ANALISIS PROTEIN MEMBRAN SPERMATOZOA SAPI MADURA, SAPI SIMENTAL DAN SAPI LIMOUSIN SEBAGAI PENDEKATAN HUBUNGAN KEKERABATAN SAPI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PROTEIN MEMBRAN SPERMATOZOA SAPI MADURA, SAPI SIMENTAL DAN SAPI LIMOUSIN SEBAGAI PENDEKATAN HUBUNGAN KEKERABATAN SAPI"

Transkripsi

1 ANALISIS PROTEIN MEMBRAN SPERMATOZOA SAPI MADURA, SAPI SIMENTAL DAN SAPI LIMOUSIN SEBAGAI PENDEKATAN HUBUNGAN KEKERABATAN SAPI Dian Puspita Dewi, Nursasi Handayani 2, Umie Lestari 1 Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang Ddian_puspita@yahoo.com ABSTRACT Research about Madura, Simental and Limousin bull s sperm protein membrane aimed to estimate the bull s genetic relationship by compared the sperm membrane protein with the protein specific testis. The results of this research has known that Madura and Simental bulls has Doppel Protein with molecule mass around kda, While Simental bull had tyrosine phosphorylation SPACA1 protein with molecule mass around 33 kda, Doppel Protein and PH-20 hyaluronidase protein with molecule mass around 75 kda. Based on the dendogram analysis MVSP 3.22, know that Madura bull and Simental bull have a close genetic relationship with similiarity index 1, while Limousin has distant genetic relationship with Madura and Simental bulls with similiarity index around 0,6. The suitable breeding system for the three bulls are breeding between Madura and Simental bulls and also Simental and Limousin bulls Both of these breeding animals estimated had far distant relationship so they could being cross-breeded. Keywords: protein analysis, spermatozoa membrane, bull s genetic relationship, bull s breeding systems. PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman plasma nutfah. Salah satu plasma nutfah yang dimiliki Indonesia dalam bidang peternakan adalah sapi, yang mempunyai arti yang sangat penting dalam pembangunan dibidang peternakan, karena merupakan bahan dasar genetik yang keragamannya sangat dibutuhkan untuk membentuk bibit unggul guna meningkatkan produktivitas (Diwyanto, 2005). Upaya untuk meningkatkan produktivitas hewan ternak, salah satunya dengan perkawinan silang dengan sapi Impor. Salah satu instansi yang berperan dalam menghasilkan bibit unggul sapi adalah Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Malang. Spermatozoa sapi pejantan dari BBIB didistribusikan ke berbagai daerah seluruh Indonesia untuk dilakukan sistem perkawinan. Spermatozoa dari BIBB diinseminasikan dengan sapi betina yang dengan teknik inseminasi buatan bertujuan untuk menghasilkan ternak dengan kualitas unggul. Salah satu caranya adalah dengan melakukan perkawinan silang (cross breeding). Caraviello (2004) berpendapat bahwa hasil dari cross breeding berupa peningkatan kualitas hewan ternak. Selain itu, perkawinan cross breeding dapat mengakibatkan penurunan sifat hewan ternak seperti yang dilaporkan oleh

2 Kutsiyah (2012) pada persilangan antara Sapi Madura dengan Sapi Limousin. Menurut Kutsiyah (2012), performans reproduksi dan produksi filial 2 (F 2 ) dan filial 3 (F 3 ) sapi cenderung lebih rendah dibandingkan dengan Filial 1 (F 1 ) karena adanya faktor pembatas atau batas-batas kisaran toleransi genetik dengan lingkungan. Performans F 2 dan F 3 tidak lebih baik dari F 1 dikarenakan F 2 dan F 3 kurang mampu beradaptasi terhadap keadaan lingkungan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki asal-usul dan silsilah (genealogical) pada beberapa tipe sapi asal Asia Timur, termasuk beberapa sapi asli Indonesia berdasarkan ukuran berbagai bagian tubuh (Otsuka et al., 1980; Otsuka et al., 1982). Menurut Ciampolini et al., (1995) penanda molekuler banyak digunakan dalam bidang pemuliaan ternak, antara lain untuk mengidentifikasi ternak, penentuan garis keturunan, atau mengevaluasi sumber daya genetik. Salah satu cara untuk menentukan hubungan kekerabatan antar organisme saat ini, menggunakan polimorfisme protein pada darah. Maeda et al., (1972) berpendapat bahwa, beberapa polimorfisme protein dapat dipelajari dalam darah, telur dan organ tubuh burung puyuh. Beberapa penelitian yang lain, telah membuktikan bahwa terdapat protein spesifik yang terdapat pada membran spermatozoa sapi. Rondena et al., (2004) mengemukakan bahwa Dopel protein merupakan protein membran sperma yang dikode oleh gen prnd (34-38). Harayama et al., (2010), berpendapat bahwa protein tyrosine phosphorylation SPACA1 merupakan protein membran sperma pada bagian anterior akrosom (33) kda. Protein perlekatan kalsium (calcium-binding protein) yang merupakan protein integral akrosomal membran spermatozoa sapi (64) kda (Nadgas et al., 2013), protein perlekatan sel telur (ovum binding protein) atau Phospholipase A 2 (16) kda (Marques et al., 2000), serta protein hyaluronidase PH-20 pada jaringan testis sapi yang diperjualbelikan (75) kda (Lalancette et al., 2001). protein spesifik yang ditemukan pada membran spermatozoa sapi dan protein spesifik testis (testicular spermatozoa). Protein spesifik tersebut digunakan sebagai pembanding protein yang diisolasi dari spermatozoa sapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil protein membran spermatozoa sapi Madura, sapi Simental dan sapi Limousin yang digunakan dalam kajian hubungan kekerabatan sapi. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekular Gedung O 5 Universitas Negeri Malang. Materi yang digunakan dalam penelitian ini berupa semen sapi Madura, sapi Simental dan sapi Limousin dalam bentuk straw. A. Prosedur Kerja Isolasi protein membran spermatozoa sapi. Isolasi merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengoleksi protein spermatozoa sapi dalam bentuk straw dengan bahan Semen sapi dalam straw, Larutan PBS (Phosphate Buffer Saline), BO Cafein, Larutan PBS-T (Phosphate Buffer Saline Tween), dan RSB (Reducing Sample Buffer). Larutan PBS-T sebagai detergen yang digunakan untuk memisahkan ikatan protein dan fosfolipid pada membran spermatozoa. Hasil dari isolasi protein membran spermatozoa sapi ini berupa isolat protein. Selanjutnya melakukan perhitungan konsentrasi isolat protein dengan menggunakan nano drop, kemudian melakukan elektroforesis SDS PAGE isolat protein membran spermatozoa dengan bahan Protein marker Spectra TM Multicolor Broad Range

3 Protein Ladder #SM1841, Akrilamid-Bis, Tris 1M ph 8,8, Tris 1M ph 6,8, SDS (Sodium Dedocyl Sulphate) 10%, APS (Amonium Per Sulphate) 10%, RSB (Reducing Sample Buffer), Temed (N, N, N,N,-tetramethyl-ethylenediamine), Larutan RSB Non-reducing, larutan staining, larutan de-staining.. B. Analisis Data Dari program SPSS 16, 0 for windows diketahui berat molekul protein dari masing-masing pita yang terbentuk. Selanjutnya data berat molekul tersebut dibandingkan dengan protein pembanding, selanjutnya dianalisis dengan program cluster analysis MVSP 3.22 dengan cara membuka program MVSP Kemudian memasukkan angka 3 pada case dan angka 5 pada variabel.. Input data berat molekul protein yang di isolasi dan protein pembanding, selanjutnya dilakukan analisis. Hasil analisa yang didapatkan berupa dendogram, dengan dendogram tersebut akan dapat diketahui indeks similaritas antar sapi Madura, sapi Simental dan sapi Limousin yang kemudian dianalisa secara deskriptif untuk penentuan sistem perkawinan pada sapi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian profil pita protein menggunakan isolat protein membran spermatozoa sapi Madura, sapi Simental dan sapi Limousin dengan penyetaraan konsentrasi yang sama yaitu y sebesar 2,747 mg/ml. Secara umum memperlihatkan adanya perbedaan. Perbedaan tersebut terlihat dari tebal tipisnya pita protein serta adanya perbedaan pola separasi pita protein yang muncul dari hasil elektroforesis SDS PAGE (Sodium Dedocyl Sulphate Polyacrilamide Gel Electrophoresis). Gambar gel elektroforesis dapat dilihat pada Gambar.1 di bawah ini. kda Gambar.1 Hasil elektroforesis isolat protein membran spermatozoa sapi Madura, sapi Simental dan sapi Limousin. (A) pola separasi pita protein membran spermatozoa sapi Madura (M1-M3), sapi Simental (S1-S3) dan sapi Limousin (L1-L3) pada gel akrilamid. Gambar (B) zimogram profil pita protein membran spermatozoa sapi madura, sapi simental dan sapi limousin.

4 Data berat molekul protein kemudian dibandingkan dengan protein pembanding yaitu, protein spesifik pada membran spermatozoa dan protein spesifik pada jaringan testis (testicular spermatozoa). Protein yang dijadikan pembanding yaitu protein dengan berat molekul16 kda, 33 kda, kda, 64 kda dan 75 kda Tabel. 1 Analisa Protein Membran Spermatozoa Sapi Dalam Hubungan Kekerabatan Sebagai Manajemen Perkawinan Sapi No Spesies Sapi Protein Spesifik 16 kda 33 kda kda 64 kda 75 kda 1 Sapi Madura ~ ~ ~ ~ 2 Sapi Simental ~ ~ ~ ~ 3 Sapi Limousin ~ ~ Keterangan : (~) Menunjukkan tidak adanya pita protein ( ) Menunjukkan adanya pita protein Berdasarkan data Tabel.1 dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui jarak hubungan kekerabatan antara sapi Madura, sapi Simental dan sapi Limousin. Proses analisis dilakukan dengan menggunakan program cluster analysis MVSP 3.22 (Multivariate Statistical Package) untuk membuat dendogram yang menggambarkan kedekatan hubungan antara Sapi Madura, Sapi Simental dan Sapi Limousin. Dendogram tersebut dapat di lihat pada gambar di bawah ini. Gambar.2 Dendogram Hubungan Kekerabatan Sapi Madura, Sapi Simental Dan Sapi Limousin Berdasarkan Profil pita Protein spesifik Membran Spermatozoa. Pendekatan kekerabatan ke tiga macam sapi tersebut, menggunakan protein spesifik membran spermatozoa dan protein spesifik jaringan testis (testicular spermatozoa) sebagai pembanding yaitu protein dengan BM 16 kda, 33 kda, kda, 64 kda dan 75 kda. Protein tersebut merupakan hasil ekspresi gen, antara lain protein perlekatan sel telur/phospholipase A 2 (16 kda) (Marques et al., 2000), protein tirosin terfosforilasi/tyrosine phosphorilated protein (33 kda) (Harayama et al., (2010), protein doppel (34-38 kda) (Rondena et al., (2004)), protein perlekatan kalsium / calcium binding protein (64 kda) (Nadgas et al., 2013), dan protein PH-20 Hyaluronidase (75 kda) (Lalancette et al., 2001). Dopel protein dengan berat (34-38 kda) dimiliki oleh sapi Madura, sapi Simental dan

5 sapi Limousin. Protein tyrosine phosphorylation SPACA1 dengan berat molekul (33 kda) dan protein PH-20 (75 kda) hanya dimiliki oleh sapi Limousin. Berdasarkan hasil analisis data isolat protein sapi dengan protein pembandingan yang dilanjutkan dengan analisis kluster dengan menggunakan program MVSP 3.22, diketahui bahwa Sapi Madura dan Sapi Simental diestimasikan memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan nilai indeks similiaritas 1. Sementara itu, Sapi Madura dan Sapi Simental memiliki estimasi hubungan kekerabatan yang lebih jauh dengan Sapi Limousin dengan nilai indeks similiaritas 0,6. Menurut Benson (2002), nilai similaritas berkisar antara 0 sampai 1 dan hubungan kekerabatan makin dekat bila nilai similaritas makin dekat dengan 1. Berdasarkan nilai indeks similaritas dapat diestimasikan hubungan kekerabatan antara sapi Madura, sapi Simental dan sapi Limousin, sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam sistem perkawinan (breeding) pada sapi. Sistem perkawinan yang tepat untuk ketiga sapi tersebut adalah sapi Madura dikawinkan dengan sapi Limousin dan sapi Simental dikawinkan dengan sapi Limousin. Sapi Madura dikawinkan dengan sapi Limousin karena keduanya memiliki hubungan kekerabatan jauh begitu pula sapi Simental dengan sapi Limousin yang juga berkerabat jauh dapat dikawin silangkan, karena menurut Caraviello (2004) bahwa hasil dari cross breeding berupa peningkatan kualitas hewan ternak. Selanjutnya dikatakan (Taylor (1992) dalam Kutsiyah (2012)) dua alasan utama cross breeding (perkawinan silang) yaitu (1) menghasilkan bangsa baru dan (2) mendapatkan efek heterosis/hibrid vigor (suatu kondisi menyatunya keunggulan dari kedua bangsa ternak yang digunakan dalam persilangan pada keturunannya). Menurut (Noor, (2000) dalam Wulandari, (2008)) makin jauh hubungan kekerabatannya antara kedua ternak, maka makin sedikit kesamaan gen-gennya dan makin besar pula tingkat heterosigozitasnya. Akan tetapi upaya perkawinan silang (cross breeding) perlu ditindak lanjuti dengan strategi pemuliabiakan yang terkendali dan berkelanjutan dalam upaya menekan efek samping cross breeding yang mengarah pada perubahan mutu ternak kearah perkembangan negatif (Wijono et al., 2004). KESIMPULAN Dopel protein dengan berat (34-38 kda) dimiliki oleh sapi Madura, sapi Simental dan sapi Limousin. Protein tyrosine phosphorylation SPACA1 dengan berat molekul (33 kda) dan protein PH-20 (75 kda) hanya dimiliki oleh sapi Limousin. Berdasarkan analisis MVSP 3.22 dendogram dapat diestimasikan bahwa sapi Madura memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan sapi Simental dengan indeks similaritas 1, sedangkan sapi Limousin memiliki hubungan kekerabatan yang lebih jauh dengan sapi Madura dan sapi Simental dengan indeks similaritas 0,6.

6 SARAN Pertama pada penelitian lanjut dapat dilakukan dengan menambahkan jumlah individu yang akan digunakan untuk objek penelitian. Hal ini dikarenakan individu dalam satu spesies dimungkinkan memiliki perbedaan secara morfologi maupun molekuler. Kedua diadakan penelitian lanjutan mengenai hubungan kekerabatan ternak dengan mengamati protein-protein hasil ekspresi DNA yang berada pada saluran reproduksi (genital tract) pada hewan ternak sapi. DAFTAR RUJUKAN Benson, H. J Microbilogy Aplications Laboratory Manual in General Microbiological. MC Graw Hill Companies, New York. Caraviello, D. Z Cross breeding dairy Cattle. Reproduction and Genetics 610: 1-5 Ciampolini, R Individual multilocus genotypes using microsatelit polymorphisms to permit the analysis of the genetic variability within and between Italian beef cattle breeds. J. Anim. Sci. 73: Diwyanto, K Pokok-Pokok Pemikiran Pengelolaan berkelanjutan Plasma Nutfah Peternakan. Makalah dalam Lokakarya Plasma Nutfah Peternakan. Puslitbangnak dan Balitnak. Bogor, 29 Desember Harayama H, Nishijima K, Murase T, Sakase M, Fukushima M Relationship of Protein Tyrosine Phosphorylation State with Tolerance to Frozen Storage and the Potential to Undergo Cyclic AMP- Dependent hyperactivation in the spermatozoa of Japanesse Black Bull. Mol Reprod Dev Oct;77(10): doi: /mrd Kutsiyah, F Analisis Pembibitan Sapi Potong Di Pulau Madura. Wartazoa 22 (3): Lalancette, C., Dorval, V., Leblanc, V. and Leders, P Characterization of an 80-kilodalton Bull Sperm Protein Identified as PH-20. Biology of Reproduction 65(2): Maeda, Y., T. Hashiguchi & M. Taketomi Genetical studies on serum alkaline phosphatase isozyme in the Japanese quail. Japan. J. Genet. 47: Marques, V. A., Goulart, L.R. and Silva, A. E. D. F Variation of Protein Profiles and Calcium and Phospholipase A 2 Concentration in Thawed Bovine Semen and Their Relation to Acrosome Reaction. Genetics and molecular biology 23(4): Nadgas, S.K., Buchanan, T. and MCCashill, S., Mackey, J., Alvarez, G. E. and Raychoudhury, S Isolation of a Calcium Binding Protein of Acrosomal Membrane of Bovine Spermatozoa. Int J Biochem Cell Biol 45(4): Otsuka, J.,Kondo, K., Simamora, S., Mansjoer, S., And Martojo, H Body measurement of the Indonesian native cattle. In the origin and

7 Phylogeny of Indonesian native livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Otsuka, J., Namikawa, T., Nozawa, K And Martojo, H Statistical Analysis on the Body Measurements of East Asian Native Cattle and Bantengs: The Origin and Phylogeny of Indonesian Native Livestock (Part III). The Research Group of Overseas Scientific Survey. Rondena, M., Ceciliani, F., Comazzi, S., Pocacqua, V., Bazocchi, C., Luvoni, C., Chigioni, S. and Paltrinieri, S Identification of Bovine Doppel Protein in Testis, Ovary and Ejaculated Spermatozoa. Theriogenology (63): Wijono, D,B., Setiadi, B Potensi Dan Keragaman Sumberdaya Genetik Sapi Madura. loka Penelitian Sapi Potong. Balai Penelitian Ternak, Bogor Wulandari Retno, A Studi Tentang Keragaman Genetik Melalui Polimorfisme Protein Darah Dan Putih Telur Pada Tiga Jenis Ayam Kedu Periode Layer. [Tesis]. Semarang. Pascasarjana Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro.

ANALISIS PROTEIN MEMBRAN SPERMATOZOA SAPI ABERDEEN- ANGUS, SAPI BALI, DAN SAPI ONGOLE SEBAGAI PENDEKATAN KEKERABATAN SAPI

ANALISIS PROTEIN MEMBRAN SPERMATOZOA SAPI ABERDEEN- ANGUS, SAPI BALI, DAN SAPI ONGOLE SEBAGAI PENDEKATAN KEKERABATAN SAPI ANALISIS PROTEIN MEMBRAN SPERMATOZOA SAPI ABERDEEN- ANGUS, SAPI BALI, DAN SAPI ONGOLE SEBAGAI PENDEKATAN KEKERABATAN SAPI ABERDEEN-ANGUS, BALI, AND ONGOLE BULL S MEMBRANE SPERMATOZOA ANALYSIS AS A STUDY

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN DARAH KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DI WILAYAH MALANG DAN BANGKALAN SEBAGAI STUDI AWAL PENINGKATAN MUTU GENETIK

ANALISIS PROTEIN DARAH KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DI WILAYAH MALANG DAN BANGKALAN SEBAGAI STUDI AWAL PENINGKATAN MUTU GENETIK ANALISIS PROTEIN DARAH KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DI WILAYAH MALANG DAN BANGKALAN SEBAGAI STUDI AWAL PENINGKATAN MUTU GENETIK Dian Sofi Anisa, Moh. Amin, Umie Lestari Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN MEMBRAN SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA, KAMBING BOER, DAN KAMBING KACANG SEBAGAI PENDEKATAN KEKERABATAN

ANALISIS PROTEIN MEMBRAN SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA, KAMBING BOER, DAN KAMBING KACANG SEBAGAI PENDEKATAN KEKERABATAN ANALISIS PROTEIN MEMBRAN SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA, KAMBING BOER, DAN KAMBING KACANG SEBAGAI PENDEKATAN KEKERABATAN Gustu Widi Kencana Putra, Umie Lestari 1, Sofia Ery Rahayu 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN DARAH KERBAU LOKAL

ANALISIS PROTEIN DARAH KERBAU LOKAL ANALISIS PROTEIN DARAH KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DI WILAYAH LUMAJANG DAN BANGKALAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SDS PAGE (Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrylamide Gel Electrophoresis) SEBAGAI PENDEKATAN

Lebih terperinci

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA Nurgiartiningsih, V. M. A Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang berasal dari Banteng liar (Bibos

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang berasal dari Banteng liar (Bibos BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang berasal dari Banteng liar (Bibos Banteng Syn Bos sondaicus) yang didomestikasi. Menurut Meijer (1962) proses penjinakan

Lebih terperinci

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (1): 39-44 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan sapi kacang atau sapi kacangan, sapi pekidulan, sapi

PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan sapi kacang atau sapi kacangan, sapi pekidulan, sapi I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Pasundan merupakan sapi lokal di Jawa Barat yang diresmikan pada tahun 2014 oleh Menteri pertanian (mentan), sebagai rumpun baru berdasarkan SK Nomor 1051/kpts/SR.120/10/2014.

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DAN GENETIK KERBAU BENUANG DI BENGKULU

STUDI KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DAN GENETIK KERBAU BENUANG DI BENGKULU STUDI KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DAN GENETIK KERBAU BENUANG DI BENGKULU AZMI 1), GUNAWAN 1) dan EDWARD SUHARNAS 3) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu 2) Universitas Bengkulu ABSTRAK Kerbau

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN (The Effects of Scrotal Diameter and Testical Volume in Semen Volume and

Lebih terperinci

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura Standar Nasional Indonesia Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

Lebih terperinci

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility REPRODUCTION PERFORMANCE OF BEEF CATTLE FILIAL LIMOUSIN AND FILIAL ONGOLE UNDERDISTRICT PALANG DISTRICT TUBAN Suprayitno, M. Nur Ihsan dan Sri Wahyuningsih ¹) Undergraduate Student of Animal Husbandry,

Lebih terperinci

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH UMUR TERHADAP UKURAN EPIDIDIMIS, ABNORMALITAS SPERMATOZOA DAN VOLUME SEMEN PADA SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN UNGARAN (The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inseminasi Buatan (IB) adalah proses perkawinan yang dilakukan dengan campur tangan manusia, yaitu mempertemukan sperma dan sel telur agar dapat terjadi proses pembuahan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 Disusun oleh : Ulan Darulan - 10511046 Kelompok 1 Asisten Praktikum : R. Roro Rika Damayanti (10510065)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing Peranakan Etawah atau kambing PE merupakan persilangan antara kambing kacang betina asli Indonesia dengan kambing Etawah jantan yang berasal dari daerah Gangga,

Lebih terperinci

PENGUJIAN KEMURNIAN SAPI BALI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ISOELEKTRIC FOCUSING

PENGUJIAN KEMURNIAN SAPI BALI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ISOELEKTRIC FOCUSING PENGUJIAN KEMURNIAN SAPI BALI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ISOELEKTRIC FOCUSING Karmita, Ml., R. R. Noorl, & A. FarajaUah 2 1 Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan IPB 2 Laboratorium

Lebih terperinci

P = G + E Performans? Keragaman? Dr. Gatot Ciptadi PERFORMANS. Managemen. Breeding/ Repro. Nutrisi

P = G + E Performans? Keragaman? Dr. Gatot Ciptadi PERFORMANS. Managemen.  Breeding/ Repro. Nutrisi P = G + E Performans? Breeding/ Repro Keragaman? Nutrisi PERFORMANS Managemen Dr. Gatot Ciptadi Email: ciptadi@ub.ac.id, ciptadi@yahoo.com gatotciptadi.lecture.ub.ac.id www.bankselgamet.com PROBLEMATIKA

Lebih terperinci

I. Tujuan Menentukan berat molekul protein dengan fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 Teori Dasar

I. Tujuan Menentukan berat molekul protein dengan fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 Teori Dasar I. Tujuan II. Menentukan berat molekul protein dengan fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 Teori Dasar Penamabahan garam pada konsentrasi rendah dapat meningkatkan kelarutan protein (salting in). tetapi protein akan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT Penelitian ini dilaksanakan di BBIB Singosari yang berada di Desa

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI OPTIMALISASI REPRODUKSI SAPI BETINA LOKAL (un identified bred) DENGAN TIGA SUMBER GENETIK UNGGUL MELALUI INTENSIFIKASI IB Ir. Agus Budiarto, MS NIDN :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Ayam lokal di Indonesia telah lama dikembangkan oleh masyarakat Indonesia dan biasanya sering disebut dengan ayam buras. Ayam buras di Indonesia memiliki perkembangan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI Oleh : Abdul Rhochim NIM. 135050100111049 PROGRAM STUDI PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani bagi tubuh. Hal ini

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI (The Effect of Thawing Method on Frozen Bull Semen Quality) DAUD SAMSUDEWA dan A. SURYAWIJAYA Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia (Suhartini dan Nur 2005 dalam Granada 2011),

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI Oleh NUR FITRI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010 HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN

Lebih terperinci

STUDI VARIASI MORFOLOGI DAN POLA PITA PROTEIN WERENG HIJAU ( Nephotettix virescens ) DARI LIMA DAERAH SENTRA PENGHASIL PADI DI INDONESIA TESIS

STUDI VARIASI MORFOLOGI DAN POLA PITA PROTEIN WERENG HIJAU ( Nephotettix virescens ) DARI LIMA DAERAH SENTRA PENGHASIL PADI DI INDONESIA TESIS STUDI VARIASI MORFOLOGI DAN POLA PITA PROTEIN WERENG HIJAU ( Nephotettix virescens ) DARI LIMA DAERAH SENTRA PENGHASIL PADI DI INDONESIA TESIS Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Babi domestik (Sus scrofa) merupakan hewan ternak yang dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut Sihombing (2006), daging babi sangat digemari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mempelajari karakter protein IgG dari kolostrum sapi yang divaksin dengan vaksin AI H5N1. Standar yang digunakan sebagai pembanding pada penghitungan ukuran

Lebih terperinci

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

KUALITAS SPERMATOZOA SAPI PO HASIL SEXING DENGAN TEKNIK SENTRIFUGASI MENGGUNAKAN GRADIEN PUTIH TELUR DALAM BEBERAPA IMBANGAN Tris-buffer: SEMEN

KUALITAS SPERMATOZOA SAPI PO HASIL SEXING DENGAN TEKNIK SENTRIFUGASI MENGGUNAKAN GRADIEN PUTIH TELUR DALAM BEBERAPA IMBANGAN Tris-buffer: SEMEN KUALITAS SPERMATOZOA SAPI PO HASIL SEXING DENGAN TEKNIK SENTRIFUGASI MENGGUNAKAN GRADIEN PUTIH TELUR DALAM BEBERAPA IMBANGAN Tris-buffer: SEMEN (The Sexed Sperm Quality of PO Cattle Using Centrifugation

Lebih terperinci

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION BETWEEN BIRTH WEIGHT AND WEANING WEIGHT ON MADURA CATTLE Karnaen Fakulty of Animal Husbandry Padjadjaran University, Bandung ABSTRACT A research on estimation of genetic

Lebih terperinci

Pengertian : ilmu aplikasi dari genetika dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak ilmu yang mempelajari cara peningkatan produktivitas dan

Pengertian : ilmu aplikasi dari genetika dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak ilmu yang mempelajari cara peningkatan produktivitas dan Pengertian : ilmu aplikasi dari genetika dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak ilmu yang mempelajari cara peningkatan produktivitas dan sekaligus populasi ternak melalui perbaikan mutu genetik

Lebih terperinci

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA PETERNAK

Lebih terperinci

2013, No TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI PADA KEMENTERIAN PERTANIAN

2013, No TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI PADA KEMENTERIAN PERTANIAN 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119/PMK.05/2013 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI PADA KEMENTERIAN PERTANIAN TARIF LAYANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. Walaupun demikian semuanya termasuk dalam genus Bos dari famili Bovidae (Murwanto, 2008).

Lebih terperinci

MENGANGKAT POTENSI GENETIK DAN PRODUKTIVITAS AYAM GAOK

MENGANGKAT POTENSI GENETIK DAN PRODUKTIVITAS AYAM GAOK MENGANGKAT POTENSI GENETIK DAN PRODUKTIVITAS AYAM GAOK TIKE SARTIKA 1, S. SULANDARI 2, MSA ZEIN 2 dan S. PARYANTI 2 1 Balai Penelitian Ternak-Ciawi Jl. Veteran PO Box-221-Bogor 162 2 Bidang Zoologi, Puslitbang

Lebih terperinci

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi Standar Nasional Indonesia Embrio ternak - Bagian 1: Sapi ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat Problem utama pada sub sektor peternakan saat ini adalah ketidakmampuan secara optimal menyediakan produk-produk peternakan, seperti daging, telur, dan susu untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat akan

Lebih terperinci

3 METODE. Bahan. Alat

3 METODE. Bahan. Alat 9 3 METODE Penelitian ini dilaksanakan selama 14 bulan, yaitu dari April 2013 sampai Mei 2014 di Laboratorium Biokimia Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, Seafast Center, Pusat Studi Satwa Primata

Lebih terperinci

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS KADIRAN, R.DENNY PURNAMA DAN SUHARTO Balai Penelitian Ternak Bogor,Po.Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Suatu pengamatan mengenai periode fertil spermatozoa

Lebih terperinci

Z. Udin, Jaswandi, dan M. Hiliyati Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang ABSTRAK

Z. Udin, Jaswandi, dan M. Hiliyati Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN HEMIKALSIUM DALAM MEDIUM FERTILISASI IN VITRO TERHADAP VIABILITAS DAN AGLUTINASI SPERMATOZOA SAPI [The Usage effect of Hemicalcium in a Medium of In Vitro Fertilization on Viability

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan masyarakat akan daging domba setiap tahunnya terus meningkat.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Terisi secara geografis terletak pada 108 o o 17 bujur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Terisi secara geografis terletak pada 108 o o 17 bujur IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Terisi secara geografis terletak pada 108 o 04-108 o 17 bujur timur dan 6 o 36-6 o 48 lintang selatan memiliki luas wilayah 174,22

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal 3(2): , Juli 2014 On Line at :

Animal Agriculture Journal 3(2): , Juli 2014 On Line at : On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH UMUR TERHADAP UKURAN TESTIS, VOLUME SEMEN DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA PADA SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN UNGARAN (Influence

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan babi yang ada di Indonesia khususnya di daerah Bali masih merupakan peternakan rakyat dalam skala kecil atau skala rumah tangga, dimana mutu genetiknya masih kurang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai ekonomi untuk budidaya sapi pedaging. Sapi Pesisir dan sapi Simmental merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG MELALUI TEKNOLOGI REPRODUKSI

TANTANGAN DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG MELALUI TEKNOLOGI REPRODUKSI TANTANGAN DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG MELALUI TEKNOLOGI REPRODUKSI TRINIL SUSILAWATI 1 dan LUKMAN AFFANDY 2 1 Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang 2 Loka Penelitian

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI SIMILARITAS UNTUK HUBUNGAN KEKERABATAN

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI SIMILARITAS UNTUK HUBUNGAN KEKERABATAN Halaman : 1 dari 5 METODE UJI 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengukur indeks similaritas pada individu sebagai dasar untuk menentukan hubungan kekerabatan dari tumbuhan, hewan maupun manusia.

Lebih terperinci

Simulasi Uji Zuriat pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh (Progeny Test Simulation for Growth Traits in Aceh Cattle)

Simulasi Uji Zuriat pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh (Progeny Test Simulation for Growth Traits in Aceh Cattle) JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 014, VOL. 1, NO. 3, 1-16 Simulasi Uji Zuriat pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh (Progeny Test Simulation for Growth Traits in Aceh Cattle) Widya Pintaka Bayu Putra 1, Sumadi 1, Tety

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green House dan Laboratorium Genetika dan Molekuler jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba Standar Nasional Indonesia Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT QUANTITATIVE CHARACTERISTICS OF PASUNDAN CATTLE IN VILLAGE FARMING Dandy Dharma Nugraha*, Endang Yuni Setyowati**, Nono Suwarno** Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

SISTEM PERBIBITAN TERNAK NASIONAL

SISTEM PERBIBITAN TERNAK NASIONAL PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 36/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG SISTEM PERBIBITAN TERNAK NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa bibit ternak merupakan

Lebih terperinci

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase PERFORMA PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica) PETELUR BETINA SILANGAN WARNA BULU COKLAT DAN HITAM DI PUSAT PEMBIBITAN PUYUH UNIVERSITAS PADJADJARAN GROWTH PERFORMANCE (Coturnix coturnix japonica)

Lebih terperinci

2011) atau 25,10% ternak sapi di Sulawesi Utara berada di Kabupaten Minahasa, dan diperkirakan jumlah sapi peranakan Ongole (PO) mencapai sekitar 60

2011) atau 25,10% ternak sapi di Sulawesi Utara berada di Kabupaten Minahasa, dan diperkirakan jumlah sapi peranakan Ongole (PO) mencapai sekitar 60 BAB 1 PENDAHULUAN Di wilayah Indonesia, sejauh ini,ditemukan keturunan tiga bangsa besar ternak sapi potong yaitu bangsa sapi Ongole, bangsa sapi Bali dan bangsa sapi Madura serta peranakan beberapa bangsa

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau PENGANTAR Latar Belakang Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau Wild Mallard). Proses penjinakan telah terjadi berabad-abad yang lalu dan di Asia Tenggara merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Batur Domba Batur merupakan salah satu domba lokal yang ada di Jawa Tengah tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba Batur sangat

Lebih terperinci

KERAGAMAN PROTEIN DARAH SEBAGAI PARAMETER BIOGENETIK PADA SAPI JAWA [Blood Protein Variability as Biogenetic Parameter of Java Cattle]

KERAGAMAN PROTEIN DARAH SEBAGAI PARAMETER BIOGENETIK PADA SAPI JAWA [Blood Protein Variability as Biogenetic Parameter of Java Cattle] KERAGAMAN PROTEIN DARAH SEBAGAI PARAMETER BIOGENETIK PADA SAPI JAWA [Blood Protein Variability as Biogenetic Parameter of Java Cattle] S. Johari, E. Kurnianto, Sutopo, dan S. Aminah Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKERABATAN KERBAU BANTEN DAN SUMATERA UTARA

HUBUNGAN KEKERABATAN KERBAU BANTEN DAN SUMATERA UTARA HUBUNGAN KEKERABATAN KERBAU BANTEN DAN SUMATERA UTARA (Genetic Relationship Between Buffalo and North Sumatera Buffalo) LISA PRAHARANI 1, ENDANG TRIWULANNINGSIH 1 dan UPIK HIDAYAT 2 1 Balai Penelitian

Lebih terperinci

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C (Observation on Sperm Quality

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Plasma Nutfah Ternak Sapi

TINJAUAN PUSTAKA Plasma Nutfah Ternak Sapi 7 TINJAUAN PUSTAKA Plasma Nutfah Ternak Sapi Indonesia dengan kondisi geografis dan ekologi yang bervariasi telah menciptakan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Di dalam keanekaragaman hayati, terdapat

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI EJAKULASI TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA SAPI ACEH

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI EJAKULASI TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA SAPI ACEH ISSN : 0853-1943 PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI EJAKULASI TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA SAPI ACEH The Effect of Bull Age and Ejaculation Frequency on Quality of Aceh Bull Spermatozoa Dini Melita

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar HASIL DAN PEMBAHASAN Semen adalah cairan yang mengandung suspensi sel spermatozoa, (gamet jantan) dan sekresi dari organ aksesori saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez, 2000). Menurut Feradis (2010a)

Lebih terperinci

PENELITIAN MUTU GENETIK SAPI ONGOLE DAN BRAHMAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR

PENELITIAN MUTU GENETIK SAPI ONGOLE DAN BRAHMAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR PENELITIAN MUTU GENETIK SAPI ONGOLE DAN BRAHMAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR (Research on the Genetic Potential of Ongole and Brahman Cattle in East Sumba, East Nusa Tenggara) SUMADI 1

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIK DAN PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PETERNAKAN

REKAYASA GENETIK DAN PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PETERNAKAN Pemakalah Utama 3 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 23-27 REKAYASA GENETIK DAN PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PETERNAKAN Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D Guru

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012 PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Peningkatan produksi ternak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Purifikasi DNA Total DNA total yang diperoleh dalam penelitian bersumber dari darah dan bulu. Ekstraksi DNA yang bersumber dari darah dilakukan dengan metode phenolchloroform,

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci

Keragaman Morfologi dan Diferensiasi Genetik Sapi Peranakan Ongole di Peternakan Rakyat

Keragaman Morfologi dan Diferensiasi Genetik Sapi Peranakan Ongole di Peternakan Rakyat Keragaman Morfologi dan Diferensiasi Genetik Sapi Peranakan Ongole di Peternakan Rakyat HARTATI¹, SUMADI², SUBANDRIYO³ dan TETY HARTATIK² ¹Loka Penelitian Sapi Potong, Grati-Pasuruan ²Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi potensi

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT BAB I

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT BAB I DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT...

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at : Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p 126 133 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KUALITAS SEMEN BERDASARKAN UMUR PADA SAPI JANTAN JAWA (Semen Quality of Java Bull at

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara umum telah dilakukan secara turun temurun meskipun dalam jumlah kecil skala rumah tangga, namun usaha tersebut telah

Lebih terperinci

POTENSI PROTEIN ANTIOKSIDAN DARI BIJI DAN DAUN TANAMAN MELINJO (Gnetum gnemon) PADA KETINGGIAN LOKASI YANG BERBEDA

POTENSI PROTEIN ANTIOKSIDAN DARI BIJI DAN DAUN TANAMAN MELINJO (Gnetum gnemon) PADA KETINGGIAN LOKASI YANG BERBEDA POTENSI PROTEIN ANTIOKSIDAN DARI BIJI DAN DAUN TANAMAN MELINJO (Gnetum gnemon) PADA KETINGGIAN LOKASI YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh: Nisya Wulaningrum NIM. 081510501199 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI MADURA DAN SAPI MADRASIN DI DESA TAMAN SAREH KECAMATAN SAMPANG. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI MADURA DAN SAPI MADRASIN DI DESA TAMAN SAREH KECAMATAN SAMPANG. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga 107 ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI MADURA DAN SAPI MADRASIN DI DESA TAMAN SAREH KECAMATAN SAMPANG Sari Anggita Rahmawati 1), Nenny Harijani 2), Mirni Lamid 3) 1) Mahasiswa, 2) Departemen Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PROFIL PROTEIN OOSIT KAMBING PADA LAMA MATURASI IN VITRO YANG BERBEDA DENGAN SDS-PAGE. Nurul Isnaini. Abstrak

IDENTIFIKASI PROFIL PROTEIN OOSIT KAMBING PADA LAMA MATURASI IN VITRO YANG BERBEDA DENGAN SDS-PAGE. Nurul Isnaini. Abstrak IDENTIFIKASI PROFIL PROTEIN OOSIT KAMBING PADA LAMA MATURASI IN VITRO YANG BERBEDA DENGAN SDS-PAGE Nurul Isnaini Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Abstrak Penelitian tentang

Lebih terperinci

DASAR SELEKSI DAN SISTEM PERKAWINAN

DASAR SELEKSI DAN SISTEM PERKAWINAN DASAR SELEKSI DAN SISTEM PERKAWINAN KETERKAITAN SELEKSI DAN SISTEM PERKAWINAN Seleksi (indv./populasi) (generasi n) Pengaturan Sistem Perkawinan: 1.Inbreeding (berkerabat dekat, moyang bersama) 2.Outbreeding

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GALUR-GALUR PADI GOGO TOLERAN TERHADAP KERACUNAN ALUMINIUM

IDENTIFIKASI GALUR-GALUR PADI GOGO TOLERAN TERHADAP KERACUNAN ALUMINIUM IDENTIFIKASI GALUR-GALUR PADI GOGO TOLERAN TERHADAP KERACUNAN ALUMINIUM IDENTIFICATION OF UPLAND RICE LINES TOLERANCE TO ALLUMINIUM TOXICITY Ida Hanarida 1), Jaenudin Kartahadimaja 2), Miftahudin 3), Dwinita

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan semakin meningkat pula permintaan masyarakat terhadap bahan pangan untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak dipelihara petani-peternak di Sumatra Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi Pesisir mempunyai

Lebih terperinci

Deskripsi Mata KuliahCourse Subjects

Deskripsi Mata KuliahCourse Subjects Deskripsi Mata KuliahCourse Subjects Sebagai seorang dosen, Prof. Cece mengajar beberapa mata kuliah yang terkait dengan bidang keahliannya yaitu di bidang pemuliaan dan genetika ternak. Untuk program

Lebih terperinci

PROTEIN IMUNOGENIK PENYUSUN KELENJAR SALIVA VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Aedes aegypti L. SKRIPSI. Oleh Rofiatul Laila NIM

PROTEIN IMUNOGENIK PENYUSUN KELENJAR SALIVA VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Aedes aegypti L. SKRIPSI. Oleh Rofiatul Laila NIM PROTEIN IMUNOGENIK PENYUSUN KELENJAR SALIVA VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Aedes aegypti L. SKRIPSI Oleh Rofiatul Laila NIM 091810401007 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UKURAN DAN BENTUK ITIK PEKIN (Anas Platyrhynchos), ENTOK IMPOR DAN ENTOK LOKAL (Cairina moschata)

UKURAN DAN BENTUK ITIK PEKIN (Anas Platyrhynchos), ENTOK IMPOR DAN ENTOK LOKAL (Cairina moschata) UKURAN DAN BENTUK ITIK PEKIN (Anas Platyrhynchos), ENTOK IMPOR DAN ENTOK LOKAL (Cairina moschata) BRAM BRAHMANTIYO 1, RINI H. MULYONO 2 dan ADE SUTISNA 2 1 Balai Penelitian Ternak, Jl. Veteran III P.O.

Lebih terperinci

KUALITAS SEMEN SEGAR DAN PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL PADA UMUR YANG BERBEDA

KUALITAS SEMEN SEGAR DAN PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL PADA UMUR YANG BERBEDA KUALITAS SEMEN SEGAR DAN PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL PADA UMUR YANG BERBEDA Annisa Nyuwita 1), Trinil Susilawati 2), Nurul Isnaini 2) Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Plasma nutfah ternak mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan kesejahteraan bagi masyarakat dan lingkungannya. Sebagai negara tropis Indonesia memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK Suatu penelitian untuk mengetahui penggunaan kuning telur itik

Lebih terperinci

merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh (Diana, 2009). Protein sangat penting

merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh (Diana, 2009). Protein sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Protein merupakan zat yang sangat penting bagi setiap organisme serta merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh berfungsi sebagai sumber

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. 2004). Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit Surra merupakan penyakit pada ternak yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit Surra merupakan penyakit pada ternak yang disebabkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Surra merupakan penyakit pada ternak yang disebabkan oleh protozoa Trypanosoma evansi. Penyakit ini juga menyerang hewan domestik dan hewan liar. Parasit ini

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PTP101 Dasar Produksi Ternak 3(2-3) Mata kuliah ini memberikan pengetahuan kepada mahasiswa untuk dapat menjelaskan, memahami tentang arti, fungsi jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada ternak sapi telah banyak diterapkan di Indonesia. Menurut SNI 4896.1 (2008),

Lebih terperinci