Oleh: ENDANG DWIASTUTI NIM X

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: ENDANG DWIASTUTI NIM X"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN PENGAJARAN REMEDIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENAMBAHAN BILANGAN 1-10 PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V DI SDLB NEGERI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009 Oleh: ENDANG DWIASTUTI NIM X PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 i

2 PENGGUNAAN PENGAJARAN REMEDIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENAMBAHAN BILANGAN 1-10 PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V DI SDLB NEGERI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009 Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Oleh: ENDANG DWIASTUTI NIM X PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 ii

3 HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persetujuan Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dra. Munzayanah Dra. B. Sunarti, M.Pd. NIP NIP iii

4 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Selasa Tanggal : 21 Juli 2009 Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag Anggota I : Dra. Munzayanah Anggota II : Dra. B. Sunarti, M.Pd Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan, Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP iv

5 ABSTRAK Endang Dwiastuti. PENGGUNAAN PENGAJARAN REMEDIAL UNTUK MENINGKAKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENAMBAHAN BILANGAN 1-10 PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V DI SDLB NEGERI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008 / Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli Penelitian ini beryuuan unuk mengetahui penggunaan pengajaran remedial untuk meningkatkan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo. Penelitian dilaksanakan di SDLB Negeri Purworejo dengan subjek 3 siswa kelas V tunagrahita sedang yaitu 2 siswa laki laki dan 1 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif komparatif untuk data kuantitatif yakni dengan membandingkan hasil antar siklus. Dan teknik analisis kritis yaitu mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 dengan menggunakan pengajaran remedial meningkat dari kondisi awal rerata 50,00 pada siklus I menjadi 56,66, siklus II dengan rerata 61,66 dan siklus III menjadi 66,66 dan terdapat peningkatan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V setelah menggunakan pengajaran remedial dibanding dengan sebelum tindakan pengajaran remedial. Ini dibuktikan dengan rerata pada kondisi awal 50,00 sedangkan hasil siklus III dengan rerata 66,66. Jadi penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pengajaran remedial dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo. v

6 MOTTO Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar benar berada dalam keni matan yang besar (surga). (Terjemahan Q.S. Al Mutaffitin, 22) vi

7 PERSEMBAHAN Karya ini dipersembahkan Kepada: Ibu dan bapak tercinta, Suamiku tercinta, Ketiga anakku Eka, Tya dan Irfan tersayang, Almamater. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Bapak Drs. A. Salim Choiri, M.Kes dan Bapak Drs. Maryadi, M.Ag selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 6. Ibu Dra. Munzayanah, selaku Pembimbing I. 7. Ibu Dra. B. Sunarti, M.Pd, selaku Pembimbing II. 8. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. viii

9 Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pragmatika. Surakarta, Juli 2009 Penulis ix

10 DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGAJUAN ii HALAMAN PERSETUJUAN iii HALAMAN PENGESAHAN iv HALAMAN ABSTRAK v HALAMAN MOTTO vi HALAMAN PERSEMBAHAN viii KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GRAFIK xiv DAFTAR LAMPIRAN xv BAB.I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB.II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Anak Tunagrahita a. Pengertian Anak Tunagrahita b. Ciri-ciri Anak Tunagrahita c. Faktor-faktor Penyebab Anak Tunagrahita d. Klasifikasi Anak Tunagrahita e. Karakteristik Umum Anak Tunagrahita Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.. 15 x

11 c. Pengertian Pembelajaran Matematika SDLB-C Sedang d. Tujuan Pembelajaran Matematika e. Ruang Lingkup Pelajaran Matematika SDLB-C Sedang f. Materi Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita Pengajaran Remedial a. Pengertian Pengajaran Remedial b. Ciri-ciri Pengajaran Remedial c. Jenis-jenis Pengajaran Remedial d. Langkah-langkah Pengajaran Remedial e. Tujuan Pengajaran Remedial bagi Anak Tunagrahita Sedang f. Materi Pengajaran Remedial g. Prosedur Pengajaran Remedial h. Faktor Pendukung Pengajaran Remedial i. Faktor Penghambat Pengajaran Remedial B. Kerangka Berfikir C. Hipotesis BABIII METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian B. Subjek Penelitian C. Data dan Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data Pengamatan Wawancara atau Diskusi Kajian Dokumen Angket xi

12 5. Tes E. Validitas Data F. Teknik Analisis Data G. Indikator Kinerja H. Prosedur Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Siklus I Siklus II Siklus III B. Hasil Penelitian C. Pembahasan BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel I Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada Kondisi Awal Tabel 2 Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada Siklus I Tabel 3 Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada Siklus II Tabel 4 Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada Siklus III Tabel 5 Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bilangan 1-10 dengan Menggunakan Pengajaran Remedial Tabel 6 Tingkat Ketuntasan Siswa dalam Tiga Siklus xiii

14 DAFTAR GRAFIK Halaman Bagan 1 Kerangka Berfikir Bagan 2 Pelaksanaan Siklus Gambar 1. Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan Bilangan 1-10 Pada Kondisi Awal Gambar 2. Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan Bilangan 1-10 Pada Siklus I Gambar 3. Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan Bilangan 1-10 Pada Siklus II Gambar 4. Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan Bilangan 1-10 Pada Siklus III Gambar 5 Grafik Histogram Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bilangan 1-10 dengan Menggunakan Pengajaran Remedial xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Lembar Observasi untuk Siswa Lampiran 2 Lembar Pengamatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I Lampiran3 Lembar Pengamatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus II Lampiran 4 Lembar Pengamatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus III Lampiran 5 Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bilangan 1-10 Kondisi Awal Lampiran 6 Perolehan Nilai Evalusi Penambahan Bilangan 1-10 dengan Menggunakan Pengajaran Remedial Pada Siklus I Lampiran 7 Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bilangan 1-10 Siklus II Lampiran 8 Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bialnagn 1-10 Siklus III Lampiran 9 RPP Siklus I Lampiran 10 RPP Siklus II Lampiran 11 RPP Siklus III Lampiran 12 Instrumen Tes Siklus I Lampiran 13 Instrumen Tes Siklus II Lampiran 14 Instrumen Tes Siklus III Lampiran 15 Lembar Pengamatan Proses Belajar Mengajar Responden Guru Siklus I Lampiran 16 Lembar Pengamatan Proses Belajar Mengajar Responden Guru Siklus II Lampiran 17 Lembar Pengamatan Proses Belajar Mengajar Responden Guru Siklus III Lampiran 18 Jadwal Pelaksanaan Penelitian xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan. Undang- Undang Republik Indonesia NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 32 Ayat 1 menyebutkan bahwa: Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan / atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan khusus tersebut di atas, maka peran lembaga pendidikan atau sekolah sangat penting. Dalam proses pendidikan khususnya pendidikan luar biasa ada dua komponen yang berperan besar dalam membantu dan mempengaruhi tercapainya tujuan PLB, yaitu komponen instrumental dan komponen environmental. Komponen instrumental meliputi guru dan non guru, materi, metode atau strategi, media, biaya dan sebagainya. Adapun komponen environmental meliputi lingkungan fisik, sosial, dan psikis. Setiap komponen saling berkaitan dan berperan sesuai dengan fungsinya untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Penulis sebagai guru atau pendidik di pendidikan luar biasa yaitu Sekolah Dasar Luar Biasa yang mengajar anak tunagrahita sedang sangat berharap sekecil apapun yang dihasilkan anak didik, kita tetap berupaya semaksimal mungkin. Kerjasama antar rekan guru perlu digalang terus supaya permasalahan yang muncul pada anak didik bisa teratasi atas dasar kesepakatan bersama. Kita jalin komunikasi dengan orang tua supaya pendidikan berjalan selaras baik di sekolah maupun di rumah. Anak tunagrahita sedang adalah anak luar biasa yang biasa juga disebut imbesil. Kelompok anak ini memiliki IQ diantara pada Skala Binet dan menurut skala Weschler ( WISC ). Anak terbelakang mental sedang biasanya mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat dididik xvi

17 mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti berjalan di jalan raya, kebakaran, berlindung dari hujan dan sebagainya. Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial misal menulis namanya atau alamat rumahnya sendiri dan lain-lain. Kemampuan berpikir anak tunagrahita sedang ini lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan anak tunagrahita ringan, sehingga mereka selalu mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah sederhana, perhatian dan ingatan lemah, mereka tidak dapat memperhatikan sesuatu dengan serius dan lama, perhatiannya mudah berpindah ke soal lain, mereka cepat bosan. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswa di kelas. Melalui proses belajar akan dicapai tujuan pendidikan dalam bentuk terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri anak. Pada proses belajar mengajar tentunya akan menjadi harapan semua pihak baik sekolah, guru maupun orang tua siswa dan siswa itu sendiri. Harapan semua pihak adalah bahwa setiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannnya. Namun kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak dan faktor dari luar anak, namun demikian setiap anak atau siswa bisa dibantu secara individual atau kelompok untuk memperbaiki hasil belajar yang dicapai sesuai dengan kemampuan masingmasing anak. Salah satu bantuan yang dapat dilaksanakan adalah pengajaran remedial yaitu suatu bentuk pengajaran khusus yang sifatnya memperbaiki proses belajar, yang menggunakan berbagai pendekatan metode, materi dan alat yang disesuaikan dengan hambatan belajar yang dialami anak. Anak tunagrahita sedang membutuhkan penanganan khusus dalam pembelajaran metematika. Pada hakikatnya matematika adalah sesuatu yang xvii

18 sangat sulit untuk dipelajari oleh anak tunagrahita sedang. Kesulitan yang timbul adalah ketidakmampuan anak dalam materi pelajaran dan aplikasinya dalam kehidupan sehari- hari. Suatu pembelajaran akan memberikan hasil yang lebih baik bila guru senantiasa melakukan perbaikan di dalam mengajar terutama mengenai tujuan, materi, metode maupun media yang akan digunakan. Semua ini bisa berjalan bila disesuaikan dengan kondisi, karateristik dan keunikan yang ada pada masingmasing anak. Di SLB atau SDLB banyak dijumpai siswa belum menguasai suatu materi matematika yang diajarkan, guru berkehendak pindah atau melanjutkan ke materi yang lain. Sehingga siswa yang belum mengusai materi tertinggal makin jauh dalam pelajaran matematika, bahkan bisa jadi anak ini bisa naik kelas. Terlihat di sini guru tidak memahami perbedaan individu bahkan sering beralasan tidak ada waktu untuk mengadakan remidi. Selain itu, guru kurang dalam menggunakan media saat mengajar sehingga anak mudah bosan. Pengajaran remedial merupakan suatu pengajaran yang bertujuan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik, sehingga bisa mencapai hasil seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing masing. Perbaikan bisa melalui keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian anak didik. Pengajaran remedial ini merupakan salah satu bentuk upaya penanganan dan pelayanan yang harus diberikan kepada anak tunagrahita sedang, mengingat kemampuan anak jauh dari kemampuan anak tunagrahita ringan apalagi anak normal. Berdasarkan kenyataan yang ada siswa anak tunagrahita sedang kelas V SDLB Negeri Purworejo belum mampu melakukan penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 dengan benar. Hal ini yang menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar. Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas maka penulis mengadakan Penelitian Tindakan Kelas tentang Penggunaan Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Penambahan Bilangan 1-10 pada xviii

19 Anak Tunagrahita Sedang Kelas V di SDLB Negeri Purworejo Tahun Pelajaran 2008/2009. Berdasarkan uraian latar belakang dan fakta di atas penulis menemukan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Anak tunagrahita sedang mengalami hambatan berfikir abstrak, sehingga mempengaruhi prestasi belajar matematika. 2. Anak tunagrahita sedang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. 3. Guru SLB maupun SDLB masih banyak yang belum memperhatikan tingkat kemampuan dan kondisi anak tunagrahita sedang, dalam penguasaan materi pada pelajaran matematika khususnya konsep penambahan bilangan 1 samapai dengan Penggunaan media pembelajaran yang kurang tepat atau kurang efektif. 5. Anak tunagrahita sedang banyak mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika sehingga diperlukan penanganan khusus dalam pembelajaran matematika. 6. Guru SLB maupun SDLB masih jarang yang menggunakan pengajaran remedial. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah pengajaran remedial dapat meningkatkan hasil belajar matematika khususnya penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 bagi anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk mengetahui pengaruh penggunaan pengajaran remedial terhadap peningkatan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo. xix

20 D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Secara Teoritis yaitu : a. Menambah khasanah ilmu dalam dunia Pendidikan Luar Biasa b. Pijakan untuk penelitian selanjutnya. 2. Secara Praktis, yaitu terutamna bagi : a. Lembaga : Sebagai masukan atau sumbangan dalam pelaksanaan pengajaran remedial pada mata pelajaran matematika di SDLB bagian C. b. Guru : Sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan pengajaran remedial pada kegiatan belajar mengajar matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar penambahan bilangan c. Peneliti : Sebagai usaha pengenalan lebih dekat terhadap cara melaksanakan pengajaran remedial khususnya dalam mata pelajaran matematika penambahan bilangan 1-10 bagi anak tunagrahita sedang. d. Siswa : Siswa lebih senang dan tidak bosan dalam mengikuti pengajaran remedial matematika penambahan bilangan 1-10 sehingga siswa dapat menguasai materi yang disampaikan guru. xx

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Anak Tunagrahita a. Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tunagrahita adalah kata lain dari retardasi mental. Tunagrahita ditandai oleh ciri utamanya adalah kelemahan dalam berfikir atau bernalar. Akibat dari kelemahan tersebut anak tunagrahita memiliki kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata. Para ilmuwan telah mengalami kesulitan untuk menemukan suatu definisi yang memuaskan tentang anak tunagrahita atau retardasi mental. Tunagrahita bukan suatu penyakit tetapi suatu kondisi yang melibatkan berbagai variabel. Pada tahu 1961 American Assosiation on Mental Deficiency (AAMD) mendefinisikan retardasi mental sebagai kelainan yang (1) meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, (2) muncul sebelum usia 16 tahun, dan (3) menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Menurut Japan League for the Mentally Retarded ( 1992:p.22 ) yang dimaksud dengan retardasi mental ialah (1) fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes intelegensi baku, (2) kekurangan dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun. Anak tunagrahita fungsi intelektualnya menyimpang di bawah ratarata secara nyata dan muncul bersamaan dengan gangguan perilaku adaptif menunjukkan adanya perbedaan perkembangan dengan anak-anak normal yang sama usianya. xxi

22 Subnormalitas intelektual menunjukkan secara esensial pada kelambanan kemampuan anak dalam memproses informasi yang diterima. Kemampuan anak tunagrahita untuk mengasosiasikan suatu ide dengan ide lain sangat terbatas, begitu pula kemampuannya dalam menggunakan informasi untuk menalar, memperhitungkan atau meramalkan kemungkinan dan mengevaluasi suatu keadaan. Menurut (Kauffman dan Hallahan, 1986) yang dikutip oleh T.Sutjihati Somantri (2007:104). Pengertian anak tunagrahita adalah : Keterbelakangan Mental menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan. Perlu kita ketahui bahwa ternyata dari IQ pun ditemukan bahwa anak yang selama ini disebut anak tunagrahita ringan, sedang, dan berat memiliki IQ sendiri yang tidak bisa ditukar-tukar. Pada masa awal perkembangan, hampir tidak ada perbedaan antara anak-anak tunagrahita dengan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Akan tetapi semakin lama perbedaan pola perkembangan antara anak tunagrahita dengan anak normal semakin terlihat jelas. Sedangkan T.Sutjihati Somantri (2007:105) berpendapat : Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi di mana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Penulis berpendapat bahwa tunagrahita atau terbelakang mental adalah suatu kondisi yang ada pada individu di mana fungsi intelektual atau kecenderungan di bawah rata-rata sehingga mengalami hambatan dalam perkembangannya serta memiliki perilaku yang tidak sewajarnya dan tidak bisa berkembang secara optimal. xxii

23 b. Ciri-ciri Anak Tunagrahita Anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kemampuan intelektual di bawah rata rata. Selain itu juga mengalami hambatan terhadap perilaku adaptif selama masa perkembangan hidupnya. berikut : Menurut Munzayanah (2000:23), ciri-ciri anak tunagrahita sebagai 1) Dapat dilatih tentang tugas tugas yang ringan. 2) Mempunyai kemampuan yang terbatas dalam bidang intelektual sehingga hanya mampu dilatih untuk membaca, menulis dan menghitung pada batas batas tertentu. 3) Dapat dilatih untuk mengerjakan pekerjaan pekerjaan yang rutin maupun keterampilan. 4) Mengalami kelainan bicara speech difect, sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi. 5) Mengalami gangguan dalam bersosialisasi. 6) Peka terhadap penyakit. Sedangkan menurut Bandi Delphie (2006:17) ciri ciri anak tunagrahita sebagai berikut : 1) Mempunyai dasar secara fisiologis, sosial dan emosional sama seperti anak anak yang tidak menyandang tunagrahita. 2) Selalu bersifat eksternal locus of control sehingga mudah sekali melakukan kesalahan (expectancy for filure). 3) Suka meniru perilaku yang benar dari orang lain dalam upaya mengatasi kesalahan kesalahan yang mungkin ia lakukan (outerdirectedness). 4) Mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur diri sendiri. 5) Mempunyai permasalahan berkaitan dengan perilaku sosial (social behavioral). 6) Mempunyai masalah berkaitan dengan karakteristik belajar. 7) Mempunyai masalah dalam bahasa dan pengucapan. 8) Mempunyai masalah dalam kesehatan fisik. 9) Kurang mampu untuk berkomunikasi. 10) Mempunyai kelainan pada sensori dan gerak. 11) Mempunyai masalah berkaitan dengan psikiatrik, adanya gejala gejala depresif. lain: Menurut pendapat penulis ciri ciri anak tunagrahita yaitu antara 1). Memiliki cara berfikir yang konkrit atau tidak bisa berfikir secara abstrak. xxiii

24 2). Daya ingatannya sangat kurang. 3). Daya pengamatan terhadap lingkungan kurang. 4). Kurang sanggup untuk mengatur rangsangan-rangsangan dari luar. 5). Tidak bisa berkonsetrasi. 6). Perhatiannya sering terganggu. c. Faktor-faktor Penyebab Anak Tunagrahita Penyebab anak menjadi tunagrahita atau retardasi mental dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan usaha-usaha preventif. Tunagrahita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu: genetik, sebab-sebab pada masa prenatal, sebab-sebab pada masa perinatal, sebabsebab pada masa postnatal, dan faktor-faktor sosio-kultural. 1). Faktor Genetik Penemuan di bidang biokimia dan genetik telah memberikan penjelasan tentang penyebab tunagrahita. Teknik khusus telah dikembangkan yang memungkinkan dilakukannya studi jaringan kultur dan identifikasi beberapa kromosom. Penyebab tunagrahita berupa kerusakan biokimiawi dan abnormalitas kromosomal. 2). Pada Masa Prenatal Terdapat beberapa kondisi yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio dan yang menyebabkan kesalahan perkembangan sistem syaraf serta mneyebabkan retardasi mental. Pada masa ini terdapat penyebab, antara lain: a). Infeksi Rubella (cacar) Pada awal tahun 1940-an telah ditemukan bahwa virus rubella yang mengenai ibu hamil 3 bulan pertama kehamilan mungkin menyebabkan kerusakan kongenital dan kemungkinan retardasi mental pada anak. Kerusakan-kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh penyakit rubella misalnya gangguan penglihatan, tuli, penyakit hati dan retardasi mental. xxiv

25 b). Faktor Rhesus (Rh) Pada manusia 86 % memiliki Rh-positif dan 14 % memiliki Rh-negatif. Darah Rh-positif dan darah Rh-negatif merupakan pasangan yang saling menolak. Jika keduanya bertemu dalam satu aliran darah yang sama, maka akan terbentuk aglutinin yang menyebabkan sel darah menggumpal dan mneghasilkan sel-sel darah yang tidak dewasa dan gagal menjadi sel yang dewasa di dalam sumsum tulang. Hasil penelitian Yannet dan Lieberman seperti dikutip oleh Kirk dan Gallagher ( 1979:p.119 ) menunjukkan adanya hubungan antara keberadaan Rh darah yang tidak kompatibel pada penderita retardasi mental. Ketika janin (fetus) memiliki Rh yang tidak kompatibel dengan darah ibunya, anak tersebut menjadi retardasi mental kecuali kalau dilakukan perbaikan (tindakan medis) pada usia yang sangat dini. 3). Pada Masa Perinatal Penyebab ini terjadi pada saat kelahiran yaitu: a). Luka-luka pada saat kelahiran b). Sesak nafas c). Prematuritas (lahir prematur). Luka-luka pada saat kelahiran bisa menyebabkan anak menjadi retardasi mental. Proses kelahiran yang berhubungan dengan lamanya kelahiran dan kesulitan kelahiran, penggunaan alat kedokteran dan lahir sungsang bisa menyebabkan kerusakan pada otak. Kerusakan pada otak menjadi penyebab adanya retardasi mental. 4). Pada Masa Postnatal Penyebab retardasi mental pada masa ini bisa karena a). Penyakit-penyakit akibat infeksi, misal encephalitis dan meningitis b). Malnutrisi xxv

26 Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan resiko yang lebih tinggi terhadap infeksi dan penyakit berbahaya lain. Kekurangan nutrisi biasanya kekurangan protein terutama pada masa perkembangan anak usia balita sehingga berpengaruh negatif terhadap perkembangan intelektual. 5). Penyebab Sosiokultural Para psikolog dan pendidik umumnya mempercayai bahwa lingkungan sosial budaya berpengaruh terhadap kemampuan intelektual manusia. d. Klasifikasi Anak Tunagrahita Di sini penulis membatasi pengelompokan atau klasifikasi anak tunagrahita hanya dari dua sudut yaitu: 1). Klasifikasi Sosial-psikologis Klasifikasi ini menggunakan dua kriteria, yaitu kriteria psikometrik dan kriteria perilaku adaptif. Untuk dapat diklasifikasikan sebagai retardasi mental seorang individu harus memperlihatkan adanya penyimpangan-penyimpangan baik dalam fungsi intelektual maupun adaptif yang terukur. Menurut Grossman seperti dikutip oleh Kirk dan Gallagher (1979:p.109) yang ditulis oleh Depdiknas (2003:25) ada empat taraf retardasi mental menurut skala intelegensi Weschler, yaitu: a) retardasi mental ringan (mild mental retardation), IQ b) retardasi mental sedang (moderate mental retardation), IQ c) retardasi mental berat (severe mental retardation), IQ d) retardasi mental sangat berat (profound mnetal retardation), IQ 24-ke bawah. Taraf retardasi mental berdasarkan perilaku adaptif juga terdiri dari empat macam, yaitu: a). ringan, b). sedang, c). berat dan d). sangat berat xxvi

27 2). Klasifikasi untuk keperluan pembelajaran Untuk keperluan pembelajaran anak-anak berintelegensi rendah umumnya diklasifikasikan berdasarkan taraf subnormalitas intelektual mereka. Ada empat kelompok pembeda untuk keperluan pembelajaran, yaitu: a) taraf perbatasan atau lamban belajar (the border or the slow learner) (IQ 70-85). b) tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded) (IQ atau 75). c) tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) (IQ 30 atau atau 55). d) tunagrahita mampu rawat (dependent or profoundly mentally retarded) (IQ di bawah 25 atau 30). Anak tunagrahita mampu didik karena perkembangan mentalnya yang tergolong subnormal akan mengalami kesulitan dalam mengikuti program regular di sekolah dasar. Namun anak tunagrahita mampu didik dipandang masih memiliki potensi untuk menguasai mata pelajaran, melakukan penyesuaian sosial yang dalam jangka panjang dapat berdiri sendiri di masyarakat, dan mampu bekerja untuk kehidupannya kelak di kemudian hari. Anak tunagrahita mampu didik umumnya baru diketahui setelah adanya tuntutan penguasaan kemampuan belajar menjadi lebih ditekankan. Anak tunagrahita mampu latih dipandang sebagai anak yang tidak dapat dididik untuk mencapai prestasi akademik. Meskipun demikian, anak tunagrahita mampu latih masih mempunyai potensi untuk belajar: a). Keterampilan untuk menolong diri sendiri. b). Penyesuaian sosial dalam kehidupan keluarga dan bertetangga, dan c). Dapat melakukan pekerjaan sederhana di tempat kerja terlindung. Anak-anak tunagrahita mampu latih umumnya sudah dapat diketahui sejak masa bayi atau masa kanak-kanak awal. Anak tunagrahita mampu latih umumnya dapat ditandai oleh adanya gejala xxvii

28 klinis atau tanda-tanda fisik atau adanya keterlambatan secara nyata dalam berbicara dan berjalan. Anak tunagrahita mampu rawat adalah anak yang karena retardasi mental sangat berat maka ia tidak dapat dilatih untuk menolong diri sendiri maupun sosialisasi. Anak ini memerlukan pemeliharaan secara penuh dan pengawasan sepanjang hidupnya. e. Karateristik Umum Anak Tunagrahita Ada beberapa karateristik umum anak tunagrahita yang dapat kita pelajari, yaitu: 1). Keterbatasan Intelegensi Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yaitu sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilanketerampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah, situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berfikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahankesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut di atas. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti berhitung, menulis dan membaca sangat terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo. 2). Keterbatasan Sosial Anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bimbingan dari orang lain. Anak tunagrahita cenderung suka berteman dengan anak yang lebih muda usianya, tergantung kepada orangtua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Anak xxviii

29 tunagrahita juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. 3). Keterbatasan Fungsi-fungsi Mental Lainnya Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu lama. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka membutuhkan kata-kata konkrit yang sering didengarnya. Perbedaan dan persamaan harus sering ditunjukkan secara berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah, pertama, kedua, dan terakhir perlu menggunakan pendekatan yang konkrit. Selain itu, anak tunagrahita kurang mampu mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang buruk dan membedakan antara yang benar dan yang salah. Ini semua karena kemampuannya terbatas sehingga anak tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan. 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajar. Hadari Nawawi (1991:100), mengemukakan prestasi belajar adalah suatu tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Pendapat Astiwi yang dikutip oleh Winkel. W.S. (1996:38), bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai siswa setelah siswa melakukan proses belajar. Maka prestasi belajar adalah bukti keberhasilan siswa yang dicapai oleh suatu proses psikis yang berlangsung dalam suatu interaksi subjek dengan xxix

30 lingkungan yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pengalaman, nilai yang disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan. Sutratinah Tirtonegoro (1988:24), mengartikan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol, angka-angka, huruf-huruf atau hal yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh peserta didik dalam periode tertentu. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan mengenai prestasi belajar matematika yaitu suatu tingkat keberhasilan siswa yang meliputi perubahan dalam aspek pengalaman, sikap dan keterampilan dalam menguasai pelajaran matematika yang dinyatakan dalam bentuk nilai dari hasil suatu tes. Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah prestasi belajar yang dicapai dalam penguasaan konsep penambahan bilangan. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu merupakan suatu hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut berasal dari dalam diri maupun dari luar individu. Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993: ) mengemukakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar yaitu: 1). Faktor internal yaitu yang ada dalam diri anak itu sendiri, antara lain: a) Kelemahan mental yang berkaitan dengan faktor kecerdasan, intelegensi/kecakapan, dan bakat khusus. b) Kelemahan fisik yang berkaitan dengan panca indera, syaraf, dan cacat. c) Gangguan yang bersifat emosional (emosional instability) d) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam belajar. 2). Faktor eksternal yaitu faktor yang terdapat di luar diri siswa antara lain: a) Situasi belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif b) Kurikulum kurang fleksibel atau kaku c) Beban studi yang terlalu berat, terlalu banyak tugas yang harus diselesaikannya. d) Metode mengajar yang monoton atau membosankan. e) Situasi di rumah yang kurang memotivasi anak untuk melakukan belajar. f) Beberapa sifat murid dalam belajar xxx

31 Setiap individu mempunyai keunikan-keunikan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, demikian juga dalam proses belajar mengajar ada siswa yang cepat dan ada yang lambat dalam belajar, ada yang kreatif dan ada yang tidak, semua itu terjadi karena keunikan masingmasing individu. Kegiatan belajar di sekolah bertujuan untuk membantu memperoleh perubahan tingkah laku bagi setiap siswa dalam rangka mencapai tingkat perkembangan secara optimal. Oleh karena itu pengenalan terhadap sifat-sifat individual para siswa sangat penting. Beberapa sifat dalam proses belajar mengajar antara lain: 1). Cepat dalam belajar Anak yang cepat dalam belajar biasanya dapat menyelesaikan kegiatan belajar mnegajar dalam waktu lebih cepat dari perkiraan waktu yang ada. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan suatu masalah karena lebih mudah dalam menerima materi pelajaran. Golongan anak seperti ini sering mengalami kesulitan dalam penyesuaian belajar karena pada umumnya kegiatan belajar di sekolah menggunakan ukuran rata-rata. Salah satu usaha yang harus dilakukan pada anak ini adalah dengan menggunakan media pengajaran. 2). Lambat dalam belajar Anak yang mengalami lambat belajar ini memerlukan waktu yang banyak dalam menyelesaikan suatu materi dari waktu yang telah diperkirakan. Akibatnya anak ini sering ketinggalan dalam belajar dan juga merupakan salah satu penyebab yang menjadikan ia tinggal kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak golongan lambat belajar, memiliki taraf kecerdasan di bawah rata-rata. Anak golongan ini memerlukan perhatian khusus, antara lain dengan pengajaran remedial. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, menurut Maman Rachman (1998: ),yaitu: xxxi

32 1). Faktor intern, yang meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. a). faktor jasmaniah Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu. Selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan atau kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. b). Faktor Psikologis Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologi yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut yaitu: (1) Intelegensi Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendatipun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. (2) Perhatian Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya. Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan menarik perhatian. (3) Minat Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya. (4) Bakat Siswa yang memiliki bakat maka pelajaran akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Lain halnya pada siswa yang kurang berbakat. Guru harus bersabar dan telaten melayani mereka, yaitu dengan sering dan berulang kali menjelaskan bahan tersebut. Dengan seringnya menjelaskan bahan akhirnya siswa tadi diharapkan dapat menguasai bahan yang diajarkan. (5) Motif Dalam proses belajar mengajar guru harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa. Dengan mengetahui latar belakang atau motif belajar siswa, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berfikir dan memusatkan xxxii

33 perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar. (6) Kematangan Kematangan merupakan tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan terus-menerus. (7) Kesiapan Kesiapan erat kaitannya dengan kematangan. Siswa dikatakan sudah memiliki kesiapan apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan oleh guru dalam proses belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh para peserta didik yang memiliki kesiapan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal c). Faktor Kelelahan Kelelahan baik jasmani ataupun rohani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. 2). Faktor ekstern, yang meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. a). Faktor Keluarga Siswa yang sedang belajar menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi atau hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, sikap dan perhatian orang tua, latar belakang kebudayaan orang tua. b). Faktor Sekolah Faktor sekolah mempengaruhi belajar meliputi hal-hal yang berkaitan dnegan metode mengajar, kurikulum, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, media pengajaran, waktu sekolah, sarana dan prasarana sekolah, metode belajar siswa dan tugas sekolah. c). Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa yang pada akhirnya mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini banyak berkaitan dengan kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media yang beredar/ ada dalam masyarakat, pengaruh teman bergaul, dan pola hidup masyarakat. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam dan dari luar siswa. Faktor dari dalam yaitu faktor fisik xxxiii

34 dan psikis. Faktor dari luar siswa yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh positif ataupun negatif. Anak tunagrahita sedang pada umumnya mengalami hambatan dalam belajar. Hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam dan luar siswa. IQ anak tunagrahita sedang yang berada jauh di bawah normal sehingga mengakibatkan kurang dapat berkonsentrasi terhadap pembelajaran, kurang berfikir abstrak dan perhatian, siswa mudah beralih serta mudah bosan terhadap pembelajaran. Faktor dari luar juga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak tunagrahita sedang antara lain faktor keluarga, lingkungan, serta sekolah seperti metode, media yang digunakan oleh guru. c. Pengertian Pembelajaran Matematika SDLB-C Sedang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan pengusaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam xxxiv

35 pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah,.dan menafsirkan solusinya. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. d. Tujuan Pembelajaran Matematika Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1). Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2). Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3). Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4). Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah. xxxv

36 5). Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. e. Ruang Lingkup Pelajaran Matematika SDLB-C Sedang Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar Tunagrahita Sedang (SDLB-C1) meliputi aspek aspek sebagai berikut: 1). Bilangan 2). Geometri dan Pengukuran 3). Pengolahan Data f. Materi Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita Kurikulum yang digunakan di SDLB Negeri Purworejo pada tahun ajaran 2008/2009 adalah kurikulum Materi pelajaran dalam pelajaran matematika pada penelitian ini adalah pelajaran matematika tentang bilangan dengan kompetensi dasar, melakukan penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 dengan benda secara bervariasi untuk selanjutnya materi tersebut digunakan pada pembelajaran matematika dengan pengajaran remedial. Adapun materi pelajaran matematika meliputi penambahan bilangan 1 sampai dengan 10, untuk meningkatkan kemampuan matematika anak tunagrahita sedang yaitu operasi hitung penambahan. Dalam mengajarkan matematika pada anak tunagrahita sedang harus memperhatikan kondisi berikut ini yaitu: usia mental (umur kecerdasan), kemampuan berpikir, belajar melalui aktifitas konkrit, memperkaya pengalaman dengan memfungsikan seluruh penginderaan (sensori) dan tingkat kemandirian anak. Proses pengajaran konsep bilangan bagi anak tunagrahita sedang adalah sebagai berikut: hal pokok yang harus dikuasai anak tunagrahita xxxvi

37 sedang adalah pengertian bilangan dan mengenal serta dapat menulis angka. Dalam mengerjakan konsep bilangan selalu diajarkan kepada anak didik dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang dinyatakan, sehingga dapat memecahkan soal disertai dengan pemikiran. Untuk menganalisa soal tersebut bagi anak tunagrahita sedang dapat dilakukan dengan cara mengkonkritkan soal-soal tersebut sehingga anak memperoleh pengalaman konkrit tentang konsep bilangan. Pengalaman tersebut dapat diperkuat melalui kegiatan yang diulang-ulang dengan variatif dan dinamis melalui pengajaran remedial. Dengan cara ini dapat dihindari hambatan psikologis yang berlangsung terhadap pelajaran matematika. 3. Pengajaran Remedial a. Pengertian Pengajaran Remedial Pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan menjadi baik. atau pengajaran yang membuat Pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang ditujukan untuk menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik. Perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masingmasing melalui perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian peserta didik (Depdikbud, 1983:59). Abin Syamsudin yang dikutip oleh Ischak S.W dan Warji R. (1987:2) mengatakan tentang hal yang berhubungan dengan perbaikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar, faktor-faktor penyebabnya serta cara menetapkan kemungkinan-kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobjektif dan selengkap mungkin. Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa pengajaran remedial dalam penelitian ini adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang bersifat perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi anak khususnya tentang pengajaran xxxvii

Oleh: Sugiyoto NIM. X

Oleh: Sugiyoto NIM. X 1 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI PENGAJARAN REMEDIAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI KELAS II SLB NEGERI BANJARNEGARA SEMESTER II TAHUN 2008/2009 Oleh:

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN SKRIPSI PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI CERITA PENDEK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB-ABC PUTRA MANUNGGAL TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita sedang Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang disebut juga embisil. Kelompok ini memiliki

Lebih terperinci

SKRIPSI MUHDI NIM. X

SKRIPSI MUHDI NIM. X PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PIAS-PIAS KATA PADA SISWA KELAS D2 SLB-C YPAALB PRAMBANAN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009 SKRIPSI MUHDI NIM. X5107556 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BINA DIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA KELAS III SLB-C BINA TARUNA MANISRENGGO KLATEN TAHUN PELAJARAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN BINA DIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA KELAS III SLB-C BINA TARUNA MANISRENGGO KLATEN TAHUN PELAJARAN PENERAPAN PEMBELAJARAN BINA DIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA KELAS III SLB-C BINA TARUNA MANISRENGGO KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SKRIPSI Disusun Oleh ; ENDARYATI X 5107522 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada kelas V menunjukkan hasil yang kurang maksimal. Pendapatan nilai siswa cenderung

Lebih terperinci

HIMAWAN SEMARANG PADA SEMESTER 2 TAHUN

HIMAWAN SEMARANG PADA SEMESTER 2 TAHUN PENGGUNAAN ALAT PERAGA MODEL BANGUN DATAR DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDLB C Hj. SOEMIYATI HIMAWAN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI Oleh: Yuliana Retnaningsih 09144100067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menyebutkan matematika

Lebih terperinci

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang 48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran

Lebih terperinci

MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA. anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam

MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA. anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam 1 MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA A. Pengertian Dilihat dari tingkat kecerdasannya, ada anak normal, ada anak di bawah normal, dan ada anak di atas normal. Sehingga dalam belajarnya pun ada anak yang lamban,

Lebih terperinci

Oleh Riwi Septyan Hanani NIM

Oleh Riwi Septyan Hanani NIM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS STRUKTUR KATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK GAME BERBASIS BIMBINGAN BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SDLB PURWOSARI KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Oleh : TRI RETNO HASTUTI NIM : X5212229 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Dimana biasanya anak mulai memasuki dunia

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : AULIA DIAN PERTIWI K

SKRIPSI. Oleh : AULIA DIAN PERTIWI K PENGARUH PENGGUNAAN PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN MENULIS KATA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IX SLB C SETYA DARMA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012-2013 SKRIPSI Oleh : AULIA

Lebih terperinci

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari berbagai perkembangan teknologi

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG WAKTU PADA JAM

PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG WAKTU PADA JAM PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG WAKTU PADA JAM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI SIMULASI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SEMESTER I SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SUNARYO NIM

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang cukup pesat, baik secara teori maupun praktik. Oleh sebab itu maka konsep-konsep

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BOLA DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BANGUN RUANG SISWA KELAS I TUNAGRAHITA SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2009 / 2010

PENGGUNAAN MEDIA BOLA DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BANGUN RUANG SISWA KELAS I TUNAGRAHITA SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2009 / 2010 PENGGUNAAN MEDIA BOLA DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BANGUN RUANG SISWA KELAS I TUNAGRAHITA SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2009 / 2010 SKRIPSI Oleh SUDILAH NIM :X5108529 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB Septina Tria Pratiwi 1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP SUDUT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA ( PTK Bagi Siswa Kelas V Semester Gasal SDIT AL Falaah Simo Boyolali ) Skripsi Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang anak dan memengaruhi anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ditingkat sekolah dasar merupakan pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : PURWANTO K

Skripsi. Oleh : PURWANTO K UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS INTEGRAL MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK II MELALUI PEMBELAJARAN MODEL KONSTRUKTIVISME MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN ANGKATAN

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMP DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMP DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMP DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak yang dilahirkan di dunia ini tidak selalu tumbuh dan berkembang secara normal. Ada diantara anak-anak tersebut yang mengalami hambatan, kelambatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI dan Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005, dapat ditetapkan dengan Permendiknas

Lebih terperinci

Eka Hadi Setiyawan NIM

Eka Hadi Setiyawan NIM PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD MENGGUNAKAN MEDIA TULANG NAPIER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERKALIAN SISWA KELAS III SDN JEMBER LOR 02 TAHUN AJARAN 2011 / 2012 SKRIPSI Oleh : Eka Hadi

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN LOMBA MEMINDAHKAN BENDA

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN LOMBA MEMINDAHKAN BENDA PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN LOMBA MEMINDAHKAN BENDA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 60 METER PADA S ISWA KELAS V S D NE GERI 01 PESUCE N KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI MEMBILANG BENDA 1-10 MELALUI MEDIA GRAFIS PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS DASAR II SEMESTER I DI SLB BC BINADSIH KARANGANOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari anggota keluarga inti seperti ayah, ibu, dan anak-anak. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap pembaruan dimana pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Ada beberapa hal yang lebih dahulu perlu dipahami dalam penelitian ini, diantaranya: pengertian belajar dan pembelajaran, hasil belajar, pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PELEM BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN, PENGURANGAN, DAN HASIL BELAJAR TENTANG OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN SODAKOM PADA SISWA KELAS III SDN 01 GEBYOG, MOJOGEDANG, KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA PRESENTASI POWER POINT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS IV SDLB BINA PUTRA SALATIGA SEMESTER II TAHUN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BULUTANGKIS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BULUTANGKIS MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BULUTANGKIS MELALUI PENERAPAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI V BERO KECAMATAN MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SUMINAH NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user

SKRIPSI. Oleh : SUMINAH NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH MELALUI PENDEKATAN BERMAIN LOMPAT BOX DAN BAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI Oleh : SUMINAH NIM: X4711197

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG BILANGAN YANG MELIBATKAN UANG SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007), adalah keaktifan atau kegiatan. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA MAGNIT MELALUI ALAT PERAGA KIT IPA BAGI SISWA TUNADAKSA KELAS V SEMESTER II SLB/D YPAC SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: Sri Rahayuningsih

Lebih terperinci

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga PENINGKATAN HASIL BELAJJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SD NEGERII 3 BANDUNGSARII TENTANG PENARIKAN AKAR PANGKAT TIGA BILANGAN KUBIK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SEMESTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu disiplin ilmu, Matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan struktur yang terorganisasi, sebab ilmu ini berkembang dari unsur yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak hanya merupakan sebuah kewajiban sebagai tuntutan dari kebijakan pemerintah, tetapi pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan terus menerus di Negara Indonesia secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan Sumber Daya Manusia terdidik dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS (Pokok Bahasan Kegiatan Ekonomi di Indonesia Pada Siswa Kelas V Semester Ganjil SDN Rambipuji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata yang terjadi pada saat masa perkembangan dan memiliki hambatan dalam penilaian adaptif. Secara

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memeproleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memeproleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KAUMAN LOR 01 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar Kegiatan belajar menghasilkan perubahan yang khas. Perubahan khas tersebut adalah perubahan aspek pengetahuan dan keterampilan. Perubahan itu tampak dalam prestasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MEDIA CHARTA DENGAN STRATEGI TALKING-STICK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 SOBO KECAMATAN GEYER

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MEDIA CHARTA DENGAN STRATEGI TALKING-STICK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 SOBO KECAMATAN GEYER PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MEDIA CHARTA DENGAN STRATEGI TALKING-STICK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 SOBO KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2012/ 2013 SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) 42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Amirta Widyasari NIM

SKRIPSI. Oleh: Amirta Widyasari NIM Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa kelas IV IPS pokok bahasa kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam mengunakan Metode Problem Solving dengan amplop masalah di SDN 1 Barurejo Banyuwangi

Lebih terperinci

DENGAN MEDIA GAMBAR DI SDN TAMANAN 03 BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN

DENGAN MEDIA GAMBAR DI SDN TAMANAN 03 BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN KEGIATAN EKONOMI DALAM MEMANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES

Lebih terperinci

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan 08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) 43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

AGUS WURYANTO NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

AGUS WURYANTO NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SENSOMOTORIK MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA KESEHATAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS III SEMESTER I SLB/C YPCM BANYUDONO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 S K R I P S I Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Penelitian Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga menjadi kebiasaan. Dalam pendidikan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self-help), mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa disadari

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SDN ARJASA 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SDN ARJASA 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SDN ARJASA 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh Ahmad Utman Subandi NIM 090210204229

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI.

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : M A R Y U N I NIM: X.5107549 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu perbuatan yang dilakukan siswa unuk mencapai kemajuan dalam perkembangannya. Dalam proses pembelajaran, belajar

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN PERMAINAN LEMPAR CAKRAM DENGAN MEDIA MODEL BENDA BERDIAMETER

PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN PERMAINAN LEMPAR CAKRAM DENGAN MEDIA MODEL BENDA BERDIAMETER i PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN PERMAINAN LEMPAR CAKRAM DENGAN MEDIA MODEL BENDA BERDIAMETER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GONDANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan ilmu pengetahuan yang universal mempunyai arti penting dalam mendasari perkembangan teknologi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI i PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X ADMINISTRASI SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun Oleh : RATIH RIANDINI PUTRI

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS DUA BANGUN DATAR SEDERHANA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA REALIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI SLB ABC GIRI WIYATA DARMA WONOGIRI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan tindakan untuk memberikan pengalaman pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan tindakan untuk memberikan pengalaman pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tindakan untuk memberikan pengalaman pada anak didik dengan maksud supaya anak didik itu mencapai pemahaman terhadap pengetahuan. Pendidikan juga

Lebih terperinci

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh: Meilan Ladiku Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

S K R I P S I. Oleh: Slamet Utomo NIM. X

S K R I P S I. Oleh: Slamet Utomo NIM. X PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KETERAMPILAN KOLASE PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS I SEMESTER I DI SLB BC BINADSIH KARANGANOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 S K R I P S I Oleh: Slamet Utomo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani kehidupan yang bahagia dalam membina suatu keluarga. Anak merupakan suatu anugerah yang

Lebih terperinci

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum terdapat beberapa mata pelajaran sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Pada jenjang Sekolah Dasar terdapat lima mata pelajaran pokok

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang normal saja, tetapi juga untuk anak yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu pemerintah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE RESITASI UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER KEMANDIRIAN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA BELAJAR MATEMATIKA (PTK Kelas VIII Semester Genap SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMP Negeri 2 Ngrampal) SKRIPSI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : UMARYANI NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user

SKRIPSI. Oleh : UMARYANI NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI SAMBUNG MELALUI PENDEKATAN LATIHAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 SIRANGKANG KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI Oleh : UMARYANI NIM: X4711255 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEDIA ALAM SEKITAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEDIA ALAM SEKITAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEDIA ALAM SEKITAR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA TUNADAKSA KELAS III SDLB YPAC SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: WARJIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor penting bagi kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan. Melalui pendidikan bangsa ini membebaskan masyarakat dari kebodohan dan keterpurukan serta dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memberikan dampak positif. kemampuan untuk mendapatkan, memilih, dan mengolah informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memberikan dampak positif. kemampuan untuk mendapatkan, memilih, dan mengolah informasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk juga aspek pendidikan. Aspek ini memungkinkan kita

Lebih terperinci

Oleh: SUGIYANTO NIM

Oleh: SUGIYANTO NIM PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh: SUGIYANTO NIM 201031041

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE INVENTORI MEMBACA INFORMAL BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS II PADA SEMESTER 1 SLB N KENDAL TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SUMINAH X5211211 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci