Hubungan antara Self-regulated Learning dengan Selfefficacy pada Siswa Akselerasi Sekolah Menengah Pertama di Jawa Timur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hubungan antara Self-regulated Learning dengan Selfefficacy pada Siswa Akselerasi Sekolah Menengah Pertama di Jawa Timur"

Transkripsi

1 Hubungan antara Self-regulated Learning dengan Selfefficacy pada Siswa Akselerasi Sekolah Menengah Pertama di Jawa Timur Nono Hery Yoenanto Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. The purpose of this study was to know the correlation between self-regulated learning and selfefficacy among accelerated student in East Java. Respondents in this research are four schools: SMPN 1 in Bondowoso, SMPN 1 Tuban, SMPN 2 Jember and SMPN 1 Surabaya. Self-regulated learning was measured with questionairre originally constructed by Vallerand, and self-efficacy was measured by questionnaire made by Matthias Jerusalem and Ralf Schawarzer. This study used Spearman's product moment. The result showed that there is a significant correlation between self-regulated learning and self-efficacy among accelerated student in state junior high school in East Java with r = Keywords: self-regulated learning, self-efficacy, accelerated students Abstrak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara self-regulated learning dengan selfefficacy pada siswa akselerasi di SMP di Jawa Timur. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMP yang ada di wilayah Jawa Timur. Sampel dalam penelitian ini ada 4 sekolah, yaitu: SMPN 1 di Bondowoso, SMPN 1 Tuban, SMPN 2 Jember dan SMPN 1 Surabaya. Untuk mengukur self-regulated learning menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Vallerand dan kuesioner self-efficacy menggunakan kuesioner yang diciptakan oleh Matthias Jerusalem dan Ralf Schawarzer. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu korelasi product moment dari Spearman. Dari hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara selfregulated learning dengan self-efficacy pada siswa-siswa akselerasi di SMP Negeri di Jawa Timur dengan r = 0,412. Kata kunci: self-regulated learning, self-efficacy, siswa akselerasi Di era globalisasi diperlukan sumber daya Munandar (1999) Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap bersaing manusia yang berkualitas pada hakikatnya dengan negara lain. Namun untuk membentuk menuntut adanya komitmen 1) identifikasi bakatsumber daya manusia yang berkualitas dan bakat unggul dalam berbagai bidang dan 2) memiliki kompetensi yang tinggi tidaklah pemupukan dan pengembangan kreativitas yang semudah membalik telapak tangan. Menurut dimiliki setiap orang yang pada dasarnya perlu Korespondensi: Nono Hery Yoenanto, Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan 4-6 Surabaya, 60286, Telp. (031) , , Faks (031) nono_hery@yahoo.com 88 INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010

2 Nono Hery Yoenanto untuk dikenali dan dirangsang semenjak usia dini. terpenting yang masih kurang diperhatikan dari Anak berbakat atau juga diberi istilah anak semua karakteristik keberbakatan. Konsepsi cerdas istimewa adalah a gift from God and nature keberbakatan Renzulli ini kemudian lebih populer yang merupakan sumber daya manusia dikenal sebagai The Three Ring Conceptions dan berkualitas dan bermakna yang tidak boleh disia- keberbakatan merupakan interaksi (irisan) tiga siakan. Dalam belajar, anak-anak cerdas istimewa kluster yang melibatkan kemampuan intelektual memiliki self-regulated learning yang kuat dan yang berada di atas rata-rata, kreativitas dan positif untuk menunjang keberhasilannya. komitmen terhadap tugas yang tinggi. Tidak ada Mereka mampu menentukan sendiri tujuan satu kluster pun yang dapat berdiri sendiri dalam belajarnya, mampu menumbuhkan rasa mampu mewujudkan keberbakatan sehingga interaksi diri (self-efficacy) untuk meraih target yang antara 3 kluster merupakan syarat utama hendak dicapai, penataan lingkungan untuk keberbakatan yang keberadaan dimunculkan menopang pencapaian target, menentukan secara nyata melalui tercapainya prestasi kreatifsendiri bagaimana mendapatkan social support produktif (Renzulli, 1978, dalam Hawadi, 2001:7). agar dapat sukses, melakukan evaluasi diri dan Interaksi dari ketiga kluster adalah resep penting memonitor kegiatan belajarnya. Hal inilah yang untuk mencapai produktivitas sehingga dapat membedakan anak cerdas istimewa dengan anak- dikatakan sebagai pengikatan kreativitas dan anak biasa. Apakah kenyataannya seperti ini bukan pelengkap ekstra dalam membentuk terjadi pada anak cerdas istimewa di Indonesia keberbakatan. Setiap kluster keberbakatan satu khususnya di Jawa Timur. Dengan pertimbangan sama lain berperan sejajar dan penting dalam tersebut, apakah ada hubungan antara Self mewujudkan keberbakatan seseorang (Renzulli, Regulated Learning dengan Self Efficacy pada Reis dan Smith, 1981, dalam Hawadi, 2001:7). siswa akselerasi di SMP di Jawa Timur. Tujuan Program percepatan belajar Anak Cerdas Istimewa (gifted) (akselerasi) Istilah gifted (anak cerdas istimewa) yang Program percepatan belajar (akselerasi) sering digunakan saat ini, pertama kalinya sekarang istilahnya diganti dengan Program diperkenalkan oleh Guy Whipple dalam Monroe's pendidikan cerdas istimewa adalah program Encyclopedia of Education untuk menunjukkan layanan pendidikan khusus bagi peserta didik keadaan anak-anak yang memiliki kemampuan yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar supernormal (Hawadi, 2002). Istilah yang biasa dengan penyelesaian waktu belajar lebih menunjuk keadaan gifted sebelumnya ada cepat/lebih awal dari waktu yang telah ditentukan bermacam-macam dan tidak satu pun definisi pada setiap jenjang pendidikan. yang sama, meski demikian secara umum Tujuan dari program akselerasi antara lain: pengertian anak cerdas istimewa merujuk pada 1. Memberikan kesempatan kepada peserta individu yang memiliki kemampuan memproses didik cerdas dan/ atau istimewa untuk potensi yang luar biasa untuk pencapaian mengikuti program pendidikan sesuai keberhasilan akademik atau pengejaran produksi dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya. intelektual. 2. Memenuhi hak asasi peserta didik cerdas Renzulli (1978, dalam Munandar 1999) istimewa sesuai kebutuhan pendidikan bagi seorang pakar keberbakatan mengajukan evaluasi dirinya. kelemahan beberapa konsepsi keberbakatan yang 3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas telah berkembang sekitar abad 18 sebagai konsepsi proses pembelajaran bagi peserta didik keberbakatan yang didominasi determinan cerdas istimewa tunggal (unifaktor) mengacu pada batasan IQ 4. Membentuk manusia berkualitas yang semata sedangkan konsepsi pada periode memiliki kecerdasan spiritual, emosional, setelahnya telah menambahkan determinan lain sosial, dan intelektual serta memiliki seperti kreativitas. Renzulli kemudian ketahanan dan kebugaran fisik. mengajukan faktor komitmen terhadap tugas 5. Membentuk manusia berkualitas yang (motivasi) sebagai karakteristik keberbakatan INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus

3 Hubungan antara Self-regulated Learning dengan Self-efficacy pada Siswa Akselerasi Sekolah Menengah Pertama di Jawa Timur kompeten dalam pengetahuan dan seni, berkeahlian dan berketerampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (Diknas, 2007). dapat ditarik kesimpulan bahwa self-regulated learning adalah mengacu pada kemampuan dari siswa untuk memahami dan mengontrol belajarnya, dimana siswa memerlukan untuk mengontrol belajarnya melalui keyakinan akan motivasi yang produktif dan menggunakan strategi belajar kognitif. Self-regulated Learning Komponen dari self regulated learning Self regulated learning adalah suatu usaha Self-regulated learning memiliki tiga yang mendalam dan memanfaatkan sumber daya komponen yaitu: dan jaringan yang ada, memonitor dan 1. mengamati diri sendiri (self-observation), meningkatkan proses yang mendalam Dengan yaitu dengan sengaja memberikan perhatian kata lain, self regulated learning mengacu pada yang spesifik dari aspek perilaku dirinya perencanaan dan memonitor proses kognitif dan sendiri, afektif yang melibatkan keberhasilan 2. penilaian dirinya sendiri (self-judgement), menyelesaikan tugas-tugas akademik (Kerlin, B.A. yaitu dengan membandingkan kemajuan 1992). sekarang dengan suatu tujuan secara standar, Menurut Schunk yang dikutip oleh Kerlin, dan B.A.(1992) self regulated learning adalah proses 3. reaksi dari dirinya sendiri (self-reaction), kognitif mulai dari menghadirkan informasi atau yaitu dengan membuat respon yang evaluatif instruksi, memproses dan mengintegrasikan terhadap penilaian kinerja dirinya sendiri. pengetahuan dan mengulang informasi. Menurut Schunk & Zimmerman (1994) Sementara Menurut Eggen, P & Kauchak (2004: Ketrampilan self regulated learning meliputi: 1) 389) self regulated learning adalah proses untuk menetapkan tujuan perfomansinya, 2) menerima tanggung jawab dan mengontrol merencanakan dan mengelola waktu, 3) memiliki belajarnya sendiri. S e l f r e g u l a t e d keyakinan yang positif tentang kemampuannya, didefinisikan cara bagaimana seseorang 4) memperhatikan dan konsentrasi pada instruksi, memonitor, mengontrol dan mengarahkan aspek- 5) mengorganisir secara efektif, mengulang dan aspek proses kognitif dan perilakunya. mengkode informasi, 6) menetapkan lingkungan Self regulated learning mencakup beberapa kerja yang kondusif, 7) memanfaatkan sumber aspek kognitif antara lain: daya sosial secara efektif, 8) memfokuskan pada 1. perencanaan: mengorganisir langkah- pengaruh positif, 9)membuat atribusi kegagalan langkah meliputi menetapkan tujuan dan keberhasilan. dengan cara harus mengidentikasi tujuantujuan, mengembangkan strategi dengan Self-efficacy c a r a m e n g a n a l i s i s t u g a s d a n Istilah self-efficacy pertama kali diciptakan mendiskripsikan hasil yang diharapkan oleh Albert Bandura pada tahun Menurut dengan mempertimbangkan kendala yang Betz, N.E & Hackett, G (1988) Self efficacy muncul. mengacu pada keyakinan akan kemampuan dari 2. monitoring: melibatkan kemampuan individu untuk berhasil melaksanakan tugasmengobservasi, melaporkan dan mengukur tugas atau perilaku yang diharapkan. Teori selfkemajuan terhadap tujuan; efficacy dianggap salah satu pendekatan dari 3. mengevaluasi: meliputi mengevaluasi tujuan penerapan teori belajar sosial atau teori kognitif dan kemajuan dari evaluasi sosial. Senada Dengan Betsz, menurut Elliot, N.S, 4. memperkuat(reinforcing): refleksi dan Kratochwill, T.R,& Travers, J.F (2000) self-efficacy pemberian penghargaan termasuk adalah keyakinan dari diri individu pada pemberian reward. kemampuannya untuk mengontrol kehidupannya atau perasaan untuk merasa mampu. Menurut Dari beberapa pengertian para ahli maka 90 INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010

4 Nono Hery Yoenanto teori dan penelitian dari Bandura (Schawarzer, METODE PENELITIAN R.1998) self efficacy membuat suatu perbedaan bagaimana individu: 1) merasa (feel), 2) berfikir Tipe Penelitian (think) dan 3) bertindak (act). Self efficacy juga Penelitian ini menggunakan pendekatan membuat seseorang memilih situasi yang kuantitatif dan dengan metode survei. Penelitian menantang, mengeksplorasi lingkungannya atau ini disebut jenis penelitian korelatif, karena akan menciptakan lingkungan yang baru. memperoleh informasi sejauhmana korelasi Menurut Bandura dalam (Eggen, P & antara self-regulated learning dan self-efficacy Kauchak, 2004: 361) Self-efficacy adalah suatu siswa akselerasi. keyakinan tentang kemampuan diri sendiri dalam mengorganisir dan melengkapi suatu tugas yang Variabel Penelitian dipersyaratkan untuk memenuhi suatu tugas yang Variabel X (bebas) dalam penelitian ini spesifik. Self efficacy fokus pada mengorganisir adalah self-regulated learning sedangkanvariabel dan melengkapi tugas lebih spesifik dan dalam Y (terikat) dalam penelitian ini adalah selfsituasi yang termotivasi (Bong & Clark, 1999). efficacy. Untuk mengukur self-regulated learning Misalnya siswa yang memiliki self-efficacy yang menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh tinggi pada pelajaran matematika, ketika ia Vallerand (2000) dan untuk kuesioner Self menjumpai soal-soal yang pelik ia yakin dapat Efficacy menggunakan kuesioner yang diciptakan memecahkannya. Pengertian merasa, orang yang oleh Matthias Jerusalem dan Ralf Schawarzer memiliki self-efficacy yang rendah berkaitan (1979). Teknik analisis data yang digunakan dalam dengan depresi, kecemasan, ketidakberdayaan, penelitian ini, yaitu korelasi product moment dari harga diri yang rendah dan pesimis. Spearman. Faktor-faktor yang mempengaruhi self- Subyek penelitian efficacy Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Bandura yang dikutip oleh Betz, N.E & siswa SMP yang ada di wilayah Jawa Timur yaitu Hackett, G (1988) mengemukakan ada empat ada10 sekolah. Sampel dalam penelitian ini SMP N sumber informasi yang spesifik untuk dipelajari 1 Bondowoso, SMP N 1 Tuban, SMP N 2 Jember dan dan dimodifikasi, yaitu: SMP N 1 Surabaya. 1. p e r f o m a n s i s e b e l u m m n y a ( p a s t p e r f o r m a n c e ), y a i t u p e n g a l a m a n Metode Analisis Data keberhasilan sebelummnya adalah paling Teknik analisis data yang digunakan dalam penting, karena akan memberikan penelitian ini, yaitu menggunakan statistik keyakinan pada orang lain, deskriptif untuk melihat tingkat self-regulated 2. p e m o d e l a n ( m o d e l i n g ), d e n g a n learning dan self-efficacy siswa akselerasi dari mengobservasi model dari seseorang orang m a s i n g - m a s i n g s e k o l a h. K e m u d i a n yang dianggap tepat, misalnya seperti orang diperbandingkan untuk masing-masing sekolah. bisa menyampaikan laporan secara akurat, Selain itu, teknik analisis data yang akan meningkatkan harapan tentang digunakan adalah uji korelasi product moment perfomansi orang tersebut. dari Spearman untuk melihat korelasi antara self- 3. persuasi verbal, misalnya komentar dari yang regulated learning dan self-efficacy baik untuk membesarkan hati siswanya akan masing-masing sekolah yang jadi subyek meningkatkan self-efficacy-nya dan penelitian maupun total seluruh sekolah. Analisis 4. kondisi fisik misalnya, kelelahan atau lapar datanya menggunakan bantuan SPSS versi 13. dapat mengurangi self-efficacy, walaupun tidak terkait dengan tugas. INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus

5 Hubungan antara Self-regulated Learning dengan Self-efficacy pada Siswa Akselerasi Sekolah Menengah Pertama di Jawa Timur HASIL DAN BAHASAN Tabel 1 hasil statistik Deskriptif Sekolah Rerata SE Rank Rerata Rank SE SRL SRL SD SE SD SRL N SMP 1 Sby ,85 3 3,69 5,49 26 SMP 1 Tuban 26, ,36 4 4,63 4,26 33 SMP 1 Bdws 30, ,56 2 4,89 4,01 18 SMP 2 Jbr 28, ,66 1 3,71 7,28 9 SMP Total 29,25 50,13 4,8 5,09 86 Dari hasil statistik deskriptif jenjang tiap Jember memiliki skor self-regulated learning sekolah, tampak bahwa untuk tingkat self-efficacy (rerata= 51,66) yang paling tinggi diantara siswa masing-2 sekolah menunjukkan rerata yang akselerasi sekolah yang lainnya. Kemudian diikuti bervariasi dengan rentang terendah rerata=26,82 oleh siswa akselerasi SMP Negeri 1 Bondowoso hingga yang tertinggi rerata=32. Siswa akselerasi (rerata= 51,56) dan SMP Negeri 1 Surabaya dengan di SMP Negeri 1 Surabaya memiliki self-efficacy rerata = 50,85 dan yang paling rendah tingkat (rerata= 32) yang paling tinggi diantara siswa SRLnya adalah siswa akselerasi SMP Negeri 1 akselerasi sekolah yang lainnya. Kemudian diikuti Tuban dengan rerata sebesar 48,36. Jika oleh siswa akselerasi SMP Negeri 1 Bondowoso dibandingkan dengan rerata SRL SMP total (rerata= 30,22) dan SMP Negeri 2 Jember dengan (rerata= 50,13) tampak bahwa yang ada diatas rerata = 28,33 dan yang paling rendah tingkat self- rerata adalah siswa akselerasi SMP Negeri Jember, efficacy-nya adalah siswa akselerasi SMP Negeri 1 SMP Negeri 1 Surabaya dan SMP Negeri 1 Tuban. Jika dibandingkan dengan rerata self- Bondowoso. Sementara yang dibawah rerata selfefficacy SMP total (rerata= 29,35) tampak bahwa regulated learning-nya adalah siswa akselerasi yang ada diatas rerata adalah siswa akselerasi SMP SMP Negeri 1 Tuban. Negeri 1 Surabaya dan SMP Negeri 1 Bondowoso. Dari hasil statistik deskriptif, tingkat self- Sedangkan yang dibawah rerata self-efficacy-nya efficacy dan self-regulated learning tampak bahwa adalah siswa akselerasi SMP Negeri 2 Jember dan siswa akselerasi SMP Negeri 1 Tuban memiliki skor SMP Negeri 1 Tuban. yang rendah diantara siswa akselerasi SMP yang Untuk tingkat self-regulated learning lainnya. SMP Negeri 1 Bondowoso yang paling masing-masing sekolah juga menunjukkan rerata konsisten menempati rangking 2 baik untuk selfyang bervariasi. Siswa akselerasi di SMP Negeri 2 efficacy maupun self-regulated learning. Tabel 2. hasil uji korelasi product moment self-efficacy self-regulated learning Pearson Correlation 1.412(**) Sig. (2-tailed).000 N Pearson Correlation.412(**) 1 Sig. (2-tailed).000 N INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010

6 Nono Hery Yoenanto Dari tabel 2. hasil uji korelasi product moment dengan level taraf signifikansi 0.05 (5%), maka dapat disimpulkan bahwa ada korelasi signifikan antara self-regulated learning dengan self-efficacy pada siswa-siswa akselerasi di SMP Negeri di Jawa Timur dengan r sebesar 0, 412. Bahasan Berdasarkan hasil uji korelasi dengan sampel 4 SMP Negeri penyelenggara sekolah akselerasi di Jawa Timur ternyata terbukti ada korelasi antara self-regulated learning pada siswa akselerasi dengan tingkat korelasi (r = 0,412) dengan signifikansi á = 0.00 (p < 0,05). Artinya ada korelasi yang signifikan antara self-regulated learning dengan self-efficacy pada siswa akselerasi di SMP di Jawa Rimur baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Dari hasil penelitian ini ternyata sejalan dengan yang dikemukakan oleh Schunk dalam Kerlin (1992) yang mengatakan bahwa self- efficacy merupakan prediktor dari motivasi dan ketrampilan pemerolehan, sehingga dapat menjelaskan self-regulated learning dari usaha siswa. Merujuk kepada hasil statistik deskriptif, baik untuk self-regulated learning dan self-efficacy pada siswa akselerasi di SMPN 1 Tuban adalah paling rendah dibandingkan dengan siswa akselerasi di sekolah yang lainnya. Hal ini menunjukkan hasil self-regulated learning dan self-efficacy yang konsisten. Sayangnya penulis tidak bisa membandingkan prestasi akademiknya sebelumnya dengan siswa di sekolah akselerasi yang lainnya. Demikian juga untuk self-efficacy yaitu suatu keyakinan tentang kemampuan diri sendiri dalam mengorganisir dan melengkapi suatu tugas yang dipersyaratkan untuk memenuhi suatu tugas yang spesifik menunjukkan bahwa siswa akselerasi di SMP Negeri 1 Tuban memiliki skor yang paling rendah dibandingkan dengan siswa akselerasi SMP yang lainnya. Dari hasil penelitian terbukti ada korelasi antara self-regulated learning dengan self-efficacy maka dapat disarankan sebagai berikut: 1) Bagi siswa, setelah tahu tingkat self-regulated learning dan self-efficacy-nya disarankan untuk lebih meningkatkan kemampuan self-regulated learning dan self efficacy-nya agar bisa dijadikan bekal untuk mengikuti kelas akselerasi secara efektif. 2) Bagi guru, dengan mengetahui tingkat self-regulated learning dan self-efficacy dari masing-masing siswa diharapkan guru bisa memotivasi siswanya untuk lebih meningkatkan self-regulated learning dan self-efficacy-nya, 3) Sekolah; dengan mengetahui tingkat self- regulated learning dan self-efficacy dari masing masing siswa diharapkan dapat menjadikan dasar rujukan sekolah untuk menjaring siswa akselerasi yang lebih berkualitas. SIMPULAN DAN SARAN Jika mengacu definisi operasional selfregulated learning yang mengacu pada cara bagaimana seseorang memonitor, mengontrol dan mengarahkan aspek-aspek proses kognitif dan perilakunya. Dari pengertian ini mengandung pengertian bahwa kemampuan siswa dalam mengelola dirinya yang melibatkan keberhasilan menyelesaikan tugas-tugas akademik. Tampak bahwa self-regulated learning siswa SMP Negeri 1 Tuban memiliki skor yang lebih rendah jika dibandingkan dengan siswa akselerasi pada SMP yang lain. INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus

7 Hubungan antara Self-regulated Learning dengan Self-efficacy pada Siswa Akselerasi Sekolah Menengah Pertama di Jawa Timur PUSTAKA ACUAN Betz, N.E & Hackett, G (1988). Manual for the occupational self efficacy scale, (online), diakses tanggal 28 Maret Diknas (2007). Pedoman penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik berkecerdasan istimewa (Program Akselerasi). Jakarta: Hawadi, R. A., (2002), Identifikasi keberbakatan intelektual melalui metode non tes dengan pendekatan konsep keberbakatan renzulli. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Hawadi, R. A.; Wihardjo, D., & Wiyono, M., (2001). Keberbakatan intektual: Panduan bagi penyelenggaraan program percepatan belajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Jerusalem, M & Schawarzer, R (1993). The general self-efficacy scale, (online) diakses tanggal 28 maret 2006 Kerlin, B.A. (1992). Cognitive engagement style, self regulated learning and cooperative learning, (On line) diakses tanggal 29 Maret 2006 Munandar, U., (1999). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan PT Rineka Cipta. Vallerand, R. J (2000) Learning self regulation questionnaire (online), diakses tanggal 28 Maret INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : RESTY HERMITA NIM K4308111 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 3, November 2016 HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Isnaning Sari 1) dan Esti Harini 2) 1), 2) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi yang semakin berkembang, perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang semakin kompeten dan berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prestasi yang didapatkan siswa di sekolah tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor IQ saja, melainkan dipengaruhi oleh banyak faktor yang berkaitan dengan pencapaian

Lebih terperinci

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis   ABSTRAK Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 1 No. 2, Hal, 31, Maret 2017 ISSN 2541-0660 2017 HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

Laila Itsnaini Agus Timan Ahmad Yusuf Sobri

Laila Itsnaini Agus Timan Ahmad Yusuf Sobri Hubungan Persepsi Guru tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Etos Kerja Guru terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Laila Itsnaini Agus Timan

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 2 (1) (2013) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj SELF REGULATED LEARNING DITINJAU DARI GOAL ORIENTATION Anggi Puspitasari, Edy Purwanto, Dyah Indah Noviyani

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI Prima: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 1, Juli 2017, hal. 43-48 P-ISSN: 2579-9827, E-ISSN: 2580-2216 HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI 1 Ahmad

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk menggunakan cara-cara baru dan strategi yang matang sejak awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MAHASISWA PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MAHASISWA PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI JPPM Vol. 9 No. 2 (2016) HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MAHASISWA PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI Nita Delima Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Subang nitadelima85@yahoo.com

Lebih terperinci

Witan Faestri, Agustina Sri Purnami Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. *Korespondensi:

Witan Faestri, Agustina Sri Purnami Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. *Korespondensi: HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI SE-KECAMATAN SEDAYU TAHUN AJARAN 2016/2017 Witan Faestri, Agustina Sri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah Dasar(SD), Sekolah Menengah Pertama(SMP), Sekolah Menengah Atas(SMA), maupun Perguruan Tinggi(PT),

Lebih terperinci

RATIH DEWI PUSPITASARI K

RATIH DEWI PUSPITASARI K HUBUNGAN ANTARA IQ, MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: RATIH DEWI PUSPITASARI K4308021

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2) HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE-GUGUS 6 KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE-GUGUS 6 KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU 1 HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE-GUGUS 6 KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU Ali Purningsih, Syahrilfuddin, Zufriady alia.purningsih@ymail.com, syahrilfuddin.karim@yahoo.com,

Lebih terperinci

Amrustian Sultoni Ahmad Nurabadi Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang

Amrustian Sultoni Ahmad Nurabadi Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang Hubungan antara Minat dan Kompetensi Guru di Bidang Teknologi Informasi dengan Adopsinya untuk Pembelajaran pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Malang (The Correlation between Interest and Competence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan individu berharap untuk selalu berkembang dan mewujudkan diri. Ini artinya setiap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG Lucky Rianatha 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II DEPOK SLEMAN ARTIKEL JURNAL

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II DEPOK SLEMAN ARTIKEL JURNAL HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II DEPOK SLEMAN ARTIKEL JURNAL Oleh Saeful Iman NIM 12105244018 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa

Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 4, Maret 2017 Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa Elis Nurhayati Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

Pengembangan Buku Ajar Fisika Dasar I Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Memotivasi Mahasiswa untuk Belajar Mandiri

Pengembangan Buku Ajar Fisika Dasar I Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Memotivasi Mahasiswa untuk Belajar Mandiri Pengembangan Buku Ajar Fisika Dasar I Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Memotivasi Mahasiswa untuk Belajar Mandiri Habibi 1, Lovy Herayanti 2 1 Program Studi Pendidikan Fisika IKIP Mataram,

Lebih terperinci

Esa Gunarti Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Esa Gunarti Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNION: Jurnal Pendidikan Matematik, Vol 5 No 1, Maret 2017 HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS, KEMAMPUAN NUMERIK DAN SIKAP SISWA TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh YSIYAR JAYANTRI CUT ROHANI LOLIYANA

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh YSIYAR JAYANTRI CUT ROHANI LOLIYANA 1 HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL Oleh YSIYAR JAYANTRI CUT ROHANI LOLIYANA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengantar manusia menuju kesempurnaan. Menurut pendapat Muzayyin (2005) Tugas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengantar manusia menuju kesempurnaan. Menurut pendapat Muzayyin (2005) Tugas dan fungsi 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seeorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa dari segi biologis, psikologis, paedagogis, yang sesuai

Lebih terperinci

Keefektifan Manajemen Layanan Khusus Sekolah dan Pengaruhnya terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Peserta Didik di SMA Negeri Se Kota Malang

Keefektifan Manajemen Layanan Khusus Sekolah dan Pengaruhnya terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Peserta Didik di SMA Negeri Se Kota Malang Keefektifan Manajemen Layanan Khusus Sekolah dan Pengaruhnya terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Peserta Didik di SMA Negeri Se Kota Malang Diah Agustine Burhanuddin e-mail: diahagustine36634@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S Winkel 1987 dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran salah satu kemampuan pokok

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA BARU FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA BARU FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA BARU FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA M. Irfan Veronika Suprapti Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga

Lebih terperinci

Hubungan Antara Self Efficacy dengan Kreativitas Pada Siswa SMK

Hubungan Antara Self Efficacy dengan Kreativitas Pada Siswa SMK Hubungan Antara Self Efficacy dengan Kreativitas Pada Siswa SMK Hepy Hapsari Kisti Nur Ainy Fardana N. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. The purpose of this research was to know

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses pembentukan kepribadian dan pola pikir siswa. Salah satu pembelajaran yang mampu membentuk kepribadian dan pola pikir siswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KEADAAN LINGKUNGAN FISIK SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KEADAAN LINGKUNGAN FISIK SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR p-issn 2476-9886 e-issn 2477-0302 Jurnal EDUCATIO Volume 2 Nomor 2, 2016, Hlm 30-34 Akses Online : http://jurnal.iicet.org Dipublikasikan oleh : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy

Lebih terperinci

PERAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PERAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PERAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Dian Renata Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai prestasi dalam pendidikan. Pendidikan merupakan faktor penting individu untuk mencapai kesiapan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasinya (Azwar, 200 4). Penelitian ini menghubungkan tiga variabel yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasinya (Azwar, 200 4). Penelitian ini menghubungkan tiga variabel yaitu 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatifartinya semua informasi atau data penelitian diwujudkan dalam bentuk

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 1 (1) (2012) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS AKSELERASI Cita Bakti Utama Putra Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

Lebih terperinci

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA 70 Regulasi Diri Dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 83 Jakarta Utara REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA Nurhasanah 1 Moch. Dimyati, M.Pd 2 Dra. Meithy

Lebih terperinci

kata kunci: hasil belajar, kemandirian belajar, sikap belajar.

kata kunci: hasil belajar, kemandirian belajar, sikap belajar. PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU Novi Rokayah 1, Yon Rizal 2, dan Tedi Rusman 2 1 Mahasiswa Pendidikan Ekonomi PIPS FKIP, Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro

Lebih terperinci

Ika Yuniwati. Misi Politeknik Negeri Banyuwangi.

Ika Yuniwati. Misi Politeknik Negeri Banyuwangi. HUBUNGAN SELF EFFICACY MAHASISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA PENERAPAN MODEL STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL INVESTIGASI KELOMPOK (IK) DI POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI Ika

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA FISIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA ASLI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 32 PEKANBARU

HUBUNGAN MINAT DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA FISIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA ASLI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 32 PEKANBARU HUBUNGAN MINAT DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA FISIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA ASLI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 32 PEKANBARU Heri Supriadi *, Zulhelmi **, Mitri Irianti ** Email : herisupriadi0@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL. Praptiwi dan Jeffry Handhika

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL. Praptiwi dan Jeffry Handhika Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika ISSN : 2086-2407 Vol. 3 No. 1 April 2012 EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL Praptiwi dan Jeffry Handhika IKIP PGRI Madiun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Self Regulated Learning Zimmerman berpendapat bahwa self regulation berkaitan dengan pembangkitan diri baik pikiran, perasaan serta tindakan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B Eka Nita Octaria Rachma Hasibuan PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai No.4 Surabaya 60136 (Email:ekanita@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan bergulirnya era globalisasi dalam segala bidang banyak hal berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan termasuk pendidikan. Pendidikan merupakan salah

Lebih terperinci

Pengaruh Kemampuan Awal Matematika dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika

Pengaruh Kemampuan Awal Matematika dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Jurnal Analisa 3 (1) (2017) 76-84 p-iss: 2549-5135 http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/analisa/index e-iss: 2549-5143 Pengaruh Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Witri Lestari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah, lebih menekankan pada aspek pengetahuan bahasa, pemahaman isi wacana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa adalah efektivitas pembelajaran melalui kurikulum. Pengembangan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Kata Kunci: Intensitas Kegiatan Praktikum, Kualitas Kegiatan Praktikum, Hasil Belajar Siswa,

Pendahuluan. Kata Kunci: Intensitas Kegiatan Praktikum, Kualitas Kegiatan Praktikum, Hasil Belajar Siswa, Inventarisasi Guru Biologi di MTs Swasta Se-Kecamatan Jenggawah Jember dan Hubungannya terhadap Hasil Belajar Siswa 1 (The Inventory of Biology Teacher's Competency in Private Madrasah Tsanawiyah Jenggawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. PISA atau Program for International Student Assessment yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. PISA atau Program for International Student Assessment yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PISA atau Program for International Student Assessment yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) adalah sebuah program internasional

Lebih terperinci

I ĵ Ľĵ Ă! ĊĂʼnĂ Self Efficacy Dengan Penyesuaian Diri Pada Taruna Akademi Angkatan Laut

I ĵ Ľĵ Ă! ĊĂʼnĂ Self Efficacy Dengan Penyesuaian Diri Pada Taruna Akademi Angkatan Laut I ĵ Ľĵ Ă! ĊĂʼnĂ Self Efficacy Dengan Penyesuaian Diri Pada Taruna Akademi Angkatan Laut Banindra Bangkit Pamardi Iwan Wahyu Widayat Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya A ż The aimed of this

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 8 KEDIRI KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 8 KEDIRI KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 8 KEDIRI KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

Gambaran Relasi Sosial Siswa Gifted di Kelas Akselerasi SMP. Negeri 1 Surabaya

Gambaran Relasi Sosial Siswa Gifted di Kelas Akselerasi SMP. Negeri 1 Surabaya Gambaran Relasi Sosial Siswa Gifted di Kelas Akselerasi SMP C.V. Mosby Company Negeri 1 Surabaya Indah Hapsari Marsetyoningrum Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. This study determines

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO

KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO (CORRELATION BETWEEN METACOGNITIVE SKILLS WITH STUDENT LEARNING OUTCOMES AT SMAN 1 DAWARBLANDONG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kreativitas merupakan kemampuan intelektual yang sangat penting karena dengan kreativitas manusia mampu memecahkan berbagai masalah dan menciptakan berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Validitas Instrumen a. Uji Validitas Konstruk Setelah angket konsep diri dan kecemasan matematika disusun berdasarkan aspek-aspek dalam landasan teori,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

: NOVITA TYAS SUVIANA NIM K

: NOVITA TYAS SUVIANA NIM K HUBUNGAN KAUSAL ANTARA MOTIVASI INTERNAL DAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 1 CAWAS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : NOVITA TYAS SUVIANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah ditetapkannya standar kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). SBMPTN 2013 merupakan satu-satunya pola seleksi nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). SBMPTN 2013 merupakan satu-satunya pola seleksi nasional yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem seleksi nasional adalah seleksi yang dilakukan oleh seluruh perguruan tinggi negeri yang diikuti oleh peserta dari seluruh Indonesia dalam bentuk Seleksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya MEA di tahun 2016 dimana orang-orang dengan kewarganegaraan asing dapat bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alvie Syarifah, Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Komitmen

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alvie Syarifah, Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Komitmen 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan dari bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 45 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut

Lebih terperinci

PENGUKURAN SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTs N 2 CIAMIS

PENGUKURAN SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTs N 2 CIAMIS Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 1 No. 2, Hal, 39, Maret 2017 ISSN 2541-0660 2017 PENGUKURAN SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTs N 2 CIAMIS Yoni Sunaryo Pendidikan

Lebih terperinci

: ISNAINI MARATUS SHOLIHAH NIM K

: ISNAINI MARATUS SHOLIHAH NIM K KEKUATAN DAN ARAH KEMAMPUAN METAKOGNISI, KECERDASAN VERBAL, DAN KECERDASAN INTERPERSONAL HUBUNGANNYA DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh : ISNAINI MARATUS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Underachiever adalah sebuah fenomena murid yang mencapai prestasi di bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal untuk menggambarkan

Lebih terperinci

SEMNAS_PENGARUH SRL_AIMA, IFA

SEMNAS_PENGARUH SRL_AIMA, IFA Report generated on Wednesday, Aug 2, 2017, 11:38 AM Page 1 of 9 DOCUMENT SEMNAS_PENGARUH SRL_AIMA, IFA SCORE 100 ISSUES FOUND IN THIS TEXT 0 of 100 PLAGIARISM 0% Contextual Spelling Grammar Punctuation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah pembelajar sejati, yang terus belajar dari ia lahir sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu keharusan bagi manusia dan untuk

Lebih terperinci

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN PEMBELAJARAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS IV SISWA SD ATHIRAH KOTA MAKASSAR 1 Nurhadifah Amaliyah, 2 Waddi Fatimah,

Lebih terperinci

Keywords : Motivation To Learn, Classroom Climate, Perception

Keywords : Motivation To Learn, Classroom Climate, Perception 1 THE CORRELATION BETWEEN PERCEPTION OF CLASSROOM CLIMATE AND STUDENT LEARNING MOTIVATION PHYSICS AT SMA CLASS XI IPA SUB-DISTRICK SIMPANG KANAN ROKAN HILIR Alex Kiswanto, Mitri Irianti, Hendar sudrajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel Skripsi) Oleh Imam Basuki

HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel Skripsi) Oleh Imam Basuki HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Artikel Skripsi) Oleh Imam Basuki PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

Hubungan Antara Gaya (Yundhi Arfianto) Kata kunci: Gaya Hidup sehat, Tingkat Kesegaran Jasmani, Kelas VIII

Hubungan Antara Gaya (Yundhi Arfianto) Kata kunci: Gaya Hidup sehat, Tingkat Kesegaran Jasmani, Kelas VIII HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 SLEMAN Oleh: Yundhi Arfianto Email: yundiarfi7@gmail.com ABSTRAK Seiring masuknya globalisasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII

HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII 1 HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII Ari Widayat (ariwidayat.716@gmail.com) 1 Giyono 2 Rani Rahmayanthi 3 ABSTRACT The purpose of this study was to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mencapai tujuan pembangunan, karena sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mencapai tujuan pembangunan, karena sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN F ASILITAS PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH)

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN F ASILITAS PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH) HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN F ASILITAS PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH) (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Langkaplancar Kabupaten Pangandaran Tahun Pelajaran 2013/2014)

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI PRAKTIK DAN KELAYAKAN FASILITAS BENGKEL PEMESINAN TERHADAP PRESTASI PRAKTIK PEMBUBUTAN

PENGARUH MOTIVASI PRAKTIK DAN KELAYAKAN FASILITAS BENGKEL PEMESINAN TERHADAP PRESTASI PRAKTIK PEMBUBUTAN Pengaruh Motivasi Praktik (Tri Susetyo) 289 PENGARUH MOTIVASI PRAKTIK DAN KELAYAKAN FASILITAS BENGKEL PEMESINAN TERHADAP PRESTASI PRAKTIK PEMBUBUTAN THE EFFECT OF PRACTICAL WORK MOTIVATION AND MACHINING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan, menurut Kamus Bahasa Indonesia, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN PKN

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN PKN 2.732 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 29 Tahun ke-5 2016 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN PKN THE INFLUENCE OF INQUIRY LEARNING

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA PSIKOLOGI FAKULTAS HUMANIORA BINUS UNIVERSITY TAHUN AJARAN GENAP

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA PSIKOLOGI FAKULTAS HUMANIORA BINUS UNIVERSITY TAHUN AJARAN GENAP HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA PSIKOLOGI FAKULTAS HUMANIORA BINUS UNIVERSITY TAHUN AJARAN GENAP 2011 2012. Alwin Nobel Harapan Indah Jl. Dahlia Indah 2 Blok GD no.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara BAB II LANDASAN TEORI A. SELF REGULATED LEARNING 1. Pengertian Self-Regulated Learning Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) mengatakan bahwa self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila

Lebih terperinci

Kepercayaan Diri dan Kemandirian Belajar Pada Siswa SMA Negeri X

Kepercayaan Diri dan Kemandirian Belajar Pada Siswa SMA Negeri X Jurnal Psikologi Teori dan Terapan 2016, Vol.7, No. 1, 43-49, ISSN: 2087-1708 Kepercayaan Diri dan Kemandirian Belajar Pada Siswa SMA Negeri X Iffa Dian Pratiwi, dan Hermien Laksmiwati Program Studi Psikologi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA Oleh: Erny Untari ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA AKSELERASI DI SD KRISTEN 10 PENABUR DAN SD AL-AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA KELAS 4 DAN KELAS 6

GAMBARAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA AKSELERASI DI SD KRISTEN 10 PENABUR DAN SD AL-AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA KELAS 4 DAN KELAS 6 GAMBARAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA AKSELERASI DI SD KRISTEN 10 PENABUR DAN SD AL-AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA KELAS 4 DAN KELAS 6 Devi Presty Ari Yanti, Evi Afifah Hurriyati, M.si Jurusan Psikologi, Komplek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI MOTIVASI MASUK PG-PAUD BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PG-PAUD FKIP UMS

NASKAH PUBLIKASI MOTIVASI MASUK PG-PAUD BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PG-PAUD FKIP UMS NASKAH PUBLIKASI MOTIVASI MASUK PG-PAUD BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PG-PAUD FKIP UMS Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai dengan kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi oleh dunia bisnis yang semakin kompleks. Ditandai dengan adanya perubahan lingkungan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA JURNAL Oleh LISA NESMAYA NIM 080210102052 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Belajar merupakan masalah bagi setiap orang, dan tidak mengenal usia dan waktu lebih-lebih bagi pelajar, karena masalah belajar tidak dapat lepas dari dirinya.

Lebih terperinci