Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Bawaan pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 Mei 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Bawaan pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 Mei 2012"

Transkripsi

1 928 Artikel Penelitian Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Bawaan pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 Mei 2012 Nur Ain 1, Didik Hariyanto 2, Sofina Rusdan 3 Abstrak Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan defek lahir yang sering ditemukan dan merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua jenis kelainan bawaan. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa adanya variasi secara geografik yang penting pada insiden PJB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi karakteristik dari penderita PJB anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan melihat karakteristik penderita anak dengan PJB pada data rekam medik. Sampel penelitian ini adalah 55 pasien anak yang menderita penyakit jantung bawaan di RSUP Dr. M. Djamil Padang dari Januari 2010 sampai Mei Mayoritas penderita adalah perempuan (61,8%), dan mayoritas umur sampel terdapat pada kelompok umur kurang dari 1 tahun (56.4%). Jenis PJB terbanyak adalah TF (21,8%) dan gejala yang paling sering dijumpai adalah sesak nafas (50,9%). Sebanyak (34,5%) penderita memiliki penyakit kongenital lain, dengan penyakit nonsindroma terbanyak adalah atresia ani dan omfalokel dengan masing-masing (22,2%) dan penyakit sindroma terbanyak adalah sindroma Down (40%). Gagal tumbuh terdapat pada (49,1%) penderita. Nilai Hb PJB sianotik lebih tinggi berbanding asianotik. Tingkat tindakan operatif kasus PJB anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang adalah 1,8%.Terdapat variasi karakteristik dari penderita PJB yang ada di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Kata kunci: penyakit jantung bawaan, anak, variasi karakteristik Abstract Congenital heart disease (CHD) is a common birth defect, and a leading cause of deaths linked to birth defects. Many studies show that the presence of significant geographic variation in the incidence of CHD. The objective of this study was to determine the variation of the characteristics of patients with CHD in Dr. M. Djamil Hospital Padang. This research is a descriptive research by observing at the characteristics of children with CHD using the medical record data. The total sample of this study was 55 children, which are suffering from CHD in Dr. M. Djamil Hospital Padang from January May The results of this study showed that majority of the patients were female (61.8%), and the majority of samples are at the age group of less than 1 year (56.4%). The most common of CHD was Tetralogy of Fallot (21.8%), and shortness of breath was the highest (50.9%) symptom that had been found. A total of (34.5%) patients had another congenital diseases, the most common nonsyndromic disease are anus atresia and omfalocele (22.2%) respectively, and the most common syndromic disease is Down Syndrome (40%). Failure to thrive presents in 49.1% patients. The level of Hb in patient with cyanotic CHD is higher than the acyanotic CHD. The number of the surgery of CHD cases in children at Dr. M. Djamil Hospital Padang is 1.8%. There are variations in the characteristic of children with CHD in Dr. M. Djamil Hospital Padang. Keywords: congenital heart disease, children, variation of characteristics Affiliasi penulis: 1. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNAND, 3. Bagian Fisiologi FK UNAND. Korespondensi: Nur Ain, Nurainmohdrizal@yahoo.com.myTelp:

2 929 PENDAHULUAN Penyakit jantung bawaan (PJB) disebut juga defek jantung bawaan, merupakan istilah umum untuk kelainan pada struktur jantung dan pembuluh darah besar yang muncul sejak lahir yang sering ditemukan dan merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua jenis kelainan bawaan. Secara umum, insiden PJB adalah 8 sampai 10 dari 1000 kelahiran hidup. Namun, frekuensi ini hanya estimasi dan kurang akurat. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat variasi secara geografik pada insiden PJB. 1,2 Sebagian besar PJB ini terjadi akibat kesalahan embriogenesis antara minggu ke-3 sampai minggu ke- 8 gestasi, ketika struktur utama jantung sudah terbentuk dan mulai untuk berfungsi. Etiologinya masih belum diketahui secara pasti, namun studi awal epidemiologik melaporkan pengaruh multifaktorial merupakan penyebab pada 90% kasus anomali jantung, dengan kadar rekurensi 2%-6%. PJB dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik. 3-5 Berdasarkan sebuah penelitian di Londrina, Parana Brazil Selatan dari periode Januari Desember 1998, prevalensi PJB yang diteliti pada 441 bayi adalah sebagai berikut: Persentase tertinggi PJB asianotik adalah defek septum ventrikel (DSV) (28,3%), diikuti oleh stenosis pulmonalis (SP) (9,3%), defek septum atrioventrikuler (DSAV) (8,1%), dan defek septum atrium (DSA) (7,7%). Pada PJB sianotik, persentase tertinggi adalah tipe Tetralogi Fallot (TF) (7,5%). Dari keseluruhan kasus PJB yang diteliti, 24% pasien juga mengidap penyakit non kardiak, yaitu penyakit sindromik sebanyak 11,35%, dan anomali nonsindromik sebanyak 12,01%. 6 PJB pada bayi baru lahir di beberapa rumah sakit di Indonesia telah meneliti sebanyak 3069 orang bayi baru lahir, didapatkan sebanyak 55,7% adalah laki - laki dan 44,3% adalah perempuan, dan 28 dari jumlah tersebut (9,1/1000) mempunyai PJB. Duktus arteriosus persisten (DAP) ditemukan pada 12 orang bayi (42,9%), 6 diantaranya bayi prematur. DSV ditemukan pada 8 bayi (28,6%), DSA pada 3 bayi (19,7%), dan Complete AtrioVentricular Septal Defect (CAVSD) pada 3,6% bayi. Bayi yang mempunyai PJB sianotik adalah 10,7%, yaitu 1 bayi dengan Transposisi Arteri Besar (TAB), dan dua lagi dengan kelainan jantung kompleks sindrom sianotik. Dari 28 bayi tersebut, 4 bayi meninggal dunia (14,3%) selama 5 hari pengamatan. 7 Penelitian Windarini mendapatkan dari 131 orang pasien PJB yang diperiksa pada tahun di RSUP H. Adam Malik Medan, 75 orang pasien berjenis kelamin perempuan (57,3%), dan 56 orang pasien berjenis kelamin laki-laki(42,7%). Sebagian besar adalah dari jenis PJB asianotik (93 orang atau 71%), dan sisanya adalah jenis sianotik (38 orang atau 29%). Berdasarkan penelitian ini pasien pada kelompok usia 0-24 bulan merupakan kelompok penderita dengan distribusi usia tertinggi. 8 Dalam penelitian Sjarif et al tentang profil antropometrik dan prevalensi kekurangan gizi pada anak dengan PJB, didapatkan penderita berjumlah 95 orang, 73 orang dengan asianotik dan 22 orang dengan PJB sianotik. Prevalensi kekurangan gizi sebesar 51,1% dengan 22,3% diantaranya adalah gizi buruk. Failure to thrive (FTT) terdapat pada 64,9%, perawakan pendek pada 49,5% dan mikrosefali pada 37% pasien. FTT ditemukan lebih banyak pada pasien dengan lesi asianotik (72,2%) dibandingkan dengan lesi sianotik (42,9%). 9 Sejak lebih dari setengah abad yang lalu, terjadi peningkatan jumlah pasien PJB yang dapat bertahan hidup setelah operasi reparatif untuk PJB ditemukan. Pada tahun 1970, dianggarkan 85% pasien PJB dapat bertahan sampai periode kehidupan dewasa. Laporan Bethesda Conference yang ke-32 pada tahun 2000, menyebutkan bahwa terdapat orang pasien dengan PJB di Amerika Serikat masih bertahan hidup sampai usia dewasa. 10 Sebelum era operasi jantung, hanya 20% dari PJB yang dapat hidup sampai dewasa. Kebanyakan penderita meninggal karena gagal jantung dalam usia kurang dari 1 tahun. Hal ini turut memberi kontribusi terhadap estimasi 15 juta kematian anak tiap tahun didunia. 11 Terdapat variasi yang jelas mengenai karakteristik penderita PJB di dunia malahan di Indonesia sendiri. Penelitian Hariyanto kepada penderita PJB anak yang dirawat inap di RSUP Dr. M. Djamil Padang dari Januari 2008 Februari 2011, didapatkan jenis PJB yang paling banyak ditemukan adalah DSV dan DSA (35% masing-masing), DAP (33,3%) dan TF (15,2%). Ditemukan 6 penderita

3 930 dengan gagal tumbuh dan 3 penderita dengan gagal jantung. 12 Data terbaru dan lebih rinci mengenai kasus PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang masih belum tersedia sehingga perlu untuk dilakukan penelitian variasi karakteristik penderita PJB yang ada di RSUP Dr. M. Djamil Padang. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif untuk melihat karakteristik penderita PJB pada anak. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang dengan mengambil data rekam medis dari Oktober 2011 sampai Maret Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang menderita PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang dari Januari 2010 sampai Mei Sampel penelitian adalah seluruh pasien anak yang menderita PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang dari Januari 2010 sampai Mei 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah pasien anak dan kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah data rekam medik tidak lengkap. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pencatatan rekam medik pasien yang menderita PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan menggunakan cara total sampling, kemudian dilakukan perhitungan persentase sehingga didapatkan karakteristik penderita penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2010-Mei HASIL Jumlah sampel yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 55 sampel yang terdiri dari 21 orang berjenis kelamin laki-laki (38,2%) dan 34 orang berjenis kelamin perempuan (61,8%). Distribusi sampel berdasarkan umur didapatkan mayoritas adalah berumur lebih dari 1 tahun, yaitu 24 orang (43,6%) dan jumlah sampel terendah adalah terdapat pada kelompok umur 0-28 hari, yaitu 15 orang (27,3%). Distribusi umur penderita berdasarkan jenis PJB asianotik didapatkan mayoritas berumur lebih dari 1 tahun, yaitu 10 orang (45,5%) dan jumlah sampel terendah adalah terdapat pada kelompok umur 0-28 hari, yaitu 5 orang (22,7%), dan berdasarkan jenis PJB sianotik didapatkan mayoritas berumur lebih dari 1 tahun, yaitu 9 orang (53%) dan jumlah sampel terendah adalah terdapat pada kelompok umur 0-28 hari, yaitu 3 orang (17,6%). Distribusi umur penderita berdasarkan jenis PJB kombinasi didapatkan mayoritas berumur 0 28 hari, yaitu 6 orang (37,5%) dan jumlah sampel terendah adalah terdapat pada kelompok umur lebih 28 hari 1 tahun dan kelompok umur lebih dari 1 tahun, yaitu berturut-turut sebanyak 5 orang (31,25%). PJB asianotik merupakan jenis PJB dengan jumlah sampel terbanyak, yaitu sebanyak 22 sampel (40%), diikuti dengan PJB sianotik sebanyak 17 sampel (31%). Jumlah sampel yang menderita lebih dari satu jenis PJB adalah sebanyak 16 sampel (29%). Distribusi sampel berdasarkan jenis PJB asianotik, sianotik, dan kombinasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Distribusi jenis penyakit jantung bawaan asianotik, sianotik, dan kombinasi kelainan anatomis Jenis Frekuensi Persentase (%) Asianotik DAP 4 7,3 DSA 5 9,1 DSV 11 20,0 DSAV 1 1,8 SP 1 1,8 Sianotik TAB 1 1,8 Kombinasi kelainan anatomis TF 12 21,8 TAPVD 1 1,8 Unspesified 3 5, ,0 Total Keterangan: DAP:Duktus Arteriosus Persisten; DSA: Defek Septum Atrium; DSV: Defek Septum Ventrikel; DSAV: Defek Septum Atrioventrikuler; SP: Stenosis Pulmonal; TAB: Transposisi Arteri Besar; TF: Tetralogi Fallot; TAPVD: Total Anomalous Pulmonal Vein Drainage Tabel 1 memperlihatkan jenis penyakit jantung bawaan yang paling banyak ditemui adalah TF dengan jumlah penderita 12 orang (21,8%) dari 55 sampel. Jenis PJB dengan jumlah terendah adalah DSAV, SP, TAB, dan TAPVD dengan masing-masing sampel sebanyak 1 orang (1,8%). Jumlah sampel yang menderita DSV sebanyak 11 orang (20%), diikuti

4 931 dengan DSA sebanyak 5 orang (9,1%), DAP sebanyak 4 orang (7,3%), dan unspesified sebanyak 3 orang (5,5%). Tabel 2. Distribusi jenis penyakit jantung bawaan kombinasi No Asianotik 1 Dekstro kardia, DSA, DSV 2 Dekstro kardia, DSV, SP Kombinasi Sianotik 3 - Dekstro Jumlah kardia, TAB KoA TF DSV TAB DSA, DAP DSV, FOP DAP TF DSV, FOP, SP DAP, FOP AP DAP, DSV, FOP TAB AM, HVK 2 1 Total 16 Keterangan: DAP:Duktus Arteriosus Persisten; DSA: Defek Septum Atrium; DSV; Defek Septum Ventrikel; SP: Stenosis Pulmonalis; FOP: Foramen Ovale Persisten; TAB: Transposisi Arteri Besar; TF: Tetralogi Fallot; AP: Atresia Pulmonal; AM: Atresia Mitral; HVK: Hipoplasia Ventrikel Kiri Berdasarkan Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa dari 16 sampel PJB kombinasi, 10 sampel (62,5%) mempunyai kombinasi 2 jenis penyakit jantung bawaan, 5 sampel (31,25%) dengan 3 jenis kombinasi, dan 1 sampel dengan 4 kombinasi (6,25%). Dari 10 sampel tersebut, didapatkan 4 sampel (40%) adalah kombinasi PJB asianotik, 2 sampel (20%) adalah kombinasi sianotik, dan 4 sampel (40%) lainnya adalah kombinasi asianotik dan sianotik. Dari lima sampel dengan 3 kombinasi, didapatkan 4 sampel (80%) f adalah kombinasi asianotik, dan 1 sampel (20%) lainnya adalah kombinasi asianotik dan sianotik. Tabel 3. Distribusi gejala klinis yang menyertai penyakit jantung bawaan Gejala Klinis Frekuensi Persentase (%) Cepat lelah 6 10,9 Sesak nafas 28 50,9 Sianosis 26 47,3 Nafas cuping 13 23,6 hidung Retraksi epigastrium 4 7,3 Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa gejala klinis yang paling banyak ditemukan pada sampel adalah sesak nafas dengan sampel sebanyak 28 sampel (50,9%) dan gejala yang paling sedikit ditemukan pada sampel adalah retraksi epigastrium dengan jumlah sampel sebanyak 4 sampel (7,3%). Diketahui juga bahwa terdapat 11 sampel (20%) dengan tanpa gejala klinis. Tabel 4. Distribusi kasus kelainan kongenital lain Kelainan Kongenital Frekuensi (%) Sindroma Down 2 3,6 Alagille 1 1,8 Fraser 1 1,8 Vacterl 1 1,8 Non Hipotiroid kongenital 1 1,8 sindroma Omfalokel 2 3,6 Situs inversus 1 1,8 Labiogerato 1 1,8 palatoskisis Atresia ani 2 3,6 Atresia esofagus 1 1,8 Single umbilical artery 1 1,8 Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa kelainan kongenital lain yang paling banyak ditemukan adalah penyakit sindroma sebanyak 5 sampel (9%), diikuti omfalokel dan atresia ani dengan masing-masing sebanyak 2 sampel (3,6%). Ada 43 sampel (78,2%) dengan tanpa kelainan kongenital.

5 932 Tabel 5. Distribusi kasus penyakit yang menyertai Penyakit yang menyertai Frekuensi Persentase (%) Bronkopneumonia 8 14,5 Tuberkulosis paru 3 5,5 Infeksi saluran 10 18,2 pernafasan akut Hipertensi pulmonal 2 3,6 Diare akut tanpa 2 3,6 dehidrasi Diare akut dengan 1 1,8 dehidrasi sedang Diare akut dengan 2 3,6 dehidrasi berat Decompensatio cordis 3 5,5 Infektif endokarditis 1 1,8 Mikrosefalus 3 5,5 Gagal tumbuh 27 49,1 Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa penyakit yang menyertai yang paling banyak ditemukan pada sampel adalah gagal tumbuh yaitu sebanyak 27 sampel (49,1%), dan yang paling sedikit ditemukan pada sampel adalah infektif endokarditis, dan diare akut dengan dehidrasi sedang dengan masing-masing sebanyak 1 sampel (1,8%), dan terdapat 15 sampel (27,2%) yang tidak mengalami penyakit penyerta. Gejala demam dialami oleh sebanyak 15 sampel (27,2%), clubbing finger sebanyak 8 sampel (14,5%), dan terjadi respiratory distress pada 1 sampel (1,8%). Distribusi frekuensi sampel berdasarkan nilai Hb pada sampel penderita PJB asianotik, sianotik, dan kombinasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6. Distribusi nilai Hb berdasarkan jenis penyakit jantung bawaan Nilai Hb Asianotik Sianotik Kombinasi (gr/dl) N (%) N (%) n (%) , , ,5 4 23,5 5 31,25 13, , ,7 9 56,25 18, ,1 1 5,9 2 12,5 > ,9 - - Total Rata-rata nilai Hb dari 22 sampel PJB asianotik adalah 11,88 gr/dl. Nilai Hb terendah adalah 3,20 gr/dl dan tertinggi adalah 18,3 gr/dl. Dari tabel 6, dapat dilihat bahwa nilai Hb sampel mayoritas PJB asianotik senilai 8,01 13 gr/dl, yaitu 12 sampel (54,5%) dan nilai Hb dengan jumlah sampel terendah terdapat pada kelompok nilai Hb 3 8 gr/dl, yaitu 2 sampel (9,1%). Pada PJB sianotik, rata-rata nilai Hb dari 18 sampel adalah 14,82 gr/dl. Nilai Hb terendah adalah 8,8 gr/dl dan tertinggi adalah 23,8 gr/dl. Nilai Hb PJB sianotik dengan jumlah sampel terbanyak terdapat pada kelompok Hb 13,01 18 gr/dl, yaitu 11 sampel (64,7%), dan nilai Hb dengan sampel terendah terdapat pada kelompok Hb 18,01 23 gr/dl dan > 23 gr/dl, yaitu masing-masing 1 sampel (5,9%). Rata-rata nilai Hb dari 16 sampel PJB kombinasi adalah 14,4 gr/dl. Nilai Hb terendah adalah 9,5 gr/dl dan tertinggi adalah 21,5 gr/dl. Dapat dilihat juga bahwa nilai Hb sampel mayoritas senilai 13,01 18 gr/dl, yaitu 9 sampel (56,25%) dan nilai Hb minoritas adalah pada kelompok Hb 18,01 23 gr/dl, yaitu 2 sampel (12,5%). Sebanyak 23 sampel (41,8%) dipulangkan, 8 sampel (14,6%) pulang secara paksa, 1 sampel (1,8%) dioperasi, 13 sampel (23,6%) dirujuk dan 10 sampel (18,1%) meninggal dunia. PEMBAHASAN Anak penderita PJB dengan jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 34 orang (61,8%) dan anak penderita laki-laki sebanyak 21 orang (38,2%). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Windarini di Medan, dimana didapati penderita berjenis kelamin perempuan adalah 57,3% dan laki-laki adalah 42,7%. 8 Kelompok umur dengan jumlah sampel penderita PJB yang terbanyak adalah kelompok umur di atas 1 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 24 orang (43,6%). Namun, jika dijumlahkan penderita dengan kelompok umur 0-28 hari dan kelompok umur diatas 28 hari - 1 tahun, didapati jumlah sampel penderita adalah sebanyak 31 sampel (56,4%). Dalam arti kata lain, lebih banyak penderita ditemui pada tahun pertama kehidupan. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tank et al. di Mumbai Center India yang juga menunjukkan bahwa anak penderita PJB lebih banyak ditemukan pada tahun pertama kehidupan yaitu sebanyak 50,34%. 13 Jumlah sampel yang menderita PJB asianotik adalah sebanyak 22 sampel (40%) dengan jenis yang

6 933 paling banyak ditemui adalah DSV, yaitu sebanyak 11 sampel (20%). Jumlah sampel PJB sianotik adalah sebanyak 17 sampel (31%) dengan TF sebagai jenis yang paling banyak dijumpai, yaitu sebanyak 12 sampel (21,8%). Jumlah sampel yang menderita PJB kombinasi atau kompleks adalah sebanyak 16 sampel (29%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sastroasmoro dan Madiyono di Poliklinik Subbagian Kardiologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, Jakarta, didapati 76,7% dari 2091 sampel menderita PJB asianotik. 14 Gejala yang paling banyak ditemui adalah sesak nafas, yaitu diderita oleh 28 sampel (50,9%), diikuti gejala sianosis yang diderita oleh 26 sampel (47,3%) dan nafas cuping hidung diderita oleh sebanyak 13 sampel (23,6%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Windarini di Medan, dimana gejala sesak nafas diderita oleh 102 sampel (77,9%). Menurut studi yang dilakukan oleh Green di Arkansas, gejala yang paling sering ditemukan pada anak yang menderita penyakit jantung bawaan adalah sesak nafas. 8,15 Saat jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh termasuk otak, otot, dan organ tubuh lainnya, sesak nafas dapat terjadi. Pirau dari kiri ke kanan pada jantung menyebabkan kardiak output yang tinggi sehingga muncul sesak nafas, pada tahap selanjutnya kondisi ini dapat menjadi rumit akibat terjadi hipertensi pulmonal, yang akan memperberat gejala dari sesak nafas. Hilangnya tonus otot dan menurunnya daya tahan kardiovaskular ditandai dengan metabolisme anaerobik dan stimulasi kemoreseptor dan metaboreceptor. Disfungsi diastolik akibat stenosis aorta, terutama menyebabkan exercise-induced breathlessness. Selain penyakit jantung itu sendiri, penyakit paru yang menyertai seperti pneumonia juga berkontribusi dalam terjadinya sesak nafas. 16,17 Penderita yang tidak memiliki kelainan kongenital lain adalah sebanyak 43 sampel (78,2%) dan 12 sampel (34,5%) memiliki kelainan kongenital lain. Dari 12 sampel tersebut, sebanyak 5 sampel (41,7%) mengalami kelainan berupa sindroma, dengan sindroma terbanyak adalah sindroma Down yaitu sebanyak 2 sampel (40%), dan 7 sampel lainnya (58,3%) dengan kelainan nonsindromik. Berdasarkan penelitian Santos di Brazil, didapati 24% anak penderita PJB juga menderita penyakit nonkardiak, yaitu penyakit sindromik sebanyak 11,35% dan nonsindromik sebanyak 12,01%. Kelainan genetik dapat menyebabkan banyak kelainan bawaan, seperti pada abnormalitas kromosom, atau duplikasi dan delesi segmen kromosom atauseluruh kromosom. Banyak zigot yang membawa abnormalitas kromosom tidak berkembang, pada keadaan tertentu zigot ini bertahan dan berkembang menjadi embrio, namun dengan membawa genetik yang abnormal. Trisomi 21 (sindroma Down), Trisomi 13 (Sindroma Patau), Trisomi 18 (Sindroma Edward) merupakan kelainan bawaan yang paling sering dijumpai. Insiden sindroma Down adalah sebesar 1 : 800 bayi. Risiko untuk mendapatkan anak dengan kondisi ini meningkat dengan pertambahan usia maternal, terutama di atas usia 35 tahun. Anak dengan sindroma Down menderita mental retardasi dari ringan sampai sedang, dan masalah kesehatan yang bervariasi termasuk PJB. 6,18 Penyakit penyerta yang paling banyak adalah gagal tumbuh yaitu sebanyak 26 sampel (49,1%), diikuti penyakit paru dan infeksi saluran pernafasan akut sebanyak 24 sampel (43,6%). Penelitian yang dilakukan Sjarif et al, di RSCM Jakarta, tentang profil antropometrik dan prevalensi kekurangan gizi pada anak dengan PJB, didapatkan penderita berjumlah 95 orang, dan 64,9% adalah penderita dengan gagal tumbuh.asupan energi yang rendah pada anak dengan PJB merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal tumbuh. Anoreksia akibat alkalosis hipokloraemik sekunder akibat pengobatan diuretik kuat, sesak nafas, atau anoksia dapat mengganggu bayi dan anak saat menelan sehingga tidak mampu mempertahankan volume makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Bayi dan anak yang berisiko gagal tumbuh adalah penderita dengan PJB sianotik, defek pirau dari kiri ke kanan, hipertensi paru, dan gagal jantung kanan. Pada penderita PJB sianosis, tingkat keparahan gagal tumbuh tidak sebanding dengan tingkat sianosis. Hipoksia, asidosis, dan konsekuen metabolisme anaerobik mempengaruhi efisiensi jantung. Energi cadangan yang sedikit untuk pertumbuhan akibat inefisiensi metabolik jantung dan jaringan lain berkontribusi terhadap gagal tumbuh. 9,19

7 934 Distribusi nilai Hb sampel anak penderita PJB dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kategori asianotik, sianotik, dan kombinasi. Kelompok nilai Hb 8,01 13 gr/dl memiliki sampel yang paling banyak pada kategori asianotik, yaitu sebanyak 12 sampel (54,5%), dengan rata-rata adalah 11,88 gr/dl. Kategori sianotik memiliki sampel terbanyak pada kelompok nilai Hb 13,01 18 gr/dl, yaitu sebanyak 11 sampel (64,7%) dengan rata-rata 14,82 gr/dl. Kategori kombinasi memiliki sampel terbanyak juga pada kelompok nilai Hb 13,01 18 gr/dl, yaitu sebanyak 9 sampel (56,25%) dengan rata-rata 14,4 gr/dl. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aydin et al di Turki menunjukkan rata-rata nilai Hb anak penderita PJB asianotik dan sianotik secara berurutan adalah 12,03 ± 0,82 gr/dl dan 13,87 ± 1,28 gr/dl. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa nilai Hb antara penyakitjantung bawaan asianotik dan sianotik memiliki perbedaan yang signifikan (p < 0,001). Pada penderita PJB sianotik, terjadi eritrositosis sekunder yang merupakan respon fisiologis akibat hipoksemia kronik jaringan, yang akan merangsang eritropoesis di sumsum tulang. Kadar oksigen arterial yang rendah akan menstimulasi sumsum tulang melalui pelepasan eritropoietin di ginjal yang akan meningkatkan produksi sel darah merah sehingga terjadi peningkatan massa sel darah merah, hematokrit dan viskositas darah. Peningkatan sel darah merah yang bersirkulasi merupakan respon kompensasi untuk meningkatkan transport oksigen ke jaringan agar suplai oksigen ke jaringan adekuat. Namun peningkatan viskositas serum ini malah akan mengurangi kecepatan aliran darah dan perfusi ke jaringan serta gangguan penghantaran oksigen ke jaringan. 20,21 Jumlah sampel yang direncanakan untuk menjalani tindakan operatif dalam penelitian ini adalah sebanyak 13 sampel yang dirujuk ke RS Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta dan RS Cipto Mangunkusumo. Satu sampel dengan kasus Duktus Arteriosus Persisten telah dioperasi di RSUP Dr. M. Djamil, Padang dengan jenis operasi closed heart surgery. Kurangnya peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan tindakan operasi jantung anak menjadi salah satu faktor kurangnya tatalaksana operasi di RSUP Dr. M. Djamil, Padang. Dampak PJB terhadap angka kematian bayi dan anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang masih cukup tinggi, oleh karena itu dibutuhkan tatalaksana penyakit jantung bawaan yang sangat cepat, tepat, dan spesifik. KESIMPULAN Jenis kelamin anak yang paling banyak menderita PJB adalah perempuan (61,8%). Distribusi proporsi anak yang menderita PJB terbesar berdasarkan kelompok umur adalah kelompok umur 0 1 tahun (56.4%). Jenis PJB yang paling banyak ditemui adalah TF (21,8%). Gejala yang paling sering dijumpai pada anak yang menderita PJB adalah sesak nafas (50,9%). Kelainan kongenital lain yang paling banyak ditemukan pada anak yang menderita PJB adalah penyakit nonsindroma dengan kelainan terbanyak adalah atresia ani dan omfalokel dengan masing-masing (22,2%). Penyakit sindroma terbanyak adalah sindroma Down (40%).Penyakit penyerta yang paling banyak ditemukan adalah gagal tumbuh (49,1%). Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai Hb anak dengan PJB asianotik dan sianotik dimana nilai Hb anak denganpjb sianotik lebih tinggi berbanding asianotik. Tingkat tindakan operatif terhadap kasus penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang adalah sebesar 1,8%. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada pembimbing dan penguji penelitian, staf rekam medis dan semua pihak yang terlibat. DAFTAR PUSTAKA 1. Nordqvist C. What is Congenital Heart Disease? (diunduh 1 Maret 2012). Tersedia dari: URL: HYPERLINK articles/ php. 2. Bernier PL, Stefanescu A, Samoukovic G, Tchervenkov CI. Pediatric cardiac surgery annual: the challenge of congenital heart disease worldwide. Epidemiologic and Demographic Facts. 2010;13(1): Schoen FJ, Mitchell RN. The Heart. Dalam: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran: Pathologic Basis of Disease.Edisi ke-8.

8 935 Philadelphia: Saunders Elsevier; hlm McCanc KL. Structure and function of the cardiovascular and lymphatic systems. Dalam : McCane KL, Huether SE. Pathophysiology : The Biologic Basis for Disease in Adults and Children.Edisi ke-5. Canada Mosby Elsevier; hlm Bernstein D. The Cardiovascular system. Dalam:Kliegman, Robert M.Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; hlm Santos GJC. Arq Bras Cardiol: Epidemiological characteristics of congenital heart disease in Londrina, Parana South Brazil. 2000;74(5): Harimurti GM. penelitian penyakit jantung bawaan pada bayi baru lahir di beberapa rumah sakit di Indonesia, 1996 (diunduh 23 Desember 2012). 8. Windarini P. Karakteristik penderita penyakit jantung bawaan pada anak tahun di RSUP H. Adam Malik Medan (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara; Sjarif DR,Shirley LA, Sukman TP, Mulyadi MD. Anthropometric profiles of children with congenital heart disease. Med J Indones. 2011;20(1): Warnes CA, Williams RG, Bashore TM, Child JS, Connolly HM, Dearani JA, et al. Guidelines for the management of adults with congenital heart disease: executive summary. Journal of The American Heart Association: ACC/AHA. 2008;118: PERKI. Penyakit jantung bawaan, angka tinggi dengan tenaga terbatas. Indonesian Heart Association (PERKI); Hariyanto D. profil penyakit jantung bawaan di instalasi rawat inap anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Januari 2008 Februari Sari Pediatri. 2012;14(3): Tank S, Sushma M, Surekha J. Epidemiology of congenital heart disease among hospitalized patients. Bombay Hospital Journal.2004;46(2): Sastroasmoro S. Madiyono B. Buku ajar kardiologi anak: epidemiologi dan etiologi penyakit jantung bawaan. Jakarta: Binarupa Aksara; Green A. Pediatric nursing:outcomes of congenital heart disease: A Review. 2004;30(4): Dugdale DC.Breathing difficulty (diunduh 27 Maret 2013). 17. Schwartzstein, Richard M. Dyspnea and Pulmonary Edema. Dalam: Anthony F, Eugene B, Dennis K, Stephen H, Dan L. Harrison s Principles of Internal Medicine Edisi ke-17. United States of America: McGraw-Hill Companies Lobo I, Kira Z. Birth Defects : Causes and statistics, 2008 (diunduh 27 Maret 2013). 19. Poskitt EM. Failure to thrive in congenital heart disease. Arch Dis Child.1993;68(2): Aydin H, Yozgat Y, Demirkaya E, Olgun A, Okutan V, Lenk MK, et al. Correlation between vascular endothelial growth factor and leptin in children with cyanotic congenital heart disease. The Turkish Journal of Pediatrics. 2007;49(4): Puspitasari F, Ganesja MH. Hiperviskositas pada Penyakit Jantung Bawaan Sianotik. Jurnal Kardiologi Indonesia. 2010;31(1):41-7.

HASIL PENELITIAN PROFIL PASIEN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN Oleh: ANGGIA ANGGRAENI

HASIL PENELITIAN PROFIL PASIEN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN Oleh: ANGGIA ANGGRAENI HASIL PENELITIAN PROFIL PASIEN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN 2012-2013 Oleh: ANGGIA ANGGRAENI 110100290 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 HASIL

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN. Oleh : BETTY ARNITASARI NABABAN

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN. Oleh : BETTY ARNITASARI NABABAN GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Oleh : BETTY ARNITASARI NABABAN 110100291 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Gambaran Faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada pola penyakit. Beberapa penyakit non-infeksi, termasuk penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. pada pola penyakit. Beberapa penyakit non-infeksi, termasuk penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini angka kejadian beberapa penyakit non infeksi semakin meningkat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Perubahan gaya hidup dan perubahan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. 1

BAB I PENDAHULUAN. struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. 1 PJB merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung

Lebih terperinci

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit kardiovaskular yang terjadi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit kardiovaskular yang terjadi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Jantung Bawaan Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit kardiovaskular yang terjadi sejak lahir, dimana terjadi anomali perkembangan struktur kardiovaskular seperti

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Penyakit Jantung Bawaan Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular yang dibawa sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirkulasi Janin dan Perubahan Setelah Lahir Tali pusat berisi satu vena dan dua arteri. Vena ini menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua arteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. banyak ditemukan dengan insiden antara 8-10 kejadian setiap 1000 kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. banyak ditemukan dengan insiden antara 8-10 kejadian setiap 1000 kelahiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu kelainan bawaan yang cukup banyak ditemukan dengan insiden antara 8-10 kejadian setiap 1000 kelahiran hidup. Angka

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT ATRIAL SEPTAL DEFECT DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT ATRIAL SEPTAL DEFECT DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT ATRIAL SEPTAL DEFECT DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 2007-31 DESEMBER 2009 Renaldy, 2010 Pembimbing I :dr. Sri Nadya Saanin M.Kes Pembimbing II :dr. Evi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktur dan fungsi pada jantung yang muncul pada saat kelahiran. (1) Di berbagai negara maju sebagian besar pasien PJB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh jaringan tubuh serta menarik darah kembali ke jantung. Ketidakmampuan jantung melakukan fungsinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan patogenesisnya, Effendi (2006) dalam Neonatologi IDAI (2008) membedakan kelainan kongenital sebagai berikut:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan patogenesisnya, Effendi (2006) dalam Neonatologi IDAI (2008) membedakan kelainan kongenital sebagai berikut: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelainan Bawaan 2.1.1. Definisi Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu

Lebih terperinci

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Penyakit jantung yang dibawa dari lahir kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung adalah organ yang sangat vital bagi manusia, jantung merupakan pompa muskular yang menggerakan darah untuk membawa nutrien dan gas ke semua sel, jaringan, organ

Lebih terperinci

Gambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (http://www.mayoclinic.org/images/pulmonary-valve-atresia-lg-enlg.jpg)

Gambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (http://www.mayoclinic.org/images/pulmonary-valve-atresia-lg-enlg.jpg) DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP RSHS BANDUNG TUGAS PENGAYAAN Oleh : Asri Rachmawati Pembimbing : dr. H. Armijn Firman, Sp.A Hari/Tanggal : September 2013 ATRESIA PULMONAL PENDAHULUAN Atresia pulmonal

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulla, R., Blew, G. A. & Holterman, M. J., Pediatric Cardiology. New York: Springer Verlag.

DAFTAR PUSTAKA. Abdulla, R., Blew, G. A. & Holterman, M. J., Pediatric Cardiology. New York: Springer Verlag. 41 DAFTAR PUSTAKA Abdulla, R., Blew, G. A. & Holterman, M. J., 2004. Pediatric Cardiology. New York: Springer Verlag. Anon., 2007. Penyakit Jantung Kongenital. In: Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20 ed. Jakarta:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung bawaan yang sering dijumpai pada anak, yang disebabkan oleh kegagalan penutupan secara fisiologis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

HUBUNGAN BAYI LAHIR KURANG BULAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh:

HUBUNGAN BAYI LAHIR KURANG BULAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: HUBUNGAN BAYI LAHIR KURANG BULAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012 Oleh: INDHI VAVIRYA MESTIKA DH 100100238 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract.  Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3 705 Artikel Penelitian Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Kejang Demam Berulang pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Anak RS. DR. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 Desember 2012 Vivit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. Stenosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelainan metabolik, yang terjadi sejak dalam kandungan dan muncul saat

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelainan metabolik, yang terjadi sejak dalam kandungan dan muncul saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anomali kongenital didefinisikan sebagai kelainan struktur atau fungsi dan mencakup kelainan metabolik, yang terjadi sejak dalam kandungan dan muncul saat lahir. Kelainan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN 2007-2009 Oleh : AZIZI BIN AZIZAN 070100390 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

Nurcholid Umam Kurniawan

Nurcholid Umam Kurniawan Nurcholid Umam Kurniawan CHANGES IN CIRCULATIONAFTER BIRTH Shift of blood flow for gasexchange from placenta to the lungs 1.Interruption of the umbilical cord Increase of SVR Closure of ductusvenosus

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Jantung Bawaan adalah kelainan struktural jantung atau pembuluh

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Jantung Bawaan adalah kelainan struktural jantung atau pembuluh BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Jantung Bawaan Penyakit Jantung Bawaan adalah kelainan struktural jantung atau pembuluh darah besar intratorakal yang terjadi pada saat pembentukan sistem kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : LORA INVESTISIA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : LORA INVESTISIA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER TERHADAP PENYAKIT YANG DIDERITANYA DI POLIKLINIK KARDIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN KARYA TULIS ILMIAH Oleh : LORA INVESTISIA 090100230

Lebih terperinci

Gambaran Kelainan Bawaan pada Bayi Baru Lahir. di RSIA Sri Ratu Medan Tahun Oleh: JEFFRY NUGRAHA

Gambaran Kelainan Bawaan pada Bayi Baru Lahir. di RSIA Sri Ratu Medan Tahun Oleh: JEFFRY NUGRAHA Gambaran Kelainan Bawaan pada Bayi Baru Lahir di RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2009 Oleh: JEFFRY NUGRAHA 070100327 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 LEMBAR PENGESAHAN GAMBARAN KELAINAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan 140 mmhg dan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG Dwirama Ivan Prakoso Rahmadi, 1110062 Pembimbing I : dr. Sri Nadya J Saanin, M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari Desember 2012

Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari Desember 2012 102 Artikel Penelitian Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari 2011 - Desember 2012 Dwi Amelisa Edwina 1, Asman Manaf

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013 Melianti Mairi, 2014. Pembimbing 1 : dr. Dani, M.Kes Pembimbing 2 : dr. Budi Widyarto, M.H Pneumonia

Lebih terperinci

Nurcholid Umam Kurniawan

Nurcholid Umam Kurniawan Nurcholid Umam Kurniawan CHANGES IN CIRCULATIONAFTER BIRTH Shift of blood flow for gasexchange from placenta to the lungs 1.Interruption of the umbilical cord Increase of SVR Closure of ductusvenosus

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 Indra Pramana Widya., 2011 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. 1 Penyebab

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENYAKIT HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE

KARAKTERISTIK PENYAKIT HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE KARAKTERISTIK PENYAKIT HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE 2005 2015 OLEH : GOKULLSHAUTRI A/L SINALTHAN 130100417 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Michelle Angel Winata, 2016. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk., MPd. Ked

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia. Stroke membunuh lebih dari 137.000 orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata,

Lebih terperinci

Hubungan penyakit jantung bawaan pada anak dengan status pendidikan orang tua

Hubungan penyakit jantung bawaan pada anak dengan status pendidikan orang tua Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016 Hubungan penyakit jantung bawaan pada anak dengan status pendidikan orang tua 1 Kimberly Munaiseche 2 Rocky Wilar 2 Erling D. Kaunang 1 Kandidat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke dan penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu, stroke

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014 ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014 Hemoptisis atau batuk darah merupakan darah atau dahak yang bercampur darah dan di batukkan dari saluran

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke arah yang lebih baik di Indonesia, mempengaruhi pergeseran pola penyakit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang BAB I 1.1 Latar Belakang Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal dengan aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan. Hal ini mengakibatkan atrium bekerja terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks (sekumpulan tanda dan gejala) akibat kelainan struktural dan fungsional jantung. Manifestasi gagal jantung yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA INFARK MIOKARDIUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

KARAKTERISTIK PENDERITA INFARK MIOKARDIUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 KARAKTERISTIK PENDERITA INFARK MIOKARDIUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012 31 DESEMBER 2012 CHARACTERISTIC OF PATIENTS WITH MYOCARDIAL INFARCTION IN IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG PERIOD

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 Christine Nathalia, 2015; Pembimbing : Dani, dr., M.Kes. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah ABSTRAK Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah Dini Nur Muharromah Yuniati Diabetes melitus (DM) merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehingga aliran darah balik vena paru akan menuju ke atrium kanan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehingga aliran darah balik vena paru akan menuju ke atrium kanan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Defek septum atrium (atrial septal defect) adalah defek bawaan dimana terdapat lubang pada sekat interatrial yang menghubungkan atrium kanan dan kiri sehingga aliran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

Pengamatan menunjukkan bahwa pasien PJB

Pengamatan menunjukkan bahwa pasien PJB Sari Pediatri, Sari Vol. Pediatri, 8, No. Vol. 2, September 8, No. 2, 2006: September 154-2006 158 Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Episode Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Anak dengan Penyakit

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN ASIANOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN ASIANOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN ASIANOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery Sri EndahRahayuningsih MD, PhD Pediatric Department HasanSadikin General Hospital Faculty of Medicine Padjadjaran

Lebih terperinci

Transposisi arteri besar (TAB) merupakan

Transposisi arteri besar (TAB) merupakan Artikel Asli Transposisi Arteri Besar: Anatomi, Klinik, Kelainan Penyerta, dan Tipe Sri Endah Rahayuningsih Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Hasan Sadikin Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran,

Lebih terperinci

Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dari Tahun

Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dari Tahun Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dari Tahun 2011-2013. Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran Oleh: MOGANAPPRIYAA

Lebih terperinci

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011 Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011 Oleh : Raisa Khairuni 100100115 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi yang meningkat. Secara umum sekitar 5 10% dari pasien tersebut berkembang menjadi Hipertensi Arteri

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola hidup menyebabkan berubahnya pola penyakit infeksi dan penyakit rawan gizi ke penyakit degeneratif kronik seperti penyakit jantung yang prevalensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari. setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari. setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung bawaan yang paling sering terjadi ialah defek septum ventrikel

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

PREVALENSI PATENT DUKTUS ARTERIOSUS PADA PASIEN NEONATUS YANG DI RAWAT DI UNIT NEONATOLOGI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN

PREVALENSI PATENT DUKTUS ARTERIOSUS PADA PASIEN NEONATUS YANG DI RAWAT DI UNIT NEONATOLOGI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN PREVALENSI PATENT DUKTUS ARTERIOSUS PADA PASIEN NEONATUS YANG DI RAWAT DI UNIT NEONATOLOGI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN 2009-2012 Oleh: SARAH SUCI YURICA 100100235 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) DEFENISI PDA kegagalan menutupnya duktus arteriosus ( arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal ) pd minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah

Lebih terperinci

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014. HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014 Oleh : PUTRI YUNITA SIREGAR 120100359 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas), edema dan tanda objektif adanya

Lebih terperinci

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 1 Arbi Rahmatullah, 2 Ieva B. Akbar,

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA INFEKSI SISTEM SARAF PUSAT PADA ANAK DI RSUP. H. ADAM MALIK TAHUN 2012

PROFIL PENDERITA INFEKSI SISTEM SARAF PUSAT PADA ANAK DI RSUP. H. ADAM MALIK TAHUN 2012 PROFIL PENDERITA INFEKSI SISTEM SARAF PUSAT PADA ANAK DI RSUP. H. ADAM MALIK TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Oleh: ANUOSHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA BAB 2 TINJAUN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan

Lebih terperinci

LAMA RAWAT INTENSIVE CARE UNIT (ICU) PASIEN PASCA OPERASI JANTUNG DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

LAMA RAWAT INTENSIVE CARE UNIT (ICU) PASIEN PASCA OPERASI JANTUNG DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH LAMA RAWAT INTENSIVE CARE UNIT (ICU) PASIEN PASCA OPERASI JANTUNG DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian Karya Tulis Ilmiah mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG YANG DILAHIRKAN SECARA PERVAGINAM DAN PERABDOMINAM DI RSUP Dr. KARIADI PERIODE TAHUN 2010-2015 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN ASIANOTIK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PERBEDAAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN ASIANOTIK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA PERBEDAAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN ASIANOTIK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajatsarjana strata-1 Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : YASMEEN BINTI MOHAMMED AKRAM 100100270 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

Defek septum ventrikel (DSV) merupakan. Status gizi

Defek septum ventrikel (DSV) merupakan. Status gizi Artikel Asli Status gizi Sri Endah Rahayuningsih Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, RS Hasan Sadikin, Bandung Latar belakang. Defek septum ventrikel (DSV) adalah terdapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembentukan manusia yang berkualitas dimulai sejak masih di dalam kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat proses

Lebih terperinci

PROPORSI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN

PROPORSI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN PROPORSI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN Oleh: MUHAMMAD DANIAL BIN MOHD NOR 070100293 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN

PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN Diza Fathamira Hamzah Staff Pengajar Program Studi Farmasi

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Leukemia Mieloid Akut (LMA) adalah salah satu kanker darah yang ditandai dengan transformasi ganas dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid. Bila

Lebih terperinci

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara PREVALENSI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS DENGAN RIWAYAT MEROKOK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK (RSUP HAM) MEDAN PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2009 Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH 070100443

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS) BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS) >139 mmhg dan/ atau, Tekanan Darah Diastolik (TDD) >89mmHg, setelah dilakukan pengukuran rerata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE 2011-2012 ARTIKEL Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011 2013 Kasus kusta di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Negara lain. Angka kejadian

Lebih terperinci