DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KELAPA INDONESIA TERHADAP NEGARA PRODUSEN KELAPA DI DUNIA
|
|
- Sudomo Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SEPA : Vol. 10 No.1 September 2013 : ISSN : DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KELAPA INDONESIA TERHADAP NEGARA PRODUSEN KELAPA DI DUNIA Ineke Nursih Widyantari Dosen Jurusan Agribisnis, Universitas Musamus, Merauke. inekeenwe@gmail.com Abstract: Indonesian coconut plant has the widest area in the world and it is the first ranking of world s production. However, its productivity is still low. Indonesian coconut exports are mostly in primary forms. The types of derivative products are still limited compared to other countries such as Phillippine. The research aims to determine the competitiveness of Indonesian coconut commodity. For this purpose, the methods used in the research were the calculations of Revealed Comparative Advantage and Comparative Export Performance Index. The data were analyzed using UNData Comtrade, WTO. Org, and Intracen.Org. The results of the research indicate that Indonesia has a competitiveness in coconut commodity. In between the year of the export and the production of the coconut were being specialized. But in between the year of were not being specialized. Keywords: Competitiveness, Export, Coconut Commodity PENDAHULUAN Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dapat tumbuh disemua jenis tanah. Hal ini dapat dilihat dengan adanya tanaman kelapa yang tumbuh di tanah pekarangan, pertamanan, tempat rekreasi, di pematang sawah dan di kebun bercampur baur dengan macam tanaman lain serta kelapa dapat juga tumbuh di sungai dan lain-lain. Tetapi bagi perkebunan atau perusahaan yang akan mendirikan perkebunan kelapa, memerlukan pertimbangan dan syarat tanah tertentu agar pertumbuhan tanaman cukup baik dan menguntungkan (Suhardiman, 1999) Komoditas ini menyerap tenaga kerja sekitar 6,9 juta KK, dan berperan penting dalam menumbuhkan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan. Kontribusi kelapa dalam ekspor Indonesia tahun 2006 adalah : kopra ton ( US$ juta), minyak kelapa ton (US$ juta), dan bungkil ton (US$ juta) (Basri, 2007) Kebun kelapa Indonesia tersebar dibeberapa pulau antara lain di Sumatera (33,63 persen), Jawa (22,75 persen), Sulawesi (19,4 persen), Nusa Tenggara (7,7 persen), Kalimantan (7,62 persen), Maluku, dan Papua (8,89 persen). (Basri, 2007) Perkebunan kelapa Indonesia tersebar dibeberapa pulau antara lain di Sumatera (32,9%), Jawa (24,3%), Sulawesi (19,3 %), Kepulauan Bali, NTB, NTT (8,2%), Maluku, dan Papua (7,8%), dan Kalimantan (7,5%). (Allorerung, D. dan Z. Mahmud, 2002). Areal tanaman kelapa di Indonesia merupakan areal terluas di dunia yaitu mencapai 31,92% disusul Negara Philipina (26,12%), India (15,22%), Srilangka (3,17%) dan Thailan (2,75%). (Basri, 2007) Data FAOStat (2010) menunjukkan produksi kelapa Indonesia menduduki ranking pertama yakni sebesar MT, disusul Philipina ( MT), India ( MT), Brazil ( MT), dan Srilanka ( MT). Pengelolaan usaha kelapa Indonesia belum optimal, eksport kelapa sebagian besar masih dalam bentuk produk primer, jenis turunan produk kelapa yang dihasilkan Indonesia masih terbatas. Kondisi tersebut merupakan tantangan bagi perkembangan industri kelapa di Indonesia dalam mewujudkan kelapa sebagai komoditas unggulan. Oleh sebab itu maka akan dilakukan penelitian bagaimana daya saing komoditas kelapa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya saing nilai ekspor komoditas kelapa Indonesia terhadap nilai ekspor 19
2 komoditas kelapa negara produsen kelapa di dunia. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitisis. Deskriptif analisis merupakan penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada (Sugiyono. 2008). Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari UNData Comtrade, FAOStat, dan APCC. Analisis Data Daya saing ekspor komoditas kelapa dianalisis dengan menggunakan 2 metode perhitungan. Revealed Comparative Advantage,(RCA.) Disajikan Balassa ( Utkulu, U dan Symen, D. 2004). RCA = ( X ij / X it ) / ( X nj / X nt ) = ( X ij / X nj )/( X it / X nt ). (1) Dimana : X ij adalah nilai ekspor komoditas kelapa negara j (US$), X it adalah nilai total ekspor komoditas negara j (US$), X nj adalah nilai ekspor komoditas kelapa semua negara j (US$), X nt adalah nilai ekspor total komoditas semua negara j (US$), j adalah 1= Indonesia,2= Philipina, 3= India, 4 = Brazil, 5 = Srilanka, 6 = Thailand, 7 = Mexico, 8= United Republik Tanzania, 9 = Malaysia. Comparative Export Performance (CEP) Index. Modifikasi Balassa (Serin dan Civan. 2008) CEP = ln (X ij / X j ) / (X ia / X A ). (2) Dimana :X ij adalah nilai ekspor komoditas kelapa negara j (US$), X j adalah nilai total ekspor negara j, X ia adalah nilai total ekspor dunia komoditas kelapa, X A adalah nilai total ekspor dunia, negara j meliputi 1= Indonesia, 2= Philipina, 3= India, 4 = Brazil, 5 = Srilanka, 6 = Thailand, 7 = Mexico, 8= United Republik Tanzania, 9 = Malaysia. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Daya Saing Komoditas Kelapa Indonesia Tabel 1 menunjukkan hasil perhitungan RCA komoditas kelapa Indonesia selama periode tahun bernilai lebih besar dari 1 ini berarti komoditas kelapa Indonesia memiliki daya saing. Daya saing tertinggi dicapai Indonesia pada tahun 2006, dan daya saing terendah dicapai Indonesia pada tahun Daya saing komoditas kelapa Indonesia lebih rendah dari Philipina dan Srilanka, tetapi lebih tinggi dari India, Brazil, Thailand, Mexico, United Republik Tanzania, serta Malaysia NEGARA Tabel 1 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) Komoditas Kelapa RCA Indonesia 2,30 2,22 1,83 1,93 2,18 Philipina 9,93 10,48 13,82 12,39 11,34 India 0,04 0,05 0,15 0,19 0,33 Brazil 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 Srilanka 25,82 28,52 26,54 30,28 26,94 Thailand 0,27 0,23 0,20 0,25 0,28 Mexico 0,06 0,06 0,05 0,09 0,08 Un. Rep Tanzania 0,64 0,49 1,20 0,74 1,01 Malaysia 0,14 0,12 0,08 0,15 0,11 Sumber : UNData Comtrade, 2012 yang diolah. 20
3 Faktor-faktor penyebab komoditas kelapa Indonesia memiliki daya saing adalah Indonesia memiliki 1) Areal tanaman kelapa terluas didunia dengan luas areal yang disusul Philipina , dan India ) Produksi kelapa yang dihasilkan oleh Indonesia, tahun menurut FAO menduduki urutan nomor satu didunia dengan jumlah produksi kelapa pada tahun 2010 adalah MT, disusul Philipina sebesar MT dan India sebesar MT. 3) Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar dengan upah buruh yang murah. Dari data BPS diperoleh data bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah berjumlah penduduk, dimana 6,9 juta kepala keluarga sumber penghidupannya dari kelapa. Komoditas kelapa Indonesia memiliki daya saing, namun bila dibandingkan dengan Philipina dan Srilanka ternyata daya saing komoditas kelapa Indonesia masih di bawah Philipina dan Srilanka. Perbandingan antara volume ekspor kelapa dengan harga antara Indonesia, Philipina, dan Srilanka diketahui bahwa harga ekspor komoditas kelapa Indonesia perkilogramnya lebih rendah dari harga kelapa Philipina dan Srilanka. Harga rata- rata komoditas kelapa Indonesia perkilogramnya pada tahun adalah $0,51, Philippina $1,26 dan Srilanka $0,82. Harga komoditas kelapa Philipina dan Srilanka lebih tinggi dari Indonesia, hal ini mengakibatkan daya saing Philipina dan Srilanka lebih tinggi dari Indonesia. Harga komoditas kelapa Indonesia yang rendah tersebut disebabkan antara lain menurut Muslim (2006) produk ekspor komoditas kelapa Indonesia masih lemah dan kelemahan itu disebabkan oleh tingkat harga yang berfluktuasi dan cenderung menurun. Hal itu disebabkan karena Indonesia dalam perdagangan produk agroindustri dipasar dunia hanya berperan sebagai penerima harga (price taker). APCC dalam Agro Inovasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005) perolehan ekspor produk kelapa Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan perolehan negara pesaing utama (Philipina). Padahal bila dibandingkan tingkat harga ekspor antar produk kelapa di kedua negara, harga beberapa produk kelapa asal Indonesia lebih murah. Hal ini dikarenakan faktor kualitas produk, tingginya biaya transportasi, dan kompleksitas prosedur ekspor diduga turut berpengaruh terhadap perolehan manfaat perdagangan (ekspor) produk kelapa Indonesia yang belum maksimal. Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai ratarata dari produksi kelapa Indonesia pada tahun yang digunakan untuk ekspor komoditas kelapa adalah Indonesia (0,8%), Philipina (0,9%) dan Srilanka (3,8%). Srilanka lebih unggul dari Indonesia dan Philipina. Produksi kelapa yang digunakan untuk ekspor agroindustri kelapa Indonesia (5,58%), Philipina (9,40%), dan Srilanka (0,0145%), Philipina disini lebih unggul dari Indonesia dan Srilanka. TAHUN Tabel 2. Perbandingan Ekspor Komoditas Kelapa dan Ekspor Agroindustri Kelapa Indonesia Terhadap Philipina dan Srilanka EKSPOR KOMODITAS KELAPA PER PRODUKSI EKSPOR AGROINDUSTRI KELAPA PER PRODUKSI INDONESIA PHILIPINA SRILANKA INDONESIA PHILIPINA SRILANKA ,0% 1,0% 4,7% 5,5% 11,6% 0,0128% ,7% 0,9% 4,3% 6,3% 10,3% 0,0139% ,7% 1,0% 3,1% 5,4% 10,0% 0,0135% ,7% 0,8% 4,3% 5,2% 9,2% 0,0170% ,9% 0,7% 2,6% 5,5% 5,9% 0,0155% Rata-rata 0,8% 0,9% 3,8% 5,6% 9,4% 0,0145% Sumber : 1) UNData Comtrade, 2) FAOStat 3) APCC yang diolah 21
4 Tabel 3 menunjukkan bahwa devisa yang dihasilkan Philipina selalu lebih besar dari Indonesia dan Srilanka. Hal ini disebabkan karena macam produk agroindustri yang diekspor Indonesia lebih sedikit dari Philipina. Menurut APCC ekspor agroindustri kelapa Indonesia 9 produk, Srilanka 16 produk, dan Philipina sudah dapat mengekspor 22 macam produk agroindustri kelapa. Perbedaan jumlah macam produk agroindustri kelapa yang diekspor Philipina tersebut juga menjadi salah satu faktor penyebab daya saing komoditas kelapa Philipina lebih tinggi dari Indonesia. Selama ini ekspor Indonesia sangat mengandalkan faktor-faktor keunggulan komperatif sebagai penentu utama daya saingnya, terutama daya saing harga, seperti upah buruh yang murah dan sumber daya alam berlimpah sehingga biaya pengadaan menjadi murah. Namun dalam era perdagangan bebas, teknologi know-how dan keahlian khusus yang merupakan faktor keunggulan kompetitif semakin dominan dalam penentuan daya saing. Selain itu adanya tuntutan masyarakat dunia yang makin kompleks menyangkut masalah lingkungan hidup, kesehatan, keamanan membuat faktor keunggulan komperatif semakin kurang penting dibandingkan faktor keunggulan kompetitif (Tambunan,2004). Melihat hal tersebut maka Indonesia perlu mempertimbangkan juga faktor keunggulan kompetitif dalam perdagangannya. Nilai rata-rata total ekspor tahun Indonesia (69%), Philipina (27%), dan Srilanka (4%). Jadi untuk total ekspor Indonesia lebih unggul dari Philipina dan Srilanka. Tabel 3. Perbandingan Nilai Ekspor Komoditas Kelapa dan Agroindustri Kelapa Indonesia, Philipina dan Srilanka (US$) TAHUN EKSPOR KOMODITAS KELAPA EKSPOR AGROINDUSTRI KELAPA INDONESIA PHILIPINA SRILANKA INDONESIA PHILIPINA SRILANKA % 54% 20% 2,43% 96,7% 0,9% % 53% 22% 3,42% 95,8% 0,8% % 59% 19% 2,55% 96,9% 0,6% % 52% 24% 2,22% 97,0% 0,8% % 51% 19% 2,46% 96,9% 0,6% Rata- Rata 26% 54% 21% 2,62% 96,6% 0,7% Sumber : APCC yang diolah Tabel 4. Perbandingan Nilai Ekspor Kelapa dan Nilai Ekspor Agroindustri Kelapa Terhadap Nilai Total Ekspor Indonesia. Philipina, dan Srilanka TAHUN % NILAI EKSPOR KELAPA/ NILAI TOTAL EKSPOR % NILAI EKSPOR AGROINDUSTRI KELAPA/TOTAL EKSPOR INDONESIA PHILIPINA SRILANKA INDONESIA PHILIPINA SRILANKA ,07% 0,29% 0,77% 0,00037% 0,0315% 0,0021% ,07% 0,32% 0,86% 0,00061% 0,0388% 0,0022% ,07% 0,49% 0,94% 0,00067% 0,0714% 0,0025% ,06% 0,38% 0,93% 0,00049% 0,0645% 0,0027% ,06% 0,30% 0,71% 0,00049% 0,0594% 0,0025% Rata-rata 0,06% 0,36% 0,84% 0,00053% 0,05312% 0,0024% Sumber : 1) UNData Comtrade, 2) APCC 22
5 Tabel 4 menunjukkan perbandingan antara nilai ekspor kelapa terhadap nilai total ekspor. Nilai rata-rata Indonesia lebih rendah dibandingkan Philipina dan Srilanka. Srilanka persentase nilai ekspor kelapa terhadap total ekspor lebih unggul dari Indonesia dan Philipina, karena dari nilai total ekspor Srilanka sebesar 0,84% diperoleh dari ekspor kelapa. Hal ini membuat daya saing Srilanka lebih unggul dari Indonesia dan Philipina. Sedangkan untuk perbandingan antara nilai ekspor agroindustri kelapa terhadap total ekspor, Indonesia lebih rendah dari Philipina dan Srilanka. Philipina memiliki nilai lebih unggul dari Indonesia dan Srilanka, karena dari rata-rata nilai total ekspor Philipina terdapat 0,05312% yang diperoleh dari ekspor agroindustri kelapa. Hal ini membuat Philipina memiliki daya saing. Hasil perbandingan dapat disimpulkan bahwa Srilanka memiliki daya saing lebih besar dari Indonesia dan Philipina karena 1) Nilai rata-rata Jumlah produksi kelapa Srilanka yang dipergunakan untuk ekspor komoditas kelapa lebih besar yakni 3,8%, Indonesia 0,80% dan Philipina 0,87%. 2) Nilai rata-rata dari total nilai ekspor Srilanka yang berasal dari ekspor komoditas kelapa persentasenya lebih tinggi yakni 0,84% sedangkan Indonesia 0,06% dan Philipina 0,36%. 3) Nilai rata-rata dari total nilai ekspor Srilanka yang berfungsi sebagai pembagi dalam rumus RCA lebih kecil yakni 4%. Sedangkan Indonesia 69%, dan Philipina 27%. Philipina memiliki daya saing dalam ekspor komoditas kelapa karena 1) Nilai ratarata dari harga komoditas kelapa perkg lebih tinggi yakni $ 1,26 sedangkan Srilanka $ 0,82 dan Indonesia $ 0,51, 2) Nilai rata-rata dari jumlah produksi kelapa yang digunakan untuk ekspor agroindustri kelapa lebih besar yakni 96,6% sedangkan Indonesia 2,6% dan Srilanka 0,7%, 3) Nilai rata-rata dari nilai ekspor komoditas kelapa lebih besar yakni 54% sedangkan Indonesia 26% dan Srilanka 21% 4) Nilai rata-rata dari nilai ekspor agroindustri kelapa lebih besar yakni 96,6%, sedangkan Indonesia 2,6% dan Srilanka 0,7%. 5) Nilai rata-rata dari persentase nilai ekspor agroindustri kelapa terhadap total nilai ekspor lebih besar yakni 0,05312%, Indonesia 0,00053% dan Srilanka 0,0024%, 6) Nilai ratarata dari total nilai ekspor Philipina lebih kecil dari Indonesia, tetapi lebih besar dari Srilanka Indonesia memiliki daya saing pada areal tanaman kelapa, produksi dan produktifitas yang mana hal itu berpengaruh pada jumlah ekspor komoditas kelapa. Nilai RCA yang besar belum dapat dijadikan ukuran bahwa daya saing suatu negara juga besar. Seperti dalam penelitian ini Philipina dan Srilanka memiliki RCA lebih besar dari Indonesia, hal tersebut bukan berarti daya saing komoditas kelapa Indonesia rendah. Srilanka dan Philipina memiliki nilai RCA lebih besar karena total nilai ekspor kedua negara tersebut lebih kecil dari Indonesia. NEGARA Tabel 5. Perbandingan RCA Hasil Penelitian dan Simulasi RCA PENELITIAN RCA SIMULASI Indonesia 2,30 2,22 1,83 1,93 2,18 2,66 2,57 2,15 2,28 2,60 Philippina 9,93 10,48 13,82 12,39 11,34 5,39 5,36 5,81 4,83 4,41 India 0,04 0,05 0,15 0,19 0,33 0,05 0,06 0,17 0,22 0,39 Brazil 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 Srilanka 25,82 28,52 26,54 30,28 26,94 2,00 2,22 1,86 2,19 1,69 Thailand 0,27 0,23 0,20 0,25 0,28 0,31 0,26 0,23 0,29 0,33 Mexico 0,06 0,06 0,05 0,09 0,08 0,07 0,07 0,06 0,10 0,10 Un. Rep Tanzania 0,64 0,49 1,20 0,74 1,01 0,74 0,57 1,41 0,88 1,20 Malaysia 0,14 0,12 0,08 0,15 0,11 0,16 0,14 0,09 0,17 0,14 Sumber : UNData Comtrade,
6 Berikut akan dilakukan simulasi dengan menggantikan total nilai ekspor pada Philipina dan Srilanka menjadi sebesar total nilai ekspor Indonesia. Hasil RCA Simulasi dapat dilihat dalam Tabel 5.Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai RCA simulasi tertinggi adalah Philipina, disusul Indonesia dan Srilanka. Setelah total nilai eksport Philipina diubah menjadi sama besar dengan Indonesia, Philipina memiliki nilai RCA paling besar. Ini berarti bahwa komoditas kelapa Philipina pada dasarnya memiliki daya saing. yang tinggi. Nilai RCA Indonesia dalam simulasi tetap lebih besar dari 1, bahkan nilai RCA simulasi Indonesia lebih besar dari Srilangka tetapi lebih kecil dari Philipina. Ini berarti komoditas kelapa Indonesia memiliki daya saing tetapi lebih rendah dari Philipina. Nilai RCA Srilanka dalam simulasi mengalami penurunan drastis, tetapi masih memiliki daya saing. Daya saing komoditas kelapa Srilanka lebih rendah dari Philipina dan Indonesia. Kesimpulannya nilai RCA Srilanka dalam hasil penelitian memiliki daya saing yang tinggi disebabkan karena total nilai ekspor Srilanka lebih kecil dari Indonesia dan Philipina sehingga menyebabkan nilai RCA Srilanka. menjadi lebih besar dari Indonesia dan Philippina. Comparative Export Performance (CEP) Index digunakan untuk mengukur spesialisasi ekspor suatu negara. Tabel 6 menunjukkan bahwa CEP Indonesia tahun lebih besar dari 1 ini berarti Indonesia terspesialisasi dalam memproduksi dan ekspor komoditas kelapa, tahun lebih kecil dari 1 ini berarti pada tahun tersebut Indonesia tidak terspesialisasi dalam kelapa, Philipina dan Srilanka memiliki CEP >1 ini berarti terspesialisasi dalam kelapa. Negara India, Brazil, Thailand, Mexico, United Republik Tanzania, serta Malaysia memiliki CEP<1 berarti tidak terspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas kelapa.philipina lebih unggul dari Indonesia karena jumlah nilai komoditas kelapa yang diekspor dari tahun selalu lebih tinggi dari nilai komoditas kelapa yang diekspor Indonesia, sedangkan Srilanka lebih unggul karena sebagian besar dari nilai total ekspor berasal dari ekspor komoditas kelapa. Hasil perbandingan antara antara nilai ekspor komoditas kelapa negara terhadap nilai ekspor kelapa dunia.dan perbandingan nilai ekspor komoditas kelapa negara terhadap nilai ekspor dunia, Philipina lebih unggul dari Indonesia dan Srilanka. Berikut akan dilakukan simulasi untuk melihat nilai CEP. Seperti halnya dalam simulasi RCA, dalam CEP simulasi dilakukan dengan mengganti total nilai ekspor negara Philipina dan Srilanka menjadi sama besar dengan total nilai ekspor Indonesia. Tabel 6. Hasil Comparative Export Performance (CEP) Index Komoditas Kelapa NEGARA CEP Indonesia 1,31 1,24 1,07 0,85 0,89 Philipina 2,77 2,79 3,10 2,71 2,53 India -2,67-2,56-1,45-1,49-1,02 Brazil -4,16-4,13-4,64-4,26-4,85 Srilanka 3,73 3,80 3,75 3,60 3,40 Thailand -0,84-1,04-1,15-1,21-1,18 Mexico -2,33-2,40-2,48-2,24-2,38 Un. Rep Tanzania 0,03-0,27 0,65-0,11 0,12 Malaysia -1,51-1,70-2,11-1,72-2,06 Sumber : UNData Comtrade yang diolah 24
7 Tabel 7. Perbandingan Nilai Ekspor Komoditas Kelapa Negara Terhadap Kelapa Dunia dan Nilai Ekspor Dunia TAHUN NILAI EKSPOR KOMODITAS KELAPA NEGARA/KELAPA DUNIA NILAI EKSPOR KOMODITAS KELAPA NEGARA/NILAI EKSPOR DUNIA 2) INDONESIA PHILIPINA SRILANKA INDONESIA PHILIPINA SRILANKA ,031 0,063 0,023 0, , , ,028 0,059 0,024 0, , , ,025 0,068 0,022 0, , , ,022 0,046 0,021 0, , , ,025 0,043 0,016 0, , , Rata-rata 0,026 0,056 0,021 0, , , Sumber : 1)UNData Comtrade, 2) WTO. Org yang diolah Tabel 8 menunjukkan hasil CEP simulasi nilai CEP Indonesia lebih rendah dari Philipina tetapi lebih tinggi dari Srilanka. Jadi dalam CEP simulasi Philipina meskipun mengalami penurunan nilai CEP tetapi nilai CEP simulasi Philipina lebih unggul dari Indonesia dan Srilanka, meskipun nilai total ekspornya diganti menjadi lebih besar dari yang sebenarnya. Hal ini membuktikan bahwa pada dasarnya Philipina terspesialisasi dalam kelapa Hasil CEP simulasi untuk Indonesia besarnya sama dengan CEP hasil penelitian. Jadi Indonesia tidak mengalami perubahan nilai CEP meskipun total nilai ekspor Philippina dan Srilanka diubah menjadi sebesar total nilai ekspor Indonesia. Hasil perbandingan CEP penelitian dan simulasi menunjukkan bahwa nilai CEP simulasi Srilanka mengalami penurunan. Tahun Srilanka terspesialisasi dalam mememproduksi dan mengekspor komoditas kelapa, tetapi pada tahun Srilanka tidak terspesialisasi dalam kelapa. Kesimpulan yang dapat diambil dengan adanya CEP simulasi sebagai perbandingan adalah 1) Srilanka memiliki nilai CEP penelitian lebih besar dari Indonesia dan Philipina karena total nilai ekspor Srilanka lebih kecil dibandingkan Tabel 8. Perbandingan Hasil CEP Penelitian dan Hasil CEP Simulasi NEGARA CEP PENELITIAN CEP SIMULASI Indonesia 1,31 1,24 1,07 0,85 0,89 1,31 1,24 1,07 0,85 0,89 Philipina 2,77 2,79 3,10 2,71 2,53 2,02 1,98 2,07 1,60 1,41 India -2,67-2,56-1,45-1,49-1,02-2,67-2,56-1,45-1,49-1,02 Brazil -4,16-4,13-4,64-4,26-4,85-4,16-4,13-4,64-4,26-4,85 Srilanka 3,73 3,80 3,75 3,60 3,40 1,03 1,09 0,93 0,81 0,45 Thailand -0,84-1,04-1,15-1,21-1,18-0,84-1,04-1,15-1,21-1,18 Mexico -2,33-2,40-2,48-2,24-2,38-2,33-2,40-2,48-2,24-2,38 Un. Rep Tanzania 0,03-0,27 0,65-0,11 0,12 0,03-0,27 0,65-0,11 0,12 Malaysia -1,51-1,70-2,11-1,72-2,06-1,51-1,70-2,11-1,72-2,06 Sumber : 1) Undata Comtrade, 2) Intracen Org, 3) WTO. Org yang diolah 25
8 Indonesia dan Philipina, tetapi setelah total nilai ekspor Srilanka diubah menjadi sebesar total nilai ekspor Indonesia maka CEP Srilanka menjadi rendah. 2) Indonesia nilai CEP tetap stabil, 3) Philipina tetap terspesialisasi dalam kelapa. Nilai CEP Indonesia agar selalu lebih besar dari 1 (terspesialisasi) maka Indonesia dapat melakukannya dengan cara memperbesar jumlah ekspor komoditas kelapa, meningkatkan kualitas kelapa, serta melakukan diversifikasi produk kelapa (pengolahan lebih lanjut). SIMPULAN Komoditas kelapa Indonesia memiliki daya saing. Meskipun demikian daya saing Indonesia lebih kecil dari Philipina dan Srilanka,tetapi lebih besar dari India, United Republik Tanzania, Brazil, Thailand, Mexico, dan Malaysia. Faktor penentu daya saing komoditas kelapa Indonesia adalah luas areal, jumlah produksi dan jumlah penduduk. Keberadaan faktor-faktor yang menjadi penentu daya saing Indonesia seperti luas areal, produksi dan penyerapan tenaga kerja pada pengembangan komoditas kelapa perlu ditingkatkan. DAFTAR PUSTAKA Allorerung, D. dan Z. Mahmud Dukungan Kebijakan IPTEK Dalam Pemberdayaan Komoditas Kelapa. Makalah Utama Dalam Konfrensi Nasional Kelapa V di Tembilahan, Indragiri Hilir, Riau. Riau Oktober Asian and Pasific Coconut Community (APCC) Coconut Statistical Yearbook Jakarta Asian and Pasific Coconut Community (APCC). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa. Agro Inovasi. Departemen Pertanian. Bogor. Basri, Hariadi, 2007, Grand Strategi, Dewan Kelapa Indonesia, diakses tanggal 28 Oktober 2011 pukul WIT. diakses tanggal 25/2/2012, jam WITA 20/2/2012, jam WITA diakses tanggal 5/07/2012, jam WITA diakses tanggal 5/07/2012. Jam WITA FAOSTAT Top Production Coconut.Diakses tanggal 12 Februari Jam WITA Ikhsan, M Dari Pembangunan Pertanian Menuju Pembangunan Pedesaan. Makalah dalam Seminar Nasional Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 ke Depan, Bogor, 9-10 November Muslim, C Analisis Daya Saing Produk Ekspor Agroindustri Komoditas Berbasis Kelapa di Indonesia. Icaseps Working Paper No.87.Deptan. November Serin, V., Civan, A., Revealed Comparative Advantage and Competitiveness : A Case Study for Turkey towards the EU. Journal of Economic and Social Research 10(2), Sugiono Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keduabelas.penerbit Alfabeta. Bandung. Suhardiman, D Bertanam Kelapa Hibrida. Jakarta : Penebar Swadaya Tambunan Globalisasi dan Perdagangan Internasional. Ghalia Indonesia, Bogor. Utkulu, U., Seymen, D Revealed Comparative Advantage and Competitiveness : Evidence for Turkey vis-à-vis the EU/15. To be presented at the European Trade Study Group 6th Annual Conference, ETSG 2004, Nottingham, September. 26
DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KELAPA INDONESIA TERHADAP TIGA NEGARA DI ASIA. Ineke Nursih Widyantari
DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KELAPA INDONESIA TERHADAP TIGA NEGARA DI ASIA Ineke Nursih Widyantari ABSTRACT Indonesia has an area of widest coconut and its products is high ranking in the world. However,
Lebih terperinciJ. Sains & Teknologi, Desember 2012, Vol.12 No.3 : ISSN
J. Sains & Teknologi, Desember 2012, Vol.12 No.3 : 287 296 ISSN 1411-4674 DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KELAPA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN NILAI EKSPOR KELAPA INDONESIA Competitiveness Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinci5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT
27 5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi salah satu tanaman unggulan
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL
KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain
Lebih terperinciANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
Analisis Keunggulan Kompetitif Lada Indonesia di Pasar Internasional ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Agung Hardiansyah, Djaimi Bakce & Ermi Tety Fakultas Pertanian
Lebih terperinciANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF EKSPOR PRODUK BERBASIS KELAPA SULAWESI UTARA
ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF EKSPOR PRODUK BERBASIS KELAPA SULAWESI UTARA Alan Kawa (1), Caroline B. D. Pakasi (2), Juliana R Mandei (2) 1 Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi,
Lebih terperinciANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET
ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET Desi Ratna Sari 1, Ermi Tety 2, Eliza 2 Department of Agribussiness, Faculty of Agriculture,
Lebih terperinciJl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,
ANALISIS TINGKAT DAYA SAING KARET INDONESIA Riezki Rakhmadina 1), Tavi Supriana ), dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU ) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciVIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang
VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber seperti Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciPENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR PRODUK OLAHAN KAKAO INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL (Studi pada Ekspor Produk Olahan Kakao Indonesia tahun )
PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR PRODUK OLAHAN KAKAO INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL (Studi pa Ekspor Produk Olahan Kakao Indonesia tahun 2009-2014) Della Andini Edy Yulianto Dahlan Fanani Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang devisa negara yang
Lebih terperinciDAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Nuhfil Hanani dan Fahriyah. Abstrak
1 DAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Nuhfil Hanani dan Fahriyah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisis kinerja ekonomi karet Indonesia dan menganalisis daya karet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya
Lebih terperinciANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN
ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN 2012-2016 Murjoko Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret email: murjoko@outlook.com Abstrak Indonesia merupakan negara yang
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016
No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
» Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 1 No. 1, 2009 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia Komoditi perkebunan Indonesia rata-rata masuk kedalam lima besar sebagai produsen dengan produksi tertinggi di dunia menurut Food and agriculture organization (FAO)
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki
Lebih terperinciPENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai produsen terbesar di dunia, kelapa Indonesia menjadi ajang bisnis raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses produksi, pengolahan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA
KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciTenaga Kerja Sektor Pertanian: Hasil dari Transformasi Struktural
Tenaga Kerja Sektor Pertanian: Hasil dari Transformasi Struktural Prof. Dr. Bustanul Arifin barifin@uwalumni.com Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri/Ekonom Senior INDEF, Jakarta Professorial
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT DAYA SAING EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA ANALYSIS COMPETITIVENES LEVEL EXPORT FRUIT INDONESIA
AGRISE Volume IX No. 1 Bulan Januari 2009 ISSN: 1412-1425 ANALISIS TINGKAT DAYA SAING EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA ANALYSIS COMPETITIVENES LEVEL EXPORT FRUIT INDONESIA Nuhfil Hanani 1, Rachman Hartono
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Prospek Kakao Indonesia Indonesia telah mampu berkontribusi dan menempati posisi ketiga dalam perolehan devisa senilai 668 juta dolar AS dari ekspor kakao sebesar ± 480 272 ton pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PENDAHULUAN
P R O S I D I N G 134 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Tartila Fitri 1) Suhartini 1) 1) Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang PENDAHULUAN
Lebih terperinciLina Yanti *) dan Widyastutik *)1
Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Dunia Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1 *) Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Jl. Kamper Kampus IPB Darmaga,
Lebih terperinciV. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA
59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek
Lebih terperinciPENGERTIAN EKONOMI POLITIK
PENGERTIAN EKONOMI POLITIK CAPORASO DAN LEVINE, 1992 :31 INTERELASI DIANTARA ASPEK, PROSES DAN INSTITUSI POLITIK DENGAN KEGIATAN EKONOMI (PRODUKSI, INVESTASI, PENCIPTAAN HARGA, PERDAGANGAN, KONSUMSI DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciANALISIS KOMPARASI DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA TERHADAP VIETNAM DAN MALAYSIA DI PASAR ASEAN
ANALISIS KOMPARASI DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA TERHADAP VIETNAM DAN MALAYSIA DI PASAR ASEAN JURNAL YURIKE ARIESHA JURUSAN/ PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017 ANALISIS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk mendatangkan hasil dalam bidang pertanian. tanaman yang diusahakan yaitu tanaman pangan, hortikultura dan tanaman
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara tropis yang merupakan salah satu modal utama untuk mendatangkan hasil dalam bidang pertanian. Dalam bidang pertanian tanaman yang diusahakan
Lebih terperinciKELAPA. (Cocos nucifera L.)
KELAPA (Cocos nucifera L.) Produksi tanaman kelapa selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, juga diekspor sebagai sumber devisa negara. Tenaga kerja yang diserap pada agribisnis kelapa tidak sedikit,
Lebih terperinciANALISIS PERMINTAAN EKSPOR CRUDE COCONUT OIL INDONESIA DI PASAR DUNIA. M. Turukay
TURUKAY: Analisis Permintaan Ekspor ANALISIS PERMINTAAN EKSPOR CRUDE COCONUT OIL INDONESIA DI PASAR DUNIA Analysis of Export Demand of Indonesian Crude Coconut Oil In World Market M. Turukay Program Studi
Lebih terperinciBPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013
Pada Januari 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh tercatat sebesar 103,44 turun sebesar 0,36 persen dibandingkan bulan Desember 2012. Hal ini disebabkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup
Lebih terperinciV KERAGAAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO
V KERAGAAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO 5.1 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kakao Indonesia Pentingnya pengembangan agroindustri kakao di Indonesia tidak terlepas dari besarnya potensi yang dimiliki,
Lebih terperinciSeminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, 9-10 September Tahun 2015 A B S T R A K
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, 9-10 September 2015 Analisis Daya Saing Ekspor Komoditas Kopra Indonesia di Pasar Internasional Analysis of Competitiveness Advantage of Indonesian
Lebih terperinciPERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG
67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
74 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ABSTRAK Komoditas kakao merupakan salah satu penyumbang devisa negara. Tanaman kakao sangat cocok dengan
Lebih terperinciMuhammad Firdaus dan Bayu Geo Sandy Silalahi
Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 23 POSISI BERSAING NENAS DAN PISANG INDONESIA DI PASAR DUNIA Muhammad Firdaus 1 dan Bayu Geo Sandy Silalahi 2 1 Departemen Ilmu Ekonomi,
Lebih terperinciDAYA SAING KARET ALAM INDONESIA DI PASAR DUNIA COMPETITIVENESS OF INDONESIAN NATURAL RUBBER AT WORLD MARKET
Habitat Volume XXV, No. 3, Bulan Desember 2014 ISSN: 0853-5167 DAYA SAING KARET ALAM INDONESIA DI PASAR DUNIA COMPETITIVENESS OF INDONESIAN NATURAL RUBBER AT WORLD MARKET Satriyo Ihsan Radityo 1), Rini
Lebih terperinciIndonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan luas tanaman. ton setara kopra). Namun, hal ini tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai
1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan luas tanaman kelapa sekitar 3,85 juta ha dan produksi sekitar 16,498 miliar butir kelapa (3,3 juta ton
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2015
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) JANUARI 2015 SEBESAR 100,89 No. 02/02/53/Th. XVII, 02 Februari 2015 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan
Lebih terperinciBPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013
Pada Februari, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh tercatat sebesar 103,36 turun sebesar 0,08 persen dibandingkan bulan Januari. Hal ini disebabkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami peningkatan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 02/03/53/Th. XVIII, 02 Maret 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) JANUARI 2015 SEBESAR 101,57 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan
Lebih terperinciANALISIS PANGSA PASAR DAN DAYA SAING CPO INDONESIA DI UNI EROPA
ANALISIS PANGSA PASAR DAN DAYA SAING CPO INDONESIA DI UNI EROPA Dian Widyaningtyas 1, Tri Widodo 2 1 Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial, dan Humaniora. Universitas Aisyiyah Yogyakarta 2 Fakultas Ekonomika dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN
BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN 5.1 Komoditas Perkebunan Komoditi perkebunan merupakan salah satu dari tanaman pertanian yang menyumbang besar pada pendapatan nasional karena nilai ekspor yang tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat kapas yang berasal dari tanaman kapas (Gossypium hirsutum L.) merupakan salah satu bahan baku penting untuk mendukung perkembangan industri Tekstil dan Produk Tekstil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan teknologi tertentu di bidang komunikasi dan informasi telah mengakibatkan menyatunya pasar
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak
Lebih terperinciPOSISI DAYA SAING DAN SPESIALISASI PERDAGANGAN LADA INDONESIA DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI (Studi Pada Ekspor Lada Indonesia Tahun )
POSISI DAYA SAING DAN SPESIALISASI PERDAGANGAN LADA INDONESIA DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI (Studi Pada Ekspor Lada Indonesia Tahun 2009-2013) Feira Aprilia R Zainul Arifin Sunarti Fakultas Ilmu Administrasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan
Lebih terperinciSTUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008
BADAN PUSAT STATISTIK No. 37/07/Th. XI, 1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi
1 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU Eriyati Rosyetti Abstraksi Perkembangan komoditi Crude Palm Oil (CPO) Riau menghadapi berbagai saingan, untuk itu studi analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005 2009 dilaksanakan melalui tiga program yaitu :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar perusahaan semakin ketat dalam suatu industri termasuk pada agroindustri. Salah satu produk komoditi yang saat ini sangat digemari oleh perusahaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Selain sebagai sumber utama minyak nabati, kelapa sawit
Lebih terperinciSITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA *) FEBRUARI 2005
No. 37 / VIII / 1 Juli SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA *) FEBRUARI Jumlah angkatan kerja Februari mencapai 105,8 juta orang, bertambah 1,8 juta orang dibanding Agustus sebesar 104,0 juta orang. Jumlah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sektor ini memiliki share sebesar 14,9 % pada
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL
ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 17 /04/63/Th.XV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI KALIMANTAN SELATAN *) Pada Maret 2011, Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan tercatat 107,64 atau
Lebih terperinciPENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF UNTUK PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KELAPA SECARA TERINTEGRASI
PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF UNTUK PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KELAPA SECARA TERINTEGRASI Banun Diyah Probowati 1, Yandra Arkeman 2, Djumali Mangunwidjaja 2 1) Prodi Teknologi Industri Pertanian, Fak Pertanian
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2014
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2014 NILAI TUKAR PETANI (NTP) MEI 2014 SEBESAR 99,90 No. 02/06/53/Th. XVII, 02 Juni 2014 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Mei 2014 didasarkan
Lebih terperinciJIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014
ANALISIS POSISI DAN TINGKAT KETERGANTUNGAN IMPOR GULA KRISTAL PUTIH DAN GULA KRISTAL RAFINASI INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL (Analysis of the Position and Level of Dependency on Imported White Sugar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar didunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2014
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2014 NILAI TUKAR PETANI (NTP) APRIL 2014 SEBESAR 98,52 No. 02/05/53/Th. XVII, 02 Mei 2014 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan April 2014
Lebih terperinciPengaruh Jumlah Produksi, Harga Ekspor, Dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Batu Bara Indonesia Tahun
E-Jurnal EP Unud, 4 [2] : 90-95 ISSN: 2303-0178 Pengaruh Jumlah Produksi, Harga Ekspor, Dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Batu Bara Indonesia Tahun 1992-2012. I Gusti Bagus Kumbayana
Lebih terperinciPENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan
PENDAHULUAN Latar belakang Kakao adalah salah satu komoditas unggulan perkebunan yang prospektif serta berpeluang besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena sebagian besar diusahakan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditas yang bisa diandalkan sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman perkebunan
Lebih terperinciANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA
Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada
Lebih terperinciVolume 6, Nomor 2, Desember 2010
Volume 6, Nomor 2, Desember 21 Deteksi Perubahan Genetik Pada K elapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Abnormal Dengan Teknik R A PD H. HETHARIE... 45 Prediksi Debit A liran Permukaan dan Pengendaliannya
Lebih terperinciKOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA
JURNAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN ISSN : 2337-9572 MARKET INTELLIGENCE KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan (2000-2010). Data sekunder diperoleh dari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 02/10/53/Th. XIX, 03 OKTOBER 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI SEPTEMBER 2016 NILAI TUKAR PETANI (NTP) SEPTEMBER 2016 SEBESAR 102,03 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan
Lebih terperinciBab 5 H O R T I K U L T U R A
Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang menjadi andalan. adalah subsektor perkebunan. Komoditi unggulan dari sektor perkebunan yaitu,
I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang perekonomiannya bertumpu pada sektor pertanian. Salah satu subsektor pertanian yang menjadi andalan adalah subsektor perkebunan.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 48/05/Th. XVIII, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL MENCAPAI US$13,08 MILIAR Nilai ekspor Indonesia April mencapai US$13,08
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris sebagian penduduknya adalah petani. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris sebagian penduduknya adalah petani. Hal ini berarti Indonesia merupakan salah satu produsen hasil-hasil pertanian. Tetapi sistem
Lebih terperinciDAYA SAING EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
DAYA SAING EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Ariel Hidayat* dan Soetriono** *Alumnus PS Agribisnis Pasca Sarjana Universitas Jember **Dosen Fakultas Pertanian Uniersitas Jember ABSTRACT
Lebih terperinci