BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Conference Population Development, kependudukan dan pembangunan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Conference Population Development, kependudukan dan pembangunan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesehatan Reproduksi 1. Pengertian Pengertian kesehatan reproduksi menurut hasil konfrensi Internasional Conference Population Development, kependudukan dan pembangunan (ICPD) di Kairo yaitu: Keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik mental dan sosisal dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya (BKKBN, 2000). 2. Alat-Alat Reproduksi Pengenalan dasar-dasar anatomi dan fisiologi alat-alat reproduksi manusia baik wanita maupun pria adalah sangat penting. Menurut Bobak (2005) organ reproduksi manusia dibedakan atas : a. Organ Reproduksi Perempuan 1. Alat reproduksi bagian luar Bagian luar atau vulva secara berurutan terdiri dari mons pubis (mons venires), labia mayora dan minora, klitoris, prepusium klitoris, vestibulum, fourchette dan perineum. a. Mons Pubis Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak 8

2 9 kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, yakni sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid. b. Labia Mayora Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina (muara vagina). c. Labia Minora Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang memanjang ke arah bawah dan bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu, merah muda dan basah. Ruangan diantara labia minora disebut vestibulum. d. Klitoris Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari

3 10 pada badanya. Saat wanita secara seksual terasang glans dan badan klitoris membesar. e. Prepusium Klitoris Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah menjadi bagian medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk frenulum. Kadang-kadang prepusium menutupi klitoris. f. Vestibulum Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperi perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris, dan fourchtte. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak belendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. g. Fourchette Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora digaris tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosanavikularis terletak diantara fourchette dan himen.

4 11 h. Perineum Perineum ialah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum. 2. Alat reproduksi bagian dalam a. Indung telur atau Ovarium Seseorang mempunyai dua buah indung telur, ovarium terletak disetiap sisi uterus, dibawah dan dibelakang tuba fallopi. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral dan ligamentum ovarii proprium yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. b. Tuba Fallopi (saluran tuba) Merupakan saluran sel telur yang menghubungkan ovarium dengan rahim, tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Tonjolantonjolan infundibulum yang menyerupai jari (fimbria) menarik kedalam tuba dengan gerakan-gerakan seperti gelombang. c. Uterus Antara kelahiran dan masa pubertas, uterus secara bertahap turun dari bagian bawah abdomen ke pelvis sejati. Setelah pubertas, uterus biasanya terletak digaris tengah pada pelvis sejati, posterior terhadap simpisis pubis dan kandung kemih, serta anterior

5 12 terhadap rektum pada kebanyakan wanita saat kandung kemih kosong, uterus berada dalam posisi anteversi (ujung condong kedepan), dan sedikit antefleksi (melengkung kedepan), dengan korpus bersandar pada bagian atas dinding posterior kandung kemih. d. Serviks Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan serviks uteri dengan vagina membagi serviks menjadi bagian supra vagina yang panjang (diatas vagina) dan bagian vagina yang lebih pendek, panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol kedalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis. Serviks seorang wanita nuli para mempunyai bentuk seperti gumparan yang hampir seperti kerucut, bundar, agak padat. e. Vagina Suatu struktur tubular yang terletak di depan rektum dan dibelakang kandung kemih dan uretra memanjang dari introtus (muara eksterna di vestibulum diantara labia minora vulva) sampai serviks. Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu merenggang secara luas. Vagina berfungsi sebagai penghubung antara rahim dan bagian luar dari

6 13 tubuh. Melalui vagina darah menstruasi dikeluarkan. Vagina juga sebagai media untuk bersenggama. b. Organ Reproduksi Pria Sistem reproduksi pria terdiri dari genitalia eksterna dan organorgan interna yang terletak di rongga pelvis. System reproduksi mulai berkembang sebagai respon terhadap testosteron selama kehidupan janin. Pada hakikatnya, testosteron tidak diproduksi selama masa kanak-kanak. Testosteron yang diproduksi kembali pada awitan pubertas menstimulasi pertumbuhan dan maturasi struktur reproduksi dan karakteristik. 1. Organ reproduksi bagian luar Struktur yang menyusun genitalia eksterna dengan urutan sebagai berikut Mons pubis, penis, dan skrotum. Pada saat dewasa, rambut pubis panjang, padat, kasar, dan ikal, membentuk pola berbentuk intan, dari umbilikus ke anus. Daerah di atas simpisis pubis disebut sebagai mons pubis. Penis merupakan organ urinasi dan kopulasi, terdiri dari batang atau badan dan glan. Badan organ reproduksi ini yang masuk ke vagina selama koitus, terdiri atas tiga lapisan silinder dan jaringan erektil, dua porpora kavernosa lateral dan satu korpus spongiosum, yang berisi uretra. Glan penis yang sensitif dan licin, merupakan organ pasangan klitoris wanita. Kulit dan fasia dengan longgar membungkus penis untuk memungkinkannya membesar selama ereksi.

7 14 Uretra adalah jalan yang biasa dilalui oleh urine dan semen. SkRotum, suatu kantung kulit, otot, dan fasia yang berkeriput pada bagian dalam di bagi oleh sebuah septum dan setiap kompartemen secara normal berisi satu testis, epididimis, dan vas deferen (duktus seminalis). Sisi kiri skortum tergantung sedikit lebih rendah (kira-kira 1 cm) dari pada sisi kanannya. Kulit disuplai oleh sangat banyak kelenjar sebasea dan kelenjar keringat dan jarang ditumbuhi rambut. Kontraksi dan relaksasi otot polos di bawah kulit menyebabkan retraksi testis untuk melindunginya dari trauma eksterna dan dingin. 2. Organ reproduksi bagian dalam Struktur bagian dalam meliputi testis, duktus pada testis, dan kelenjar saluran reproduksi aksesori. a. Testis Testis merupakan dua kelenjar lonjong kecil yang terdapat di dalam kantong skortum. Keduanya menggantung pada ikatan jaringan skortum dan korda spermatik. Pada awalnya testis terletak di dalam abdomen kemudian turun melalui kanal inguinalis pada akhir bulan ketujuh kehidupan janin. Dua fungsi utama testis adalah bertanggung jawab untuk spermatogenesis dan produksi hormon. Sel-sel seks primitif (spermatogonia) berada di tubulus seminiferus neonatus laki-laki.

8 15 b. Duktus (kanal) Untuk keuar dari tubuh, sperma harus melelui sistemsaluran dengan lengkap secara berurutan: tubulus seminiferus,epididimis, vas deferens, duktus ejakulatorius dan uretra. Setiap testis memiliki satu tuba yang meggulung ketat dengan penjang sekitar 6 m ( 20 kaki). Tuba ini, epididimis terbentang di sepanjang bagian atas dan sisi setiap testis. Epididimidis ialah tempat penyimpanan untuk pematangan sperma dan menghasilkan sebagian kecil cairan seminalis (seen). Tubulus seminiferus menyambung dengan epididimis, yang kemudian berhubungan dengan vas deveren. c. Kelenjar Sistem Reproduksi Aksesori Kelenjar reproduksi aksesori menyekresi cairan yang menyokong kehidupan dan fungsi sperma. Kelenjar aksesori ini terdiri dari sepasang vesikula seminalis yang terdapat di sepanjang permukaan posterior bawah kandung kemih, kelenjar prostat yang mengelilingi uretra prostatik, dan bulbouretralis (atau cowper) yang terletak di bawah prostat, masing-masing satu disetiap sisi uretra membranosa. d. Semen Semen ialah cairan yang di ejakulasi pada saat orgasme. Semen mengandung sperma dan sekresi dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretralis. Semen berwarna putih sampai

9 16 bening dengan berat jenis 1,028. Semen mempunyai ph basa dengan rentang ph 7,35 sampai 7,5. B. Peran Orang tua 1. Pengertian Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan atau dimiliki oleh orang yang bercukupan di masyarakat, peran terutama ditentukan oleh ciriciri individual yang bersifat khas atau istimewa (Depdiknas, 2002) Dalam pendidikan seks peran orang tua sangat diperlukan untuk menerangkan sehingga timbul pengertian dan penghayatan pada remaja tentang identitas seksnya yang ditampilkan di dalam sikap dan perilakunya sesuai dengan jenis seks masing-masing dan tata laksana kebudayaannya sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Dengan demikian anak dapat merasakan kesesuaian diri pribadinya dengan kehidupan lingkungannya. jadi perlu ditekankan bahwa pendidikan seksual mencakup pengertian yang luas dan bukan semata-mata hubungan antara genetalia pria dan wanita (Moeljono Notosoedirdjo, 2005). Orang tua mempunyai peran yang sangat penting sebagai sumber informasi sehingga harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan terbuka mengenai permasalahan yang dialami oleh anak-anak remaja dan lingkungan sekitarnya terhadap masalah seks.

10 17 2. Macam-macam peran orang tua Dalam BKKBN (1997) peran orang tua terdiri dari peran sebagai pendidik, peran sebagai pendorong, peran sebagai panutan, Peran sebagai teman, Peran sebagai pengawas, peran sebaga konselor. Peran sebagai pendidik, Orang tua perlu menanamkan kepada remaja arti penting dari pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah. Selain itu nilai-nilai agama dan moral perlu ditanamkan kepada anaknya sejak dini sebagai bekal dan benteng untuk menghadapi perubahanperubahan yang terjadi. Peran sebagai pendorong, Sebagai anak yang sedang menghadapi masa peralihan, remaja membutuhkan dorongan dari orang tua untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri dalam menghadapi masalah. Peran sebagai panutan, orang tua perlu memberikan contoh dan teladan bagi remaja, baik dalam menjalankan nilai-nilai agama maupun norma yang berlaku di masyarakat. Peran sebagai teman, menghadapi anak yang sedang menghadapi masa remaja, orang tua perlu lebih sabar dan mengerti tentang perubahan pada remaja. Orang tua dapat menjadi sumber informasi, teman bicara atau teman bertukar pikjkiran tentang kesulitan atau masalah mereka, sehingga remaja merasa nyaman dan terlindungi. Peran sebagai pengawas, kewajiban orang tua adalah melihat mengawasi sikap dan perilaku remaja agar tidak terjerumus dalam pergaulan

11 18 yang membawanya ke dalam pergaulan bebas dan tindakan yang merugikan diri sendiri. Peran sebagai konselor, orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai positif dan negatif sehingga remaja mampu mengambil keputusan yang terbaik. 3. Peran orang tua dalam pendidikan kesehatan reproduksi Orang tua mempunyai peran penting dalam memberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi sesuai dengan usia anak dengan bahasa yang halus dan mudah dipahami. Dalam memberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi, orang tua juga harus meberikan contoh yang baik. Orang tua harus bersikap terbuka dan selalu siap dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan anak sesuai dengan kemampuannya (Dianawati, 2003). Orang tua dikatakan berperan jika dia mampu memberikan atau menyampaikan informasi tentang kesehatan reproduksi kepada anak remajanya dan tidak berperan jika dia sama sekali tidak memberikan informasi atau pengetahuan (Azwar, 2001). 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran orang tua Menurut Mu tadin (2002) faktor yang mempengaruhi peran orang tua dalam pendidikan tentang kesehatan reproduksi yaitu : a. Faktor pendidikan Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam memberikan pendidikan pada anak, karena

12 19 tingginya jenjang pendidikan yang dimiliki oleh orang tua merupakan salah satu pendukung luasnya pengetahuan yang diikuti orang tua. b. Faktor Budaya Banyak orang tua yang masih menganggap bahwa memberikan informasi atau pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan hal yang aneh dan tidak biasa dilakukan oleh orang tua. 5. Hubungan peran orang tua sebagai pendidik dengan sikap Orang tua merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap anak. Orang tua adalah seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat, atau seorang yang berarti khusus (significant others) dan anak banyak mempengaruhi pembentukan sikap seseorang terhadap suatu hal. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap yang dianggap penting yaitu orang tua (Azwar, 2001). C. Sikap 1. Pengertian Menurut Iskandar (2003) sikap adalah keadaan mental dan syrat dari kesehatan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Menurut Notoatmodjo (2003) sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau subjek dan merupakan

13 20 kesepian untuk bereaksi terhadap objek. Manifestasi dari sikap tidak dapat dilihat secara langsung. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan mental yang dapat memberikan pengaruh terhadap individu pada semua objek dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek. 2. Tingkatan Sikap Menurut Bloom dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menyatakan sikap terdiri dari berbagai tingkatan sebagai berikut. a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang tersebut telah menerima ide yang diberikan. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan sesuatu atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pada

14 21 penelitiaan ini tingkatan sikap yang digunakan adalah sikap nomer 2 yaitu merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menjawab pertanyaan yang diberikan. 3. Pengukuran Sikap Azwar (2001) mengatakan diantara banyak metode pengukuran sikap secara historis telah dilakukan orang yaitu dengan cara: 1) Observasi Perilaku Perilaku tertentu kadang-kadang sengaja ditampakan untuk menyembunyikan sikap yang sebenarnya. Dengan demikian sikap yang diamati mungkin srngaja dapat menjadi indikator sikap dalam konteks situasional tertentu akan tetapi interprestasi sikap harus sngat berhatihatiapabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan oleh seseorang. 2) Penanyaan langsung Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna pengungkapan sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi keterusterangan bahwamanusia akan mengungkapkan secara terbuka apa yang dirasakannya. Oleh karena itu, dalam metode ini jawaban yang digunakan oleh mereka yang ditanyai dijadikan indikator sikap mereka. Telaah yang lebih mendalam dan hasil-hasil penelitian telah meruntuhkan asumsi-asumsi tersebut di atas. Ternyata orang akan mengemukakan pendapat dan jawaban yang sebenarnya secara terbuka hanya apabila

15 22 situasi dan kondisi memungkinkan. Artinya, apabila situasi dan kondisi memungkikan hal yang sebenarnya tanpa rasa takut terhadap konsekuensi langsung maupun tidak langsung yang dapat terjadi. Dalam situasi tanpa tekanan dan bebas dari rasa takut, serta tidak terlihat adanya keuntungan untuk berkata lain, barulah individu cenderung memebrikan jawaban yang sebenarnya sesuai dengan apa yang dirasakannya. 3) Pengungkapan Langsung Suatu versi metode penayaan langsung adalah pengukuran langsung (direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal maupun item ganda. Prosedur pengukuran langsung dengan item tunggal sangat sederhana. Responden diminta menjawab langsung suatu penanyaan sikap tetrtulis dengan memberi tanda setuju. Penyajian dan penberian respon yang dilakukan secara lebih jujur ia tidak perlu menuliskan nama atau identitasnya. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ditanyakan pendapat atau dengan secara tidak langsung dengan pertanyaan pendapat. Menurut Likert dalam Azwar (2001) mengatakan apabila menggunakan pertanyaan, maka alternatif jawaban yang diberikan terhadap responden meliputi pernyataan: sangat setuju, setuju, agak setuju, agak tidak setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Menurut Azwar (2001) bahwa pembentukan sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain dianggap

16 23 penting (orang tua), media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional. Pengalaman pribadi adalah hal yang dialami akan membentuk dan mempengaruhi penghargaan terhadap seseorang mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Kebudayaan akan mewarisi sikap dan memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian yang kuat dapat memudahkan dominasi, kebudayaan dalam pembentukan sikap individu. Orang lain yang dianggap penting bagi individu orang tua merupakan orang penting di antara komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap. Seseorang yang berarti khusus akan banyak mempengaruhi sikap terhadap segala aspek (orang lain yang dianggap penting) Media massa merupakan sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan informasi, membaca pesan-pesan sugesti yang dapat mengarahkan opini kuat akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arahan sikap tertentu. Lembaga pendidikan dan lembaga agama adalah lembaga yang meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu sehingga terbentuk kepercayaan yang kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu.

17 24 Pengaruh faktor emosional dapat mendasari bentuk sikap karena berfungsi sebagai pengukuran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2001). D. Seks Bebas a. Pengertian Menurut Sarsanto (2002) dalam pengertian sempit, seks dalam kamus bahasa berarti jenis kelamin. Seksualitas sering diartikan aktivitas hubungan kelamin umumnya antara laki-laki dan perempuan, dan yang sering dibayangkan adalah adanya hubungan melalui cara penetrasi Menurut Stuart & Sunden (1999) seksualitas di definisikan secara luas sebagai suatu keinginan untuk menjalin kontak, kehangatan, kemesraan, atau mencintai, respure seksual meliputi memandang dan berbicara, berpegangan tangan, berciuman atau memuaskan diri sendiri dan sama-sama menimbulkan orgasme, seksulitas merupakan bagian dari perasaan terhadap diri yang ada pada individu secara menyeluruh. Para ahli dalam bidang seksualitas tidak setuju tentang jenis perilaku seksual normal. Pengertian seks bebas di sini dalam arti kata seluas-luasnya dan umum sifatnya. Seksual tidak terbatas hanya pada masalah reproduksi, regenerasi, perkembangan jenis dalam pengertian biologis dan eksitensi spesiesnya, dan dikatakan umum karena menyangkut banyak hal yang mengenai proses sikap dan perilakunya dalam pergaulan. Dengan demikian seksual sebetulnya mencakup pengertian yang sangat luas yang satu dengan yang lainnya berkaitan baik dalam pengertian biologis, hubungannya dengan

18 25 emosional dan kaitannya dengan sosial dan budaya dalam membesarkan peranan jenis seksnya (Moeljono Notosoedirdjo, 2005). Menurut Irwan dikutip oleh Sulistyo (2002) bahwa seksual menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas diantaranya: dimensi biologis, dimensi psikologis, dimensi sosial, dimensi kultural. Dimensi biologis mendefinisikan, seksual artinya sesuatu yang berhubungan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi manusia. Dimensi psikologis ini berhubungan erat dengan cara manusia menjalani fungsi seksual sesuai dengan identifitas jenis kelamin dan dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi emosi, motifasi, dan perilaku). Menurut dimensi sosial, seksual adalah relasi antar manusia, proses seorang menyesuaikan dan beradaptasi dengan tuntutan, peran dari lingkungan sosial serta sosialisasi peran dan fungsi seksual dalam kehidupan manusia. Dimensi kultural ini menunjukkan nilai- nilai moral dan budaya terhadap seks. Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri yang meliputi beberapa yaitu mulai dari menunjukan perhatian dari lawan jenis, berkenalan, pacaran, kemudian melakukan lips kissing (ciuman bibir), genital stimulation (melakukan rasangan pada alat genital), petting (saling menempelkan alat kelamin tanpa penetrasi), kemudian berlanjut pada hubungan seksual (Wijanarko, 1999). Dari pengertian di atas disimpulkan, seks bebas adalah hubungan seks yang dilakukan dengan orang yang disukai atau tidak disukai dan bebas dari perasaan yang membebani bila dilakukan.

19 26 E. Remaja Remaja adalah peralihan pada masa tersebut mereka mengalami berbagai perubahan fisik, baik yang dapat terlihat dari luar akibat pengaruh hormonal untuk remaja putri hormon estrogen dan progesterone serta sedikit androgen, untuk remaja putra hormon androgen (dominan) dan progesteron. Bersamaan dengan perubahan-perubahan akibat pengaruh hormonal ini remaja mengalami peristiwa haid, mimpi basah yang menandai mulai berfungsinya alat-alat reproduksi. Seiring perubahan-perubahan itu terjadi perubahan emosi, ini sebetulnya keadaan yang dialami atau normal karena pada masa ini mereka ssedang dalam proses mencari identitas diri (Widyantoro, 2002). Sebagaimana kita ketahui bahwa masa remaja terdapat proses-proses kematangan dalam bidang biologis yaitu kematangan bidang fisik, seksual dan mental emosional. Perlu diingat bahwa masing-masing bidang ini tingkat cepatnya perkembangan tidaklah selalu sama bagi setiap remaja dalam kurun waktu tahun tersebut. Mungkin seseorang remaja telah dapat mencapai kematangan seksualnya namun tingkat kematangan mental dan emosional masih jauh ketinggalan (Moeljono Notosoedirdjo, 2005). Remaja dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan yaitu remaja awal usia tahun, remaja tahun, dan remaja akhir umur tahun. Masa puberitas meliputi masa remaja awal dan berisi perubahan fisik seperti percepatan pertumbuhan dan timbulnya seksulitas. Pada masa remaja akhir

20 27 umumnya remaja sudah dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada dirinya (BKKBN, 1997). Menurut Hurlock (2000) remaja laki-laki mengalami pubertas antara umur tahun dengan tanda-tanda yaitu: mimpi basah, timbul rambut di ketiak, dada dan dagu, tidak cepat terbawa emosi, tidak cepat mengeluh, tidak mudah putus asa. Menurut BKKBN (1997) bahwa pada anak remja putri mengalami pubertas berlangsung pada umur tahun, dengan tanda-tanda yaitu: menars (menstruasi pertama), timbul rambut di ketiak dan kemaluan, pembesaran payudara dan pinggul. Adapun perubahan yang terjadi pada masa remaja menurut Hurlock (2001) yaitu perubahan fisik, perubahan emosi, perubahan sosial, perubahan moral, perubahan psikologis. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja dibagi menjadi perubahan eksternal dan perubahan internal. Perubahan eksternal terdiri dari: Perubahan tinggi badan, berat badan, proporsi tubuh, organ seks dan ciri-ciri sekunder. Ciri-ciri internal yang terjadi adalah system pencernaan, sistem peredaran darah, system pernafasan, system endokrin dan jaringan tubuh (Hurlock, 2001) Perubahan emosi yaitu, meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan pada masa anak-anak mereka kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut. Sebagian

21 28 besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian daripada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru (Hurlock, 2001) Perubahan sosial yaitu, tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga maupun sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialsasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru.yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam hubungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 2001) Perubahan moral adalah salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskan kedalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Tidak kalah penting sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya

22 29 sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru (Hurlock, 2001). Perubahan psikologi pada masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Remaja sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka. Pada usia 16 tahun ke atas, remaja akan dihadapkan pada dunia nyata. Saat itu juga remaja mulai sadar bahwa orang lain ternyata memiliki dunia sendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau dipikiranya. Anggapan mereka bahwa selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan. Remaja juga sering menganggap bahawa dirinya serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perubahan mereka. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai seseorang yang baru, berbagai nasehat dan berbagai cara akan dicari untuk dicoba oleh remaja (Hurlock, 2001).

23 30 F. Kerangka Teori Peran orang tua Sikap tentang seks bebas Hubungan seks diluar nikah Pengalaman pribadi Kebudayaan Media massa Lembaga pendidikan dan agama Faktor emosional Kejiwaan Agama dan sosial Kesehatan Gambar : Kerangka Teori G. Kerangka Konsep Peran orang tua Sikap anak tentang seks bebas H. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara peran orang tua dalam pendidikan kesehatan reproduksi dengan sikap seks bebas pada siswa SMU 3 PGRI Randudongkal Pemalang 2007

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008 No. Identitas : Tgl. Interview : Jenis Kelamin : Keterangan

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 IDENTITAS RESPONDEN : 1. NAMA : 2.

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3. Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Dapat menjadi bahan bacaan dan refrensi untuk penelitian lebih lanjut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2002), pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

Lebih terperinci

Function of the reproductive system is to produce off-springs.

Function of the reproductive system is to produce off-springs. Function of the reproductive system is to produce off-springs. The Gonad produce gamets (sperms or ova) and sex hormones. All other reproductive organs are accessory organs Anatomi Sistem Reproduksi Pria

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi - - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl2reproduksi Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. tertentu dan merupakan domain yang sangat penting untuk. 1) Tingkat Pengetahuan. ada 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

BAB II TINJUAN PUSTAKA. tertentu dan merupakan domain yang sangat penting untuk. 1) Tingkat Pengetahuan. ada 6 tingkat pengetahuan, yaitu : 9 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Menurut Sunaryo (2013), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris atau pengindraan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Seks Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran orang tua yang sangat dituntut lebih dominan untuk memperkenalkan sesuai dengan usia dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan, kata dasarnya tahu, mendapatkan awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi, menurut susunan perkataannya, pengetahuan

Lebih terperinci

Bab IV Memahami Tubuh Kita

Bab IV Memahami Tubuh Kita Bab IV Memahami Tubuh Kita Pubertas Usia reproduktif Menopause Setiap perempuan pasti berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan dari dewasa menjadi dewasa yang lebih tua Sistem Reproduksi Perempuan

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI OLEH: DR SURURIN

KESEHATAN REPRODUKSI OLEH: DR SURURIN KESEHATAN REPRODUKSI 1 OLEH: DR SURURIN Pandangan Internasional pada Kesehatan Reproduksi (Kespro) 2 Kesepakatan-kesepakatan: ICPD ( International Converence on Population and Depelopment ) di kairo Mesir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep diri Willoughby, King & polatajko (1996, dalam Wong,et al 2009, hlm 121) mengemukakan bahwa konsep diri adalah bagaimana individu menggambarkan

Lebih terperinci

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat ) DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat ) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat baik secara fisik, jiwa maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organizations) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organizations) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritis 1. Kesehatan reproduksi a. Pengertian Kesehatan Reproduksi menurut WHO (World Health Organizations) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran TSTS Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB 1. All About Remaja

BAB 1. All About Remaja BAB 1. All About Remaja Siapakah Remaja? Pengertian remaja, Klasifikasi remaja (umur) Setiap dari kita pasti pernah mengalami masa remaja, atau mungkin kita sekarang sedang dalam masa remaja? tapi pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesehatan Reproduksi Remaja 2.1.1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Remaja WHO (1965) mendefinisikan bahwa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa antara umur 10

Lebih terperinci

Sistem Reproduksi Pria meliputi: A. Organ-organ Reproduksi Pria B. Spermatogenesis, dan C. Hormon pada pria Organ Reproduksi Dalam Testis Saluran Pengeluaran Epididimis Vas Deferens Saluran Ejakulasi Urethra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KESEHATAN REPRODUKSI by Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis dan

Lebih terperinci

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja Wanita 1. Tumbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak. 2. Bertambah besar buah dada. 3. Bertambah besarnya pinggul. Pria 1. Tumbuh rambut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik dan psikologi. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, masa ini juga disebut suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

ALAT GENITALIA. Departemen Anatomi FK USU

ALAT GENITALIA. Departemen Anatomi FK USU ALAT GENITALIA Departemen Anatomi FK USU Embriologi Kelenjar kelamin tidak memperlihatkan ciri-ciri ii ii bentuk maupun hingga minggu ke-7 kehamilan Pada manusia sel-sel benih primodial nampak pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 1. Pasangan antara bagian alat reproduksi laki-laki dan fungsinya berikut ini benar, kecuali... Skrotumberfungsi sebagai pembungkus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prior Knowledge (Pengetahuan Awal) Perencanaan pembelajaran tidak lepas dari variabel-variabel pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli, Glaser

Lebih terperinci

REPRODUKSI KESEHATAN REMAJA CREATED BY: MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK USU 2009

REPRODUKSI KESEHATAN REMAJA CREATED BY: MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK USU 2009 KESEHTN REPRODUKSI REMJ CRETED BY: MHSISW PROGRM PROFESI NERS PSIK FK USU 2009 PUBERTS SYIIK?!! SEMOG BERMNFT Y BOOKLETNY!!! Sobat muda!!! Tau gak pubertas tuh apaan? Pubertas itu adalah suatu masa ketika

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes KESEHATAN REPRODUKSI Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes Introduction Kespro keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah tanggapan langsung dari sesuatu dan merupakan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah tanggapan langsung dari sesuatu dan merupakan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Persepsi 1.1.Pengertian Persepsi adalah tanggapan langsung dari sesuatu dan merupakan proses seseorang mengetahui berapa hal melalui panca inderanya (Depdiknas, 2005). Rahmat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesehatan Reproduksi Remaja 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja IPCD (Internasional Conference On Population and Developmen) Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditunjuk. Jenis kelamin ini memberi kita pengertian tentang suatu sifat atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditunjuk. Jenis kelamin ini memberi kita pengertian tentang suatu sifat atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep 1. Seks dan Seksualitas a. Seks Seks mempunyai arti jenis kelamin, sesuatu yang dapat dilihat dan dapat ditunjuk. Jenis kelamin ini memberi kita pengertian tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Maulana.2009.hlm 194). 1. Tingkat Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN VULVA HYGIENE SISWI SMA N 1 MOJOTENGAH, KABUPATEN WONOSOBO

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN VULVA HYGIENE SISWI SMA N 1 MOJOTENGAH, KABUPATEN WONOSOBO PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN VULVA HYGIENE SISWI SMA N 1 MOJOTENGAH, KABUPATEN WONOSOBO PROPOSAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Ajar Skripsi Disusun

Lebih terperinci

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Bab SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

Bab SISTEM REPRODUKSI MANUSIA Bab 2 SISTEM REPRODUKSI MANUSIA (Sumber: irdakaiser.files.wordpress.com) Masih ingatkah kamu ciri-ciri makhluk hidup? Coba kamu ingat kembali ciri-ciri makhluk hidup. Salah satu ciri-ciri makhluk hidup

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Jenjang Sekolah : SMP 3 Pajangan Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas / Semester : VIII / I Alokasi waktu : 1 X 40 (1 x Pertemuan) Standar Kompetensi 1. Memahami

Lebih terperinci

PERUBAHAN SELAMA KEHAMILAN

PERUBAHAN SELAMA KEHAMILAN PERUBAHAN SELAMA KEHAMILAN 1. Perubahan Fungsi Perubahan Hormonal Perubahan Mekanikal Pembesaran uterus yang menyebabkan tekanan organ, payudara menyebabkan perubahan postur dan posisi tubuh 2. Perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Ibu a. Definisi Ibu Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, maka anak harus menyayangi ibu, sebutan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Definisi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Lebih terperinci

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 MAKALAH TENTANG THERMOREGULASI (PENGATURAN SUHU) PADA TESTIS Oleh Sohibul Himam (0710510087) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 1 Pendahuluan Testis merupakan organ kelamin primer bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Kesehatan Reproduksi 1. Definisi Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan/ICPD (international Conference on Population and Development), di Kairo Mesir tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama di kalangan remaja. Kesehatan reproduksi (kespro) didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (knowledge) a. Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan; BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga, atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau

Lebih terperinci

- SELAMAT MENGERJAKAN -

- SELAMAT MENGERJAKAN - Identitas subyek Usia : Angkatan : Jenis kelamin : PEDOMAN PENGISIAN 1. Isilah identitas di sudut kiri atas dengan jelas. 2. Bacalah dahulu Petunjuk Pengisian pada masing-masing bagian dengan cermat. 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Populasi dunia saat ini sekitar 6,7 miliar dan sepertiganya adalah remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun sampai 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2007, hlm. 20). Pada masa remaja, individu banyak mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja a. Definisi Remaja Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun sebagai suatu masa dimana individu berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Seksual pra nikah 2.1.1. Pengertian Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13

JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13 JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13 SISTEM REPRODUKSI MANUSIA SUMIATI (E1A012053) Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mataram Jln. Majapahit NO. 62 Mataram, Telp/Fax: (0370)631166

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA

SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA Niken Andalasari Sistem Reproduksi Reproduksiberasaldarikatare yang berartikembalidanproduction yang berarti membuat atau menghasilkan Reproduksi mempunyai arti suatu proses

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Menurut World Health Organization (WHO) (2014) remaja atau dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan.

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. saya sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. saya sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan Lampiran I Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bernama Nur Apni Aryani (095102021) adalah mahasiswi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL (MENGAPA TIDAK) Oleh : Drs. Andang Muryanta

KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL (MENGAPA TIDAK) Oleh : Drs. Andang Muryanta KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL (MENGAPA TIDAK) Oleh : Drs. Andang Muryanta PENDAHULUAN Sering banyak orang menganggap masalah reproduksi merupakan hal yang masih dianggapkurang bermanfaat atau tabu apabila

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

Dalam sebuah siklus kehidupan, masa puber merupakan salah satu masa. yang tidak mudah untuk dilalui oleh individu. Masa puber dianggap sebagai masa

Dalam sebuah siklus kehidupan, masa puber merupakan salah satu masa. yang tidak mudah untuk dilalui oleh individu. Masa puber dianggap sebagai masa BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah siklus kehidupan, masa puber merupakan salah satu masa yang tidak mudah untuk dilalui oleh individu. Masa puber dianggap sebagai

Lebih terperinci

Individu sebagai satu kesatuan

Individu sebagai satu kesatuan Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi kesatuan yang terbatas, yaitu

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,

BAB II LANDASAN TEORI. anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, BAB II LANDASAN TEORI II.A. Keharmonisan Keluarga II.A.1. Definisi Keharmonisan Keluarga Menurut Gunarsa (2000) keluarga harmonis adalah bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis dalam penelitian ini dilakukan pada setiap unit analisis berupa kalimat (teks), gambar, dan tabel yang terdapat pada buku teks pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konferensi di tingkat nasional (International Conference on Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati. oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p. 133).

BAB II TINJAUAN TEORI. manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati. oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p. 133). 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Seks Pranikah 1. Pengertian Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Masa Remaja 1) Pengertian Masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan organ-organ fisik, emosi dan psikis disebut masa remaja. Masa remaja,

Lebih terperinci

Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria.

Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria. Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria. Organ Reproduksi Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada periode ini remaja mengalami pubertas. Selama pubertas, remaja mengalami perubahan hormonal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci