PERSEPSI MASYARAKAT PERKOTAAN TERHADAP HUTAN KOTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI MASYARAKAT PERKOTAAN TERHADAP HUTAN KOTA"

Transkripsi

1 PERSEPSI MASYARAKAT PERKOTAAN TERHADAP HUTAN KOTA (Studi Kasus Di RW.013, RW.002 Dan RW.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi) HASTO TRI DJATMIKO DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 PERSEPSI MASYARAKAT PERKOTAAN TERHADAP HUTAN KOTA (Studi Kasus Di RW.013, RW.002 Dan RW.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor HASTO TRI DJATMIKO DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 RINGKASAN HASTO TRI DJATMIKO. PERSEPSI MASYARAKAT PERKOTAAN TERHADAP HUTAN KOTA (Studi Kasus Di RW.013, RW.002 Dan RW.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi). Dibimbing oleh ENDES N. DAHLAN dan JOJO ONTARJO. Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki hutan kota yang luasnya sebesar 7,5 Ha, kondisi debu yang melebihi baku mutu sebesar 246,8 µg/nm 3 serta tingkat kebisingan yang juga melebihi baku mutu sebesar 74,5 88,7 dba. Hal ini telah menyebabkan kualitas lingkungan perkotaan di Bekasi menjadi buruk. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menanggulanginya guna mencapai kualitas lingkungan perkotaan yang lebih baik. Salah satu alternatif pemecahannya yaitu dengan program pengembangan hutan kota. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui persepsi masyarakat perkotaan terhadap hutan kota khususnya pada aspek pengenalan, pemanfaatan, dan pengelolaan hutan kota yang ada di Kelurahan Kayuringin Jaya-Kecamatan Bekasi Selatan. Metode penelitian ini adalah metode survei melalui wawancara secara langsung. Responden yang diteliti adalah masyarakat Kelurahan Kayuringin Jaya. Pemilihan responden dilakukan dengan cara Purpossive Random Sampling berdasarkan pada daerah contoh terpilih yang terdiri dari pemukiman Real estate RW 20, Perumnas 1 RW 02, dan Perumnas 2 RW 013. Pemilihan daerah contoh sebagai lokasi penelitian tersebut dimaksudkan dapat mewakili pemukiman yang ada di Kelurahan Kayuringin Jaya. Secara keseluruhan jumlah responden yang diwawancarai berjumlah 50 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan pada umumnya masyarakat Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki persepsi yang tinggi terhadap hutan kota di Bekasi. Hal ini dari rata-rata ketiga tipe permukiman daerah contoh penelitian sebesar 94 % menyatakan bahwa hutan kota merupakan suatu lahan yang secara sengaja disiapkan oleh Pemerintah Kota Bekasi yang ditumbuhi atau ditanami dengan berbagai macam pepohonan dan berfungsi sebagai penghijauan, rekreasi, olahraga, dan sarana pendidikan untuk anak-anak. Kata Kunci : Persepsi, Masyarakat Perkotaan, Hutan Kota.

4 SUMMARY HASTO TRI DJATMIKO. Perception Urban Community to Garden City (Case Study in RW.013, RW.02 and RW.20 Chief of Village Kayuringin Jaya, Subdistric Bekasi Selatan, Bekasi City). Under Supervision of ENDES N. DAHLAN dan JOJO ONTARJO. Garden in city have decrease, condition of dirt is ugly, and high noise in Chief of Village Kayuringin Jaya have caused environmental quality in Bekasi become ugly. Therefore, needed a effort to overcome it to reach environmental quality better. One of alternative of its resolving that is program of development of Garden City. Efficacy this program require to be checked perception from urban community. Researh have done Mei - June 2008, method of this research is survey through interview directly. Responder to be checked is urban community of Chief of Village Kayuringin Jaya. Used appliance are guidance interview, stationery, camera and tape recorder. Perception urban community Chief of Village Kayuringin Jaya seen by 3 Garden City aspect that is Garden City recognition aspect, management and exploiting. Perception to Garden City pertained high, this matter a lot have understand about Garden City. Existence of Garden City felt still less because farm in urban have changed over function become assorted centre activities of society causing farm for forest of town on the wane. Benefit forest of most town required that is fresh air and health, this matter caused by amount of mote in Bekasi which have over normal boundary. While, form of exploiting like doing athletics and recreation. Perception influenced by high existing education factor also. So that, influencing knowledge and understanding of society hit Garden City. Government of institution need optimal of performance in Garden City management exist in Bekasi. Needing there is follow-up to participation from society hit Garden City and improvement existence of Garden City development in Bekasi. Key Words : Perception, Urban Community, Garden City.

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi Masyarakat Perkotaan Terhadap Hutan Kota (Studi Kasus Di RW.013, RW.002 Dan RW.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2008 Hasto Tri Djatmiko NRP E

6 Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat Perkotaan Terhadap Hutan Kota (Studi Kasus Di RW.013, RW.002 Dan RW.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi) Nama : Hasto Tri Djatmiko NIM : E Program Studi : Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Menyetujui : Komisi Pembimbing Ketua, Anggota, Dr. Ir. Endes N. Dahlan, MS Ir. Jojo Ontarjo, MM NIP NIP Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Dr. Ir. Hendrayanto. M.Agr NIP Tanggal Lulus :

7 i KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat Perkotaan Terhadap Hutan Kota (Studi Kasus Di RW.013, RW.002 Dan RW.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi) merupakan skripsi yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB. Selama melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis telah banyak memperoleh dukungan dan bantuan yang tidak ternilai harganya, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Endes N. Dahlan, MS dan Ir. Jojo Ontarjo, MM selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang selalu berusaha mendidik dan membimbing penulis untuk menjadi insan yang lebih berkualitas dan lebih baik di masa yang akan datang. 2. Bapak, Mama, Mbak Ika, Catur, Desi serta seluruh keluarga yang senantiasa memberikan dorongan, semangat, dan doa hingga penulis mampu menyelesaikan studi S1 di IPB. 3. Seluruh staf pengajar Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata IPB yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama masa studi di IPB. 4. Seluruh staf dan pegawai Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata IPB yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus perkuliahan dan menjalani proses birokrasi hingga penulis menyelesaikan studi S1 dari IPB. 5. Pak Lurah, Pegawai Kecamatan dan Kepala Dinas di Dinas-dinas terkait. 6. Seluruh teman dan sahabat KSH 41 yang senantiasa memberikan dorongan moral dan memberikan segala bentuk bantuan hingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dan hingga penulis mampu menyelesaikan studi S1 dari IPB. Bogor, September 2008 Penulis

8 1 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 September Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak H. Sardjono, S.E dan Ibu H. Nurlaelah. Pada tahun 1992 penulis lulus dari Taman Kanak-kanak Islam Al Husna Bekasi, kemudian melanjutkan studi di SD Negeri Dewi Sartika 1 Bekasi. Penulis melanjutkan studi di SLTP Negeri 4 Bekasi pada tahun 1998 dan melanjutkan ke SMU PGRI 1 Bekasi pada tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata IPB melalui jalur USMI pada tahun 2004 dan selama menjalani masa studi di IPB penulis banyak aktif pada berbagai organisasi mahasiswa. Penulis aktif dalam Klub Bahasa Inggris Asrama TPB-IPB pada tahun , menjadi staff biro kewirusahaan dalam kepengurusan Himakova (Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata) Fakultas Kehutanan IPB periode , serta ikut dalam program pembekalan pendampingan UKM bagi mahasiswa IPB penerima beasiswa ++ tahun Penulis juga menjadi peserta Seminar Nasional Selamatkan Hutanku, Selamatkan Negeriku, Menuju Indonesia Bersih. Selain itu, penulis menjadi salah satu manajer dalam usaha Kost Information Centre bersama Kopma IPB pada tahun , serta aktif dalam Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2008, yang membuat konsep kewirusahaan berbasis konservasi dengan judul Conservation Shop.

9 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat... 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan Kota Faktor Persepsi Manfaat Hutan Kota Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota... 6 BAB III. METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Alat dan Bahan Metode Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data... 9 BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kependudukan, Luas dan Batas Wilayah Kondisi dan Pengelolaan Hutan Kota di Kelurahan Kayuringin Jaya 12 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Pengenalan Hutan Kota Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Pemanfaatan Hutan Kota Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Pengelolaan Hutan Kota Persepsi Pengelola Terhadap Hutan Kota BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 43

10 iii 6.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 46

11 iv DAFTAR TABEL No. Halaman Tabel 1 Tingkat pendidikan responden Tabel 2 Tingkat umur responden Tabel 3 Jenis pekerjaan responden Tabel 4 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengenalan hutan kota Tabel 5 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan. 17 Tabel 6 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan umur Tabel 7 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan Tabel 8 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pengenalan hutan kota Tabel 9 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan. 19 Tabel 10 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur Tabel 11 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan Tabel 12 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 terhadap aspek pengenalan hutan kota Tabel 13 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan 22 Tabel 14 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur Tabel 15 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan jenis pekerjaan Tabel 16 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pemanfaatan Hutan Kota Tabel 17 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan 24 Tabel 18 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan umur Tabel 19 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan Tabel 20 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pemanfaatan Hutan Kota Tabel 21 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan 27 Tabel 22 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur... 27

12 v Tabel 23 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan jenis pekerjaan Tabel 24 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 terhadap aspek pemanfaatan Hutan Kota Tabel 25 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan 29 Tabel 26 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan umur Tabel 27 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan jenis pekerjaan Tabel 28 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengelolaan Hutan Kota Tabel 29 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan 31 Tabel 30 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan umur Tabel 31 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan Tabel 32 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pengelolaan Hutan Kota Tabel 33 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan 34 Tabel 34 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur Tabel 35 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan jenis pekerjaan Tabel 36 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengelolaan Hutan Kota Tabel 37 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan 37 Tabel 38 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan umur Tabel 39 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan jenis pekerjaan Tabel 40 Tingkat persepsi pihak pengelola terhadap aspek pengenalan Hutan Kota Tabel 41 Tingkat persepsi pihak pengelola terhadap aspek pemanfaatan Hutan Kota Tabel 42 Tingkat persepsi pihak pengelola terhadap aspek pengelolaan Hutan Kota... 41

13 vi DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman Lampiran 1 Data persepsi masyarakat Kelurahan Kayuringin Jaya terhadap aspek pengenalan hutan kota di Bekasi Lampiran 2 Data persepsi masyarakat Kelurahan Kayuringin Jaya terhadap aspek pemanfaatan hutan kota di Bekasi Lampiran 3 Data persepsi masyarakat Kelurahan Kayuringin Jaya terhadap aspek pengelolaan hutan kota di Bekasi Lampiran 4 Panduan wawancara penelitian... 50

14 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk kota yang semakin tinggi dan perkembangan teknologi yang juga semakin canggih, telah membuat laju perkembangan kota menjadi meningkat. Hal ini ditandai dengan adanya perkembangan fisik kota berupa sarana dan prasarana. Dengan banyaknya jumlah sarana dan prasarana sebagai kebutuhan bagi masyarakat kota mengakibatkan berkurangnya lahan lahan bervegetasi yang dikonversi menjadi tempat perkantoran, pertokoan, tempat rekreasi, industri dan lain sebagainya, sehingga kestabilan ekosistem lingkungan perkotaan menjadi menurun (Dahlan 1992). Permasalahan kerusakan lingkungan hidup di perkotaan antara lain meningkatnya suhu udara, penurunan air tanah, meningkatnya kebisingan di kota, banjir saat musim hujan datang, abrasi pantai, intrusi air laut, meningkatnya kadar karbondioksida, produksi oksigen berkurang dan terciptanya suasana kota yang penuh debu, gersang dan kotor. Kecamatan Bekasi Selatan memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin menurun. Hal ini dikarenakan peranan sektor pertanian tergeser oleh sektor perdagangan dan jasa (BPS 2006). Selain itu, berdasarkan data kualitas debu di Kelurahan Kayuringin Jaya yang berlokasi di jalan Ahmad Yani (depan plaza Hero Bekasi) tingkat konsentrasinya sebesar 246,8 µg/nm 3 telah melebihi baku mutu yang ditetapkan sebesar 230 µg/nm 3 (DPLH 2006). Dampak yang terjadi apabila kualitas debu melebihi baku mutu adalah akan mengakibatkan iritasi pada saluran pernafasan atas (ISPA). Dampak lain debu dapat mempengaruhi estetika lingkungan perkotaan. Selain dari itu, kualitas kebisingan yang ada telah melebihi baku mutu sebesar 60 dba. Berdasarkan data kualitas kebisingan di Kelurahan Kayuringin Jaya sebesar 74,5 88,7 dba. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kegelisahan hingga mengganggu sistem syaraf yang berhubungan dengan pendengaran (DPLH 2006). Menurunnya kualitas lingkungan perkotaan akibat pencemaran debu dan kebisingan menyebabkan kota menjadi sakit, sehingga dapat mempengaruhi kinerja dan produktifitas dari masyarakat menjadi buruk dan pada akhirnya akan

15 2 menghasilkan kekuatan dan masa depan bangsa menjadi lemah dan suram. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan. Salah satu upaya pengelolaan di perkotaan adalah dengan membangun kota kebun yang bernuansa hutan kota. Konsep dasarnya adalah memaksimal keberadaan dan fungsi hutan dan taman serta berbagai bentuk penghijauan kota lainnya untuk mengatasi masalah lingkungan yang ada atau diperkirakan akan ada di masa yang akan datang. Keuntungan dalam membangun hutan kota adalah tidak membutuhkan perawatan yang intensif, sehingga dana yang diperlukan untuk perawatan dan pemeliharaannya relatif murah. Manfaat yang dapat dihasilkan oleh hutan kota jauh lebih baik daripada taman untuk menjadikan kota lebih bersih dari pencemaran udara serta untuk menjadikan kota yang sejuk, sehat dan nyaman (Dahlan 2004). Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki hutan kota berupa jalur hijau atau taman kota yang luasnya hanya 7,5 Ha (Kelurahan Kayuringin Jaya 2007). Hutan kota yang ada tersebut perlu dipertahankan dan dikembangkan lebih baik dari sebelumnya agar dapat berfungsi secara optimal sebagai hutan kota. Keberhasilan program pengelolaan dan pengembangan hutan kota Kelurahan Kayuringin Jaya dibutuhkan partisipasi dan dukungan dari masyarakatnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor persepsi. Menurut (Surata 1993) persepsi sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap lingkungannya. Seseorang yang mempunyai persepsi yang benar mengenai konservasi kemungkinan besar orang tersebut berperilaku positif terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan. Dengan demikian persepsi dapat mempengaruhi orang dalam menentukan sikap dan tindakannya sehingga orang akan ikut berperan aktif dan berpartisipasi di dalam proses pembangunan. Kusumaatmadja (1993) dalam Surata (1993) dengan kapasitasnya sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup, menyatakan tidak ada yang lebih mendasar dalam menangani masalah lingkungan selain membangun persepsi lingkungan di kalangan masyarakat. Selain itu, persepsi juga dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kota Bekasi dalam pengelolaan dan pengembangan hutan kota yang ada agar menjadi lebih baik. Oleh karena itu, perlu diketahui sampai sejauh manakah persepsi masyarakat terhadap Hutan Kota di Bekasi yang

16 3 berhubungan dengan aspek pengenalan hutan kota, aspek pemanfaatan hutan kota, dan aspek pengelolaan hutan kota. Hal ini sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas perkotaan di Bekasi yang semakin menurun. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi masyarakat perkotaan terhadap hutan kota khususnya pada aspek pengenalan, pemanfaatan, dan pengelolaan hutan kota yang ada di Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan. 1.3 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan / pertimbangan bagi para pengambil keputusan dalam mengembangkan program hutan kota di Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan. 2. Memberikan gambaran tindakan yang dapat diambil dalam pengembangan hutan kota di Kota Bekasi. 3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.

17 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan Kota Penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap hutan kota sebelumnya telah dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fuad (2003) di Kabupaten Serang menyatakan bahwa hutan kota yang ada jumlah dan luasannya kurang karena lahan-lahan untuk pengembangan hutan kota dipergunakan membangun sarana dan prasarana perkotaan serta adanya status lahan yang masih menjadi hak milik masyarakat. Kondisi hutan kota di Kabupaten Serang terlihat cukup terawat dengan baik. Adapun bentuk dari hutan kota yang ada di Kabupaten Serang yaitu taman kota, jalur hijau dan taman makam pahlawan. Hutan kota di Kabupaten Serang belum menunjukkan hasil yang memuaskan karena masih banyaknya populasi pohon yang belum memadai atau optimal di suatu tempat. Program pengembangan hutan kota agar dapat berjalan dan berhasil dengan baik, maka dibutuhkan partisipasi dan dukungan sepenuhnya dari masyarakat. Bentuk partisipasi dan dukungan masyarakat agar program pengembangan hutan kota dapat berhasil dengan baik antara lain dengan menghijaukan lingkungan sekitar tempat tinggalnya dan memeliharanya, tidak merusak pohon-pohon yang ada di pinggir jalan, tidak menggunakan lahan hutan kota untuk kegiatan bermain dan berolahraga, tidak membuang sampah di lahan hutan kota, tidak menggores kulit pohon dengan benda-benda tajam dan sebagainya sehingga manfaat dari hutan kota akan dirasakan oleh masyarakat (Fuad 2003). Mauludin (1994) juga melakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap hutan kota yang dilakukan di Wilayah Kotamadya Bogor. Hasil penilitian menunjukkan masyarakat Kodya Bogor memiliki persepsi yang tinggi terhadap hutan kota. Persepsi yang positif terhadap hutan kota diwujudkan dalam bentuk kesukaan masyarakat terhadap tanaman dengan tujuan menciptakan kesejukan, kenyamanan, indah, dan asri.

18 5 2.2 Faktor Persepsi Menurut (Mauludin 1994) faktor pendidikan dapat dijadikan faktor penduga persepsi paling baik dibandingkan faktor-faktor lainnya seperti faktor umur, jenis kelamin dan pekerjaan. Faktor pendidikan dalam pengaruhnya terhadap persepsi juga telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (1998) menyatakan bahwa tingkat pendidikan menunjukkan hubungan yang cukup erat terhadap persepsi masyarakat. Hubungan tersebut menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan persentase nilai persepsi semakin besar, sedangkan Zakih (1997) yang membandingkan persepsi masyarakat kota moderen dengan masyarakat kampung kota terhadap hutan kota menyatakan media massa merupakan sumber yang efektif dalam menyebarkan informasi. Hal ini dikarenakan terdapat hubungan antara informasi dengan tingkat persepsi bahwa semakin banyak informasi yang diterima oleh masyarakat tingkat persepsi juga semakin tinggi. 2.3 Manfaat Hutan Kota Manfaat dari hutan kota di Bekasi adalah dapat mengatasi permasalahan lingkungan yang ada seperti tingkat kebisingan dan debu yang berada di atas baku mutu. Menurut (Dahlan 1992) dengan adanya hutan kota partikel padat dari udara seperti debu akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon dari hutan kota. Selain itu, pohon juga dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Selain itu, manfaat dengan adanya hutan kota adalah meningkatkan keindahan kota, sebagai tempat untuk rekreasi, pendidikan, serta penyerapan polusi udara seperti timbal dan gas karbon dioksida. Manfaat dari hutan kota dapat dirasakan jika hutan kota yang ada dilakukan penataan dengan baik dan jenis pohon yang ditanam sesuai dengan kondisi lahan yang ada serta sesuai dengan tujuan dari pembangunan hutan kota yang diinginkan.

19 6 2.4 Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota Mauludin (1994) menyatakan bentuk kegiatan pengelolaan hutan kota yang dilakukan oleh Pemda Kota Bogor adalah dengan melakukan pemeliharaan terhadap tanaman hias ataupun pepohonan yang berada di sekitar jalur hijau dan taman kota. Selain itu, memangkas ranting-ranting pohon yang dapat membahayakan masyarakat dan mengganti tanaman ataupun pohon yang sudah tua dan mati. Dalam PP No. 63 tahun 2002 tentang Hutan kota menjelaskan penunjukan lokasi dan luas hutan kota didasarkan pada pertimbangan luas wilayah, jumlah penduduk, tingkat pencemaran dan kondisi fisik kota. Luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 Ha. Selain itu, persentase luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan atau disesuaikan dengan kondisi wilayah tersebut.

20 7 BAB III. METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai Persepsi Masyarakat Perkotaan Terhadap Hutan Kota ini diselenggarakan di Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi pada bulan Mei 2008 sampai Juni Alat dan Bahan Alat alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : a. Panduan wawancara. b. Alat alat tulis. c. Kamera. d. Alat perekam suara (MP4). 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei melalui wawancara secara langsung. Menurut (Unradjan 2000) metode survei digunakan jika ingin meneliti pendapat, motif, sikap, dan harapan. Survei merupakan tipe pendekatan dalam penelitian, yang ditujukan pada sejumlah besar individu atau kelompok, unit yang ditelaahnya, apakah individu ataukah kelompok, jumlahnya relatif besar. Oleh karena itu, tentunya mustahil untuk bisa menelaahnya secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif seperti halnya yang dilakukan melalui studi kasus. Sedangkan, Faisal (2005) menyatakan dengan metode survei, peneliti hendak menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi, apakah berkenaan dengan sikap, tingkah laku, ataukah aspek sosial lainnya. Penulis dengan menggunakan metode survei dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi, maka individu atau kelompok yang diteliti bisa mewakili / representatif.

21 Pemilihan Responden dan Daerah Contoh Pemilihan responden dilakukan dengan cara Purpossive Random Sampling yaitu pengambilan contoh secara acak dengan keadaan yang kita kehendaki. Pengambilan responden berdasarkan pada daerah contoh terpilih yang terdiri dari permukiman Real estate RW 20, Perumnas 1 RW 02, dan Perumnas 2 RW 013. Pemilihan daerah contoh tersebut dimaksudkan dapat mewakili permukiman berdasarkan tipe permukiman yang ada di Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan. Letak hutan kota dan daerah contoh penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1 Peta lokasi penelitian. Ket : Lokasi penelitian RW.013 ; Lokasi penelitian RW.002 ; Lokasi penelitian RW.020 ; Lokasi Hutan Kota Bina Bangsa.

22 Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan alat bantu berupa panduan wawancara yang dapat dilihat pada lampiran 5. Responden yang diteliti adalah masyarakat umum Kelurahan Kayuringin Jaya. Secara keseluruhan jumlah responden yang diwawancarai berjumlah 50 orang. Responden yang diwawancarai tersebut merupakan kepala keluarga (KK) yang dipilih secara acak dan dimaksudkan dapat mewakili. Selain itu, pada pihak pengelola (instansi terkait) sebanyak 7 orang. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari tiga aspek hutan kota, yaitu pengenalan hutan kota, pemanfaatan hutan kota, dan pengelolaan hutan kota, sedangkan data sekunder yang digunakan adalah data penunjang dari data primer. Banyaknya jumlah sample tergantung pada faktor-faktor lain seperti biaya, fasilitas dan waktu yang tersedia, juga populasi yang ada atau bersedia dijadikan sample, tujuan penelitian, apakah membuktikan teori atau mengambil generalisasi. Nasution (2003) menyatakan mutu penelitian tidak ditentukan oleh besarnya sample, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya serta mutu pelaksanaan serta pengolahannya. 3.4 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan cara menterjemahkan data ke dalam bentuk tabel agar lebih mudah dimengerti. Data yang ada di dalam tabel kemudian dilakukan pengolahan sesuai dengan aspek yang dikaji. Tingkat persepsi masyarakat terhadap 3 aspek hutan kota dibedakan menjadi tinggi dan rendah berdasarkan tingkat pemahaman. Persepsi yang tinggi dimaksudkan masyarakat sudah memahami tentang aspek hutan kota yang dikaji, sedangkan persepsi yang rendah masyarakat belum memahami. Hasil dari pengolahan data berupa persentase atas jawaban yang telah diberikan oleh setiap responden, persentase tersebut kemudian dilakukan analisis dan pembahasan sesuai topik penelitian yang dikaji. Parameter persepsi yang digunakan adalah tingkat pendidikan, umur dan jenis pekerjaan responden.

23 10 Perolehan data yang berupa catatan-catatan dari hasil wawancara dengan responden kemudian dianalisis berdasarkan tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan menyederhanakan data yang diperoleh dari lapangan dengan meringkas dan menggolongkannya. Kegiatan ini dilakukan untuk menajamkan dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga didapat data utama yang menjadi pokok penelitian serta mendapatkan kesimpulan akhir. Penyajian data dilakukan secara naratif deskriptif serta ditunjang dengan bentuk bagan dan tabel untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil analisis data yang telah diperoleh secara terpadu. Terakhir, penarikan kesimpulan dengan melakukan verifikasi data yaitu melakukan pemikiran ulang dan peninjauan ulang data untuk menarik kesimpulan yang tepat.

24 11 BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kependudukan, Luas dan Batas Wilayah Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki luas wilayah sebesar 3,86 km 2. Berdasarkan data pada tahun 2007 periode bulan Juni 2007 Maret 2008 Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki jumlah penduduk sebesar jiwa yang terdiri dari jiwa penduduk laki laki dan jiwa penduduk perempuan. Selain itu, jumlah kepala keluarga sebanyak KK. Batas batas wilayah administrasi yang mengelilingi wilayah Kelurahan Kayuringin Jaya adalah : Sebelah Utara : Kelurahan Harapan Mulya. Sebelah Selatan : Kelurahan Pekayon Jaya. Sebelah Barat : Kelurahan Jaka Sampurna. Sebelah Timur : Kelurahan Marga Jaya. Kelurahan yang terdiri dari 26 RW dan 193 RT ini pernah mengalami bencana alam berupa banjir yang cukup besar pada bulan Februari Tingkat pendidikan warga Kelurahan Kayuringin Jaya pada umumnya adalah SLTA yaitu sebanyak jiwa. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan yang ada cukup tinggi. Sebagian besar warga Kelurahan Kayuringin Jaya beragama Islam yaitu sebanyak jiwa dan sisanya sebanyak jiwa beragama selain Islam. Selain itu, mengenai mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah PNS yaitu sebanyak jiwa. Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki 2 tipe permukiman yaitu Real Estate sebanyak 1 buah dan Perumnas sebanyak 2 buah yaitu Perumnas 1 dan 2. Karakteristik dari RW yang terpilih sebagai daerah contoh penelitian yaitu RW.013 yang merupakan tipe permukiman Perumnas 2 memiliki 5 RT dan terdapat ± 220 KK. Jumlah warga yang ada sebanyak ± jiwa. RW.013 memiliki keunggulan pada Posyandu, Ketertiban dan Kebersihan yang baik. Pemilihan RW.013 sebagai salah satu lokasi tipe permukiman yang akan diteliti, karena merupakan salah satu dari tipe permukiman Perumnas 2 yang terdiri dari 12 RW dan pemilihan RW.013 juga terkait dengan lokasi permukimannya yang dekat dengan hutan kota Bina Bangsa yaitu sekitar 100 meter.

25 12 RW.002 adalah salah satu dari tipe permukiman Perumnas 1 yang memiliki 10 RT dan terdapat ± 763 KK. Jumlah warga yang ada sebanyak ± jiwa terdiri dari 68% wanita dan 32% laki-laki. RW.002 terpilih sebagai RW terbaik dalam hal kebersihan di tingkat Kecamatan dan Kota. Hal ini dikarenakan RW.002 memiliki keunggulan di bidang K3 yaitu keindahan, kebersihan, dan ketertiban. Pemilihan Rw.002 sebagai salah satu lokasi tipe permukiman yang akan diteliti karena merupakan salah satu dari tipe permukiman Perumnas 1 yang terdiri dari 4 RW dan terkait dengan lokasi permukimannya yang berada di tengah-tengah Kelurahan Kayuringin Jaya sehingga lokasi permukimannya dapat dikatakan tidak jauh juga tidak dekat dengan hutan kota Bina Bangsa yaitu sekitar 200 meter. RW.020 yang memiliki 9 RT dan merupakan salah satu tipe permukiman Real Estate. RW.020 terdapat ± 390 KK dengan jumlah warga ± 712 jiwa terdiri dari ± 360 laki-laki dan ± 352 perempuan. Pemilihan RW.020 sebagai salah satu lokasi tipe permukiman yang akan diteliti karena merupakan salah satu dari tipe permukiman Real Estate yang terdiri dari 10 Rw. Walaupun, jarak dengan hutan kota dapat dikatakan jauh yaitu sekitar 400 meter (Kantor Kelurahan Kayuringin Jaya 2007). 4.2 Kondisi dan Pengelolaan Hutan Kota di Kelurahan Kayuringin Jaya Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki hutan kota yang dinamakan Hutan Kota Bumi Perkemahan Bina Bangsa (BPBB) dengan luas sebesar 7,5 Ha. Hutan Kota ini sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berolahraga, rekreasi bersama keluarga, dan berjalan-jalan. Selain itu, dimanfaatkan pula untuk kegiatan pendidikan terutama kepramukaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Dahlan (2004) bahwa areal Hutan Kota dapat dijadikan sebagai sarana untuk pendidikan. Murid dan siswa sekolah lanjutan tingkat pertama maupun tingkat atas dapat melakukan karya wisata di sini. Kegiatan ini juga bermanfaat untuk menumbuhkan kecintaan mereka terhadap lingkungan hidup dan sumberdaya alam. Para pedagang juga banyak yang menjajakan barang dagangannya, terutama pada saat hari minggu. Selain itu, kondisi Hutan Kota Bumi Perkemahan Bina Bangsa dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dikarenakan sudah ada penataan

26 13 pohon-pohon yang ditanam, penambahan sarana dan prasarana seperti kursi, tempat sampah dan papan informasi untuk pengunjung. Hutan Kota Bumi Perkemahan Bina Bangsa ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bekasi sesuai dengan Keputusan Walikota No. 660 / Kep. 97-DTKP / III / 2004 tentang hutan kota di wilayah Bekasi. Dalam keputusan tersebut juga diatur mengenai kepengurusan atau pihak pengelola yang berwenang untuk mengelola kawasan GOR Bekasi, termasuk kawasan Hutan Kota Bumi Perkemahan Bina Bangsa. Pihak pengelola yang berwenang terdiri dari KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) menangani tentang olahraga yang ada di kawasan GOR, Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) menangani semua kebersihan lingkungan yang ada di GOR, Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) menangani kesuburan pohon-pohon yang ada dan bertanggung jawab berkaitan dengan hutan kota, sedangkan Pramuka Kuwarcab yang merupakan tingkatan kepramukaan melakukan kegiatan melalui pramuka seperti penanaman pohon. Sedangkan menangani masalah pedagang dan berhubungan dengan masyarakat dilakukan oleh Dinas Sosial Bekasi.

27 14 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Pembahasan mengenai persepsi masyarakat terhadap hutan kota tidak terlepas dari karakteristik masyarakat tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui karakteristik responden yang ada agar dapat mewakili keseluruhan populasi. Karakteristik responden pada penelitian ini dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, umur dan jenis pekerjaan. Selain itu, karakteristik responden tersebut juga digunakan sebagai parameter persepsi, sehingga dapat diketahui faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi responden terhadap hutan kota. Hal ini sesuai dengan pernyataan Surata (1993) yang menyatakan persepsi ditentukan oleh faktor internal seperti kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, kapasitas alat indera dan jenis kelamin. Karakteristik responden pada tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Tingkat pendidikan responden No. Tingkat Jumlah Responden (%) Pendidikan RW.013 RW.002 RW SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah Berdasarkan Tabel tersebut RW.013 dan RW.020 pada umumnya tingkat pendidikannya yaitu Perguruan Tinggi masing-masing sebesar 70,59% dan 68,75%, sedangkan pada RW.002 tingkat pendidikan yang ada sebagian besar adalah SLTA sebesar 41,18%. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan responden tergolong tinggi. Tingkat pendidikan yang tergolong tinggi tersebut akan dihubungkan dengan tingkat persepsi masyarakat terhadap aspek hutan kota yang dikaji.

28 15 Pada tingkat umur responden secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Tingkat umur responden No. Kelas Umur Jumlah Responden (%) RW.013 RW.002 RW Jumlah Pada Tabel tersebut RW.013 dan RW.020 sebagian besar tingkat umur responden berada pada kelas umur tahun yang besarnya masing-masing 41,18% dan 50%, sedangkan di RW.002 tingkat umur yang mendominasi berada pada kelas umur tahun yaitu sebesar 29,41%. Tingkatan umur responden tersebut dapat dikatakan bahwa responden secara umum tergolong sudah berpengalaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Vandemark dan Leth (1971) dalam Surata (1993) yang menyebutkan bahwa persepsi individu salah satunya dibatasi oleh perbedaan pengalaman. Selain dari tingkat pendidikan dan umur, dilihat juga karakteristik pada jenis pekerjaan. Lebih lengkap jenis pekerjaan yang ada dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3 Jenis pekerjaan responden Jumlah Responden (%) No. Jenis Pekerjaan RW.013 RW.002 RW Pensiunan Wiraswasta PNS Pegawai Swasta Jumlah Berdasarkan Tabel 3 terdapat perbedaan jenis pekerjaan pada setiap RW. Pada RW.013 jenis pekerjaan yang ada sebagian besar adalah pegawai swasta yakni sebesar 35,3% dan RW.002 secara umum sebanyak 58,82% responden

29 16 sudah pensiun, sedangkan pada RW.020 jenis pekerjaan responden yang paling banyak adalah pegawai negeri sipil (PNS) yaitu sebanyak 37,5%. Oleh karena itu, jenis pekerjaan yang ada juga dihubungkan dengan tingkat persepsi terhadap hutan kota. 5.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Pengenalan Hutan Kota Persepsi Masyarakat RW.013 Terhadap Aspek Pengenalan Hutan Kota Persepsi masyarakat RW.013 pada aspek pengenalan hutan kota dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pengenalan dan pengetahuan masyarakat tentang aspek pengenalan hutan kota. Lebih jelasnya penilaian persepsi masyarakat secara umum terhadap aspek pengenalan hutan kota dapat dilihat pada Lampiran 1. Masyarakat Rw.013 pada umumnya mengetahui yang dimaksud dengan hutan kota, hal ini tergambar sebanyak 100% menyatakan bahwa hutan kota merupakan suatu lahan yang secara sengaja disiapkan oleh pemerintah Kota Bekasi yang ditumbuhi atau ditanami dengan berbagai macam pepohonan dan berfungsi sebagai keindahan kota, rekreasi, olahraga, dan sarana pendidikan untuk anak-anak. Selain itu, masyarakat Rw.013 juga dapat lebih mengetahui keadaan hutan kota yang ada karena lokasinya yang sangat dekat sekitar 100 meter. Sebanyak 64,70% mengetahui keberadaan Hutan Kota Bina Bangsa, sedangkan 35,30% yang lainnya menyatakan ketidak tahuannya karena kesibukan seharihari. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengenalan hutan kota No Tipe Pertanyaan Jumlah (%) 1. 1a Ya 100 Tidak b Setuju 100 Tidak a Ada 64,70 Tidak 35,30 Keterangan : 1a : Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan Hutan Kota. 1b : Apakah anda setuju dengan adanya hutan kota. 2a : Menurut anda apakah di Kota Bekasi sudah ada hutan kota.

30 17 Terkait dengan bentuk hutan kota yang diperlukan di kota Bekasi sebanyak sebanyak 41,17% menginginkan taman kota. Hal ini terkait dengan keindahan Kota Bekasi yang kurang baik akibat banyaknya pencemaran yang terjadi seperti pencemaran debu dan tingkat kebisingan yang tinggi. Tingkat pemahaman masyarakat RW.013 dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang didapatkan dari berita dan informasi yang berhubungan dengan hal-hal mengenai hutan kota. Selain itu, faktor pendidikan juga dapat mempengaruhi tingkat persepsi seseorang. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan dengan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Persepsi No. Tingkat Pendidikan Rendah (%) Tinggi (%) 1. SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah Berdasarkan Tabel 5 tersebut tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan tergolong tinggi. Pada umumnya tingkat pendidikan adalah Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 70,59%. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan yang ada tergolong tinggi dan mempengaruhi tingkat persepsi terhadap aspek pemanfaatan hutan kota yang juga tergolong tinggi. Tingkat persepsi yang tinggi tersebut menggambarkan bahwa masyarakat sudah memahami tentang aspek pengenalan hutan kota yang dipengaruhi oleh banyaknya informasi mengenai hal-hal terkait dengan hutan kota. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wibowo (1987) dalam Pamungkas (2006) yang menyatakan bahwa persepsi adalah suatu gambaran pengertian serta interpretasi seseorang mengenai suatu obyek, terutama bagaimana orang tersebut menghubungkan informasi itu dengan dirinya dan lingkungan ia berada. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengenalan hutan kota, selain dipengaruhi tingkat pendidikan juga dipengaruhi oleh tingkat umur dan jenis pekerjaan. Hubungan tingkat persepsi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 6.

31 18 Tabel 6 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan umur No. Kelas Umur Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) Jumlah Berdasarkan Tabel 6 tingkat persepsi masyarakat yang tergolong tinggi secara umum barada pada kelas umur tahun. Hal ini dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor pengalaman pada masyarakat tersebut, sedangkan hubungan tingkat persepsi berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan No. Jenis Pekerjaan Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 1. Pensiunan Wiraswasta PNS Pegawai Swasta Jumlah Pada Tabel 7 tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi dan sebagian besar berada pada jenis pekerjaan pegawai swasta. Hal ini dimungkinkan terdapat pengaruh tertentu mengenai persepsi terhadap suatu objek berdasarkan lingkungan tempat kerjanya. Dengan demikian dari 3 parameter di atas tingkat persepsi masyarakat RW.013 tergolong tinggi Persepsi Masyarakat RW.002 Terhadap Aspek Pengenalan Hutan Kota Persepsi masyarakat RW.002 pada umumnya mengetahui yang dimaksud dengan hutan kota yaitu sebanyak 88,24% menyatakan bahwa hutan kota merupakan suatu lahan penghijauan yang ada di dalam kota yang perlu

32 19 dilestarikan keberadaannya dan ada penataan serta terpelihara dengan baik sehingga dapat berfungsi sebagai perlindungan air, penyerapan polusi, menyaring debu, paru-paru kota, dan penghasil udara yang bersih untuk penyegaran. Masyarakat mengetahui keberadaan hutan kota sebanyak 82,35%, sedangkan 17,65% yang lainnya menyatakan tidak tahu. Tingkat persepsi masyarakat RW.002 tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pengenalan hutan kota No Tipe Pertanyaan Jumlah (%) 1. 1a Ya 88,24 Tidak 11, b Setuju 100 Tidak a Ada 82,35 Tidak 17,65 Keterangan : 1a : Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan Hutan Kota. 1b : Apakah anda setuju dengan adanya hutan kota. 2a : Menurut anda apakah di Kota Bekasi sudah ada hutan kota. Terkait dengan bentuk hutan kota yang diperlukan di kota Bekasi sebanyak 41,17% menginginkan bentuk hutan kota berupa jalur hijau. Hal ini dikarenakan sebagai upaya untuk mengurangi pencemaran debu dan cuaca yang panas di Bekasi. Tingkat pemahaman masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Persepsi No. Tingkat Pendidikan Rendah (%) Tinggi (%) 1. SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah Berdasarkan Tabel 9 tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan tergolong tinggi yaitu sebanyak 88,24%, walaupun ada juga masyarakat memiliki tingkat persepsi yang rendah sebanyak 11,76% dengan tingkat pendidikan SD dan SLTP. Pada umumnya tingkat persepsi yang tinggi

33 20 berada di tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 41,18%. Tingkat persepsi yang tinggi tersebut menggambarkan bahwa masyarakat sudah memahami terhadap aspek pengenalan hutan kota dan dipengaruhi oleh banyaknya informasi mengenai hal-hal terkait dengan hutan kota. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengenalan hutan kota, selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan juga dipengaruhi oleh tingkat umur dan jenis pekerjaan. Hubungan tingkat persepsi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur No. Kelas Umur Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) Jumlah Berdasarkan Tabel 10 tersebut tingkat persepsi masyarakat yang tergolong tinggi secara umum barada pada kelas umur tahun dan tahun. Hal ini dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor pengalaman pada masyarakat tersebut, sedangkan hubungan tingkat persepsi berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan No. Jenis Pekerjaan Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 1. Pensiunan Wiraswasta PNS Pegawai Swasta Jumlah Pada Tabel 11 tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi dan sebagian besar berada pada jenis pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS). Hal ini dimungkinkan terdapat pengaruh tertentu mengenai persepsi terhadap suatu objek

34 21 berdasarkan lingkungan tempat kerja. Dengan demikian dari 3 parameter di atas tingkat persepsi masyarakat RW.002 tergolong tinggi Persepsi Masyarakat RW.020 Terhadap Aspek Pengenalan Hutan Kota Persepsi masyarakat RW.020 pada umumnya mengetahui yang dimaksud dengan hutan kota yaitu sebanyak 93,75% menyatakan bahwa hutan kota merupakan suatu lahan penghijauan yang berfungsi sebagai penyerapan air, mengurangi polusi, menyaring debu, paru-paru kota, dan penghasil oksigen. Masyarakat mengetahui keberadaan hutan kota sebanyak 31,25%, sedangkan 68,75% yang lainnya menyatakan tidak tahu. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh jarak masyarakat dengan hutan kota yang cukup jauh yaitu sekitar 400 meter. Tingkat persepsi masyarakat RW.002 tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 terhadap aspek pengenalan hutan kota No Tipe Pertanyaan Jumlah (%) 1. 1a Ya 93,75 Tidak 6, b Setuju 100 Tidak a Ada 31,25 Tidak 68,75 Keterangan : 1a : Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan Hutan Kota. 1b : Apakah anda setuju dengan adanya hutan kota. 2a : Menurut anda apakah di Kota Bekasi sudah ada hutan kota. Terkait dengan bentuk hutan kota yang diperlukan, masyarakat sebanyak 18,75% menginginkan bentuk hutan kota berupa hutan yang asri dan hijau. Hal ini dikarenakan sebagai upaya untuk mengurangi permasalahan lingkungan di Bekasi. Tingkat pemahaman masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 13.

35 22 Tabel 13 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Persepsi No. Tingkat Pendidikan Rendah (%) Tinggi (%) 1. SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah Berdasarkan Tabel 13 tersebut tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan tergolong tinggi yaitu sebanyak 93,75%, walaupun ada juga masyarakat memiliki tingkat persepsi yang rendah yaitu 11,76% dengan tingkat pendidikan SLTA. Tingkat persepsi yang tinggi ada di tingkat pendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 68,75%. Tingkat persepsi yang tinggi tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi tingkat persepsi masyarakat terhadap aspek pengenalan hutan kota. Tingkat persepsi masyarakat RW.020 terhadap aspek pengenalan hutan kota, selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan juga dipengaruhi oleh tingkat umur dan jenis pekerjaan. Hubungan tingkat persepsi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur No. Kelas Umur Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) Jumlah Berdasarkan Tabel 14 tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi dan secara umum barada pada kelas umur tahun. Hal ini dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor pengalaman pada masyarakat tersebut, sedangkan hubungan tingkat persepsi berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 15.

36 23 Tabel 15 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan jenis pekerjaan No. Jenis Pekerjaan Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 1. Pensiunan Wiraswasta PNS Pegawai Swasta 0 25 Jumlah Pada Tabel 15 tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi yaitu sebesar 93,75% dan sebagian besar berada pada jenis pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 37,5%. Hal ini dimungkinkan terdapat pengaruh tertentu mengenai persepsi terhadap suatu objek berdasarkan lingkungan tempat kerja. Dengan demikian dari 3 parameter di atas tingkat persepsi masyarakat RW.002 tergolong tinggi. 5.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Pemanfaatan Hutan Kota Persepsi Masyarakat RW.013 Terhadap Aspek Pemanfaatan Hutan Kota Persepsi masyarakat RW.013 semuanya menyatakan meluangkan waktunya di hari minggu pada pagi hari untuk pergi ke areal hutan kota. Masyarakat Rw. 013 membutuhkan hutan kota terutama untuk berekreasi dan menghilangkan kejenuhan serta mendapatkan kesehatan fisik dan mental. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan stress dari rutinitas sehari-hari. Menurut Dahlan (1992) monotonitas, rutinitas, dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi oleh kegiatan lain yang bersifat rekreatif, sehingga dapat menghilangkan monotonitas, rutinitas, dan kejenuhan kerja. Lebih jelasnya penilaian persepsi masyarakat secara umum terhadap aspek pemanfaatan hutan kota dapat dilihat pada Lampiran 2. Masyarakat RW.013 sebanyak 76,47% menyatakan manfaat dari hutan kota yang dapat dirasakan yaitu manfaatnya terhadap udara menjadi lebih segar dan bersih. Hal ini dikarenakan sudah banyak terjadi pencemaran di Kota Bekasi terutama pencemaran udara akibat polusi udara dari asap kendaraan bermotor. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 16.

PERSEPSI MASYARAKAT PERKOTAAN TERHADAP HUTAN KOTA

PERSEPSI MASYARAKAT PERKOTAAN TERHADAP HUTAN KOTA PERSEPSI MASYARAKAT PERKOTAAN TERHADAP HUTAN KOTA (Studi Kasus Di RW.013, RW.002 Dan RW.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi) HASTO TRI DJATMIKO DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan-lahan untuk menyediakan permukiman, sarana penunjang ekonomi

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 Kemampuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dengan terus meningkatnya pembangunan di

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dalam penelitian ini, peran ruang terbuka hijau dibagi menjadi fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama terkait dengan fungsi ekologis, sedangkan fungsi

Lebih terperinci

PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN

PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI.

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI. PEMETAAN PENYEBARAN POLUTAN SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA CILEGON BAKHTIAR SANTRI AJI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 pengertian persepsi Menurut Salim dan Salim (1991) dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, mendefinisikan persepsi sebagai pandangan dari seseorang atau banyak

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara menyeluruh. Pembangunan daerah telah berlangsung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya kemajuan dan kestabilan pembangunan nasional menempatkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai kota metropolitan dengan kondisi perekonomian yang selama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat yang dihuni oleh masyarakat dimana mereka dapat bersosialisasi serta tempat melakukan aktifitas sehingga perlu dikembangkan untuk menunjang aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan terbuka hijau dialih fungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, kawasan industri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak kota di dunia dilanda oleh permasalahan lingkungan, paling tidak adalah semakin memburuknya kualitas udara. Terpapar oleh polusi udara saat ini merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman merupakan fasilitas publik yang disediakan oleh Pemerintah Kota, yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial dan memperindah

Lebih terperinci

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha) 80 Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun 1988 RUTRK Untuk RTH (ha) Kebutuhan RTH Berdasarkan Inmendagri No.14/88 Selisih (ha) Pekanbaru Kota 0 90-90 * Senapelan 0 266-266

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang 38 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI SKRIPSI. Oleh : HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN /MANAJEMEN HUTAN

STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI SKRIPSI. Oleh : HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN /MANAJEMEN HUTAN STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI SKRIPSI Oleh : HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN 031201002/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini penting sebab tingkat pertambahan penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat Prediksi Luasan Optimal Hutan Kota Sebagai Penyerap Gas Karbondioksida (CO 2) di Kota Medan 1 Predicting of Urban Forest Width as the Carbondioxide (CO 2) Absorber in Medan Suri Fadhilla 2, Siti Latifah

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perubahan iklim akibat pemanasan global saat ini menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia. Perubahan iklim dipengaruhi oleh kegiatan manusia berupa pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang berkembang sangat pesat dengan ciri utama pembangunan fisik namun di lain sisi, pemerintah Jakarta

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota pada dasarnya adalah tempat bermukim bagi suatu komunitas dalam jumlah yang besar. Namun selain tempat bermukim suatu komunitas, kota juga merupakan tempat dimana

Lebih terperinci

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang : a. bahwa dalam upaya menciptakan wilayah

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena pemanasan bumi, degradasi kualitas lingkungan dan bencana lingkungan telah membangkitkan kesadaran dan tindakan bersama akan pentingnya menjaga keberlanjutan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 410 Desember 2011 (Lampiran 2), bertempat di wilayah Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Per Kecamatan Kota yang terdiri dari enam kecamatan memiliki proporsi jumlah penduduk yang tidak sama karena luas masing-masing kecamatan

Lebih terperinci

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 POTENSI

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A 34201036 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR Oleh : Elfin Rusliansyah L2D000416 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya kawasan bisnis maupun kawasan niaga. Gejala menjamurnya pembangunan fisik yang berlebihan dipastikan akan

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. ada di sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Bandung yang berjarak 42 Km dengan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. ada di sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Bandung yang berjarak 42 Km dengan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Aspek Geografis Wilayah Kecamatan Cicalengka merupakan salah satu Kecamatan yang ada di sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Bandung yang berjarak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT

DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT.BA) (PERSERO) TBK - UNIT PRODUKSI OMBILIN (UPO) DAN TAMBANG BATUBARA TANPA IZIN (PETI) TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI OMBILIN SAWAHLUNTO

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada PENDAHULUAN Latar Belakang Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas.dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan

Lebih terperinci

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENEBANGAN POHON DAN/ATAU PEMINDAHAN TAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA (Kasus: Program Urban Masyarakat Mandiri, Kelurahan Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur) Oleh: DEVIALINA

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor :

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor : Katalog BPS nomor : 9213.3273.240 RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG KECAMATAN SUKAJADI MAJU STATISTIK DAERAH Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN

Lebih terperinci

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk ALFARED FERNANDO SIAHAAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Kota Bekasi, Kecamatan Bekasi Selatan dan kondisi eksiting Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Bekasi, Kota Bekasi. 3.1 Gambaran

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 19 Tahun 2013 SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGHIJAUAN KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat terjadinya kehidupan dan aktivitas bagi penduduk yang memiliki batas administrasi yang diatur oleh perundangan dengan berbagai perkembangannya.

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi Secara geografis Kota Bekasi berada pada posisi 106 o 48 28 107 o 27 29 Bujur Timur dan 6 o 10 6 6 o 30 6 Lintang Selatan. Letak Kota Bekasi yang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL FINITE LENGTH LINE SOURCE UNTUK MENDUGA KONSENTRASI POLUTAN DARI SUMBER GARIS (STUDI KASUS: JL. M.H. THAMRIN, DKI JAKARTA)

PENERAPAN MODEL FINITE LENGTH LINE SOURCE UNTUK MENDUGA KONSENTRASI POLUTAN DARI SUMBER GARIS (STUDI KASUS: JL. M.H. THAMRIN, DKI JAKARTA) PENERAPAN MODEL FINITE LENGTH LINE SOURCE UNTUK MENDUGA KONSENTRASI POLUTAN DARI SUMBER GARIS (STUDI KASUS: JL. M.H. THAMRIN, DKI JAKARTA) EKO SUPRIYADI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Luas Hutan Kota di Kotamadya Jakarta Selatan Berdasarkan Peraturan Penentuan luas hutan kota mengacu kepada dua peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu menurut PP No 62 Tahun

Lebih terperinci

ANALISA DEGRADASI HUTAN MANGROVE PADA KAWASAN WISATA TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA

ANALISA DEGRADASI HUTAN MANGROVE PADA KAWASAN WISATA TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ANALISA DEGRADASI HUTAN MANGROVE PADA KAWASAN WISATA TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA Oleh YOHAN M G JARISETOUW FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS NEGERI PAPUA MANOKWARI 2005 ii Abstrak Yohan M G Jarisetouw. ANALISA

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR Oleh : RIAS ASRIATI ASIF L2D 005 394 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh ANDIKA PAMBUDI A14304075 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek 68 Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek KUESIONER UNTUK PENGUNJUNG Peneliti : Mega Haditia/E34080046 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Selamat

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci