BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan 1. Pengertian perilaku Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu stimulus/ rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012). Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan respon seseorang yang belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka merupakan respon dari seseorang dalam bentuk tindakan yang nyata sehingga dapat diamati lebih jelas dan mudah (Fitriani, 2011). 2. Perilaku kesehatan Perilaku kesehatan merupakan suatu respon dari seseorang berkaitan dengan masalah kesehatan, penggunaan pelayanan kesehatan, pola hidup, maupun lingkungan sekitar yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2007). Menurut Becker, 1979 yang dikutip dalam Notoatmodjo (2012), perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga : a. Perilaku hidup sehat (healthy life style) Merupakan perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan dengan gaya hidup sehat yang meliputi makan menu seimbang, olahraga yang teratur, tidak merokok, istirahat cukup, menjaga perilaku yang positif bagi kesehatan. b. Perilaku sakit (illness behavior) Merupakan perilaku yang terbentuk karena adanya respon terhadap suatu penyakit. Perilaku dapat meliputi pengetahuan tentang penyakit serta upaya pengobatannya. 9

2 10 c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Merupakan perilaku seseorang ketika sakit. Perilaku ini mencakup upaya untuk menyembuhkan penyakitnya. 3. Determinan perilaku kesehatan a. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors) Faktor-faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah terjadinya suatu perilaku. Yang termasuk faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan lain-lain. b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) Faktor-faktor pemungkin merupakan faktor-faktor yang merupakan sarana dan prasarana untuk berlangsungnya suatu perilaku. Yang merupakan faktor pemungkin misalnya lingkungan fisik dan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan setempat. c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) Faktor-faktor penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya suatu perilaku. Yang merupakan faktor pendorong dalam hal ini adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas yang lain dalam upaya mempromosikan perilaku kesehatan. 4. Domain perilaku Berdasarkan dari teori Bloom, perilaku dibagi menjadi tiga yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik (practice) (Notoatmodjo, 2012). a. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran seseorang terhadap sesuatu baik itu yang didengar maupun yang dilihat (Fitriani, 2011).

3 11 1) Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif : a) Tahu (know) Tahu berarti seseorang tersebut dapat mengingat kembali materi yang pernah dipelajari sebelumnya dengan cara menyebutkan, menguraikan,dan sebagainya. b) Memahami (comprehension) Memahami yaitu mampu untuk dapat menjelaskan sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya dengan jelas serta dapat membuat suatu kesimpulan dari suatu materi. c) Aplikasi (application) Aplikasi berarti seseorang mampu untuk dapat menerapkan materi yang telah dipelajari ke dalam sebuah tindakan yang nyata. d) Analisis (analysis) Analisis merupakan tahap dimana seseorang telah dapat menjabarkan masing-masing materi, tetapi masih memiliki kaitan satu sama lain. Dalam menganalisis, seseorang bisa membedakan atau mengelompokkan materi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. e) Sintesis (synthetis) Sintesis adalah kemampuan seseorang dalam membuat temuan ilmu yang baru berdasarkan ilmu lama yang sudah dipelajari sebelumnya. f) Evaluasi (evaluation) Tingkatan pengetahuan yang paling tinggi adalah evaluasi. Dari hasil pembelajaran yang sudah dilakukan, seseorang dapat mengevaluasi seberapa efektifnya pembelajaran yang sudah ia lakukan. Dari hasil evaluasi ini dapat dinilai dan dijadikan acuan untuk meningkatkan strategi pembelajaran baru yang lebih efektif lagi.

4 12 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor-faktor pengetahuan menurut Wawan & Dewi (2011) dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal : a) Faktor internal (1) Pendidikan Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap pola hidup terutama dalam motivasi sikap. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk penerimaan informasi. (2) Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003) pekerjaan merupakan suatu cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Pekerjaan dilakukan untuk menunjang kehidupan pribadi maupun keluarga. Bekerja dianggap kegiatan yang menyita waktu. (3) Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dari dilahirkan sampai berulang tahun (Elisabeth BH, dikutip dari Nursalam, 2003). Menurut Hurlock (1998), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. b) Faktor eksternal (1) Faktor lingkungan Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu maupun kelompok. Jika lingkungan mendukung ke arah positif, maka individu maupun kelompok akan berperilaku positif, tetapi jika lingkungan sekitar tidak kondusif, maka individu maupun kelompok tersebut akan berperilaku kurang baik.

5 13 (2) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada dalam masyarakat juga mempengaruhi sikap dalam penerimaan informasi. 3) Kriteria tingkat pengetahuan Penilaian pengetahuan menurut Arikunto (2006) dikutip dari Wawan & Dewi (2011) diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : a) Baik : dengan presentase 76%-100% b) Cukup : dengan presentase 56%-75% c) Kurang : dengan presentase <56% b. Sikap (Attitude) Reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus disebut sikap. Sikap belum merupakan suatu tindakan nyata, tetapi masih berupa persepsi dan kesiapan seseorang untuk bereaksi terhadap stimulus yang ada di sekitarnya. Sikap dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran sikap merupakan pendapat yang diungkapkan oleh responden terhadap objek (Notoatmodjo, 2007). Secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang dipelajari), komponen perilaku (berpengaruh terhadap respon sesuai atau tidak sesuai), dan komponen emosi (menimbulkan respon-respon yang konsisten) (Wawan & Dewi, 2011). Berikut akan disajikan skema terbentuknya sikap dan reaksi. Stimulus Rangsangan Proses Stimulus Reaksi Tingkah laku (terbuka) Sikap (tertutup) Skema 2.1 Proses terbentuknya sikap dan reaksi

6 14 1) Tingkatan sikap menurut Fitriani, 2011 : a) Menerima (receiving) : seseorang mau dan memperhatikan rangsangan yang diberikan. b) Merespons (responding) : memberi jawaban apabila ditanya, menyelesaikan tugas yang diberikan sebagai tanda seseorang menerima ide tersebut. c) Menghargai (valuing) : tingkatan selanjutnya dari sikap adalah menghargai. Menghargai berarti seseorang dapat menerima ide dari orang lain yang mungkin saja berbeda dengan idenya sendiri, kemudian dari dua ide yang berbeda tersebut didiskusikan bersama antara kedua orang yang mengajukan ide tersebut. d) Bertanggung jawab (responsible) : mampu mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah dipilih merupakan tingkatan sikap yang tertinggi. 2) Fungsi sikap menurut Wawan & Dewi, 2011 : a) Fungsi instrumental atau fungsi manfaat atau fungsi penyesuaian Disebut fungsi manfaat karena sikap dapat membantu mengetahui sejauh mana manfaat objek sikap dalam pencapaian tujuan. Dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan sekitar, disini sikap berfungsi untuk penyesuaian. b) Fungsi pertahanan ego Sikap tertentu diambil seseorang ketika keadaan dirinya atau egonya merasa terancam. Seseorang mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan egonya. c) Fungsi ekspresi nilai Pengambilan sikap tertentu terhadap nilai tertentu akan menunjukkan sistem nilai yang ada pada diri individu yang bersangkutan.

7 15 d) Fungsi pengetahuan Jika seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, itu berarti menunjukkan orang tersebut mempunyai pengetahuan terhadap objek sikap yang bersangkutan. 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Wawan & Dewi (2011) adalah : a) Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat agar dapat dijadikan sebagai dasar pembentukan sikap yang baik. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika pengalaman pribadi yang terjadi melibatkan faktor emosional. b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu cenderung mempunyai sikap yang searah dengan orang yang dianggapnya penting karena dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggapnya penting tersebut. c) Pengaruh kebudayaan Kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya sehingga kebudayaan yang dianut menjadi salah satu faktor penentu pembentukan sikap seseorang. d) Media massa Media massa yang harusnya disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga berpengaruh juga terhadap sikap konsumennya. e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan system kepercayaan sehingga konsep ini akan ikut mempengaruhi pembentukan sikap.

8 16 f) Faktor emosional Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi sebagai bentuk pertahanan egonya. 4) Cara pengukuran sikap a) Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals) Teknik ini disusun oleh Thurstone yang didasarkan pada asumsi nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Metode ini menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorable sampai yang sangat favorable terhadap suatu objek sikap. Caranya yaitu dengan memberikan orang tersebut beberapa item sikap yang telah ditentukan derajat favorabilitasnya. Pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar 100 buah atau lebih, kemudian pernyataan-pernyataan tersebut diberikan kepada beberapa orang penilai untuk menentukan derajat favorabilitasnya. Rentang favorabilitas dari 1 sampai 11. Median dari penilaian antar penilai terhadap item ini dijadikan sebagai nilai skala masing-masing item. Pembuat skala menyusun item dari skala terendah sampai tertinggi, kemudian memilih item untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya dan selanjutnya diberikan kepada responden untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing item (Wawan & Dewi, 2011). b) Skala Likert (Method of Summateds Ratings) Item dalam skala Likert dibagi menjadi kelompok favorable dan unfavorable. Untuk item favorable, jawaban sangat setuju nilainya 5, sedangkan jawaban sangat tidak setuju nilainya 1. Item unfavorabel, nilai untuk jawaban sangat setuju adalah 1, sedangkan jawaban untuk sangat tidak setuju diberi

9 17 nilai 5. Skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (Riyanto, 2011). c) Skala Guttman Pengukuran dengan menggunakan skala Guttman hanya akan ada dua jawaban, yaitu ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, setuju-tidak setuju, dan lain-lain. Skala Guttman digunakan apabila ingin mendapatkan jawaban yang tegas tentang permasalahan yang dipertanyakan. Penilaian pada skala Guttman untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan jika tidak setuju diberi skor 0 (Sugiyono, 2009). Sikap dikatakan positif (mendukung) bila hasil mean lebih besar daripada rata-rata, sedangkan dikatakan negatif (tidak mendukung) bila hasil mean lebih rendah daripada ratarata. c. Praktik (Practice) Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon (Notoatmodjo, 2012). Sikap dapat terwujud dalam tindakan nyata apabila tersedia fasilitas atau sarana dan prasarana. Tanpa adanya fasilitas, suatu sikap tidak dapat terwujud dalam tindakan nyata (Notoatmodjo, 2005). 1) Tingkatan dalam praktik : a) Respons terpimpin (guided responses) Merupakan suatu tindakan yang dilakukan sesuai dengan urutan yang benar. Seseorang mampu melakukan suatu tindakan dengan sistematis, dari awal hingga akhir. b) Mekanisme (mechanism) Seseorang yang dapat melakukan tindakan secara benar urutannya, makan akan menjadi kebiasaan baginya untuk melakukan tindakan yang sama.

10 18 c) Adopsi (adoption) Suatu tindakan yang sudah berkembang atau termodifikasi dengan baik disebut adopsi. 2) Cara menilai praktik Cara menilai praktik dapat dilakukan melalui check list dan kuesioner. Check list berisi daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Peneliti dapat memberikan tanda ya atau tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan sesuai dengan prosedur. Selain menggunakan check list, penilaian praktik juga dapat dilakukan dengan kuesioner. Kuesioner berisi beberapa pertanyaan mengenai praktik yang terkait dan responden diberikan pilihan ya atau tidak untuk menjawabnya (Arikunto, 2010). 3) Kategori penilaian praktik menurut Arikunto (2006) dalam Wawan & Dewi (2011) : a) Baik : presentase 76%-100% b) Cukup : presentase 56%-75% c) Kurang : presentase <56% B. Perawatan Kuku 1. Struktur Kuku Kuku adalah sel epidermis kulit-kulit yang telah berubah tertanam dalam palung kuku menurut garis lekukan pada kulit. Palung kuku merupakan bagian yang mendapat persarafan dan pembuluh darah paling banyak. Bagian proksimal terletak dalam lipatan kulit merupakan awal kuku tumbuh, badan kuku, bagian yang tidak ditutupi kulit dengan kuat terikat dalam palung kulit dan bagian atas merupakan bagian yang bebas. Kuku terdiri dari 3 bagian, yaitu ujung kuku atas ujung batas, badan kuku yang merupakan bagian yang besar, dan akar kuku (radik) (Syaifuddin, 2007).

11 19 Kuku terdiri dari beberapa bagian yaitu : a. Matrik kuku : pembentuk jaringan kuku yang baru. b. Dinding kuku : merupakan lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas. c. Dasar kuku : bagian kulit yang ditutupi kuku. d. Alur kuku : celah di antara dinding dan dasar kuku. e. Akar kuku : merupakan bagian proksimal kuku. f. Lempeng kuku : bagian tengah kuku yang dikelilingi oleh dinding kuku. g. Lunula : bagian lempeng kuku yang berwarna putih di dekat akar kuku dan berbentuk bulan sabit. h. Eponikium : dinding kuku bagian proksimal dan kulit arinya menutupi bagian permukaan lempeng kuku. i. Hiponikium : merupakan dasar kuku, kulit ari di bawah kuku yang bebas. (Isro in & Andarmoyo, 2012) 2. Fungsi Kuku a. Membantu jari-jari untuk memegang b. Melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf c. Memberi sensitifitas daya sentuh (Wikipedia, 2013) 3. Permasalahan pada kuku a. Kuku yang tumbuh ke dalam : kuku yang masuk ke dalam bisa diakibatkan karena pemotongan kuku yang tidak tepat sehingga masuk ke dalam jaringan yang halus di sekitar kuku. b. Kuku tanduk ram : kuku tanduk ram adalah kuku yang meliuk panjang. (Perry & Potter, 2005) 4. Definisi perawatan kuku Perawatan kuku merupakan sebuah cara untuk merawat kuku dengan baik dengan cara memotong setiap kuku yang panjang dan kotor agar terlihat lebih rapi (Perry & Potter, 2005).

12 20 5. Tujuan perawatan kuku a. Menimbulkan rasa nyaman dan bersih. b. Terhindar dari kecacingan karena kuku tangan dan kaki yang kotor menjadi media tertularnya cacing ascaris lumbricoides. c. Dengan adanya perawatan kuku, klien akan dapat memahami dan melakukan metode perawatan kuku dengan benar. (Perry & Potter, 2005) 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik hygiene kuku Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik hygiene seseorang menurut Perry & Potter (2005) : a. Citra tubuh Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Orang yang tidak terlalu memperhatikan hygiennya perlu diberikan suatu penyuluhan untuk dapat meningkatkan hygiene. b. Praktik sosial Kelompok-kelompok sosial dapat mempengaruhi praktik hygiene seseorang. Lingkungan dalam rumah juga dapat mempengaruhi praktik hygiene, seperti jumlah orang di rumah dan kebiasaan orangorang di rumah. c. Status sosio-ekonomi Sumber daya ekonomi seseorang dapat mempengaruhi jenis dan tingkat praktik hygiene yang digunakan. Kebiasaan sosial seseorang dalam penyediaan produk-produk kebersihan yang menunjang kebersihan mereka sehari-hari disesuaikan dengan status sosial ekonomi masing-masing. d. Pengetahuan Praktik hygiene seseorang juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki. Informasi tentang hygiene sangat membantu seseorang dalam meningkatkan hygiennya.

13 21 e. Variabel kebudayaan Kebudayaan yang dianut merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi pola personal hygiene. Kebudayaan yang dianut masing-masing orang berbeda-beda sehingga penerapan praktik hygiene mereka juga berbeda-beda. f. Pilihan pribadi Pilihan tiap-tiap orang untuk praktik hygiennya berbeda-beda. Penampilan mereka sehari-hari juga menjadi berbeda karena pilihan waktu yang berbedaa juga untuk mandi, merawat kuku, atau praktik personal hygiene yang lain. g. Kondisi fisik Kondisi fisik sangat penting ketika seseorang melakukan perawatan dirinya secara mandiri. Kondisi fisik seseorang yang lemah dapat menurunkan tingkat hygiennya secara mandiri. 7. Dampak dari kuku kotor a. Kecacingan Penyakit kecacingan merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak. Penyebabnya antara lain cacing kremi (Oxyuriasis vermicularis) dan cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Salah satu penyebab terjadinya infeksi kecacingan adalah kuku yang tidak terawat dan kotor (Siswanto, 2010). Penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 mendapatkan hasil bahwa kebersihan kuku mempunyai hubungan yang erat dengan kejadian kecacingan pada siswa SD. Siswa yang kukunya panjang dan kotor beresiko lebih besar untuk terkena kecacingan (Fitri, dkk, 2012). Penelitian lain menunjukkan bahwa 10,7% dari 56 siswa terinfeksi kecacingan dengan hasil 7,1% siswa mempunyai higiene yang kurang baik (Texanto & Hendratno, 2008). Penelitian lain didapatkan hasil bahwa cacingan dapat disebabkan dari 56,90% kebersihan kuku (Andaruni, dkk, 2012).

14 22 b. Diare Diare adalah penyakit pencernaan yang ditandai dengan buang air besar cairan atau mencret dan pada anak frekuensinya 3 kali lebih dalam sehari. Alur penularan diare melalui 6F, yaitu faeces (kotoran manusia), fluids (cairan), fields (tanah), flies (serangga/lalat), fingers (jari), dan foods (makanan). Salah satu faktor dari alur penularan diare adalah jari. Jari dengan kuku yang panjang akan menjadi tempat bersarangnya kuman. Apabila kuku kotor ditambah dengan kebiasaan tidak mencuci tangan ketika akan makan, maka potensi untuk terjadinya diare lebih besar (Siswanto, 2010). 8. Langkah-langkah perawatan kuku Langkah-langkah perawatan kuku menurut Perry & Potter (2005) : a. Mempersiapkan peralatan Sebelum memulai perawatan kuku, siapkan dulu alat yang akan digunakan. Alat yang akan digunakan adalah baskom yang berisi air hangat atau air kran, gunting kuku, dan kikir kuku. b. Merendam kuku dalam air hangat atau air kran Perawatan pada kuku dapat dilakukan dengan memotong kuku jari tangan dan kaki dengan rapi, sebelumnya kuku direndam dulu dalam air hangat atau air kran untuk melunakkan kuku sehingga kuku lebih mudah untuk dipotong. Gunakan gunting kuku untuk memotong kuku pada jari tangan dan jari kaki. Gambar 2.1 gunting kuku c. Pemotongan kuku tangan disesuaikan bentuk jari Pemotongan kuku jari tangan, pemotongan disesuaikan dengan bentuk jari pada tangan.

15 23 Gambar 2.2 cara memotong kuku pada jari tangan d. Pemotongan kuku kaki dipotong lurus/ datar Pemotongan kuku pada jari kaki dipotong lurus. Gambar 2.3 cara memotong kuku pada jari kaki e. Mengikir kuku Setelah dipotong, usahakan untuk mengikir bagian pinggir kuku agar kuku terlihat lebih rapi dan halus sehingga tidak merobek bagian pinggir kuku dan pembentukan ujung kuku yang tajam yang mengiritasi pinggir kuku. Pengikiran kuku juga mencegah kuku terlalu dekat dengan dasar kuku. Dalam memotong kuku diperlukan juga kehati-hatian supaya tidak terluka dan menimbulkan infeksi. Gambar 2.4 cara mengikir kuku

16 24 C. Penyuluhan Kesehatan 1. Pengertian Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan pada masyarakat sehingga masyarakat sadar, tahu, mengerti, dan bisa melakukan sutau imbauan yang berhubugan dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Ali, 2010). Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah suatu proses perubahan perilaku pada manusia menjadi lebih baik sehingga mampu dan bertanggung jawab untuk mengatasi permasalahan kesehatannya sendiri maupun masyarakat sekitar (Direktorat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, 1976 dikutip oleh Fitriani, 2011). 2. Ruang lingkup Ruang lingkup penyuluhan kesehatan menurut Mubarak, dkk (2007) dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu : a. Dimensi sasaran 1) Penyuluhan kesehatan individual dengan sasaran individu. 2) Penyuluhan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu. 3) Penyuluhan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas. b. Dimensi tempat pelaksanaan 1) Penyuluhan kesehatan di Rumah Sakit dengan sasaran pasien dan keluarga. 2) Penyuluhan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar. 3) Penyuluhan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerja. c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan 1) Penyuluhan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion), misal peningkatan status gizi, perbaikan pola hidup, dan lain-lain. 2) Penyuluhan kesehatan untuk perlindungan khusus (Spesific Protection), upaya-upaya khusus yang dilakukan untuk

17 25 mendapatkan perlindungan spesifik, misalnya pemberian imunisasi pada anak-anak. 3) Penyuluhan kesehatan untuk diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment), misalnya pemberian penyuluhan terhadap penyakit TB paru untuk mengetahui gejala dini serta pengobatan awal pada penderita. 4) Penyuluhan kesehatan untuk pembatasan cacat (Disability Limitation), misal dengan pengobatan yang layak untuk mencegah terjadinya kecacatan pada penderita kusta. 5) Penyuluhan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation), misal pemulihan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu. 3. Tujuan Penyuluhan kesehatan Tujuan penyuluhan kesehatan menurut Ali (2010) : a. Tujuan umum Tujuan dari pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat agar menciptakan hidup sehat dan masyarakat juga berperan aktif dalam upaya kesehatan. b. Tujuan khusus 1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di mata masyarakat. 2) Membantu individu baik secara individu atau kelompok untuk mengadakan kegiatan positif yang dapat meningkatkan kesehatan. 3) Mendorong pengembangan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dengan optimal. 4) Tercipta suasana kondusif dimana individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk mengubah sikap dan tingkah lakunya dalam meningkatkan kesehatan.

18 26 4. Prinsip-prinsip penyuluhan kesehatan (Ali, 2010) a. Penyuluhan kesehatan tidak hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan pengalaman yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan sasaran penyuluhan. b. Pemberian penyuluhan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan kepada orang lain karena nantinya sasaran pendidikan itu sendiri yang mampu mengubah perilaku kesehatannya sendiri. c. Pendidik harus membuat strategi agar individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat dapat mengubah perilaku kesehatannya sendiri tanpa adanya tekanan dari pihak lain. d. Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berperan sebagai sasaran penyuluhan dapat mengubah perilaku kesehatannya sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, maka pemberian penyuluhan kesehatan dapat dikatakan berhasil. 5. Peran perawat dalam penyuluhan kesehatan (Ali, 2010) a. Sebagai pelaksana pelayanan keperawatan 1) Melakukan kerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya dalam perencanaan program penyuluhan kesehatan masyarakat. 2) Memberi penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan rencana. 3) Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan yang lain untuk mengevaluasi hasil dari pelaksanaan penyuluhan kesehatan. b. Sebagai pengelola 1) Membimbing tenaga keperawatan yang lain dan kader kesehatan mengenai perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian upaya penyuluhan kesehatan. 2) Membantu dalam administrasi klien. 3) Mempunyai tanggung jawab untuk pemeliharaan alat-alat rumah tangga tangga, perawatan, dan medik. 4) Memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan lain.

19 27 5) Memberi masukan-masukan dalam pelaksanaan evaluasi kinerja petugas dalam bidangnya. 6) Memotivasi petugas kesehatan untuk meningkatkan kinerjanya. c. Sebagai pendidik 1) Memberikan pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya sehinggan pengetahuan dan keterampilan mereka bertambah. 2) Memberi pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada kaderkader kesehatan, kader posyandu, dan lain-lain. 3) Memberi pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada klien dan keluarga. d. Sebagai peneliti 1) Menyusun rencana penelitian kesehatan tertentu dalam hal penyuluhan kesehatan. 2) Melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. 3) Mengevaluasi hasil penelitian yang telah dilakukan dan menyusun rencana tindak lanjut. 6. Tahapan kegiatan penyuluhan kesehatan Tahapan penyuluhan kesehatan menurut Susilo (2011) : a. Tahap sensitisasi Tahapan sensitisasi digunakan untuk memberikan informasi mengenai masalah kesehatan kepada masyarakat, tetapi tidak memberikan penjelasan tentang pengetahuan dan belum ditujukan untuk mengubah perilaku kesehatan masyarakat. b. Tahap publisitas Merupakan tahap lanjutan dari sensitisasi. Kegiatannya berupa penjelasan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan yang bersumber dari Departemen Kesehatan.

20 28 c. Tahap edukasi Tahap edukasi merupakan tahapan dimana masyarakat diberikan pengetahuan tentang kesehatan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan mereka serta mengubah perilaku kesehatan mereka untuk menjadi lebih baik. d. Tahap motivasi Setelah dilakukan tahap edukasi, penyuluhan kesehatan dilanjutkan dengan tahap motivasi. Pada tahapan ini, setelah diberikan edukasi, masyarakat benar-benar diberikan dorongan positif untuk dapat mengubah perilakunya sesuai dengan yang dianjurkan kesehatan. Penelitian yang lain juga menunjukkan bahwa pemberian penyuluhan efektif untuk meningkatkan keterampilan. Penelitian ini dilaksanakan selama 10 hari dimana tahap yang pertama adalah pre test, kemudian pemberian penyuluhan, dan 3 hari setelah pemberian penyuluhan dilakukan post test (Sulastyawati, 2007). 7. Metode penyuluhan kesehatan Metode penyuluhan menurut Notoatmodjo (2012) dibagi menjadi dua : a. Metode penyuluhan individual (perorangan) 1) Bimbingan dan penyuluhan : ada kontak yang intensif antara klien dengan petugas dimana klien dapat menceritakan permasalahannya untuk kemudian dibantu penyelesaiannya. Klien kemudian dengan penuh pengertian akan mengubah perilaku tersebut. 2) Wawancara : merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan dimana pada metode ini petugas dapat menggali informasi yang sedalam-dalamnya mengenai masalah yang sedang dialami klien. b. Metode penyuluhan kelompok 1) Kelompok besar a) Ceramah : merupakan metode yang cocok untuk sasaran yang mempunyai pendidikan tinggi maupun rendah. Metode ceramah yang digunakan cenderung interaktif, yaitu

21 29 melibatkan partisipasi aktif dari peserta. Media pendukung yang digunakan dapat berupa handsout (fotokopian materi), bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, dan lain-lain. b) Seminar : metode ini cocok untuk sasaran kelompok besar yang berpendidikan menengah ke atas. Seminar merupakan suatu presentasi yang dilakukan oleh satu atau beberapa ahli tentang suatu topik yang sedang dianggap hangat di masyarakat. 2) Kelompok kecil a) Diskusi kelompok : metode ini dilakukan dengan cara pimpinan disukusi memberikan pengarahan dan mengatur jalannya diskusi sehingga diskusi berjalan dengan baik dan tidak ada dominasi dari salah satu peserta. Masing-masing kelompok mempunyai kebebasan untuk mengeluarkan pendapat. b) Curah pendapat (brain storming) : curah pendapat adalah suatu modifikasi diskusi kelompok yang dilakukan dengan cara memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan tanggapan dan tanggapan tersebut ditampung dan ditulis di papan tulis. Setelah semuanya mengeluarkan pendapat, baru terjadilah sebuah diskusi. Tujuan dari curah pendapat adalah untuk membuat kumpulan pendapat, informasi, serta pengalaman yang sama maupun berbeda, kemudian hasil tersebut dijadikan sebagai pembelajaran bersama. c) Bola salju (snow balling) : setiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan diberikan satu pertanyaan, kemudian tiap 2 pasang bergabung menjadi satu, selanjutnya mereka bergabung lagi dengan pasangan lain, begitu seterusnya hingga akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas. d) Kelompok kecil-kecil (buzz group) : kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diberikan

22 30 permasalahan. Hasil diskusi dari masing-masing kelompok kemudian akan dicari kesimpulannya. e) Memainkan peranan (role play) : bermain peran merupakan metode yang digunakan dengan cara memainkan peran-peran tertentu. Masing-masing anggota kelompok mempunyai satu peranan dan memainkannya sesuai kejadian sehari-hari. 8. Media penyuluhan kesehatan Media penyuluhan dibagi menjadi tiga jenis (Fitriani, 2011) : a. Media cetak 1) Booklet : suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. 2) Leaflet : media penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Leaflet bisa dalam bentuk kalimat dan gambar. 3) Selebaran : media pesan seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan. 4) Flip chart (lembar balik) : suatu media penyampain pesan kesehatan dalam bentuk lembar balik. Tiap halaman berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan kesehatan. 5) Poster : merupakan bentuk media cetak yang berisi informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok atau tempat umum. b. Media elektronik 1) Televisi : penyampaian informasi kesehatan melalui televisi dapat dalam bentuk forum diskusi atau Tanya jawab masalah kesehatan, pidato, kuis, dan lain-lain. 2) Radio : penyampaian informasi kesehatan melalui radio dapat berbentuk tanya jawab, radio spot, dan lain-lain. 3) Video : penyampaian dalam bentuk video dapat berupa slide maupun film strip.

23 31 c. Media papan (billboard) Billboard yang dipasang di tempat umum juga dapat digunakan untuk menyampaikan informasi-informasi kesehatan. 9. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan kesehatan Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan kesehatan menurut Fitriani (2011) yaitu: a. Faktor penyuluh 1) Kurangnya persiapan dari penyuluh 2) Penyuluh kurang menguasai materi yang akan dipaparkan 3) Penampilan dari penyuluh kurang meyakinkan peserta penyuluhan 4) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah asing 5) Intonasi kurang jelas 6) Cara penyampaian materi monoton, sehingga peserta penyuluhan merasa jenuh b. Faktor sasaran 1) Tingkat pendidikan terlalu rendah 2) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah 3) Kepercayaan dan adat istiadat yang dianut 4) Kondisi lingkungan setempat c. Faktor proses dalam penyuluhan 1) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan peserta 2) Tempat penyuluhan tidak disesuaikan dengan kondisi dan jumlah peserta 3) Jumlah peserta terlalu banyak atau terlalu sedikit 4) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang 5) Metode yang digunakan kurang sesuai

24 32 D. Kerangka Teori Mengacu kepada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori dalam penelitian ini digambarkan pada skema berikut : Faktor Predisposisi Perilaku - Pengetahuan - Sikap - Praktik - Kepercayaan - Keyakinan - Nilai Pengetahuan Sikap Praktik Faktor Pendukung Faktor Internal - Pendidi -kan - Umur Faktor Eksternal - Lingkungan - Sosial budaya - Pengalaman pribadi - Pengaruh orang lain yang dianggap penting - Pengaruh kebudayaan - Media massa - Lembaga pendidikan agama - Faktor emosional Ketersediaan sarana prasarana - Lingkungan fisik - Ketersediaan sarana dan prasarana /fasilitas kesehatan Faktor Penguat - Sikap dan perilaku petugas kesehatan - Sikap dan perilaku tokoh masyarakat Perilaku Perawatan Kesehatan Kuku Skema : 2.2 kerangka teori Modifikasi dari Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) dan Wawan & Dewi (2011)

25 33 E. Kerangka Konsep Variabel Terikat Variabel Bebas Variabel Terikat (Sebelum Intervensi) (Intervensi) (Sesudah Intervensi) Pengetahuan perawatan kuku Pengetahuan perawatan kuku Sikap tentang perawatan kuku Penyuluhan Kesehatan Sikap tentang perawatan kuku Praktik perawatan kuku Variabel Perancu : - Pengalaman pribadi - Pengaruh orang lain yang dianggap penting - Media massa - Faktor emosional Praktik perawatan kuku Skema : 2.3 kerangka konsep F. Variabel Penelitian Variabel suatu hal dalam bentuk apa saja yang telah ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang kemudian akan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel independen (bebas), variabel dependen (terikat), dan variabel perancu. Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan. Variabel dependennya (terikat) ada tiga yaitu pengetahuan dalam perawatan kuku, sikap serta praktik perawatan kuku yang dilakukan oleh responden setelah diberikan penyuluhan kesehatan. Variabel perancu dalam penelitian ini mencakup pengalaman pribadi responden, pengaruh dari orang

26 34 lain yang dianggap penting, pengaruh paparan media massa, serta faktor emosional dari responden. Pengalaman pribadi responden, pengaruh dari orang lain yang dianggap penting, dan pengaruh paparan media massa merupakan variabel perancu yang tidak dapat dikendalikan, sedangkan untuk faktor emosional masih dapat dikendalikan. G. Hipotesis 1. Ada perbedaan pengetahuan tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. 2. Ada perbedaan sikap tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. 3. Ada perbedaan praktik perawatan kuku sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. 4. Ada perbedaan pengetahuan tentang perawatan kuku antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. 5. Ada perbedaan sikap tentang perawatan kuku antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. 6. Ada perbedaan praktik perawatan kuku antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan.

Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan konsepnya berupaya agar masyarakat menyadari atau

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN. Compiled by I Gede Purnawinadi Faculty of Nursing, Universitas Klabat

KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN. Compiled by I Gede Purnawinadi Faculty of Nursing, Universitas Klabat KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN Compiled by I Gede Purnawinadi Faculty of Nursing, Universitas Klabat Pendidikan kesehatan di masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Mencuci Tangan Perilaku adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar atau dari dalam dirinya ( Ali, 2010). Pengertian perilaku menurut

Lebih terperinci

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan Drg. Novitasari RA,MPH Pendahuluan Aspek Biologis Batasan Perilaku (Behavior) S-O-R Situmulus-Organisme-Respons Dua Jenis Respons (Skiner, 1938) 1. Respondent Respons

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003): 2.3 macam-macam perilaku kesehatan Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prakti prientasi pasien baru 1. Pengertian Orientasi Orientasi adalah melihat atau meninjau supaya kenal atau tahu (Purwadarminta, 1999). Dalam konteks keperawatan orientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Personal higiene adalah suatu usaha pemeliharaan kesehatan diri seseorang yang bertujuan mencegah terjangkitnya penyakit serta untuk memperbaiki status kesehatannya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan dan Sikap 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo,

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo, BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data penelitian dan analisa hasil penelitian maka dilakukan pembahasan secara mendalam mengenai hasil penelitian. Pembahasan difokuskan untuk menjawab permasalahan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh 1. Pengertian Pola asuh orang tua adalah sikap atau perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Perilaku yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Defenisi Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Defenisi Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Defenisi Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

Dr. Siane Nursianti T, MKM

Dr. Siane Nursianti T, MKM Dr. Siane Nursianti T, MKM 1 Adalah proses untuk meningkatkan ke mampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik,

Lebih terperinci

METODE PENDIDIKAN KESEHATAN. Disampaikan oleh : Nurul Aini, S.Kep.Ns. M.Kep.

METODE PENDIDIKAN KESEHATAN. Disampaikan oleh : Nurul Aini, S.Kep.Ns. M.Kep. METODE PENDIDIKAN KESEHATAN Disampaikan oleh : Nurul Aini, S.Kep.Ns. M.Kep. ADA 2 MACAM METODE PENDIDIKAN KESEHATAN : 1. Metode Pendidikan Kesehatan Individual 2. Metode Pendidikan Kesehatan Kelompok Bagaimanakah

Lebih terperinci

METODE DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN

METODE DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN MATA KULIAH PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU MODUL 14 METODE DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN Oleh: Tara Kairupan Joshua Runtuwene Ray Rattu Pingkan Tengko Elia Rompas Pembimbing: Dr. Jane Pangemanan, MS

Lebih terperinci

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari TUGAS PILIH SATU PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN JAWAB SECARA RINCI JAWABAN HARUS 2 SPASI SEBANYAK 2000 KATA 1. Langkah awal dalam melakukan perubahan peri laku terkait gizi adalah membangkitkan motivasi. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perawatan Rambut 1. Perilaku Perilaku adalah respon / reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar dan atau dari dalam dirinya (Ali, 2010). Menurut Skiner

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Lebih terperinci

MAKALAH JENIS METODE PROMOSI KESEHATAN. dilaksanakan dalam setiap memberikan asuhan keperawatan dimana saja ia

MAKALAH JENIS METODE PROMOSI KESEHATAN. dilaksanakan dalam setiap memberikan asuhan keperawatan dimana saja ia 1 MAKALAH JENIS METODE PROMOSI KESEHATAN Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga keperawatan, karena merupakan salah satu peran yang harus dilaksanakan dalam setiap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar tahu yaitu paham, maklum, mengerti.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu

II. KAJIAN PUSTAKA. merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu 6 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan 1. Pendidikan Kesehatan merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu bidang pengajaran pendidikan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2.1.1 Definisi Buku KIA Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Perawatan Luka 1. Pengertian Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon. Sikap dapat terwujud dalam tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini memaparkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kelurahan Sukaramai kecamatan Baiturrahman Banda Aceh pada tanggal 14 April sampai dengan 20 Mei 2009. Hasil penelitian

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI LUWUNGGEDE

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI LUWUNGGEDE PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI LUWUNGGEDE Juhrotun Nisa ABSTRAK Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*) EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandari*) Abstrak Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku sehat 1. Pengertian Perilaku sehat Perilaku sehat sebagai usaha atau tindakan yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Menurut Monks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Menurut Monks BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Menurut Monks

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada

Lebih terperinci

Gambaran Perilaku Hidup Sehat Dalam Mencegah Penyakit Pada Petugas Kebersihan Di TPS Danau Bratan Dan TPS Terusan Sulfat Kota Malang

Gambaran Perilaku Hidup Sehat Dalam Mencegah Penyakit Pada Petugas Kebersihan Di TPS Danau Bratan Dan TPS Terusan Sulfat Kota Malang Gambaran Perilaku Hidup Sehat Dalam Mencegah Penyakit Pada Petugas Kebersihan Di TPS Danau Bratan Dan TPS Terusan Sulfat Kota Malang Amanda Rusyda Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang

Lebih terperinci

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuci tangan memakai sabun (CTPS) merupakan cara yang sangat efektif untuk membatasi transmisi berbagai penyakit pada anak, termasuk diare dan infeksi pernapasan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inisiasi Menyusu Dini 2.1.1 Definisi IMD Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kebersihan Telinga 1. Perilaku Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN SIKAP MENCEGAH INFEKSI NOSOKOMIAL PADA KELUARGA PASIEN DI RUANG PENYAKIT DALAM RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Masa Anak Usia Sekolah Dasar. atau 10 tahun sampai umur 12 atau 13 tahun (Yusuf, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Masa Anak Usia Sekolah Dasar. atau 10 tahun sampai umur 12 atau 13 tahun (Yusuf, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anak Sekolah Dasar a. Masa Anak Usia Sekolah Dasar Masa anak usia sekolah dasar merupakan masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Secara relatif,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 37 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran umum Laboratorium Klinik di Cilegon Pelayanan laboratorium klinik merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN ANAK PRA SEKOLAH TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE DI TK MINASAUPA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN ANAK PRA SEKOLAH TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE DI TK MINASAUPA 73 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN ANAK PRA SEKOLAH TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE DI TK MINASAUPA Rohana 1, Arbianingsih 1 Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Penyuluhan Kesehatan a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap upaya peningkatan kesehatan.penyuluhan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENDIDIKAN KESEHATAN

KONSEP DASAR PENDIDIKAN KESEHATAN KONSEP DASAR PENDIDIKAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diera globalisasi sekarang ini bidang kesehatan banyak mengalami pemuktahiran dan pekembangan-perkembangan ilmu yang mencuri perhatian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ensiklopedi Amerika mengartikan perilaku sebagai suatu aksireaksi organism terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

Oleh : EndykaEryeFrety, S. ST., dan Evi Susianti S.ST Dosen Akademi Kebidanan Sakinah Pasuruan

Oleh : EndykaEryeFrety, S. ST., dan Evi Susianti S.ST Dosen Akademi Kebidanan Sakinah Pasuruan PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG BUKU KIA DI BPM ALIMAH AMD.KEB DESA BANGAJANG KECAMATAN SUKOREJO PASURUAN. AKADEMI KEBIDANAN SAKINAH PASURUAN TAHUN 2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumen rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks. Kompleksitasnya sebuah rumah sakit tidak hanya dari jenis dan macam penyakit yang harus

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 20 Juni 2010 pada keluarga Tn. L (45 th), dengan alamat Sambiroto kecamatan Tembalang, Semarang. Keluarga ini

Lebih terperinci

PENELITIAN PERILAKU KESEHATAN 2

PENELITIAN PERILAKU KESEHATAN 2 PENELITIAN PERILAKU KESEHATAN 2 1 PERILAKU Batasan konsep (Skinner): Respons organisme terhadap stimulus (rangsangan). Respons organisme terwujud dalam bentuk: Tertutup: apabila respons tersebut terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah atau Soil- Transmitted Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health Oganization

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang

PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang Teori Sebab Akibat adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Cuci Tangan 1. Pengertian Mencuci Tangan Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuannya

Lebih terperinci

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. A. Pengertian Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung,

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi kesehatan merupakan pilar dalam penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit (Notoatmodjo et al., 2012). Target dari promosi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

Paket 6 PERAN PSIKOLOGI DALAM PROMOSI KESEHATAN

Paket 6 PERAN PSIKOLOGI DALAM PROMOSI KESEHATAN Paket 6 PERAN PSIKOLOGI DALAM PROMOSI KESEHATAN Pendahuluan Psikologi kesehatan sebagai pengetahuan social-psychological dapat digunakan untuk mengubah pola health behavior dan mengurangi pengaruh dari

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI a. Pengertian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) merupakan makanan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Persepsi merupakan suatu proses yang diawali oleh rangsangan yang

BAB VI PEMBAHASAN. Persepsi merupakan suatu proses yang diawali oleh rangsangan yang 78 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pembahasan Hasil Penelitian a. Hubungan Persepsi Terhadap Kelompok Perempuan yang Melakukan dan Tidak Melakukan Layanan Gurah Vagina Teknik Ratus di Spa Tahun 2013 Persepsi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pengobatan Diabetes Mellitus 2.1.1 Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan biasanya berhubungan erat dengan pekerjaan dan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

Program Studi DIII Kebidanan, Fikkes, Universitas Muhammadiyah Semarang

Program Studi DIII Kebidanan, Fikkes, Universitas Muhammadiyah Semarang PERBEDAAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN (Studi pada WUS di Rw IV Desa Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang) Ely Rohmawati 1,Suprapti 2 dan Fitriani Nur Damayanti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Batasan Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang mempunyai cakupan luas antara lain: berbicara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat

Lebih terperinci

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. KONSEP DIAGNOSA. Definisi Keperawatan Keluarga Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diri diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya

Lebih terperinci

Oleh: Aulia Ihsani

Oleh: Aulia Ihsani Makalah Pribadi Oleh: Aulia Ihsani 07120133 Pembimbing: dr. Yuniar Lestari, M.Kes dr. Rima Semiarty, MARS Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk di dalamnya adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012). Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KEHAMILAN RISIKO TINGGI 2.1.1 Defenisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kanker Serviks a. Pengertian Kanker Leher Rahim Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan

Lebih terperinci

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Menurut Lewit (1993), perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BERMAIN 1. Pengertian Bermain Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. A. Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue Sebelum Penyuluhan. memiliki skor penilaian perilaku pencegahan demam berdarah dengue sebelum

PEMBAHASAN. A. Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue Sebelum Penyuluhan. memiliki skor penilaian perilaku pencegahan demam berdarah dengue sebelum 54 BAB V PEMBAHASAN A. Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue Sebelum Penyuluhan Kesehatan Berdasarkan analisis data pada variabel perilaku pencegahan demam berdarah dengue sebelum penyuluhan kesehatan

Lebih terperinci

Lampiran VI. Modul METODE DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN SARAPAN PAGI

Lampiran VI. Modul METODE DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN SARAPAN PAGI Lampiran VI Modul METODE DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN SARAPAN PAGI Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul Jakarta 2015 DAFTAR ISI I. Pendahuluan II. Pendidikan Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami pengeluaran feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki karakteristik feses

Lebih terperinci

PROMOSI KESEHATAN. Give a man to fish, but not give a man a fish

PROMOSI KESEHATAN. Give a man to fish, but not give a man a fish PROMOSI KESEHATAN Prinsip : Give a man to fish, but not give a man a fish OLEH : SUSILO WIRAWAN, SKM, MPH MATERI IKM, PKM DAN PROMKES STIKES MEDIKA FARMA HUSADA 1 PROMOSI KESEHATAN HL Blum (1974) Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang, terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYULUHAN PADA PASIEN

PEDOMAN PENYULUHAN PADA PASIEN PEDOMAN PENYULUHAN PADA PASIEN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TEMBOK DUKUH Jl.Kalibutuh No.26 Surabaya 60173 Telp. (031) 5343410 pkmtembokdukuh@gmail.com KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah ruang kelas sejumlah 15 ruangan, laboratorium bahasa, laboratorium IPA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah ruang kelas sejumlah 15 ruangan, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitan ini dilakukan di dua SMP Negeri di Kasihan Bantul Yogyakarta yaitu SMP Negeri 1 Kasihan Bantul yang berlokasi di Jl.

Lebih terperinci

BAB IV. Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di area posyandu. 2. Gambaran Umum Karakteristik Responden

BAB IV. Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di area posyandu. 2. Gambaran Umum Karakteristik Responden BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di posyandu Anyelir A dan posyandu Wijaya Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta.

Lebih terperinci

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015 Jurnal CARE, Vol. 3, No., 05 5 PELAKSANAAN PROGRAM UKS DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEDUNG KANDANG KOTA MALANG Erlisa Candrawati ) ; Esti Widiani ) ),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka kejadian tindakan secsio caesarea, tempat, dan waktu dilaksanakannya

BAB III METODE PENELITIAN. angka kejadian tindakan secsio caesarea, tempat, dan waktu dilaksanakannya 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013 Zuraidah, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA Suryagustina*, Rimba Aprianti**, Isna Winarti*** Sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci