UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR LAUNDRYSEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN KARBON AKTIF TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinuscarpio L)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR LAUNDRYSEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN KARBON AKTIF TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinuscarpio L)"

Transkripsi

1 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 12 UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR LAUNDRYSEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN KARBON AKTIF TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinuscarpio L) Yuli Pratiwi 1, Sri Sunarsih 1,Winda Febria Windi 2 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Sains Terapan 2 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Sains Terapan,Institut Sains & Teknologiakprind Yogyakarta tiwiyul@yahoo.co.id INTISARI Limbah cair laundry mengandung deterjen yang dapat menyebabkan pencemaran air dan bersifat toksik bagi bioindikator (Cyprinus carpio L). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas limbah cair laundry dan toksisitas limbah cair laundry terhadap Lethal Concentration %(LC ) bioindikator, sebelum dan sesudah diolah dengan tawas dan karbon aktif.limbah diambil dari salah satu usaha laundry yang berada di wilayah Kelurahan Demangan Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dalam lima tahap yaitu : 1) uji toksisitas limbah sebelum pengolahan; 2) menentukan volume tawas (8,, 1, 1, dan 16 ml) serta tinggi karbon aktif (,,,, dan cm) yang optimum. 3) proses pengolahan limbah cair laundry dengan tawas dan karbon aktif optimum; 4) uji toksisitas limbah sesudah pengolahan dengan tawas dan karbon aktif; 5) analisis limbah cair sebelum dan sesudah pengolahan (deterjen, COD, TSS, dan fosfat dengan spektrofotometer DR HACH, ph dengan kertas indikator ph, temperatur dengan thermometer, konduktivitas dan TDS dengan Conductivity/TDS meter HACH, serta BOD dengan titrasi).data penelitian menunjukkan volume tawas optimum 1 ml dan karbon aktif optimum cm. penurunan: ph 5,52%; konduktivitas 58,9%; BOD 82,%; COD 81,39%; TSS 92,25%; TDS 55,56%; deterjen 57,72%; fosfat 92,28%. Toksisitas limbah cair laundry terhadap bioindikator sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif berdasarkan LC 96 jam adalah,93 % ( jam) sampai 8,6 % (96 jam). Sedangkan nilai LC 96 jam setelah pengolahan adalah 75, % ( jam) sampai 45,49 % (96 jam). Prosentase peningkatan kualitas limbah cair laundry terhadap bioindikator berdasarkan LC 96 jam adalah 82,23 % 85, %. Kata kunci: limbah cair laundry, uji toksisitas, tawas, karbon aktif, bioindikator(cyprinuscarpio L) PENDAHULUAN Laundry adalah salah satu kegiatan rumah tangga yang menggunakan deterjen sebagai bahan pembantu untuk membersihkan pakaian, karpet, dan alatalat rumah tangga lainnya. Kehadiranjasa laundry ini dapat membawa manfaat yang cukup besar bagi perekonomian dengan megurangi jumlah pengangguran serta meningkatkan taraf hidup manusia. Namun limbah laundry juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan terutama adanya deterjen, jika limbah yang dihasilkan tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Deterjen mengandung zat surface active (surfaktan), yaitu anionik, kationik, dan nonionik. Surfaktan yang digunakan dalam deterjen adalah jenis anionik dalam bentuk sulfat dan sulfonat. Surfaktan sulfonat yang dipergunakan adalah Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) dan Linier Alkyl Sulfonate (LAS). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi dapat membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut (Prihessy, 1999). Untuk mengetahui efek zat pencemar terhadap biota dalam suatu perairan, perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota yang adayaitu dalam bentuk Lethal Concentration (LC ).Jadi uji toksisitas digunakan untuk mengevaluasi besarnya konsentrasi toksikan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan biologis. Salah satu biota yang dapat digunakan untuk uji toksisitas adalah ikan, dengan syarat harus mempunyai kepekaan tinggi; memenuhi syarat umur, berat, dan panjang; serta sesuai dengan ikan yang hidup diperairan yang tercemar. Ikan mas (Cyprinus carpio L) adalah salah satu jenis ikan yang memenuhi persyaratan tersebut karena ikan ini sangat peka, mudah dipelihara, penyebarannya merata, mudah ditemukan, dan memenuhi syarat untuk uji toksisitas (Pararaja, 8). Karakteristik limbah cair laundryadalah kandungan yang melebihi baku mutu pada parameter: deterjen, ph, temperatur, konduktivitas, BOD, COD, TSS, dan TDS (BakuMutuKegiatan Industri A298

2 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 12 Laundry ) serta fosfat (BakuMutuKegiatan Industri Lainnya) menurut PeraturanGubernur DIY No.7 Tahun. Untuk menghilangkan efek toksik dari limbah cair laundry diperlukan suatu pengolahan limbah secara sederhana dan mudah diterapkan yaitu dengan cara koagulasi flokulasi menggunakan tawas dan adsorpsi karbon aktif yang diharapkan dapat sesuai dengan baku mutu lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek toksik limbah cair laundry terhadap bioindikator (Cyprinuscarpio L) dan menentukan nilai LC, serta mengetahui efektivitas penurunan hasil pengolahan limbah cair laundry dengan menggunakan tawas dan karbon aktif yang diharapkan dapat sesuai dengan baku mutu lingkungan. METODE Persiapan alat dan bahan Pengambilan sampel limbah cair laundry Uji toksisitas sebelum pengolahan dengan menggunakan tawas dan karbon aktif dengan konsentrasi % pada uji pendahuluan dan, 2, 4, 6, 8, dan % pada uji sesungguhnya. Proses pengolahan dengan menggunakan tawas 1 % 1 ml dan karbon aktif cm Uji toksisitas sesudah pengolahan dengan menggunakan tawas dan karbon aktif dengan konsentrasi % pada uji pendahuluan dan,, 42, 44, 46, 48, dan % pad uji sesungguhnya. Analisis data : 1. Kualitas limbah cair laundry sebelum dan sesudah pengolahandengan parameter ph, temperatur, konduktivitas, TSS, dan TDS, deterjen, BOD, COD, dan fosfat. Kemudian dibandingkan baku mutu limbah cair industri laundry menurut Peraturan Gubernur DIY no.7 tahun 2. Penentuan volume tawas dan tinggi karbon aktif optimum. 3. Nilai LC limbah cair laundry pada bioindikator (Cyprinuscarpio L) sebelum dan sesudah diolah dengan tawas dan karbon aktif yaitu dengan analisis probit dan regresi linier. Gambar 1. Tahap penelitian Sampel limbah cair laundryuntuk penelitian adalah dari salah satu usahalaundry yang berada Kelurahan Demangan Yogyakarta dan berasaldari proses pencucian utama sampai pembilasan sebelum dibuang di selokan. Sampel ditampung di jerigen, kemudian dicampur sampai homogen sebelum dipakai untuk uji toksisitas, serta proses pengolahan limbah dengan tawas dan karbon aktif. Pengambilan sampel dengan metode sampel sesaat (grab samples) yaitu sampel diambil sesaat/ satu kali saja.variabel penelitian meliputi variabel bebas yaitu: variasi konsentrasi limbah cair laundry untuk menentukan LC pada uji pendahuluan (,,,,,, 6, 7, 8, 9, dan %) dan uji sesungguhnya; volume penambahan koagulan tawas 1% pada proses pengolahan limbah (8,, A299

3 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 12 1, 1, 16 ml) dengan jar test; tinggi karbon aktif (,,,, cm). Variabel terikat meliputi parameter: LC, deterjen, ph, temperatur, konduktivitas, BOD, COD, TSS, TDS, dan fosfat. PEMBAHASAN Hasil analisis limbah cair laundrysebelum dan sesudah diolah menggunakan tawas dan karbon aktif disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis limbah lair laundry sebelum dan sesudah pengolahan Parameter ph* Temperatur* Konduktivitas* BOD* COD* TSS* TDS* Deterjen* Fosfat ** Satuan o C µmhos/cm Hasil Analisis Sebelum Sesudah 6, 6,5 29, 27, ,21 5,31 179, ,3 71,94 1,78,41 A penurunan (%) 5,52 7,6 82, 81,39 92,25 76,72 57,72 92,28 Baku Mutu 6, 9, ± 3 o C thd suhu udara 1562, (*) Baku mutu menurut Peraturan Gubernur DIY No. 7 Thn kegiatan industri laundry (**) Baku mutu menurut Peraturan Gubernur DIY No.7 Tahun untuk kegiatan lainnya Berdasarkan analisis limbah cair laundrysebelum dan sesudah pengolahan (Tabel 1), parameter yang melampaui baku mutu untuk kegiatan industrilaundrymenurut Peraturan Gubernur DIY No.7 Tahun sebelum pengolahan meliputi: BOD, COD, TSS, dan deterjen serta fosfat berdasarkan baku mutu untuk kegiatan lainnya. Sedangkan ph, temperatur, konduktivitas, TDS, dan deterjen masih di bawah baku mutu. Kadar pencemaran setiap parameter sebelum dan sesudah pengolahan menggunakan tawas dan karbon aktif mengalami perbaikan. Temperatur dan ph mengalami perbaikan terlihat dengan sesudah pengolahan mendekati standar baku mutu yang ditetapkan. Konduktivitas mengalami perbaikan sebesar 7,6 %, BOD = 82,%, COD = 81,39%, TSS 92,25%, TDS =76,72 %, deterjen 57,72%, fosfat 92,28 %. Berdasarkan hasil jar test(tabel2)untuk parameter:1) temperatur limbah cair laundry mengalami penurunan dan mendekati temperatur ruangan pada tawas 1 ml yaitu 28, o C; 2) COD pada penambahan tawas 1% 1 ml turun menjadi 71,67 dengan efisiensi penurunan 63,79%, sedangkan pada 1 ml dianggap optimum karena pada tawas 16 ml terjadi peningkatan berarti bahwa kadar tawas sudah jenuh dan menimbulkan pencemaran. Kadar COD pada tawas 16 ml menyebabkan meningkatnya jumlah COD menjadi 99,67 dalam limbah cair laundry.hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ionion Al 3+ dan juga terbentuknya garamgaram sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas; 3) BOD pada penambahan tawas 1% 1 ml dapat turun menjadi 32,33 dengan efisiensi penurunan 73,79 %. Kadar BOD pada tawas 16 ml menyebabkan meningkatnya jumlah BOD menjadi 57,33 dalam limbah cair laundry. Hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ionion Al 3+ dan juga terbentuknya garamgaram sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas; 4) kadar deterjen pada penambahan tawas 1% 1 ml dapat turun menjadi 2,32 dengan efisiensi penurunan 46,17%. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kadar deterjen pada tawas 16 ml menyebabkan meningkatnya jumlah deterjen menjadi 2,79 dalam limbah cair laundry. Hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ionion Al 3+ dan juga terbentuknya garamgaram sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas; 5) kadar fosfat pada penambahan tawas 1% 1 ml dapat turun menjadi1,42 dengan efisiensi penurunan 73,85%. Penambahan tawas pada limbah cair laundry akan menurunkan kadar fosfat. Hal ini karena tawas akan mengendapkan kadar fosfatnya. Dengan reaksi sebagai berikut: Al 2 (SO 4 ) 3 + 2HPO 4 2 2AlPO 4 + 3SO H +

4 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 12 Hal ini menunjukkan bahwa kadar fosfat pada tawas 16 ml menyebabkan meningkatnya jumlah fosfat dalam limbah cair laundry. Hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ionion Al 3+ dan juga terbentuknya garamgaram sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas. Tabel 2. Hasil analisis Jar Test Parameter Limbah Tawas 1% 8 Baku mutu cair baku 8 ml/l ml /L 1 ml/l 1 ml/l 16 ml/l Temperatur* 29, 28, 28, 28, 28, 28, ± 3 o C thd suhu, 3,37 3,37 4,71 4,71 4,71 Temperatur COD* 197,67 116,33 2, 78, 71,67 99,67 125, 41,15 48, 6,54 63,74 49,58 COD BOD* 123,33 72, 6,67,67 32,33 57,33, 41,62,81 67,2 73,79 53,51 BOD Deterjen* 4,31 3,3 2,77 2,43 2,32 2,79 5, 29,7 35,73 43,62 46,17 35,27 Deterjen Fosfat** 5,43 2,85 2,9 1,61 1,42 2,49 3, 47,51 61,51 7,35 73,85 54,14 Fosfat TSS* 99,67 72,33 55,67 37,67,67 53,67, 27,43 44,15 62,21 69,23 46,15 TSS ph* 8, 8, 7,6 7,6 7, 5,8 6,9, ph,, 5, 5, 6,25 27, TDS* 7,67 264,67 237, 172,67 166, 179,67, 13,98 22,97 43,88 46,5 41,6 TDS Konduktivits * 63,33 473,33 413,7 385, 371,3 3 1, ,5 µmhos/cm konduktivita s, 21,55 31,44 36,19 38,45 33,48 (*) Baku mutu menurut Peraturan Gub.DIY No. 7 Tahun untuk kegiatan industrillaundry (**) Baku mutu menurut Peraturan Gub.DIY No.7 Tahun untuk kegiatan lainnya 6) TSS pada penambahan tawas 1% 1 ml turun menjadi,67 dengan efisiensi penurunan 69,23%. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kadar TSS pada tawas 16 ml menyebabkan meningkatnya jumlah TSS dalam limbah cair laundry menjadi 53,67. Hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ionion Al 3+ dan juga terbentuknya garamgaram sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas; 7) jar testdengan tawas dapat menurunkan ph. Ion Al 3+ dari tawas (Al 2 (SO 4 ) 3 ) yang terhidrolisis dalam air akan mengikat senyawa OH dari air dan membentuk endapan Al(OH 3 ), sehingga air menjadi kelebihan H + dan kemudian berikatan dengan senyawa sulfat membentu asam sulfat. Pembentukan asam sulfat tersebut menyebabkan turunnya ph air; 8) TDS pada penambahan tawas 1% 1 ml dapat turun menjadi166, dengan efisiensi penurunan 46,5 % pada tawas 1% 1 ml. Tawas mampu menurunkan jumlah padatan terlarut dalam limbah cair. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada penambahan tawas 16 ml terjadi peningkatan nilai TDSnya menjadi 179,67, hal ini disebabkan larutnya kembali ionion Al 3+ dan juga terbentuknya garamgaram sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas; 9)konduktivitas penambahan tawas 1% 1 ml dapat turun menjadi371,33 µmhos/cm dengan efisiensi penurunan sebesar 38,45 %. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada penambahan tawas 16 ml terjadi peningkatan nilai konduktivitasnya menjadi 1,33 µmhos/cm. A1

5 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 12 Dari hasil pengolahan menggunakan tawas dan karbon aktif yang optimum (Tabel 3) kadar tawas 1% 1 ml dan tinggi karbon aktif cm. Hal ini dilihat dari besarnya persentase penurunan parameter yang dianalisis mencapai kadar optimum yang meliputi: temperatur dapat diturunkan sampai 27, o C; kadar COD dapat diturunkan sampai 42,67 dengan efisiensi penurunan sebesar 81,%; kadar BOD dapat diturunkan sampai 26,33 dengan efisiensi penurunan sebesar 82,45%; kadar deterjen dapat diturunkan sampai 1,78 dengan efisiensi penurunan sebesar 57,72%; kadar fosfat dapat diturunkan sampai,41 dengan efisiensi penurunan sebesar 92,23%; ph dapat diturunkan sampai 7, dengan efisiensi penurunan sebesar 6,25 %; kadar TDS dapat diturunkan sampai 71,94 dengan efisiensi penurunan sebesar 76,72 %; konduktivitas dapat diturunkan sampai 179,33 µmhos/cm dengan efisiensi penurunan sebesar 7,6%. Tabel 3. Hasil analisis karbon aktif Parameter Limbah cair Karbon aktif Baku mutu baku cm cm cm cm cm Temperatur* 29, 28, 28, 27, ± 3 o C thd suhu, 3,45 3,45 5,17 5,17 5,17 Temperatur COD* 2,67 91,33 79, 63, 51, 42, COD, 6,41 65,75 72,69 77,89 81, BOD* 1, 58,33 48,67 37,33 31,67 26,33 BOD, 61,11 67,55 75,11 78,89 82,45 Deterjen* 4,21 2, 2, 1,93 1,91 1,78 5, 47,74,12 54,16 54,63 57,72 Deterjen Fosfat** 5,28 1,18,93,71,54,41 3, 77,65 82,39 86,55 89,77 92,23 Fosfat TSS* 119,67 38, ,67 15,67 9,33 TSS, 67,69 77,44 81,89 86,91 92, ph* 8, 8, 7,6 7,6 7, 5,8 6,9, ph,, 5, 5, 6,25 27, TDS* 9, 2,33 179,33 135,67 9, 71,94 TDS, 22,22 41,96 56,9 64,72 76,72 Konduktivits* 6,,33 351, 271,33 7,67 179, ,5 µmhos/cm konduktivitas, 17,98 42,46 55,51 65,91 7,6 (*) Baku mutu menurut Peraturan Gubernur DIY No. 7 Tahun untuk Kegiatan industri laundry (**)Baku mutu menurut PeraturanGubernur DIY No.7 Tahun untuk kegiatan lainnya Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 2, kelompok sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif LC 96 jam =,1 % jadi terletak pada interval konsentrasi limbah cair laundry %. Pada kelompok sesudah pengolahan (Tabel 4 dan Gambar 3) diperoleh bahwa LC 96 jam = 49,91% dan terletak pada interval konsentrasi %. Hubungan korelasi antara konsentrasi limbah cair laundrydan jumlah mortalitas bioindikator pada uji pendahuluan ini dapat diketahui berdasarkan nilai koefisien korelasi yang diberi simbol r dengan kisaran nilai antara 1 sampai 1. Nilai r dapat dilihat pada hasil analisis regresi linier dengan SPSS. Nilai koefisien korelasi pada kelompok sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif r =,27, sedangkan pada kelompok sesudah pengolahan dengan tawas dan karbon aktif r =,913. Berdasarkan besarnya nilai koefisien korelasi dapat diartikan bahwa ada hubungan korelasi positif antara konsentrasi limbah cair laundrydan jumlah mortalitasbioindikator, artinya semakin tinggi konsentrasi limbah cair laundry maka akan semakin banyak bioindikator yang mati A2

6 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 12 Bioindikator (Ekor) Tabel 4. Mortalitas bioindikator pada uji pendahuluan Kadar limbah cair laundry (%) Mortalitas bioindikator (%) pada pengamatan ke jam 24 jam 48 jam 72 jam 96 jam S SP S SP S SP S SP S SP Keterangan: S : Sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif SP: Sesudah pengolahan dengan tawas dan karbon aktif Gambar 2. Grafik mortalitas bioindikator (Cyprinus carpio L) di limbah cair laundry pada uji pendahuluan sebelum dilakukan pengolahan Gambar 3. Grafik mortalitas bioindikator (Cyprinus carpio L) di limbah cair laundry pada uji pendahuluan sesudah dilakukan pengolahan Pada Tabel 5 dan Gambar 4, terlihat mortalitas ratarata bioindikator yang hidup di limbah cari laundry sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif pada pengamatan jam yaitu A =, %, B =, %, C =, %, D =, %, E = 3,3 %, F = 16,7 %, dan G = 23,3 %. Pada pengamatan24 jam yaitu : A =, %, B =, %, C =, %, A3

7 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 12 Perlakuan bioindi kator (Ekor) A B C D E F G Tabel 5. Mortalitas bioindikator pada uji sesungguhnya Kadar Mortalitas bioindikator (%) pada pengamatan kelimbah cair jam 24 jam 48 jam 72 jam 96 jam laundry (%) S SP S SP S SP S SP S SP S SP Keterangan: S:Sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif SP:Sesudah pengolahan dengan tawas dan karbon aktif Gambar 4. Grafik mortalitas bioindikator (Cyprinus carpio L) di limbah cair laundry pada uji sesungguhnya sebelum dilakukan pengolahan D =. %, E = %, F = 23,3 %, dan G =, %. Pada pengamatan 48 jam yaitu: A =, %, B =, %, C =, %, D = 13,3 %, E = 16,7 %, F = 33,3 %, dan G = %. Pada pengamatan 72 jam yaitu: A =, %, B =, %, C = 3,3 %, D = %, E = 26,7 %, F =, %, dan G = 6, %. Pada pengamatan 96 jam yaitu: A = 3,3 %, B = 3,3 %, C = %, D = 23,3 %, E =, %, F = 43,3 %, dan G = 7 %. Gambar 5. Grafik mortalitas bioindikator (Cyprinus carpio L) di limbah cair laundry pada uji sesungguhnya sesudah dilakukan pengolahan A4

8 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 12 Mortalitas rataratabioindikator yang hidup di limbah cai laundry sesudah pengolahan (Tabel 5 dan Gambar 5) dengan tawas dan karbon aktif pada pengamatan jam yaitu A =, %, B =, %, C =, %, D = 6,7 %, E =, %, F = 16,7 %, dan G =, %. Pada pengamatan 24 jam yaitu: A =, %, B =, %, C =, %, D = 16,7 %, E = 23,3 %, F = 33,3 %, dan G = 43,3 %. Pada pengamatan 48 jam yaitu: A =, %, B = 6,7 %, C = 16,7 %, D = 33,3 %, E =, %, F = 46,7 %, dan G = 53,3 %. Pada pengamatan 72 jam yaitu: A =, %, B =, %, C = 23,3 %, D =, %, E = 46,7 %, F = 53,3 %, dan G = 63,3 %. Pada pengamatan 96 jam yaitu A = 3,3 %, B = 16,7 %, C =, %, D = 46,7 %, E = 56,7 %, F = 63,3 %, dan G = 73,33 %. Berdasarkan jumlah ratarata mortalitas bioindikator padatabel 5, nampak bahwa semakin tinggi konsentrasi limbah cair laundry dan lamanya persentuhan antara bioindikator dan limbah cair laundry, akan semakin banyak jumlah bioindikator yang mati. Hal ini berlaku pada limbah cair laundry sebelum dilakukan pengolahan (limbah cair laundry konsentrasi %) maupun sesudah pengolahan (limbah cair laundry konsentrasi %). Perhitungan LC 96 jam menggunakan analisis probit (Finney, 1971) dan regresi linier dengan program SPSS (Santoso, 1). Analisis probit adalah merupakan analisis yang menggunakan prosedur transformasi statistik dari prosentase data kematian bioindikator (dalam penelitian ini yang dipakaicyprinus carpio L) ke dalam variasi yang disebut probit, yang selanjutnya beserta data konsentrasi pencemar (dalam penelitian ini yang dipakai limbah cair laundry) digunakan untuk menentukan LC berdasarkan persamaan regresi linier. (Pratiwi, 4).Nilai LC 72 jam lebih besar dari nilai LC 96 jam (Tabel 6), baik pada uji toksisitas limbah cair laundry sebelum pengolahan maupun sesudah pengolahan dengan tawas dan akrbon aktif terhadap bioindikator. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu persentuhan limbah cair laundry dengan Cyprinus carpio L, makajumlah ratarata kematiannya akan meningkat pada konsentrasi limbah cair laundry yang lebih rendah. Hal ini di karenakan daya tahan Cyprinus carpio L semakin lama semakin menurun. Tabel 6. Nilai LC dari 96 jam Sebelum pengolahan LC jam =,93 % LC 24 jam =,25 % LC 48 jam = 8,76 % LC 72 jam = 8, % LC 96 jam = 8,6 % Limbah cair laundry Sesudah pengolahan LC jam = 75, % LC 24 jam = 59,95 % LC 48 jam = 49,78 % LC 72 jam = 47,86 % LC 96 jam = 45,49 % Perbaikan toksisitas cair laundry berdasarkan LC 96 jam 85, % 82,9 % 82, % 83,8 % 82,23 % Toksisitas limbah cair laundry terhadap Cyprinus carpio L berdasarkan LC 96 jam adalah relatif lebih tinggi sebelum pengolahan ( %) dibandingkan dengan sesudah pengolahan ( %). Penurunan toksisitas pada limbah cair laundry berdasarkan LC 96 jam sebesar 85, 82,23 %. Batas aman bagi limbah cair laundry bagi kehidupan Cyprinus carpio L sebelum pengolahan adalah pada konsentrasi,876% (% x LC 48 jam sebelum pengolahan), sedangkan batas aman sesudah pengolahan pada konsentrasi 4,978% (% x LC 48 jam sesudah pengolahan). Berdasarkan data LC 96 maupun batas aman limbah cair laundry dapat membuktikan bahwa pengolahan menggunakan tawas dan karbon aktif dapat menurunkan daya toksisitas limbah cair laundry. Hubungan korelasi antara konsentrasi limbah cair laundry dan jumlah mortalitas Cyprinus carpio L pada uji sesungguhnya berdasarkan nilai koefisiensi korelasi (r) sebelum dan sesudah pengolahan pada pengamatan 96 jam menunjukkan bahwa ada hubungan korelasi positif, artinya semakin tinggi konsentrasi dan lama waktu kontak maka semakin banyak bioindikator yang mati. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisiensi korelasi pada kelompok sebelum diolah pengamatan 96 jam berkisar antara,921,989, sedangkan pada kelompok yang sesudah pengolahan berkisar antara,615,993. A5

9 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 12 KESIMPULAN Data hasil analisis limbah cair laundry sebelum pengolahan menggunakan tawas dan karbon aktif, parameter yang melebihi baku mutu untuk kegiatan industri laundry menurut Peraturan Gub. DIY No.7 Tahun yaitu BOD, COD, TSS, dan deterjenserta fosfat berdasarkan baku mutu untuk kegiatan lainnya.kualitas limbah cair laundry setelah diolah dengan tawas dan karbon aktif mengalami perbaikan dan memenuhi standar baku mutu lingkungan. penurunan: ph (5,52%), konduktivitas (58,9%), BOD (82,%), COD (81,39%), TSS (92,25%), TDS (55,56%), deterjen (57,72%), fosfat (92,28%). Volume tawas dan tinggi karbon aktif optimum yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas limbah cair laundry adalah pada tawas 1% 1 ml dan karbon aktif cm. Toksisitas limbah cair laundry sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif terhadap bioindikator (Cyprinus carpio L) berdasarkan LC 96 jam adalah,93 % ( jam);,25 % (24 jam); 8,76 % (48 Jam); 8, % (72 jam); dan 8,6 % (96 jam). Toksisitas limbah cair laundry setelah pengolahan adalah 75, % ( jam); 59,95 % (24jam); 49,78 % (48 Jam); 47,86 % (72 jam); dan 45,49 % (96 jam). Persentase peningkatan kualitas limbah cair laundry terhadapcyprinus carpiol., berdasarkan LC 96 jam adalah sekitar 82,23 % 85, %. DAFTAR PUSTAKA Finney, D.J Assay Based on Quantal Responses. Probit Methods, IRRI. Los Banos, Philipines. Halang. B., 4, Toksisitas Air Limbah deterjen terhadap Ikan Mas (Cyprinus carprio), dalam BIOSCIENTIAE, Volume 1, Nomor 1,hal Pararaja, 8, Ikan Mas (Cyprinuscaprio L.) sebagai Early Warning System Pencemaran Lingkungan. 16 April 11. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.7 Tahun tentang Baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri, pelayanan kesehatan, dan jasa pariwisata. Prihessy. Y., 1999, Penurunan Kadar Deterjen limbah Laundry dengan Cara Adsorpsi menggunakan Karbon Aktif pada Merpati Laundry Mancasan Lor Depok Sleman, Tugas Akhir Teknik Lingkungan, Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan. Pratiwi. Y, 4, Uji Toksisitas dan Pengaruh Patologi Air Lindi dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan Bantul Terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio L) serta Penurunan Toksisitasnya dengan PAC, Thesis Ilmu Lingkungan, Universitas Gadjah Mada. Santoso, S. 1. SPSS Versi : Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. A6

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L)

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L) UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L) Yuli Pratiwi 1*, Sri Hastutiningrum 2, Dwi Kurniati Suyadi 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laundry adalah salah satu penyedia jasa layanan dalam hal cuci mencuci pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Tingkat Toksisitas Limbah Cair Industri Gula Tebu Tanpa Melalui Proses IPAL Terhadap Daphnia magna telah dilakukan. Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan-bahan kimia sintetis pada umumnya digunakan oleh kegiatan industri dan domestik untuk menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomis. Salah satu produk yang

Lebih terperinci

Uji Toksisitas Akut Detergen yang Mengandung Bahan Aktif LAS (Linear Alkil benzena Sulfonat) Terhadap Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Uji Toksisitas Akut Detergen yang Mengandung Bahan Aktif LAS (Linear Alkil benzena Sulfonat) Terhadap Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Uji Toksisitas Akut Detergen yang Mengandung Bahan Aktif LAS (Linear Alkil benzena Sulfonat) Terhadap Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ARTIKEL 1. Alfi Hermawati Waskita Sari, S.Pi., MP (NIP. 198406232014042001)

Lebih terperinci

PENGARUH COD DAN SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRI TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD AND SURFACTANT IN LAUNDRY LIQUID WASTE ON LC50 VALUE

PENGARUH COD DAN SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRI TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD AND SURFACTANT IN LAUNDRY LIQUID WASTE ON LC50 VALUE Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) :110-114 (Juli 2012) ISSN 1829-6084 PENGARUH COD DAN SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRI TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD AND SURFACTANT IN LAUNDRY LIQUID WASTE ON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan merupakan masalah yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu penyebab pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini dibeberapa negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, isu kualitas lingkungan menjadi permasalahan yang perlu dicari pemecahannya.

Lebih terperinci

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus )

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus ) Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus ) Oleh : Shabrina Raedy Adlina 3310100047 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah binatu mengandung sisa deterjen, pewangi, pelembut, pemutih, dan senyawa aktif metilen biru yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan lingkungan. Hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar dari makhluk hidup. Air mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah satunya yaitu berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha dari laundry di dalam perkembangan aktivitas masyarakat saat ini (Antara dkk.

BAB I PENDAHULUAN. usaha dari laundry di dalam perkembangan aktivitas masyarakat saat ini (Antara dkk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa laundry saat ini terus meningkat bersamaan dengan meningkatnya kesibukan di masyarakat. Jasa laundry ditawarkan oleh berabagai industri seperti industri laundry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

METODE Persiapan tempat

METODE Persiapan tempat Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair (Tilapia missambicus) Acute Toxicity Test At the Car Wash Waste Towards Tilapia Shabrina Raedy Adlina 1), Didik Bambang

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Liquid Detergent Toxycity Test Againts of Cyprinus carpio L.

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Liquid Detergent Toxycity Test Againts of Cyprinus carpio L. 69 UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Liquid Detergent Toxycity Test Againts of Cyprinus carpio L. Siti Devi Permata Sari Lubis 1, Budi Utomo 2, Riri Ezraneti 3 1. Alumni

Lebih terperinci

Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus.

Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus. Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus., L) Oleh: Annisa Rakhmawati, Agung Budiantoro Program Studi Biologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014. BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah BOD 5.1.1. Parameter BOD Analisa terhadap nilai BOD pada instalasi pengolahan air limbah pada tahun 2007-2014 dilakukan dengan menganalisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 215 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI DYAH DWI POERWANTO, 1 EKO PRABOWO HADISANTOSO, 1*

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50 Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) : 44-49 (Januari 2012) ISSN 1829-6084 PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD, Fe, AND NH 3 IN LEACHATE

Lebih terperinci

TOKSISITAS AIR LIMBAH DETERJEN TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carprio) Bunda Halang Program Studi Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat.

TOKSISITAS AIR LIMBAH DETERJEN TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carprio) Bunda Halang Program Studi Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat. BIOSCIENTIAE Volume 1, Nomor 1, Januari 2004 Halaman 39-49 TOKSISITAS AIR LIMBAH DETERJEN TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carprio) Bunda Halang Program Studi Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kelompok hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat - sifat aslinya. Cara

TINJAUAN PUSTAKA. kelompok hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat - sifat aslinya. Cara TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Klasifikasi ikan mas dimaksudkan untuk memasukkan ikan mas dalam kelompok hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat - sifat aslinya. Cara pengelompokan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk 2.1. Sumber Limbah ini antara lain: Sumber air limbah yang ada di PT. United Tractors Tbk saat Dari proses produksi, (proses produksi/ bengkel, dan cuci unit),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 P-larut Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel 9 (Lampiran), dan berdasarkan hasil analisis ragam pada

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN POLYALUMUNIUM CHLORIDE(PAC) DAN FILTER KARBON AKTIF

PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN POLYALUMUNIUM CHLORIDE(PAC) DAN FILTER KARBON AKTIF PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN POLYALUMUNIUM CHLORIDE(PAC) DAN FILTER KARBON AKTIF Adysti Maretha N *) Wiharyanto Oktiawan **) Arya Rezagama **) Abstract There is an increasing presence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES) UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES) BRIAN PRAMUDITA 3310100032 DOSEN PEMBIMBING: BIEBY VOIJANT TANGAHU

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS)

UJI TOKSISITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) SKRIPSI UJI TOKSISITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) Oleh : TARA MUGIROSANI 0552010007 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penurunan kualitas air merupakan salah satu bentuk penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat dari tingkat pertambahan penduduk yang semakin tinggi dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur lingkungan hidup untuk kelangsungan hidupnya. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur lingkungan hidup untuk kelangsungan hidupnya. Kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang alamiah. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan hidup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu industri kecil yang banyak mendapat sorotan dari segi lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN :

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : KAJIAN UJI HAYATI AIR LIMBAH HASIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DR. RAMELAN SURABAYA Candra Putra Prokoso 1 Agus Romadhon 2 Apri Arisandi 2 1 Alumni Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Kehadiran jasa laundry memberikan dampak positif yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Kehadiran jasa laundry memberikan dampak positif yaitu dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha laundry yang menawarkan jasa cuci dan setrika saat ini sangat diminati oleh masyarakat. Kehadiran jasa laundry memberikan dampak positif yaitu dapat memberikan

Lebih terperinci

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES KOAGULASI FLOKULASI LIMBAH CAIR PABRIK TAHU Harimbi Setyawati 1), Mawan Kriswantono 2), Dinda An Nisa 3), Rakhmawati Hastuti 4) 1,3,4 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instansi yang paling banyak menghasilkan limbah salah satunya adalah rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat maupun limbah cair, mulai dari

Lebih terperinci

Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif

Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif D18 Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan, Pengendapan, dan Zeolit-Arang Afiya Asadiya dan Nieke Karnaningroem Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga atau yang lebih dikenal sabagai sampah), yang kehadirannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain mengandung gizi yang baik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran air yang terus meningkat telah menurunkan kualitas air di seluruh dunia. Pencemaran air disebabkan oleh jumlah manusia dan kegiatan manusia yang beragam.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-22 Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindusindica) Sebagai Koagulan Alternatif dalam Proses Menurunkan Kadar COD dan BOD dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TAWAS DAN FeCl 3 SEBAGAI KOAGULAN DALAM MENURUNKAN KADAR FOSFAT LIMBAH CAIR INDUSTRI LAUNDRY SKRIPSI

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TAWAS DAN FeCl 3 SEBAGAI KOAGULAN DALAM MENURUNKAN KADAR FOSFAT LIMBAH CAIR INDUSTRI LAUNDRY SKRIPSI PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TAWAS DAN FeCl 3 SEBAGAI KOAGULAN DALAM MENURUNKAN KADAR FOSFAT LIMBAH CAIR INDUSTRI LAUNDRY SKRIPSI Oleh Fera Anderia NIM 071810301085 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bioflokulan DYT merupakan material polimer alami yang telah diuji dapat digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan limbah cair

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang utama. Dewasa ini air

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang utama. Dewasa ini air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang utama. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat, karena hampir di setiap

Lebih terperinci

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho Latar Belakang Masalah DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki populasi penduduk yang sangat pesat. Pada tahun 2005,

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bagi Negara-negara yang sedang berkembang

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE Deddy Kurniawan W, Fahmi Arifan, Tri Yuni Kusharharyati Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012 Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK...

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN STUDI PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS DAN ph LIMBAH PABRIK TAHU MENGGUNAKAN METODE AERASI BERTINGKAT Fajrin Anwari, Grasel Rizka Muslim, Abdul Hadi, dan Agus Mirwan Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. coco. Berikut data mortalitas uji pendahuluan: Jumlah Ikan (ekor)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. coco. Berikut data mortalitas uji pendahuluan: Jumlah Ikan (ekor) A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Uji Pendahuluan Variasi Kadar Limbah (% vol.) Uji pendahuluan dilakukan untuk memperoleh kadar ambang atas (LC 100-24 jam) dan ambang bawah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kelurahan Moodu, Kelurahan Heledulaa Selatan dan kelurahan Heledulaan Utara.

BAB III METODE PENELITIAN. Kelurahan Moodu, Kelurahan Heledulaa Selatan dan kelurahan Heledulaan Utara. 32 3.1 Lokasi dan waktu penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini akan berfokus pada tempat pencucian motor yang berada di wilayah Kec. Kota Timur yaitu Kelurahan Tamalate, Padebuolo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, sudah menunjukkan gejala yang cukup serius. Penyebabnya tidak hanya berasal

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau aktivitas yang dianggap sebagai suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah maupun kering,

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KerangkaPenelitian Tahapan dalam penelitian ini dimulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian dibawah

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Tegangan pada Pengolahan Limbah Cair Laundry Menggunakan Proses Elektrolisis

Pengaruh Variasi Tegangan pada Pengolahan Limbah Cair Laundry Menggunakan Proses Elektrolisis Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 31 Pengaruh Variasi Tegangan pada Pengolahan Limbah Cair Laundry Menggunakan Proses Elektrolisis Laeli Nurajijah 1, Dewanto Harjunowibowo 2, Y. Radiyono 3 1,2,3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen sungguhan) dengan desain pretest-posttes dengan kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen sungguhan) dengan desain pretest-posttes dengan kelompok BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian true experiment (eksperimen sungguhan) dengan desain pretest-posttes dengan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia merupakan salah satu penyebab tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Pencemaran

Lebih terperinci

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr.

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 7, Nomor 1, Januari 2015 Hal. 29-40 Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanankan pada bulan Juni 2009 sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air. Dalam proses metabolisme, sistem jaringan semua memerlukan air. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. air. Dalam proses metabolisme, sistem jaringan semua memerlukan air. Melihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk kehidupan, pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan generasi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, seperti untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan kebutuhan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi). KINERJA KOAGULAN UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU KETUT SUMADA Jurusan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur email : ketutaditya@yaoo.com Abstrak Air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yaitu industri tahu di Kelurahan Heledulaa (Pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa. pembangunan tidak hanya mengejar kemakmuran lahiriah

BAB I PENDAHULUAN. Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa. pembangunan tidak hanya mengejar kemakmuran lahiriah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa pembangunan tidak hanya mengejar kemakmuran lahiriah atau kepuasan batiniah saja akan tetapi juga keseimbangan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PARAMETER BIOLOGIS BADAN AIR SUNGAI NGRINGO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI TEKSTIL Nanik Dwi Nurhayati Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: nanikdn@uns.ac.id ABSTRAK Berbagai bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 18 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGOLAHAN AIR KOLAM PENAMPUNGAN LINDI DENGAN GRANULAR FILTER KARBON AKTIF PADA TIPE REAKTOR VERTIKAL

PENELITIAN PENGOLAHAN AIR KOLAM PENAMPUNGAN LINDI DENGAN GRANULAR FILTER KARBON AKTIF PADA TIPE REAKTOR VERTIKAL PENELITIAN PENGOLAHAN AIR KOLAM PENAMPUNGAN LINDI DENGAN GRANULAR FILTER KARBON AKTIF PADA TIPE REAKTOR VERTIKAL LEACHATE TREATMENT RESEARCH WITH ACTIVATED CARBON FILTER IN A VERTICAL REACTOR Nuke Diah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini di mulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT SURFAKTAN DETERJEN DAN LAMA PENDEDAHAN TERHADAP KEPITING SUNGAI SKRIPSI OLEH : ESTININGTYAS NIM :

UJI TOKSISITAS AKUT SURFAKTAN DETERJEN DAN LAMA PENDEDAHAN TERHADAP KEPITING SUNGAI SKRIPSI OLEH : ESTININGTYAS NIM : UJI TOKSISITAS AKUT SURFAKTAN DETERJEN DAN LAMA PENDEDAHAN TERHADAP KEPITING SUNGAI SKRIPSI OLEH : ESTININGTYAS NIM : 99330083 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci