BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditunjuk. Jenis kelamin ini memberi kita pengertian tentang suatu sifat atau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditunjuk. Jenis kelamin ini memberi kita pengertian tentang suatu sifat atau"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep 1. Seks dan Seksualitas a. Seks Seks mempunyai arti jenis kelamin, sesuatu yang dapat dilihat dan dapat ditunjuk. Jenis kelamin ini memberi kita pengertian tentang suatu sifat atau ciri yang membedakan antara laki-laki atau perempuan, yang secara biologis (PKBI, 2000). b. Seksualitas Seksual adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin hal-hal yang berhubungan dengan masalah hubungan intim atau antara lakilaki dan perempuan (Mu tadin, 2002, Penyimpangan Seksual, http: // www. Situs kesehatan reproduksi.info, diperoleh tanggal 30 Oktober 2003). Seksualitas merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan manusia, dimulai dari saat manusia lahir sebagai bayi hingga secara fisik menjadi mandiri, lepas dari ibunya dan akan berakhir ketika seorang meninggal dunia (PKBI, 2000). Tujuan dari seksualitas yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia, sedangkan secara khusus terbagi dua yaitu; (1) Prokreasi adalah menciptakan atau meneruskan keturunan, (2) rekreasi adalah

2 memperoleh kenikmatan biologis dan seksual (PKBI, 2000). Adapun dimensi seksualitas terbagi antara lain: 1) Dimensi biologis yaitu seksualitas yang berkaitan dengan organ reproduksi, yang menggunakan secara optimal sebagai alat untuk berprokreasi (bereproduksi) dan berekreasi dalam mengekspresikan dorongan seksual. 2) Dimensi psikologis yaitu seksualitas yang berhubungan erat dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas sendiri dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual. 3) Dimensi sosial yaitu berkaitan bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks. 4) Dimensi kultural menunjukkan tentang bagaimana perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat. 2. Perilaku Seksual a. Perilaku (Practice) Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), Mekanisme (mechanisme), Adaptasi (adaptation) (Notoatmodjo, 2003). Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari perubahan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari

3 aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleks dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap. Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktorfaktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku kesehatan menurut Lawrene Green terbagi tiga teori penyebab masalah kesehatan yaitu: 1) Faktor-faktor Predisposisi (predisposing faktors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seesorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. 2) Faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. 3) Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal dari adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor diluar tersebut (lingkungan) baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan lingkungan diketahui, dipersepsikan, diyakini, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak, yang pada akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku. Adapun urutan terjadinya perilaku sebagai berikut: SKEMA PERILAKU

4 Eksternal a. Pengalaman b. Fasilitas c. Sosio-budaya Internal a. Persepsi b. Pengetahuan c. Keyakinan d. Motivasi e. Niat f. Sikap Respons Perilaku Skema.l. 2.Skema Perilaku (Sumber : Modifikasi Lawrence Green dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2003) b. Perilaku Seksual (Sexual Practice) Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik pada lawan jenis sampai yang berlanjut pada tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek seksual berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa pada dirinya, terutama jika tidak ada akibat fisik yang dapat ditimbulkannya, tetapi pada kenyataannya, sebagian perilaku seksual yang lain dimana dapat dilakukan melalui berbagai cara, untuk memulai dari berfantasi, berpegangan tangan, ciuman kening, ciuman bibir, meraba, berpelukan, menempelkan alat kelamin (petting), sampai intercouse (memasukkan alat kelamin laki-laki ke alat kelamin perempuan) (Mu tadin, 2002, Penyimpangan Seksual, http: // kesehatan reproduksi.info, diperoleh tanggal 30 Oktober 2003). Hubungan seks mempunyai arti hubungan kelamin sebagai salah satu bentuk kegiatan penyaluran dorongan seksual. Sedangkan hubungan seksual pranikah adalah melakukan hubungan seksual sebelum adanya ikatan

5 perkawinan yang sah, baik hubungan seks yang penetratif (penis dimasukkan kedalam vagina, anus, atau mulut) maupun yang non penetratif (penis tidak dimasukkan kedalam vagina) (Munajat, 2000) Hubungan seksual pranikah memberikan dampak yang negatif pada remaja baik secara fisik maupun sosial. Secara fisik yaitu dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan, terkena Penyakit Menular Seksual, dan aborsi. Secara psikis menimbulkan perasaan tertekan, depresi. Secara sosial yaitu tidak dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat karena merasa malu (Munajat, 2000). Suatu hubungan seksual pranikah pada dasarnya dibutuhkan suatu bekal agama yang kuat, dimana agama yang baik kemungkinan untuk melakukan hubungan seksual pranikah tidak dilakukan karena agama melarang perilaku seksual pranikah. Tanpa adanya ikatan agama perilaku seksual pranikah termasuk dalam perbuatan dosa besar (Anonim, Waspada Seks Bebas Kalangan Remaja. diperoleh tanggal 25 Maret 2003). Dengan matangnya fungsi-fungsi seksual pada remaja, maka timbul dorongan dan keinginan untuk pemuasan seksual. Kebudayaan Indonesia tidak mengizinkan hubungan seksual diluar pernikahan, padahal pernikahan menuntut syarat-syarat yang berat dan bisa terpenuhi setelah masa remaja. Karena itu para remaja mencari kepuasan dengan berkhayal, membaca buku atau memutar film porno. Persoalan ini kurang nampak pada masyarakat desa, yang perkawinannya terjadi pada waktu individu masih sangat muda, atau masyarakat yang sudah sangat maju dimana dibenarkan hubungan seks sebelum pernikahan (Purwanto, 1999).

6 B. Kesehatan Reproduksi 1. Definisi Kesehatan Reproduksi ICPD (International Conference on Population and Development) Kairo (1994) mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial, bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan di segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya, proses reproduksi itu sendiri. Kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap orang dapat menikmati kehidupan seks yang aman dan menyenangkan dan mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi, serta memiliki kebebasan untuk menetapkan kapan dan seberapa sering mereka ingin bereproduksi (Hidayana, 2004). WHO mendefinisikan kesehatan reproduksi adalah keadaan yang memungkinkan proses reproduksi dapat tercapai secara sehat baik fisik, mental, maupun sosial yang bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelainan. Kemampuan seseorang khususnya wanita, untuk mengatur dan mengendalikan kesuburannya merupakan komponen yang integral dari pelayanan kesehatan reproduksi (Anonim, 2005, Isu Pokok Kesehatan Reproduksi Remaja, http: // diperoleh tanggal 30 Oktober 2006). 2. Organ Reproduksi Organ reproduksi wanita bagian luar (genitalia eksterna) meliputi mons pubis/mons veneris, bibir besar (labia mayor), bibir kecil (labia minor), klitoris, vulva, uretra (saluran kencing), hymen (selaput dara), sedangkan organ reproduksi wanita bagian dalam (genitalia interma) meliputi vagina,tuba fallopi, uterus (rahim), cervik (leher rahim) (Wahyudi, 2000).

7 vestibulum hiatus himenalis ostia skene pubis mons veneris klitoris labium mayus orifisium uretra eksternum himen labium minus fosa nafikulare perineum anus Gambar.1.2. Alat Reproduksi Wanita Bagian Luar (Bagus, 1999) Badan rahim Puncak rahim Saluran telur (tuba fallopi) Ampula saluran telur Lapisan dalam rahim Ligamen ovarium Indung telur Servik Gambar.2.2. Alat Reproduksi Wanita Bagian Dalam (Bagus, 1999) Pada pria organ reproduksinya meliputi penis, uretra (saluran kencing), kelenjar prostate, vesikula seminalis, vas deferens (saluran sperma), epididimis, testis (pelir) (Wahyudi, 2000).

8 Kandung kemih Vas deferens Tulang kemaluan Prostat Kepala penis Epididimis Skrotum Anus Testis Saluran kencing Gambar 3.2. Alat Reproduksi Laki-laki (Bagus, 1999) 3. Perkembangan Seksual Remaja Remaja dikenal sebagai periode yang duduk pada tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Sedangkan perubahan psikologis muncul antara lain akibat dan perubahanperubahan fisik itu. Diantara perubahan fisik itu yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh, mulai berfungsinya alatalat reproduksi yang ditandai menarche (menstruasi pertama kali) pada wanita dan mimpi basah pada pria (Rochmah, 2005). Menstruasi adalah peristiwa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah (endometrium). Menstruasi umumnya mulai terjadi pada usia 8-13 thn. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama biasanya berlangsung kurang lebih 28 hari. Siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh kondisi tertentu, seperti stress, pengobatan dan latihan olah raga. Gejala yang menyertai sebelum dan saat menstruasi antara lain adalah perasaan malas

9 bergerak, badan menjadi lemas, mudah merasa lelah, nafsu makan meningkat, emosi menjadi lebih labil, mengalami kram perut (dismenorhoe), dan nyeri kepala (Wahyudi, 2000). Pada remaja pria salah satu tanda yang menunjukkan bahwa organ reproduksinya sudah mulai berfungsi adalah mimpi basah. Mimpi basah adalah pengeluaran cairan sperma yang tidak diperlukan secara alamiah. Mimpi basah pertama terjadi pada remaja sekitar usia 9-14 thn. Mimpi basah umumnya terjadi secara periodik berkisar antara 2-3 minggu (Wahyudi, 2000) 4. Kehamilan, Persalinan, dan Abortus Kehamilan pada masa remaja dapat menghentikan suatu proses pembentukan identitas dan tugas perkembangan. Pada masa hamil dan masa remaja normal dapat sangat menyulitkan, dimana beban psikologis dapat menyebabkan psikologis yaitu depresi dan penundaan dalam hal memperoleh identitas pada masa dewasa (Bobak, 2005). Kehamilan adalah pertemuan sel telur dengan sel sperma. Pertemuan terjadi setelah telur lepas sekitar 12 jam dan spermatozoa melalui proses kapasitasi disebut fertilisasi, pembuahan "konsepsi" atau impregnancy. Setelah masuknya kepala spermatozoa kedalam telur (ovum) dengan meninggalkan ekornya terjadilah pertemuan inti masing-masing dengan kromosom mencari pasanganya. Mula-mula terjadi pembelahan menjadi dua dan seterusnya, sehingga seluruh ruangan ovum penuh dengan pembelahan sel, dan disebut morula. Pembelahan berlangsung terus sehingga bagian dalam terbentuk ruangan yang mengandung cairan disebut blastokist. Bagian luar dinding telur (ovum) timbul rumbai-rumbai yang disebut villi, yang siap menerima dalam bentuk reaksi desi dua. Tanda-tanda

10 kehamilan yang biasa dialami oleh ibu yaitu tidak datang haid, pusing, mual, buah dada agak membesar dan lebih keras, muka biasanya terdapat bercak kecoklatan, dan perut membesar (Bagus, 1999). Setelah masa kehamilan maka terjadi masa persalinan. Masa persalinan adalah masa bayi sebagai hasil fungsi reproduksi dilahirkan. Persalinan normal adalah lahirnya bayi diikuti oleh keluarnya ari-ari (plasenta) melalui jalan biasa, yang terjadi dengan sendirinya dan hanya dengan kekuatan si ibu. Tanda-tanda yang mendahului persalinan adalah his, mules di daerah perut bagian bawah dan daerah pinggang, keluar lendir dan air ketuban. Tahap-tahap persalinan meliputi pembukaan, pengeluaran janin dan pengeluaran plasenta (Bagus, 1999). Salah satu efek negatif dari kehamilan adalah abortus. Abortus adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup diluar kandungan secara mandiri. Abortus dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu abortus spontan dan provokatus. Jenis abortus provokatus ada dua yaitu abortus provokatus therapevticus dan abortus provokatus criminalis. Abortus provokatus therapevticus adalah pengguguran kehamilan yang biasanya menggunakan alat-alat dengan alasan kehamilan membahayakan ibu sedangkan abortus provokatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum (Munajat, 2000) 5. Penyakit Menular Seksual Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang menular dari seseorang ke orang lain melalui hubungan seksual dan dapat disebarkan oleh bakteri, virus atau jamur yang dapat dilihat melalui alat pembesar (mikroskop)

11 karena sangat kecil, tidak dapat dilihat oleh mata. PMS terutama ditularkan dengan cara hubungan seksual antara alat reproduksi penis, vagina, anal, dan oral. Jenis PMS yaitu gonore, sifilis, herpes genitalis, trikomoniasis vaginalis, chancroid, klamida, candiloma akuminata (Munajat, 2000). Tingkat pendidikan orang tua remaja merupakan salah satu faktor untuk mempertimbangkan apabila akan emlakukan aborsi atau tidak. Seorang remaja yang telah melakukan aborsi lebih dari satu kali selama masa remaja membutuhkan konseling psikologis karena status perkembangan mereka. Remaja biasanya membutuhkan konseling yang lebih insentif daripada wanita dewasa tabnpa aborsi (Bobak, 2005). Insiden Penyakit Menular Seksual (PMS) meningkat dan terjadi pada masa remaja yang memiliki resiko terendah, dimana aktivitas seksual pada remaja dapat mendatangkan penyakit seperti infeksi HIV yang semakin meningkat pada remaja, oleh karena itu program pendidikan seks harus membentuk suatu rantai antara pencegahan AIDS dan pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS). C. Sikap (Attitude) Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau obyek, baik yang bersifat intern maupun ekstern, sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat langsung ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan reaksi yang tertutup, bukan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bereaksi atau berespon terhadap objek atau stimulus. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan

12 kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan nyata, diperlukan faktor pendukung dan fasilitas (Sunaryo, 2004). Menurut Mar at (1995), sikap terbagi 3 komponen yang membentuk struktur sikap dan ketiganya saling menunjang, yaitu: 1. Komponen kognitif (komponen perseptual) Berisi kepercayaan, yang berhubungan dengan hal-hal tentang bagaimana individu mempersiapkan terhadap objek sikap, dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi. 2. Komponen afektif (komponen emosional) Kemampuan ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu atau evaluasi terhadap objek sikap, baik yang positif maupun negatif. 3. Komponen konatif (komponen perilaku) Yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya. Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Pada penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Dimana dari ketiga komponen tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi menunjukkan manusia yang merupakan suatu sistem kognitif, yang berarti bahwa yang dipikirkan seseorang tidak akan terlepas dari perasaannya (Mar at,1995).

13 Pengetahuan dan perasaan merupakan bagian dari sikap yang akan menghasilkan tingkah laku tertentu. Komponen afeksi yang memiliki penilaian emosional yang dapat bersifat positif atau negatif. Maka akan terjadi kecenderungan untuk bertingkah laku hati-hati. Sikap terdiri atas berbagai tingkat, yaitu menerima (receiving), memberi respon (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible). Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau, dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Memberi respon (responding) diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan sebagai indikasi dari sikap. Menghargai (valuing) berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Bertanggung jawab (responsible) berarti bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko (Notoatmodjo, 2003). Menurut Sunaryo (2004), ada 4 hal penting yang menjadi determinan (faktor penentu) sikap individu yaitu: 1. Faktor fisiologis adalah Faktor yang penting : umur dan kesehatan yang menentukan sikap individu. 2. Faktor pengalaman langsung terhadap objek sikap: pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap, berpengaruh terhadap sikap individu terhadap objek sikap tersebut. 3. Faktor kerangka acuan : kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap, dan menimbulkan sikap yang negative terhadap objek sikap tersebut 4. Faktor komunikasi sosial : Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada individu tersebut.

14 Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dapat dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek. Faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar individu, yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap individu. Faktor yang berasal dari dalam individu antara lain umur, kesehatan, dan pengalaman langsung dari individu. Sedangkan faktor dari luar individu antara lain informasi, kerangka acuan. Kedua faktor tersebut dapat menjadi penentu sikap individu terhadap objek atau stimulus. Menurut Sunaryo (2004), faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap, yaitu: a. Faktor Internal Faktor ini berasal dari dalam diri individu. Dimana individu menerima, mengolah dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Faktor individu merupakan faktor penentu dalam pembentukan sikap. Faktor intern ini menyangkut motif dan sikap yang bekerja dalam diri individu pada saat sakit, serta yang mengarahkan minat dan perhatian (faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar dan haus (faktor fisiologis). b. Faktor Eksternal Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus dapat bersifat langsung, misal individu dengan individu atau dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti alat komunikasi dan media massa, misalnya pengalaman yang

15 diperoleh individu, situasi yang dihadapi individu, norma dalam masyarakat, hambatan, serta pendorong yang dihadapi individu dalam masyarakat. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu, sehingga dapat dipelajari. Telah kita ketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya. Pada manusia sebagai mahluk sosial, pembentukan sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan yang lain (eksternal). Faktor yang berasal dari luar individu antara lain; pengalaman individu, situasi yang dihadapi, norma dalam masyarakat, hambatan dan pendorong yang dihadapi individu. Manusia sebagai mahluk individual, sehingga apa yang datang dari dalam dirinya (internal), akan mempengaruhi pembentukan sikap. Faktor yang berasal dari dalam individu yaitu fisiologis, psikologis, dan motif yang ada dalam diri individu. Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendukung atau memihak (favorable), sedangkan dalam sikap negatif kecenderungan untuk tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut (Purwanto, 1999). Sikap yang kuat dalam masa remaja adalah sikap tertutup mereka kepada orang dewasa, termasuk masalah seks. Hal ini timbul karena keinginan mereka menentukan sikap, keinginan untuk menjadi independen serta keinginan memecahkan persoalannya sendiri. Biasanya remaja lebih bersikap terbuka kepada kelompok teman-teman sebaya. Persoalan yang dibiarkan oleh remaja hubungan berkisar pada romantika kehidupan termasuk persoalan seksual pranikah (Widjanarko, 1999). D. Remaja

16 1. Definisi Remaja WHO (World Health Organization) 1974 mendefinisikan tentang remaja yang lebih konseptual dengan adanya tiga kriteria yaitu (a) biologis dengan ciri individu berkembang mulai saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya, sampai saat mencapai kematangan seksual, (2) remaja sebagai individu yang mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, (3) pada kriteria sosial ekonomi, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri. WHO menetapkan batas usia tahun sebagai batasan remaja. PBB pada tahun 1985 menetapkan tahun pemuda internasional dengan kriteria usia pemuda adalah tahun. Sensus penduduk 1980 di Indonesia membatasi kriteria remaja yang mendekati batasan PBB yaitu tahun (Widjanarko,1999). Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). Kebanyakan ahli memandang masa remaja dibagi dalam 2 periode karena terdapat ciri-ciri perilaku yang cukup banyak berbeda dalam kedua periode tersebut. Pembagian ini biasanya menjadi periode remaja awal, yaitu berkisar antara 13 sampai 17 tahun, dan periode masa akhir yaitu 17 sampai 18 tahun (usia matang secara hukum) (Hurlock, 1995). Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintregasi dalam masyarakat dewasa, dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang

17 yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 1995). 2. Perkembangan Fisik Pada Remaja Hormon kelamin laki-laki (testosteron) bersama anak ginjal (androgen) pada anak laki-laki menimbulkan ciri sekunder, yaitu tumbuh rambut pada daerah tertentu (kemaluan, wajah, kaki, tangan, dada, ketiak), suara bertambah besar, badan berotot terutama bahu dan dada, pertambahan berat dan tinggi badan, penis menjadi lebih besar, lebih cepat mengalami bau badan, dan mimpi basah (Wahyudi, 2000). Indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesterone pada anak perempuan yang menyebabkan munculnya ciri-ciri seks sekunder, seperti pertambahan tinggi badan, tumbuh rambut di sekitar alat kelamin dan ketiak, kulit menjadi lebih halus, suara menjadi halus dan tinggi, payudara mulai membesar, pinggul makin membesar, paha membulat, dan mengalami menstruasi (Wahyudi, 2000). 3. Ciri-Ciri Masa Remaja a Masa Remaja sebagai Periode yang Penting Pada masa remaja sebagai akibat fisik dan psikologis mempunyai persepsi yang sama penting. Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental terutama pada awal masa remaja, dimana perkembangan itu dapat menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru (Hurlock,1995).

18 b Masa Remaja sebagai Periode Peralihan Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi sebelumnya, tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Bila anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan (Hurlock,1995). c Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik, oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu, yaitu (1) sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. (2) para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Ketidakmampuan remaja untuk mangatasi sendiri masalahnya, maka memakai menurut cara yang mereka yakini. Banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. Banyak kegagalan yang seringkali disertai akibat tragis, bukan karena ketidakmampuan individu tetapi kenyataan bahwa tuntutan yang diajukan kepadanya, justru pada saat semua tenaganya telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokok, yang

19 disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal (Hurlock, 1995). d Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas Sepanjang usia kelompok pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar daripada individualitas. Seperti telah bagi anak yang lebih besar ingin ingin cepat seperti teman-teman kelompoknya. Tiap penyimpangan dari standar kelompok dapat mengancam keanggotaannya dalam kelompok (Hurlock, 1995). E. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan (knowladge) mempakan hasil "tahu", dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif mempakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan pengalaman dan penelitian temyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) Proses perilaku baru dalam diri seseorang meliputi awareness (kesadaran), interest (merasa tertarik), evolution (menimbang-nimbang), trial, dan adoption. Awareness (kesadaran) adalah orang menyadari dalam arti mengetahui teriebih dahulu terhadap stimulus (objek). Interest (merasa tertarik) adalah orang mulai merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap objek sudah mulai timbul. Evaluation (menimbang- nimbang) berarti subjek menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap subjek

20 sudah mulai baik lagi. Trial (mencoba) berarti subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. Adoption berarti subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan yang tercakup didalam domain kognitif, mempunyai enam tingkat, yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recaal) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu."tahu" merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi secara benar. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan, untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komppnen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

21 5. Sintesis (synthesis) Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun formilasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003). F. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Pranikah. Pemahaman tentang seks bagi sebagian orang mungkin menyangkut hal yang kotor dan tidak pantas. Jika menyebut kata seks, akan terbayang penyakit menular seksual dan dosa. Pandangan tentang seks tidak hanya tentang berhubungan seksual (hubungan intim), karena seks secara alami akan mengerti dengan sendirinya. Pengetahuan yang setengah-setengah mendorong gairah seksual remaja tidak dapat dikendalikan yang pada akhirnya memperbesar kemungkinan diperbuatnya tingkah laku seksual yang bisa menjurus pada senggama. Padahal remaja tidak digolongkan sebagai individu yang berhak menerima pelayanan KB. Akibatnya beberapa remaja melakukan senggama diluar nikah tanpa perlindungan alat KB sama sekali sehingga terjadilah kehamilan yang tidak dikehendaki (Sarwono, Sarlito W, 1998). Kita perlu mengubah pandangan tentang makna seks yang sebenarnya oleh masyarakat, khususnya kepada remaja, karena seks seakan-akan ada pembolehan

22 untuk orang dewasa, terutama bagi yang sudah menikah, tetapi tidak diperbolehkan bagi remaja. Seks bebas, yang banyak terjadi pada orang yang sudah menikah. Perlu disadari seks adalah jenis kelamin, dimana seks membutuhkan pikiran, perasaan, sistim nilai, sosial-budaya, dan hukum yang membentuk menjadi satu kesatuan, dalam memandang diri kita dan berperan sesuai dengan identitas seks yang semuanya menjadi bagian yang menyatu menjadi sebuah sistem (Saanin, 1997). Pandangan tentang kesehatan reproduksi dan seksual khususnya seks pranikah pada remaja lebih positif, akan memberikan ruang bagi semua individu mendapatkan informasi mengenai bagaimana bersikap dan memahami perkembangan diri dan melindungi diri dari resiko kesehatan reproduksi dan seksual yang tidak sehat. Banyak penelitian menunjukkan bahwa bukan remaja yang tidak ingin mendapatkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan seksual tetapi pemahaman yang salah menyangkut kesehatan reproduksi dan seksual telah membatasi remaja selama ini untuk mendapatkan kesempatan untuk menyiapkan masa depan dan melindungi reproduksi dan seksualnya dengan lebih baik (Warsiki Endang, 1996). Sikap merupakan pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki seorang. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan seks tidak sama dengan sikap terhadap suatu obyek. Pengetahuan belum menjadi suatu penggerak, seperti halnya pada sikap. Pengetahuan mengenai suatu obyek baru misalnya tentang kesehatan rteproduksi akan menjadi sikap apabila pengetahuan tentang kesehatan reproduksi disertai kesiapan remaja untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis yang menuju suatu tujuan. Sikap merupakan suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan

23 yang disertai kesediaan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan (Purwanto, 1999). Rasa ingin tahu terhadap seks pada remaja, dapat dikurangi dengan membicarakan seks padanya di rumah dan memberikan bimbingan, dari hasil studi diketahui bahwa sekitar 65% anak-anak praremaja memiliki informasi seksual yang buruk, 13% mempunyai informasi yang salah, dan 5% tidak mempunyai informasi. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap, dimana pengetahuan merupakan keikutsertaan remaja untuk mengetahui seksual dan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, individu hendaknya mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan kesehatan seksual serta apa manfaatnya. Setelah mengetahui hal tersebut akan timbul pemikiran tentang sisi negatif atau positif yang akan mempengaruhi sikap individu. Apabila pandangan ini mengarah pada sisi positif maka muncul sikap positif sebaliknya bila pandangan lebih condong pada sisi negatif maka yang muncul adalah sikap negatif (Tjahyono, 1995). Penelitian Gerakan Remaja untuk Kependudukan (GRK), diketahui bahwa perilaku seksual bagi remaja, dipengaruhi oleh informasi seksual yang kurang baik pada remaja, sehingga menimbulkan dampak yang kurang baik. Menurut Hurlock (1995) secara umum bahwa pendidikan seksual merupakan tanggung jawab utama orangtua, akan tetapi banyak pendidik dan ahli psikologi mempertanyakan apakah orangtua mempunyai sikap dan cukup pengetahuannya dalam memberikan penerangan seksual pada anak remajanya, hanya 60% orangtua terutama ibu yang memberi penerangan mengenai haid dan perubahan fisik pada saat pubertas serta

24 90% remaja putra tidak pernah mendapat penerangan mengenai mimpi basah dan masturbasi oleh kedua orangtuanya. Dimana banyak orangtua mengalihkan tanggung jawab memberi penerangan tentang seksual pada guru sekolah, tokoh agama atau konselor yang dianggap cukup terlatih memberi pendidikan seksual pada remaja. Maka untuk mencegah agar tidak timbul dampak negatif perilaku seksual pranikah pada remaja yang kurang baik, dibutuhkan peran orangtua atau guru untuk memberikan bekal pengetahuan seksual yang baik untuk dapat diberikan pada anak-anak didiknya (Hurlock, 1995).

25 G. Kerangka Teori Faktor Eksternal 1. Pengalaman 2. Sosial Budaya Faktor Prediposisi 1. Tingkat Pengetahuan 2. Sikap 3. Keyakinan 4. Kepercayaan 5. Nilai 6. Motivasi Faktor Pemungkin 1. Fasilitas Fisik : kesehatan: puskesmas, rumah sakit 2. Fasilitas umum: media massa (koran, TV, Radio) Perilaku Seksual Pranikah Faktor Penguat 1. Sikap Petugas kesehatan 2. Perilaku petugas kesehatan Skema 2.2. Kerangka Teori (Sumber: Lawrence Green (1988) yang dimodifikasi : Notoatmodjo, 2003) H. Kerangka Konsep Variabel Independent Tingkat Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi Sikap Remaja tentang kesehatan reproduksi Variabel Dependent Perilaku Seksual Pranikah Skema 3.2. Kerangka Konsep I. Hipotesis

26 1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah 2. Ada hubungan antara sikap remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Remaja WHO (1965) mendefinisikan bahwa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa antara umur 10

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari persepsi (percepstion), respon terpimpin (guided respos), mekanisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari persepsi (percepstion), respon terpimpin (guided respos), mekanisme BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku (Practice) Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Perilaku (Practice) Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesehatan Reproduksi Remaja 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja IPCD (Internasional Conference On Population and Developmen) Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Seksual pra nikah 2.1.1. Pengertian Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Seks Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran orang tua yang sangat dituntut lebih dominan untuk memperkenalkan sesuai dengan usia dan

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Definisi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pra Nikah 1. Perilaku Purwanto (1999), berpendapat bahwa perilaku manusia berasal dari dorongan yang terdapat dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 IDENTITAS RESPONDEN : 1. NAMA : 2.

Lebih terperinci

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat ) DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat ) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat baik secara fisik, jiwa maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun sampai 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2007, hlm. 20). Pada masa remaja, individu banyak mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari alat dan fungsi reproduksi, baik pada laki-laki maupun perempuan, yang merupakan bagian integral dari sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

Bab IV Memahami Tubuh Kita

Bab IV Memahami Tubuh Kita Bab IV Memahami Tubuh Kita Pubertas Usia reproduktif Menopause Setiap perempuan pasti berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan dari dewasa menjadi dewasa yang lebih tua Sistem Reproduksi Perempuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Menurut World Health Organization (WHO) (2014) remaja atau dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan.

Lebih terperinci

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3. Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008 No. Identitas : Tgl. Interview : Jenis Kelamin : Keterangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati. oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p. 133).

BAB II TINJAUAN TEORI. manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati. oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p. 133). 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Seks Pranikah 1. Pengertian Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes KESEHATAN REPRODUKSI Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes Introduction Kespro keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (knowledge) a. Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja usia (13-21 tahun) sebagai masa ketika perubahan fisik, mental, dan sosial-ekonomi terjadi. Secara fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. saya sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. saya sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan Lampiran I Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bernama Nur Apni Aryani (095102021) adalah mahasiswi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Perilaku Orangtua Siswa SMP Santo Thomas 3 Medan Dalam Pemberian Informasi Mengenai Pendidikan Seks Tahun 2013 I. Kata Pengantar Dengan hormat, sehubungan dengan penelitian saya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, remaja dan dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi Remaja Remaja merupakan harapan dari suatu bangsa, sehingga dapat dikatakan bahwa keadaan remaja saat ini merupakan hal penentu pada masa depan bangsa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat

Lebih terperinci

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi - - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl2reproduksi Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Berdasarkan sensus penduduk terbaru yang dilaksanakan pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Bebas Pada (Role Of Peers Relations With Adolescent Sexual Behavior In Smk Bina Patria 1 Sukoharjo) Abstract :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Seksual 2.1.1 Pengertian Perilaku Seksual Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI OLEH: DR SURURIN

KESEHATAN REPRODUKSI OLEH: DR SURURIN KESEHATAN REPRODUKSI 1 OLEH: DR SURURIN Pandangan Internasional pada Kesehatan Reproduksi (Kespro) 2 Kesepakatan-kesepakatan: ICPD ( International Converence on Population and Depelopment ) di kairo Mesir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsang dari luar lingkungan, dan proses tersebut

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rangsangan dari lingkungan seperti film, TV, VCD tentang perilaku seksual serta faktor gizi menyebabkan remaja sekarang lebih cepat perkembangan seksualnya karena hormon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

- SELAMAT MENGERJAKAN -

- SELAMAT MENGERJAKAN - Identitas subyek Usia : Angkatan : Jenis kelamin : PEDOMAN PENGISIAN 1. Isilah identitas di sudut kiri atas dengan jelas. 2. Bacalah dahulu Petunjuk Pengisian pada masing-masing bagian dengan cermat. 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian

Lebih terperinci

BAB 1. All About Remaja

BAB 1. All About Remaja BAB 1. All About Remaja Siapakah Remaja? Pengertian remaja, Klasifikasi remaja (umur) Setiap dari kita pasti pernah mengalami masa remaja, atau mungkin kita sekarang sedang dalam masa remaja? tapi pengertian

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun dan ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis diantaranya peningkatan emosional, kematangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PERILAKU 2.1.1 Dasar Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

- Selamat Mengerjakan dan Terima Kasih -

- Selamat Mengerjakan dan Terima Kasih - KALA II Petunjuk Mengerjakan : aca dan pahamilah baik-baik pernyataan di berikut ini. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang (X): = apabila anda angat etuju terhadap pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di negara berkembang. Di indonesia, jumlah remaja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis, maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh menjadi dewasa. Istiliah adosecence seperti yang dipergunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh menjadi dewasa. Istiliah adosecence seperti yang dipergunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep remaja 1. Pengertian Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain adolecere (kata belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh

Lebih terperinci

Paket 9 URGENSI PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

Paket 9 URGENSI PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI Paket 9 URGENSI PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI Pendahuluan Psikologi kesehatan sebagai pengetahuan social-psychological dapat digunakan untuk mengubah pola health behavior dan mengurangi pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Pacaran 1. Perilaku a. Pengertian Dalam buku Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi Skinner (1938) menyatakan bahwa respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana anak sudah meninggalkan masa kanakkanaknya menuju dunia orang dewasa. Literatur mengenai remaja biasanya merujuk pada kurun usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PIK-R 1.1.1 Definisi PIK-R Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Definisi remaja menurut BKKBN adalah penduduk dalam usia 10-24

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesehatan Reproduksi Remaja 2.1.1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. perilaku terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perawatan Pada Penderita Hipertensi 1. Perilaku (Practice) Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik dan psikologi. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, masa ini juga disebut suatu

Lebih terperinci

objek. (Notoatmodjo, 2003, p. 124)

objek. (Notoatmodjo, 2003, p. 124) BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Sikap a. Pengertian Sikap di definisikan sebagai reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Di sini dapat di simpulkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja 2.1.1. Pengertian remaja Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi bangsa di masa mendatang. Remaja adalah mereka yang berusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Remaja adalah masa di mana individu mengalami perkembangan semua aspek dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peralihan dari masa

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J PERBANDINGAN PERSEPSI MAHASISWA DARI LULUSAN BERBASIS UMUM DAN AGAMA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH DI LINGKUNGAN SEKITAR UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci