BAB IV 4 GAMBARAN KONDISI EKSISTING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV 4 GAMBARAN KONDISI EKSISTING"

Transkripsi

1 BAB IV 4 GAMBARAN KONDISI EKSISTING 4.1 Umum Untuk mengangkut peti kemas dari pabrik-pabrik yang berlokasi di sekitar Bandung ke Pelabuhan Tanjung Priok atau sebaliknya, ada 2 (dua) skema pergerakan pengangkutan yang bisa digunakan. Kedua skema ini memiliki tahapan-tahapan kegiatan yang berbeda. Selain itu moda yang digunakannya pun berbeda. Truk Stuffing/ Stripping FCL & LCL Lo Lo Unit Train Stuffing/ Stripping FCL & LCL Lo Lo Kapal DELIVERY Zona Industri Bandung Raya Local Haul Terminal Gedebage JALUR REL Line Haul Terminal Tg.Priok Ekspor/ impor Kapal Line Haul JALAN RAYA Terminal Tg.Priok Ekspor/ impor Gambar 4.1 Skema pergerakan peti kemas rute Bandung-Jakarta Skema pertama adalah pengangkutan peti kemas dengan menggunakan moda kereta api sebagai moda utamanya. Dan skema kedua adalah pengangkutan peti kemas dengan menggunakan moda truk sebagai moda utamanya. Tahapan kegiatan kedua skema dapat dilihat pada Gambar Garis Besar Proses Pengangkutan barang Menggunakan Moda Kereta Api Tahapan-tahapan untuk peti kemas tujuan ekspor (Bandung ke Jakarta) melalui koridor rel kereta adalah sebagai berikut : - Pra terminal pemberangkatan Pada tahap ini, peti kemas diangkut menuju terminal keberangkatan dengan menggunakan moda angkutan lain seperti moda jalan raya berupa Truk Trailer. Untuk proses ekspor (Bandung-Tanjung Priok), peti kemas diangkut dari pabrik-pabrik yang berada di daerahtpk Bandung dengan menggunakan Trailer-trailer. Gambaran Kondisi Eksisting 27

2 - Terminal pemberangkatan Di terminal keberangkatan ini, pelayanan angkutan peti kemas akan lebih rumit dari angkutan penumpang. Penanganan peti kemas baik untuk loading ataupun unloading memerlukan beberapa alat khusus seperti transtainer, top loader dan forklift. - Pengangkutan sepanjang perjalanan Berbeda dengan angkutan penumpang, pada umumnya angkutan peti kemas membongkar muatannya di tujuan akhir (terminal tujuan). Untuk ekspor (Bandung- Jakarta), pada umumnya semua peti kemas yang diangkut dari TPK Bandung dibongkar di Pasoso Tanjung Priok. - Terminal tujuan Pelayanan yang diberikan di terminal tujuan ini tidak jauh berbeda dengan pelayanan yang diberikan di terminal pemberangkatan. - Setelah terminal tujuan Untuk kasus ekspor, setelah peti kemas sampai di terminal tujuan (Pasoso), peti kemas diangkut dengan Truk menuju sisi kapal. Proses pengangkutan barang berupa peti kemas yang melalui koridor rel kereta api ini melibatkan beberapa pihak dalam mata rantai pergerakan barang dari Gedebage sampai Tanjung Priok. Pihak-pihak tersebut adalah PT. Kereta Api (Persero), PT. MTI (PT. Multi Terminal Indonesial), dan PT. JICT (PT. Jakarta International Container Terminal). Tetapi karena PT. Kereta Api (Persero) belum memiliki fasilitas selengkap di Pasoso, maka PT. Kereta Api (Persero) masih membutuhkan jasa trucking untuk membawa barang dari pabrik (shipper) ke lokasi TPKB. PT. Kereta Api (Persero) adalah pihak yang berwenang di TPKB. Selama barang berada di TPKB maka PT. Kereta Api bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan barang tersebut. Beberapa wewenang PT. Kereta Api di TPKB adalah mengurus dokumen-dokumen perjalanan barang, bongkar muat kontainer, penyimpanan kontainer, dan membawa kontainer dari TPKB menuju TPK Pasoso, dan sebaliknya. Setelah barang diberangkatkan dari TPKB menggunakan gerbong kereta api menuju TPK Pasoso PT. KAI masih bertanggung jawab terhadap barang kontainer tersebut. Setibanya kontainer di TPK Pasoso, maka tanggung jawab terhadap barang berpindah ke pihak PT. MTI. Karena proses kegiatan perpindahan barang di Pasoso diambil alih oleh PT. MTI. Selama di Pasoso, PT. MTI berwenang untuk menyiapkan alat, tenaga kerja serta area bongkar muat kontainer, penyimpanan kontainer, berkoordinasi dengan PT. Kereta Api mengenai masalah jadwal keberangkatan, membawa kontainer dari TPK Pasoso sampai ke dermaga Pelabuhan Tanjung Priok. Pihak yang bertanggung jawab terhadap barang di Pelabuhan Tanjung Priok adalah PT. JICT. Sesampainya barang di Pelabuhan Tanjung Priok maka PT. MTI sudah tidak lagi bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan barang. Wewenang PT. JICT di Gambaran Kondisi Eksisting 28

3 Tanjung Priok ini adalah menyiapkan jadwal keberangkatan kapal, bongkar muat kontainer, menaikkan kontainer ke atas kapal, dan penyimpanan kontainer. 4.3 Kondisi Eksisting TPKB Gedebage Perkembangan dan Status TPKB Gedebage Terminal Peti Kemas Bandung (TPKB) di Gedebage didirikan dengan dasar Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1987 tanggal 22 Desember 1987, yang di dalamnya antara lain menyebutkan, bahwa (1) terminal peti kemas berfungsi sebagai pelabuhan umum, dilengkapi prasarana dan sarana angkutan (kereta api), yang merupakan satu kesatuan sistem pelayanan; (2) Pelabuhan darat (dry-port) berperan sebagai terminal peti kemas (TPK); (3) On train is on board, di mana tata laksana dan ketentuan umum ekspor-impor di pelabuhan berlaku di TPK, penyelesaian dan prosedur kepelabuhanan atas ekspor-impor dilakukan di TPK, terhadap pelabuhan daratan diberlakukan tata laksana dan ketentuan umum ekspor-impor. Landasan hukum lain adalah Keputusan Menteri Perhubungan RI No. KM 279/KA- 101/PHB-87 tanggal 23 Desember 1987 tentang Penetapan Stasiun Kereta Api Gedebage sebagai Terminal Peti Kemas Bandung (TPKB), yang antara lain menyebutkan, (1) Pengusahaan TPKB dilakukan oleh PJKA, sekarang PT Kereta Api; (2) Pelabuhan umum diselengarakan pemerintah yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada BUMN; (3) Angkutan peti kemas dari dan ke TPKB secara langsung dari dan ke pelabuhan Tanjungpriok menggunakan sarana kereta api. Sedangkan landasan hukum tentang tata laksana ekspor-impor ditetapkan dengan SKB Menkeu No. 847/KMK.01/1987, Menperdag No. 330/KPD/XII/87 dan Gubernur BI No. 20/16/Kep/GBI tanggal 23 Desember Berdasarkan landasan hukum tersebut maka TPKB Gedebage diklasifikasikan sebagai terminal khusus karena barang yang dilayaninya hanya dalam bentuk peti kemas Lokasi Dan Aksesibilitas TPKB Gedebage Terminal Peti Kemas Bandung (TPKB) Gedebage memiliki daerah operasional terutama di sekitar Kota Bandung, Sumedang, Garut dan Tasikmalaya. Secara administratif TPKB terletak di Kecamatan Gedebage Kota Bandung dan menempati daerah seluas m 2 dengan alat produksi terminal diantaranya: Container Yard (area penyimpanan Container) dengan luas m 2 Penimbangan truk dan container Custom clearance untuk produk-produk ekspor Bank Negara Indonesia (BNI) 46 Container handling (loading on dan loading off) dan bongkar muat container Jalur rel KA Karantina container Gambaran Kondisi Eksisting 29

4 Pengurusan dokumen perjalanan (ekspor dan impor) Lokasi dari Terminal ini dapat dilihat pada Gambar 4.2. LOKASI TPKB GEDE BAGE Gambar 4.2 Lokasi TPKB Gedebage Untuk mencapai TPKB tersebut, ada beberapa rute/akses yang dapat digunakan, diantaranya: Rute 1: Jl. Raya Gedebage Rute 2: Jl. Raya Gedebage Jl. Soekarno Hatta Rute 3: Jl. Ciwastra Jl. Jl. Raya Gedebage Proses Kegiatan di TPKB (ekspor) Gambar 4.3 Layout Terminal Peti Kemas Bandung Gambaran Kondisi Eksisting 30

5 Kegiatan ekspor yang terjadi di TPKB melibatkan pihak PT. Kereta Api dan pihak bea cukai. Barang yang akan diekspor biasanya sudah di stuffing di pabrik dan menggunakan jasa truking untuk membawa kontainer ke lokasi TPKB. Sebagian besar kegiatan di TPKB ditangani oleh PT. Kereta Api. Pihak bea cukai hanya sekedar memeriksa surat-surat kelengkapan kontainer. Jika kontainer belum menyelesaikan pengurusan SA (surat Angkutan) maka kontainer tidak diperbolehkan untuk diangkut ke kereta melainkan ditimbun dulu di container Yard TPKB. Kegiatan di TPKB itu sendiri terdiri dari : 1. Pengurusan SA (Surat Angkutan) Kegiatan ini dilakukan untuk mencocokkan nomor kontainer dengan surat-surat PE (Pemberitahuan Ekspor) yang telah lebih dulu dilakukan oleh pihak forwarding. Pengurusan SA ini ditangani oleh pihak bea cukai berkoordinasi dengan PT. Kereta Api. Jika Surat Angkutan bermasalah maka kontainer harus ditimbun di TPKB 2. Penimbangan truk dan kontainer Proses ini dilakukan untuk memeriksa berat muatan yang ada di dalam kontainer. Jika muatan yang ada di dalam kontainer melebihi kapasitas kontainer maka kontainer tidak boleh di angkut ke kereta api. Lihat Gambar 4.4. Gambar 4.4 Alat penimbangan truk kontainer 3. Proses parkir Proses ini cukup memakan waktu selama proses kegiatan di TPKB. Truk kontainer harus memposisikan truk nya tepat dibawah Crane agar dapat di bongkar muat ke atas truk. 4. Lift on dan lift off Proses pemindahan container dari truk ke kereta ini memakan waktu sekitar 5 menit. Alat berat yang digunakan di TPKB adalah Gantry Crane. Lihat Gambar 4.5. Gambaran Kondisi Eksisting 31

6 Gambar 4.5 Crane untuk proses bongkar muat Setelah kontainer di bongkar muat ke atas kereta api, proses berikutnya adalah menunggu sampai keberangkatan kereta api ke Tanjung Priok. 90% kontainer yang melalui TPKB sudah di bongkar muat 1 jam sebelum keberangkatan. Jadi rata-rata waktu tunggu barang adalah 1 jam. Tabel 4.1 Waktu pelayanan di TPKB No Jenis Kegiatan Waktu Pelayanan (menit) 1 Pengurusan SA 0,5 2 Penimbangan 3 3 Proses parkir 7 4 Lift on/lift off Kondisi Eksisting Transportasi Kereta Api Barang Rute Gedebage-T.Priok Saat ini frekwensi KA untuk angkutan peti kemas hanya 1 rangkaian per hari yang terdiri dari 17 gerbong atau setara dengan 34 TEUS (Peti Kemas kapasitas 20 feet). Berbeda dengan tahun , frekwensi yang terjadi sampai 5 rangkaian per hari. Hal ini menyebabkan berkurangnya kegiatan operasional di TPKB. Sedangkan kapasitas dari TPKB itu sendiri riilnya adalah 90 TEUS/hari, dan dapat ditingkatkan menjadi 128 TEUS/hari jika ada ledakan pengangkutan barang. Gambaran Kondisi Eksisting 32

7 Tanjung Priok Gedebage Gambar 4.6 Rute Jalur KA Bandung Jakarta Proses perjalanan kereta api dari Gedebage sampai Pasoso memakan waktu 6-7 jam. Idealnya waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Pasoso dengan jarak 190 km adalah 4,5 jam. Dan menggunakan rute KA Bandung-Jakarta melalui Purwakarta, jalur rute KA dapat dilihat pada Gambar 4.6. Tetapi dikarenakan kereta barang masih menggunakan rel kereta api yang sama dengan kereta penumpang maka dari segi prioritas, kereta barang harus mengalah. Sehingga hal tersebut memakan waktu yang cukup banyak. Jadi jika proses pengangkutan barang dilakukan diatas waktu operasional kereta penumpang, waktu ideal perjalanan kereta dapat dicapai. Tabel 4.2 Jadwal perjalanan Kereta Api barang GEDEBAGE-TANJUNG PRIOK No Urut Nomor KA Berangkat Datang Keterangan Reguler Reguler (Sumber : TPKB) Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rangkaian dengan nomor KA 2203 hanya membutuhkan waktu 5 jam untuk sampai di Pasoso. Sedangkan rangkaian dengan nomor KA 2201 membutuhkan waktu lebih dari 6 jam. Ini disebabkan waktu berangkat rangkaian dengan nomor KA 2201 masih berada pada waktu operasional kereta penumpang. 4.5 Kondisi Eksisting Pasoso Perkembangan dan Status Pasoso (PT. MTI) PT. MTI yang menangani kegiatan kontainer di Pasoso adalah anak perusahaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II yang merupakan pemisahan (Spin off) dari salah satu Divisi Cabang Pelabuhan Tanjung Priok yaitu Divisi Usaha Terminal (DUT). Gambaran Kondisi Eksisting 33

8 PT. Multi Terminal Indonesia merupakan salah satu penyedia jasa dengan ruang lingkup kegiatan bongkar muat dan pengelolaan jasa penyimpanan muatan berupa lapangan dan gudang. Oleh sebab itu maka sejarahnya tidak terlepas dari sejarah pelabuhan di Indonesia yang telah mengalami beberapa kali perubahan status dan bentuk (transformasi) perusahaan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menunjang pembangunan nasional serta mengimbangi pertumbuhan permintaan pelayanan jasa kepelabuhanan yang dinamis. Saat ini ada sekitar 8 pihak dan perusahaan yang berwenang dalam menangani kegiatan di dalam kawasan Tanjung Priok. Dan salah satunya adalah PT. MTI (Pelindo II) yang memiliki luas kawasan terbesar di kawasan Tanjung Priok. Lihat Gambar 4.7. Ruang lingkup jasa pelayanan PT. MTI saat ini cukup banyak, salah satunya adalah menangani kiriman kontainer dari TPKB Gedebage. Ruang lingkup kerja tersebut antara lain : Terminal multi guna Terminal kontainer Terminal kontainer Pasoso dengan angkutan Kereta Api Terminal kontainer interinsuler Pasoso Jasa pergudangan Pelayanan penumpukan kontainer ekspor/impor Gambar 4.7 Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok Gambaran Kondisi Eksisting 34

9 Salah satu divisi PT. MTI yang menangani Pasoso adalah Terminal Emplesemen Utep Pasoso. Terminal ini yang menangani proses kegiatan handling kontainer dari TPKB untuk selanjutnya dibawa menuju Tanjung Priok menggunakan truk Lokasi dan Aksesibilitas Terminal Emplasemen Utep Pasoso Terminal Emplasemen ini berada di kawasan milik Pelabuhan Indonesia II Tanjung Priok tepatnya di Jl. Pasoso. Terminal ini memiliki fasilitas penunjang yang cukup lengkap untuk kegiatan freight Forwarding peti kemas. Fasilitas tersebut antara lain : Lapangan penumpukan (Container Yard) seluas m 2 Gudang CDC/CCC seluas m 2 Jalur rel KA Penimbangan kontainer Container handling (lift on dan lift off) dengan menggunakan top loader sebanyak 4 unit Jasa Container Delivery dari Pasoso menuju Tanjung Priok (PT. JICT) menggunakan truk sebanyak 16 unit Proses Kegiatan di Terminal Emplasemen Utep Pasoso Dalam proses kegiatan di Pasoso, PT. MTI memegang tanggung jawab penuh di seluruh kegiatan yang terjadi di Terminal Emplasemen Utep tersebut. Mulai dari kegiatan bongkar muat, stacking, sampai proses haulage ke dermaga. Sekitar 70%-80% kontainer yang sampai di Pasoso langsung di haulage ke PT. JICT, ini dikarenakan adanya closing time selama 9 jam. Dan untuk kontainer yang menunggu, di stacking terlebih dahulu di Pasoso. Seluruh proses kegiatan di Emplasemen Pasoso ini harus dapat diselesaikan dalam waktu maksimal 2 jam. Hal ini dikarenakan jadwal kereta api yang harus kembali ke TPKB Gedebage untuk membawa kontainer impor maupun kontainer kosong. Kegiatan ekspor di Pasoso itu antara lain : 1. Kegiatan Bongkar muat. Kegiatan ini dilakukan sesaat setelah kereta api sampai di Pasoso. Di Pasoso, alat bongkar muat yang digunakan adalah top loader sehingga pengerjaan bongkar muat lebih fleksibel. Ini dikarenakan top loader bisa mobilisasi bebas, berbeda dengan container crane yang ada di TPKB. Gambaran Kondisi Eksisting 35

10 Gambar 4.8 Kegiatan muat ke truk menggunakan top loader. 2. Proses Haulage Proses ini dilakukan setelah proses lift on dan lift off dari ke kereta ke truk selesai dilakukan. Jarak antara Pasoso dengan dermaga PT. JICT adalah sekitar 2 km. PT. MTI telah menyediakan 16 head truk untuk memaksimalkan proses haulage dari Pasoso ke PT. JICT. Proses haulage ini dibutuhkan karena Jalur KA yang ada saat ini tidak sampai ke pinggir dermaga (PT. JICT/KOJA). Sehingga terjadi double handling di Pasoso ini. Dan proses ini selain memakan biaya juga memakan waktu yang cukup banyak. Tabel 4.3 Waktu Kegiatan di Pasoso Waktu Pelayanan No. Jenis Kegiatan (Menit) 1 Bongkar Muat 5 2 Haulage Proses stacking Proses ini biasanya dilakukan jika ada kontainer yang belum terkena closing time. Dan harus menunggu sampai datangnya kapal yang akan mengangkut kontainer tersebut berlabuh di Dermaga PT. JICT. Gambaran Kondisi Eksisting 36

11 Gambar 4.9 Kontainer yang di stacking di Pasoso 4.6 Kondisi Eksisting Dermaga Tanjung Priok Status Dan Perkembangan Dermaga Tanjung Priok (PT. JICT/KOJA) Sampai saat ini proses bongkar muat Terminal Peti Kemas (TPK) di dermaga Tanjung Priok dipegang oleh 2 pihak yaitu, PT. JICT dan KOJA. Tetapi mayoritas kontainer yang masuk ke Tanjung Priok menggunakan jasa PT. JICT untuk proses pengapalan. PT Jakarta International Container Terminal (PT JICT) yang didirikan pada bulan Maret 1999 merupakan perusahaan yang melaksanakan kegiatan pelayanan bongkar muat petikemas ekspor/impor maupun petikemas transhipment di Pelabuhan Tanjung Priok. Perusahaan ini merupakan afiliasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II dengan kepemilikan saham 48,9%, Grosbeak Pte. Ltd memiliki saham sebesar 51%, dan Koperasi Pegawai Maritim sebesar 0,1%. Pada saat berdirinya tahun 1999, PT. JICT mampu menangani 1,8 juta TEUs/tahun. Kapasitas ini kemudian ditingkatkan secara bertahap menjadi 2,1 juta TEUs dan saat ini mencapai 2,4 Juta TEUs. Rencananya dalam waktu dekat ini PT. JICT akan melakukan penambahan dermaga sepanjang 525 m dan lapangan penumpukan seluas 3,5 Ha. Hal tersebut akan menambah kapasitas pelayanan petikemas menjadi 3 juta TEUs per tahun dalam rangka mengantisipasi peningkatan pertumbuhan arus petikemas yang melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Gambaran Kondisi Eksisting 37

12 4.6.2 Lokasi Dan Aksesibilitas Dermaga Tanjung Priok (PT. JICT) Dermaga PT. JICT terletak di Jalan Sulawesi Ujung Tanjung Priok. Sekitar 2 km dari Terminal Emplasemen Pasoso yang menangani kontainer dari TPKB. Untuk menunjang kinerja pelayanan bongkar muat, PT. JICT dilengkapi sarana dan prasarana yang cukup memadai. Dengan demikian PT. JICT merupakan terminal petikemas terbesar dan tersibuk di Indonesia. Fasilitas penunjang tersebut antara lain : Dermaga tempat labuhan kapal seluas m 2 Lapangan peti kemas (container Yard) seluas m 2 Kantor administrasi PT. JICT Fasilitas penunjang operasional dermaga. Diantaranya : 1. Container Crane sebanyak 18 unit 2. Top Loader sebanyak 3 unit 3. Transtainer sebanyak 51 unit 4. Spreader sebanyak 76 unit 5. Diesel Forklift sebanyak 26 unit 6. Head Truk sebanyak 116 unit, dan 7. Chasis sebanyak 145 unit Untuk mencapai Dermaga PT. JICT ada beberapa akses/rute yang dapat digunakan. Diantaranya : Rute 1: Jl. Raya Pelabuhan Jl. Sulawesi Ujung Rute 2 : Jl. Raya Cacing Jl. Jampea Jl. Sulawesi Ujung Rute 3 : Jl. Ahmad Yani Jl. Yos Sudarso Jl. Sulawesi Ujung Gambar 4.10 Layout Lintasan Haulage Pasoso Dermaga JICT Gambaran Kondisi Eksisting 38

13 4.6.3 Proses Kegiatan di Dermaga Tanjung Priok PT. JICT Kegiatan di Dermaga Tanjung Priok ini ditangani oleh pihak PT. JICT, mulai dari pengecekan Kegiatan Ekspor (KE) sampai bongkar muat ke atas kapal. Secara garis besar, proses kegiatan di Dermaga PT. JICT tidak jauh berbeda dengan proses kegiatan di TPKB. Mulai dari proses pengecekan SA (Surat Angkutan, penimbangan berat peti kemas, stacking, dan lift on/lift off serta bongkar muat ke atas kapal pengangkut kontainer. Deskripsi kegiatan tersebut antara lain : 1. Pengecekan SA (Surat Angkutan) Kegiatan ini dilakukan untuk pencocokan surat yang diterbitkan di TPKB. Baik itu jenis kontainer yang digunakan sampai pengecekan KE (Kartu Ekspor) yang telah diselesaikan sebelumnya oleh freight forwarder. 2. Penimbangan berat kontainer Hal ini dibutuhkan untuk memastikan berat kontainer yang akan diangkut ke atas kapal. Jika berat kontainer melebihi kapasitas peti kemas maka kontainer tersebut akan ditolak untuk di bongkar muat ke atas kapal. Dan akan disimpan di lapangan Kontainer (Container Yard) sampai pengurusan kontainer tersebut telah selesai dilakukan dengan pihak shipper. 3. Proses lift on/lift off Kontainer yang sudah diperiksa beratnya langsung di lift off dan disusun (stacking) berdasarkan berat dan negara tujuan dan kapal yang akan mengangkut kontainer tersebut. 4. Stacking Peti kemas yang akan diangkut, terlebih dahulu disusun di dermaga tempat kapal yang akan mengangkutnya berlabuh. 5. Bongkar muat Proses ini dilakukan setelah kapal pengangkut berlabuh di dermaga. Kontainer di muat berdasarkan urutan negara tujuan. Kontainer-kontainer dengan tujuan negara terjauh dibongkar muat paling pertama dan begitu seterusnya sampai kontainer dengan tujuan negara terdekat yang dimuat paling terakhir. Hal ini dibutuhkan untuk memudahkan proses bongkar muat kontainer di negara-negara tujuan. Tabel 4.4 Waktu Kegiatan di Dermaga PT. JICT Waktu Pelayanan No. Jenis Kegiatan (Menit) 1 Pengecekan SA 5 2 Penimbangan 15 3 Lift on/lift off 3 4 Muat 3 Gambaran Kondisi Eksisting 39

14 4.7 Garis Besar Kegiatan Pengangkutan Melalui Koridor Jalan Raya Saat ini mayoritas pengangkutan peti kemas dilakukan melalui proses trucking yang menggunakan sarana jalan raya. Semenjak tahun 2003 telah terjadi penurunan drastis pada throughput TPKB Gedebage, hal ini diakibatkan berpindahnya pilihan shipper untuk menggunakan jasa perusahaan trucking dalam menangani pengangkutan peti kemas. Kegiatan pengangkutan melalui koridor jalan raya tidak melibatkan banyak pihak dalam proses pengangkutannya. Pihak yang terkait hanya perusahaan jasa trucking yang membawa peti kemas sampai ke Dermaga PT. JICT. Sehingga tidak ada perpindahan tanggung jawab seperti layaknya pada proses pengangkutan melalui koridor Jalur KA. Tahapan-tahapan untuk peti kemas tujuan ekspor (Bandung-Jakarta) menggunakan moda jalan raya adalah sebagai berikut : 1. Peti kemas disiapkan dan dimuat ke atas truk/trailer di pabrik, dalam hal in berlokasi di Bandung dan sekitarnya, 2. Truk mengangkut peti kemas sepanjang jalan raya Bandung-Jakarta (line haul), dan 3. Pemindahan peti kemas dari truk ke lapangan penumpukan peti kemas (container yard) di Pelabuhan Tanjung Priok. 4.8 Kondisi Eksisting Jasa Trucking Status Dan Perkembangan Jasa Trucking Perusahaan trucking merupakan perusahaan yang menyediakan jasa transportasi untuk mengangkut barang dari satu tempat ke tempat tujuan. Proses pengangkutan peti kemas dari Bandung menuju Jakarta tidak akan lepas dari Jasa trucking baik itu melalui koridor jalan raya maupun koridor Jalur KA. Hal ini disebabkan TPKB (PT. KAI) belum memiliki fasilitas pendukung haulage. Sehingga PT. KAI akan membutuhkan Perusahaan Trucking untuk membawa peti kemas dari pabrik ke TPKB. Selain itu truk memiliki akses langsung ke konsumen (pabrik). Sehingga tidak ada tambahan biaya untuk handling (sistem pengangkutan barang single handling). Angkutan peti kemas di Koridor Bandung Jakarta sebagian besar dilayani oleh pengusaha-pengusaha angkutan yang ada di Jakarta dan merupakan anggota Organda Angsuspel (Angkutan Khusus Pelabuhan) Tanjung Priok Jakarta. Mereka mendominasi pangsa pasar angkutan peti kemas di koridor ini karena memang hanya pengusaha anggota Organda Angsuspel Tanjung Priok saja yang boleh beroperasi dan memasuki kawasan Pelabuhan Tanjung Priok. Gambaran Kondisi Eksisting 40

15 4.8.2 Proses Kegiatan Trucking Laporan Tugas Akhir (SI-40Z1) Pengangkutan jasa trucking menggunakan jalan raya sebagai media transportasinya mulai dari pabrik (shipper) sampai dermaga. Tetapi tidak semua ruas jalan raya yang dapat dilalui oleh truk yang menggangkut peti kemas. Di Bandung hanya beberapa ruas jalan saja yang diperbolehkan untuk dilewati oleh truk kontainer. Hal ini disebabkan oleh tonase truk kontainer melebihi desain tonase jalan perkotaan. Proses trucking dalam mengangangkut peti kemas disebut juga door to door karena barang yang akan diantar langsung di jemput ke pabrik (shipper) dan diantar sampai tempat tujuan (dermaga Tanjung Priok). Sesampainya peti kemas di Dermaga, maka pihak PT. JICT yang memegang tanggung jawab terhadap peti kemas. Proses kegiatan tersebut antara lain : 1. Stuffing Sebelum peti kemas diangkut, barang yang akan dibawa dimuat (stuffing) terlebih dahulu di pabrik (shipper). Sebelum proses stuffing perusahaan trucking membawa peti kemas kosong dari depo peti kemas. 2. Haulage Peti kemas yang sudah dimuat lalu diangkut (haulage) menuju tempat tujuan (Dermaga Tanjung Priok) melalui koridor jalan raya. Proses selanjutnya di Dermaga Tanjung Priok ditangani oleh PT. JICT Kondisi Eksisting Koridor Jalan Raya Dengan diperkenalkannya angkutan peti kemas beberapa tahun yang lalu, pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan sebagai petunjuk pelaksanaan. Hal ini terlihat dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.74 Tahun 1990 tanggal 4 Juli 1990 tentang Angkutan Peti Kemas di jalan dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor AJ.306/1/5 tanggal 31 Maret 1992 tentang petunjuk Pelaksanaan Angkutan Peti Kemas di Jalan. Peraturan-peraturan ini dibuat untuk meningkatkan kelancaran arus angkutan barang pada umumnya, khususnya untuk menunjang kegiatan ekspor impor menggunakan peti kemas. Salah satu hal yang diatur Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.74 Tahun 1990 tanggal 4 Juli tentang Angkutan Peti Kemas di Jalan ini adalah mengenai persyaratan lintasan angkutan peti kemas. Tentu saja penetapan persyaratan ini dilakukan setelah berkoordinasi dengan Direktorat Bina Marga Departeman Pekerjaan Umum. Lintasan angkutan peti kemas menurut Keputusan Menteri tersebut adalah prasarana lalu lintas dan angkutan jalan dalam bentuk apapun, meliputi bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperbolehkan untuk dilalui angkutan peti kemas. Ini berarti jalan yang diizinkan untuk lintasan angkutan peti kemas harus memenuhi Gambaran Kondisi Eksisting 41

16 persyaratan jaringan jalan yang dizinkan. Persyaratan jaringan jalan yang dizinkan untuk lintasan angkutan peti kemas menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.74 Tahun 1990 adalah sebagai berikut : a. Jaringan jalan harus mempunyai konstruksi yang diperkeras dan memiliki Muatan Sumbu Terberat (MST) 10 ton. b. Jembatan yang berada di dalam jaringan jalan sebagaimana yang disebut pada huruf a. Diatas harus mampu dilalui kendaraan bermotor angkutan peti kemas yang mempunyai jumlah berat kombinasi total sebesar 36 ton untuk peti kemas 20 Feet dan berat 45 ton untuk peti kemas 40 Feet, dan c. Jarak ruang bebas diatas lintasan angkutan peti kemas harus lebih besar dari 5,0 meter. Surat keputusan menteri itu juga menyebutkan bahwa : Untuk angkutan peti kemas 40 Feet, jaringan jalannya juga harus memenuhi syarat : a. Lebar jalan perkerasan tidak kurang dari 7,0 meter b. Kemiringan memanjang jalan (tanjakan) tidak melebihi 5,0% c. Jari-jari horizontal tidak kurang dari 115,0 meter Gambar 4.11 Jenis truk kontainer ukuran 40 feet Untuk angkutan peti kemas 20 Feet, jaringan jalannya juga harus memenuhi syarat : a. Lebar perkerasan tidak kurang dari 6,0 meter b. Kemiringan memanjang jalan (tanjakan) tidak melebihi 7,0% c. Jari-jari horizontal tidak kurang dari 115,0 meter Gambar 4.12 Jenis tru k kon u kuran 20 feet Gambar 4.12 Jenis truk kontainer ukuran 20 feet Kriteria lintasan angkutan peti kemas di jalan raya ini kemudian disempurnakan dengan keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor AJ.306/1/5, tanggal 31 Maret tentang petunjuk Pelaksanaan Angkutan Peti Kemas di Jalan. Di dalam surat keputusan ini disebutkan bahwa penetapan lintasan peti kemas didasarkan atas kriteria sebagai berikut : 1. Memenuhi persyaratan lintasan angkutan peti kemas sebagaimana yang dimaksud pasal 2 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.74 Tahun Jarak antara asal dan tujuan dipilih yang terpendek. Gambaran Kondisi Eksisting 42

17 3. Menghubungkan pusat-pusat pemuatan dan pembongkaran peti kemas dengan pusatpusat industri, pusat-pusat pergudangan, pusat-pusat distribusi atau kombinasi darinya. 4. Lebar jembatan tidak kurang dari 6,0 meter untuk lintas angkutan peti kemas 20 Feet dan 7,0 meter untuk lintasan peti kemas 40 Feet. 5. Desain kecepatan jalan sekurang-kurangnya 80 km/jam. 6. Mempertimbangkan optimalisasi penugasan antar moda transportasi. 7. Dapat diatur menurut waktu. Untuk koridor Bandung-Jakarta, rute yang ditetapkan sesuai Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor AJ.306/1/5 itu dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Lintasan Angkutan Peti Kemas No Lintasan (P/P) Ruas Jalan Yang Dilalui (1) (2) (3) 1. Tg. Priok-Bandung 1. Tg.Priok Jl. Cilincing Tol Cikunir Tol Cikampek Subang Ciate r Lembang Bandung Tol Panci Gedebage (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki) 2. Tg.Priok Tol Ir.Wiyoto Wiyono Tol Cikampek Subang Ciater Lembang Bandung Tol Panci Gedebage (untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki) 3. Tg.Priok Tol Cilincing Tol Cikunir Tol Cikampek Purwakarta Padalarang Tol Panci Bandung (Gedebage) (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki) 4. Tg.Priok Tol Ir. Wiyoto Wiyono Tol Cikampek Purwakarta Padalarang Tol Panci Bandung (Gedebage) (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki) 2. Bandung Cirebon Bandung (Gedebage) Sumedang Cadas Pangeran Cirebon (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki) 3. Semarang Solo 1. Tg.Mas Jl. Gombel Ungaran Salatiga Boyolali Solo (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki) 2. Tg.Mas Tol Jatigaleh Ungaran Salatiga Boyolali Solo (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki) (Sumber : Keputusan Dirjen Phb. Darat No. AJ 306/1/5 tanggal 31 Maret 1992) Gambaran Kondisi Eksisting 43

18 Dengan melihat Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa lintasan yang boleh dilalui oleh kendaraan pengangkut peti kemas untuk rute Bandung-Jakarta PP ada 4 lintasan. Lintasan optimum dan yang dijadikan objek dari penelitian ini adalah lintasan ke-3 yaitu : Tg.Priok Tol Cilincing (JORR) Tol Cikunir (JORR) Tol Cikampek Purwakarta Padalarang Tol Panci Bandung (Gedebage) (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki). Jarak antara Bandung Jakarta berdasarkan lintasan ini adalah 174 km. Selain mempunyai lintasan utama seperti yang terlihat diatas, angkutan peti kemas juga mempunyai lintasan cabang. Lintasan cabang ini merupakan jalan-jalan yang menghubungkan lintasan utama dengan lokasi industri. Lintasan ini ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dalam hal ini Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) yang berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) setempat. Untuk wilayah Bandung Raya dan wilayah Purwakarta, menurut Keputusan Kepala Dinas LLAJR Provinsi DT.I Jawa Barat, lintasan cabang angkutan peti kemasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Tabel 4.7. Dengan ditetapkannya lintasan angkutan peti kemas baik lintasan utama maupun lintasan cabang, maka kendaraan pengangkut peti kemas di koridor Bandung-Jakarta hanya boleh mengangkut peti kemas di ruas-ruas jalan yang telah ditetapkan itu saja. Jika hal ini dilanggar tentu saja akan dikenakan sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Tabel 4.6 Lintasan Trailer dan semi Trailer di Purwakarta No Lintasan Hari Operasi Waktu Operasi Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) 1. Cikopo Sadang Senin Jumat, (Perbatasan Subang) PP Minggu Cikopo Purwakarta Padalarang (perbatasan Bandung) (Perbatasan Bandung) Padalarang Purwakarta Cikopo Senin Jumat, Minggu Senin Jumat, Minggu & WIB & WIB & WIB (Sumber : Surat Keputusan Kepala DLLAJR Prop. DT I Jawa Barat) Hari Sabtu (libur 1) tidak boleh beroperasi Hanya beroperasi sesuai waktu (kolom 4) Lintasan utama sesuai dengan keputusan Menteri Perhubungan dan Dirjen Perhubungan Darat Dengan adanya Peraturan Pemerintah Daerah mengenai ruas jalan yang boleh dilalui dengan tonase tinggi maka trayek yang biasa digunakan di Kota Bandung oleh truk Gambaran Kondisi Eksisting 44

19 pengangkut peti kemas adalah Jalan Soekarno-Hatta karena Pabrik (shipper) terletak di daerah Bandung Selatan. Selain itu, TPKB berada di daerah Gedebage dimana aksesibilitas untuk menuju TPKB tidak terlepas dari keberadaan Jalan Soekarno-Hatta. Tabel 4.7 Lintasan Trailer dan semi trailer di Bandung Raya No Lintasan Hari Waktu Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) Jl. Dr. Setiabudi (dari Subang) Jl. Dr. Rivai Jl. Dr. Cipto Jl. Pajajaran Jl. Abd. Saleh Jl. Nurtanio Jl. Sudirman Cibeureum Soekarno Hatta TPK Kiara Condong Soekarno Hatta TPK Gedebage Rancaekek Tol Panci M.Toha Soekarno Hatta TPK Gedebage Soekarno Hatt TPK Kiara Condong Soekarno Hatta TPK Gedebage Senin Jumat, Minggu Senin Jumat, Minggu & WIB & WIB Hari Sabtu (Libur -1) tidak beroperasi Lintasan utama sesuai dengan Keputusan Menteri perhubungan dan Dirjen Perhubungan Darat 3. M. Toha Soekarno Hatta TPK Kiara Condong Soekarno Hatta TPK Gedebage Senin Jumat, Minggu & WIB 4. Leuwi Panjang Tol Panci M. Toha Soekarno Hatta TPK Kiara Condong Soekarno Hatta TPK Gedebage Senin Jumat, Minggu & WIB 5. Cimareme Cibeureum Soekarno Hatta TPK Kiara Condong Soekarno Hatta TPK Gedebage Senin Jumat, Minggu & WIB 6. Kopo Tol Panci M. Toha Soekarno Hatta TPK Senin Jumat, Minggu & Gambaran Kondisi Eksisting 45

20 Kiara Condong Soekarno WIB Hatta TPK Gedebage (Sumber : Surat Keputusan Kepala DLLAJR Prop. DT I Jawa Barat) Selain Jalan Soekarno-Hatta, ruas Jalan yang digunakan di daerah Perkotaan Bandung adalah Jalan Terusan Buah Batu dan Jalan Moh. Toha yang berfungsi sebagai akses menuju Jalan Tol Purwakarta-Bandung-Padalarang-Cileunyi (Purbaleunyi) dan juga akses menuju pabrik (shipper) yang terletak di Bandung Bagian Selatan. Rute yang biasa digunakan untuk proses pengangkutan peti kemas adalah : Jl. Raya Gedebage Jl. Soekarno-Hatta Jl. Terusan Buah Batu Tol Padaleunyi Pabrik Jl. Moh Toha Tol Padaleunyi Gambar 4.13 Ruas Jalan Tol Purbaleunyi Pada tahun 2005 Jalan Tol Purbaleunyi-Cikampek digunakan sebagai salah satu akses untuk menuju Tanjung Priok. Tetapi dikarenakan perkerasaan Jalan Tol di ruas Padalarang-Cikampek tidak kuat untuk menahan beban dari kendaraan berat dengan jenis truk semi trailer maka PT. Jasa Marga melarang jenis kendaraan tersebut untuk melintas di ruas Tol baru Padalarang-Cikampek. Dengan adanya Kebijakan tersebut truk kontainer dari arah Bandung hanya bisa menggunakan akses Jalan Tol sampai Padalarang dan harus keluar di Gerbang Tol Padalarang dan Padalarang Barat (Cikamuning). Gambaran Kondisi Eksisting 46

21 Gambar 4.14 Ruas Jalan Nasional Jalan antar kota yang dilintasi oleh truk kontainer menurut kewenangan dan statusnya termasuk ke dalam Jalan Nasional. Jalan Nasional yang dilewati oleh truk kontainer dari arah Bandung tersebut terbagi dalam beberapa segmen jalan. Segmen jalan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Panjang Ruas Jalan Nasional Nomor Ruas Nama Ruas Panjang Ruas (km) Cisomang - Padalarang Purwakarta - Cisomang Jl. Raya Purwakarta Sadang - Purwakarta Cikampek - Sadang 9.88 Total jarak Jalan Nasional yang dilintasi oleh truk kontainer adalah km. Ruas jalan Nasional yang digunakan tersebut diatas adalah ruas jalan antar kota yang telah dilintasi oleh truk kontainer sebelum Jalan Tol Purbaleunyi dibangun. Dan telah mengalami proses pelebaran jalan untuk mengantisipasi jumlah arus kendaraan yang meningkat. Jalan Nasional yang digunakan oleh truk kontainer hanya sampai Cikampek dan dilanjutkan dengan akses Jalan Tol Cikampek. Gambaran Kondisi Eksisting 47

22 Perkerasaan Jalan Tol Cikampek dapat menahan tonase kendaraan jenis Truk semi trailer sehingga truk kontainer dapat melintas di Jalan Tol Cikampek. Dengan selesai dibangunnya akses JORR (Jakarta Outer Ring Road), truk kontainer dapat langsung sampai di Jakarta Utara dan keluar di gerbang tol Cakung tanpa harus melewati Jalan Tol Dalam Kota Jakarta terlebih dahulu. Sehingga hal tersebut dapat mempersingkat waktu perjalanan truk kontainer. Setelah keluar di gerbang tol Cakung (Jalan Raya Cacing) truk kontainer menggunakan Jalan Perkotaan Kota Jakarta. Ruas Jalan yang dilewati oleh truk kontainer tersebut adalah: Jalan Raya Cacing Jalan Jampea Jalan Sulawesi Ujung (Tanjung Priok) Dermaga PT. JICT. Proses selanjutnya di Dermaga Tanjung Priok, pengurusan peti kemas dialihkan kepada pihak PT. JICT yang bertanggung jawab dalam hal bongkar muat peti kemas di Tanjung Priok. 4.9 Tarif Eksisting Angkutan Peti Kemas Dalam Sub-bab ini akan diuraikan mengenai pentarifan angkutan peti kemas yang berlaku untuk rute Bandung-Jakarta Tarif pada Moda Jalan Raya Penentuan kebijakan tarif melibatkan banyak aspek karena mencakup sistem perangkutan umum keseluruhan. Namun pada hakekatnya faktor utama yang sangat dipertimbangkan dalam menentukan besar dan struktur tarif adalah besarnya Biaya Operasi Kendaraan (BOK). Faktor ini harus diperhatikan karena keuntungan yang diperoleh penyedia jasa sangat bergantung dari pendapatan tarif dan biaya operasi serta pemeliharaan kendaraan. Apalagi jika pemerintah tidak memberikan subsidi dalam bentuk apapun pada angkutan tersebut. Tarif kendaraan pengangkut peti kemas ditetapkan oleh Dewan Koordinasi Pelayanan Angkutan Peti Kemas yang beranggotakan Organda, Gafeksi, Ginsi dan GPEI. Dalam penetapannya, tarif angkutan peti kemas dibagi menjadi 2 (dua) kelompok ukuran peti kemas. Di samping itu tarif juga memperhitungkan jarak yang ditempuh oleh kendaraan pengangkut peti kemas. Secara umum penggolongan atau pengelompokan tarif angkutan peti kemas ini dibagi menjadi 8 kelompok tarif, yaitu mulai dari jarak pendek sampai jarak terjauh. Tarif angkut dari Bandung-Jakarta atau sebaliknya adalah untuk 20 kaki Rp dan untuk ukuran 40 kaki sebesar Rp Gambaran Kondisi Eksisting 48

23 Tabel 4.9 Tarif Angkutan Rute Bandung-Jakarta Trayek 20 feet 40 feet Bandung - Jakarta Rp Rp Proses pengangkutan peti kemas menggunakan moda jalan raya berneda dengan moda rel kereta. Perbedaan tahapan proses pengangkutan peti kemas antara moda jalan raya (truk trailer) dengan moda rel kereta (Kereta Api) dapat dilihat pada Gambar 4.1. Untuk sampai ke kapal, shipper yang mengirimkan barang dengan moda jalan harus mengeluarkan sejumlah biaya. Komponen-komponen biaya yang harus dibayar mulai dari peti kemas diangkut dari pabrik sampai di sisi kapal (tanjung Priok) adalah sebagai berikut : 1. Ongkos truk dari Bandung sampai Tanjung Priok. 2. Biaya pemindahan peti kemas dari truk ke lapangan penumpukan peti kemas (Container yard). 3. Biaya pemindahan peti kemas dari lapangan penumpukan (container yard) ke atas kapal. 4. Biaya administrasi dan lain-lain Tarif Kereta Api Peti Kemas Penetapan tarif angkutan kereta api peti kemas berbeda dari penetapan tarif moda jalan raya. Jika pada truk tarif yang ditetapkan baru merupakan tarif angkutan (ongkos jasa angkut), maka pada kereta api tarif tersebut merupakan tarif paket. Tarif paket ini ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara PT. KAI sebagai penyelenggara angkutan kereta api peti kemas dengan PT. MTI dan PT. JICT sebagai pengelola Pelabuhan Tanjung Priok. Dengan membayar tarif paket, berarti eksportir telah membayar seluruh biaya sempai peti kemas berada diatas kapal. Komponen tarif paket tersebut terdiri atas : Jasa Terminal (JT) di TPKB, merupakan biaya-biaya di TPK Bandung Jasa Terminal (JT) di Pasoso, merupakan biaya-biaya di TPK Pasoso Jasa Pelabuhan (JP) di Dermaga Tanjung Priok, merupakan biaya-biaya di dermaga Bea KA merupakan ongkos angkut kereta api dari TPKB ke Pasoso Besarnya tarif paket di masing-masing terminal tersebut untuk masing-masing ukuran peti kemas dapat dilihat pada Tabel 4.11, Tabel 4.12 dan Tabel Jasa Pelabuhan merupakan pendapatan PT. JICT, sedangkan Jasa Terminal TPKB dan bea KA merupakan pendapatan PT. KAI dan Jasa Terminal di Pasoso merupakan pendapatan PT. MTI. Gambaran Kondisi Eksisting 49

24 Selain biaya paket tersebut diatas, moda jalur rel masih membutuhkan jasa truking untuk menjemput barang dari pabrik. Tarif jasa truking pun memperhitungkan jarak radius pabrik dengan letak TPKB, yaitu mulai dari jarak pendek sampai jarak terjauh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.10 Tarif Angkutan di Bandung Raya Per Zona No Radius Kilometer Penjelasan Tarif Angkutan Lokasi/Areal 20 feet 40 feet KM Ujung Berung Rp Rp Bunderan Cibiru Kantor Bersama Ciwastra Sukarno-Hatta Kiara Condong KM Suci Rp Rp Rancaekek Moch. Ramdan Kiara Condong Sapan Pertigaan Cicalengka Banjaran KM Terusan Kopo Rp Rp Cihampelas Nurtanio (IPTN) Nanjung 4 Khusus I 40 KM Cimareme Rp Rp Majalaya Lagadar 5 Khusus II 50 KM Cicalengka Rp Rp Padalarang Batujajar 6 Khusus III 60 KM Soreang Rp Rp Ciwidey 7 Khusus IV 70 KM Lembang - - Gambaran Kondisi Eksisting 50

25 Penambahan biaya pada TPKB Tabel 4.11 Penambahan Pada Titik TPKB Penambahan Biaya Di TPKB Feet Uraian L-on L-off PPn Lo/Lo 10% Stack Stuffing Pengawalan Jml JT 20" Non-stuffing ~ Stuffing " Non-stuffing ~ Stuffing Penambahan Biaya pada Pasoso Feet Uraian 20" 40" Tabel 4.12 Penambahan Pada Titik Pasoso Non-stuffing Stuffing Non-stuffing Stuffing NB: Proses Haulage dari Pasoso ke PT. JICT dilakukan menggunakan Truk Penambahan Biaya di Dermaga PT. JICT Feet Uraian 20" 40" (Sumber : TPKB) Penambahan Biaya Di Pasoso (PT. MTI) Trucking L-off Stack L-on PPn 10% Tabel 4.13 Penambahan Pada Titik Dermaga PT. JICT Penambahan Biaya Di T. Priok (PT. JICT) L-on Stack PPn 10% Kartu Ekspor Non-stuffing Stuffing Non-stuffing Stuffing ADM Adm. Jml Penambahan Jml Penambahan Gambaran Kondisi Eksisting 51

BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Penyusunan Tugas Akhir ini adalah kegiatan dalam bentuk penelitian yang dilakukan berdasarkan program kerja berurutan dan saling berkaitan. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

EVALUASI PERFORMANSI ANGKUTAN BARANG PETI KEMAS RUTE BANDUNG-JAKARTA

EVALUASI PERFORMANSI ANGKUTAN BARANG PETI KEMAS RUTE BANDUNG-JAKARTA EVALUASI PERFORMANSI ANGKUTAN BARANG PETI KEMAS RUTE BANDUNG-JAKARTA TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh AGUNG GINANJAR

Lebih terperinci

BAB VI 6 ANALISIS KEBIJAKAN

BAB VI 6 ANALISIS KEBIJAKAN BAB VI 6 ANALISIS KEBIJAKAN 6.1 Umum Pada bab analisis dapat diketahui bahwa sebetulnya dari segi harga angkutan barang yang melalui TPKB Gedebage membutuhkan biaya lebih kecil daripada melalui jalan raya.

Lebih terperinci

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat adalah Provinsi di Indonesia yang memiliki komoditas cukup besar. Terutama di bidang tekstil dan garment. Sehingga diperlukan suatu system transportasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002 KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002 TENTANG TARIF PELAYANAN JASA PETIKEMAS PADA TERMINAL PETIKEMAS DI LINGKUNGAN PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB II 2 KAJIAN PUSTAKA BAB II 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sistem Jaringan Adalah suatu sistem yang berupa jaringan prasarana transportasi di dalam suatu wilayah yang berfungsi mempermudah pergerakan arus manusia, kendaraan, dan barang.

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

BAB V 5 ANALISIS DATA

BAB V 5 ANALISIS DATA Laporan Tugas Akhir (SI-4Z1) BAB V 5 ANALISIS DATA 5.1 Umum Pada Bab ini akan dianalisis faktor-faktor dan kondisi eksisting yang telah dipaparkan di Bab sebelumnya. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG

[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG [ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG Tim Peneliti : 1. Rosita Sinaga, S.H., M.M. 2. Akhmad Rizal Arifudin,

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE

EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh ANDY FERDIAN NIM : 15098105 PEMBIMBING Dr.Ir.Ade

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1320/HK.205/DRJD/2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1320/HK.205/DRJD/2005 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1320/HK.205/DRJD/2005 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DAN PENGATURAN ANGKUTAN BARANG PADA MASA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2005 (1426 H) DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK

5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK 50 5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Pendahuluan Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk pertumbuhan industri dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang

Lebih terperinci

Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta)

Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-17 Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta) Ardyah

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG Mudjiastuti Handajani Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Semarang Jalan Soekarno-Hatta, Tlogosari,

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Disusun oleh:

PRESENTASI TUGAS AKHIR ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Disusun oleh: 2010 PRESENTASI TUGAS AKHIR COMPANY (MN 091482) NAME ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Disusun oleh: M. Imam Wahyudi N.R.P. 4105 100

Lebih terperinci

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di terminal barang potongan, terminal peti kemas, terminal barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan jasa pelayanan bongkar dan muat peti kemas yang terletak di wilayah Pelabuhan Tanjung

Lebih terperinci

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, dalam

Lebih terperinci

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN DASAR-DASAR ANALISIS OPERASI TRANSPORTASI Penentuan Rute Sistem Pelayanan

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 11 : Stasiun dan operasional KA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 11 : Stasiun dan operasional KA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 11 : Stasiun dan operasional KA OUTLINE : a) Terminal KA stasiun b) Sistem pengoperasian dan pengamanan perjalanan KA c) Pengenalana Rambu/Semboyan pada kereta api d) Grafik Perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan untuk sarana transportasi umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dalam hal ini, transportasi memegang peranan penting dalam memberikan jasa layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2679/AJ.307/DRJD/2011 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DAN PENGATURAN KENDARAAN ANGKUTAN BARANG PADA MASA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2011 (1432 H) DIREKTUR

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A

Lebih terperinci

ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA)

ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) *Muhammad Imam Wahyudi,**Setyo Nugroho. *Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan *Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

JARINGAN LINTAS DI PROVINSI DKI JAKARTA. DINAS PERHUBUNGAN DAN TRANSPORTASI PROVINSI DKI JAKARTA Jl. Taman Jatibaru No.1 Jakarta Pusat 15 Juni 2016

JARINGAN LINTAS DI PROVINSI DKI JAKARTA. DINAS PERHUBUNGAN DAN TRANSPORTASI PROVINSI DKI JAKARTA Jl. Taman Jatibaru No.1 Jakarta Pusat 15 Juni 2016 JARINGAN LINTAS DI PROVINSI DKI JAKARTA DINAS PERHUBUNGAN DAN TRANSPORTASI PROVINSI DKI JAKARTA Jl. Taman Jatibaru No.1 Jakarta Pusat 15 Juni 2016 DASAR HUKUM PENGATURAN WAKTU OPERASIONAL ANGKUTAN BARANG

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.430,2016 KEMENHUB. Jasa. Angkutan Penyeberangan. Pengaturan dan Pengendalian. Kendaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 27 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS TOL CIKAMPEK PURWAKARTA PADALARANG (CIPULARANG)

Lebih terperinci

EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth

EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth Latar belakang project Ease of Doing Business (EODB) Ease of Doing Busines

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.213, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pabean. Kawasan. Penimbunan Sementara. Tempat. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PMK.04/2015 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung A. PENDAHULUAN Setelah dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869, arus kunjungan kapal ke Indonesia meningkat dengan drastis sehingga dibutuhkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN. NOMOR : 14 TAHUN 2007 KM. 74 Tahun 1990 TENTANG KENDARAAN PENGANGKUT PETI KEMAS DI JALAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN. NOMOR : 14 TAHUN 2007 KM. 74 Tahun 1990 TENTANG KENDARAAN PENGANGKUT PETI KEMAS DI JALAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : 14 TAHUN 2007 KM. 74 Tahun 1990 TENTANG KENDARAAN PENGANGKUT PETI KEMAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.633, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Priok. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2332/AJ.201/DRJD/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2332/AJ.201/DRJD/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2332/AJ.201/DRJD/2008 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DAN PENGATURAN ANGKUTAN BARANG PADA MASA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2008 (1429 H) DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi penilaian. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah 2.2 Angkutan Undang undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

2 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung

2 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung ANALISIS PENANGANAN PERGERAKAN TRUK KONTAINER KOSONG DALAM PERGERAKAN ANGKUTAN BARANG DAN DAMPAKNYA TERHADAP EFISIENSI BIAYA TRANSPORTASI (KASUS PELABUHAN TANJUNG PRIOK) Ofyar Z. Tamin 1, Harmein Rahman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sektor transportasi memiliki peranan yang

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 431, 2016 KEMENHUB. Penumpang. Angkutan Penyeberangan. Kewajiban. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 28 TAHUN 2016 TENTANG KEWAJIBAN PENUMPANG

Lebih terperinci

Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama)

Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama) Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama) Ringkasan Depo Peti Kemas Pengawasan Pabean (DP3) adalah salah satu bentuk Fasilitas Lembaga Kepabeanan yang berfungsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) selanjutnya disingkat Pelindo IV merupakan bagian dari transformasi sebuah perusahaan yang dimiliki pemerintah,

Lebih terperinci

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA 62 6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA Pendahuluan Bila dilihat dari segi lingkup pelayaran yang dilayani, Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa angkutan di perairan selain mempunyai peranan yang strategis dalam

Lebih terperinci

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.413, 2016 KEMENHUB. Penumpang dan Angkutan Penyeberangan. Daftar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 25 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR

Lebih terperinci

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Pelabuhan merupakan pintu gerbang keluar masuk barang

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 2.1.1.Sejarah Singkat Perusahaan PT. DMR adalah salah satu dari anak perusahaan PT. SSU. PT. SSU adalah perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 105 TAHUN 2003 ( TENTANG PENETAPAN JALAN BEBAS HAMBATAN RUAS DAWUAN-SADANG DAN RUAS PADALARANG-CIKAMUNING SEBAGAI BAGIAN DARI JALAN TOL CIKAMPEK-PURWAKARTA-PADALARANG SEBAGAI JALAN TOL DAN PENETAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut mutlak diperlukan sarana dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan tol adalah jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Jalan tol adalah jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jalan tol adalah jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban membayar untuk melewati jalan yang dilalui dan merupakan jalan alternatif lintas

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan.

I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan. Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan. Usaha mengurangi inefisiensi dalam proses bisnis

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.540, 2017 KEMENHUB. Pelabuhan Utama Belawan. Pelabuhan Utama Tanjung Priok. Pelabuhan Utama Tanjung Perak. dan Pelabuhan Utama Makassar. Pemindahan Barang yang Melewati

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Pelabuhan Tanjung Priok

Pelabuhan Tanjung Priok Pelabuhan Tanjung Priok Alamat : Jalan Raya Pelabuhan Nomor 9, Jakarta Utara, DKI Jakarta. Kode Pos : 14310 Telepon : 62-21-4367305 62-21-4301080 Faximile : 62-21-4372933 Peta Lokasi: Sumber: maps.google.com

Lebih terperinci

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN Misliah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan transportasi laut menjadi sektor utama yang berpengaruh dalam laju distribusi perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume lalu lintas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR : 45 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN JALAN BEBAS HAMBATAN RUAS DAWUAN-SADANG DAN RUAS PADALARANG-CIKAMUNING SEBAGAI BAGIAN DARI JALAN TOL CIKAMPEK-PURWAKARTA-PADALARANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA (JORR) I E1 SEKSI

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Raya, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17530, Jawa Barat, Indonesia Telp (62-21) 2908 2908, Fax (62-21) 2908

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Noor Mahmudah 1, David Rusadi 1 1 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: noor.mahmudah@umy.ac.id Abstrak. Pelabuhan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003 Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 5 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 5 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 5 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota Bandung juga merupakan kota terbesar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 ANALISIS KAPASITAS PELAYANAN TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Bambang Triatmodjo 1 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara kepulauan, peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupan ekonomi, sosial, pemerintahan, pertahanan/keamanan. Bidang kegiatan pelayaran

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK ANGKUTAN PETI KEMAS TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI KOTA PONTIANAK

ANALISA DAMPAK ANGKUTAN PETI KEMAS TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI KOTA PONTIANAK ANALISA DAMPAK ANGKUTAN PETI KEMAS TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI KOTA PONTIANAK Kurniawati 1), Komala Erwan 2)., Said 2) Abstrak Berdasarkan ketetapan Peraturan Walikota Pontianak Nomor 36 Tahun 2013 Tentang

Lebih terperinci

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan 73 7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT Pendahuluan Selama ini jalur pengiriman kontainer dari Indonesia ke luar negeri diarahkan ke Pelabuhan Singapura atau Port

Lebih terperinci

Penyusunan Rencana Umum Jaringan Lintas Angkutan Barang di Wilayah Jabodetabek

Penyusunan Rencana Umum Jaringan Lintas Angkutan Barang di Wilayah Jabodetabek Focus Group Discussion Penyusunan Rencana Umum Jaringan Lintas Angkutan Barang di Wilayah Jabodetabek Jakarta, 15 Juni 2016 Outline Dasar Hukum Konsep Umum Tujuan Kondisi Eksisting dan Permasalahan Konsep

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1522,2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Makassar. Sulawesi Selatan. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 92 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berbagai kajian menunjukkan bahwa selama 20 tahun mendatang aliran peti kemas di Indonesia akan meningkat secara dramatis, dari 8,8 juta TEUs pada tahun 2009 diperkirakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1298, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Tegal. Jawa Tengah. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Troughput. Gambar 1.1. Troughput di TPKS (TPKS,2013)

BAB I PENDAHULUAN. Troughput. Gambar 1.1. Troughput di TPKS (TPKS,2013) Troughput BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) merupakan tempat berlabuhnya kapal yang akan melakukan kegiatan bongkar muat peti kemas. Aktivitas bongkar muat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional sangat memerlukan adanya transportasi khususnya dibidang ekspor karena dapat memperlancar pengiriman barang sampai negara tujuan, barang-barang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG Abu Khusyairi Email : abu_khusyairi@yahoo.co.id Endang Setyawati Hisyam Email : hisyam.endang@gmail.com Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan. Pelabuhan memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sebelum laporan Tugas Akhir yang penulis kerjakan, telah banyak penelitian terdahulu yang memiliki pembahasan yang sama mengenai ekspor dan impor, hal ini

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA FGD PERAN DAN FUNGSI PELABUHAN PATIMBAN DALAM KONSEP HUB AND SPOKE Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI Jakarta, 24 NOPEMBER 2016 INDONESIAN LOGISTICS AND FORWARDERS

Lebih terperinci

Data jumlah permintaan pengiriman untuk container ukuran 40 feet PT.Inti Persada Mandiri. PT.Indah Kiat Pulp & Paper Mills. April

Data jumlah permintaan pengiriman untuk container ukuran 40 feet PT.Inti Persada Mandiri. PT.Indah Kiat Pulp & Paper Mills. April L1 Lampiran 1 Data jumlah permintaan pengiriman untuk container ukuran 40 feet PT.Inti Persada Mandiri. Bulan PT.Pindo Deli Pulp & Paper Mills PT.Indah Kiat Pulp & Paper Mills PT.Indo Rama Synthetics PT.Ultra

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 276, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkatan Laut. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 37 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa angkutan di perairan selain mempunyai peranan yang strategis dalam

Lebih terperinci