dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).
|
|
- Iwan Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuci tangan memakai sabun (CTPS) merupakan cara yang sangat efektif untuk membatasi transmisi berbagai penyakit pada anak, termasuk diare dan infeksi pernapasan yang bersama-sama menyebabkan sekitar 5 juta kematian anak secara global tiap tahun. UNICEF juga menekankan bahwa diare sendiri telah menyebabkan kematian anak setiap 30 detik sehingga diare menempati posisi pertama sebagai penyebab kematian anak dengan angka 35% disusul dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sebanyak 32% (Scott et al., 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di beberapa negara seperti India, Peru, Sinegal, dan Inggris diperoleh hasil bahwa praktik CTPS setelah dari kamar mandi dan setelah mengganti popok bayi hanya dilakukan oleh 0-47% ibu. Begitu pula survei yang pernah dilakukan oleh Scott et al. (2007) di Ghana pada ibu, ditemukan bahwa hanya 4% ibu yang mencuci tangan setelah buang air besar dan 2% setelah mengganti popok anaknya. Dalam survei juga ditemukan hanya 5% ibu yang mencuci tangannya sebelum memberi makan anak, dan hanya 1% di antaranya yang menggunakan sabun (Scott et al., 2007). Padahal berdasarkan Curtis & Cairncross (2003), seperti yang dituliskan dalam The Handwashing Handbook dengan melakukan CTPS, resiko diare dapat menurun 42-47%, sedangkan untuk penyakit ISPA dapat menurun sampai dengan 30%. Sementara itu, berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian balita di Provinsi Riau adalah sebesar 47 per 1000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan tahun 2002/2003 yaitu 60 per kelahiran hidup namun tetap lebih besar dari angka kematian balita secara nasional. Laporan rutin fasilitas kesehatan tahun menemukan angka kematian balita sangat fluktuatif dan terjadi peningkatan pada tahun 2011 yaitu 8,4 per 100 kelahiran hidup. Angka tersebut memang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan angka survey karena tidak semua kematian yang terjadi 1
2 2 dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011). Tiga penyebab terbesar kematian balita di Provinsi Riau antara lain masalah neonatal (asfiksia dan BBLR) (36%), diare (17,2%), dan pneumonia (13,2%). Sebagai penyebab kematian balita terbesar kedua, pada tahun 2010 jumlah kasus diare sangat tinggi, yaitu 59,4%. Hal itu karena pada bulan Januari dan Oktober ditemukan KLB diare di Kabupaten Pelalawan dan Bengkalis dengan angka mortalitas di Pelalawan 0,46%, sementara di Bengkalis 0% (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2010). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang mencakup praktik CTPS merupakan bentuk upaya mencegah penyakit diare dan kematian balita. Berdasarkan rekapitulasi profil kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Riau selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, terjadi peningkatan jumlah rumah tangga yang ber-phbs, termasuk CTPS di dalamnya, namun terjadi penurunan pada tahun Sementara itu pada tahun 2011 rumah tangga yang ber-phbs di Provinsi Riau sebesar 49,5%, meningkat dibanding dengan tahun 2010 (46,91%), meskipun angka pencapaian rumah tangga yang ber-phbs setiap tahunnya tidak pernah mencapai target yang direncanakan, yaitu 60% (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011). Usaha yang sudah dilakukan untuk meningkatkan angka PHBS khususnya CTPS adalah dengan melakukan promosi kesehatan, terutama kepada ibu. Program promosi kesehatan tentang CTPS telah menggunakan beberapa pendekatan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman penularan penyakit, dan menyediakan tempat-tempat cuci tangan dengan harapan perilaku mencuci tangan dapat meningkat. Hal ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa promosi kesehatan terhadap ibu tentang kebersihan tangan dapat membantu meningkatkan kebersihan tangan yang secara tidak langsung mengurangi penyebaran infeksi kuman (Hayes, 2007). Pelaksanaan promosi kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian secara seksama adalah tentang media yang digunakan (Departemen Kesehatan RI, 2008). Media promosi kesehatan merupakan suatu alat yang digunakan untuk
3 3 membantu proses berlangsungnya promosi kesehatan, yang terdiri dari media cetak (pamflet, leaflet, poster, buku), audiovisual (slides, video, film), program komputer, dan media massa (radio, TV, majalah, koran) (Simons-Morton et al., 1995). Pemilihan media yang sesuai dengan sasaran dapat menjadikan informasi yang disampaikan mudah diterima, dicerna dan diserap oleh sasaran, sehingga kesadaran untuk mencuci tangan lebih mudah terwujud (Departemen Kesehatan RI, 2008). Media khususnya media visual seperti buku bergambar dan audiovisual seperti video pada umumnya banyak digunakan dalam proses promosi kesehatan agar penyampaian informasi lebih dapat diterima sasaran karena dapat menumbuhkan minat atau ketertarikan sasaran dengan isi pesan yang disampaikan (Musfiqon, 2012). Menurut Arsyad (2011) selain dapat menyajikan informasi sebagaimana aslinya, video juga dapat memaparkan proses dan mengajarkan keterampilan secara sistematis karena dapat bergerak sehingga media ini dapat digunakan untuk menanamkan sikap dan meningkatkan motivasi individu. Hamtiah dkk (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terjadi perubahan pengetahuan setelah dilakukan pemutaran video. Peningkatan pengetahuan terjadi karena kemampuan mencerna dan mengingat pesan yang disampaikan dalam video lebih mudah. Promosi kesehatan menggunakan media video merupakan metode yang cocok untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan karena bersifat praktis, mudah dipahami dan diaplikasikan sesuai tingkat pengetahuan. Selain itu video mempunyai tampilan yang menarik, seperti adanya suara dan gambar yang bergerak, efek dramatisasi dan penentuan waktu penayangan yang mudah (Hamtiah dkk., 2012). Buku bergambar juga dapat meningkatkan pemahaman dan memperkuat ingatan tentang informasi penting yang diberikan. Melalui gambar yang disertai keterangan, sasaran dapat dengan mudah mengerti informasi yang sulit dijelaskan hanya dengan tulisan karena dapat melihat bentuk informasi yang sebenarnya (Musfiqon, 2012). Penggunaan buku bergambar juga dapat dilihat pada penelitian Jha et al. (2013) yang menunjukkan adanya perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan sasaran setelah diberikan intervensi menggunakan media cetak. Buku bergambar sering digunakan sebagai media
4 4 promosi kesehatan kepada masyarakat karena selain mudah untuk dibuat dan diperbanyak, media ini juga dapat cukup baik meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan (Weedon, 2014). Lokasi penelitian, yaitu desa Air Terbit dan Sungai Putih merupakan wilayah transmigrasi dengan mayoritas pekerjaan kepala keluarga adalah petani sawit, dan mayoritas ibu sebagai ibu rumah tangga. Fasilitas kesehatan yang tersedia adalah puskesmas pembantu yang hanya didukung oleh bidan. Karena kurangnya tenaga kesehatan yang ada, maka dalam melakukan promosi kesehatan perlu media yang tepat agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh sasaran. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di desa Air Terbit dan Sungai Putih, kasus diare merupakan kasus terbanyak kedua pada balita selama tahun 2012 setelah infeksi pernapasan, yaitu sebesar 28% dari jumlah balita. Saat wawancara, beberapa ibu mengaku mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan di rumah dan setelah dari kamar mandi. Namun pada pengamatan pendahuluan di posyandu diperoleh bahwa hampir semua ibu tidak mencuci tangan setelah mengganti celana anak dan juga pada saat akan memberi makanan pada anak meskipun di posyandu telah tersedia sarana mencuci tangan dengan sabun. Desa Air terbit dan Sungai Putih merupakan tempat yang tidak sulit air. Penduduk mempunyai fasilitas air bersih dan sabun yang mendukung untuk kegiatan mencuci tangan di rumah. Meski demikian ternyata praktik mencuci tangan dengan sabun masih kurang. Selain itu, teknik mencuci tangan yang selama ini mereka lakukan, belum sesuai dengan standar kesehatan. Hal itu diketahui pada saat mereka diminta untuk memperagakan cara mencuci tangan yang selama ini dilakukan, mereka tidak memakai sabun dan air mengalir pada saat mencuci tangan. Mereka mengaku tidak mengetahui langkah-langkah mencuci tangan yang benar menurut kesehatan, dan menganggap cara mencuci tangan mereka selama ini sudah cukup untuk membersihkan tangan dari kotoran. Penyebab rendahnya praktik mencuci tangan sebenarnya bukan karena tidak adanya sabun dan air, karena saat ini setiap rumah tangga pasti memiliki sabun, hanya saja penggunaan sabun pada umumnya lebih digunakan untuk
5 5 mandi dan mencuci pakaian, bukan untuk mencuci tangan. Begitu juga dengan masyarakat di desa Air Terbit dan Sungai Putih, yang kondisi wilayahnya memungkinkan untuk melakukan praktik CTPS pun, ternyata tidak semua ibu mencuci tangan dengan benar. Selain kebiasaan, penyebab kurangnya praktik CTPS adalah kurangnya informasi mengenai pentingnya CTPS. Seperti yang dinyatakan oleh Scott et al. (2007) dalam penelitiannya, bahwa terdapat hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan pengetahuan tentang cara dan waktu harus mencuci tangan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada bidan desa setempat promosi kesehatan tentang mencuci tangan yang benar kepada masyarakat belum pernah dilakukan. Media promosi kesehatan yang ada hanya poster tentang HIV dan diabetes melitus yang di tempel di ruang penyimpanan obat di Puskesmas sehingga pesan juga tidak sampai ke masyarakat. Sementara itu beberapa ibu yang diwawancara juga mengatakan bahwa di desa Air Terbit dan Sungai Putih belum pernah dilakukan promosi kesehatan tentang cara mencuci tangan yang benar menggunakan media apapun termasuk video dan buku buku bergambar. Video dan buku bergambar dapat digunakan sebagai media promosi kesehatan kepada ibu-ibu di posyandu desa Air Terbit dan Sungai Putih, sebagai alternatif media yang dapat menimbulkan minat untuk lebih memahami materi yang disampaikan selain media lain yang pada umumnya digunakan, seperti leaflet dan poster. Peneliti memilih media buku bergambar sebagai media yang akan digunakan dalam penelitian ini karena selain mayoritas ibu bisa membaca, buku bergambar dinilai sesuai dengan kondisi ibu-ibu yang mempunyai anak balita. Hal itu karena bagi ibu yang mempunyai anak balita akan sulit meluangkan waktu untuk memahami suatu materi apabila media yang digunakan kurang tepat atau terlalu banyak memakan waktu. Dengan adanya gambar yang menarik dan disertai dengan keterangan yang ringkas, akan lebih mudah dipahami oleh ibu dengan latar belakang pendidikan rata-rata SMP. Media video digunakan untuk menyampaikan materi kepada ibu, karena media video dapat lebih menggambarkan isi materi yang akan disampaikan dengan menyajikan gambar bergerak.
6 6 Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, penggunaan media video di masyarakat bukan hal asing lagi, begitu juga di desa Air Terbit dan Sungai Putih. Untuk itu, promosi kesehatan dengan media video dapat dikembangkan untuk membantu pelaksanaan pendidikan kesehatan kepada masyarakat mengingat sebagian besar masyarakat sudah memiliki sarana untuk memutar video di rumah masing-masing. Selain itu, video dianggap akan menarik minat ibu dalam menonton dan memahami materi karena selain tersedianya sarana untuk memutar video, media tersebut belum pernah digunakan untuk promosi kesehatan sebelumnya di desa Air Terbit dan Sungai Putih. Oleh karena itu peneliti meneliti pengaruh video dan buku bergambar terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu mencuci tangan di desa Air Terbit dan Sungai Putih. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah video lebih efektif meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu mencuci tangan memakai sabun daripada buku bergambar di desa Air Terbit dan Sungai Putih? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh video dan buku bergambar terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu tentang CTPS di desa Air Terbit dan Sungai Putih 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh video dan buku bergambar terhadap pengetahuan ibu tentang CTPS di desa Air Terbit dan Sungai Putih b. Untuk mengetahui pengaruh video dan buku bergambar terhadap sikap ibu tentang CTPS di desa Air Terbit dan Sungai Putih
7 7 c. Untuk mengetahui pengaruh video dan buku bergambar terhadap keterampilan ibu tentang CTPS di desa Air Terbit dan Sungai Putih dan Sungai Putih d. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh video dan buku bergambar terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu tentang CTPS di desa Air Terbit dan Sungai Putih D. Manfaat Penelitian 1. Bagi responden, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada ibu-ibu posyandu di desa Air Terbit dan Sungai Putih mengenai pentingnya mencuci tangan dengan sabun dan cara mencuci tangan yang benar 2. Bagi institusi pendidikan kesehatan, hasil penelitian dapat dijadikan referensi dalam melakukan promosi kesehatan tentang mencuci tangan dengan sabun pada ibu-ibu posyandu 3. Bagi pengelola program kesehatan, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam memilih media promosi kesehatan E. Keaslian penelitian Berikut ini adalah beberapa penelitian yang berkaitan dengan media promosi kesehatan : 1. Chen & Chiang (2007) melakukan penelitian Quasi Experimental kepada 123 kelompok keluarga di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) tentang teknik mencuci tangan menggunakan video (61 responden) dan poster (62 responden) yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mencuci tangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa video dapat meningkatkan keterampilan keluarga yang mengunjungi PICU. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah peneliti akan menggunakan video dan buku bergambar, serta akan dilakukan kepada ibu-ibu di posyandu. Selain itu jenis penelitiannya adalah Non Randomized Pretest- Posttest with Control Group.
8 8 2. Dewi (2012) melakukan penelitian tentang Pemanfaatan Media Booklet dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibu Tentang Tuberkulosis Paru di Kelurahan Kemijen Kota Semarang Tahun 2012 kepada 60 responden. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Quasi Experimental dengan rancangan Non Randomized Pretest-Posttest with Control Group. Dari hasil pretest dan posttest yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa media booklet bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang TB Paru di Kelurahan Kemijen Kota Semarang Tahun 2012 dengan p-value (0,000<0,05). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah selain peneliti menggunakan media yang berbeda dengan media yang ada pada penelitian tersebut, peneliti juga tidak hanya meneliti pengetahuan, namun juga sikap dan keterampilan ibu mencuci tangan. 3. Kumboyono (2011) meneliti tentang Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Cetak Dengan Media Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tuberkulosis. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan Quasi Experimental dengan Pretest-Posttest Design with Comparison Group. Dari hasil uji statistik yang dilakukan terhadap hasil pretest-posttest dengan menggunakan uji T independen diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,09 (< 0,05) yang berarti pengetahuan pasien tuberkulosis antara yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media cetak dengan media audiovisual terdapat perbedaan secara signifikan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian menggunakan Non Randomized Pretest-Posttest with Control Group dan responden yang akan diteliti. 4. Nasution (2010) melakukan penelitian Quasi Eksperimental dengan rancangan pre-post design untuk mengetahui Efektivitas Media Promosi Kesehatan (Leaflet) dalam Perubahan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Asi Eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan pada 40 responden di masing-masing kelompok. Hasil menunjukkan bahwa media promosi kesehatan (leaflet) efektif untuk menaikkan skor pengetahuan dan skor sikap ibu hamil tentang IMD dan
9 9 ASI Eksklusif di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2010 dengan nilai p-value 0,000<0,05. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah media yang akan digunakan yaitu media video dan buku bergambar. 5. Wibawa (2007) meneliti tentang Perbedaan Efektifitas Metode Demonstrasi Dengan Pemutaran Video Tentang Pemberantasan DBD Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Anak SD Di Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati dengan rancangan Quasi Experiment with Non Equivalent Control Group Design dengan jumlah responden 60 menghasilkan bahwa demonstrasi lebih efektif daripada video untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah responden penelitian yaitu ibu-ibu yang mempunyai anak balita serta media yang diberikan adalah tentang mencuci tangan.
BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latarbelakang Merokok merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat karena merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain penyakit kardiovaskular,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat dengan tingkat kesehatan yang baik dapat memiliki angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan yang baik merupakan hal yang penting bagi kesejahteraan manusia. Hal tersebut juga berperan penting dalam pembangunan suatu negara karena masyarakat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membiarkan kontak kulit dengan ibunya setidaknya selama satu jam. Mengingat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah lahir dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk menyusu sendiri dengan membiarkan kontak kulit dengan ibunya setidaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami buang air besar yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan. Di dunia, diare adalah ke-3 penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Menurut UU Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah. Cuci tangan pakai sabun mampu untuk mengurangi angka diare sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami pengeluaran feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki karakteristik feses
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PNEUMONIA PADA BALITA DAN PENCEGAHANNYA DI KELURAHAN BULAKAN KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri untuk menyusu sesegera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan, yang dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas sumber daya sehingga dapat berperan maksimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau young people adalah anak yang berusia 10-19 tahun (World Health Organization, 2011). Pada periode ini manusia mengalami masa transisi dengan kebutuhan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mempertahankan kesehatan anak merupakan tanggung jawab orang tua, namun demikian sekolah-sekolah umum dan departemen kesehatan telah berkontribusi dalam upaya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi merupakan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit yang dialami siswa dimana merupakan salah satu masalah kesehatan yang menonjol di masyarakat adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan dapat dipelajari. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2013 belum dapat memenuhi target Millenium Depelopment Goals (MDGs) 2015. Dimana angka kematian bayi (AKB) di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan menempati kisaran ke dua sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini atau yang dikenal sekarang dengan IMD merupakan langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan mortalitas bayi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air susu ibu (ASI) terutama yang eksklusif tidak tergantikan oleh susu manapun. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan lebih sehat, lebih cerdas, mempunyai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi kurang merupakan salah satu masalah malnutrisi yang membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini karena kondisi kurang gizi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program MDGs 2015 Indonesia difokuskan pada penurunan angka kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization (WHO). Angka kematian bayi menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peranan dalam peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam lingkup kesehatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida merupakan salah satu teknologi modern yang terbukti mempunyai peranan dalam peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam lingkup kesehatan masyarakat, penggunaan
Lebih terperinciJurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian Ibu (AKI) menjadi indikator penting untuk menilai derajat kesehatan suatu negara, tercatat dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru. Penderita TB paru
Lebih terperinciSUYANI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA
PENGARUH PENYULUHAN INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI MELAKUKAN INISIASI MENYUSU DINI PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPS YUNI BAEROZI SOROWAJAN SEWON BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2013
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma merupakan penyakit kompleks yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Salah satu masalah yang terjadi dan memerlukan perhatian khusus dari pemerintah dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Sementara United Nations for Children and Funds
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi seperti diare. Diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi
Lebih terperinciPengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang
Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang Nia Kurniatillah* Abstrak Penanaman nilai-nilai PHBS salah satunya Perilaku
Lebih terperinciUnnes Journal of Public Health
UJPH 5 (1) (2016) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph EFEKTIVITAS PENYULUHAN KESEHATAN DENGAN METODE CERAMAH DISERTAI PEMANFAATAN MEDIA BOOKLET DALAM UPAYA MENINGKATKAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang timbul atau ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa timbulnya kelainan-kelainan terutama
Lebih terperinci1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi ialah suatu kondisi anemia dan terdapat bukti yang jelas akan kehilangan zat besi. Anemia defisiensi besi merupakan tahap berat dari defisiensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak sebagai bagian dari tujuan MDG s dikarenakan masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator kesehatan umum dan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International of Diabetic Federation (IDF, 2015) menyatakan bahwa tingkat prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) penerus bangsa dan harapan masa depan keluarga, masyarakat dan negara, perlu diberikan pembinaan terarah sedini mungkin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. MDG dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millenium Development Goals (MDGs) telah menjadi tujuan millenium selama 15 tahun. MDGs berakhir pada tahun 2015. Selanjutnya MDG dilanjutkan dengan program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas anak di dunia. Kematian bayi dengan diare di negara berkembang sekitar 18% yang artinya lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2011 sebanyak 6,9 juta anak meninggal dunia sebelum mencapai usia 5 tahun. Setengah dari kematian tersebut disebabkan oleh kondisi yang dapat dicegah atau
Lebih terperinciPHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-issn ; e-issn X
PENGARUH PEMBERIAN FLYER TERHADAP PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN TERAPI PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIDOMULYO KOTA PEKANBARU EFFECT OF FLYER ON KNOWLEDGE AND COMPLIANCE THERAPY LUNG TUBERCULOSIS PATIENTS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Menurut laporan World Health Organitation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi kesehatan merupakan pilar dalam penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit (Notoatmodjo et al., 2012). Target dari promosi
Lebih terperinciTUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas
Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi
Lebih terperinciLEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan
LEMBAR PERTANYAAN PENGARUH TERPAAN INFORMASI TERHADAP HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIFDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALA TAHUN 2009 I. IDENTITAS RESPONDEN No. Responden :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan
Lebih terperinciUKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Survei morbiditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee and
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
87 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan siswa-siswi tingkat sekolah dasar di Kedaung Wetan masih keliru. Mereka beranggapan bahwa hanya mencuci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumbuh kembang anak dapat dicapai secara optimal melalui empat hal penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali sehari dan berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan suatu negara. Angka kematian ibu (AKI) adalah indikator di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka kematian dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Angka kematian ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang serius terutama pada anak usia 1-5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit pada bayi usia 1-6 tahun. ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen yang disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDGs) 4 menargetkan penurunan angka kematian balita (AKBa) hingga dua per tiganya di tahun 2015. Berdasarkan laporan terdapat penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut rahim merupakan salah satu penyakit yang ganas dibidang kebidanan dan penyakit kandungan yang masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu untuk melangsungkan kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. Upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment)
38 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan pretest - posttest design. Kelompok-kelompok yang diteliti pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan tahun 2008 sebagai tahun Sanitasi Internasional dan tanggal 15 Oktober ditetapkan sebagai Hari Cuci Tangan
Lebih terperinciOleh: Aulia Ihsani
Makalah Pribadi Oleh: Aulia Ihsani 07120133 Pembimbing: dr. Yuniar Lestari, M.Kes dr. Rima Semiarty, MARS Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka kesakitan diare pada tahun 2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Salah satu penyebab terbesar kematian pada anak usia balita di dunia adalah pneumonia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penurunan AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia memang mengalami kemajuan yang cukup bermakna, namun demikian tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong
Lebih terperinciRina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU MENYUSUI DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERLALU DINI PADA USIA KURANG DARI 6 BULAN DI KELURAHAN GIRITIRTO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2016 Rina Harwati Wahyuningsih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi menyusu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/bulan. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari hari (Depkes, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) saat ini masih menjadi perhatian dunia dimana masih kurangnya penerapan perilaku cuci tangan dalam kehidupan sehari hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara berkembang dan dapat menyerang baik anak-anak maupun dewasa. Angka kematian (CFR) saat KLB diare diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menyusui adalah cara normal memberikan nutrisi pada bayi untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui adalah cara normal memberikan nutrisi pada bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Hampir semua ibu dapat menyusui asalkan memiliki informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yangharus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi hingga ia berusia enam bulan. ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling ideal bagi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan bayi. Keuntungan ASI akan lebih optimal jika bayi diberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data nasional Indonesia pada tahun 2014 mencatat jumlah angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini berada jauh dari yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3 kali sehari), dan perubahan dalam jumlah serta konsistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat waktu lahir, tubuh bayi baru lahir berpindah dari ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit ini dikenal sebagai periode transisi-periode
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
Lebih terperinci