6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tamba

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tamba"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. DASAR HUKUM Beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sijunjung, meliputi : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1646) Jo Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260); 5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); I - 1

2 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469); 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470); 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3406); 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); I - 2

3 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 14. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan, dan Kabupaten Pasaman Barat di Propinsi Sumatera Barat; 15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 134 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477); 16. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411); 18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433); I - 3

4 20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 444); 22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 23.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739); 26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746 ); I - 4

5 27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 28. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 29. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 30. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 31. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan 32. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 33. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 34. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959); 35. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 I - 5

6 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 36. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1990 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Dati II Sawahlunto, Kabupaten Dati II Sawahlunto/Sijunjung, dan Kabupaten Dati II Solok; 37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660); 38. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776); 39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk RTRW (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3034); 40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3952); 41. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452); 42. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran I - 6

7 Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490); 43. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 44. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624); 45. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 46. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696); 47. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 48. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Perubahan Nama Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung menjadi Kabupaten Sijunjung Propinsi Sumatera Barat; I - 7

8 49. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 50. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 51. Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; 52. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; 53. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah; 54. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang Perubahan Peruntukan dan fungsi kawasan hutan; 55. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 56. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan; 57. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan kegiatan Usaha Pertambangan; 58. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan; 59. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 16 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten. I - 8

9 1.2. PROFIL WILAYAH KABUPATEN SIJUNJUNG Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu dari 19 (sembilan belas) kabupaten/kota di Sumatera Barat, terletak diantara LS LS dan BT BT dengan ketinggian dari permukaan laut antara meter. Kabupaten Sijunjung berada di bagian Timur Provinsi Sumatera Barat, pada jalur utama yang menghubungkan Provinsi Riau dan Propinsi Jambi. Mengingat letaknya di persimpangan jalur tersebut, Sijunjung merupakan jalur ekonomi dan jalur pariwisata. Secara administratif wilayah Kabupaten Sijunjung dengan luas Ha meliputi 8 Kecamatan, 60 Nagari dan 1 desa dengan 263 Jorong, yang wilayahnya berbatasan dengan: Sebelah Utara dengan Kab. Tanah Datar dan Lima Puluh Kota, Sebelah Timur dengan Kabupaten Kuantan Singingi (Prov.Riau), Sebelah Selatan dengan Kabupaten Dhamasraya, dan Sebelah Barat dengan Kabupaten Solok dan Kota Sawahlunto TABEL 1.1: PEMBAGIAN KECAMATAN DI KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010 NO KECAMATAN LUAS WILAYAH PERSENTASE JUMLAH JUMLAH JUMLAH (Ha) THD LUAS KAB PENDUDUK NAGARI JORONG 1 KAMANG BARU 88, , TANJUNG GADANG 50, , SIJUNJUNG 56,388 18,01 41, LUBUK TAROK 19, , IV NAGARI 12, , KUPITAN 6, , KOTO VII 13, , SUMPUR KUDUS 65, , JUMLAH 313, , Sumber: Kabupaten Sijunjung Dalam Angka Tahun, 2010 dan Hasil Hitung Cepat Sensus Penduduk oleh BPS Ket: 3+1 adalah 3 nagari dan 1 desa I - 9

10 Gambar I.1: Peta Administrasi Kabupaten I - 10

11 Kondisi Fisik Dasar Topografi wilayah Kabupaten Sijunjung memiliki ciri yang berbukit-bukit, terletak pada ketinggian antara 100 sampai m di atas permukaan laut. Secara umum, luasan terbesar Kabupaten Sijunjung berada pada: a. ketinggian <100 mdpl hanya seluas Ha (0,86%) terdapat di Kecamatan Kamang Baru, IV Nagari, Koto VII, dan Sijunjung. b. ketinggian meter dari permukaan laut dengan perkiraan Ha (25,32%) tersebar pada seluruh kecamatan dengan luasan terbesar berada pada Kecamatan Kamang Baru dan yang terkecil berada di Kecamatan Tanjung Gadang. c. ketinggian mdpl seluas Ha( 20,9%) tersebar pada seluruh kecamatan dengan luasan terbesar berada pada Kecamatan Kamang Baru dan yang terkecil berada di Kecamatan Koto VII d. ketinggian mdpl seluas ha (17,15%) tersebar pada seluruh kecamatan dengan luasan terbesar berada pada Kecamatan Sumpur Kudus dan yang terkecil berada pada Kecamatan Koto VII e. ketinggian mdpl seluas (13,91%) tersebar pada seluruh Kecamatan dengan luasan terbesar berada pada Kecamatan Sumpur Kudus dan yang terkecil berada pada Kecamtan Koto VII f. ketinggian mdpl seluas Ha (8,78%) tersebar pada seluruh Kecamatan dengan luasan terbesar berada pada Kecamatan Sumpur Kudus dan yang terkecil berada pada Kecamtan Koto VII g. ketinggian mdpl seluas Ha (5,76 %) tersebar pada seluruh wilayah kecamatan kecuali di Kecamatan Kupitan h. ketinggian mdpl seluas Ha (3,29%) hanya tersebar di Kecamatan Kamang Baru, Sumpur Kudus, Tanjung Gadang, Lubuk Tarok, dan Sijunjung i. ketinggian >800 mdpl seluas Ha (4,12%) hanya tersebar di Kecamatan Kamang Baru, Sumpur Kudus, Tanjung Gadang, Lubuk Tarok, dan Sijunjung. Ketinggian mdpl hanya berada pada Kecamatan Sumpur Kudus. I - 11

12 Gambar I.2: Peta Ketinggian I - 12

13 Dari bentangan alam maka kemiringan/kelerengan Kabupaten Sijunjung saat ini dapat dijelaskan: a. Wilayah dengan kemiringan antara 0,00-3,00 % seluas 417 Ha atau 0,14 % dari luas wilayah, yang dijumpai di Kecamatan IV Nagari, Kamang Baru, dan Tanjung Gadang; b. Wilayah dengan kemiringan antara 3,01-8,00 % seluas Ha atau 11,88 % dari luas wilayah, terdapat hampir di keseluruhan kecamatan dengan jumlah terbesar terdapat di Kecamatan Kamang Baru dan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Tanjung Gadang. c. Wilayah dengan kemiringan antara 8,01-15,00 % seluas Ha atau % dari seluruh luas wilayah, terdapat di seluruh kecamatan dengan luasan terbesar terdapat di kecamatan Kamang Baru dan yang terkecil terdapat di kecamatan Kupitan. d. Wilayah dengan kemiringan antara 15,01-25,00 % seluas Ha atau 28,04 % dari seluruh luas wilayah, yang terdapat di seluruh wilayah kecamatan dengan luasan terbesar terdapat di Kecamatan Tanjung Gadang dan luasan terkecil di Kecamatan Koto VII; e. Wilayah dengan kemiringan antara 25,01-30,00 % seluas Ha atau 0,54 % dari seluruh luas wilayah, terdapat di seluruh wilayah kecuali di Kecamatan Koto VII dan Kecamatan Kupitan; f. Wilayah dengan kemiringan 30-40% seluas Ha atau 3,32 % dari luas wilayah yang hampir terdapat di seluruh wilayah kecamatan kecuali di Kecamatan Koto VII g. Wilayah dengan kemiringan diatas 40,00 % seluas 116,676 Ha atau 37,27 % dari seluruh luas wilayah, merupakan bagian terbesar dari keseluruhan wilayah kabupaten terdapat di seluruh wilayah kecamatan-kecamatan dengan luasan terbesar terdapat di Kecamatan Sumpur Kudus dan yang terkecil di Kecamatan Kupitan. Daerah dengan kemiringan seperti ini merupakan wilayah yang harus dilindungi (dihutankan) agar dapat berfungsi sebagai pelindung hidrologis dan menjaga keseimbangan ekosistim dan lingkungan hidup. I - 13

14 Gambar I.3; Peta Kelerengan I - 14

15 Kondisi Geologi Kabupaten Sijunjung merupakan daerah yang dipenuhi perbukitan dengan lembah yang masih curam. Secara geologi, kabupaten Sijunjung didominasi oleh jenis bebatuan Batu Apung Tufa ( Ha atau 24,45%),, Batu Andesit Campur Tufa (61,833 Ha atau 19,75%), Batu Sabah campur Kwarsa ( Ha atau 19,44%), Batu Napal dan Lempung( atau 11,77%), Batu Napal Gamping ( atau 11,06%), Batu Sabah campur Batu Gamping (24,405 atau 7,8%), serta beberapa jenis batuan lainnya dalam jumlah yang relatif kecil. Keadaan yang demikian menyebabkan sering timbul bencana alam seperti tanah longsor (land slide), gerakan tanah runtuh atau gerakan tanah merayap. Jenis Tanah yang terdapat di Kabupaten Sijunjung adalah: 1. Jenis tanah alluvial disebut juga sebagai tanah tumbuh tanah endapan, kandungan bahan arganiknya rendah, reaksi tanah asam sampai netral, struktur tanahnya pejal atau tanpa struktur dan konsistensinya keras waktu kering, teguh waktu lembab, kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak bergantung pada bahan induknya. Secara keseluruhan tanah alluvial mempuyai sifat fisik kurang baik sampai sedang, sifat kimia sedang sampai baik, sehingga produktivitas tanahnya sedang sampai tinggi. Luasan jenis tanah ini adalah ± 443 Ha (0,15%) hanya terdapat di Kecamatan Kamang Baru 2. Jenis tanah andosol yaitu jenis tanah yang berwarna hitam kelam, sangat sarang, mengandung bahan organik dan lempung tipe amorf, silika, alumina, atau hidroxida besi. Tanah jenis ini sangat gembur dan memilki Ph antara 4,5-6. Luasan tanah jenis ini hanya terdapat di Kecamatan IV Nagari, Koto VII, Kupitan, Sijunjung dan Sumpur Kudus dengan jumlah luasan Ha (6,82%) dari luas wilayah kabupaten I - 15

16 3. Jenis tanah Glei Humus yatu jenis tanah yang pada umumnya mempunyai solum kurang dari satu meter dengan warna umum kelabu kelam sampai hitam, lekat jika basah dan keras jika kering serta mengandung bahan organik lebih dari 3% sehingga Ph nya sedikit asam sampai netral, tingkat kesunburannya sedang dengan derajat kejenuhan basa lebih dari 60%. Luasan tanah jenis ini lebih kurang Ha(14,55%) dari luas wilayah yang ada. Jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Sijunjung, Sumpur Kudus, Tanjung Gadang dan yang terbesar luasannya di Kecamatan Kamang Baru 4. Jenis Tanah Kambisol yaitu jenis tanah yang sedikit mengalami pelapukan dengan bahan induk bertekstur pasir sangat halus (45,45%). Jenis tanah ini terdapat di seluruh wilayah kecamatan dengan luasan terbesar berada di Kecamatan Tanjung Gadang. 5. Jenis tanah Latosol yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut sehingga terjadi pengurangan unsur basa, bahan organik dan silika, dan rata-rata berwarna merah. Jenis tanah ini terdapat di Kecamatan IV Nagari, Kamang Baru, Lubuk Tarok, Sijunjung, dan Tanjung Gadang dengan jumlah luasan keseluruhan Ha (7,38%) dari luas wilayah kabupaten. 6. Jenis tanah podsolik memiliki solum tanah yang agak tebal, yaitu cm,tektur tanahnya lempung berliat hingga liat, konsistensinya gembur dibagian atas dan teguh di lapisan bawah, kandungan bahan organiknya kurang dari 5%, kandungan unsur hara tanaman rendah, reaksi tanah (PH) sangat rendah sampai rendah yaitu antara 4 4,5. Secara keseluruhan tanah ini memiliki sifat kimia yang kurang baik, sifat kimia tidak mantap karena stabilitas agregatifnya kurang, sehingga mudah terjadi erosi. Produktifitas tanah ini rendah sampai sedang tumbuh dengan baik, tetapi harus dengan perlakuan khusus I - 16

17 untuk mencegah erosi, karena tanah yang bertekstur sedang lebih peka terhadap erosi. Tanah dengan tekstur kasar menyerap air sangat tinggi, tetapi daya simpan air sangat rendah, sehingga kurang cocok untuk tanaman pangan lahan kering. Jenis tanah ini luasannya mencapai ± Ha (24,64%) hampir terdapat di seluruh kecamatan dengan jumlah terbesar berada di Kecamatan Sumpur Kudus dan yang terkecil di Kecamatan Tanjung Gadang. Jenis tanah tersebut akan mewarnai sifat-sifat lahan yang memungkinkan pemanfaatan lahan yang bervariasi sesuai dengan sifat, kekhasannya untuk kegunaan tertentu. I - 17

18 Gambar I.4: Peta Geologi Kab. Sijunjung I - 18

19 Gambar I.5: Peta Jenis Tanah I - 19

20 Dasar pertimbangan penetapan lahan pertanian di Kabupaten Sijunjung dilakukan dengan membagi kelas kemampuan lahan, sesuai dengan fisik dasar di wilayahnya. Difinisi Kemampuan Lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk digunakan sebagai usaha pertanian paling intensif termasuk penentuan tindakan pengelolaanya, tanpa meyebabkan lahan usaha menjadi rusak. Hirarki kelas kemampuan lahan adalah sebagai berikut : I - 20

21 Adapun sebaran kemampuan lahan yang ada di wilayah Kabupaten Sijunjung dijabarkan pada uraian dibawah ini : Kelas II : dengan luas Ha. tersebar di Kec. Kamang Baru Kelas III : dengan luas Ha tersebar Kec. Sumpur Kudus, Lubuk Tarok, Sijunjung, Kamang Baru dan Tanjung Gadang Kelas IV : dengan luas Ha tersebar diseluruh Kecamatan Kelas V : dengan luas Ha tersebar diseluruh Kecamatan I - 21

22 Gambar I.6: Peta Kesesuaian Lahan 1 I - 22

23 Kondisi Iklim, Hidrologi, dan Penggunaan Lahan Kondisi iklim Kabupaten Sijunjung termasuk pada daerah tropis dengan suhu rata-rata C dengan curah hujan rata-rata mm/tahun. Keadaan iklim ini menurut Oldeman (Climatology Map Of West Sumatera) adalah termasuk type B2, dengan bulan kering 3 4 bulan. Kondisi ini menyebabkan sulitnya masyarakat tani melakukan pertanaman padi sawah 2 kali setahun (IP 200%) pada lahan sawah tadah hujan. Sementara, kondisi hidrologi di Kabupaten Sijunjung sangat bervariasi antara satu tempat dengan tempat yang lain. Beberapa faktor penyebabnya antara lain adalah perbedaan iklim, topografi dan struktur geologi. Keadaan hidrologi tersebut dapat dibedakan menjadi: 1. Air Permukaan a. Air yang mengalir, yaitu yang mengalir di Batang Ombilin, Batang Sukam, Batang Sumpur, Batang Kuantan, Batang Palangki, dan lainnya. b. Air yang menggenang di telaga/bendungan hampir terdapat di seluruh wilayah kecamatanan. 2. Air Tanah, yaitu jebakan air yang menurut letaknya dapat dibedakan menjadi: a. Confined Aquifer, merupakan air tanah tertekan yang berada di antara dua lapisan kedap air, pada umumnya merupakan air tanah dalam bersifat lebih stabil. b. Uncofined Aquifer, merupakan air tanah tidak tertekan yang berada pada zone jenuh air, merupakan air tanah dangkal dan sangat tergantung pada musim, sehingga air tanah jenis ini relatif stabil. Air tanah tersebut, apabila keluar akan membentuk mata air. Untuk Kabupaten Sijunjung terdapat beberapa mata air yang tersebar di setiap kecamatan. Dari segi penggunaan lahan saat ini, secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Sijunjung di dominasi oleh Lahan Pertanian dan perkebunan I - 23

24 dengan luas kurang lebih 47% dari luas keseluruhan Kabupaten Sijunjung. untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan di Kabupaten Sijunjung adalah sebagai berikut: KECAMATAN TABEL 1.2: LUAS PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2009 Hutan GUNA LAHAN Kebun Campuran Perkebunan PermukimanPerumahan sawah Semak Per. Darat Tambang Tanah Terbuka IV NAGARI 1,250 9, , ,529 KAMANG BARU 43,160 32,818 4, ,898 4, ,593 KOTO VII 616 9, , ,608 KUPITAN 331 5, ,966 LUBUK TAROK 6,872 10, ,233 SIJUNJUNG 32,694 18, , ,388 SUMPUR KUDUS 46,183 15, ,631 1, ,112 TANJUNG GADANG 29,031 18, ,110 1, ,651 JUMLAH 160, ,358 5,123 3, ,303 8,566 2, ,080 Sumber : Hasil Interpretasi pada peta Citra satelit Spot V, 2010 Komposisi penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Sijunjung meliputi penggunaan lahan hutan dengan luas mencapai Ha (51,15%); pemukiman/perumahan seluas Ha (1,02%); pertanian/sawah seluas Ha (3,93%); perkebunaan intensif seluas Ha (1,64 %); Kebun Campuran seluas Ha (38,44 %), pertambangan 275 Ha (0,89 %), perairan darat seluas Ha (0,84 %), Semak Belukar seluas Ha (2,73%) serta tanah terbuka seluas 497 Ha (0,16%) TOTAL I - 24

25 Gambar I.7;Peta Penggunaan Lahan 2010 I - 25

26 1.3. POTENSI SUMBER DAYA ALAM Perkebunan Perkebunan merupakan salah satu tiang utama struktur perekonomian Kabupaten Sijunjung. Beberapa komoditi perkebunan yang ditanam di antaranya adalah karet, kelapa, sawit, coklat, manggis, dan kopi, baik oleh perkebunan rakyat maupun perkebunan besar. Perkebunan karet merupakan perkebunan yang yang hampir merata ada diseluruh wilayah Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan analisa GIS yang dilakukan, luas lahan perkebunan yang dikelola secara intensif/perkebunan besar/plasma di Kabupaten Sijunjung adalah ha (1.6% dari luas Kabupaten) dan Ha ( 38.44%) dari total luas wilayah Kabupaten merupakan kebun campuran. Komoditas perkebunan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah karet, kelapa sawit dan kakao (coklat). Sesuai data dari Dinas Tanaman Pangan dan Perkebunan, produksi kakao Sijunjung mencapai 581,53 ton setiap tahun, karet sebesar ton serta kelapa sawit sebesar ton setiap tahun atau 7% dari produksi kelapa sawit Sumatera Barat. Produksi kelapa sawit dan karet tertinggi berada di Kecamatan Kamang Baru yaitu sebesar ton untuk kelapa sawit atau 99,36% produksi di Kabupaten Sijunjung dan ,2 ton untuk karet atau 30,6% dari produksi kabupaten Pertambangan Kabupaten Sijunjung merupakan wilayah yang kaya akan hasil pertambangan, terutama: batubara dan berbagai pertambangan mineral lainnya seperti emas, Sirtu, dan Tanah Urug. Kegiatan ini dilakukan oleh individu dengan status kepemilikan tanah pertambangan berupa milik sendiri, sewa dan termasuk wilayah sungai. Penambangan dengan status individu ini (berijin/tidak berijin) dilakukan di beberapa tempat dengan sistem tambang I - 26

27 terbuka sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan pada satu daerah terlihat luas. Berdasarkan peta tambang berizin dan potensi penyebaran bahan tambang di Kabupaten Sijunjung beberapa potensi bahan tambang dapat dikembangkan. Untuk lebih jelasnya penyebaran potensi bahan tambang di Kabupaten Sijunjung dapat dilihat pada tabel berikut: NO JENIS BAHAN GALIAN TABEL 1.3: POTENSI BAHAN GALIAN DAN MINERAL DI KABUPATEN SIJUNJUNG LOKASI PENYEBARAN PRAKIRAAN POTENSI I. BAHAN GALIAN BATUBARA 1. Batubara II Sei Tambang Sisawah Muaro Lubuk Tarab Parambahan/Bukit Bual Terukur ton Tereka ton ton Terukur ton BAHAN GALIAN LOGAM KETERANGAN Nilai Kalori kkal/kg PT Karbindo Abessyapadhy Nilai kalori kkal/kgkud Sisawah KUD Muaro KUD Muaro Penyelidikanumum Nilai kalori kkal/kg. PT. Allied Indo Coal. 1. Air Raksa Tersebar di Sibalabu, Sei Tapir Batu Anjung, dan Gade Talang Sumberdaya Tahap inventarisasi 2. Besi (Bijih) Batu Manjulur Sumberdaya Tahap inventarisasi 3. Emas Tersebar di Sungai Batang Kuantan, Mundam Sakti dan Sungai Betung Sumberdaya Penyelidikan umum I - 27

28 III 1. Andesit Tersebar di Perbukitan Salo (Tanjung Gadang), 2. Batukapur Sumpur 3. Batu permata/ ½ Permata Batutulis Dolomit Muaro BAHAN GALIAN INDUSTRI Bukit Sumanik, Tanjung Lolo, Tanjung Gadang Bukit Kulipat dan Kiliran Jao, Muara Takung, Tanjung Gadang Sumberdaya Hipotetik ton Hipotetik ton Tereka ton (210 Ha) Sumberdaya Taratak Hipotetik Ton Bukit Batang Dareh, Tanjung Lolo, Tanjung Gadang 6. Fospat Ngalau Buo, Ngalau Kecil dan Muko-muko Terduga ton Sumberdaya Merupakan btuan beku intermediet, Andesit berwarna abu-abu muda Penyeledikan umum Penyelidikan umum Penyelidikan umum Batu kapur (Dolomitan setempat), berwarna abu-abu muda-tua, putih-kemerahan, masif, hampir tidak dijumpai berbentuk kristal-kristal halus, pejal dan kompak. Kandungan unsur (%) : Ca) 29,39-55,40, MgO 0,16-15,31, Fe 2 O 3 ttd 2,55, SiO 2 Tahap Inventarisasi Batu silika, berwarna putih kecoklatan, dalam bentuk primer dan hasil rombakan Penyelidikan umum Penyelidikan umum. Dolomit berwarna abu-abu hingga merah kehitaman, masif, keras dan pejal Penyelidikan umum 7. Grafit Muaro Takung, Tanjung Gadang 8. Granit Perbukitan Sibiluru-Sumpur (Bukit Talang, Lajang, Mambut dam Lawan), Sumberdaya Terduga M 2 Penyelidikan umum Penyelidikan umum. Granit berwarna abuabu bintik hitam, abuabu kemerahan bintik putih, keras dan I - 28

29 Tamparungo, Sumpur Kudus. Lubuk Talang, Bancah Sibakur (Tj. Gadang), Bukit Langki, Langki (Tj. Gadang) B. Giri Loyo (Koto Baru), B. Dadap, Kampung Dalam (Sijunjung) Sumberdaya kompak, komposisi utama kuarsa dan felspar Penyelidikan umum Granit berwarna abuabu kemerahan 10. Kuarsit Tamparungo (Sumpur Kudus) 11. Marmer Bukit Talang Liang dan Bukit Talaung, j. Lolo, Tj. gadang Tampurungo, S. Kudus Bukit Sangkar Ayam Tj. Lolo Tj. Gadang 12. Tanahliat Tersebar disekitar Bukit Buluh Kasok, Taratak dan Simpang IV Pematang Panjang (Sijunjung Perbukitan dan pendataran Padang Laweh, Tj. Ampalu Padang Sibusuk, Kupitan Sumberdaya Terduga 90 ha Ton Penyelidikan umum Penyelidikan umum Terduga 50 ha Penyelidikan umum M 3 Terduga 25 ha Penyelidikan umum M 3 Sumberdaya Sumberdaya Sumberdaya Penyelidikan umum Penyelidikan umum Penyelidikan umum Kandungan Unsure(%) Al 2 O 3 20,75, SiO 2 58,42, Fe 2 O 3 6,39, Na 2 O 0,30, MgO 0,29, CaO 0,12 Tanjung Lolo, Tanjung Gadang Sumberdaya 210 Ha 13. Pasir Kuarsa Palangki Hipotetik 62,5 juta ton Kandungan 29nsure(%) Al 2 O 3 17,34-22,84, Na 2 O 0,0011-0,0454, MgO ttd-1,40, CaO ttd-1,57 Penyelidikan umum Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Sijunjung dan BKPM Provinsi Sumatera Barat I - 29

30 Namun, potensi besar tersebut masih belum di ekploitasi secara optimal, indikasinya dapat dilihat dari jumlah produksi yang dihasilkan dari batu-bara dan sirtukil. Untuk batubara, pada tahun 2009 ini menurun dari tahun sebelumnya yaitu Ton di Tahun 2008 menjadi Ton di Tahun Selanjutnya, produksi Sirtukil di Kabupaten Sijunjung produksinya meningkat pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2008 yang produksinya hanya sebesar M 3 menjadi sebesar ,96 M 3 di Tahun Pariwisata Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Barat yang memiliki potensi wisata yang sangat potensial. Potensi wisata tersebut meliputi potensi wisata alam, budaya dan wisata buatan yang tersebar di beberapa kecamatan. Sebagai daerah tujuan wisata dalam wilayah provinsi, Sijunjung termasuk dalam DPP V destinasi wisata Sumatera Barat yang meliputi wisata alam, wisata budaya/sejarah, dan wisata buatan yang sudah dapat dijangkau dari segala penjuru dan didukung prasarana jalan yang memadai. Beberapa potensi wisata yang terdapat di Kabupaten Sijunjung dapat dilihat pada tabel berikut: I - 30

31 TABEL 1.4: POTENSI WISATA DI KABUPATEN SIJUNJUNG KECAMATAN NAMA OBJEK JENIS LOKASI Kamang Baru Wahana Wisata Alam Kamang Baru Murai Tujuah Basanggik Alam Aie Amo Danau Batang Karing Alam Batang Karing Tanjung Gadang Panorama Bukik Sabalah Alam Pandam Ngalau Pandam Alam Pandam Sijunjung Ngalau Loguang Alam Aie Angek Pemandian Aie Angek Alam Aie Angek Ngalau Palukahan Alam Silokek Arung Jeram Minat Khusus Batang Kuantan Ngalau Cigak Alam Silokek Bersafar Budaya Calau Ma Sijunjung Perkampungan Adat Budaya Pdg Ranah Sijunjung Ngalau Solok Ambah Alam Solok Ambah Ngalau Talago Alam Silokek Lubuk Tarok Batu Ajuang Alam Batu Ajuang Kerajaan Jambu Lipo Budaya Jambu Lipo Rumah Gadang 13 Ruang Budaya Lubuk Tarok Aia Tajun Buluah Kasok Alam Taratak IV Nagari Tabek Silacan Alam Ranah Tibarau Kupitan Goa Bukik Panjang Alam Kampung Baru Lobang Japang Alam Padang Sibusuak Pemandian Aia Angek Alam Padang Sibusuak Rumah Gadang Piliang Budaya Padang Sibusuak Koto VII Tabek Gadang Alam Padang Lawas Makam Syekh Burhanudin Alam Aur Gading Sumpur Kudus Lubuk Pandakian Alam Sumpur Kudus Air Terjun Koto Salo Alam Koto Salo Ngalau Sisawah Alam Sisawah Makam Rajo Ibadat Budaya Sumpur Kudus Monumen Sejarah PDRI Budaya Sumpur Kudus Lubuk Hijau Alam Sumpur Kudus Lubuk Pandakian Alam Sumpur Kudus Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Sijunjung I - 31

32 Gambar I.8:Peta Sebaran Potensi Wisata I - 32

33 1.4. POTENSI BENCANA ALAM DAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN Bencana Alam Bencana alam merupakan fenomena alam yang sering terjadi di suatu daerah. Kondisi tersebut dapat terjadi karena faktor alam maupun non alam. Beberapa kejadian bencana yang sering terjadi di Kabupaten Sijunjung antara lain Banjir, Angin Ribut, Longsor, Kekeringan dan Kebakaran. Kejadian bencana yang cukup sering terjadi di Kabupaten Sijunjung yaitu longsor yang meliputi beberapa kejadian pada tahun Untuk lebih jelasnya kejadian bencana alam di Kabupaten Sijunjung dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL 1.5: KEJADIAN BENCANA ALAM DI KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2009 NO KECAMATAN BANJIR ANGIN RIBUT LONGSOR KEKERINGAN HAMA TANAMAN KEBAKARAN 1 Kamang Baru Tanjung Gadang Sijunjung Lubuk Tarok IV Nagari Koto VII Kupitan Sumpur Kudus Jumlah Sumber: Kabupaten Sijunjung dalam Angka, Permasalahan Lingkungan Permasalahan lingkungan pada suatu daerah dapat disebabkan oleh alam maupun ulah manusia. Permasalahan lingkungan di Kabupaten Sijunjung berupa lahan kritis dan pencemaran daerah aliran sungai: 1. Lahan Kritis Lahan kritis didasarkan pada kondisi penutupan lahan, kelerengan, tingkat erosi, kondisi batuan dan produktivitas lahan dan diuraikan I - 33

34 untuk masing-masing kawasan dengan perincian kondisi Agak Kritis (AK), Kritis (K), dan Sangat Kritis (SK) yang tersebar di Lahan budidaya pertanian, kawasan lindung diluar hutan, Kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung. Berikut merupakan data luas lahan kritis dirinci tiap kecamatan Kabupaten Sijunjung Tahun 2009: TABEL 1.6: LUASAN LAHAN KRITIS DI KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2009 No KECAMATAN KONDISI LAHAN (Ha) Agak Kritis Krtitis Sangat Kritis JUMLAH 1 Kamang Baru 22, , , Tanjung Gadang 13, , , Sijunjung 14, , , Lubuk Tarok 4, , , Kupitan 0 3, IV Nagari 0 3, , Koto VII , , Sumpur Kudus 11, , , , , , , Sumber: Buku RTK RHL-DAS Indragiri Rokan di Dinas Kehutanan Kabupaten Sijunjung 2. Pencemaran Lingkungan Pencemaran Daerah Aliran Sungai berasal dari berbagai sumber. Pencemaran ini mempunyai dampak negatif terutama pada sekitar daerah aliran sungai tersebut, seperti menimbulkan pencemaran lingkungan, menimbulkan berbagai macam penyakit, menurunkan estetika dan kualitas sungai, dan sebagainya. Sumber pencemaran ini sebagain kegiatan industri, jasa pelayanan kesehatan dan kegiatan pemotongan hewan. I - 34

35 1.5 POTENSI KEPENDUDUKAN DAN SUMBERDAYA MANUSIA Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan data penduduk hasil Sensus Penduduk 2010, selama sepuluh tahun terakhir terdapat kecenderungan peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Sijunjung, hal ini dapat dilihat selisih antara jumlah penduduk tahun 2009 dan 2000 sebanyak Jiwa atau mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 1,9%. Kecamatan yang mengalami pertumbuhan penduduk cukup besar yaitu Kecamatan IV Nagari dan Kamang Baru dengan rata-rata pertumbuhan 2.99 dan 2,93.% dan terendah yaitu Kecamatan Lubuk Tarok yang mengalami pertumbuhan penduduk hanya 1,13%. Penyebaran penduduk di masing-masing kecamatan belum merata, jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Kamang Baru yang merupakan pusat aktivitas ekonomi dengan jumlah jiwa sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu Kecamatan Kupitan dengan jumlah penduduk jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jumlah penduduk Kabupaten Sijunjung Tahun berikut: I - 35

36 TABEL1.7: JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN DAN PROYEKSI TAHUN 2030 NO KECAMATAN/ JUMLAH PENDUDUK Nagari KAMANG BARU 31,822 32,589 33,394 34,237 36,048 37,020 38,041 39,111 40,235 41,375 46,092 53,087 61,403 71,315 Sungai Lansek 4,152 4,211 4,273 4,337 4,473 4,546 4,622 4,701 4,783 4,858 5,173 5,601 6,065 6,567 Muaro Takung 3,509 3,632 3,762 3,898 4,191 4,348 4,514 4,688 4,871 5,065 5,844 7,021 8,435 10,133 Kamang 5,862 6,111 6,374 6,650 7,248 7,571 7,911 8,269 8,647 9,034 10,729 13,328 16,556 20,565 Kunangan parit rantang 8,890 9,011 9,137 9,268 9,547 9,695 9,850 10,011 10,179 10,334 10,972 11,840 12,778 13,789 Aia Amo 1,903 1,988 2,077 2,171 2,374 2,484 2,600 2,722 2,850 2,985 3,566 4,467 5,595 7,008 Sei. Batuang 1,641 1,672 1,704 1,738 1,811 1,849 1,889 1,931 1,975 2,022 2,189 2,430 2,697 2,993 Lubuk Tantang 995 1,022 1,050 1,079 1,141 1,175 1,210 1,247 1,286 1,325 1,481 1,709 1,973 2,277 Siaur ,017 1,044 1,101 1,132 1,164 1,198 1,234 1,271 1,412 1,618 1,855 2,126 Maloro 1,561 1,583 1,606 1,630 1,681 1,708 1,736 1,765 1,795 1,827 1,940 2,099 2,271 2,456 Tanjung Kaliang 1,380 1,387 1,395 1,403 1,420 1,429 1,438 1,448 1,458 1,470 1,504 1,552 1,601 1,652 Padang Tarok ,019 1,061 1,083 1,107 1,131 1,157 1,184 1,282 1,422 1,577 1,749 2 TANJUNG GADANG 20,073 20,316 20,563 20,817 21,350 21,627 21,911 22,206 22,506 22,868 24,025 25,687 27,501 29,479 Langki 1,421 1,448 1,475 1,503 1,561 1,592 1,623 1,656 1,689 1,736 1,858 2,046 2,252 2,479 Sibakur 1,245 1,276 1,307 1,339 1,407 1,442 1,479 1,517 1,555 1,597 1,761 1,993 2,257 2,555 Pulasan 2,908 2,932 2,957 2,982 3,036 3,063 3,091 3,120 3,150 3,191 3,293 3,444 3,602 3,767 Tanjung Lolo 3,239 3,309 3,382 3,457 3,614 3,696 3,780 3,867 3,957 4,061 4,423 4,946 5,531 6,186 Tj.Gadang 6,400 6,430 6,460 6,491 6,555 6,588 6,622 6,657 6,692 6,738 6,860 7,033 7,211 7,393 Taratak baru 2,131 2,162 2,193 2,225 2,292 2,327 2,363 2,400 2,438 2,477 2,627 2,832 3,053 3,291 Timbulun 2,729 2,759 2,789 2,820 2,885 2,919 2,953 2,989 3,025 3,068 3,203 3,393 3,595 3,808 3 SIJUNJUNG 34,697 35,243 35,807 36,388 37,601 38,236 38,890 39,562 40, ,750 47,599 51,815 56,434 Muaro 9,999 10,215 10,438 10,668 11,150 11,403 11,664 11,934 12,211 12,528 13,644 15,254 17,055 19,067 Kandang Baru 1,563 1,590 1,618 1,648 1,709 1,741 1,774 1,808 1,843 1,880 2,020 2,216 2,430 2,665 Pamatang panjang 4,991 5,063 5,137 5,213 5,371 5,454 5,539 5,626 5,716 5,809 6,163 6,649 7,172 7,738 I - 36

37 Sijunjung 8,505 8,601 8,700 8,802 9,013 9,123 9,237 9,353 9,473 9,617 10,057 10,683 11,347 12,053 Aia angek 2,641 2,662 2,683 2,704 2,749 2,772 2,796 2,820 2,845 2,871 2,965 3,091 3,223 3,360 Solok Ambah 2,161 2,193 2,227 2,262 2,335 2,373 2,412 2,452 2,493 2,539 2,700 2,925 3,169 3,433 Paru 1,499 1,527 1,555 1,584 1,645 1,677 1,710 1,744 1,779 1,814 1,956 2,151 2,367 2,604 Muaro silokek ,007 1,019 1,044 1,057 1,070 1,084 1,098 1,118 1,167 1,241 1,320 1,404 Durian gadang 2,354 2,397 2,442 2,488 2,585 2,636 2,688 2,741 2,797 2,854 3,078 3,389 3,732 4,110 4 LUBUK TAROK 12,671 12,801 12,931 13,068 13,344 13,487 13,633 13,781 13,933 14,125 14,796 15,732 16,740 17,820 Buluh Kasok 1,899 1,921 1,942 1,965 2,011 2,035 2,059 2,083 2,107 2,137 2,233 2,366 2,507 2,657 Lubuk Tarok 5,171 5,248 5,325 5,405 5,568 5,652 5,738 5,825 5,915 6,016 6,373 6,868 7,401 7,976 Lalan 2,649 2,656 2,663 2,670 2,684 2,691 2,698 2,705 2,713 2,731 2,749 2,786 2,823 2,861 Latang ,064 1,137 Kampung Dalam 1,274 1,294 1,315 1,337 1,382 1,405 1,429 1,454 1,479 1,513 1,606 1,745 1,896 2,061 Silongo ,049 1,128 5 IV NAGARI 10,674 10,948 11,234 11,533 12,171 12,512 12,868 13,240 13,629 14,065 15,619 17,933 20,598 23,674 Mundam Sakti 1,898 1,957 2,018 2,082 2,218 2,292 2,368 2,448 2,532 2,628 2,971 3,490 4,100 4,817 Koto baru 2,222 2,286 2,353 2,423 2,573 2,653 2,737 2,824 2,916 3,023 3,391 3,949 4,598 5,354 Muaro Bodi 2,192 2,255 2,321 2,391 2,539 2,618 2,701 2,788 2,878 2,972 3,347 3,898 4,540 5,288 Palangki 3,098 3,158 3,221 3,286 3,425 3,498 3,575 3,655 3,739 3,837 4,150 4,612 5,125 5,696 Koto tuo 1,264 1,292 1,321 1,351 1,416 1,451 1,487 1,525 1,564 1,605 1,760 1,984 2,235 2,519 6 KUPITAN 10,680 10,840 11,006 11,177 11,534 11,721 11,914 12,113 12,317 12,540 13,504 14,825 16,279 17,882 Batu Manjulur 1,402 1,427 1,453 1,480 1,535 1,564 1,595 1,626 1,658 1,696 1,820 1,998 2,195 2,410 Pd.Sibusuk 6,249 6,374 6,504 6,637 6,917 7,064 7,215 7,371 7,531 7,698 8,354 9,272 10,291 11,423 Desa Kampung Baru 1,390 1,404 1,418 1,433 1,464 1,480 1,496 1,513 1,530 1,548 1,614 1,703 1,798 1,897 Pamuatan 1,639 1,635 1,631 1,627 1,618 1,613 1,608 1,603 1,598 1,598 1,716 1,852 1,995 2,152 7 KOTO VII 26,569 27,103 27,656 28,230 29,443 30,083 30,747 31,436 32,151 32,851 35,755 39,811 44,339 49,399 Limo koto 9,220 9,429 9,646 9,871 10,347 10,599 10,860 11,131 11,413 11,687 12,848 14,477 16,313 18,381 I - 37

38 Pd.Laweh 8,657 8,794 8,935 9,081 9,390 9,552 9,720 9,894 10,075 10,251 10,958 11,930 12,988 14,141 Tanjung 4,393 4,479 4,568 4,661 4,857 4,960 5,067 5,178 5,293 5,404 5,871 6,517 7,234 8,031 Palaluar 2,600 2,668 2,739 2,812 2,967 3,049 3,135 3,224 3,316 3,407 3,795 4,348 4,980 5,705 Guguk 1,699 1,733 1,768 1,805 1,882 1,923 1,965 2,009 2,054 2,102 2,283 2,539 2,824 3,141 8 SUMPUR KUDUS 19,336 19,618 19,915 20,225 20,892 21,251 21,628 22,024 22,437 22,969 24,619 27,084 29,846 32,934 Kumanis 2,096 2,094 2,092 2,090 2,086 2,084 2,082 2,080 2,077 2,094 2,248 2,431 2,636 2,857 Tj.Bonai aur 3,367 3,453 3,544 3,639 3,844 3,955 4,071 4,193 4,322 4,476 4,963 5,710 6,569 7,557 Sisawah 2,967 2,991 3,017 3,043 3,100 3,130 3,162 3,195 3,229 3,265 3,384 3,550 3,724 3,906 Tamparungo 2,010 2,061 2,115 2,172 2,294 2,360 2,429 2,502 2,579 2,668 2,960 3,405 3,916 4,504 Sp.Kudus 4,122 4,172 4,225 4,280 4,398 4,461 4,527 4,596 4,668 4,773 5,001 5,364 5,754 6,172 Manganti ,017 1,078 1,111 1,146 1,183 1,221 1,261 1,415 1,642 1,906 2,212 Silantai 1,581 1,599 1,617 1,636 1,677 1,699 1,722 1,746 1,771 1,799 1,887 2,012 2,145 2,288 Unggan 2,257 2,286 2,316 2,348 2,415 2,451 2,489 2,529 2,570 2,613 2,761 2,970 3,196 3,438 KDA 166, , , , , , , , , , , , , ,937 Sumber:Hasil Hitung Cepat Sensus Penduduk oleh BPS 2010 I - 38

39 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan data jumlah penduduk di Kabupaten Sijunjung, kepadatan penduduk bruto terbesar terdapat di Kecamatan Koto VII (241,70 Jiwa/Km 2 ) kemudian Kecamatan Kupitan yaitu 179,77 Jiwa/Km2. Sedangkan untuk kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Sumpur Kudus yaitu 35,10 jiwa/km2 dan Kecamatan Kamang Baru sebanyak 46,67 jiwa/km2. Sedangkan kepadatan netto/kepadatan lingkungan pemukiman terbesar terdapat di Kecamatan Tanjung Gadang (117,62 jiwa/ha) dan terkecil terdapat di Kecamatan Kamang Baru (44,4 jiwa/ha). Untuk lebih jelasnya kepadatan penduduk di Kabupaten Sijunjung dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL 1.8: KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010 No KECAMATAN 1 Kamang Baru Luas Wilayah (Ha) Luas Pemukiman (ha) Jumlah Penduduk Kepadatan Bruto Kepadatan Netto 88, , , Tanjung Gadang 50, , , Sijunjung 56, , , Lubuk Tarok 19, , , Kupitan 6, , , IV Nagari 12, , , Koto VII 13, , , Sumpur Kudus 65, , , Jumlah ,080 3, ,823 Sumber: Hasil Analisis, 2010 I - 39

40 Adat Istiadat Penduduk Penduduk Kabupaten Sijunjung sebagian besar merupakan suku Minangkabau yaitu jiwa (92.33%), lainnya adalah penduduk dengan suku bangsa Jawa, Batak, Kerinci dan Melayu. Keanekaragaman suku bangsa ini telah mampu memperluas khasanah budaya di Kabupaten Sijunjung. Kembali ke sistem pemeritahan nagari salah satu tujuannya adalah untuk mempertahankan adat isitiadat yang ada di nagari, yang sampai saat ini dinilai berjalan cukup efektif. Sebagaiman masayarakat Minangkabau lainnya, masyarakat Kabupaten Sijunjung sangat terkenal dan teguh dalam menjalankan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Ini artinya masyarakat menjalankan agama beriringan dengan mempertahankan adat istiadatnya. Suatu hal menarik yang bisa menjadi modal bagi Kabupaten Sijunjung dalam menjalankan pembangunan adalah sebuah hasil penelitian yang menunjukkan bahwa masyarakat melalui sub-suku yang ada pada masingmasing nagari dalam Kabupaten Sijunjung ternyata mempunyai hubungan kultural/adat/tali persaudaraan antara satu nagari dengan nagari lainnya. Jika kenyataan ini terus digali dan disosialisasikan keberadaanya kepada tiap masyarakat dalam nagari maka hal ini akan menjadi modal sosial pemersatu masyarakat dalam Kabupaten Sijunjung. Selain itu masyarakat dalam kesehariannya juga masih melakukan aktifitas dalam rangka mempertahankan budaya seperti kegiatan randai, tari, Baillau, batobo, berkaul adat, dan lainnya. I - 40

41 Gambar I.9: Peta Penduduk Bruto 2010 I - 41

42 Gambar I.10: Peta Penduduk Bruto 2031 I - 42

43 Gambar I.11: Peta Penduduk Netto 2010 I - 43

44 Gambar I.12;Peta Penduduk Netto 2031 I - 44

45 1.6 KONDISI PENYEDIAAN SARANA PRASARANA WILAYAH Sarana Perumahan Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung tetapi lebih menonjol berfungsi sebagai tempat tinggal, sehingga aspek kesehatan dan kenyamanan menjadi hal penting dalam rangka pemenuhan rumah tinggal. Kualitas rumah tinggal ditentukan oleh kualitas bahan bangunan yang digunakan, dan secara nyata dapat digunakan dalam menentukan tingkat kesejahteraan penghuninya. Selain kualitas rumah tinggal, fasilitas yang digunakan sehari-hari juga menentukan tingkat kesejahteraan seseorang yang menghuninya. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan rumah tangga di Kabupaten Sijunjung selama tahun 2010, maka kebutuhan rumah untuk segala jenis tipe juga mengalami peningkatan. Pembangunan pada sektor Perumahan dan Permukiman dalam rangka upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat dan meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman baik di kawasan perkotaan maupun perdesaan. Penyediaan perumahan di Kabupaten Sijunjung dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan pertumbuhan/perkembangan penduduk, meskipun prosentasenya masih belum sebanding antara kebutuhan dan penyediaannya. Jumlah rumah tinggal penduduk di Kabupaten Sijunjung tahun 2010, sebanyak unit. Berdasarkan konstruksinya. rumah permanen berjumlah unit, semi permanen Unit, sedangkan non permanen berjumlah unit. Ketersediaan rumah tidak merata, ada daerah yang cukup padat tapi ada yang sangat jarang. Dilihat dari luas wilayah masih sangat memungkinkan untuk ada pembangunan rumah baru, artinya kepadatan rumah bruto rata-rata di Kabupaten Sijunjung masih sangat kecil yaitu < 1 Unit rumah per hektar. Kebutuhan rumah hingga tahun perencanaan ± unit. I - 45

46 Sarana Pendidikan Pendidikan merupakan bagian dari integrasi pembangunan. Pendidikan dapat dijadikan indikator kemajuan suatu bangsa. Pendidikan adalah salah satu faktor untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Karena pembangunan tidak bisa mengandalkan pada sumber daya alam sematamata, maka usaha dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia mutlak diperlukan. Dengan pendidikan, kualitas penduduk akan meningkat dan menjadi lebih baik. Makin tinggi tingkat pendidikan suatu bangsa, maka semakin tinggi pula kemajuan bangsa tersebut. Selama Tahun 2009 jumlah Sekolah Dasar di Kabupaten Sijunjung meningkat menjadi sebanyak 200 unit, dengan jumlah lokal yang tersedia sebanyak lokal. Sebagaimana halnya dengan SD, jumlah SLTP pada Tahun 2009 juga mengalami kenaikan. Jika pada tahun 2008 jumlahnya tercatat sebanyak 45 unit maka pada Tahun 2009 menjadi sebanyak 50 unit. Pada tingkat SLTA, selama Tahun 2009 jumlahnya tercatat sebanyak 20 unit yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Sijunjung. Sekolah dengan konsentrasi yang cukup besar pada pendidikan agama, terdapat cukup banyak. Untuk MIS ada 2 unit, sementara MTs sebanyak 15 unit, terdiri dari 10 unit swasta dan 5 unit Negeri. Sementara jumlah MAN hanya 3 unit Selain fasilitas pendidikan seperti di atas, di Kabupaten Sijunjung juga terdapat 2 unit perguruan tinggi masing-masing STIT Al Yaqin yang resmi beroperasi sejak tahun 2001 dan SekolahTinggi Ilmu Petanian (STIPER) Yapsas Muaro Sijunjung yang beroperasi sejak tahun Prakiraan kebutuhan prasarana pedidikan hingga tahun 2031 adalah sebagai berikut: TK sebanyak 250 unit SD sebanyak 179 unit SMP sebanyak 59 unit SLTA sebanyak 59 unit PT/D3 sebanyak 2 unit I - 46

47 TABEL 1.9: JUMLAH SEKOLAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2009 NO KECAMATAN SEKOLAH DASAR S L T P S L T A UNIT LOKAL UNIT LOKAL UNIT LOKAL 1 Kamang Baru Tanjung Gadang Sijunjung Lubuk Tarok IV Nagari Kupitan Koto VII Sumpur Kudus Sumber : Kabupaten Sijunjung Dalam Angka, Sarana Peribadatan Suasana kerukunan hidup antar dan intern umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sangat didambakan masyarakat. Karena dengan adaya kerukunan dan kedamaian, masing-masing umat beragama dapat melaksanakan ibadah menurut agama dan kepercayaannya. Beragam tempat peribadatan merupakan salah satu bukti terjadinya kerukunan hidup umat beragama. Secara keseluruhan tempat peribadatan di Kabupaten Sijunjung tahun 2009 tercatat sebanyak buah yang meliputi Musholla 392 buah, surau 491 buah, dan Masjid 177 buah, sedangkan Gereja, Kapel dan Vihara belum terdapat di Kabupaten Sijunjung. Jumlah I - 47

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah Gambaran umum kondisi daerah Kabupaten Sijunjung memberikan gambaran

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Gambaran umum kondisi daerah Kabupaten Sijunjung memberikan gambaran tentang kondisi daerah dan capaian pembangunan Kabupaten Sijunjung periode yang lalu secara umum. Gambaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG; Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; 2. Nilai strategis dari aspek-

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; 2. Nilai strategis dari aspek- BAB V KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN SIJUNJUNG 5.1. PROSES PENETAPAN KAWASAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN SIJUNJUNG 5.1.1 Fungsi, Dasar dan Kriteria Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN BAB II EALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

4.1.1 Rencana Kawasan Hutan Lindung Luas hutan lindung yang direncanakan hingga tahun 2031 terdiri dari Cagar Alam seluas Ha dan Hutan Lindung

4.1.1 Rencana Kawasan Hutan Lindung Luas hutan lindung yang direncanakan hingga tahun 2031 terdiri dari Cagar Alam seluas Ha dan Hutan Lindung BAB IV POLA RUANG KABUPATEN SIJUNJUNG 4.1. RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya

Lebih terperinci

- 1 41'46" LS dan '52" '40" BT dan berada pada

- 1 41'46 LS dan '52 '40 BT dan berada pada KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Posisi Geografi 0 18'43" Kabupaten SawahluntoISijunjung secara geografis berada pada posisi antara - 1 41'46" LS dan 101 30'52" - 101 37'40" BT dan berada pada ketinggian

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN - 3 PEMERINTAHAN KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN K A T A P E N G A N TA R Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 K a t a P e n g a n

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Armin Tampubolon P2K Sub Direktorat Mineral Logam SARI Pada tahun anggaran 2005, kegiatan inventarisasi mineral

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

MATRIK USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014 LOKASI : KECAMATAN SIJUNJUNG

MATRIK USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014 LOKASI : KECAMATAN SIJUNJUNG LOKASI : KECAMATAN SIJUNJUNG DI. Padang Dato (Peningkatan saluran). 150 ha 400,000,000 APBN/APBD Aie angek Rigit Beton sungai Duo Lanjutan 400,000,000 APBD Aie angek Rehabilitasi Irigasi lubuk kandih 250,000,000

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN, Menimbang : a. bahwa gambut merupakan tipe ekosistem lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI MUARO NOMOR : W3.U14/ 01 /HPDT/IV/2015

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI MUARO NOMOR : W3.U14/ 01 /HPDT/IV/2015 PENGADILAN NEGERI MUARO PENGADILAN 1 NEGERI MUARO Jln. Prof. M. Yamin, SH. No. 51 Muaro Sijunjung Telp. 0754 20066/Fax. 20065 (27511) Website www.pn- muaro.go.id email info@pn- muaro.go.id / pnmuaro@gmail.com

Lebih terperinci

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur 71 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Kabupaten Kutai Timur Kabupaten Kutai Timur terdiri atas 18 Kecamatan dengan luas wilayah 3.877.21 ha. Luas wilayah tersebut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2001. Keadaan ini telah memberi kesadaran baru bagi kalangan pemerintah maupun masyarakat, bahwa pelaksanaan otonomi tidak bisa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Karakteristik Biofisik 4.1.1 Letak Geografis Lokasi penelitian terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, Kabupaten Bogor yang terletak antara 6⁰37 10

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan mineral, seperti batubara, timah, minyak bumi, nikel, dan lainnya. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2017 PEMBIAYAAN APBD KABUPATEN SIJUNJUNG. Indikator Kinerja Program/ Kegiatan.

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2017 PEMBIAYAAN APBD KABUPATEN SIJUNJUNG. Indikator Kinerja Program/ Kegiatan. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2017 PEMBIAYAAN APBD KABUPATEN SIJUNJUNG SKPD : DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN LINGKUNGAN HIDUP No Program/Kegiatan Indikator Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Dalam rangka mengangkat derajat kehidupan petani serta mendukung penyediaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN NAGARI BUKIT BUAL DI KECAMATAN KOTO VII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN NAGARI BUKIT BUAL DI KECAMATAN KOTO VII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN NAGARI BUKIT BUAL DI KECAMATAN KOTO VII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang Mengingat : : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN Oleh Yudo Asmoro, 0606071922 Abstrak Tujuan dari tulisan ini adalah untuk melihat pengaruh fisik dan sosial dalam mempengaruhi suatu daerah aliran sungai.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN DAERAH TAHUN 2015 KABUPATEN SIJUNJUNG

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN DAERAH TAHUN 2015 KABUPATEN SIJUNJUNG RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN DAERAH TAHUN 2015 KABUPATEN SIJUNJUNG URUSAN : Pekerjaan Umum, Perumahan dan Penataan Ruang SKPD : Dinas Pekerjaan Umum No 1 PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN 1 Penunjang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi dan Demografi Geografi Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. Batas wilayah di Desa Naga Beralih Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LAHAN PENAMBANGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta

Lebih terperinci

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Profil Daerah 1. Letak Geografis Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Karanganyar ± 77.378,64 ha terletak antara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1. Kabupaten Tanjung Jabung Timur 3.1.1. Letak dan Luas Luas Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah 5.445,0 km 2. Ibukota kabupaten berkedudukan di Muara Sabak.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga

Lebih terperinci