GAMBARAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA AKSELERASI DI SD KRISTEN 10 PENABUR DAN SD AL-AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA KELAS 4 DAN KELAS 6

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA AKSELERASI DI SD KRISTEN 10 PENABUR DAN SD AL-AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA KELAS 4 DAN KELAS 6"

Transkripsi

1 GAMBARAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA AKSELERASI DI SD KRISTEN 10 PENABUR DAN SD AL-AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA KELAS 4 DAN KELAS 6 Devi Presty Ari Yanti, Evi Afifah Hurriyati, M.si Jurusan Psikologi, Komplek Kunciran Indah Jalan Gabus Blok DM.2 No Rt.06/06 Pinang Tangerang 15144, , Dv.anga@yahoo.com ABSTRAK One of the things that are often debated in the accelerated program is the mental readiness of students in social adjustment (Widyorini, 2002). Wandasari Research (2004) states among the 25% of the 100 clients talented students age three until adolescence are addressed, have problems in the adaptation to the social environment is an issue that is quite prominent (25 cases), especially at primary school age. Based on the phenomenon, the study aims to see an overview accelerated students' social adjustment in grade 4 & 6 at SD Kristen 10 Penabur and SD Al-Azhar Syifa Budi Jakarta. Measuring instrument used in this study is the scale of social adjustment of students in schools based on four aspects of social adjustment proposed by Hurlock (2002). The results illustrate that the average accelerated students in grade 4 & 6 at SD Kristen 10 Penabur and SD Al-Azhar Syifa Budi Jakarta was at medium to real aspects of appearance, social attitudes, and personal satisfaction in aspects of adaptation to various groups occupy lower frequencies. Keywords: Social Adjustment, Accelerated Student Salah satu hal yang masih sering diperdebatkan dalam program akselerasi adalah kesiapan mental siswa dalam penyesuaian sosial (Wandasari, 2011). Data yang diperoleh dari Center for Giftedness Fakultas Psikologi Semarang pada tahun 2002 (Iswinarti, 2002), diantara 100 klien siswa berbakat usia tiga tahun hingga usia remaja yang ditangani, hambatan dalam penyesuaian sosial merupakan masalah yang cukup menonjol (25 kasus), terutama pada usia sekolah dasar. Berdasarakan fenomen tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran Penyesuaian Sosial siswa Akselerasi di SD Kristen 10 Penabur dan SD Al-Azhar Syifa Budi Jakarta kelas 4 dan kelas 6. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penyesuaian sosial siswa di sekolah berdasarkan pada empat aspek penyesuaian sosial yang dikemukakan oleh Hurlock (2002). Hasil yang menggambarkan bahwa rata-rata siswa akselerasi SD Kristen 10 Penabur dan SD Al-Azhar Syifa Budi Jakarta kelas 4 dan kelas 6 berada di level sedang untuk aspek penampilan nyata, sikap sosial, kepuasan pribadi dan di aspek penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok menempati frekuensi rendah. Kata Kunci : Social Adjusment, Acceleration Students

2 PENDAHULUAN Masa usia sekolah dasar juga disebut masa intelektual (Hawadi, 2004), dimana terdapat anak-anak yang memiliki kemampuan kecerdasan di atas rata-rata, disebut sebagai Anak Berbakat (AB). Definisi anak berbakat yang telah dikenal selama ini di Indonesia diadopsi dari definisi keberbakatan United States Office of Education, yang menyatakan bahwa anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasikan oleh orang-orang yang berkualifikasi professional memiliki kemampuan luar biasa dan mampu berprestasi tinggi. anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang terdiferensiasi atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah reguler agar dapat merealisasikan kontribusi dirinya ataupun masyarakat (Hawadi, 2004). Berdasarkan konsep dan potensi kontribusi yang akan diberikan oleh siswa berbakat intelektual di masa mendatang maka pemerintah memberikan pelayanan pendidikan yaitu dengan menerapkan program kelas khusus untuk siswa-siswa berbakat dengan kecerdasan di atas rata-rata yang disebut dengan kelas akselerasi. Seorang individu didalam kehidupannya akan dihadapkan pada dua realitas yakni diri dan lingkungan sekitarnya yang berlangsung secara berkelanjutan di dalam kehidupan yang disebut dengan penyesuaian sosial (Nurdin, 2009). Menurut Jourard (dalam Hurlock, 2002) salah satu indikator penyesuaian sosial yang berhasil adalah kemampuan untuk menetapkan hubungan yang dekat dengan seseorang. Salah satu hal yang masih sering diperdebatkan dalam program akselerasi adalah kesiapan mental siswa dalam penyesuaian sosial (Wandasari, 2011). Hawadi (2004) mengemukakan bahwa menjadi siswa akselerasi dengan kemampuan di atas rata-rata tidak menjamin bahwa tidak akan muncul masalah dalam perkembangan mereka, bahkan justru lebih rentan terhadap faktor sosial dan faktor emosional. Pada seminar mengenai pendidikan anak berbakat, Munandar (1985, dalam Iswinarti 2002) mengemukakan ciri-ciri sosial anak berbakat, yaitu : (a) senang bergaul dengan yang lebih muda, (b) suka permainan yang mengandung pemecahan masalah, (c) suka bekerja sendiri, (d) mempunyai ciriciri kepemimpinan, (e) sukar bergaul dengan teman-teman sebaya, (f) sukar menyesuaiakan diri dalam berbagai bidang. Hal tersebut menunjukkan tampak bahwa p0enyesuaian sosial anak berbakat mengalami kesulitan. Data yang diperoleh dari Center for Giftedness Fakultas Psikologi Semarang pada tahun 2002 (Iswinarti, 2002), diantara 100 klien siswa berbakat usia tiga tahun hingga usia remaja yang ditangani, hambatan dalam penyesuaian sosial merupakan masalah yang cukup menonjol (25 kasus), terutama pada usia sekolah dasar. Dari hasil penelitian terlihat bahwa terdapat siswa berbakat yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial di tingkat sekolah dasar. Dengan kata lain, siswa yang memiliki IQ tinggi akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial, karena siswa tersebut mempunyai pemahaman yang lebih cepat dan cara berpikir yang lebih maju sehingga sering tidak sepadan dengan teman-temannya (Iswinarti, 2002). Masalah penyesuaian sosial yang tidak optimal pada usia sekolah dasar ini menjadi hal penting. Hal ini terkait dengan tugas perkembangan masa usia sekolah dasar, dimana ketrampilan menjalin relasi dengan teman dan orang lain merupakan salah satu tugas perkembangan utama yang harus dikuasai (Havighurst, dalam Hurlock 2002). Mencermati pentingnya kemampuan penyesuaian sosial membuat peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran penyesuaian sosial siswa akselerasi di sekolah. (Yanti, 2013) METODE PENELITIAN Peneliti menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif, yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana gambaran penyesuaian sosial siswa akselerasi di SD Kristen 10 Penabur dan SD Al-Azhar Syifa Budi Jakarta kelas 4 dan kelas 6. teknik sampling yang digunakan peneliti adalah non-probability sampling dengan jenis purposive sampling atau sampling bertujuan, yaitu metode penetapan responden untuk dijadikan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu (Siregar, 2010). Dimana kriteriakriteria dalam penelitian adalah (1) Usia 8-10 tahun, (2) Siswa yang sedang mengikuti program akselerasi tingkat sekolah dasar, (3) Siswa yang tinggal di Jakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penyesuaian sosial yang disusun berdasarkan aspek-aspek penyesuaian sosial yang dikemukakan oleh Hurlock (2002) yaitu aspek penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap sosial dan kepuasaan pribadi. HASIL DAN BAHASAN 1. Deskriptif umum tiap aspek

3 Dari data responden yang sudah terkumpul, kemudian peneliti melakukan uji deskriptif untuk melihat gambaran penyebaran skor berdasarkan tiap-tiap aspek penyesuaian sosial. Berikut gambaran rentang skor tiap-tiap aspek penyesuaian sosial yang diperoleh : Tabel 4.5 Deskripsi umum tiap aspek Aspek-aspek Rendah Sedang Tinggi Total Penampilan nyata Penyesuaian diri terhadap kelompok Sikap sosial Kepuasan pribadi Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari siswa SD akselerasi yang mengisi kuesioner, masingmasing menempati frekuensi sedang di aspek penampilan nyata, sikap sosial dan kepuasan pribadi. Sedangkan di aspek penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok menempati frekuensi rendah. 2. Pembahasan 2.1 Pembahasan aspek penampilan nyata Tabel 4.6 Pembahasan aspek penampilan nyata Penampilan nyata (12,82%) (23,08%) (5,13%) (12,82%) (28,21%) 7 (17,94%) Kesimpulan yang peneliti dapatkan dari hasil tersebut adalah bahwa siswa SD akselerasi baik kelas 4 dan kelas 6 sebagian besar berada di level sedang. Yang artinya perilaku sosial yang diperlihatkan oleh siswa mayoritas sudah seperti budaya yang berlaku di dalam kelompoknya, karena hal tersebut berarti siswa dapat memenuhi harapan kelompoknya sehingga mereka akan menjadi anggota yang diterima oleh kelompoknya. Penampilan nyata itu sendiri, menurut Hurlock (2002) diartikan sebagai Overt performance yang diperlihatkan individu sesuai norma yang berlaku di dalam kelompoknya, individu yang dapat memenuhi harapan kelompok dan ia di terima menjadi anggota kelompok tersebut. Pada tabel terlihat bahwa siswa SD akselerasi kelas 6 memiliki aspek Penampilan Nyata sebesar 28,21%. Jumlah ini merupakan jumlah yang relative lebih banyak dibandingkan kelas 4 yang hanya sebesar 23,08%. Hal tersebut dikarenakan siswa SD akselerasi kelas 6 sudah memiliki pengalaman sebagai siswa akselerasi dan sudah lebih lama dalam melakukan penyesuaian sosial. 2.2 Pembahasan aspek penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok Tabel 4.7 Pembahasan aspek penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok (23,08%) (7,69%) (10,26%) (28,21%) (17,94%) 5 (12,82%) Dari hasil yang telah diuraikan bahwa siswa SD akselerasi kelas 4 dan kelas 6 sebagian besar berada di level rendah, hal tersebut menggambarkan bahwa siswa belum mampu untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok (ildiyanita, 2012). Siswa SD akselerasi seringkali dituntut untuk memenuhi dan meningkatkan aspek kognitifnya, sementara terdapat aspek lain yang harus dipenuhi oleh siswa akselerasi yaitu aspek sosial. Kurangnya waktu yang dimiliki siswa SD akselerasi dalam bersosialisasi membuat penyesuaian sosial nya berada level rendah. 2.3 Sikap sosial Tabel 4.8 Pembahasan aspek sikap sosial Sikap sosial (17,94%) (28,21%) (12,82%) (15,38%) (15,38%) 4 (10,26%)

4 Pada aspek sikap sosial didapatkan hasil, untuk siswa SD akselerasi kelas 4 terdapat 7 (17,94% )berada pada level rendah, sebanyak 11 (28,21%) berada pada level sedang dan sisanya sebanyak 12,82% (5 ) berada pada level tinggi. Dari hasil tersebut maka dapat digambarkan bahwa sebagian besar siswa SD akselerasi kelas 4 berada dilevel sedang, hal ini dikarenakan siswa SD akselerasi kelas 4 dalam penelitian berusia 8 tahun dan termasuk dalam siswa sekolah dasar kelas rendah, dimana terdapat ciri khas khusus yaitu kehidupan bermain (Hartono, 2011). Kehidupan bermain disini adalah bermain sesuai dengan kebutuhannya, pada kelas rendah siswa masih belum paham jelas perbedaan bermain dengan belajar (Hartono, 2011). Siswa SD akselerasi kelas 4 hanya fokus dalam pembelajaran di kelas, sehingga lebih banyak waktu untuk melakukan kegiatan sosialnya. Siswa juga bisa ikut berpartisipasi dan mampu menunjukkan sikap yang menyenangkan dalam sikap sosialnya di kegiatan sosial yang diikutinya. Sedangkan untuk siswa SD akselerasi kelas 6 terdapat 6 (15,38%) pada level rendah dan sedang, sedangkan sisanya 4 (10,26%) berada pada level tinggi. Berdasarkan hasil tabel pada level rendah dan sedang lebih sedikit dibandingkan pada level tinggi. Hal tersebut dikarenakan siswa SD akselerasi kelas 6 akan dihadapkan dengan ujian kelulusan sehingga siswa akan lebih fokus pada persiapan ujian, fokus dalam pendalam materi yang diadakan oleh sekolah yang membuat mereka tidak memiliki banyak waktu untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial. 2.4 Kepuasaan pribadi Tabel 4.9 Pembahasan aspek kepuasaan pribadi Kepuasaan pribadi (17,94%) (28,21%) (12,82%) (12,82%) (17,94%) 4 (10,26%) Maka dapat disimpulkan bahwa siswa SD akselerasi baik kelas 4 dan kelas 6 sebagian besar berada di level sedang untuk aspek kepuasaan pribadi. Mayoritas siswa SD akselerasi memiliki rasa bahagia dan puas terhadap kontak sosial yang dimiliki dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial, misalkan baik sebagai pemimpin maupun jika menjadi anggota kelompok. Kepuasan pribadi yang dimiliki siswa akan membuat siswa dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial. Schneiders (dalam Nugroho, 2003) mengatakan bahwa kemampuan siswa beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya akan membuat interaksi yang dijaliin secara wajar dapat menimbulkan kepuasaan baik untuk dirinya maupun untuk lingkungannya. Hal tersebut menandakan bahwa siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya yang didalamnya meliputi hubungan dengan guru, teman sebaya, penjaga sekolah, penjaga kantin dan lain sebagainya yang kemudian akan menimbulkan kepuasan di dalam dirinya karena kebutuhan nya menjalin relasi secara wajar terpenuhi. SIMPULAN DAN SARAN Mengacu pada hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Rata-rata siswa akselerasi SD Kristen 10 Penabur dan SD Al-Azhar Syifa Budi Jakarta berada di level sedang untuk aspek penampilan nyata, sikap sosial, kepuasan pribadi dan di aspek penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok menempati frekuensi rendah. 2. Dari 23 responden yaitu siswa akselerasi kelas 6 sebagian besar berada di aspek penampilan nyata, dimana terdapat 11 yang berada di level sedang pada aspek ini. 3. Dari 16 responden yaitu siswa akselerasi kelas 4 sebgaian besar berada di aspek penampilan nyata, dimana terdapat 9 yang berada di level sedang pada aspek ini. Berdasarkan hasil diskusi, maka dipaparkan juga beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Saran penelitian selanjutnya a. Melakukan analisa kebutuhan nyata di lapangan mengenai penyesuaian sosial yang lebih mendalam dengan melibatkan orang tua serta masyarakat yang lebih luas. b. Memperhatikan jangka waktu khususnya saat penentapan penelitian, diharapkan tidak terlalu lama sehingga dapat lebih maksimal untuk hasil penelitian dan dapat menggunakan penelitian yang lebih banyak.

5 c. Dapat mengembangkan penelitian dengan metode dan instrumen penelitian yang berbeda, sehingga hasilnya dapat menambah ilmu pengetahuan. 2. Praktis a. Bagi para guru diharapkan dapat terus mendukung dan meningkatkan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dikemas dalam setting kelompok yang akan membantu siswa untuk lebih mengenal dan menumbuhkan rasa kepercayaan kepada teman. b. Bagi orang tua diharapkan dapat terus membantu dalam meningkatkan penyesuaian sosial siswa dengan menggunakan waktu luang yang dimiliki siswa untuk menyesuaikan dirinya di berbagai kelompok. REFERENSI Hartono, Budi. (2011). Karakteristik dan Perkembangan Belajar Siswa di Sekolah Dasar. Retrieved march 11, 2013, from Hawadi, R. A. (2004). Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: PT Gramedia. Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Penerjemah: Istiwidiyanti).Edisi 5.Jakarta: Erlangga. Ildiyanita, Rizky. (2012). Penyesuaian Sosial Siswa Akselerasi di Pondok Pesantren dan Sekolah Umum. Journal Online Psikologi. 1(1),2012:10-13 Iswinarti. (2002). Penyesuaian Sosial Anak Gifted. Anima Indonesian Psychological Journal, 18 (1), 2002: Nugroho, A. (2003). Hubungan antara Penyesuaian Sosial di Sekolah dan Kecemasan dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas I SMU Negeri 6 Semarang. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta : FAKULTAS PSIKOLOGI UMS Nurdin. (2009). Pengaruh Kecerdasaan Emosional Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa di Sekolah. Jurnal administasi pendidikan, 9 (1), 2009:87. Wandansari, Yetty. (2011). Faktor Protektif pada Penyesuaian Sosial Anak Berbakat. Jurnal INSAN, 13 (2), 2011:85-95 Siregar, Syofian. (2010). Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: RAJAWALI PERS RIWAYAT PENULIS Devi Presty Ari Yanti lahir di kota Tangerang pada 7 Desember Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi pada tahun 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai meninggalkan ketergantungannya pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyesuaian Sosial 2.1.1 Pengertian penyesuaian sosial Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Agar

Lebih terperinci

PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI

PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh : DIANDRA AYU CITI WARDHANI

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 1 (1) (2012) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS AKSELERASI Cita Bakti Utama Putra Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA 95 PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA Nur Asri Fitriani 1 Dra. Dharma Setiawaty 2 Drs. Djunaedi, M. Pd 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm Mustaqim, Psikologi Penddikan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm Mustaqim, Psikologi Penddikan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan belajar. Hasil-hasil penelitian psikologi kontemporer menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmah Novianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmah Novianti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak berbakat memiliki kemampuan yang tinggi di berbagai bidang seperti akademik, kreativitas, dan task commitment dibandingkan dengan anakanak pada umumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial, para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pada umumnya tahap perkembangannya berada dalam kategori remaja pertengahan 15-18 tahun (Monks,

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran Social Adjustment pada remaja di kota Bandung yang orangtuanya bercerai. Social Adjustment merupakan kapasitas untuk bereaksi terhadap kenyataan

Lebih terperinci

Penyesuaian Sosial Siswa Akselerasi Ditinjau Dari Konsep Diri dan Membuka Diri

Penyesuaian Sosial Siswa Akselerasi Ditinjau Dari Konsep Diri dan Membuka Diri Tri Rejeki Andayani, Penyesuaian Sosial Siswa Akselerasi Ditinjau Dari Konsep Diri Dan Membuka Diri Penyesuaian Sosial Siswa Akselerasi Ditinjau Dari Konsep Diri dan Membuka Diri Tri Rejeki Andayani Prodi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI LOSARI NO.153 PASAR KLIWON SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI LOSARI NO.153 PASAR KLIWON SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI LOSARI NO.153 PASAR KLIWON SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Hesti Handayani 1 Soewalni Soekirno 2 dan Ema Butsi

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh CYNTIA DEWI JAYATI F 100 050 197

Lebih terperinci

STUDI TENTANG DAMPAK PENYELENGGARAAN KELAS AKSELERASI TERHADAP KEMATANGAN ASPEK SOSIAL EMOSI ANAK BERBAKAT

STUDI TENTANG DAMPAK PENYELENGGARAAN KELAS AKSELERASI TERHADAP KEMATANGAN ASPEK SOSIAL EMOSI ANAK BERBAKAT STUDI TENTANG DAMPAK PENYELENGGARAAN KELAS AKSELERASI TERHADAP KEMATANGAN ASPEK SOSIAL EMOSI ANAK BERBAKAT Oleh, Rahmah Novianti M.Pd Dosen PAUD Universitas PGRI Palembang ABSTRAK Keberadaan anak berbakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat manusia perlu adanya hubungan yang baik antar sesamanya. Manusia tidak dapat hidup sendiri karena manusia merupakan makhluk sosial dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI ASRAMA PUTRA SMAN 1 LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI ASRAMA PUTRA SMAN 1 LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI ASRAMA PUTRA SMAN 1 LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN Fuji Fulanda 1, Ahmad Zaini 2, Citra Imelda Usman 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan konseling

Lebih terperinci

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA AMANDA RIZKI NUR Dosen Pembimbing : Drs. Aris Budi Utomo, M.Si ABSTRAK Mahasiswa tentunya memiliki tugas perkembangan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN Perbedaan Keterampilan Sosial (Afrian Budiarto) 512 PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN DIFFERENCE SOCIAL SKILLS STUDENTS ACTIVE AND PASSSIVE

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

2.3.3 Tujuan Kelas Akselerasi Manfaat Kelas Akselerasi Keunggulan Kelas Akselerasi Kelemahan Kelas Akselerasi...

2.3.3 Tujuan Kelas Akselerasi Manfaat Kelas Akselerasi Keunggulan Kelas Akselerasi Kelemahan Kelas Akselerasi... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i SURAT PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... xii DAFTAR FOTO... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

Kontribusi Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri di Sekolah pada Siswa SMP

Kontribusi Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri di Sekolah pada Siswa SMP CONSILIUM : Jurnal Program Studi Bimbingan dan Konseling First Published Vol 2 (2) December 2014 CONSILIUM Kontribusi Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri di Sekolah pada Siswa

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI DAN SISWA REGULER

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI DAN SISWA REGULER PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI DAN SISWA REGULER NASKAH PUBLIKASI Oleh : AZMI KUMALASARI F 100 070 111 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 PERBEDAAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

PENGARUH SENSE OF HUMOR TERHADAP STRES PADA REMAJA KELAS AKSELERASI DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLGA SEPTANIA SIMATUPANG

PENGARUH SENSE OF HUMOR TERHADAP STRES PADA REMAJA KELAS AKSELERASI DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLGA SEPTANIA SIMATUPANG PENGARUH SENSE OF HUMOR TERHADAP STRES PADA REMAJA KELAS AKSELERASI DI KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh OLGA SEPTANIA SIMATUPANG 101301082 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial Penyesuaian sosial adalah sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 2 DAN SMP PL DOMENICO SAVIO SEMARANG

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 2 DAN SMP PL DOMENICO SAVIO SEMARANG HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 2 DAN SMP PL DOMENICO SAVIO SEMARANG Wima Bin Ary Tri Rejeki Andayani Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap perkembangan yang merupakan suatu pross alamiah yang menjadikan manusia sebagai mahluk yang

Lebih terperinci

KONTRIBUSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP ADEKUASI PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMPN 3 KAWEDANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KONTRIBUSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP ADEKUASI PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMPN 3 KAWEDANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 KONTRIBUSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP ADEKUASI PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMPN 3 KAWEDANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 JURNAL Oleh: DYAH AYU NOVITASARI K3109029 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dilihat dari beberapa sekolah di beberapa kota di Indonesia, sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dilihat dari beberapa sekolah di beberapa kota di Indonesia, sekolah-sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perhatian terhadap anak berbakat khususnya di Indonesia sekarang ini sudah memperlihatkan perkembangan yang cukup baik. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN UMUR MAHASISWI SEMESTER I DIV KEBIDANAN TAHUN 2017

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN UMUR MAHASISWI SEMESTER I DIV KEBIDANAN TAHUN 2017 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN UMUR MAHASISWI SEMESTER I DIV KEBIDANAN TAHUN 2017 Triwik Sri Mulati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan Abstract: Emotional Intelligence,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial, yang berarti manusia tidak dapat hidup sendiri. Didalam situasi dan keadaan seperti apapun manusia selalu membutuhkan keberadaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 20 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 20 SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 20 SEMARANG Burhan Laksmana Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Burhano_ronaldo007@yahoo.com ABSTRAK Siswa

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MASALAH PERILAKU DAN EMOSIONAL ANTARA SISWA KELAS AKSELERASI DAN REGULER DI SEKOLAH AL-AZHAR MEDAN. Oleh : HUMIKO HESTIRA

PERBANDINGAN MASALAH PERILAKU DAN EMOSIONAL ANTARA SISWA KELAS AKSELERASI DAN REGULER DI SEKOLAH AL-AZHAR MEDAN. Oleh : HUMIKO HESTIRA PERBANDINGAN MASALAH PERILAKU DAN EMOSIONAL ANTARA SISWA KELAS AKSELERASI DAN REGULER DI SEKOLAH AL-AZHAR MEDAN Oleh : HUMIKO HESTIRA 120100208 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam proses belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan faktor-faktor

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK PINDAHAN DALAM BELAJAR DI MTs TI BATANG KABUNG PADANG. Oleh: Hermina Mirawati*) Asmaiwaty Arief**)) Yusnetti**))

PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK PINDAHAN DALAM BELAJAR DI MTs TI BATANG KABUNG PADANG. Oleh: Hermina Mirawati*) Asmaiwaty Arief**)) Yusnetti**)) PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK PINDAHAN DALAM BELAJAR DI MTs TI BATANG KABUNG PADANG Oleh: Hermina Mirawati*) Asmaiwaty Arief**)) Yusnetti**)) *Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN ANAK BERBAKAT TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik dan jenis-jenis keberbakatan guna melakukan deteksi dini TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:

Lebih terperinci

THE PROBLEM EXPERIENCED BY JUNIOR HIGH SCHOOL NUMBER 3 RUMBIO JAYA

THE PROBLEM EXPERIENCED BY JUNIOR HIGH SCHOOL NUMBER 3 RUMBIO JAYA 1 THE PROBLEM EXPERIENCED BY JUNIOR HIGH SCHOOL NUMBER 3 RUMBIO JAYA Nurazmi 1, Tri Umari 2, Rosmawti 3 Email:nurazmicubadak@gmai.com, t.umari@yahoo.co.id, rosandi5658@gmail.com No HP:081365683085,08126858328,

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KDPK I PADA MAHASISWA PRODI D-IV BIDAN PENDIDIK REGULER STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012/2013

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KDPK I PADA MAHASISWA PRODI D-IV BIDAN PENDIDIK REGULER STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012/2013 HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KDPK I PADA MAHASISWA PRODI D-IV BIDAN PENDIDIK REGULER STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NISA RIZKI NURFITA 201210104311

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan anak gifted menjadi sangat bernilai. Potensinya yang unggul dalam intelektualitas, kreativitas, dan motivasi menjadikan anak berbakat sebagai kekayaan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA

PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja harus memiliki banyak keterampilan untuk mempersiapkan diri menjadi seseorang yang dewasa terutama keterampilan bersosialisasi dengan lingkungan. Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  Syifa Zulfa Hanani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda. Masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan, begitupun dengan kecerdasan setiap individu. Ada yang memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan yang penting. Pendidikan diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan,

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH

PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: HESTI WININGTYAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan individu berharap untuk selalu berkembang dan mewujudkan diri. Ini artinya setiap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PROGRAM PENDIDIKAN SISWA DENGAN TINGKAT KECEMASAN DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA PROGRAM PENDIDIKAN SISWA DENGAN TINGKAT KECEMASAN DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA PROGRAM PENDIDIKAN SISWA DENGAN TINGKAT KECEMASAN DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran AZAMAT AGUS SAMPURNA G0011047 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu memiliki tugas perkembangan yang sudah terbagi menjadi beberapa fase dalam rentang kehidupan individu. Menurut Hurlock (1999) tugas perkembangan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), jumlah remaja di dunia cukup tinggi. Pada tahun 2012 sekitar 1,6 miliar orang di dunia berusia 12-24 tahun (WHO, 2012). Sedangkan

Lebih terperinci

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO EMOTIONAL INTELLIGENCE IN CLASS STUDENTS ACCELERATION IN SMP NEGERI 1 PURWOKERTO Oleh : Dwi Hartoko Aji *) Retno Dwiyanti**)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER Tesi Hermaleni, Mudjiran, Afif Zamzami Universitas Negeri Padang e-mail: Tesi.hermaleni@gmail.com Abstract: The difference

Lebih terperinci

PENYESUAIAN SOSIAL DAN SCHOOL WELL-BEING: Studi pada Siswa Pondok Pesantren yang Bersekolah di MBI Amanatul Ummah Pacet Mojokerto

PENYESUAIAN SOSIAL DAN SCHOOL WELL-BEING: Studi pada Siswa Pondok Pesantren yang Bersekolah di MBI Amanatul Ummah Pacet Mojokerto PENYESUAIAN SOSIAL DAN SCHOOL WELL-BEING: Studi pada Siswa Pondok Pesantren yang Bersekolah di MBI Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Anistiya Azizah, Farida Hidayati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS KOMPETENSI SOSIAL ANAK GIFTED Oleh: L. Rini Sugiarti, S.Psi, M.Si, Psikolog* Ada dugaan, bahwa anak yang cerdas dan berbakat (gifted child), memiliki kompetensi social yang rendah. Artinya, pintar tapi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH Dyah Rahayu Armanto (dyahrahayuarmanto15@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Diah Utaminingsih 3 ABSTRACT The

Lebih terperinci

TINGKAT KREATIVITAS MAHASISWA PGSD ANGKATAN 2015 DALAM PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN

TINGKAT KREATIVITAS MAHASISWA PGSD ANGKATAN 2015 DALAM PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN TINGKAT KREATIVITAS MAHASISWA PGSD ANGKATAN 201 DALAM PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN Arif Mahya Fanny Universitas PGRI Adi Buana Surabaya arifmahyafanny@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT BURNOUT BELAJAR SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 PEDAN

PERBEDAAN TINGKAT BURNOUT BELAJAR SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 PEDAN Perbedaan Tingkat Burnout... (Roni Budi Jatmiko) 11 PERBEDAAN TINGKAT BURNOUT BELAJAR SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 PEDAN DIFFERENT SCALE OF BURNOUT STUDYING ON 8 TH GRADE MALE

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ACADEMIC SELF CONCEPT DENGAN TASK COMMITMENT PADA SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DI MEDAN

HUBUNGAN ACADEMIC SELF CONCEPT DENGAN TASK COMMITMENT PADA SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DI MEDAN HUBUNGAN ACADEMIC SELF CONCEPT DENGAN TASK COMMITMENT PADA SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DI MEDAN SKRIPSI Ditujukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: CINTHYA MERDEKAWATY 101301111

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status identitas bidang pendidikan pada siswa kelas XI di SMA A Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ida Nur Kristianti Kata Kunci : Empati, Layanan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi siswa dalam memasuki lingkungan sekolah yang baru adalah penyesuaian diri, walaupun penyesuaian diri tidak terbatas pada siswa

Lebih terperinci

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK  Program Magister Psikologi  Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul Perancangan dan Uji Coba Modul Pelatihan Kecerdasan Emosional Dalam Rangka Meningkatkan Kecerdasan Emosional pada Siswa/i SMAK Kalam Kudus Bandung. Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja) BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kemahasiswaan merupakan wilayah kehidupan baru bagi remaja usia antara 18 hingga 21 tahun, terutama bagi siswa yang baru lulus dari pendidikan SMA dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kelompok teman sebaya memiliki kedudukan yang penting bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kelompok teman sebaya memiliki kedudukan yang penting bagi siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelompok teman sebaya memiliki kedudukan yang penting bagi siswa sekolah dasar. Sejumlah penelitian menunjukkan baik atau buruknya hubungan antara siswa dengan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :163-174 PERSEPSI SISWA CIBI TERHADAP FAKTOR LINGKUNGAN SEKOLAH YANG MEMPENGARUHI

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program akselerasi merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan. Program kelas akselerasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumberdaya

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut Wahjudi (2009), kecemasan komunikasi adalah perasaan takut atau tingkat kegelisahan dalam transaksi komunikasi. Kecemasan dalam berkomunikasi dapat muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain. Meskipun manusia itu adalah makhluk yang paling sempurna baik

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 3 (4) (2014) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja memiliki tugas untuk melaksanakan pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas dari suatu bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI v. KATA PENGANTAR.. i ABSTRAK iii ABSTRACT iv. DAFTAR TABEL viii DAFTAR BAGAN... ix DAFTAR LAMPIRAN. x

DAFTAR ISI v. KATA PENGANTAR.. i ABSTRAK iii ABSTRACT iv. DAFTAR TABEL viii DAFTAR BAGAN... ix DAFTAR LAMPIRAN. x ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat culture shock pada mahasiswa Buton tingkat I angkatan 2012 di Politeknik X Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) dan universitas merupakan dua institusi yang memiliki perbedaan nyata baik dari segi fisik hingga sistem yang meliputinya. Adanya

Lebih terperinci

THE EFFECTIVENESS OF GRUP COUNSELING BASED GAMES TO IMPROVE PEER COMMUNICATION SKILLS OF CLASS VIII-E STUDENTS OF SMP NEGERI 1 TALUN IN ACADEMIC YEAR

THE EFFECTIVENESS OF GRUP COUNSELING BASED GAMES TO IMPROVE PEER COMMUNICATION SKILLS OF CLASS VIII-E STUDENTS OF SMP NEGERI 1 TALUN IN ACADEMIC YEAR JURNAL EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI TEMAN SEBAYA SISWA KELAS VIII-E DI SMP NEGERI 1 TALUN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECTIVENESS OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik BABI ~ PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

Lebih terperinci

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Riau email: pakzul_n@yahoo.co.id ABSTRAK Kesejahteraan guru secara umum sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MASA REMAJA (ADOLESENCE) PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir logis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Task Commitment 2.1.1. Pengertian Task Commitment Task commitment adalah salah satu karakteristik yang mestinya dimiliki oleh siswa berbakat menurut konsep The Three Ring Conception

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI Prima: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 1, Juli 2017, hal. 43-48 P-ISSN: 2579-9827, E-ISSN: 2580-2216 HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI 1 Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di atas rata-rata anak seusianya. Hal ini membuat anak berbakat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. ada di atas rata-rata anak seusianya. Hal ini membuat anak berbakat membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dirumuskan sebagai satu hak yang diperuntukkan bagi semua warga negara, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. Anak berbakat termasuk golongan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA SISWA-SISWI AKSELERASI. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA SISWA-SISWI AKSELERASI.   Abstrak HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA SISWA-SISWI AKSELERASI Siti Noviana 1, Hastaning Sakti 2 * 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif. Didalamnya mengandung

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

THE PROBLEMS EXPERIENCED BY THE STUDENTS OF SENIOR HIGH SCHOOL NUMBER XIII KOTO KAMPAR 2015/2016 YEAR

THE PROBLEMS EXPERIENCED BY THE STUDENTS OF SENIOR HIGH SCHOOL NUMBER XIII KOTO KAMPAR 2015/2016 YEAR 1 THE PROBLEMS EXPERIENCED BY THE STUDENTS OF SENIOR HIGH SCHOOL NUMBER XIII KOTO KAMPAR 2015/2016 YEAR Saripah 1,Elni Yakub 2, Zulfan Saam 3, Email: saripah.batubersurat@gmail.com, elni_yakub@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Marheni (dalam Soetjiningsih, 2004) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian Pengaruh Student-Teacher Relationships terhadap Tipe-Tipe School Engagement pada siswa SMP Z Kota Bandung bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh Student-Teacher Relationships

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN KELAS XI SMA.

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN KELAS XI SMA. 1 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN KELAS XI SMA. Abdurrahman 1) Gardjito 2) Retni S. Budiarti 2) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF DESCRIPTION OF KNOWLEDGE LEVEL KINDERGARTEN TEACHER OF THE EQUIPMENT GAME EDUCATIVE STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah SMPN 45 Bandung yang terletak di Jalan Yogyakarta No. 1 Bandung. Sekolah ini memiliki latar belakang ekonomi, dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi kehidupan manusia, khususnya bangsa Indonesia. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan

Lebih terperinci

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Sania Faradita ABSTRACT The purpose of this study, is to know the

Lebih terperinci

PENGARUH PERGAULAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR GUGUS GAJAH MADA

PENGARUH PERGAULAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR GUGUS GAJAH MADA 3.050 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 32 Tahun ke-5 2016 PENGARUH PERGAULAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR GUGUS GAJAH MADA THE INFLUENCE OF SOCIAL PEERS

Lebih terperinci

MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SDN 22 SERINGKUYANG KECAMATAN MENJALIN

MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SDN 22 SERINGKUYANG KECAMATAN MENJALIN MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SDN 22 SERINGKUYANG KECAMATAN MENJALIN Yosep Laurensius G.M, Imran, Wiwik Yunintaningrum Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi FKIP Untan

Lebih terperinci