BAB IV ANALISIS KEUANGAN DAN STRATEGI BISNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS KEUANGAN DAN STRATEGI BISNIS"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS KEUANGAN DAN STRATEGI BISNIS 4.1. Komposisi Struktur Modal Modal perusahaan secara praktis terbagi dalam dua bagian yaitu, bagian modal sendiri (equity) dan pinjaman (debt). Perusahaan dapat melakukan perencanaan terhadap komposisi struktur modal mengacu pada resiko yang melekat kepada masing-masing sumber pendanaan. Resiko tercermin dalam cost of debt (kd) dan cost of equity (ke), mengingat kd adalah biaya modal kepada pemberi pinjaman dan ke adalah biaya modal dari pemegang saham. Tujuan dari perencanaan komposisi struktur modal adalah untuk mencapai biaya modal rata-rata (weighted average cost of capita/wacc) yang minimal. Akan tetapi mengingat modal PT PETROSS adalah 100% dari setoran pemegang saham maka tujuan perusahaan untuk struktur modal tidak sama dengan tujuan dari struktur modal secara teori. Tujuan perusahaan untuk sturktur modal adalah untuk mencukupi kebutuhan investasi perusahaan Biaya Hutang (cost of debt/kd) Pada pendirian usaha SPBG ini tidak menggunakan pinjaman sebagai sumber modalnya. Oleh sebab itu cost of debt = 0% Biaya Modal (Cost of Equity/ Ke) PT.Petross dalam pendiriannya menggunakan 100% modal sendiri. 43

2 44 No Uraian Aktiva Biaya Aktiva Tetap A Bangunan dan Sarana Pelengkap Lainnya A.1 Bangunan Canopy Rp 450,000,000 A.2 Bangunan Kantor, Control Room Dan Toilet Rp 108,000,000 A.3 Bangunan Engine Room Rp 260,000,000 A.4 Perkerasan Halaman Rp 120,000,000 A.5 Pagar Halaman Rp 44,000,000 Total Rp 982,000,000 B Mesin - Mesin Dan Peralatannya Unit CNG Fueling System Terdiri dari : 2 Set CNG Gas Compressor 1 Rp 1,241,000,000 2 Dispenser Rp 480,000,000 1 Unit Boster Compressor Rp 589,000,000 1 Strorage Cylinder (Low Bank) Rp 738,000,000 1 Strorage Cylinder (Medium/High Bank) Rp 868,000,000 Unit Instalasi Pemipaan Rp 368,000,000 Unit Instalasi Listrik Rp 756,000,000 Total Rp 5,040,000,000 Total Aktiva Tetap Rp 6,022,000,000 Aktiva Lancar C Anggaran untuk Pembelian Bahan Baku Gas selama 3 bulan pertama 3 bulan x Rp 520,244,000 Rp 1,560,672,000 Total Aktiva Rp 7,582,672,000 Tabel 4.1 Biaya modal awal 4.2 Penjualan dan Biaya Penjualan Harga jual gas jenis CNG disesuaikan dengan harga yang dijual di SPBU SPBU yang beroperasi pada saat ini, yaitu sebesar Rp 3000,- /LSP. Jadi untuk mengetahui harga bersih pendapatan penjualan CNG setelah dikurangkan pajak yang nilainya 10 % adalah Rp 2727,- / LSP. Harga Pokok Produksi

3 45 Harga pokok produksi adalah biaya biaya yang terjadi dalam rangka proses produksi. a. Tenaga kerja Tenaga kerja yang digunakan adalah untuk operator dan supervisor. Upah tenaga kerja langsung mengalami kenaikan sebesar 10. %. Untuk pengoperasian SPBBG diperlukan tenaga kerja yang sifat kerjanya dengan menggunakan 2 shift untuk setiap harinya dimana pembagian waktunya : shift I, jam dan shift II, jam Selain itu terdapat pula 1 shift yang diliburkan, jadi komposisinya adalah shift I pagi, shift II siang dan yang shift III libur, rotasi akan bergeser terus setiap harinya Setiap shift diperlukan 2 orang operator dan 1 orang supervisor. Besarnya gaji untuk masing masing jabatan adalah sebagai berikut : 1. 6 Rp 1,000,000, Rp 2,500,000,- Sebagai tenaga kerja pendukung juga, diperlukan security sebanyak 6 orang, dimana sifatnya terbagi menjadi 3 shift yaitu 2 hari pagi, 2 hari malam dan 2 hari libur. Biaya tenaga kerja pendukung, 6 Rp 750,000,- b. Overhead Overhead adalah biaya manufacturing tidak langsung yang terjadi lama rangka proses produksi dimana biaya ini tidak dapat digabungkan kepada biaya bahan langsung seperti biaya tenaga kerja.

4 46 Overhead terdiri dari: i. Biaya bahan baku Bahan baku berupa gas yang bentuknya menjadi CNG (Compressed Natural Gas). Diketahui bahwa untuk koridor III jumlah bis yang akan beroperasi adalah 35 bis, sedangkan untuk setiap bis nya per hari memerlukan 260 LSP (Liter Setara Premium). Jadi untuk perhitungan bulanannya adalah 35 bis x 260 LSp yaitu 273,000 LSP. Biaya bahan baku berupa gas yang di didapat dari PGN dibagi menjadi dua golongan, yang pertama adalah biaya tarif gas industri dengan satuan USD dan biaya toll fee dengan satuan Rupiah. Untuk satuan gas menggunakan satuan M3 (Meter Kubik), jadi jumlah gas dalam satuan LSP yang diperlukan PT.PETROSS sebaiknya dirubah menjadi satuan M3. Untuk 1 M3 = 0.96 LSP. Berikut adalah contoh perhitungan perubahan satuan dari LSP ke M3, 273,000 LSP : 0.96 yaitu 284,375 M3. Dari hasil kebutuhan gas yang didapat maka selanjutnya dilakukan simulasi terhadap prosedur perhitungan biaya pembelian gas dari PGN

5 47 1. Tarif gas industri dalam USD Tabel Pemakaian Minimum - Maksimum (Tanpa Biaya) ,000 M3 1 MBTU 27,000 M3 Jumlah Pemakaian Gas 284,375 M3 Tarif MBTU dalam USD $ 3,400 Jumlah gas dalam M3 yang dikenakan biaya 284,375 M3-10,000 M3 = 274,375 M3 Jumlah gas dalam MBTU yang dikenakan biaya 274,375 M3 / 27,000 M3 = Perhitungan Tarif Pemakaian Gas dalam MBTU $ 34, Asumsi 1 USD = Rp 9,100,- Rp 314,413,426 Tabel 4.2 Tarif gas industri 2. Toll fee dalam Rupiah Tabel Pemakaian Minimum - Maksimum ,000 M3 Rp Tarif Dalam Pemakaian Minimum Maksimum 2,200 Rp Tarif Diatas Pemakaian Maksimum 670 Jumlah Pemakaian Gas 284,375 M3 Perhitungan Tarif Pemakaian Gas Perhitungan Tarif Pemakaian Gas Minimum Maksimum 10,000 M3 x Rp 2,200 = Rp 22,000,000 Perhitungan Tarif Pemakaian Gas diatas Maksimum (284,375 M3-10,000 M3) x Rp 670 = Rp 183,831,250 Total Biaya dalam Rupiah Rp 205,831,250 Tabel 4.3 Toll fee gas dalam rupiah ii. Biaya listrik Listrik digunakan untuk menjalankan mesin mesin yang berhubungan dengan proses pendistribusian ke kendaraan, dan juga berupa listrik yang sifatnya pendukung. Biaya listrik

6 48 diproyeksikan akan mengalami kenaikan sebesar 10 % untuk setiap tahunnya. Besarnya listrik adalah sebagai berikut Rp 3,000,000,- /bulan. iii. Biaya pemeliharaan mesin Pemeliharaan mesin dilakukan secara mandiri oleh bagian operasi dan dilakukan secara berkala. Biaya biaya yang dikeluarkan adalah untuk membeli sparepart dan membeli alat pembersih. Untuk tahun berjalan biaya akan mengalami kenaikan sebesar 10% untuk setiap tahunnya. Besarnya biaya pemeliharaan mesin adalah sebagai berikut Rp3,000,000,- /bulan. Biaya biaya: a. Biaya Pemasaran Biaya pemasaran adalah seluruh biaya yang digunakan untuk mendukung aktivitas pemasaran produk gas yang dijual oleh PT.Petross. Termasuk dalam kegiatan biaya pemasaran ialah biaya advertising, biaya advertising yang dikeluarkan tergantung dengan kegiatan advertising yang dilakukan oleh bagian Marketing setiap tahunnya. Besarnya biaya pemasaran adalah sebagai berikut Rp4,500,000,- /bulan b. Biaya Administrasi Terdiri dari biaya pantry, biaya perlengkapan kantor dan biaya perlengkapan kerja. Biaya ini mengalami kenaikan sebesar inflasi tahun

7 49 berjalan. Besarnya biaya administrasi adalah sebagai berikut Rp1,000,000,- /bulan c. Biaya Telepon Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk keperluan pemabayaran telepon setiap bulannya. Biaya ini mengalami kenaikan sebesar inflasi tahun berjalan. Besarnya biaya telepon adalah sebagai berikut Rp1,000,000,/bulan. 4.3 Analisis Keuangan Sensitivity Analysis Untuk perhitungan sensitivity analysis dapat dilihat pada lampiran halaman 75. Dalam tabel tersebut dapat dilihat nilai net keuntungan sebelum pajak yang mencapai nilai positif dengan pengaruhnya terhadap jumlah bis yang layak untuk dilakukan bekerjasama. Dari perhitungan dijelaskan bahwa jumlah total penjualan liter setara premium (LSP) gas perbulan untuk tiap bisnya adalah 30 hari x 260 LSP/bulan yaitu 7800 liter untuk tiap bisnya. Dan untuk lebih jelasnya apabila dilakukan perhitungan mengenai jumlah liter yang akan mendapatkan keuntungan adalah sebagai berikut : 117,000 78,000 Jumlah liter/bulan = 78,000 + x16,725, ,725,697 15,855,412 + Jumlah liter/bulan = 78, ,021 =98,021 liter/bulan.

8 50 Dari hasil diatas maka dihitunglah jumlah bis yang dapat menguntungkan apabila dilakukan kerjasama. Berikut adalah perhitungan jumlah bis yang dapat menguntungkan apabila dilakukan kerjasama. Jumlah bis tiap bulan = 98,021 7,800 = 13 bis. Angka 13 bis diatas maksudnya adalah jumlah minimum bis yang apabila dilakukan kontrak kerjasama dapat memperoleh nilai keuntungan bagi PT.Petross, setelah memperhitungakan pendapatan dan biaya pengeluaran Perusahaan Pay-Back Period Dikarenakan adanya kontrak antara PETROSS dengan Trans Jakarta Busway berupa pertanggung jawaban mengenai supply BBG ke seluruh kendaran Busway untuk koridor 3 dalam jangka waktu 10 tahun, maka proyeksi untuk arus kas implementasi SPBG dibuat selama 10 tahun juga. Berdasarkan hasil laporan arus kas dari tahun yang dapat dilihat pada lampiran halaman 76 maka dihitunglah aliran kas masuk bersih (net cash flow), dan penjumlahan kumulatifnya tiap tahun

9 51 Tahun Arus Kas Masuk Pertahun Kumulatif 1 Rp (4,949,379,256) Rp (6,553,379,256) 2 Rp (2,543,784,867) Rp (9,097,164,123) 3 Rp (192,831,878) Rp (9,289,996,001) 4 Rp 2,126,830,511 Rp (7,163,165,490) 5 Rp 4,396,979,700 Rp (2,766,185,790) 6 Rp 6,612,664,405 Rp 3,846,478,615 7 Rp 8,768,438,366 Rp 12,614,916,981 8 Rp 10,858,309,491 Rp 23,473,226,472 9 Rp 12,889,410,445 Rp 36,362,636, Rp 14,827,048,292 Rp 51,189,685,209 Tabel 4.4 Pay-back period Perhitungan Pay-back period dilihat dari Net cash flow kumulatif mulai positif di tahun ke-5. Maka Pay-back Period adalah 2,766,185,790 5 tahun + tahun = 5 tahun tahun 6,612,664,405 = 5 tahun + ( x 365 hari) = 5 tahun hari = 5 tahun, 5 bulan, 3 hari. Jadi waktu payback period PT.Petross untuk SPBBG adalah 5 tahun 5 bulan 3 hari dan investasi dinyatakan layak karena waktu payback period kurang dari 10 tahun.

10 Net Present Value (NPV) Dalam metoda ini diperlukan fakor pendiskonto (discount rate), yang mejadi discount rate yaitu pesimis 8%, moderat 10% dan optimis ditetapkan sebesar 12%. Faktor diskonto diasumsikan cukup kecil yaitu dalam rentang 8% hingga 12% dikarenakan bisnis SPBG yang diterapkan PETROSS resikonya tergolong cukup kecil, karena PETROSS sendiri sudah memilik market yang dapat kalkulasi sejak awal dibuatnya SPBG, yaitu Busway dengan ikatan kontrak selama 10 tahun. Data beikutnya yang dibutuhkan adalah Net cash flow yang berasal dari perhitungan arus kas perusahaan. Bisnis dinyatakan layak apabila nilai NPV lebih besar dari 0 (positif). Data yang digunakan disini berdasarkan laporan arus kas PT.Petross tahun yang dapat dilihat pada lampiran halaman 76. Year Net Cash Flow Discount Factor Investasi Present Value Cash Flow 1 Rp (4,949,379,256) Rp (4,583,125,191.06) 2 Rp (2,543,784,867) Rp (2,180,023,631) 3 Rp (192,831,878) Rp (153,075,730) 4 Rp 2,126,830, Rp 1,563,284,231 5 Rp 4,396,979, Rp 2,992,496,444 6 Rp 6,612,664, Rp 4,165,978,575 7 Rp 8,768,438, Rp 5,111,999,567 8 Rp 10,858,309, Rp 5,863,487,125 9 Rp 12,889,410, Rp 6,444,705, Rp 14,827,048, Rp 6,864,923,359 Total Rp 7,582,672,000 Rp 26,090,649,972 NPV Rp 18,507,977,972 Positif Tabel 4.5 Net Present Value with Discount factor 8% Dalam perhitungan net present value diatas hasilnya yaitu Rp 18,507,977,972 dan hasil tersebut positif, berarti investasi layak untuk dijalankan.

11 53 Year Net Cash Flow Discount Factor Investasi Present Value Cash Flow 1 Rp (4,949,379,256) Rp (4,499,480,681.63) 2 Rp (2,543,784,867) Rp (2,102,183,814) 3 Rp (192,831,878) Rp (144,874,590) 4 Rp 2,126,830, Rp 1,452,625,239 5 Rp 4,396,979, Rp 2,730,084,696 6 Rp 6,612,664, Rp 3,729,542,724 7 Rp 8,768,438, Rp 4,498,208,882 8 Rp 10,858,309, Rp 5,070,830,532 9 Rp 12,889,410, Rp 5,465,110, Rp 14,827,048, Rp 5,723,240,641 Total Rp 7,582,672,000 Rp 21,923,103,657 NPV Rp 14,340,431,657 Positif Tabel 4.6 Net Present Value with Discount factor 10% Dalam perhitungan net present value diatas hasilnya yaitu Rp 14,340,431,657 dan hasil tersebut positif, berarti investasi layak untuk dijalankan. Year Net Cash Flow Discount Factor Investasi Present Value Cash Flow 1 Rp (4,949,379,256) Rp (4,419,795,675.61) 2 Rp (2,543,784,867) Rp (2,027,396,539) 3 Rp (192,831,878) Rp (137,296,297) 4 Rp 2,126,830, Rp 1,352,664,205 5 Rp 4,396,979, Rp 2,493,087,490 6 Rp 6,612,664, Rp 3,352,620,853 7 Rp 8,768,438, Rp 3,963,334,141 8 Rp 10,858,309, Rp 4,386,757,034 9 Rp 12,889,410, Rp 4,653,077, Rp 14,827,048, Rp 4,774,309,550 Total Rp 7,582,672,000 Rp 18,391,361,933 NPV Rp 10,808,689,933 Positif Tabel 4.7 Net Present Value with Discount factor 12% Dalam perhitungan net present value diatas hasilnya yaitu Rp 10,808,689,933 dan hasil tersebut positif, berarti investasi layak untuk dijalankan.

12 Profitability Index Pada faktor diskon 8% Profitability index yang didapat apabila investasi di tahun ke-nol Rp 7,582,672,000 dan nilai NCIF atau nilai aliran kas sekarang adalah sebesar Rp 18,507,672,000 maka: PI 18,507,977,972 = = 7,582,672, Proyek tersebut layak untuk dijalankan jika PI > 1. Pada faktor diskon 10 % Profitability index yang didapat apabila investasi di tahun ke-nol Rp 7,582,672,000 dan nilai NCIF atau nilai aliran kas sekarang adalah sebesar Rp 14,340,431,657 maka: PI = 14,340,431,657 7,582,672,000 = 1.89 Proyek tersebut layak untuk dijalankan jika PI > 1. Pada faktor diskon 12 % Profitability index yang didapat apabila investasi di tahun ke-nol Rp 7,582,672,000 dan nilai NCIF dan nilai NCIF atau nilai aliran kas sekarang adalah sebesar Rp 10,808,689,933 maka: PI 10,808,689,933 = = ,582,672,000 Proyek tersebut layak untuk dijalankan jika PI > 1.

13 Internal Rate of Return (IRR) Dalam perhitungan IRR dilakukan proses trial and error pada discount rate tertentu, pada perhitungan ini digunakan discount rate 10% dan 30% untuk mengetahui nilai IRR dengan korelasi NPV = 0. Tabel Year Net Cash Flow DF 10% Present Value Cash Flow DF 30% Present Value Cash Flow 1 Rp (4,949,379,256) Rp (4,499,480,682) Rp (3,806,072,648) 2 Rp (2,543,784,867) Rp (2,102,183,814) Rp (1,505,920,641) 3 Rp (192,831,878) Rp (144,874,590) Rp (87,738,504) 4 Rp 2,126,830, Rp 1,452,625, Rp 744,390,679 5 Rp 4,396,979, Rp 2,730,084, Rp 1,182,787,539 6 Rp 6,612,664, Rp 3,729,542, Rp 1,368,821,532 7 Rp 8,768,438, Rp 4,498,208, Rp 1,394,181,700 8 Rp 10,858,309, Rp 5,070,830, Rp 1,335,572,067 9 Rp 12,889,410, Rp 5,465,110, Rp 1,211,604, Rp 14,827,048, Rp 5,723,240, Rp 1,082,374,525 Total Rp 21,923,103,657 Total Rp 2,920,000,831 Investasi Rp (7,582,672,000) Investasi Rp (7,582,672,000) NPV'' Rp 14,340,431,657 NPV' Rp (4,662,671,169) 4.7 Internal Rate of Return Tabel 4.8 Internal Rate of Return 30% 10% IRR = 10% + 14,340,431,657 4,662,671,169 14,340,431,657 x IRR = 10% % ==== > 25.1 % Jadi pada discount rate sebesar 25.1 %, NPV = 0.

14 Analisis Strategi Bisnis Analisis SWOT Agar PT. PETROSS dapat tetap eksis maka digunakan analisis internal dengan menerapkan SWOT, yaitu : 1. Strengths a. Memiliki SPBG yang dapat memenuhi kebutuhan seluruh Busway untuk koridor yang sudah ada. b. Memiliki teknologi pengisian SPBG yang maju dimana mesin pengisi BBG tersebut memiliki mesin kompresi, bila tekanan dari PGN tidak bagus maka mesin tersebut dapat menaikkan tekanan hingga 20%. c. Memiliki SDM yang profesional di tingkat level menengah ke atas, orang-orang yang membawahi tiap-tiap divisi memiliki pengalaman dibidangnya selama kurang lebih 5 tahun. 2. Weaknesses a. Skill SDM yang masih harus ditingkatkan dengan training training mengenai pengoperasian bahan bakar gas ke kendaraan terutama di level bawah, karena bisnis SPBG ini masih baru dan masih tergolong baru dan akan berkembang. b. Departemen pemasaran yang belum optimal, dimana masih perlu adanya edukasi ke masyarakat mengenai penggunaan BBG untuk kendaraan.

15 57 c. Struktur organisasi yang belum terstruktur dengan baik dimana salah satunya adalah Divisi General Affair masih bergabung dengan Divisi Keuangan. 3. Opportunities a. Belum banyak stasiun berbahan bakar gas yang ada di Kota Jakarta maupun di luar Jakarta sehingga merupakan suatu peluang untuk melebarkan sayap perusahaan. b. Cadangan BBG di Indonesia yang masih sangat banyak jika dibandingkan dengan cadangan BBM. c. Tingkat harga BBM yang terus meningkat, sehingga dibutuhkan jenis energi alternatif. 4. Threats a. Persaingan terhadap energi alternatif lain seperti biodiesel, biosolar. b. SPBG umum yang dimiliki oleh Pertamina, walaupun jumlah SPBG umum tidaklah banyak akan tetapi dapat mempengaruhi persaingan. c. Adanya perusahaan-perusahaan SPBU asing seperti dari Malaysia (Petronas) dan Amerika (Shell) yang masuk ke Indonesia yang akan menerapkan system yang sama yaitu bahan bakar jenis gas.

16 Strategi Analisis SWOT Setelah melakukan analisa kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dihadapi oleh PT. PETROSS maka tahap selanjutnya adalah dapat melakukan kombinasi analisa tersebut agar kelemahan dapat diatasi dengan kekuatan, yang diantaranya adalah: 1. SO Dalam strategi ini perusahaan menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk mengatasi ancaman-ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Strategi yang dilakukan perusahaan adalah: Melakukan investasi dengan membangun SPBG baru di daerah-daerah yang berprospek baik. Tetap melakukan kerjasama yang baik agar dalam tender-tender selanjutnya untuk proyek koridor berikutnya tetap terpilih sebagai pemegang ternder utama dalam pengadaan gas sebagai bahan bakar BUSWAY. 2. ST Perusahaan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancamanancaman yang dihadapi oleh perusahaan adalah: Melakukan sounding ke masyarakat dengan melaksanakan marketing dan iklan yang baik kepada masyarakat tentang keberadaan, hemat energi dan ramah lingkungan. (Contohnya adalah dengan memasang iklan di baliho atau dengan memasang iklan di badan BUSWAY)

17 59 Bekerjasama dengan pemerintah bersama-sama untuk menggalakkan program Kota Jakarta yang bebas polusi. 3. WO Perusahaan menggunakan peluang yang ada untuk mengatasi kelemahankelemahan yang dimiliki perusahaan. Menambah jumlah SPBG ditempat yang strategis di kota maupun daerah. Melakukan tender baru untuk program Busway koridor selanjutnya dengan memaksimalkan dan menambah SPBG 4. WT Dalam meminimalkan kelemahan yang ada seta menghindari ancaman yang dihadapi, adapun strategi perusahaan tersebut adalah: Meningkatkan system pelayanan yang baik kepada setiap konsumen. Meningkatkan SDM sehingga dapat meningkatkan teknologi energi gas.

18 60 Faktor Eksternal Ancaman (Threats) Faktor Internal Peluang (Opportunities) Kekuatan (Strengths) Melakukan sounding ke masyarakat dengan melaksanakan marketing dan iklan yang baik kepada masyarakat tentang keberadaan, hemat energi dan ramah lingkungan. Bekerjasama dengan pemerintah bersama-sama untuk menggalakkan program Kota Jakarta yang bebas polusi. Melakukan investasi dengan membangun SPBG baru di daerahdaerah yang berprospek baik. Tetap melakukan kerjasama yang baik agar dalam tender-tender selanjutnya untuk proyek koridor berikutnya tetap terpilih sebagai pemegang ternder utama dalam pengadaan gas sebagai bahan bakar BUSWAY. Kelemahan (Weaknesess) Meningkatkan system pelayanan yang baik kepada setiap konsumen. Meningkatkan SDM sehingga dapat meningkatkan teknologi dari energi gas. Menambah jumlah SPBBG ditempat yang strategis di kota maupun daerah. Melakukan tender baru untuk program Busway koridor selanjutnya dengan memaksimalkan dan menambah SPBBG Tabel 4.9 Analisa Matrix SWOT Analisis Porter s Model Berikut adalah gambaran kondisi eksternal PT.PETROSS berdasarkan analisis Porter s Model. 1. Bargaining Power of Suppliers Penjelasan dari Bargaining Power of Suppliers adalah suppliers memberikan tekanan yang sangat besar kepada PT. PETROSS sehingga keuntungan yang di dapat kecil akibat dari tekanan tersebut, tekanan yang besar

19 61 dari supplier tersebut sangat bisa terjadi bila supplier tersebut memonopoli seluruh pasar di bisnis gas, sehingga mau tidak mau PT. PETROSS harus menerima harga yang di tawarkan. Bila dilihat dari keadaan pasar saat ini Supplier dari PT. PETROSS adalah PGN (Perusahaan Gas Negara) Pipe line distribution PGN dan Pipe line industri dimasukkan di kategori Bargaining Power of Supplier di karenakan di Indonesia ini PGN masih bersifat memonopoli gas yang ada di Indonesia, walaupun beberapa perusahaan memiliki gas yang telah diolah akan tetapi penjualan gas harus melalui PGN. Besarnya volume atau kapasitas dari jumlah gas yang disuply akan menentukan tingkat harga yang dibebankan kepada PT. PETROSS. Di lain hal pipe line distribution masuk di aspek ini dikarenakan pipa gas yang akan di buat ke SPBG PT. PETROSS di lakukan oleh perusahaan tersebut dan tidak banyak perusahaan yang membuat pipe line. Pembuatan jalur pipa yang menghubungkan antara PGN dengan SPBG yang dimiliki PT. PETROSS menentukan biaya toll fee yang akan dibebankan kepada PT. PETROSS. 2. Bargaining Power of Customers. Pada dasarnya adalah sama bahwa bagaimana bargaining power of customers dapat mempengaruhi tekanan terhadap volume maupun keuntungan.dalam hal ini adalah

20 62 Masyarakat pengguna bahan bakar Angkutan umum yang menggunakan bahan bakar gas. Berdasarkan survei bahwa 54% pengguna BBM berada pada sektor transportasi dimana konsumsi terbanyak adalah angkutan umum seperti kopaja, metromini, taxi, dll. Mereka dapat melakukan pengisian BBM mencapai 30 liter/hari. Jumlah atau volume tersebut tentunya akan menentukan tingkat keuntungan yang akan diperoleh PT.PETROSS. Yang menjadi ancaman adalah tingkat kesadaran mereka untuk beralih dari kendaraan BBM menjadi BBG. 3. Threats of New Entrants Kompetisi dari industri akan masuk ke bisnis tersebut akan semakin besar dikarenakan masuknya pesaing baru di industri bisnis BBG sehingga pengaruh persaingan akan mempengaruhi keuntungan perusahaan. Shell Petronas Saat ini telah bermunculan pesaing-pesaing baru untuk industri SPBU yang dimiliki oleh perusahaan asing di Indonesia. Shell dan Petronas dimasukkan ke dalam Threats of New Entrants dikarenakan perusahaan ini walaupun belum memiliki SPBG di Indonesia akan tetapi Pemerintah Indonesia sudah mulai mencanangkan bahwa segala yang berkaitan dengan distribusi kekayaan alam harus ditender. Ini dapat terlihat bahwa di bandara Indonesia akan diberlakukan tender terhadap pengisian bahan bakar pesawat, sehingga mulai saat ini Pertamina tidak lagi memonopoli terhadap pengisian bahan bakar

21 63 pesawat tersebut, oleh karena itu SPBU asing yang telah ada di Indonesia bisa membuat SPBG baru jika market needs-nya sudah ada dan di lain hal Shell memiliki produksi gas sendiri yang ada di Indonesia dan harga gas di Indonesia dapat bersaing dengan harga gas di dunia. 4. Threats of Substitutes. Ancaman pengganti akan ada jika produk alternatif bermuculan dan berharga lebih murah dengan kualitas yang tidak kalah baiknya. Ancaman ini dapat mempengaruhi dari volume maupun pontensi penjualan, kategori ini dapat pula disebut produk komplemen. Ancaman pengganti untuk PT. PETROSS adalah: BENSIN ALTERNATIF (ex: Biosolar, Biopremium) Adanya produk pengganti dapat dijadikan ancaman, namun setiap produk mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Bensin alternatif ini masuk di kategori Threats of Subtitutes di karenakan pemerintah pada saat ini sedang mengembangkan bensin yang dibuat dari tanaman dimana bisa dapat terus diperbaharui, pada saat ini sudah ada beberapa mobil riset yang sudah menggunakan bahan bakar tersebut walaupun harga pada saat ini masih sangat mahal sebesar Rp ,-/liter. Meskipun dalam segi investasi bahwa bisnis ini memerlukan investasi yang sangat besar akan tetapi pemerintah sudah memberikan pernyataan bahwa jika bahan bakar ini sudah dikembangkan dan market needs-nya sudah banyak maka harga tersebut bisa dikurangi hingga Rp 3.000,-/liter.

22 64 5. Competitive Rivalry within the Industry Kekuatan ini menjelaskan intensitas kompetisi antara pemain bisnis yang sudah ada di dalam bisnis yang sama. Kekuatan dari pesaing yang sangat besar akan sangat mempengaruhi tingkat besarnya keuntungan yang akan di dapat. Pada saat ini pesaing industri yang telah ada di dalam bisnis BBG ini adalah PERTAMINA. Walaupun hanya PERTAMINA yang masih exist di dalam bisnis BBG ini akan tetapi PERTAMINA merupakan pemain besar pula di dalam industri bahan bakar di Indonesia. Saat ini SPBG yang di miliki PERTAMINA sudah berkurang dari 14 menjadi 6 SPBG. Meskipun harga jual PERTAMINA sedikit lebih mahal bila dibandingkan dengan harga jual PT. PETROSS untuk per LSP-nya, namun tetap dapat dijadikan anacaman. Shell Petronas PGN (Perusahaan Gas Negara) Pipe line distribution PERTAMINA Masyarakat pengguna bahan bakar Angkutan umum yang menggunakan bahan bakar gas. Bensin Alternatif Tenaga matahari Tenaga Listrik Gambar 4.1 PT. PETROSS Porter s Model

23 Strategi Analisis Porter s Model Setelah melakukan analisa terhadap adanya faktor eksternal yang dihadapi oleh PT. PETROSS maka tahap selanjutnya adalah merumuskan akan pilihan-pilihan strategi (strategy option) yang dapat dilakukan untuk dapat meredam kekuatan yang dapat mempengaruhi posisi PT. PETROSS pada industri gas, yang diantaranya adalah: a. Memperkecil Bargaining Power of Supplier Strategi yang dapat dilakukan untuk meredam kekuatan dari supplier adalah sebagai berikut : Elaborative Partnership PT. PETROSS dapat melakukan partnership / aliansi dengan PGN atau Pertamina untuk dapat menyediakan pelayanan pengisian BBG di setiap SPBU yang dimiliki oleh Pertamina. Dimana setiap SPBU yang dimiliki Pertamina ada SPBG yang dibuat oleh PT. PETROSS sehingga Pertamina hanya memberikan tempat untuk SPBG sedangkan PT. PETROSS membuat sistemnya. b. Memperkecil Bargaining Power of Customer Strategi yang dapat dilakukan untuk meredam kekuatan dari konsumen adalah sebagai berikut : Elaborative Partnership Strategi partnership dengan Pemerintah dapat dilakukan oleh PT. PETROSS untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan BBG sebagai bahan bakar kendaraan bermotor mereka. Bersama-sama dengan Pemerintah mengkampanyekan penggunaan BBG baik lewat media cetak maupun elektonik.

24 66 c. Memperkecil Treat of New Entrants Strategi yang dapat dilakukan untuk meredam kekuatan dari pesaing baru adalah sebagai berikut : Membentuk Brand Image Brand image dapat dibentuk melalui strategi pemasaran (marketing) yang baik. Contoh bentuk pemasaran yang dapat dilakukan oleh PT. PETROSS adalah dengan membuat iklan pada sisi badan bus transjakarta ataupun bus- bus lain. d. Memperkecil Treat of Substitute Strategi yang dapat dilakukan untuk meredam ancaman akan produk pengganti adalah sebagai berikut : Elaborative Partnership Sama halnya dengan meredam kekuatan dari konsumen yakni PT. PETROSS dapat melakukan strategi partnership dengan Pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan BBG sebagai bahan bakar alternatif yang banyak keunggulannya bila dibandingkan dengan produk-produk penggantinya. Kebijakan-kebijakan Bekerjasama dengan pemerintah membuat Undang-Undang tentang Indonesia yang bebas polusi, yaitu dengan cara bila kendaraan tersebut sudah masuk ke tahap pembuangan yang berbahaya harus dirubah ke bahan bakar gas (khusus untuk mobil). e. Memperkecil Cometitive Rivalry within the Industry

25 67 Strategi yang dapat dilakukan untuk berkompetisi dengan pesaing terdahulu adalah sebagai berikut : Pelayanan yang lebih baik PT. PETROSS dapat memberikan pelayanan lebih (ekstra) disamping pelayanan pengisian BBG guna mendapatkan memberikan pelayanan yang lebih baik dari kompetitornya. Contohnya adalah dengan meyediakan layanan pengisian angin dan pembersihan kaca-kaca kendaraan secara gratis pada setiap kendaraan yang menggunakan fasilitas SPBG-nya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Keuangan Metode analisis keuangan yang digunakan dalam pengukuran pngembalian investasi bisnis SPBG adalah sebagai berikut : a. Sensitivity Analysis Pada perhitungan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Setelah melakukan wawancara dan mengumpulkan data, penulis menggunakan suatu alat analisis untuk mengevaluasi kelayakan investasi produk Fitaliv yakni capital budgeting.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan analisis Capital Budgeting dan analisis sensitivitas pada perusahaan Dian

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. melakukan penghitungan net present value serta payback period. Proyeksi keuangan ini dibuat. Tabel 6.

BAB VI ASPEK KEUANGAN. melakukan penghitungan net present value serta payback period. Proyeksi keuangan ini dibuat. Tabel 6. 76 BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Penjelasan Umum Bagian ini menjelaskan mengenai kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba-rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi yang

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto Nasional (PDB) Indonesia. Sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan kebutuhan akan bahan bakar di Indonesia juga meningkat, oleh karena itu dibutuhkan pula penambahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data tersebut. 4.1. Biaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1 ABSTRAKSI Dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat, maka perusahaan memerlukan strategi yang tepat untuk selalu dapat unggul dalam persaingan. Karena bila salah dalam menerapkan strategi

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 41 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Pilihan Analisis Untuk menganalisis kelayakan usaha untuk dapat melakukan investasi dalam rangka melakukan ekspansi adalah dengan melakukan penerapan terhadap

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Analisis Kelayakan Proyek Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Kebijakan Publik Perlukah membangun rumah sakit baru? Membangun bandara atau menambah

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN Mengelola keuangan suatu usaha bukan hanya dilakukan oleh usaha yang besar saja, tetapi usaha kecil dan menengah juga harus melakukan pengelolaan keuangan dengan baik dan benar. Karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Kewirausahaan II-

Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Modul ke: Analisa Investasi dalam Berwirausaha Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id Evaluasi

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: capital budgeting, dan sensitivity analysis.

ABSTRAK Kata Kunci: capital budgeting, dan sensitivity analysis. ABSTRAK PT. Usaha Panca Samitra merupakan perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor umum. Didirikan pada november tahun 2003 oleh beberapa pengusaha. Pada saat ini PT. Usaha Panca Samitra berencana

Lebih terperinci

ABSTRAK. Penggunaan mesin Auto cutter Metoda Analisa Kelayakan Investasi Proyek 1. Proyek 2 (Jaket)

ABSTRAK. Penggunaan mesin Auto cutter Metoda Analisa Kelayakan Investasi Proyek 1. Proyek 2 (Jaket) ABSTRAK Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan laba dalam persaingan yang semakin ketat pada industri manufacturing di Indonesia maupun terhadap luar negeri, terutama dalam bidang industri garment, dapat

Lebih terperinci

DAFTARISI. BAB I Pendahuluan Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Metode Penelitian...

DAFTARISI. BAB I Pendahuluan Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Metode Penelitian... DAFTARISI Halaman Judul........................................................................... i Halaman pengesahan pembimbing....ii Halaman Pengesahan penguji.........................................................

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan Dan Saran

BAB V. Kesimpulan Dan Saran BAB V Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, maka dapat diperoleh kesimpulan antara lain: 1. Kebutuhan dana untuk investasi awal untuk proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha pada masa sekarang ini menuntut pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha pada masa sekarang ini menuntut pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia usaha pada masa sekarang ini menuntut pelaku ekonomi untuk bertindak seefektif dan seefisien mungkin. Tindakan yang efektif dan efisien

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu A. Pengertian Capital Budgeting Definisi Capital Budgeting menurut Bambang Riyanto (hal 121, thn 1995) adalah keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dimana jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan?

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI Dalam pengambilan keputusan investasi, opportunity cost memegang peranan yang penting. Opportunity cost merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1 ABSTRAK Seorang investor pemilik PT X menilai permintaan dan pangsa pasar di kota Bandung terlihat masih menjanjikan untuk bisnis Depot air Minum isi ulang AMIRA. Tetapi sebelum investor menanamkan modalnya

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI Bagian ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Kebutuhan Dana Tabel VI.1 Kebutuhan Dana Komponen Investasi Jumlah Aktiva Tetap Peralatan: Komputer + Printer (2 set X Rp. 5.000.000) Rp. 10.000.000 Meja

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN Kebutuhan Dana Awal Untuk Pembelian Peralatan. Tabel 6.1 Kebutuhan Dana Awal Untuk Pembelian Peralatan

BAB VI ASPEK KEUANGAN Kebutuhan Dana Awal Untuk Pembelian Peralatan. Tabel 6.1 Kebutuhan Dana Awal Untuk Pembelian Peralatan BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Kebutuhan Dana Awal 6.1.1 Kebutuhan Dana Awal Untuk Pembelian Peralatan Tabel 6.1 Kebutuhan Dana Awal Untuk Pembelian Peralatan Mesin/ peralatan yang dibutuhkan Spesifikasi/merek

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN Pada bab 5 ini mengenai aspek keuangan Ngemilbingits, dan menjelaskan mengenai kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas dan penilaian kelayakan

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN Bagian ini menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, penilaian kelayakan investasi. Proyeksi 3 tahun. 6.1 Kebutuhan

Lebih terperinci

PENILAIAN INVESTASI. Bentuk investasi dibedakan 1. Berdasarkan asset yang dimiliki 2. Berdasarkan lamanya waktu investasi

PENILAIAN INVESTASI. Bentuk investasi dibedakan 1. Berdasarkan asset yang dimiliki 2. Berdasarkan lamanya waktu investasi PENILAIAN INVESTASI I. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman (pengeluaran) modal (uang) waktu sekarang yang hasilnya baru diketahui diwaktu kemudian. Bentuk investasi dibedakan. Berdasarkan asset

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada PT X, mengenai Peranan Capital Budgeting Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Untuk Pembelian Mesin

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENGADAAN MESIN CETAK OFFSET SEPARASI PADA PERCETAKAN PT PATENT PROCESS

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENGADAAN MESIN CETAK OFFSET SEPARASI PADA PERCETAKAN PT PATENT PROCESS ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENGADAAN MESIN CETAK OFFSET SEPARASI PADA PERCETAKAN PT PATENT PROCESS Gideon Hansen - 0600659515 ABSTRAK Penulisan skripsi ini membahas mengenai rencana pengadaan mesin cetak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Usaha Panca Samitra, yang selanjutnya akan disebut sebagai PT. UPS,

BAB I PENDAHULUAN. PT. Usaha Panca Samitra, yang selanjutnya akan disebut sebagai PT. UPS, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan PT. Usaha Panca Samitra, yang selanjutnya akan disebut sebagai PT. UPS, merupakan perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor umum. Didirikan pada november

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii ABSTRAK Penelitian ini membahas mengenai perusahaan yang bergerak di bidang makloon konveksi. Karena kapasitas produksi yang tidak mencukupi, maka perusahaan bermaksud untuk melakukan ekspansi berupa penambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini menyebabkan banyak perusahaan

Lebih terperinci

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI 4.1. KONSEP INVESTASI Penganggaran modal adalah merupakan keputusan investasi jangka panjang, yang pada umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan memberikan

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada PT. X yang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri textile dengan produk utamanya kain polyester. Seperti perusahaan

Lebih terperinci

Minggu-15. Budget Modal (capital budgetting) Penganggaran Perusahaan. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

Minggu-15. Budget Modal (capital budgetting) Penganggaran Perusahaan. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Penganggaran Perusahaan Minggu-15 Budget Modal (capital budgetting) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 Email: ailili1955@gmail.com 1 Pokok Bahasan Pengertian Penganggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup menarik dan menguntungkan tentu saja akan mendorong para pengusaha untuk masuk

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini BAB V RENCANA AKSI Bab ini menjelaskan rencana aksi atau realisasi dari perancangan model bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini meliputi rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Penganggaran Modal. Riska Rosdiana SE., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen.

MANAJEMEN KEUANGAN. Penganggaran Modal. Riska Rosdiana SE., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen. Modul ke: MANAJEMEN KEUANGAN Penganggaran Modal Fakultas Ekonomi & Bisnis Riska Rosdiana SE., M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Modal atau capital merujuk pada aktiva tetap

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Kebutuhan Dana Tabel 6.1 Kebutuhan Dana Keterangan Tahunan Aktiva tetap Seragam Rp 1,100,000 Mesin kasir Rp 3,500,000 Telepon Rp 150,000 Meja kayu panjang Rp 7,500,000 Sofa Rp

Lebih terperinci

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Oleh : Ani Hidayati Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Keputusan Investasi (capital investment decisions) Berkaitan dengan proses perencanaan, penentuan tujuan

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam BAB VI ASPEK KEUANGAN Dalam aspek ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi dari perusahaan Saru

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN 6.1. Kebutuhan Investasi Tahun ke-0 Dalam menjalankan usaha ini, FVN melakukan investasi awal sebesar Rp 100.000.000,- sebelum masuk ke tahun pertama. FVN perlu membeli semua kebutuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...iv. KATA PENGANTAR...v. DAFTAR ISI...viii. DAFTAR TABEL...xii. DAFTAR GAMBAR...xiv. 1.1 Latar Belakang Penelitian...

DAFTAR ISI. ABSTRAK...iv. KATA PENGANTAR...v. DAFTAR ISI...viii. DAFTAR TABEL...xii. DAFTAR GAMBAR...xiv. 1.1 Latar Belakang Penelitian... ABSTRAK Ekspansi merupakan salah satu bentuk penanaman investasi untuk meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan dan perencanaan yang matang terlebih dahulu agar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini Indonesia sedang memasuki era globalisasi, sehingga Indonesia dituntut untuk selalu mengembangkan teknologi di segala bidang agar tidak tertinggal oleh teknologi negara lain. Hal ini juga

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN Bagian ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan ini akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumber pendapatan dari sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional didasarkan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Investasi merupakan suatu tindakan pembelanjaan atau penggunaan dana pada saat sekarang dengan harapan untuk dapat menghasilkan dana di masa datang yang

Lebih terperinci

ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI. : Dedik Fahrudin NPM : Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen

ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI. : Dedik Fahrudin NPM : Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI Nama : Dedik Fahrudin NPM : 11212796 Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen LATAR BELAKANG Studi kelayakan terhadap suatu usaha

Lebih terperinci

Investasi dalam aktiva tetap

Investasi dalam aktiva tetap Investasi dalam aktiva tetap Investasi dalam aktiva tetap Secara konsep Investasi dalam aktiva tetap tidak ada perbedaan dengan Investasi dalam aktiva lancar Perbedaannya terletak pada waktu dan cara perputaran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melakukan wawancara dan mengumpulkan data, penulis menggunakan suatu alat analisis untuk mengevaluasi investasi perluasan usaha Toko Gallery Cellular di Bandung.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ANALISIS SUPPLY DAN DEMAND GAS DI DKI/ JABAR Perkiraan pasokan gas untuk wilayah DKI Jakarta/Jawa Barat berdasarkan data dari ESDM yang ada pada Tabel 2.3 dapat dijabarkan

Lebih terperinci

Bab VI ASPEK KEUANGAN. Tabel 6.1 Kebutuhan Dana

Bab VI ASPEK KEUANGAN. Tabel 6.1 Kebutuhan Dana Bab VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Kebutuhan Dana Agenda furniture membutuhkan dana dengan rincian sebagai berikut: Tabel 6.1 Kebutuhan Dana no Komponen Investasi Jumlah Total 1 Aktiva Tetap A. Mobil Pick Up 112.000.000

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN Analisis aspek keuangan diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Proses penelitian ini dilakukan selama periode Agustus Desember 2012 dan bertempat di PT Panarub Industry. 3.2 Materi Penelitian Subyek

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, perusahaan

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. 6.1 Tabel Sumber Pendanaan. Uraian Sumber Dana Jumlah. Bisnis yang dirancang oleh Andalucia Party Planner memerlukan modal awal

BAB VI ASPEK KEUANGAN. 6.1 Tabel Sumber Pendanaan. Uraian Sumber Dana Jumlah. Bisnis yang dirancang oleh Andalucia Party Planner memerlukan modal awal 83 BAB VI ASPEK KEUANGAN 1.1 Kebutuhan Dana Andalucia Party Planner membutuhkan dana dengan rincian sebagai berikut: 6.1 Tabel Sumber Pendanaan Uraian Sumber Dana Jumlah 1. Modal sendiri Rp. 15.150.000

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja. BAB V RENCANA AKSI Bab V berisi tentang rencana aksi yang dilakukan untuk merealisasikan model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. Untuk mendukung realisasi rancangan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Berdasarkan data-data yang telah diolah oleh penulis, maka diperolehlah suatu hasil perhitungan yang diestimasi sebagai berikut: ESTIMASI

ABSTRAK. Berdasarkan data-data yang telah diolah oleh penulis, maka diperolehlah suatu hasil perhitungan yang diestimasi sebagai berikut: ESTIMASI ABSTRAK Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kelayakan investasi perluasan usaha melalui pembukaan cabang Toko X dengan menggunakan metode Capital Budgeting. Untuk mengevaluasi kelayakan

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Investasi Usaha Produksi Garam

Analisis Kelayakan Investasi Usaha Produksi Garam Universitas Bina Nusantara Jurusan Manajemen Fakutas Ekonomi Skripsi Strata 1 - Semester Genap tahun 2004 / 2005 Analisis Kelayakan Investasi Usaha Produksi Garam Erwan. C 0500550115 Rio 0500553483 Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Jadwal Pembangunan dan Pemasaran Proyek

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Jadwal Pembangunan dan Pemasaran Proyek BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Asumsi-Asumsi Pembangunan 4.1.1. Jadwal Pembangunan dan Pemasaran Proyek Berdasarkan keterangan yang diperoleh, pelaksanaan pembangunan proyek telah dimulai sejak awal

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN 82 BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Kebutuhan Dana Kebutuhan dana pada tahun pertama merupakan investasi awal yang harus didukung dengan modal awal untuk berjalannya usaha. Kebutuhan dana pada bisnis Trendstop

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PROYEK. Oleh Budi Sulistyo

STUDI KELAYAKAN PROYEK. Oleh Budi Sulistyo STUDI KELAYAKAN PROYEK Oleh Budi Sulistyo Studi Kelayakan Proyek Penelitian tentang DAPAT atau TIDAK nya suatu proyek dilaksanakan dengan BERHASIL Manfaat Kelayakan Proyek Manfaat Finansial Manfaat Ekonomi

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa Alam Santosa Aspek Keuangan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Analisis Aspek Keuangan Menentukan sumber dana Menghitung kebutuhan dana untuk aktiva tetap dan modal kerja Aliran Kas Penilaian Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan, penulis akan menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan proses pengerjaan penelitian ini. Antara lain berkenaan dengan latar belakang penelitian, identifikasi

Lebih terperinci

kewirausahaan tentang bagaimana menilai kebutuhan usaha dan cara memperoleh modal

kewirausahaan tentang bagaimana menilai kebutuhan usaha dan cara memperoleh modal kewirausahaan tentang bagaimana menilai kebutuhan usaha dan cara memperoleh modal A. Cara Menilai Kebutuhan Usaha 1. Pengertian Kebutuhan Usaha Pendirian suatu usaha berkaitan erat dengan penyediaan segala

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Umur investasi 6 tahun ( ): Payback Period. > 5 tahun. < 1 tahun. Net Present Value. Rp ,- - Rp 978.

ABSTRAK. Umur investasi 6 tahun ( ): Payback Period. > 5 tahun. < 1 tahun. Net Present Value. Rp ,- - Rp 978. ABSTRAK Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan investasi perluasan usaha yang telah berjalan pada PT DUTANIAGA KHATULISTIWA cabang Bandung hingga akhir periode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam rangka mendukung operasional di area kerja Proyek PLTU 2x100MW Lampung pihak manajemen memutuskan untuk menyediakan 1 unit Genset yang diperlukan untuk menyuplai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada AHASS Pasirkaliki Motor yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada AHASS Pasirkaliki Motor yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada AHASS Pasirkaliki Motor yang akan melakukan ekspansi di antara dua tempat yaitu Cimahi atau Soreang, maka penulis

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci