BAB 2 LANDASAN TEORI. terhadap beberapa sifat tertentu dari kebudayaan kelompok lain sebagai akibat dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. terhadap beberapa sifat tertentu dari kebudayaan kelompok lain sebagai akibat dari"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI Akulturasi Budaya Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), istilah akulturasi diartikan sebagai penyerapan yang terjadi oleh seorang individu atau sekelompok masyarakat, terhadap beberapa sifat tertentu dari kebudayaan kelompok lain sebagai akibat dari kontak atau interaksi dari kedua kelompok kebudayaan tersebut, sedangkan akulturasi budaya diartikan sebagai hasil interaksi manusia berupa pencampuran dari beberapa macam kebudayaan secara perlahan menuju bentuk budaya baru. Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda dan melebur menjadi satu, sehingga menghasilkan adanya kontak kebudayaan baru atau sebuah akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru dan tidak melenyapkan kebudayaan aslinya. Mengenai pengertian tentang akulturasi, Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (1990: ) juga mengemukakan bahwa: Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian budaya itu sendiri. Perhatian terhadap saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk kedalam kebudayaan penerima, akan memberikan suatu gambaran yang konkret tentang jalannya suatu proses akulturasi (Koentjaraningrat, 1990: ).

2 Proses dari wujud akulturasi kebudayaan, terjadi ketika beberapa kebudayaan saling berhubungan secara intensif dalam jangka waktu yang cukup lama, kemudian masing-masing dari kebudayaan tersebut berubah saling menyesuaikan diri menjadi satu kebudayaan. Hasil dari proses wujud akulturasi kebudayaan tersebut, dapat dilihat pada Bahasa, Religi dan Kepercayaan, Organisasi Sosial Kemasyarakatan, Sistem Pengetahuan, Kesenian dan Bentuk Bangunan. Bentuk dari perwujudan akulturasi budaya, merupakan salah satu hasil aktivitas manusia dalam menjalankan proses perpaduan budaya. Adapun teori tentang bangunan Islam dan China yang dikemukakan oleh Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina Islam Jawa (2005: ), yaitu: terdapat beberapa kajian tentang Muslim China di Jawa yang merupakan sebuah warisan kebudayaan berupa bangunan kuno yang mencerminkan adanya akulturasi dua kebudayaan. Kebudayaan China Islam dan Jawa tersebut dapat dilihat pada arsitektur bangunan tua, ornamen serta sejarah yang mencerminkan tentang adanya akulturasi dari dua kebudayaan tersebut. Acuan pertama pada kebudayaan islam dapat dilihat pada berbagai macam ornamen bangunan yang memiliki makna ajaran islam, ukiran kaligrafi serta simbolsimbol yang mengandung makna akhlak bagi diri sendiri, agama dan lingkungan disekitarnya. Acuan kedua adalah kebuadayaan China yang dapat dilihat pada bentuk atap bersusun melengkung keatas, ukiran-ukiran serta warna khas China dan keramik-keramik khas Tiongkok yang mendominasi bangunan-bangunan dan situs kuno tersebut Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk (multietnik), selalu menimbulkan perpaduan antara kebudayaan inti (kebudayaan asli) dengan kebudayaan luar lainnya. Konsep melting pot (tempat bertemunya berbagai suku, agama dan tempat persinggahan antar bangsa) merupakan salah satu hasil dari sebuah wujud akulturasi budaya, ketika unsur-unsur kebudayaan saling bertemu dan melebur menjadi satu kebudayaan. Proses perubahan kebudayaan tersebut,

3 terjadi dikarenakan adanya kontak langsung terus menerus dengan kebudayaan asing yang berbeda (ada unsur kebudayaan asing yang mudah diterima, ada juga yang sukar diterima bahkan ditolak) Masuknya Bangsa China di kota Cirebon Kota Cirebon bukan sekedar nama tanpa sejarah, Cirebon merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang terletak di pesisir pantai bagian Utara Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan kota air. Lokasinya yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuat kota Cirebon berperan sebagai jembatan antara kebudayaan Jawa dan Sunda, sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas, bahwa Cirebon bukanlah Jawa dan bukan pula Sunda. Berikut ini adalah sebuah kutipan yang diperoleh melalui sebuah data dari internet yang dinyatakan oleh Gandrasta Bangko, Caruban: Tiga Budaya, Tiga Keraton, 27 Maret 2006, yaitu: Cirebon berasal dari kata Caruban yang mengandung arti tempat pertemuan atau persimpangan jalan, ada juga yang meyakini bahwa Cirebon berasal dari kata Carub (bahasa Jawa) yang berarti campuran. Pengembara Portugis Tome Pires, menyebutkan bahwa bentuk dari kata Caruban dicatat sebagai Choroboarn, dari kata tersebut berubah ucapan menjadi Carbon, Cerbon, Crebon, lalu disebut Cirebon. Kata Ci mengandung makna air atau aliran sungai dan rebon mengandung makna udang kecil. Jadi, Cirebon memiliki arti sungai yang mengandung banyak udang. ( htm).

4 Budayawan Cirebon, Nurdin M. Noor juga menyimpulkan bahwa sosok kota Cirebon berkembang hingga saat ini tidak hanya cerminan dari karya, rasa dan karsa (buah pikiran, akal dan budi), melainkan pem-bias-an dari kebudayaan asing seperti kebudayaan Sunda, Jawa, Arab, China dan India. Sebagai daerah pesisir, sejak sebelum dan sesudah masuknya pengaruh ajaran Islam, kota Cirebon merupakan sebuah pelabuhan penting disepanjang pesisir Utara Pulau Jawa. Karena letaknya yang sangat strategis, kota Cirebon menjadi sangat terbuka bagi interaksi kebudayaan yang meluas dan mendalam, sehingga kota Cirebon menjadi lintas perbatasan antar daerah dan merupakan daerah melting pot yaitu tempat bertemunya berbagai suku, agama dan tempat persinggahan antar bangsa yang dikenal sebagai kota perdagangan dan pusat perekonomian bagi kalangan pedagang nasional maupun internasional. Adapun mengenai perkembangan kota Cirebon dengan bangsa China, yang disampaikan oleh Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina Islam Jawa (2005: 73), mengemukakan bahwa: Setelah Dinasti Sung, yakni Dinasti Tang ( ) China dan Jawa dijadikan rute pelayaran tetap dan juga terjadi kontak dengan Jawa, baik untuk keperluan niaga maupun sekedar menjalin persahabatan antar kedua Negara (misalnya pertukaran cinderamata). Dan sejak saat itulah, mulai terjadi hubungan kerjasama yang intensif antara kota Cirebon dengan bangsa China, baik dalam menjalankan hubungan diplomatik antar kedua Negara maupun dalam hubungan ekonomi dan perdagangan. Bangsa China yang pada saat itu dikenal sangat maju dalam bidang perekonomian dan perniagaan, juga memiliki peran penting dalam proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Pulau Jawa, khususnya di kota Cirebon Jawa Barat. Hubungan

5 kerjasama antara bangsa China dengan kota Cirebon terus berlanjut intensif hingga China dikuasai oleh Dinasti Ming ( ), sebuah rezim yang memberikan apresiasi cukup besar terhadap komunitas Muslim di daratan China. Berikut ini adalah sebuah kutipan yang diperoleh melalui sebuah data dari internet yang dinyatakan oleh Redaksi Swara Muslim, Makna Kerukunan Dari Pelayaran Cheng Ho, 6 Agustus 2005, yaitu: Agama Islam yang mendapatkan perhatian besar dari Kaisar, memerintahkan seorang tokoh Muslim Tionghoa bernama Laksmana Cheng Ho ( 郑和 ) atau dikenal dengan sebutan Ma Sanbao ( 馬三保 ) yang berasal dari etnis Hui di Yunan, untuk melakukan ekspedisi ke Pulau Jawa. Pada saat itu Laksmana Cheng Ho melibatkan anak buah dan 308 perahu besar, bersama beberapa para petinggi ekspedisi Muslim Tionghoa lainnya seperti Ma Huan, Wai Ping dan Kung Wu Ping, menyempatkan diri untuk singgah di kota Cirebon sebelum bertolak ke kota Semarang. Tepat di daerah sekitar Puncak Bukit Amparan Jati (sekarang bernama Bukit Jati) yang dianggap sebagai puncak dari Pelabuhan Muara Jati, pada tahun 1415 Laksmana Cheng Ho bersama para petinggi ekspedisi Muslim Tionghoa mendirikan sebuah mercu suar (light house), yang bertujuan untuk mempermudah kapal-kapal yang akan singgah pada malam hari di kota Cirebon. Bangunan berupa pagoda China dengan atap bertingkat tersebut, dimaksudkan sebagai monumen untuk mengingat keberadaan orang-orang China di Pulau Jawa, khususnya di kota Cirebon dalam rangka misi kerjasama Tiongkok dengan kerajaan di Nusantara. Pada saat itu, Ki Ageng Tapa sebagai penguasa Pelabuhan Muara Jati Cirebon memberikan kayu jati dan bahan-bahan makanan sebagai tanda

6 terima kasih kepada Laksmana Cheng Ho beserta pasukan armadanya. ( Menurut pemerhati sejarah lokal Cirebon T. D. Soedjana, menyimpulkan bahwa misi Laksmana Cheng Ho tampaknya muhibah untuk menjalin hubungan bilateral dengan Negara-negara lain dalam meningkatkan pamor negeri Tiongkok dan menyimpan sebuah agenda (rencana) berupa Islamisasi dengan cara mendakwahkan ajaran Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Hal ini terbukti dengan adanya penempatan para duta Muslim Tionghoa disetiap daerah yang dikunjunginya. Graaf dan Pigeaud dalam Muslim Cina di Jawa Abad XV dan XVI: Antara Historitas dan Mitos (1998: 34 35), berpendapat bahwa: Laksmana Haji Kung Wu Ping, seorang Muslim Tionghoa keturunan dari Konfusius mendirikan menara mercusuar di atas bukit Gunung Jati. Tidak jauh dari situ dibangun pula komunitas Cina Muslim, yaitu di daerah Sembung, Sarindil dan Talang. Masing-masing daerah tersebut, dilengkapi sebuah Masjid agar memudahkan masyarakat Muslim Tionghoa dalam menjalankan ibadah shalat. Kampung Sarindil ditugaskan menyediakan kayu jati untuk perbaikan kapal-kapal, kampung Talang ditugaskan memelihara pelabuhan dan kampung Sembung ditugaskan untuk memelihara mercu suar. Secara bersama-sama ketiga kampung Tionghoa Islam itu ditugaskan pula memasok bahan-bahan makanan untuk kapal-kapal Tiongkok Dinasti Ming. Pada waktu itu, daerah Cirebon penduduknya masih jarang, tetapi tanahnya sangat subur, karena terletak di kaki Gunung Ciremai. Mengenai arus masuknya bangsa China di kota Cirebon, Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina Islam Jawa ( ), juga mengemukakan: Dalam sejarah Dinasti Ming ( 明史 ), pada rentangan abad ke-14 hingga akhir abad ke-15 tidak kurang dari 43 duta Jawa datang ke Negeri China. Ini artinya, telah terjadi hubungan baik antara Negeri China dengan Pulau Jawa, yang kemudian membuat masyarakat China secara bebas mendatangi Pulau Jawa

7 khususnya kota Cirebon. Seperti yang disaksikan Ma Huan, seorang sekretaris dan juru bicara Laksmana Cheng Ho bernama Islam Muhammad mengemukakan bahwa ekonomi yang kuat merupakan modal utama bagi para Muslim Tionghoa untuk menciptakan struktur sosial umat Islam yang mandiri dan otonom di kota Cirebon. Dan sejak saat itulah, komunitas Muslim Tionghoa yang berasal dari Negeri China mulai berdatangan ke Pulau Jawa sebagai imigran. Migrasi tersebut terjadi dikarenakan kerusuhan sosial di China, ekspedisi politik atau hanya ingin mencari peluang baru yang menjanjikan bagi prospek ekonomi dan perdagangan mereka di Pulau Jawa, sebab pada saat itu iklim politik dan ekonomi di Pulau Jawa sangat terbuka (open management), sehingga memungkinkan bagi bangsa China untuk berinteraksi dan melakukan hubungan kerjasama di Pulau Jawa khususnya di kota Cirebon, Jawa Barat. Graaf dan Pigeaud dalam Muslim Cina di Jawa Abad XV dan XVI: Antara Historitas dan Mitos (1998: 46), berpendapat bahwa: Pada awal abad ke-15, orang-orang Tionghoa yang ada di Pulau Jawa semuanya keturunan Yunnan dan Swatow. Ma dan Bong adalah nama keluarga Tionghoa dari Yunnan, sedangkan Gan merupakan nama keluarga dari swatow. Para keluarga Tionghoa yang berasal dari daratan Tiongkok tersebut, pada umumnya adalah para Muslim Tionghoa yang taat pada ajaran Islam dan bekerja sebagai pedagang perantara, petani dan para pengrajin yang telah memilih untuk hidup menetap dan menikah dengan penduduk setempat. Selain itu, mereka juga banyak mengajarkan tentang cara-cara membuat batu bata, genting, gerabah serta teknologi mesiu dan meriam-meriam berukuran besar.

8 2. 3. Tokoh-Tokoh Muslim Tionghoa di Kota Cirebon Dalam konteks sejarah kebudayaan Islam di Pulau Jawa, pada rentangan abad ke-15 dan ke-16 merupakan sebuah kurun waktu yang disebut sebagai masa peralihan kebudayaan Hindu Buddha, ditandai dengan tumbuhnya suatu kebudayaan baru yang menampilkan unsur kebudayaan Islam. Asvi Warman Adam dalam Babad Tionghoa Muslim (2005), mengemukakan bahwa: Ada berbagai teori tentang penyebaran agama Islam ke Nusantara ini. Pandangan pertama mengatakan bahwa Islam yang berkembang di sini berasal Hadramaut, Arab Selatan. Pendapat kedua mengatakan bahwa penyebarannya justru datang dari India. Pandangan ketiga justru menyebutkan bahwa Islam yang berkembang di kepulauan ini berasal dari Cina. Terlepas dari teori diatas, komunitas Muslim Tionghoa juga merupakan salah satu komunitas yang memberikan kontribusi cukup besar atas berkembangnya agama Islam di Pulau Jawa, khususnya di kota Cirebon. Dalam mensyiarkan ajaran Islam, para Muslim Tionghoa di kota Cirebon saling bahu-membahu dalam menyebarkan dan memperluas ajaran serta entitas Islam Tionghoa, sehingga terjalin semacam kegiatan untuk menjalankan misi politik, pemerintahan dan keagamaan. Misi tersebut adalah untuk mewujudkan kekuasaan Islam dan mensosialisikan varian ke-islaman bermahzab Hanafi sebagaimana yang berkembang di daerah China Selatan. Hok Tjwan Sie dalam bukunya The 6 th Overseas Chinese State (1990: 154), mengemukakan bahwa Maulana Raden Rahmat seorang Muslim Tionghoa yang kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel atau Bong Swie Hoo ( 溫瑞和 ), merupakan pendatang asal Yunan yang sebelumnya membentuk Pusat Muslim

9 Tionghoa di kota Bangil, Jawa Timur. Pusat Muslim Tionghoa tersebut ditutup setelah bantuan dari Tiongkok berhenti, karena berlaku maklumat Kaisar yang melarang orang-orang Tionghoa meninggalkan Negeri China. Berikut ini adalah sebuah kutipan yang diperoleh melalui sebuah data dari internet yang dinyatakan oleh Asvi Warman Adam. 印度尼西亚科学院历史学 家 年 1 月 29 日 : 1445 年来到爪哇岛的温瑞和就是苏南安佩尔 ; 温瑞和娶了颜英祖 年调来厨闽的马尼拉华人甲必丹 ) 的女儿妮格德.马尼拉为妻, 生下波囊, 就是后来的苏南宝曩 ; 苏南安佩尔和苏南古利收领和教养了波囊 颜英 祖的另一个孩子是颜四章, 后来是三宝垄的华人甲必丹 1481 年颜四章 建造了淡目的伊斯兰教堂, 他用木船结构的船杆作教堂坚固的竖柱 沙 益的苏南卡里嘉贾, 就是颜四章 ; 而苏南顾农贾提, 即沙立夫希达悦都 拉, 就是杜亚波 ; 而苏南库都斯即查法尔西迪就是蔡迪树 ( Artinya: Bong Swie Hoo yang datang di Jawa pada tahun 1445, sama dengan Sunan Ampel. Bong swie Hoo menikah dengan Ni Gede Manila yang merupakan anak dari Gan Eng Cu (mantan kapitan Cina di Manila yang dipindahkan ke Tuban pada tahun 1423). Dari perkawinan ini, lahir Bonang yang kemudian dikenal sebagai Sunan Bonang. Bonang diasuh oleh Sunan Ampel bersama dengan Sunan Giri, yang kemudian dikenal sebagai Sunan Giri. Putera Gan Eng Cu yang lain adalah Gan Si Cang, yang menjadi kapitan Cina di Semarang. Pada tahun 1481, Gan Si Cang memimpin pembangunan Masjid Demak dengan tukang kayu yang berasal dari galangan kapal Semarang. Tiang penyangga masjid tersebut, dibangun dengan model kontruksi tiang kapal yang terdiri dari kepingan-kepingan kayu yang tersusun rapi. Tiang tersebut dianggap lebih kuat menahan angin badai daripada tiang yang terbuat dari kayu utuh. Sunan Kalijaga yang pada masa mudanya bernama Raden Said, tidak lain adalah Gan Si Cang. Sedangkan Sunan Gunung Jati atau Syarief Hidayatullah, adalah Toh A Bo, sementara itu Sunan Kudus atau Jafar Sidik tidak lain adalah Ja Tik Su.

10 Pada tahun 1474, Maulana Raden Rahmat atau Sunan Ampel ( 溫瑞和 ) membentuk perkumpulan para Sunan yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Para Wali tersebut mendapatkan gelar Sunan atau biasa disebut guru agama (Ustadz), yang terdiri dari: 1. Maulana Raden Rahmat. Sunan Ampel ( 苏南安佩尔 ) alias Bong Swie Hoo. 2. Raden Makdum Ibrahim. Sunan Bonang ( 苏南宝曩 ) alias Bong Ang. 3. Raden Palu. Sunan Giri ( 苏南吉里 ). 4. Syech Syarifuddun. Sunan Drajad ( 苏南德拉加 ) alias Bong Tak Keng. 5. Syech Ja far Shadiq. Sunan Kudus ( 苏南库都斯 ) alias Ja Tik Su. 6. Raden Mahmud Syahid. Sunan Kalijaga ( 苏南卡里嘉贾 ) alias Gan Si Cang. 7. Raden Umar Said. Sunan Muria ( 苏南穆里亚 ). 8. Maulana Malik Ibrahim.

11 Sunan Maulana Malik Ibrahim ( 苏南毛拉那马立克易卜拉欣 ) alias Chen Ying Hua. 9. Syech Syarief Hidayatullah. Sunan Gunung Jati ( 苏南顾农贾提 ) alias Toh A Bo. Sebagai pemeran utama dalam proses sejarah Islamisasi di Pulau Jawa, Wali Songo merupakan gambaran dari sebuah kekuasaan politik yang penyampaian ajaran ke-islamannya sering disisipkan berbagai macam aspek-aspek kebudayaan, seperti kebudayaan Islam, Hindu dan Budha. Dalam menyebarkan agama Islam, Wali Songo juga berperan sebagai panotogomo atau penata agama (Ulama atau Wali) serta sebagai pedagang profesional dan penasehat politik. Selain itu, mereka juga memperkenalkan berbagai bentuk peradaban baru seperti kesehatan, bercocok tanam, perniagaan, pengetahuan, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga sistem pemerintahan dan menetap di tiga wilayah penting yaitu: a). Surabaya Gresik (Jawa Timur), b). Demak Kudus (Jawa Tengah) dan c). Cirebon (Jawa Barat). ( Sebagai salah satu kota pusat dakwah agama Islam di Jawa Barat, kota Cirebon memiliki beberapa tokoh Muslim Tionghoa yang berperan penting dalam masuk dan berkembangnya ajaran Islam, diantaranya adalah: Sunan Gunung Jati dan Puteri Ong Tien

12 Pada tahun 1479, Wali Songo mengutus Syech Syarief Hidayatullah yang dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati ( 杜亞波 ) untuk menetap di kota Cirebon, Jawa Barat. Pengutusan Sunan Gunung Jati di kota Cirebon tersebut, memiliki misi berupa penyebaran dan pengembangan ajaran Islam dan dinobatkan sebagai penegak Panotogomo Islam oleh para Wali Songo diseluruh Jawa Barat, yang berpusat pada pemerintahan Keraton Kasepuhan sebagai tempat pengembangan ajaran Islam. Berikut ini adalah sebuah kutipan yang diperoleh melalui sebuah data dari internet yang dinyatakan oleh Hidayat Tantan, Sunan Gunung Jati Darah Biru Nujum Bertuah, 13 Desember 2001, yaitu: Sunan Gunung Jati sebagai penguasa Keraton Kasepuhan lahir pada tahun 1448 di Pasai Sumatera Utara dan telah mendalami ilmu agama Islam sejak berusia 14 tahun dari para ulama ternama di Mesir. Beliau sempat berkelana ke berbagai negara untuk mempelajari berbagai macam Mahzab, seperti Mahzab Maliki, Mahzab Syafi i, Mahzab Hambali dan Mahzab Hanafi. Selain mengelilingi Jazirah Arab, Sunan Gunung Jati diketahui pernah singgah ke Negeri China untuk memperdalam ilmu agama Islam dan mempelajari ilmu ketabiban (ilmu kedokteran), hingga pada akhirnya Sunan Gunung Jati mendapatkan gelar Syech Maulana Insan Kamil di Negeri China. Dalam persinggahannya tersebut, Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam dengan cara berpraktik sebagai tabib menggunakan sabda dari Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:

13 Berwudhulah kamu dan shalatlah, sesungguhnya dalam shalat itu ada penyembuhan (H. R. Ibnu Hajah). Dalam waktu singkat, nama Sunan Gunung Jati semerbak di kota raja dan dalam persinggahannya di Negeri China tersebut, pada tahun 1481 Sunan Gunung Jati menikahi Puteri China bernama Tan Hong Tien Nio (Puteri Ong Tien), anak seorang Kaisar dari Dinasti Ming. ( Pengembara Portugis Tome Pires (Cortesao, 1, 1944, 179) berpendapat, bahwa: Beberapa penguasa China yang dengan sukarela mengirim salah seorang anak perempuannya kepada seorang vassal Jawa untuk dinikahi, diiringi sejumlah besar pengikut dan sebuah kapal penuh kepeng. Kisah perkawinan Syech Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) penguasa politik dan keagamaan di kota Cirebon dengan Tan Hong Tien Nio (Puteri Ong Tien) di Negeri China, mendukung informasi Tome Pires tersebut. Pernikahan antara Sunan Gunung Jati dan Puteri Ong Tien, diperkirakan berindikasi politik untuk mencari dukungan bangsa China (Muslim Tionghoa) yang sudah lama menunjukkan eksistensinya dalam rangka menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam di kota Cirebon Jawa Barat yang berpusat pada pemerintahan Keraton Kasepuhan. Hal tersebut, juga diungkapkan oleh Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina Islam Jawa (2005: ), bahwa: Satu hal yang menarik dari sejarah Sunan Gunung Jati adalah wataknya yang akomodatif dalam menyebarkan ke-islaman. Dalam rangka menarik simpati komunitas China, Sunan Gunung Jati selalu menampilkan produk kesenian budaya yang mencerminkan 3

14 identitas: Islam, Hinduisme dan China yang masing-masing eksis di Cirebon. Pada tahun 1537, Sunan Gunung Jati sebagai penguasa Keraton Kasepuhan yang sudah lanjut usianya (89 tahun) mundur dari jabatannya untuk mendalami ilmu dakwah agama Islam dan digantikan oleh para keturunannya. Berdasarkan catatan sejarah pada tahun 1568, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun di kota Cirebon (dulu Carbon), dan dimakamkan di daerah Sembung Gunung Jati (Kompleks Pemakaman Astana Gunung Sembung) sekitar 5 km dari pusat kota Cirebon, Jawa Barat Haji Tan Eng Hoat (Maulana Ifdhil Hanafi) Teks Malay Annals yang berasal dari Kelenteng Talang Cirebon, memberitakan bahwa seorang Muslim Tionghoa pertama yang berasal dari Hokkian ( 福建 ) adalah Haji Tan Eng Hoat, sejak tahun beliau aktif menjadi penggerak dan penyebar ajaran Islam di kota Cirebon, dan merupakan seorang Muslim Tionghoa yang sangat taat pada ajaran Islam. Prof. Dr. Slamet Muljana dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara (2005: 72-73), mengemukakan bahwa: Pada tahun 1526 saat menjadi imam di daerah Sembung kota Cirebon, Haji Tan Eng Hoat didatangi oleh rombongan armada Kerajaan Demak yaitu Pimpinan Trenggana yang didampingi Kin San seorang Muslim Tionghoa yang pandai berbahasa China (sebagai penerjemah Pimpinan Trenggana terhadap Haji Tan Eng Hoat). Pada

15 pertemuannya tersebut, Haji Tan Eng Hoat mendapatkan gelar Mu La Na Fu Di La Ha Na Fi (Maulana Ifdhil Hanafi) dari Pimpinan Trenggana, sebagai isyarat bahwa Haji Tan Eng Hoat tetap diperbolehkan menyebarluaskan ajaran Islam di kota Cirebon dengan menggunakan bahasa China dalam menjalankan praktik ritual ibadah terutama shalat fardhu, dan tidak diharuskan untuk beralih ke Mahzab Syafi i yang ibadah fardhunya menggunakan bahasa Arab. Tradisi masyarakat kota Cirebon menyebutkan bahwa tokoh yang bernama Haji Tan Eng Hoat (Maulana Ifdhil Hanafi) tersebut, merupakan salah seorang Muslim Tionghoa yang memberikan gagasan agar Sunan Gunung Jati mendirikan pemerintahan kasunanan Kasepuhan di kota Cirebon Jawa Barat. Beliau mendapatkan gelar Pangeran Adipati Wirasenjaya dan merupakan Raja Muda bawahan Kesultanan Kasepuhan Cirebon di masa pemerintahan Sunan Gunung Jati. Pada tahun 1564, Haji Tan Eng Hoat dikabarkan meninggal dunia pada saat ekspedisi militer melawan Kerajaan Galuh yang beragama Hindu dan dimakamkan disebuah pulau dalam danau (nama danau tersebut tidak disebutkan dalam catatan Kelenteng Talang) Tan Sam Cai (Muhammad Syafi i) Agung Nugroho dalam artikelnya Jasa Besar Sam Tjai Kong Tetap Dihargai Keraton Kasepuhan Cirebon, Koran Pikiran Rakyat beredar 9 April 2005, mengemukakan bahwa Tan Sam Cai (Muhammad Syafi i) merupakan seorang Muslim Tionghoa yang berasal dari wilayah Fu Jian ( 福建 ) China Selatan, yang memiliki nama kecil Chen San Cai ( 陈三 才 ). Semasa hidupnya Tan Sam Cai dikenal sebagai bendahara atau

16 Menteri Keuangan yang handal dan terpercaya dalam pemerintahan Keraton Kasepuhan dan memperoleh gelar Tumenggung Arya Wira Tjoela (Gelar Arya merupakan sebuah gelar yang diberikan kepada seseorang yang memiliki jasa luar biasa terhadap pemerintahan keraton Cirebon). Berkat kepiawannya, Keraton Kasepuhan dapat berkembang dari sisi keuangan sehingga syiar ajaran Islam di Jawa Barat khususnya di kota Cirebon dapat berjalan lancar. Selain menjabat sebagai Menteri Keuangan, Tan Sam Cai merupakan seorang arsitek dalam pembangunan kompleks pertapaan para raja yang dikenal dengan sebutan Taman Air Goa Sunyaragi dan sebagai pendiri kelenteng kontroversial bernama Kelenteng Talang di daerah Talang kota Cirebon Jawa Barat. Meski memiliki jasa sangat besar terhadap pemerintahan Keraton Kasepuhan dalam mensyiarkan ajaran Islam, Tan Sam Cai memilih untuk pindah ke agama Konghucu pada akhir hayatnya. Meski dinilai sebagai sosok yang kontroversial, nama Tan Sam Cai tetap dihormati sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah kesultanan Cirebon serta dalam proses penyebaran ajaran Islam di kota Cirebon Jawa Barat Identitas Kebudayaan China, Jawa dan Islam di Kota Cirebon Dalam berbagai cerita sejarah, banyak metode yang digunakan dalam menjalankan syiar ajaran Islam seperti melalui kesenian, pendidikan dan simbolisasi. Hal-hal tersebut dimaknai sesuai dengan pemikiran yang mengandung

17 nilai-nilai berfilsafat tinggi yang hingga saat ini dapat dijumpai pada seni musik, seni tari, ukiran, batik serta bentuk dari sebuah bangunan. Berikut ini adalah sebuah kutipan yang diperoleh melalui sebuah data dari internet yang dinyatakan oleh Tri Agung Kristanto, Bangunan Bersejarah, 9 Desember 2005, yaitu: Benda cagar budaya merupakan benda buatan manusia yang bergerak atau tidak bergerak dan merupakan satu kesatuan atau sebuah kelompok yang pada bagian atau sisa-sisa dari bangunan tersebut sekurang-kurangnya berusia 50 tahun atau mewakili arsitektur yang memiliki sebuah ciri khas serta diangggap memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. ( com/index.php/archieves/category/bangunan-bersejarah). Kebudayaan-kebudayaan yang mempengaruhi suatu bangunan, merupakan benda cagar budaya yang harus dilestarikan dan merupakan suatu kebudayaan sebagai hasil tingkah laku yang berwujud karya-karya intelektual sebuah sejarah. Hal tersebut, juga diungkapkan oleh Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina Islam Jawa (2005: 41), bahwa: Eksistensi Cina Islam pada awal perkembangan agama Islam di Jawa ini tidak hanya ditunjukkan oleh kesaksian-kesaksian para pengembara asing, sumbersumber Cina, teks lokal Jawa maupun tradisi lisan saja, melainkan juga dibuktikan dengan berbagai peninggalan kepurbakalaan Islam di Jawa yang mengisyaratkan pengaruh Cina yang cukup kuat sehingga menimbulkan dugaan bahwa pada bentangan abad ke-15 dan -16 telah terjalin apa yang dinamakan Sino Javanese Muslim Culture. Bentuk akulturasi kebudayaan, dapat dilihat dalam bentuk perwujudan bangunan tua hasil akulturasi kebudayaan Islam dan kebudayaan Tionghoa sebagai benda cagar budaya di kota Cirebon Jawa Barat. Bangunan-bangunan tua tersebut, memiliki akulturasi kebudayaan Islam Tionghoa yang cukup kuat, sehingga terjalin

18 apa yang dinamakan Sino Javanese Muslim Culture (kebudayaan China Jawa Islam) pada bangunan Kompleks Keraton Kasepuhan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Taman Air Goa Sunyaragi dan Kompleks Pemakaman Astana Gunung Sembung yang memiliki ciri khas bangunan berupa keramik khas Tiongkok yang dijadikan hiasan utama pada bangunannya. Selain itu, terdapat sebuah bangunan tua peninggalan sejarah berupa kelenteng kontroversial yang diduga kuat oleh para sejarahwan lokal Cirebon, merupakan bangunan masjid yang dibangun oleh seorang Muslim Tionghoa di daerah Talang kota Cirebon Jawa Barat.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Arab, Melayu, China, Persia, India dan lain sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Arab, Melayu, China, Persia, India dan lain sebagainya. BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Kota Cirebon di Propinsi Jawa Barat, merupakan salah satu kota tua yang terletak di pesisir Utara Pulau Jawa yang kaya akan peninggalan budaya dan sejarah.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Dra. Dwi Hartini Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia Ahmad Mansur, Suryanegara

Lebih terperinci

Kemudian dari penelitian para ahli terdapat beberapa teori mengenai kemungkinan alur masuknya agama Islam ke Nusantara :

Kemudian dari penelitian para ahli terdapat beberapa teori mengenai kemungkinan alur masuknya agama Islam ke Nusantara : Penyebaran Tionghoa Muslim ke Nusantara. Pada beberapa naskah kuno di Tiongkok telah tercatat sejak dahulu tentang adanya pemukiman warga Tionghoa Muslim di pesisir pulau Jawa. Beberapa naskah yang telah

Lebih terperinci

E. KOMPLEKS PEMAKAMAN ASTANA GUNUNG SEMBUNG

E. KOMPLEKS PEMAKAMAN ASTANA GUNUNG SEMBUNG LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA L1 A. KOMPLEKS KERATON KASEPUHAN Denah Kompleks Keraton Kasepuhan Unsur Kebudayaan Islam Unsur kebudayaan Tionghoa L4 L5 L7 B. MASJID AGUNG SANG CIPTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA WILAYAH BANTEN Menurut berita dari Tome Pires (1512-1515) menyebutkan bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dan Cirebon

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

MASJID CHENG HOO SURABAYA

MASJID CHENG HOO SURABAYA KAJIAN MAKNA BUDAYA DALAM ARSITEKTUR : MASJID CHENG HOO SURABAYA Oleh: INDAH RAHMAWATI 0851010006 SEPTAFIAN ADHE 0851010028 SAVITRI KUSUMA W 0851010059 LUCKY MURDIYONO 0851010093 FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga.

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan lalu lintas pelayaran antara Tionghoa dari Tiongkok dengan Nusantara telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga. Berdasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para sejarawan mengenai masuknya agama Islam ke Indonesia berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan. Pendapat pertama

Lebih terperinci

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Islam Budaya lokal Pengantar 611M Masa Kelahiran Islam Di Arab. 632-661 M Mulai muncul Kekhafilahan di Arab untuk menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masjid merupakan tempat beribadah umat muslim. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi Muhammad SAW, di dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO A. Akulturasi China dan Jawa di Masjid Cheng Hoo Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sesuai dengan berkembangnya zaman, kita perlu tahu tentang sejarahsejarah perkembangan agama dan kebudayaan di Indonesia. Dengan mempelajarinya kita tahu tentang sejarah-sejarahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan luas 5.193.250 kilometer persegi 1 sudah pasti menyebabkan munculnya keanekaragaman dan kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyebaran agama Islam di Yogyakarta khususnya untuk kalangan etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim di Jawa adalah orang-orang

Lebih terperinci

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia 1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia Diperkirakan pengaruh Islam masuk ke Indonesia lebih awal daripada yang diduga banyak orang. Orang-orang gujaat lebih awal menerima pengaruh Islam dan mereka

Lebih terperinci

ORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI

ORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI ORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI QOLBUN muallaqun fiil masaajid; selalu saja mencintai masjid, dan hatinya menyatu dengan masjid. Inilah harapan yang selama pembangunan Masjid Agung Baiturrahman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Tionghoa yang datang dan menetap di Indonesia sudah memiliki sejarah yang panjang. Orang Tionghoa sudah mengenal Indonesia sejak abad ke 5 M, dan selama beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

Sunan Ampel memiliki silsilah hingga sampai ke Nabi Muhammad SAW, yaitu : * Sunan Raden Sayyid Ahmad Rahmatillah bin

Sunan Ampel memiliki silsilah hingga sampai ke Nabi Muhammad SAW, yaitu : * Sunan Raden Sayyid Ahmad Rahmatillah bin Sunan Ampel pada masa kecilnya menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, bernama Raden Rahmat, lahir pada tahun 1401 di Champa. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan. 53 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Masjid merupakan salah satu bangunan yang penting dalam agama Islam. Selain fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, masjid juga digunakan sebagai tempat kegiatan umat Islam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini diperkuat dengan adanya... Bukti arkeologis tentang makam Sultan

Lebih terperinci

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP / MTs :.. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : VII/2 Alokasi waktu : 8 x 40 menit ( 4 pertemuan) A. Standar Kompetensi 5. Memahami perkembangan

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Islam Di Indonesia Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 04 10230 Lestiyani Inayah, SAg Abstract Dalam bab ini kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai satu dari beberapa kota lama di Indonesia memiliki cukup banyak sisa-sisa bangunan tua bersejarah, seperti Lawang Sewu, Stasiun Tawang, Gereja

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

Pengaruh Islam dalam Kepemimpinan Indonesia

Pengaruh Islam dalam Kepemimpinan Indonesia Pengaruh Islam dalam Kepemimpinan Indonesia PROSES MASUK DAN BERKEMBANG NYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Pada akhir abad ke-13, pengaruh Islam dari Timur Tengah berkembang pesat di Nusantara.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera atau yang dahulu dikenal dengan nama Pulau Swarnadwipa merupakan pulau terbesar keenam di dunia yang memanjang dari 6 0 Lintang Utara hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari berbagai etnis, ras dan budaya yang tersebar di berbagai pulau di seluruh Nusantara. Keberagaman etnis dan budaya

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA Perpaduan Budaya Islam dan Budaya Tionghoa Pada Bangunan Kompleks

BAB 3 ANALISIS DATA Perpaduan Budaya Islam dan Budaya Tionghoa Pada Bangunan Kompleks BAB 3 ANALISIS DATA 3. 1. Perpaduan Budaya Islam dan Budaya Tionghoa Pada Bangunan Kompleks Keraton Kasepuhan 3. 1. 1. Sejarah Kompleks Keraton Kasepuhan Berikut ini adalah sebuah kutipan yang diperoleh

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah islam si pulau Jawa telah berlangsung sangat lama. Selama perjalanan tersebut banyak hal-hal yang terjadi pada masa itu, diantaranya yaitu dialog antar kebudayaan.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan catatan dan

Lebih terperinci

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

ASAL MULA NAMA PANTARAN

ASAL MULA NAMA PANTARAN ASAL MULA NAMA PANTARAN Suatu daearah di kaki Lereng Gunung Merbabu sebelah timur tanahnya berbukit-bukit serta hawanya dingin. Tanahnya yang gembur sehingga subur tanaman yang ada terbentang luas menyelimuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak zaman dahulu selalu melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dari kebutuhan pokok hingga kepuasan batin. Banyak teori yang mengemukakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan BAB V PENUTUP Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan orang-orang Islam di Jawa. Kedudukan dan kelebihan Masjid Agung Demak tidak terlepas dari peran para ulama yang bertindak

Lebih terperinci

BEBERAPA TEORI TENTANG MASUKNYA ISLAM

BEBERAPA TEORI TENTANG MASUKNYA ISLAM BEBERAPA TEORI TENTANG MASUKNYA ISLAM 1. Teori gujarat, abad ke 13, didukung oleh Snouck Hurgronye, WF Stuterheim dan HM. Vlekke. buktinya 1. Kurangnya fakta bahwa yg menyebarkan islam ke indonesia itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian Ziarah merupakan istilah yang tidak asing di masyarakat. Ziarah adalah salah satu bentuk kegiatan berdoa yang identitik dengan hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,

Lebih terperinci

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB 3: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

BAB 3: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM www.bimbinganalumniui.com 1. Perkembangan agama Islam pada masa Nabi Muhammad terutama meliputi wilayah etnis, baru setelah masa khalifah lebih ditekankan pada wilayah secara geografis. Dari sudut bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta mudah dipahami oleh orang awam lantaran pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. serta mudah dipahami oleh orang awam lantaran pendekatan-pendekatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dakwah Islam di Pulau Jawa mengalami proses yang cukup unik dan berliku-liku. Hal ini disebabkan karena kekuatan tradisi budaya dan sastra Hindu

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci

ISLAM DI INDONESIA. UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. MATA KULIAH AGAMA ISLAM. Modul ke: 04Fakultas.

ISLAM DI INDONESIA. UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. MATA KULIAH AGAMA ISLAM. Modul ke: 04Fakultas. ISLAM DI INDONESIA Modul ke: 04Fakultas MATA KULIAH AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. Program Studi A. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia Pada tahun 30 H/651M Khalifah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nusantara adalah sebuah wilayah yang telah berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional, karena sudah memiliki perniagaan regional dan internasional, adanya kontrol

Lebih terperinci

Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak

Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak Nugraha Pratama Mahasiswa Sarjana, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bagi setiap manusia, ingatan terhadap pengalaman-pengalaman pribadinya merupakan suatu hal yang sangat mengesankan. Dengan itu, dia memperoleh perasaan identitasnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata sebagai salah satu industri jasa ikut membantu meningkatkan perekonomian negara seiring dengan industri lainnya seperti pertanian, pertambangan

Lebih terperinci

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Cagar Budaya Candi Cangkuang Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain

Lebih terperinci

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Kebudayaan masing-masing suku bangsa dapat berdampingan, tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Kebudayaan masing-masing suku bangsa dapat berdampingan, tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang khas yang dimiliki dari negara tersebut. Kebudayaan masing-masing suku bangsa dapat berdampingan, tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pada abad ke-5, dibuktikan dengan kisah perjalanan biksu Buddha

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pada abad ke-5, dibuktikan dengan kisah perjalanan biksu Buddha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontak hubungan antara Indonesia dengan Tiongkok diperkirakan telah berkembang pada abad ke-5, dibuktikan dengan kisah perjalanan biksu Buddha bernama Fa Hien dan Gunawarman

Lebih terperinci

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hingga saat ini masih sulit memastikan kapan masuknya agama Islam ke Indonesia. Hal ini dikarenakan masih adanya perbedaan pendapat di antara para ahli sejarah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang tertuang dalam bentuk naskah sejak abad IX 1. Berkaitan dengan tulisan dalam bentuk naskah, Saputra

Lebih terperinci

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT Pada masa kepemimpinan Ratu Kalinyamat, kerajaan Kalinyamat mempunyai peran yang sangat penting dalam penyebaran dan pengembangan agama

Lebih terperinci

KEDATANGAN ISLAM KE ASIA TENGGARA AHMAD NZRYSHAH B. MOHAMED KHALID

KEDATANGAN ISLAM KE ASIA TENGGARA AHMAD NZRYSHAH B. MOHAMED KHALID KEDATANGAN ISLAM KE ASIA TENGGARA AHMAD NZRYSHAH B. MOHAMED KHALID PENGENALAN Negara negara di Asia Tenggara terletak di laluan strategik antara Timur dan Barat. Selat Melaka adalah laluan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari masa kerajaan hingga komunisme. Kemasyuran peradaban masa lalu Tiongkok, dapat dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengamati sejarah perkembangan ekonomi Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengamati sejarah perkembangan ekonomi Indonesia sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mengamati sejarah perkembangan ekonomi Indonesia sejak lahirnya orde baru sampai sekarang ini, kita perlu memperhatikan pokok-pokok pikiran yang mendasari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di ProvinsiBanten, Indonesia. Banten juga dikenal dengan Banten Girang yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebudayaan peranakan Tionghoa merupakan kebudayaan yang paling kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan bahasanya yang merupakan sintesa

Lebih terperinci

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Laporan dari Tiongkok Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Sabtu, 5 Mei 2018 13:06 WIB Seorang pengunjung melihat keindahan kampung budaya Shapowei di kota Xiamen, Fujian, Cina, Rabu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Naskah Drama Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kemunculan kerajaan ini diperkirakan berdiri mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M[1]

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu jiwa (Sensus 2010) 1. Orang

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu jiwa (Sensus 2010) 1. Orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tiongkok adalah negara besar yang terkenal di seluruh dunia dan memiliki Tembok Besar (Great Wall) yang diakui sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Tiongkok merupakan

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D 304 155 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

ISLAMISASI NUSANTARA Materi Ke 2. HIKMATULLOH, M.PdI

ISLAMISASI NUSANTARA Materi Ke 2. HIKMATULLOH, M.PdI ISLAMISASI NUSANTARA Materi Ke 2 HIKMATULLOH, M.PdI Kompetensi Dasar Memahami islamisasi dan terbentuknya institusi-institusi Islam Indikator Dapat menjelaskan proses Islamisasi di Indonesia Dapat menjelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci