ABSTRAK. Analisis Gambaran Dukungan Keluarga pada Pasien Kusta di Puskesmas Sapaya Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAK. Analisis Gambaran Dukungan Keluarga pada Pasien Kusta di Puskesmas Sapaya Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa"

Transkripsi

1 ABSTRAK Analisis Gambaran Dukungan Keluarga pada Pasien Kusta di Puskesmas Sapaya Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa Harlina 1, Abd. Madjid 2, St. Rahmawati 3 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar, Indonesia 2 Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmun Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia 3 Rumah Sakit Umum Daerah Salewangang Maros, Indonesia Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Selain menimbulkan masalah kesehatan penyakit kusta juga dapat menimbulkan masalah sosial, maka penanganan penderita kusta harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Penderita kusta tersebar di seluruh dunia. Jumlah yang tercatat orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang gambaran dukungan keluarga pada pasien kusta di Puskesman Sapaya Kec. Bungaya Kab. Gowa, dalam hal ini di teliti dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan informasi. Desain penelitian yang digunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional pada pasien kusta di Puskesman Sapaya Kec. Bungaya Kab. Gowa. Jumlah sampel yang di teliti sebanyak 32 responden yng memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini dimulai dari tanggal 10 Juli sampai 10 Agustus Hasil penelitian diketahui responden yang mempunyai dukungan emosional yang tidak mendukung sebanyak 15 (46,9%) dan yang dukungan emosional yang mendukung sebanyak 17 (53,1%), dukungan instrumental yang tidak mendukung sebanyak 9 (28,1%) dan yang dukungan instrumental yang mendukung sebanyak 23 (71,9%), dukungan informasi yang tidak mendukung sebanyak 11 (34,4%) dan yang dukungan informasi yang mendukung sebanyak 21 (65,6%). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa sebagian besar dukungan keluarga pasien kusta cukup mendukung, saran bagi instansi terkait dalam hal ini di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa diharapkan agar memberikan penyuluhan penyakit kusta baik cirri-ciri penyakit kusta, penularan dan cara pencegahannya. Kata kunci : Dukunagan keluarga dan Kusta Pendahuluan Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Selain menimbulkan masalah kesehatan penyakit kusta juga dapat menimbulkan masalah sosial, maka penanganan penderita kusta harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu (Yustina, 2010) Penyakit kusta adalah penyakit kronik yag disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang susunan syaraf tepi, menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernafasan bagian atas, system retikulo endotelia, mata, otot,

2 tulang dan testis. Kusta merupakan penyakit tertua, penyakit kusta telah dikenal sejak lama, catatan mengenai penyakit ini,yang di temukan di india,ditulis pada tahun 600 sebelum masehi. Namun, kuman penyebab kusta baru ditemukan pada tahun 1874 oleh Armaure Hansen di Norwegia (Djuanda,dkk, 2010). Penderita kusta tersebar di seluruh dunia. Jumlah yang tercatat orang pada tahun Sebenarnya kapan penyakit kusta ini mulai tumbuh tidak dapat diketahui dengan pasti, tetapi ada yang berpendapat penyakit ini berasal dari Asia Tengah kemudian menyebar ke Mesir, Eropa, Afrika dan Amerika (Weekly Epidemiological Report World Health Organization, 2011; WHO, 2012). Penyakit kusta dapat menyerang semua orang. Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda. Di antara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi kusta yaitu prevalensi rate di bawah 1 per penduduk. Lebih dari penderita telah di sembuhkan dengan Multi Drug Therapy (MDT). Pada akhir tahun 1999 di jumpai kasus masih dalam pengobatan pada tahun Di antara 11 negara penyumbang penderita kusta di dunia, Indonesia menempati urutan ke empat setelah India, Brazil dan Myanmar. Walaupun suatu negara telah mencapai eliminasi, tidak berarti bahwa kusta tidak lagi menjadi masalah. Nampaknya kasus kusta akan terus ada, setidaknya hingga beberapa tahun ke depan (Yustina, 2010). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam pemberantasan penyakit menular, bahkan telah dimulai sejak 1951 sampai sekarang. Indonesia telah mendapatkan bantuan dana dari WHO melalui Global Fund, bahkan juga sudah ada dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Daerah (APBD), dan dilihat dari fasilitas dan ketersediaan obat-obat juga tersedia secara lengkap sampai ke unit-unit pelayanan kesehatan dasar di Indonesia, namun angka kesakitan kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di Indonesia tercatat orang menderita kusta. Indonesia merupakan negara ketiga terbanyak penderitanya setelah india dan Brasil dengan prevalensi 1,7 per penduduk. Penelitian secara epidemiologi pada penyakit kusta sangat sulit mengumpulkan data tentang insidens, tetapi dari data yang tersedia pada beberapa daerah terpilih tampaknya insidens penyakit ini cenderung menurun di berbagai belahan dunia dengan penurunan rata-rata pertahun berkisar 7-18% (Kurniawan, 2011; Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Jawa Timur, 2012) Kapan penyakit ini menjalar ke Indonesia tidak dapat di ketahui dengan pasti. Namun, dalam buku tentang Historische Studie over lepra dikatakan bahwa penduduk pertama dari Jawa mungkin berasal dari Hindia Muka dan Belakang, negeri yang terkenal dengan sarang kusta yang membawa ke pulau Jawa. Juga dilaporkan bahwa orang Tionghoa datang berdagang ke negeri kita pasti juga telah membawa penyakit ini ke Indonesia dan dilaporkan dalam

3 buku tersebut bahwa adanya 3 orang penderita kusta yang diasingkan di suatu pulau di muka pelabuhan Jakarta pada tahun 1657 (Harahap, 2000) Keadaan kecacatan pada penderita kusta menjadi sebuah halangan bagi penderita kusta untuk memenuhi kehidupan sosial ekonomi mereka yang rendah. Tercatat sebagian besar penderita kusta adalah golongan ekonomi lemah dengan prosentase sebesar 55.5% memiliki pekerjaan sebagai buruh dan tukang becak. Hal ini menjadi sebuah stressor bagi penderita kusta dalam menjalani kehidupannya (Susanto, 2006). Penyakit kusta dapat mengenai laki-laki maupun perempuan. Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak daripada wanita. Menurut laporan WHO, insiden pada wanita meningkat lebih banyak pada wanita yang bekerja di luar rumah. Di indonesia insiden pada laki-laki lebih tinggi pada usia tahun (Amri, 2012) Penularan Kusta dapat disebabkan faktor orang, tempat dan waktu. Pada sebuah Penelitian tentang gambaran perderita Kusta berdasarkan karakteristik orang, tempat dan waktu terdiagnosa dari penderita kusta di wilayah Kabupaten Demak, jawa Tengah menunjukkan bahwa karakteristik penderita Kusta banyak yang berjenis kelamin laki-laki (59,1%), berasal dari kelompok umur tahun (25,8%), pekerjaan petani (37,9%), pendidikan tamat SD (56,1%), penghasilan kurang dari Rp ,-(80,3%), ditemukan kontak serumah (10,6%), sebagian besar penderita kusta tinggal di desa (98,5%), mempunyai kesehatan lingkungan kurang (63,6%) dan sebagian besar terdiagnosa pada bulan Desamber (22,7%) (Syamsir, 2013) Keluarga adalah sebagai faktor penentu sejauh mana anggota keluarga yang sakit atau tidak berdaya beradaptasi dengan keadaannya. Keluarga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya. Hasil penelitian terdahulu mengindikasikan bahwa anggota keluarga memiliki potensi untuk menjadi pendorong utama mekanisme koping (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan fenomena di atas, penulis merasa tertarik untuk mengambil penelitian tentang Analisis Gambaran dukungan keluarga pada pasien kusta di Puskesmas Sapaya Kecamatan Bungaya Kab. Gowa s Bahan atau Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan survey (Notoatmodjo, 2010) Dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner yang selanjutnya dilakukan tabulasi, kemudian di analisis dengan menggunakan program SPSS untuk menghasilkan persentase dan distribusi variabel (Sopiyudin M, 2011). Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kabupaten Gowa. Penelitian ini dilaksanakan pada Tanggal 10 Juli s/d 10 Agustus Populasi dan Sampel

4 Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien kusta yang Di Puskesmas Sapaya Kecamatan Bungaya Kab. Gowa. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 32 responden. Sampel penelitian ini adalah semua pasien kusta yang Di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, yakni teknik pengambilan sampel dari keseluruhan jumlah populasi. Dengan kriteria sebagai berikut: Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data, antara lain : Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden. Data primer dikumpulkan dengan kuisioner dan sebagai subyek penelitian yaitu responden yang didiagnosa penyakit kusta dan memenuhi kriteria inklusi. Kuisioner dibuat sendiri oleh peneliti yang berisi data demografi yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pendidikan. Kemudian kuisioner tersebut juga berisi pertanyaan yang sifatnya tertutup, dimana telah disediakan jawaban alternatif yang mengacu pada variabel independen. 1. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari medical rekor Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa. Jumlah data sekunder pada penelitian ini adalah sebanyak 32 responden. Hasil Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa dari tanggal 10 Juli sampai 10 Agustus Hasil penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang memuat pertanyaan tentang dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan informasi dilakukan di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa. Kusioner ini dibagikan kepada setiap responden dan kemudian mengisi secara langsung dan didampingi oleh peneliti. Besar sampel sebanyak 32 responden yang semuanya telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Umur/Tahun Umur Mean Minimum Maximum 34, Sumber : data primer 2014 Tabel 2 menunjukkan karakteristik umur responden dengan nilai mean responden 34.31, minimum responden yaitu 18 dan maksimum responden 48. Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dilakukan di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa

5 Jenis Kelamin n % Laki-laki 19 59,4 Perempuan 13 40,6 Sumber : data primer 2014 Tabel 2 menunjukkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 (59,4%) responden, responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 (40,6%) Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Pendidikan n % SD 16 50,0 SLTP 11 34,4 SLTA 5 15,6 Sumber : data primer 2014 Tabel 3 menunjukkan responden yang yang paling banyak berpendidikan SD yaitu sebanyak 16 (50,0%) responden, responden yang paling sedikit berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 5 (15,6%). 1. Analisa Univariat a. Dukungan Emosional Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Emosional di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Dukungan Emosional Dukungan Emosional Mean Minimum Maximum 62, Sumber : data primer 2014 Tabel 4 menunjukkan distribusi dukungan emosional responden dengan nilai mean responden 34.31, minimum responden yaitu 18 dan maksimum responden 48. b. Dukungan Instrumental Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Instrumental di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Dukungan instrumental Sumber : data primer 2014 Dukungan Emosional Mean Minimum Maximum 64,

6 Tabel 5 menunjukkan distribusi dukungan instrumental responden dengan nilai mean responden 64,96, minimum responden yaitu 50 dan maksimum responden 93. c. Dukungan Informasi Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Informasi di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Dukungan Emosional Dukungan informasi Mean Minimum Maximum 65, Sumber : data primer 2014 Tabel 6 menunjukkan distribusi dukungan informasi responden dengan nilai mean responden 65,89, minimum responden yaitu 50 dan maksimum responden Tabulasi Silang Variabel a. Gambaran Analisis jenis kelamin Pada Penderita kusta di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Tabel 7 Tabulasi Jenis Kelamin dengan Penyakit Kusta di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Penyakit Kusta Jenis Kelamin Kusta n % Laki-laki ,0 Perempuan ,0 Jumlah ,0 Sumber data : primer Berdasarkan tabel 7 diperoleh data bahwa dari 32 responden yang berjenis kelamin laki-laki dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 19 responden (100,0%), yang berjenis kelamin perempuan dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 13 responden (100,0%). b. Gambaran Analisis Usia Pada Penderita kusta di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Tabel 8 Tabulasi Usia dengan Penyakit Kusta di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Usia Penyakit Kusta

7 n % Remaja Akhir 3 100,0 Dewasa Awal ,0 Sumber data : primer Berdasarkan tabel 8 diperoleh data bahwa dari 32 responden yang usia remaja akhir dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 3 responden (100,0%), dewasa awal dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 29 responden (100,0%). c. Gambaran Analisis Pendidikan Pada Penderita penyakit kusta di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Tabel. 9 Tabulasi Pendidikan dengan Penyakit Kusta di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Pendidikan Penyakit Kusta n % Rendah ,0 Tinggi 5 100,0 Sumber data : primer Berdasarkan tabel 9 diperoleh data bahwa dari 32 responden yang berpendidikan rendah dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 27 responden (100,0%), yang yang berpendidikan tinggi dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 5 responden (100,0%. d. Gambaran Analisis Dukungan Emosional Pada Penderita kusta di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Tabel 10 Tabulasi Dukungan Emosional dengan Penyakit Kusta di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Dukungan Emosional Penyakit Kusta n % Tidak Mendukung ,0 Mendukung ,0 Sumber data : primer Berdasarkan tabel 10 diperoleh data bahwa dari 32 responden yang mempunyai dukungan emosional tidak mendukung dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 15 responden (100,0%), yang mempunyai dukungan emosional

8 yang mendukung dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 17 responden (100,0%). e. Gambaran Analisis Dukungan Instrumental Pada Penderita kusta di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Tabel 11 Tabulasi Dukungan Instrumental dengan Penyakit Kusta di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Dukungan Instrumental Penyakit Kusta n % Tidak Mendukung 9 100,0 Mendukung ,0 Sumber data : primer Berdasarkan tabel 11 diperoleh data bahwa dari 32 responden yang mempunyai dukungan instrumental tidak mendukung dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 9 responden (100,0%), yang mempunyai dukungan instrumental yang mendukung dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 23 responden (100,0%). f. Gambaran Analisis Dukungan Informasi Pada Penderita kusta di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Tabel 12 Tabulasi Dukungan Informasi dengan Penyakit Kusta di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Dukungan Informasi Penyakit Kusta n % Tidak Mendukung ,0 Mendukung ,0 Sumber data : primer Berdasarkan tabel 11 diperoleh data bahwa dari 32 responden yang mempunyai dukungan informasi tidak mendukung dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 11 responden (100,0%), yang mempunyai dukungan Informasi yang mendukung dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 21 responden (100,0%). Pembahasan 1. Gambaran Penyakit Kusta a. Gambaran Analisis Pada Penderita Kelamin Kusta Berdasarkan Jenis di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Berdasarkan dari hasil crosstab menunjukkan dari 32 responden yang berjenis kelamin laki-laki dan

9 mempunyai penyakit kusta sebanyak 19 responden (100,0%), yang berjenis kelamin perempuan dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 13 responden (100,0%). Dari hasil penelitian kebanyakan penderita kusta di Puskesmas Sapaya kebanyakan laki-laki. Hal ini terjadi karena laki-laki lebih mudah terpapar kusta karena aktivitas laki-laki sering di luar rumah, pekerjaan dan perokok. Penyakit kusta dapat mengenai laki-laki maupun perempuan. Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak daripada wanita. Menurut laporan WHO, insiden pada wanita meningkat lebih banyak pada wanita yang bekerja di luar rumah. Di indonesia insiden pada laki-laki lebih tinggi pada usia tahun (Amri, 2012) Penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan Syamsir (2013) dimana penelitian tentang gambaran perderita Kusta berdasarkan karakteristik orang, tempat dan waktu terdiagnosa dari penderita kusta di wilayah Kabupaten Demak, jawa Tengah menunjukkan bahwa karakteristik penderita Kusta banyak yang berjenis kelamin laki-laki (59,1%) b. Gambaran Analisis Pada Penderita Kusta Berdasarkan Usia di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Berdasarkan dari hasil crosstab menunjukkan dari 32 responden yang usia remaja akhir dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 3 responden (100,0%), dewasa awal dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 29 responden (100,0%). Penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan Syamsir (2013) dimana penelitian tentang gambaran perderita Kusta berdasarkan karakteristik orang, tempat dan waktu terdiagnosa dari penderita kusta di wilayah Kabupaten Demak, jawa Tengah menunjukkan bahwa karakteristik penderita Kusta banyak berasal dari kelompok umur tahun (25,8%) c. Gambaran Analisis Pada Penderita Kusta Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Berdasarkan dari hasil crosstab menunjukkan dari 32 responden yang berpendidikan rendah dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 27 responden (100,0%), yang yang berpendidikan tinggi dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 5 responden (100,0%) Penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan Syamsir (2013) dimana penelitian tentang gambaran perderita Kusta berdasarkan karakteristik orang, tempat dan waktu terdiagnosa dari penderita kusta di wilayah Kabupaten Demak, jawa Tengah menunjukkan bahwa karakteristik penderita Kusta banyak tamatan SD sebanyak (56,1%) d. Gambaran Analisis Pada Penderita Kusta Berdasarkan Dukungan Emosional di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Berdasarkan dari hasil crosstab menunjukkan dari 32 responden yang mempunyai dukungan emosional tidak mendukung dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 15 responden (100,0%), yang mempunyai dukungan emosional yang mendukung dan mempunyai

10 penyakit kusta sebanyak 17 responden (100,0%). Dukungan yang diberikan berupa rasa empati dan perhatian kepada individu, sehingga membuatnya merasa lebih baik, mendapatkan kembali keyakinannya, merasa dimiliki dan dicintai oleh orang lain (Sarafino, 2004). Menurut Nugroho (2000), dukungan emosional merupakan suatu bentuk dukungan berupa rasa aman, cinta kasih, memberi semangat, mengurangi putus asa dan rendah diri sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik. Dukungan emosional dalam keluarga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga (Friedman, 2010). Dukungan emosional untuk penderita kusta misalnya melalui ungkapan empati, kepedulian dan perhatian untuk mengobati penyakit kusta yang dideritanya (Hiswani, 2010). Sejak zaman kuno kusta telah menjadi penyakit yang paling di benci, kusta lazim ada di berbagai daerah untuk jangka waktu tertentu sepanjang sejarah. Masyarakat merasa ketakutan terhadap efek yang ditimbulkan dari penyakit kusta sejak ribuan tahun, akibatnya muncul stigma telah tertanam terlalu dalam di jiwa masyarakat dan efeknya masih terlihat di seluruh dunia. Dampak psikologi yang dikaitkan dengan stigma sosial bahwa kusta adalah penyakit infeksi yang mematikan, stigma ini sering menjadi pengaruh yang menakutkan sehingga penderita enggan untuk melakukan pengobatan pada awal penyakit. Bahkan saat ini masih ada yang melakukan pengobatan kusta secara terpisah oleh karena stigma yang tertanam dari penyakitnya (Firdaus, 2012) e. Gambaran Analisis Pada Penderita Kusta Berdasarkan Dukungan Intrumental di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Berdasarkan dari hasil crosstab menunjukkan dari 32 responden yang mempunyai dukungan instrumental tidak mendukung dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 9 responden (100,0%), yang mempunyai dukungan instrumental yang mendukung dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 23 responden (100,0%). Keluarga menjadi sumber pemberi pertolongan secara nyata. Misalnya bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti memberikan materi, tenaga, dan sarana. Manfaat dari diberikannya dukungan ini yaitu individu merasa mendapat perhatian atau kepedulian dari lingkungan keluarga. Keluarga sebagai sistem pendukung bagi penderita kusta diharapkan mampu memberikan dukungan penuh dalam upaya perawatan penderita kusta. Keluarga senantiasa mendampingi penderita kusta dalam minum obat secara teratur dan membantu memenuhi kebutuhan makan dan minum serta istirahat penderita kusta (Rahayu, 2012). f. Gambaran Analisis Pada Penderita Kusta Berdasarkan Dukungan Informasi di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa Berdasarkan dari hasil crosstab menunjukkan dari 32 responden yang mempunyai dukungan informasi tidak mendukung dan mempunyai penyakit kusta sebanyak

11 11 responden (100,0%), yang mempunyai dukungan Informasi yang mendukung dan mempunyai penyakit kusta sebanyak 21 responden (100,0%). Keluarga adalah sebagai faktor penentu sejauh mana anggota keluarga yang sakit atau tidak berdaya beradaptasi dengan keadaannya. Keluarga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya. Hasil penelitian terdahulu mengindikasikan bahwa anggota keluarga memiliki potensi untuk menjadi pendorong utama mekanisme koping (Potter & Perry, 2005). Keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi, nasihat, dan bimbingan kepada anggota keluarga untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Manfaat dari dukungan ini dapat menekan munculnya stressor karena informasi tertentu dapat memberikan pengaruh sugesti pada individu. Keluarga mendampingi penderita kusta untuk berobat serta memperoleh penjelasan atau informasi dari petugas kesehatan terkait penyakit kusta. Informasi yang terkait peningkatan kesehatan penderita kusta bisa diperoleh dari anggota keluarga, teman, tetangga, petugas kesehatan dan media lain (Rahayu, 2012). Simpulan Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan data hasil analisa univariat menunjukkan responden yang mempunyai dukungan emosional yang tidak mendukung sebanyak 15 (46,9%) responden dan yang dukungan emosional yang mendukung sebanyak 17 (53,1%) responden. 2. Berdasarkan data hasil analisa univariat menunjukkan responden yang mempunyai dukungan instrumental yang tidak mendukung sebanyak 9 (28,1%) responden dan yang dukungan instrumental yang mendukung sebanyak 23 (71,9%) responden. 3. Berdasarkan data hasil analisa univariat menunjukkan responden yang mempunyai dukungan informasi yang tidak mendukung sebanyak 11 (34,4%) responden dan yang dukungan informasi yang mendukung sebanyak 21 (65,6%) responden. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diberi beberapa saran: 1. Bagi instansi terkait dalam hal ini di Puskesmas Sapaya Kecematan Bungaya Kab. Gowa diharapkan agar memberikan penyuluhan penyakit kusta baik cirri-ciri penyakit kusta, penularan dan cara pencegahannya. 2. Diharapkan kepada masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyakit kusta. 3. Diharapkan kepada masyarakat yang menderita kusta agara segera ke pelayana kesehatan terdekan supaya mendapatkan pengobatan

12 DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta DahIan, Sopiyudin M Statistik untuk kedokteran dan kesehatan edisi 5. Salemba Medika. Jakarta Depkes, Penyakit Kusta. url id di akses pada 14 Februari 2014 Djuanda, dkk, Ilmu Penyakit dan Kelamin. Endang Rahayu Edisi 6 FKUI Efendi Suradi, dkk Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 10, Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar. Friedman, Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, teori, dan praktik Ed 5. Jakarta: EGC Harahap, Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates. Hidayát Alirnul A.A Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Penerbit Salemba Medika. Jakarta Hiswani. (2001). Kusta Salah Satu Penyakit Menular Yang Masih Dijumpai di Indonesia, http ://library.usu.ac.id/ Di akses 14 Februari 2014 Kafituddin, Memberantas Penyakit Kusta/Lepra. kompas iana. com/2010/02/02/menibe rant aspenyakitkustalepra/ Di akses 14 Februari 2014 Kurniawan, Gambaran penyakit kusta di Jawa Timur. Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Jawa Timur 2012 Di akses 14 Februari 2014 Nidólai, S Psychosocial needs of conflict-affected children and adolescents (World bank IIEP summer school 7-15th july Background paper). Paris: IIEP- NESCO. Potter, Patricia A Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC Rahayu, D. A Dukungän Psikososial Keluirga Penderità Kusta Di Kabupaten Pekalongan. psn /article/view/506/55 5 di akses pada 14 Februari 2014 Sarafino Healh Psycology : Biopsychososial Interaction. New York : John Wilky and Sons Inc. Susanto Pengaruh Psikoeduksi Keluarga Terhadap Dukungan Psikoedukasi Keluarga pada Anggota Keluarga dengan Penyakit Kusta di Kabupaten Pekalongan. FK UI di akses pada 14 Februari 2014 WHO, (2010). Weekly epidemiological record. Diakses dari di akses pada 14 Februari 2014

13 Yustina, Artikel Tentang Kusta dan Pengobatannnya url : /20853/5/Chapter%20I.pd f diakses 29 Maret 2014 Zulkifli, Penyakit kusta dan Masalah Yang Ditimbulkannya, Di akses 14 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Selain menimbulkan masalah kesehatan penyakit kusta juga

Lebih terperinci

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER Rosida 1, Siti Anawafi 1, Fanny Rizki 1, Diyan Ajeng Retnowati 1 1.Akademi Farmasi Jember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih menghadapi beberapa penyakit menular baru sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan. Salah satu penyakit menular yang belum sepenuhnya

Lebih terperinci

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN PEKALONGAN

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN PEKALONGAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN PEKALONGAN Desi Ariyana Rahayu* * Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya menyerang kulit,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memproleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus hansen merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit kusta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan penyumbang kusta nomor 4 terbesar di dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan penyumbang kusta nomor 4 terbesar di dunia setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta tersebar di Indonesia secara tidak merata dengan angka penderita yang terdaftar sangat bervariasi menurut Propinsi dan Kabupaten. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit kusta disebut juga penyakit lepra atau Morbus Hansen merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. (1) Kusta adalah

Lebih terperinci

Tingginya prevalensi kusta di Kabupaten Blora juga didukung oleh angka penemuan kasus baru yang cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai dengan

Tingginya prevalensi kusta di Kabupaten Blora juga didukung oleh angka penemuan kasus baru yang cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya menyerang kulit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang. Berdasarkan laporan regional World Health Organzation (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang. Berdasarkan laporan regional World Health Organzation (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan, kepercayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun

I. PENDAHULUAN. Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae ( M.leprae ) yang menyerang hampir semua organ tubuh

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Kusta merupakan penyakit menular langsung yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae)

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit berbasis lingkungan merupakan penyakit yang proses kejadiannya atau fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan, berakar

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK Anas Tamsuri Dosen Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri Leprae is a chronic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae, ditemukan pertama kali oleh sarjana dari Norwegia GH

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae, ditemukan pertama kali oleh sarjana dari Norwegia GH 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai ke masalah sosial, ekonomi, budaya,

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENURUNAN RESPON DEPRESI PADA PASIEN KUSTA Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep. Sp.Kep.J 0028108104 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG INRAS Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perifer sebagai aktivitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius

BAB 1 PENDAHULUAN. perifer sebagai aktivitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia masih banyak penderita penyakit kusta, penyakit kusta masih menjadi momok di masyarakat bila tidak ditangani secara cepat dan tepat maka penyakit ini akan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90 PENGARUH PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAWI KABUPATEN NGAWI Erwin Kurniasih, Hamidatus Daris Sa adah Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PENYAKIT KUSTA MENINGKATKAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA PENDERITA KUSTA DI PUSKESMAS PADAS KABUPATEN NGAWI

PENGETAHUAN PENYAKIT KUSTA MENINGKATKAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA PENDERITA KUSTA DI PUSKESMAS PADAS KABUPATEN NGAWI PENGETAHUAN PENYAKIT KUSTA MENINGKATKAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA PENDERITA KUSTA DI PUSKESMAS PADAS KABUPATEN NGAWI Oleh: Edi Wibowo, Wahyuni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

Fajarina Lathu INTISARI

Fajarina Lathu INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis saja tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kusta maupun cacat yang ditimbulkannya. kusta disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. kusta maupun cacat yang ditimbulkannya. kusta disebabkan oleh Mycobacterium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan beberapa negara di dunia. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti oleh masyarakat,

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *) ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO Arief Fardiansyah 1 *) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat. TB disebabkan oleh mycobacterium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta atau disebut juga Morbus Hansen (MH) merupakan infeksi kronik pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit ini adalah saraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penderita kusta (lepra) di Indonesia dewasa ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini merupakan penyakit ringan,

Lebih terperinci

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MILITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET RENDAH GLUKOSA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR SAMSUL BAHRI ABSTRAK : Masalah kesehatan dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan penyakit yang menjadi problema di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan penyakit yang menjadi problema di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta merupakan penyakit yang menjadi problema di masyarakat. Hal ini terjadi karena masih banyak hal-hal yang belum terungkap dan kenyataannya penyakit ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap tinggi di negara-negara berkembang terutama di wilayah tropis

BAB I PENDAHULUAN. tetap tinggi di negara-negara berkembang terutama di wilayah tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kusta (Morbus hansen) merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang syaraf tepi, selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Masa tunas dari

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Masa tunas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta merupakan penyakit infeksi kronik yang penyebabnya ialah Mycobacterium leprae dan bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) dalam (Ishak & Daud, 2010) tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di dunia. 1,5 juta orang meninggal akibat tuberkulosis pada tahun 2014. Insiden TB diperkirakan ada 9,6 juta (kisaran 9,1-10

Lebih terperinci

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU TAHUN 2014 ALINI Dosen STIKes Tuanku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang utamanya menyerang saraf tepi, dan kulit,

Lebih terperinci

PENGALAMAN KLIEN DALAM MENJALANI PENGOBATAN KUSTA DI WILAYAH KABUPATEN BATANG

PENGALAMAN KLIEN DALAM MENJALANI PENGOBATAN KUSTA DI WILAYAH KABUPATEN BATANG PENGALAMAN KLIEN DALAM MENJALANI PENGOBATAN KUSTA DI WILAYAH KABUPATEN BATANG SKRIPSI Disusun oleh : HERI KRIS SUBIYANTO NIM : 11.0764.S SRI WINARSIH NIM : 11.0792.S PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN SEKOLAH

Lebih terperinci

Andry Firmansyah *, Edy Seosanto**,Ernawati***

Andry Firmansyah *, Edy Seosanto**,Ernawati*** HUBUNGAN PERSEPSI PENDERITA TENTANGDUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETERATURAN PERAWATAN DAN PENGOBATAN PADA PENDERITA KUSTA DI KECAMATAN BANJARHARJO KABUPATEN BREBES 3 Andry Firmansyah *, Edy Seosanto**,Ernawati***

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR KEPADATAN HUNIAN, SOSIAL EKONOMI, DAN PERILAKU KESEHATAN DENGAN PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI KECAMATAN TIRTO, KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN FAKTOR KEPADATAN HUNIAN, SOSIAL EKONOMI, DAN PERILAKU KESEHATAN DENGAN PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI KECAMATAN TIRTO, KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN FAKTOR KEPADATAN HUNIAN, SOSIAL EKONOMI, DAN PERILAKU KESEHATAN DENGAN PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI KECAMATAN TIRTO, KABUPATEN PEKALONGAN 2 ABSTRAK Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat (Kemenkes, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat (Kemenkes, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis saja tetapi

Lebih terperinci

GAMBARAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH EKS KAWEDANAN INDRAMAYU

GAMBARAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH EKS KAWEDANAN INDRAMAYU GAMBARAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH EKS KAWEDANAN INDRAMAYU Dedeh Husnaniyah Program Studi Keperawatan STIKes Jl. Wirapati Sindang Email : d_husnaniyah@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani,

Lebih terperinci

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA Elisa Putri D. Siahaan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang TBC adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS Rizka Himawan,Diyah Krisnawati, ABSTRAK Latar Belakang:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit TBC (Tuberkulosa) merupakan penyakit kronis (menahun) telah lama dikenal masyarakat luas dan ditakuti, karena menular. Namun demikan TBC dapat disembuhkan dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA. (Personal Hygiene of Skin with Practice to Leprosy Prevention)

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA. (Personal Hygiene of Skin with Practice to Leprosy Prevention) HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA (Personal Hygiene of Skin with Practice to Leprosy Prevention) Khoiroh Ummah*, Lidiawati** * Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK

Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK Hambatan-Hambatan Pada Pelaksanaan Terapi Tuberkulosis dan Cara Mengatasinya di Balai Pengobatan penyakit Paru-Paru (BP4) Unit Minggiran Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ilmu Keperawatan,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PENYAKIT KUSTA PADA PENDUDUK DI KECAMATAN TUKDANA KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PENYAKIT KUSTA PADA PENDUDUK DI KECAMATAN TUKDANA KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2012 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PENYAKIT KUSTA PADA PENDUDUK DI KECAMATAN TUKDANA KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2012 Oleh: Riyanto Martomijoyo FKM Universitas Wiralodra Indramayu, Jawa Barat ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman kusta Mycobacterium leprae (M. leprae) yang dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman kusta Mycobacterium leprae (M. leprae) yang dapat menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta merupakan penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh kuman kusta Mycobacterium leprae (M. leprae) yang dapat menyerang hampir semua organ tubuh terutama

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR Siti Nasrah 1, Andi Intang 2, Burhanuddin Bahar 3 1 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun, disebabkan oleh mycobacterium leprae yang menyerang kulit saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Pada sebagian besar

Lebih terperinci

peningkatan dukungan anggota keluarga penderita kusta.

peningkatan dukungan anggota keluarga penderita kusta. HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT KUSTA DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECACATAN PADA PENDERITAKUSTA DI KABUPATEN KUDUS peningkatan dukungan anggota keluarga penderita kusta. 1. Wiyarni, 2. Indanah, 3. Suwarto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkolosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO) dalam satu tahun kuman M.

Lebih terperinci

Profil Program P2 Kusta Dinkes Kayong Utara

Profil Program P2 Kusta Dinkes Kayong Utara Profil Program P2 Kusta Dinkes Kayong Utara 2009-2011 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, pada akhirnya buku Profil Program Pemberantasan Penyakit Kusta Kabupaten Kayong Utara

Lebih terperinci

-Faktor penyebab penyakit kusta. -Tanda dan gejala penyakit kusta. -Cara penularan penyakit kusta. -Cara mengobati penyakit kusta

-Faktor penyebab penyakit kusta. -Tanda dan gejala penyakit kusta. -Cara penularan penyakit kusta. -Cara mengobati penyakit kusta SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT KUSTA Judul Pokok Bahasan : Penyakit Kusta : Tanda dan Gejala Penyakit Kusta Sub Pokok Bahasan : -Pengertian penyakit kusta - Penyebab penyakit kusta -Faktor penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang belum dapat diselesaikan sampai saat ini, salah satu penyakit menular tersebut adalah Tuberkulosis. Tuberkulosis

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN PELAYANAN PUSKESMAS PADA ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA PENYAKIT KUSTA

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN PELAYANAN PUSKESMAS PADA ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA PENYAKIT KUSTA HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN PELAYANAN PUSKESMAS PADA ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA PENYAKIT KUSTA ANWAR AMRULLAH 1 Puskesmas Arjasa, Sumenep, Jawa Timur 1 Kutipan: Amrullah, A. (2016). Hubungan Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT KUSTA 1. Pengertian Umum. Epidemiologi kusta adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat kejadian, penyebaran dan faktor yang mempengaruhi sekelompok manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta atau Lepra atau Morbus Hansen adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae. 1 Kusta ini merupakan penyakit menahun yang menyerang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PENDERITA TB PARU DAN KONDISI RUMAH TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN POTENSI PENULARAN TB PARU PADA KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan Nasional, karena kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Melalui

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS PADA ANAK USIA BALITA (1-5 TAHUN) DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS PADA ANAK USIA BALITA (1-5 TAHUN) DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS PADA ANAK USIA BALITA (1-5 TAHUN) DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR ASTATI Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN i HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Gita Ria Utami 201410104285

Lebih terperinci

ARTIKEL RISET URL artikel:

ARTIKEL RISET URL artikel: ARTIKEL RISET URL artikel: http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh1109 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Mantan Pasien Kusta K Nurfardiansyah Bur 1, A. Rizki Amelia 1, Nurgahayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini umumnya menyerang pada paru, tetapi juga dapat menyerang bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi banyak terjadi di negara berkembang yang mempunyai kondisi sosial ekonomi rendah. Salah satu penyakit infeksi tersebut adalah penyakit kusta. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agenda Millenium Development Goals (MDGs) menitikberatkan pada upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diindikasikan dari beberapa indikator pencapaian.

Lebih terperinci

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU HAMIL MASIH MEMILIH DUKUN BERANAK DALAM MELAKUKAN BANTUAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARITAING KECAMATAN ALOR TIMUR KABUPATEN ALOR-NTT Seprianus Lahal 1, Suhartatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di seluruh

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU Siti Sarifah 1, Norma Andriyani 2 Prodi D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta sitis88@gmail.com Abstrak Tuberkulosis paru merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era sekarang ini tantangan dalam bidang pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin banyaknya berbagai penyakit menular yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) terutama menyerang kulit dan saraf tepi. Penularan dapat terjadi dengan cara kontak

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemberian, Imunisasi Dasar. Nuur Octascriptiriani Rosdianto

ABSTRAK. : Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemberian, Imunisasi Dasar. Nuur Octascriptiriani Rosdianto HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BAYI TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DI KELURAHAN TIPAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIPAR KOTA SUKABUMI Nuur Octascriptiriani Rosdianto ABSTRAK

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang 724 Artikel Penelitian Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang Ivan Putra Siswanto 1, Yanwirasti 2, Elly Usman 3 Abstrak

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 Yurida Olviani Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT PADA ANAK DI KELURAHAN PABBUNDUKANG KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT PADA ANAK DI KELURAHAN PABBUNDUKANG KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT PADA ANAK DI KELURAHAN PABBUNDUKANG KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP Najamuddin Andi Palancoi * * Fakultas Ilmu Kesehatan UIN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES PADA SISWA-SISWI SDN 1 SOKONG KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN LOMBOK UTARA SKRIPSI OLEH :

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES PADA SISWA-SISWI SDN 1 SOKONG KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN LOMBOK UTARA SKRIPSI OLEH : HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES PADA SISWA-SISWI SDN 1 SOKONG KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN LOMBOK UTARA SKRIPSI OLEH : NOVITA ASMIATI MANSYUR NIM. 08060115 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI Delia Ulpa*, Mahnum Lailan Nst.** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Dosen

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCARIAN PENGOBATAN KUSTA PADA PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA MAKASSAR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCARIAN PENGOBATAN KUSTA PADA PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA MAKASSAR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCARIAN PENGOBATAN KUSTA PADA PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA MAKASSAR Factor Related Of Health Seeking Practice Of Leprosy Patients At Health Service In The Makassar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun, 1 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Penyakit Tuberculosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi dan menular (Raynel, 2010). Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering ditemukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM KONSUMSI OBAT. Nasrul Hadi Purwanto

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM KONSUMSI OBAT. Nasrul Hadi Purwanto HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM KONSUMSI OBAT Nasrul Hadi Purwanto Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : nasrulraza@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya masalah dari segi medis, tapi

Lebih terperinci

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG 1 Lisa Agustina ABSTRAK Jatuh merupakan masalah fisik yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan adanya peradangan pada parenkim paru oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman jenis aerob

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT KHUSUS KUSTA KOTA KEDIRI

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT KHUSUS KUSTA KOTA KEDIRI HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA DI RUMAH SAKIT KHUSUS KOTA KEDIRI Maria W. I Tilis; Ema Mayasari; Sentot Imam Suprapto STIKes Surya Mitra Husada ABSTRACT Leprosy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini tersebar

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH 3 (2) (2014) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT KUSTA Ma rifatul

Lebih terperinci