SINTESA ISOLATOR PANAS NANO POROUS SILIKA DARI WATER GLASS DENGAN METODE DEPOSISI ELEKTROFORESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESA ISOLATOR PANAS NANO POROUS SILIKA DARI WATER GLASS DENGAN METODE DEPOSISI ELEKTROFORESIS"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 SINTESA ISOLATOR PANAS NANO POROUS SILIKA DARI WATER GLASS DENGAN METODE DEPOSISI ELEKTROFORESIS Dini Aulia Rachmawati, Dita Agustina, dan Prof. Dr. Heru Setyawan, Dr. Samsudin Affandi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia sheru@chem-eng.its.ac.id Abstrak-Isolator panas memiliki aplikasi yang luas di aplikasi teknik kimia, salah satunya adalah sebagai material pelapis. Material nanoporous berpotensi sebagai isolator panas. Karena didalamnya diisi oleh udara yang memiliki nilai konduktivitas yang rendah. Salah satu material nanoporous yang digunakan ssebagai isolator panas adalah silika. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari kondisi operasi pada deposisi elektroforesis (EPD) terhadap pembentukan partikel silika dan mengevaluasi karakteristiknya sebagai isolator panas pada berbagai intensitas dan. Dalam penelitian ini, natrium silikat (water glass) dipilih sebagai bahan alternatif pengganti silika aerogel karena harganya lebih murah, mudah dalam pembuatannya, dan ramah lingkungan. Metode deposisi elektroforesis (EPD) dipilih sebagai pengganti metode sol-gel karena prosesnya lebih cepat dan deposisi partikel sesuai porositas yang diinginkan lebih mudah dikontrol. Natrium silikat dibuat menjadi silisic acid melalui proses pertukaran ion menggunakan resin kation, kemudian netralisasi sampel dengan KOH 1% sehingga terbentuk sol silika. Sol silika kemudian diuapkan airnya hingga konsentrasi tertentu kemudian ditambahkan organik sebanyak volume air teruapkan, sebelum tahap EPD. Sampel yang didapatkan dari tahap EPD selanjutnya dikeringkan sebelum dilakukan uji karakterisasi produk. Luas permukaan partikel silika diketahui menggunakan metode BET (Branauer, Emmet and Teller), berkisar antara 198, ,461 m 2 /g, sedangkan volume didapatkan melalui metode BJH (Barret-Joyner-Halenda) berkisar antara 0,566-1,438 cm 3 /g. Pengujian partikel silika sebagai bahan isolator panas dilakukan untuk mengetahui nilai konduktivitas panas padatan silika, dan didapatkan nilai konduktivitas panas berkisar antara 4,896 14,318 W/m.K. Kata Kunci : Deposisi Elektroforesis, Isolator Panas, Nano porous, Natrium Silikat K I. PENDAHULUAN ONSERVASI energi merupakan salah satu isu penting di era modern. Ada beberapa bentuk konservasi energi, salah satunya melalui isolasi panas. Di bidang Teknik Kimia, isolator panas memiliki aplikasi yang luas, diantaranya sebagai material pelapis dinding heat exchanger, oven, dan kiln. Isolator panas merupakan bahan-bahan atau kombinasi material yang dapat menghambat aliran energi panas. Energi yang hilang untuk bahan isolator panas tergantung pada sifat termal dan ketebalan media yang digunakan (Gertrude, 2011). Suatu material dikatakan sebagai isolator jika memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya memiliki konduktivitas panas yang rendah, mampu mencegah terjadinya kebocoran panas, memiliki daya tahan dan berat yang ringan, dan tahan terhadap api. Salah satu contoh material isolator panas adalah brick tahan api yang biasanya digunakan sebagai bahan pelapis dinding kiln, material ini memiliki konduktivitas panas sekitar 1 W m -1 K -1 pada 200 C. Menurut Zeng dkk, material nano porous dapat menghasilkan performa panas yang lebih tinggi daripada material isolasi yang konvensional pada kisaran suhu yang luas. Kumpulan partikel tersebut dapat digunakan dalam banyak aplikasi yang membutuhkan performa panas yang sesuai. Pada umumnya semakin besar densitas bahan, semakin besar pula konduktivitas termalnya. Sebagai contoh, logam memiliki densitas dan konduktivitas yang lebih tinggi dibandingkan plastik (association of architectural aluminium manufacturers of south africa, 2001). Silika merupakan salah satu material nano porous yang dapat digunakan sebagai bahan isolator panas. Sato dkk (2008) menggunakan silika aerogel yang membentuk matriks solid sangat rapat dengan morfologi sel terbuka yang diproduksi dengan proses sol-gel dan dikeringkan dengan ektraksi superkritis. Granula silika aerogel menunjukkan sebuah nilai konduktivitas panas yang rendah, hingga 0,016 W m -1 K -1 pada kondisi 300 K dan 1 atm. Nilai konduktivitas panas dari material ini lebih rendah daripada konduktivitas panas udara pada kondisi suhu dan tekanan yang sama (0,026 W m -1 K -1 ). Aglomerat partikel solid juga dapat digambarkan dalam bentuk panel-panel isolasi terevakuasi dengan nilai konduktivitas panas yang lebih rendah. Konduktivitas panas dari bubuk silika dapat mencapai nilai 0,002 W m -1 K -1 di bawah vakum dan 0,027 W m -1 K -1 pada suhu kamar dan tekanan 1 atm. Namun silika aerogel memiliki beberapa kelemahan, yaitu pembuatannya membutuhkan kondisi operasi superkritis, biaya yang mahal dan tidak ramah lingkungan. Sebagai bahan alternatif untuk membuat silika digunakan water glass. Water glass (sodium silicat) adalah salah satu senyawa yang mengandung natrium oksida, Na 2 O dan silika SiO 2, atau campuran dari natrium silikat dengan perbandingan Na 2 O dan SiO 2 yang bervariasi. Penggunaan water glass juga lebih murah, mudah didapat dan ramah lingkungan. Metode yang biasa digunakan untuk membuat deposisi partikel silika adalah Metode Sol-Gel. Namun metode ini

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 2 membutuhkan waktu yang lama untuk deposisi dan sulit dikontrol. Sehingga perlu digunakan metode lain untuk membuat deposisi partikel silika sebagai isolator panas, yaitu deposisi elektroforesis. Electrophoretic deposition (EPD) merupakan metode elektrokimia yaitu pemisahan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah. Metode EPD ini dapat memberikan sebuah cara yang baik untuk mengumpulkan partikel-partikel kecil sesuai dengan porositas yang diinginkan. Metode EPD dapat diaplikasikan untuk solid yang berbentuk serbuk (<30 µm) atau pada suspensi koloid (Ilaria Corni dkk, 2008). Metode ini juga memberikan beberapa kelebihan, antara lain biaya yang dibutuhkan lebih murah, lebih ramah lingkungan dan rate deposisi yang lebih cepat. Penelitian pembuatan silika dari water glass sebelumnya telah dilakukan oleh Winny Edika Putri dan Dyanros Rizkiyanto (2012), namun masih dilakukan pada range intensitas antara V cm -1. Pada penelitian ini, deposisi elektroforesis (EPD) akan dilakukan pada range intensitas yang lebih luas, yaitu V cm -1. Untuk menyisipkan gambar, tempatkan kursor pada titik yang dituju kemudian pilih di antara: Insert Picture From File atau kopi gambar ke clipboard lalu pilih Edit Paste Special Picture (dengan float over text tidak dicentang). A. Konduktivitas Panas II. TINJAUAN PUSTAKA Konduktivitas panas didefinisikan sebagai kemampuan material atau kombinasi material untuk menghantarkan panas. Isolator panas yang baik harus memiliki konduktivitas panas yang rendah untuk mengurangi total koefisien transfer panas. Dalam keadaan steady state, dimana suhu material pada semua titik konstan terhadap waktu, maka konduktivitas termal yang menjadi parameter dalam megontrol transfer panas melalui konduksi. Laju dari aliran panas, q, dinyatakan dalam Fourier s law : q dt k (1) A dx (Gertrude, 2001) B. Isolator Panas Bahan-bahan yang memiliki konduktivitas termal rendah disebut isolator panas. Penggunaan isolator panas dapat mengurangi kehilangan energi panas dari permukaan sistem penyimpan panas secara signifikan. Beberapa karakteristik dari bahan isolator panas yang harus dipertimbangkan antara lain suhu operasi sistem, konduktivitas panas benda, diffusivitas panas bahan, kemudahan penggunaan dan perawatan, daya tahan benda dan berat yang ringan, ketahanan terhadap api, keamanan dan pemasangan. Isolator dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe, tergantung pada jarak temperatur yang ingin digunakan, yaitu : a. Isolator Suhu Rendah, digunakan untuk lemari pendingin, sistem air panas dan dingin, tangki penyimpan, dll. b. Isolator Suhu Menengah, digunakan untuk peralatan pembangkit steam, saluran cerobong,dll. c. Isolator Suhu Tinggi digunakan untuk boiler, furnace dan oven. (Gertrude,2009) C. Struktur Pori Strukur diketahui dipengaruhi oleh kondisi proses termasuk parameter reaksi pada proses sol-gel, pembentukan gel, aging dan kondisi pengeringan dari gel yang basah. Metode yang umum digunakan dalam analisa struktur dan permukaan adalah adsorpsi gas, seperti nitrogen, kripton, merkuri, dan karbondioksida, pada tekanan tertentu. Tidak semua padatan memiliki porositas yang tinggi, tergantung pada partikel yang terbentuk selama sintesis. Menurut IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry), diklasifisikasikan dalam tiga kelompok besar berdasarkan ukuran yaitu: a. Mikro : diameter kurang dari 2 nm b. Meso : diameter antara 2 dan 50 nm c. Makro : diameter lebih besar dari 50 nm D. Deposisi Elektroforesis (EPD) Elektroforesis adalah suatu teknik pemisahan komponen atau molekul berdasarkan perbedaan tingkat perpindahannya dalam sebuah. Proses EPD memiliki beberapa keuntungan yang membuat metode ini banyak digunakan, yaitu : 1. Pada proses pelapisan (coating), umumnya memiliki ketebalan lapisan yang merata dan tanpa porositas 2. Benda yang komplek dapat dilapisi dengan mudah, baik di dalam maupun di luar pemukaan. 3. Memiliki kecepatan pelapisan yang tinggi 4. Memiliki kemurnian yang tinggi 5. Dapat diaplikasikan pada berbagai macam material (metal, keramik, polimer,dll) 6. Kontrol yang mudah terhadap komposisi pelapisan 7. Pemanfaatan yang sangat efisien dan memerlukan biaya yang lebih rendah dibandingkan proses lain. 8. Dapat membuat karakteristik struktur dari ukuran nano hingga mikro. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pembuatan sol silika dari water glass Pada penelitian ini digunakan bahan baku berupa water glass dengan konsentrasi 28%. Selanjutnya dilakukan pengenceran untuk membuat larutan natrium silikat 3,6%. Aquades sebanyak 871 ml dengan ph mendekati netral (ph 7) dipanaskan hingga 60 C, kemudian ditambahkan water glass sebanyak 129 ml. Larutan diaduk dengan magnetic stirrer sampai homogen dan didinginkan hingga suhu kamar. Tahap pertukaran kation dicapai dengan cara mencampurkan natrium silikat 3,6% dengan resin kation, dengan perbandingan volume 1:1. Setelah kurang lebih 30 menit, resin dipisahkan untuk mendapatkan silisic acid dengan

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 3 ph mendekati 2. Silisic acid yang telah diperoleh selanjutnya ditambahkan ke dalam larutan KOH 1% berat sebanyak 100 ml menggunakan pompa dengan rate 5ml/menit, di dalam sebuah labu leher tiga yang dilengkapi dengan motor pengaduk. Suhu larutan dijaga konstan pada 60 C di atas water bath. Sehingga diperoleh sol silika yang stabil dengan ph mendekati 8. B. Pembuatan Variasi Komposisi Pelarut Sol Silika Pada tahap ini, variasi komposisi sol silika dibuat dengan cara menguapkan larutan sol silika yang telah terbentuk. Larutan sol silika tersebut diletakkan di dalam sebuah labu florence, kemudian ditutup dengan menggunakan proof. Labu florence ini kemudian dihubungkan dengan pompa vakum. Larutan sol silika tersebut dipanaskan pada suhu 70 o C dalam keadaan vakum, sehingga volume larutan berkurang sesuai dengan variabel yang diinginkan. Larutan sol silika ini kemudian didinginkan hingga suhu kamar. Setelah itu, larutan sol silika ditambahkan ke dalam alkohol, dimana volume larutan alkohol sebanyak volume air yang diuapkan. Kemudian larutan diaduk selama 30 menit menggunakan magnetic stirer, dan di ultrasonic selama 60 menit. C. Pembentukan Sampel Silika Sel EPD dibuat dengan sebuah beaker yang mengandung suspensi dan dua elektroda platina. Jarak antar kedua elektroda platina adalah 2 cm. Proses deposisi ini berlangsung antara bervariasi. Lamanya waktu deposisi dipengaruhi oleh komposisi dan intensitas yang telah diatur. Sampel silika yang telah berbentuk gel kemudian diambil. Selanjutnya sampel ini diletakkan pada tempat berisi fibre mats Whatman 41 (20-25 µm ) yang diletakkan di dalam cetakan untuk mendapatkan sampel akhir. Setelah dipaparkan pada udara beberapa menit, sampel kemudian di-press. Pada kondisi ini, sampel dipadatkan pada tekanan 8 MPa. Setelah mengalami kompresi, sampel diletakkan pada oven dengan suhu 100 o C untuk menghilangkan yang tersisa. D. Karakterisasi Struktur Produk Beberapa tahapan pengujian yang dilakukan untuk menguji karakteristik produk silika antara lain : 1. Distribusi Ukuran Pori dan Area Pengujian distribusi ukuran dan specific surface area dilakukan dengan metode BET (Brunauer, Emmett and Teller) menggunakan alat Quanthachrome NOVA 1200e. Sampel yang akan dianalisa mengalami proses degassing terlebih dahulu dengan mengalirkan gas nitrogen pada suhu 300 o C selama 5 jam. Distribusi ukuran dan volume dihitung dengan menggunakan metode Barret-Joyner-Halenda (BJH), dimana metode ini banyak digunakan dalam perhitungan distribusi ukuran tipe mesopore dan beberapa untuk tipe macropore. Specific Area dihitung menggunakan metode Brunauer, Emmett and Teller (BET). 2. Perhitungan Massa Jenis dan Produk Massa jenis sampel didapatkan dengan mengukur massa dan volume sampel yang telah dicetak. Dari hasil pengukuran massa dan volume sampel, dapat diketahui massa jenis produk. Massa jenis yang diukur merupakan bulk density (ρ b ). massa solid (2) ρ b volume bulk massa solid ρ t (3) volume solid ρ ε 1 ρ b t A. Karakteristik Sol Silika IV. HASIL DAN DISKUSI Sol silika 3.6% diukur distribusi ukuran partikel sol silika dengan menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) Malvern Zetasizer Nano Particle Analyser (Nano ZS90). Dengan menggunakan alat yang sama diukur pula muatan silika dalam sol dengan menggunakan uji zeta potensial (ZP). Hasil pengujian ditunjukkan pada gambar 1. dan tabel 1. Intensity (%) d particle (nm) Gambar 1. Distribusi Ukuran Partikel Silika Tabel 1. Muatan silika dalam berbagai Pelarut ZP (mv) Aquades -23,0 Metanol-air (40 : 60) -12,8 Ethanol-air (40 : 60) -6,67 Isopropanol-air (40 : 60) -50,1 aquadest methanol ethanol isopropanol Nilai absolut dari Zeta Potensial (ZP) menunjukkan stabilitas silika dalam. Sol silika dikatakan stabil jika harga absolut dari ZP lebih besar dari 30 mv. Semakin besar nilai ZP maka larutan semakin stabil. Dari data distribusi ukuran partikel, didapatkan bahwa ukuran partikel pada berbagai masih polydisperse. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa peak yang menunjukkan persebaran ukuran diameter partikel. Ukuran diameter rata-rata dari partikel silika yang dihasilkan adalah 7,627 nm untuk aquades; 15,55 nm untuk metanol; 33,36 nm untuk etanol, dan 59,55 nm untuk isopropanol. Dari nilai tersebut diketahui bahwa partikel silika yang dihasilkan dapat digunakan lebih lanjut pada proses deposisi (4)

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 4 elektroforesis (EPD), dimana partikel yang cocok untuk EPD adalah partikel yang memiliki ukuran diameter kurang dari 20 μm ( nm). Dari uji muatan Zeta Potensial dengan berbagai didapatkan bahwa seluruh silika bermuatan negatif. Hal ini menyebabkan silika akan bergerak ke kutub positif saat deposisi elektroforesis berlangsung. sol silika dengan isopropanol adalah sol yang paling stabil. B. Kondisi Deposisi Elektroforesis Proses deposisi elektroforesis dilakukan dengan cara memberi intensitas diantara dua elektroda yang dicelupkan ke dalam sol silika. Waktu yang dibutuhkan untuk proses deposisi elektroforesisi bervariasi tergantung pada intensitas yang digunakan. Semakin besar intensitas maka akan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan partikel silika. yang digunakan dalam proses elektroforesis ini adalah V/cm. Proses deposisi ini dilakukan sampai didapatkan silika dengan jumlah cukup untuk pengujian konduktivitas. Jarak elektroda yang digunakan adalah 2 cm. Elektroda yang digunakan adalah platina karena platina bersifat inert. Ukuran elektroda yang digunakan adalah 1 x 2 cm dengan tebal 0,0025 cm. Proses deposisi elektroforesis ini disertai dengan pengadukan, untuk mempertahankan partikel tetap terdispersi merata dan stabil sehingga dihasilkan partikel silika yang homogen. Selain itu, pengadukan memudahkan migrasi partikel silika di dalam larutan, sehingga partikel yang jauh dari elektroda akan termigrasi ke elektroda. Saat proses deposisi elektroforesis berlangsung partikel silika yang memiliki muatan negatif akan berpindah ke elektroda positif, dan deposit akan terbentuk di sekitar elektroda. Pelarut organik (metanol, etanol, isopropanol) memiliki hambatan yang besar, sehingga ketika dialiri arus akan menghasilkan panas. Hal ini menyebabkan proses EPD ini memerlukan pendinginan untuk mengurangi panas yang dihasilkan. Jika hal tersebut tidak dilakukan,maka organik lama kelamaan akan menguap karena suhu larutan menjadi panas. Hal ini membuat proses deposisi elektroforesis tidak berjalan optimal. Proses pembentukan sampel silika dapat dilihat pada gambar 2. (1) (2) (3) (4) Gambar 2. Proses Pembentukan Deposit Silika (1) fase awal larutan, (2) deposisi elektroforesis (3) sampel sebelum dikeringkan, (4) sampel setelah dikeringkan dan di press Bahan baku pembuatan deposit silika adalah sol silika yang ditunjukkan pada gambar 2 (1), kemudian dilakukan proses elektroforesis, partikel silika yang bermuatan negatif kemudian bergerak ke elektroda positif dan pertikel akan terbentuk di sekitar elektroda. Pada gambar 2 (2) menunjukkan bahwa partikel silika mulai terbentuk di elektroda. Pada gambar 2 (3) menunjukkan hasil dari proses deposisi elektroforesis. Sampel tersebut kemudian dipaparkan pada suhu kamar, kemudian di oven pada suhu 100ºC. Setelah sampel kering kemudian sampel dipress sehingga didapatkan sampel silika seperti pada gambar 2 (4). C. Pengaruh Jenis Pelarut dan Intenitas Medan Listrik terhadap Karakteristik Deposit Silika Komposisi organik yang digunakan etanol-air adalah 40 : 60, perbandingan isopropanol-air adalah 40 : 60, sedangkan perbandingan methanol-air adalah 74 : 26. yang digunakan dalam percobaan deposisi elektroforesis ini adalah V/cm. Sedangkan jarak elektroda di jaga 2 cm. Luas permukaan dari partikel silika dipengaruhi oleh penggunaan. Penggunaan air sebagai media dihindari, karena pada yang rendah akan terjadi elektrolisis air, yang membuat deposit yang dihasilkan tidak homogen. Hal ini dikarenakan elektrolisis air akan menyebabkan gelembung udara (O 2 ) akan terlepas dan terperangkap disekitar elektroda, sehingga membuat deposit pada elektroda tidak merata. Namun hal ini dapat dihindari dengan penambahan organik (metanol, etanol, isopropanol). Tabel 2. Hasil Analisa Adsorpsi-Desorpsi Partikel Silika (1) Metanol-Air (nm) 74: ,613 6,65 223,181 74: ,728 7, ,349 74: ,012 9, ,400 74: ,745 7, ,202 74: ,696 7, ,256 (2) Etanol-Air (nm) 40: ,566 5, ,441 40: ,638 5, ,530 40: ,727 6, ,197 40: ,702 6, ,047 40: ,601 5, ,461 (3) Isopropanol-Air (nm) 40: ,438 7, ,783 40: ,956 9, ,761 40: ,894 12, ,942 40: ,887 9, ,248 40: ,066 9, ,804 Untuk metanol dan isopropanol diameter dari partikel silika naik pada intensitas V/cm. terbesar didapatkan pada intensitas 64 V/cm. Kemudian pada intensitas 128 V/cm diameter turun, dan naik kembali pada intensitas 150 V/cm.

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 5 D. Pengaruh Komposisi Pelarut terhadap Karakteristik Deposit Silika 0.9 Sebelum pemampatan (pressing) Setelah pemampatan (pressing) 0.9 Sebelum pemampatan (pressing) Setelah pemampatan (pressing) Pengaruh komposisi diamati dengan melakukan deposisi elektroforesis pada sol silika 3,6% dengan metanol : air pada komposisi yang berbeda. Komposisi maksimal metanol : air yang dapat dicapai adalah 74 : 26. Deposisi elektroforesis dilakukan pada 100 ml sol silika. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa pada yang sama komposisi metanol : air yang lebih rendah memiliki volume dan diameter yang lebih kecil, namun jumlah silika lebih bayak sehingga surface area yang dihasilkan lebih besar. Hal ini terjadi karena adanya elektrolisis air yang melepaskan gelembung O 2 sehingga dihasilkan yang lebih kecil dan lebih banyak. Tabel 3. Hasil Analisa Adsorpsi-Desorpsi Partikel Silika pada Komposisi Pelarut yang Berbeda (nm) E. Pengaruh Pemampatan terhadap Silika Aerogel 74 : ,012 9, , : ,745 7, ,502 Pelarut organik yang digunakan adalah campuran metanol-air Dari perhitungan didapatkan densitas silika dengan propanol sebelum di-press berkisar pada kg/m 3. Sedangkan setelah proses penekanan densitas silika menjadi >1000 kg/m 3, densitas silika naik. Kenaikan densitas silika diikuti dengan penurunan surface area dan porositas, sehingga dimungkinkan konduktivitas silika naik akibat pemampatan. Profil penurunan porositas silika aerogel akibat pemampatan (pressing) dapat dilihat pada Gambar 4. Secara umum untuk ketiga, terjadi penurunan porositas pada berbagai intensitas. Namun, penurunan porositas paling signifikan terjadi saat intensitas yang digunakan 64 V/cm dan 128 V/cm. Hal ini menunjukkan bahwa struktur silika aerogel yang dihasilkan lebih rapuh dibandingkan pada intensitas yang lain Medan Listrik (a) Penurunan porositas terendah terjadi saat intensitas 32 V/cm pada metanol-air (74:26). Hal ini menunjukkan bahwa sampel silika aerogel yang dihasilkan memiliki struktur paling kuat. Morfologi dari sampel silika juga mengalami perubahan, jarak antara partikel silika menjadi lebih rapat, hal ini menyebabkan porositas menurun. F. Pengujian Partikel Silika sebagai Bahan Isolator Panas Partikel silika hasil dari proses deposisi elektroforesis (EPD) yang didapatkan kemudian dipaparkan pada suhu kamar, selanjutnya di oven pada suhu 100ºC. Setelah sampel kering kemudian sampel di press sehingga didapatkan silika seperti pada gambar 2 (4) Medan Listrik (b) Sebelum pemampatan (pressing) Setelah pemampatan (pressing) (c) Gambar 4. Pengaruh Pemampatan (Pressing) terhadap Aerogel pada Berbagai Medan Listrik. (a) Metanol ; (b) Etanol ; (c) Isopropanol Sampel Isolator Thermocouple Glasswool Tembaga 25 C T T4 4 T 3 T 2 Gambar 3. Partikel Silika Setelah Dimampatkan Tabel 4. dan Area Partikel Silika Electric Field sebelum di-press setelah di-press Area sebelum dipress Area setelah dipress (m 2 /g) 16 0,835 0, ,78 222, ,866 0, ,76 214, ,771 0, ,94 195, ,806 0, ,24 242, ,835 0, ,80 237,58 65 C Heater T 1 PICO Temperature Recorder Gambar 5. Rangkaian Peralatan Uji Isolator Panas Laptop Pengujian sampel silika sebagai isolator panas dilakukan dengan cara menyusun dua batang tembaga berukuran sama besar, dimana ujung sebuah tembaga dikontakkan dengan hot plate bersuhu 65 C sedangkan tembaga lainnya dikontakkan dengan cold plate bersuhu 25 C. Sampel kemudian diletakkan Pelarut organik yang digunakan adalah campuran isopropanol-air dengan rasio 60 : 40

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 6 diantara kedua batang tembaga. Selanjutnya kedua batang tembaga beserta sampel silika diisolasi dengan menggunakan glasswool untuk mencegah terjadinya perpindahan panas dengan arah radial secara konveksi. Perpindahan panas yang terjadi antara tembaga dan sampel silika diasumsikan hanya terjadi pada arah aksial. Pengukuran suhu menggunakan thermocouple tipe K yang dihubungkan dengan temperature recorder. Kemudian mencatat suhu pada masing-masing titik pada ujung batang tembaga setelah steady state. Pencatatan menggunakan temperature recorder dilakukan dengan metode pencatatan real time continuous, time delay selama satu menit, sampling interval satu detik dan jumlah maksimum sampel 500 data pengukuran. Perhitungan nilai konduktivitas dilakukan dengan menggunakan Hukum Fourier menghasilkan nilai sebagai berikut : Konduktivitas (W/m.K) Metanol Etanol Gambar 6. Hubungan antara Nilai Konduktivitas Panas terhadap Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar porositas maka konduktivitas akan semakin kecil. Hal ini berarti isolator panas yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik seiring pertambahan porositas. Nilai konduktivitas terendah yang didapatkan adalah 4,896 W/m.K. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini. Terima Kasih kepada Prof. Dr. Heru Setyawan dan Dr. Samsudin Affandi selaku dosen pembimbing atas bimbingan yang beliau berikan dan kebaikannya meluangkan waktu untuk berdiskusi bersama kami. Terima kasih pula kepada Ir. Minta Yuwana, MS. dan Dr. Yeni Rahmawati selaku dosen penguji. Terima kasih juga untuk kedua orang tua kami, dan seluruh keluarga Laboratorium Elektrokimia dan Korosi atas dukungannya. DAFTAR PUSTAKA [1] Abe, I., Sato, K., Abe, H., Naito, M Formation of Porous Fumed Silica Coating on the of Glass Fibers by a Dry Mechanical Processing Technique. J.Adv.Powder Technology.vol 19.p [2] Association of architectural aluminium manufacturers of south africa Thermal Insulation Handbook. lyttelton. [3] Corni,I., Ryan, Mary P., dan Boccaccini Electrophoretic Deposition: From Traditional Ceramics to Nanotechnology. J. of The European Ceramic Society. Vol 28. p [4] Geankoplis,C. J Transport Processes and Unit Operations 3 rd Edition. Prentice Hall, Inc. [5] Gertrude, A Thermal Properties of Selected Material for Thermal Insulation Available in Uganda. A Dissertation in Partial Fulfillment for the Award of a Degree of Master of Physics Science of Makere University [6] Ozisik, M.Necati Basic Heat Transfer. Mc Graw Hill International Company. [7] R.Tomasi, D.Sireude, R.Marchand, Y.Scudeller dan P.Guillemet Preparation of a Thermal Insulating Material Using Electrophoretic Deposition of Silica Particles. J.Mater.Sci.Eng B.vol 137.p [8] Zeng, S.Q., Hunt, A., Greif, R Theoretical Modeling of Carbon Content to Minimize Heat Transfer in Silica Aerogel. Journal of Non- Crystalline Solids vol 186. P KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka didapatkan kesimpulan, yaitu: 1. Partikel silika dapat dibuat menjadi bahan isolator panas melalui deposisi elektroforesis dengan menggunakan bahan baku water glass. 2. Penggunaan organik yang bervariasi (metanol, etanol, isopropanol) tidak mempengaruhi jenis yang dihasilkan, dimana dihasilkan dengan diameter antara 5,5-12,65 nm yang merupakan meso. 3. Karakteristik partikel silika hasil deposisi elektroforesis sebagai isolator panas a.semakin tinggi intensitas yang digunakan, maka gradient suhu yang terukur antara kedua ujung silika semakin kecil. Sehingga akan menghasilkan konduktivitas panas yang lebih tinggi, menyebabkan performa silika sebagai bahan isolator panas menurun. b.semakin besar porositas maka konduktivitas panas cenderung semakin menurun. Nilai konduktivitas panas padatan silika yang dihasilkan berkisar antara 4,896-14,318 W/m.K.

SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS ABU BAGASSE DENGAN METODE PENGERINGAN PADA TEKANAN AMBIENT MENGGUNAKAN TEKNIK CO-PRECURSOR

SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS ABU BAGASSE DENGAN METODE PENGERINGAN PADA TEKANAN AMBIENT MENGGUNAKAN TEKNIK CO-PRECURSOR SKRIPSI - TK091384 SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS ABU BAGASSE DENGAN METODE PENGERINGAN PADA TEKANAN AMBIENT MENGGUNAKAN TEKNIK CO-PRECURSOR Disusun Oleh: Ernita Basaria Hutabarat 2307 100 084 Arini

Lebih terperinci

SINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT

SINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT SEMINAR REKAYASA KIMIA DAN PROSES 21 SINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT Rommi Prastikharisma, Insyiah Meida dan Heru Setyawan *) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknologi

Lebih terperinci

Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida

Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida Laboratorium Elektrokimia dan Korosi Teknik Kimia FTI-ITS 2011 Mahardika Fahrudin

Lebih terperinci

Sintesis Silika Gel dari Geothermal Sludge dengan Metode Caustic Digestion

Sintesis Silika Gel dari Geothermal Sludge dengan Metode Caustic Digestion Sintesis Silika Gel dari Geothermal Sludge dengan Metode Caustic Digestion Oleh : Khoirul Anwar A. (2307 100 132) Afifudin Amirulloh (2307 100 156) Pembimbing : Ir. Minta Yuwana, MS Prof. Dr. Ir. Heru

Lebih terperinci

PENYUSUN : 1. Eka Yuli Astuti ( ) 2. Lia Ariesta Ifron ( ) PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng

PENYUSUN : 1. Eka Yuli Astuti ( ) 2. Lia Ariesta Ifron ( ) PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng PENYUSUN : 1. Eka Yuli Astuti (2307 100 078) 2. Lia Ariesta Ifron (2307 100 106) PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng LABORATORIUM ELEKTROKIMIA dan KOROSI JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PELAPISAN BAJA DENGAN SILIKA SECARA ELEKTROFORESIS UNTUK MENCEGAH KOROSI

PELAPISAN BAJA DENGAN SILIKA SECARA ELEKTROFORESIS UNTUK MENCEGAH KOROSI HASIL SKRIPSI : PELAPISAN BAJA DENGAN SILIKA SECARA ELEKTROFORESIS UNTUK MENCEGAH KOROSI Penyusun : NI MADE INTAN PUTRI SUARI (2307.100.020) ANCE LINASARI ORLINTA S.M. (2307.100.030) Laboratorium Elektrokimia

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel MnO 2 dengan Metode Elektrolisa Larutan KMnO 4

Sintesis Nanopartikel MnO 2 dengan Metode Elektrolisa Larutan KMnO 4 Sintesis Nanopartikel MnO 2 dengan Metode Elektrolisa Larutan KMnO 4 Disusun oleh : Ni mah Sakiynah 2309100025 Achmad Ralibi Tigor 2309100055 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng Dr. Ir

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS WATERGLASS UNTUK PENYIMPAN HIDROGEN ABSTRAK

SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS WATERGLASS UNTUK PENYIMPAN HIDROGEN ABSTRAK SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS WATERGLASS UNTUK PENYIMPAN HIDROGEN Nama : Esar Pramudityo (2305 100 032) Mustika Endahing Pertiwi (2305 100 097) Jurusan : Teknik Kimia FTI-ITS Dosen Pembimbing : Dr.

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng Rizki Pratama (2308 100 142) Zarra Miantina Putrie (2308 100 143) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng Laboratorium Elektrokimia dan Korosi Membran Nafion Relatif mahal ELECTROLYZED OXIDIZED

Lebih terperinci

Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP

Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH 2311105008 RAHMASARI IBRAHIM 2311105023 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP. 19500428 197903 1 002 LABORATORIUM TEKNIK REAKSI KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber energi merupakan masalah yang harus segera diselesaikan oleh masing-masing negara termasuk Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan suatu teknologi

Lebih terperinci

LOGO MERITIA ARDYATI DANY PRATAMA PUTRA Oleh: Pembimbing: Ir. Minta Yuwana, MS Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.

LOGO MERITIA ARDYATI DANY PRATAMA PUTRA Oleh: Pembimbing: Ir. Minta Yuwana, MS Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M. LOGO Oleh: MERITIA ARDYATI 2308 100 132 DANY PRATAMA PUTRA 2308 100 159 Pembimbing: Ir. Minta Yuwana, MS Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng Laboratorium Elektrokimia dan Korosi Jurusan Teknik Kimia FTI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di 24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 sampai Desember 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS WATERGLASS UNTUK PENYIMPAN HIDROGEN

SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS WATERGLASS UNTUK PENYIMPAN HIDROGEN SKRIPSI RK 1583 SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS WATERGLASS UNTUK PENYIMPAN HIDROGEN ESAR PRAMUDITYO 2305 100 032 2305 100 097 MUSTIKA ENDAHING PERTIWI DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng LABORATORIUM

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-234 Perbandingan Metode Steam Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan Microwave Terhadap Jumlah Rendemen serta Mutu

Lebih terperinci

PEMBUATAN GEL FUEL BERBAHAN DASAR ALKOHOL DENGAN GELLING AGENT ASAM STEARAT DAN METIL SELULOSA

PEMBUATAN GEL FUEL BERBAHAN DASAR ALKOHOL DENGAN GELLING AGENT ASAM STEARAT DAN METIL SELULOSA LABORATORIUM TEKNOLOGI PROSES KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PEMBUATAN GEL FUEL BERBAHAN DASAR ALKOHOL DENGAN GELLING AGENT ASAM STEARAT DAN METIL SELULOSA DOSEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (4) ISSN: 7-59 (-97 Print) F-66 Pengaruh Variasi Komposisi Serbuk Kayu dengan Pengikat Semen pada Pasir Cetak terhadap Cacat Porositas dan Kekasaran Permukaan Hasil Pengecoran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Rancangan kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Secara Umum Secara umum, diagram kerja penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Monomer Inisiator Limbah Pulp POLIMERISASI Polistiren ISOLASI

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember SIDANG TUGAS AKHIR Arisela Distyawan NRP 2709100084 Dosen Pembimbing Diah Susanti, S.T., M.T., Ph.D Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sintesa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat telah memaksa riset dalam segala bidang ilmu dan teknologi untuk terus berinovasi. Tak terkecuali teknologi dalam bidang penyimpanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

Analisis Teknis dan Ekonomis Penggunaan Komposit Serabut Kelapa dan Serbuk Pohon Kelapa sebagai Isolasi Kotak Pendingin Ikan pada Kapal Ikan

Analisis Teknis dan Ekonomis Penggunaan Komposit Serabut Kelapa dan Serbuk Pohon Kelapa sebagai Isolasi Kotak Pendingin Ikan pada Kapal Ikan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) 1 Analisis Teknis dan Ekonomis Penggunaan Komposit Serabut Kelapa dan Serbuk Pohon Kelapa sebagai Isolasi Kotak Pendingin Ikan pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana 34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 di bawah ini memperlihatkan diagram alir dalam penelitian ini. Surfaktan P123 2 gr Penambahan Katalis HCl 60 gr dengan variabel Konsentrasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-39 Perbandingan Antara Metode - dan Steam- dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesa Katalis Dalam penelitian ini, katalis disintesis menggunakan metode impregnasi kering. Metode ini dipilih karena metode impregnasi merupakan metode sintesis yang

Lebih terperinci

AKTIVITAS KATALIS K 3 PO 4 /NaZSM-5 MESOPORI PADA TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL (RPO) MENJADI BIODIESEL

AKTIVITAS KATALIS K 3 PO 4 /NaZSM-5 MESOPORI PADA TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL (RPO) MENJADI BIODIESEL L/O/G/O AKTIVITAS KATALIS K 3 PO 4 /NaZSM-5 MESOPORI PADA TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL (RPO) MENJADI BIODIESEL SAMIK (1409201703) Pembimbing: Dra. Ratna Ediati, M.S., Ph.D. Dr. Didik Prasetyoko,

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 196 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Aluminum Foil 99,9% Pemotongan Sampel Degreasing dengan NaOH Pembuatan sampel anodisasi Anodisasi 150 ml H 2 SO 4 3M + 150 ml H 2 C 2 O 4 0,5M

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Oleh : Ferlyna Sari 2312 105 029 Iqbaal Abdurrokhman 2312 105 035 Pembimbing : Ir. Ignatius Gunardi, M.T NIP 1955

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian III.1 Flowchart Penelitian Tahap-tahap dalam penelitian ini dijelaskan pada flowchart Gambar III.1. Hasil Uji Struktur Mikro dan Uji Keras Hasil Uji Struktur Mikro dan Uji Keras

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA Oleh : M Isa Anshary 2309 106

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L) DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KI/H-ZA BERBASIS ZEOLIT ALAM

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L) DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KI/H-ZA BERBASIS ZEOLIT ALAM SEMINAR SKRIPSI 2013 PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L) DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KI/H-ZA BERBASIS ZEOLIT ALAM Disusun oleh : Archita Permatasari

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap pelaksanaan yang secara umum digambarkan oleh bagan alir di bawah ini: MULAI Pengambilan sample Lumpur Sidoardjo

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara 1 Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara Afrizal Tegar Oktianto dan Prabowo Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1 JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH POLI(VINIL ALKOHOL) DAN PATI JAGUNG DALAM MEMBRAN POLI(VINIL FORMAL) TERHADAP PENGURANGAN ION KLORIDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia terutama industri perkapalan. Tidak sedikit

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil

Lebih terperinci

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2) 15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,

Lebih terperinci

PRODUKSI BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT CaO/γ-Al 2 O 3 dan CoMo/γ-Al 2 O 3

PRODUKSI BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT CaO/γ-Al 2 O 3 dan CoMo/γ-Al 2 O 3 PRODUKSI BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT CaO/γ-Al 2 O 3 dan CoMo/γ-Al 2 O 3 Maya Kurnia Puspita Ayu 238.1.66 Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA 2. Ir. Ignatius Gunardi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di Laboratorium Fisika Material Universitas Lampung, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik dunia semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini tentu disebabkan pertumbuhan aktivitas manusia yang semakin padat dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA

PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA Pembimbing:» Prof. Dr. Ir. Sugeng Winardi, M.Eng» Dr. Widiyastuti, ST. MT Penyusun:» Wahyu Puspitaningtyas

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti, Lidya Linda Nilatari,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas diagram alir proses penelitian, peralatan dan bahan yang digunakan, variabel penelitian dan prosedur penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 i KONDUKTIVITAS TERMAL LAPORAN Oleh: LESTARI ANDALURI 100308066 I LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 ii KONDUKTIVITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4]. BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul molekul tadi mengembun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang

I PENDAHULUAN. Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang terbentuk melalui reaksi antara MgO, Al 2 O 3, dan SiO 2. Berdasarkan penelitian

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup Edo Wirapraja, Bambang

Lebih terperinci

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan 29 III. PROSEDUR PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan Desember 2012, di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Karakterisasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 di Laboratorium Material Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung. Karakaterisasi

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering Alwi Asy ari Aziz, Alam Baheramsyah dan Beni Cahyono Jurusan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN RINI YULIANINGSIH APA ITU PINDAH PANAS? Pindah panas adalah ilmu yang mempelajari transfer energi diantara benda yang disebabkan karena perbedaan suhu Termodinamika digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisis dilaksanakan di Laboratorium PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan dan Pengendalian Pembangkitan Ombilin yang dilakukan mulai

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan Neraca Pegas

Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan Neraca Pegas FISIKA LABORATORIUM- LAB. MATERIAL 2015 1-4 1 Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan Neraca Pegas Puji Kumala Pertiwi, Agustin Leny, Khoirotul Yusro dan Gonjtang Prajitno

Lebih terperinci

BAB I DISTILASI BATCH

BAB I DISTILASI BATCH BAB I DISTILASI BATCH I. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Dapat melakukan percobaan distilasi batch dengan system refluk. 2. Tujuan Instrusional Khusus Dapat mengkaji pengaruh perbandingan refluk (R)

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN. 17 Ibnu Maulana Yusuf

BAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN. 17 Ibnu Maulana Yusuf BAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN Gambar 3.1. Skema proses pembuatan filter air dari karbon serbuk dan pasir silika 17 III.2. TAHAP PERSIAPAN Pada tahap persiapan, proses-proses yang dilakukan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT Aditiya Yolanda Wibowo, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MESOPORI SILIKA DARI SEKAM PADI DENGAN METODE KALSINASI SKRIPSI MARS BRONSON SIBURIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MESOPORI SILIKA DARI SEKAM PADI DENGAN METODE KALSINASI SKRIPSI MARS BRONSON SIBURIAN SINTESIS DAN KARAKTERISASI MESOPORI SILIKA DARI SEKAM PADI DENGAN METODE KALSINASI SKRIPSI MARS BRONSON SIBURIAN 100802045 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG Moraida Hasanah 1, Tengku Jukdin Saktisahdan 2, Mulyono 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci