BAB IV HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Sukoharjo Pada masa pendudukan Jepang, wilayah Karesidenan Surakarta pernah merupakan Daerah Istimewa yang dikenal dengan Solo Ko (Kasunanan) dan Mangkunegaran Ko (Mangkunegaran). Wilayah Mangkunegaran meliputi daerah Kabupaten Karanganyar, Wonogiri, dan sebagian kota Solo. Sedangkan wilayah Kasunanan meliputi daerah Kabupaten Sragen, Klaten, Boyolali, dan Kabupaten Kutha Surakarta. Sukoharjo pada waktu itu hanya merupakan suatu daerah tepi dengan pimpinan pemerintahan tertinggi adalah Wedono, tak ubahnya dengan Bekonang, dan Kartasura. Kawedanan Sukoharjo, Bekonang, dan Kartasura ini menjadi satu masuk wilayah Kabupaten Kutha Surakarta, di bawah pemerintah Kasunanan. Pada tanggal 27 Mei 1946 Kabupaten Karanganyar secara defakto menyatakan diri lepas dari pemerintahan Mangkunegaran. Hal ini kemudian diikuti oleh Kabupaten Boyolali dan Sragen yang juga menyatakan diri lepas dari pemerintahan Kasunanan. Kabupaten Kutha Surakarta kemudian diputuskan pindah ke Sukoharjo. Bersamaan dengan munculnya gerakan anti Swapraja dan berbagai dukungan untuk membentuk pemerintah Kota Surakarta, akhirnya dengan suatu kebulatan tekad dari Wong Solo, mereka menyatakan berdirinya Pemerintah kota Surakarta yang lepas dari Kasunanan pada tanggal 16 Juni Tanggal ini kemudian menjadi hari lahir Pemerintah Daerah Kotamadya Surakarta. Kemudian disusul keluarnya Penetapan Pemerintah Nomor: 16/SD tanggal 15 Juli 1946 lingkungan Karesidenan Surakarta dibentuk suatu daerah baru dengan kota Surakarta yang dikepalai oleh seorang Walikota. Dengan keluarnya Penetapan Pemerintah commit Nomor: to user 16/SD tanggal 15 Juli 1946, maka 61

2 digilib.uns.ac.id 62 secara formal Pemerintah Kasunanan dan Mangkunegaran dipandang sudah tidak ada lagi, dan wilayah-wilayahnya untuk sementara menjadi wilayah Karesidenan Surakarta. Ini berarti wilayah Karesidenan Surakarta terdiri dari bekas wilayah-wilayah Mangkunegaran yaitu Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri, serta bekas wilayah Kasunanan yaitu Kabupaten Klaten, Sragen, Boyolali, dan Sukoharjo (Kawedanan Sukoharjo, Bekonang, Kartasura), ditambah Kotamadya Surakarta. Keadaan ini mengilhami para pemimpin pada waktu itu untuk membentuk kabupaten baru diluar kota Surakarta agar ketiga kawedanan (Sukoharjo, Bekonang, Kartasura) dapat dibina dalam satu naungan pemerintah kabupaten. Kemudian secara spontan KNI Daerah Surakarta menunjuk KRMT Soewarno Honggopati Tjitrohoepojo untuk menjadi Bupati. Atas dasar tersebut di atas serta pertimbangan analisa, logis dan kronologis yang dikaitkan dengan landasan yuridis meskipun landasan yuridis itu tidak bersifat mengatur secara khusus, maka pada hari Senin Pon tanggal 15 Juli 1946, saat ditetapkannya Penetapan Pemerintah Nomor: 16/SD tersebut dite tapkan menjadi Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo. Penetapan ini kemudian dikukuhkan dengan Pera turan Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 17 tahun 1986 tentang Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo, yang disahkan dengan SK Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1986 No /480/1986 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 3 Tahun 1987 Seri D No.2 tanggal 9 Januari Dasar hukum Hari Lahir Sukoharjo adalah : a. Penetapan Pemerintah Nomor: 16/SD. b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950, tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten diwilayah Provinsi Jawa Tengah. c. Pera turan Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 17 tahun 1986 tentang Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo, yang disahkan dengan SK Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1986 No /480/1986 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 3 Tahun commit 1987 to Seri user D No.2 tanggal 9 Januari 1987.

3 digilib.uns.ac.id Visi dan Misi Kabupaten Sukoharjo a. Visi Kabupaten Sukoharjo Visi Pemerintahan Kabupaten Sukoharjo periode adalah Terwujudnya masyarakat Sukoharjo yang sejahtera, maju, dan bermatabat didukung pemerintahan yang professional. b. Misi Kabupaten Sukoharjo Misi dari Pemerintahan Kabupaten Sukoharjo periode adalah: 1) Meningkatkan kualitas Pendidikan, Kesehatan, Kesejahteraan Masyarakat dan Pembangunan Infrastruktur yang terukur, terarah, adil, dengan memperhatikan kelestarian Lingkungan Hidup. 2) Membangun Managemen Pemerintahan yang Profesional, Bersih dan yang Berbasis pada Pelayanan Masyarakat. 3) Mewujudkan Kondisi Masyarakat yang Aman, Tentram, Demoratis dan Dinamis. 4) Mendorong kemandirian Ekonomi yang Berbasis pada Pertanian dan Industri serta Pengelolaan Potensi Daerah. 5) Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama dan Bermasyarakat. 3. Kondisi Geografis Kabupaten Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten terkecil kedua di Propinsi Jawa Tengah, Secara geografis, terletak diantara Bagian ujung timur O BT, Bagian Ujung Sebelah Barat O BT, Bagian Ujung Sebelah Utara7 32O LS,Bagian Ujung Sebelah Utara 7 49O 32.00O LS. Dengan luas 46,666 Km2, atau 1,43% luas wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Sukoharjo memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : a. Sebelah utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar b. Sebelah Selatan :Kabupaten Gunung Kidul (DIY) dan Kabupaten Wonogiri commit to user

4 digilib.uns.ac.id 64 c. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar d. Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten Secara topografi terdiri atas daerah, dataran rendah dan perbukitan. Daerah dataran rendah merupakan kawasan di bagian Utara, daerah perbukitan merupakan kawasan di bagian Selatan dan Timur. 4. Deskripsi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Sukoharjo Data dari penelitian ini diperoleh dari Sekolah Menengah Atas Negeri yang terdapat pada Kabupaten Sukoharjo, adapun deskripsi singkatnya adalah sebagai berikut: a. SMA N 1 Weru SMA N 1 Weru merupakan Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada di Kecamatan Weru, lebih tepatnya lagi beralamat di Desa Karangtengah. SMA N 1 Weru sendiri telah berdiri sejak tahun 1992 diatas tanah seluas m² dengan luas bangunan 2.659m² dan luas halaman 5.595m². Sekolah yang berdiri sejak tahun 1992 ini memilik nilai akreditasi A terhitung dari tahun Sekolah yang beralamat di Desa Karangtengah ini memiliki ruang kelas sebanyak 22 ruangan baik untuk program MIA maupun IIS, sementara program bahasa belum ada. Selain itu, untuk melengkapi kebutuhan praktek siswa juga disediakan beberapa ruangan Laboratorium seperti Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi dan Laboraturium Komputer dengan sarana penunjang praktik didalamnya. SMA N 1 Weru saat ini dipimpin oleh Sukardi, S.Pd, M.Pd selaku kepala sekolah. Sedangkan jumlah guru yang mengajar sebanyak 50 orang dimana 43 orang diantaranya telah menempuh pendidikan D- IV/S-1 dan 7 diantaranya menempuh S-2. b. SMA N 1 Bulu Berdiri tahun 2002, diareal seluas kurang lebih 1 ha, dan terletak di posisi strategis commit jalur to lintas user selatan arah Klaten Sukoharjo

5 digilib.uns.ac.id 65 wonogiri. Tepatnya di Desa Bulu, Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo, dengan topografi lingkungan daerah perbukitan. Dengan Kepala Sekolah yang pertama Almarhum Bapak Drs.H. Sukidi, M.Hum. Waktu itu terdiri dari 3 kelas. Kemudian pada tahun 2007 dilanjutkan oleh Kepala Sekolah yang Baru Drs. H. Widodo, M.M. berkembang menjadi 6 kelas paralel. Berkat bantuan dari Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Pusat Bangunan juga terus berkembang, fasilitas dilengkapi dengan ruang LAB Fisika, Kimia, dan Biologi, Lab Komputer, Ruang Perpustakaan, Kantin, Koperasi, Ruang UKS dan OSIS, dan Masjid. Tahun 2010 kepemimpinan dilanjutkan oleh Dra. Dwi Ari Listiyani, M.Pd. sarana dan fasilitas sekolah sudah mengalami peningkatan. Penambahan 5 ruang kelas Baru, penertiban pintu dan gerbang sekolah, melengkapi sistem koneksi internet untuk pembelajaran, penataan Koperasi dan pengembangan pertamanan sekolah. Saat ini kepemimpinan dipegang oleh Drs. Sukamto yang sebelumnya merupakan Kepala SMA N 1 Weru. SMA N 1 Bulu sampai sekarang Sudah memiliki 12 angkatan Alumni lulusan dan kurang lebih sudah berjumlah ribuan. Sebagian sudah banyak yang bekerja sesuai bidangnya dan sebagian besar masih melanjutkan belajar di perguruan tinggi. Pada tanggal 9 November 2010 berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah, SMA N 1 Bulu mendapatkan Sertifikat dengan peringkat Akreditasi A. c. SMA N 1 Tawangsari SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo adalah sebuah sekolah negeri yang ada di Kabupaten Sukoharjo. SMA Negeri 1 Tawangsari didirikan pada 1983 diatas tanah seluas m² dengan luas bangunan 4.155m², luas halaman 904m²serta lapangan olahraga seluas 288m². SMA N 1 Tawangsari beralamat di Jalan Patimura No.105, Desa Lorog, Kecamatan Tawangsari. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1983 ini memilik nilai akreditasi A commit dengan to SK user Akreditasi terakhir nomor 1448 dan

6 digilib.uns.ac.id 66 meupakan Sekolah Standar Nasional dimana dulunya juga merupakan RSBI. Sekolah yang beralamat di Jalan Patimura No.105 ini memiliki ruang kelas sebanyak 27 ruangan baik untuk program MIA maupun IIS, sementara program bahasa belum ada. Selain itu, untuk melengkapi kebutuhan praktek siswa juga disediakan beberapa ruangan Laboratorium seperti Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi dan Laboraturium Komputer dengan sarana penunjang praktik didalamnya. SMA N 1 Tawangsari saat ini dipimpin oleh Suratno, S.Pd, M.Pd selaku kepala sekolah. Jumlah guru yang mengajar sebanyak 60 orang dimana 55 orang diantaranya telah menempuh pendidikan D-IV/S-1 dan 5 diantaranya menempuh S-2. d. SMA N 1 Nguter SMA N 1 Nguter merupakan Sekolah Menengah Atas Negeri yang beralamat di Desa Nguter Kecamatan Nguter. SMA N 1 Nguter sendiri telah berdiri sejak tahun 1996 diatas tanah seluas m² dengan luas bangunan 1.807m²,luas halaman 1.000m² serta luas lapangan olahraga 600m². Sekolah yang berdiri sejak tahun 1996 ini memilik nilai akreditasi B dengan SK Akreditasi nomor Ma Sekolah yang beralamat di Desa Nguter ini memiliki ruang kelas sebanyak 19 ruangan. Selain itu, untuk melengkapi kebutuhan praktek siswa juga disediakan beberapa ruangan Laboratorium seperti Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi, Laboraturium Komputer, dan Laboratorium Multimedia dengan sarana penunjang praktik didalamnya. SMA N 1 weru saat ini dipimpin oleh Drs. Sudibyo, M.Pd selaku kepala sekolah. Jumlah guru yang mengajar sebanyak 40 orang dimana 38 orang diantaranya telah menempuh pendidikan D-IV/S-1 dan 2 diantaranya menempuh S-2. commit to user

7 digilib.uns.ac.id 67 e. SMA N 1 Sukoharjo SMA Negeri 1 Sukoharjo berdiri atas swadaya masyarakat Sukoharjo, pada waktu itu dengan cara pengumpulan biji kelapa tua calon cikal (Tunas Pohon Kelapa). Yang diprakarsai oleh Bp. Wandyo Pranoto (Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sukoharjo pada tahun 1962). Dari hasil penjualan kelapa tersebut dibelikan sebidang tanah dengan luas meter persegi yang masih berupa tanas persawahan. Pada Tahun 1962 SMA Negeri 1 Sukoharjo telah menerima murid sebanyak 3 kelas satu baru, untuk tahun pelajaran 1962 / 1963 namun proses belajar mengajar masih menempati Rumah Bp. Dwijo di Desa Jetis Sukoharjo dan kelas ini merupakan kelas Jauh (Filial) dari SMA Negeri 1 Surakarta dibawah Pimpinan Bp. R. Supamdam selanjutnya di negerikan dengan SK Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal : 25 Juli 1963 No. 59/K/B/III. Tahap awal pembanggunan Gedung SMA Negeri 1 Sukoharjo hanya membuat 3 ruang kelas, dan secara bertahap membangun 10 ruang kelas setelah mendapatkan bantuan gedung dari DEPDIKBUD. Jumlah keseluruhan ruang kelas 27 Ruang Kelas dan selebihnya bantuan dari BP3. Dari masa kemasa SMA Negeri 1 Sukoharjo mengalami perkembangan yang pesat di bawah kepemimpinan beliau beliau Kepala Sekolah antara lain : 1) P. Seno Kertohadisubroto : Tahun ) Sutasno, BA : Tahun ) Drs. Soekidjo : Tahun ) J. Sarsono DS, BA : Tahun ) Drs, H. D. Soegimo : Tahun ) Drs. H. Mursidi : Tahun ) Drs. H. Sudiyat : Tahun 1993 Jan ) Drs, Praja Suminta, SH : Tahun 1 Feb April ) Drs. Supartono : Tahun 1995 Jan ) Drs. Sumadi commit to user : Tahun 2002 Nov. 2004

8 digilib.uns.ac.id 68 11) Drs. Soeparman : Tahun Nov Jan ) Drs. H. Soekirno : Tahun ) Hj. Sri Lastari, S.Pd, M.Pd : Tahun ) Drs. Darno : Tahun 2013 Sekarang Sebagai sekolah Terakreditasi dengan predikat A, Lulusan lulusan SMA Negeri 1 Sukoharjo diharapkan bisa bersaing dalam jenjang pendidikan diatasnya, terbukti lulusan lulusan SMA Negeri 1 Sukoharjo banyak mendapatkan kursi di Perguruan Tinggi Negeri di seluruh indonesia. f. SMA N 1 Polokarto SMA N 1 Polokarto merupakan Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada di Kecamatan Polokarto, lebih tepatnya lagi beralamat di Dukuh Butuh, Godog, Polojarti. SMA N 1 Polokarto sendiri telah berdiri sejak tahun 1997 diatas tanah seluas m² dengan luas bangunan 1.008m², luas lapangan olahraga 1.835m², dan luas halaman 2.635m². Sekolah yang beralamat di Kelurahan Jombor ini memiliki ruang kelas sebanyak 16 ruangan baik untuk program IPA maupun IPS. Selain itu, untuk melengkapi kebutuhan praktek siswa juga disediakan beberapa ruangan Laboratorium seperti Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi, dan Laboraturium Komputer dengan sarana penunjang praktik didalamnya. SMA N 1 Polokarto saat ini dipimpin oleh Maryadi, S.Pd selaku kepala sekolah. Sedangkan jumlah guru yang mengajar sebanyak 35 orang guru tetap dan 6 orang guru tidak tetap dimana 40 orang diantaranya telah menempuh pendidikan D-IV/S-1 dan 1 diantaranya menempuh S-2. commit to user

9 digilib.uns.ac.id 69 g. SMA N 1 Mojolaban SMA N 1 Mojolaban berdiri pada tahun SMA N 1 Mojolaban memiliki luas wilayah lebih kurang 3 hektar. Karena lahannya yang luas inilah menjadikan SMA N 1 Mojolaban nyaman untuk proses belajar mengajar. Apalagi daerah di sekitar kelas yang banyak ditanami pepohonan rindang. Selain itu SMA N 1 Mojolaban terletak agak kedalam dari tepi jalan raya. Hal inilah yang membuat proses belajar mengajar menjadi lebih tenang dan nyaman. SMA N 1 Mojolaban merupakan Sekolah Menengah Atas Negeri yang beralamat di jalan Batara Surya nomor 10, Wirun, Mojolaban. SMA N 1 Mojolaban sendiri telah berdiri sejak tahun 1992 diatas tanah seluas m² dengan luas bangunan 4.753m², luas halaman 2.079m², serta luas lapangan olahraga seluas 2.000m². Sekolah yang berdiri sejak tahun 1992 ini memilik nilai akreditasi A terhitung dari tanggal 11 November 2009 dengan nomor SK Akreditasi MA Sekolah yang beralamat di Wirun ini memiliki ruang kelas sebanyak 24 ruangan baik untuk program IPA, IPS maupun Bahasa. Selain itu, untuk melengkapi kebutuhan praktek siswa juga disediakan beberapa ruangan Laboratorium seperti Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi, Multimedia dan Laboraturium Komputer dengan sarana penunjang praktik didalamnya. SMA N 1 Mojolaban saat ini dipimpin oleh Drs. Narman, MM selaku kepala sekolah. Jumlah guru yang mengajar sebanyak 51 orang dimana 43 orang diantaranya telah menempuh pendidikan D-IV/S-1 dan 8 diantaranya menempuh S-2. h. SMA N 1 Kartasura Terletak di jalan raya Solo-Yogya kilometer 11 SMA N 1 Kartasura telah berdiri sejak 1 April Sekolah yang berada di Kecamatan Kartasura ini telah memiliki nilai akreditasi A. Saat ini SMA N 1 Kartasura dipimpin oleh commit Drs. H. to Widodo, user M.M.

10 digilib.uns.ac.id 70 SMA Negeri 1 Kartasura dahulunya bernama SMA Negeri Kartasura. Pada awalnya SMA Negeri Kartasura menggunakan gedung dari SD Negeri Ngabeyan 2 Kartasura yang pengelolaannya ditangani dari SMA Negeri 5 Surakarta yang pada saat itu Kepala Sekolah dijabat oleh Bp. Sugiyanto. Keputusan tersebut didasarkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no.0290/0/1978 tanggal 1 April Dasar penegerian SMA Negeri Kartasura berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no.0292/0/1978, tanggal 2 September i. SMA N 2 Sukoharjo SMA Negeri 2 Sukoharjo berlokasi di Jalan Raya Solo- Kartasura, Mendungan, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo merupakan jelmaan dari SMA UNS Sebelas Maret Surakarta yang berubah status dari SMA Swasta menjadi SMA Negeri. Pada awalnya, tepatnya pada tahun 1967 Berdirilah SMA IKIP Negeri Surakarta bertempat di SMP 8 Surakarta yang diprakarsai oleh Bapak Drs. Sumantyo Martohadmodjo selaku Rektor IKIP Surakarta. Adapun Kepala Sekolah pada waktu itu adalah Drs. Jayeng Sugiyanto yang kemudian dilanjutkan oleh Drs. Sasbani. Kemudian pada tahun 1972 SMA IKIP yang berlokasi di SMP 8 pindah ke Kampus IKIP Mesen Jln. Urip Sumoharjo dan pada tahun 1976 SMA IKIP Surakarta berganti nama menjadi SMA UNS Sebelas Maret Surakarta dengan status swasta. Adapun Kepala Sekolah yaitu Drs. Suyono, kemudian dilanjutkan oleh Drs. Soenarjo Basuki. Bulan April 1982, SMA UNS berpindah tempat dari Kampus UNS Mesen (dulu IKIP Mesen) ke Mendungan, Pabelan, Kartasura. Dengan terbitnya Surat Keputusan Mendikbud RI nomor: 0887/O/1986 tanggal 22 Desember 1986 tentang Pembakuan dan Penegerian Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas, maka pada tanggal 5 Maret 1987 SMA UNS diresmikan menjadi commit SMA to Negeri user 2 Sukoharjo oleh Drs. GBPH

11 digilib.uns.ac.id 71 Poeger, dengan kepala sekolah Dra. Sridadi Murjadji (sejak 5 Maret 1987 s.d 15 Januari 1992). Dengan demikian sejak 5 Maret 1987 SMA UNS Sebelas Maret Surakarta berubah status menjadi SMA Negeri 2 Sukoharjo, yang kemudian Kepala Sekolah dilanjutkan oleh Moenawir, BA. Saat ini sendiri SMA N 2 Sukoharjo dipimpin oleh Dra. Dwi Ari Listiyani, M.Pd. j. SMA N 3 Sukoharjo SMA N 3 Sukoharjo merupakan Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada di Kecamatan Bendosari, lebih tepatnya lagi beralamat di jalan Jenderal Sudirman nomor 197, Jombor, Bendosari. SMA N 3 Sukoharjo sendiri telah berdiri sejak tahun 1989 diatas tanah seluas m² dengan luas bangunan 4.211m², luas lapangan olahraga 6.000m², kebun 7.789m² dan luas halaman 5.595m². Sekolah yang beralamat di Kelurahan Jombor ini memiliki ruang kelas sebanyak 30 ruangan baik untuk program IPA, IPS maupun Bahasa. Selain itu, untuk melengkapi kebutuhan praktek siswa juga disediakan beberapa ruangan Laboratorium seperti Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi, Audio Visual dan Laboraturium Komputer dengan sarana penunjang praktik didalamnya. SMA N 3 Sukoharjo saat ini dipimpin oleh Sri Soewarsih, S.Pd, M.Pd selaku kepala sekolah. Sedangkan jumlah guru yang mengajar sebanyak 71 orang dimana 1 orang yang menempuh D-III Keguruan, 58 orang diantaranya telah menempuh pendidikan D-IV/S-1 dan 12 diantaranya menempuh S-2. commit to user

12 digilib.uns.ac.id 72 B. Deskripsi Temuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas Negeri se Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014. Kebijakan pendidikan gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo sendiri telah berjalan sejak tahun 2007 dimana pada saat itu Kabupaten Sukoharjo dapat dikatakan sebagai perintis pendidikan gratis di Indonesia. Pendidikan Gratis yang dimulai pada tahun 2007 itu ditetapkan oleh Bambang Riyanto selaku bupati Kabupaten Sukoharjo pada saat itu dengan mengambilkan dana Pendidikan gratis tersebut dari APBD Kabupaten Sukoharjo. Pada tahun 2007 sampai 2013 tahun ajaran 2012/2013, pemerintah Kabupaten Sukoharjo masih membantu biaya operasional Sekolah Menengah Atas Negeri di kabupaten tersebut yangmana dananya diambilkan dari pos ABPD. Akan tetapi, setelah pemerintah pusat mengeluarkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi SMA pada tahun 2013 tepatnya pada tahun ajaran 2013/2014, maka dana operasional yang berasal dari ABPD Kabupaten Sukoharjo tersebut ditarik oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo karena Pemkab Sukoharjo menilai dana dari Pemerintah Pusat sudah mencukupi untuk pelaksanaan Pendidikan Gratis di SMA Negeri se Sukoharjo. Gratis dalam hal ini adalah untuk operasional saja, untuk biaya pribadi siswa masih ditanggung siswa sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh informan 2 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 November 2014 yang menyatakan bahwa: Pendidikan gratis di Sukoharjo berasal dari APBN yang berupa BOS. Dulu sebelum dari BOS APBN dulu pernah di suplai dari APBD, setelah ada dari APBN ya dari APBD di stop. Gratis disini hanya untuk operasional saja. BOS dari APBN itu muncul kalau ndak salah tahun 2012, awalnya hanya sebesar enam puluh ribu per semester, tapi tahun 2013 setelah dananya satu juta pertahun persiswa, APBD di stop. Senada dengan hal tersebut, informan 3 (Kepala Sekolah) pada tanggal 19 November 2014 juga menyatakan bahwa: Pendidikan gratis dimulai sejak tahun 2007 dimana pada awalnya dana masih ditanggung commit dari to kabupaten, user tetapi setelah dana BOS

13 digilib.uns.ac.id 73 sebesar satu juta persiswa turun pada tahun 2013, tepatnya tahun ajaran 2013/2014, pemerintah kabupaten sudah tidak membantu biaya operasional lagi. Hal senada juga disampaikan oleh informan 5 (Kepala Sekolah) pada tanggal 11 Desember 2014 yang menyatakan bahwa: Pendidikan gratis itu pendidikan dimana peraturan yang dibuat oleh bapak bupati untuk siswa, orangtua maupun wali siswa itu tidak dipungut biaya. Jadi orang tua tidak memberikan SPP, seratus persen gratis untuk operasional. Dana dari pendidikan gratis ini berasal dari BOS pusat. Sebelum BOS pusat itu turun dari pemerintah Sukoharjo membiayai dana pendidikan gratis di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Senada dengan apa yang disampaikan oleh informan di atas, informan 6 (Kepala Sekolah) pada tanggal 10 Desember 2014 menyampaikan bahwa: Pendidikan gratis di Sukoharjo itu gratis untuk operasional, kaitan biaya-biaya personal itu tetep dibebankan kepada siswa. Operasional ini meliputi semua kegiatan di sekolah, semua itu sudah tercover dari awalnya dari APBD dulu. Sukoharjo merupakan perintis pendidikan gratis ini. Tetapi setelah secara nasional itu muncul pendidikan gratis lewat BOS nasional, kemudian dari kabupaten Sukoharjo dari APBD itu distop untuk dialokasikan ke yang lain. Jadi pembiayaan hanya dari pusat. Ini sejak tahun ajaran 2013/2014. Hal tersebut diperkuat oleh informan 10 (Kepala Sekolah) pada tanggal 22 Desember 2014 yang menyatakan bahwa: Yang gratis itu anu eee, untuk kebutuhan operasional sekolah, untuk kepentingan pribadi, personal anak itu tetap membayar sendiri seperti seragam, buku dan lainnya itu dari anak. Awalnya dana dari pendidikan gratis ini berasal dari ABPD, setelah dana BOS dari pusat turun APBD ditarik dan dialihkan untuk investasi sekolah. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Pendidikan Gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo telah dilaksanankan sejak tahun 2007 sejak era pemerintahan Bupati Bambang Riyanto. Pada awalnya dana Pendidikan Gratis di SMA Negeri diambilkan dari APBD Kabupaten Sukoharjo kemudian setelah Pemerintah Pusat menyalurkan dana BOS untuk SMA, bantuan dana operasional dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo ditarik. Yang dimaksud dengan gratis disini adalah gratis untuk keperluan operasional commit to user

14 digilib.uns.ac.id 74 saja, wali murid atau siswa masih mengeluarkan biaya untuk kebutuhan pribadi siswa sendiri. Selain mengkaji tentang bagaimana implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas Negeri se Kabupaten Sukoharjo, penelitian ini juga mengkaji tentang kendala-kendala yang dihadapi pada saat implementasi kebijakan dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya pada penelitian ini. Adapun hasil temuan penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas Negeri se Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014. a. Menyusun strategi atau desain. Sebelum kebijakan benar-benar dilaksanakan atau diimplementasikan ada banyak hal atau tindakan-tindakan yang perlu disiapkan terlebih dahulu supaya pelaksanaan kebijakan dapat berjalan secara maksimal. Mempersiapkan disini sama dengan merancang kebijakan turunan yang harus dilakukan dengan cara menentukan prosedur yang digunakan, perumusan tugas, perumusan tujuan, biaya dan waktu yang jelas. Adapun yang dilakukan sekolah dalam penyusunan strategi dan desain sebagai berikut: 1) Menentukan Prosedur yang digunakan Hal pertama yang harus dilakukan Sekolah dalam pelaksanaan Pendidikan Gratis dari dana BOS adalah dengan mendata jumlah siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah terkait guna menentukan jumlah dana yang diperlukan untuk kegiatan operasional. Data yang terkumpul kemudian di isikan secara online melalui website: Selain mengisi data ke website tersebut, data jumlah siswa persekolah juga harus di validasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dapodik tahun ajaran 2013/2014, serta sumber lain yang relevan. Selain itu, sekolah juga harus menyusun Rencana Anggaran Kegiatan Sekolah (RAKS) dan Rencana Anggaran dan commit Belanja to (RAB) user yang nantinya akan digunakan

15 digilib.uns.ac.id 75 sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan gratis. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 3 (Kepala Sekolah) pada tanggal 19 November yang menyatakan bahwa: Jadi kita data dulu jumlah siswa yang sekolah disini karena besar dana BOS kan dihitung persiswa. Data tersebut kita kirimkan ke website kemendikbud, kemudaian setelah juknis BOS turun kita buat RAB dan RAKS sesuai dengan pedoman. Data jumlah siswa tersebut juga harus di validasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dapodik tahun ajaran 2013/2014, serta sumber lain yang relevan. Senada dengan hal tersebut, informan 6 (Kepala Sekolah) pada tanggal 10 Desember 2014 menyatakan bahwa: Sekolah membuat MOU, MOU dengan pusat yaitu sesuai dengan jumlah muridnya. Disitu dibuatkan semacam perjanjian untuk melakukan pengelolaan. Awalnya sekolah harus menginput data jumlah siswa ke dikmen melalui website dikmen kemendikbud kemudian dari situlah jumlah dana yang diterima ditentukan. Hal senada juga disampaikan oleh informan 11 (Bendahara BOS) pada tanggal 11 Desember 2014 yang menyatakan bahwa: Sekolah membuat RAB BOS atau RAKS (Rencana Anggaran Kegiatan Sekolah) untuk satu semester. Berarti dananya nanti lima ratus ribu peranak dalam satu semester. Nah RAB itu dibuat, disahkan kemudian baru turun dana BOS yang dipakai untuk kegiatan-kegiatan operasional. Selain itu informan tersebut juga menyatakan bahwa: Dalam RAB itu tidak memuat data jumlah siswa ataupun nama-nama siswa, tetapi pada waktu pengusulan itu memang disertakan. Jadi daftar peserta didik SMA itu namanya siapa saja ada termasuk alamat dan orangtuanya sehingga tidak ada manipulasi, jumlahnya sesuai dengan kenyataan. Untuk RAB sendiri itu memang tidak disertai itu, tetapi untuk kelengkapan laporan harus menyertakan data jumlah siswa. Sebelumnya data jumlah siswa ini juga di input ke website kemendikbud. commit to user

16 digilib.uns.ac.id 76 Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh informan 12 (bendahara BOS) pada tanggal 16 Desember 2014 yang menyatakan bahwa: Kita buat dulu rencana anggaran sekolah atau RAB dan RAKS dengan kita orientasikan pada petunjuk teknis dengan uraian persiswa itu ada nominalnya. Jadi kita sesuaikan anggaran dan belanja sesuai dengan dana yang kita terima. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Informan 13 (Bendahara BOS) pada tanggal 19 Desember yang menyatakan bahwa: Dari pusat sudah diberi Juknis dimana ada poin-poin yang harus dilaksanakan tujuh atau berapa poin itu harus dilaksanakan dan dikembangkan sendiri oleh sekolah yang jelas ya untuk operasional sekolah selama per semester. Nah kami harus membuat RAB BOS dan RAKS dimana mengacu kepada juknis tersebut yang didalamnya juga sudah terlampir data jumlah siswa. Apa yang disampaikan oleh informan tersebut sesuai dengan dokumen Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 2013 dan 2014 tentang mekanisme penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah Menengah Atas (BOS SMA). Dari pernyataan informan serta bukti dari dokumen di atas dapat diketahui bahwa hal pertama yang harus dilakukan dalam pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Gratis dari BOS adalah dengan cara mendata jumlah siswa masing sekolah secara online melalui website Data jumlah siswa masing-masing sekolah tersebut juga harus di validasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dapodik tahun ajaran 2013/2014, serta sumber lain yang relevan. Hal ini dilakukan untuk menentukan besarnya dana operasional yang akan diterima oleh Sekolah terkait BOS SMA baik untuk tahap II tahun 2013 (Juli-Agustus 2013) serta tahap I tahun 2014 (Januari-Juni 2014). Selain itu sekolah juga harus commit to user membuat RAB dan RAKS yang disesuaikan dengan Petunjuk Teknis.

17 digilib.uns.ac.id 77 Kemudian, untuk mendapatkan bantuan berupa beasiswa baik BSM maupun BKM sekolah harus mendata jumlah siswa yang tidak mampu (miskin) yang diajukan ke pemerintah. Sedangkan untuk memperbaiki maupun memperbaharui sarana dan prasarana seperti rehab mapun pengadaan gedung baru, seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium,dan lain-lain pihak sekolah membuat proposal ke pemerintah sesuai dengan kebutuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 3 (Kepala Sekolah) pada tanggal 19 November 2014 yang menyatakan bahwa: Kalau beasiswa itu kita sosialisasikan dulu pada siswa dan orangtua, siapa yang berminat kemudian kita data siapa yang berhak, kita laporkan ke pemerintah. Kemudian untuk investasi itu ya, untuk investasi itu kita buat proposal dulu atau bisa pemerintah yang langsung memberikan bantuan dan kita laksanakan sesuai arahan lalu kita laporkan sesuai dengan dana yang diterima. Pernyataan yang senada juga disampaikan oleh informan 6 (Kepala Sekolah) pada tanggal 10 Desember 2014 yang menyatakan bahwa: Jadi untuk pengadaan gedung baru, rehab gedung, sarana dan prasarana yang berupa investasi untuk sekolah kita bisa mengajukan proposal ke pemerintah, disetujui atau tidaknya tergantung dari pemerintah. Jika bantuannya sudah datang nanti kita laksanakan sesuai dengan prosedur dan kita laporkan sesuai dengan bantuan yang kita terima. Nah kalau seperti beasiswa itu kita sosialisasikan dulu kemudian jumlah siswa yang miskin di data, lalu kita laporkan ke pemerintah. Hal tersebut diperkuat oleh informan 10 (Kepala Sekolah) pada tanggal 22 Desember 2014 yang menyatakan bahwa: Untuk pembangunan gedung, rehab gedung seperti yang kita bisa lihat diluar itu kita buat proposal dulu. Kemudian nanti kita laporkan sesuai dengan dana yang diterima. Untuk beasiswa kita data dulu jumlah siswa miskin lalu kita laporkan ke pemerintah. commit to user

18 digilib.uns.ac.id 78 Jadi bisa dikatakan untuk memperoleh bantuan berupa investasi baik berupa rehab maupun pembaharuan sarana dan prasarana pihak sekolah membuat proposal terlebih dahulu dan setelah bantuan cair kemudian dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan dilaporkan sesuai dengan bantuan yang diterima oleh sekolah. Sedangkan untuk beasiswa pihak sekolah melakukan sosialisasi terlebih dahulu, kemudian mendata siswa yang berhak mendapatkan beasiswa tersebut lalu melaporkannya ke pemerintah. Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa setelah sekolah melakukan sosialisasi, mendata jumlah siswa yang mendapat bantuan dan kemudian melaporkannya ke pemerintah, langkah selanjutnya yang dilakukan sekolah adalah menentukan prosedur yang digunakan untuk pelaksananaan pendidikan gratis yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan gratis. Dalam hal ini sekolah membuat Rencana Anggaran Kegiatan Sekolah (RAKS) dan Rencana Anggaran dan Belanja (RAB). Penyusunan RAKS dan RAB ini disesuaikan dengan petunjuk teknis BOS SMA, BSM, DAK, maupun peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. 2) Perincian Tugas Pendidikan gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo merupakan tanggung jawab bersama semua lapisan masyarakat, baik Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Warga Sekolah, maupun masyarakat pada umumnya. Semua memiliki tugas masing-masing untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan dari pendidikan gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo ini diperlukan adanya koordinasi dan kerjasama antara semua lapisan masyarakat yang ada. Jadi bisa dikatakan setiap lapisan commit masyarakat to user bertanggungjawab dalam

19 digilib.uns.ac.id 79 pelaksanaan pendidikan gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 1 (Kepala Sekolah) pada tanggal 13 November 2014 yang menyatakan bahwa: Ya kalau ditanya siapa saja yang terlibat semuanya terlibat, mulai dari pemerintah, sekolah, masyarakat, semuanya terlibat dalam pendidikan gratis ini. Kalau dari sekolah sendiri yang bertanggungjawab itu kepala sekolah sebagai penanggungjawab, bendahara BOS yang memegang uang, sama wakasek-wakasek yang memerlukan dana BOS. Senada dengan apa yang disampaikan informan di atas, informan 4 (Kepala Sekolah) pada tanggal 8 Desember 2014 juga menyatakan bahwa: Semua pihak terlibat dan bertanggungjawab, pemerintah, sekolah dan masyarakat semuanya bertanggungjwab. Kemudian dari pihak sekolah sendiri yang bertanggungjawab adalah bendahara BOS sebagai pengelola dana, Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab, di seksi kurikulum ada penanggungjawabnya sendiri, sarana prasarana ada penanggungjawabnya sendiri, kemudian kesiswaan ada penanggungjawabnya, jadi masing-masing memiliki tugasnya. Hal serupa juga disampaikan oleh informan 5 (Kepala Sekolah) pada tanggal 8 Desember 2014 yang menyatakan bahwa: Pemerintah, sekolah, masyarakat semuanya terlbat dan bertanggungjawab. Pemerintah dan masyarakat lebih kepada pengawasan, sedangkan sekolah dalam hal pelaksanaanya. Di sekolah sendiri ada bendahara BOS (Informan 11) sebagai pengelola, di bantu beberapa teman sebagai anggota tim karena membuat laporankan ya sulit kita sehingga perlu ada beberapa tenaga dari pihak guru agar proses belajar mengajarnya tidak terganggu untuk mengurusi tentang pendidikan gratis ini dari perencanaan, pengawasan kemudian sampai pelaporan. Senada dengan hal itu informan 7 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 Desember juga menyatakan bahwa: Semuanya terlibat dan bertanggungjawab mas, pemerintah dan masyarakat commit dalam to user hal ini mengawasi sedangkan

20 digilib.uns.ac.id 80 sekolah bertanggungjawab dalam hal pelaksanaan. Untuk pihak sekolah, tim manajemen BOS terdiri dari saya selaku Kepala Sekolah yang bertanggungjawab secara umum, bendahara BOS sebagai pengelola dana, serta wakasekwakasek yang terlibat dalam penggunaan dana BOS misalnya wakasek sarpras yang perlu dana untuk perbaikan, dan lainnya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan 10 (Kepala Sekolah) pada tanggal 22 Desember 2014 yang menyatakan bahwa: Pemerintah, Sekolah dan masyarakat bertanggungjawab. Semuanya memiliki tugas masing-masing, kalau Sekolah sendiri bertanggungjawab untuk pelaksanaanya. Di sekolah ada tim yang dibentuk berdasarkan SK Kepala Sekolah ada unsur siswa, ada unsur guru, komite, ada unsur pimpinan yakni kepala sekolah. Semua memilik tugasnya masingmasing. Hal ini juga diperkuat oleh dokumen Petunjuk Teknis BOS SMA baik tahun anggaran 2013 BAB V (halaman 16-17) maupun 2014 BAB V (halaman 25-27) tentang peran instansi terkait dimana dengan jelas di uraikan peran-peran instansi terkait baik tingkat pusat (Direktorat Pembinaan SMA), tingkat provinsi (Dinas Pendidikan Provinsi), tingkat kabupaten/kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), serta tingkat Sekolah. Selain itu dalam petunjuk teknis BOS SMA tahun 2013 (halaman 24) maupun 2014 (halaman 42) juga tertera alamat layanan pengaduan masyarakat sehingga masyarakat bisa memberikan informasi dan pengaduan tentang pelaksanaan program BOS SMA. Selain itu dalam dokumen Petunjuk Teknis BSM juga dijelaskan tentang pembagian tugas dan peran mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, sekolah dan lembaga penyalur. Dalam juknis tersebut terdapat pula layanan pengaduan sehingga apabila siswa atau masyarakat menemui adanya pelanggaran dapat melaporkan ke alamat yang tertera dalam layanan pengaduan tersebut. commit to user

21 digilib.uns.ac.id 81 Dari informasi di atas dapat diketahui bahwa semua pihak baik pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, warga sekolah maupun masyarakat pada umumnya bertanggung jawab atas pelaksanaan program pendidikan gratis ini. Semua pihak memiliki perannya masing-masing guna tercapainya tujuan kebijakan pendidikan gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo. Oleh karena itu, guna tecapainya tujuan dari kebijakan ini diperlukan adanya kerjasama yang baik antara semua pihak yang terlibat. Pada tingkat sekolah, pengelolaan program ini dilakukan oleh panitia yang dibentuk oleh Kepala Sekolah. Panitia terdiri dari unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan komite sekolah yang dibentuk secara musyawarah. Kepala Sekolah bertugas sebagai penanggungjawab program yang bertanggungjawab terhadap seluruh pengelolaan dana Pendidikan Gratis. Selain itu untuk mengelola Pendidikan Gratis di sekolah terdapat tim yang terdiri dari pendidik/tenaga kependidikan. Bendahara bertugas sebagai pengelola keuangan dimana bendahara ini dapat diambilkan dari bendahara rutin atau bendahara khusus yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. Peran Komite sendiri yaitu untuk memberikan bantuan tenaga maupun pemikiran, pengontrol kualitas pelaksanaan program, dan sekaligus sebagai mediator antara sekolah dengan masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh informan 2 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 November 2014 yang menyatakan bahwa: Jadi di sekolah itu kepala sekolah bertanggungjawab sebagai penanggungjawab program dan nanti dibantu oleh tim yang dibentuk kepala sekolah. Untuk pengelolaan keuangan ada bendahara. Selain itu kita juga melibatkan komite sekolah, biasanya untuk memberikan pertimbanganpertimbangan pada kami dan juga sebagai perwakilan dari orangtua siswa. Hal yang sama juga diampaikan oleh informan 7 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 Desember 2014 yang menyatakan bahwa: commit to user

22 digilib.uns.ac.id 82 Penanggung jawab programnya itu kepala sekolah. Jadi kepala sekolah itu bertanggungjawab terhadap seluruh pengelolaan dana pendidikan gratis ini. Kemudian kepala sekolah menunjuk bendahara sebagai pengelola dananya, selain itu kita juga dibantu oleh tim yang ditunjuk oleh kepala sekolah juga. Komite juga kita libatkan untuk mewakili orangtua siswa dalam pengelolaan program pendidikan gratis ini. Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan 10 (Kepala Sekolah) pada tanggal 22 Desember 2014 yang menyatakan bahwa: Untuk pengelolaan keuangannya kita serahkan ke Bendahara BOS yang ditunjuk berdasarkan SK Kepala Sekolah. Saya sendiri sebagai kepala sekolah bertanggungjawab dalam pengelolaan dana BOS secara umum. Ada juga tim yang membantu kita yang diambilkan dari wakasek, guru maupun tenaga pendidikan. Komite juga berperan dalam pelaksanaan pendidikan gratis ini, komite dapat memberikan masukan-masukan bagi sekolah, mengawasi pelaksanaan program dan juga sebagai istilahnya mediator antara sekolah dan orangtua siswa. Selain itu dalam Juknis BOS SMA baik tahun 2013 (halaman 19) maupun tahun 2014 (halaman 30-31) Bab V tentang pengelolaan program BOS SMA juga dijelaskan tentang tugas-tugas pengelola program di tingkat SMA. Pada Juknis tersebut disebutkan bahwa dalam pelaksanaannya pendidikan gratis dikelola oleh tim atau panitia yang terdiri dari unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan komite sekolah yang dibentuk secara musyawarah. Kepala Sekolah bertugas sebagai penanggungjawab program yang bertanggungjawab terhadap seluruh pengelolaan dana BOS SMA. Selain itu untuk mengelola BOS di sekolah terdapat tim yang terdiri dari pendidik/tenaga kependidikan. Bendahara BOS bertugas sebagai pengelola keuangan dimana bendahara ini dapat diambilkan dari bendahara rutin atau bendahara khusus yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. Peran Komite sendiri yaitu untuk memberikan bantuan tenaga maupun pemikiran, pengontrol kualitas pelaksanaan program, dan commit to user sekaligus sebagai mediator antara sekolah dengan masyarakat.

23 digilib.uns.ac.id 83 Sedangkan dari dokumen Petunjuk teknis BSM pada bagian pembagian tugas dan peran juga menyebutkan bahwa pengelola BSM tingkat sekolah adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru yang ditunjuk dan Komite Sekolah. Dari pernyataan-pernyataan dan bukti dokumen di atas dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaannya pendidikan gratis dikelola oleh tim atau panitia yang terdiri dari unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan komite sekolah yang dibentuk secara musyawarah. Kepala Sekolah bertugas sebagai penanggungjawab program yang bertanggungjawab terhadap seluruh pengelolaan dana Pendidikan Gratis. Selain itu untuk mengelola BOS di sekolah terdapat tim yang terdiri dari pendidik/tenaga kependidikan. Bendahara BOS bertugas sebagai pengelola keuangan dimana bendahara ini dapat diambilkan dari bendahara rutin atau bendahara khusus yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. Peran Komite sendiri yaitu untuk memberikan bantuan tenaga maupun pemikiran, pengontrol kualitas pelaksanaan program, dan sekaligus sebagai mediator antara sekolah dengan masyarakat. 3) Perumusan Tujuan Pendidikan gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo ditujukan untuk memberi kesempatan yang sama bagi semua masyarakat yang ingin menempuh pendidikan SMA di kabupaten tersebut tanpa memandang status sosial masyarakat. Antara warga yang mampu dan tidak mampu semuanya sama-sama memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan di tingkat SMA. Selain itu, kebijakan ini juga bertujuan untuk mengurangi angka putus sekolah di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini sesuai dengan apa yang di sampaikan oleh informan 14 (Guru) pada tanggal 13 November 2014 yang menyatakan bahwa: commit to user

24 digilib.uns.ac.id 84 Tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mengenyam pendidikan mas. Terutama dalam hal ini siswa yang kurang mampu. Dengan adanya pendidikan gratis ini akan sangat membantu bagi siswa yang tidak mampu untuk memperoleh pendidikan di SMA ini dan tentunya untuk mengurangi angka putus sekolah. Hal senada juga disampaikan oleh informan 15 (guru) pada tanggal 18 November 2014 yang menyatakan bahwa: Jadi tujuannya itu mas untuk memberi kesempatan yang sama bagi siswa untuk belajar. Sehingga siswa itu lebih tenang dalam belajar karena tidak harus memikirkan hal yang macam-macam seperti biaya SPP, uang Gedung, operasional, jadi siswa bisa lebih fokus dalam belajar. Hal yang hampir sama juga disampaikan oleh informan 16 (Guru) pada tanggal 19 November 2014 yang menyatakan bahwa: Yang jelas dengan adanya pendidikan gratis ini dapat mengurangi angka putus sekolah. Jadi semua siswa dapat kesempatan yang sama untuk memperoleh pembelajaran. Dengan adanya pendidikan gratis ini dari anak-anak yang tidak mampu bisa apa, bisa melakukan atau belajar dengan baik. Dengan program pendidikan gratis mereka bisa tertampung, mendapatkan kesempatan belajar seperti mereka yang mampu. Senada dengan hal tersebut informan 8 (Kepala Sekolah) pada tanggal 16 Desember 2014 menyatakan bahwa: Sesuai dengan namanya mas, pendidikan gratis ini bertujuan untuk menggratiskan biaya sekolah berupa biaya operasional, ingat, biaya operasional saja. Nah, dengan adanya pendidikan gratis ini juga bertujuan untuk mengurangi jumlah anak putus sekolah. Jadi anak yang tidak mampu dapat melanjutkan sekolah tanpa harus memikirkan biaya operasional yang sudah ditanggung oleh pemerintah. Informasi tersebut diperkuat oleh pernyataan dari informan 10 (Kepala Sekolah) pada tanggal 22 Desember yang menyatakan bahwa: Tujuannya commit yakni to mengurangi user angka putus sekolah, memberikan kesempatan yang sama kepada siswa terutama

25 digilib.uns.ac.id 85 dalam hal ini membantu siswa yang tidak mampu untuk bersekolah. Selain itu, informasi dari informan di atas juga diperkuat oleh dokumen Petunjuk Teknis BOS baik tahun 2013 (halaman 2) dan tahun 2014 (halaman 3) tentang tujuan BOS SMA yang mana di dalamnya tertulis bahwa tujuan dari BOS SMA diantaranya adalah mengurangi angka putus sekolah, mewujudkan keberpihakan pemerintah (affimative action) bagi siswa miskin SMA dengan membebaskan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee) tagihan biaya sekolah bagi siswa miskin, serta memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa miskin SMA untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu. Dalam dokumen juknis BSM juga disebutkan tentang tujuan dari program BSM tersebut yakni memberi peluang bagi lulusan SMP/MTs atau yang sederajat dari keluarga kurang mampu untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA), mencegah siswa miskin SMA dari kemungkinan putus sekolah akibat kesulitan biaya pendidikan, memberikan peluang dan kesempatan yang lebih besar kepada siswa miskin SMA untuk terus bersekolah hingga menyelesaikan pendidikan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tujuan dilaksanakannya Pendidikan Gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo ini adalah untuk memberikan kesempatan yang sama kepada semua masyarakat terutama bagi tidak mampu guna memperoleh pendidikan di tingkat SMA serta mengurangi angka putus sekolah di tingkat SMA. Dalam hal ini tujuan yang dirumuskan oleh sekolah sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. 4) Biaya dan Waktu Dana Pendidikan Gratis berasal dari dana program BOS, BSM, Dana Alokasi commit Khusus to bidang user Pendidikan, dana pendamping,

26 digilib.uns.ac.id 86 sponsor dan masyarakat. Khusus untuk dana dari masyarakat sendiri bersifat insidensial, tidak membebani dan tidak memaksa. a) Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMA Besarnya dana BOS SMA yang diterima sekolah tergantung dari jumlah siswa yang bersekolah di sekolah terkait. Jumlah dana yang diterima sekolah adalah Rp ,00 (satu juta rupiah) per siswa pertahun atau Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah) persemester. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 4 (Kepala Sekolah) pada tanggal 8 Desember 2014 yang menyatakan bahwa: BOS itu kan satu tahun satu juta persiswa atau lima ratus ribu persemester. Jumlah dana yang diterima sekolah tergantung dari jumlah siswa mas. Jadi kalau misalnya jumlah siswa disini 700 tinggal dikalikan saja dengan lima ratus ribu persemester. Penyataan yang senada juga disampaikan oleh informan 5 (Kepala Sekolah) pada tanggal 11 Desember yang menyatakan bahwa: Dihitung dari jumlah siswa yang tahun pelajaran ini tiap semesternya lima ratus. Jadi satu tahun berarti satu juta kali jumlah siswa. Hal yang sama juga disampaikan oleh informan 7 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 Desember 2014 yang menyatakan bahwa: Jumlah dana yang diterima oleh sekolah itu dihitung dari jumlah siswa yang sekolah disini. Satu siswa mendapatkan dana sebesar lima ratus ribu persemester atau sebesar satu juta pertahun. Jadi tinggal dikalikan saja mas dapatnya brapa. Senada dengan hal tesebut, informan 8 (Kepala Sekolah) pada tanggal 16 Desember 2014 menyatakan bahwa: Setiap siswa mendapat bantuan dari pemerintah pusat untuk biaya operasional atau BOS ini sebesar satu juta pertahun commit atau lima to user ratus ribu persemester. Jumlah dana

27 digilib.uns.ac.id 87 yang diterima sekolah itu tergantung dari banyaknya siswa mas. Hal ini juga diperkuat oleh dokumen Petunjuk Teknis BOS SMA tahun 2013 (halaman iii) tentang satuan biaya dan juga Petunjuk Teknis BOS SMA tahun 2014 (halaman vi) tentang satuan biaya BOS SMA yang menjelaskan bahwa besar bantuan per sekolah diperhitungkan berdasarkan jumlah siswa dimana setiap siswa menerima dana BOS sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah)/tahun atau Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah)/semester. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk kegiatan operasional, sekolah didanai oleh program BOS SMA yang diperoleh dari Pemerintah Pusat. Besar dana yang diterima sekolah tergantung dari jumlah siswa yang bersekolah disekolah tersebut dimana setiap siswa menerima dana BOS sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah)/tahun atau Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah)/semester. Dana BOS SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo turun secara dua tahap, yakni tahap II untuk tahun 2013 (antara Juli- September) dan tahap I untuk tahun 2014 (antara Januari-Februari). Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 1 (Kepala Sekolah) pada tanggal 13 November 2014 yang menyatakan bahwa: Biasaya setiap satu semester, tiap satu semester keluar tapi bulannya engga tentu. Kadang kalau semester satu itu bulan agustus semester dua bulan februari, biasanya itu hlo. Senada dengan pernyataan di atas, informan 2 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 November juga menyatakan bahwa: Keluarnya itu setahun dua kali, jadi tiap semester keluar. Untuk semester satu antara bulan Juli sampai bulan September kemudian untuk semester dua antara Januari sampai Februari. Jadi ga pasti kapan keluarnya. commit to user

28 digilib.uns.ac.id 88 Hal serupa juga disampaikan oleh informan 6 (Kepala Sekolah) pada tanggal 10 Desember yang menyatakan: Turunnya biasanya anu, awal awal setelah MOU itu turun. Hanya kalo pas masa-masa transisi itu kan hampir bulan kedua, kisaran bulan dua tiga itu baru bisa di transfer ke rekening sekolah. Apa yang disampaikan oleh informan-informan di atas terebut senada dengan yang disampaikan oleh informan 11 (Bendahara BOS) yang menyatakan bahwa: Turunnya itu eeee, setiap semester, setiap semester itu tidak langsung turun tapi kadang separuhnya dulu. Bulan berikutnya separuhnya lagi tapi masih dalam semester itu. Hal senada juga diperkuat oleh informan 13 (Bendahara BOS) pada tanggal 16 Desember 2014 yang menyatakan bahwa: Per awal semester jadi kalo misalnya awal tahun ajaran 2013/2014 berarti ya eee, Juni eh sekitar Juli Kemudian kalau semester dua itu antara bulan Januari Februari. Pernyataan dari informan-informan tersebut diperkuat dengan dokumen Petunjuk teknis BOS SMA baik tahun 2013 tentang jadwal penyaluran bantuan BOS SMA tahap II (halaman 15) maupun tahun 2014 tahap I (halaman 21). Dari informasi dan bukti dokumen di atas dapat diketahui bahwa penyaluran dana BOS SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014 melalui dua tahap, yakni tahap II untuk tahun 2013 dan tahap I untuk tahun Tahap pertama berlangsung antara Juli-Agustus 2013 dan tahap kedua antara Januari-Februari b) Beasiswa commit to user

BAB II Wilayah Sukoharjo

BAB II Wilayah Sukoharjo 8 BAB II Wilayah Sukoharjo A. Kondisi Geografis Kabupaten Sukoharjo Sukoharjo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Letak kabupaten ini terletak dibagian Tenggara Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Studi Pustaka Peraturan Literature Internet Tinjauan Pustaka - Variabel pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data yang telah dianalisis, peneliti dapat mengambil kesimpulan penelitian tentang Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN DI KOTA SEMARANG DAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI

BAB II GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN DI KOTA SEMARANG DAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI 61 BAB II GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN DI KOTA SEMARANG DAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI 2.1 Gambaran Umum Kota Semarang 2.1.1 Aspek Geografis Sebagai Kota Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah,

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DI KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) memiliki bobot 3 SKS dan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil jurusan kependidikan. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kondisi Fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kondisi Fisik BAB I PENDAHULUAN Mahasiswa adalah calon guru, maka sudah selayaknya mahasiswa memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang memadai dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berangkat

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor : 698/C/KU/2010

SURAT EDARAN Nomor : 698/C/KU/2010 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Gedung E Lt 5, Komplek Kemdiknas Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp: (021) 5725610-5725613, 5725057,

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2012

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2012 RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2012 NO NAMA KEGIATAN / PEKERJAAN KODE REKENING PAGU ANGGARAN LOKASI KECAMATAN SUMBER DANA BIDANG SMP, SMA/SMK I PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DAN MEKANISME PENGGALIAN SUMBANGAN SUKARELA DARI MASYARAKAT KATEGORI MAMPU DALAM IKUT MEMBANTU PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMP NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMP NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis situasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa PPL untuk memperoleh data mengenai kondisi baik fisik maupun non fisik yang ada di SMP Negeri 1 Prambanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) memiliki bobot 3 SKS dan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil jurusan kependidikan. Program

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM. (Kasunanan) dan Mangkunegaran Ko (Mangkunegaran). Wilayah. Mangkunegaran meliputi daerah Kabupaten Karanganyar, Wonogiri, dan

BAB I GAMBARAN UMUM. (Kasunanan) dan Mangkunegaran Ko (Mangkunegaran). Wilayah. Mangkunegaran meliputi daerah Kabupaten Karanganyar, Wonogiri, dan BAB I GAMBARAN UMUM A. Deskripsi Kabupaten Sukoharjo 1. Sejarah Kabupaten Sukoharjo Pada masa pendudukan Jepang, wilayah Karesidenan Surakarta pernah merupakan Daerah Istimewa yang dikenal dengan Solo

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA TAHUN 2009 WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2010 I. KETENTUAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA TAHUN 2010 WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar 1. Sejarah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang :

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURANBUPATIBATANG TENTANG PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN KABUPATEN BATANG TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURANBUPATIBATANG TENTANG PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN KABUPATEN BATANG TAHUN ANGGARAN 2012 BUPAII BAIANG PERATURANBUPATIBATANG NOMOR :.so 30 T AHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN KABUPATEN BATANG TAHUN ANGGARAN 2012 BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa guna

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK TAHUN KODE JUKNIS : 28-PS NAMA PROGRAM : BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK TAHUN KODE JUKNIS : 28-PS NAMA PROGRAM : BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

WALI KOTA BANDUNG, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA BANDUNG, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 SALINAN WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR 456 TAHUN 2018 TATA CARA PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK- KANAK/RAUDHATUL ATHFAL, SEKOLAH DASAR/MADRASAH

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN WALIKOTA SURABAYA, WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pendampingan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2015 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

Pengelolaan Pendidikan Menengah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017

Pengelolaan Pendidikan Menengah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 Pengelolaan Pendidikan Menengah SMA dan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 Pengelolaan Pendidikan 1. PAUD 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. SMK 6. PK

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 DAFTAR ISI 1 Pengertian, Kebijakan,

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN BEASISWA KULIAH PROGRAM S1/D4/D3 BAGI MAHASISWA BERPRESTASI YANG BERASAL DARI KELUARGA TIDAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran maka Universitas Negeri Yogyakarta melaksanakan mata kuliah lapangan yakni Praktik Pengalaman Lapangan ( PPL ). Sasaran

Lebih terperinci

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2015 PEMERINTAHAN. Desa. Penyelenggaraan. Pembangunan. Pembinaan. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717). PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KHUSUS SISWA MISKIN SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI/SWASTA KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN DEMAK NOMOR 422.1/ 1378 / 2017

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN DEMAK NOMOR 422.1/ 1378 / 2017 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jalan Sultan Trenggono Nomor 89 Demak Kode Pos 59516 Telp. (0291) 685242 Fax. (0291) 685364 web. : http://dindikbud.demakkab.go.id - e-mail :

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

PEDOMAN BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA (PTAIS) TAHUN 2014

PEDOMAN BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA (PTAIS) TAHUN 2014 PEDOMAN BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA (PTAIS) TAHUN 2014 KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM Jln.

Lebih terperinci

LAPORAN PPL MANAJEMEN PENDIDIKAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO PENDATAAN LABORATORIUM IPA SMA SE-KABUPATEN KULON PROGO

LAPORAN PPL MANAJEMEN PENDIDIKAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO PENDATAAN LABORATORIUM IPA SMA SE-KABUPATEN KULON PROGO LAPORAN PPL MANAJEMEN PENDIDIKAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO PENDATAAN LABORATORIUM IPA SMA SE-KABUPATEN KULON PROGO Disusun untuk Memenuhi Nilai Akhir Mata Kuliah Praktek Pengalaman Lapangan

Lebih terperinci

PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI

PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI KATA PENGANTAR PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI BEASISWA PENDIDIKAN BAGI CALON MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA KURANG MAMPU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) PADA TK, SD DAN SMP TAHUN PELAJARAN 2017/2018

PEDOMAN UMUM PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) PADA TK, SD DAN SMP TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Lampiran 1: Peraturan Kepala Dinas DIKPORA, Nomor: 110 Tahun 2017, tanggal 15 Juni 2017 tentang Pedoman Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada TK, SD dan SMP Tahun Pelajaran 2017/2018 PEDOMAN UMUM PENERIMAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DAN ALOKASI SEKOLAH PENERIMA DANA SUBSIDI PENUNJANG BIAYA SEKOLAH GRATIS TAHUN ANGGARAN 2008 DI KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN UNTUK PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM SWASTA (PTKIS) TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN UNTUK PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM SWASTA (PTKIS) TAHUN 2015 PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN UNTUK PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM SWASTA (PTKIS) TAHUN 2015 KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT PENDIDIKAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEDOMAN BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN PERGURUAN TINGGI AGAM ISLAM NEGERI (PTAIN) TAHUN 2014

PEDOMAN BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN PERGURUAN TINGGI AGAM ISLAM NEGERI (PTAIN) TAHUN 2014 PEDOMAN BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN PERGURUAN TINGGI AGAM ISLAM NEGERI (PTAIN) TAHUN 2014 KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM Jln.

Lebih terperinci

Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014

Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014 Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 DAFTAR ISI 1 KEBIJAKAN DAN PROGRAM

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DENGAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 5.1 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sebagai salah satu lembaga yang menghasilkan tenaga kependidikan telah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMAN 10 TANGERANG Sejarah Berdirinya SMAN 10 Tangerang Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat maka

BAB II DESKRIPSI SMAN 10 TANGERANG Sejarah Berdirinya SMAN 10 Tangerang Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat maka 20 BAB II DESKRIPSI SMAN 10 TANGERANG 2.1. Sejarah Berdirinya SMAN 10 Tangerang Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat maka kota Tangerang berbenah terutama dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar terpenting dalam system nasional yang menentukan kemajuan bangsa. Dalam hal ini Pendidikan nasional sangat berperan penting untuk mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum Pd T-05-2005-C Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (P BM) 1. Pedoman umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan, kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Universitas Negeri Yogyakarta sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang dikhususkan bagi mereka pemuda indonesia yang ingin mengabdikan dirinya sebagai guru dan bagi mereka

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2015 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017 BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian terdiri dari 25 orang yang diambil dari pengurus komite sekolah dari 3 SMP Negeri yang ada di Kecamatan Musuk, Kabupaten

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh informasi tentang situasi di SMP Negeri 2 Wates. Hal ini penting dilakukan karena dapat digunakan sebagai acuan untuk

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060796 merupakan salah satu sekolah negeri yang beralamat di Jalan Medan Area Selatan, Kecamatan Medan Area, Kota Medan. Sekolah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DAN SEKOLAH LUAR BIASA

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SLEMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN afd20 Mei 2009=hasil hukum PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Laporan PPL UNY 2014 Page 1

Laporan PPL UNY 2014 Page 1 BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis situasi diperlukan untuk memperoleh data mengenai kondisi baik fisik maupun non fisik yang ada di SMP N 1 Prambanan Klaten sebelum melaksanakan kegiatan KKN-PPL.

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN TEMPAT UJI KOMPETENSI 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN TEMPAT UJI KOMPETENSI

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN TEMPAT UJI KOMPETENSI 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN TEMPAT UJI KOMPETENSI KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan individu. Melalui pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PENGUMUMAN REVISI RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGUMUMAN REVISI RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PENGUMUMAN REVISI RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MELALUI PENYEDIA Nomor : 050/1012/ 2013 Tanggal : 7 Pebruari 2013 Pengguna Anggaran : Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Alamat : Jalan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DRAFT PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DRAFT PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DRAFT PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA BANTUAN PEMBANGUNAN KELURAHAN KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 18 TAHUN 2017

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 18 TAHUN 2017 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA PENINGKATAN MUTU DAN MANAJEMEN SATUAN PENDIDIKAN PADA SD NEGERI, SMP NEGERI DAN SMP SATAP DI KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

1) Identitas Sekolah

1) Identitas Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI TERHADAP PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN POLITEKNIK BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA PRESTASI TAHUN 2016

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA PRESTASI TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Lampiran SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor: 1366 Tahun 2014 PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN

Lampiran SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor: 1366 Tahun 2014 PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN Lampiran SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor: 1366 Tahun 2014 PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU RA/MADRASAH BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (STF-GBPNS) TAHUN 2014 A. Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan

Lebih terperinci

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi BAB I PENDAHULUAN Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa direncanakan sebaik

Lebih terperinci

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENETAPAN BESARAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUPANG TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta

Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 0 PERSYARATAN DAN PROSEDUR Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta Kementerian Riset, Teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI 1. Kondisi Sekolah Keberadaan SMP N 2 Ngaglik Sleman sejak tahun 1967 yang sebelumnya merupakan Filial SMP N 1 Ngaglik Sleman. SMP N 2 Ngaglik Sleman dikenal luas

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PERALATAN E-PEMBELAJARAN. 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PERALATAN e-pembelajaran

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PERALATAN E-PEMBELAJARAN. 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PERALATAN e-pembelajaran KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48.A 2012 SERI : E A BEKPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48.A TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48.A 2012 SERI : E A BEKPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48.A TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48.A 2012 SERI : E A BEKPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48.A TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH YANG ANGGARANNYA

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN 2017... TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS UNTUK PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru. PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR UU No 14 Tahun 2005 Tentang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PAMERAN PRODUK KREATIF SISWA SMK BESERTA MITRA INDUSTRI

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PAMERAN PRODUK KREATIF SISWA SMK BESERTA MITRA INDUSTRI KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari tahun 2006/2007 sampai dengan 2008/2009 yang diperoleh dari berbagai sumber

Lebih terperinci