PENDAHULUAN 1.1. Pengembangan Agroindustri Nasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN 1.1. Pengembangan Agroindustri Nasional"

Transkripsi

1 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Pengembangan Agroindustri Nasional Indonesia mempunyai keunggulan komparatif sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan komparatif tersebut merupakan fundamental perekonomian yang perlu didayagunakan melalui pembangunan ekonomi sehingga menjadi keunggulan bersaing. Dengan demikian, perekonomian yang dikembangkan memiliki landasan yang kokoh pada sumberdaya domestik, memiliki kemampuan bersaing dan berdayaguna bagi seluruh rakyat Indonesia. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keunggulan komparatif tersebut berkembang di Indonesia, salah satunya dalam bentuk pembangunan agroindustri. Pengalaman di masa lalu membuktikan bahwa pembangunan pertanian yang tidak disertai dengan pengembangan industri hulu pertanian, industri hilir pertanian serta jasa-jasa pendukung secara harmonis dan simultan, tidak mampu mendayagunakan keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing yang kuat. Meskipun Indonesia berhasil menjadi salah satu produsen terbesar pada beberapa komoditas pertanian dunia tetapi Indonesia belum memiliki kemampuan bersaing di pasar Internasional. Selain itu, nilai tambah yang diraih dari pemanfaatan keunggulan komparatif tersebut masih relatif kecil, sehingga tingkat pendapatan masyarakat tetap rendah. Belajar dari pengalaman masa lalu tersebut, pendekatan pembangunan ekonomi dalam rangka mendayagunakan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif perlu diubah dari pembangunan pertanian kepada pembangunan agroindustri, di mana pertanian, industri hulu pertanian, industri hilir pertanian serta sektor yang menyediakan jasa yang diperlukan, dikembangkan secara simultan dan harmonis. Berdasarkan Pedoman Umum Pelaksanaan Program/Proyek Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2004) pembangunan pertanian ditujukkan untuk: (1) meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani; (2) mewujudkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya pangan lokal; (3) 1

2 2 meningkatkan daya saing produk pertanian dan ekspor hasil pertanian; (4) mengembangkan aktivitas ekonomi perdesaan; dan (5) meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha secara adil melalui pengembangan agribisnis. Saat ini, pengembangan agroindustri memerlukan langkah nyata untuk merangsang investasi, meningkatkan nilai tambah dan mencari pasar-pasar baru di dalam dan luar negeri. Keseriusan upaya merangsang pertumbuhan tinggi di sekor pertanian adalah suatu keharusan apabila pengembangan agroindustri berkerakyatan yang lebih modern dan responsif terhadap perubahan global akan dijadikan prioritas. Untuk mentransformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, salah satunya adalah dengan mengembangkan kemampuan agroindustrinya. Agroindustri mampu mengubah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir, termasuk di dalamnya adalah penanganan pasca panen, industri pengolahan makanan dan minuman, industri biofarmaka, industri bio-energi, industri pengolahan hasil ikutan serta industri agrowisata (Arifin, 2004). Keunggulan komparatif Indonesia berupa potensi sumber daya alam yang sangat besar, dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat secara global, dan terbesar nomor satu berpenduduk muslim di Dunia merupakan fundamental perekonomian yang perlu didayagunakan melalui pembangunan ekonomi sehingga menjadi keunggulan bersaing dan dapat dikembangkan menjadi motor penggerak ekonomi nasional. Memadukan sumber daya alam yang kaya dengan populasi muslim terbesar di dunia secara komprehensif dapat diwujudkan melalui konsep pengembangan agroindustri halal. Hal tersebut merupakan bentuk yang tepat untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga menjadi penghasil produk-produk bernilai tambah, berdaya saing tinggi dan dalam rangka memenuhi potensi kebutuhan pasar halal domestik dan internasional. Agroindustri halal diharapkan dapat menjawab keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.

3 3 Cakupan produk agroindustri halal meliputi produk-produk bernilai tambah yang diolah sebagai produk makanan halal atau bahan konsumtif yang halal dimakan atau digunakan, adalah jawaban atas permintaan pasar yang besar terutama bagi negara-negara berpenduduk muslim. Potensi yang dimiliki dan tren dunia akan meningkatnya kesadaran konsumen muslim terhadap produk-produk halal dan tumbuhnya jumlah penduduk muslim yang mencapai 1,8 miliar jiwa dari 6,5 miliar jiwa penduduk dunia semakin menguatkan permintaan akan produkproduk halal internasional. Perkembangan produk halal tidak hanya terjadi di negara-negara yang mayoritas penduduknya Islam saja tetapi juga di negaranegara barat, karena perusahaan-perusahaan internasional yang berpusat di negara-negara tersebut kini menggunakan konsep halal sebagai salah satu strategi bisnis dan pemasarannya. Hal tersebut dilakukan, mengingat secara global, pasar halal dunia sangat menjanjikan, dan diperkirakan mencapai sekitar 12 persen dari total perdagangan global produk pangan dan pertanian dengan nilai antara USD milyar per tahun (Che-Man, 2006). Dengan besarnya pertumbuhan rata-rata pasar produk halal yang mencapai tujuh persen per tahun dan diperkirakan mencapai dua kali lipat di beberapa negara Asia dengan jumlah penduduk muslim besar seperti Indonesia, Republik Rakyat China, Pakistan dan India dalam 10 tahun ke depan (Sungkar, 2009), maka banyak negara muslim maupun non muslim berupaya mengembangkan dan meningkatkan produksi produk halal untuk mengisi pasar dunia. Hal ini menjadi suatu masalah yang serius jika potensi masyarakat muslim Indonesia hanya dijadikan pasar oleh negara lain. Keadaan tersebut juga sekaligus menjadi tantangan bagi Indonesia agar dapat memanfaatkan pertumbuhan pasar halal dunia untuk menyiapkan produk halal yang dapat diserap dalam memenuhi kebutuhan produk halal yang semakin meningkat. Dengan semakin berkembangnya pasar pangan halal global, berbagai negara telah membangun strategi untuk memasuki, memanfaatkan peluang dan mengembangkan bisnis pangan halal domestik, regional maupun global. Upaya pengembangan produk dan pasar halal global salah satunya dilakukan dengan membangun jalinan kerjasama berupa Global Halal-Hub.

4 Terminologi Halal, Agroindustri Halal dan Halal-Hub Halal Produk halal, secara syariah Islam adalah produk yang baik, atau dikenal dengan istilah halaalan, thayyiban dan mubaarakan dan tidak terdiri dari najis atau bercampur najis (Ibrahim, 2008), sedangkan menurut Menurut Dahlan (2009), halal memliki arti diperbolehkan untuk dikonsumsi atau digunakan oleh umat Muslim. Lebih jauh, pangan halal harus aman bagi seluruh konsumen (aspek kesehatan) tanpa unsur yang tidak diperbolehkan (haram) dan kotoran (najis) bagi umat muslim (aspek keamanan spiritual). Dalam terminologi Islam, pada prinsipnya semua bahan makanan dan minuman adalah halal, kecuali yang diharamkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Bahan yang diharamkan Allah SWT adalah bangkai, darah, babi dan hewan yang disembelih dengan nama selain Allah (QS. Al-Baqarah; 173), sedangkan minuman yang diharamkan Allah adalah semua bentuk khamar (minuman beralkohol) (QS. Al-Baqarah; 219). Hewan yang dihalalkan akan berubah statusnya menjadi haram apabila mati karena tercekik, terbentur, jatuh ditanduk, diterkam binatang buas dan yang disembelih untuk berhala (QS. Al-Maidah; 3). Jika hewan-hewan tersebut sempat disembelih dengan menyebut nama Allah sebelum mati, maka akan tetap halal kecuali diperuntukkan bagi berhala (LPPOM- MUI, 2009) Agroindustri halal Agroindustri adalah bagian atau salah satu sub-sistem agribisnis yang memperoleh dan mentransformasikan bahan-bahan hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi maupun barang jadi yang langsung dikonsumsi (Gumbira-Sa id dan Intan, 2004). Dikaitkan dengan kehalalan produk, maka bagian-bagian dalam sistem yang menghasilkan dan mentransformasikan hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi maupun barang jadi seperti dalam definisi agroindustri di atas, harus memenuhi prinsip-prinsip mendasar yang harus diperhatikan atau khamsu halaalaat mengenai kehahalan suatu produk. Kehalalan suatu produk ditentukan oleh empat faktor yang dijelaskan sebagai berikut (Dahlan, 2009).

5 5 1. Sumber Daya Manusia (Man). Abattoirs yang menjadi pemotong hewan merupakan penganut agama Islam 2. Bahan Baku (Materials). Bahan baku yang dikategorikan sebagai bahan baku halal adalah yang dijelaskan dalam syariat Islam, terutama dari sumber perolehannya. Hewan yang halal dimakan tidak dapat dimakan secara serta merta, tetapi harus melalui proses penyembelihan, pengulitan dan proses penanganan yang sesuai dengan syariah Islam dengan tidak melibatkan unsur yang tidak diperbolehkan (haram) atau ditambahkan dengan bahan-bahan yang tidak jelas asal-usulnya termasuk kotoran (najis), serta tidak boleh terkontaminasi dengan zat-zat haram, minuman beralkohol, darah dna hewan atau tanaman beracun. 3. Mekanisme (Mechanism). Dalam melakukan pengolahan produk halal, persiapan, proses, transportasi dan penyimpanannya tidak boleh dicampuradukkan dengan bahan-bahan atau ramuan yang tidak halal. Alat-alat memasak seperti belanga, periuk, sendok dan sebagainya. harus suci, bersih dan halal. Tempat membasuh segala perkakas masakan dan hidangan harus dipisahkan antara yang halal dengan yang haram. 4. Keuangan (Monetary). Produk yang dihasilkan harus terbebas dari sumber-sumber kauangan yang haram. Dengan definisi agroindustri, halal dan persyaratan produk halal di atas, maka dapat dirumuskan bahwa arti agroidustri halal yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian atau salah satu sub-sistem agribisnis yang memperoleh dan atau mentransformasikan bahan-bahan hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi maupun barang jadi, yang selama prosesnya, baik itu pemotongan hewan, penggunaan bahan baku, mekanisme, sumber keuangan dan atau manejemennya mempertimbangkan hukum Islam untuk menciptakan produk yang baik dengan pemenuhan terhadap persyaratan kemanan secara religious khususnya bagi umat muslim (spiritual safety concern), serta secara umum

6 6 memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kesehatan (quality and health concern) yang dapat dikonsumsi atau digunakan oleh umat Muslim ataupun non- Muslim, dimana tidak terdiri dari unsur-unsur yang diharamkan, najis atau bercampur najis. Dalam pengembangan pasar produk agroindustri halal, kecermatan terhadap kondisi bisnis dan perdagangan produk agroindustri halal yang meliputi elemen-elemen konsumen, produk, maupun praktik perdagangan perlu dicermati. Terdapat empat hal yang penting dalam menentukan potensi pasar produk-produk agroindustri halal (Gambar 1) yaitu kondisi permintaan produk saat ini dan yang akan datang, kompetisi internal dan struktur industri, adaptasi pasar terhadap rasa, pilihan, dan lainnya serta hambatan tarif dan non tarif di wilayah domestik maupun global. Gambar 1. Elemen-Elemen Potensi Pasar Produk Agroindustri Halal (Sungkar, 2007)

7 7 Kecermatan pemasaran produk terhadap keinginan dan kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan dan mempertahankan pasar produk agroindustri halal. Konsumen mengharapkan produk agroindustri halal bermutu tinggi dengan harga kompetitif. Pemenuhan terhadap kesesuaian keinginan konsumen perlu diutamakan, sehingga produsen maupun pelaku bisnis perlu memahami karakteristik permintaan terhadap produk halal. Untuk menghindari kegagalan pasar, produsen maupun pelaku bisnis perlu mencermati keseluruhan rantai perdagangan, tidak saja hanya pada konsumen. Kegagalan pasar produk agroindustri yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh kegagalan memilih strategi pemasaran terbaik, kegagalan dalam pengarahan manajemen strategis, kegagalan dalam mengidentifikasi potensi secara tepat, kegagalan dalam berhubungan dengan petugas pemerintah yang tepat, serta kegagalan untuk mengerti perilaku pembelian pelanggan (Gumbira-Sa id, 2008). Pada Gambar 2 diperlihatkan rantai audit, distribusi dan pemasaran produk agroindustri halal (khususnya untuk produk peternakan). DIDORONG OLEH PERMINTAAN TERPUSAT PADA Industri Pakan IMPOR 1. Beku 2. Pemrosesan Lebih Lanjut Jasa Pangan Jagung Budidaya Kedelai Pemrosesan Primer Pemrosesan Sekunder Pengecer Bahan Makanan Pelanggan Akhir Zat Tambahan Pakan Penumbuhan Ekspor Distribusi Pasar Tradisional Gambar 2. Distribusi Pasar Produk Agroindustri Halal (Gumbira-Sa id, 2008)

8 Halal-Hub Halal-hub merupakan simpul-simpul kerjasama kegiatan dalam hal manajemen, produksi, sertifikasi dan konsultasi yang dilakukan oleh negaranegara yang memiliki kepentingan dalam pengembangan dan pemasaran produk halal. Dalam implementasinya, halal-hub mengarah pada aspek-aspek peraturan dan lembaga yang berwenang atas penanganan dan pengembangan produk halal. halal-hub diselenggarakan atas peran dan persetujuan dari berbagai organisasi atau badan-badan Islam di negara-negara bersangkutan, para produsen produk halal, pedagang, pembeli dan pihak lainnya yang secara global menyepakati aspek halal sebagai dasar pelaksanaannya. Tujuan utama dari halalhub adalah menyediakan platform yang dapat dipercaya yang diharapkan mampu menjembatani rantai pasok produk halal global. Hal ini akan menjadi upaya yang sangat bermanfaat bagi setiap individu maupun organisasi yang memiliki pandangan jauh kedepan dalam mengembangkan bisnis halal secara global (Mariam, 2006). Di dunia terdapat beberapa negara yang memiliki keinginan untuk menjadi halal-hub internasional yakni Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam bahkan negara-negara non-muslim seperti Inggris, Belanda dan Kanada. Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar cenderung hanya menjadi pasar yang besar bagi produk-produk halal internasional, sehingga harus segera menyiapkan strategi untuk bersaing dengan negara-negara yang telah menjadikan halal-hub sebagai strategi bersaing industrinya Perkembangan Bisnis Halal Global Sistem perdagangan dan paradigma masyarakat yang senantiasa berubah menuntut perlindungan atas produk yang dikonsumsinya menjadi tuntutan yang tidak dapat dielakkan lagi. Tuntutan akan standar mutu tinggi yang menjamin kemanan dan asal-usul menjadi perhatian masyarakat internasional pada saat ini. Kondisi yang sama juga mulai terjadi pada komunitas Muslim internasional yang semakin kritis untuk mendapatkan produk yang terjamin mutu dan kehalalannya, sehingga mengharuskan produsen untuk dapat memproduksi produk halal sesuai dengan standar sertifikasi halal yang diakui oleh negaranya masing-masing.

9 9 Tren jaminan halal tersebut dikaji dari semakin banyaknya pameran halal internasional yang diselenggarakan oleh berbagai negara. Hingga tahun 2009 produk halal telah dipromosikan dalam 48 pameran internasional di 49 negara dan melibatkan 1,838 pelaku usaha (daganghalal.com, 2009). Bahkan di dunia maya tingkat popularitas pencarian kata halal semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa isu halal semakin mendunia. Gambar 3 berikut menerangkan beberapa kata yang berhubungan dangan halal yang menjadi terminologi yang paling dicari di dunia maya yang didasari oleh keingintahuan masyarakat akan bisnis halal. Gambar 3. Representasi Pencarian Kata halal di Internet (HDC, 2009) Selain bukti di atas, perkembangan jumlah penduduk Muslim dunia yang mencapai 1,65 Miliar jiwa pada tahun 2010 (Tabel 1 dan 2) dan yang bergerak cepat menjadi tantangan dan peluang untuk melindungi konsumen Muslim. Upaya perlindungan konsemen muslim perlu dilaksanakan bersamaan dengan upaya meningkatkan daya saing dan standar produksi, sekaligus menjadikannya sebagai momen untuk memanfaatkan potensi bisnis halal yang sangat besar.

10 10 Tabel 1. Jumlah Penduduk Muslim Dunia Tahun 2010 (Kettani, 2010) Benua Jumlah Rasio Populasi Persentase Muslim Penduduk (Jiwa) Muslim (%) (Jiwa) Muslim (%) Asia , ,38 Afrika , ,01 Eropa , ,99 Amerika , ,59 Oceania ,477 1, ,03 Dunia ,107 23, Tabel 2. Perkiraan Jumlah Penduduk Muslim Hingga Tahun 2075 (Kettani, 2010) Tahun Rasio Terhadap Total Penduduk Populasi Muslim Penduduk Dunia (Jiwa) (Jiwa) (%) , , , , , , ,14 Industri halal, terutama pasar pangan halal merupakan bisnis yang melibatkan 150 negara, mencakup 1,65 miliar populasi Muslim, setara dengan total konsumsi Muslim sebesar US$ 458 Miliar per tahun dan menghasilkan aktivitas perdagangan halal internasional sebesar USD 183 Miliar per tahun (Dahlan, 2009). Komunitas Muslim bukanlah satu-satunya yang mengkonsumsi produk halal tetapi telah merambah ke komunitas lain yang mengenal halal sebagai produk yang memiliki mutu yang tinggi. Pasar halal internasional tumbuh pesat dan berpotensi meraih dua miliar konsumen Muslim di seluruh dunia (HDC, 2009). Bisnis halal global bahkan berkembang lebih jauh karena jangkauannya mengarah ke arah industri barang dan jasa, kemudian menjadi kekuatan besar dalam arena perdagangan dan keuangan dunia. Jika produk halal dan jasa keuangan Islam disatukan akan mencapai lebih dari satu triliun USD per tahun,

11 11 dan dari pemantauan pasar menunjukkan bahwa tren pertumbuhan yang kuat saat ini meningkat hingga lima sampai sepuluh tahun (Che-Man, 2009). Dengan berkembang pesatnya populasi Muslim saat ini yang mencapai seperempat dari populasi dunia, menjadikan pasar halal mulai memiliki dampak yang signifikan di pasar global. Kekuatan pasar baru tersebut didorong oleh beberapa faktor berikut: Pertama, banyaknya negara-negara Muslim yang mencapai tahap perkembangan yang dapat mulai mempengaruhi pasar dunia, baik sebagai produsen maupun konsumen. Kedua, secara signifikan, barang-barang seperti daging halal dan layanan perbankan syariah semakin populer di kalangan non-muslim, sehingga cepat memperluas dan meningkatkan pertumbuhan dalam sektor industri (Che-man, 2006) Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadi sasaran pasar yang sangat besar potensinya untuk dipenetrasi oleh produk-produk halal internasional. Dengan besarnya potensi di atas, sayangnya pemerintah Indonesia kurang fokus dalam mengembangkan industri halal-nya. Oleh karena itu, pengembangan agroindustri halal di Indonesia perlu dijadikan sebagai landasan pengembangan industri yang kemudian dilengkapi dengan sistem pengembangan strategisnya. Kekuatan yang dimiliki Indonesia tersebut dapat dijadikan peluang untuk dapat memperkuat kemampuan kompetitifnya dalam menghasilkan produk-produk bermutu tinggi serta melindungi pasar domestik dari serangan produk asing, dan dalam jangka panjang Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan peluang pasar global dan menangkap pasar halal dunia. Di wilayah Asia Tenggara (ASEAN), Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand merupakan negara-negara yang sangat aktif dalam memanfaatkan peluang pasar halal global, sedangkan Indonesia meskipun populasi Muslim nya terbanyak di dunia justru hanya berperan sebagai pasar, bukan sebagai produsen pangan halal global. ASEAN dipelopori Malaysia berkembang sebagai pusat produksi dan pemasaran produk halal global yang dilakukan dengan kerjasama antar negara ASEAN atau dikenal sebagai ASEAN Halal-Hub. Di lain pihak, negara-negara non muslim yang sangat kuat sektor peternakannya seperti

12 12 Australia, Brazil, dan Kanada saat ini telah menjadi pemasok pangan halal utama dunia untuk produk daging, unggas serta produk peternakan lain dan turunannya dikarenakan telah sadar sepenuhnya akan potensi pasar produk halal yang ada (Gumbira-Sa id, 2008). Di wilayah ASEAN, Malaysia adalah negara yang paling serius untuk memposisikan diri menjadi Halal-Hub di kawasan Asia dan pelopor dalam globalisasi sertifikasi halal. Malaysia menjadi negara pertama yang memiliki badan pengelola industi halal dan cetak biru yang memberikan tujuan jelas dan pedoman dalam industri halal-nya. Saat ini, Malaysia tengah mempersiapkan tahap pembuatan cetak biru pengembangan industri halal. Pemerintah Malaysia aktif memberikan insentif, skema atau hibah serta fasilitas lain yang didedikasikan untuk mengembangkan industri halal (Che-man, 2006). Di lain pihak, Thailand yang menjadi salah satu produsen pangan utama di wilayah Asia, mendirikan industri pangan halal di wilayah mayoritas muslim provinsi Pattani dan melakukan negosiasi dengan hipermarket Carrefour untuk memasok pangan halal di berbagai cabangnya di wilayah Asia Tenggara (Musalmah, 2009). Negara Asia lainnya adalah Taiwan yang mengembangkan produk halalnya bekerja sama dengan Malaysia dalam hal sertifikasi pangan halal dan berencana meningkatkan ekspor pangan halalnya untuk tujuan negara-negara Timur Tengah. Saat ini juga Republik Rakyat China secara agresif mengambil peluang pasar produk halal, termasuk Indonesia yang dijadikan sebagai pasar utama produk halalnya. Pasar produk halal Indonesia adalah salah satu tujuan pasar bagi beragam produsen pangan halal impor produsen global, khususnya di hypermarket dan supermarket besar, antara lain meliputi produk pangan fungsional, produk pangan siap saji, produk bahan tambahan makanan, kosmetik dan bahan-baku industri. Beragam produk yang bersertifikat halal yang telah dikembangkan secara global diperlihatkan pada Tabel 3 berikut.

13 Tabel 3. Ragam Produk Bersertifikat Halal Yang Telah Dikembangkan dan Dipasarkan Secara Global (Gumbira-Sa id, 2008) Produk Halal Global Daging Buah-Buahan Olahan Coklat Makanan Beku Hewan Laut Olahan Makanan Kaleng Permen Makanan Ringan Pasta dan Mi Saus Kue Sereal Seasoning Bumbu Biskuit Minuman 13 Perkembangan global diatas menjadi tantangan bagi produk agroindustri halal Indonesia untuk mengisi potensi pasar halal global secara optimal. Oleh karena itu selayaknya Indonesia mampu mengisi potensi pasar yang sangat besar tersebut dengan modal utama berupa sumber daya alam yang mendukung sekaligus sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia Perumusan Permasalahan Perkembangan produk halal di dunia menjadi suatu trend bisnis yang berkembang dengan pesat. Negara-negara yang maju agroindustri halal-nya diantaranya adalah Malaysia, Brunei Darussalam dan negara-negara lain yang populasi muslim-nya merupakan penduduk minoritas seperti Thailand, Filipina dan Perancis. Negara-negara tersebut mengedepankan produk halalnya sebagai produk yang dipandang sangat penting, sehingga menimbulkan suatu pertanyaan mengenai bagaimana strategi pengembangan produk halal yang perlu dilakukan Indonesia agar tidak hanya dijadikan sebagai target pasar produk halal terbesar. Urgensi atas permasalahan di atas semakin mengemuka ketika negaranegara ASEAN lainya sudah melangkah jauh lebih maju untuk mengembangkan agroindustri halal-nya. Malaysia dan Brunei Darusalam sejak beberapa tahun yang lalu telah memprediksi bahwa nilai pasar produk halal global segera akan mencapai USD 2.1 Trilyun dengan pertumbuhan sebesar USD 500 Milyar per tahun, dan kemudian menyikapinya dengan berbagai kebijakan untuk mengembangkan industri halalnya sebagai pelopor industri halal di dunia. Pada tahun 2010, Malaysia memposisikan diri menjadi satu-satunya pintu bagi seluruh produk makanan halal yang hendak dipasarkan oleh negara-negara lain (Che-man, 2009)

14 14 Jika rencana Malaysia terlaksana, maka akan sangat banyak sisi negatif yang akan dialami dunia usaha Indonesia, khususnya bagi kalangan industri makanan. Setiap produk Indonesia yang hendak dipasarkan ke luar negeri, terutama ke negara-negara Islam, harus dilegalisasi halal dahulu di Malaysia sebelum dapat dipasarkan ke pasar internasional. Selama ini, indikasi Malaysia membatasi ruang gerak Industri halal, khususnya makanan halal nasional sudah terasa. Misalnya, dengan menciptakan prosedur yang sulit bagi produk Indonesia untuk masuk ke Malaysia serta membatasi jumlahnya. Malaysia juga selalu berusaha mendapatkan berbagai produk dari pelaku usaha pangan Indonesia untuk diduplikasi, walaupun pola tersebut tidak menyimpang dari ketentuan bisnis, karena modusnya adalah kerja sama (Wiliasih, 2008). Selain negara-negara ASEAN, produk halal ternyata juga mampu menarik minat negara-negara maju yang mayoritas penduduknya non muslim untuk memberikan labelisasi halal pada produknya, hal ini karena halal dinilai sebagai patok duga tertinggi dalam hal standar mutu. Banyak rakyat negara maju yang produk makanan dan jasanya sudah mendapatkan label halal (Dahlan, 2009). Perkembangan pasar halal global yang tumbuh pesat, didasari dengan potensi pasar, sumber daya yang dimiliki Indonesia dan pergerakan negara-negara lain menjadi latar belakang perlunya untuk segera melakukan perencanaan strategi untuk mengantisipasi perkembangan industri halal dunia. Indonesia, dengan segala potensi yang ada perlu dengan segera berkonsolidasi untuk memberdayakan segenap stakeholder yang terlibat dalam pengembangan agroindustri halal nasional, yakni pengekspor, pengecer, penyedia input produksi, produsen label, perusahaan transportasi, perusahaan logistik pendukung, jasa manajemen, jasa konsultansi, lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga pemasaran dan promosi perdagangan, institusi pemerintah serta institusi bisnis pada umumnya. Potensi lain yang dapat dikembangkan adalah dengan menjalin kerjasama dengan sektor-sektor penting terkait, antara lain kalangan perbankan, perusahaan teknologi informasi dan akademisi. Kerjasama yang dilakukan perlu dilengkapi dengan pengembangan sistem komunikasi dan teknologi informasi bagi industri

15 15 produk halal, antara lain pusat pertukaran informasi produk-produk halal, pusat penelitian dan pengembangan serta sertifikasi halal. Konsolidasi dari berbagai pihak yang terkait diperlukan untuk merumuskan kebijakan yang tepat sebagai tindakan antisipatif dan strategis dalam pengembangan produk agroindustri halal nasional. Perubahan pola pikir dilakukan untuk mendorong potensi bisnis dan perdagangan produk halal sehingga memberikan manfaat baik secara sosial maupun ekonomis bagi banyak orang. Hal ini dilakukan dengan tujuan menjadikan Indonesia bukan hanya sekedar pasar terbesar, namun juga pelaku utama produsen produk halal di dunia Tujuan Penelitian Tujuan penelitian Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Dalam Mengantisipasi Bisnis Halal Global ini adalah sebagai berikut: 1. Menghasilkan deskripsi kondisi terkini dari perkembangan bisnis dan agroindustri halal ASEAN. 2. Menghasilkan analisis situasional dan kemampuan daya saing agroindustri halal Indonesia. 3. Menyusun strategi pengembangan agroindustri halal Indonesia dalam mengembangkan produk halal yang dapat bersaing di tingkat internasional, khususnya di ASEAN Manfaat Penelitian Kerangka strategi yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam melakukan perencanaan kebijakan pengembangan agroindustri, serta bagi lembaga-lembaga yang memiliki perhatian khusus bagi pengembangan agroindustri halal di Indonesia. Dalam penelitian ini juga digunakan pendekatan perbandingan secara langsung dengan negara pelaku agroindustri halal lain untuk mengevaluasi struktur integrasi agroindustri halal yang sesuai untuk memperkuat posisi Indonesia dalam mengantisipasi bisnis halal global, terutama dalam kerangka ASEAN halal-hub.

16 16 Implikasi utama dari kerangka penelitian ini di masa depan adalah untuk menekankan pentingnya menciptakan kesesuaian kebijakan pemerintah yang dijalankan dengan orientasi strategis pengembangan agroindustri halal. Strategi pengembangan agroindustri halal yang dihasilkan ditujukan agar dapat melindungi pasar dalam negeri dari membanjirnya produk-produk halal asing, serta meningkatkan peran penting Indonesia dalam perdagangan produk agroindustri halal internasional Kebaruan Penelitian Penelitian strategi pengembangan produk agroindustri halal dalam mengantisipasi bisnis halal global ditekankan pada pengembangan potensi dan daya saing Indonesia. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang didukung oleh potensi pemanfaatan sumber daya alam yang tinggi, untuk dikembangkan menjadi salah satu pelaku bisnis dan agroindustri halal global. Meskipun saat ini banyak pelaku dalam negeri yang berkomitmen memajukan industri halal, namun belum ada strategi dan kebijakan khusus untuk meningkatkan peranan, komitmen pengembangan dan pengawasan yang jelas dan berkelanjutan terhadap agroindustri halal. Terkait dengan kondisi di atas, penelitian yang dilakukan menghasilkan kebaruan pada pemahaman agroindustri halal, karakteristik bisnis dan agroindustri halal sebagai pondasi dalam pemanfaatan potensi dalam negeri untuk dikembangkan menjadi kegiatan industri yang bernilai tambah dan berdaya saing. Penelitian ini juga menghasilkan hasil analisis berupa pertumbuhan bisnis dan agroindustri halal secara global, rincian keterlibatan sektoral pada pelaku agorindustri halal, indeks kinerja agroindustri halal serta desain pengembangan agroindustri halal Indoneisa yang merupakan hasil analisis dan sintesa dari datadata yang diperoleh dengan metode pengamatan langsung, analisis SWOT- Kuantitif dan analisis SWOT-AHP.

17 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk merancang strategi pengembangan agroindustri halal Indonesia menggunakan metoda analitik deskriptif, pengamatan langsung pada pameran MIHAS, survey, wawancara dan Focus Group Discusion, analisis SWOT Kuantitatif, dan analisis SWOT-AHP. Namun karena luasnya cakupan agroindustri halal Indonesia maka dalam penelitian ini ditentukan batasan permasalahan yang digunakan dalam penelitian ini. Kajian dilakukan dengan batasan pada terminologi agroindustri halal dengan produk-produk halal yang dikaji dibatasi ke dalam lima kelompok, yakni 1) Produk daging, (2) Produk makanan dan minuman olahan, (3) Produk mikrobial, (4) Produk seasoning dan flavour, serta (5) Produk kosmetik dan obatobatan. Perumusan strategi yang dikaji terbatas pada bagaimana memastikan kelima kelompok produk halal tersebut teridentifikasi dari faktor intrinsik produk dan faktor ekstrinsik kelembagaannya untuk diarahkan pada peningkatan daya saing agroindustri halal nasional dalam pasar global.

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS 93 5.1. Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Dalam penelitian ini dipelajari upaya-upaya agar agroindustri halal di Indonesia mampu bersaing secara global dan mampu memenuhi

Lebih terperinci

Produk Agroindustri dan Pendukung Agroindustri

Produk Agroindustri dan Pendukung Agroindustri Produk Agroindustri dan Pendukung Agroindustri Disusun Oleh: Dr. Dwi Purnomo Pertanian sebagai suatu kesatuan utuh terdiri dari 3 generasi yang saling terkait dimana ouput (hasil) suatu generasi menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian

Lebih terperinci

VII. POSISI DAYA SAING PRODUK AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA

VII. POSISI DAYA SAING PRODUK AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA 121 VII. POSISI DAYA SAING PRODUK AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA 7.1. Faktor Intrinsik Produk Berdasarkan analisis SWOT-Kuantitatif telah dikemukakan penilaian terhadap kondisi saat ini atas kekuatan, kelemahan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI DAYA SAING AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA

ANALISIS POSISI DAYA SAING AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA 105 VI. ANALISIS POSISI DAYA SAING AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA 6.1. Posisi Daya Saing Agroindustri Halal Indonesia Posisi daya saing ditentukan dengan metode analisis SWOT-Kuantitatif dengan membandingkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral dari sektor pertanian memberikan kontribusi penting pada proses industrialisasi di wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk 114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk di dalamnya agribisnis. Kesepakatan-kesepakatan pada organisasi

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi saat ini, maka kebutuhan hidup manusia kian berkembang pula. Tidak hanya kebutuhan akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada adanya pertambahan penduduk (Smith Adam, 1776). Dengan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. pada adanya pertambahan penduduk (Smith Adam, 1776). Dengan penduduk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini, perkembangan ekonomi Indonesia sangat cepat. Pada tahun 2014 Indonesia mengalami peningkatan ekonomi diatas pertumbuhan ekonomi dunia. Pertumbuhan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : 7 TAHUN 2015 TANGGAL : 18 SEPTEMBER 2015 KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Sekretariat Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baru-baru ini, keaslian halal merupakan masalah yang menjadi perhatian utama dalam industri makanan. Dalam beberapa tahun terakhir, kabar yang terkait dengan daging

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman

Lebih terperinci

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar, BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar dengan menempati peringkat ke 1 di dunia. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Halal Lifestyle Makin Mendunia

Mam MAKALAH ISLAM. Halal Lifestyle Makin Mendunia Mam MAKALAH ISLAM Halal Lifestyle Makin Mendunia 9 Januari2015 Makalah Islam Halal Lifestyle Makin Mendunia Lady Yulia (Pelaksana Subdit Halal Diturais dan Binsyar, Mahasiswa Magister Universitas Andalas,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1 Bungaran Saragih Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian

1. PENDAHULUAN. 1 Bungaran Saragih Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komponen utama dalam pengembangan agribisnis adalah mengembangkan kegiatan budidaya yang mampu mengikuti peluang dan perubahan situasi yang menjadi faktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan (makanan dan minuman) yang halal dan baik merupakan syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita tentu ingin selalu tampil cantik di mana pun dan kapan pun. Banyak yang dilakukan untuk mendapatkan tampilan yang diinginkan agar terlihat menawan. Hal yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% beragama Islam merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi produk-produk halal. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. Jumlah populasi muslim telah mencapai seperempat dari total populasi dunia dan diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Pengembangan sektor agribisnis sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam segala bidang di Indonesia akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya perubahan perilaku konsumen, kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA PRODUK-PRODUK UNGGULAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI JAWA TIMUR I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang luasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di Indonesia jika dibandingkan dengan komoditas peternakan lainnya, karena sejak pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek, khususnya untuk pemulihan ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam dekade terakhir ini kesadaran beragama umat Islam semakin kuat. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya artis-artis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia, negara kepulauan terluas di dunia yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa ini sangat kaya akan daya tarik (obyek) wisata. Sumber Daya Alamnya menduduki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian menyebar ke seluruh benua dengan perantara penduduk asli. James Drummond Dole adalah orang pertama yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature)

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) membawa perubahan pada pola konsumsi obat dari yang berbahan kimiawi, ke obat-obatan yang terbuat

Lebih terperinci

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA 2015-2019 Dalam penyusunan Rencana strategis hortikultura 2015 2019, beberapa dokumen yang digunakan sebagai rujukan yaitu Undang-Undang Hortikultura Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan perdagangan bebas, dengan dukungan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan masuknya barang dan jasa melintasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai negara agraris dan maritim harus memberdayakan potensi dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai negara agraris dan maritim harus memberdayakan potensi dan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi nasional, Indonesia sebagai negara agraris dan maritim harus memberdayakan potensi dan sumber daya alam yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor kelautan Indonesia yang cukup signifikan dan Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas yang dikelilingi oleh perairan dan Indonesia

Lebih terperinci

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI 8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan

Lebih terperinci

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian lndonesia memegang peran yang cukup penting, mengingat potensi sumberdaya ikan tuna di perairan lndonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan dengan berbagai dasar dan harapan dapat dijadikan sebagai perangkat bantuan untuk pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi ekonomi secara terus menerus kearah yang lebih baik dengan harapan terwujudnya pemerataan pendapatan, kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi membuat keterkaitan ekonomi nasional dengan perekonomian internasional menjadi makin erat. Dalam skala nasional, globalisasi berarti peluang pasar internasional

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR SAFETY DAN HALAL SEMARANG, 2 JUNI 2016

KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR SAFETY DAN HALAL SEMARANG, 2 JUNI 2016 KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR SAFETY DAN HALAL SEMARANG, 2 JUNI 2016 Yth. Ketua Rektor UNDIP; Yth. Dr. Widayat, Ketua konsorsium;

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci