BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dan membentuk suatu makna. Teks bisa berupa teks tertulis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dan membentuk suatu makna. Teks bisa berupa teks tertulis"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks merupakan rangkaian kata, klausa, atau kalimat yang saling berhubungan dan membentuk suatu makna. Teks bisa berupa teks tertulis ataupun teks lisan. Dalam memahami suatu teks, harus dilihat tidak hanya dari satu aspek atau sudut pandang, tetapi bisa juga ditelaah dari banyak sisi. Seperti konsep yang dikemukakan oleh Halliday, yaitu context of situation, maksudnya "melalui sebuah hubungan yang sistematik antara lingkungan sosial pada satu sisi dan organisasi bahasa yang fungsional pada sisi lainnya" (Halliday, 1985:11). Oleh karena itu, untuk memahami makna suatu teks harus juga dilihat dari konteks situasinya. Bisa saja ditemukan beberapa teks pada satu halaman yang sama pada suatu majalah, misalnya, tetapi ketika ditilik lebih dalam teks-teks tersebut tentu saja akan ditemukan banyak perbedaan, baik dilihat dari judulnya, bahasa yang digunakan, pesan yang disiratkan, bentuk teks yang digunakan, maupun yang lainnya. Suatu teks memang harus dilihat juga dari segi struktur dan tata bahasanya, tetapi belum tentu akan memiliki pesan atau makna jika tidak dibuat dengan konsep dan tujuan. Jadi, teks merupakan suatu keseluruhan, baik dari segi tata bahasa maupun makna yang 1

2 2 dikandungnya. Selain itu, koherensi antara satu kalimat dengan kalimat lainnya harus diperhatikan. Walaupun suatu kalimat memiliki makna, apabila kalimat satu dan yang lainnya tidak koheren, maka maknanya menjadi sia-sia. Teks tidak terlepas dari bahasa dan bahasa sebagai sistem semantis mampu memaparkan makna teks. Bahasa dikatakan memiliki tiga komponen makna, yaitu makna ideasional, makna interpersonal dan makna tekstual. Makna ideasional memaparkan tugas bahasa sebagai pemberi arti pada pemaparan pengalaman seseorang. Makna interpersonal mengemukakan makna dalam suatu interaksi. Selanjutnya, makna tekstual adalah makna yang digunakan untuk merangkai pengalaman linguistik menjadi satu kesatuan yang padu. Banyak teori linguistik yang muncul, salah satu di antaranya adalah teori Linguistik Fungsional Sistemik (untuk seterusnya disingkat menjadi LFS). Dalam hal ini LFS dapat digambarkan sebagai pendekatan fungsionalsemantik pada bahasa yang membahas dua hal, yaitu bagaimana orang menggunakan bahasa dalam konteks yang berbeda dan bagaimana pula bahasa digunakan sebagai sistem semiotik (Eggins, 1994:23). Di samping itu, LFS mencoba mengembangkan teori yang mengatakan bahwa bahasa sebagai proses sosial dan metode yang memperbolehkan detail dan deskripsi sistemik dari pola-pola bahasa.

3 3 Dalam LFS dikenal istilah transitivitas. Jika dibicarakan dalam nuansa kelinguistikan, transitivitas bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Ketransitifan suatu klausa dapat diukur jika dilihat dari sudut semantik dan gramatikalnya. Dalam kaitan ini kata kerja yang berperan dalam suatu klausa atau kalimat bisa berupa kata kerja transitif ataupun intransitif. Berbeda dengan istilah transitivitas yang dibahas dalam tulisan ini. Secara umum, transitivitas dapat dikatakan menjelaskan bagaimana suatu makna direpresentasikan dalam suatu kalimat. Transitivitas memiliki peran dalam menunjukkan bagaimana manusia menggambarkan pikiran mereka mengenai kenyataan dan bagaimana mereka menggabungkan pengalaman itu dengan kenyataan sekitar mereka. Namun, dalam linguistik, transitivitas berhubungan dengan makna proposional dan fungsi elemen-elemen semantik. Teks pidato merupakan salah satu teks yang menarik untuk dianalisis menggunakan LFS. Jika dilihat dari konteksnya, teks pidato tentunya akan memiliki bentuk bahasa yang berbeda-beda. Begitu juga jika dilihat dari siapa yang menjadi petutur pidato itu, latar belakang penulis, di samping petutur pidato ikut memengaruhi bentuk bahasa di dalamnya. Dalam tulisan ini, teks pidato yang dianalisis adalah teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat yang menjabat saat ini, yaitu Barack Obama. Seperti diketahui bahwa beliau adalah presiden kulit hitam pertama yang memenangkan pemilihan umum. Pemilihan kata yang lugas sangat sering

4 4 digunakan Obama dalam pidatonya. Kata yang digunakan tidak berbelit-belit dan langsung mengenai sasaran. Kelugasan inilah tentunya yang bisa mencerminkan seorang Obama dalam tindakannya. Dalam hal ini, pidato politik yang baik adalah pidato politik yang menggunakan bahasa yang mampu memberikan pengaruh pada pendengarnya sehingga pemilihan katanya mudah dimengerti dan tepat sasaran. Pidato pelantikan Barack Obama terkesan sangat biasa jika dibandingkan dengan pidato pelantikan pendahulunya. Tidak ada lagi seruan, Yes, we can!. Obama lebih banyak membahas generasi sekarang dan mengajak warga Amerika Serikat untuk berjuang kembali dengan mengambil segala risiko yang ada. Obama meyakinkan warganya dengan mengatakan, All this we can do. All this we will do. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan seperti berikut ini. (1) Bagaimanakah tipe proses transitivitas yang terdapat dalam pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama? Tipe proses apa sajakah yang mendominasi pidato pelantikan presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan mengapa? (2) Bagaimanakah sirkumstan yang terdapat dalam pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama?

5 5 (3) Bagaimanakah hubungan antara sistem transitivitas dan konteks situasi dalam pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama? (4) Bagaimanakah hubungan antara transitivitas dengan kekuatan retorika pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam tulisan ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam tulisan ini, yakni melalui penelitian ini diharapkan analisis teks dapat dipahami, yaitu tidak hanya pada pemahaman teori, tetapi juga pada penerapan teori dalam analisis masalah. Selain tujuan umum di atas, tujuan khusus tulisan ini adalah sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan tipe proses transitivitas yang terdapat dalam teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan mendeskripsikan proses yang mendominasi dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan menganalisis alasan yang mendominasi tersebut. (2) Mendeskripsikan sirkumstan yang ada dalam teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

6 6 (3) Menganalisis hubungan antara sistem transitivitas dan konteks situasi dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. (4) Menganalisis hubungan antara transitivitas dengan kekuatan retorika dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang kelinguistikan, baik yang bersifat teoretis maupun yang bersifat praktis. Kedua manfaat tersebut diuraikan di bawah ini Manfaat Teoretis Adapun manfaat teoretis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. a. Diharapkan melalui tulisan ini ada pemahaman yang lebih jauh mengenai analisis teks dilihat dari teori LFS. Begitu juga hubungan yang terkait dan yang dapat ditemukan antarkonsep, misalnya transitivitas dan konteks situasi. b. Diharapkan juga ada pemahaman mengenai bidang ilmu lain, dalam hal ini retorika dilihat dari sudut pandang linguistik dan hubungan yang ada antara sisi lingistik dalam retorika, seperti transitivitas dan konteks situasi dengan kekuatan retorika.

7 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang cukup, dalam hal ini tidak hanya aplikasi teori linguistik, tetapi juga apabila dihubungkan dengan retorika. Demikian pula pembahasan retorika, baik dari segi bahasa, pemilihan kata, gaya bahasa, kekuatan retorika, cara membawakan, dan maupun tidak lepas dari sisi linguistiknya. 1.5 Jangkauan Penelitian Jangkauan penelitian dititikberatkan pada teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama berdasarkan sistem transitivitas yang terjadi dalam teks tersebut dan bagaimana hubungannya dengan konteks situasi. Data yang sudah dipilah kemudian dihitung untuk menemukan persentase kemunculan proses dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Hasil perhitungan persentase menentukan proses yang mendominasi. Selanjutnya, data dianalisis berdasarkan sirkumstan dan hubungannya dengan konteks situasi. Terakhir, dianalisis hubungannya dengan kekuatan retorika.

8 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Analisis teks memiliki cukup banyak pengikut dalam dunia linguistik. Beberapa tulisan yang menyangkut analisis teks banyak dibuat, yakni dengan tujuan memperjelas apa dan bagaimana analisis teks, teori-teori yang ada, dan aplikasi teori tersebut, baik pada teks lisan maupun tulis. Suardana (2008) dalam tesisnya yang berjudul The Analysis of Transitivity Shift on Translation Mengapa Bali Disebut Pulau Seribu Pura menggunakan LSF yang dikemukakan Halliday sebagai teori utama. Menurut Halliday (2004), transitivitas adalah makna yang ideasional, representasi dari apa yang ada di dunia yang ada di sekeliling kita, di samping yang ada dalam pikiran kita, yakni dunia tempat imajinasi kita berada. Tulisan ini lebih memanfaatkan teori LFS sebagai alat bantu dalam menemukan perubahan sistem transitivitas yang terjadi dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Melalui tulisan ini dapat dilihat adanya banyak perubahan sistem transitivitas dalam bahasa sumber setelah diterjemahkan ke dalam bahasa target. Dalam hal ini, transitivitas dibagi menjadi tiga, yakni proses, partisipan, dan sirkumstan. Proses penerjemahan mampu mengubah posisi ketiga sistem tersebut. Namun, tulisan ini hanya mengulas 8

9 9 dari sisi pengaruh transitivitas dalam terjemahan suatu teks, tidak menyinggung bagian lain, misalnya konteks situasi dalam hubungannya dengan transitivitas seperti pada penelitian ini. Adisaputra (2008) dalam artikelnya yang berjudul Linguistik Fungsional Sistemik: Analisis Teks Materi Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) menggunakan teori yang dikemukakan Halliday, yaitu LFS dalam analisisnya. Dalam artikel ini disebutkan dua permasalahan dalam teks pembelajaran anak sekolah dasar dilihat dari transitivitas serta konteks dan inferensinya. Dalam tulisannya, analisis teks dengan pendekatan LFS terhadap teks mata pelajaran bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas dua sekolah dasar menghasilkan beberapa temuan sebagai simpulan analisis. Sebagai simpulan dapat dilihat bahwa unsur transitivitas sangat memengaruhi suatu teks. Klausa yang saling berhubungan menciptakan makna dalam teks. Jika dilihat dari kontekstual dan inferensinya, dinyatakan bahwa kedua teks masih belum dapat dikatakan sebagai teks pembelajaran yang universal. Di samping itu, melalui tulisan ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh transitivitas pada suatu teks dan mengapa hal itu bisa terjadi. Berbeda dengan artikel tersebut, dalam tulisan ini diterapkan LFS pada bentuk teks yang berbeda, di samping melihat perbedaan pengaruh transitivitas pada teks yang berbahasa Inggris karena dalam tulisan ini, teks yang dianalisis menggunakan bahasa Indonesia.

10 10 Anindita (2008) dalam tesisnya yang berjudul Analisis Retorika Pemimpin Misa dalam Penyelenggaraan Misa Bahasa Inggris di Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya merupakan salah satu tulisan yang menganalisis bentuk orasi atau pidato atau bisa juga disebut dengan retorika. Dalam tulisannya, Anindita menganalisis keterampilan pemimpin misa dalam menyampaikan pesan kepada jemaat melalui misa di gereja. Teori Retorika dijadikan sebagai teori pendukung utama dalam analisis ini. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa kefasihan komunikasi komunikator terdiri atas tiga bagian utama, yaitu metode yang digunakan, pesan verbal, dan komunikasi nonverbal. Pengorganisasian pesan juga sangat penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh komunikator sehingga yang mendengarkan dapat segera memahami pesan tersebut. Tulisan ini hanya sebatas membahas komunikasi dari komunikator, sedangkan pada analisis mengenai teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama ini, dibahas lebih mendalam, tidak hanya dari cara Obama berkomunikasi melalui pidatonya, tetapi juga dari sudut pandang linguistik, yakni bagaimana pemilihan tipe proses transitivitas yang digunakan dan relevansinya dengan konteks situasi. Sutama (2010) membahas bahasa Bali dalam teks pernikahan dengan menggunakan teori LFS. Dalam disertasinya yang berjudul Teks Ritual Pawiwahan Masyarakat Adat Bali Analisis Linguistik Sistemik Fungsional dibahas secara lengkap mengenai analisis teks menggunakan teori LFS. Teks

11 11 ritual pawiwahan tersebut dianalisis dari segi struktur, moda, tema, transitivitas, tema-rema, hubungan logis antarklausa, dan ideologinya. Penelitian Sutama ini memberikan masukan yang besar dalam penelitian teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama karena di dalam penelitian tersebut dibahas juga mengenai analisis transitivitas dan konteks situasi. Namun, yang membedakannya adalah data yang dianalisis karena kedua tipe teks tersebut memiliki tujuan dan gaya bahasa yang berbeda. Selain itu, dalam analisis teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama ini, juga dibahas masalah retorika yang sama sekali tidak diulas dalam analisis teks ritual pawiwahan itu. 2.2 Konsep Teks Dalam pandangan Halliday (1978:141), teks dimaknai secara dinamis. Teks adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi (Halliday & Hasan, 1992:13). Teks adalah contoh interaksi lingual tempat masyarakat secara aktual menggunakan bahasa; apa saja yang dikatakan atau ditulis; dalam konteks yang operasional (operational context) yang dibedakan dari konteks kutipan (a citational context), seperti kata-kata yang didaftar dalam kamus (Halliday, 1978:109). Karena semua bahasa yang hidup mengambil bagian tertentu dalam konteks situasi, dapat dinamakan teks.

12 12 Menurut Halliday (1978:135), kualitas tekstur tidak didefinisikan dari ukuran. Teks adalah sebuah konsep semantis. Meskipun terdapat pengertian sebagai sesuatu di atas kalimat (super-sentence), sesuatu yang lebih besar daripada kalimat, dalam pandangan Halliday hal itu secara esensial merupakan salah tunjuk pada kualitas teks. Kita tidak dapat merumuskan bahwa teks itu lebih besar atau lebih panjang daripada kalimat atau klausa. Selanjutnya, ditegaskan oleh Halliday (1978:135) bahwa dalam kenyataannya kalimat-kalimat itu lebih merupakan realisasi teks daripada merupakan sebuah teks. Sebuah teks tidak tersusun dari kalimat-kalimat atau klausa, tetapi direalisasikan dalam kalimat-kalimat. Demikian juga teks dapat memproyeksikan makna pada level yang lebih tinggi Pidato Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapat atau memberikan gambaran tentang suatu hal (Wikipedia, 2010). Pidato biasanya dibawakan oleh seseorang yang memberikan orasi atau pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato juga biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di depan banyak anak buahnya atau khalayak ramai. Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orangorang yang mendengarkannya. Adapun contohnya adalah pidato kenegaraan,

13 13 pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan sebagainya Transitivitas Mengingat manusia berada pada proses sosial yang beragam, maka corak sosial akan menentukan dan ditentukan oleh bahasa sehingga variasi pengalaman sosial itu terwujud dalam variasi gambar pengalaman linguistik. Realisasi pengalaman linguistik pemakai bahasa inilah yang disebut transitivitas. Dalam kajian LFS, Halliday (1994:107) mengemukakan bahwa satu unit pengalaman yang sempurna direalisasikan dalam klausa yang terdiri atas (1) proses, (2) partisipan, dan (3) sirkumstan. Proses yang menuju pada aktivitas yang terjadi dalam klausa, yakni dalam tata bahasa tradisional dan formal disebut verba. Partisipan adalah orang atau benda yang terlibat dalam proses tersebut. Sirkumstan merupakan lingkungan tempat proses yang melibatkan partisipan terjadi. Karena inti pengalaman adalah proses, maka dalam tataran klausa, proses menentukan jumlah dan kategori partisipan. Selain itu, proses menentukan sirkumstan secara tak langsung dengan tingkat probabilitas.

14 Konteks Situasi dalam Teks Situasi adalah lingkungan tempat teks beroperasi. Konteks situasi adalah keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur (verbal) maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau ditulis). Untuk memahami teks dengan sebaik-baiknya, diperlukan pemahaman terhadap konteks situasi dan konteks budayanya. Dalam pandangan Halliday (1978:110), konteks situasi terdiri atas tiga unsur, yakni (1) medan teks, (2) pelibat teks, dan (3) modus teks. 2.3 Kerangka Teori Analisis teks adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah melalui aneka fungsi bahasa. Analisis teks lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi tidak hanya terbatas pada penggunaan kalimat, bagian kalimat, atau fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut teks. Begitu juga bahasa dianalisis tidak hanya dari aspek kebahasaan, tetapi juga dihubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. Menurut Halliday (1978:138), sebuah teks selain dapat direalisasikan dalam level-level sistem lingual yang lebih rendah seperti sistem leksikogramatis dan fonologis, juga merupakan realisasi level yang lebih

15 15 tinggi daripada interpretasi, kesastraan, sosiologis, psikoanalitis, dan sebagainya yang dimiliki oleh teks itu. Level-level yang lebih rendah itu memiliki kekuatan untuk memproyeksikan makna pada level yang lebih tinggi. Hal ini oleh Halliday disebut dengan istilah latar depan (foregrounded). Di samping itu, fitur esensial sebuah teks adalah adanya interaksi. Dalam pertukaran makna itu terjadi perjuangan semantis (semantic contest) antarindividu yang terlibat. Karena sifatnya yang berupa perjuangan itu, maka makna akan selalu bersifat ganda, tidak ada makna yang bersifat tunggal. Dengan demikian, pilihan bahasa pada hakikatnya adalah perjuangan atau pertarungan untuk memilih kode-kode bahasa tertentu. Situasi adalah faktor penentu teks. Dalam kaitan ini, Halliday (1978:141) menyatakan bahwa makna diciptakan oleh sistem sosial dan dipertukarkan oleh anggota-anggota masyarakat dalam bentuk teks. Makna tidak diciptakan dalam keadaan terisolasi dari lingkungannya. Selanjutnya, secara tegas dirumuskan oleh Halliday bahwa makna adalah sistem sosial. Perubahan dalam sistem sosial akan direfleksikan dalam teks. Dalam hal ini, situasi akan menentukan bentuk dan makna teks. Dalam hal ini, LFS merupakan teori utama yang digunakan pada tulisan ini. Teori ini dipelopori oleh M.A.K. Halliday. Di sini disebutkan bahwa sistemic berakar dari kata sistem yang artinya representasi dari teori terhadap hubungan paradigmatik. Lebih lanjut, fungsional mengimplikasikan bahwa

16 16 fungsi semiotik bahasa atau makna beroperasi di dalam dimensi-dimensi semiotik dan realisasi fungsional sistem struktur secara alamiah berhubungan secara sintagmatik. Menurut Halliday (1985), bahasa adalah fenomena sosial sehingga cenderung sebagai alat berbuat sesuatu daripada mengetahui sesuatu. Oleh karena itu, bahasa memiliki fungsi-fungsi yang dibuat oleh konteks sosial. Fungsi-fungsi tersebut terangkum dalam tiga komponen utama yang disebut metafungsi bahasa. Metafungsi bahasa terdiri atas fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual (Halliday, 1985: xiii; Eggins, 1994: 3 dalam Saragih, 2005: 6). Halliday (1985:159) berpendapat bahwa fungsi ideasional terdiri atas fungsi logikal. Hal ini direalisasikan melalui sistem kompleksitas klausa dan fungsi eksperensial yang direalisasikan oleh sistem transitivitas, fungsi interpersonal direalisasikan oleh sistem moda (MOOD), dan fungsi tekstual direalisasikan oleh sistem tema (THEME). Penelitian ini menitikberatkan pada analisis fungsi ideasional yang direalisasikan melalui sistem transitivitas. Sistem transitivitas menyebabkan manusia menggambarkan mental dan fakta untuk mengetahui kejadian eksternal dan internal yang dijadikan pengalaman untuk menciptakan bentuk-bentuk proses. Pengalaman ini merupakan proses yang sedang terjadi. Ketika seseorang merealisasikan pengalamannya menjadi pengalaman linguistik, maka terbentuklah representasi pengalaman linguistik itu dan

17 17 menjadi komoditas yang ditransaksikan oleh pemakai bahasa. Realisasi pengalaman linguistik pemakai bahasa itu disebut transitivitas. Pengalaman yang sempurna direalisasikan oleh tiga unsur penting, yaitu proses, partisipan, dan sirkumstan Proses Proses dapat dikatakan sebagai kegiatan ataupun aktivitas yang terjadi dalam kata kerja. Proses dijadikan sebagai inti dari suatu pengalaman. Hal ini disebabkan proses sebagai penentu keberadaan partisipan, baik jumlahnya maupun kategorinya (Halliday, 1994:168; Martin, 1992: 10). Sirkumstan pun secara tidak langsung juga mendapat pengaruh dari proses melalui probabilitas proses. Misalnya, proses mental dan material yang keduanya sering muncul dengan sirkumstan berupa lokasi dan cara. Konsep-konsep sistem transitivitas (proses, partisipan, dan sirkumstan) merupakan kategori-kategori semantik yang menjelaskan secara umum seperti apa dan bagaimana fenomena dunia nyata direpresentasikan sebagai struktur linguistik (Halliday, 1985: 109). Misalnya: (1) Ibu memasak nasi goreng tadi pagi. Dalam klausa (1), memasak dikatakan sebagai proses, sedangkan ibu dan nasi goreng adalah partisipan, kemudian tadi pagi termasuk ke dalam sirkumstan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa klausa (1) merupakan suatu klausa berupa pengalaman yang menyatakan bahwa satu proses, yakni

18 18 memasak. Selanjutnya, proses itu melibatkan dua partisipan, yaitu ibu dan nasi goreng. Dalam hal ini proses yang melibatkan dua partisipan itu terjadi dalam sirkumstan berupa lingkup waktu tadi pagi. Halliday (1994: 107) dan Martin (1997: 102) mengategorikan proses menjadi enam jenis, yaitu tiga pengalaman utama (proses primer), yaitu terdiri atas proses material, proses mental, dan proses relasional. Selanjutnya, tiga pengalaman pelengkap, yakni terdiri atas proses perilaku (behavioral), proses verbal, dan proses wujud (eksistensial). 1. Proses Material Proses material dapat didefinisikan sebagai proses atau kegiatan yang menyangkut fisik, yakni dapat diamati dengan menggunakan indra. Contoh: (1) Rico sedang menyiram anggrek di halaman belakang Kata kerja, seperti memasak, menyiram, mencuci, menari, dan sebagainya dikategorikan sebagai proses material. (2) Rico sedang menyiram anggrek di halaman belakang. Partisipan Proses Material Partisipan Sirkumstan

19 19 2. Proses Mental Proses mental didefinisikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang menyangkut kognisi, emosi, dan persepsi yang terjadi dalam diri manusia sendiri, misalnya melihat, merasa, mendengar, mencintai, percaya, membenci, dan sebagainya. Proses ini terjadi di dalam diri manusia dan mengenai mental kehidupan. Secara semantik, proses mental menyangkut pelaku manusia saja ataupun makhluk lain yang dianggap berperilaku seperti manusia. Contoh: (3) Dia menyadari kesalahannya. Partisipan Proses Mental Partisipan 3. Proses Relasional Proses ini dapat didefinisikan sebagai suatu proses penandaan atau penyifatan, yaitu sesuatu yang dikatakan memiliki sifat atau penanda. Proses relasional berfungsi untuk menghubungkan suatu entitas dengan makhluk atau lingkungan lain dalam hubungan intensif, sirkumstan, ataupun kepemilikan dengan cara identifikasi atau atribut. Kata kerja yang dapat dikategorikan ke dalam proses ini, misalnya adalah, ada, menjadi, merupakan, memiliki, dan sebagainya.

20 20 Contoh: (4) Adik memiliki rambut hitam. Partisispan Proses Relasional Sirkumstan (Identifikasi) 4. Proses Tingkah Laku (Behavioral) Proses ini didefinisikan sebagai aktivitas atau kegiatan fisiologis yang menyatakan tingkah laku fisik manusia. Dalam hal ini yang dapat dikategorikan pada proses ini, misalnya kata kerja bernapas, menguap, mengeluh, tertawa, dan sebagainya. Contoh: (5) Kakak mengeluh kesakitan. Partisipan Proses Behavioral Sirkumstan 5. Proses Verbal Proses verbal adalah proses yang menunjukkan aktivitas atau kegiatan yang menyangkut informasi, misalnya pada kata kerja memerintah, meminta, menjelaskan, dan sebagainya. Contoh: (6) Ayah menceritakan pengalamannya. Partisipan Proses Verbal Partisipan

21 21 6. Proses Wujud (Eksistensial) Proses wujud (eksistensial) adalah suatu proses yang mengekspresikan keberadaan suatu benda tempat benda itu memang nyata atau benar-benar ada. Ada beberapa kata kerja yang dapat dikategorikan ke dalam proses eksistensial, misalnya muncul, terjadi, tumbuh, dan sebagainya. Contoh: (7) Beberapa jerawat muncul di wajahnya. Partisispan Proses Wujud Sirkumstan Partisipan Partisipan merupakan sesuatu yang dapat diikat oleh proses. Proses dapat dikatikan sebagai inti atau pusat yang menarik unsur lain, termasuk partisipan. Karena proses merupakan inti, maka proses sangat menentukan jumlah partisipan yang dapat diikat dalam suatu proses Sirkumstan Sirkumstan dapat didefinisikan sebagai lingkungan, sifat, atau lokasi tempat berlangsungnya suatu proses. Sirkumstan berada di luar jangkauan proses. Oleh karena itu, sirkumstan berlaku dalam semua jenis proses. Sirkumstan dapat disetarakan dengan keterangan yang lazim digunakan dalam tata bahasa tradisional.

22 22 Sirkumstan terdiri atas rentang, yang dapat berupa jarak atau waktu, lokasi yang mencakup tempat dan waktu, cara, sebab, lingkungan, penyerta, peran, masalah, serta sudut pandang. Selanjutnya, pada bagan berikut dirangkum bentuk sirkumstan, baik dalam frasa maupun klausa. Tabel 1 Kategori Sirkumstan No. Jenis Sirkumstan Subkategori Cara Mengidentifikasi Realisasi dalam Frasa dan Klausa 1 Rentang Waktu Tempat 2 Lokasi Waktu Tempat Berapa lamanya? Berapa jauhnya? Kapan? Di mana? Dia berjalan tiga jam Kami berjalan 6 kilometer. Pesta itu akan diadakan pada minggu ini. Adikku dilahirkan di Medan. Lakukanlah tugas itu dengan cepat. Kita belajar untuk bekal masa depan. 3 Cara - Bagaimana? Dengan apa? 4 Sebab - Mengapa? Untuk apa? Untuk siapa? 5 Penyerta - Dengan siapa? Kami datang dengan adiknya. 6 Peran - Sebagai apa? Saya bicara sebagai sahabat. 7 Masalah - Tentang apa? Dia bicara mengenai perniagaan.

23 Konteks Situasi Ketika bahasa dianalisis dalam konteks dan hubungan teks dengan konteks yang digambarkan, maka dapat dikatakan bahwa gagasan bahasa menafsirkan dunia sosial kita yang sepenuhnya dapat dihargai. Suatu teks akan dapat dipahami dengan baik ketika kita memahami konteks situasi teks tersebut. Sehubungan dengan hal ini, Firth (1957: 182) berpendapat bahwa konteks situasi paling baik digunakan sebagai konstruksi skematis yang cocok untuk diterapkan pada peristiwa bahasa. Hal itu adalah kelompok kategori terkait pada tingkatan yang berbeda dari kategori gramatikal, tetapi menyerupai abstrak alam. Firth juga menyatakan bahwa kategori umum yang memiliki relevansi dengan teks adalah sebagai berikut. a. Partisipan dengan fitur yang relevan, yakni manusia dan kepribadian. Hal ini bisa berupa aksi verbal dari partisipan, begitu juga aksi nonverbal. b. Objek yang relevan c. Efek dari aksi verbal Halliday (1978:21) memperkenalkan lebih banyak abstraksi yang memungkinkan kita untuk menginterpretasikan sebuah situasi atau lebih tepatnya sebuah tipe dari situasi, sebagai sebuah struktur semiotik, dan sebagai sebuah kumpulan makna yang berasal dari sistem semiotik yang merupakan suatu budaya. Selanjutnya, Halliday mengatakan sebagai berikut.

24 24 That context of situation is encapsulated in the text, not in any piecemeal fashion, nor at the other extreme in any mechanical way, but through a systematic relationship between the social environment on the one hand, and the functional organisation of language on the other. If we treat both text and context as semiotic phenomena, as "modes of meaning", so to speak, we can get from one to the other in a revealing way. (Halliday and Hasan, 1985:12) Terjemahan: Bahwa konteks situasi dikemas dalam teks, bukan dalam mode yang sedikit-sedikit, tidak juga pada ekstrem lain dalam beberapa cara mekanik, tetapi melalui hubungan yang sistematik antara lingkungan sosial pada satu tangan dan struktur fungsional bahasa pada tangan yang satunya. Jika kita memperlakukan, baik teks maupun konteks sebagai fenomena semiotik, sebagai mode makna, maka dapat dikatakan bahwa kita tidak bisa mendapatkannya dari satu ke yang lain dengan cara pengungkapan. Kutipan di atas menjelaskan bahwa konteks situasi dianggap sebagai bagian dari tiga variabel register. Konteks situasi disusun berdasarkan tiga parameter, yaitu field, tenor, dan mode. Hal ini secara fungsional didiversifikasi ke dalam tiga jenis atau mode atau makna yang memungkinkan prediksi linguistik. Melalui tiga parameter tersebut, maka dapat dilakukan suatu analisis untuk memprediksikan makna dalam interaksi sosial yang digambarkan. Dalam hal ini, konteks situasi dibagi menjadi tiga, yaitu medan teks, pelibat teks, dan modus teks. Medan teks (field of discourse) merujuk pada aktivitas sosial yang sedang terjadi serta latar institusi tempat satuan-satuan bahasa itu muncul. Untuk menganalisis medan, kita dapat mengajukan

25 25 pertanyaan, What is going on?, yang mencakup tiga hal, yakni ranah pengalaman, tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang. Ranah pengalaman merujuk pada ketransitivan yang mempertanyakan apa yang terjadi dengan seluruh proses, partisipan, dan sirkumstan. Tujuan jangka pendek merujuk pada tujuan yang harus segera dicapai. Tujuan itu bersifat amat konkret. Tujuan jangka panjang merujuk pada tempat teks dalam skema suatu persoalan yang lebih besar. Demikian pula, tujuan tersebut bersifat lebih abstrak. Pelibat teks (tenor of discourse) merujuk pada hakikat relasi antarpartisipan, termasuk pemahaman peran dan statusnya dalam konteks sosial dan lingual. Untuk menganalisis pelibat, kita dapat mengajukan pertanyaan, Who is taking part?, yang mencakup tiga hal, yakni peran agen atau masyarakat, status sosial, dan jarak sosial. Peran terkait dengan fungsi yang dijalankan individu atau masyarakat. Status terkait dengan tempat individu dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, sejajar atau tidak. Jarak sosial terkait dengan tingkat pengenalan partisipan terhadap partisipan lainnya, yakni akrab atau memiliki jarak. Dalam kaitan ini, peran, status, dan jarak sosial dapat bersifat sementara dan dapat pula permanen. Modus teks (mode of discourse) merujuk pada bagian bahasa yang sedang dimainkan dalam situasi, termasuk saluran yang dipilih, apakah lisan atau tulisan. Untuk menganalisis modus, pertanyaan yang dapat diajukan adalah

26 26 What s role assigned to language?, yang mencakup lima hal, yakni peran bahasa, tipe interaksi, medium, saluran, dan modus retoris. Ketiga domain dari teks, yaitu field, tenor, dan mode, tidak secara mudah diaplikasikan dalam suatu analisis bahasa, tetapi lebih akurat. Ketiganya membentuk suatu konsep dalam merepresentasikan konteks sosial sebagai lingkungan semiotik tempat orang-orang saling bertukar paham dan pengertian (Halliday, 1978:22). Ketiga domain ini mengilustrasikan diversifikasi alam secara fungsional dalam LFS dan membantu analisis untuk membuat prediksi mengenai makna dari sebuah teks. Firth adalah ahli linguistik yang pertama kali memperkenalkan LFS ke dalam prediksi secara linguistik. Dlam hal ini, Firth memfokuskan pada kesuksesan dalam komunikasi, yakni ada seseorang yang bergabung dalam suatu organisasi sosial, maka dia akan belajar untuk mengatakan apa yang orang lain harapkan untuk kita katakan dalam situasi yang diberikan (Firth, 1957:28). Konteks situasi memfasilitasi komunikasi karena dalam suatu komunikasi diperbolehkan seorang petutur untuk memahami apa yang akan dikatakan dalam suatu situasi yang ada. Hal ini berarti bahwa seseorang dapat bertukar pendapat atau paham secara tidak langsung dalam suatu kerangka yang sudah diketahui akan terjadi (Halliday and Hasan, 1985:9). Poin ini lebih dikembangkan, kemudian dilihat lebih jauh lagi ke dalam hubungan antara konteks situasi dan strata yang lebih rendah sehingga ditemukan bagaimana

27 27 makna keseluruhan yang merupakan hasil realisasi dari fitur situasional field, tenor, dan mode teks pada level semantik. Peran bahasa terkait dengan kedudukan bahasa dalam aktivitas. Oleh karena itu, bisa saja bahasa bersifat wajib (konstitutif) atau tambahan. Peran wajib terjadi apabila bahasa diperankan sebagai aktivitas keseluruhan. Peran tambahan terjadi apabila bahasa berfungsi hanya membantu aktivitas lainnya. Namun, tipe interaksi merujuk pada jumlah pelaku, baik monologis maupun dialogis. Selanjutnya, medium terkait dengan sarana yang digunakan, yakni bisa berbentuk lisan, tulisan, ataupun isyarat. Saluran berkaitan dengan bagaimana teks itu dapat diterima, seperti fonis, grafis, atau visual. Modus retoris merujuk pada perasaan teks secara keseluruhan, yakni persuasif, kesastraan, akademis, edukatif, mantra, dan sebagainya. Semuanya saling berhubungan dalam suatu teks sehingga menimbulkan suatu makna. Sudah ditekankan bahwa baik konteks situasi maupun bahasa secara fungsional telah didiversifikasikan. Hal ini mengarahkan kita pada penemuan pola yang merespons pola-pola yang berbeda dalam lingkungan suatu teks. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada korelasi sistematik di antara konteks situasi dan struktur fungsional dari sistem semantik berdasarkan ketiga variabel yang ada, yaitu field, tenor, dan mode. Dalam hal ini, maka dimungkinkan untuk memperkenalkan masalah tempat tiap-tiap metafungsi dan makna potensial dapat diaktifkan sebagai variabel situasional yang partikular. Dalam kaitan ini, field direalisasikan sebagai makna ideasional,

28 28 tenor sebagai makna interpersonal, dan mode sebagai makna tekstual. Hal ini dijabarkan dalam tabel berikut ini. Tabel 2 Realisasi Konteks Situasi dalam Metafungsi Bahasa Situasi: Fitur Konteks Field What is going on? Tenor Who are taking part? Mode Role assigned to language Direalisasiakan oleh Teks: Komponen Fungsional Sistem Semantik Experential Meanings (Transitivity) Interpersonal Meanings (Mood, Modality, etc) Textual Meanings (Theme, Cohesion, etc) (Dimodifikasi dari Halliday and Hasan, 1985:26) Retorika Retorika didefiniksikan sebagai praktik penggunaan bahasa untuk meyakinkan atau memengaruhi orang lain dan bahasa yang dihasilkan dari praktik tersebut (Hartley, 1994:266). Retorika adalah teknik pemakaian bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis yang didasarkan pada pengetahuan yang tersusun baik (Keraf, 2007:3). Hal ini berarti bahwa retorika dapat berupa tulisan ataupun bahasa lisan. Uraian sistematis retorika yang pertama dibuat oleh Corax, orang Syracuse, bagian dari Pulau Sicilia. Ia

29 29 menulis sebuah makalah retorika berjudul Techne Logon (seni kata-kata) untuk membantu kaumnya memperoleh kembali hak milik tanah yang sebelumnya dikuasai para tiran. Selain itu, ia juga membagi pidato menjadi lima bagian, yakni pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan simpulan (Rakhmat, 1992). Seorang ahli retorika klasik lainnya, Aristoteles, menyebutkan tiga cara untuk memengaruhi manusia (Bormann, 1986; Rakhmat, 1992), yakni dengan cara sebagai berikut. (1) Ethos: menunjukkan kepada khalayak bahwa pembicara memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian terpercaya, dan status terhormat. (2) Pathos: menyentuh hati khalayak melalui perasaan, emosi, harapan, dan sebagainya. (3) Logos: mengajukan bukti atau sesuatu yang dapat dianggap sebagai bukti sehingga disebut juga sebagai pendekatan melalui akal. Para ahli retorika dari Yunani dan Romawi membagi retorika menjadi lima cakupan studi yang disebut sebagai lima hukum (kanon) retorika (Bormann, 1986; Griffin, 2003). Kelima hukum tersebut adalah seperti di bawah ini. (1) Penemuan (invention), yakni menemukan alasan yang meyakinkan. (2) Penyusunan (arrangement), menyusun material untuk memperoleh hasil terbaik. (3) Gaya (style), yakni pemilihan bahasa yang sesuai.

30 30 (4) Penyampaian (delivery), yakni mengarah pada pengombinasian suara dan gerak tubuh. (5) Memori (memory), yakni merupakan tahapan penguasaan isi dan melakukan latihan. Retorika modern lebih sering diartikan sebagai seni berbicara atau kemampuan berbicara dan berkhotbah (Hendrikus, 2009) sehingga efektivitas penyampaian pesan pembicara dalam retorika sangat dipengaruhi oleh teknik atau keterampilan berbicara. Pernyataan Griffin (2003) mengenai kesuksesan retorika juga mensyaratkan adanya eloquence atau kefasihan (keterampilan) berbicara. Pada abad ke-20 istilah retorika mulai digeser oleh istilah speech, speech communication, atau public speaking (Rakhmat, 1992). Keterampilan komunikasi seorang komunikator dapat dinilai melalui pemenuhan beberapa aspek (DeVito, 1997; Hasling, 2006; Hendrikus, 2009; Rakhmat, 1992), yakni sebagai berikut. (1) Kefasihan komunikasi komunikator (eloquence), yaitu mengarah pada sistem verbal dan nonverbal komunikator serta metode yang digunakan dalam penyampaian pidato. (2) Pengorganisasian pesan, yaitu mengacu pada tema yang dipilih, tujuan komunikasi, kesiapan materi oleh komunikator, serta penguasaan komunikator tehadap isi pesan.

31 31 (3) Dari segi partisipan, yakni yang dimaksud adalah penguasaan komunikator terhadap audience, bagaimana komunikator menganalisis audience kemudian menggunakan pendekatan yang tepat. (4) Dari segi alat bantu, yakni bagaimana komunikator menggunakan alat bantu yang disediakan. 2.4 Model Penelitian Penelitian ini menganalisis sistem transitivitas dan hubungannya dengan konteks situasi. Data yang dianalisis adalah data yang berupa teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Teori yang digunakan dalam analisis adalah teori LFS yang dikemukakan oleh Halliday. Dalam teori tersebut dibahas mengenai sistem transitivitas dan konteks situasi. Selanjutnya, ilustrasi dari model penelitian ini digambarkan pada bagan berikut ini. Data yang dipilih, yaitu berupa teks pidato berbahasa Inggris yang merupakan teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Data dianalisisis dengan menggunakan teori LFS yang dikemukakan oleh Halliday. Pertama, dilihat sistem transitivitas pada data dengan menghitung persentase kemunculan proses, siapa saja partisipan yang ada, dan seperti apa sirkumstan yang terkait di dalamnya. Kedua, data dianalisis dengan konteks situasinya, yaitu dicari apakah medan teksnya, siapa saja pelibat teks, dan modus teks pidato. Setelah ditemukan, kemudian dicari hubungan

32 32 yang terkait antara sistem transitivitas dan konteks situasinya serta dengan kekuatan retorika.

33 33 Ilustrasi Model Penelitian Teks Pidato Pelantikan Barack Obama Teori Sistemik Fungsional Linguistik Teori Retorika Sistem Transitivitas Konteks Situasi Proses Partisipan Sirkumstan Medan Pelibat Modus Hubungan Transitivitas dan Konteks Situasi Hubungan Transitivitas dan Retorika Hasil Analisis Simpulan dan Saran

34 34 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, suatu penelitian yang umum digunakan ilmu-ilmu sosial, dan sering berupa penyelidikan perubahan masyarakat yang bersifat longitudinal (Surakhmad, 1990: 140). Pada penelitian ini mula-mula data yang ditemukan diklasifikasikan, kemudian data tersebut dianalisis. Metode ini juga sering disebut dengan metode analitik. Metode penelitian bahasa berkaitan dengan tujuan penelitian serta melibatkan pengumpulan dan pemilihan data. Secara garis besar, penelitian deskriptif ini memusatkan perhatian pada sifat-sifat data secara alami atau secara apa adanya, yang secara empiris hidup dalam penutur-penutur bahasa sehingga hasil yang diperoleh merupakan pemerian bahasa yang aktual (Sudaryanto, 1987). Pendekatan kuantitatif juga digunakan karena ada beberapa perhitungan yang memerlukan statistik dasar untuk membantu analisis data. 3.1 Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan sebagai data dalam tulisan ini adalah sumber tertulis dan lisan, yaitu pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Data didapatkan dengan cara mengunduh dari media 34

35 35 internet, yaitu dari situs Jadi, dapat dikatakan bahwa data yang dipakai bersifat primer karena diperoleh langsung dari hasil unduhan, bukan dari analisis yang sudah digunakan sebelumnya. Pemilihan pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama sebagai subjek analisis didasari pemikiran bahwa pidato tersebut dirangkai oleh klausa-klausa yang memiliki kelugasan dalam pemilihan katanya. Pemilihan kata, baik dari segi predikat, kata benda, objek klausa, maupun keterangannya sangat beragam dan tidak diulang-ulang. Hal ini sangat membantu analisis, termasuk penghitungan kemunculan sistem transitivitas. 3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan metode simak, yaitu dengan teknik dasar simak bebas libat cakap, kemudian dilanjutkan dengan teknik lanjutan simak catat (Sudaryanto, 1988). Teknik ini digunakan karena sumber data yang digunakan adalah sumber data tertulis dan lisan. Adapun proses pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini. 1. Teks pidato dibaca secara keseluruhan. 2. Bagian dari teks pidato dipilah dan dicatat, kemudian dipilah dalam kategori proses, partisipan, dan sirkumstan.

36 36 3. Untuk data lisan, dilakukan pencatatan pada bagian-bagian yang mendukung analisis retorika dan diberikan penandaan untuk memperjelas maksud dari data. 3.3 Metode dan Teknik Analisis Data Analisis data didefinisikan sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola dan kategori sehingga dapat ditemukan tema, kemudian dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2007:280). Berdasarkan definisi tersebut, maka data penelitian ini dianalisis, diurut, dikategorikan, dan diolah berdasarkan kerangka teori. Dalam hal ini, data yang digunakan adalah data tertulis dan lisan yang berupa pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Berikut ini adalah prosedur analisisnya. (1) Data yang sudah dipilah, kemudian diidentifikasi dan dihitung persentase kemunculannya. (2) Berdasarkan hasil persentase, data dianalisis untuk menemukan alasan kemunculan tipe proses transitivitas yang mendominasi. (3) Data juga dipilah untuk memperoleh tipe sirkumstan yang muncul. (4) Data kemudian diidentifikasikan dan dianalisis ke dalam konteks situasinya.

37 37 (5) Hasil dari analisis (1), (2), (3), dan (4), kemudian dideskripsikan untuk menemukan jawaban kekuatan retorika dalam teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. (6) Menginterpretasikan hasil analisis. 3.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Ada dua jenis metode penyajian hasil analisis, yaitu metode formal dan metode informal. Dalam metode formal, hasil analisis disajikan dengan menggunakan tanda atau lambang, sedangkan dalam metode informal, hasil analisis disajikan dengan kata-kata biasa. Data yang sudah ditemukan, kemudian disajikan secara deskriptif berdasarkan teori yang digunakan, yaitu teori LFS. Selanjutnya, data dibuatkan presentasi kemunculan proses, partisipan, dan sirkumstan dengan statistik sederhana. Setelah itu, dicari hubungan antara transitivitas (proses, partisipan, dan sirkumstan) dengan konteks situasi. Pada tahapan akhir dipresentasikan bagaimana hubungan antara transitivitas dan kekuatan retorika. Kemudian, ditutup dengan simpulan yang ditemukan dan dilengkapi dengan saran.

38 38 BAB IV ANALISIS TRANSITIVITAS 4.1 Tipe Proses dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama Fungsi ideasional dikatakan sebagai fungsi bahasa karena melalui fungsi ini, baik penutur maupun penulis terikat dengan pengalamannya dan berhubungan dengan fenomena yang ada di dunia. Selain itu, juga termasuk pengalaman internal dalam alam sadarnya, reaksinya, pemahaman, dan persepsi, di samping tindakan linguistiknya dalam berbicara dan memahami (Halliday, 1971: 332). Dengan kata lain, fungsi ini membawa informasi baru untuk membahas hal yang tidak diketahui petutur. Fungsi ini merefleksikan kejadian dan pengalaman, baik secara objektif maupun subjektif. Dalam hubungan ini transitivitas merupakan hal yang dibahas ketika membicarakan fungsi ideasional. Fungsi ini tidak hanya menspesifikasi pilihan yang ada secara semantis, tetapi juga mendefinisikan kealamian realisasi strukturalnya (Zhuanglin, 1988:312). Fungsi ideasional biasanya direpresentasikan oleh sistem transitivitas dalam tata bahasa. Sistem transitivitas terdiri atas enam proses, yaitu proses material, proses relasional, proses mental, proses verbal, proses behavioral, dan proses eksistensial. Dalam Teks Pidato Pelantikan Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat, ditemukan keenam jenis proses transitivitas tersebut. Dalam hal ini 38

39 39 yang mendominasi adalah proses material, kemudian diikuti proses relasional, proses mental, proses behavioral, proses verbal, dan kemudian proses eksistensial Proses Material Dalam Teks Pidato Pelantikan Barack Obama paling banyak ditemukan contoh tipe proses material. Proses material adalah process of doing. Proses ini biasanya diindikasikan oleh kata kerja yang mengekspresikan tindakan, baik berupa tindakan nyata maupun abstrak. Biasanya, dalam proses material muncul dua partisipan, yaitu actor dan goal. Actor biasanya menunjukkan subjeknya, sedangkan goal menunjukkan objeknya Kedua partisipan ini biasanya direalisasikan dengan menggunakan kata benda. Dominasi proses ini dalam Teks Pidato Pelantikan Barack Obama, yakni menunjukkan bahwa Obama ingin menegaskan dalam kepemimpinannya nanti, dia akan lebih banyak melakukan tindakan untuk pencapaian target yang ditentukannya. Pemilihan kata-kata kerja yang merupakan proses material memiliki kemampuan untuk meyakinkan masyarakat bahwa apa yang akan dilakukan, meningkatkan kepercayaan diri warga Amerika Serikat, dan mampu membuat warga memberi dukungan untuk mencapai semua tujuan itu. Beberapa contoh proses material yang ditemukan, yakni sebagai berikut.

40 40 a. Forty-four Americans have now taken the presidential oath empat puluh warga empat Amerika telah sekarang mengambil kepresidenan sumpah (Proses Material) Empat puluh empat warga Amerika telah diambil sumpahnya sebagai presiden. b. On this day, we have chosen hope over fear di ini hari, kita telah memilih harapan di atas ketakutan (Proses Material) Pada hari ini, kita telah memilih harapan daripada ketakutan. c. They packed up their few worldly possessions mereka mengemas naik mereka sedikit duniawi milik (Proses Material) Mereka mengemas sedikit milik mereka. Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa proses material adalah proses yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dan ditujukan kepada suatu hal yang ada di luar dirinya. Proses material yang ditunjukkan oleh have now taken, have chosen, dan packed up memperlihatkan adanya aktivitas yang dilakukan oleh actor terhadap goal. Proses material sebagai ekspresi aktivitas fisik, tidak hanya dalam pengertian fisik yang sempit, seperti mempertukarkan benda atau melakukan perbuatan terhadap suatu benda. Obama banyak menggunakan bentuk proses material untuk meyakinkan warga Amerika Serikat untuk berjuang bersama, dalam bentuk tindakan nyata yang pasti, untuk memperbaiki perekonomian Amerika Serikat pada saat itu. Dalam mewujudkan semua itu tentunya akan ada

41 41 partisipan yang berpartisipasi, baik sebagai actor maupun sebagai goal. Hal ini dijabarkan dalam tabel berikut ini. Tabel 3 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Material Sirkumstan Partisipan 1 Proses Partisipan 2 Forty-four Americans have now taken the presidential oath On this day we have chosen hope over fear They packed up their few worldly possessions Actor Proses Material Goal Dalam tabel dapat dilihat hubungan antara partisipan satu dan yang lain. Dimana hubungan ini dikuatkan oleh proses materialnya. Sirkumstan tidak selalu hadir dalam tiap proses, tetapi kehadiran sirkumstan memberikan penjelasan mengenai proses tersebut dengan lebih rinci Proses Relasional Proses relasional dikatakan sebagai proses yang menunjukkan atau berfungsi untuk menghubungkan antara satu entitas dengan entitas yang lainnya. Hubungan yang dimaksud dapat berupa hubungan antara pemilik dengan milik yang disebut sebagai hubungan kepemilikan, di samping dapat berupa hubungan antara satu entitas dengan entitas lainnya yang disebut dengan hubungan atributif atau dapat pula hubungan antara satu entitas

42 42 dengan lingkungan seperti lingkungan tempat atau yang lainnya yang disebut dengan hubungan identifikasi. Dalam data, proses relasional menduduki peringkat kedua dilihat dari kemunculannya. Proses relasional atributif ditunjukkan oleh kata kerja be ataupun sinonim, dalam hal ini partisipan yang terlibat direalisasikan dengan kata benda yang disebut dengan carrier dan atribut. Kalimat dengan proses relasional atributif tidak bisa dijadikan bentuk pasif. Perubahan ini bisa dilihat pada data berikut ini. Klausa sebenarnya: We are in the midst of crisis. Klausa kemungkinan lain: We locate in the midst of crisis. Kemungkinan bentuk pasif: In the midst of crisis is located by we. (tidak bermakna) Dari uraian di atas, bentuk kalimat atau klausa yang menggunakan proses relasional atributif tidak bisa dijadikan bentuk pasif karena maknanya akan berbeda. Beberapa contoh proses relational atributif yang ditemukan dalam data, yakni seperti berikut ini. a. It must be with this generation of Americans ini harus adalah dengan ini generasi dari warga Amerika (Proses Relasional) Ini adalah keharusan dengan generasi Amerika saat ini.

43 43 b. We are in the midst of crisis Kita adalah di dalam sebuah tengah-tengah dari krisis (Proses Relasional) Kita berada di tengah-tengah krisis. c. These are the indicators of crisis Ini adalah itu indikator dari krisis (Proses Relasional) Ini adalah indikator-indikator krisis. Partisipan yang terlibat dijabarkan dalam tabel berikut ini. Tabel 4 Proses Relasional Atributif Partisipan 1 Proses Partisipan 2 It P must be with this generation of americans r we are in the midst of crisis These are the indicators of crisis Carrier Proses Relasional Attribute Proses relasional identifikasi bertolak belakang dengan proses relasional atributif, baik secara semantik maupun gramatikal. Secara semantik, klausa identifikasi tidak mengklasifikasikan, tetapi mengidentifikasikan. Di sini subjek biasanya merupakan pemegang identitas objek. Secara gramatikal, proses ini mencakup dua partisipan, yaitu token (sebagai hal yang didefinisikan) dan value (sebagai definisi). Kalimat dengan proses ini bisa dijadikan bentuk pasif. Namun, dalam kalimat aktif, token selalu ditempatkan

44 44 sebagai subjek, sedangkan dalam kalimat pasif value ditempatkan sebagai subjek. Contoh kalimat dengan proses relasional identifikasi yang ditemukan dalam data adalah sebagai berikut. a. Nor is the question before us tidak adalah itu pertanyaan sebelum kita (Proses Relasional) whether the market is a force for good or ill apakah itu pasar adalah sebuah paksaan untuk baik atau sakit Tidak adalah pertanyaan sebelumnya apakah pasar adalah paksaan untuk kebaikan atau keburukan. b. they are the guardians of liberty. mereka adalah itu penjaga dari kebebasan (Proses Relasional) Mereka adalah penjaga kebebasan kita. c. This is the price and the promise of citizenship. ini adalah itu harga dan itu janji dari kewarganegaraan (Proses Relasional) Ini adalah harga dan janji dari kewarganegaraan.

45 45 Partisipan yang terlibat dijabarkan dalam tabel berikut ini. Tabel 5 Proses Relasional Identifikasi Partisipan 1 Proses Partisipan 2 Nor is the question before us whether the market is a force for good or ill They are the guardians of our liberty This is the price and the promise of citizenship Token Proses Relasional Value Pada komposisi di atas, tampak bahwa secara sistemik hubungan antara proses relasional dengan partisipan memiliki pelabelan yang berbeda antara proses relasional atributif dan proses relasional identifikasi. Pada proses relasional atributif, pelabelan partisipan disebut dengan carrier dan attribute. Dalam kaitan ini it, we, this, yakni merupakan contoh carrier yang ditemukan dalam data. Carrier tersebut diikuti oleh atribut yang bisa berupa kualitas, klasifikasi, ataupun deskripsi yang menjelaskan apa itu carrier. Atribut yang ditemukan dalam data, misalnya, the question before us whether the market is a force for good or ill, the guardians of our liberty, the price and the promise of citizenship, menunjukkan deskripsi carrier-nya.

46 46 Pada proses relasional identifikasi, partisipan yang berperan sebagai subjek disebut dengan token, tetapi partisipan yang berperan sebagai objek disebut value. Misalnya, pada contoh yang dijabarkan dalam tabel di atas, seperti nor, they, this, yakni merupakan subjek klausa yang disebut dengan token, sedangkan perannya sebagai sesuatu yang akan didefinisikan oleh value. Seperti pada contoh klausa pertama: Nor is the question before us whether the market is a force for good or ill. Nor disebut sebagai token, dan the question before us whether the market is a force for good or ill disebut value yang bertugas memberikan identifikasi terhadap nor Proses Mental Dalam data, proses mental ada pada peringkat ketiga dilihat dari persentase kemunculannya. Orang biasanya tidak hanya membicarakan suatu hal yang kasat mata seperti dalam proses material, tetapi juga mengenai apa yang dirasakan atau yang dipikirkan. Dalam hal ini yang membedakan proses mental dengan proses material adalah cara pembuktiannya. Prosel material bisa diketahui dengan mengajukan pertanyaan, seperti Apa yang x lakukan terhadap y?, sedangkan untuk proses mental bisa dibuktikan dengan pertanyaan, seperti Apa yang kamu pikirkan mengenai x?. Halliday membagi proses mental menjadi tiga kelas, yaitu kognisi, afeksi, dan persepsi (Eggins, 1994). Proses mental juga dibedakan dengan proses material dari jumlah partisipannya. Dalam proses mental harus ada dua

47 47 partisipan yang terlibat. Salah satu partisipan harus manusia yang disebut sebagai senser, sedangkan partisipan yang lain disebut phenomenon. Ada dua tipe phenomenon dalam proses mental, yaitu aksi dan fakta. Beberapa proses mental yang ditemukan dalam data adalah sebagai berikut. a. In reaffirming the greatness of our nation we understand di dalam menandaskan itu kebesaran dari kita negara kita mengerti (Proses Mental) that greatness is never a given tidak itu kebesaran adalah pernah sebuah memberi Dalam menandaskan kebesaran bangsa kita, kita memahami bahwa kebesaran bukanlah suatu pemberian. b. But this crisis has reminded us tapi ini krisis telah mengingatkan kita (Proses Mental) Akan tetapi krisis ini telah mengingatkan kita c. We will not apologize for our way of life kita akan tidak minta maaf untuk kita jalan dari hidup (Proses Mental) Kita tidak akan meminta maaf atas cara hidup kita Proses mental, seperti understand, reminded, dan apologize, yakni merupakan proses yang berkaitan dengan aktivitas kognisi, wilayahnya masih berada pada ruang pikiran, dan objek kognisi tersebut juga menyangkut halhal yang abstrak yang dilabeli dengan nama phenomenon. Dengan demikian, partisipan pertama secara logis dinamakan senser. Selanjutnya, penjabaran

48 48 partisipan yang terlibat dalam proses mental dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 6 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Mental Partisipan 1 Proses Partisipan 2 Sirkumstan We understand that greatness is never a given this crisis has reminded us This will not apologize for our way of life Senser Proses Mental Phenomenon Sirkumstan sebab Proses Verbal Proses verbal biasanya terdiri atas tiga partisipan, yaitu sayer, receiver, dan verbiage. Sayer adalah yang bertanggung jawab atas terjadinya proses verbal itu, tidak harus merupakan partisipan hidup. Receiver merupakan simbol kepada siapa proses verbal itu ditujukan. Selanjutnya, verbiage adalah pernyataan yang dinominalisasikan oleh proses verbal. Beberapa proses verbal yang ditemukan dalam data adalah seperti berikut ini.

49 49 a. Today I say to you that hari ini saya mengatakan kepada anda itu (Proses Verbal) the challenges we face are real itu tantangan kami wajah adalah nyata Hari ini saya mengatakan pada kalian semua bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah nyata. b. The question we ask today itu pertanyaan kita tanya hari ini (Proses verbal) Pertanyaan yang kita tanyakan hari ini. c. the knowledge that God calls on us to shape itu pengetahuan itu Tuhan panggil di atas kita untuk bentuk (Proses Verbal) an uncertain destiny sebuah tidak pasti tujuan Pengetahuan yang Tuhan panggil kepada kita untuk membentuk suatu tujuan yang tidak pasti. Secara semantik proses verbal adalah proses yang menunjukkan suatu aktivitas atau perbuatan yang menyangkut komunikasi antarpelibat yang berada dalam lingkup komunikasi verbal seperti mempertukarkan informasi. Pada ketiga contoh di atas, dalam setiap unit pengalaman linguistik terdapat

50 50 masing-masing satu proses verbal, yaitu say, ask, dan calls. Proses-proses verbal tersebut dapat berhubungan dengan dua partisipan. Hubungan tersebut dijabarkan pada tabel di bawah ini Tabel 7 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Verbal Sirkumstan Partisipan 1 Proses Partisipan 2 Sirkumstan Today I say to you that the challenges we face are real we ask today the knowledge that God calls on us to shape an uncertain destiny Sayer Proses Verbal Receiver Proses Behavioral Menurut Halliday (dalam Eggins, 1994), proses tingkah laku adalah perpaduan antara proses material dan proses mental. Oleh karena itu, makna yang diperoleh juga merupakan perpaduan anatara proses material dan proses mental. Mayoritas proses ini hanya memiliki satu partisipan, yang disebut sebagai behaver. Dalam hal ini, walaupun ada partisipan lain yang terlibat, bukan merupakan statement ulang proses yang disebut phenomenon.

51 51 berikut. Beberapa proses behavioral yang ditemukan dalam data adalah sebagai a. the challenges we face are real itu tantangan kami wajah adalah nyata (proses behavioral) Tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah nyata. b. And so to all the people and governments dan jadi kepada semua itu orang dan pemerintah who are watching Today. siapa adalah melihat hari ini (Proses Verbal) Dan juga, kepada semua orang dan pemerintah yang melihat hari ini. c. we can meet those new threats that demand kita bisa bertemu itu baru ancaman itu permintaan (Proses verbal) even greater effort lebih bahkan besar upaya Kita bisa bertemu ancaman yang baru yang menuntut usaha yang lebih besar. Pada contoh di atas, proses behavorial hanya dapat bervalensi dengan satu partisipan. Proses ini menunjukkan aktivitas fisiologis dalam pengertian luas, baik perilaku fisik yang dapat dilihat seperti gerakan badan, mimik, maupun perilaku fisik yang lebih abstrak. Penjabaran hubungan proses behavorial dengan partisipan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

52 52 Tabel 8 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Behavioral Sirkumstan Partisipan 1 Proses Partisipan 2 Sirkumstan We face are real to all the people and governments who are watching today Guided by these principles once more we can meet those new threats that demand even greater effort Behaver Proses Behavioral Phenomenon Proses Eksistensial Proses ini merupakan suatu proses yang mengekspresikan keberadaan suatu benda bahwa benda itu memang nyata atau benar-benar ada. Proses ini ditandai dengan munculnya kata there. Contoh proses eksistensial yang ditemukan dalam data adalah sebagai berikut.

53 53 firm in the knowledge that there is nothing keras di itu pengetahuan itu di sana adalah tidak ada (Proses Eksistensial) Berdasarkan jabaran analisis sistem transitivitas di atas, dapat dikatakan bahwa dalam satu unit pengalaman linguistik apabila dilihat dari segi semantik, merupakan unsur pusat karena unsur tersebut dapat menentukan kehadiran partisipan. Berikut ini adalah perincian persentase kemunculan tipe proses transitivitas dalam data. Tabel 9 Persentase Tipe Proses Transitivitas dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama Tipe Proses Transitivitas Kemunculan Persentase Kemunculan 1. Proses Material % 2. Proses Relasional % 3. Proses Mental % 4. Proses Behavioral % 5. Proses Verbal % 6. Proses Eksistensial % Dengan kata lain, unsur proses akan menentukan kehadiran partisipan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Konsep valensi bagi unsur proses dalam analisis ini, khususnya dalam identifikasi ciri semantik hanya mengidentifikasi valensi yang bersifat wajib. Sementara itu, adanya struktur semantik lain yang melampaui valensi wajib tidak dibahas karena kehadiran unsur keterangan bersifat manasuka. Dengan kata lain, struktur inti satu unit

54 54 pengalaman linguistik hanyalah menyangkut valensi antara proses dan partisipan. 4.2 Sirkumstan dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama Sirkumstan dapat didefinisikan sebagai lingkungan, sifat, atau lokasi tempat berlangsungnya suatu proses. Sirkumstan berada di luar jangkauan proses. Oleh karena itu, sirkumstan berlaku dalam semua jenis proses. Sirkumstan dapat disetarakan dengan keterangan yang lazim digunakan dalam tata bahasa tradisional. Sirkumstan terdiri atas rentang yang dapat berupa jarak atau waktu, lokasi yang mencakup tempat dan waktu, cara, sebab, lingkungan, penyerta, peran, masalah, dan sudut pandang. Dalam data ditemukan ketujuh macam sirkumstan. Berikut ini adalah contoh kemunculan sirkumstan dalam data. 1. Sirkumstan Lokasi Our nation is at war against a far-reaching network of violence and hatred. Terjemahan: Negara kita sedang berperang melawan jaringan pembunuhan dan permusuhan yang sulit dicapai.

55 55 2. Sirkumstan Cara So it has been; so it must be with this generation of Americans. Terjemahan: Jadi, inilah, jadi ini yang harus dilakukan oleh generasi Amerika. 3. Sirkumstan Sebab I thank President Bush for his service to our nation -- (applause) -- as well as the generosity and cooperation he has shown throughout this transition. Terjemahan: Saya berterima kasih pada Presiden Bush atas pelayanannya terhadap negara kita ----tepuk tangan---- dan juga atas kemurahan hati dan kerja sama yang ditunjukkannya dalam transisi ini. 4. Sirkumstan Penyerta..., nor can we consume the world's resources without regard to effect. Terjemahan: Tidak bisa kita mengonsumsi sumber daya alam dunia tanpa memperhitungkan dampaknya. 5. Sirkumstan Rentang They will not be met easily or in a short span of time. Terjemahan: Mereka tidak akan mudah ditemui atau dalam waktu yang singkat.

56 56 6. Sirkumstan Peran They have something to tell us, just as the fallen heroes who lie in Arlington whisper through the ages. Terjemahan: Mereka memiliki sesuatu untuk diberitahukan pada kita, seperti pahlawan yang gugur yang terbaring di bisikan Arlington selama bertahun-tahun. 7. Sirkumstan Masalah...that in the depth of winter, when nothing but hope and virtue could survive... Terjemahan:...bahwa di dalam dinginnya musim dingin, ketika tidak ada apa pun kecuali harapan dan keberanian dapat berjuang... Selanjutnya berikut ini adalah persentase kemunculan tiap-tiap jenis sirkumstan. Tabel 10 Persentase Kemunculan Sirkumstan No. Sirkumstan Persentase Kemunculan 1 Lokasi 48.2% 2 Cara 23.5% 3 Sebab 11.8% 4 Penyerta 7.05% 5 Rentang 3.5% 6 Peran 3.5% 7 Masalah 2.4%

57 57 Dari ketujuh sirkumstan yang ditemukan dalam data, maka dapat dilihat bahwa ada sirkumstan yang kemunculannya mendominasi ataupun hanya muncul sesekali. Dalam data, sirkumstan yang mendominasi adalah lokasi yang memiliki persentase kemunculan sebesar 48,2%. Posisi kedua diduduki oleh sirkumstan cara dengan persentase kemunculan sebesar 23.5%. Selanjutnya, ketiga ditempati sirkumstan sebab sebesar 11.8% dan penyerta pada posisi keempat dengan persentase kemunculan sebesar 7.05%. Dominasi keempat sirkumstan ini dapat dikatakan bahwa Obama ingin menekankan keberadaan warga Amerika Serikat dan bagaimana leluhur mereka dulu berjuang untuk membangun Amerika. Obama juga mengemukakan ide-idenya bagaimana cara untuk memperbaiki keadaan Amerika Serikat yang mengalami keterpurukan pada masa itu. Beberapa penyebab yang menimpa Amerika diungkapkan kembali, yakni semata-mata untuk mengingatkan warga Amerika sebagai peserta agar tidak lemah dan berjuang bersama untuk membangun kembali Amerika sehingga nantinya semua penyebab tersebuat harus dijadikan tolok ukur dalam bertindak dan membangun Amerika. Selanjutnya, tiga sirkumstan yang muncul pada posisi akhir, yaitu sirkumstan rentang dengan persentase kemunculan 3.5%, sirkumstan peran muncul sebanyak 3.5%, dan sirkumstan masalah dengan persentase 2.4 %. Dalam hal ini Obama tidak menyatakan berapa lama waktu yang akan diperlukan untuk membangun kembali Amerika. Dalam pidatonya, Obama

58 58 juga tidak menyalahkan siapa dan apa, tetapi mengharapkan agar warga Amerika bersatu untuk kebaikan bersama. 4.3 Konteks Situasi dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama Dalam analisis konteks situasi pada suatu teks, ada tiga domain penting yang terlibat, yaitu field, tenor, dan mode. Ketiga domain tersebut dijabarkan satu per satu berikut ini Field Dalam analisis field of discourse ada tiga hal penting yang perlu ditelaah, yaitu ranah pengalaman, tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang. Ranah pengalaman merujuk pada ketransitifan yang mempertanyakan apa yang terjadi dengan seluruh proses, partisipan, dan sirkumstan. Tujuan jangka pendek merujuk pada tujuan yang harus segera dicapai. Tujuan itu bersifat amat konkret. Tujuan jangka panjang merujuk pada tempat teks dalam skema suatu persoalan yang lebih besar. Tujuan tersebut bersifat lebih abstrak. a. Ranah Pengalaman Apabila dilihat dari ranah pengalaman yang ditemukan dalam data, maka dapat dikatakan bahwa semua tipe proses transitivitas ikut terlibat dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Dalam hal ini, proses

59 59 yang mendominasi adalah proses material, yakni merupakan proses yang menggambarkan aksi atau perbuatan yang sudah terjadi ataupun yang akan dilakukan. Dilihat dari sudut partisipan yang terlibat, dapat dikategorikan menjadi dua kategori umum, yaitu partisipan makhluk hidup dan partisipan benda mati. Partisipan yang dimaksud adalah kepada siapa pidato ditujukan dan apa saja yang ingin diungkapkan dalam pidato tersebut. Sirkumstan yang terlibat dalam data menggambarkan lingkungan teks yang ingin menunjukkan bagaimana keadaan Amerika, dulu, sekarang, dan Amerika yang dicitacitakan akan terjadi, termasuk cara dan penyebab ataupun hal yang bisa dilakukan untuk mengenang serta memperbaiki semua yang menimpa Amerika. b. Tujuan Jangka Pendek Dalam teks ditekankan dengan jelas mengenai tujuan yang ingin dicapai Obama bersama-sama dengan warga Amerika. Hal itu dapat dilihat pada kutipan teks pidato berikut ini. Today I say to you that the challenges we face are real. They are serious and they are many. They will not be met easily or in a short span of time. But know this America: They will be met Terjemahan: Hari ini saya beri tahukan pada kalian bahwa tantangan yang kita hadapi adalah nyata. Tantangan itu serius dan banyak. Mereka tidak

60 60 akan mudah diatasi atau dalam tempo yang singkat. Akan tetapi, karena ini adalah Amerika, tantangan itu akan bisa diatasi. Dilihat dari kutipan teks tersebut, Obama sangat mengharapkan agar warga Amerika dapat bekerja sama dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada dalam membangun kembali Amerika. Hal itu penting karena Amerika saat itu berada di tengah-tengah krisis ekonomi yang parah. c. Tujuan jangka Panjang Dalam hal ini, tujuan jangka panjang yang ingin dicapai Obama bersamasama warga Amerika Serikat adalah memimpin kembali Amerika Serikat dalam segala hal, seperti yang sudah dilakukan oleh pendahulunya. Amerika diharapkan akan bangkit lagi dari keterpurukan dan kembali memegang kendali dalam segala bidang. Hal ini ditunjukkan pada kutipan pidato berikut ini. And so, to all the other peoples and governments who are watching today, from the grandest capitals to the small village where my father was born, know that America is a friend of each nation, and every man, woman and child who seeks a future of peace and dignity. And we are ready to lead once more. Terjemahan: Dan juga, pada semua orang dan pemerintah yang melihat hari ini, dari gedung kapital yang terbesar hingga pada desa kecil tempat ayahku lahir, mengetahui bahwa Amerika adalah teman setiap negara, semua laki-laki, wanita, dan anak yang mencari kedamaian pada masa depan. Kita siap untuk memimpin sekali lagi.

61 61 Dilihat dari kutipan di atas, Obama menggambarkan tujuannya untuk Amerika Serikat ke depan. Dia yakin bahwa hal itu bisa diwujudkan kembali dengan dukungan dari semua warga Amerika Serikat. Meskipun Obama tidak bisa memprediksikan kapan hal itu akan dapat terwujud, dengan keyakinan sebagai orang Amerika, Obama percaya bahwa hal tersebut dapat diwujudkan Tenor Tenor merujuk pada hakikat relasi antarpartisipan, termasuk pemahaman peran dan statusnya dalam konteks sosial dan lingual. Dalam kaitan ini tenor mencakup tiga hal, yakni peran agen atau masyarakat, status sosial, dan jarak sosial. Peran terkait dengan fungsi yang dijalankan individu atau masyarakat. Status terkait dengan tempat individu dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, sejajar atau tidak. Jarak sosial terkait dengan tingkat pengenalan partisipan terhadap partisipan lainnya, akrab atau memiliki jarak. Dalam hal ini, peran, status, dan jarak sosial dapat bersifat sementara serta dapat pula permanen. a. Peran Peran partisipan yang terlibat bervariasi karena menyangkut seluruh warga Amerika yang ada. Dalam hal ini, baik peran laki-laki maupun perempuan, siapa saja yang merasa sebagai warga negara Amerika Serikat, di

62 62 mana pun dan apa pun pekerjaannya. Obama ingin merangkul seluruh warga, tanpa terkecuali. b. Status Status partisipan yang terlibat juga memiliki variasi yang beragam karena mencakup seluruh warga negara Amerika Serikat, baik tua maupun muda, pria ataupun wanita, kaya ataupun miskin, semuanya tidak dibedakan. Dalam hal ini yang diharapkan Obama bukanlah suatu perpecahan, melainkan suatu kesatuan untuk membangun kembali Amerika yang saat itu dalam keadaan terpuruk. Penekanan terhadap status dapat dilihat dalam kutipan teks berikut ini. This is the price and the promise of citizenship. This is the source of our confidence -- the knowledge that God calls on us to shape an uncertain destiny. This is the meaning of our liberty and our creed, why men and women and children of every race and every faith can join in celebration across this magnificent mall; and why a man whose father less than 60 years ago might not have been served in a local restaurant can now stand before you to take a most sacred oath. Terjemahan: Inilah pengorbanan dan janji kewarganegaraan. Inilah yang menjadi sumber keyakinan kita pengetahuan bahwa Tuhan meminta kita untuk memperbaiki keadaan yang tidak pasti. Ini adalah arti dari kebebasan dan kepercayaan kita, mengapa pria dan wanita dan anak-anak dari setiap ras dan setiap kepercayaan bisa menikmati perayaan di lapangan yang indah ini; dan mengapa seorang laki-laki yang ayahnya 60 tahun yang lalu mungkin tidak dilayani dalam restoran lokal, saat ini bisa berdiri di hadapan Anda untuk diambil sumpahnya sebagai presiden.

63 63 c. Jarak Sosial Jarak Sosial terkait dengan kedekatan antarpartisipan. Bagaimakah hubungan satu sama lainnya? Dalam pidatonya, Obama tidak melihat jarak sosial yang ada. Obama tidak membedakan antara keluarga a ataupun keluarga b. Apakah yang datang dari keluarga yang sama, ataukah memiliki hubungan kekerabatan ataupun memiliki hubungan pertemanan? Obama memperjelas bahwa Warga Amerika adalah satu, memiliki nenek moyang satu. Dalam hal ini tugas mereka saat ini adalah membangun kembali apa yang pendahulu mereka sudah bangun. Mereka bahu-membahu, walaupun tidak ada hubungan pertemanan ataupun kekerabatan Mode Mode merujuk pada bagian bahasa yang sedang dimainkan dalam situasi, termasuk saluran yang dipilih, apakah lisan atau tulisan. Analisis mengenai mode mencakup lima hal, yakni peran bahasa, tipe interaksi, medium, saluran, dan modus retoris. a. Peran Bahasa Bahasa dalam data digunakan sebagai media atau alat untuk membujuk atau mengajak semua warga Amerika Serikat untuk berjuang bersama. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mudah dimengerti dan tidak berbelit-belit di samping tidak menimbulkan ambiguitas bagi yang mendengar. Bahasa yang

64 64 sederhana, tetapi tepat dan tegas ini dipilih Obama karena ia menunjukkan pidatonya bagi seluruh warga Amerika Serikat dari seluruh lapisan, tidak hanya pada suatu golongan tertentu. b. Tipe Interaksi Tipe interaksi yang terjadi adalah interaksi dari satu pihak tanpa ada balasan yang nyata karena teks berupa teks pidato. Dalam hal ini pidato adalah sesuatu yang disampaikan oleh komunikator untuk menyampaikan sesuatu atau meyakinkan orang banyak mengenai sesuatu. Jadi, respons yang ada bukanlah respons langsung yang dapat dilihat dengan nyata, melainkan respons yang akan dapat dilihat dalam jangka waktu yang tidak dapat ditentukan. Demikian pula, apakah suatu pidato berhasil, yakni dapat dilihat dari respons yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak ditentukan dan maksud yang ada di dalam pidato dapat direalisasikan. c. Medium Medium yang digunakan oleh Obama sangatlah sederhana. Ediumnya sederhana karena hubungannya, yaitu kepada siapa pidato ditujukan dan apa yang dimaksudkan dalam pidato itu agar dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak.

65 65 d. Saluran Dalam hal ini, saluran yang dipilih adalah lisan dan tulisan. Teks pidato ditulis dan disiapkan terlebih dahulu, kemudian dibacakan berdasarkan hafalan. Jadi, kata-kata yang dipakai dapat disesuaikan dengan kebutuhan Obama untuk menyampaikan apa yang diinginkannya sehingga diharapkan seluruh warga Amerika Serikat dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh Obama dalam pidatonya. e. Modus Retoris Modus retoris yang dapat dilihat dari data adalah bersifat persuasif. Obama memiliki tujuan meyakinkan warga Amerika Serikat supaya menghadapi tantangan yang ada secara bersama-sama. Oleh karena itu, digunakan kata-kata yang dapat membujuk warga untuk bersatu, seperti mengingatkan warga terhadap pendahulu mereka yang sudah berjuang untuk kehidupan yang lebih baik dan berhasil dicapai. Namun, suatu peristiwa besar terjadi, kemudian mengandaskan apa yang sudah diperjuangkan sekali lagi untuk kembali membangun Amerika bersama-sama agar dapat membahagiakan anak cucu dan generasi Amerika berikutnya. Hal ini ditegaskan dalam kutipan berikut ini. As for our common defense, we reject as false the choice between our safety and our ideals. Our Founding Fathers -- (applause) -- our Founding Fathers, faced with perils that we can scarcely

66 66 imagine, drafted a charter to assure the rule of law and the rights of man -- a charter expanded by the blood of generations. Those ideals still light the world, and we will not give them up for expedience sake. Terjemahan: Mengenai pertahanan kita bersama, kita menolak dan menganggap palsu pilihan antara keselamatan dan idaman atau cita-cita kita. Para pendiri negara ini dihadapkan pada bahaya yang tak terbayangkan, menyusun sebuah piagam untuk menjamin supremasi hukum dan hak setiap orang, sebuah piagam yang diperkuat oleh perjuangan generasi demi generasi. Semua cita-cita ini masih menerangi dunia dan kita tidak akan meninggalkannya demi mencapai penyelesaian yang cepat. 4.4 Hubungan Antara Sistem Transitivitas dengan Konteks Situasi dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama Seperti sudah diketahui bahwa transitivitas adalah perwujudan pengalaman seseorang yang diwujudkan dalam teks. Selanjutnya, konteks situasi adalah keseluruhan yang harus dipahami untuk dapat mengiterpretasikan makna yang terkandung dalam suatu teks yang meliputi field, tenor, and mode dalam hubungannya dengan lingkungan yang ada dalam dan di sekitar teks. Berdasarkan analisis sistem transitivitas dan konteks situasi di atas, maka dapat ditarik beberapa hubungan, yakni sebagai berikut. a. Keseluruhan tipe proses yang ditemukan dalam teks, yaitu proses material, proses relasional, proses mental, proses verbal, proses behavioral, dan proses eksperensial memiliki fungsi masing-masing sehingga dapat

67 67 membantu dalam menganalisis ranah pengalaman yang merujuk pada ketransitivan dan melihat keseluruhan proses, partisipan, dan sirkumstan yang merupakan bagian dari field of discourse. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa proses yang mendominasi adalah proses material. Pemakaian katakata, seperti stand, have now taken, carry, to make, to prepare, yang memiliki predikat proses material disebabkan oleh Obama ingin menunjukkan apa saja yang bisa dilakukan bersama-sama dengan warga Amerika Serikat dalam memperbaiki perekonomian yang sangat terpuruk pada saat itu. Obama tidak menjanjikan sesuatu, tetapi mengajak warga Amerika Serikat untuk ikut berjuang bersama dengannya dalam membangun dan merebut kembali apa yang sudah pernah dimiliki Amerika Serikat sebelumnya. To set, to choose, to carry, and to pursue juga merupakan contoh pemilihan proses material yang digunakan Obama dalam pidatonya. Yang diinginkan Obama dari pidatonya adalah partisipasi masyarakat Amerika Serikat dalam bentuk tindakan, tidak hanya perasaan ataupun ucapan. Jadi, penggunaan proses material yang mendominasi menunjukkan keinginan Obama yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Jika Obama lebih banyak menggunakan proses mental, verbal, ataupun proses yang lainnya, maka konteks situasinya akan rancu. Konteks situasi, khususnya field of discourse dalam pidato Obama menggambarkan apa yang sudah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang diharapkan akan terjadi pada Amerika Serikat. Obama juga

68 68 menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dengan menggunakan proses material untuk menegaskan apa yang akan dan harus dilakukan tidak hanya dibicarakan. b. Partisipan yang terlibat juga berhubungan dengan field of discourse. Hal itu terjadi karena dalam pembahasan sistem transitivitas dapat dilihat partisipan apa saja yang terlibat dan bagaimana bentuk partisipan tersebut. Selanjutnya, partisipan dikategorikan menjadi beberapa kelas berdasarkan proses yang berhubungan serta mengikat partisipan itu. Dalam hal ini dapat berupa pelaku dari proses-proses yang ada dan kepada siapa prosesproses tersebut ditujukan dan disampaikan. Apakah partisipan terlibat langsung ataupun tidak, dapat dilihat dari analisis sistem transitivitas, misalnya dalam pidato Obama, disebutkan today i say to you the challenges we face are real. Dilihat dari kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa Obama mengetahui siapa partisipan yang terlibat, kepada siapa pidatonya akan disampaikan sehingga tidak terjadi kesalahan. Jika dilihat dari konteks situasi pidato Obama, khususnya dalam field of discourse, maka dapat dilihat siapa saja yang terlibat sebagai partisipan di dalamnya, seluruh dunia, baik benda hidup maupun mati, dan khususnya warga Amerika Serikat. c. Sirkumstan yang ada berupa sirkumstan yang terdiri atas rentang, yakni dapat berupa jarak atau waktu, lokasi yang mencakup tempat dan waktu, cara, sebab, lingkungan, penyerta, peran, masalah, dan sudut pandang.

69 69 Keseluruhan sirkumstan ini dapat menjelaskan field of discourse dengan lebih detail dan jelas. Sehubungan dengan hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa sistem transitivitas adalah representasi field of discourse. Dengan mengetahui sistem transitivitas yang ada dalam suatu teks, diharapkan dapat mempermudah dalam analisis konteks situasi, khususnya dalam analisis field. Jika dilihat dari konteksnya, pada pidatonya, Obama ingin menyampaikan pesan dan ajakannya kepada masyarakat Amerika Serikat untuk menghadapi tantangan yang ada bersama-sama dan kembali membangun Amerika bersama-sama. Analisis komponen transitivitas menunjukkan bahwa proses material menjadi proses dominan dalam pidato tersebut. Hal itu terjadi karena field mengacu pada aktivitas sosial yang sedang terjadi dan latar belakang institusi tempat satuan-satuan bahasa itu muncul. Selain itu, transitivitas menjelaskan unsur-unsur tersebut melalui ketiga komponennya. Jadi, dapat dikatakan bahwa transitivitas memiliki hubungan yang erat dengan field of discouse. Lebih lanjut, penjabaran sistem transitivitas mencakup tipe proses, partisipan, dan sirkumstan yang menggambarkan bagaimana field itu secara detail dan jelas. Karena sistem transitivitas sebagai wujud pengalaman seseorang yang merupakan representasi field, maka dapat dikatakan bahwa hubungan proses, partisipan, dan sirkumstan yang ada dalam pidato Obama lebih menegaskan tindakan dan hal apa yang akan dilakukan Obama untuk Amerika Serikat yang sepenuhnya membutuhkan dukungan dari warga

70 70 Amerika Serikat. Obama berpidato berdasarkan apa yang dilihat, apa yang dipikirkannya, dan apa yang diinginkannya untuk Amerika Serikat. Di samping itu, juga siapa yang akan berjuang bersama membantunya dalam mencapai tujuan yang sudah dirumuskan. Inilah representasi yang menunjukkan field of discourse dari pidato Obama, yang dijabarkan melalu sistem transitivitas di dalamnya.

71 71 BAB V ANALISIS RETORIKA 5.1 Sekilas tentang Barack Obama Barack Hussein Obama II, lahir di Honolulu, Hawaii, 4 Agustus 1961; umur 49 tahun adalah Presiden Amerika Serikat yang sekarang menjabat dan merupakan Presiden yang ke-44 Amerika Serikat. Barack Obama menjabat sejak 20 Januari 2009 menggantikan George Walker Bush Jr. Sebelumnya, ia merupakan Senator Junior dari Illinois dan kemudian menang dalam Pemilu Presiden 2008 pada 4 November Pada tahun 2009, Obama diumumkan sebagai pemenang anugerah Penghargaan Nobel Perdamaian karena mempromosikan diplomasi internasional untuk memecahkan masalahmasalah internasional. Obama adalah keturunan Afrika-Amerika pertama yang menjabat Presiden Amerika Serikat setelah sebelumnya merupakan keturunan Afrika- Amerika pertama yang dicalonkan oleh sebuah partai politik besar Amerika untuk menjadi presiden. Ia merupakan lulusan Universitas Columbia dan Sekolah Hukum Universitas Harvard. Di sana ia menjabat sebagai Presiden Harvard Law Review. Obama bekerja sebagai koordinator masyarakat dan menjabat sebagai pengacara hak sipil sebelum menjadi Senat Illinois selama tiga kali, yakni mulai 1997 hingga Ia mengajarkan hukum konstitusional di Sekolah Hukum Universitas 71

72 72 Chicago sejak 1992 hingga Setelah kegagalannya meraih kursi di Dewan Perwakilan AS tahun 2000, ia mengumumkan kampanyenya untuk Senat AS Januari Kemudian, setelah kemenangan Maret 2004, Obama menyampaikan keynote-nya pada Konvensi Nasional Demokrat Juli Ia terpilih sebagai Senat pada November 2004 dengan 70 persen suara. Sebagai anggota minoritas Demokrat di Kongres ke-109, Obama membantu membuat undang-undang yang mengatur senjata konvensional dan mempromosikan akuntabilitas publik dalam penggunaan dana federal. Ia juga melakukan perjalanan resmi ke Eropa Timur, Timur Tengah, dan Afrika. Selama Kongres ke-110, ia membantu membuat UU mengenai lobi dan kecurangan pemilihan, perubahan iklim, terorisme nuklir, dan perawatan bagi personel militer AS yang pulang. Obama mengumumkan kampanye presidennya pada Februari 2007, dan dicalonkan pada Konvensi Nasional Demokrat 2008 dengan senator Delaware, Joe Biden sebagai pasangan kampanye. Pada 4 November 2008, Barack Obama sukses mengalahkan rivalnya senator John Mc Cain dari Partai Republik dan menjadi Presiden ke- 44 Amerika Serikat, yakni orang kulit hitam pertama sebagai Presiden Amerika serikat. Retorika didefinisikan sebagai praktik penggunaan bahasa untuk meyakinkan atau memengaruhi orang lain dengan bahasa yang dihasilkan dari praktik tersebut (Hartley, 1994:266). Retorika adalah teknik pemakaian bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis, yang didasarkan pada

73 73 pengetahuan yang tersusun baik (Keraf, 2007:3). Hal ini berarti bahwa retorika dapat berupa, baik bahasa tulisan maupun bahasa lisan. Uraian sistematis retorika yang pertama dibuat oleh Corax, orang Syracuse, bagian dari Pulau Sicilia. Ia menulis sebuah makalah retorika berjudul Techne Logon (Seni Kata-kata) untuk membantu kaumnya memperoleh kembali hak milik terhadap tanah yang sebelumnya dikuasai para tiran. Selain itu, ia juga membagi pidato pada lima bagian, yakni pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan simpulan (Rakhmat, 1992). 5.2 Kefasihan Komunikasi Komunikator Keterampilan komunikator yang ada dalam analisis ini dijabarkan menjadi sistem verbal dan nonverbal yang digunakan serta metode komunikator dalam penyampaian pidato. Metode dalam penyampaian pidato bervariasi sesuai dengan pilihan dan kebiasaan tiap-tiap pribadi. Dalam analisis ini, komunikator yang dimaksud adalah Barack Obama. Dilihat dari segi sistem verbal yang digunakan, kata-kata yang dipilih sangat tepat dan tegas, lugas, tidak berbelit-belit, dan mudah dimengerti dalam menyampaikan pesan yang dimaksudkan pada pidatonya. Pemilihan kata ini mengacu pada prinsip dasar mengenai pesan verbal (De Vito, 2006), yakni pengertian yang bergantung pada orang bukan katakata, bergantung pada konteks, dan memiliki makna, baik denotatif maupun konotatif. Sesuai dengan prinsip tersebut, maka pemilihan kata-kata yang

74 74 tepat, tegas, dan lugas akan lebih mempermudah terjadinya persamaan pengertian antara komunikator dengan komunikan. Di samping sistem verbal, keterampilan komunikasi komunikator juga diukur melalui sistem nonverbal. Sistem nonverbal ini dijabarkan seperti di bawah ini Gerak Tubuh: Postur, Gestur, dan Perpindahan Postur yang dimaksud di sini adalah postur dasar dalam berbicara di hadapan publik, yakni berdiri. Postur ini selalu diterapkan Obama dalam pidato-pidatonya, termasuk pidato yang dijadikan data dalam analisis ini. Hal itu dilakukan karena dengan berdiri, komunikator dapat lebih mudah menjangkau khalayak dan memperoleh perhatiannya. Dalam menyampaikan pidato, komunikator harus mampu menjangkau khalayak, sedangkan tempat komunikator berdiri terletak di tengah-tengah khalayak. Obama biasanya tetap melakukan kontak mata dengan seluruh khalayak dengan sekali-sekali mengubah arah pandangnya. Hal ini dilakukan untuk mendekatkan diri dengan khalayak di samping agar mereka yang hadir merasakan perhatian dan kontak personal yang cukup. Dalam hal ini pergerakan tubuh dan perpindahannya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

75 75 Gambar 1 Obama menempati posisi di tengah-tengah khalayak. Tidak hanya fokus pada khalayak di satu sisi, tetapi juga di seluruh sisi, misalnya terlihat Obama menoleh pada gambar ini. Gambar 2 Obama berpidato di tengah-tengah khalayak Pergerakan/ Ekspresi Wajah Berdasarkan hasil observasi pada rekaman pidato pelantikan Obama, dapat diketahui bahwa beliau memperlihatkan ekspresi wajah yang serius ketika menyampaikan pidatonya. Sesekali Obama tampak juga memberikan

76 76 senyuman yang terlihat menyemangati khalayak, yaitu warga negara Amerika. Dalam hal ini Obama ingin menunjukkan bahwa dengan semangat dan keseriusan, Amerika dapat pulih kembali seperti dulu. Selanjutnya, ekspresi Obama dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3 Ekspresi wajah Obama yang terlihat serius menyampaikan pidatonya Gambar 4 Ekspresi wajah Obama yang tidak hanya serius, tetapi juga tersenyum menyemangati khalayak.

77 Pergerakan/ Kontak Mata Pergerakan mata komunikator atau lazim disebut dengan kontak mata dapat menyampaikan pesan tertentu pada khalayaknya, bergantung pada durasi, arah, dan perilaku mata. Pada saat Obama menyampaikan pidato pelantikannya, kontak mata dilakukan secara merata kepada seluruh khalayak yang hadir. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar khalayak tidak merasa diabaikan di samping untuk memberikan penekanan pada poin tertentu. Dalam hal ini, kontak mata yang dilakukan Obama dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 5 Terlihat Obama memandang ke arah kanannya

78 78 Gambar 6 Terlihat Obama memandang ke arah kirinya, yang memperlihatkan kontak mata selalu dijaga Obama terhadap seluruh khalayak yang hadir Ruang Secara umum, pidato pelantikan obama dapat dikategorikan sebagai bagian dari komunikasi publik. Dengan demikian, jarak atau ruang yang terbentuk antara komunikator dengan komunikan merupakan ruang publik. Dalam pidato pelantikannya, Obama berpidato di halaman terbuka. Hal ini bertujuan membuat khalayak merasa menjadi satu bagian dengan dirinya tanpa ada batasan yang membatasi antara komunikator dengan komunikan. Selanjutnya, ruang dapat dilihat pada contoh gambar di bawah ini.

BAB II. Beberapa tulisan yang menyangkut analisis teks banyak dibuat, yakni

BAB II. Beberapa tulisan yang menyangkut analisis teks banyak dibuat, yakni 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Analisis teks memiliki cukup banyak pengikut dalam dunia linguistik. Beberapa tulisan yang menyangkut analisis teks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks.

BAB I PENDAHULUAN. wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks merupakan hasil proses wacana. Didalam proses tersebut, terdapat nilainilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain. Dengan demikian memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam kasus ini, peneliti menggunakan sudut pandang konstruktivis yang merupakan landasan berpikir secara kontekstual dengan bertumpu pada tujuan,

Lebih terperinci

ANALISIS PIDATO KEMENANGAN JOKOWI: STUDI LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMATIK

ANALISIS PIDATO KEMENANGAN JOKOWI: STUDI LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMATIK 9 ANALISIS PIDATO KEMENANGAN JOKOWI: STUDI LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMATIK Muhammad Rosyid Husnul Waro i Roviqur Riziqien Alfa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Humaniora, Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

16, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 Pada dasarnya, secara semantik, proses dalam klausa mencakup hal-hal berikut: proses itu sendiri; partisipan yang

16, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 Pada dasarnya, secara semantik, proses dalam klausa mencakup hal-hal berikut: proses itu sendiri; partisipan yang TRANSITIVITAS DALAM ANTOLOGI CERPEN KAKI YANG TERHORMAT KARYA GUS TF SAKAI Ogi Raditya Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui transitivitas dalam antologi cerpen Kaki yang Terhormat. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mackey (1986:12) mengemukakan bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Mackey (1986:12) mengemukakan bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan elemen penting untuk menjadi alat komunikasi antar kelompok masyarakat yang telah disepakati menjadi sistem tanda bunyi sehingga memberikan suatu ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media penyalur pesan informasi ilmu pengetahuan, sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang senantiasa harus diperhatikan

Lebih terperinci

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA Rosmawaty Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Bahasa merupakan fenomena sosial yang terwujud dalam konteks sosial. Konteks sosial menentukan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam membahas masalah yang diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis proses yang terkait dengan partisipan dan sirkumstan, dan peran partisipan, yang direalisasikan ke dalam realita pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. jenis proses yang terkait dengan partisipan dan sirkumstan, dan peran partisipan, yang direalisasikan ke dalam realita pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transitivitas adalah sistem yang menguraikan pengalaman sebagai jenis proses yang terkait dengan partisipan dan sirkumstan, (Halliday,1985:101). Transitivitas berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri melainkan selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan makhluk sosial lainnya, untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk komunikasi tersebut dapat berupa simbol dan tanda-tanda dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU BAHASA INDONESIA

PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU BAHASA INDONESIA PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU BAHASA INDONESIA M. Bayu Firmansyah Dewi Syafrina Abstrak Artikel ini bertujuan untuk memaparkan karakteristik guru bahasa Indonesia yang profesional di Indonesia. Pemaparan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR, LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KONSEP DASAR, LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR BAB II KONSEP DASAR, LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR Bab 1 sebelumnya telah dijelaskan latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, apa yang akan dibahas dan tujuan serta manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesis berbasis teks, beragam

Lebih terperinci

TRANSITIVITAS DALAM TEKS PERDA KEPARIWISATAAN KABUPATEN TABANAN

TRANSITIVITAS DALAM TEKS PERDA KEPARIWISATAAN KABUPATEN TABANAN TRANSITIVITAS DALAM TEKS PERDA KEPARIWISATAAN KABUPATEN TABANAN Ni Putu Veny Narlianti (1), I Ketut Darma Laksana (2), Putu Sutama (3) Jl. Tukad pakerisan Gang XX/4 08563836951 venynarliantiputu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MENGEKSPLORASI TEKS AKADEMIK DALAM GENRE MAKRO

MENGEKSPLORASI TEKS AKADEMIK DALAM GENRE MAKRO BAB I Nama : Egi Nabila NIM : 04011381419195 Kelas : Gamma Kelompok : MKDU 4 MENGEKSPLORASI TEKS AKADEMIK DALAM GENRE MAKRO A. Kegiatan 1 Membangun Konteks Teks Akademik Teks akademik atau teks ilmiah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini penulis akan memaparkan penelitian terdahulu, konsep dan landasan teori. Tinjauan pustaka mencakup penelitian sebelumnya, konsep berkaitan dengan variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi tentang suatu fenomena atau deskripsi sejumlah

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN SISTEM TRANSIVITAS DAN KONTEKS SITUASI DALAM PIDATO POLITIK HATTA RAJASA: TINJAUAN SISTEMIK FUNGSIONAL

ANALISIS HUBUNGAN SISTEM TRANSIVITAS DAN KONTEKS SITUASI DALAM PIDATO POLITIK HATTA RAJASA: TINJAUAN SISTEMIK FUNGSIONAL ANALISIS HUBUNGAN SISTEM TRANSIVITAS DAN KONTEKS SITUASI DALAM PIDATO POLITIK HATTA RAJASA: TINJAUAN SISTEMIK FUNGSIONAL Nurfaedah Manajemen Informatika, STMIK Handayani Makassar Jl. Adhyaksa Baru No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan bahasa visual dipandang kurang penting, padahal banyak kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan bahasa visual dipandang kurang penting, padahal banyak kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa verbal (lisan dan tulis) memegang peranan penting dalam interaksi dan menjadi sarana interaksi yang paling utama, sedangkan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

TEKS KOTA SYURGA DI IRAN : SUATU KAJIAN LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL

TEKS KOTA SYURGA DI IRAN : SUATU KAJIAN LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL TEKS KOTA SYURGA DI IRAN : SUATU KAJIAN LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL Bagiya PBSI, FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo email: bagiya.purworejo@gmail.com Abstrak: Teks Kota Syurga di Iran ditinjau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metode riset berasal dari Bahasa Inggris. Metode berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara. Kata penelitian merupakan terjemahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, dijelaskan desain penelitian yang digunakan dalam tesis ini. Desain yang dimaksud berkenaan dengan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, data

Lebih terperinci

kebahasaan lintas-bahasa yang lengkap dengan sendirinya akan menuntut terliputnya aspek dan dimensi yang berasal dari dan termasuk ke dalam berbagai

kebahasaan lintas-bahasa yang lengkap dengan sendirinya akan menuntut terliputnya aspek dan dimensi yang berasal dari dan termasuk ke dalam berbagai RINGKASAN Penelitian ini mengkaji fenomena translasi, yang dalam kepustakaan berbahasa Indonesia biasa disebut terjemah, terjemahan, atau penerjemahan. Fenomena translasi merupakan fenomena yang berjagat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang berkomunikasi antar sesamanya menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi tidak dapat terjadi tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

STRUKTUR KURIKULUM 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA STRUKTUR KURIKULUM 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA STRUKTUR KURIKULUM Struktur kurikulum PS S3 PBI terdiri atas: 1. Matakuliah Landasan Keilmuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks terjemahan diciptakan dalam bingkai kondisi yang berlainan dengan bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan mengatasi sejumlah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam situasi lisan maupun tulisan, wacana mengacu kepada sebuah teks yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang logis. Wacana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PESAN BISNIS

PENYUSUNAN PESAN BISNIS 1 MODUL 4 ISI MODUL 4 TUJUAN MODUL A. B. C. Perencanaan Pesan Bisnis Pengorganisasian Pesan Bisnis Revisi Pesan Bisnis Setelah mempelajari modul 4 mahasiswa diharapkan mampu Mendiskusikan perencanaan pesanpesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum dalam pendidikan di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Tentunya perkembangan ini terjadi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, bahkan perbaikan

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

PERSIAPAN UNTUK PUBLIC SPEAKING

PERSIAPAN UNTUK PUBLIC SPEAKING PERSIAPAN UNTUK PUBLIC SPEAKING 1. Topic. Persiapan pertama untuk berbicara di depan umum adalah ter fokus kepada pemilihan topik yang tepat dan menarik. Topik adalah pokok atau subjek pembicaraan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

diunduh pada tanggal 16 Juni Lampiran 1: Klarifikasi Istilah No. Istilah Uraian 1. Analisis Multimodal

diunduh pada tanggal 16 Juni Lampiran 1: Klarifikasi Istilah No. Istilah Uraian 1. Analisis Multimodal www.unair.ac.id diunduh pada tanggal 16 Juni Lampiran 1: Klarifikasi Istilah No. Istilah Uraian 1. Analisis Multimodal : Analisis yang bisa menjelaskan bagaimana teks verbal dan visual membangun makna

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dalam bahasa politik Nelson Mandela, penulis banyak menemukan penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan metaforis linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan pencitraan menjadi point penting dalam penunjang karir perpolitikan.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan pencitraan menjadi point penting dalam penunjang karir perpolitikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pencitraan dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal penting dalam kehidupan bersosial. Melalui pencitraan, manusia memilih hal yang akan dilakukan dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat. Hal ini menyebabkan kemudahan pemerolehan informasi secara cepat dan efisien. Perkembangan tersebut menjangkau dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ideasional (ideational function), fungsi interpersonal (interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ideasional (ideational function), fungsi interpersonal (interpersonal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam menyelesaikan persoalan penelitian dibutuhkan metode sebagai proses yang harus ditempuh oleh peneliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Secara harafiah, metodologi dibentuk dari kata metodos, yang berarti cara, teknik, atau prosedur, dan logos yang berarti ilmu. Jadi metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah dipertanggungjawabkan,

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam sebuah penelitian yang bersifat ilmiah, diperlukan sebuah metode tertentu untuk memudahkan penulis. Metode tersebut harus tepat dan sesuai dengan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teks merupakan salah satu bentuk dari bahasa yang dituangkan satu media

BAB I PENDAHULUAN. Teks merupakan salah satu bentuk dari bahasa yang dituangkan satu media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks merupakan salah satu bentuk dari bahasa yang dituangkan satu media (wadah) berbentuk tulisan (Halliday, 2014:3). Teks tersebut bagi para ahli bahasa memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu berinteraksi antarsesama. Untuk menjalankan komunikasi itu diperlukan bahasa karena bahasa adalah alat komunikasi.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

partisipan, terutama pihak pengirim komunikasi (komunikator), sering melupakan unsurunsur

partisipan, terutama pihak pengirim komunikasi (komunikator), sering melupakan unsurunsur BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan.menduduki tempat yang lebih penting daripada

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari manusia pasti melakukan komunikasi, baik dengan antar individu, maupun kelompok. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat bagi manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaannya. Alwasilah (2014, hlm.

Lebih terperinci

PELATIHAN KEMAMPUAN BERPIDATO BAGI AKTIVIS BEM DAN BLM UNIVERSITAS LANCANG KUNING

PELATIHAN KEMAMPUAN BERPIDATO BAGI AKTIVIS BEM DAN BLM UNIVERSITAS LANCANG KUNING Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (70-77) PELATIHAN KEMAMPUAN BERPIDATO BAGI AKTIVIS BEM DAN BLM UNIVERSITAS LANCANG KUNING ----------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa negara bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan kepada setiap warga negara dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA / KERANGKA TEORETIS. 2.1 Teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF)

BAB II KAJIAN PUSTAKA / KERANGKA TEORETIS. 2.1 Teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) BAB II KAJIAN PUSTAKA / KERANGKA TEORETIS 2.1 Teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) Teori yang digunakan dalam disertasi ini adalah teori LSF yang dikemukakan oleh Halliday (1985, 1994), Saragih (2006),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Muhadharah 1. Definisi muhadharah. Muhadharah berasal dari bahasa Arab, yaitu Muhadharah dan bentuk jamaknya yaitu Muhadharatan yang artinya kuliah, pidato. 1 Muhadharah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci