TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Perusak Kayu Tanda-tanda kerusakan yang terjadi pada kayu oleh faktor-faktor perusak
|
|
- Susanto Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Faktor Perusak Kayu Tanda-tanda kerusakan yang terjadi pada kayu oleh faktor-faktor perusak dapat terlihat dari adanya cacat-cacat berupa lobang gerek (bore holes), pewarnaan (staining), pelapukan (decay), rekahan (brittles), pelembekan (softing), dan lain-lain perubahan yang semuanya merupakan penurunan kualitas dan bahkan kuantitas karena ada juga yang benar-benar memakan habis kayu. Setiap tanda-tanda kerusakan yang terlihat merupakan gejala spesifik dari salah satu faktor penyebab. Sedangkan adanya tanda serangan itu sendiri sekaligus merupakan kriteria bahwa kayu atau hasil hutan yang bersangkutan telah terserang hama, penyakit atau penyebab lainnya (Basri, 1972). Dalam praktek kita sering mengabaikan adanya cacat-cacat dan kerusakankerusakan lain ditimbulkan oleh faktor-faktor perusak ini. Hanya bila secara ekonomis nilai kerugian telah mencapai ambang tertentu (economic threshold) barulah mulai dicari upaya untuk melakukan tindakan pengendalian tertentu agar kerugian dapat dikurangi sampai minimum dan tidak berlanjut kepada bahanbahan lain yang belum terserang. Sebagaimana telah diutarakan di muka, deteriorasi hasil hutan disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu penyebab utama adalah hama. Hama merupakan istilah umum yang diberikan bagi berbagai hewan penyebab kerusakan dalam bidang pertanian (termasuk kehutanan). Hewan-hewan ini adalah serangga, binatang pengerat, mollusca, crustacea dan lain lain. Di antara berbagai penyebab biologis hewani, serangga atau insekta (atau Hexapoda) merupakan yang paling banyak jenis-jenis perusaknya. Di samping
2 serangga, terdapat juga beberapa jenis mollusca dan crustaceae yang merupakan penggerek kayu di laut (marine borers). Penyebab dari faktor biologis nabati (fungi dan bakteria) yang juga disebut penyebab mikrobial merupakan faktor perusak penting di samping serangga. Sebagaimana diketahui bahwa kelas keawetan kayu adalah tingkat ketahanan (keawetan) dari suatu jenis kayu terhadap organisme perusak kayu seperti jamur, serangga dan binatang penggerek dilaut. Suatu jenis kayu yang awet terhadap serangan jamur belum tentu akan tahan terhadap serangan rayap atau penggerek kayu di laut, begitupun sebaliknya. Dan ada anggapan mengatakan bahwa semakin besar berat jenis yang dipunyai suatu jenis kayu tersebut, maka mempunyai ketahanan alami akan tinggi juga (Da Costa, Rudman dan Gay, 1985; Backer, 1975 dalam Tarumingkeng, 2007). Tetapi dari beberapa hasil penelitian yang telah dilaksanakan, menunjukkan bahwa faktor utama yang menentukan ketahanan alami kayu yaitu adanya zat ekstraktif yang bersifat sebagai fungisida dalam kayu, insektisida atau zat lain yang sifatnya racun. Zat ekstraktif yang sifatnya racun terhadap salah satu organisme perusak belum tentu bersifat racun terhadap organisme perusak lainnya. Maka ketahanan alami kayu cenderung bersifat relatif, tergantung kepada organisme yang menyerangnya, biasanya tergantung dimana kayu tersebut akan dipergunakan. Keawetan Alami Kayu Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaian. Kayu dikatakan awet apabila mempunyai umur pakai lama dan mampu menahan berbagai faktor perusak kayu. Dengan kata lain keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap faktor-faktor perusak dari luar kayu itu (Dumanauw, 1990). Nilai
3 suatu jenis kayu sangat ditentukan oleh keawetannya, karena bagaimana pun kuatnya suatu jenis kayu tersebut, penggunaan sebagai bahan bangunan tidak akan berarti jika keawetannya rendah. Pengetahuan tentang keawetan kayu serta faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal yang sangat penting diketahui, mengingat kaitannya dengan pengawetan. Keawetan kayu dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor karakteristik kayu dan lingkungan. Faktor karakteristik kayu yaitu kandungan zat ekstraktif, umur pohon, bagian kayu dalam batang (gubal dan teras), dan kecepatan tempat tumbuh. Sedangkan faktor lingkungan yaitu tempat dimana kayu tersebut dipakai, jenis organisme penyerang, keadaan suhu, kelembaban udara dan lain-lainnya. Ketahanan kayu terhadap serangga dan perusak kayu khususnya yang bersentuhan dengan laut disebabkan oleh kandungan zat ekstraktifnya. Zat ekstraktif dalam kayu berfungsi sebagai racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak tersebut tidak bisa masuk dan tinggal dalam kayu tersebut (Panshin dan de Zeeuw, 1980 dalam Tarumingkeng, 2007). Keawetan alami ialah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar: jamur, rayap, bubuk, cacing laut dan mahkluk lainnya yang diukur dengan jangka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagai unsur racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak tersebut tidak sampai masuk dan tinggal di dalamnya serta merusak kayu.
4 Ada lima penggolongan kelas awet kayu yaitu sebagai berikut: 1. Kelas awet I Lama pemakaian kelas awet I dapat mencapai 25 tahun. Jenis-jenis kayu yang termasuk dalam kelas ini adalah jati, ulin, sawo kecik, merbau, tanjung, sonokeling, johar, bangkirai, behan, resak, dan ipil. 2. Kelas awet II Jenis-jenis kayu yang termasuk kelas awet II yaitu waru, kapur, bungur, cemara gunung, rengas, rasamala, merawan, lesi, walikukun, dan sonokembang. Umur pemakaian dari kelas ini yaitu antara tahun. 3. Kelas awet III Jenis-jenis kayu yang termasuk kelas awet III yaitu ampupu, bakau, kempas, kruing, mahoni, matoa, merbau, meranti merah, meranti putih, pinang, dan pulai. Umur pakai jenis kayu kelas ini mencapai tahun. 4. Kelas awet IV Jenis kayu ini termasuk kurang awet, umur pakainya antara 5 10 tahun. Kayu yang termasuk kelas awet ini yaitu agates, bayur, durian, sengon, kemenyan, kenari, ketapang, perupuk, ramin, surian, dan benuang laki. 5. Kelas awet V Kayu kayu yang termasuk kelas awet V tergolong kayu yang tidak awet karena umur pakainya hanya kurang dari 5 tahun. Contoh kayu yang masuk dalam kelas ini adalah jabon, jelutung, kapuk hutan, kemiri, kenanga, mangga hutan, dan marabung (Duljapar, 1996). Fakta menunjukkan lingkungan Indonesia merupakan daerah tropis. Negeri ini mempunyai kehangatan, kelembaban dan bahan organik dalam tanah
5 yang tinggi, di bawah kondisi tersebut perkembangan organisme khususnya organisme perusak kayu sangat baik. Hal tersebut tercermin dari apa yang disebut sebagai negara mega biodeversity, dimana Indonesia mempunyai jenis serangga, jenis jamur dan 200 jenis rayap. Kenyataan lain menunjukan bahwa 80-85% kayu-kayu Indonesia mempunyai keawetan yang rendah, atau dengan perkayaan kayu-kayu Indonesia mudah diserang oleh organisme perusak kayu. Bahkan, di DKI Jakarta hampir 90% kayu yang beredar adalah kayu yang tidak awet. Indonesia mempunyai banyak jenis kayu, tetapi umumnya adalah kayu yang tidak awet. Pada sisi lain, Indonesia juga mempunyai banyak organisme perusak kayu, seperti rayap, kumbang kayu (beetles), jamur pelapuk, jamur pewarna dan marine borer. Sebagai Gambaran, Indonesia mempunyai tidak kurang dari 200 jenis rayap, yang diantaranya 5 jenis tergolong rayap yang potensial dalam merusak kayu, seperti Coptotermes curvignathus, Coptotermes traviani, Macrotermes gilvus, Microtermes insperatus dan Cryptotermes cynocephalus. Marine borer atau Penggerek Kayu di Laut Organisme perusak kayu dilaut sering disebut dengan Marine Borer.Organisme ini dapat menyebabkan kerusakan yang luas pada bagian-bagian tiang-tiang dan kayu-kayu dermaga yang bersentuhan dengan air asin atau setengah asing dan perahu-perahu yang terbuat dari kayu. Binatang ini tersebar luas di sebagian besar perairan asin di dunia dan lebih banyak merusak di daerahdaerah tropis daripada di daerah sub tropis (Hunt dan Garrat, 1986).
6 Di daerah tropis organisme ini dapat berkembang dengan subur dan dijumpai sepanjang tahun. Pada umumnya organisme ini hidup pada perairan yang mempunyai salinitas sekitar pro mil. Aktifitas perkembangan penggerek kayu di laut dipengaruhi oleh temperatur, salinitas, arus, pasang surut, gerakan ombak dan lain sebagainya (Muslich dan Sumarni, 1987). Adapun penggerek kayu di laut yang sering dijumpai dan banyak menimbulkan kerusakan pada kayu terdiri dari dua golongan yaitu Crustaceae dan Mollusca. Kedua golongan ini masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda, demikian pula cara menyerangnya. Dua tipe serangan yang dikenal adalah Shipworn dan Gribble. Tipe shipworn merupakan tipe penyerangan pada crustacea dengan menempel pada bagian kayu dengan pengeboran yang cenderung lebih pendek sedangkan tipe gribble merupakan tipe penyerangan pada mollusca dengan merusak kayu dengan cara mengebor dan membuat serambi kecil untuk tempat tinggalnya (Muslich dan Sumarni, 1998). Molusca Mollusca tidak bersegmen-segmen. Tetapi, Mollusca mempunyai sistem saraf jantung yang memompa darah dan sistem pencernaan berbentuk tabung, yang dinamakan saluran pencernaan. Di samping itu, Mollusca mempunyai alat yang pada kebanyakan spesiesnya mengeluarkan zat pembentuk dinding yang keras. Mollusca memperlihatkan keanekaragaman yang luas dalam pola strukturnya. Beberapa Mollusca mempunyai dinding yang terbagi menjadi dua. Ada lagi yang dindingnya terbagi-bagi menjadi banyak bagian. Tetapi ada pula anggota-anggotanya yang tidak mempunyai dinding. Beberapa jenis merayap pada
7 permukaan yang keras. Jenis lainnya bergerak sangat perlahan-lahan dengan susah payah melalui pasir dan lumpur, sedangkan ada lagi yang menggunakan pancaran air untuk maju, seperti ikan gurita dan cumi-cumi. Beberapa genera terpenting dari kelas Mollusca yaitu Bankia, Teredo, Martesia dan Xylophage. Bankia dan Teredo termasuk dalam famili Teredinidae sedangkan Martesia dan Xylophege termasuk dalam famili Pholadidae. Teredo dan Bankia sering disebut teredine borer atau shipworn. Binatang ini dapat hidup dan berkembang normal di air yang mempunyai salinitas pro mil. Jenis lain dari Mollusca adalah Martesia dan Xylophage. Martesia striata Linne merupakan salah satu species yang dijumpai di perairan pantai yang mempunyai bentuk seperti buah pear. Kerusakan yang ditimbulkan dapat mudah diketahui, berupa pengikisan bagian luar kayu dengan lubang-lubang yang dangkal. Sedangkan xylophage dorsalis selain merusak kayu juga merusak kabel kawat yang ada di laut. Jenis ini mempunyai panjang tidak lebih dari 40 mm (Muslich dan Sumarni, 1998). Larva dari organisme ini, bebas bergerak dalam air dan menempel pada tiang-tiang dan kayu lain yang terendam, kemudian melubangi kayu dan masuk ke dalam kayu. Sekali berada dalam kayu, binatang ini melanjutkan pengeboran dan menerobos kayu yang cukup untuk pertumbuhan tubuhnya (Hunt dan Garratt, 1986). Lubang yang terbentuk dari kegiatan pengeboran binatang ini biasanya tegak lurus dari permukaan, panjang dan diameternya sesuai dengan ukuran cangkangnya. Kerusakan yang disebabkannya dapat dengan mudah dikenal berupa lubang kayu yang dangkal pada permukaan kayu yang diserang dan kadang-kadang hewan tersebut juga terlihat.
8 Larva cacing kapal menempel pada permukaan kayu dan hanya membuat lubang masuk yang kecil disitu. Sekali ada didalam, cacing-cacing tersebut membuat lubang-lubang yang tidak teratur sepanjang serat. Jika organisme ini tumbuh, lubang-lubang tersebut menjadi bertambah besar hingga kayu menyarang lebah seluruhnya. Lobang-lobang (rongga-rongga) dilapisi dengan bahan yang terbentuk seperti kerang. Cacing kapal sering terpusat dekat garis Lumpur pada tonggak atau pancang dan meninggalkan bukti luar yang kecil tentang kehadirannya hingga kerusakan menjadi berat. Kulit dan kepala cacing kapal mengikis habis kayu untuk membentuk lubang-lubang. Bagian belakang tubuhnya tetap berada dekat lubang masuk untuk dapat memperoleh air dan mengeluarkan sisa-sisa. Jika cacing kapal memanjang dan bersembunyi lebih dalam dari lubang masuknya, panjangnya dapat mencapai beberapa kaki. Kerusakan oleh folad serupa dengan kerusakan oleh cacing kapal kecuali bahwa pengeborannya cenderung lebih pendek. Folad mencapai panjang sampai 2,5 inchi. Folad tetap tampak seperti kerang berkatup dua ketika tumbuh, sedangkan cacing kapal hanya mempunyai satu kulit pada kepalanya, dengan tubuh yang panjang berbentuk seperti cacing di belakangnya. Folad menyerang pangkal-pangkal kayu dengan kerusakan yang lebih besar daripada cacing kapal atau Limnoria karena lebih mudah dikenal dan terdapat pada lapisan permukaan. Daerah penyerangan utama adalah kayu yang terkena pasang naik dan pasang surut.
9 Crustaceae Kira-kira ada lebih dari spesies Crustaceae, kebanyakan kecil dan hampir mikroskopik. Di dalam ekosistem kolam atau danau dan terutama dalam ekosistem laut, konsumen tingkat pertama terutama terdiri dari sejumlah besar hewan Crustaceae. Hewan-hewan ini menjadi makanan utama hewan-hewan lain, dari ikan yang sangat kecil sampai ikan paus raksasa. Teritip (Lepas sp) wujudnya sangat berbeda dengan hewan-hewan Crustacea yang lain. Oleh karena itu teritip dahulu digolongkan dalam phylum Mollusca. Walaupun larvanya hidup dengan berenang-renang bebas, tetapi larva ini akan segera beristirahat dan untuk selanjutnya hidup melekat pada suatu permukaan yang keras di laut, misalnya lunas kapal, malahan dapat melekat pada punggung hewan lain, misalnya penyu. Kelas Crustaceae memiliki tiga genera yang penting yaitu Limnoria, Chelura dan Shpaeroma. Ketiga genera ini memperbanyak diri dengan bertelur. Limnoria disebut juga gribble merusak kayu dengan cara mengebor dan membuat serambi kecil untuk tempat tinggalnya. Serangan Limnoria terlihat seperti bunga karang. Besar kecilnya gerakan air laut dapat mempengaruhi aktifitas dari Limnoria, semakin besar gerakan air laut akan semakin besar dorongan Limnoria membuat lubang untuk tempat berlindungnya, sehingga akan memperluas kerusakan kayu. Jenis lain dari kelas Crustaceae adalah Chelura dan Sphaeroma. Chelura mempunyai ukura sedikit lebih besar dari Limnoria. Biasanya hidup bersama-sama dalam satu sarang dengan Limnoria dan hidup bersimbiosis. Sedangkan Sphaeroma mempunyai ukuran lebih panjang dan lebih gemuk. Sphaeroma ini terdapat diberbagai perairan dan berkembang dengan baik di
10 perairan tropis dan dapat membuat lubang kurang lebih dengan diameter 10 mm dan kedalaman 7 10 mm (Muslich dan Sumarni, 1987). Sphaeroma lebih destruktif disebanding dengan Limnoria, umumnya terdapat di perairan tropic dan sub tropic. Struktur badannya hampir sama dengan Limnoria, tetapi ukurannya jauh lebih besar dan kuat. Saluran-saluran serangan pada kayu lebih lebar dan dapat mencapai kedalaman tiga sampai empat inchi. Tinjauan Jenis Kayu Penelitian Damar (Agathis borneensis) Damar atau agathis borneensis, adalah termasuk dalam famili Araucariaceae, nama lain dari damar yang di jumpai diberbagai daerah adalah kayu damar, damar putih, damar daging, damara, kayu cina, kayu raya, kayu solo. Daerah penyebarannya adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, dan Irian. Ciri umum kayu damar, yang meliputi : a. Warna Warna kayu teras putih kekuning-kuningan sampai kuning jerami, kadangkadang agak merah jambu, lambat laun berubah menjadi coklat emas, sedangkan kayu gubal berwarna putih juga dan tidak jelas warnanya dengan kayu teras. b. Corak Umumnya polos, tetapi kadang-kadang dijumpai jalur-jalur berwarna gelap dan terang bergantian pada bidang longitudinal. Bintik-bintik berwarna coklat yang ditimbulkan oleh jari-jari lebih tegas tampak pada bidang radial.
11 c. Tekstur Tekstur kayu sangat halus dan rata. d. Arah serat Arah serat kayu ini lurus. e. Kilap Permukaan kayu kebanyakan mengkilap f. Kekerasan Kekerasan kayu damar agak lunak sampai kepada yang agak keras, agak ringan dan sampai agak berat. g. Kesan raba Permukaan kayu umumnya licin h. Riap tumbuh Agak jelas terutama pada pohon-pohon yang berumur tua, pada penampang lintang agak kelihatan seperti lingkaran-lingkaran memusat. Struktur atau pori kayu damar tidak mempunyai pori, tetapi mempunyai salauran damar aksial yang menyerupai pori dan tidak mempunyai dinding sel yang jelas. Saluran damar aksial menyebar sangat jarang. Jari-jari sangat halus dan sempit terdiri dari 1 seri, kadang-kadang ada yang fusiform jumlahnya sekitar 4-7 per mm arah tangensial, tingginya terdiri dari 4 15 sel. Kayu damar secara umum termasuk kelas awet IV. Kayu damar termasuk kayu yang mempunyai kekerasan sedang, daya kembang susut dan retak kecil. Keterawatan kayu damar termasuk kelas sedang. Kayu damar termasuk dalam kelas kuat III. Berdasarkan berat jenisnya kayu damar mempunyai berat jenis ratarata 0.47 (0,36-0,64).
12 Kayu damar termasuk kayu yang mudah digergaji dan dikerjakan, apabila diserut menimbulkan permukaan yang licin dan mengkilap. Kayu damar dapat divernis dan setelah didempul dapat dipelitur sampai mengkilap. Kayu damar banyak digunakan sebagai bahan bangunan dibawah atap, perabot rumah tangga, bangunan kapal (tiang layar), panel, barang bubutan, kayu bentukan, pembungkus, cetak mesin; lebih khusus untuk papan dan mistar Gambar, kotak dan batang korek api, pensil, seprator baterai komponen kas piano, kaki palsu, peti the, kotak mentega, vinir untuk kayu lapis dekoratif, kertas bungkus, kertas tulis, kertas cetak dan pulp rayon. Tajuk mencapai tinggi 45 meter, diameter lebih kurang 200 cm tetapi biasanya kurang, batas bebas cabang. Tidak ada akar papan, batang lurus bulat, tidak melilit/berputar, biasanya tidak bercabang, tajuk bentuk kerucut sempit, kulit 1-1,5 cm tebalnya, mengandung banyak damar, tanpa alur memanjang, sedikit mengelupas, kelupasan-kelupasan berbentuk kepingan-kepingan bulat tebal. Durian (Durio zibethinus) Durian atau Durio zibethinus adalah tumbuhan yang termasuk dalam famili Bombacaceae, nama lain dari durian yang dijumpai diberbagai daerah adalah duren, andurian, duriat, duriang, derian, kadu, duria. Durian dapat tumbuh pada tanah daratan kering atau tanah berbatu-batu yang beriklim tropis basah dengan tipe curah hujan A dan B pada ketinggian sampai 1000 m dari permukaan laut. Ciri umum kayu durian, yang meliputi : a. Corak Corak kayu umumnya polos.
13 b. Warna Warna kayu teras coklat muda kemerah-merahan, merah atau coklat merah tua, gubal agak putih, coklat kuning pucat atau merah pucat, batas antara kayu gubal dan teras itu sering tidak tegas. c. Tekstur Tekstur kayu kasar sampai sangat kasar dan merata. d. Arah serat Arah serat kayu ini lurus dan berpadu. e. Kilap Permukaan kayu agak kusam sampai mengkilap f. Kesan raba Permukaan kayu agak licin sampai licin. g. Kekerasan Kekerasan kayu durian agak lunak sampai agak keras. Struktur atau pori kayu durian yaitu baur, soliter dan berganda radial yang terdiri atas 2-3 pori, umumnya berukuran agak besar, frekuensinya sangat jarang, kadang-kadang ada endapan berwarna putih, bidang perforasi sederhana. Tipe parenkima kayu durian apotrakea baur berupa garis-garis tangensial pendek di antara jari-jari, atau ada juga yang bentuk jala. Jari-jari kayu ini sangat sempit sanpai sangat lebar, letaknya jarang sampai agak jarang, ukurannya sampai agak pendek. Kayu durian termasuk kelas kuat II-III, dengan berat jenis rata-rata terendah 0,54 dan tertinggi 0,79 dari 13 jenis. Kayu durian termasuk kelas awet IV/V.
14 Kayu durian banyak digunakan sebagai bangunan dibawah atap, rangka pintu dan jendela, perabot rumah tangga sederhana (termasuk lemari), lantai, dinding, sekat ruangan, kayu lapis, peti, sandal kayu dan peti jenazah, bangunan kapal. Tinggi pohon 40 m atau lebih, panjang batang bebas cabang sampai 25 m, diameter cm, berbanir rendah. Kulit luar berwarna coklat sampai merah tua, kasar dan mengelupas tidak teratur. Meranti Putih (Shorea spp) Meranti Putih atau Shorea spp adalah ternasuk dalam famili Dipterocarpaceae, nama lain meranti yang terdapat di berbagai daerah yaitu damar putih, damar kaca, kedontang putih, pelepak, malapi, tengkuyang, simalambuo. Daerah penyebaran adalah seluruh Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Meranti putih tumbuh dalam daratan tropis dengan curah hujan tropis dengan tipe curah hujan A dan B pada ketinggian m dari permukaan laut, pada tanah kering, tanah yang kadang-kadang atau selamanya tergenang air dalam hutan rawa, tanah liat, tanah berpasir maupun berbatu-batu, pada tanah datar sampai miring. Ciri umum kayu meranti putih, yang meliputi yaitu a. Warna Warna kayu teras berwarna hampir putih bila segar, lambat laun berubah menjadi kuning kecoklatan atau kuning muda, gubal berwarna putih kekuningan. b. Corak Corak kayu pada bidang radial tampak seperti pita.
15 c. Tekstur Tekstur kayu agak kasar dan merata, tetapi lebih halus bila dibandingkan dengan meranti merah d. Arah serat Arah serat kayu jarang lurus, biasanya berpadu sampai sangat berpadu, kadang-kadang bergelombang. e. Kesan raba Permukaan kayu agak licin. f. Kilap Permukaan kayu agak mengkilap sampai mengkilap. g. Kekerasan Kekerasan kayu dari agak lunak sampai keras. Struktur atau pori kayu meranti putih hampir semuanya soliter, sebagian besar bergabung 2-3 dalam arah radial, kadang-kadang berkelompok miring atau hampir tangensial. Diameter umumnya µ, kadang-kadang µ atau lebih dengan frekuensi 2-8 per mm 2, bidang perforasi sederhana. Parenkim termasuk tipe paratrakeal berbentuk selubung tidak lengkap, aliform sampai konfluen terdapat pula parenkim apotrakeal yang berupa pita-pita pendek. Jari-jari hampir seluruhnya multiseriat dan heteroselular, lebar µ, tingginya sampai 400 µ dan ferkuensi 4-8 per mm. Saluran interseluler aksial membentuk deretan pendek dalam arah tangensial, berisi damar berwarna putih atau kuning. Kayu meranti putih termasuk kelas kuat II-III dengan berat jenis rata-rata 0,63 (0,42-0,91). Kayu ini juga termasuk kelas awet III-IV. Kayu meranti putih
16 banyak digunakan untuk vinir dan kayu lapis, papan partikel, lantai, bahan bangunan perkapalan, perabot rumah tangga. Tinggi pohon m, panjang batang bebas cabang 8-37 m, diameter dapat mencapai 180 cm. Bentuk batang lurus dan silindris dengan banir yang dapat mencapai tinggi 3,5 m. Mersawa ( Anisoptera spp) Mersawa atau Anisoptera spp adalah termasuk dalam famili Dipterocarpaceae, nama lain diberbagai daerah yaitu Entenam, sitairak, tenam, berua, kakan, damar kelasi, berua, merayo, merbani asomban, doka, gawi, ansiopi. Daerah penyebarannya seluruh Sumatera kecuali Bengkulu, seluruh Kalimantan, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya. Mersawa tumbuh terpencar-pencar di hutan hujan tropis dalam hutan primer, kadang-kadang tumbuh juga dalam hutan sekunder. Jenis ini tumbuh didaerah dengan tipe curah hujan A, pada tanah datar sampai miring, di kaki bukit, pada tanah berpasir, tanah liat dan tanah berbatubatu yang kering atau kadang-kadang tergenang air atau pada tanah gambut, pada ketinggian sampai 150 m dari permukaan laut. Ciri umum dari kayu mersawa yaitu : a. Warna Kayu teras berwarna berwarna kuning sampai kuning keabu-abuan, bila segar berwarna coklat kemerahan, dapat dibedakan dari gubal yang berwarna putih kekuningan sampai coklat muda.bila segar berbau banir. b.corak Corak kayu ini seperti pita pada bidang radialnya.
17 c. Tekstur Tekstur kayu agak kasar sampai kasar dan merata. d. Arah serat Arah serat kayu ini lurus atau kadang-kadang agak berpadu. e. Kesan raba Permukaan kayu agak kesat. f. Kilap Permukaan kayu sedikit mengkilap. g. Kekerasan Kekerasan kayu dari sedang sampai agak keras. Pori kebanyakan kebanyakan soliter, sebagian kecil berpasangan dalam arah radial, tangensial atau miring, cenderung nampak berkelompok dalam arah tangensial, bentuk pori biasanya lonjong dengan diameter µ, frekuensi 4-8 per mm 2, jarang berisi tilosis, bidang perforasi sederhana. Parenkim termasuk tipe paratrakeal berbentuk selubung lengkap atau aliform. Selain daripada itu terdapat pula parenkim tersebar berbentuk garis pendek yang menghubungkan 2 jari-jari. Jari-jari kebanyakan multiseriat, hereroselular, lebar sampai 100 µ, tinggi sampai 2 mm, frekuensi 4-7 per mm, berwarna kuning pada bidang tranversal. Saluran interselular hanya terdapat arah aksial, kebanyakan tersebar, kadangkadang merupakan deretan panjang dalam arah tangensial. Diameter lebih kecil atau sama dengan pori berisi zat berwarna putih Kayu mersawa termasuk kelas kuat II-III dengan berat jenis rata-rata 0,68 (0,49-0,85). Kayu ini termasuk kelas awet IV.
18 Kayu mersawa biasanya digunakan untuk bahan bangunan ringan di bawah atap, vinir, rangka pintu dan jendela, perabot rumah tangga, perahu, karoseri truk dan dulang (alat pencuci logam). Tinggi pohon sampai 45 m, panjang batang bebas cabang m, diameter sampai 150 cm, bentuk batang silindris. Kulit luar berwarna kelabu, kelabu kuning, kelabu coklat sampai coklat, beralur dangkal dan mengelupas kecil-kecil. Tinggi banir 1,5-3 m, batang pohon mersawa mengeluarkan damar berwarna keputihan-putihann hijau muda, hijau kekuning-kuningan atau kuning. Medang (Cinnamomum parthenoxylon) Medang atau Cinnamomum parthenoxylon adalah termasuk dalam famili Lauraceae, nama lain di berbagai daerah yaitu kayu gadis, kayu lada, madang loso, medang lesa, medang sahang, kipedas, kisereh, selasihan, marawali, merang, parari, pelarah, peluwari dan palio. Daerah penyebarannya seluruh Indonesia. Tinggi pohon dapat mencapai 35 m, panajng batang bebas cabang m, diameter samapi 90 cm. Batang pada umumnya berdiri tegak, berbentuk silindris, kulit luar berwarna kelabu, kelabu-coklat, coklat merah sampai merah tua kadang kadang beralur dangkal atau mengelupas kecil-kecil. Ciri umum dari kayu medang yaitu : a. Warna Kayu teras berwarna berwarna bervariasi dari kuning sampai hijau zaitu, coklat merah muda, merah coklat, coklat kuning, coklat tua, bahkan sampai coklat kehitam-hitaman tergantung kepada jenis botanisnya. Kayu gubal pada umumnya berwarna putih atau kuning muda dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras, tebal 2 9 cm.
19 b. Tekstur Tekstur kayu agak halus atau agak kasar dan merata. c. Corak Corak kayu pada bidang radial tampak seperti pita. d. Arah serat Arah serat lurus, agak bergelombang atau berpadu. e. Kesan raba Permukaan kayu agak licin sampai licin, tidak jarang terasa berlemak f. Kilap Permukaan kayu sedikit mengkilap nyata dan indah. g. Noda empelur Noda empelur merupakan ciri khas untuk kayu medang. Pori soliter dan berganung 2 4 dalam arah radial, tersusun dalam kelompok mengarah radial atau tangensial, kadang kadang bergerombol, diameter µ,kadang-kadang sampai 300 µ, seringkali berisi tilosis. Parenkim jarang sampai agak banyak, termasuk tipe paratrakeal berbentuk selubung lengkap, cenderung untuk bersambungan, kadang-kadang terdapat parenkim terminal. Jari-jari sangat halus atau agak halus, sangat pendek atau pendek, kadang-kadang nampak susunan jari-jari tak teratur pada bidang transversal. Kayu mersawa termasuk kelas kuat II-IV. Kayu teras medang umumnya sukar ditembusi bahan pengawet, sedangkan kayu gubalnya mudah diawetkan. Kayu medang umumnya mudah dikeringkan tanpa cacat yang berarti dengan cara pengeringan alami. Kayu medang yang kurang awet biasanya dipakai untuk membuat papan dan kano, sedangkan jenis yang lebih awet dapat dipakai untuk
20 tiang, balok dan rusuk. Kayu medang mempunyai banyak jenis yang cocok untuk barang kerajinan. Litsea spp, Cinnamomum spp dan Dehaasia spp tumbuh pada daratan kering di daerah yang banyak hujan pada ketinggian mdpl (Martawijaya dan Iding, 1990). Tabel 1. Kelas Awet Kayu Keadaan 1. Selalu berhubungan dengan tanah lembab. 2. Hanya dipengaruhi cuaca, tetapi dijaga supaya tidak terendam air dan kekurangan udara. 3. Di bawah atap, tidak berhubungan dengan tanah lembab dan tidak kekurangan udara. 4. Seperti diatas tetapi dipelihara dengan baik dan di cat dengan teratur. 5. Serangan rayap tanah. Tidak terbatas Tidak terbatas Tidak 6. Serangan bubuk kayu Tidak kering. Sumber : OEY DJOEN SENG (1964) Kelas awet I II III IV V 8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat Sangat Pendek pendek 20 tahun 15 tahun 10 tahun Beberapa Sangat tahun pendek Tidak terbatas Tidak terbatas Jarang Tidak Sangat lama Tidak terbatas Cepat Hampir tidak Beberapa tahun 20 tahun Sangat cepat Tidak berarti Pendek 20 tahun Sangat cepat Sangat cepat
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi herbarium yang dilakukan mempertegas bahwa ketiga jenis kayu yang diteliti adalah benar burmanii Blume, C. parthenoxylon Meissn., dan C. subavenium Miq. 4.1
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Volume Pohon Secara alami, volume kayu dapat dibedakan menurut berbagai macam klasifikasi sortimen. Beberapa jenis volume kayu yang paling lazim dipakai sebagai dasar penaksiran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia. Selain memiliki sifat yang awet dan kuat,
Lebih terperinciTASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015
TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG
Lebih terperinciJenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan
Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi di proyek- Pada kesempatan ini saya akan berbagi informasi tentang Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Kayu adalah material
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pohon Mindi (M. azedarach L.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh.
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kayu a. Taksonomi Pohon Mindi (M. azedarach L.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh. Pohon Mindi menyukai cahaya, agak tahan kekeringan, agak toleran dan tahan terhadap salinitas
Lebih terperinciDETERIORASI HASIL HUTAN
DETERIORASI HASIL HUTAN 1. Pendahuluan Kayu adalah hasil yang diambil dari pohon, sedangkan pohon merupakan anggota dari komunitas lingkungan yang kita kenal sebagai hutan. Dengan perkataan lain, kayu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jati Tectona grandis Linn. f. atau jati merupakan salah satu tumbuhan yang masuk dalam anggota famili Verbenaceae. Di Indonesia dikenal juga dengan nama deleg, dodolan, jate,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2006) jamur merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di alam. Jamur sudah dikenal oleh masyarakat sejak dulu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Djapilus dan Suhaendi (1978) dalam Utomo (2008) E. urophylla
TINJAUAN PUSTAKA Kayu Eucalyptus urophylla Menurut Djapilus dan Suhaendi (1978) dalam Utomo (2008) E. urophylla termasuk dalam famili Myrtaceae, terdiri atas 500 jenis dan 138 varietas. Pohon ekaliptus
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi
TINJAUAN PUSTAKA Keawetan Alami Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi organisme yang bersangkutan. Keawetan
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keawetan Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan organisme perusak yang datang dari luar, seperti misalnya jamur, serangga, marine
Lebih terperinciKayu. Umum. TKS 4406 Material Technology I. (wood or timber)
TKS 4406 Material Technology I Kayu (wood or timber) Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya Umum Kayu merupakan hasil hutan dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sambungan Kayu Penggunaan kayu sebagai bahan bangunan masih menjadi pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mengingat lebih banyak keuntungan menggunakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Karakterisitik makroskopis pada enam potongan kayu yang diteliti
4.1 Sifat Makroskopis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan makroskopis meliputi warna, corak, tekstur dan arah serat kayu disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Karakterisitik makroskopis pada enam potongan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Air dalam Kayu Pengeringan Kayu
7 TINJAUAN PUSTAKA Air dalam Kayu Kadar air kayu segar atau kadar air pada saat pohon masih berdiri bervariasi antara 30-300%. Variasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, jenis kayu, posisi kayu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi Degradasi lahan adalah proses menurunnya kapasitas dan kualitas lahan untuk mendukung suatu kehidupan (FAO 1993). Degradasi lahan mengakibatkan hilang atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Singkat Merbau Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Ikan Tradisional Menurut Nomura dan Yamazaki (1975) dalam Prasetyo (2008), kapal ikan merupakan kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan, mencakup aktivitas penangkapan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gunawan (1994), syarat-syarat bangunan terutama untuk bangunan
TINJAUAN PUSTAKA Syarat-Syarat Bangunan Menurut Gunawan (1994), syarat-syarat bangunan terutama untuk bangunan perumahan umum (public housing), bertujuan menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam
Lebih terperinciPENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA
PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA 4 Pengantar Jenis-jenis rayap (Ordo Isoptera) merupakan satu golongan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu yang digunakan
Lebih terperinciSIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI
LEMPUNG 20/05/2013 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI JOGYAKARTA SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI Produktifitas tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor kesesuaian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika
TINJAUAN PUSTAKA Oriented Strand Board (OSB) Awalnya produk OSB merupakan pengembangan dari papan wafer (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika pada tahun 1954. Limbah-limbah
Lebih terperinciUji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu
SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSATAKA
BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Sambungan Kayu Tujuan penyambungan kayu adalah untuk memperoleh panjang yang diinginkan atau membentuk suatu konstruksi rangka batang sesuai dengan yang kita inginkan. Sebuah
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN Pilihan suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis, dan dari keindahan. Perlu suatu bahan diketahui sifat-sifat sepenuhnya. Sifat Utama
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Taurista, et, al. (2004) komposit adalah suatu material yang
4 TINJAUAN PUSTAKA Fiber Plastic Composite (FPC) Menurut Taurista, et, al. (2004) komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material, yang memiliki sifat mekanik dari
Lebih terperinciKayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi
Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah
Lebih terperinciMacam Kayu Menurut Susunannya. Pengetahuan Bahan
Macam Kayu Menurut Susunannya Pengetahuan Bahan Bagian Melintang Permukaan Kayu KAYU MASAK Gambar ini menunjukkan pohon yang mempunyai kayu gubal dan kayu teras, dengan nama lain pohon kayu teras Perbedaan
Lebih terperinciPEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah
PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan
Lebih terperinciE U C A L Y P T U S A.
E U C A L Y P T U S A. Umum Sub jenis Eucalyptus spp, merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Kayunya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi
Lebih terperinciBATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH
BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Hutan Tanaman Industri setelah pinus. Ekaliptus merupakan tanaman eksotik
TINJAUAN PUSTAKA Ekaliptus Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Division Sub Divisio Class Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospoermae : Dicotyledone : Myrtiflorae : Myrtaceae
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima
Lebih terperinciANALISIS MUTU KAYU BENTUKAN (MOULDING) JATI (Tectona grandis L.f.) PADA INDUSTRI MOULDING DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA
ANALISIS MUTU KAYU BENTUKAN (MOULDING) JATI (Tectona grandis L.f.) PADA INDUSTRI MOULDING DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA Makkarennu, Beta Putranto, Nurfina Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin,
Lebih terperinciPENGENALAN JENIS KAYU Manfaat Pengenalan Jenis Kayu
PENGETAHUAN DASAR TENTANG KAYU Materi perkuliahan KRIYA KAYU Drs. Yadi Rukmayadi, M.Pd. PENGENALAN JENIS KAYU Manfaat Pengenalan Jenis Kayu Kegiatan penentuan jenis kayu (identifikasi jenis kayu) merupakan
Lebih terperinciORGANISME PERUSAK KAYU. 1. Jamur atau Cendawan
ORGANISME PERUSAK KAYU 1. Jamur atau Cendawan Kayu sangat mudah terserang oleh jamur manakala kondisinya basah atau udara lingkungannya lembab. Jamur berawal dari spora yang akan berkecambah dan tumbuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Inventarisasi Hutan Menurut Dephut (1970), inventarisasi hutan adalah pengumpulan dan penyusunan data mengenai hutan dalam rangka pemanfaatan hutan bagi masyarakat secara lestari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sengon merupakan salah satu tanaman cepat tumbuh yang dipilih dalam program pembangunan hutan tanaman industri (HTI) karena memiliki produktivitas yang tinggi dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Biomassa Biomassa merupakan bahan organik dalam vegetasi yang masih hidup maupun yang sudah mati, misalnya pada pohon (daun, ranting, cabang, dan batang utama) dan biomassa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Rayap Rayap adalah serangga sosial yang termasuk ke dalam ordo Blatodea, kelas heksapoda yang dicirikan dengan metamorfosis sederhana, bagian-bagian mulut mandibula.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dari bulan Pebruari hingga Juni 2009. Identifikasi herbarium dilakukan di Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor, sementara pengamatan
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Laminated Timber (CLT) 1) Definisi 2) Manfaat dan Keunggulan
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Laminated Timber (CLT) 1) Definisi Cross laminated timber (CLT) merupakan salah satu produk kayu rekayasa yang dibentuk dengan cara menyusun sejumlah lapisan kayu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan yang dibutuhkan manusia untuk berbagai penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. Namun pada kenyataannya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) adalah sistem silvikultur yang digulirkan sebagai alternatif pembangunan hutan tanaman
Lebih terperincigeografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA
KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mahoni Mahoni merupakan famili Meliaceae yang meliputi dua jenis yaitu Swietenia macrophylla King (mahoni daun besar) dan Swietenia mahagoni Jacq (mahoni daun kecil). Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang secara geografis memiliki daerah pesisir yang sangat panjang. Di sepanjang daerah tersebut hidup beranekaragam biota laut (Jati dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Laminated Timber 2.1.1 Definisi Cross Laminated Timber (CLT) pertama dikembangkan di Swiss pada tahun 1970-an. Produk ini merupakan perpanjangan dari teknologi rekayasa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. : Cinnamomum burmanii. Panjangnya sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kayu Manis berikut : Sistematika kayu manis menurut Rismunandar dan Paimin (2001), sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Sub kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae : Gymnospermae
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
Lebih terperincigeografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH
KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis
16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati 2.1.1 Klasifikasi, penyebaran dan syarat tumbuh Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman ini mempunyai nama ilmiah Tectona
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia konstruksi di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini, di berbagai tempat dibangun gedung-gedung betingkat, jembatan layang, jalan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan bahan baku kayu. Menurut Kementriaan Kehutanan (2014), data
Lebih terperinciLEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya
LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat membutuhkan kenaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kebutuhan kayu yang semakin meningkat membutuhkan kenaikan pasokan bahan baku, baik dari hutan alam maupun hutan tanaman. Namun, produksi kayu dari hutan alam menurun
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Merbau Darat 1. Deskripsi Ciri Pohon Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Martawijaya dkk., 2005). Regnum Subregnum Divisi Kelas Famili
Lebih terperinciANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL
ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id
Lebih terperinciBUDIDAYA TANAMAN DURIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno
Lebih terperinciPEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP
PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya
Lebih terperinciIDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH
IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH Tanah adalah salah satu bagian bumi yang terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari massa padat, cair, dan gas. Tanah
Lebih terperinciPENGANTAR TENTANG KAYU
Kelompok 9 Anggota Kelompok : 1. Sugi Suryanto 20130110121 2. Badzli Zaki Tamami 20130110123 3. Ega Arief Anggriawan 20130110110 4. M Dede Dimas Wahyu 20130110125 5. Yusli Pandi 20130110112 6. Tanaka Dynasty
Lebih terperinciTANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa
AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran
Lebih terperinciMutu dan Ukuran kayu bangunan
Mutu dan Ukuran kayu bangunan 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi definisi, istilah, penggolongan, syarat mutu, ukuran, syarat pengemasan, dan syarat penendaan kayu bangunan. 2. Definisi Kayu bangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pohon dengan famili Sapindacaeae. Rambutan adalah tanaman tropis yang
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Deskripsi Tanaman 1. Rambutan (N. lappaceum) Rambutan (N. lappaceum) merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Rambutan adalah tanaman tropis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Pinus 2.1.1. Habitat dan Penyebaran Pinus di Indonesia Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah
Lebih terperinciUJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar
UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET 1. Uji Kultur Agar Uji daya racun bahan pengawet dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Uji kultur agar adalah uji bahan pengawet di laboratorium untuk serangan cendawan.
Lebih terperinciOleh: Merryana Kiding Allo
Corak Indah Kayu Eboni (Diospyros celebica Bakh.) CORAK INDAH KAYU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243, telp. (0411)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan
Lebih terperinciKayu lapis untuk kapal dan perahu
Standar Nasional Indonesia Kayu lapis untuk kapal dan perahu ICS 79.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah, definisi,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang
Lebih terperinciPENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan
PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Jl. Gunung Batu No. 5. Bogor 16610. Telp/fax : 0251 8633378/0251 86333413
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kayu yang berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbedabeda.
TINJAUAN PUSTAKA Kayu yang berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbedabeda. Bahkan yang berasal dari satu pohon pun dapat memiliki sifat-sifat berbeda jika dibandingkan bagian ujung dengan
Lebih terperinciBABII TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku
BABII TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku laporan tugas akhir dan makalah seminar yang digunakan sebagai inspirasi untuk menyusun konsep penelitian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap,
Lebih terperinciMORFOLOGI DAN POTENSI. Bagian-Bagian Kayu - Kulit kayu - Kambium - Kayu gubal - Kayu teras - Hati - Lingkaran tahun - Jari-jari
Kayu Definisi Suatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat (Weight Loss) Contoh Uji Kehilangan berat (WL) merupakan salah satu respon yang diamati karena berkurangnya berat contoh uji akibat aktifitas makan rayap
Lebih terperinciKayu bundar Bagian 1: Istilah dan definisi
SNI 7533.1:2010 Standar Nasional Indonesia Kayu bundar Bagian 1: Istilah dan definisi ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional SNI 7533.1:2010 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...i 1 Ruang lingkup... 1
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et
Lebih terperinciKERAJINAN KAYU. Tujuan Pembelajaran Khusus
KERAJINAN KAYU Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta diklat akandapat : 1. Menjelaskan bagian-bagian dari kayu 2. Menjelaskan sifat-sifat kayu 3. Menjelaskan cacat-cacat
Lebih terperinciTANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd
TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :
PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu
Lebih terperinciLongsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon
TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae
Lebih terperinciPEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA
PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Pemeliharaan pada tanaman muda Kegiatan-kegiatan : Penyiangan Pendangiran Pemupukan Pemberian mulsa Singling dan Wiwil Prunning Pemberantasan hama dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Papan partikel Papan partikel adalah papan yang dibuat dari partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat organik ataupun sintesis kemudian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Data hasil pengujian sifat fisis kayu jabon disajikan pada Tabel 4 sementara itu untuk analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% ditampilkan dalam
Lebih terperinciV. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN
V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN Sebelum diuraikan mengenai pola dan tehnik pembelahan kayu bulat, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai urut-urutan proses menggergaji, dan kayu bulat sampai menjadi kayu
Lebih terperinci