KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK KESESUAIAN EKOWISATA DI PANTAI PRIGI, KABUPATEN TRENGGALEK, PROVINSI JAWA TIMUR RIFIAN WILYADRIN ERMAWAN C

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK KESESUAIAN EKOWISATA DI PANTAI PRIGI, KABUPATEN TRENGGALEK, PROVINSI JAWA TIMUR RIFIAN WILYADRIN ERMAWAN C"

Transkripsi

1 KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK KESESUAIAN EKOWISATA DI PANTAI PRIGI, KABUPATEN TRENGGALEK, PROVINSI JAWA TIMUR RIFIAN WILYADRIN ERMAWAN C Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK KESESUAIAN EKOWISATA DI PANTAI PRIGI, KABUPATEN TRENGGALEK, PROVINSI JAWA TIMUR Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, November 2008 Rifian Wilyadrin Ermawan C

3 RINGKASAN Rifian Wilyadrin Ermawan. Kajian Sumberdaya Pantai Untuk Kesesuaian Ekowisata di Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur. Dibimbing oleh Fredinan Yulianda dan Achmad Fachrudin Pantai Prigi berada di Kecamatan Watulimo yang terletak pada wilayah paling timur Kabupaten Trenggalek dengan panjang pantai kurang lebih 2,5 Km. Masyarakat merupakan salah satu pihak yang terlibat dalam kegiatan yang berlangsung di Pantai Prigi, terutama kegiatan perikanan. Selain masyarakat adapula wisatawan, pengelola usaha hotel dan pedagang, serta stakeholder lainnya. Agar kegiatan pemanfaatan yang dilakukan di pesisir pantai berlangsung secara optimal dan berkelanjutan maka diperlukan suatu perencanaan dan pengelolaan. Pesisir pantai dengan keunikan dan keindahan yang dimilikinya, merupakan sumberdaya alam yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat kunjungan wisata. Konsep ekowisata merupakan salah satu alternatif untuk pengelolaan kawasan wisata dalam suatu wilayah yang tetap memperhatikan konservasi lingkungan dengan menggunakan potensi sumberdaya dan mengikut sertakan masyarakat lokal. Penelitian dilaksanakan di Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur. Penelitian dilakukan dari 1 Mei sampai 29 Mei Analisis data yang digunakan adalah analisis potensi pantai, analisis kesesuaian lahan, analisis daya dukung dan analisis SWOT. Pantai Prigi merupakan jenis pantai berpasir dengan kedalaman yang cukup sesuai untuk dikembangkan kegiatan wisata. Keseluruhan lahan pantai didominasi oleh pasir putih. Vegetasi kelapa merupakan yang paling dominan berada di kawasan ini. Selain itu, kecepatan arus menunjukkan bahwa kawasan ini layak untuk dilembangkan menjadi obyek wisata pantai. Indeks kesesuaian wisata untuk kegiatan wisata pantai kategori rekreasi di Pantai Prigi termasuk kedalam kategori sangat sesuai (S1). Nilai daya dukung kawasan di Pantai Prigi adalah 150 orang per hari dengan rincian untuk kegiatan berenang sebanyak 40 orang, berjemur sebanyak 40 orang, wisata olahraga sebanyak 50 orang dan rekreasi pantai sebanyak 20 orang. Diperoleh tiga prioritas alternatif strategi untuk pengelolaan ekowisata di Pantai Prigi. Alternatif strategi tersebut adalah: Pertama, penataan wilayah dengan membentuk sistem zonasi untuk kegiatan wisata dan kegiatan perikanan yang dilakukan masyarakat. Kedua, peningkatan promosi Pantai Prigi termasuk mengadakan program wisata budaya. Ketiga, penyuluhan tentang pentingnya pelestarian lingkungan, penanggulangan bencana alam dan bahaya pencemaran.

4 KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK KESESUAIAN EKOWISATA DI PANTAI PRIGI, KABUPATEN TRENGGALEK, PROVINSI JAWA TIMUR RIFIAN WILYADRIN ERMAWAN C Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 SKRIPSI Judul : Kajian Sumberdaya Pantai Untuk Kesesuaian Ekowisata di Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur Nama Mahasiswa : Rifian Wilyadrin Ermawan Nomor Pokok Program Studi : C : Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Disetujui Komisi Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc. NIP Dr. Ir. Achmad Fachrudin, MS NIP Diketahui Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP Tanggal Lulus: 25 November 2008

6 Prakata Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki karakteristik yang unik dan kompleks. Kompleksitas ditunjukkan oleh keberadaan berbagai pengguna dan berbagai entitas pengelola wilayah yang mempunyai kepentingan dan cara pandang yang berbeda mengenai pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir. Dengan mempertimbangkan karakteristik tersebut, maka muncul suatu konsep pengelolaan sumberdaya pesisir terpadu (Integrated Coastal Zone Management). Pendekatan ini menjadi salah satu pendekatan andalan dalam mengelola berbagai potensi dan konflik sumberdaya yang ada di wilayah pesisir (Lasabuda, 2003). Penelitian ini dilakukan untuk menjadikan ekowisata sebagai alternatif pemanfaatan yang dapat dikembangkan pada pesisir pantai, khususnya Pantai Prigi. Pada tulisan ini terdapat informasi mengenai potensi sumberdaya pantai, kegiatan pariwisata yang berlangsung di Pantai Prigi, serta alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan ekowisata pantai di Pantai Prigi. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membutuhkannya. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai masukan untuk perbaikan dan penulisan selanjutnya. Bogor, November 2008 Penulis

7 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT atas anugerah dan hikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul Kajian Sumberdaya Pantai Untuk Kesesuaian Ekowisata di Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc. dan Dr. Ir. Achmad Fachrudin, MS selaku Pembimbing Skripsi. 2. Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku Pembimbing Akademik. 3. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS selaku Penguji program studi. 4. Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku penguji tamu. 5. Almarhum Papa Ade Irysaf Rustam yang terus mendukung dan memberi semangat untuk melanjutkan studi terus di MSP. Mamaku, adikku Nikita yang terus mendukung melalui doa, kasih sayang yang tulus dan semangat. Mbah kakung dan Mbah Putri, Mbah Gino dan Keluarga, dan semua keluarga di Trenggalek yang sudah banyak memfasilitasi dan mendukung lancarnya penelitian lapang. Om Rudy Alfian sekeluarga yang sangat banyak mendukung secara moral dan spiritual serta membantu kelancaran penelitian ini dari awal sampai akhir. 6. Mbak Widar dan semua orang yang ada di Tata Usaha MSP yang membantu melancarkan dan memudahkan segala administrasi sampai selesai pembuatan Surat Keterangan Lulus (SKL). 7. Teman-teman terbaikku, MSP angkatan 41 yang telah berjuang bersama selama 4 tahun terakhir di kampus, tim skripsi ekowisata MSP 41 yang telah banyak membantu dan saling bertukar pikiran, serta teman-teman senior (38 keatas), MSP 39, 40, dan Teman-teman sesama penghuni kontrakan legendaris MSP 41, DR C4 Crew (Wahyu, Pacul, Irwan, Supri) yang telah bersama melalui hari-hari menyenangkan maupun menyedihkan, teman-teman kosan Ar-Rozak (Cobra-ipin, Habib, Wahyu) yang telah berbaik hati menjadikan penulis sebagai PGT (penghuni gelap tetap) dan semua teman di IPB Darmaga.

8 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah Pesisir Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir Ekosistem Pesisir Pantai Ekosistem Pesisir yang Tidak Tergenang Air Ekowisata Bahari Pariwisata dan Ekowisata Definisi dan Deskripsi Ekowisata Bahari Jenis Kegiatan dalam Ekowisata Bahari Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut yang Berkelanjutan III. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Keadaan Umum Lokasi Alat dan Bahan Jenis Data dan Informasi yang diperlukan Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder Metode Pengambilan Responden Analisa Data Analisis Kesesuaian Lahan Analisis Daya dukung Analisis SWOT Analisa dan Pembuatan Matriks IFE Analisa dan Pembuatan Matriks EFE i ii iii v vi vii

9 Pembuatan Matriks SWOT Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis, Luas dan Administrasi Kondisi Geologi, Oseanografi dan Meteorologi Sarana dan Prasarana Transportasi dan Komunikasi Pemanfaatan Lahan Hasil dan Pembahasan Sumberdaya Pantai Analisa Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Pantai Daya Dukung Kawasan Untuk Ekowisata Pantai Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat a. Karakteristik Masyarakat b. Persepsi Masyarakat c. Keterlibatan Masyarakat Pengunjung a. Karakteristik Pengunjung b. Persepsi Pengunjung Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan Ekowisata Pantai Identifikasi Faktor Strategis Internal a. Kekuatan (Strength) b. Kelemahan (Weaknesses) Identifikasi Faktor Strategis Eksternal a. Peluang (Opportunity) b. Ancaman (Threats) Penentuan Bobot dan Peringkat (Rating) Setiap Faktor Matriks SWOT Alternatif Strategi V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

10 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Sumber obyek ekowisata bahari Kegiatan ekowisata bahari yang dapat dikembangkan Komposisi, jenis, sumber, dan teknik pengambilan data Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata Matriks IFE / EFE Matriks SWOT Pasang surut di perairan Pantai Prigi Tahun Persentase kesesuaian lahan untuk ekowisata di Pantai Prigi Daya dukung kawasan di Pantai Prigi Data persepsi pengunjung Pantai Prigi terhadap sarana transportasi Data persepsi pengunjung terhadap fasilitas jalan Data kunjungan wisata Kabupaten Tulungagung Tahun Tingkat kepentingan faktor strategis internal dalam pengelolaan ekosistem pesisir untuk pengembangan kawasan ekowisata pantai di Pantai Prigi Tingkat kepentingan faktor strategis eksternal dalam pengelolaan ekosistem pesisir untuk pengembangan kawasan ekowisata pantai di Pantai Prigi Matriks IFE Matriks EFE Matriks SWOT Ranking alternatif strategi... 73

11 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Peta lokasi penelitian (Sumber : Arsip DKP Kab. Trenggalek, 2006) Peta persebaran titik sampel di sepanjang Pantai Prigi Peta kesesuaian wisata Pantai Prigi Komposisi usia masyarakat di Pantai Prigi Komposisi tingkat pendidikan masyarakat di Pantai Prigi Komposisi jenis pekerjaan masyarakat di Pantai Prigi Komposisi tingkat pendapatan masyarakat di Pantai Prigi Diagram persepsi masyarakat terhadap sarana dan prasarana di Pantai Prigi Diagram persepsi masyarakat terhadap kondisi sumberdaya alam di Pantai Prigi Permasalahan pada sumberdaya alam di Pantai Prigi Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata Alasan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata Komposisi usia pengunjung Pantai Prigi Komposisi asal pengunjung Pantai Prigi Komposisi tingkat pendidikan pengunjung Pantai Prigi Komposisi jenis pekerjaan pengunjung Pantai Prigi Komposisi penghasilan pengunjung Pantai Prigi Persepsi pengunjung mengenai pengembangan ekowisata di Pantai Prigi Persepsi pengunjung mengenai sarana dan prasarana di Pantai Prigi.. 62

12 Lampiran DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Gambaran umum lokasi penelitian Pantai Prigi Matriks analisa kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi di Pantai Prigi Daya dukung kawasan di Pantai Prigi Beberapa parameter fisik yang diukur Kondisi lokasi pada saat pengambilan sampel Kuesioner untuk pengelola dan instansi terkait di Pantai Prigi Kuesioner untuk masyarakat Pantai Prigi Kuesioner untuk pengunjung Pantai Prigi Karakteristik responden pengunjung Pantai Prigi Karakteristik responden masyarakat Pantai Prigi Matriks pembobotan faktor strategis internal dan eksternal Dokumentasi penelitian

13 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pantai Prigi terletak di Pantai Selatan Jawa Timur menghadap Samudera Indonesia atau sekitar 45 km kearah tenggara kota Trenggalek. Pantai ini terletak pada koordinat 8 o 11 8 o 23 LS dan 111 o o 44 BT. Adapun batas-batas wilayah kabupaten adalah sebelah Utara Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Ponorogo, sebelah barat Kabupaten Ponorogo dan Pacitan, dan sebelah selatan adalah Samudra Indonesia. Pantai Prigi termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Watulimo. Kecamatan Watulimo terletak pada wilayah paling timur Kabupaten Trenggalek dengan luas wilayah kurang lebih ha. Secara administrasi wilayah kecamatan terbagi menjadi 12 desa. Desa-desa yang mempunyai wilayah pesisir dan menjadi pusat kegiatan perikanan adalah desa Karanggandu, Prigi, dan Tasikmadu. Pantai Prigi memiliki topografi pantai yang cukup landai yang menyebabkan ombak laut tenang, serta keadaan perairan laut yang berwarna biru dan tidak terlalu keruh. Keindahan alam pantai disempurnakan dengan hamparan pasir putih yang luas dan perkampungan nelayan dengan segala kegiatannya merupakan perpaduan yang khas pada obyek wisata Pantai Prigi. Sepanjang perjalanan menuju Pantai Prigi terdapat pemandangan gunung dan jajaran bukit yang juga sangat bagus untuk dijadikan sebagai objek yang menarik untuk dinikmati. Ditambah Upacara adat labuh Laut Larung Sembonyo yang dilaksanakan setiap bulan Selo merupakan sajian ritual yang memberi daya tarik tersendiri (Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur). Pantai Prigi juga dikenal sebagai objek wisata perikanan dimana terdapat Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang merupakan pendaratan ikan terbesar setelah Cilacap di pantai selatan. PPN ini dilengkapi dengan adanya tempat pelelangan ikan (TPI) dan juga terdapat tempat parkir yang luas, bumi perkemahan, hotel, rumah makan dan juga lapangan tenis. Karakteristik potensi sumberdaya pantai Prigi dapat dikembangkan sebagai objek wisata pantai. Pengembangan pariwisata di wilayah ini dapat dikatakan belum optimal sebagai suatu objek wisata pantai yang diduga

14 kurangnya peran pemerintah dalam pengembangan wilayah ini serta kurangnya promosi daerah, sehingga menyebabkan kunjungan wisatawan ke pantai Prigi cenderung tidak tinggi. Minimnya fasilitas yang disediakan serta kurangnya perawatan fasilitas yang ada juga dapat menjadi penyebab minimnya kunjungan wisatawan. Kajian mengenai potensi sumberdaya pesisir pantai Prigi ini perlu dilakukan agar potensi sumberdaya pantai Prigi dapat dimanfaatkan dan dikelola secara berkelanjutan untuk dijadikan objek wisata pantai. Potensi wisata pantai yang ada di pantai Prigi diharapkan dapat dioptimalkan tanpa mengganggu kelestarian lingkungan di pantai tersebut Rumusan Permasalahan Pantai Prigi yang memiliki sumberdaya alam yang sangat indah dapat dijadikan sebagai objek wisata potensial yang dapat menarik keinginan wisatawan untuk berkunjung. Banyaknya pasir putih yang menghampar luas, vegetasi pantai dan keadaan laut yang tenang, serta jajaran gunung dan bukit menjadi daya tarik yang cukup bagus untuk potensi wisata. Pengelolaan lingkungan pantai yang belum memadai dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan wilayah pesisir pantai ini, menyebabkan daerah wisata ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Masyarakat belum banyak berperan serta dalam pengembangan potensi pantai prigi, yang terlihat dari perhatian dan kepeduliannya terhadap kondisi lingkungan yang masih sangat kurang. Pemanfaatan dan pengelolaan daerah pesisir yang dilakukan oleh masyarakat maupun daerah belum sepenuhnya memenuhi ketentuan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi dan kelestarian pesisir dan lingkungannya. Degradasi kondisi daerah pesisir secara tidak langsung juga disebabkan oleh pengelolaan sumber daya alam di hulu yang selanjutnya berpengaruh terhadap daerah pesisir.

15 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi dan permasalahan sumberdaya pantai Prigi untuk kegiatan ekowisata dengan harapan hasilnya dapat dijadikan masukan dan arah bagi pengembangan kawasan wisata pantai serta menganalisis langkah strategis yang dapat dilakukan dalam pengembangan potensi wisata pantai di Pantai Prigi Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi wisata Pantai Prigi, sumberdaya yang dimiliki, dan strategi pengelolaannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berarti bagi perencanaan dan pengelolaan Pantai Prigi kearah wisata pantai yang berkelanjutan oleh pihak berkepentingan seperti pihak pengelola dan Pemerintah Kabupaten Trenggalek.

16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wilayah Pesisir Definisi dan Batasan wilayah pesisir Menurut Bengen (2001), definisi dan batas wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas di daratan meliputi daerah-daerah yang tergenang air maupun maupun yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang-surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan batas di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan. Beberapa ekosistem utama di wilayah pesisir adalah estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, pantai (berbatu, berpasir, berlumpur), dan pulau-pulau kecil. Secara prinsip, ekosistem pesisir mempunyai fungsi pokok bagi kehidupan manusia yaitu penyedia sumberdaya alam, penerima limbah, penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan dan penyedia jasa-jasa kenyamanan (Bengen, 2001). Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki karakteristik yang unik dan kompleks. Kompleksitas ditunjukkan oleh keberadaan berbagai pengguna dan berbagai entitas pengelola wilayah yang mempunyai kepentingan dan cara pandang yang berbeda mengenai pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir. Dengan mempertimbangkan karakteristik tersebut, maka muncul suatu konsep pengelolaan sumberdaya pesisir terpadu (Integrated Coastal Zone Management). Pendekatan ini menjadi salah satu pendekatan andalan dalam mengelola berbagai potensi dan konflik sumberdaya yang ada di wilayah pesisir (Lasabuda, 2003) Ekosistem Pesisir Menurut Dahuri (2003), ekosistem perairan laut dapat dibagi menjadi dua, yaitu perairan laut perairan laut pesisir, yang meliputi paparan benua, dan laut lepas atau laut oseanik. Ada kesepakatan dunia bahwa wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Ditinjau dari garis pantai

17 (Coastline), suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu batas yang sejajar dengan garis pantai (long-shore), dan batas yang tegak lurus dengan garis pantai (Cross-Shore). Dalam suatu pesisir biasanya terdapat satu atau lebih sistem lingkungan (ekosistem) pesisir dan sumberdaya pesisir. Tipe ekosistem pesisir Indonesia dideskripsikan atas dasar komunitas hayati dan penggenangan oleh air (Kartawinata dan Soemodihardjo, 1976; Nontji, 1987 in Dahuri, 2003). Berdasarkan sifatnya, ekosistem pesisir bersifat alami (natural) dan buatan (man made). Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain terumbu karang (coral reef), hutan mangrove (mangrove forest), padang lamun (seagrass bed), pantai berpasir (sandy beach), pantai berbatu (rocky beach), formasi pescaprae, formasi barringtonia, estuaria, laguna, delta dan ekosistem pulau kecil. Ekosistem pesisir tersebut ada yang terus menerus tergenangi air dan ada pula yang hanya sesaat. Sedangkan ekosistem buatan antara lain tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri dan kawasan pemukiman (Dahuri, 2003) Pantai Secara umum pantai dikenal sebagai batas antara daratan dan lautan. Istilah pantai juga digunakan untuk batas antara daratan dan danau yang sangat besar. Namun demikian jika ditinjau lebih terinci, maka ada beberapa permasalahan yang membuat istilah pantai tidak semudah itu. Hal ini karena yang disebut sebagai batas tidak dapat dibuat sangat tegas. Dengan demikian dalam daerah pantai sendiri dikenal istilah-istilah yang membedakan daerah tersebut secara fisik (www. elisa.ugm.ac.id). Menurut Dahuri (2003) pantai biasanya ditumbuhi oleh tumbuhan pionir yang memiliki cirri-ciri antara lain 1) sistem perakaran yang menancap dalam; 2) mempunyai toleransi tinggi terhadap kadar garam, hembusan angin, dan suhu tanah yang tinggi, serta 3) menghasilkan buah yang dapat terapung. Pantai yang terbuka biasanya memiliki kondisi lingkungan yang kurang bersahabat, yakni kondisi fisik yang tidak stabil akibat fluktuasi suhu, salinitas dan kelembaban yang tinggi. Ada tiga zonasi dimana organisme hadir dalam jumlah besar, yaitu 1)

18 zona bagian atas dihuni oleh kepiting (Ghost-crab) dari genus Ocypode, Amphipoda, dan krustasea dari famili Talitridae; 2) zona pertengahan yang dihuni oleh moluska genus Donax dan beberapa spesies isopoda; dan 3) zona yang lebih rendah dihuni oleh spesies keong (Gastropoda), kepiting (Hippid Crab), dan bulu babi (Echinoid). Disamping itu pantai juga penting sebagai habitat bagi penyu dan burung laut untuk bertelur. Dahuri (2003) menjelaskan bentuk-bentuk pantai yang terdapat di Indonesia dilihat dari morfologinya. Bentuk pantai tersebut yaitu : 1. Pantai terjal berbatu Biasanya terdapat di kawasan tektonis aktif yang tidak pernah stabil karena proses geologi. Kehadiran vegetasi penutup ditentukan oleh 3 faktor, yaitu tipe batuan, tingkat curah hujan, dan cuaca. 2. Pantai landai dan datar Pantai jenis ini ditemukan di wilayah yang sudah stabil sejak lama karena tidak terjadi pergerakan tanah secara vertikal. Kebanyakan pantai di kawasan ini ditumbuhi oleh vegetasi mangrove yang padat dan hutan lahan basah lainnya. 3. Pantai dengan bukit pasir Pantai ini terbentuk akibat transportasi sedimen clastic secara horizontal. Karena perubahan berlangsung cepat dan terjadi di daerah yang kering, maka bukit pasir biasanya miskin tanaman penutup. 4. Pantai beralur Proses pembentukan pantai ini lebih ditentukan oleh factor gelombang ketimbang angin. Proses penutupan yang berlangsung cepat oleh vegetasi menyebabkan zona supratidal tidak terakumulasi oleh sediment yang berasal dari erosi angin. 5. Pantai lurus di dataran pantai yang landai Pantai tipe ini ditutupi oleh sedimen berupa Lumpur hingga pasir kasar. Pantai ini merupakan fase awal untuk berkembangnya pantai yang bercelah dan bukit pasir apabila terjadi perubahan suplai sedimen dan cuaca (angin dan kekeringan).

19 6. Pantai berbatu Pantai ini dicirikan oleh adanya belahan batuan cadas. Komunitas organisme pada pantai berbatu hidup di permukaan. Bila dibandingkan dengan habitat pantai lainnya, pantai berbatu memiliki kepadatan mikroorganisme yang tinggi, khususnya di habitat intertidal didaerah angin (temperate) dan subtropik. 7. Pantai yang terbnatuk karena adanya erosi Sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran sungai akan mengandap di daerah pantai. Pantai yang terbentuk dari endapan semacam ini dapat mengalami perubahan dari musim ke musim, baik secara alamiah maupun akibat kegiatan manusia yang cenderung melakukan perubahan terhadap bentang alam. Sedangkan menurut Hantoro (2002), jenis pantai dibagi berdasarkan fisiologi kepulauan dan pengaruh kegiatan manusia. Jenis pantai berdasarkan fisiologi kepulauan yaitu : 1. Pulau/daratan menghadap ke arah samudera lepas Pantai dan pesisir yang menghadap ke arah laut/samudera lepas ditandai oleh tebing perbukitan curam, pantai berbentang alam kasar, berbukit terjal menerima hempasan kuat gelombang. Pantai datar berpasir adakalanya menyelingi pesisir ini, terbentuk oleh endapan sedimen sungai. 2. Pantai pesisir yang menghadap cekungan belakang (tepian paparan) Cekungan belakang dari jalur konvergensi tektonik ditandai oleh paparan landai luas dengan alur sungai (dendritic) panjang dan dataran tangkapan hujan luas, mengalir berkelok-kelok melalui rawa dan dataran limpahan banjir, ke pantai berawa dan ber tutupan tebal bakau membentuk muara delta luas dengan pulau pulau delta di depannya. 3. Pesisir menghadap tepian kontinen Indonesia memiliki dua tepian kontinen, Sunda dan Sahul yang ke arah mana beberapa pulau menghadapnya dengan ciri pantai landai dan sangat stabil dari gejala geologi. Dua paparan tersebut menyisakan bentang alam dataran saat sempat kering ketika susut laut hingga 145 m dari muka laut sekarang. Landai dan dangkalnya perairan seringkali menyebabkan

20 kekeruhan akibat agitasi laut saat musim barat sulit hilang. Rataan tipis bakau menutup pesisir perairan. 4. Jalur pulau busur luar Jalur pulau non vulkanik busur luar terbentuk hampir menerus di barat dari pulau Sumatra menghadap ke lepas Samudra Hindia. Di bagian timur busur Sunda, busur luar terbentuk kembali sebagai pulau Sumba dan Sabu. Pulau-pulau tersebut terbentuk dari terangkatnya sedimen laut oleh proses penunjaman dan tumbukan lepeng, dicirikan oleh lapisan batuan yang terlipat membentuk perbukitan dan terpotong patahan. Adakalanya batu gamping terumbu karang ikut terangkat keluar membentuk perbukitan di pantai bertebing curam. 5. Pulau gunung api Pantai pulau ini dicirikan oleh endapan bahan vulkanik yang dimuntahkan hingga ke perairan membentuk pesisir pantai landai di bagian mana sering ditumbuhi bakau dan terumbu karang di perairannya. Lembah sungai dalam di hulu berakhir pada muara yang berpantai landai pada pesisir datar, namun sering berupa muara sempit. 6. Pulau kecil di laut dalam Pulau-pulau ini dicirikan oleh lereng perairan curam, namun lereng atas dekat permukaannya sering dikelilingi oleh terumbu karang yang menempel pada batuan vulkanik. Terumbu karang adakalanya terangkat membentuk undak sempit batu gamping karang dengan takik ombak, sebagai bukti adanya pengangkatan. Pantai sempit landai adakalanya ditumbuhi bakau. 7. Pulau-pulau kecil di paparan tepian kontinen Pulau terbentuk oleh tinggi batuan yang resisten dari kerja cuaca di kawasan geologi yang stabil bagian dari paparan kontinen. Perubahan paras muka laut lebih mengontrol evolusi morfologi perairan ini membentuk alur perairan dangkal yang ditutupi endapan pantai dan sungai purba. Dangkalnya perairan menyebabkan kekeruhan tidak mudah hilang, menyebabkan kualitas terumbu karang kurang baik namun endapan pantai di perairan tenang mengalasi rataan tebal bakau.

21 8. Pulau Delta Pulau-pulau delta terbentuk di bagian perairan landai di muara sungai yang mengalir jauh dari pedalaman mengangkut sedimen yang diendapkan dan membentuk pulau-pulau ini. Hampir seluruh pulau umumnya ditutupi bakau atau hutan tropis dataran basah pada kisaran supra tidal atau intertidal Ekosistem Pesisir yang Tidak Tergenang Air Ekosistem pesisir yang tidak tergenang air terdiri dari 2 formasi, yaitu Formasi Pescaprae dan Formasi Barringtonia (Dahuri, 2003). 1. Formasi Pescaprae Ekosistem ini umumnya terdapat di belakang pantai berpasir. Formasi Pescaprae (gosong pantai berpasir) didominasi oleh vegetasi pionir, khususnya kangkung laut (Ipomoea pescaprae). 2. Formasi Barringtonia Ekosistem ini berkembang di pantai berbatu tanpa deposit pasir dimana formasi pescaprae tidak dapat tumbuh. Habitat berbatu ini ditumbuhi oleh komunitas rerumputan dan belukar yang dikenal sebagai Formasi Barringtonia. 2.2 Ekowisata Bahari Pariwisata dan Ekowisata Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk kepentingan wisata dikenal juga dengan pariwisata (Yulianda, 2007). Pariwisata merupakan kegiatan perpindahan atau perjalanan orang secara temporer dari tempat mereka biasa bekerja dan menetap ke tempat luar, guna mendapatkan kenikmatan dalam perjalanan atau di tempat tujuan (Holloway dan Plant, 1989 in Yulianda, 2007). Kenikmatan dari perjalanan ini merupakan suatu jasa yang diberikan alam kepada manusia, sehingga manusia merasa perlu untuk mempertahankan eksistensi alam (Yulianda, 2007).

22 Deklarasi Quebec secara spesifik menyebutkan bahwa ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang membedakannya dengan bentuk wisata lain. Di dalam praktik hal itu terlihat dalam bentuk kegiatan wisata yang: a) secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya; b) melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan dan pengelolaan wisata serta memberikan sumbangan positif terhadap kesejahteraan mereka; dan c) dilakukan dalam bentuk wisata independen atau diorganisasi dalam bentuk kelompok kecil (UNEP, 2000; Heher, 2003 in Damanik dan Weber, 2006). Dengan kata lain, ekowisata adalah bentuk industri pariwisata berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya lokal sekaligus menciptakan peluang kerja dan pendapatan serta membantu kegiatan konservasi alam itu sendiri (Panos, dikutip oleh Ward, 1997, in Damanik dan Weber, 2006). Menurut Damanik dan Weber (2006), ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. Dalam ekowisata ini, kegiatan wisata yang bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakan ciri khas ekowisata. Pihak yang berperan penting dalam ekowisata bukan hanya wisatawan, tetapi juga pelaku wisata lain (tour operator) yang memfasilitasi wisatawan untuk menunjukkan tanggungjawab tersebut. Ekowisata merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan (META, 2002 in Yulianda, 2007). Ekowisata bahari merupakan ekowisata yang memanfaatkan karakter sumberdaya pesisir dan laut. Sumberdaya ekowisata terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan wisata. Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi (Fandelli, 2000; META, 2002 in Yulianda, 2007) : a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya. b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

23 c. Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan. Inskeep (1991) in Prakoso (2007) merumuskan bahwa terdapat 7 komponen yang saling berhubungan dalam pengembangan suatu kawasan wisata, yaitu daya tarik dan aktivitas wisata, fasilitas dan pelayanan wisata, sistem infrastruktur, sistem transportasi, elemen-elemen kelembagaan (strategi pemasaran, program promosi, sistem regulasi, dll), pelestarian lingkungan, dan sosial ekonomi masyarakat setempat. Lindberg dan Huber (1995) in Kajian Potensi Wisata Bahari di Pulau Bunguran Kab. Natuna (2006), mengatakan bahwa ekowisata telah menarik perhatian yang besar karena kemampuannya menghasilkan keuntungan-keuntungan ekonomi baik bagi konservasi maupun terhadap pembangunan daerah pedesaan. Konsep pengembangan ekowisata sejalan dengan misi pengelolaan konservasi yang mempunyai tujuan: (1) Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan, (2) Melindungi keanekaragaman hayati, (3) Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya, dan (4) Memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, suatu konsep pengembangan ekowisata hendaknya dilandasi pada prinsip dasar ekowisata yang meliputi (Yulianda, 2007): a. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat. b. Pendidikan konservasi lingkungan; Mendidik pengunjung dan masyarakat akan pentingnya konservasi. c. Pendapatan langsung untuk kawasan; Restribusi atau pajak konservasi (conservation tax) dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan. d. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan; Merangsang masyarakat agar terlibat dalam perencanaan dan pengawasan kawasan. e. Penghasilan bagi masyarakat; Masyarakat mendapat keuntungan ekonomi sehingga terdorong untuk menjaga kelestarian kawasan.

24 f. Menjaga keharmonisan alam; Kegiatan dan pengembangan fasilitas tetap mempertahankan keserasian dan keaslian alam. g. Daya dukung sebagai batas pemanfaatan; Daya tampung dan pengembangan fasilitas hendaknya mempertimbangkan daya dukung lingkungan. h. Kontribusi pendapatan bagi negara (pemerintah daerah dan pusat). Menurut Andersen (1995) in Kajian Potensi Wisata Bahari di Pulau Bunguran Kab. Natuna (2006) jika lingkungan dapat dipandang sebagai suatu pustaka yang tidak terbatas, maka sarana ekowisata dapat dianggap sebagai suatu tatanan laboratorium yang khas bagi ekowisatawan untuk memperoleh pengetahuan Definisi dan Deskripsi Ekowisata Bahari Wisata bahari adalah wisata minat khusus yang memiliki aktivitas yang berkaitan dengan kelautan, baik di atas permukaan laut (marine) maupun kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan laut (submarine). Banyak kalangan lain menempatkan wisata bahari sebagai bagian dari wisata lingkungan (ecotourism) (Setiawati, 2000 in Prakoso, 2007). Wheat (1994) in LIPI COREMAP II (2005) in Kajian Potensi Wisata Bahari di Pulau Bunguran Kab. Natuna (2006) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik mengamati alam. Ekowisata bahari adalah suatu komponen dari sektor ekowisata yang lebih luas yang dianggap akan tumbuh dengan cepat baik volume maupun nilainya (Cater, 2003 in Garrod dan Wilson, 2004). Ekowisata bahari merupakan kegiatan wisata pesisir dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi laut. Pengelolaan ekowisata bahari merupakan suatu konsep pengelolaan yang memprioritaskan kelestarian dan memanfaatkan sumberdaya alam dan budaya masyarakat (Yulianda, 2007). Ekowisata merupakan perpaduan antara wisata alam, budaya dan pendidikan dengan karakteriktik yang spesifik, yaitu kepeduliannya pada kegiatan konservasi alam dan kepentingan ekonomi serta keberlangsungan budaya masyarakat setempat. Secara umum dapat dikatakan bahwa manifestasi dari ekowisata adalah kegiatan wisata alam yang sebenarnya sudah dikenal dunia

25 kepariwisataan sejak lama sekali. Pada daerah-daerah dimana kegiatan ekowisata berlokasi, banyak dilihat bentuk status perlindungan resmi atau semi-resmi meskipun dapat dikatakan bahwa definisi ekowisata bukan merupakan pelarangan kegiatan pada suatu area (Garrod dan Wilson, 2004). Blamey (1997) in Garrod dan Wilson (2004) menyatakan bahwa akan sangat tidak masuk akal memasukkan area yang tidak memiliki status perlindungan dari skup ekowisata. Hal tersebut memberi gambaran betapa sulitnya mengidentifikasi perbedaan kualitatif pada aktivitas wisata berbasis lingkungan yang berlokasi didalam ataupun diluar area perlindungan. Sementara itu Weaver (1998) dan Higham and Luck (2002) in Garrod dan Wilson (2004) menyatakan bahwa ekowisata murni dapat, dan seringkali dapat berlangsung pada daerah yang sudah mengalami banyak perubahan lingkungan, yaitu lingkungan pemukiman. Namun demikian, secara hakiki, apa yang dinamakan ekowisata sebenarnya merupakan suatu konsep baru tentang kegiatan wisata alam dengan dimasukkannya unsur tanggung jawab, unsur kepedulian dan unsur komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan penduduk setempat ke dalam kegiatan wisata tersebut. Pariwisata di wilayah pesisir merupakan pemanfaatan potensi pesisir dari jasa keindahan dan kenyamanan (nilai estetika) seperti pantai indah, keragaman flora dan fauna laut. Sumberdaya pesisir yang berpotensi sebagai objek wisata bahari diantaranya terumbu karang, ikan hias dan biota laut yang dijadikan kegiatan selam, rekreasi air dan wisata marina. Konsep pengelolaan ekowisata tidak hanya berorientasi pada keberlanjutan tetapi lebih daripada itu yaitu mempertahankan nilai smberdaya alam dan manusia. Agar nilai-nilai tersebut terjaga maka pengusahaan ekowisata tidak melakukan eksploitasi sumberdaya alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan budaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan fisik, pengetahuan, dan psikologis pengunjung (Yulianda, 2007). Orientasi pemanfaatan pesisir dan lautan serta berbagai elemen pendukung lingkungannya merupakan pengelolaan dan perencanaan kawasan secara terpadu dalam usaha mengembangkan kawasan wisata. Aspek kultural dan fisik merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dan

26 saling mendukung sebagai suatu kawasan wisata bahari (Kajian Potensi Wisata Bahari di Pulau Bunguran Kab. Natuna, 2006). Ekowisata sebagai suatu bagian logis dari pembangunan berkelanjutan, memerlukan pendekatan berbagai disiplin. Perencanaan yang hati-hati (baik secara fisik maupun pengelolaan) dan pedoman-pedoman serta peraturan tegas yang dapat menjamin pelaksanaan yang berkelanjutan. Hanya dengan melalui keterlibatan lintas sektoral ekowisata akan dapat benar-benar mencapai tujuannya, yaitu pemerintah dan pengusaha swasta, masyarakat lokal dan LSM, semuanya memiliki peranan penting (Lascurain, 1995 in Kajian Potensi Wisata Bahari di Pulau Bunguran Kab. Natuna, 2006). Ekowisata bahari pada dasarnya mencoba untuk menetapkan dan memelihara suatu hubungan simbiotik antara wisata dengan lingkungan bahari yang alami. Ini berarti berkaitan dengan wisata yang memberikan wisatawan suatu kepuasan pengalaman sambil menghargai nilai konservasi yang hakiki dari lingkungan alami dimana ekowisata bahari tergantung dari hal itu (META, 2002). Pengembangan dari ekowisata bahari mungkin dirasa sebagai suatu kesempatan untuk membantu memperbaharui masyarakat pantai yang sedang mengalami kesulitan ekonomi sebagai hasil dari kemunduran sektor ekonomi tradisional mereka, seperti pertanian, wisata tepi laut dan pemancingan yang komersil. Ekowisata bahari dapat juga memberikan dampak positif untuk lingkungan yang alami, sebagai contoh dengan peningkatan pendapatan yang dapat digunakan untuk perlindungan lingkungan, dengan menyediakan alternatif ekonomi ke aktivitas yang merusak lingkungan alami, dan dengan lebih secara luas meningkatkan kesadaran dan prinsip dari pengembangan yang berkelanjutan. Namun pengalaman telah menunjukkan bahwa jika ekowisata bahari memainkan perannya secara efektif, hal itu harus dikembangkan dalam suatu kerangka perencanaan yang memastikan bahwa praktek dari ekowisata ini sesuai dengan prinsip keberlanjutan (META, 2002). Dengan demikian, ekowisata bukan menjual tempat (destinasi) atau kawasan, melainkan menjual filosofi. Hal ini membuat ekowisata mempunyai nilai lestari dan tidak akan mengenal kejenuhan pasar. Meskipun pasar sangat menentukan pengembangan ekowisata, namun konsep pengelolaan tetap

27 mempertimbangkan prinsip-prinsip dasar ekowisata. Oleh karena sifat sumberdaya dan ekosistem pesisir dan lautan alami sering rentan dan dibatasi oleh daya dukung, maka pengembangan pasar yang dilakukan menggunakan pendekatan product driven, yaitu disesuaikan dengan potensi, sifat, perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya yang tersedia, seperti in situ, tidak tahan lama (perishable), tidak dapat pulih (non-recoverable), dan tidak tergantikan (non-substitutable) diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya (Yulianda, 2007). Ekowisata bahari pada dasarnya mencoba untuk menetapkan dan memelihara suatu hubungan simbiotik antara wisata dengan lingkungan bahari yang alami. Ini berarti berkaitan dengan wisata yang memberikan wisatawan suatu kepuasan pengalaman sambil menghargai nilai konservasi yang hakiki dari lingkungan alami dimana ekowisata bahari tergantung dari hal itu (META, 2002). Obyek ekowisata bahari dapat dikelompokkan berdasarkan komoditi, ekosistem dan kegiatan (Tabel 1). Tabel 1. Sumber obyek ekowisata bahari Obyek Komoditi Obyek Ekosistem Obyek Kegiatan Penyu Terumbu Karang Perikanan tangkap Duyung Mangrove Perikanan budidaya Paus Lamun Sosial/budaya Lumba-lumba Goba Hiu Pantai Spesies endemik Pasir putih Ombak Sumber : Yulianda (2007) Obyek komoditi terdiri dari potensi spesies biota laut dan material non hayati yang mempunyai daya tarik wisata. Sedangkan obyek ekosistem terdiri dari ekosistem pesisir yang mempunyai daya tarik habitat dan lingkungan. Sedangkan obyek kegiatan merupakan kegiatan yang terintegrasi di dalam kawasan yang mempunyai daya tarik wisata.

28 Jenis Kegiatan dalam Ekowisata Bahari Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata bahari dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu wisata pantai dan wisata bahari (Tabel 2). Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga, menikmati pemandangan dan iklim. Sedangkan wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya bawah laut dan dinamika air laut (Yulianda, 2007). Tabel 2. Kegiatan ekowisata bahari yang dapat dikembangkan Wisata Pantai Wisata Bahari 1. Rekreasi pantai 1. Rekreasi pantai dan laut 2. Panorama 2. Resort / peristirahatan 3. Resort / peristirahatan 3. Wisata selam dan wisata snorkling 4. Berenang, berjemur 4. Selancar, jet ski, banana boat, perahu kaca, 5. Olahraga pantai (voli pantai, jalan kapal selam pantai, lempar cakram, dll) 5. Wisata ekosistem lamun, wisata pulau, wisata 6. Berperahu nelayan, wisata pendidikan, wisata pancing 7. Memancing 6. Wisata satwa (buaya, penyu, paus, mamalia, 8. Wisata mangrove burung, lumba-lumba, duyung) Sumber : Yulianda (2007) 2.3. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut yang Berkelanjutan Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang berkelanjutan hanya dapat dilakukan oleh beberapa populasi (termasuk pengembangan kegiatan yang berasosiasi dengan sumberdaya pesisir) yang secara langsung melibatkan daya dukung keseimbangan ekosistem dan laut. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi di kawasan pesisir dan laut tertentu yang berkelanjutan dapat terlaksana jika pendapatan total penduduk berasal dari sumberdaya dan lingkungan yang berada di sekitar mereka (Dahuri, 1998 in Pradnyamita, 2001). Ekosistem alamiah seperti kawasan pesisir memiliki 4 fungsi pokok bagi pengembangan ekonomi masyarakat pesisir, yakni: 1) jasa pendukung kehidupan; 2) jasa kenyamanan; 3) penyedia sumberdaya alam dan; 4) penerima limbah (Ortolano, 1984).

29 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pantai Prigi, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, provinsi Jawa Timur. Wilayah yang diamati mencakup keseluruhan wilayah pesisir Pantai Prigi. Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu penelitian pendahuluan, pengambilan data primer dan sekunder serta analisis data. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2007 untuk mengetahui kondisi awal daerah penelitian dan mempersiapkan perlengkapan untuk pengambilan data. Pengumpulan data primer dan sekunder dilaksanakan pada bulan Mei Keadaan Umum Lokasi Kabupaten Trenggalek terletak antara 8 o 11 8 o 23 LS dan 111 o o 44 BT. Pantai Prigi terletak di Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, sekitar 48 Km ke arah selatan kota Trenggalek. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Ponorogo, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Ponorogo. Luas Kabupaten Trenggalek adalah Ha. Kabupaten Trenggalek terdiri dari 1/3 bagian dataran rendah, 2/3 wilayah pegunungan dengan jenis tanah Mediteran, Gromosol, Andasol, Aluvial, dan Laterit. Menurut sistem Schmidt dan Ferguson, Kabupaten trenggalek memiliki dua musim, musim kemarau antara 4 sampai 7 bulan dan curah hujan rata-rata 2900 mm/tahun. Ketinggian dari permukaan air laut antara 0,00 meter sampai meter dengan kemiringan antara 7% sampai 40%. Pantai Prigi dilengkapi dengan fasilitas tempat parkir, bumi perkemahan, sarana olahraga, hotel, rumah makan, dan lain-lain. Selain itu, di Pantai Prigi juga terdapat Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) (Dishub dan Pariwisata Kab.Trenggalek, 2006).

30 3.3. Alat dan bahan Alat yang digunakan adalah kamera, recorder, plastik, papan jalan, secchi disc, bola pingpong dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kuesioner, data sheet, peta wilayah, dan bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini Jenis Data dan Informasi yang diperlukan Jenis data dan informasi yang diperlukan adalah data sumberdaya alam, daya dukung kawasan, kesesuaian lahan, sumberdaya manusia, serta keadaan umum lokasi di Pantai Prigi. Untuk jenis data yang digunakan adalah data text dan image (Fauzi, 2001 in Nancy, 2008). Data text adalah data yang berbentuk alfabet ataupun numerik. Data text yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keadaan umum kawasan wisata Pantai Prigi, data biofisik kawasan Pantai Prigi, sumberdaya manusia, isu dan permasalahan yang berkembang, serta kebijakan pengelolaan dan data pengunjung. Sedangkan data image adalah data yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu melalui foto, diagram, tabel dan sebagainya. Data image yang digunakan dalam penelitian ini adalah data foto kawasan wisata Pantai Prigi, foto fasilitas umum yang ada di kawasan Pantai Prigi, data kependudukan, dan gambar penunjang lainnya Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data Data Primer Jenis data primer yang diambil adalah data sosial ekonomi. Pengambilan data sosial ekonomi dilakukan dengan metode purposive sampling melalui wawancara dengan masyarakat sekitar, pengunjung, dan pihak pengelola / instansi terkait untuk mengetahui permasalahan pengelolaan sumberdaya alam, kependudukan, dan persepsi masyarakat di Pantai Prigi Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan berasal dari studi pustaka, buku-buku laporan hasil penelitian sebelumnya, buku-buku yang terkait dengan penelitian ini, dll. Data yang dikumpulkan meliputi sumberdaya alam, keadaan umum kawasan

31 Pantai Prigi, isu-isu yang berkembang, kebijakan pengelolaan di wilayah tersebut, serta keadaan sosial masyarakat di Pantai Prigi (Tabel 3). Tabel 3. Komposisi, jenis, sumber, dan teknik pengambilan data No. Komponen data Jenis data Sumber data Teknik pengambilan data Primer Sekunder Pantai Kedalaman perairan Sekunder Laporan Studi Pustaka Tipe Pantai Primer Sekunder Laporan Studi Pustaka, Observasi lapang Lebar pantai Sekunder Laporan Studi Pustaka Material dasar Primer Sekunder Laporan Studi Pustaka, Observasi perairan lapang Kecepatan arus Primer Sekunder Laporan Studi Pustaka, Floating Drought Kemiringan pantai Sekunder Laporan Studi Pustaka Kecerahan perairan Primer Sekunder Laporan Studi Pustaka, Secchi Disc Penutupan lahan Primer Sekunder Laporan Studi Pustaka, Observasi pantai lapang Biota berbahaya Sekunder Laporan Studi Pustaka Ketersediaan air tawar Primer Sekunder Laporan Studi Pustaka, Observasi lapang 2. Luas area kegiatan Sekunder Laporan Studi Pustaka yang dimanfaatkan dapat 3. Sumberdaya Manusia Masyarakat (Pendidikan, pendapatan, pekerjaan, masyarakat) Pengunjung (Pendidikan, persepsi pendapatan, frekuesi kunjungan, persepssi pengunjung) Pengelola/instansi terkait instansi, aturan lokal) (Keterlibatan legalitas 4. Keadaan Umum Lokasi Primer Primer Primer Responden, lapangan Responden, lapangan Responden, lapangan Sejarah dan Budaya Primer Sekunder Responden, laporan Wawancara, lapang Wawancara, Observasi lapang Wawancara, Observasi lapang Observasi Wawancara, Studi pustaka

32 Tabel 3. Lanjutan Geografi Sekunder Laporan Studi Pustaka Demografi Sekunder Laporan Studi Pustaka 5 6 Sarana dan Prasarana Primer Sekunder Responden, lapangan Pendidikan Primer Sekunder Responden, lapangan 5. Isu-isu yang Primer Sekunder Responden, berkembang laporan, lapangan 6. Kebijakan pengelolaan Primer Sekunder Responden, laporan, lapangan Sumber : Yulianda (2007) dan Prakoso (2007) Wawancara, Observasi lapang, Studi pustaka Wawancara, Observasi lapang, Studi pustaka Wawancara, Observasi lapang, Studi pustaka Wawancara, Observasi lapang, Studi pustaka 3.6. Metode Pengambilan responden Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu anggota populasi dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu mengandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku didasari semata-mata dari judgement peneliti yakni sampel yang diambil diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan, digunakan untuk situasi dimana persepsi orang pada sesuatu sudah terbentuk (Fauzi, 2001 in Nancy, 2008). Pertimbangan yang diambil terhadap pengambilan responden adalah berdasarkan hubungan para stakeholder tersebut dengan kawasan Pantai Prigi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, serta pengisian kuesioner sebagai data pokok. Jumlah sampel yang akan diambil terdiri dari 30 orang masyarakat sekitar dan 30 orang pengunjung pantai Analisa Data Analisis Kesesuaian Lahan Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai obyek wisata yang akan dikembangkan. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata pantai dan wisata bahari adalah (Yulianda, 2007):

33 IKW = (Σ N i / N maks ) x 100 % Keterangan: IKW = Indeks Kesesuaian Wisata N i = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) N maks = Nilai maksimum dari kategori wisata Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh penjumlah nilai dari seluruh parameter. Wisata pantai terdiri dari dua kategori yaitu kategori rekreasi dan wisata mangrove. Kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi mempertimbangkan 10 parameter dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi antara lain: kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar (Tabel 4). Tabel 4. Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 S3 N 1. Kedalaman >3-6 3 > >10 1 perairan (m) 2. Tipe Pantai 5 Pasir 1 putih 3. Lebar pantai (m) 4. Material dasar perairan 5. Kecepatan arus (m/dt) 6. Kemiringan pantai ( o ) 7. Kecerahan perairan (m) 8. Penutupan lahan pantai 9. Biota berbahaya 10. Ketersediaan air tawar (jarak/km) Sumber : Yulianda (2007) 4 Pasir putih, sedikit karang 3 Pasir hitam, berkarang, sedikit terjal 2 Lumpur, berbatu, terjal 5 > <10 2 <3 1 4 Pasir 4 Karang berpasir 3 Pasir berlumpur 2 Lumpur ,17 4 0,17-3 0,34-0,51 2 >0,51 1 0,34 4 < > > >10 4 > <2 1 3 Kelapa, lahan terbuka 4 Semak, belukar rendah, savana 3 Tidak ada 4 Bulu babi 3 <0,5 (km) 4 >0,5-1(km) 3 Belukar tinggi 3 Bulu babi, ikan pari 2 Hutan bakau, pemukiman, pelabuhan 2 Bulu babi, ikan pari, lepu, hiu 3 >1-2 2 >

34 Keterangan: Nilai maksimum = 156 S1 = Sangat sesuai, dengan nilai % S2 = Cukup sesuai, dengan nilai 60 - < 80 % S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 35 - < 60 % N = Tidak sesuai, dengan nilai < 35 % Analisis Daya Dukung Analisa daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007): DDK K Lp Lt Wt Wp Keterangan : DDK = Daya Dukung Kawasan K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan (Tabel 5). Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga kelestarian alam tetap terjaga.

35 Tabel 5. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) Jenis Kegiatan K Unit Area Keterangan (Σ Pengunjung) (Lt) Rekreasi Pantai 1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang pantai Wisata Olahraga 1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang pantai Sumber : Yulianda (2007) Daya dukung kawasan disesuaikan karakteristik sumberdaya dan peruntukan. Misalnya, daya dukung wisata selam ditentukan sebaran dan kondisi terumbu karang, daya dukung wisata pantai ditentukan panjang / luas dan kondisi pantai. Kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh pengunjung lainnya. Untuk kegiatan wisata pantai diasumsikan setiap orang membutuhkan panjang garis pantai 50 m, karena pengunjung akan melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan ruang yang luas, seperti berjemur, bersepeda, berjalan-jalan dan lain-lain. Tabel 6. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata No. Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Total waktu 1 hari Wp-(jam) Wt-(jam) 1. Berenang Berjemur Rekreasi Pantai Olahraga Air 2 4 Sumber : Yulianda (2007) Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt) (Tabel 6). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam (jam 8 16).

36 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti, 2005). Analisa SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (S) dan peluang (O), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (W) dan ancaman (T). Analisa SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Analisis SWOT didasarkan asumsi bahwa strategi yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan kesempatan yang dimiliki serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan faktor eksternal. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating. Dari analisa SWOT ini akan dihasilkan matriks SWOT. Matriks ini dapat menghasilkan 4 set kemungkinan alternatif. Keempat strategi tersebut adalah: 1. SO, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya 2. ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman 3. WO, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada 4. WT, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisa SWOT adalah sebagai berikut: 1. Analisa dan pembuatan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) 2. Analisa dan pembuatan matriks EFE (External Factor Evaluation) 3. Pembuatan matriks SWOT 4. Pembuatan tabel ranking alternatif strategi

37 Analisa dan Pembuatan Matriks IFE 1. Buat daftar critical success factors (faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan / kegagalan usaha) yang menjadi kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) 2. Tentukan bobot dari critical success factors sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,00 3. Beri rating untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruh / respon faktorfaktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem pesisir di Pantai Prigi (nilai : 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 = kurang penting). Kemudian kalikan antara bobot dengan nilai ratingnya dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya 4. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total Analisa dan Pembuatan Matriks EFE 1. Buat daftar critical success factors (faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan / kegagalan usaha) yang menjadi peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) 2. Tentukan bobot dari critical success factors sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,00 3. Beri rating untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruh / respon faktorfaktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem pesisir di Pantai Prigi (nilai : 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 = kurang penting). Kemudian kalikan antara bobot dengan nilai ratingnya dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya 4. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total Bobot yang diberikan pada tiap faktor disesuaikan dengan skala kepentingannya terhadap pengelolaan ekosistem pesisir untuk pengembangan kawasan ekowisata pantai di Pantai Prigi. Bobot setiap faktor internal dan eksternal ditentukan dengan metode Paired Comparison (Kinnear, 1991 in Prakoso, 2007). Skala yang digunakan untuk mengisi kolom dalam menentukan bobot setiap faktor adalah:

38 1. Bobot 1, jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan indikator faktor vertikal. 2. Bobot 2, jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal. 3. Bobot 3, jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal. 4. Bobot 4, jika indikator faktor horizontal sangat penting dibandingkan indikator faktor vertikal. Tabel 7. Matriks IFE/EFE Faktor Strategis Int/Eks A B C... Total Bobot A X 1 σ 1 B X 2 σ 2 C X 3 σ 3... X i σ i Total ΣX i Σσ i Sumber: Kinnear dan Taylor (1991) in Nancy (2008) Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus (Kinnear, 1991 in Prakoso, 2007): ó Xi Xi Keterangan: ó i = bobot faktor ke-i X i = nilai faktor ke-i i = 1, 2, 3,..., n n = jumlah faktor Pembuatan Matriks SWOT Setelah selesai menyusun matriks IFE dan EFE, langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT, dimana setiap unsur SWOT yang ada dihubungkan untuk memperoleh alternatif strategi (Tabel 8).

39 Tabel 8. Matriks SWOT EFE IFE Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktorfaktor peluang eksternal Threats (T) Tentukan 5-10 faktorfaktor ancaman eksternal Sumber: Rangkuti (2005) Strengths (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Weaknesses (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi. Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menentukan ranking prioritas strategi. Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Ranking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai yang terkecil dari semua strategi yang ada.

40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis, Luas dan Administrasi Pantai Prigi berada di Kecamatan Watulimo yang terletak pada wilayah paling timur Kabupaten Trenggalek dengan luas wilayah kurang lebih ha. Ditinjau dari keadaan topografi Kecamatan Watulimo terletak pada ketinggian meter di atas permukaan laut dengan kemiringan 0-30%. Secara administrasi wilayah kecamatan terbagi menjadi 12 desa. Desa-desa yang mempunyai wilayah pesisir dan menjadi pusat kegiatan perikanan adalah desa Karanggandu, Prigi, dan Tasikmadu. U Lokasi Penelitian Gambar 1. Peta lokasi penelitian (Sumber: Arsip DKP Kab.Trenggalek, 2006)

41 PETA PERSEBARAN TITIK SAMPEL DI SEPANJANG PANTAI PRIGI Ketok Kidul DESA MARGOMULYO G.Pacar 229 Jurangmango Pacar K.Pesur Prigi Tengah Gendengan K.Gurang K.Wancir Ketawang Gares Lor K.Gado Gares Kidul Pager Sugi Tirto G.Kedaton 121 G.Tumpakpletes 74 K.Ngemp lak Tenggar #S 10 #S 9 #S 8 #S 7 #S 6 #S 5 #S #S #S #S 1 G.Kemiri 108 K.Bengkrok K.Tirto TELUK PRIGI Tg.Karangpepat P.Karangpepat G.Tombokarno 73 G.Kebogumulung 97 Tl.Karangpepat G.Ngreto 35 KETERANGAN : Jalan Utama Jalan Lokal #S Titik Sampel Sungai Garis Pantai Laut Bangunan Sawah Irigasi Hutan Tegalan Semak Belukar Perkebunan U SKALA : 1 : SUMBER : Peta Digital Rupabumi Indonesia Lembar Prigi, skala 1 : , cetakan Bakosurtanal Indonesia Disalin Oleh : Rifian Wilyadrin Ermawan (C ) Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Manejemen Sumberdaya Perikanan Gambar 2. Peta persebaran titik sampel di sepanjang Pantai Prigi

42 Pantai Prigi terletak pada posisi koordinat 8 o 11 8 o 23 LS dan 111 o o 44 BT. Pantai Prigi berjarak sekitar 48 Km dari Kabupaten Trenggalek dengan luas wilayah 82,94 Km 2 (8.294 Ha). Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut : Utara : Kawasan Hutan Perhutani, Selatan : Batas Teluk Prigi, Timur : Kawasan Hutan Perhutani, Barat : Kawasan Hutan Perhutani. Keadaan topografi kawasan Pantai Prigi terdiri dari datar, berombak agak curam sampai curam yang menyebar di tiga desa pesisir. Keadaan topografi yang dominan adalah berombak sampai curam yang mempunyai kelerengan 0-2%, landai 2-15%, miring 15-40%, dan curam di atas 40%. Rata-rata ketinggian daerahnya 0-50 m wilayah datar, m landai, miring, curam di atas 500 meter dari permukaan laut. Sedangkan untuk kelerengannya berkisar antara 0 60%. Keadaan lereng ini sangat berpengaruh terhadap keadaan tata air, tingkat kedalaman tanah, erosi, kondisi air serta pengolahan tanah oleh manusia (Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pesisir Prigi Kabupaten Trenggalek, 2007). Kawasan Pesisir Prigi dilalui oleh tiga daerah aliran sungai yang semuanya bermuara ke Teluk Prigi. Sungai tersebut bersifat parennial dan digunakan untuk saluran pembuangan, hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan untuk saluran irigasi. Kawasan pesisir Prigi termasuk dalam kategori daerah yang mempunyai cadangan air tanah langka Kondisi Geologi, Oseanografi, dan Meteorologi Garis pantai di sepanjang pesisir selatan Kabupaten Trenggalek berbentuk tidak beraturan membentuk teluk dan tanjung, relief pantai datar berbentuk lereng cekung dengan kelas lereng landai hingga bergelombang. Sedangkan lahan yang menyebar di kawasan Pantai Prigi pada dasarnya berupa dataran dan perbukitan. Lahan ini didominasi oleh jenis tanah Regosol dan Podsolik Humik (Tropohumult). Tanah Regosol sering dikenal sebagai tanah pasir, karena lebih dari 60% komposisinya terdiri dari pasir, sehingga teksturnya sangat kasar.

43 Regosol berkembang dari bahan endapan pasir pantai, berupa pasir kuarsa (pasir putih). Tanah ini tersebar di kawasan pantai (Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pesisir Prigi Kabupaten Trenggalek, 2007). Prospek pengembangan regosol adalah untuk pengembangan pariwisata pantai. Apalagi pasir pantainya berupa pasir putih, maka akan memiliki daya tarik tersendiri. Saat ini regosol di Pantai Prigi telah dikembangkan untuk objek wisata pantai secara terpadu dengan pengembangan ekowisata pantai di Pantai Prigi. Berdasarkan data BPS Kabupaten Trenggalek, pada wilayah pesisir tercatat terdapat 4 bulan basah dan 5 bulan kering dengan tingkat curah hujan bekisar antara 1,995 2,562 mm/tahun. Temperatur rata-rata di wilayah pesisir berkisar antara 24 o C hingga 31 o C dengan kelembaban nisbi 55-78%. Dari data tersebut, kawasan Pesisir Prigi merupakan daerah pesisir Kabupaten Trenggalek yang memiliki tingkat curah hujan yang paling rendah, yaitu hanya berkisar 1,995 mm/tahun dengan kelembaban 56-78% dan suhu berkisar antara o C. Kondisi oseanografi di kawasan pesisir Prigi pada umumnya dipengaruhi oleh iklim makro dari Samudra Hindia sedangkan perairan dangkal dipengaruhi oleh kondisi geofisik kawasan yang berbeda antar satu pesisir dengan pesisir lain. Kondisi batimetri (dinamika kedalaman laut) dipengaruhi oleh sedimentasi dan abrasi secara langsung maupun tidak langsung. Kedalaman laut pesisir Prigi adalah 0 40 meter, semakin ke tengah laut dari garis pantai maka kedalamannya semakin meningkat. Kondisi batimetri perairan ada yang landai, agak curam dan curam. Pantai Prigi mempunyai kemiringan di sebelah timur pada jarak 250 meter dari garis pantai didapat kedalaman 3 meter sehingga kemiringannya sebesar 1,2%. Sedangkan di sebelah barat pada jarak 250 meter kedalaman perairan mencapai 7 meter sehingga kemiringannya mencapai 2,8%. Sedangkan kecepatan arus di sekitar Pantai Prigi yang menuju kearah timur laut-tenggara dengan kecepatan maksimum 0,23 m/s. (Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pesisir Prigi Kabupaten Trenggalek, 2007). Pasang surut adalah proses naik turunnya permukaan air laut secara periodik karena gaya tarik benda benda luar angkasa, terutama bulan dan matahari. Naik turunnya muka laut dapat terjadi sekali sehari (pasut tunggal) atau dua kali sehari (pasut ganda). Pasut di kawasan Pantai Prigi dikategorikan

44 kedalam kategori semi diurnal (pasang surut ganda). Kedudukan air tertinggi dan terendah adalah 1,65 meter dan 1,95 meter untuk pasang purnama. Tingginya nilai pasang surut yang terjadi di kawasan Pantai Prigi disebabkan karena mempunyai bentuk morfologi berupa saluran setengah. Pasang tertinggi terjadi pada saat bulan purnama sehingga gaya tarik bumi dan bulan maksimum (Dishidros TNI AL in Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pesisir Prigi Kabupaten Trenggalek, 2007). Tabel 9. Pasang surut di Perairan Pantai Prigi Tahun 2007 No. BULAN Pasang Tertinggi (cm) Surut Terendah (cm) Perbedaan (cm) 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : Laporan Tahunan PPN Prigi 2007 Keterangan Rata-rata : pasang = 255,25 cm surut = 3,92 cm Perbedaan = 251,33 cm (-) dibawah rata-rata air laut (MSL) Kondisi suhu perairan di Pesisir Pantai Prigi menggambarkan kondisi perairan nusantara yang berkisar antara 27 o C 29,5 o C. Kisaran suhu ini sangat memungkinkan biota laut hidup secara normal, dan bukan merupakan penghambat dalam kegiatan ekowisata pantai. Salinitas di perairan pesisir Pantai Prigi tergolong tinggi, sama dengan kondisi makro pada Samudera Hindia. Nilai salinitas berdasarkan Rencana Tata Ruang Pesisir dan Laut Kabupaten Trenggalek, 2006 adalah berkisar antara permil Sarana dan Prasarana Pada pesisir Pantai Prigi terdapat prasarana Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang mampu menampung 700 kapal, dengan dilengkapi dua

45 buah dermaga, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang kondisinya baik, cold storage, pabrik tepung ikan, mercusuar, SPBM solar dan sarana pendukung lainnya. Kecamatan Watulimo memiliki fasilitas pendidikan berupa Taman Kanak kanak, Sekolah Dasar/sederajat, SLTP dan SMU/sederajat. Keadaan bangunan sekolah sekolah tersebut cukup baik dengan jumlah guru yang cukup memadai. Selain itu terdapat pula lembaga non formal seperti kursus menjahit dan kursus komputer. Fasilitas perdagangan dan jasa yang ada dalam menunjang kelancaran kegiatan perekonomian di wilayah pesisir Pantai Prigi adalah tiga buah bank BUMN, dua kelompok simpan pinjam, satu Bank Perkreditan Rakyat, serta satu Badan Kredit Desa. Selain itu terdapat satu unit pasar desa dan satu pasar swalayan. Terdapat pula enam puluh tujuh kios perorangan, tiga puluh sembilan toko, dua toko koperasi, dua warung serba ada serta tiga unit Koperasi Simpan Pinjam. Kegiatan perdagangan dan jasa terutama di wilayah pesisir Pantai Prigi berjalan dengan baik dengan konsentrasi utama berada di kawasan PPN Prigi. Fasilitas peribadatan yang ada di Kecamatan Watulimo antara lain berupa langgar, mushola dan masjid. Terdapat empat buah masjid yang tersebar di kawasan pesisir serta sembilan belas langgar atau mushola yang semuanya dalam kondisi baik. Fasilitas lapangan olahraga untuk kegiatan penduduk adalah berupa lapangan olahraga terbuka. Prasarana olaharaga yang ada yaitu lapangan terbuka (lapangan sepak bola). Selain itu terdapat empat lapangan voli, dua lapangan bulu tangkis, satu lapangan tenis dan satu kolam renang. Semua fasilitas olahraga yang ada dalam kondisi baik. Sedangkan fasilitas makam dimanfaatkan untuk kegiatan pemakaman penduduk yang meninggal di Kecamatan Watulimo terdapat di masing-masing desa di wilayah Kecamatan Watulimo. Untuk wilayah Pesisir Prigi terdapat satu areal pemakaman yang letaknya dekat dengan Hotel Prigi. Fasilitas umum atau perkantoran yang ada dimaksudkan untuk memberikan pelayanan bagi kepentingan penduduk atau masyarakat. Fasilitas yang tersedia di Kecamatan Watulimo adalah kantor Camat, kantor polisi, Koramil, KUA dan kantor desa. Untuk wilayah pesisir Pantai Prigi, sudah terdapat

46 beberapa posyandu desa dan kantor desa yang keadaan bangunannya dalam keadaan baik dan kegiatannya berjalan dengan baik. Fasilitas kesehatan yang disediakan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk Kecamtan Watulimo yang berupa puskesmas, puskesmas pemabantu, polindes dan posyandu. Di daerah pesisir Pantai Prigi terdapat satu buah posyandu dan satu puskesmas pembantu. Kegiatan yang berlangsung di kedua tempat tersebut berjalan dengan baik. Dua industri besar dan beberapa industri kecil terdapat pada kawasan Pantai Prigi. Industri besar tersebut merupakan industri es batu dan industri tepung ikan, sedangkan industri kecil yang dikembangkan dan dikelola masyarakat sekitar kawasan adalah industri pengolahan ikan. Kondisi bangunan dalam keadaan baik dan kegiatan yang berlangsung di dalamnya berjalan dengan baik. Kawasan wisata Pantai Prigi didukung oleh sistem jalan koridor sepanjang 510,5 meter, dengan pemandangan pegunungan yang cukup menarik. Di wilayah ini terdapat pemukiman penduduk, pemukiman nelayan pendatang, Hotel Prigi, toko-toko kecil, kios, warung dan wartel, kebun kelapa, pangkalan angkutan umum dan ojek serta monumen. Siaran televisi dapat tertangkap dengan baik dan terdapat balai desa yang menjadi pusat pemerintahan desa dan sarana kegiatan umum masyarakat seperti pertemuan-pertemuan antar warga desa. Penyediaan air bersih di kawasan pesisir Prigi disuplai oleh tiga sumber utama, yaitu air PDAM, sumur gali dan air hujan. Untuk Kecamatan Watulimo terdapat tujuh ratus empat puluh sumur gali dan tujuh belas mata air yang dalam kondisi baik. Pengembangan jaringan air bersih melalui PDAM telah mampu memenuhi kebutuhan sebagian besar penduduk di kawasan pesisir Prigi. Jaringan air bersih yang telah ada menurut data BPS Kab.Trenggalek tahun 2007 berjumlah 1245 jaringan atau perbandingan 50:50 pengguna air bersih dari sumur. Tetapi sumber air yang ada hanya mampu memenuhi kebutuhan setempat saja. Jaringan listrik di wilayah kawasan pesisir Pantai Prigi berupa Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Terdapat gardu induk untuk wilayah Kota Kediri. Secara umum jaringan tegangan menengah dan rendah sudah menyebar di kawasan pesisir Prigi namun

47 masih terdapat beberapa pemukiman penduduk yang belum terlayani akibat kondisi topografi dan kendala alam lainnya. Jumlah total jaringan listrik yang disediakan PLN menurut Profil Desa/Kelurahan Tasikmadu tahun 2007 adalah 1850 buah. Fasilitas telepon sudah tersebar di seluruh kawasan pesisir Prigi. Jaringan ini mengikuti alur jaringan listrik yang ada. Saat ini sudah terdapat lima unit wartel dan lima unit kios telepon. Saluran drainase di kawasan pesisir Prigi merupakan saluran yang diperuntukkan untuk saluran air hujan dan air buangan rumah tangga. Jaringan drainase di daerah kawasan pesisir Pantai Prigi dibangun sepanjang jalan primer, kolektor, dan jalan lokal. Umumnya, saluran drainase di sepanjang jalan primer, kolektor, dan lokal adalah saluran terbuka dan permanen. Penanganan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dan kegiatan lainnya (perkantoran, pasar dan sebagainya) masih dilakukan secara individu oleh masyarakat atau kelompok dengan cara dibakar di tempat atau dibuatkan lubang kemudian ditimbun. Sumber-sumber sampah ini terutama berasal pemukiman sebagai sampah domestik dan dari lokasi pasar, tempat usaha (pertokoan, hotel, restoran), kawasan industri, fasilitas umum, penyapuan jalan dan lainnya sebagai sampah non domestik. Sedangkan komposisi sampahnya terutama dikawasan pesisir Prigi diantaranya adalah sampah organik, kertas, plastik, logam, karet, kayu, dan lain sebagainya. Prasarana transportasi yang ada di Kecamatan Watulimo secara konstruktif terbagi menjadi tiga jenis perkerasan, yakni aspal, macadam/batu dan tanah. Jaringan jalan yang menghubungkan ibukota Kabupaten ke ibukota Kecamatan Watulimo sudah terbuka namun di beberapa bagian sudah ada yang rusak termasuk fasilitas jembatan. Jaringan jaringan jalan tersebut dikelola propinsi, kabupaten, serta desa setempat. Jaringan jalan tersebut berfungsi sebagai jalan primer yang menghubungkan Kabupaten Trenggalek dengan Kecamatan Watulimo, jaringan jalan lokal primer menghubungkan antar Kecamatan dan jaringan jalan sekunder merupakan jaringan jaringan jalan yang terdapat di dalam Kecamatan Watulimo sendiri. Berdasarkan data Profil Desa/Kelurahan Tasikmadu tahun 2007, terdapat dua puluh empat jalan desa yang kondisinya

48 kurang baik serta tujuh buah jembatan. Panjang jalan yang kondisinya baik 53,20 %, kondisi sedang 25,22 %, rusak ringan 14,76 %, dan rusak berat 6,22 % (Master Plan Kawasan Wisata Pantai Prigi, 2002) Transportasi dan Komunikasi Sarana transportasi yang ada di kawasan pesisir Prigi meliputi jenis kendaraan bermotor dan tidak bermotor. Jumlah dan jenis pemilikan kendaraan yang ada di kawasan pesisir Prigi yang paling banyak adalah jenis sepeda dan sepeda motor. Sarana pengangkutan umum yang melintasi Kecamatan Watulimo adalah angkutan pedesaan (Trenggalek-Durenan-Watulimo). Saat ini jalur transportasi di kawasan pesisir Pantai Prigi masih melalui jalur darat saja. Untuk kegiatan komunikasi, di wilayah Pantai Prigi telah tersedia tower pemancar untuk telepon seluler sehingga sinyal yang diterima sangat baik Pemanfaatan Lahan Pemanfaatan lahan saat ini meliputi perdagangan dan jasa (hotel, tempat suvenir, toko dan warung), puskesmas pembantu, pemukiman, makam, sawah dan kebun kelapa. Luas kawasan yang digunakan dan dikembangkan sebagai objek wisata serta fasilitas pelayanannya adalah seluas ± 27,88 Ha. Pemanfaatan lahan untuk sawah tadah hujan adalah 37,557 Ha, sawah setengah teknis 27,225 Ha, dan ladang seluas 187,813 Ha. Sedangkan pemanfaatan lahan untuk hutan lindung adalah sebesar 2.572,260 Ha. Lahan yang dipergunakan untuk bangunan pemukiman adalah 1,5 Ha, yang terdiri dari bangunan permanen yang terdapat di sepanjang jalan utama desa dan di sekitar pusat desa, dan bangunan non permanen yang masih banyak ditemui di seluruh kawasan pesisir Pantai Prigi. Penggunaan lahan untuk perkantoran adalah 0,188 Ha, pasar 0,117 Ha, dan jalan 11,5 Ha. Selain itu terdapat pemanfaatan lahan untuk pemakaman umum seluas 2,616 Ha Hasil dan Pembahasan Sumberdaya Pantai Kawasan Pesisir Prigi memiliki potensi pantai yang sangat besar. Secara umum, Pantai Prigi merupakan pantai dengan hamparan pasir putih. Pantai Prigi

49 terletak pada posisi koordinat 8 o 11 8 o 23 LS dan 111 o o 44 BT. Pantai Prigi berjarak sekitar 48 Km dari Kabupaten Trenggalek. Penutupan lahan di kawasan Pantai Prigi didominasi oleh pohon kelapa dan lahan terbuka. Pantai Prigi merupakan pantai bertipe pasir putih dengan material dasar utama yaitu pasir. Lokasi pertama terletak pada koordinat 8 o 17 16,8 LS dan 111 o 43 44,4 BT dengan kedalaman perairan adalah 3 meter. Kedalaman perairan tersebut sangat berpotensi untuk dijadikan tempat pengembangan wisata pantai karena tidak terlalu dalam. Kecepatan arus yang didapat adalah 0,27 m/s, dan kecerahan perairan 2,1 meter. Wilayah ini memiliki kemiringan pantai sebesar 5,44 o. Dari pengukuran kecepatan arus wilayah ini berarus tenang. Hasil tersebut didapat karena pengukuran dilakukan pada saat pagi hari dengan keadaan laut yang mengalami surut. Wilayah pengambilan sampel ini sangat sesuai untuk dijadikan tempat berlangsungnya kegiatan wisata pantai seperti berenang, berjemur, serta olahraga air dikarenakan adanya gunung Tombokarno yang berada di selatan serta Pulau Karangpegat yang membentuk sebuah tanjung, sehingga apabila terjadi ombak besar yang datang dari laut lepas dapat dihadang oleh keberadaan gunung dan pulau tersebut. Selain itu, wilayah ini merupakan wilayah yang paling landai jika dibandingkan dengan wilayah pengambilan sampel lainnya. Ketersediaan air tawar sejauh 0,35 km yang bersumber dari sebuah sumur. Tipe pantai pada titik sampel ini adalah pantai pasir putih dengan material dasar berupa pasir halus. Tidak terdapat biota berbahaya pada titik sampel ini. Kelapa merupakan vegetasi yang terdapat pada titik sampel ini. Lokasi kedua berada pada koordinat 8 o 17 13,2 LS dan 111 o 43 40,8 BT dengan kedalaman perairan adalah 4 meter dengan kecepatan arus sebesar 0,28 m/s, kecerahan perairan 3,9 meter serta ketersediaan air tawar sejauh 0,15 km. Kemiringan lahan pada wilayah ini adalah sebesar 5,44 o. Berdasarkan hasil pengamatan, kecepatan arus di wilayah ini cukup tenang karena pengamatan dilakukan pada pagi hari, sedangkan keadaan perairannya agak keruh. Kedalaman perairan masih dalam batas sesuai untuk dilakukan kegiatan seperti berenang. wilayah ini merupakan yang terdekat dari sumber air tawar. Selain itu wilayah ini cukup landai. Vegetasi yang terdapat di wilayah ini adalah kelapa. Tidak terdapat

50 biota berbahaya pada wilayah ini. Wilayah pengambilan sampel ini dapat dianggap yang paling cocok untuk dilakukan kegiatan-kegiatan wisata pantai seperti berenang, berjemur, olahraga air dan rekreasi pantai. Lokasi ketiga berada pada koordinat 8 o 17 13,2 LS dan 111 o 43 33,6 BT memiliki kedalaman 4,5 meter, kecerahan sedalam 4,1 meter, kemiringan lahan sebesar 6,92 o dengan kecepatan arus 0,31 m/s. Jarak titik sampel dengan sumber air tawar terdekat adalah 0,3 km. Pada wilayah ini, kedalaman perairan mulai terlihat lebih dalam dan kemiringan lahan semakin besar. Selain itu kecepatan arus menunjukkan angka yang lebih besar jika dibandingkan dengan wilayah pengambilan sampel sebelumnya. Pada titik sampel ini hanya terdapat vegetasi kelapa dan tidak ditemukan biota berbahaya. Substrat pasir halus berwarna putih kecoklatan mendominasi seluruh wilayah ini. Hal tersebut masih dalam batas sesuai untuk dijadikan tempat kegiatan wisata air. Lokasi keempat dengan koordinat 8 o 17 13,2 LS dan 111 o 43 26,4 BT kedalaman perairannya adalah 5 meter, kemiringan lahan sebesar 7,50 o dengan kecepatan arus yang didapat sebesar 0,38 m/s dan kecerahan sebesar 4,1 meter. Ketersediaan air tawar berjarak sejauh 0,55 km dari titik sampel. Pada titik sampel ini keadaan perairan cukup dalam dan tingkat kecerahan yang agak keruh sehingga perlu dilakukan pengawasan khusus dalam kegiatan wisata air yang berlangsung di wilayah ini. Arus pada wilayah ini cukup besar jika kegiatan berenang dilakukan di wilayah ini. Selain itu, wilayah ini juga memiliki kemiringan lahan yang lebih besar dibandingkan wilayah-wilayah sebelumnya. Jika dilihat dari jarak menuju ke sumber air tawar, maka wilayah ini memiliki jarak yang cukup jauh. Pada titik sampel ini hanya terdapat vegetasi kelapa dan memiliki material dasar berupa pasir halus berwarna putih agak coklat. Lokasi kelima dengan koordinat 8 o 17 13,2 LS dan 111 o 43 22,8 BT memiliki kedalaman sejauh 5 meter, kemiringan sebesar 8,13 o, kecepatan arus 0,42 m/s dan kecerahan perairan 4,4 meter. Air tawar yang tersedia berjarak sejauh 0,8 km. Tidak jauh berbeda dengan wilayah pengambilan sampel keempat, arus pada wilayah ini dapat dikatakan cukup besar dan kedalaman perairan yang dalam serta sudut kemiringan yang lebih besar dari wilayah pengambilan sampel sebelumnya. Hal tersebut perlu dipertimbangkan untuk mengadakan pengawasan

51 yang lebih intensif pada saat kegiatan wisata pantai berlangsung. Pada waktu pasang wilayah pengambilan sampel ini cukup berbahaya apabila dilakukan kegiatan seperti berenang. Bahkan untuk sekedar berjemur saja berbahaya mengingat wilayah ini menghadap langsung ke laut lepas yang berpotensi mendatangkan arus dalam kecepatan tinggi dan ombak besar. Wilayah ini berupa lahan terbuka dengan vegetasi pohon kelapa dan sedikit rumput liar. Sumber air tawar berjarak cukup jauh dari wilayah ini sehingga wisatawan harus berjalan sekitar 0,8 Km ke arah timur untuk mendapatkan air tawar. Koordinat lokasi keenam adalah 8 o 17 16,8 LS dan 111 o 43 19,2 BT. Pada lokasi ini, kecepatan arus yang didapat setelah pengukuran adalah 0,4 m/s dengan kedalaman 5 meter. Sedangkan kecerahannya adalah 4,6 meter. Kemiringan lahan pada wilayah ini adalah sebesar 8,13 o. Jarak dengan sumber air tawar titik sampel ini adalah sejauh 1,05 km. Wilayah pengambilan sampel ini merupakan tipe pantai berpasir putih. Kondisi perairan pada saat pengambilan sampel cukup tenang mengingat pengambilan sampel dilakukan pada waktu pagi hari saat laut sedang mengalami surut. Kedalaman perairan pada titik sampel ini cukup dalam dengan tingkat kecerahan yang cukup sesuai jika dibandingkan dengan kedalamannya. Wilayah ini memiliki tingkat kemiringan yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah pengambilan sampel sebelumnya. Tidak berbeda dengan wilayah pengambilan sampel kelima, kecepatan arus pada wilayah ini cukup besar sehingga perlu diperhatikan jika melakukan kegiatan wisata di wilayah ini. Keadaan wilayah yang juga menghdap kelaut lepas menyebabkan wilayah ini sangat berpotensi menerima langsung hantaman ombak besar dari selatan. Mengingat wilayah ini termasuk wilayah yang cukup landai. Wilayah ini didominasi oleh vegetasi kelapa. Tidak terdapat biota berbahaya pada wilayah ini. Material dasar perairannya berupa pasir halus. Sumber air tawar yang ada termasuk cukup jauh jika harus ditempuh dari wilayah ini. Tetapi hal tersebut masih sesuai dengan kategori wisata pantai. Lokasi ketujuh memiliki koordinat 8 o 17 16,8 LS dan 111 o BT dengan kedalaman 5 meter, kemiringan sebesar 7,54 o, kecepatan arus 0,38 m/s dan kecerahan perairannya 3,9 meter. Ketersediaan air tawar dari titik sampel ini adalah sejauh 1,3 km. Wilayah ini memiliki pantai bertipe pasir putih dengan

52 material dasar perairannya berupa pasir halus. Tidak berbeda jauh dengan lokasi keenam, wilayah ini memiliki perairan yang cukup dalam. Arus pada wilayah ini sangat besar mengingat wilayah ini juga menghadap langsung ke laut lepas serta memiliki kemiringan yang masih dalam kategori landai sehingga perlu dilakukan pengawasan yang cukup ketat jika akan dilakukan kegiatan wisata pantai seperti berenang ataupun sekedar berjemur dan melakukan olahraga air lainnya. Vegetasi yang terdapat di wilayah ini didominasi oleh kelapa dan secara keseluruhan merupakan lahan terbuka. Jika ingin mendapatkan air tawar, maka pengunjung harus berjalan cukup jauh, tetapi hal tersebut masih dalam batas sesuai untuk kegiatan wisata pantai. Lokasi kedelapan memiliki koordinat 8 o 17 20,4 LS dan 111 o 43 8,4 BT dengan kedalaman 4,5 meter, kemiringan sebesar 7,20 o, kecepatan arus 0,33 m/s dan kecerahan perairan 4,2 meter. Jarak dengan sumber air tawar adalah sebesar 1,6 km. Pada wilayah ini, kedalaman perairan sedikit lebih dangkal jika dibandingkan dengan wilayah pengambilan sampel sebelumnya. Selain itu kemiringan lahan wilayah ini juga lebih kecil dibandingkan dengan wilayah pengambilan sampel sebelumnya yang berarti kondisi pantai landai. Kecepatan arus pada wilayah ini juga tidak sebesar wilayah pengambilan sampel sebelumnya. Berdasarkan pengukuran, maka dapat dikatakan pada wilayah ini arus cukup sesuai untuk kegiatan wisata pantai seperti berenang atapun olahraga air. Dengan terbatasnya sumber air tawar, maka wisatawan yang ingin mendapatkan air tawar harus melakukan perjalanan yang cukup jauh. Pada wilayah ini terdapat kegiatan perikanan yang cukup mengganggu dan menimbulkan polusi karena banyaknya nelayan yang menjemur ikan hasil tangkapan di sepanjang jalan koridor yang disediakan di pinggir sempadan pantai. Hal ini harus diperhatikan karena akan sangat mengurangi nilai estetika lingkungan alam wilayah pesisir tersebut. Vegetasi yang terdapat pada wilayah ini adalah kelapa dan sedikit rumput liar. Pada saat pengambilan sampel berlangsung, terdapat biota berbahaya yaitu bulu babi. Hal ini harus diperhatikan agar pengelolaan wisata pada wilayah ini tetap berjalan dengan baik. Lokasi kesembilan berada pada koordinat 8 o 17 20,4 LS dan 111 o 43 1,2 BT. Kedalaman perairannya adalah 4,5 meter dengan kecepatan arus 0,29 m/s,

53 kecerahan perairan 4,1 meter, kemiringan sebesar 6,58 o, serta sumber air tawar sejauh 1,8 km. Pada wilayah ini kedalaman perairan sama dengan wilayah pengambilan sampel kedelapan. Tidak jauh berbeda dengan wilayah tersebut, wilayah ini juga sangat berpotensi untuk dijadikan tempat kegiatan wisata pantai seperti berenang, berjemur, serta olahraga air ataupun hanya sekedar rekreasi pantai. Kecepatan arus yang berada di wilayah ini sangat memungkinkan untuk kegiatan-kegiatan wisata pantai tersebut berlangsung dan didukung oleh kondisi kemiringan pantai yang dapat dikatakan cukup landai. Wilayah ini bertipe pantai putih dengan material dasar berupa pasir halus. Pada wilayah ini hanya terdapat lahan terbuka saja dengan sedikit rumput liar. Seperti pada wilayah pengambilan sampel kedelapan, terdapat biota berbahaya yaitu bulu babi tetapi jumlahnya tidak banyak. Lokasi terakhir yaitu lokasi sepuluh memiliki koordinat 8 o LS dan 111 o 42 57,6 BT dengan kedalaman perairan 4,5 meter, kemiringan sebesar 5,98 o, kecepatan arus 0,3 m/s dan kecerahan perairan 4,3 meter. Sedangkan jarak dengan sumber air tawar adalah sejauh 2,05 km. Wilayah ini merupakan wilayah terakhir pengambilan sampel. Wilayah ini cukup landai dengan kedalaman perairan yang tidak terlalu dalam. kecepatan arus pada wilayah ini dapat dikatakan cukup tenang dan cocok untuk dikembangkan wisata pantai seperti berjemur, berenang, rekreasi pantai dan juga olahraga air. Lahan terbuka mendominasi wilayah ini. Lokasi ini bertipe pantai pasir putih dengan material dasar pasir halus. Pada wilayah ini tidak ditemukan adanya biota berbahaya Analisa Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Pantai Penentuan kesesuaian melalui analisa kesesuaian lahan berasal dari perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter pada tiap jenis kegiatan wisata. Kesesuaian lahan ini dilihat dari persentase kesesuaian yang diperoleh dari nilai total seluruh parameter kesesuaian tiap jenis kegiatan wisata. Pantai Prigi termasuk kedalam kategori S1 untuk kategori wisata rekreasi. Kategori S1 artinya Pantai Prigi ini sangat sesuai untuk dijadikan atau dikembangkan sebagai obyek wisata. Dilihat dari kondisi parameter fisik yang ada diwilayah pesisir Pantai Prigi, maka jenis wisata rekreasi dapat dikembangkan di

54 wilayah ini. Untuk itu perlu diadakan pengelolaan lebih lanjut dan berkesinambungan agar Pantai Prigi dapat terus berkembang sebagai kawasan ekowisata pantai. Dengan adanya pengelolaan yang baik dan berkelanjutan diharapkan potensi-potensi yang ada terutama potensi sumberdaya alamnya dapat terjaga dengan baik dan dapat terus dilestarikan serta dimanfaatkan sebagai obyek wisata di masa yang akan datang. Persentase kesesuaian lahan terbesar terdapat pada stasiun 1 dengan persentase 91,67%. Untuk wilayah stasiun 6 dan 7 memiliki persentase kesesuaian lahan terkecil, yaitu 83,97%. Hal ini disebabkan karena adanya kondisi parameter fisik di wilayah-wilayah tersebut yang kurang sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan untuk kategori wisata rekreasi. Lokasi pertama memiliki kategori kesesuaian wisata dengan persentase kesesuaian lahan sebesar 91,67% yang artinya wilayah ini sangat sesuai (S1) untuk dijadikan atau dikembangkan sebagai objek wisata (Tabel 10). Nilai tersebut merupakan yang terbesar diantara wilayah pengambilan sampel lainnya. Kesesuaian parameter fisik yang ada menjadikan lokasi ini sangat sesuai untuk pengembangan wisata pantai. Namun ada parameter seperti kecerahan perairan yang tidak sesuai untuk kegiatan wisata. Hal ini dapat disebabkan karena adanya aktivitas manusia yang berada di sekitar lokasi. Kegiatan wisata pantai yang dapat dilakukan di wilayah ini yaitu berenang dan berjemur. Dengan kedalaman perairan yang tidak terlalu dalam, arus yang cukup tenang dan kondisi pantai yang landai maka kegiatan tersebut dapat berjalan secara optimal. Lokasi kedua memiliki persentase kesesuaian lahan sebesar 88,46% (Tabel 10). Nilai tersebut termasuk kedalam kategori S1 untuk wisata pantai kategori rekreasi. Wilayah ini sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi lokasi wisata pantai. Namun ada parameter yang tidak sesuai untuk kegiatan wisata yaitu kecerahan perairan. Salah satu penyebab ketidaksesuaian ini adalah adanya aktivitas manusia di sekitar lokasi. Untuk itu perlu adanya perhatian yang lebih terhadap kegiatan yang berlangsung diwilayah ini agar tidak mengganggu ekosistem yang ada. Kedalaman perairan dan kecepatan arus di wilayah ini masih cukup sesuai untuk melakukan kegiatan wisata pantai. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain berjemur dan berenang.

55 Lokasi ketiga memiliki persentase kesesuaian lahan sebesar 90,38% yang berarti termasuk kedalam kategori kesesuaian wisata S1 (Tabel 10). hal ini menunjukkan bahwa wilayah ini sangat sesuai untuk dijadikan lokasi wisata pantai. Perlu diperhatikan adanya kategori sesuai bersyarat untuk kecerahan perairan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan keadaan pada wilayah sebelumnya. Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan yang lebih intensif agar potensi wilayah dapat dioptimalkan. Kedalaman perairan dan kecepatan termasuk kedalam kategori S2 yang berarti cukup sesuai untuk dijadikan obyek wisata pantai. Kegiatan yang dapat dilakukan pada lokasi ini diantaranya berjemur dan berenang. Nilai kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi pada lokasi keempat adalah 85,90% (Tabel 10). Nilai tersebut termasuk kedalam kategori S1 yang artinya wilayah ini sangat cocok untuk dikembangkan wisata pantai khususnya untuk rekreasi. Kesesuaian parameter fisik yang ada ini menjadikan wilayah ini sangat sesuai untuk pengembangan wisata pantai. Tetapi ada beberapa parameter yang masuk kategori bersyarat untuk kegiatan wisata yaitu kecepatan arus dan kecerahan. Sedangkan kedalaman perairan cukup sesuai untuk kegiatan wisata. Hal ini tentunya harus diperhatikan demi keselamatan wisatawan yang beraktifitas di wilayah ini. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan pada wilayah ini adalah berjemur dan olahraga air seperti voli pantai, permainan frisbee atau sepakbola pantai. Lokasi kelima memiliki nilai kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi sebesar 85,90% (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa wilayah ini termasuk kedalam kategori S1 yang artinya sangat sesuai untuk dikembangkan sebagai obyek wisata pantai. Sebagian besar parameter sangat sesuai untuk diadakannya kegiatan wisata, tetapi perlu diperhatikan parameter kecepatan arus yang masuk kedalam kategori S3 yang berarti sesuai bersyarat untuk kegiatan wisata. Hal ini tentu akan mempengaruhi kegiatan wisata yang dapat berlangsung pada wilayah ini. Untuk itu perlu adanya pengawasan secara ketat yang mengawasi keadaan gelombang laut. Selain itu ada beberapa parameter yang masih cukup sesuai untuk kegiatan wisata yaitu kedalaman perairan, kecerahan

56 perairan dan ketersediaan air tawar. Kegiatan yang dapat dilakukan pada lokasi ini adalah olahraga pantai seperti voli pantai atau sepakbola pantai. Lokasi keenam memiliki persentase kesesuaian lahan sebesar 83,97% (Tabel 10). Nilai ini menjadikan wilayah ini memiliki persentase kesesuaian lahan terkecil dibandingkan dengan wilayah lainnya. Terdapat beberapa parameter yang termasuk kategori sesuai bersyarat (S3) yaitu kecepatan arus dan ketersediaan air tawar. Hal tersebut artinya sesuai bersyarat untuk dikembangkan menjadi obyek wisata. Lokasi air tawar terdekat berjarak sejauh lebih dari 1 Km. Untuk itu perlu dilakukan penyaluran air tawar tambahan ke wilayah ini serta pengelolaan yang lebih intensif agar wilayah ini tetap terjaga keamanan serta keselamatan bagi wisatawan. Kegiatan yang dapat dilakukan pada wilayah ini adalah olahraga air. Lokasi ketujuh memiliki persentase kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi sebesar 83,97% (Tabel 10). Nilai tersebut termasuk kedalam kategori S1 yang artinya lokasi ini sangat sesuai untuk dijadikan sebagai kawasan wisata pantai. Sebagian besar parameter sangat sesuai untuk kegiatan wisata, tetapi ada beberapa parameter yang termasuk sesuai bersyarat yaitu kecepatan arus, kecerahan perairan dan ketersediaan air tawar. Hal ini tidak berbeda jauh dengan keadaan pada lokasi pengambilan sampel keenam. Untuk itu perlu diadakan pengelolaan terlebih dahulu secara intensif untuk kemudian dikembangkan sebagai obyek wisata pantai. Kegiatan yang dapat dilakukan pada wilayah ini adalah olahraga air. Lokasi kedelapan memiliki persentase kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi sebesar 84,62%. Nilai ini menunjukkan bahwa lokasi ini termasuk kedalam kategori S1, yang artinya wilayah ini sangat cocok untuk dikembangkan sebagai obyek wisata pantai. Tetapi ada beberapa parameter yang termasuk kedalam kategori sesuai bersyarat yaitu kecerahan perairan dan ketersediaan air tawar. Selain itu parameter seperti kedalaman perairan, kecepatan arus dan biota berbahaya masih cukup sesuai untuk dikembangkan sebagai obyek wisata pantai. Perlu diperhatikan adanya biota berbahaya yaitu bulu babi. Pada saat pengambilan sampel terdapat bulu babi tetrapi dalam jumlah sedikit. Untuk itu diperlukan adanya pengelolaan lebih lanjut agar potensi sumberdaya yang ada di wilayah ini dapat dimanfaatkan secara optimal dan dapat meningkatkan

57 kenyamanan dan keselamatan wisatawan yang datang berkunjung. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan diwilayah ini adalah olahraga air. Nilai 84,62% pada lokasi kesembilan merupakan persentase kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi. Nilai tersebut termasuk kedalam kategori S1 yang artinya sangat cocok untuk dikembangkan sebagai obyek wisata pantai. Kesesuaian paramater fisik yang ada ini menjadikan wilayah ini sangat sesuai untuk pengembangan wisata pantai. Namun tetap diperlukan adanya pengelolaan yang lebih lanjut dan intensif karena ada paramaeter yang termasuk kedalam kategori sesuai bersyarat, yaitu kecerahan perairan. Hal ini dapat disebabkan adanya aktivitas manusia yang berlangsung diwilayah ini. Selain itu ditemukan spesies berbahaya yaitu bulu babi. Spesies ini dapat dikatakan cukup berbahaya, namun pada saat pengambilan sampel jumlah yang ditemukan hanya sedikit. Tetapi hal tersebut tetap harus diperhatikan agar keselamatan pengunjung tetap terjaga. Dengan kondisi parameter yang sangat sesuai untuk dikembangkan sebagai obyek wisata pantai, maka kegiatan yang dapat dilakukan pada wilayah ini adalah rekreasi pantai seperti berfoto, atau menikmati pemandangan laut. Lokasi terakhir memiliki persentase sebesar 86,54%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa wilayah ini termasuk kedalam kategori S1, yang artinya sangat cocok untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata pantai. Sebagian besar parameter yang ada sangat sesuai untuk dikembangkan sebagai obyek wisata pantai. Tetapi ada beberapa parameter sperti pada wilayah pengambilan sampel sebelumnya yang termasuk kedalam kategori sesuai bersyarat, yaitu kecerahan perairan dan ketersediaan air tawar. Hal ini harus diperhatikan mengingat kenyamanan wisatawan yang berkunjung merupakan yang utama demi kelancaran kegiatan wisata. Untuk itu perlu diadakan pengelolaan lebih lanjut agar kenyamanan wisatawan semakin meningkat dan kondisi sumberdaya alam yang ada juga tetap terjaga. Kawasan Pantai Prigi secara umum memiliki karakteristik yang sama. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase kesesuaian lahan yang hasilnya tidak terlalu jauh berbeda. Dari keseluruhan stasiun pengambilan sampel yang ada di sepanjang pesisir Pantai Prigi terdapat beberapa parameter yang termasuk kategori S3, yaitu sesuai bersyarat. Karena itu, daerah tersebut harus dilakukan rehabilitasi

58 agar dapat dijadikan tempat wisata pantai yang memenuhi syarat dan terutama meningkatkan kenyamanan wisatawan yang berkunjung. Tabel 10. Persentase kesesuaian lahan untuk ekowisata pantai di Pantai Prigi Indeks Kesesuaian No. Koordinat Stasiun Kategori Wisata (%) 1 8 o 17 16,8 LS 111 o 43 44,4 BT Stasiun S1 2 8 o 17 13,2 LS 111 o 43 40,8 BT Stasiun S1 3 8 o 17 13,2 LS 111 o 43 33,6 BT Stasiun S1 4 8 o 17 13,2 LS 111 o 43 26,4 BT Stasiun S1 5 8 o 17 13,2 LS 111 o 43 22,8 BT Stasiun S1 6 8 o 17 16,8 LS 111 o 43 19,2 BT Stasiun S1 7 8 o 17 16,8 LS 111 o BT Stasiun S1 8 8 o 17 20,4 LS 111 o 43 8,4 BT Stasiun S1 9 8 o 17 20,4 LS 111 o 43 1,2 BT Stasiun S o LS 111 o 42 57,6 BT Stasiun S1 Setelah dilakukan analisa kesesuaian lahan, kemudian hasil tersebut ditampilkan dalam bentuk peta kesesuaian untuk kegiatan wisata. Peta ini berguna untuk mengetahui lokasi yang sesuai untuk kegiatan wisata (Gambar 3).

59 Gambar 3. Peta kesesuaian wisata Pantai Prigi

60 Daya Dukung Kawasan Untuk Ekowisata Pantai Daya Dukung Kawasan diartikan sebagai jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Yulianda, 2007). Daya dukung kawasan ini disesuaikan karakteristik sumberdaya dan peruntukan. Pemanfaatan suatu kawasan untuk kegiatan wisata yang sesuai dengan daya tampungnya akan sangat berpengaruh bagi keberlanjutan kegiatan tersebut. Jika Pantai Prigi ini ingin dimanfaatkan sebagai kawasan wisata, maka diperlukan penghitungan Daya Dukung Kawasan (DDK) untuk kegiatan wisata guna mengetahui jumlah pengunjung yang dapat ditampung Pantai Prigi tanpa merusak kondisi sumberdaya alam di Pantai Prigi. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Pantai Prigi antara lain adalah rekreasi pantai, berenang, berjemur dan juga olahraga air. Pesisir Pantai Prigi memiliki panjang pantai 2,5 Km. Nilai Daya Dukung Kawasan (DDK) di Pantai Prigi adalah 40 orang per hari untuk berenang dan berjemur dengan panjang wilayah yang dapat dimanfaatkan adalah 1000 meter. Nilai Daya dukung Kawasan (DDK) di Pantai Prigi untuk rekreasi pantai adalah sebesar 20 orang per hari. Panjang wilayah yang dapat dikembangkan untuk rekreasi pantai ini adalah 500 meter. Nilai Daya Dukung Kawasan (DDK) di Pantai Prigi untuk olahraga air adalah 50 orang per harinya dengan panjang wilayah yang dapat dimanfaatkan yaitu 1250 meter. (Tabel 11). Tabel 11. Daya dukung kawasan di Pantai Prigi No. Kegiatan DDK 1 Berenang 40 orang 2 Berjemur 40 orang 3 Wisata Olahraga 50 orang 4 Rekreasi Pantai 20 orang Jumlah 150 orang

61 Pantai Prigi memiliki Daya Dukung Kawasan sebesar 150 orang per harinya, yang berarti bahwa jumlah pengunjung maksimal yang diperbolehkan melakukan kegiatan wisata di wilayah Pesisir Pantai Prigi adalah 150 orang. Nilai 150 didapat dari penjumlahan Daya Dukung Kawasan. Hal ini disebabkan karena adanya pembatasan jumlah pengunjung yang dimaksudkan untuk mengurangi dampak-dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata yang dilakukan pengunjung seperti pembuangan sampah di sembarang tempat. Pembatasan jumlah pengunjung ini akan mangkibatkan meningkatnya nilai tiket masuk dari objek wisata itu sendiri. Tetapi dengan mahalnya tiket yang harus dibeli oleh pengunjung, kawasan ekowisata tetap mampu menyediakan tempat yang nyaman, indah dan alami sesuai dengan keinginan pengunjung. Pengunjung akan memperoleh kepuasan tersendiri dalam menikmati keindahan alam lokasi ekowisata yang masih alami tanpa harus terganggu dengan aktivitas pengunjung lain yang ada di lokasi tersebut. Wisata rekreasi merupakan jenis wisata paling ideal untuk kawasan pesisir Pantai Prigi ini. Potensi kawasan ini untuk menjadi kawasan rekreasi keluarga sangat besar. Panjang pantai berpasir sejauh 2,5 Km dapat dijadikan alasan utama mengapa wisata rekreasi sangat cocok dikembangkan. Pengunjung dapat melakukan kegiatan kegiatan seperti berenang, berjemur, atau sekedar berjalan jalan di pinggir pantai. Selain itu, hamparan pasir yang cukup luas dan memanjang memungkinkan untuk dikembangkan wisata olahraga seperti voli pantai dan sepakbola pantai. Untuk memenuhinya maka Pantai Prigi harus memiliki fasilitas fasilitas pendukung seperti penyewaan bola, atau pembentukan tim lifeguard yang berfungsi sebagai pengawas pantai dan keselamatan pengunjung. Jumlah pengunjung Pantai Prigi yang sebenarnya mencapai 95 orang dalam satu minggu atau sekitar 13 orang setiap harinya. Hal ini dapat dikatakan masih kurang apabila dibandingkan dengan daya dukung kawasan Pantai Prigi. Untuk itu diperlukan adanya peningkatan promosi wilayah dan perbaikan atau bahkan penambahan sarana dan prasarana di kawasan wisata Pantai Prigi yang nantinya akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata Pantai Prigi ini.

62 Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat a. Karakteristik Masyarakat Masyarakat yang diwawancarai mayoritas berdomisili di sekitar Pesisir Pantai Prigi, terdiri dari 19 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Masyarakat di Pantai Prigi berusia antara tahun dengan persentase 13%, tahun 17%, tahun 27%, tahun 20%, tahun 10%, serta tahun 13% (Gambar 4). 13% 13% 10% 20% 17% Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 27% Gambar 4. Komposisi usia masyarakat di Pantai Prigi Tenaga kerja yang tersedia dalam pengembangan potensi ekowisata di Pantai Prigi cukup banyak. Hal ini dilihat berdasarkan potensi sumberdaya manusia yang ada di kawasan Pantai Prigi. Berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat, 51% berpendidikan terakhir SD, 23% berpendidikan SLTP, 23% bependidikan SLTA, serta ada 3% yang tidak bersekolah, maka dapat dikatakan tingkat pendidikan penduduk daerah Pesisir Pantai Prigi masih rendah (Gambar 5).

63 3% 23% SD SLTP 51% SLTA Tidak Sekolah 23% Gambar 5. Komposisi tingkat pendidikan masyarakat di Pantai Prigi Pendidikan adalah salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam pengembangan ekowisata pantai. Dalam pengelolaan ekowisata pantai yang berkelanjutan dibutuhkan tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup dan sumberdaya lainnya serta perlunya pengelolaan ekosistem pesisir. Adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat akan kelestarian lingkungan akan semakin tinggi dapat dijadikan acuan untuk melaksanakan program pengembangan potensi ekowisata pantai di Pantai Prigi. Masyarakat Pantai Prigi memiliki mata pencaharian utama sebagai nelayan. Hal ini terlihat dari persentase masyarakat bermata pencaharian nelayan adalah sebesar 44%, sedangkan 20% bekerja sebagai buruh tani, 23% sebagai pedagang, 10% sebagai penjaga kios, dan 3% sebagai wiraswasta (Gambar 6). 10% 3% 20% Buruh Nelayan 23% Pedagang 44% Penjaga Kios Wirasw asta Gambar 6. Komposisi jenis pekerjaan masyarakat di Pantai Prigi

64 Wilayah pesisir Pantai Prigi sangat potensial dikembangkan sebagai objek ekowisata pantai. Sebagai wilayah yang potensial untuk dikembangkan, wilayah pesisir Pantai Prigi diharapkan mampu membuka lapangan kerja baru yang nantinya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan adanya pekerjaan yang lebih layak dengan tingkat pendapatan yang semakin meningkat dan tentunya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat Pesisir Pantai Prigi memiliki tingkat pendapatan yang tergolong cukup rendah. Dengan mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan, persentase pendapatan masyarakat di pesisir Pantai Prigi yang terbesar adalah < Rp ,- setiap bulannya yaitu sebesar 54%. Masyarakat yang berpendapatan antara Rp Rp ,- per bulannya sebesar 43%, dan antara Rp ,- - Rp ,- sebesar 3% (Gambar 7). 3% 0% <500 ribu 43% 54% 500 ribu - 1 juta 1 juta - 2 juta > 2 juta Lainnya Gambar 7. Komposisi tingkat pendapatan masyarakat di Pantai Prigi Adanya perbedaan besar pendapatan masyarakat dapat disebabkan oleh berbedanya jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat di Pantai Prigi. b. Persepsi Masyarakat Masyarakat Pantai Prigi mayoritas mengatakan bahwa penginapan atau homestay yang berada di kawasan Pesisir Pantai Prigi berada dalam kondisi baik, terlihat dari persentase sebanyak 51%, 33% mengatakan sangat baik, 13%

65 mengatakan cukup, dan 3% mengatakan tidak tahu. Untuk sarana penyediaan air bersih, 73% masyarakat mengatakan baik, sedangkan 27% lainnya mengatakan sangat baik. Penilaian masyarakat mengenai sarana transportasi, 30% mengatakan baik, 17% mengatakan sangat baik, dan 53% mengatakan cukup. Sementara itu, hasil yang cukup bervariasi didapat untuk penilaian terhadap kios makanan dan minuman, serta kondisi jalan. Untuk kios makanan dan minuman, 37% mengatakan baik, 27% mengatakan sangat baik dan cukup, sementara 7% mengatakan kurang. Sedangkan untuk kondisi jalan, 37% mengatakan kondisi jalan baik, 13% mengatakan sangat baik, 43% mengatakan cukup, dan 7% mengatakan kurang. Instalasi listrik diwilayah Pantai Prigi dapat dikatakan cukup stabil karena 70% masyarakat mengatakan instalasi listrik baik, 23% sangat baik dan 7% mengatakan cukup (Gambar 8) Kurang 60 % Cukup Baik 10 0 Penginapan Air Bersih Transportasi Kios makanan Jalan Instalasi Listrik Sangat baik Tidak Tahu Gambar 8. Diagram persepsi masyarakat terhadap sarana dan prasarana di Pantai Prigi Sarana dan prasarana umum di wilayah pesisir Pantai Prigi berada dalam kondisi yang baik jika dilihat dari diagram diatas. Bahkan tidak sedikit responden yang mengatakan kondisi sarana dan prasarana tersebut sangat baik. Hal ini dapat dijadikan modal awal dalam pengembangan ekowisata pantai di Pesisir Pantai Pantai dan tentunya harus dilaksanakan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana tersebut agar kondisi baik ini tetap terjaga serta diadakan perbaikanperbaikan yang berarti guna meningkatkan kondisi sarana dan prasarana yang

66 sudah ada. Kondisi sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan diantaranya adalah kios-kios yang terlihat kurang menarik karena tidak terlalu diperhatikan kebersihannya oleh pemilik dan perbaikan jalan-jalan utama yang menjadi akses menuju ke wilayah ekowisata. Disamping itu, masih banyak pula kondisi sarana dan prasarana penunjang atraksi wisata yang belum terdapat kawasan wisata ini, seperti area bermain untuk anak-anak, kolam renang air tawar, serta lahan parkir yang dikhususkan bagi kendaraan wisatawan yang berkunjung. Tanggapan masyarakat terhadap kondisi sarana dan prasarana di Pantai Prigi cukup bervariasi, tetapi pendapat terhadap kondisi sumberdaya alam di wilayah pesisir pantai Prigi cenderung sama. Hal ini terlihat dari 63% masyarakat mengatakan kondisi pasir laut sangat baik, yaitu berwarna putih kecoklatan, 37% mengatakan baik yang berarti kondisi pasir pantai berwarna coklat. Sedangkan untuk kondisi kejernihan air laut, 83% mengatakan air laut berada dalam kondisi sangat baik, yaitu berwarna biru, terlihat dasar dan ombak besar, 17% mengatakan air laut dalam kondisi baik, yaitu berwarna biru dan terlihat sampai ke dasar. Untuk kondisi keindahan pantai, 50% responden mengatakan sangat baik, 43% mengatakan baik dan 7% lainnya mengatakan cukup (Gambar 9). % Keindahan Pantai Kondisi Pasir Pantai Kejernihan air laut Sangat baik Baik Cukup Kurang Tidak tahu Gambar 9. Diagram persepsi masyarakat terhadap kondisi sumberdaya alam di Pantai Prigi Kondisi nyata sumberdaya alam di Pantai Prigi menurut pengamatan langsung di lapangan berada dalam kondisi baik. Dan ini sesuai dengan persepsi

67 masyarakat yang diperoleh dari hasil wawancara. Mayoritas mengatakan kondisi pasir pantai, kejernihan air laut serta keindahan pantainya berada dalam kondisi sangat baik. Hal ini dapat diartikan bahwa kawasan Pantai Prigi sangat potensial untuk dikembangkan sebagai objek wisata pantai. Walaupun kondisi sumberdaya alam berada dalam keadaan baik, tetapi jika permasalahan-permasalahan diwilayah pesisir ini tidak segera diselesaikan, maka bukan tidak mungkin akan mengancam kondisi lingkungan dan menyebabkan kerusakan sumberdaya alam di Pantai Prigi tersebut. Dari hasil wawancara dengan responden, mayoritas mengatakan sampah adalah permasalahan utama yang terjadi di Pantai Prigi. 41% masyarakat mengatakan banyaknya pembuangan sampah sembarangan di areal pantai menjadi masalah utama, 13% mengatakan rusaknya kondisi pasir karena banyaknya kendaraan beroda yang masuk ke areal pasir pantai. Selain itu 33% masyarakat mengatakan polusi udara akibat adanya kegiatan perikanan yaitu penjemuran ikan di wilayah Pantai Prigi menjadi masalah bagi mereka, dan 13% lainnya mengatakan tidak tahu (Gambar 10). 13% 33% Polusi Udara Karena Penjemuran Ikan Kerusakan Pasir 41% Pembuangan Sampah Sembarangan Tidak Tahu 13% Gambar 10. Permasalahan pada sumberdaya alam di Pantai Prigi c. Keterlibatan masyarakat Masyarakat Pantai Prigi sebagian besar memiliki keinginan untuk terlibat dalam kegiatan wisata di Pantai Prigi. 60% masyarakat menyatakan ingin terlibat, dan 40% lainnya mengatakan tidak ingin terlibat (Gambar 11).

68 40% 60% Terlibat Tidak terlibat Gambar 11. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata Mayoritas masyarakat menyatakan terlibat dalam kegiatan wisata di Pantai Prigi. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata terutama dalam penyediaan jasa pendamping wisata atau tour guide, ataupun penyedia jasa transportasi berupa minibus, serta penyewaan alat alat seperti pelampung ataupun ban. Disamping itu, alasan ketidakterlibatan responden dalam kegiatan wisata lebih disebabkan karena mereka sudah memiliki pekerjaan tetap seperti menjadi nelayan yang berarti waktu mereka untuk terlibat dalam kegiatan wisata tersebut sangat sedikit. Selain itu karena masyarakat setempat telah memiliki mata pencaharian sebagai penjaga kios makanan dan minuman. Tetapi ada pula yang mengatakan mereka tidak memiliki cukup modal untuk membuka usaha usaha sampingan tersebut. 0% Penghasilan Tambahan Pekerjaan Sampingan 100% Gambar 12. Alasan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata

69 Masyakat Pantai Prigi ikut serta dalam sistem kepariwisataan di Pantai Prigi sebagai guide, penyedia sarana transportasi dan penyewaan alat-alat wisata. Tujuan keterlibatan mereka dalam kegiatan wisata di Pantai Prigi adalah sebagai penghasilan tambahan (Gambar 12) Pengunjung a. Karakteristik Pengunjung Pengunjung yang diwawancara berjumlah 30 orang. Diambil 30 orang karena di Pantai Prigi sudah menjadi objek wisata, sehingga pengunjung tidak sulit ditemui khususnya pada hari libur. Kisaran usia pengunjung yang datang ke Pantai Prigi adalah tahun dengan persentase 17%, tahun dengan persentase 23%, tahun dengan persentase 3%, tahun dengan persentase 27%, tahun dengan persentase 23% dan tahun dengan persentase 7% (Gambar 13). 7% 17% 23% 23% Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 27% 3% Gambar 13. Komposisi usia pengunjung Pantai Prigi Menurut van Haarsel (1994) in Damanik dan Weber (2006), wisatawan berusia tahun cenderung mencari pengalaman atau dekat dengan alam (ekowisata). Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa kisaran usia diatas 30 tahun sampai dengan 50 tahun adalah mayoritas pengunjung. Hal ini menunjukkan bahwa pada kisaran usia tersebut wisatawan cenderung menyukai wisata alam.

70 Sebagian besar pengunjung Pantai Prigi berasal dari daerah Trenggalek. Hal ini terlihat dari persentase komposisi asal pengunjung yang menunjukkan bahwa pengunjung asal Trenggalek adalah pengunjung mayoritas dengan persentase 60%. Sedangkan kota kota lain seperti Tulungagung hanya 23%, Kediri 10%, dan Ponorogo 7% (Gambar 14). 10% 7% 23% 60% Trenggalek Tulungagung Kediri Ponorogo Gambar 14. Komposisi asal pengunjung Pantai Prigi Pengunjung Pantai Prigi masih didominasi oleh wisatawan asal Trenggalek. Minimnya pengunjung yang berasal dari luar Trenggalek mengindikasikan kurang dikenalnya objek wisata ini. Jikapun ada wisatawan yang berasal dari luar Trenggalek, jarak tempuh dari kota asal mereka tidak terlalu jauh dengan Trenggalek. Hal ini perlu diantisipasi dengan adanya pengembangan jenis promosi keluar dari lingkup Kabupaten Trenggalek, jika mungkin promosi dilakukan dalam skala menengah, yaitu ke setiap Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur agar kegiatan pariwisata di Pantai Prigi dapat terus berkembang. Pengunjung Pantai Prigi memiliki tingkat pendidikan yang cukup bervariasi. Pengunjung yang berpendidikan SD adalah sebesar 13%, SLTP sebesar 7%, SLTA sebesar 23%, D3 sebesar 17% dan S1 sebesar 40% (Gambar 15).

71 0% 13% 7% 40% SD SLTP SLTA D3 23% S1 17% Gambar 15. Komposisi tingkat pendidikan pengunjung Pantai Prigi Pengunjung Pantai Prigi memiliki rata-rata tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Banyaknya pengunjung yang merupakan lulusan SLTA dan S1 menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka akan semakin tinggi pula kesadaran dan pemahaman tentang lingkungan dan sumberdaya alam lainnya. Hal ini berdasarkan pernyataan Damanik dan Weber (2006) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kecenderungan manusia utnuk menyadari dan memahami tentang lingkungan dan sumberdaya alam akan semakin tinggi pula. 7% 7% 13% 20% 53% PNS Buruh Pelajar/Mahasisw a Pengangguran Wirasw asta Gambar 16. Komposisi jenis pekerjaan pengunjung Pantai Prigi

72 Sebagian besar pengunjung Pantai Prigi memiliki pekerjaan sebagai PNS. Sebanyak 53% pengunjung adalah PNS, sedangkan buruh sebesar 20%, pelajar dan mahasiswa sebesar 13%, serta pengangguran dan wiraswasta sebesar 7% (Gambar 16). Pendapatan umumnya berhubungan dengan frekuensi kunjungan wisatawan. Pengunjung Pantai Prigi mayoritas memiliki pendapatan sebesar Rp Rp ,- dengan persentase 33%, kemudian pendapatan Rp ,- dengan persentase sebesar 30%, belum memiliki pendapatan sebesar 20%, > Rp ,- sebesar 10% dan < Rp ,- sebesar 7% (Gambar 17). 20% 7% <500 ribu 500 ribu-1 juta 10% 30% 1 juta-2 juta >2 juta 33% belum memiliki pendapatan Gambar 17. Komposisi penghasilan pengunjung Pantai Prigi Perbedaan tingkat pendapatan dapat disebabkan karena perbedaan jenis dan tingkatan pekerjaan, juga perbedaan tingkat pendidikan. Pengunjung yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi. b. Persepsi Pengunjung Pengunjung Pantai Prigi mayoritas mengatakan mereka pernah mendengar istilah ekowisata, hal ini terlihat dari persentase sebanyak 53% dan 47% pengunjung mengatakan tidak pernah mendengar. Tetapi dengan adanya penjelasan singkat yang telah diberikan tentang ekowisata, 100% pengunjung setuju apabila kegiatan ekowisata dikembangkan di daerah Pantai Prigi (Gambar 18).

73 0% setuju tidak setuju 100% Gambar 18. Persepsi pengunjung mengenai pengembangan ekowisata di Pantai Prigi Kondisi sarana dan prasarana di Pantai Prigi sangat mempengaruhi persepsi pengunjung terhadap kegiatan yang berjalan di kawasan Pantai Prigi. Dari 30 orang pengunjung yang diwawancarai, 27% mengatakan sambutan masyarakat di Pantai Prigi sangat baik. Sedangkan 60% mengatakan sambutan masyarakat baik. 7% lainnya mengatakan cukup dan kurang. Dari segi pelayanan, 60% mengatakan pelayanan masyarakat baik, 27% mengatakan cukup, dan 7% lainnya mengatakan sangat baik dan kurang. Jika dilihat dari segi penginapan/homestay, 50% responden mengatakan kondisinya baik, sedankan 30% mengatakan cukup, 13% mengatakan tidak tahu dan 7% mengatakan kondisinya kurang. Untuk kondisi air bersih, 57% responden mengatakan air bersih dalam kondisi baik, sedangkan 13% mengatakan kondisinya sangat baik. Tetapi 13% responden juga mengatakan bahwa air bersih dalam kondisi kurang dan 17% lainnya mengatakan cukup. 63% responden mengatakan bahwa sarana transportasi baik, 23% mengatakan cukup, 3% mengatakan sangat baik, dan 10% lainnya mengatakan tidak tahu. Untuk kondisi jalan, 7% responden mengatakan kondisi jalan sangat baik, 37% mengatakan baik, 33% mengatakan cukup dan 23% mengatakan kondisi jalan kurang. Kondisi kios makanan dan minuman menurut 10% responden sangat baik, 37% mengatakan baik, tetapi 53% responden mengatakan kurang. Instalasi listrik di kawasan ini menurut responden belum dapat dikatakan sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari persentase responden yang mengatakan instalasi listrik sangat baik, yaitu hanya 7%. Sedangkan 43%

74 mengatakan baik, 47% mengatakan cukup dan 3% mengatakan kurang (Gambar 19). 70 % Kurang Cukup Baik Sangat baik Tidak Tahu 0 S.M. Air Bersih Transportasi Kios makanan Jalan Pelayanan Instalasi Listrik Penginapan Gambar 19. Persepsi pengunjung mengenai sarana dan prasarana di Pantai Prigi Kondisi sarana dan prasarana umum di wilayah pesisir Pantai Prigi berada dalam kondisi yang baik, hal ini didasarkan atas persepsi pengunjung. Tetapi disamping itu, untuk jalan menuju ke Pantai Prigi harus mendapatkan perhatian lebih, karena 23% responden mengatakan kondisi jalan masih kurang. Untuk itu diperlukan adanya perbaikan-perbaikan yang berarti guna meningkatkan kenyamanan wisatawan yang datang ke Pantai Prigi. Karena jalan merupakan salah satu elemen penting dalam pengembangan kawasan wisata ini melihat dari segi transportasi, mayoritas pengunjung mengatakan sarana transportasi sangat baik. Selain itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan serta pemeliharaan sarana dan prasarana yang sudah ada agar tingkat kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Pantai Prigi semakin terjamin dan semakin banyak wisatawan yang datang berkunjung. Untuk itu para Stakeholder hendaknya dapat mengusahakan agar program-program pemeliharaan serta pengadaan saran dan prasaranan baru dapat dijalankan dengan baik.

75 Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan Ekowisata Pantai Penentuan rencana strategi pengelolaan wilayah pesisir sebagai kawasan ekowisata pantai didasarkan dengan analisa SWOT, yaitu mempelajari atau mengidentifikasi pada kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Analisa SWOT digunakan untuk mengidentifikasi relasi-relasi sumberdaya ekowisata dengan sumberdaya yang lain. Oleh sebab itu, semua pihak khususnya masyarakat lokal perlu mengetahui apa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh kawasan dan obyek ekowisata tersebut (Damanik dan Weber, 2006) Identifikasi Faktor Strategis Internal a. Kekuatan (Strength) Identifikasi kekuatan yang dimiliki oleh Pesisir Pantai Prigi adalah sebagai berikut : 1. Potensi sumberdaya alam dan lingkungan Wilayah pesisir Pantai Prigi memiliki potensi sumberdaya alam dan lingkungan yang sangat mendukung untuk pengembangan kegiatan ekowisata pantai. Kondisi sumberdaya alam di pesisir Pantai Prigi berada dalam keadaan yang baik. Pantai Prigi memiliki panjang pantai sejauh 2,5 Km. Hal ini sangat mendukung potensi pantai untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata pantai. Pantai Prigi memiliki kategori S1 yang berarti sangat sesuai untuk melakukan kegiatan berenang dengan nilai daya dukung pemanfaatan sebesar 10 orang. Selain itu Pantai Prigi juga memiliki kategori sangat sesuai untuk dijadikan tempat wisatawan berjemur, melakukan rekreasi pantai ataupun melakukan kegiatan olahraga air. Nilai Daya Dukung Pemanfaatan untuk kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebesar 10 orang. Kekuatan pada panorama dan keindahan pemandangan yang alami (laut lepas), serta pasir putih yang menghampar luas disepanjang pantai menjadikan Pantai Prigi sebagai salah satu tempat yang berpotensi mendatangkan wisatawan yang senang menikmati keindahan alam. Dengan potensi-potensi yang ada inilah maka Pantai Prigi sangat potensial untuk dijadikan sebagai tempat pengembangan wisata pantai.

76 2. Aksesibilitas yang relatif mudah Jarak tempuh menuju ke Pantai Prigi dari kota Trenggalek berjarak ± 48 Km. Jarak tersebut dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam sampai dengan satu setengah jam. Kondisi lalu lintas menuju ke Pantai Prigi relatif sepi sehingga tidak ada hambatan kemacetan selama perjalanan. Selain itu terdapat angkutan umum yang beroperasi dari pusat kota menuju Pantai Prigi, ataupun hanya sampai Kecamatan Watulimo saja. Angkutan umum menyediakan trayek antara Trenggalek-Prigi, Durenan-Prigi, serta Tulungagung-Watulimo. Tersedia pula minibus sewaan yang diusahakan oleh penduduk sekitar untuk tambahan penghasilan yang makin mempermudah akses menuju objek wisata Pantai Prigi (Tabel 12). Tabel 12. Data persepsi pengunjung Pantai Prigi terhadap sarana transportasi No Uraian Persentase (%) 1. Kurang 3 2. Cukup Baik Sangat baik 3 5. Tidak tahu 11 Total Kebijakan Pemerintah Kecamatan Watulimo sesuai dengan PERMENDAGRI no.13/2006 tentang program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya alam pesisir Masyarakat Pantai Prigi merupakan salah satu inti dari rangkaian kegiatan wisata pantai yang berjalan di kawasan ini. Masyarakat memainkan peranan penting dalam pengembangan kawasan wisata pantai tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan adanya program pemberdayaan masyarakat tersebut diharapkan tercipta peningkatan kesadaran masyarakat tentang penting pelestarian lingkungan alam. Kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa kegiatan operasional untuk pengawasan sumberdaya alam di kawasan Pantai Prigi.

77 4. Adanya upacara adat Larung Sembonyo Salah satu daya tarik wisatawan untuk datang ke kawasan Pantai Prigi. Upacara adat ini diadakan pada bulan besar atau Selo dan Minggu Kliwon dalam penanggalan jawa. Selain untuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, upacara ini juga sekaligus sebagai peringatan pernikahan Raden Tumenggung Yudha Negara, seorang kepala prajurit kerajaan Mataram, dengan putri Gambar Inten, salah satu putri Adipati Andong Biru. Puncak acara upacara ini adalah menghanyutkan tumpeng kuning yang berada diatas nampan ke laut. Sebelumnya para tetua memanjatkan doa kepada Tuhan agar melimpahkan rezekinya melalui laut. Uniknya pergelaran upacara serta kegiatan-kegiatan yang mengiringinya dapat menjadi magnet bagi para wisatawan untuk datang dan menyaksikan acara ini, di samping menikmati keindahan kawasan ekowisata pantai. b. Kelemahan (Weaknesses) Identifikasi kelemahan yang terdapat di Pantai Prigi adalah sebagai berikut: 1. Kualitas sumberdaya manusia masih rendah Kualitas sumberdaya manusia merupakan syarat penting bagi pengembangan ekowisata pantai. Tingkat pendidikan menentukan kualitas sumberdaya manusia yang terlibat dalam kegiatan wisata tersebut. Sebagian besar penduduk Pantai Prigi memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. 51% masyarakat Pantai Prigi hanya bersekolah sampai SD, bahkan 3% diantaranya tidak bersekolah. Hal ini dapat menjadi faktor pembatas mengingat masyarakat merupakan elemen penting dalam pengembangan ekowisata pantai. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan dan pengelolaan ekowisata pantai secara berkelanjutan. Hal ini dapat dihubungkan dengan tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang lingkungan hidup dan perlunya menjaga kelestarian serta adanya pengelolaan pesisir pantai. Karenanya, semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat tersebut terhadap lingkungan.

78 2. Kondisi fasilitas penunjang atraksi wisata yang kurang terawat Kondisi fasilitas penunjang atraksi wisata di kawasan Pantai Prigi dapat dikatakan perlu mendapatkan perhatian. Hal ini disebabkan karena kondisinya yang tidak terawat. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan hasil wawancara, kondisi jalan menjadi fokus utama fasilitas yang perlu dibenahi. Keadaan jalan di kawasan Pantai Prigi maupun yang menuju ke kawasan Pantai Prigi banyak yang rusak. Dengan masalah seperti ini, pengembangan kawasan dapat terhambat karena aksesibilitas yang kurang baik yang berarti akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan bagi wisatawan yang datang dari luar Kecamatan Watulimo dan akan menimbulkan ketidaknyamanan. Lebih dari 23% responden mengatakan kondisi jalan dalam keadaan kurang baik. Hal ini dapat menunjukkan bahwa masih banyak yang berpendapat kondisi jalan pelu diperbaiki kembali (Tabel 13). Tabel 13. Data persepsi pengunjung terhadap fasilitas jalan No Uraian Persentase (%) 1. Kurang Cukup Baik Sangat baik 7 5. Tidak tahu 0 Total 100 Hasil pengamatan langsung di lapangan menunjukkan bahwa fasilitas seperti lampu penerangan jalan yang masih minim, serta kondisi losmen-losmen, wisama-wisma serta jenis penginapan lain yang tersedia juga berada dalam kondisi yang kurang baik bahkan tidak terawat sama sekali walaupun hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan fasilitas penginapan yang tersedia di lokasi Pantai Prigi. Selain itu fasilitas penunjang lain seperti area bermain anak-anak, lokasi parkir yang terkoordinir, serta kolam renang air tawar belum tersedia. Kurangnya kepedulian masyarakat akan kebersihan fasilitas yang mereka sediakan menjadi penyebab tidak terawatnya fasilitas-fasilitas umum tersebut.

79 Dukungan pemerintah yang masih sangat kurang untuk membantu dan bekerjasama dengan masyarakat juga menjadi salah satu penyebab. 3. Masih bercampurnya kegiatan wisata dengan kegiatan penduduk Pada kawasan wisata Pantai Prigi masih terlihat adanya kegiatan penduduk yang utamanya bermata pencaharian sebagai nelayan, diantaranya melakukan penjemuran ikan di jalan-jalan aspal yang ada di sepanjang pesisir pantai dan bahkan melakukan penjemuran di pasir pantai. Hal ini akan mengurangi nilai keindahan alami yang menjadi andalan utama Pantai Prigi untuk menarik wisatawan. Kawasan wisata menjadi terlihat kotor dan tidak tertata. Dan dari segi polusi, kegiatan tersebut menimbulkan bau yang sangat mengganggu kenyamanan wisatawan yang melakukan kegiatan di kawasan Pantai Prigi. Sejauh ini belum ada tindakan dari pemerintah ataupun pihak-pihak terkait lainnya untuk mengatasi masalah tersebut Identifikasi Faktor Strategis Eksternal a. Peluang (Opportunities) Identifikasi peluang yang dimiliki oleh Pantai Prigi adalah sebagai berikut: 1. Potensi wisatawan yang datang ke Pantai Popoh, Tulungagung Pantai Popoh berada di Kabupaten Tulungagung dengan jarak tempuh kurang lebih 56 Km dari pusat kota Trenggalek. Berdasarkan data tahunan BPS Kab. Tulungagung menunjukkan bahwa Pantai Popoh dikunjungi sekitar 352 orang setiap minggunya (Tabel 14). Banyaknya pengunjung ini tentunya sangat berpotensi apabila jumlah tersebut adalah wisatawan yang berkunjung ke Pantai Prigi. Tabel 14. Data kunjungan wisata Kab.Tulungagung Tahun 2007 No Objek Wisata jumlah Pengunjung 1. Pantai Popoh Pantai Sidem Waduk Wonorejo Air terjun Lawean 5708 Sumber : BPS Kabupaten Tulungagung th.2007

80 2. Peningkatan kenyamanan akses transportasi dan komunikasi Akses komunikasi seperti telepon umum, wartel, maupun sinyal ponsel yang kuat serta akan dikembangkannya bisnis internet menjadi salah satu kekuatan potensial untuk menarik wisatawan datang ke kawasan wisata Pantai Prigi. Selain itu banyaknya sarana transportasi yang disediakan seperti angkutan umum trayek Trenggalek-Prigi ataupun Tulungagung-Watulimo, serta adanya mobil-mobil sewaan yang dikelola penduduk juga berpotensi menarik minat wisatawan datang ke kawasan ini. 3. Rencana relokasi kegiatan perikanan di Pantai Prigi Dengan adanya relokasi kegiatan perikanan di wilayah yang akan dijadikan tempat untuk pengembangan ekowisata diharapkan masyarakat menjadi sadar akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan alam. Selain itu kegiatan perikanan juga akan tetap berlangsung dengan baik tanpa terganggu. Hal ini akan membawa keuntungan bagi mereka sendiri karena akan semakin banyak wisatawan yang datang jika melihat lingkungan alam lokasi wisata tertata dengan baik dan terjaga keasliannya. Dan hal tersebut secara otomatis juga akan menguntungkan wisatawan yang datang berkunjung. b. Ancaman (threats) Identifikasi ancaman yang dimiliki oleh Pantai Prigi adalah sebagai berikut: 1. Potensi Tsunami Peristiwa tsunami merupakan bencana alam yang sangat menakutkan dan dapat menimbulkan banyak korban jiwa dan harta benda, terutama di daerah pesisir. Faktor yang dapat menimbulkan tsunami antara lain adalah akibat adanya gempa bumi berupa patahan aktif yang terjadi jauh di dasar laut pada jalur pusat gempa tektonik mengakibatkan terjadi gelombang laut yang kuat. Gelombang laut yang kuat dan cepat setinggi 2-10 meter akan menghujam daerah-daerah sekitar pesisir terutama daerah landai.

81 2. Potensi pembukaan lahan di kawasan pesisir untuk pertanian dan pengembangan kota Kegiatan pembukaan lahan di sekitar wilayah pesisir untuk pertanian dan pengembangan kota merupakan sumber beban sedimen dan pencemaran perairan pesisir dan laut. Lahan-lahan tersebut banyak yang sudah gundul akibat penebangan. Akibatnya apabila hujan turun aka menimbulkan erosi yang sangat tinggi. Tingginya erosi akan menimbulkan sedimentasi terutama di beberapa daerah muara sungai dan perairan sungai. Oleh karena itu, pembukaan lahan ini menjadi ancaman serius bagi pengembangan ekowisata pantai karena akan terjadi pencemaran pantai yang merupakan daya tarik utama kawasan wisata ini Penentuan Bobot dan Peringkat (Rating) Setiap Faktor Tingkat kepentingan setiap faktor ditentukan sebagai langkah untuk menentukan bobot dan peringkat (rating) setiap faktor-faktor strategis internal dan eksternal (Tabel 15 dan Tabel 16). Tabel 15. Tingkat kepentingan faktor strategis internal dalam pengelolaan ekosistem pesisir untuk pengembangan kawasan ekowisata pantai di Pantai Prigi Simbol S1 S2 S3 S4 Simbol W1 W2 W3 Faktor Kekuatan (Strengths) Potensi sumberdaya alam dan lingkungan Aksesibilitas yang relatif mudah Kebijakan Pemerintah Kec. Watulimo sesuai dengan PERMENDAGRI no.13/2006 tentang program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya alam pesisir Upacara adat Larung Sembonyo Faktor Kelemahan (Weaknesses) Kualitas sumberdaya manusia masih rendah Kondisi fasilitas penunjang atraksi wisata yang kurang terawat Masih bercampurnya kegiatan wisata dengan kegiatan penduduk Tingkat Kepentingan Sangat penting Penting Penting Cukup Penting Tingkat Kepentingan Sangat penting Sangat penting Penting

82 Tabel 16. Tingkat kepentingan faktor strategis eksternal dalam pengelolaan ekosistem pesisir untuk pengembangan kawasan ekowisata pantai di Pantai Prigi Simbol Faktor Peluang (Opportunities) Tingkat Kepentingan Potensi pengunjung yang datang ke Pantai Popoh, O1 Kab. Tulungagung Sangat penting O2 O3 Peningkatan kenyamanan akses transportasi dan komunikasi Rencana relokasi kegiatan perikanan di Pantai Prigi Simbol Faktor Ancaman (Threats) T1 T2 Potensi Tsunami Potensi pembukaan lahan di kawasan persisir untuk dijadikan pemukiman Cukup penting Penting Tingkat Kepentingan Sangat penting Penting Setelah memperoleh tingkat kepentingan dari setiap faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan. Kemudian dilakukan penentuan peringkat (rating) setiap faktor-faktor strategis internal dan eksternal berdasarkan pengaruh setiap faktor yang diukur dengan skala 1 s/d 4. Selanjutnya bobot dari faktor dikalikan dengan peringkatnya untuk memperoleh skor pembobotan (Tabel 17 dan Tabel 18). Tabel 17. Matriks IFE Faktor-faktor strategis internal Kekuatan (S) Bobot Rating Skor S1 Potensi sumberdaya alam dan lingkungan 0,20 4 0,78 S2 Aksesibilitas yang relatif mudah 0,11 3 0,34 Kebijakan Pemerintah Kec. Watulimo sesuai S3 dengan PERMENDAGRI no.13/2006 tentang program pemberdayaan masyarakat dalam 0,11 3 0,34 pengawasan dan pengendalian sumberdaya alam pesisir S4 Upacara adat Larung sembonyo 0,07 2 0,14

83 Kelemahan (W) W1 Kualitas sumberdaya manusia masih rendah 0,20 4 0,78 W2 W3 Kondisi fasilitas penunjang atraksi wisata yang kurang terawat Masih bercampurnya kegiatan wisata dengan kegiatan perikanan penduduk 0,20 4 0,78 0,11 3 0,34 Sumber : Lampiran 10 (diolah) Tabel 18. Matriks EFE Faktor-faktor strategis eksternal Peluang (O) Bobot Rating Skor O1 O2 O3 Potensi pengunjung yang datang ke Pantai Popoh, Kab.Tulungagung Potensi peningkatan kenayamanan akses transportasi dan komunikasi Rencana relokasi kegiatan perikanan di Pantai Prigi Ancaman (T) 0,29 4 1,14 0,10 2 0,19 0,17 3 0,50 T1 Potensi tsunami 0,29 4 1,14 T2 Potensi pembukaan lahan disekitar kawasan pesisir untuk pertanian dan pengembangan kota 0,17 3 0,50 Sumber : Lampiran 10 (diolah) Matriks SWOT Setelah selesai melakukan identifikasi dan analisa terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal, kemudian disusun matriks SWOT (Tabel 19). Dari matriks ini dapat dideskripsikan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang ada disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk menghasilkan alternatif strategi dalam pengelolaan ekosistem pesisir di Pantai Prigi.

84 Tabel 19. Matriks SWOT EFE IFE O Potensi pengunjung yang datang ke Pantai Popoh, Kab.Tulungagung Potensi peningkatan kenyamanan akses transportasi dan komunikasi Rencana relokasi kegiatan perikanan di Pantai Prigi T Potensi tsunami Potensi pembukaan lahan di kawasan pesisir untuk dijadikan pemukiman S Potensi sumberdaya alam dan lingkungan Aksesibilitas yang relatif mudah Kebijakan Pemerintah Kec.Watulimo sesuai dengan PERMENDAGRI no.13/2006 tentang program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya alam pesisir Upacara adat Larung Sembonyo Strategi SO 1. Peningkatan promosi Pantai Prigi termasuk mengadakan program wisata budaya 2. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam aktivitas ekowisata pantai dan pengelolaan lingkungan pesisir 3. Pengoptimalan jasa transportasi dan komunikasi Strategi ST 1. membentuk badan khusus beranggotakan masyarakat dan sukarelawan dalam pengawasan kegiatan pembangunan di kawasan pesisir 2. Mengikutsertakan wisatawan dalam kegiatan konservasi W Kualitas sumberdaya manusia masih rendah Kondisi fasilitas penunjang atraksi wisata yang kurang terawat Masih bercampurnya kegiatan wisata dengan kegiatan penduduk Strategi WO 1. Peningkatan dan pemeliharaan fasilitas penunjang atraksi wisata, serta pengadaan usaha-usaha jasa baru 2. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia 3. Penataan wilayah dengan membentuk sistem zonasi untuk kegiatan wisata dan kegiatan perikanan yang dilakukan masyarakat Strategi WT 1. Mengadakan program antisipasi bencana alam, termasuk membangun sistem peringatan dini terhadap kejadian alam yang akan terjadi 2. Penyuluhan tentang pentingnya pelestarian lingkungan, penanggulangan bencana alam dan bahaya pencemaran Alternatif Strategi Untuk menentukan prioritas alternatif strategi yang akan dijadikan sebagai kebijakan dalam pengelolaan dan pengembangan kegiatan ekowisata bahari di Pantai Prigi, maka dilakukan penjumlahan nilai dari faktor-faktor SWOT yang terkait, kemudian ditentukan ranking prioritas. Prioritas pertama adalah alternatif

85 strategi dalam jumlah skor tertinggi pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya (Tabel 20). Tabel 20. Ranking Alternatif Strategi No. Unsur SWOT Keterkaitan Jumlah Skor Ranking Strategi SO 1. Peningkatan promosi Pantai Prigi S1, S2, S4, 2,60 II termasuk mengadakan program O1, O wisata budaya Peningkatan partisipasi masyarakat dalam aktivitas ekowisata pantai dan pengelolaan lingkungan pesisir Pengoptimalan jasa transportasi dan komunikasi S1, S3, O3 S2, O2 1,63 0,54 VIII X Strategi WO Peningkatan dan pemeliharaan fasilitas penunjang atraksi wisata, serta pengadaan usaha-usaha jasa baru Peningkatan kualitas sumberdaya manusia Penataan wilayah dengan membentuk sistem zonasi untuk kegiatan wisata dan kegiatan perikanan yang dilakukan masyarakat Strategi ST membentuk badan khusus beranggotakan masyarakat dan sukarelawan dalam pengawasan kegiatan pembangunan di kawasan pesisir Mengikutsertakan wisatawan dalam kegiatan konservasi Strategi WT Mengadakan program antisipasi bencana alam, termasuk membangun sistem peringatan dini terhadap kejadian alam yang akan terjadi W2, O1, O2 W1, O1 W1, W3, O1, O3 S1, S3, T2 S1, S3, T1 W1, T1 2,11 1,92 2,77 1,63 2,27 1,92 V VII I IX IV VI 2. Penyuluhan tentang pentingnya pelestarian lingkungan, penanggulangan bencana alam dan bahaya pencemaran W1, T1, T2 2,42 III

86 Berdasarkan perangkingan jumlah dari nilai setiap alternatif strategi pada Tabel 20, maka urutan yang dapat dijadikan sebagai rencana strategis dalam pengelolaan kawasan wisata Pantai Prigi untuk pengembangan kawasan ekowisata pantai adalah sebagai berikut : 1. Penataan wilayah dengan membentuk sistem zonasi untuk kegiatan wisata dan kegiatan perikanan yang dilakukan masyarakat. 2. Peningkatan promosi Pantai Prigi termasuk mengadakan program wisata budaya. 3. Penyuluhan tentang pentingnya pelestarian lingkungan, penanggulangan bencana alam dan bahaya pencemaran. 4. Mengikutsertakan wisatawan dalam kegiatan konservasi. 5. Peningkatan dan pemeliharaan fasilitas penunjang atraksi wisata, serta pengadaan usaha-usaha jasa baru 6. Mengadakan program antisipasi bencana alam, termasuk membangun sistem peringatan dini terhadap kejadian alam yang akan terjadi. 7. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia. 8. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam aktivitas ekowisata pantai dan pengelolaan lingkungan pesisir. 9. Membentuk badan khusus beranggotakan masyarakat dan sukarelawan dalam pengawasan kegiatan pembangunan di kawasan pesisir. 10. Pengoptimalan jasa transportasi, akomodasi dan komunikasi. Dari alternatif strategi yang dihasilkan, maka yang mendapatkan prioritas utama untuk dipilih sebagai rencana strategis utama dalam pengelolaan kawasan wisata Pantai Prigi untuk pengembangan kawasan ekowisata pentai adalah yang menemapti rangking tiga besar. Ketiga strategi tersebut adalah sebagai berikut : Strategi pertama, Penataan wilayah dengan membentuk sistem zonasi untuk kegiatan wisata dan kegiatan perikanan yang dilakukan masyarakat. Alternatif strategi ini merupakan strategi weaknesses-opportunities (WO) dimana kelemahan diminimalkan untuk memanfaatkan peluang. Hal ini memegang peranan penting dalam pengembangan kawasan ekowisata pantai di Pantai Prigi. Kegiatan perikanan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar yang seperti sudah

87 menjadi budaya dan aturan tradisional yang ada, seperti menjemur ikan hasil tangkapan pada pasir pantai ataupun sepanjang jalan di pesisir pantai akan menimbulkan masalah bagi kondisi pantai terutama sekali akan mengurangi nilai keindahan alami pantai yang menjadi daya tarik utama wisatawan untuk berkunjung. Dengan adanya kegiatan perikanan tersebut juga akan menimbulkan polusi udara karena bau yang ditimbulkan oleh ikan-ikan tersebut serta menyebabkan tepi pantai menjadi kotor akibat sampah. Maka sudah seharusnya dilakukan tindak lanjut terhadap aktivitas masyarakat terutama yang bermata pencaharian sebagai nelayan agar dilakukan penataan ulang kegiatan perikanan dan wisata yang dapat menghasil suatu simbiosis mutualisme dengan terbentuknya suatu kegiatan perikanan yang dapat dikembangkan pula sebagai kegiatan wisata perikanan. Hal ini disamping untuk menghindari kerusakan lingkungan, karena nelayan pun membuang sisa-sisa bangkai ikan yang rusak dan sampah sembarangan di kawasan pantai atau membuangnya ke laut dan menghilangkan polusi udara karena bau ikan tersebut, juga untuk meluaskan areal wisata yang nantinya dapat dibangun jenis atraksi wisata baru seperti kolam renang, cottage, restoran, area bermain anak, kios-kios baru serta lahan parkir. Dengan demikian diharapkan wisatawan akan melakukan kegiatan wisata dengan tingkat kenyamanan yang lebih baik sekaligus menikmati kegiatan perikanan yang ada di wilayah ini ditambah fasilitas dan sarana-prasarana penunjang atraksi wisata yang baru dan bervariasi. Strategi kedua, Peningkatan promosi Pantai Prigi termasuk mengadakan program wisata budaya. Alternatif strategi ini termasuk kedalam strategi strengthopportunities (SO), yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Promosi wilayah merupakan langkah yang paling utama dilakukan untuk meningkatkan frekuensi wisatawan yang berarti akan meningkatkan pendapatan daerah serta mengenalkan daerah. Jika tidak dilakukan promosi secara maksimal maka tidak mungkin terjadi peningkatan frekuensi wisatawan yang akan datang berkunjung ke kawasan wisata tersebut. Kawasan Pantai Prigi memiliki potensi ekowisata pantai yang menyajikan keindahan pantai berpasir dan alamnya yang masih lestari. Dengan dilengkapi sarana-prasarana serta fasilitas pendukung atraksi wisata menjadikan Pantai Prigi sebagai kawasan wisata yang sangat layak

88 untuk dikunjungi. Untuk itu, intensifikasi dan perluasan kegiatan promosi perlu dilakukan untuk menarik perhatian wisatawan. Pemasangan spanduk-spanduk pada titik-titik strategis di pusat kota adalah salah satu strategi promosi yang baik. Selain di pusat kota, promosi dapat dilakukan didaerah-daerah dengan memasang spanduk di jalan-jalan raya menuju keluar pusat kota ataupun membagikan brosur-brosur obyek wisata melalui pejabat desa setempat. Agar dapat menarik wisatawan diluar kota Trenggalek maka dilakukan hal yang sama di kota-kota besar lainnya di Propinsi Jawa Timur bahkan seluruh Indonesia dan jika mungkin keluar negeri. Hal lain yang dapat dilakukan yaitu memanfaatkan teknologi informasi dengan melakukan promosi melalui media cetak maupun elektronik seperti televisi dan radio serta internet Strategi ketiga, Penyuluhan tentang pentingnya pelestarian lingkungan, penanggulangan bencana alam dan bahaya pencemaran. Strategi tersebut termasuk kedalam strategi WT (Weaknesses-Thread) yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman. Sebagian masyarakat pesisir Pantai Prigi masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Untuk itu, sosialisi mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam sangatlah penting. Selain untuk menjaga kondisi dan keaslian alam itu sendiri, hal tersebut juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ekosistem bagi kelangsungan hidup mereka sendiri karena semakin banyak kegiatan yang dilakukan oleh manusia, apalagi yang tidak mengerti akan kelestarian lingkungan, maka akan membawa dampak buruk bagi lingkungan itu sendiri, dan akhirnya dapat merugikan manusia. Penyuluhan yang dilakukan secara intensif kepada masyarakat sekitar dapat menjadi alternatif untuk mengurangi atau bahkan meniadakan efek negatif yang ditimbulkan manusia kepada lingkungan. Selain itu diperlukan juga penyuluhan tentang penanggulangan bahaya yang ditimbulkan oleh bencana alam. Dengan adanya penyuluhan tersebut diharapkan nantinya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan meningkat, serta pengetahuan tentang pencegahan bahaya bencana alam dapat diterapkan. Alternatif lain adalah dengan melakukan pemasangan papan pengumuman cara menghindari ancaman tsunami. Dengan adanya papan pengumuman ini diharapkan implementasi dari program penanggulangan bencana tsunami lebih mudah dilaksanakan.

89 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pantai Prigi memiliki potensi sumberdaya alam yang dapat dikembangkan menjadi kawasan ekowisata pantai. Kegiatan wisata pantai yang dapat dilakukan di kawasan ini antara lain berenang, berjemur, rekreasi pantai seperti jalan-jalan, foto-foto, dan olahraga seperti voli pantai ataupun sepakbola pantai. 2. Nilai Daya Dukung Kawasan(DDK) di Pantai Prigi adalah sebesar 40 orang/hari untuk berenang, 40 orang/hari untuk berjemur, 20 orang/hari untuk rekreasi pantai dan 50 orang per hari untuk olahraga air. Pengunjung riil Pantai Prigi yang berjumlah 95 orang setiap minggunya, sehingga Pantai Prigi masih dapat menampung lebih banyak pengunjung. Karena itu diperlukan adanya peningkatan promosi wilayah dan perbaikan serta penambahan sarana dan prasarana di kawasan wisata Pantai Prigi yang nantinya akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata Pantai Prigi. 3. Permasalahan dalam pengembangan ekowisata pantai di kawasan Pantai Prigi adalah kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah, kondisi sarana-prasana dan fasilitas penunjang yang tidak terawat, serta masih bercampurnya kegiatan wisata dengan kegiatan perikanan yang dilakukan oleh masyarakat. 4. Strategi utama yang harus dilakukan agar dapat mewujudkan kawasan Pantai Prigi sebagai kawasan ekowisata pantai dibagi menjadi tiga strategi utama, yaitu : a. Penataan wilayah dengan membentuk sistem zonasi untuk kegiatan wisata dan kegiatan perikanan yang dilakukan masyarakat. b. Peningkatan promosi Pantai Prigi termasuk mengadakan program wisata budaya. c. Penyuluhan tentang pentingnya pelestarian lingkungan, penanggulangan bencana alam dan bahaya pencemaran.

90 5.2. Saran Saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk pengembangan ekowisata pantai di Pantai Prigi adalah sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam seperti analisis mengenai biota perairan dan analisis oseanografi yang lebih menekankan kepada keadaan laut di waktu-waktu tertentu serta dapat mengidentifikasi jenis-jenis biota perairan yang ada di laut agar dapat diperoleh data-data yang lebih akurat dan detail dalam pengembangan kawasan ekowisata pantai. 2. Pengelola hendaknya memperhatikan Daya Dukung Kawasan (DDK) yang sudah ditentukan serta penataan kawasan agar pengembangan wisata pantai diwilayah ini dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan. 3. Perlu diadakan promosi yang lebih gencar lagi terutama kota-kota besar di Jawa Timur seperti Surabaya dan Malang agar kawasan wisata Pantai Prigi semakin dikenal luas terutama untuk wilayah luar Kabupaten Trenggalek.

91 DAFTAR PUSTAKA Bengen, D. G Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut serta Pengelolaan Secara Terpadu dan Berkelanjutan. (Makalah). Disampaikan pada Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Bogor, 29 Oktober 3 November BPS (Badan Pusat Statistik) Tulungagung Kabupaten Tulungagung Dalam Angka Tulungagung : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung. Dahuri, R Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Damanik, J. dan H. F. Weber Perencanaan Ekowisata : Dari Teori ke Aplikasi. PUSPAR UGM & Penerbit ANDI Yogyakarta. Yogyakarta Garrod, B dan J. C. Wilson Nature on the Edge? Marine Ecotourism in Peripheral Coastal Areas. Journal of Sustainable Tourism Vol. 12, No. 2, Hantoro, W.S Pengaruh Karakteristik Laut dan Pantai Terhadap Perkembangan Kawasan Kota Pantai. (Prosiding). Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI. Bandung. Informasi Kepariwisataan Kabupaten Trenggalek Dinas Perhubungan dan Pariwisata. Trenggalek. Kajian Potensi Wisata Bahari di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna. (Laporan Akhir) Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP II) CRITC LIPI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Perairan dan Lingkungan, Universitas Riau. Kumpulan Data Informasi dan Arsip Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi Tahun Departemen Kelautan dan Perikanan. Trenggalek. Lasabuda, R Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu Berbasis Masyarakat (suatu tuntutan di era otonomi daerah). Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

92 Master Plan Kawasan Wisata Pantai Prigi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Trenggalek. META, Planning for Marine Ecotourism in the UE Atlantic Area. University of the West England, Bristol. Nancy, E Kajian Pengelolaan Kawasan Wisata Yang Berkelanjutan Pada Danau Lido Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Skripsi). Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ortolano, L Environt Planning and Decision Making. John Wiley and Son Publisher. New York. Prakoso, V Kajian Sumberdaya Ekowisata Bahari di Pulau Sebesi, Desa Tejang, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung selatan. (Skripsi). Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pradnyamita, I Kajian Mengenai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir di Kota Denpasar Ditinjau Dari Aspek Perikanan dan Pariwisata Dihubungkan Dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar. (Skripsi). Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rangkuti, F Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. cet ke-10. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pesisir Prigi Kabupaten Trenggalek Satker Dinas Kelautan dan Perikanan. Trenggalek : Departemen Kelautan dan Perikanan. Yulianda, F Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Disampaikan pada Seminar Sains 21 Februari 2007 pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK. IPB www. elisa.ugm.ac.id (28 Februari 2008)

93 L A M P I R A N

94 Lampiran 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pantai Prigi

95 Lampiran 2. Matriks analisa kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi di Pantai Prigi. Matriks analisa kesesuaian lahan Stasiun 1 No. Parameter Bobot Nilai Skor 1 Kedalaman Perairan (m) Tipe Pantai 5 Pasir Putih Lebar pantai (m) Material Dasar perairan 4 Pasir Kecepatan arus(m/s) Kemiringan (o) Kecerahan (m) Penutupan Lahan 3 kelapa, lahan terbuka Biota Berbahaya 3 tidak ada ketersediaan Air Tawar (jarak Km) Total 143 % Tingkat Kesesuaian S1 Matriks analisa kesesuaian lahan Stasiun 2 No. Parameter Bobot Nilai Skor 1 Kedalaman Perairan (m) Tipe Pantai 5 Pasir Putih Lebar pantai (m) Material Dasar perairan 4 Pasir Kecepatan arus(m/s) Kemiringan (o) Kecerahan (m) Penutupan Lahan 3 kelapa, lahan terbuka Biota Berbahaya 3 tidak ada ketersediaan Air Tawar (jarak Km) Total 138 % Tingkat Kesesuaian S1

96 Matriks kesesuaian lahan Stasiun 3 No. Parameter Bobot Nilai Skor 1 Kedalaman Perairan (m) Tipe Pantai 5 Pasir Putih Lebar pantai (m) Material Dasar perairan 4 Pasir Kecepatan arus(m/s) Kemiringan (o) Kecerahan (m) Penutupan Lahan 3 kelapa, lahan terbuka Biota Berbahaya 3 tidak ada ketersediaan Air Tawar (jarak Km) Total 141 % Tingkat Kesesuaian S1 Matriks kesesuaian lahan Stasiun 4 No. Parameter Bobot Nilai Skor 1 Kedalaman Perairan (m) Tipe Pantai 5 Pasir Putih Lebar pantai (m) Material Dasar perairan 4 Pasir Kecepatan arus(m/s) Kemiringan (o) Kecerahan (m) Penutupan Lahan 3 kelapa, lahan terbuka Biota Berbahaya 3 tidak ada ketersediaan Air Tawar (jarak Km) Total 134 % Tingkat Kesesuaian S1

97 Matriks kesesuaian lahan stasiun 5 No. Parameter Bobot Nilai Skor 1 Kedalaman Perairan (m) Tipe Pantai 5 Pasir Putih Lebar pantai (m) Material Dasar perairan 4 Pasir Kecepatan arus(m/s) Kemiringan (o) Kecerahan (m) Penutupan Lahan 3 kelapa, lahan terbuka Biota Berbahaya 3 tidak ada ketersediaan Air Tawar (jarak Km) Total 134 % Tingkat Kesesuaian S1 Matriks kesesuaian lahan Stasiun 6 No. Parameter Bobot Nilai Skor 1 Kedalaman Perairan (m) Tipe Pantai 5 Pasir Putih Lebar pantai (m) Material Dasar perairan 4 Pasir Kecepatan arus(m/s) Kemiringan (o) Kecerahan (m) Penutupan Lahan 3 kelapa, lahan terbuka Biota Berbahaya 3 tidak ada ketersediaan Air Tawar (jarak Km) 3 1, Total 131 % Tingkat Kesesuaian S1

98 Matriks kesesuaian lahan Stasiun 7 No. Parameter Bobot Nilai Skor 1 Kedalaman Perairan (m) Tipe Pantai 5 Pasir Putih Lebar pantai (m) Material Dasar perairan 4 Pasir Kecepatan arus(m/s) Kemiringan (o) Kecerahan (m) Penutupan Lahan 3 kelapa, lahan terbuka Biota Berbahaya 3 tidak ada ketersediaan Air Tawar (jarak Km) Total 131 % Tingkat Kesesuaian S1 Matriks kesesuaian lahan Stasiun 8 No. Parameter Bobot Nilai Skor 1 Kedalaman Perairan (m) Tipe Pantai 5 Pasir Putih Lebar pantai (m) Material Dasar perairan 4 Pasir Kecepatan arus(m/s) Kemiringan (o) Kecerahan (m) Penutupan Lahan 3 kelapa, lahan terbuka Biota Berbahaya 3 Bulu babi ketersediaan Air Tawar (jarak Km) Total 132 % Tingkat Kesesuaian S1

99 Matriks kesesuaian lahan Stasiun 9 No. Parameter Bobot Nilai Skor 1 Kedalaman Perairan (m) Tipe Pantai 5 Pasir Putih Lebar pantai (m) Material Dasar perairan 4 Pasir Kecepatan arus(m/s) Kemiringan (o) Kecerahan (m) Penutupan Lahan 3 kelapa, lahan terbuka Biota Berbahaya 3 Bulu babi ketersediaan Air Tawar (jarak Km) Total 132 % Tingkat Kesesuaian S1 Matriks kesesuaian lahan stasiun 10 No. Parameter Bobot Nilai Skor 1 Kedalaman Perairan (m) Tipe Pantai 5 Pasir Putih Lebar pantai (m) Material Dasar perairan 4 Pasir Kecepatan arus(m/s) Kemiringan (o) Kecerahan (m) Penutupan Lahan 3 kelapa, lahan terbuka Biota Berbahaya 3 tidak ada ketersediaan Air Tawar (jarak Km) Total 135 % Tingkat Kesesuaian S1

100 Lampiran 3. Daya Dukung Kawasan di Pantai Prigi Lp Wt DDK Kx x Lt Wp DDK : Berenang DDP Berjemur DDP : 1 orang x 1000 m / 50 m x 2 = 40 orang : 0,1 x DDK = 0,1 x 100 = 4 orang : 1 orang x 1000 m / 50 m x 2 = 40 orang : 0,1 x DDK = 0,1 x 100 = 4 orang Rekreasi Pantai : 1 orang x 500 m / 50 m x 2 = 20 orang DDP : 0,1 x DDK = 0,1 x 100 = 2 orang Olahraga air DDP : 1 orang x 1250 m / 50 m x 2 = 50 orang : 0,1 x DDK = 0,1 x 100 = 5 orang

101 Lampiran 4. Beberapa Parameter Fisik yang diukur Kecepatan Arus(m/s) parameter fisik SS 1 SS 2 SS 3 Kedalaman(m) Kecerahan(m) UL St. 1 UL UL UL St. 2 UL UL UL St. 3 UL UL UL St. 4 UL UL UL St. 5 UL UL UL St. 6 UL UL UL St. 7 UL UL UL St. 8 UL UL UL St. 9 UL UL UL St. 10 UL UL

102 St. 1 St. 2 St. 3 St. 4 St. 5 St. 6 St. 7 St. 8 St. 9 St. 10 Lampiran 5. Kondisi lokasi pada saat pengambilan sampel Tipe Pantai Material Dasar Pentutupan Lahan Pantai SS 1 SS 2 SS 3 SS1 SS 2 SS 3 SS 1 SS 2 SS 3 UL 1 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus Kelapa, Kelapa, Kelapa, UL 2 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus lahan lahan lahan UL 3 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus terbuka terbuka terbuka UL 1 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus Kelapa, Kelapa, Kelapa, UL 2 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus lahan lahan lahan UL 3 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus terbuka terbuka terbuka UL 1 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus Kelapa, Kelapa, Kelapa, UL 2 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus lahan lahan lahan UL 3 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus terbuka terbuka terbuka UL 1 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus Kelapa, Kelapa, Kelapa, UL 2 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus lahan lahan lahan UL 3 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus terbuka terbuka terbuka UL 1 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus Kelapa, Kelapa, Kelapa, UL 2 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus lahan lahan lahan UL 3 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus terbuka terbuka terbuka UL 1 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus Kelapa, Kelapa, Kelapa, UL 2 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus lahan lahan lahan UL 3 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus terbuka terbuka terbuka UL 1 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus Kelapa, Kelapa, Kelapa, UL 2 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus lahan lahan lahan UL 3 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus terbuka terbuka terbuka UL 1 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus Kelapa, Kelapa, Kelapa, UL 2 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus lahan lahan lahan UL 3 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus terbuka terbuka terbuka UL 1 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus Kelapa, Kelapa, Kelapa, UL 2 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus lahan lahan lahan UL 3 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus terbuka terbuka terbuka UL 1 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus Kelapa, Kelapa, Kelapa, UL 2 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus lahan lahan lahan UL 3 pasir pasir pasir pasir halus pasir halus pasir halus terbuka terbuka terbuka Biota Berbahaya Ketersediaan Air Tawar (jarak Km) tidak ada 0.35 tidak ada 0.15 tidak ada 0.3 tidak ada 0.55 tidak ada 0.8 tidak ada 1.05 tidak ada 1.3 bulu babi 1.6 bulu babi 1.8 tidak ada 2.05

103 Lampiran 6. Kuesioner untuk pengelola dan instansi terkait di Pantai Prigi Kuesioner untuk Pengelola dan Instansi terkait Nama Instansi :.. Alamat Instansi :.. Keterlibatan Instansi Persepsi Instansi tentang sarana dan prasarana di Pantai Prigi Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di kawasan Pantai Prigi Persepsi Instansi terhadap kegiatan wisata pantai di Pantai Prigi Harapan dari kegiatan wisata pantai di Pantai Prigi Apakah terdapat lembaga lokal/aturan lokal yang mengatur tentang pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir di wilayah ini?... Legalitas aturan lokal beserta pelaksanaannya... - Apakah hukum adat / aturan lokal itu tertulis atau atau tidak? - Tingkat pengakuan masyarakat terhadap hukum adat/tradisi tersebut? - Apabila terjdi permasalahan dalam pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir, apakah yang akan dilakukan dilakukan oleh instansi untuk menyelesaikan masalah tersebut? - Apakah terdapat aturan-aturan informal (nilai-nilai lokal) yang mendukung pengembangan ekowisata? - Aturan seperti apa yang mendukung pengembangan ekowisata dilihat dari nilai lokal yang berkembang di masyarakat? Isu-isu yang berkembang di kawasan Pantai Prigi terutama terkait dengan kegiatan wisata pantai... Kebijakan pengelolaan yang dilakukan di Pantai Prigi terkait dengan kegiatan wisata pantai...

104 Lampiran 7. Kuesioner untuk masyarakat Pantai Prigi I. Identitas dan Karakteristik Masyarakat Nama :... Kuesioner untuk masyarakat sekitar Jenis Kelamin : laki-laki perempuan Umur :... tahun Pendidikan : SD SLTP SLTA D3 S1... Pekerjaan Utama : Pekerjaan Sampingan : Pendapatan per bulan : < 500 ribu > 2 juta (sebutkan) ribu 1 juta Lainnya 1 juta 2 juta Status dalam keluarga : suami istri anak Jumlah tanggungan :... orang II. Persepsi mengenai ekowisata Bagaimana persepsi bapak / ibu mengenai potensi wisata di Pantai Prigi: a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak tahu Apakah bapak / ibu pernah mendengar tentang istilah ekowisata : a. Ya b. Tidak Jika ya, menurut bapak / ibu apabila ekowisata dikembangkan di daerah ini, manfaat apa yang akan diperoleh : a. Potensi sumberdaya yang ada dapat dikembangkan b. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Pantai Prigi c. Adanya lapangan kerja baru d. Meningkatnya pendapatan masyarakat e. Sarana dan prasarana di Pantai Prigi dapat ditingkatkan f.... Apakah kawasan Pantai Prigi ini termasuk daerah ekowisata : a. ya b. tidak c. tidak tahu III. Keterlibatan masyarakat dalam aktivitas wisata pantai a. Apa saja kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Pantai Prigi? b. Jika ada kegiatan wisata di Pantai Prigi, apakah bapak / ibu ingin terlibat dalam kegiatan wisata tersebut? Ya / Tidak Jika ya, apa alasan bapak / ibu terlibat dalam kegiatan wisata? Apa harapan bapak / ibu dari adanya kegiatan wisata, terutama wisata bahari? Menurut bapak / ibu, bagaimana kesadaran masyarakat di Pantai Prigi akan pentingnya kelestarian lingkungan :

105 a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak tahu ***Persepsi terhadap sarana dan prasarana = 1. Penginapan / Homestay : a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak tahu 2. Air bersih / Air tawar : a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak tahu 3. Transportasi : a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak tahu 4. Kios makanan dan minuman : a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak tahu 5. Jalan : a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak tahu 6. Instalasi Listrik : a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak Tahu IV. Potensi dan Permasalahan Sumberdaya Alam (SDA) 1. Apa saja daya tarik sumberdaya untuk wisata di Pantai Prigi? a. Pantai b. Pasir Pantai c. Air Laut d. Tumbuhan Pesisir e. Hutan f Kondisi SDA untuk ekowisata pantai : 1. Keindahan pantai : a. Kurang (tidak ada panorama) b. Cukup (panorama cukup indah) c. Baik (panorama indah, laut jernih) d. Sangat Baik (Panorama indah, laut yang jernih, ombak yang besar) e. Tidak tahu 2. Kondisi pasir pantai :

106 a. Kurang (abu-abu kehitaman) b. Cukup (Coklat kehitaman) c. Baik (coklat) d. Sangat Baik (warna putih kecoklatan) e. Tidak tahu 3. Kejernihan air laut : f. Kurang (sangat keruh) g. Cukup (keruh) h. Baik (terlihat tidak sampai dasar) i. Sangat Baik (terlihat sampai dasar) j. Tidak tahu Apa saja permasalahan yang timbul pada sumberdaya alam dan lingkungan Pantai Prigi?... Apakah di Pantai Prigi masih ada kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan racun atau bom? a. Ya b. Tidak c. Tidak Tahu Jika ya, apakah sudah ada pemecahan untuk permasalahan tersebut?... Seperti apa bentuk pemecahan masalah tersebut?... Kegiatan apa saja yang dilakukan di wilayah ekosistem pesisir Pantai Prigi?... Ancaman apa saja yang timbul di wilayah ekosistem pesisir Pantai Prigi?... Adakah tindak lanjut untuk menanggulangi ancaman-ancaman tersebut?... Apakah ada pengelolaan terhadap sumberdaya dan lingkungan pesisir di Pantai Prigi? a. Ya b. Tidak Jika ya, apa saja pengelolaan yang dilakukan?... Jika tidak, menurut bapak / ibu, apa saja pengelolaan yang perlu dilakukan?...

107 Lampiran 8. Kuesioner untuk pengunjung Pantai Prigi I. Identitas dan Karakteristik Pengunjung Nama :... Kuesioner untuk Pengunjung Jenis Kelamin : laki-laki perempuan Umur :... tahun Asal :... Pendidikan : SD SLTP SLTA D3 S1... Pekerjaan Utama : Pekerjaan Sampingan : Pendapatan per bulan : < 500 ribu > 2 juta 500 ribu 1 juta... 1 juta 2 juta Status dalam keluarga : suami istri anak Jumlah tanggungan :... orang II. Keterlibatan Pengunjung dalam Aktivitas Wisata Pantai Selain Pantai Prigi, pantai apalagi yang pernah Anda kunjungi? Kegiatan yang dilakukan : penelitian wisata lainnya (sebutkan) Datang bersama siapa : Menginap/tidak : ya tidak ** Bila menginap, dimana : penginapan lainnya (sebutkan) Alasan menginap : Frekuensi kunjungan : 1x setahun 2x setahun > 2x setahun III. Persepsi Mengenai Ekowisata Apakah Anda pernah mendengar tentang istilah ekowisata? c. Ya d. Tidak Jika ya, apabila ekowisata dikembangkan di daerah ini, manfaat apa yang akan diperoleh : g. Potensi sumberdaya yang ada dapat dikembangkan h. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Pantai Prigi i. Adanya lapangan kerja baru j. Meningkatnya pendapatan masyarakat k. Sarana dan prasarana di Pantai Prigi dapat ditingkatkan l.... m. Setujukah Anda bila ekowisata dikembangkan di daerah ini : a. Setuju b. Tidak Setuju Jika setuju, apa alasannya? ***Pengalaman berkunjung ke Pantai Prigi = Sambutan masyarakat : a. Baik sekali

108 b. Baik c. Cukup d. Kurang Baik ***Persepsi terhadap sarana dan prasarana = 1. Penginapan / Homestay : a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak Tahu 2. Air bersih / Air Tawar : a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak Tahu 3. Transportasi : a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak Tahu 4. Kios Makanan dan Minuman : a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak Tahu 5. Jalan : a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak Tahu 6. Pelayanan : a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak Tahu 7. Instalasi Listrik : a. Kurang b. Cukup c. Baik d. Sangat Baik e. Tidak Tahu

109 Lampiran 9. Karakteristik responden pengunjung di Pantai Prigi No Uraian jumlah responden Persentase (%) 1 Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Total Selang Usia a b c d e f Total Asal : a. Trenggalek b. Tulungagung 7 23 c. Kediri 3 10 d. Ponorogo 2 7 Total Pendidikan : a. SD 4 13 b. SLTP 2 7 c. SLTA 7 23 d. D e. S f. S2 0 0 g. S3 0 0 Total Pekerjaan : a. PNS b. Buruh 6 20 c. Pelajar/Mahasiswa 4 13 d. Pengangguran 2 7 e. Wiraswasta 2 7 Total Pendapatan Per bulan : <500 ribu ribu-1 juta juta-2 juta >2 juta 3 10 belum memiliki pendapatan 6 20 Total

110 Lanjutan lampiran 9. 7 Status dalam keluarga : a. Suami 8 27 b. Istri c. Anak 7 23 Total Kegiatan yang dilakukan : a. Wisata b. Penelitian 0 0 c. Lainnya 0 0 Total Menginap / tidak : a. Menginap 0 0 b. Tidak Total Apakah anda pernah mendengar istilah ekowisata? a. Ya b. Tidak Total Menurut anda, jika ekowisata dikembangkan didaerah ini, manfaat apa yang akan diperoleh? a. Potensi sumberdaya yang ada dapat dikembangkan, banyak wisatawan yang berkunjung ke Pulau Sebesi, adanya lapangan kerja baru, meningkatnya pendapatan masyarakat, sarana dan prasarana di Pulau Sebesi dapat ditingkatkan Total Setujukah Anda bila ekowisata dikembangkan di daerah ini? a. Setuju b. Tidak setuju 0 0 c. Tidak tahu 0 0 Total Persepsi pengunjung : I. Sambutan masyarakat : a. Kurang 2 7 b. Cukup 2 7 c. Baik d. Sangat baik 8 27 e. Tidak tahu 0 0 Total

111 Lanjutan lampiran 9. II. Penginapan / homestay : a. Kurang 2 7 b. Cukup 9 30 c. Baik d. Sangat baik 0 0 e. Tidak tahu 4 13 Total III. Air bersih / tawar : a. Kurang 4 13 b. Cukup 5 17 c. Baik d. Sangat baik 4 13 e. Tidak tahu 0 0 Total IV. Transportasi : a. Kurang 1 3 b. Cukup 7 23 c. Baik d. Sangat baik 1 3 e. Tidak tahu 3 11 Total V. Kios makanan dan minuman : a. Kurang 0 0 b. Cukup c. Baik d. Sangat baik 3 10 e. Tidak tahu 0 0 Total VI. Jalan : a. Kurang 7 23 b. Cukup c. Baik d. Sangat baik 2 7 e. Tidak tahu 0 0 Total VII. Pelayanan : a. Kurang 2 7 b. Cukup 8 26 c. Baik d. Sangat baik 2 7 e. Tidak tahu 0 0 Total

112 Lanjutan lampiran 9. VIII. Instalasi listrik : a. Kurang 1 3 b. Cukup c. Baik d. Sangat baik 2 7 e. Tidak tahu 0 0 Total

113 Lampiran 10. Karakteristik responden masyarakat di Pantai Prigi No. Uraian Jumlah responden Persentase (%) 1 Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Total Selang Usia a b c d e f Total Pendidikan : a. SD b. SLTP 7 23 c. SLTA 7 23 d. Tidak sekolah 1 4 Total Pekerjaan: a. Buruh 6 20 b. Nelayan c. Pedagang 7 23 d. Penjaga Kios 3 10 e. Wiraswasta 1 4 Total Pendapatan per bulan : a. <500 ribu b. 500 ribu 1 juta c. 1 2 juta 1 4 d. > 2 juta 0 0 e. Lainnya 0 0 Total Status dalam keluarga : a. Suami b. Istri 9 30 c. Anak 5 17 Total Apakah anda pernah mendengar istilah ekowisata? a. Ya 1 4 b. Tidak Total

114 Lanjutan lampiran Keterlibatan dalam kegiatan wisata : a. Terlibat b. Tidak terlibat Total Alasan keterlibatan dalam kegiatan wisata : a. Penghasilan tambahan b. Pekerjaan alternative 0 0 Total Persepsi terhadap sarana dan prasarana I. Penginapan / homestay : a. Kurang 0 0 b. Cukup 4 13 c. Baik d. Sangat baik e. Tidak tahu 1 3 Total II. Air bersih / tawar : a. Kurang 0 0 b. Cukup 0 0 c. Baik d. Sangat baik 8 27 e. Tidak tahu 0 0 Total III. Transportasi : a. Kurang 0 0 b. Cukup c. Baik 9 30 d. Sangat baik 5 17 e. Tidak tahu 0 0 Total IV. Kios makanan dan minuman : a. Kurang 2 6 b. Cukup 8 27 c. Baik d. Sangat baik 8 27 e. Tidak tahu 0 0 Total V. Jalan : a. Kurang 2 6 b. Cukup c. Baik d. Sangat baik 4 13 e. Tidak tahu 0 0 Total

115 Lanjutan lampiran Kondisi sumberdaya alam : I. Keindahan pantai : a. Kurang 0 0 b. Cukup 2 6 c. Baik d. Sangat baik e. Tidak tahu 0 0 Total II. Kondisi pasir pantai: a. Kurang 0 0 b. Cukup 0 0 c. Baik d. Sangat baik e. Tidak tahu 0 0 Total III. Kejernihan air laut : a. Kurang 0 0 b. Cukup 0 0 c. Baik 5 17 d. Sangat baik e. Tidak tahu 0 0 Total Permasalahan pada sumberdaya alam: a. Polusi udara b. Kerusakan pasir 4 13 c. Pembuangan samapah sembarangan d. Tidak tahu 4 13 Total

116 Lampiran 11. Matriks pembobotan faktor strategis internal dan eksternal Penilaian bobot faktor strategis internal dalam pengelolaan ekosistem pesisir untuk pengembangan kawasan ekowisata pantai di Pantai Prigi Faktor Internal S1 S2 S3 S4 W1 W2 W3 Total Bobot S S S S W W W Total 87 1 Penilaian bobot faktor strategis eksternal dalam pengelolaan ekosistem pesisir untuk pengembangan kawasan ekowisata pantai di Pantai Prigi Faktor Eksternal O1 O2 O3 T1 T2 Total Bobot O O O T T Total 42 1

117 Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian Pantai Prigi Pasir pantai Fasilitas Wisata Pantai Prigi Kios Makanan dan Minuman Kegiatan Penjemuran Ikan Sarana Transportasi

118 Lampiran 12 (Lanjutan) Tempat Pengolahan Ikan Puskesmas Watulimo Sekolah Menengah Pertama Sekolah Dasar Jalan Koridor di Pantai Prigi Tempat Ibadah di Pantai Prigi

119 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surabaya tanggal 11 September 1986, merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak (Alm) Ade Irsyaf Rustam dan Ibu Ririn Sulih Andarwati. Pendidikan formal pertama diawali dari TK Yaspen Tugu Ibu Depok ( ), SD Yaspen Tugu Ibu Depok ( ), SLTP Negeri 3 Depok ( ), dan SMA Negeri 3 Depok ( ). Semasa menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten luar biasa Mata Kuliah Avertebrata Air (2006, 2007), serta aktif dalam kepengurusan HIMASPER masa bakti dan di Bidang Minat dan Bakat. Penulis juga menjadi salah satu pendiri Onigiri Japan Club IPB pada tahun Pada tahun 2004 penulis diterima di IPB melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Penulis memilih program studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulis menyusun skripsi dengan judul Kajian Sumberdaya Pantai Untuk Kesesuaian Ekowisata di Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Pantai Kawasan pesisir

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Pantai Kawasan pesisir 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Pantai 2.1.1. Kawasan pesisir Menurut Dahuri (2003b), definisi kawasan pesisir yang biasa digunakan di Indonesia adalah suatu wilayah peralihan antara daratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. peralihan antara daratan dan lautan. Ditinjau dari garis pantai (Coastline), suatu

TINJAUAN PUSTAKA. peralihan antara daratan dan lautan. Ditinjau dari garis pantai (Coastline), suatu TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Pesisir Menurut Dahuri (2003) ekosistem perairan laut dapat dibagi menjadi dua, yaitu perairan laut pesisir, yang meliputi paparan benua, dan laut lepas atau laut oseanik. Ada

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Pesisir dan Pantai

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Pesisir dan Pantai 7 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Pesisir dan Pantai Dahuri et al. (2004) mendefinisikan kawasan pesisir sebagai suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (shore

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Karakteristik Wilayah Pesisir Wilayah pesisir merupakan zona penting karena pada dasarnya tersusun dari berbagai macam ekosistem seperti mangrove, terumbu karang,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Wilayah Pantai Kawasan Pesisir

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Wilayah Pantai Kawasan Pesisir 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Wilayah Pantai 2.1.1. Kawasan Pesisir Menurut Dahuri (2003), definisi kawasan pesisir yang biasa digunakan di Indonesia adalah suatu wilayah peralihan antara

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 13 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Santolo, Kabupaten Garut. Pantai Santolo yang menjadi objek penelitian secara administratif berada di dua

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi wilayah pesisir menurut Soegiarto (1976) yang diacu oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi wilayah pesisir menurut Soegiarto (1976) yang diacu oleh TINJAUAN PUSTAKA Kawasan Pesisir dan Pantai Defenisi wilayah pesisir menurut Soegiarto (1976) yang diacu oleh Dahuri, dkk. (2004) adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. WILAYAH. NASIONAL. Pantai. Batas Sempadan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mangrove Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pulau pulau kecil merupakan arah kebijakan baru nasional dibidang kelautan. Berawal dari munculnya Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Ekowisata Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah memilikikontribusi ekonomi yang cukup penting bagi kegiatan pembangunan. Olehkarenanya, sektor ini

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1. Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Potensi sumberdaya lahan pesisir di Kepulauan Padaido dibedakan atas 3 tipe. Pertama adalah lahan daratan (pulau). Pada pulau-pulau berpenduduk,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara bahari dan negara kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati laut terbesar (mega marine biodiversity) (Polunin, 1983).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan TINJAUAN PUSTAKA Danau Perairan pedalaman (inland water) diistilahkan untuk semua badan air (water body) yang ada di daratan. Air pada perairan pedalaman umumnya tawar meskipun ada beberapa badan air yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.500 pulau dan memiliki garis panjang pantai terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas garis pantai yang panjang + 81.000 km (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2007), ada beberapa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan laut yang masih di pengaruhi pasang dan surut air laut yang merupakan pertemuan anatara darat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU Zonasi Wilayah Pesisir dan Lautan PESISIR Wilayah pesisir adalah hamparan kering dan ruangan lautan (air dan lahan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa serta dikelilingi oleh ratusan pulau-pulau kecil yang disebut Gili (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI Oleh Gesten Hazeri 1, Dede Hartono 1* dan Indra Cahyadinata 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih 17.000 buah pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai mencapai hampir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perencanaan Lanskap Lanskap dapat diartikan sebagai bentang alam (Laurie, 1975). Lanskap berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat hubungan totalitas

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 14 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Lampuuk Kabupaten Aceh Besar, Provinsi NAD. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak pada 5,2º-5,8º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki potensi sumberdaya kelautan dan pesisir yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab III. III. III. IV. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK Penelitian tentang karakter morfologi pantai pulau-pulau kecil dalam suatu unit gugusan Pulau Pari telah dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang diperkirakan memiliki kurang lebih 17 504 pulau (DKP 2007), dan sebagian besar diantaranya adalah pulau-pulau kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN Sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 13 ribu pulau, Indonesia layak disebut sebagai negara dengan potensi bahari terbesar di dunia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN WISATA PANTAI CEROCOK PAINAN, KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATERA BARAT

KAJIAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN WISATA PANTAI CEROCOK PAINAN, KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATERA BARAT KAJIAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN WISATA PANTAI CEROCOK PAINAN, KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATERA BARAT OKTADYA HANDAYANI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai keanekaragaman

Lebih terperinci

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR Oleh: PROJO ARIEF BUDIMAN L2D 003 368 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan basah memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia dan lingkungan. Fungsi lahan basah tidak saja dipahami sebagai pendukung kehidupan secara langsung seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pakar dan praktisi yang berpendapat bahwa di milenium ketiga, industri jasa akan menjadi tumpuan banyak bangsa. John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari beberapa gugusan pulau mulai dari yang besar hingga pulau yang kecil. Diantara pulau kecil tersebut beberapa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut dan hampir sepertiga penduduknya mendiami daerah pesisir pantai yang menggantungkan hidupnya dari

Lebih terperinci

Hutan Mangrove Segara Anakan Wisata Bahari Penyelamat Bumi

Hutan Mangrove Segara Anakan Wisata Bahari Penyelamat Bumi Hutan Mangrove Segara Anakan Wisata Bahari Penyelamat Bumi Cilacap merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah yang terkenal dengan kota industrinya yang menjadikan Cilacap sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berlokasi di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Desa Gili Indah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan

Lebih terperinci

3.1 Metode Identifikasi

3.1 Metode Identifikasi B A B III IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR DAS PENYEBAB KERUSAKAN KONDISI WILAYAH PESISIR BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT PESISIR 3.1 Metode Identifikasi Identifikasi adalah meneliti,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M.

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. MUNTADHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir Daerah peralihan (interface area) antara ekosistem daratan dan laut. Batas ke arah darat: Ekologis: kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wilayah pesisir dan pengembangan pariwisata pesisir 2.1.1 Wilayah pesisir Pada umumnya wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Berdasarkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumberdaya pesisir dan laut, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang adalah struktur di dasar laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia dan terletak pada iklim tropis memiliki jenis hutan yang beragam. Salah satu jenis hutan

Lebih terperinci