007) menyatakan, tujuan pemeriksaan operasional adalah : a. Untuk menilai kinerja atau performance dari manajemen dan berbagai fungsi perusahaan. b. Untuk menilai apakah berbagai fungsi sumber daya (manusia, mesin, dana) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis. c. Untuk menilai efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak. d. Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada pihak manajemen untuk memperbaiki kelemahan - kelemahan yang terdapat dalam penerapan struktur pengendalian intern, sistem pengendalian manjemen, prosedur operasional perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas, ekonomis dari kegiatan operasi perusahaan.(h.177) 13

8 Menurut Bayangkara (2008), tujuan pemeriksaan operasional adalah untuk mencapai 3E, yaitu : 1. Efektivitas (Effectivity) adalah suatu tingkat kebehasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya, baik ditinjau dari segi kualitas hasil kerja, maupun target batas waktu. 2. Kehematan (Economy) merupakan ukuran input yang digunakan dalam berbagai program yang dikelola. Artinya, jika perusahaan mampu memperoleh sumber daya yang digunakan dalam operasi dengan pengorbanan yang kecil, berarti perusahaan telah mampu memperoleh sumber daya secara ekonomis. 3. Efisiensi (Efficiency) merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan otput dalam operasi perusahaan. (h.10-14) Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pemeriksaan operasional adalah untuk memeriksa efisiensi, efektivitas, dan ekonomis suatu fungsi di dalam perusahaan dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki kelemahan yang ada. Manfaat pemeriksaan operasional menurut Tunggal (2001) adalah: a. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan- catatan, laporan dan pengendalian. b. Memberikan informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan. c. Menilai ekonomisasi dan efisensi penggunaan sumber daya termasuk memperkecil pemborosan. 14

9 d. Mengetahui efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan. (h.16) Sasaran dari pemeriksaan operasional adalah bagaimana mengusahakan agar kegiatan operasi perusahaan dapat dilaksanakan secara efisien, efektif, ekonomis. II.2.5 Tahapan Pemeriksaan Operasional Menurut Agoes (2007), tahapan pemeriksaan operasional terdiri dari : 1. Survey Pendahuluan (Preliminary Survey) Tujuan dari preliminary survey adalah untuk mendapatkan informasi umum dalam waktu relatif singkat, mengenai semua aspek dari organisasi, kegiatan atau sistem yang mempertimbangkan untuk diperiksa, agar dapat diperoleh pengetahuan atau gambaran yang memadai mengenai obyek pemeriksaan. 2. Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen (Review and Testing Of Management Control Sytem) Mempunyai tujuan : a. Untuk mendapatkan bukti- bukti mengenai ketiga elemen dari tentative pemeriksaan obyektif dengan melakukan pengetesan terhadap transaksi perusahaan yang berkaitan dengan sistem pengendalian manajemen. b. Untuk memastikan bahwa bukti- bukti yang diperoleh dari perusahaan adalah kompeten jika pemeriksaan diperluas ke dalam detail exam (pemeriksaan terinci). 15

10 3. Pengujian Terinci (Detail Examination) Dalam tahap ini auditor harus mengumpulkan bukti bukti yang cukup kompeten, material, dan relevan untuk dapat menentukan tindakan apa saja yang harus dilakukan manajemen dan karyawan perusahaan yang melakukan penyimpangan terhadap kriteria dalam pemeriksaan obyektif dan bagaimana efek dari penyimpangan tersebut dan besar kecilnya efek kerugian yang dialami perusahaan. 4. Pengembangan Laporan (Report Development) Temuan pemeriksaan harus dilengkapi dengan kesimpulan dan saran serta harus direview oleh manajer sebelum didiskusikan dengan auditor. (h ) II.3 Sistem Pengendalian Intern II.3.1 Pengertian dan Tujuan Sistem Pengendalian Intern Menurut Agoes (2007), Pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa satuan usaha yang spesifik akan dapat dicapai (h. 58). Menurut SPAP (2007) menyatakan bahwa, Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yang terdiri dari : 16

11 1. Keandalan Laporan Keuangan. Manajemen bertanggung jawab dalam menyediakan laporan keuangan bagi investor, kreditor, dan pengguna lainnya. Dan manajemen mempunyai kewajiban untuk menjamin bahwa informasi yang ada sesuai dengan standar pelaporan. 2. Efektivitas dan Efisiensi Operasi. Pelaksanaan pengendalian intern dalam suatu organisasi dilakukan agar operasi perusahaan dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Dalam pengertian lain, dapat terjadi penghematan sumber daya dengan hasil yang optimal dan tercapainya tujuan perusahaan dalam batas waktu yang telah ditentukan. 3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Dalam menjalankan operasinya, perusahaan harus mematuhi hukum dan peraturan yang berkaitan dengan akuntansi yang berlaku. (h ) II.3.2 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Menurut SPAP (2007), Pengendalian intern terdiri dari lima unsur pokok : 1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendalian terdiri dari : 17

12 1. Intergritas dan nilai-nilai etika 2. Komitmen terhadap kompentensi 3. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit 4. Falsafah dan gaya operasi manajemen 5. Struktur organisasi 6. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab 7. Kebijakan dan prosedur kepegawaian. 2. Penaksiran Resiko Penaksiran Resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis dan pengelolaan resiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Resiko dapat timbul karena : 1. Perubahan dalam lingkungan operasi 2. Personel baru 3. Sistem Informasi yang baru atau yang diperbaiki 4. Teknologi baru 5. Standar Akuntansi Baru 6. Operasi luar negeri 7. Lini Produk atau aktivitas baru 3. Informasi dan Komunikasi Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam maupun yang berada di luar organisasi. 18

13 4. Aktivitas Pengendalian Kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen telah dilaksanakan. 5. Pemantauan Aktivitas pemantauan berkaitan dengan penilaian efektivitas rancangan dan operasional sistem pengendalian intern secara periodik dan terus- menerus oleh manajemen untuk melihat apakah telah dilaksanakan dengan semetinya dan telah diperbaiki sesuai keadaan.(h ) II.4 Saluran Distribusi II.4.1 Pengertian Saluran Distribusi Untuk memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen, maka terdapat faktor penting yang harus dipilih adalah memilih secara tepat saluran distribusi yang akan digunakan. Untuk lebih jelasnya terdapat pengertian saluran distribusi oleh beberapa para ahli. Menurut Kotler dan Armstrong (2001) menyatakan bahwa, Saluran distribusi adalah seperangkat organisasi yang saling tergantung satu sama lain yang terlibat dalam proses penyediaan suatu produk atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. (h. 7). Menurut Basu Swastha (1998) mendefinisikan, Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang dari produsen ke konsumen atau pemakai industri (h. 200). 19

14 Dari definisi diatas dapt disimpulkan bahwa, saluran distribusi merupakan suatu jalur yang dilalui oleh barang atau jasa dari produsen ke konsumen yang mengakibatkan berpindahnya hak milik atas barang dan jasa tersebut. II.4.2 Jenis jenis Saluran Distribusi Menurut Kotler& Armstrong yang diterjemahkan oleh Damos Sihombing (2001), menyatakan jenis saluran distribusi terdiri dari : 1. Distribusi langsung Dalam distribusi langsung tidak ada perantara yang digunakan oleh perusahaan, dimana pembeli dapat membeli langsung produk ke produsen. Contoh jika seseorang membeli sayur kepada petani untuk dikonsumsi. 2. Distribusi Tidak Langsung Dalam distribusi tidak langsung terdapat lebih dari satu pedagang perantara yaitu pedagang besar dan pengecer. Contohnya produsen televisi yang menjual produknya langsung kepada pengecer seperti Carefour. ( h.9) II.4.3 Konflik Distribusi Menurut Kotler& Armstrong yang diterjemahkan oleh Damos Sihombing (2001) menyatakan bahwa, Konflik distribusi adalah ketidaksepakatan antara anggota saluran pemasaran tentang sasaran dan peran- siapa yang harus nelakukan apa dan untuk manfaat apa. Konflik distribusi terdiri dari : 20

15 1. Konflik horizontal Konflik horizontal timbul di antara perusahaan perusahaan pada tingkat distribusi yang sama. 2. Konflik vertikal Konflik vertikal merupakan konflik yang timbul di antara tingkatan yang berbeda untuk satu distribusi yang sama. (h.14) II.4.4 Fungsi fungsi Saluran Distribusi Menurut Kotler& Armstrong yang diterjemahkan oleh Damos Sihombing (2001) fungsi fungsi saluran distribusi terdiri dari: 1. Informasi Mengumpukan dan mendistribusikan riset pemasaran dan informasi intelejen tentang faktor- faktor dan kekuatan kekuatan dalam lingkungan pemasaran yang dibutuhkan untuk merencanakan dan membantu terjadinya pertukaran. 2. Promosi Mengembangkan dan menyebarluaskan komunikasi persuasif berkenaan dengan suatu penawaran. 3. Kontrak Menemukan dan berkomunikasi dengan pembeli prosfektif. 4. Mencocokan Membentuk dan menyesuaikan penawaran terhadap kebutuhan pembelian, termasuk kegiatan seperti manufatur, memilah, merakit, dan mengemas. 21

16 5. Negosiasi Mencapai suatu kesepakatan mengenai harga dan kondisi lain sehingga transfer kepemlikan dapat dilakukan. 6. Pemesanan Komunikasi terbaik dari anggota saluran pemasaran dengan produsen mengenai minat pembeli. 7. Pengambilan Resiko Asumsi resiko berhubungan dengan pelaksanaan fungsi saluran pemasaran tersebut. 8. Pembayaran Pembeli membayar tagihan kepada penjual melalui bank atau institusi keuangan lain.( h.152) II.4.5 Faktor- faktor yang mempengaruhi pemilihan Saluran Distribusi Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh dan Ronny, A. Rusli (2005) faktor- faktor yang mempengaruhi pemilihan saluran distribusi terdiri dari : a. Pertimbangan Pasar Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah : 1. Konsumen atau pasar industri Apabila pasarnya berupa pasar industri, maka pengecer jarang atau bahkan tidak pernah digunakan dalam saluran ini. 22

17 2. Jumlah konsumen potensial Jika jumlah konsumen relatif kecil dalam pasarnya maka perusahaan dapat mengadakan penjualan langsung kepada pemakai. 3. Konsentrasi geografis Untuk daerah konsentrasi yang mempunyai tingkat kepadatan yang tinggi maka perusahaan dapat menggunakan distributor sendiri. 4. Ukuran pesanan Jika volume yang dibeli oleh pemakai industri adalah kecil maka peusahaan dapat menggunakan distributor industri. 5. Kebiasaan membeli dari konsumen Seperti tertariknya pada pembeliaan dengan kredit serta tertarik tidaknya pada pelayanan penjual adalah mempengaruhi politik penyaluran. b. Pertimbangan produk Beberapa faktor yang harus diperhatikan : 1. Nilai unit Apabila nilai unit relatif tinggi maka saluran distribusinya pendek atau langsung. Jika nilai unitnya makin rendah maka saluran distribusinya makin panjang. 2. Luas dan berat Manajemen harus mempertimbangkan ongkos angkut dalam hubungannya dengan nilai produk secara keseluruhan. 23

18 3. Sifat teknis Untuk jenis barang industri, biasanya disalurkan secara langsung kepada pemakai industri. Dalam hal ini penjual dapat menerangkan masalah teknis penggunaan dan pemeliharaan serta servis yang baik sebelum dan sesudah penjualan. 4. Produk standard dan produk pesanan Apabila produk yang dijual berupa produk standar maka perlu diadakan penyaluran.jika atas pesanan maka penyalur tidak perlu mengadakan persediaan. 5. Luasnya produk lini Jika produsen membuat satu macam produk maka dapat menggunakan pedagang besar sebagai penyalurnya.tetapi apabila macam produksinya banyak maka bisa langsung menjual ke pengecer. c. Pertimbangan perusahaan Beberapa faktor yang harus diperhatikan ; 1. Ukuran perusahaan Perusahaan yang besar mampu menggunakan saluran yang lebih pendek daripada perusahaan kecil, serta pengawasan saluran untuk produknya. 2. Sumber keuangan Perusahaan yang kuat dalam segi financialnya dapat menggunakan perantara lebih sedikit daripada perusahaan yang financialnya lemah. 24

19 3. Pengawasan saluran Perusahaan terkadang memilih saluran distribusi yang pendek kerena ingin mengawasi saluran distribusinya, walaupun biaya yang dikeluarkan tinggi dan juga produsen dapat menjaga kesegaran persediaan produk. d. Pertimbangan Perantara Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan : 1. Kesediaan Perantara Produsen lebih memilih menggunakan penyalur yang tidak menjual barang saingan lainya tetapi harus dapat membawa produknya dalam bersaing. 2. Biaya Apabila penggunaan perantara dapat memperingan atau memperkecil biaya penyaluran, maka hal ini dapat terus dilakukan. 3. Volume Penjualan Produsen cenderung memilih perantara yang dapat menawarkan produknya dalam jumlah yang relatif besar untuk jangka waktu yang lama. 4. Servis yang diberikan Perantara Perantara yang memberikan servis yang baik akan digunakan oleh produsen sebagai penyalur atas produknya. (h ) 25

20 II.4.6 Sasaran Distribusi Menurut Kotler dan Armstrong yang diterjemahkan oleh Damos Sihombing (2001) mengemukakan sasaran distribusi adalah: a. Karakteristik Produk Produk sangat dipengaruhi oleh desain saluran, produk yang tidak tahan lama membutuhkan pemasaran yang langsung karena adanya kemungkinaan keterlambatan. Produk yang berukuran besar membutuhkan saluran yang dapat mempersingkat jarak pengiriman dan jumlah penanganan selama perjalanan dari produsen ke konsumen b. Karakteristik Pesaing Rancangan saluran dipengaruhi oleh saluran pesaing, para produsen ingin bersaing di dekat toko- toko pengecer yang menjual produk yang sama dari perusahaan lain. c. Karakteristik Perusahaan Ciri- ciri perusahaan produsen banyak mempengaruhi pemilihan saluran, antara lain : 1. Sumber daya keuangan adalah sangat menentukan fungsi pemasaran, manakah yang bisa ditangani dan tugas mana yang bisa dilimpahkan kepada perantara. 2. Ukuran besar kecilnya perusahaan dan kemampuan melayani para penyalur. 3. Bauran produk perusahaan. Semakin luas bauran produk semakin luas kemampuan produsen menangani konsumen secara langsung. 26

21 d. Karakteristik lingkungan Desain saluran distribusi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadan ekonomi, peraturan pemerintah. Apabila keadaan ekonomi sedang tidak stabil sebaiknya menggunakan saluran distribusi yang panjang. e. Karakteristik Perantara Perusahaan harus menemukan perantara yang bersedia dan mampu melakukan tugas yang dibutuhkan. Setiap perantara berbeda satu dengan yang lain, baik dalam hal kemampuan mereka menangani promosi, hubungan dengan pelanggan, penyimpangan, dan kredit. II.4.7 Bentuk- bentuk Saluran Distribusi Saluran distribusi dicirikan dengan memperlihatkan banyaknya tingkat atau bentuk saluran distribusi. Bentuk- bentuk saluran distribusi menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh dan Ronny, A. Rusli (2005) terdiri dari : a. Saluran nol tingkat ( Zero level channel) Produsen - Konsumen Akhir Disebut juga saluran distribusi langsung atau saluran distribusi yang paling sederhana, dimana produsen secara langsung menjual barang kepada konsumen akhir. Adapun cara- cara yang dilakukan dalam pemasaran langsung yaitu dari pintu ke pintu, dari toko yang dimiliki oleh produsen sendiri, pesanan melalui brosur surat (mail order). 27

22 b. Saluran satu tingkat ( One- level channel) Produsen Pengecer Konsumen Akhir Dalam saluran ini beberapa pengecer membeli secara langsung dari produsen. Yang kemudian menjual kembali kepada konsumen akhir, tetapi kondisi seperti ini tidak umum dipakai. c. Saluran dua tingkat ( Two- level channel) Produsen Pedagang Besar Pengecer Konsumen Saluran ini mempunyai dua perantara, yang terdiri dari pedagang besar dan perantara, yang kemudian diteruskan ke konsumen akhir. Disini produsen hanya menjalani penjualan dalam jumlah yang besar pada pedagang besar saja, tidak kepada pengecer. d. Saluran tiga tingkat ( Three- level channel) Produsen Pedagang Besar Pemborong Pengecer Konsumen Akhir Dalam saluran distribusi ini, terdapat tiga perantara yang terdiri dari pedagang besar, pemborong, pengecer yang kemudian akan dsalurkan ke konsumen akhir. Sasaran penjualan yang dijalankan oleh produsen adalah ditujukan kepada pengecer saja. ( h.185) II.5 Tipe Perantara Suatu perusahaan harus mengidentifikasi tipe anggota saluran distribusi yang tersedia untuk menjalankan tugas penyaluran produk perusahaan. Menurut Kotler dan Armstrong yang diterjemahkan oleh Damos Sihombing (2001) menyatakan Tipe perantara terdiri dari : 28

23 1. Tenaga Penjual Perusahaan Menambah jumlah tenaga penjual langsung perusahaan dengan cara menugaskan tenaga penjual ke berbagai wilayah dan memerintahkan mereka menghubungi semua prospek di setiap wilayah atau membentuk tenaga penjual yang berbeda untuk industri yang berbeda. 2. Agen Produsen Menyewa agen agen produsen, maksudnya suatu perusahaan independent yang tenaga penjualnya menangani produk yang berkaitan dari berbagai macam perusahaan di wilayah atau industri yang berbeda untuk menjual produk mereka. 3. Distributor Industri Mencari distributor di wilayah atau industri yang berbeda yang akan membeli dan menjual produk mereka dengan cara memberikan mereka distribusi ekslusif, marjin yang menarik, pelatihan produk dan dukungan promosi.( h. 25) II. 6 Motivasi Anggota Saluran Distribusi Para perantara harus dimotivasi agar menjalankan tugasnya dengan sebaikbaiknya. Menurut Kotler dan Armstrong yang diterjemahkan oleh Damos Sihombing (2001) terdapat tiga pendekatan dalam memotivasi anggota saluran distribusi yang terdiri dari : 29

24 1. Pendekatan Bekerja sama ( Cooperative Approach) Dalam pendekatan ini produsen mempunyai berbagai cara untuk menjalani kerja sama dengan para perantara. Perusahaan dapat menggunakan motivator motivator yang bersifat positif seperti memberikan keuntungan lebih dan pelayanan istimewa dan juga perusahaan dapat menggunakan motivator motivator yang bersifat negatif seperti ancaman mengurangi laba dan terlambatnya pengiriman barang atau bahkan memutuskan hubungan kerja sama. 2. Pendekatan Berpatner ( Patnership Approach) Dalam pendekatan ini banyak perusahaan mapan mencoba menggalang kerja sama jangka panjang dengan para penyalurnya. Perusahaan menciptakan gambaran yang jelas tentang apa yang diinginkan dari para penyalur dan tentang apa yang diperoleh penyalur sehubungan dengan luas cakup pasar, pengadaan produk, perkembangan pasar, permohonan harga, nasehat dan servis serta informasi pasar. 3. Memprogram Distribusi Dalam pendekatan ini perusahaan harus menentukan suatu tingkatan motivasi yang tepat. Dalam mengadakan motivasi, perusahaan dapat memulainya dari yang terendah yang meliputi : a. Penentuan potongan harga bagi penyalur untuk membeli dalam jumlah besar. b. Pemberian hak hak territorial, maksudnya meberikan hak penyalur tunggal di daerah penjualan penyalur. 30

25 c. Memberikan pelayanan tertentu kepada penyalur, misalnya bantuan teknis kepada penyalur.( h.30) II.7 Intensitas Perantara Menurut Kotler dan Armstrong yang diterjemahkan oleh Damos Sihombing (2001) agar saluran distribusi berjalan secara efektif dan efisien, maka perusahaan perlu menentukan jumlah perantara untuk ditempatkan sebagai perdagang besar atau pengecer yaitu dengan menentukan alternatif yang akan digunakan, yang terdiri dari : 1. Saluran distribusi ekslusif Saluran ini dilakukan oleh produsen dengan memberi hak esklusif kepada sejumlah tertentu penyalur untuk mendistribusikan produk perusahaan di wilayah mereka masing- masing. Hal ini dilakukan untuk jenis barang spesial (barang yang memiliki ciri unik dan merek yang khas) dimana sekelompok konsumen berusaha untuk memperolehnya. Contohnya ; mobil sport yang mewah. 2. Saluran distribusi selektif Perusahaan yang menggunakan saluran distribusi ini berusaha memilih jumlah pedagang besar atau pengecer yang terbatas jumlah daerah geografis. Biasanya saluran ini digunakan untuk barang belanjaan (shooping goods) 31

26 3. Saluran distribusi intensif Saluran distribusi intensif digunakan oleh produsen yang memproduksi barang kebutuhan sehari hari dan menyimpan produk mereka sebanyak mungkin di outlet. Hal ini dimaksudkan agar konsumen dengan mudah dapat memperoleh produk yang ditawarkan oleh perusahaan. (h. 26) II.8 Prosedur Distribusi Prosedur distribusi merupakan salah satu pedoman bagi perusahaan dalam menyalurkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen. Dengan adanya prosedur distribusi yang dibuat oleh perusahaan diharapkan dapat mendorong kegiatan distribusi berjalan secara efektif dan efisien. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam prosedur distribusi: 1. Saat terjadi pemesanan Saat pemesanan sangat tergantung pada tersedianya barang di gudang. Apabila barang tersedia di gudang maka perusahaan dapat menerima pesanan barang sesuai besarnya kuantitas barang yang diinginkan. 2. Saat pengiriman barang Faktor yang mempengaruhi dalam pengiriman meliputi, alat transportasi yang digunakan, ketepatan waktu pengiriman, ketepatan jumlah barang, ketepatan kualitas barang. 3. Saat barang tiba Barang yang telah dikirim dari gudang penjual harus tiba di gudang pembeli dalam jumlah yang tepat, waktu yang pengiriman yang sesuai dan kualitas barang yang baik. 32

27 II.8.1 Dokumen Sumber Mengacu pada pendapat Boockholdt (1999) dokumen sumber yang digunakan dalam kegiatan distribusi adalah sebagai berikut: 1. Sales invoice: a document mailed to customers informing them of the amount due from them because of shipments. 2. Sales order: a document on which the sales department records an order from a customers. 3. Shipping notice: a document completed by the shipping department to notify the billing department that a shipment has been made. 4. Credit memo: a document that records a sales return. 5. Remittance advice: a document returned by customers with their payments. (p.539). 33

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Audit dan Jenis-jenis Audit II.1.1. Pengertian Audit Perusahaan-perusahaan harus melakukan audit atas laporan keuangan maupun audit atas operasi dan audit atas ketaatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Saluran Distribusi Pada perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung menjual barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) yaitu Auditing adalah suatu proses sistematis

BAB II LANDASAN TEORI. diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) yaitu Auditing adalah suatu proses sistematis BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit II.1.1 Pengertian Audit Ada banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai audit. Salah satunya menurut William F. Messier, Steven M. Glover dan Douglas F. Prawitt

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran 2.1.1 Pengertian Bauran Pemasaran Dalam menjalankan kegiatan pemasaran, perusahaan mengenal dan menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari tujuh unsur yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tunggal, A.W. (2008), Audit operasional merupakan audit atas operasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. Tunggal, A.W. (2008), Audit operasional merupakan audit atas operasi yang BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit Operasional II.1.1. Pengertian Audit Operasional Ada beberapa pengertian mengenai audit operasional menurut para ahli. Menurut Tunggal, A.W. (2008), Audit operasional

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan, dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Perusahaan melakukan kegiatan pemasaran pada saat perusahaan ingin memuaskan kebutuhannya melalui sebuah proses transaksi. Pemasaran juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit Secara garis besar Auditing dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas yang membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya audit bertujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. auditing. Berikut ini merupakan beberapa pengertian mengenai auditing yang

BAB II LANDASAN TEORI. auditing. Berikut ini merupakan beberapa pengertian mengenai auditing yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemeriksaan (Auditing) II.1.1 Pengertian auditing Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan audit operasional, terlebih dahulu diperlukan pemahaman mendasar mengenai pengertian

Lebih terperinci

Strategi Distribusi A. Pengertian Dan Arti Penting Saluran Distribusi

Strategi Distribusi A. Pengertian Dan Arti Penting Saluran Distribusi Strategi Distribusi A. Pengertian Dan Arti Penting Saluran Distribusi Keputusan mengenai saluran distribusi dalam pemasaran adalah merupakan salah satu keputusan yang paling kritis yang dihadapi manajemen.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut Adi (2006:6) adalah suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah direncanakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul Pengaruh Saluran Distribusi Terhadap Peningkatan Volume Penjualan Produk Pocari Sweat pada

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pemasaran dan Bauran Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup sebuah perusahaan, perkembangan

Lebih terperinci

Copyright Rani Rumita

Copyright Rani Rumita Strategi Distribusi Topik yang Dibahas Bagaimana sifat saluran pemasaran dan mengapa saluran pemasaran penting? Bagaimana perusahaan saluran berinteraksi dan diatur untuk melakukan pekerjaan saluran? Masalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA Audit operasional adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini, kita di tuntut untuk dapat memberikan yang terbaik agar dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh pengusaha untuk menyalurkan, menyebarkan, mengirimkan, serta menyampaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh pengusaha untuk menyalurkan, menyebarkan, mengirimkan, serta menyampaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Saluran Distribusi Menurut Indroyono (2000:253) distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh pengusaha untuk menyalurkan, menyebarkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan di bidang pemasaran, setiap perusahaan melakukan kegiatan penyaluran. Penyaluran merupakan kegiatan pemyampaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Seorang melakukan kegiatan pemasaran pada saat seseorang ingin memuaskan kebutuhannya. Pemasaran juga merupakan kegiatan yang pasti dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memuaskan kebutuhan konsumen atau pelanggannya akan barang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Auditing II.1.1 Definisi Auditing Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo, H.(2006:4), Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) mendifinisikan auditing yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) mendifinisikan auditing yaitu: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Auditing II.1.1 Pengertian Audit Menurut William F. Messier, Steven M. Glover dan Douglas F. Prawitt yang diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) mendifinisikan auditing yaitu:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut 6 BAB II LANDASAN TEORI A. AUDITING 1. Definisi Auditing Kata auditing diambil dari bahasa latin yaitu Audire yang berarti mendengar dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah pemeriksaan akuntan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN. a. Pengertian dan Ruang Lingkup Audit Manajemen

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN. a. Pengertian dan Ruang Lingkup Audit Manajemen BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Deskripsi Teori 1. Audit Manajemen a. Pengertian dan Ruang Lingkup Audit Manajemen Audit manajemen (management audit) adalah pengevaluasian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil. ini belum menerapkan praktek yang sehat.

BAB II LANDASAN TEORI. penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil. ini belum menerapkan praktek yang sehat. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Rateksi (2012), menganalisis sistem pengendalian internal fungsi penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemudian pengertian Audit menurut Arens dan Loebbecke (2006:4), audit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemudian pengertian Audit menurut Arens dan Loebbecke (2006:4), audit BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Pengertian Audit sebagai : Pengertian Auditing menurut Sukrisno Agoes (01:3), auditing adalah: Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dialihbahasakan oleh Amir Abadi Jusuf adalah sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. dialihbahasakan oleh Amir Abadi Jusuf adalah sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Audit Secara Umum II.1.1 Pengertian Audit Pengertian auditing menurut Arens dan Loebbecke (2006:15), yang telah dialihbahasakan oleh Amir Abadi Jusuf adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Kadang-kadang jenis audit ini

BAB II LANDASAN TEORI. dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Kadang-kadang jenis audit ini BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit Operasional II.1.1. Pengertian Audit Operasional Audit operasional (Operational Audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan penjualan atau promosi, melainkan suatu usaha pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia. Dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting

BAB II LANDASAN TEORI. Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting BAB II LANDASAN TEORI II.1 Auditing II.1.1 Pengertian Auditing Boynton, Johnson, & Kell (2003:5) mendefinisikan auditing sebagai berikut: Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI PENGARUH AUDIT INTERN (VARIABEL INDEPENDEN) NO PERTANYAAN Y N T Independensi

DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI PENGARUH AUDIT INTERN (VARIABEL INDEPENDEN) NO PERTANYAAN Y N T Independensi DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI PENGARUH AUDIT INTERN (VARIABEL INDEPENDEN) NO PERTANYAAN Y N T Independensi 1 2 3 4 5 6 Apakah internal auditor memiliki kedudukan yang independen dalam melakukan pemeriksaan

Lebih terperinci

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG BAB 1 KONSEP DASAR Makalah ini disusun untuk memenuhi penugasan terstruktur pada mata kuliah Manajemen yang dibimbing oleh Bapak Nasikhin, SE., Ak Disusun Oleh: 1. I Dewa Made Ganesha (115020000000000)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ahli, Boynton, Ziegler dan Kell (2007) mendefinisikan sebagai berikut Operational

BAB II LANDASAN TEORI. ahli, Boynton, Ziegler dan Kell (2007) mendefinisikan sebagai berikut Operational BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit Operasional II.1.1. Pengertian Audit Operasional Ada beberapa pengertian mengenai audit operasional yang dikemukakan para ahli, Boynton, Ziegler dan Kell (2007) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis pada Bab IV, penulis menyimpulkan terdapat hubungan yang positif antara pemeriksaan operasional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN B a b V. K e s i m p u l a n d a S a r a n BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, penulis dapat menyimpulkan bahwa : 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran sering diartikan oleh banyak orang sebagai kegiatan atau aktivitas dalam menjual beli barang di pasaran. Sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau keadaan yang sebenarnya yang melekat pada objek yang diperiksa. Kriteria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau keadaan yang sebenarnya yang melekat pada objek yang diperiksa. Kriteria BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pemeriksaan a. Definisi Pemeriksaan Secara umum pengertian pemeriksaan adalah proses perbandingan antara kondisi dan kriteria. Kondisi yang dimaksud disini

Lebih terperinci

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TABEL 1 DAFTAR EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL Indepedensi Auditor Internal Apakah auditor internal yang ada pada perusahaan merupakan fungsi yang terpisah dari fungsi operasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Seseorang melakukan kegiatan pemasaran pada saat seseorang ingin memuaskan kebutuhannya. Pemasaran juga merupakan kegiatan yang pasti dilakukan oleh semua

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Informasi Akuntansi Penyelenggaraan sistem akuntansi akan menyediakan informasi keuangan mengenai harta, kewajiban, dan modal perusahaan. Berdasarkan informasi-informasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto Mandiri dibatasi pada hal-hal berikut ini: a. Mengidentifikasikan kelemahan sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Kegiatan yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan

BAB II KERANGKA TEORI. Kegiatan yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan Yaitu untuk menambah wawasan dan mengetahui penerapan teori-teori yang di peroleh selama masa perkuliahan dalam bentuk karya ilmiah. 3. Bagi Peneliti lanjutan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia dituntut untuk berperan serta

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia dituntut untuk berperan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia dituntut untuk berperan serta dalam pembangunan di segala bidang agar mampu bersaing dengan negaranegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya semua perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang perdagangan, jasa, maupun manufaktur mempunyai tujuan yang sama untuk menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen, Pemasaran, dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Manajemen Istilah manajemen memiliki ruang lingkup yang sangat luas di dalam dunia bisnis, dapat berarti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Manajemen Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan pertahanan diri dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, dengan mempertahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITIAN Pengertian dan Tujuan Audit Operasional

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITIAN Pengertian dan Tujuan Audit Operasional BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITIAN 2.1 Konsep Dasar Audit Operasional 2.1.1 Pengertian dan Tujuan Audit Operasional Pada umumnya audit operasional memberi penekanan pada efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS Dosen: Putri Taqwa Prasetaningrum Disusun Oleh: Nama : Irwandi Nim : 14121041 Kelas : 21/pagi PRODI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKONOLOGI

Lebih terperinci

MANAJEMEN AUDIT. (disebut juga operational audit, functional audit, systems audit ) Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA.

MANAJEMEN AUDIT. (disebut juga operational audit, functional audit, systems audit ) Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA. MANAJEMEN AUDIT (disebut juga operational audit, functional audit, systems audit ) Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA. 1.1 PENGERTIAN MANAJEMEN AUDIT Manajemen audit atau audit operasional adalah proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Audit Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2003) sebagai berikut, audit adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang sedang ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan yang semakin

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL MUKADIMAH Dalam melaksanakan fungsi audit internal yang efektif, Audit Internal berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Standar Pelaksanaan Fungsi Audit

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan

BAB IV PEMBAHASAN. PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan piutang usaha modern market seperti

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Auditing 1. Definisi Auditing Kata auditing diambil dari bahasa latin yaitu Audit yang berarti mendengar dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah pemeriksaan akuntan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN SISTEM DAN PROSEDUR 1. Pengertian Sistem Adanya sistem dalam sebuah organisasi maupun kelompok dalam melakukan kegiatan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk

Lebih terperinci

KONSEP DASAR AUDIT. Perencanaan, Pengorganisasian Pengarahan. Sumber Daya. Informasi. Tujuan Perusahaan. Teknologi Pengawasan dan Pengendalian

KONSEP DASAR AUDIT. Perencanaan, Pengorganisasian Pengarahan. Sumber Daya. Informasi. Tujuan Perusahaan. Teknologi Pengawasan dan Pengendalian AUDIT MANAJEMEN KONSEP DASAR AUDIT Sumber Daya Perencanaan, Pengorganisasian Pengarahan Informasi Tujuan Perusahaan Teknologi Pengawasan dan Pengendalian Aktivitas audit Tujuan Audit: 1. Dapat dipercaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Auditing II.1.1 Pengertian Auditing Dalam bukunya, Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, P.A., Gania, G., & Budi, I.S. (2003:5) mendefinisikan auditing sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kondisi perekonomian yang tidak menentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan untuk menjadi lebih baik dalam memperoleh laba. Untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan untuk menjadi lebih baik dalam memperoleh laba. Untuk memperoleh Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap perusahaan tentu menginginkan adanya peningkatan dan perkembangan untuk menjadi lebih baik dalam memperoleh laba. Untuk memperoleh

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban Daftar Pertanyaan Petunjuk Pengisian Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban yang disediakan dengan singkat dan jelas dan sandainya Bapak/Ibu berkeberatan mencantumkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pemeriksaan Operasional merupakan suatu pemeriksaan atas kegiatan

BAB IV PEMBAHASAN. Pemeriksaan Operasional merupakan suatu pemeriksaan atas kegiatan BAB IV PEMBAHASAN Pemeriksaan Operasional merupakan suatu pemeriksaan atas kegiatan yang dilakukan dari sudut pandang manajemen dengan tujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitas dari setiap operasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Pemasaran Setiap perusahaan didirikan pasti erat dengan pemasaran. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan laba adalah sangat

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran berasal dari kata market yang berarti pasar, pasar dapat diartikan sebagai tempat

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran berasal dari kata market yang berarti pasar, pasar dapat diartikan sebagai tempat 8 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu fungsi pokok bagi perusahaan, karena produk yang dihasilkan perusahaan haruslah dipasarkan hingga sampai pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi

BAB II LANDASAN TEORI. Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi BAB II LANDASAN TEORI II.1. Konsep Audit II.1.1. Pengertian Audit Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003), Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam suatu perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun besar memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam suatu perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun besar memerlukan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Sistem Pengendalian Intern II.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Dalam suatu perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun besar memerlukan pengendalian intern tanpa terkecuali.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil observasi dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari hasil yang dilakukan serta mencoba untuk memberikan saran-saran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Internal 2.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian internal yang efektif dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pembahasan audit operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas pada Lei Garden Restaurant dijelaskan pada bab keempat ini. Berdasarkan ruang lingkup yang telah

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT

PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai cakupan atau jenis-jenis audit termasuk didalamnya adalah audit khusus atau investigasi. Melalui pembelajaran ini,

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN OPERASIONAL ATAS KINERJA MESIN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS (Studi kasus Pada PT Central Karya Utama di Bandar Lampung)

PEMERIKSAAN OPERASIONAL ATAS KINERJA MESIN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS (Studi kasus Pada PT Central Karya Utama di Bandar Lampung) JURNAL Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 2, September 2011 Halaman 275-288 PEMERIKSAAN OPERASIONAL ATAS KINERJA MESIN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS (Studi kasus Pada PT Central Karya Utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi ekonomi dewasa ini. Era globalisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian auditing menurut para pakar akuntansi: Menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke dalam bukunya yang berjudul

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian auditing menurut para pakar akuntansi: Menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke dalam bukunya yang berjudul BAB II LANDASAN TEORI II. 1 Auditing II.1.1 Definisi Audit Terdapat banyak pengertian auditing. Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian auditing menurut para pakar akuntansi: Menurut Alvin A. Arens

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Hal ini tentu sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Hal ini tentu sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini banyak perusahaan yang gulung tikar dimana era globalisasi berkembang dengan cepat dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Hal ini tentu sangat

Lebih terperinci

KUESIONER. Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas

KUESIONER. Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas LAMPIRAN I KUESIONER Responden yang terhormat, Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas Kristen Maranatha) mohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner mengenai

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Definisi Audit Internal Perkembangan suatu perusahaan ditandai dengan semakin banyaknya unitunit operasi perusahaan, jenis usaha, meluasnya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Auditing dan jenis-jenis Audit. Mulyadi, (2002:9) menyatakan bahwa auditing adalah:

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Auditing dan jenis-jenis Audit. Mulyadi, (2002:9) menyatakan bahwa auditing adalah: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Auditing dan jenis-jenis Audit Perkembangan jasa audit sejalan dengan berkembangnya kebutuhan, baik bagi pihak manajemen maupun pihak luar manajemen yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengendalian internal II.1.1. Definisi Pengendalian internal Ada beberapa pendapat ahli mengenai definisi Pengendalian Internal, antara lain: a) Menurut Institut Akuntan Publik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan di dunia usaha semakin tinggi dan ketat, disamping itu

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan di dunia usaha semakin tinggi dan ketat, disamping itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perekonomian yang memasuki era globalisasi dewasa ini menyebabkan persaingan di dunia usaha semakin tinggi dan ketat, disamping itu perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perusahaan dituntut untuk profesional dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perusahaan dituntut untuk profesional dalam menjalankan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perusahaan dituntut untuk profesional dalam menjalankan kegiatan operasinya agar dapat bersaing dengan para pesaingnnya dengan menjalankan kontrol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Audit Internal Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit eksternal. Faktor utama diperlukannya audit internal adalah meluasnya rentang kendali

Lebih terperinci

AFLY YESSIE, SE, Msi

AFLY YESSIE, SE, Msi MANAJEMEN AUDIT MATERI KULIAH TUJUAN AUDIT MANAJEMEN Penyusun Oleh: AFLY YESSIE, SE, Msi PROGRAM S1 JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA Ta. 2010/2011 TUJUAN AUDIT MANAJEMEN 1 Audit manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Konsep Audit II.1.1. Pengertian Audit Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, Gania, dan Budi (2003:h.5) mendefinisikan, Auditing sebagai suatu proses sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam perekonomian, perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis memegang peranan penting dalam sistem ekonomi, sehingga dalam dunia usaha dewasa ini muncul

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian yang dilakukan oleh Dian Radiani (2004) dengan judul Peranan

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian yang dilakukan oleh Dian Radiani (2004) dengan judul Peranan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi ide awal dari penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dian Radiani (2004) dengan judul Peranan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era pasar bebas dan globalisasi sekarang ini. Tingkat persaingan di dalam dunia usaha semakin tinggi. Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemeriksaan intern adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemeriksaan intern adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pemeriksaan Intern a. Pengertian Pemeriksaan Intern Pemeriksaan intern adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Audit Operasional Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan perencanaan pemeriksaan. Perencanaan pemeriksaan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Uraian Teoritis 1. Pengertian Kas Sebelum penulis menguraikan arti dari penerimaaan kas, terlebih dahulu penulis akan menguraikan lebih rinci mengenai pengertian kas, dimana dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit 2.1.1 Pengertian Audit Pengertian audit yang diberikan oleh beberapa ahli mengenai audit adalah sebagai berikut: Menurut Agoes (2008:3), auditing adalah : Suatu pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Internal Audit 2.1.1 Pengertian internal audit Internal Auditing adalah penilaian yang dilakukan oleh pegawai perusahaan yang terlatih, mengenai keakuratan, dapat dipercaya,

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomis suatu perusahaan.

Lebih terperinci

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 (24 November) Akuntan 49.348 50.879 52.270 53.800 53.800*) Akuntan Publik 928 995 1.016 1.003 1.055 KAP 408 417 396 387 394 Cabang KAP

Lebih terperinci