Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II"

Transkripsi

1 Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II

2

3

4

5 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Christopher Dureau Buku ini adalah studi yang ditugaskan kepada penulis oleh Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, yang didukung oleh AusAID funded. Meskipun konsisten dengan pendekatan yang digunakan oleh ACCESS Tahap II, isi buku ini merupakan pandangan penulis dan tidak berimplikasi atau mewakili kebijakan atau pandangan baik pengelola program ACCESS Tahap II maupun Pemerintah Australia dan pengelola program AusAID. Penulis bertanggung jawab penuh atas karya ini sebagaimana tertulis. Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II

6 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Terbit pertama Agustus 2013 Penulis: Christopher Dureau Penyunting Versi Bahasa Indonesia: Dani W. Munggoro Penerjemah Utama: Budhita Kismadi Tim Penerjemah Pendukung: Silvia Fanggidae Dwi Rahardiani Retha Dungga Christov Manuhutu Illustrasi: Deni Ganjar Nugraha, Dwi Bondan Tata Letak: Galih Gerryaldy Diterbitkan oleh: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II Kecuali dinyatakan berbeda, seluruh isi buku ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial- ShareAlike (CC BY-NC-SA). Pembaca boleh mencampur, mengubah, menggunakannya dalam karyanya, selama mencantumkan buku ini sebagai sumbernya, dan menaruh lisensi seperti ini dalam hasil karya yang baru.

7 Daftar isi Kata Pengantar... vii 1. Pendahuluan Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset Ikhtisar...08 Perspektif Berbeda tentang Pembangunan Perbandingan antara Pendekatan Berbasis Kebutuhan dan Berbasis Aset...09 Keterbatasan Pendekatan Berbasis Kebutuhan yang Tradisional...12 Tiga Elemen Kunci Energi Masa Lampau:...16 Daya Tarik Masa Depan:...16 Persuasi Masa Kini:...17 Mengapa Menekankan Pesan Negatif Bagaimana Menghadapi Ketidakadilan dan Masalah Sosial? Berpikir dengan Memori dan Imajinasi Inklusif Gender dan Sosial Peran Fasilitasi Organisasi dan Pemerintah Beberapa Poin Rangkuman Bab ini...30 i

8 ii 3. Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset Ikhtisar...34 Pendekatan Partisipatif Psikologi Positif Pengembangan Organisasi Pemetaan Aset Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan Pengecualian Positif Modal Sosial Dinamika Kekuasaan dan Suara Warga Percakapan dan Narasi (Tutur Cerita) Pertumbuhan Organik dan Dikendalikan secara Lokal Beberapa Poin Rangkuman Bab ini Teori-Teori Perubahan dalam Berbagai Pendekatan Berbasis Kekuatan Ikhtisar...62 Teori Perubahan dalam Pendekatan Berbasis Kekuatan Kerangka Teori dan Asumsi-Asumsi yang Digunakan Prinsip-Prinsip Operasional dalam Pembangunan Berbasis Kekuatan Beberapa Poin Rangkuman Bab Ini Hubungan antara Warga dan Pemerintah Ikhtisar...74 Forum Multipihak... 74

9 Desentralisasi dan Partisipasi Warga dalam Pemerintahan Produksi Bersama Sisi Permintaan dan Penawaran Metode-Metode Paling Umum Ikhtisar...92 Appreciative Inquiry Pembelajaran dari Appreciative Inquiry...97 Mengubah Masalah Menjadi Tujuan...99 Pembangunan Komunitas Berbasis Aset Asosiasi, Institusi, dan Warga Pembelajaran dari Pembangunan Komunitas Berbasis Aset Penyimpangan Positif Petikan Pembelajaran dari Penyimpangan Positif Ekonomi Komunitas yang Beragam (Diverse Community Economics) Pembelajaran dari Ekonomi Komunitas yang Beragam Pembangunan Endogen Pembelajaran dari Pembangunan Endogen Beberapa Poin Rangkuman Bab Ini iii 7. Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario Tempat Masyarakat

10 iv Fokus Program Informasi Latar Belakang Siapa yang Harus Berpartisipasi? Alat Tahap 2: Mengungkap Masa Lampau (Discovery) Bercerita di Discovery Telaah Sukses dan Kekuatan Tujuan Discovery Bagaimana? Siapa yang Harus Berpartisipasi? Peran Fasilitator Waktu yang Dibutuhkan Alat yang Berguna untuk Discovery Tahap 3: Mimpikan Masa Depan Mengartikulasi Mimpi Mencari Kesepakatan Tentang Visi Tujuan Mimpi atau Visi Bagaimana? Siapa yang Harus Berpartisipasi? Peran Fasilitator Alat Tahap 4: Memetakan Aset Pemetaan Aset Seleksi Aset yang Relevan Tujuan Pemetaan Aset Bagaimana?

11 Karunia dari Tangan/Kepala/Hati: Waktu yang Dibutuhkan Peran Facilitator Alat Tahap 5: Menghubungkan dan Memobilisasi Aset / Perencanaan Aksi Tujuan Menghubungkan dan Memobilisasi Aset Bagaimana? Siapa yang Harus Terlibat? Peran Fasilitator Waktu yang Dibutuhkan Alat Tahap 6: Monitoring, Evaluasi dan Pembelajaran Contoh Monitoring dan Evaluasi Pembentukan Aset Evaluasi Apresiatif Asset-Based Community Development Outcome Mapping v 8. Pelatihan dan Referensi Agenda Pelatihan Agenda Satu Hari: Pendekatan Berbasis Aset dalam Pembangunan Agenda Dua Hari: Pendekatan Berbasis Aset dalam Perubahan Komunitas dan Sosial Buku Pelatihan Referensi Web Sites Catatan Akhir

12

13 Kata Pengantar Vii Kata Pengantar VII

14 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Secara berkala selama setengah abad terakhir, terjadi perubahan radikal dalam cara orang berpikir tentang pelaksanaan pembangunan. Buku Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan menggambarkan salah satu perubahan tersebut, yakni dari melihat realitas sebagai masalah yang harus dipecahkan menjadi sesuatu yang penuh dengan kemungkinan dan potensi. Memanfaatkan potensi berpeluang memberi daya ungkit pada perubahan sosial dan organisasi sehingga hasilnya jauh melampaui yang sudah dicapai saat ini. Buku ini menyatakan bahwa sesungguhnya saat perubahan cara berpikir ini diterapkan untuk memperbaiki kerja sama warga dan pemerintah, terbukti bahwa efektivitas dan dampak jangka panjang program pembangunan meningkat tajam. VIII Viii Apakah ini penting? Cara-cara lama melaksanakan pembangunan tidak membuahkan hasil yang kita bayangkan. Model-model pembangunan yang dipimpin masyarakat dan mendorong tata kepemerintahan yang demokratik tidak menghasilkan tingkat kepemilikan dan engagement yang diharapkan terjadi. Kesetaraan gender dan inklusi sosial telah menjadi tambahan pada program, bukan nilai-nilai integral dalam proses implementasi. Pemerintah cenderung berperan sebagai pemimpin feodal yang menganggap warganya harus menunggu giliran dan puas dengan apa yang diberikan. Pendekatan baru yang mendahulukan warga dan kekuatan yang mereka miliki mempunyai kemampuan mengubah semua itu dan mengatasi berbagai tantangan yang kita hadapi sekarang. Jika ada lubang di atap, bagaimana cara kita memperbaikinya? Mungkin tidak terlalu masuk akal untuk melihat bagian-bagian lain dari atap untuk memperbaiki lubang itu. Kita bisa menggunakan pendekatan berbasis aset atau pendekatan yang bertumpu pada kekuatan. Misalnya mempertimbangkan cara-cara yang pernah digunakan atau mendaftar keterampilan dan bahan-bahan yang ada untuk memperbaiki lubang itu.. Menarik pelajaran dari pengalaman dan sumber daya lokal yang ada sebagai titik awal perubahan adalah pendekatan yang dijelaskan dalam buku ini.

15 Kata Pengantar Di Indonesia dan banyak tempat di dunia, penggunaan pendekatan berbasis kekuatan dalam peningkatan kapasitas dan relasi warga dengan pemerintah masih cukup baru. Namun, pendekatan ini lahir dari kumpulan pengetahuan dan pengalaman yang semakin banyak. Perubahan pola pikir menjadi berbasis kekuatan dimulai lebih dari 15 tahun lalu dan sudah diterapkan pada konteks kesejahteraan sosial, pengembangan organisasi dan pemberdayaan masyarakat di banyak negara. Buku ini mengeksplorasi gagasan-gagasan para pendukung pendekatan berbasis kekuatan, termasuk Appreciative Inquiry dari David Cooperrider dan Asset Based Community Development atau Pengembangan Masyarakat Berbasis Aset dari Jody Kretzmann. Tetapi dalam dunia pembangunan internasional dan tata kepemerintahan yang demokratik, hal ini masih baru. Buku ini bisa dipandang sebagai jendela untuk melihat bagaimana berbagai jenis organisasi di banyak negara di dunia sedang menemukan cara yang sangat berbeda untuk memfasilitasi perubahan sosial dan organisasi. Kebanyakan dari kita sangat nyaman dengan mencari akar masalah kemudian mengusulkan sebuah rancangan yang berbasis pada dukungan dari luar. Karena itu, akan dibutuhkan refleksi mendalam dan banyak latihan sebelum kita mau merangkul janji sebuah pendekatan yang sangat berbeda, bahkan bertentangan. Jika tidak meluangkan waktu untuk mempelajari dan mencoba pendekatan baru ini, maka seperti yang sering terjadi, kita akan kembali pada posisi default di mana orang menuntut dan pemerintah (dan para donor) memberi, di mana warga menjadi pengguna dan pengeluh tetapi tidak pernah terlibat penuh dalam menentukan masa depannya sendiri. IX ix Pembaca buku ini akan belajar tentang pemahaman pendekatan berbasis kekuatan, apa saja pengaruh sejarah yang mendorong lahirnya, asumsi-asumsi serta prinsip-prinsip dasar atau teoriteori perubahan yang terkandung di dalamnya dan bagaimana menerapkannya. Fokus pada aplikasi dihubungkan dengan bagaimana memperbaiki tata kepemerintahan yang demokratik

16 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan atau bagaimana organisasi warga bisa berkolaborasi dengan instansi pelayanan pemerintah dalam memastikan bahwa sumber daya negara digunakan untuk memaksimalkan peningkatan kesejahteraan rakyat dan dalam memobilisasi masyarakat agar menjadi agen pembangunan diri sendiri. X Pembuatan buku ini ditugaskan oleh Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS). ACCESS adalah program kerja sama Pemerintah Australia dan Pemerintah Republik Indonesia yang bertujuan mempromosikan cara-cara inovatif memperbaiki kerja sama antara instansi-instansi pemerintah dan organisasi-organisasi warga. ACCESS memilih pendekatan berbasis aset sebagai prinsip dasar pelaksanaan pembangunan. Penulis buku, Christopher Dureau, telah menjadi penasihat strategik ACCESS selama 10 tahun terakhir. Dia sangat berpengalaman dalam pembangunan internasional dan selama puluhan tahun terlibat dalam pengembangan masyarakat di Indonesia. Dapat dipastikan bahwa buku ini benar-benar ditulis berdasarkan banyak pengalaman dan refleksi mendalam yang kokoh. Melalui publikasi buku ini dan alat-alat pembelajaran yang melengkapinya, ACCESS berharap semua mitra program baik di tingkat strategik dan pelaksana, nasional, distrik dan komunitas dapat benar-benar memahami apa yang menjadi konsep dan nilai-nilai dasar pendekatan ini, dan bagaimana aplikasinya pada tiap tahap siklus program. Bagaimana pendekatan ini bisa benar-benar meresap dalam cara-cara yang digunakan untuk mendukung komunitas yang sedang berupaya meningkatkan standar kehidupan mereka, baik melalui pendidikan, kesehatan, perbaikan infrastruktur, kesetaraan gender dan sosial, dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan atau pembangunan ekonomi? Tercapai tidaknya tujuan tersebut tidak saja tergantung pada berapa banyak orang memahami pendekatan ini sebagai alternatif, tetapi pada bagaimana orang sungguh-sungguh mengerti

17 manfaatnya saat diaplikasikan. Kekayaan pengalaman dan nilainya bagi pembangunan akan diperoleh dari kesuksesan penggunaannya dalam praktik. Hanya lewat mencoba dan melakukan refleksi kita bisa belajar apakah pendekatan ini dapat digunakan secara lebih luas dalam programprogram seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan apakah dapat juga memengaruhi program-program pembangunan nasional yang berbasis masyarakat lainnya di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Buku ini dimaksudkan sebagai panduan praktisi tentang cara memfasilitasi pendekatan berbasis aset. Selain bagian-bagian yang membantu pembaca semakin memahami konsep-konsep dasar, ada bagian-bagian praktis tentang aplikasinya. Proses enam tahap yang dijelaskan pada bagian akhir buku dan modul-modul pelatihan satu dan dua hari serta referensi bisa digunakan para fasilitator dan agen perubahan untuk merancang program-program baru atau memantau pelaksanaan program yang sedang berjalan. Studi-studi kasus yang ditampilkan memberi harapan kepada pembaca bahwa investasi waktu dan upaya untuk mencoba pendekatan sepadan dengan hasilnya. Xi ACCESS Tahap II sudah menggunakan pendekatan ini selama beberapa tahun terakhir. Sekarang tiba saatnya, lewat buku ini, untuk berbagi tentang pendekatan dan metodologi yang mungkin sudah pernah didengar orang tetapi belum pernah berkesempatan memperoleh pemahaman dan gambaran lebih lengkap tentang pendekatan berbasis aset untuk pembangunan. Agustus 2013 Paul Boon Direktur Program ACCESS Tahap II

18 XII Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan

19 PENDAHULUAN 01 BAB 1 PENDAHULUAN 01

20 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan 02 Manual ini memuat ikhtisar tentang teori dan praktik pendekatan berbasis aset dalam pelaksanaan pembangunan. Istilah pendekatan berbasis aset digunakan untuk menjelaskan sebuah pendekatan positif dalam pelaksanaan pembangunan dan perubahan organisasi. Di dalam manual ini, pendekatan berbasis aset berkenaan dengan sekumpulan pendekatan baru dalam pelaksanaan pembangunan yang memiliki prinsip-prinsip, teori perubahan dan tahapan metodologi yang sangat mirip satu sama lain. Pendekatan-pendekatan ini terkadang disebut sebagai pendekatan berbasis kekuatan. Kata-kata seperti apresiatif dan positif juga sering digunakan dalam menjelaskan cara pandang baru pelaksanaan pembangunan dan perubahan organisasi ini. Di samping itu, orang-orang yang menggunakan pendekatan ini juga mendapat inspirasi dari alam sekitar serta menyebutnya sebagai sesuatu yang organik atau endogen, yang artinya lahir dari dalam dan bertumpu pada apa yang sudah ada. Pendekatan berbasis aset memasukkan cara pandang baru yang lebih holistik dan kreatif dalam melihat realitas, seperti: melihat gelas setengah penuh; mengapresiasi apa yang bekerja dengan baik di masa lampau; dan menggunakan apa yang kita miliki untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Pendekatan-pendekatan ini meskipun sangat mirip dan pada dasarnya berbeda dari caracara konvensional, bervariasi satu sama lain karena lahir dari beberapa bidang ilmu sosial dan perubahan perilaku yang berbeda namun saling terkait, baik dari ilmu psikologi, pengembangan organisasi, pengembangan masyarakat, maupun pembangunan internasional. Pendekatanpendekatan ini diterapkan dalam konteks beragam, seperti psikologi personal dan klinis, pengembangan kapasitas organisasi, pelayanan publik oleh pemerintah dan masyarakat sipil, atau perusahaan swasta. Kesemuanya mewakili cara berpikir dan bertindak yang dapat diterapkan dalam perencanaan strategis, maupun desain program, implementasi dan evaluasi.

21 PENDAHULUAN Meskipun banyak metodologi atau pendekatan, cukup banyak kesamaan yang memungkinkan kita untuk memakai salah satu dari istilah-istilah yang lebih umum, seperti Pendekatan Apresiatif, atau Berbasis Kekuatan atau Aset, sambil tetap membuka kemungkinan untuk mengintegrasikan pandangan-pandangan lain dari serangkaian strategi yang termasuk kategori pendekatanpendekatan positif dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam manual ini, kita mengaplikasikan pendekatan berbasis aset pada pembangunan yang dipimpin oleh warga, yang bertujuan agar pemerintah dan warga beserta organisasi-organisasi yang mereka bentuk, bekerja secara lebih kolaboratif untuk meningkatkan proses dan manfaat pelaksanaan pembangunan. Buku ini dibagi dalam dua bagian pokok. Bagian pertama, bab 1-6, berisi kerangka teoritis dan berbagai metodologi yang masuk dalam kategori pendekatan berbasis aset untuk perubahan organisasi dan pembangunan yang dipimpin warga atau citizen-led development. 03 Berbasis aset termasuk di dalamnya Appreciative Inquiry; Asset-Based Community Development; Positive Deviance dan Endogenous Development. Bagian pertama meliputi topik-topik berikut: l Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset l Pengaruh Historis dalam Pendekatan Berbasis Aset l Teori-teori Perubahan di Balik Pendekatan Berbasis Aset l Hubungan Antara Warga Negara dan Pemerintah l Metodologi-metodologi Umum yang Menggunakan Pendekatan-pendekatan Berbasis Aset

22 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Bagian kedua terdiri dari Bab 7, yang menjelaskan proses enam tahap praktis, dan Bab 8 memberikan contoh-contoh lokakarya serta sumber-sumber informasi lebih lanjut. Pada setiap tahap dalam Bab 7, terdapat ikhtisar aspek-aspek terpenting setiap tahapan, termasuk tujuannya, bagaimana aplikasinya, siapa yang selayaknya berpartisipasi, peran fasilitator, serta alat-alat bantu yang mungkin bermanfaat dalam melaksanakan tahap tersebut. 04 Buku ini bertumpu pada pengalaman menggunakan pendekatan berbasis aset dalam banyak kegiatan pembangunan yang dipimpin oleh komunitas di Indonesia dan tempat-tempat lain di Asia, Afrika dan Pasifik. Secara lebih khusus, banyak pengetahuan dan contoh alam manual ini diambil dari sebuah program kerja sama antara Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Kementerian Dalam Negeri cq Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, dan Pemerintah Australia yang diwakili Australian Agency for International Development (AusAID). Program ini, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS), telah bekerja di berbagai kabupaten di kawasan Indonesia Timur sejak tahun Saat ini, ACCESS Tahap II bekerja dengan pemerintah dan organisasi masyarakat sipil di 20 kabupaten, meliputi lebih dari komunitas desa. Pernyataan maksud ACCESS Tahap II adalah: Warga dan organisasinya berdaya untuk berinteraksi aktif dengan pemerintahan lokal sehingga berdampak pada hasil pembangunan di berbagai bidang di 20 Kabupaten di Kawasan Timur Indonesia. Program Australian Civil Society and Community Development Scheme (ACCESS Tahap II): l Values driven atau bertumpu pada nilai l Memprioritaskan pendekatan berbasis aset dalam pelaksanaan pembangunan l Dipimpin oleh aktor pembangunan (warga dan organisasi warga)

23 PENDAHULUAN 05

24 06 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan

25 Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset 07 BAB 2 Elemen-elemen Kunci 07 Pendekatan Berbasis Aset

26 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Ikhtisar Bab ini menjelaskan elemen-elemen kunci dari pendekatan utama dalam pembangunan dan perubahan organisasi yang kita sebut sebagai pendekatan-pendekatan berbasis aset. Hal-hal yang turut dipertimbangkan di sini adalah: 08 l Perspektif berbeda tentang pembangunan l Perbandingan antara pendekatan berbasis kebutuhan dan berbasis aset l Tiga elemen kunci pendekatan berbasis aset l Mengapa menekankan pesan negatif? l Bagaimana pendekatan berbasis aset mengatasi konteks masalah l Inklusif Gender dan Sosial l Peran Fasilitasi Organisasi dan Pemerintah Perspektif Berbeda tentang Pembangunan Pendekatan berbasis aset adalah perpaduan antara metode bertindak dan cara berpikir tentang pembangunan. Pendekatan ini merupakan pergeseran yang penting sekaligus radikal dari pandangan yang berlaku saat ini tentang pembangunan serta menyentuh setiap aspek dalam cara kita terlibat dalam pelaksanaan pembangunan. Daripada melihat negara-negara berkembang sebagai masalah yang perlu diatasi kemudian memulai proses interaksi dengan analisis pohon masalah, pendekatan berbasis aset fokus pada sejarah keberhasilan yang telah dicapai; menemu kenali para pembaru atau orang-orang yang telah sukses dan menghargai potensi melakukan mobilisasi serta mengaitkan kekuatan dan aset yang ada. Menurut pemikiran di balik pendekatanpendekatan berbasis aset, dengan fokus pada yang tidak bekerja atau melihat kebutuhan dan masalah ketimbang melihat apa yang sudah bekerja dengan baik, seorang agen perubahan menghalangi orang lain menemukan bahwa mereka sudah memiliki banyak kompetensi yang dibutuhkan untuk mengelola proses perubahan mereka sendiri.

27 Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset Perbandingan antara Pendekatan Berbasis Kebutuhan dan Berbasis Aset Pendekatan berbasis kebutuhan bisa dibayangkan sebagai pendekatan mengisi kesenjangan atau pendekatan defisit. Ketika kesenjangan atau defisit sudah ditemukenali, maka seseorang harus mengisi atau memperbaikinya. Asumsinya, sumber daya yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan tersebut tidak tersedia. Seorang aktor atau manajer perubahan menemukan lubang atau kesenjangan ini lalu mulai merencanakan bagaimana mengisinya. Di sisi lain kita bisa membayangkan pendekatan berbasis aset sebagai pendekatan merawat. Bila kita mengamati alam sekitar dan melihat bagaimana tanaman tumbuh, maka kita bisa memahami bahwa pertumbuhan terjadi ketika ada cahaya, air dan gizi. Ini serupa dengan organisasi sosial. Semuanya memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berubah dalam situasi yang tepat. Bila organisasi tidak berhasil tumbuh, artinya kondisi untuk bertumbuh itu tidak ada atau kurang tepat. Seorang aktor atau manajer perubahan mengasumsikan bahwa ada potensi untuk tumbuh ada benih yang nanti akan menjadi sesuatu yang besar dan yang kita butuhkan adalah kondisi yang tepat untuk pertumbuhannya. Maka aktor perubahan atau manajer akan bertindak seperti seorang petani yang merawat potensi alamiah yang telah ada dalam organisasi. 09 Berdasarkan penelitian luas terhadap karakteristik inisiatif komunitas yang sukses di Amerika, John McKnight dan Jody Kretzmann menemukan suatu pendekatan untuk memajukan kesejahteraan komunitas. Mereka menyebutnya Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (Asset- Based Community Development/ABCD) 1. Awalnya pendekatan ini diperkenalkan sebagai alternatif terhadap pendekatan pembangunan yang menurut mereka berbasis kebutuhan. Dalam publikasi temuan risetnya, mereka menggambarkan dua cara yang sangat berbeda dalam mengurus kemiskinan. Cara pertama fokus pada kebutuhan komunitas, kekurangan dan masalah. Inilah

28 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan cara yang konvensional. Cara ini menciptakan gambaran negatif atau peta masalah komunitas. Gambaran atau realitas negatif ini sebenarnya hanya menunjukkan setengah bagian dari kondisi hidup aktual komunitas. Sayangnya, dalam upaya menjustifikasi masa depan yang lebih baik, sering kali kondisi ini dianggap sebagai kebenaran yang utuh. Padahal ada juga kebenaran yang lain. Yakni ketika komunitas merasa bahagia dan bangga akan diri mereka dan komunitasnya. Kebenaran mana yang mau kita pilih, apakah anda memilih melihat gelas setengah penuh atau setengah kosong? 10 Pendekatan pembangunan berbasis kebutuhan adalah produk dari niat baik perguruan tinggi, lembaga dana dan pemerintah. Dengan menggunakan survei kebutuhan untuk menemukenali kekurangan dalam masyarakat, mereka mengembangkan solusi untuk mengisi kebutuhan tersebut. Tetapi pendekatan ini hanya menyajikan sisi negatif komunitas, yang biasanya menunjukkan adanya kebutuhan, bukan berkontribusi pada peningkatan kapasitas komunitas. David Cooperrider 2 yang melakukan studi tentang bagaimana organisasi berkembang, berpendapat bahwa pendekatan pemecahan masalah sangat tidak efektif untuk membawa perubahan dibandingkan pendekatan yang lebih dahulu memerhatikan apa yang bisa

29 Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset menghidupkan suatu organisasi. Dia menemukan bahwa ketika orang melihat kembali sejarah mereka dan menemukan sumber inspirasi dan kelentingan mereka, lalu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai basis untuk bergerak maju, maka mereka menjadi lebih mampu dan berkomitmen untuk mencapai perubahan yang mereka inginkan. Dia menyebut pendekatan ini sebagai Appreciative Inquiry dan menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk menghasilkan pengembangan organisasi adalah dengan menyelidiki capaian terbaik sejauh ini 3. Bila anda mencari masalah, anda akan menemukan lebih banyak masalah; Bila anda mencari sukses, anda akan menemukan lebih banyak sukses Bila anda percaya pada mimpi, anda akan merengkuh keajaiban Maka motto kami adalah mencari akar penyebab sukses dan bukan akar penyebab masalah ~R.M. Brown ~ 11

30 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Keterbatasan Pendekatan Berbasis Kebutuhan yang Tradisional Salah satu alasan mengapa perubahan kerap terkendala dan berlangsung lambat adalah karena ada banyak kekuatan yang menghambatnya. Ketika proses perubahan didasarkan pada pemecahan masalah, maka kekuatan yang menghambat ini menemukan banyak alasan untuk membela posisinya, bahwa perubahan itu tidak baik. Berikut ini beberapa respon yang biasanya muncul terhadap pendekatan berbasis masalah, yang menggambarkan alasan mengapa para pelaksana pembangunan sering tidak berhasil membangkitkan partisipasi komunitas dan kemauan untuk berubah: 12 l Beberapa pemimpin berusaha meyakinkan orang lain bahwa perubahan dibutuhkan. Jadi perubahan tergantung pada bagaimana hal tersebut bisa dijual kepada pada mereka yang perlu perubahan. l Perubahan terjadi secara bertahap dan dengan urutan yang diputuskan oleh aktor perubahan dan para pemimpin, daripada memiliki potensi untuk meluas dengan dahsyat dengan berbagai cara ketika komunitas merangkul sendiri perubahan itu. l Perubahan dilihat sebagai gangguan terhadap kerja-kerja rutin, atau minimal sebagai beban tambahan dalam hidup yang sudah penuh kesibukan. l Implementasi macet ketika orang-orang lupa apa yang harusnya mereka lakukan. l Proses perubahan tidak bisa berlanjut setelah intervensi program. l Ada sikap sinis yang kuat terhadap perubahan di kalangan pemimpin tradisional dan kadang dalam komunitas sendiri merasa telah membuang waktu dalam intervensi dari luar sebelumnya. Sebaliknya bila program difokuskan pada memobilisasi aset atau bertumpu pada kekuatan yang ada, maka mereka yang ingin menghambat perubahan berkurang legitimasinya atau

31 Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset ruang bagi mereka untuk berargumentasi tentang tidak perlunya perubahan, menyempit. Tabel berikut menunjukkan perbedaan antara dua pendekatan ini. Yang pertama adalah pendekatan defisit yang lebih tradisional (masalah, kebutuhan). Yang kedua adalah pendekatan berbasis aset. Tabel ini diadaptasi dari sebuah artikel tentang Appreciative Inquiry yang membandingkan antara pendekatan pemecahan masalah dengan pendekatan apresiatif 5. Pendekatan Berbasis Masalah Pendekatan Berbasis Masalah Identifikasi masalah dan kebutuhan Fokus pada apa yang salah Analisis akar masalah Berbasis kelemahan Pendekatan Apresiatif Pendekatan Apresiatif Menggali cerita tentang sukses di masa lampau dan mereka yang melakukan hal-hal terbaik saat ini Fokus pada apa yang terbaik hingga sekarang Analisis kekuatan dan aset yang ada saat ini Berbasis kekuatan 13 Analisis solusi yang mungkin Mengharapkan anggota bekerja bersama Rancangan cenderung mekanistik Dirancang untuk dilaksanakan bersama komunitas Cenderung menyebabkan stres Tergantung pada tenaga ahli Proses terstruktur dalam kerangka waktu penyelesaian yang terbatas Membayangkan apa yang paling diinginkan menetapkan tujuan yang ingin dicapai bersama Mengajak anggota menjadi pencipta masa depan bersama Rancangan cenderung transformatif dan terbuka untuk berbagai cara yang memungkinkan Memberdayakan komunitas untuk melakukannya sendiri Membangkitkan banyak energi positif, harapan dan inspirasi Berorientasi pada tindakan yang dipimpin komunitas Fleksibel, terbuka tidak dibatasi waktu

32 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Pendekatan berbasis aset membantu komunitas melihat kenyataan mereka dan kemungkinan perubahan secara berbeda. Mempromosikan perubahan fokus pada apa yang ingin mereka capai dan membantu mereka menemukan cara baru dan kreatif untuk mewujudkan visi mereka. Sebagai contoh, pendekatan berbasis aset selalu mengandung salah satu dari beberapa elemen kunci berikut: 14 l Fokus pada mengamati sukses di masa lampau l Setiap orang memutuskan apa yang diinginkan l Menemukenali aset yang tersedia secara komprehensif dan partisipatif l Mengapresiasi aset yang paling bermanfaat saat itu l Rencana aksi didasarkan pada mobilisasi aset yang ada semaksimal mungkin l Membebaskan energi dan kewenangan setiap aktor untuk bertindak dengan ragam cara l Saling berkontribusi dan bertanggung jawab untuk mencapai sukses Definisi dari kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda. ~Albert Einstein~

33 Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset Pendekatan berbasis aset mencari cara bagi individu dan seluruh komunitas berkontribusi pada pengembangan mereka sendiri dengan: l Menggali dan memobilisasi kapasitas dan aset mereka sendiri l Menguatkan kemampuan sendiri untuk mengelola proses perubahan dengan memodifikasi dan memperbaiki struktur organisasi yang ada l Mendorong mereka yang menginginkan perubahan untuk secara jelas mengartikulasi mimpi atau memvisualisasikan perubahan yang ingin mereka lihat dan memahami bagaimana mereka bisa mencapainya Cara pikir tentang pembangunan yang seperti ini memiliki potensi untuk merevitalisasi pemahaman kita tentang kemitraan, karena fokusnya adalah membantu tiap mitra menemukenali kekuatan mereka, atau apa yang bisa mereka kontribusikan pada suatu kemitraan. Pendekatan ini bisa membantu kita lebih memahami berbagai pernyataan tentang arah dan efektivitas bantuan pembangunan. Contohnya konsep menyelaraskan pendekatan dengan proses dan struktur lokal atau mendorong tanggungjawab bersama untuk mencapai hasil bisa dipahami dengan lebih baik dari perspektif berbasis aset terhadap pelaksanaan pembangunan Pada kenyataannya, memulai pendekatan ini tidak sulit sama sekali. Bila diberikan peluang, kebanyakan komunitas dan organisasi bisa menemukan berbagai contoh di mana mereka menggunakan apa yang sudah mereka miliki untuk mencapai apa yang mereka inginkan di masa depan. Kebanyakan orang bisa melihat masa lampau mereka dan menemukan strategistrategi yang pernah membantu mereka untuk mengatasi tantangan sehari-hari atau tantangan organisasi. Kebanyakan dari kita juga bisa menemukan orang yang kita kenal yang sedang mengatasi masalah dan menemukan solusi yang bisa diterapkan secara umum.

34 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Tiga Elemen Kunci Tidak ada cetak biru untuk aplikasi pendekatan berbasis aset dalam pembangunan. Tiap metode memiliki langkah atau proses pilihan. Ada yang menekankan pada konteks sejarah, ada yang fokus pada mengembangkan mimpi masa depan yang lebih artikulatif, ada juga yang memulai dengan menginventarisasi aset yang tersedia. Langkah yang dipilih oleh program atau organisasi masyarakat sipil (OMS) dalam proses memfasilitasi pembangunan yang dipimpin oleh warga akan sangat ditentukan oleh waktu yang tersedia untuk interaksi; konteks spesifik; jumlah dan jenis orang yang akan berpartisipasi, serta tema atau area fokus proyek tersebut. 16 Walau begitu, semua metode secara umum memiliki tiga proses kunci, dengan penekanan yang berbeda-beda di tiap metode. Proses kunci pendekatan berbasis aset adalah: Energi Masa Lampau Menemukan apa yang telah membuat individu, kelompok atau organisasi sukses di masa lampau. Terkadang elemen ini dipahami juga sebagai melihat ke masa lampau untuk menemukan apa yang memberi kehidupan, membuat masyarakat bangga dan apa strategi yang digunakan untuk mencapai hasil sukses tersebut. Ingatan-ingatan dan cerita-cerita ini menunjukkan kelentingan mereka bagaimana kuat dan kreatifnya mereka menghadapi tantangan sejarah. Daya Tarik Masa Depan Pembuatan dan komitmen terhadap visi masa depan lewat proses kelompok yang sepenuhnya inklusif; sebuah gambaran tentang apa yang disepakati bersama sebagai sukses di masa depan. Komitmen kelompok untuk bekerja bersama demi masa depan bersama adalah motivasi yang sangat kuat bagi setiap peserta. Mengingatkan masyarakat secara terus-menerus tentang visi mereka atau gambaran sukses mereka terbukti menjadi strategi perubahan yang efektif.

35 Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset Persuasi Masa Kini Ini adalah suatu pembentukan ulang situasi masa kini secara, dari gambaran yang defisit menjadi gambaran berkelimpahan. Pemetaan aset yang dilakukan oleh anggota kelompok, organisasi atau komunitas menjadi gambaran yang sangat persuasif tentang apa yang bisa dicapai dan bisa dimulai secepatnya. Pemetaan aset adalah proses belajar menghitung dan menghargai untuk menata dan memberi makna pada aset yang sudah dimiliki komunitas, baik yang bisa ditemukenali sebagai sumber daya produktif milik sendiri, maupun yang diterima dari pihak luar. Hal ini juga menjadi dasar kemitraan yang sesungguhnya antara kelompok lokal dengan lembaga pendukung dari luar, termasuk pemerintah. Ketiga proses ini harus menjadi bagian dari seleksi alat bantu apapun untuk konteks pendekatan berbasis aset. Tiga elemen tersebut bisa digambarkan dalam diagram berikut: 17 Daya tarik (penggerak) dari Gambaran Positif Masa Depan Kekuatan (energi) dari Sukses di Masa Lampau Persuasi dari identifikasi dan penggunaan Kekuatan Saat Ini

36 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Seperti disebutkan di atas, sekuensi tiga elemen ini berbeda-beda pada tiap metode yang digunakan dalam berbagai pendekatan berbasis aset. Misalnya, ada yang mulai dengan pemetaan aset saat ini, ada yang mulai dengan cerita sukses masa lampau dan yang lain lagi bisa mulai dengan tujuan akhir atau pernyataan tentang bagaimana sukses divisualisasikan. Sekuensi ini bervariasi tergantung situasi dan karakter tugasnya. Di banyak kegiatan pengembangan masyarakat, menggali aset yang ada akan membantu komunitas untuk fokus pada potensi dan dari mana mereka bisa mulai. Ketersediaan aset yang dapat dimanfaatkan menentukan arah tujuan. Dalam proyek, di mana sektor kerja dan hasil akhir sudah ditentukan sebelumnya, memulai dengan cerita sukses masa lampau akan membuat komunitas fokus pada menemukan harga diri dan keyakinan bahwa mereka memiliki energi positif untuk mengatasi tantangan baru. 18 Mengapa Menekankan Pesan Negatif Mencari akar masalah dan menjadikannya basis rancangan intervensi bisa saja dilakukan, ketika kita menghadapi masalah teknis yang relatif sederhana, atau menemukenali tindakan yang harus dilakukan dalam kondisi darurat kemanusiaan. Pendekatan analisis masalah lebih cocok di bidang teknik dan memperbaiki sesuatu seperti mesin atau rumah. Analisis masalah dalam pelayanan publik oleh dan bersama komunitas membantu penerima manfaat menjadi lebih jelas tentang perubahan yang ingin mereka lihat dilakukan oleh pihak lain. Pendekatan seperti ini melekat pada metode seperti Community Score Cards atau Citizen Report Cards 7. Akademisi juga mencermati keseluruhan realitas dan mencoba untuk menemukenali apa yang salah sebagai bagian dari deskripsi mereka tentang kenyataan.

37 Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset Haruskah kita berhenti membicarakan masalah? Pendekatan berbasis aset tidak menyangkal adanya masalah. Tetapi, ini adalah strategi bagi penguatan organisasi dan komunitas yang memilih untuk tidak melihat masalah melainkan kekuatan yang ada sebagai basis untuk merancang perubahan. Pendekatan berbasis aset tidak menyangkal manfaat riset akademik seperti itu, juga terhadap kebutuhan pada waktu tertentu untuk mengetahui apa yang menjadi penghambat kemajuan atau mengapa sesuatu tidak berjalan sesuai rencana. Tetapi para peneliti dan perancang sosial yang telah memilih pendekatan berbasis aset menunjuk pada kekurangan pendekatan berbasis masalah atau kebutuhan dalam mendorong perubahan yang berkelanjutan. Mereka juga menemukan bahwa pendekatan alternatif yang lebih positif dan tegas ini lebih memberdayakan dan efektif sebagai cara untuk mengajak seluruh komunitas atau organisasi bersama-sama menjalani proses perubahan. 19 Walau memang menggunakan pendekatan masalah atau kebutuhan berguna dalam merancang atau mengevaluasi program, pendekatan ini tidak terlalu cocok untuk program yang membutuhkan perubahan perilaku atau perbaikan layanan. Dalam konteks tipikal yang kompleks dan multi-aktor, tidak pernah ada problem tunggal atau solusi yang mudah ditentukan. Dalam konteks seperti itu, menemukenali kebutuhan yang tak ada habisnya bisa melemahkan, terutama sebagai titik awal perubahan. Oleh karena itu, pendekatan berbasis aset sekarang ini dianggap lebih bermanfaat untuk konteks sosial, ekonomi dan politik yang berkarakter rumit dan di mana ada banyak cara dan jalan untuk perubahan. Titik awal adalah akar penyebab kesuksesan di masa lampau, bukanlah akar penyebab kegagalan di masa lampau.

38 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Marty Seligman sekarang ini dianggap sebagai penemu Psikologi Positif. 8 Dia mengemukakan bahwa lebih alamiah menampilkan risiko dan hambatan dan sisi negatif dari tiap situasi, karena lebih menjamin keberlangsungan spesis kita. Menitikberatkan pada bahaya di sekitar kita membantu kita tumbuh lebih aman. Konsekuensi dari menghindari bahaya adalah menyelamatkan hidup. Maka alamiah bila kita menekankan penghindaran daripada bersikap positif untuk menjaga keselamatan kita dan orang-orang yang kita sayangi. Lebih lanjut dia berpendapat tentang belajar menjadi sehat dan optimis bahwa orang yang fokus pada hal-hal positif adalah yang kemungkinan besar akan tumbuh bertumbuh menjadi lebih kuat dan lebih baik. 20 Berkembang ( + ) Kenegatifan tentang menjadi aman atau menjaga agar tetap hidup dan menghindari ( - ) kematian Bertahan hidup Kepositifan adalah melebarkan batas berkembang dan tumbuh lebih sehat

39 Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset Dalam konteks organisasi, terutama lembaga-lembaga tradisional dan kelompok di desa, sering kali insting bertahan hidup lebih kuat dan lebih diutamakan oleh para pemimpin dibandingkan pilihan untuk berkembang. Pemimpin desa dihormati karena mereka tahu cara melestarikan budaya dan tradisi. Bila kelompok tradisional di desa atau kelompok lain menginginkan perubahan, mereka harus dengan sungguh mempelajari cara baru memahami hidup mereka dan belajar menjadi lebih positif tentang pergerakan menuju masa depan. Mereka harus belajar menemukenali apa yang telah membantu mereka berkembang, daripada yang apa yang membuat mereka aman; apa yang bisa mereka gunakan dalam konteks mereka untuk memperlebar batas batas mereka daripada mengkhawatirkan kegagalan. Fokus mereka harus beranjak dari mempertahankan budaya (melihat ke belakang) ke transisi budaya mereka (melihat ke depan). Kita berdua belajar bahwa cara tercepat untuk melemahkan suatu komunitas adalah dengan memperkenalkan tentang pekerja sosial dan pengacara. 21 ~Jody Kretzmann, tentang dirinya dan rekannya John McKnight, April 2002~

40 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Bagaimana Menghadapi Ketidakadilan dan Masalah Sosial? 22 Pendekatan berbasis aset terkadang dikritik karena tidak menentang ketidakadilan sosial atau kelemahan dasar manusia. Tetapi dalam kenyataannya, kebutuhan adanya perubahan merupakan titik awal pendekatan ini. Dan dalam sejarahnya, kebanyakan pendekatan berbasis aset ini muncul dari kegagalan pendekatan yang lebih konvensional dalam mengatasi masalah yang ada. Dalam beberapa kondisi, pendekatan ini pada awalnya dicoba dengan kelompok yang bermasalah, atau dengan bagian masyarakat yang paling terbelakang atau paling sulit dikelola. Bukti kesuksesan menerapkan pendekatan ini dengan kelompok seperti itulah yang kemudian membuat pendekatan ini digunakan di konteks dan masyarakat yang lebih luas lagi. Jadi, secara sejarah, pendekatan ini berkembang dari kesuksesan penerapannya pada konteks-konteks yang masalah sosialnya paling berat. Walau titik mulai pendekatan berbasis aset bukan menekankan masalah atau hambatan, masalah atau hambatan tidak akan hilang. Tetapi masalah menjadi kurang penting apa yang awalnya nampak seperti masalah, kemudian menjadi peluang perubahan atau menjadi tidak penting untuk dibahas, karena fokus ada pada mempelajari cara baru untuk bergerak ke masa depan. Pendekatan berbasis aset mendefinisi ulang gambaran kenyataan mencipta ulang narasi, mengubah situasi masalah menjadi jalan menuju perubahan. Dengan menggunakan pendekatan aset, Florence Nderitu, belum lama ini bekerja dengan kelompok perempuan buta aksara di Kenya. Dia tidak fokus pada masalah buta aksara, tetapi pada kapasitas berkomunikasi, di mana dia menemukan bahwa hampir semua perempuan di kelompoknya menggunakan telepon seluler (ponsel) secara teratur. Mereka telah belajar menggunakan ponsel untuk memahami konteks tulisan dan untuk menyampaikan pesan. Dengan menganalisis cara komunikasi dan strategi yang mereka gunakan untuk mengelolanya, Florence bisa membantu mereka memperoleh pemahaman baru tentang

41 Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset bagaimana memperbaiki kemampuan komunikasi mereka dengan menggunakan apa yang mereka miliki sebagai dasar untuk meningkatkan kemampuan baca dan pengenalan angka fungsional. Berikut ini adalah daftar yang menggambarkan bagaimana pendekatan berbasis aset digunakan untuk mengatasi masalah sosial dan struktural yang menghambat keadilan dan kesetaraan. l Memperluas realitas komunitas sehingga lebih terbuka pada alternatif lain l Menciptakan aliansi dan relasi kekuatan dan pengaruh baru l Fokus pada kekuasaan untuk, kekuasaan bersama dan kekuasaan di dalam, daripada kekuasaan atas (orang/kelompok lain) l Mengatur ulang (dan menantang) asumsi asumsi tentang bagaimana perubahan terjadi bukan karena tekanan dari luar tetapi karena kekuatan dari dalam l Tidak menyangkal realitas tetapi memilih untuk mencari sumber-sumber yang memberi hidup pada kenyataan itu 23 Poin-poin ini akan dibahas lebih mendalam di bagian lain dari buku ini, ketika kita membahas tentang pembelajaran dari berbagai metode lain dan langkah-langkah kunci dari proses ini. Pengelolaan perubahan adalah tentang menciptakan aliansi kekuatan dengan cara yang membuat kelemahan sistem menjadi tidak relevan ~Peter Drucker 9~

42 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Berpikir dengan Memori dan Imajinasi 24 Seperti telah dijelaskan di atas, kita semua memiliki pilihan untuk melihat kenyataan dari perspektif negatif atau positif. Ketika kita menggunakan cara pikir analitis, kita cenderung fokus pada masalah dan hambatan, atau apa yang membuat kita tidak menjalani hidup seperti yang kita inginkan. Ketika kita menggunakan cara pikir kreatif dan imajinatif, kita cenderung berpikir tentang bagaimana kita bisa mencapai kenyataan baru. Cara pikir ini lebih mengaktifkan memori dan imajinasi daripada berpikir kritis dan analisis. Pendekatan berbasis aset mendorong kita untuk mengubah apa yang nampak sebagai masalah menjadi kemungkinan-kemungkinan masa depan. Sebagian dengan mengingat apa yang sudah dicapai dan sebagian lagi dengan membayangkan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Pendekatan berbasis aset bertumpu pada pengalaman tercapainya sesuatu di masa lampau; Pada memori bahwa apa yang diinginkan dengan satu atau lain cara, pernah dicapai di masa lampau. Hal ini dilakukan dengan membantu komunitas mendalami masa lalunya, dengan bertutur cerita dan inventarisasi agar bisa menemukan apa atau di mana ada contoh-contoh keberhasilan yang dicapai dengan cara yang diinginkan. Masa lalu mewakili kapasitas laten dan potensial yang bisa digunakan sebagai awal perubahan masa depan. Menemukenali apa yang berhasil, apa yang sudah dicapai dan apa yang sangat dihargai di masa lampau mengumpulkan semangat dan antusiasme untuk perubahan di masa depan. Menghadirkan kembali masa lampau bukan semata-mata menceritakan ulang sejarah. Ketika komunitas menghadapi tantangan sekarang dan melihat kembali perjalanan mereka sampai ke titik ini, perlu upaya menafsirkan ulang apa yang terjadi di masa lampau dengan cara yang membuatnya masuk akal untuk konteks tantangan ke depan. Proses menafsirkan ulang ini membantu komunitas mengalami kembali praktik-praktik tradisional dan pola perilaku yang

43 Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset sudah tidak relevan lagi. Pada gilirannya proses ini membuka pintu untuk perumusan ulang kearifan kolektif. Proses ini seperti proses membalik tanah yang dibutuhkan untuk menanam tanaman baru, yakni arah kebijakan yang bisa mengatasi tantangan atau hambatan. Inklusif Gender dan Sosial Dari perspektif gender, pendekatan berbasis aset ini sangat membantu. Salah satu asumsi pendekatan ini adalah bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang bisa dikontribusikan dan seluruh komunitas menjadi lebih kaya ketika kontribusi dan potensi setiap orang dihargai. Karenanya, menemukenali dan memobilisasi keterampilan, kapasitas dan kompetensi perempuan, baik secara individual maupun sebagai kelompok, adalah bagian dari pendekatan berbasis aset yang lengkap. Dengan mengakui fakta bahwa perempuan mampu berkontribusi secara ekonomi, sosial dan politik adalah proses yang memberdayakan, bukan hanya bagi perempuan, tetapi bagi laki-laki juga. Saat perempuan terorganisir untuk berkontribusi pada ekonomi keluarga atau keseluruhan ekonomi komunitas, maka semua pihak untung. 25 Mengakui dan membebaskan potensi perempuan, bukan hanya untuk kegiatan sosial ekonomi, tetapi juga dalam pengambilan keputusan dan kepemimpinan di ruang publik, sudah terbukti secara signifikan mengurangi kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan berbasis gender. 10 Ketika kontribusi di ruang publik diakui maka perempuan lebih dihormati dan diperlakukan dengan setara. Ada banyak contoh bagaimana kontribusi perempuan di berbagai sektor atau kegiatan telah meningkatkan kualitas dan keberlanjutan pengembangan masyarakat.

44 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Di Kayuloe Barat, Sulawesi Selatan, seorang kepala desa melaporkan bahwa ketika kami mulai mendengarkan perempuan dan mereka terlibat dalam setiap aspek produksi beras, produksi kami meningkat 2 3 ton per hektar menjadi 5 6 ton. Perempuan menyebarkan disiplin dan konsistensi bekerja, demikian katanya. 26 Di Noelbaki, Timor Barat, perempuan melihat potensi aset alam mereka dan membentuk kelompok petani perempuan. Dengan memikirkan kebutuhan mereka dan apa yang mereka miliki, mereka memutuskan untuk saling membantu untuk menggunakan tanah, seluas atau sesempit apapun, di depan rumah mereka untuk menanam sayuran, buah dan memelihara lebih banyak ayam. Mereka juga belajar membuat pupuk organik. Dalam waktu singkat mereka mampu menghasilkan tambahan gizi dan sumber pendapatan yang teratur untuk keluarga. Dari pengalaman ini mereka mendapatkan piagam penghargaan dan tambahan sumber daya dari pemerintah lokal untuk melatih perempuan di desa-desa tetangga. Mengenali seluruh aset komunitas dan potensi yang dimiliki tiap individu mengharuskan kita menemukan cara untuk memastikan mereka yang biasanya tersingkir secara sosial juga turut berkontribusi. Kelompok yang terpinggirkan ini bukan hanya bisa memahami kebutuhan perubahan yang ada, tetapi mereka juga paling ingin berkontribusi bilamana diberikan kesempatan berpartisipasi. Contohnya para penyandang disabilitas. Dengan berfokus pada disabilitas mereka akan membuat berbagai kemampuan yang telah mereka pelajari karena mereka jadi tersembunyi. Penyandang disabilitas juga telah belajar mengembangkan kemampuan berbeda yang memperkaya kita semua ketika mereka diberi kesempatan menggunakannya. Fokus pada disabilitas hanya sebagian gambar yang ada, karena biasanya mereka telah mengembangkan kemampuan yang berbeda (different abilities atau diffabilities).

45 Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset Peran Fasilitasi Organisasi dan Pemerintah Salah satu aspek pendekatan berbasis aset adalah bahwa pendekatan ini membangun hubungan yang kuat antara warga negara dengan pemerintah. Walaupun pendekatan ini mengacu pada pembangunan yang dipimpin warga, tidak tertutup untuk dukungan luar. Pendekatan berbasis aset terkadang dianggap sebagai penciptaan ulang dari yang sebelumnya disebut kemandirian (self-suficiency). Hal ini tidak tepat. Sementara pendekatan ini mendorong warga untuk mempelajari lebih dalam tentang sumber daya yang mereka miliki, pendekatan ini juga mendorong warga untuk menyadari adanya potensi aset yang bisa disediakan dari pemerintah (dan lembaga luar lainnya). Pada akhirnya, hasil dari pendekatan ini adalah kerja sama yang kuat dan saling menguntungkan antara organisasi warga dengan pemerintah, di mana masing-masing saling menyumbangkan kapasitas mereka untuk mewujudkan visi bersama di masa depan. Dukungan pihak luar, apakah pemerintah atau OMS yang bekerja dengan mereka, dalam pendekatan berbasis aset, awalnya adalah untuk memfasilitasi proses komunitas menemukan kapasitas sendiri untuk mencapai perubahan yang paling penting bagi mereka. Hal ini adalah prakondisi untuk bisa bekerja sebagai mitra. Secara bertahap, pengetahuan tambahan dan pemahaman atau kemampuan teknis mulai dibutuhkan ketika komunitas menyadarinya. Dalam pendekatan berbasis aset, terkadang pengetahuan yang paling berguna didapat dari interaksi antara kearifan lokal dengan kompetensi profesional. Agar kearifan lokal dan praktik cerdas menjadi bagian dari solusi, lembaga luar harus mau belajar dari komunitas tentang bagaimana keahlian atau kebijakan mereka bisa diaplikasikan pada tiap konteks spesifik. 27 Ketika lembaga yang memfasilitasi mengadopsi pendekatan berbasis aset, maka cakupan perbedaan antara pendekatan ini dengan pendekatan manajemen program yang tradisional dan prioritas organisasi akan muncul. Tabel berikut memberikan gambaran perbedaan pada berbagai perbedaan tingkatan.

46 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Perbedaan kunci antara dua cara mengelola program pembangunan di atas terletak pada perbedaan karakter relasi antara agen perubahan dengan masyarakat yang terlibat dalam perubahan. Pada contoh pertama, agen perubahan mengambil peran seorang manajer yang punya informasi dan memberikan arahan. Dalam contoh kedua, hubungan antar kedua pihak bersifat saling belajar dan komunitas difasilitasi agar menjadi aktor dalam proses perubahan mereka sendiri. 28 Maka tak mengherankan bila para profesional di bidang pembangunan dan organisasi masyarakat sipil yang mengelola dana donor adalah yang paling enggan mengubah cara mereka bekerja menjadi lebih sebagai fasilitator pendekatan berbasis aset. Konsep bergantung pada dukungan dari luar adalah asumsi operasional kunci dari kebanyakan lembaga tersebut. Selama donor memberikan perhatian pada memberikan dukungan dana, lembaga-lembaga pembangunan mendapatkan legitimasi dengan mengajukan solusi terhadap masalah orang lain. Mereka melihat diri mereka sebagai lembaga antara yang penting dan ini menjadi semakin jelas bila mereka bisa meyakinkan lembaga donor bahwa komunitas tidak memiliki kapasitas untuk mencapai aspirasinya sendiri.

47 Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset Perbandingan antara Model Proyek Tradisional dan Model Berbasis Aset 11 Manajemen Proyek Tradisional Fasilitasi dengan Berbasis Aset Fokus pada KEBUTUHAN mendatang Merespon masalah Berorientasi pada DANA DONOR Menekankan pada OMS/KONTRAKTOR Fokus pada INDIVIDU Kekuatan ada pada MANDAT OMS/KONSULTAN Kekuatan adalah MANDAT TA/ORNOP Jawabannya adalah PROYEK Masyarakat adalah KLIEN Fokus pada ADVOKASI BERTANDING kekuatan yang ada terbatas Fokus pada HAMBATAN POTENSIAL Dialog internal menghargai KRITIK Memantau apa yang dilakukan pelaku proyek Evaluasi bagaimana input proyek digunakan Fokus pada KELIMPAHAN yang ada sekarang Dibangun atas peluang-peluang Berorientasi pada INVESTASI/MITRA Menenkankan pada KELEMBAGAAN INTERNAL Fokus pada SELURUH KOMUNITAS Tujuannya adalah MASYARAKAT yang KOMPETEN Kekuatan ada pada RELASI dalam sistem MASYARAKAT mencari jawaban sendiri Masyarakat adalah WARGA Fokus pada MENCIPTA BERSAMA MELUAS dan menciptakan lebih banyak kekuatan Fokus pada PELUANG MASA DEPAN Dialog internal menghargai KREATIVITAS Memantau bagaimana situasi berubah Evaluasi bagaimana ASET yang dimiliki digunakan 29

48 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Di sisi lain, komunitas biasanya dengan cepat mengapresiasi dan mengadopsi pendekatan berbasis aset. Mereka paling mengapresiasi pendekatan yang membantu mereka mengakui dan memobilisasi berbagai aset yang mereka miliki atau yang bisa mereka akses dengan mudah. Beberapa Poin Rangkuman Bab ini 30 l Pendekatan berbasis aset dimulai dengan menemukan cerita-cerita sukses dari masa lampau dan memetakan aset yang ada di dalam sebuah komunitas atau organisasi. Cerita sukses dianalisis untuk menemukan elemen sukses atau strategi yang menghidupkan komunitas atau organisasi. Aset dipetakan agar bisa lebih dihargai (karena nilai produktif atau kegunaannya) kemudian dimobilisasi. l Pendekatan berbasis aset mencari apa yang sudah dilakukan dengan baik atau siapa yang melakukannya lebih baik daripada yang lain. Perilaku-perilaku ini dipelajari sebagai strategi untuk merancang masa depan, yakni apa yang bisa dilakukan oleh orang lain di masa mendatang. l Pendekatan tradisional dimulai dengan mempelajari masalah dan kekurangan atau kebutuhan komunitas, lalu bergantung pada dukungan luar untuk mengatasi masalah yang ada. Pendekatan berbasis aset menganggap pendekatan defisit atau berbasis kebutuhan kurang efektif untuk memobilisasi dan memberdayakan organisasi komunitas dan warga karena menyoroti ketidak berdayaan, padahal itu merupakan setengah bagian dari keseluruhan realitas komunitas dan kurang berguna dalam mewujudkan perubahan.

49 Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset l Pendekatan berbasis aset bertumpu pada apa yang sudah ada sebagai bagian dari proses membangun komunitas atau organisasi dari dalam. Dalam pendekatan ini, rencana masa depan didasarkan pada apa yang sudah ada dalam masyarakat dan organisasi agar bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. l Pendekatan berbasis aset memiliki tiga langkah kunci yang bisa dilaksanakan dalam sekuensi yang berbeda, tetapi selalu ada: n Penggalian apa yang sudah dan terus menghidupkan kelompok atau komunitas (cerita sukses sejauh ini); n Pemetaan aset yang tersedia (bakat, kapasitas dan sumber daya) dalam organisasi atau komunitas; n Visi masa depan yang inspiratif di mana seluruh pihak bekerja untuk menghasilkan rumusan bagi diri mereka sendiri. 31 l Semua pendekatan berbasis aset mengatasi masalah dengan melihat peluang potensial dan fokus pada bagaimana aset yang ada bisa lebih dimobilisasi dengan lebih baik untuk mencapai visi masa depan yang diinginkan.

50 32 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan

51 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset 33 BAB 3 Pengaruh Historis 33 pada Pendekatan Berbasis Aset

52 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Ikhtisar Seperti layaknya pendekatan baru atau perubahan metode manapun, pendekatan berbasis aset berkembang secara historis dari berbagai pemahaman mengenai pengembangan komunitas, pengorganisasian komunitas, dan peningkatan kapasitas organisasi. Bab ini memberikan gambaran tentang beberapa pengaruh historis tersebut. Para pembaca akan belajar mengenai: 34 l Beberapa sektor berbeda yang mulai menggunakan pendekatan lebih positif dan berbasis kekuatan l Beberapa metode dan alat yang menggunakan pendekatan berbasis kekuatan dan apresiatif untuk mendorong perubahan l Beberapa konteks yang melahirkan pendekatan berbasis aset Selain itu, bab ini juga akan secara khusus mengeksplorasi hubungan antara pendekatan berbasis aset dan beberapa metode terkait dengan isu pembangunan di bawah ini: l Pendekatan Partisipatif l Psikologi Positif l Pengembangan Organisasi l Pembangunan Aset l Penghidupan Berkelanjutan l Pengecualian Positif l Modal Sosial l Dinamika Kekuasaan dan Suara Warga l Platform Multi-Pihak l Pendekatan Percakapan dan Naratif

53 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset Pendekatan Partisipatif Pendekatan partisipatif bertujuan melibatkan penerima manfaat dalam pengumpulan data awal serta dalam perancangan kegiatan yang sesuai. Pendekatan partisipatif berkembang dari riset aksi dan proses refleksi aksi yang terkenal pada tahun 1970an. Pada pertengahan tahun 1990an pendekatan partisipatif diterapkan secara luas di berbagai proyek yang berhubungan dengan komunitas. Namun pada saat yang sama beberapa kritikus menyatakan bahwa alat bantu untuk memastikan partisipasi menjadi lebih penting ketimbang tujuan awalnya. Alat bantu proses partisipatif menjadi tujuan akhir dan bukan sarana bagi komunitas untuk mengendalikan proses. Warga tetap menjadi obyek proses pengumpulan informasi, bukan subyek proses pembangunan seperti yang diharapkan. Kritikus pendekatan ini berargumentasi bahwa alat bantu yang digunakan masih membebani komunitas, dan kekuasaan tetap di tangan donor atau organisasi perantara. 35 Pada saat yang sama, serangkaian pendekatan yang berpotensi untuk mengembalikan kekuasaan kembali ke tangan warga mulai berkembang. Pendekatan-pendekatan ini bagian dari keluarga pendekatan berbasis aset. Kebanyakan dari pendekatan berbasis aset berkembang dari harapan yang sama, yaitu meningkatkan peluang terwujudnya pembangunan yang dipimpin oleh warga. Alat bantu yang digunakan untuk meningkatkan partisipasi masih relevan dalam pendekatan berbasis aset ini. Namun, pemilihan alat ditentukan oleh apa yang paling bisa memberdayakan komunitas untuk mengelola aset mereka sendiri. Alat bantu partisipatif digunakan untuk membantu komunitas menemukan apa yang bisa mereka bawa ke dalam proses pembangunan. Tabel berikut diadaptasi dari buku pelatihan Coady Institute mengenai Asset-Based Community Development (Pengembangan Komunitas Berbasis Aset) dan menguraikan perubahan historis yang memengaruhi perkembangan pendekatan partisipatif: 12

54 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Kapan Apa Ide Dasar Alat dan Metode 1970an PAR Participative Action Research, Riset Aksi Partisipatif Pendidikan kesadaran kritis: Memahami penindasan Riset Aksi untuk mendorong pemahaman atas situasi tertentu sebagai dasar menentukan tindakan 36 Awal 1980an RRA Rapid Rural Appraisal, Penilaian Cepat Pedesaan Tim riset multi disiplin ilmu melakukan penilaian cepat kondisi lokal bersama komunitas lokal. Biasanya dilakukan pada tahap awal perencanaan oleh pihak luar dengan berkonsultasi dengan komunitas lokal Serangkaian alat penilaian cepat dikembangkan untuk mengukur ekonomi lokal, ketersediaan lahan, produktivitas, dsb, kemudian berkembang dengan menyertakan berbagai cara untuk mengukur akses terhadap air, status pemenuhan gizi, pola pendapatan dan pengeluaran, dsb. Akhir 1980an PRA Participatory Rural Appraisal, Penilaian Partisipatif Pedesaan Dipandang sebagai bagian dari RRA, namun fokus pada komunitas lokal yang melakukan sendiri riset dan analisis, dan yang memiliki pengetahuan tersebut. Beberapa OMS mengembangkan seperangkat alat bantu untuk mengidentifikasi masalah, analisis dan skala prioritas, namun ini tidak intrinsik PRA. Beberapa alat ditambahkan: Pemetaan, Penentuan Peringkat, Penilaian, dan Pemodelan. Prinsip utamanya adalah agar mereka yang buta huruf bisa menggunakan dan belajar dari alat-alat ini, serta ikut menganalisis situasi, dan merancang strategi untuk mengatasi masalah. Alatalat ini juga berlaku untuk Monitoring dan Evaluasi, M & E.

55 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset Kapan Apa Ide Dasar Alat dan Metode 1990an PRA, PLA PRA ganti nama menjadi Pembelajaran dan Aksi Partisipatif (Participatory Learning and Action). Gagasan PLA populer di India, Asia Tenggara, dan Sub-Sahara Afrika. Pada tahun 1996, PLA sudah digunakan di 100 negara. RRA dan PRA dilihat sebagai kontinum dengan kendali pihak luar atas proses di satu ekstrem dan kontrol lokal di ekstrem lainnya. Di tengah-tengah ada kolaborasi antara pihak lokal dan pihak luar. Akhir 1990an Kritik terhadap PRA PRA menjanjikan pemberdayaan, namun pada praktiknya PRA lebih bersifat diterapkan kepada komunitas dan bukan oleh mereka, sehingga memperkuat posisi organisasi luar untuk mengambil informasi demi kepentingan perencanaan mereka sendiri. PRA sering mengabaikan dan memperkuat relasi kekuasaan lokal, yang bisa berdampak pada pelemahan asosiasi lokal. 37 Akhir 1990an, 2000an AI Appreciative Inquiry Berawal dari strategi pengembangan organisasi namun kemudian dilihat sebagai cara untuk memperkuat dan memotivasi komunitas. Teknik mewawancara dan berdiskusi yang fokus pada kekuatan dan pengalaman puncak masa lalu sebagai motivator untuk mengambil tindakan. Akhir 1990an, 2000an ABCD Asset-Based Community Development, Pengembangan Komunitas Berbasis Aset Fokus pada kekuatan dan aset, bukan pada masalah dan kebutuhan ( gelas setengah penuh ). Dirancang untuk merangsang pengorganisasian komunitas, serta mengaitkan dan mengungkit dukungan dari institusi luar. Metode, tingkah laku, sikap, dan alat bantu untuk mengidentifikasi aset, kekuatan, dan peluang: Bukan pemetaan tapi pengorganisasian. Mengurangi fokus pada riset, lebih fokus pada aksi.

56 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Psikologi Positif 38 Para psikolog merujuk psikologi positif sebagai sebuah cara di mana manusia dan organisasi didorong untuk menghasilkan energi dan antusiasme yang lebih besar demi mewujudkan perubahan yang diinginkan. Psikologi positif lahir dari beberapa eksperimen terkenal seperti Placebo Effect dan Pygmalion Effect untuk menguji bagaimana manusia bereaksi terhadap umpan balik positif dan negatif. Beberapa eksperimen sosial tersebut mendemonstrasikan bagaimana seseorang secara utuh bisa mengubah pola perilaku untuk memenuhi harapannya. Jika sebuah kelompok memiliki harapan pribadi yang kuat tentang kesuksesan, maka pola perilaku kelompok tersebut kemungkinan besar akan merefleksikan harapan tersebut. Sebaliknya, jika gambaran yang dominan adalah tentang kegagalan, maka perilaku kelompok juga akan mendukung gambaran tersebut. Visualisasi positif dan membayangkan visi sukses juga banyak diterapkan dalam psikologi olah raga serta penciptaan lingkungan belajar yang mendukung dengan fokus pada apa yang membangun rasa percaya diri dan gambaran kuat sebagai seorang pemenang. Saat ini, ada banyak promotor psikologi positif untuk dibidang psikologi sosial dan pendidikan, seperti Marty Seligman dan Barbara Fredrickson. Hasil riset mereka membuktikan pentingnya memberikan perhatian yang sama untuk membimbing bakat serta mendorong sikap dan kapasitas yang lebih memungkinkan membawa seseorang menuju peningkatan kualitas hidup dan kebahagiaan. Menurut temuan mereka, orang yang cenderung mengadopsi pendekatan positif dan pengembangan kompetensi diri dalam kehidupannya lebih mungkin mencapai tujuan hidupnya. 13 Pengembangan Organisasi Pengelolaan perubahan organisasi berdasar pada konsep bahwa kita bisa dan memang membangun masa depan berdasarkan kata-kata yang kita gunakan dan mimpi-mimpi yang kita pilih. Konsep

57 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset ini bagian dari teori konstruksi yang mengacu kepada siklus pembelajaran Kolb mengenai model pengalaman, refleksi, dan aksi atau pembelajaran berbasis pengalaman yang terinspirasi oleh Kurt Lewin. Dasar dari ide-ide ini adalah konsep aksi-refleksi atau belajar berdasarkan apa yang sudah kita, atau sekelompok orang, alami apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Beranjak dari aliran belajar dari masa lalu untuk mengubah organisasi, David Cooperrider menemukan bahwa organisasi lebih banyak berubah ketika fokus pada satu aspek tertentu dari pengalaman masa lalu, yaitu aspek positif dan yang memberikan kehidupan pada masa lalu. Jadi ketimbang memikirkan apa salah, lebih banyak pembelajaran akan didapat dengan memikirkan apa yang telah berjalan dengan baik. Ide yang sama juga bisa ditemukan pada diskusi Peter Senge mengenai proses belajar organisasi. Organisasi belajar ketika orang-orang di dalamnya memiliki keinginan untuk menjadi berbeda dan melakukan refleksi atas pengalaman masa lalu mereka. Senge memperkenalkan konsep tentang organisasi pembelajaran. Menurut Peter Senge, organisasi pembelajaran adalah... organisasi di mana orang-orang di dalamnya terus-menerus mengembangkan kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, di mana pola pemikiran yang baru dan lebih luas terbimbing, di mana aspirasi kolektif dibebaskan, dan di mana orang-orang di dalamnya terus belajar untuk melihat semua ini bersama-sama Pemetaan Aset Pemikiran berbasis aset dan pemetaan aset komunitas telah menjadi bagian dari pengembangan komunitas selama lebih dari 20 tahun, terutama melalui Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable Livelihoods Approach/SLA) dan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (Asset Based Community Development/ABCD) yang akan dibahas lebih lanjut kemudian.

58 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan 40 Ide pembangunan aset memiliki beberapa asal usul. Amartya Sen mempromosikan ide meningkatkan kebebasan dari setiap individu untuk menjadi agen perubahan yang aktif, ketimbang menjadi penerima layanan yang pasif 15. Konsep kebebasan ini tidak hanya bersifat politis, namun juga lahir ketika manusia memiliki kapasitas dan kemampuan untuk bertindak, sebagai akibat adanya pendidikan, fasilitas kesehatan, dan perlindungan keamanan yang memadai. Maka dalam pemahaman yang lebih luas, pembangunan aset juga meliputi penciptaan sebuah lingkungan di mana kapasitas-kapasitas itu bisa bangkit dan bertahan. Dengan demikian, investasi untuk penanganan kesehatan dan pendidikan, perlindungan sumber daya alam, dan penciptaan aset finansial untuk investasi menjadi penting. Oleh karena itu, pembangunan berbasis aset bisa dilihat pada beragamnya program, mulai dari keuangan mikro seperti yang dilakukan oleh Self Employed Women s Association (SEWA) di India 16 dan Grameen Bank di Bangladesh; investasi dalam organisasi-organisasi komunitas yang dikelola oleh komunitas lokal; beberapa program yang dirancang untuk memperkuat modal sosial; peningkatan kapasitas organisasi; pelayanan kesehatan reproduksi; dan pengelolaan sumber daya berbasis-komunitas. Aset... bukan hanya sekadar sumber daya yang digunakan manusia untuk membangun penghidupan aset... memberikan mereka kemampuan untuk menjadi dan bertindak. ~Bebbington, 1999~

59 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset Pembangunan aset dimulai dengan sebuah komunitas atau organisasi belajar menghargai aset yang mereka miliki. Banyak komunitas yang mengabaikan atau tidak menganggap serius nilai dari aset yang sudah mereka miliki. Belajar untuk mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki, lalu mulai memperhitungkannya sebagai aset potensial untuk terlibat dalam pelaksanaan pembangunan merupakan pemahaman kunci dari tradisi yang lahir dari pendekatan pembangunan aset dan pelaksanaan berbasis aset. Pembangunan aset: Memperkuat aset yang sudah ada dan memperluas aset dasar tersebut. Mobilisasi aset: Menyusun, menyiapkan dan mengorganisasikan aset, dan siap menggunakannya untuk ketahanan penghidupan jangka panjang. Berbasis aset: Menghargai dan mengembangkan aset organisasi atau komunitas. Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan 41 Konsep Penghidupan Berkelanjutan berkembang dari karya Robert Chambers dan beberapa tokoh lain pada tahun 1980an. Konsep ini dikembangkan menjadi sebuah pendekatan khusus untuk pembangunan pada akhir 1990an oleh British Department for International Development, dibantu Institute for Development Studies di Inggris. Beberapa organisasi seperti UNDP, CARE (Amerika Serikat), Oxfam (Inggris), dan IISD di Kanada merupakan beberapa pelopor penggunaan pendekatan ini.

60 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable Livelihoods Approach/SLA) ini tumbuh dari kekhawatiran bahwa pengentasan kemiskinan diatasi dengan cara terlalu sempit, yaitu sematamata fokus pada kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan pendapatan. Para pendukung penghidupan berkelanjutan melihat bahwa ada banyak faktor lain yang juga penting untuk dipertimbangkan, termasuk: 42 l Konteks kerentanan dari masyarakat miskin tersebut; l Strategi yang digunakan rumah tangga dan komunitas untuk mengatasi berbagai goncangan; l Seluruh aset manusia, keuangan, sosial, fisik, dan alam dari rumah tangga dan komunitas; dan l Struktur dan proses yang lebih besar (institusi, organisasi, kebijakan, dan legislasi) yang memengaruhi kehidupan manusia. H Kerentanan Konteks Goncangan Musim Tren Perubahan S P Orang Miskin F N pengaruh Kebijakan Institusi Proses Strategi Penghidupan Hasil Penghidupan

61 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset Seluruh faktor ini memengaruhi strategi penghidupan manusia cara-cara untuk mengkombinasikan dan menggunakan aset yang terbuka bagi setiap orang yang mencari hasil penghidupan yang memenuhi tujuan penghidupan masing-masing. 17 Sebagaimana yang dipromosikan oleh DFID dan UNDP, pendekatan penghidupan berkelanjutan memiliki empat fitur penting: l Pertama, titik mulanya adalah bahwa kerentanan terhadap goncangan dan tren menghambat orang untuk memiliki jaminan terhadap penghidupan berkelanjutan. l Kedua, sebagai kerangka analisis, pendekatan ini memberi perhatian pada cakupan aset yang lebih luas yang diperlukan orang untuk membentuk penghidupannya (yaitu manusia, alam, keuangan, fisik, sosial, dan/atau budaya) dan mengamati elemen-elemen ini dalam konteks lingkungan ekonomi, politik, dan institusi yang lebih luas. 43 l Ketiga, sebagai instrumen rancangan kebijakan dan program, pendekatan ini menekankan pendekatan integrasi dalam pelaksanaan pembangunan, di mana campuran beberapa aset yang tepat bisa diciptakan, dipertahankan, dan dialihkan dari satu generasi ke lainnya. l Terakhir, pendekatan ini menempatkan anggota komunitas pada posisi pusat sebagai agen pembangunan yang utama yang bertindak melalui organisasi-organisasi berbasis komunitas, dan berkolaborasi dengan beragam agen lainnya seperti pemerintah lokal, OMS, dan sektor swasta (DFID, 2001; UNDP, 1997). SLA menyediakan alat-alat analisis untuk membangun pemahaman menyeluruh mengenai bagaimana manusia menghadapi krisis atau hidup dalam situasi kerentanan terhadap kemiskinan, maupun kesempatan. Dari pemanfaatan secara menyeluruh atas cakupan aset-aset

62 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan inilah orang mulai mengembangkan pendekatan ABCD. SLA membuka pintu pemetaan aset atau modal komunitas dan bagaimana mereka bisa menggunakan aset tersebut untuk terlibat aktif dalam mengubah situasi mereka. Dalam pembahasan yang lebih terkini tentang SLA, terdapat penekanan yang jauh lebih besar pada pendekatan berbasis aset sebagai prinsip acuan. SLA bertumpu pada apa yang orang lihat sebagai kekuatan dan peluang, bukan masalah dan kebutuhan. Hal ini mendukung strategi penghidupan yang sudah ada 18 Pengecualian Positif 44 Pengaruh penting lainnya pada pemikiran berbasis aset adalah strategi untuk menemukan contoh-contoh positif tentang apa yang diinginkan dalam konteks saat ini. Berdasarkan analisis ini, setiap orang bisa menemukan contoh bagaimana mengatasi kesulitan dengan cara yang lebih dikehendaki untuk setiap situasi. Dengan kata lain, konteks apapun juga bisa dianalisis untuk memberikan contoh perilaku yang mencerminkan praktik yang diinginkan. Ada beberapa orang yang bisa melakukannya, atau melakukannya dengan lebih baik dibanding orang-orang di sekitar mereka walau semuanya memiliki akses terhadap sumber daya yang sama. Organisasi yang menggunakan pendekatan ini biasanya mencari orang-orang yang memiliki kinerja sangat baik dan tidak hanya memberikan penghargaan kepada mereka, melainkan juga meneliti bagaimana mereka bisa melakukan pencapaian tersebut. Artinya, fokus perubahan adalah dengan mengalokasikan waktu untuk memelajari mengapa orang hebat tersebut bisa melakukan hal yang hebat dalam konteks yang sama dengan yang lain. Apa yang mereka lakukan untuk mencapai apa yang tidak bisa dicapai oleh rekannya dalam konteks yang sama.

63 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset Komunitas pun bisa mengidentifikasi siapa yang bisa disebut champion dari anggota mereka. Bisa jadi seseorang petani yang lebih baik, memiliki anak yang lebih sehat, memiliki usaha yang lebih baik, atau memiliki usulan yang lebih baik untuk mencapai perubahan yang diiinginkan. Bagi ACCESS, menemukan dan mendukung pembaru atau champion lokal atau cerita perubahan yang mengilustrasikan pendekatan yang baru dan inovatif terletak pada pusat hampir seluruh aspek kegiatannya. Misalnya, sebelum Pertemuan Apresiatif Kabupaten tentang Pemberdayaan Warga dan Organisasi, sebuah proses wawancara yang panjang dilakukan untuk menemukan para pembaru demokrasi di kabupaten yang akan diundang untuk berpartisipasi dalam acara tersebut. Inisiatif Penyimpangan Positif 19 barangkali adalah contoh terbaik sebuah pendekatan mengadopsi cara ini untuk mendorong perubahan. Penyimpangan Positif memiliki langkahlangkah dan pemahaman yang serupa dengan banyak pendekatan berbasis aset lainnya, dan akan dibahas lebih lanjut kemudian. Seperti pendekatan berbasis aset lainnya, titik awal dari perubahan bukanlah analisis kritis dan pengetahuan, melainkan eksplorasi praktik atau perilaku yang ada apa yang berjalan dengan baik yang bisa diamati dan ditingkatkan untuk penerapan yang lebih luas. 45 Modal Sosial 20 Modal sosial mengacu kepada hasil atau modal yang didapatkan oleh masyarakat ketika dua atau lebih warganya bekerja untuk kebaikan bersama membantu warga lain di masyarakat tanpa tujuan mencari keuntungan. Modal sosial dalam konteks ini mengacu pada aset yang didapat oleh sebuah komunitas ketika beberapa orang membentuk asosiasi atau kelompok untuk keswadayaan atau untuk kebaikan bersama. Modal sosial merupakan bagian penting

64 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan dari pendekatan Penghidupan Berkelanjutan. Namun demikian peran pentingnya sebagai aset pembangunan teridentifikasi lebih jelas pada pendekatan berbasis aset yang lebih baru. Modal sosial telah banyak diteliti sejak Robert Putnam dalam studinya mengenai perbedaan regional kesejahteraan ekonomi di Italia Utara mengidentifikasi hubungan antara kesejahteraan ekonomi dan keanggotaan dalam asosiasi dan jejaring sosial (yang mewakili modal sosial dalam sebuah komunitas). Hasil risetnya menunjukkan bagaimana kepercayaan dan kerja sama yang ditemukan dalam kelompok-kelompok swadaya atau kelompok sosial meningkatkan aliran informasi, mengembangkan potensi dari usaha-usaha individu dan kolektif, dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi lokal. 46 Modal sosial tidak mengacu kepada cara anggota sebuah keluarga saling membantu, tetapi bisa berlaku pada komunitas -komunitas di unit kecil, lebih kecil dari desa, di negara berkembang di mana banyak rumahtangga merupakan bagian dari sebuah keluarga besar atau memiliki hubungan keluarga. Putman, dan beberapa tokoh lainnya yang kemudian menekuni bidang yang dipeloporinya, mendeskripsikan modal sosial sebagai kumpulan: l Keyakinan (rasa saling percaya) antar-anggota sebuah masyarakat atau komunitas tertentu l Kelompok-kelompok di dalam komunitas tersebut l Norma sosial yang diterapkan kelompok-kelompok tersebut l Jejaring sosial atau relasi antar kelompok dan individu dalam kelompok l Organisasi atau kelompok lebih formal yang bekerja untuk kebaikan bersama masyarakat lebih luas, tidak hanya untuk anggotanya Seluruh faktor ini membentuk interaksi para aktor dalam masyarakat atau komunitas dan dianggap sebagai aset individu dan kolektif untuk menciptakan kesejahteraan. Di antara para

65 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset pelaku pendekatan berbasis aset, selain untuk keperluan bisnis dan pekerjaan, modal sosial atau kehidupan berasosiasi semakin dianggap sebagai aset yang memberikan akses terhadap aset lainnya. Hal ini dikarenakan mereka yang secara sosial terkoneksi dalam hubungan kerja sama dan saling percaya memiliki jembatan atau gerbang menuju beragam aset berguna lainnya yang dimiliki orang lain dalam komunitas tersebut. Mereka yang tidak punya akses terhadap asosiasi sosial, atau terisolasi secara sosial, biasanya adalah yang paling miskin dan termarjinalisasi dalam komunitas manapun. Pengalaman menunjukkan bahwa ketika ada komitmen kuat dalam sebuah masyarakat untuk membangun dan mempertahankan modal sosial, maka komitmen untuk aksi bersama demi perubahan akan lebih mudah terjadi. Dengan demikian, membantu komunitas untuk lebih sadar akan modal sosial yang dimilikinya (misalnya berbagai jenis asosiasi dan kelompok yang dianggotai warga) merupakan sebuah cara untuk membangun kapasitas mereka agar bekerja sama demi perubahan. 47 Beberapa peneliti yang melanjutkan riset awal Robert Pittman menemukan bahwa perbedaan yang dinyatakannya antara modal sosial yang mengikat (yang bisa membuat kita bertahan hidup) dan modal sosial yang menjembatani (yang bisa membuat kita terhubung dengan berbagai jaringan untuk meningkatkan pilihan penghidupan) amat bermanfaat. Modal sosial yang menjembatani merupakan hubungan yang mereka miliki dengan kelompok dan institusi yang memiliki sumber daya di luar batasan tradisional keluarga atau komunitas mereka. Dalam pendekatan berbasis aset, modal sosial mengikat menjadi sumber inspirasi dan keyakinan tentang pentingnya aksi kolektif. Sementara itu, modal sosial yang menjembatani merupakan cara bagi komunitas untuk memperkuat hubungan mereka dengan pemerintah lokal, organisasi masyarakat sipil, dan donor yang potensial. Beberapa penulis modern sekarang menyebut yang terakhir sebagai mengaitkan modal sosial. Mengaitkan modal sosial termasuk menjangkau ke

66 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan luar komunitas untuk membangun hubungan dengan kelompok-kelompok yang sama-sama terhubung dengan organisasi kunci, seperti departemen pemerintah, tetapi belum tentu terkait satu sama lain Karena modal sosial dalam bentuk apapun adalah tentang membangun hubungan, dan membangun hubungan merupakan faktor kunci untuk peningkatan kapasitas organisasi dan komunitas, maka modal sosial merupakan elemen kunci dalam seluruh kegiatan pembangunan di tingkat lokal. Asosiasi, kelompok, dan jejaring sosial menyediakan hubungan dan pengalaman usaha kolektif bagi individu dan kebaikan bersama. Hal ini juga akan mengarah ke pertumbuhan tingkat ekonomi lokal. Beberapa studi membuktikan bahwa ketika ada dukungan untuk modal sosial, terutama dalam konteks desentralisasi, maka hubungan kemitraan yang lebih efektif dengan pemerintah lokal dalam pengelolaan sumber daya lokal lebih mungkin terjadi. 22 Ketika komunitas meningkatkan penggunaan modal sosial mereka, maka mereka juga memperkuat kapasitas mereka untuk mendapatkan respon yang lebih bagus dari pemerintah. Hal ini akan dibahas kemudian. Di balik seluruh pendekatan berbasis aset, terdapat beragam asosiasi dan jaringan sosial yang membentuk unsur-unsur kehidupan komunitas dan usaha bersama. Komunitas menunjukkan kapasitas mereka sebagai warga dengan membuat perubahan melalui kehidupan mereka yang saling berhubungan. Dinamika Kekuasaan dan Suara Warga Pendekatan berbasis aset biasanya tidak langsung menantang dinamika kekuasaan yang tidak setara, misalnya antara yang menindas dan tertindas. Meskipun advokasi penting dalam perubahan sosial, pendekatan berbasis aset mencari sekutu dan dialog, ketimbang konfrontasi dan protes saat berbicara tentang advokasi. Untuk alasan ini, pendekatan berbasis aset pada

67 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset mulanya mungkin terlihat kurang efektif dalam situasi di mana ketidakadilan dan penindasan terjadi dalam skala besar dan mengakar. Jika kekerasan dan konflik sosial internal terus terjadi baik pada tingkat masyarakat maupun dalam konteks keluarga, orang tidak memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara tanpa kekerasan. Selain itu, korban kekerasan pada umumnya tidak memiliki banyak pilihan selain mengikuti parameter yang ditentukan mereka yang memiliki kekuasaan penuh. Jadi, pertanyaan yang banyak ditujukan kepada pendukung pendekatan berbasis aset adalah apakah pendekatan ini bisa digunakan untuk mengatasi konflik sosial dan domestik, dan apakah pendekatan ini efektif untuk mengatasi ketidakadilan sosial. Pada tahun 1999, Mary Anderson menulis sebuah buku berjudul Do No Harm: How Aid Can Support Peace or War. Berdasarkan refleksi atas pengalaman membangun perdamaian di Timur Tengah, Anderson menjelaskan beberapa cara di mana lembaga-lembaga donor bisa mengidentifikasi dan membangun dari apa yang disebut dengan kapasitas lokal untuk mewujudkan perdamaian. Dengan menganalisis pengalaman-pengalaman masa lalu dalam situasi konflik manapun, seorang pekerja sosial akan mampu menemukan pola perilaku, termasuk orang, lokasi, dan peristiwa, yang cenderung mendorong terwujudnya perdamaian. Para pekerja sosial dianjurkan untuk belajar dari analisis terhadap aksi membangun perdamaian di masa lalu dan menggunakan pola perilaku tersebut, daripada menggunakan cara-cara yang dapat mengekskalasi konflik. Pola-pola atau kapasitas-kapasitas yang menghubungkan dan bukan memisahkan mereka yang hidup di daerah konflik adalah apa yang bisa kita sebut juga sebagai aset membangun perdamaian dalam komunitas manapun. Jika aset adalah apapun dalam konteks kita sekarang yang bisa membantu mencapai tujuan, maka yang disebut Mary Anderson sebagai konektor atau kapasitas lokal untuk membangun perdamaian mewakili pendekatan positif atau berbasis kekuatan untuk bekerja dalam situasi-situasi konflik yang dibahas dalam buku ini. 49

68 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Sama halnya, pendekatan berbasis aset juga semakin melihat kekuasaan dengan lensa yang berbeda. Dalam pendekatan berbasis aset, kekuasaan bisa dilihat sebagai kekuatan laten yang tersedia bagi semua anggota komunitas. Pemahaman tradisional melihat kekuasaan dipegang oleh organisasi dan institusi formal, dan didominasi oleh konsep memiliki kekuasaan atas seseorang, serta dianggap sebagai jumlah yang tetap atau zero sum. 50 Dalam kerangka tradisional mengenai kekuasaan, beberapa orang memegang kekuasaan atas orang yang lain dan kekuasaan itu sifatnya terbatas. Kekuasaan hanya dipegang oleh beberapa orang saja dan mereka yang didominasi merasa tidak berdaya. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mengubah dinamika kekuasaan yang sudah ada adalah dengan terlibat dalam perebutan kekuasaan yang bertujuan untuk merebut kekuasaan dari mereka yang memegangnya untuk mengambil kekuasaan dari satu orang atau kelompok dalam masyarakat dan memberikannya kepada pihak lain. Dinamika kekuasaan berubah berubah ketika mereka yang tidak memiliki kekuasaan merebutnya dari pihak yang berkuasa sekarang. Kerangka berpikir tentang mengabaikan potensi kekuasaan informal dan yang tak terlihat, seperti kekuasaan yang ada pada kita semua untuk menciptakan realitas baru, kekuasaan yang timbul karena hidup di dunia ini, dan kekuasaan untuk berinteraksi dengan lainnya. Tipe-tipe kekuasaan ini biasa disebut juga sebagai kekuasaan yang ada di dalam seseorang, kekuasaan untuk melakukan sesuatu, dan kekuasaan bersama yang datang dari orang bertindak bersama karena mereka peduli. Kekuasaan dari dalam lahir dari harga diri, rasa percaya diri, serta keyakinan di dalam hati memberikan hak bagi seseorang atau sekelompok orang untuk menggunakan kekuasaan laten mereka. Kekuasaan untuk bertindak adalah kemampuan untuk bertindak dan pengakuan bahwa melakukan tindakan adalah kekuatan yang bisa membawa perubahan di masa lalu. Ini adalah kekuasaan untuk menjadi subyek perubahan,

69 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset dan bukan sekadar penerima pasif penggunaan kekuasaan oleh pihak lain. Kekuasaan ada saat orang bertindak bersama-sama. Margaret Mead dikenal telah melihat hal ini ketika ia menulis kutipan terkenalnya: Jangan pernah meragukan bahwa sekelompok kecil orang yang punya kepedulian dan berkomitmen bisa mengubah dunia; sesungguhnya, hanya mereka yang pernah melakukannya. Jadi pendekatan berbasis aset tidak bertanya bagaimana cara mengambil kembali kekuasaan dari kelompok atau dominan. Sebaliknya, pendekatan berbasis aset mencari sumber-sumber baru bagi kekuasaan yang belum digunakan sebelumnya. Kekuasaan bukanlah sesuatu yang bersifat zero sum, atau tidak bisa bertambah, melainkan bisa tumbuh dan meningkat tergantung siapa dan berapa orang dalam komunitas yang bersedia menggunakan kekuasaan mereka. Mereka yang saat ini memiliki kekuasaan tidak harus kehilangan kekuasaannya agar pihak lain memiliki kekuasaan. Ketika pihak lain mengakui kekuasaan laten yang mereka miliki dan menggunakannya, maka totalitas kekuasaan akan membesar, dan pentingnya pemegang kekuasaan secara relatif akan mengecil. Mereka yang tadinya tidak memiliki kekuasaan akan mulai mengakui bahwa kekuasaan bukan komoditas yang tidak bisa diakses, melainkan sebuah sumber daya yang potensial yang sifatnya dinamis, bukan statis. Mereka yang tidak memiliki kekuasaan mulai menyadari bahwa mereka memiliki kekuasaan yang belum digunakan atau diterapkan pada konteks di mana sebelumnya mereka merasa tidak berdaya. Di sisi lain, mereka yang memegang kekuasaan sering kali menyadari bahwa kekuasaan mereka atas orang lain ternyata kurang sah, kurang bermanfaat, atau bahkan tidak lagi relevan. 51

70 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan 52 Di Papua Nugini, sebagai bagian dari proyek peningkatan kapasitas komunitas untuk sekolah dasar, para orang tua dan komunitas dari sebuah sekolah menyadari bahwa mereka memiliki potensi sebagai pemegang kekuasaan untuk membuat perubahan atas sistem pengelolaan sekolah tersebut. Sebelumnya, mereka mengajukan keluhan tentang Badan Pengawas Sekolah, yang terdiri dari para pemilik lahan dan kelompok, tidak efektif dan tidak aktif. Ketika mereka terorganisasi dan mengembangkan rencana aksi serta pemahaman yang jelas tentang bagaimana mereka bisa memobilisasi aset yang mereka miliki, anggota Badan Pengawas Sekolah yang lama memutuskan bahwa mereka tidak memiliki energi untuk melawan dan mempertahankan kekuasaan mereka. Mereka sadar bahwa mereka tidak mempunyai dukungan dari komunitas yang ternyata memiliki lebih banyak gagasan dan lebih banyak sumber daya daripada yang mereka mampu himpun. Akhirnya, mereka mundur dan dengan demikian membuka jalan bagi Badan Pengawas Sekolah yang baru dan lebih representatif. Pendekatan berbasis aset mencari sekutu baru, sumber kekuasaan baru, dan cara-cara kreatif untuk mengenali dan memanfaatkan sumber-sumber kekuasaan yang ada saat ini. Beberapa promotor pendekatan berbasis aset menjelaskan proses perubahan pada dinamika kekuasaan sebagai crowding out atau mendesak keluar penerapan kekuasaan atas pihak lain dengan meningkatkan penerapan kekuasaan dari dalam, bersama, dan untuk bertindak. Mereka yang belum menggunakan potensi kekuasaannya, atau yang mempunyai kekuasaan dalam konteks lainnya, didorong untuk mengakui kekuasaan yang tersedia bagi mereka dan menggunakannya. Ini merupakan dasar dari pendekatan berbasis hak dan program-program partisipatif untuk akuntabilitas sosial lewat promosi suara warga dan tindakan warga yang dikendalikan oleh mereka sendiri.

71 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset Perubahan dalam dinamika kekuasaan yang dicari oleh pendekatan berbasis aset dapat dideskripsikan dalam diagram berikut: Disini Keseimbangan kekuasaaan bersifat konstan Disini Keseimbangan kekuasaaan bersifat dinamis kekuasaaan bersifat berubah 53

72 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Empat strategi kunci yang digunakan oleh pendekatan berbasis aset dalam kaitannya dengan perubahan dinamika kekuasaan adalah: 54 l Perbesar penggunaan sumber kekuasaan yang baru (kekuasaan dari dalam, bersama, dan untuk bertindak) l Desak Keluar penyalahgunaan kekuasaan atas pihak lain, yaitu sekelompok kecil individu atau individu-individu yang dominan l Ciptakan forum-forum interaksi yang bersifat apresiatif, inklusif, dan setara l Dorong Dialog lewat tata kepemerintahan yang bersifat konsultatif/representative dengan menemukan platform baru bagi suara dan akuntabilitas warga l Bentuk platform multi-pihak di mana setiap orang atau perwakilan dari setiap level dalam sebuah sistem atau organisasi bisa menegosiasikan sebuah visi kolektif tentang realitas yang baru Percakapan dan Narasi (Tutur Cerita) Saat ini, banyak pendekatan modern untuk perubahan sosial yang bersifat terbuka dibandingkan sebelumnya. Bertutur cerita dan bercakap bebas di antara anggota komunitas membuat mereka berkumpul untuk saling mendengarkan dan belajar dari sesama. Pendekatan ini percaya bahwa setiap cerita dan setiap percakapan mengandung pembelajaran berharga dan bahan resep kesuksesan yang bisa dijadikan modal utama untuk tindakan di masa yang akan datang. Forum terbuka dan diskusi kelompok kecil ini mendorong adanya percakapan berharga antar warga sebagai awal mula sebuah proses merancang masa depan.

73 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset Contoh terkenal dari diskusi terbuka dalam pertemuan, kecil maupun besar, adalah Open Space Technology 1, yaitu sebuah cara sederhana untuk menggelar rapat kecil dan besar mengenai berbagai topik yang diminati dan ada orang yang dengan semangat mengusung topik pilihannya. Hal yang mirip dengan dan lebih cocok untuk seminar dan lokakarya adalah The Art of Hosting 2, yang mendefinisikan dirinya sebagai cara bagi orang untuk bertemu dan mengembangkan kompetensi mereka melalui percakapan-percakapan untuk menemukan sesuatu. Ketertarikan baru terhadap menyimak aktif atau belajar bagaimana menjadi terbuka terhadap orang lain lewat percakapan tengah dikembangkan oleh Collaborative for Development Action (CDA), yang memperkenalkan kerangka Do No Harm seperti yang diterangkan di atas, dan diberi nama Listening Project. 3 Proyek ini bertujuan untuk mendapatkan umpan balik dari penerima manfaat atau penerima bantuan atau dukungan humanis lainnya hanya dengan menanyakan beberapa pertanyaan terbuka. 55 Pertumbuhan Organik dan Dikendalikan secara Lokal Walau tidak langsung mengkritik akar masalah, banyak contoh atau metode yang diterangkan di atas telah mengubah fokus pelaksanaan pembangunan menuju metode yang bersifat lebih organik dan ekologis. Dalam hal ini, penekanan terletak pada menciptakan lingkungan yang memudahkan proses pertumbuhan dari dalam, dibandingkan bergantung pada intervensi luar untuk mencapai kesuksesan. Ketimbang menciptakan jalur intervensi penting dan mencari tujuan proyek yang mudah diprediksi, cara berpikir tentang pembangunan ini lebih mementingkan memfasilitasi pertumbuhan dengan menciptakan konteks di mana perubahan bisa dikendalikan sendiri, dengan berbagai cara, menuju sebuah tujuan lebih luas atau untuk

74 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan tingkatan lebih tinggi. Kebanyakan dari pendekatan organik seperti ini melihat perubahan sebagai proses evolusi yang didorong oleh mutasi dari dalam sebagai respon terhadap tantangan eksternal dan hasrat mewujudkan kehidupan yang lebih memadai. Pendekatan-pendekatan ini berkembang dari ilmu alam yang mengacu kepada perubahan seperti ini sebagai bio-dinamis atau pendekatan yang endogen terhadap perubahan. 56 Pendekatan Berbasis Hak, yang sekarang menjadi strategi pilihan bagi banyak lembaga, bisa juga dipandang sebagai langkah untuk menuju pendekatan yang organik dan dikendalikan secara internal. Pendekatan berbasis hak menekankan bahwa inisiatif dan mandat untuk pembangunan datang dari dalam masyarakat. Pembangunan harus dipimpin oleh warga dan fokus pada kebutuhan warga akan kesejahteraan mereka. Warga berhak untuk merasakan manfaat dari pembangunan. Namun, walau pendekatan berbasis aset didorong oleh hak dan nilai, pendekatan ini juga melengkapi afirmasi sederhana bahwa warga juga memiliki hak atas pembangunan. Warga juga memiliki hak untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan mereka sendiri. Mereka berhak atas ruang dan sumber daya yang memudahkan mereka untuk menjadi agen perubahan. Dalam hal ini, pendekatan berbasis aset mendorong kita untuk mempromosikan inisiatif pembangunan yang dipimpin oleh aktor, di mana pemerintah dilihat sebagai pihak yang bekerja sama, bukan pelaku atau badan yang bertanggung jawab untuk perubahan. Akhir kata, bisa dikatakan bahwa Prinsip Pembangunan seperti yang dicanangkan dalam tiga pertemuan terakhir OECD High Level Forums on Aid Effectiveness 4 lebih konsisten dengan pendekatan berbasis aset. Penekanan untuk memanfaatkan sistem dan proses suatu pemerintah atau organisasi lokal, dan menyediakan dukungan dana untuk inisiatif lokal merupakan sebuah pengakuan bahwa titik mula pendekatan ini harus bertumpu pada penguatan kapasitas lokal dan dukungan terhadap upaya-upaya lokal. Demikian juga prinsip-prinsip pembangunan yang terdapat dalam pernyataan tentang keefektifan bantuan ini menekankan bahwa dukungan

75 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset pembangunan asing (Overseas Development Assistance/ODA) perlu dirancang berdasarkan mendapatkan visi masa depan yang disetujui bersama sambil mengembangkan kompetensi lokal untuk mencapai visi ini. Beberapa Poin Rangkuman Bab ini l Bab ini mendiskusikan berbagai macam, walau tidak semua, pengaruh di balik pendekatan berbasis aset. l Pendekatan partisipatif telah diterapkan dalam pembangunan selama lebih dari 20 tahun. Pendekatan berbasis aset masih terbuka untuk menggunakan metode-metode partisipatif dan mendukung tujuan pendekatan partisipatif sebagai usaha untuk memposisikan warga di ruang kendali utama untuk mengarahkan pembangunan mereka sendiri. 57 l Pendekatan berbasis aset juga berdasar kepada tren baru yang disebut Psikologi Positif, yang menekankan pada membantu orang dan organisasi untuk fokus pada, dan bekerja untuk, mengembangkan citra dan strategi positif guna mengatasi tantangan-tantangan kehidupan. l Pemetaan aset sudah ada selama bertahun-tahun dan diakui sebagai strategi yang dapat digunakan oleh organisasi-organisasi warga yang tertarik untuk mendorong perubahan sosial. l Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan muncul pada awal tahun 1990an sebagai cara untuk mengatasi kerentanan dalam komunitas miskin dan kebanyakan di wilayah pedesaan. Pendekatan ini mendorong penggunaan aset yang lebih kuat di mana ada modal yang lebih besar sebagai cara untuk mengatasi aset yang lebih lemah atau kekurangan yang

76 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan bisa menyebabkan kemiskinan dan ketergantungan. SLA merupakan salah satu pendekatan pertama yang secara gamblang mengidentifikasi kategori yang bisa digunakan untuk mendokumentasikan inventarisasi aset. l Walau kontribusi modal sosial terhadap pembangunan telah diakui selama bertahun-tahun, ketika dikombinasikan dengan asosiasi atau organisasi warga, maka kesatuan ini menjadi aset paling penting yang dimiliki komunitas. Pengembangan kapasitas organisasi juga mengidentifikasi peningkatan kualitas relasi antarkelompok sebagai strategi kunci untuk mempromosikan peningkatan fungsionalitas. 58 l Pada mulanya, pendekatan berbasis aset terlihat tidak cukup memberi penekanan pada dominasi kekuasaan dan penindasan. Salah satu alasannya adalah karena pendekatan berbasis aset melihat dinamika kekuasaan dengan cara yang sangat berbeda. Kekuasaan ada pada setiap orang dan tumbuh melalui hubungan dan kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Mengeluarkan dan menumbuhkan kekuasaan ini untuk bekerja sama, dan bukan untuk mengkonfrontasi pemegang kekuasaan, adalah strategi yang digunakan untuk pendekatan berbasis aset. l Ada beberapa gaya percakapan dan pendekatan naratif (atau bertutur cerita secara terstruktur) dan penggunaannya sudah dipromosikan oleh banyak organisasi. Hal ini juga merupakan salah satu modal dasar untuk kegiatan pembangunan berbasis aset. l Akhir kata, kebalikan dari pendekatan berbasis logika dan kaku yang digunakan dalam industri konstruksi, dan dapat dilihat dalam aplikasi ketat pendekatan LogFrame, pendekatan berbasis aset mengacu kepada contoh pertumbuhan organik dan evolusioner seperti yang terjadi di alam.

77 Pengaruh Historis pada Pendekatan Berbasis Aset 59

78 60 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan

79 Teori-Teori Perubahan dalam Berbagai Pendekatan Berbasis Kekuatan 61 Baba 4 Teori-Teori 61 Perubahan dalam Berbagai Pendekatan Berbasis Kekuatan

80 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Ikhtisar Bab ini menjelaskan filosofi pembangunan yang digunakan banyak pendekatan berbasis kekuatan. Pendekatan berbasis kekuatan membuat asumsi tentang realitas dan bagaimana perubahan terjadi. Asumsi-asumsi ini dibuat berdasarkan melihat realitas dengan cara yang berbeda dari pendekatan lain yang menggunakan pendekatan berbasis masalah untuk menciptakan perubahan. 62 Bab ini membahas asumsi-asumi tersebut, termasuk di antaranya: l Tiap aspek kehidupan dan setiap orang dalam sebuah organisasi atau komunitas punya potensi untuk berkontribusi dengan cara yang unik. Lingkungan fisik dan alam tempat kita hidup adalah sumber berkelimpahan aset-aset atau peluang-peluang yang kurang dimanfaatkan. l Realitas diubah oleh gambaran yang kita miliki tentang masa depan dan tindakan yang kita ambil untuk merealisasikan gambaran tersebut. l Proses perubahan bagi organisasi dan komunitas harus merefleksikan apa yang terjadi di dunia alam dan akan lebih efektif jika terjadi secara organik. l Masyarakat dan organisasi kemungkinan akan berkembang lebih cepat menuju apa yang mereka pahami sebagai pemberi kehidupan dan energi positif. Bab ini juga menjelaskan prinsip-prinsip operasional yang lahir dari landasan teori-teori tersebut. Teori Perubahan dalam Pendekatan Berbasis Kekuatan Sebuah teori pada dasarnya adalah sebuah hipotesis atau dugaan berdasarkan pengetahuan yang masih harus diuji. Setiap teori juga merupakan kumpulan asumsi yang didasarkan pada

81 Teori-Teori Perubahan dalam Berbagai Pendekatan Berbasis Kekuatan pengalaman dan analisis terhadap pengalaman tersebut. Sebuah teori adalah ekspektasi akan realitas seharusnya bagaimana. Teori perubahan adalah sebuah dalil atau pernyataan yang mendeskripsikan usulan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencapai hasil yang diinginkan. Di balik sebagian besar kegiatan-kegiatan pembangunan dan strategi-strategi perubahan organisasi tradisional terdapat sebuah rancangan dan rencana kerja. Rancangan dan rencana kerja sebuah program menguraikan implementasi teori perubahan tertentu. Teori perubahan memberi alasan mengapa kita terlibat dalam sejumlah kegiatan untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan. Sebuah teori umumnya menyatakan bahwa saat seseorang atau kelompok terlibat dalam sejumlah kegiatan maka hasil akhirnya bisa diperkirakan atau apa yang kita yakinkan akan terjadi. Misalnya, jika seorang petani menanam benih jagung di waktu tertentu dan kemudian menggarap tanahnya dengan cara khusus, maka petani itu bisa memperkirakan hasilnya berupa panen jagung. Saat orang-orang merancang sebuah program untuk menciptakan perubahan sosial atau perilaku, mereka mempunyai teori tentang bagaimana perubahan ituyang akan terjadi. 63 Kebanyakan proyek tradisional mengembangkan teori perubahan dari model defisit mengidentifikasi apa yang salah dan menjalankan aktivitas yang diperlukan untuk memperbaikinya. Kebanyakan model pembangunan tradisional juga mengandung teoriteori yang berasumsi bahwa titik mulai adalah ground zero atau titik nol atau bahwa sangat sedikit dari konteks yang ada saat ini yang bisa digunakan. Kebanyakan teori perubahan untuk pembangunan mencari dan mengisi kesenjangan atau ruang kosong dengan memperkealkan tindakan atau kegiatan baru dari luar.

82 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Di sisi lain, pendekatan berbasis kekuatan melihat realitas dengan cara yang jauh lebih alami dan holistik. Kegiatan pembangunan harus ditetapkan dalam konteks organisme hidup yang memiliki sejarah dan aspirasi untuk masa depan yang lebih baik. Selain menggunakan logika dan analisis, memori dan imajinasi juga penting dihidupkan dalam mencipta perubahan. Proses perubahan adalah upaya bersengaja mengumpulkan apa yang memberi hidup pada masa lalu (memori) dan apa yang memberi harapan untuk masa depan (imajinasi). Proses tersebut didasarkan pada apa yang sedang terjadi sekarang dan memobilisasi apa yang sudah ada sebagai potensi. Kerangka Teori dan Asumsi-Asumsi yang Digunakan 64 Berikut ini adalah beberapa kerangka dasar atau fondasi teori menjadi bagian dari teori perubahan bagi pendekatan berbasis kekuatan untuk pembangunan 5 : 1. Keberlimpahan masa kini Setiap orang punya kapasitas, kemampuan, bakat dan gagasan. Setiap kelompok punya sistem dan sumber daya yang bisa digunakan dan diadaptasi untuk proses perubahan. 2. Pembangunan inside out atau dari dalam ke luar Perubahan yang bermakna dan berkelanjutan pada dasarnya bersumber dari dalam dan orang merasa yakin untuk menapak menuju masa depan saat mereka bisa memanfaatkan kesuksesan masa lalunya. 3. Proses Apresiatif Setiap orang punya pilihan untuk melihat realitas dari sisi negatif atau sisi positif. Anda bisa melihat sebuah gelas sebagai setengah penuh atau setengah kosong. Pendekatan berbasis kekuatan menggunakan teori ini untuk menawarkan pandangan bahwa sementara selalu ada dua sisi untuk realitas apa pun, memusatkan perhatian pada kedua sisi

83 Teori-Teori Perubahan dalam Berbagai Pendekatan Berbasis Kekuatan positif dan negatif akan memberi gambaran realitas yang lebih lengkap, tetapi memusatkan perhatian pada hal yang positif atau gelas yang setengah penuh akan lebih mungkin membantu masyarakat dan organisasi berubah. Pendekatan berbasis kekuatan bersengaja mengamati dan mendorong sisi realitas yang bisa diapresiasi. Pendekatan berbasis kekuatan melacak apa yang ingin kita lihat lebih banyak dan mengembangkan apa yang telah berhasil sejauh ini. 4. Pengecualian positif dalam setiap komunitas sering kali ada sesuatu yang bekerja dengan baik dan seseorang yang berhasil secara istimewa, kendati menggunakan sumber daya yang sama. Ini adalah prinsip yang mendasari teori Positive Deviance. Menurut teori ini, titik mula adalah mencari dan menganalisis contoh-contoh mereka yang lebih berhasil meski menggunakan sumber daya yang sama seperti semua orang lain. Titik awal perubahan adalah mengamati perilaku yang patut dicontoh, bukan kekurangan dan kelemahan. Pengetahuan dan perubahan sikap adalah hasil dari aplikasi ulang dan adaptasi perilaku sukses yang sudah ada Konstruksi Sosial atas Realitas tidak ada situasi sosial yang telah ditentukan sebelumnya. Kita selalu mengkonstruksikan sendiri realitas yang kita jalani apapun yang kita lakukan merupakan langkah pertama menuju apa yang kita wujudkan. Appreciative Inquiry dan pendekatan berbasis aset lain beranjak dari teori ini. 6 Banyak pendekatan berbasis aset yang menyatakan kita bergerak menuju realitas yang kita paling menarik perhatian kita. Apa yang kita bicarakan menjadi fokus kita, dan apa yang kita inginkan sangat mungkin terwujud karena kita selalu menciptakan peluang dan membuat pilihan untuk mewujudkannya. Bahkan apa yang ingin kita ketahui, dan saat kita mulai proses pencarian, maka kita memulai proses perubahan. Jadi jika kita ingin perubahan positif maka kita harus mencari tahu tentang berbagai hal yang paling mungkin membuat perubahan itu terjadi.

84 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan 6. Hipotesis Heliotropik sistem-sistem sosial berevolusi menuju gambaran paling positif yang mereka miliki tentang dirinya. Mungkin hal ini tidak disadari atau didiskusikan secara terbuka namun gambaran-gambaran itu menjelaskan alasan mengapa kita melakukan halhal tertentu. Contoh paling baik tentang hal ini ditemukan di biologi benda hidup tumbuh menuju sumber cahaya, dan mereka berkembang dengan cara-cara agar bisa lebih maksimal meraih cahaya tersebut. AI menggunakan ini dengan menyatakan bahwa ketika gambaran masa depan kita positif, memberi semangat dan inklusif, maka kemungkinan besar kita akan lebih terlibat dan mempunyai energi yang lebih besar untuk mewujudkannya. Selalu penting untuk yakin bahwa perubahan yang dicari adalah gambaran realitas yang positif dan diinginkan bukan sesuatu yang negatif atau tidak diinginkan Dialog Internal Anda bisa mengukur dan memengaruhi bagaimana sebuah organisasi berfungsi dengan memerhatikannya dan mengubah dialog internal yang terjadi di dalam organisasi tersebut. Riset oleh Profesor Marcial Losada dan Barbara Fredrickson tentang Organisasi dengan Kinerja Tinggi dan Rendah memperlihatkan efek ini. 7 Mereka memberikan beberapa bukti untuk menunjukkan bahwa jika sebagian besar hubungan kita berdasarkan interaksi positif, maka besar kemungkinan hubungan tersebut akan berkembang. Akibatnya, Jika dialog internal (atau percakapan antar anggota) positif, terbuka terhadap perubahan, dan kolaboratif maka organisasi itu akan menjadi lebih kuat. AI mengambil dari teori ini dengan menyatakan bahwa jika kita fokus pada kekuatan dan kesuksesan maka kita bisa menemukan energi yang lebih besar untuk perubahan dan kita bisa menciptakan lingkungan yang mendukung terjadinya perubahan. Menariknya, dialog internal ini sangat terkait dengan bertutur cerita dan interaksi informal, sama seperti keterkaitannya dengan pernyataan misi dan KPA atau alat manajemen organisasi lainnya.

85 Teori-Teori Perubahan dalam Berbagai Pendekatan Berbasis Kekuatan 8. Keterlibatan Seluruh Sistem Cara berpikir sistem atau systems thinking (bagaimana segala sesuatu bekerja dalam sistem atau saling terhubung, dengan masing-masing bagian saling memengaruhi dalam menentukan apa yang akan terjadi) diadaptasi untuk diterapkan pada sistem sosial dan organisasi oleh Peter Checkland, dan telah menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai Soft Systems Methodology (SSM). 8 Metodologi ini beranggapan bahwa sebuah organisasi atau kumpulan kelompok yang bekerja menuju tujuan bersama dapat berubah dengan menemukan cara untuk memengaruhi bagian-bagian dalam rantai unit yang saling berinteraksi. AI menggunakan sebagian teori di balik systems thinking dan SSM dengan menawarkan bahwa jika ingin melakukan perubahan seluruh sistem harus dilibatkan keseluruhan organisasi dan mitranya semua yang berhubungan dengan apa yang sedang diusahakan. Ini bisa berarti agen dan klien; pembeli dan penjual; guru dan siswanya; atau dalam pendekatan program, semua mitra yang berbeda-beda. Kebanyakan program AI akhirakhir ini dimulai dengan apa yang disebut sebagai AI Summit Teori Naratif Penggunaan percakapan semi terstruktur makin sering digunakan dan dilihat sabagai cara mendorong pemahaman dan fokus komunitas pada apa yang menjadi kepedulian bersama kelompok. Percakapan merupakan bentuk lain mendorong bertutur cerita dalam format yang terlalu terstruktur. Percakapan adalah belajar mengidentifikasi apa yang dianggap penting lewat suasana terbuka dan tidak terlalu formal. Salah satu contoh adalah World Café yang biasanya dipakai sebagai pertemuan kelompok yang sedang mencari arah, dan dijelaskan sebagai usaha interaksi pemikiran yang lewat percakapan tentang pertanyaan yang benar-benar penting. 9

86 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Prinsip-Prinsip Operasional dalam Pembangunan Berbasis Kekuatan 68 Cara lain memahami pendekatan berbasis aset adalah mempelajari prinsip-prinsip operasional yang secara konsisten ditemukan dalam aplikasi pendekatan berbasis aset. Prinsip operasional digunakan untuk membantu kita memilih tindakan dengan lebih bersengaja karena tindakantindakan itu mewakili konsistensi dalam kerangka kerja kegiatan kita. Prinsip-prinsip operasional di bawah ini diambil dari berbagai tulisan tentang bagaimana dan mengapa orang menggunakan pendekatan berbasis aset. Tentunya terdapat konsistensi dan tumpang tindih dengan berbagai teori perubahan yang telah dijelaskan sebelumnya. 1. Prinsip Konstruksionis: Kata-kata mencipta dunia; makna diciptakan secara sosial, lewat bahasa dan percakapan. 2. Prinsip Simultan: Proses bertanya akan mencipta perubahan; begitu kita mengajukan pertanyaan, kita mulai mencipta perubahan. 3. Prinsip Puisi: Kita bisa memilih apa yang ingin kita pelajari; organisasi, bagaikan buku yang terbuka, adalah sumber informasi dan pembelajaran yang tak ada habisnya. 4. Prinsip Antisipasi: Sistem manusia bergerak menuju gambar atau visualisasi yang dimiliki; apa menjadi pilihan untuk dipelajari mempunyai arti. Sistem sosial berevolusi ke arah gambaran paling positif yang dimiliki tentang dirinya. 5. Prinsip Positif: Pertanyaan positif menghasilkan perubahan positif. Jika Anda mengubah dialog internal (apa yang dibicarakan orang-orang dalam sebuah organisasi), Anda mengubah organisasi itu sendiri.

87 Teori-Teori Perubahan dalam Berbagai Pendekatan Berbasis Kekuatan 6. Prinsip Keutuhan: Keutuhan menarik yang terbaik dari orang dan organisasi; membawa seluruh pemegang kepentingan dalam forum bersama yang mendorong kreativitas dan membangun kapasitas kolektif. 7. Prinsip Bertindak: Untuk benar-benar membuat perubahan, kita harus menjadi perubahan yang ingin kita lihat. 8. Prinsip Bebas Memilih: Orang akan bekerja lebih baik dan lebih berkomitmen ketika mereka punya kebebasan untuk memilih bagaimana dan apa yang ingin mereka kontribusikan. 9. Prinsip Kelentingan: Setiap individu, kelompok, atau institusi memiliki sesuatu yang telah memberi hidup di masa lalu dan beberapa aset yang mendukung mereka di masa sekarang. Setiap komunitas punya potensi sumber daya lebih banyak daripada yang diketahui siapapun Prinsip Organik: Semua yang hidup punya cetak biru bagi kesuksesannya sendiri atau pengembangan diri yang tertulis di dalamnya. Yang diperlukan hanyalah lingkungan yang merawat dan mendukungnya. Hal ini berhubungan dengan teori keanekaragaman hayati termasuk praktik permakultur dalam pertanian.

88 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Beberapa Poin Rangkuman Bab Ini l Pendekatan berbasis kekuatan melibatkan berbagai cara berpikir yang berbeda tentang realitas dan perubahan. Cara-cara berpikir ini terutama berkembang dari teori bahwa masa depan dibentuk oleh cara kita berpikir, berbicara, dan bertindak sekarang. Semua yang kita katakan dan lakukan adalah langkah pertama menuju realitas masa depan. Perubahan positif lebih mungkin terjadi jika kita berpikir positif tentang masa depan dan berbicara dengan cara yang sudah merefleksikan masa depan yang ingin kita lihat. 70 l Metode teoritis untuk perubahan dalam berpikir berbasis aset diambil dari alam dan cara lingkungan alam berubah secara organik dan berinteraksi secara holistik. l Berpikir kreatif, atau apa yang kadang sering disebut cara berpikir otak kanan sangat berguna karena membantu kita mengaktifkan imajinasi dan membuka banyak kesempatan yang sebelumnya mungkin tidak akan terpikirkan. Pemikiran ini mendorong kita melihat realitas dengan cara berbeda. l Karena manusia, organisasi, dan komunitas tempat mereka berada pada dasarnya mampu secara inheren untuk bergerak maju menuju respon hidup yang lebih sesuai, maka perubahan dimulai saat dua orang atau lebih berkumpul untuk saling bertutur cerita dan berinteraksi dalam percakapan-percakapan yang kaya. Percakapan dan pendekatan naratif adalah alat paling fundamental untuk mencipta perubahan sosial menurut cara berpikir berbasis aset dan apresiatif.

89 Teori-Teori Perubahan dalam Berbagai Pendekatan Berbasis Kekuatan 71

90 72 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan

91 Hubungan antara Warga dan Pemerintah 73 BAB 5 Hubungan antara Warga dan Pemerintah 73

92 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Ikhtisar Bab ini akan membahas bagaimana pendekatan berbasis aset mendorong peluang membangun kemitraan dengan pemerintah dan dengan demikian meningkatkan kinerja pemerintah serta memberi manfaat bagi warga. Bab ini mencakup topik-topik sebagai berikut: 74 l Forum Multipihak l Desentralisasi l Produksi Bersama l Sisi Permintaan dan Penawaran Forum Multipihak Pendekatan apresiatif untuk perubahan organisasi dan pendekatan berbasis aset untuk pengembangan warga semakin menyadari pentingnya dengan mengumpulkan perwakilan dari seluruh sistem, termasuk para manajer atau level senior, level menengah dan level bawah atau penerima manfaat utama. David Cooperrider menggambarkannya sebagai kombinasi pendekatan bawah ke atas dan atas ke bawah yang disatukan. Ada pula yang menyebutkan platform multi pihak di mana semua pemain ada di ruang yang sama pada waktu yang sama. Ini adalah sebuah pencarian kolektif oleh semua yang mungkin akan kena pengaruh kegiatan-kegiatan proyek sekaligus sebuah persetujuan kolektif untuk bekerja secara kolaboratif untuk mewujudkan masa depan yang disepakati.

93 Hubungan antara Warga dan Pemerintah Salah seorang pendukung awal proses interaksi multipihak ini adalah Peter Checkland, yang mengembangkan Soft Systems Methodology (SSM) pada awal 1990-an. SSM adalah pendekatan lain yang melihat bahwa perilaku manusia adalah bagian dari sebuah sistem yang lebih utuh dan organic, dan setiap aspek dari sistem organik itu memengaruhi setiap bagian lainnya. SSM berusaha melibatkan seluruh sistem dengan mencari cara untuk menstimulasi pertumbuhan dari dalam sistem, bukan merancang dan mengatur perubahan dari luar. Gawe Rapah Warga adalah kegiatan tradisional di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Komunitas dan para pemimpinnya berkumpul dalam satu pertemuan untuk mengungkapkan keluhan, mempertimbangkan pilihan dan menyepakati strategi untuk masa depan. Kesepakatan yang dicapai mengikat semua pihak. Ini adalah contoh bagus tentang pemanfaatan forum multi pihak tradisional untuk berpikir kreatif dan mnyepakati tindakan untuk masa depan. Jaringan Masyarakat Sipil adalah sebuah organisasi masyarakat sipil di Lombok Barat yang mengaplikasikan strategi tradisional dan efektif ini pada kerja sama komunitas dan pemerintah daerah guna meningkatkan pelayanan publik Dasar untuk mengelola dan memantau proses perubahan lewat kegiatan-kegiatan multi pihak terletak pada prinsip-prinsip kunci pendekatan berbasis aset. Yaitu bahwa setiap anggota sistem memiliki kontribusi yang relevan pada proses perubahan dan setiap orang memiliki pemahaman yang berhubungan dengan bagiannya masing-masing dalam proses perubahan, yang harus diikutsertakan dalam rencana besar sistem itu.

94 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Desentralisasi dan Partisipasi Warga dalam Pemerintahan Desentralisasi terjadi saat pemerintah pusat memberi kekuasaan bagi aktor atau institusi di tingkat bawah. Desentralisasi memiliki banyak bentuk, seperti ditampilkan dalam tabel di bawah ini. Dalam kasus-kasus di mana desentralisasi sumber daya mengikuti desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah lokal, kemitraan yang lebih tulus antara komunitas dan pemerintah lokal mulai muncul, sebagai akibat lebih terlibatnya warga dalam pengambilan keputusan atas distribusi sumber daya. Desentralisasi Desentralisasi Politik atau Demokratik Desentralisasi Administratif Desentralisasi Fiskal Privatisasi Manajemen bersama (Produksi bersama) Kekuasaan dan sumber daya dialihkan kepada pihak berwenang yang mewakili (dan bertanggung jawab kepada) populasi lokal. Kekuasaan dan sumber daya dialihkan kepada cabang lokal pemerintah pusat. Badan-badan yang bertanggung jawab ke atas adalah lembaga administratif lokal perpanjangan dari pemerintah pusat. Pelimpahan kekuasaan secara permanen kepada entitas non-pemerintah termasuk individu, perusahaan, atau organisasi masyarakat sipil. Sering kali dilakukan atas nama desentralisasi, tetapi ini bukan desentralisasi. Pembuatan peraturan dan pengaturan manajemen sumber daya alam yang mengkombinasikan desentralisasi administratif dengan privatisasi. Hal ini terjadi ketika lembaga-lembaga lokal, yang sebagian ditunjuk, sebagian dipilih, diciptakan. Aturan berbagi kekuasaan antara kementerian yang bertanggung jawab ke atas dan perwakilan desa atau pengguna sumber daya yang bertanggung jawab ke bawah disebut co-management atau manajemen bersama.

95 Hubungan antara Warga dan Pemerintah Seiring dengan waktu, warga telah menuntut dan mencari cara meningkatkan partisipasi mereka dalam pembuatan keputusan tentang masa depan mereka dan jenis pelayanan publik yang harus berikan oleh negara kepada mereka. Lebih dari seabad lalu, asosiasi-asosiasi buruh dan gerakan kesejahteraan lahir sebagai penyeimbang monopoli feodal dan menjadi reaksi kuat terhadap industrialisasi Eropa. Perjuangan kelas atau usaha kaum miskin untuk mengambil kembali kekuasaan kelas menengah atas aset-aset produksi dan pengambilan keputusan membuat komunitas mengorganisir diri menjadi kelompok-kelompok konfrontatif untuk menuntut haknya. Gerakan-gerakan rakyat membawa perjuangan warga masuk ke ruang-ruang publik sebagai cara menghentikan mekanisme pemerintahan yang opresif. Pengembangan masyarakat awalnya dimaksudkan untuk membantu komunitas bernegosiasi dengan pemerintah untuk mendapat layanan yang lebih baik. Pada akhirnya, pengembangan masyarakat termasuk kegiatan-kegiatan swadaya sosial dan ekonomi yang dikelola oleh OMS, yang terkadang menggantikan kerja-kerja pemerintah atau menjangkau tempat-tempat di mana layanan pemerintah belum berfungsi. Akhir-akhir ini jejaring sosial digunakan oleh warga untuk mendorong demokratisasi dan membuka ruang-ruang baru bagi partisipasi warga dalam meningkatkan layanan pemerintah. Pemerintah juga lebih terbuka dalam menurunkan dana langsung ke masyarakat, seperti yang terjadi dalam inisiatif pembangunan yang dipimpin oleh komunitas, seperti Program Nasional Pembangunan Masyarakat (PNPM) di mana pemerintah desa (atau dewan yang terdiri dari perwakilan desa) menerima subsidi keuangan tahunan langsung dari Kementerian Keuangan untuk mengelola secara mandiri pembangunan infrastruktur skala kecil. 77 Maka, kemitraan atau jaringan kolaboratif antara warga dan pemerintah dalam menjalankan pengelolaan pembangunan sebuah daerah atau negara menjadi lebih sering umum dan sekarang memiliki legitimasi yang oleh warga era sebelumnya hanya menjadi mimpi. Sekarang warga mengorganisir diri dan mengelola sumber dayanya sendiri menjadi praktik standar dalam kegiatan pembangunan.

96 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Layanan Pemerintah Lembaga Non Pemerintah 78 Kolaborasi Pembangunan antara Pemerintah, Lembaga Non-Pemerintah, dan Organisasi Masyarakat Aset yang dimobilisasi Warga

97 Hubungan antara Warga dan Pemerintah Pengalaman tsunami tahun 2002 di Aceh dan gempa tahun 206 di sekitar Yogyakarta membuat komunitas di tempat-tempat tersebut menggunakan alat pengumpul data modern dan aplikasi pemetaan ruang yang terbuka (seperti Open Street Map) untuk merevisi cara mengumpulkan informasi desa. Sejak 2003, ACCESS lewat organisasi-organisasi masyarakat sipil yang menjadi mitranya telah mengembangkan cara-cara partisipatif untuk melakukan pemetaan sosial dan aset. Semua inisiatif ini telah mendorong lahirnya Sistem Informasi Desa (SID) yang lebih partisipatif berjalan terus-menerus. Selain membantu masyarakat belajar tentang aset apa saja yang mereka miliki untuk digunakan dalam perencanaan desa, prosesnya sendiri menunjukkan bagaimana perempuan dan kelompok-kelompok lain yang lebih terpinggirkan di dalam desa mampu berkontribusi. Pemerintah juga terbantu dalam menentukan sasaran layanan publik dan program jaringan sosial dengan lebih baik agar sampai pada mereka yang benar-benar membutuhkannya. Pemetaan komprehensif dan database GPS telah memungkinkan para pemimpin desa dan warganya memiliki cara-cara lebih baik untuk bernegosiasi dengan pemerintah daerah untuk mendapatkan cakupan layanan yang lebih baik. 79 Dengan mengintegrasikan pendekatan berbasis aset dalam upaya mendorong perencanaan dan proses pembuatan anggaran yang partisipatif, ACCESS dan organisasi mitranya telah menghidupkan kembali konsep kemitraan antara pemerintah dan warga. Kemitraan ini kadang digambarkan dengan judul satu desa, satu rencana, satu anggaran. Karena masyarakat selalu mencari cara untuk mengintegrasikan aset yang mereka miliki kedalam proses perencanaan dan anggaran, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dilihat oleh masyarakat sebagai rencana mereka, di samping juga sebagai rencana belanja pemerintah di masa mendatang.

98 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan 80 Sebuah studi tentang dampak ACCESS dan mitra masyarakat sipil di pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, memperlihatkan bahwa dengan mengikuti proses multi pihak dalam mengembangkan rencana jangka menengah desa, masyarakat menjadi sadar bahwa mereka mampu menjalankan banyak rencana mereka sendiri tanpa menunggu dukungan pemerintah. Beberapa contoh yang dijabarkan dalam studi tersebut termasuk: Di Sumba Barat, dimulai dari satu desa yang bersebelahan dengan hutan Poromombu dan pada akhirnya berkembang menjadi 3 kecamatan dan 6 desa, masyarakat menjadi sadar bahwa mereka perlu segera mengambil langkah untuk melindungi dan mengembangkan sumber daya hutan. Selain menyepakati beberapa kebijakan konservasi, komunitas sekitar mulai melihat hutan sebagai sumber daya integral bagi konservasi air, obat-obatan tradisional, keuntungan ekonomi untuk kesejahteraan jangka pendek maupun jangka panjang. Organisasi-organsiasi yang dibentuk di enam desa ini tidak saja semakin menyadari nilai aset yang sebelumnya mereka rusak secara acak, namun mereka juga mulai mendekati pemerintah sebagai mitra untuk menjalankan rencanarencana mereka. Di desa lain, komunitas memutuskan bahwa mereka bisa menyelesaikan beberapa kegiatan prioritas tanpa perlu menunggu pendanaan pemerintah yang akan datang. Di Waimangoma, komunitas menggunakan asetnya sendiri untuk mendirikan kantor desa baru dan rumah bagi para pemimpin desa. Di Pahola mereka membangun jalan akses sepanjang 2 kilometer yang menghubungkan desa mereka dengan desa lainnya serta memberikan akses lebih luas bagi mereka bagi mobilitas sosial dan ekonomi. DI banyak desa lainnya, proses partisipasi dalam perencanaan satu rencana desa mendorong lahirnya usaha-usaha koperasi tingkat kecil dan menengah. Dalam contoh ini dan banyak lainnya yang serupa, penelitian oleh IRE Yogyakarta menyimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan berbasis aset, masyarakat menjadi sadar akan meningkatnya, atau emansipasi modal sosial mereka sendiri, termasuk meningkatnya rasa percaya diri dan saling percaya, meningkatnya kesadaran akan keuntungan dari bekerja bersama dan dalam jejaring. 12

99 Hubungan antara Warga dan Pemerintah Produksi Bersama Berbagai pemerintah semakin mengakui bahwa meskipun pemerintah mengelola layanan seperti kesehatan dan pendidikan, organisasi warga juga melakukan banyak fungsi-fungsi pelengkap yang tidak saja membuat layanan publik itu efektif, namun juga menguatkannya. Jika warga tidak turut berpartisipasi mewujudkan kesejahteraannya sendiri, tidak saja birokrasi dan anggaran yang membengkak, namun juga tidak mungkin mempunyai jangkauan yang sama seperti yang dicapai warga yang bekerja sama dalam berbagai asosiasi. Dalam pendidikan, kualitas dan efektivitas komite manajemen warga dan asosiasi orang tua berdampak besar pada layanan secara keseluruhan. Dalam sekolah tipe apapun yang berfungsi baik, selalu ada banyak kelompok organisasi warga atau orang tua yang bersemangat dan melengkapi layanan yang diberikan Kementerian Pendidikan. Dalam hal kesehatan, kelompok dukungan warga memenuhi kebutuhan masyarakat dalam lingkup antara rumah dan kantor layanan pemerintah manapun. Di dalam rumahnya juga, masyarakat merawat keluarganya masing-masing dengan cara-cara yang sepadan dengan program layanan resmi yang disediakan pemerintah. 81 Di berbagai tempat di dunia, sebagai akibat desentraliasai dan tekanan menurunnya birokrasi pemerintah, pengakuan atas peran potensial yang lebih besar bagi organisasi masyarakat sipil telah mendorong pemerintah, khususnya pemerintah lokal, untuk bekerja sama dengan masyarakat sipil di tingkat implementasi dan kebijakan. Organisasi masyarakat sipil sekarang bekerja sama dalam mengupayakan perbaikan dalam kebijakan dan sistem yang melayani masyarakat dengan lebih baik.

100 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Pengalaman ACCESS dengan masyarakat sipil yang menghasilkan peningkatan rasa kepemilikan dan institusionaliasi partisipasi warga oleh pemerintah daerah telah diakui secara nasional, terbukti dari permintaan berulang kali dari lembaga seperti Tim Nasional Percepatan Pengentasan Kemiskinan untuk berkontribusi terhadap formulasi kebijakan kolaborasi, juga permintaan dari banyak pemerintah kabupaten untuk mendanai replikasi model kemitraan warga-pemerintah untuk layanan publik. 82 Tabel berikut menggambarkan proses historis dari tiga model berbeda tentang partisipasi warga dalam meningkatkan layanan dan menuntut haknya terhadap pembangunan. Kemandirian Layanan yang Dinegosiasikan Komunitas dan Pemerintah l Proses-proses swadaya l Memanfaatkan modal sosial l Skala kecil l Berbasis hak l Berpusat pada klien l Bergantung pada dana hibah l Mengakui aset yang sudah ada l Dipimpin warga secara sukarela l Kemitraan kalaboratif dan ganda

101 Hubungan antara Warga dan Pemerintah Dalam model Kemandirian mewakili aktivitas warga dan kelompok komunitas yang bekerja sendiri dan dalam kelompok-kelompok komunitasnya. Usaha ini ditujukan untuk memenuhi tujuan mereka sendiri dan dilakukan seiring dengan apapun yang disediakan pemerintah. Pelaksanaan pengembangan komunitas sering kali tetapi tidak secara eksklusif ditujukan untuk meningkatkan kemampuan sebuah komunitas untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan mandiri. Kegiatan-kegiatan ini sering kali didanai oleh dana hibah komunitas diberikan pemerintah atau lembaga donor lewat organisasi masyarakat sipil lokal dan internasional Interaksi dalam model Layanan yang Dinegosiasikan menunjukkan kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh organisasi independen, biasanya non-profit, yang bekerja sama dengan lembaga donor dan pemerintah untuk memberikan layanan pada warga. Organisasi-organisasi ini mewakili orang-orang kelas menengah yang terpelajar, yang bekerja dalam birokrasi dan menyediakan diri untuk memastikan apa yang diinginkan pemerintah atau donor di komunitas terjadi. Organisasi-organisasi ini biasanya dimotivasi oleh nilai namun tidak selalu tinggal di komunitas atau dipimpin oleh komunitas yang mereka layani. Misalnya, program-program berbasis organisasi sering kali bekerja bersama pembawa amanat untuk memperjuangkan hak warga yang tak memiliki kapasitas sendiri untuk melakukannya. Mereka bisa menjadi wakil masyarakat untuk menghadap pemerintah, menuntut agar pemerintah menyalurkan dana lewat mereka sebagai agar dapat memperluas cakupan layanan. Program-program berbasis organisasi biasanya diberikan kepada korban individu, seperti anak-anak yang kurang beruntung, atau orang dengan disabilitas. Para individu ini adalah klien mereka. Pertanggungjawaban mereka kepada pemerintah dilihat dari bagaimana mereka mengelola para klien. Jadi, mengelola bantuan lewat mengelola klien bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi pemerintah. 83

102 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Produksi bersama adalah pendekatan untuk meningkatkan penyampaian layanan lewat kemitraan yang tulus dan terus-menerus antara pemerintah dan organisasi warga. Pendekatan ini: l Mengakui peran-peran organisasi warga yang dilakukan saat ini untuk meningkatkan kesejahteraan sosial l Menyadari bahwa masyarakat memiliki aset, bukan hanya isu dan masalah l Mendefinisi ulang pekerjaan agar kegiatan-kegiatan yang tidak dibayar dinilai dan didukung l Membangun pertukaran timbal balik dan saling bertukar. l Menguatkan dan memperluas jejaringan sosial Saat komunitas belajar mengorganisir aset mereka sendiri dan membangun organisasi-organisasi yang lebih kuat untuk perubahan sosial, pemerintah semakin bersedia mengkontribusikan sumber daya dan keahliannya. Menggunakan pendekatan berbasis aset, komunitas bisa menguji coba praktik pertanian baru, mengolah kembali lahan tak terpakai, meningkatkan pengelolaan sumber daya alam mereka sendiri, mengelola diri dengan lebih baik untuk memanfaatkan layanan kesehatan dan pendidikan, mengorganisir diri dalam kelompok-kelompok pengguna untuk distribusi air, baik untuk produksi maupun untuk air minum, meningkatkan perilaku sanitasi dan kebersihan, mengembangkan strategi untuk memperbaiki gizi, mendirikan koperasi dan jaringan pemasaran, di samping memanfaatkan aset alam dan manusia yang dimiliki untuk membangun atau merawat infrastruktur di mana pemerintah gagal atau terlalu merespon. Dalam merespon mobilisasi warga, sumber daya pemerintah memiliki banyak bentuk. Contoh pertama, mereka mungkin menunjukkan ketertarikan, yang tidak ada sebelumnya. Mereka mungkin merevisi kebijakan untuk memastikan keberlanjutan inisiatif masyarakat atau setidaknya melengkapi kegiatan komunitas. Kunci meningkatkan kualitas pelayanan dalam pendekatan produksi bersama adalah dengan meningkatkan kapasitas daya ungkit.

103 Hubungan antara Warga dan Pemerintah Semakin besar keterlibatan komunitas dalam memenuhi kebutuhan sosial dasar, makin besar kemungkinan pemerintah akan mau membuat komitmen untuk mendukung keterlibatan ini. Ilustrasi di bawah menjelaskan hal ini secara jelas. Saat masyarakat aktif, pemerintah menjadi lebih terinformasikan dan menjadi lebih ingin terlibat. Memberi informasi Investasi Pemerintah atau Dinas Merespon 85 Bekerja Punya Suara Komunitas Daya Ungkit

104 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Penggunaan referensi ekonomi investasi memang disengaja. Menurut konsep produksi bersama, pemerintah akan lebih mungkin menginvestasikan waktu dan sumber dayanya dalam komunitas yang sudah aktif dan berinteraksi dan mau bekerja sama. Mirip seperti orang yang ingin mengajukan pinjaman ke bank, kemungkinan bank mau berinvestasi atau memberikan dana tergantung dari sejauh mana calon peminjam mampu memperlihatkan bahwa ia memiliki aset dan rencana aksi yang jelas. 86 Di bawah ini adalah beberapa contoh dari Indonesia Timur tentang komunitas yang mengorganisir sumber dayanya sendiri dengan cara-cara yang telah meningkatkan kolaborasi pemerintah dan komunitas, dan menggambarkan kekuatan pendekatan produksi bersama dalam pembangunan. l Di Muna, Sulawesi Tenggara, Saidah mengorganisir kampanye untuk menghentikan penggunaan bom oleh nelayan untuk menangkap ikan di terumbu karang. Kesuksesannya dalam melarang bom tidak saja berakibat peningkatan dalam produksi makanan laut dan rumput laut secara substansial, namun juga membuat pemerintah mengesahkan kebijakan untuk mendorong serangkaian tindakan yang dirancang untuk mendorong penangkapan ikan secara lestari. l Di Jeneponto, Sulawesi Selatan, masyarakat mengorganisir diri menjadi aliansi 27 kelompok pengguna air produksi untuk mengelola distribusi air yang lebih adil untuk irigasi sawah. Pemerintah memerhatikan hal ini dan menyadari bahwa dengan menggunakan sumber dayanya untuk mendukung inisiatif ini maka pemanfaatan sumber daya yang terbatas ini bisa lebih adil dan berkelanjutan. Pemerintah menunjukkan dukungannya lewat pendanaan bagi perbaikan infrastruktur dan kebijakan yang lebih kuat.

105 Hubungan antara Warga dan Pemerintah 87

106 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan l Di Sumba, Nusa Tenggara Timur, komunitas petani memutuskan menanam pohon kemiri di lahan-lahan kritis di dataran tinggi, dan mengorganisir dirinya dalam beberapa koperasi. Kesuksesan mereka menarik perhatian pemerintah yang kemudian melakukan investasi sumber daya pada inisiatif ini dan beberapa inisaitif peningkatan pendapatan lainnya, termasuk penyediaan kolam ikan dan infrastruktur untuk meningkatkan pemasaran hasil. Sisi Permintaan dan Penawaran 88 Dalam program yang berhubungan dengan tata kepemerintahan, istilah sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side) sering digunakan. Sisi penawaran seharusnya pemerintah dan sisi permintaan adalah komunitas atau konsumen. Faktanya, terdapat sisi penawaran dan permintaan pada peran pemerintah dan warga dalam pembangunan. Memang benar, menyebut masyarakat sipil sebagai sisi permintaan berarti warga menjadi penerima pasif dan tergantung pada dukungan pemerintah dan opihak luar. Dari perspektif pendekatan berbasis aset, merendahkan peran warga dengan meletakkannya pada sisi permintaan berarti tidak menghargai potensi mereka untuk berpartisipasi bahkan memimpin kegiatan-kegiatan pembangunan. Warga memang bisa menuntut perubahan kepada pemerintah dan membantu warga menjadi sadar tentang apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pemerintah (lewat prosesproses perbaikan transparansi dan akuntabilitas), dan membantu warga untuk tahu apa hak merekadalam pembangunan, semuanya adalah kontribusi penting dalam pembangunan. Dalam pendekatan berbasis aset, warga juga mampu berkontribusi dalam proses pembangunan. Warga bisa berkontribusi berbagai aset dan melengkapi layanan pemerintah. Warga juga bisa menuntut kualitas pengeloaan organisasi mereka sendiri juga, bukan hanya pemerintah.

107 Hubungan antara Warga dan Pemerintah Dalam pendekatan aset, pemerintah dan organisasi warga sama-sama bertanggung jawab atas sisi penawaran dan sisi permintaan. Layanan publik oleh pemerintah bisa ditingkatkan dengan partisipasi warga dalam dalam perencanaan pembangunan, pusat pengaduan warga dan citizen report cards. Layanan publik bisa juga ditingkatkan dengan adanya populasi warga yang lebih aktif dan terlibat penuh dalam melakukan inisiatif mereka sendiri dan memimpin upayaupaya pembangunan sendiri juga. Di banyak tempat yang sebelumnya pasif dan sering kali termarjinalkan, warga sekarang melihat pemerintah sebagai salah satu dari banyak aset yang mereka miliki untuk berkontribusi pada pengembangan diri mereka sendiri. Jejaring Desa Siaga adalah program kesehatan untuk memobilisasi aset komunitas dan memperkuat lembaga-lembaga lokal untuk melengkapi dan memaksimalkan layanan kesehatan dari pemerintah. Di kabupaten Kupang, Timor Barat, Oelomin adalah satu dari banyak desa di mana hal ini telah terjadi dibawah arahan organisasi masyarakat sipil bernama INCREASE. Masyarakat melakukan pencatatan atas kondisi kesehatan desa yang terus diperbarui secara berkala, mendirikan pusat promosi kesehatan menggunakan aset fisik dan kemampuan lokal yang ada, membuat jadwal transport sebagai pengganti layanan ambulans, menjalankan tabungan bagi ibu melahirkan, memproduksi makanan tambahan lokal untuk bayi, melakukan konseling dan memberikan pelatihan gizi, kesehatan ibu, menyusui, dan keluarga berencana. Bersamaan dengan beberapa program lain yang dijalankan masyarakat dengan dukungan tekis dari Kementerian Kesehatan, dalam 4 tahun terakhir telah terjadi penurunan drastis dalam: kematian ibu dan bayi saat persalinan; penyakit bawaan vektor; penyakit saluran pernafasan dan penyakit dalam lainnya; serta telah menjadikan akses terhadap layanan kesehatan lebih terjangkau dan tidak berakibat meningkatkan kemiskinan secara dramatis bagi keluarga yang membutuhkannya. 89

108 90 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan

109 Metode-Metode Paling Umum 91 BAB 6 Metode-Metode 91 Paling Umum

110 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Ikhtisar Bab ini membahas metodologi yang paling jelas dan bersengaja menggunakan pendekatan berbasis aset untuk pengembangan organisasi dan pemberdayaan komunitas. Setiap pendekatan ini berkembang dari beberapa pengalaman, sektor, dan tujuan yang cukup berbeda-berbeda. Walau pada dasarnya semua mengandung pesan-pesan berbasis aset yang serupa, setiap metodologi memiliki penekanan atau kontribusi khusus terhadap pendekatan berbasis aset secara keseluruhan. 92 Beberapa metodologi tersebut adalah: l Appreciative Inquiry l Pengembangan Komunitas Berbasis Aset l Inisiatif Penyimpangan Positif l Ekonomi Kerakyatan Beragam l Pembangunan Endogen Appreciative Inquiry Pendekatan berbasis aset yang paling maju kemungkinan berasal dari apa yang dinamakan Appreciative Inquiry (AI). Appreciative Inquiry adalah sebuah filosofi perubahan positif dengan pendekatan siklus 5-D, yang telah sukses digunakan dalam proyek-proyek perubahan skala kecil dan besar, oleh ribuan organisasi di seluruh dunia. Dasar dari AI adalah sebuah gagasan sederhana, yaitu bahwa organisasi akan bergerak menuju apa yang mereka pertanyakan. Misalnya, ketika sebuah kelompok mempelajari tentang masalah dan konflik yang dihadapi manusia, sering kali mereka

111 Metode-Metode Paling Umum menemukan bahwa jumlah dan intensitas masalah-masalah itu semakin meningkat. Dengan cara yang sama, ketika kelompok mempelajari idealisme dan capaian manusia, seperti pengalaman puncak, praktik terbaik, dan capaian mulia, maka fenomena ini juga cenderung akan meningkat. Appreciative Inquiry merupakan pencarian evolusioner bersama dan kooperatif untuk menemukan yang terbaik dari diri seseorang, organisasinya, dan dunia di sekelilingnya. AI meliputi penemuan tentang apa yang membentuk kehidupan dalam sebuah sistem yang hidup, yaitu saat sistem itu paling efektif, secara konstruktif berkemampuan secara ekonomi, ekologi dan sebagai manusia. AI melibatkan seni dan praktik bertanya memperkuat kapasitas sebuah sistem untuk memahami, mengantisipasi, dan meningkatkan potensi positif yang ada. Proses pencarian terus-menerus ini digerakkan melalui penciptaan pertanyaan positif tak bersyarat, yang biasanya melibatkan ratusan bahkan ribuan orang. Intervensi AI fokus pada kecepatan berimajinasi dan berinovasi bukan pada kenegatifan, kritik, dan diagnosis berbelit yang biasa digunakan dalam organisasi. Model discovery (menemukan), dream (mimpi), design (merancang), dan destiny (memastikan) menghubungkan energi dari pusat positif ke perubahan yang tidak pernah diduga sebelumnya. 93 Yang membedakan AI dari metodologi perubahan lainnya adalah bahwa AI sengaja mengajukan pertanyaan positif untuk memancing percakapan konstruktif dan tindakan inspiratif dalam organisasi. Ap-pre ci-ate, (apresiasi): 1. menghargai; melihat yang paling baik pada seseorang atau dunia sekitar kita; mengakui kekuatan, kesuksesan, dan potensi masa lalu dan masa kini; memahami hal-hal yang memberi hidup (kesehatan, vitalitas, keunggulan) pada sistem yang hidup. 2. meningkat dari segi nilai, misalnya tingkat ekonomi telah meningkat nilainya. Sinonim: nilai, hadiah, hargai, dan kehormatan.

112 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan In-quire 1. mengeksplorasi dan menemukan. 2. bertanya; terbuka untuk melihat berbagai potensi dan kemungkinan baru. Sinonim: menemukan, mencari, menyelidiki secara sistematis, dan memelajari. 94 Appreciative Inquiry (AI) adalah teknik sederhana yang digunakan dalam berbagai konteks yang kompleks untuk: l Berkonsultasi dengan orang lain dan belajar dari pengalaman mereka, untuk l Melibatkan seluruh kelompok atau organisasi untuk terlibat dalam perubahan, dan untuk l Membangun visi masa depan di mana semua orang bisa berbagi dan saling membantu dalam mewujudkannya l Mengajak dan melibatkan seluruh peserta dengan menggunakan teknik sederhana yang bisa mengeksplorasi pengalaman saat ini dan kesuksesan masa lalu l Mendorong keterampilan menyimak dan komunikasi dan l Memberdayakan individu dan menunjukkan rasa hormat terhadap pendapat masing-masing Prinsip-prinsip AI dideskripsikan secara rinci dalam bab sebelumnya di buku ini. Secara sederhana, AI berkembang dari empat gagasan kunci: l Kata mencipta dunia kita mulai menciptakan masa depan lewat cara kita membicarakannya. l Pertanyaan mencipta perubahan kita memulai proses perubahan saat kita mengajukan pertanyaan l Gambar menginspirasi tindakan gambaran yang kita miliki tentang masa depan mepengaruhi tindakan yang kita ambil l Pertanyaan positif akan mengarah kepada perubahan positif jika kita menginginkan masa depan yang berbeda, maka kita perlu mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan masa depan itu

113 Metode-Metode Paling Umum DEFINE Topik Pilihan DISCOVERY Apa yang memberi hidup? (yang terbaik dari yang ada sekarang) Mengapresiasi Siklus 5 atau 4-D Siklus Appreciative Inquiry bisa dilihat dalam diagram berikut: DESTINY Bagaimana memberdayakan, belajar, menyesuaikan/ improvisasi? Melanjutkan Inti Positif DREAM Apa yang mungkin? (apa yang diinginkan dunia?) Membayangkan Hasil 95 DESIGN Apa yang idealnya ada? Konstruksi bersama

114 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Diagram di atas memaparkan lima langkah kunci berikut: 1. Define (Menentukan) Kelompok pemimpin sebaiknya menentukan pilihan topik positif : tujuan dari proses pencarian atau deskripsi mengenai perubahan yang diinginkan Discover (Menemukan) Apa yang telah sangat dihargai dari masa lalu perlu diidentifikasi sebagai titik awal proses perubahan. Proses menemukenali kesuksesan dilakukan lewat proses percakapan atau wawancara dan harus menjadi penemuan personal tentang apa yang menjadi kontribusi individu yang memberi hidup pada sebuah kegiatan atau usaha. Pada tahap discovery, kita mulai memindahkan tanggung jawab untuk perubahan kepada para individu yang berkepentingan dengan perubahan tersebut yaitu entitas lokal. Kita juga mulai membangun rasa bangga lewat proses menemukan kesuksesan masa lalu dan dengan rendah hati tetapi jujur mengakui setiap kontribusi unik atau sejarah kesuksesan/ kemampuan bertahan. Tantangan bagi fasilitator adalah mengembangkan serangkaian pertanyaan yang inklusif tepat mendorong peserta mampu menceritakan pengalaman sukses serta peran mereka dalam kesuksesan tersebut. Lihat lampiran untuk beberapa contoh pertanyaan. 3. Dream (Impian) Dengan cara kreatif dan secara kolektif melihat masa depan yang mungkin terwujud, apa yang sangat dihargai dikaitkan dengan apa yang paling diinginkan. Seperti apa masa depan yang dibayangkan oleh semua pihak? Jawaban bisa berupa harapan atau impian. Sebuah mimpi atau visi bersama terhadap masa depan yang bisa terdiri dari gambar, tindakan, katakata, lagu, dan foto. Pada tahap ini, masalah yang ada didefinisikan ulang menjadi harapan untuk masa depan dan cara untuk maju sebagai peluang dan aspirasi.

115 Metode-Metode Paling Umum 4. Design (Merancang) Proses di mana seluruh komunitas (atau kelompok) terlibat dalam proses belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa mulai memanfaatkannya dalam cara yang konstruktif, inklusif, dan kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan sendiri. 5. Deliver (Lakukan) Serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung proses belajar terus menerus dan inovasi tentang apa yang akan terjadi. Hal ini merupakan fase akhir yang secara khusus fokus pada cara-cara personal dan organisasi untuk melangkah maju. Dalam banyak kasus, AI menjadi kerangka kerja bagi kepemimpinan dan pengembangan organisasi yang terus menerus. Pembelajaran dari Appreciative Inquiry 97 Kegiatan pengembangan komunitas yang efektif bermula dari membangun hubungan di tingkat komunitas. Menghargai capaian dan kekuatan komunitas merupakan aspek penting untuk membangun hubungan tersebut. Untuk memfasilitasi hal ini, pendekatan berbasis aset dipengaruhi oleh metodologi Appreciative Inquiry (AI). AI awalnya dikembangkan di Case Western University sebagai cara untuk mentransformasi organisasi yang sulit berkembang. Saat ini, AI sudah diterapkan di berbagai komunitas di dunia, seperti oleh ACCESS di Indonesia, MYRADA di India, PACT di Nepal, World Vision di Tanzania, dan banyak program komunitas yang dibiayai oleh Pemerintah Australia di wilayah Pasifik, Asia, dan Afrika. Appreciative Inquiry adalah sebuah proses yang mendorong perubahan positif (alam organisasi atau komunitas) dengan fokus pada pengalaman puncak dan kesuksesan masa lalu. Metodologi

116 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan ini mengandalkan wawancara dan bertutur cerita yang memancing memori positif, serta analisis kolektif terhadap berbagai kesuksesan yang ada. Analisis ini kemudian akan menjadi titik referensi untuk merancang perubahan organisasi atau aksi komunitas di masa mendatang. 98 Di tingkat komunitas, AI menolak pendekatan fokus pada masalah dan berbasis kebutuhan dari model pelayanan. AI mencoba untuk mentransformasi budaya komunitas yang tadinya melihat dirinya dengan cara negatif menjadi mampu mengapresiasi kapasitas dirinya untuk mewujudkan perubahan positif. Menolak untuk fokus pada masalah, AI mengadopsi apa yang disebut Elliott (1999) sebagai prinsip heliotropik. Seperti layaknya tanaman yang tumbuh ke arah sumber energi mereka, komunitas dan organisasipun tumbuh ke arah apa yang memberi mereka kehidupan dan energi. AI menghasilkan energi tersebut dengan membantu komunitas melihat dirinya dengan sudut pandang positif, menekankan kekuatan mereka, dan menginspirasi mereka untuk berkolaborasi dalam kegiatan komunitas yang bisa memberikan kontribusi bagi visi mereka akan masa depan. Meski tidak menyangkal adanya masalah, masalah tidak dibahas secara langsung. Ashford dan Patkar (2001) mengilustrasikan hal ini dengan mengutip tulisan Carl Jung, seorang psiko-analis: Pada prinsipnya, semua masalah terbesar dan terpenting dalam hidup tidak bisa terpecahkan. Masalah-masalah ini tidak akan pernah bisa diselesaikan, tetapi hanya bisa ditinggalkan. Lewat investigasi lebih lanjut tentang meninggalkan masalah, terbukti bahwa hal ini membutuhkan tingkat kesadaran yang baru. Munculnya minat lebih penting dan lebih luas di cakrawala, yang membuat cara pandang kita menjadi lebih luas, sehingga masalah yang tak terpecahkan tadi kehilangan urgensinya. Masalah itu tidak dipecahkan secara logis, tetapi luntur ketika dihadapkan dengan daya tarik kehidupan yang baru dan lebih kuat. (hal. 86).

117 Metode-Metode Paling Umum Mengubah Masalah Menjadi Tujuan Setiap masalah mempunyai sisi sebaliknya. Setiap masalah bisa diformulasi ulang sebagai tantangan atau peluang. Dalam pelaksanaan pembangunan, mendaftar semua masalah atau kebutuhan umum dilakukan. Alternatifnya adalah melihat setiap masalah itu sebagai peluang atau isu yang perlu dihadapi. Masalah adalah sesuatu yang hidup di masa lalu, peluang adalah sesuatu yang oleh kelompok yang sekarang, dihadapi dan dirancang cara mengatasinya. Identifikasi masalah boleh jadi adalah batu loncatan mengidentifikasi peluang, tetapi penting untuk memastikan batu loncatan tersebut dilewati sesegera mungkin agar kelompok dan individu bisa menyepakati apa yang bisa dilakukan, bukan kemudian membahas apa yang tidak dilakukan dan mengapa itu terjadi. Misalnya, dalam pendekatan berbasis aset penting untuk mengidentifikasi apa yang harus dilakukan agar kita bisa mengerjakannya dengan lebih baik lagi atau agar lebih memungkinkan untuk mencapai mimpi kita, ketimbang menghabiskan waktu untuk menganalisis mengapa sesuatu berjalan dengan tidak baik dan apa yang belum diperbaiki. Salah satu contoh yang tepat untuk hal ini adalah pernyataan dari UNICEF tentang mengatasi masalah tingkat pendidikan yang rendah, terutama bagi perempuan. Frase yang mereka gunakan adalah melek huruf untuk semua sebuah tujuan yang fokus untuk mencapai sesuatu, daripada fokus pada masalah. 99 Pembangunan Komunitas Berbasis Aset Kelompok yang paling kuat dan yang saat ini paling berpengaruh dalam mempromosikan cara berpikir berbasis aset adalah Asset Based Community Development Institute yang berada di School of Education and Social Policy di Northwestern University, Illinois, Amerika Serikat. 14 Berbagai karya dari institusi ini memegang peran sentral dalam pendekatan berbasis aset dan akan dibahas dalam bagian selanjutnya dengan lebih lengkap.

118 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berangkat dari hasil kerja yang dilakukan sebagai bagian dari gerakan masyarakat sipil dan perjuangan kelas di daerah-daerah kumuh sekitar kota Chicago di Amerika Serikat. Kegiatan pengorganisasian komunitas dirancang untuk merebut kekuasaan dari kelas menengah dan kelas atas, karena upaya memberdayakan wilayahwilayah miskin terus menerus berakhir dengan kekecewaan dan kepasrahan untuk menerima ketergantungan pada orang lain. 100 Dua periset pionir memutuskan untuk mengubah keadaan ini dengan mendorong anggota komunitas untuk melihat kembali ke dalam diri mereka. Komunitas yang bekerja dengan mereka dibantu dalam mendokumentasikan semua kekuatan dan aset yang ada pada mereka, dan mulai menggunakan semua itu sebagai dasar membangun fondasi ekonomi dan sosial baru. Kedua pionir ini, Jody Kretzmann dan John McKnight, menuangkan hasil penemuan riset mereka selama lima tahun tentang inisiatif-inisiatif komunitas yang berhasil dalam sebuah buku yang berjudul Building Communities from the Inside Out 15 atau Membangun Komunitas dari Dalam ke Luar. Gagasan-gagasan John McKnight dan Jody Kretzmann kemudian mulai dikenal dengan Asset Based Community Development (Pembangunan Komunitas Berbasis Aset/ABCD). Dalam bukunya, mereka menjelaskan bagaimana komunitas lokal dengan kepemimpinan yang berdedikasi berhasi mentransformasi ekonomi lokal dan kondisi kehidupan sosialnya. Setelah hasil penelitian mereka diterbitkan, mereka mendirikan Departemen Asset Based Comunity Development di Institute for Policy Research, Northwestern University, Illinois, Amerika Serikat. ABCD Institute masih terus menyediakan sumber daya dan menginspirasi komunitas di seluruh dunia dengan pendekatan radikal mereka terhadap pemberdayaan komunitas dan memperbaiki basis ekonomi komunitas lokal.

119 Metode-Metode Paling Umum Banyak institusi lain, yang paling terkenal adalah Coady Institute di St. Francis Xavier University, Nova Scotia, Kanada, sekarang melanjutkan gagasan ABCD Institute. Coady Institute telah melakukan riset tentang dampak ABCD dan melatih orang dari berbagai penjuru dunia selama 10 tahun terakhir. Belum lama ini, jaringan ABCD Asia Pasifik didirikan di Australia 16. Beberapa jaringan nasional lainnya yang mempromosikan ABCD telah berdiri di wilayah Asia Pasifik, termasuk Vietnam dan Filipina. John McKnight dan Jody Kretzmann menggambarkan Membangun Komunitas dari Dalam Keluar sebagai jalan untuk menemukan dan menggerakkan aset komunitas. Dengan mempelajari bagaimana menemukan dan mendaftar aset komunitas dalam beberapa kategori tertentu (misalnya aset pribadi, aset asosiasi atau institusi), warga komunitas belajar melihat kenyataan mereka sebagai gelas yang setengah penuh. Sebelumnya, mereka melihat kebutuhan dan masalah, sekarang mereka lebih banyak melihat sumber daya dan kesempatan. 101 Dua peta di bawah ini adalah contoh tipikal apa yang dibahas dalam buku mereka. Yang pertama adalah peta kebutuhan komunitas dalam kaitannya dengan ekonomi. Sementara, peta kedua melihat realitas yang sama dengan lensa yang berbeda, yaitu melimpahnya peluang ekonomi dan pemanfaatan aset fisik yang sudah ada dengan lebih baik.

120 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Peta Kebutuhan Komunitas Sumber Daya Bisnis & Fisik 102 Individu & Praktek Asosiasi dan Institusi Lokal Sumber: Community Partnering Conference of the South East Asian Geography Association (SEAGA) di Manila, 2008.

121 Metode-Metode Paling Umum Peta Aset Komunitas Sumber Daya Bisnis & Fisik 103 Individu & Praktek Asosiasi dan Institusi Lokal

122 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Dalam buku pertama mereka mengenai praktisi pembangunan komunitas, Kretzmann dan McKnight menggarisbawahi bahwa jika peta masalah dan kebutuhan adalah satu-satunya panduan untuk komunitas miskin, maka bisa jadi konsekuensinya adalah sebuah komunitas yang terus menganggap dirinya mampu bertahan hanya dengan menekankan apa yang mereka butuhkan untuk mencapai kesejahteraan. Ketika kehidupan mereka bergantung akan daftar ini, anggota komunitas mulai percaya akan gambaran negatif di diri mereka sendiri. Mereka mulai melihat dirinya selalu kekurangan dan tidak mampu mengambil kendali akan hidup mereka dan untuk lingkungannya. Mereka akan selalu dan tidak bisa terhindar untuk melihat dirinya sebagai entitas yang tidak berdaya atau yang paling berhak menerima bantuan pemerintah tanpa ada upaya untuk melakukan tindakan atas nama mereka sendiri. 104 Dampak lain dari kondisi tersebut adalah munculnya kepemimpinan yang hanya mampu untuk mencetak gambaran negatif atas komunitasnya. Ketika peta kebutuhan adalah satusatunya hal yang mereka miliki untuk menggambarkan kenyataan, para pemimpin tersebut akan berpikir bahwa cara paling tepat untuk menarik bantuan dari berbagai institusi eksternal adalah hanya dengan meningkatkan tingkat kebutuhan atau permasalahan tersebut. Kepemimpinan lokal kemudian dihargai dari berapa banyak bantuan sumber daya luar yang berhasil ditarik masuk ke komunitas, bukan seberapa jauh tingkat kemandirian komunitas. Di sisi lain, ketika komunitas didorong untuk fokus pada aset yang ada, maka mereka mulai merasa berdaya dan mulai membuat perubahan untuk diri mereka sendiri. Mereka akan memilih pemimpin yang mampu mendokumentasikan kapasitas serta aset mereka sendiri, dan menghubungkan diri dengan institusi-institusi eksternal, termasuk pemerintah, sebagai mitra untuk melaksanakan inisiatif mereka sendiri.

123 Metode-Metode Paling Umum Para pendukung ABCD mendorong komunitas agar fokus berpikir bahwa mereka adalah gelas setengah penuh yaitu dengan melihat bahwa mereka memiliki aset melimpah yang layak dan belum digunakan. Mereka melakukan hal ini dengan mendorong komunitas untuk mengidentifikasi aset yang bisa dihubungkan dengan beberapa konteks masalah, misalnya seperti yang tergambarkan pada tabel berikut. 17 Masalah Komunitas Penyakit yang dapat dicegah Infrastruktur sekolah atau klinik kesehatan dengan kondisi buruk Aset Komunitas Contoh keluarga yang sehat sebagai model positif Keterampilan menukang, sejarah membangun rumah bersama-sama, tradisi menabung, lahan kosong, hubungan dengan komunitas bisnis, akses terhadap sumber daya alam dan materi bangunan 105 Fatalism/apatis/ ketergantungan Sejarah kegiatan pemberdayaan komunitas (tanpa bergantung pada pihak luar), panutan positif dari komunitas, koneksi dengan beberapa pihak lain yang tertarik, bangunan dan ruang yang belum dimanfaatkan dengan maksimal Pendapatan/produktifitas rendah Keterampilan berusaha, keterampilan artistik, wilayah yang dekat ke pasar, pemerintah lokal yang responsif, hubungan baik dengan OMS lokal Generasi muda yang pergi dari desa Panutan positif, kesempatan ekonomi, kelompok pemuda

124 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Asosiasi, Institusi, dan Warga Penguatan organisasi lokal merupakan tulang punggung seluruh pendekatan berbasis aset. Organisasi dan asosiasi lokal, atau sekelompok orang yang memiliki tujuan baik bersama, mewakili struktur yang bisa menjalankan pembangunan yang dipimpin oleh warga. Kebanyakan, pendekatan berbasis aset mengidentifikasi dan memperkuat organisasi yang sudah ada ketimbang mendirikan organisasi baru. 106 Fitur yang berbeda dari ABCD adalah penekanannya untuk melibatkan warga sebagai bagian dari asosiasi mereka, baik yang sudah ada sebelumnya maupun yang baru. Salah satu cara seorang individu bisa menjalankan peranannya sebagai warga adalah dengan ikut bertanggung jawab untuk membuat inisiatif kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh mereka sendiri, misalnya dengan membentuk kelompok sipil lokal. Proses pembangunan yang dipimpin oleh warga akan terjadi secara spontan ketika warga membentuk asosiasi formal maupun informal untuk melakukan kegiatan pengembangan komunitas. Sebagai alat untuk upaya bekerja sama, banyak asosiasi yang kemudian mengambil peran lebih dari tujuan awalnya untuk berkontribusi penuh pada proses pembangunan, termasuk untuk menjalin hubungan dengan publik dan institusi swasta. Dalam terminologi ABCD, sebuah asosiasi adalah segala organisasi komunitas dasar untuk memperkuat individu dan menggerakkan kapasitas mereka. Sebuah asosiasi bisa didefinisikan sebagai satu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berkumpul untuk melakukan kegiatan bersama dan biasanya memiliki visi atau tujuan bersama. Asosiasi adalah organisasi suka rela yang beroperasi berdasarkan dari kehendak anggotanya. Pada prinsipnya, tidak ada yang bisa memberi tahu anggota apa yang harus mereka lakukan bahkan untuk menghadiri rapat. Asosiasi bisa memiliki bentuk formal, dengan struktur kepengurusan dan keanggotaan yang

125 Metode-Metode Paling Umum memiliki tugas masing-masing. Bisa juga informal, tidak punya nama, tidak ada kepengurusan, dan tidak memiliki sistem keanggotaan formal. Beberapa asosiasi biasanya berdiri untuk merespon isu sosial yang mendesak. Beberapa asosiasi lain terorganisir dalam beberapa kategori minat seperti olah raga, budaya, gender, umur, keterampilan, layanan, dan kesamaan profesi. Asosiasi atau organisasi warga memiliki tiga kekuatan utama: l Anggota asosiasi menentukan sendiri apa yang menjadi kesempatan atau masalah; mereka tidak perlu berkonsultasi kepada ahlinya terlebih dahulu. l Secara bersama-sama, mereka mengembangkan rencana untuk memanfaatkan kesempatan atau memecahkan masalah yang ada; mereka tidak perlu menunggu seorang ahli untuk melakukannya. l Mereka mengambil tindakan untuk menjalankan kesempatan tersebut, menciptakan inisiatif, atau untuk memecahkan masalah. 107 Tidak ada yang baru atau secara khusus mempertimbangkan faktor berbasis aset ketika mendirikan asosiasi tersebut. Yang jelas, ABCD mengajak kita untuk mengakui potensi asosiasi tersebut sebagai aset atau kekuatan pembangunan berbasis warga. Institusi adalah aktor utama lainnya alam proses pembangunan komunitas. Yang disebut dengan institusi meliputi bisnis swasta, badan publik, dan OMS. Pada dasarnya, institusi adalah sistem. Mereka terorganisir untuk mengendalikan sesuatu yang banyak oleh yang sedikit, serta untuk produksi masal: Meletakkan pemikiran sedikit orang kepada banyak tangan. Seperti yang dilihat oleh John Mc Knight, sistem merupakan hal yang sangat bagus untuk beberapa hal, misalnya untuk menjalankan sebuah penerbangan. Kita tidak ingin pilot terus bertanya kepada penumpang untuk meminta pendapat mereka kemana pesawat tersebut harus terbang, atau siapa yang harus merawat pesawat tersebut. Sistem juga baik untuk menjaga efisiensi dalam birokrasi penyediaan jasa, seperti kesehatan dan pendidikan.

126 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Walau sistem sangat membantu untuk menjaga efisiensi, namun penemu ABCD berpendapat bahwa sistem bukan hal yang tepat untuk menunjukkan kepedulian. Sistem tidak bisa mengakomodir perbedaan-perbedaan dari setiap individu. Sistem menciptakan pelanggan dan klien, bukan produser dan warga. Ketika sistem tumbuh besar, biasanya mereka akan kewalahan atau mengambil alih fungsi asosiasi. Lebih lanjut lagi, sistem biasanya tidak akuntabel untuk komunitas lokal, melainkan untuk beberapa pusat kekuasaan atau serangkaian standar profesional. 108 Namun demikian, biasanya ada beberapa orang di dalam institusi yang menyadari akan situasi tersebut dan tidak menyukainya. McKnight dan Kretzmann menyebut orang-orang ini sebagai gappers yaitu orang-orang yang bekerja dalam institusi namun hatinya ada di komunitas. Mereka biasanya yang akan menjembatani antara institusi dan asosiasi. Pembelajaran dari Pembangunan Komunitas Berbasis Aset Mendorong komunitas untuk melihat dirinya sendiri sebagai aset yang melimpah ketimbang aset miskin memiliki dampak penting tidak hanya terhadap kemampuan mereka untuk memiliki dan memimpin perubahan, tetap juga pemimpin seperti apa yang akan mereka pilih. Ketika warga mulai menyadari adanya potensi di lingkungan mereka serta sumber daya untuk meningkatkan kehidupan mereka, warga mulai melihat kehidupannya sebagai agen perubahan aktif dan akan mencari pemimpin yang fokus untuk membantu mereka menggerakkan potensi yang disediakan oleh lingkungan disekitarnya. Pemetaan dan penggerakan aset membantu mengatasi masalah akibat timbulnya harapan yang tidak sesuai. Ketika pemerintah atau badan lain meminta komunitas untuk mengidentifikasi kebutuhan dasar mereka, maka segera timbul harapan di komunitas bahwa kebutuhan tersebut

127 Metode-Metode Paling Umum akan dipenuhi oleh pemerintah maupun badan lain tersebut dalam waktu dekat. Maka biasanya, semua lembaga akan berhati-hati untuk tidak bertanya terlalu banyak karena hal ini bisa meningkatkan harapan di komunitas yang belum tentu bisa dipenuhi. Dengan pendekatan ABCD, setiap orang didorong untuk memulai proses perubahan dengan menggunakan aset mereka sendiri. Harapan yang timbul atas apa yang mungkin terjadi dibatasi oleh apa yang bisa mereka sendiri tawarkan, yaitu sumber daya apa yang mereka bisa identifikasi dan kerahkan. Mereka kemudian menyadari bahwa jika sumber daya ini ada atau bisa didapatkan, maka bantuan dari pihak lain menjadi tidak penting. Komunitas bisa memulainya sendiri besok. Proses ini membuat mereka menjadi jauh lebih berdaya. Komunitas yang mampu mengidentifikasi aset mereka bisa memperkenalkan diri sebagai entitas yang patut diperhatikan dan merupakan investasi bagi pemerintah dan donor. Akumulasi aset (atau pengetahuan) adalah potensi jaminan bagi investor dan merupakan pengakuan bahwa komunitas dan pemerintah bisa bekerja sama untuk pembangunan sebagai mitra dengan kontribusi yang setara. 109 Akhirnya, melalui pendekatan berbasis aset untuk pembangunan komunitas, kompetensi serta model perilaku yang sudah ada menjadi kesempatan untuk proses pembelajaran bagi diri sendiri dan untuk perubahan perilaku. Identifikasi kompetensi setiap individu atau contoh nyata keterampilan untuk memimpin yang bisa dirasakan oleh komunitas merupakan hal yang penting karena bisa menjadi sumber inspirasi dan panutan bagi anggota komunitas. Dengan demikian, proses ketergantungan terhadap pihak luar bisa terputus.

128 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Penyimpangan Positif Inisiatif Penyimpangan Positif (Positive Deviance, PD) adalah bentuk lain dari pembangunan yang mencari juara, atau orang yang melakukan sesuatu hal dengan baik, dalam suatu konteks tertentu sebagai cara untuk memengaruhi perubahan perilaku. 110 Simpangan positif berdasar pada pengamatan bahwa dalam setiap komunitas pasti ada beberapa individu atau kelompok yang memiliki perilaku dan strategi berbeda, yang bisa menemukan solusi lebih baik ketimbang rekan lainnya dalam komunitas tersebut. Padahal, mereka semua memiliki akses yang sama terhadap sumber daya serta menghadapi tantangan yang sama baik maupun buruknya. 18 Simpangan positif merupakan sebuah strategi untuk mengidentifikasi mereka yang menunjukkan kepemimpinannya untuk melakukan hal yang lebih baik daripada orang lain, dan mengakui posisi kepemimpinan tersebut dengan mengundang mereka untuk berbagi pengalaman kesuksesannya. Tugas dari OMS atau fasilitator komunitas adalah untuk mengidentifikasi di mana contoh positif atas perubahan yang diharapkan bisa ditemukan, dan memberikan platform bagi pelaku contoh baik tersebut untuk menjelaskan mengapa mereka memilih untuk menjadi berbeda dalam arti kata positif, atau untuk mengambil tindakan yang berbeda namun lebih baik, karena kemudian bisa memperbaiki situasi mereka saat itu. Pendekatan Penyimpangan Positif merupakan sebuah pendekatan berbasis aset yang berdasar pada fakta bahwa sebagian dari organisasi atau komunitas memiliki kinerja yang lebih baik (melakukannya dengan baik), serta bahwa komunitas memiliki aset atau sumber daya yang belum dimanfaatkan sepenuhnya. Hal ini membantu komunitas atau organisasi untuk fokus

129 Metode-Metode Paling Umum pada perilaku yang tidak biasa namun lebih diinginkan, atau pada strategi yang ditemukan oleh anggota komunitas yang melakukan hal baik walaupun dia/mereka merupakan bagian dari kelompok besar yang tidak semuanya berhasil melakukan kesuksesan yang sama. Selain itu komunitas atau organisasi juga bisa mengembangkan beberapa kegiatan atau inisiatif berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dan mengukur hasilnya. Pendekatan PD menawarkan perubahan perilaku dan sosial yang berkelanjutan dengan mengidentifikasi solusi yang sudah ada dalam sistem. Metodologi PD terdiri dari empat langkah dasar, yaitu: l Definisikan area fokus yang ingin dibahas, misalnya: nutrisi, layanan publik, atau perilaku pencegahan penyakit l Tentukan siapa dan perilaku apa yang paling sukses dalam konteks dan dalam komunitas tertentu tersebut 111 l Temukan apa yang menjadi elemen kunci kesuksesan l Rancang sebuah cara agar elemen ini bisa diadaptasi dan diterapkan untuk seluruh anggota masyarakat sehingga hal ini bisa menjadi standar perilaku bagi banyak orang PD menyebut langkah-langkah di atas sebagai 4D dan jelas ada pola yang serupa dengan pendekatan 5D pada AI. Walau polanya sama apa kesuksesan yang sudah pernah terjadi, apa yang diinginkan, dan apa yang harus dilakukan berdasarkan kekuatan kita sendiri namun rincian dari setiap langkah tersebut sedikit berbeda dan lebih fokus. Untuk PD, langkah-langkah

130 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan 4D merupakan peta jalan dari sebuah proses. Istilah PD inquiry (pertanyaan PD) mengacu pada tahap dalam proses tersebut di mana komunitas mencari perilaku dan strategi sukses yang mungkin berulang di antara sesama anggota komunitas. Istilah Proses PD mengacu kepada seluruh langkah penggunaan metode pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning methods) serta keterampilan fasilitasi yang tepat untuk diterapkan dalam empat langkah rancangan PD. Hal ini akan menghasilkan pengerahan sumber daya dan rasa kepemilikan dari komunitas, penemuan solusi yang sudah ada, pembentukan jaringan baru, dan lahirnya solusi baru sebagai hasil dari inisiatif komunitas. 112 Petikan Pembelajaran dari Penyimpangan Positif Jika seseorang atau sekelompok kecil orang di komunitas atau organisasi apapun melakukannya dengan baik, atau di mana kinerja mereka mendekati apa yang diinginkan, maka mereka sudah memiliki solusi untuk masalah yang dihadapi oleh anggota komunitas yang lain. Selain itu, mereka juga sudah menemukan sumber daya dalam konteks mereka sendiri. Oleh karenanya, solusi atau jalur menuju sukses sebenarnya berada di tangan semua orang dan bisa dicapai. Dengan demikian, semua orang bisa melaksanakannya dan hal ini akan mempermudah pekerjaan pendamping. Pendekatan Penyimpangan Positif mengubah cara penyelesaian yang biasa kita lakukan dari puncaknya. Biasanya, kita akan melihat dasar teori untuk sebuah perubahan, atau mencoba untuk memahami apa yang diperlukan untuk berubah. Biasanya, hal ini akan berujung pada menemukan seseorang dari luar komunitas untuk memeriksa masalah yang ada, mengidentifikasi solusi, kemudian meyakinkan komunitas agar mau mengadopsi penyelesaian tersebut. Proses perubahan akan dimulai dengan mendapatkan pengetahuan baru atau mempelajari hal baru.

131 Metode-Metode Paling Umum Langkah selanjutnya adalah untuk meyakinkan semua orang untuk mengubah sikap mereka yaitu untuk mau berubah dan bersedia mengadopsi pola perilaku yang baru. Di sisi lain, Penyimpangan Positif bermula dari pengamatan akan sebuah praktik yang sudah ada, dan dimulai dari perilaku. Tugas pertama dalam proses perubahan apapun adalah untuk memeriksa dan meniru perilaku yang diinginkan dari dalam komunitas atau kelompok. Kemudian, hal ini akan dilanjutkan dengan sebuah pengetahuan atau apresiasi mendalam mengenai apa yang sudah ada dan bagaimana hal ini bisa dikembangkan atau diadaptasi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh komunitas atau oleh anggota komunitas lainnya. Ekonomi Komunitas yang Beragam (Diverse Community Economics) ABCD merupakan sebuah strategi untuk pembangunan ekonomi oleh komunitas (communitydriven economic development). Sampai saat ini, teori pembangunan ekonomi kerakyatan banyak didasari oleh teori pembangunan komunitas ketimbang teori ekonomi itu sendiri. Bahkan, teori ekonomi tidak bisa merangkul konsep komunitas sama sekali. Teori ekonomi klasik menuntut adanya pergerakan bebas baik untuk tenaga kerja dan modal, sementara konsep komunitas menghambat pergerakan tersebut. 113 Gibson & Graham (2005) mengambil kesimpulan serupa berdasarkan kerja mereka di Filipina dan Indonesia bagian timur. Mereka menemukan aset ekonomi tersembunyi, seperti modal sosial, modal bersama yang timbul ketika beberapa keluarga saling membantu atau berbagi sumber daya, usaha kecil seperti kios yang sering kali tidak tercatat dalam konteks ekonomi formal, kerja sukarela membantu sesama warga mengorganisir sebuah acara, serta saweran untuk mengadakan pesta atau membangun sesuatu bersama-sama. Ternyata, pekerjaan yang dilakukan perempuan memegang peranan penting dalam kesehatan kondisi ekonomi, namun

132 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan PEMBARU DAN KEKUATAN LOKAL UNTUK PEMBANGUNAN upah buruh wage labor produce produksi for untuk a pasar market perusahaan in a capitalist kapitalis film is schools on the street in neighborhoods di sekolah di within jalanfamilies diantara keluarga diwilayah sekitar unpaid in church/temple tidak dibayar pensiunan di the gereja/kuil retired between diantara freiends teman hadiah mempekerjakan diri sendiri gifts selft-employment volunteer suka rela barter tidak barter layak moonlighting dipasarkan children ilegal pinjaman informal anak-anak tidak bernilai informal moneter lending pekerjaan not for market sampingan menghidupi diri sendiri di bawah meja illegal not motezed self-provisioning koperasi produser koperasi pelanggan under-the-table perusahaan non-kapitalis producer cooperatives cosumer cooperative non-capitalist firms

133 Metode-Metode Paling Umum hal ini jarang diperhitungkan. Mereka menyebut ekonomi kerakyatan sebagai fenomena gunung es, seperti yang terlihat pada gambar di atas. Bagian yang terlihat di atas permukaan air adalah ekonomi formal, sementara di bawah sebenarnya terdapat banyak kegiatan ekonomi yang terjadi di sektor informal dan di tingkat rumah tangga. Faktor yang membentuk sebuah komunitas yang kuat adalah kapasitas masyarakat lokal dan kelompok mereka. Pengakuan akan kapasitas ini bisa dimulai dengan mengkonstrusi sebuah sudut pandang baru di mana komunitas bisa mulai menyusun kekuatan mereka ke dalam beberapa kombinasi baru, struktur kesempatan yang baru, sumber pemasukan dan kontrol yang baru, dan kesempatan produksi yang juga baru (ibid, p. 6). Pembelajaran dari Ekonomi Komunitas yang Beragam Penerapan cara berpikir berbasis aset ke dalam pembangunan ekonomi lokal, terutama terhadap perempuan sebagai aktor utama Ekonomi Komunitas yang Beragam, menyadari bahwa ada banyak keterampilan dan bakat yang digunakan oleh perempuan untuk bertahan dalam ekonomi kerakyatan di mana hal ini belum sepenuhnya disadari atau dimobilisasi seoptimal mungkin. 115 Wacana dari Ekonomi Komunitas yang Beragam dan proses yang mereka gunakan sangat bermanfaat untuk membangun inisiatif komunitas lokal untuk pengembangan ekonomi, terutama untuk perempuan. Pembangunan Endogen Pembangunan endogen adalah pembangunan yang berdasar dari dalam konteks atau komunitas tertentu. Istilah ini mengacu pada sebuah model perubahan yang organik dan mendasar pada

134 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan konteksnya. Pembangunan endogen berkembang dengan menemukan apa yang bisa ditemukan dalam satu konteks tertentu berdasarkan stimulus dari pengetahuan dan pemahaman di luar konteks tersebut. Pembangunan endogen sebagai sebuah pendekatan untuk kerja pembangunan sudah dipromosikan oleh Compas Network Tujuan Pembangunan Endogen adalah untuk memperkuat komunitas lokal untuk mengambil alih kendali akan proses pembangunan mereka sendiri dengan cara: l Merevitalisasi pengetahuan turun temurun dan pengetahuan lokal l Memilih sumber daya eksternal yang paling sesuai dengan kondisi lokal l Mencapai peningkatkan keanekaragaman hayati dan keragaman budaya, mengurangi kerusakan lingkungan, dan interaksi di tingkat lokal dan regional yang berkesinambungan. Beberapa konsep kunci pembangunan endogen sebagai contoh penerapan pendekatan berbasis kekuatan, serta sebagai bagian dari konteks sejarah penerapan pembangunan komunitas berbasis aset adalah: l Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan; l Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh; l Mengapresiasi cara pandang dunia; l Menemukan keseimbangan antara sumber daya lokal dan eksternal. Praktisi pembangunan endogen dan contoh dari pendekatan ini kebanyakan bekerja di wilayah Amerika Latin dan India. Misalnya, komunitas di India sudah bekerja sama dengan praktisi kesehatan untuk menganalisis tanaman dan rempah yang digunakan oleh tabib untuk menemukan mana yang paling efektif untuk menangani penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan penggunaan tanaman dan rempah sehingga bisa mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan. Komunitas juga kemudian didorong

135 Metode-Metode Paling Umum untuk menanam tanaman yang paling bermanfaat dan tumbuh di sekitar mereka dengan mengembangkan Kebun Tanaman Obat. Hasilnya adalah kombinasi dari praktik tradisional dan modern yang terbukti bisa lebih efektif dan lebih hemat biaya. 20 Di bagian timur Indonesia, Threads of Life, sebuah usaha sosial yang berbasis di Bali juga menerapkan ide dasar Pembangunan Endogen ketika bekerja sama dengan para penenun tradisional. Warisan budaya dan adat yang diwujudkan dalam produksi kain tradisional diberi nilai komersial yang lebih tinggi dibanding harga pasar sebagai hanya sekadar kain. Bahan yang ditenun dengan tangan ini mengandung banyak budaya yang tak terhingga, seperti yang dikatakan oleh William Ingram, co-founder Threads of Life. Istilah budaya tak terhingga ini meliputi nilai-nilai, pengetahuan, pemahaman, serta aspirasi yang tersirat di balik ekspresi budaya dan perilaku komunitas di desa sehari-hari. Praktik pembangunan barat pada umumnya, atau ekonomi berbasis barat, tidak pernah menyertakan nilai komersil atas hal-hal yang sangat penting dan tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari ini. Di sisi lain, dengan kerelaan untuk membayar lebih untuk sebuah kain tradisional, Threads of Life membantu mengembangkan komunitas dengan mendapatkan kembali harga diri yang mereka miliki tentang identitas mereka dan apa yang mereka wakili ke dunia luar. Kunci pembangunan yang sukses dan berkelanjutan adalah dengan bekerja sama dengan budaya tradisional dan terlibat dengan nilai yang tersirat dalam budaya tradisional tersebut Pembelajaran dari Pembangunan Endogen Menarik untuk dicatat bahwa ide dan proses di balik Pembangunan Endogen ternyata serupa dengan pendekatan ABCD. Namun, Compas Network mengatakan bahwa yang paling penting adalah bahwa metode ini bermula dari kelas menengah, donor, dan negara dunia pertama yang

136 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan selalu tidak bisa mengakui aset kunci yang ternyata bisa dimobilisasi untuk wilayah pedesaan di negara berkembang. Aset ini biasa disebut sisi spiritual sistem kepercayaan, cerita, dan tradisi yang datang dari adat dan sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari komunitas. Hal ini sering kali diabaikan oleh pekerja pembangunan asing, bahkan dianggap hambatan untuk kemajuan program. Pembangunan Endogen mengubah hal ini menjadi aset penting yang bisa dimobilisasi untuk pembangunan sosial dan ekonomi kerakyatan. Di saat orang lain menganggapnya sebagai kekurangan, metode ini malah mengubahnya menjadi salah satu pilar pembangunan. 118 Beberapa Poin Rangkuman Bab Ini Setiap metode atau pendekatan yang dijelaskan dalam bab ini telah memberikan kontribusi penting dan substantif terhadap pendekatan berbasis aset untuk memperkuat organisasi dan membangun komunitas. Kontribusi utama dari masing-masing metodologi adalah: l Appreciative Inquiry berkontribusi dalam proses wawancara apresiatif sebagai cara untuk memulai proses untuk melibatkan semua orang dalam organisasi atau komunitas, dan mengkombinasikan yang terbaik dari apa yang sudah pernah terjadi untuk mencapai visi yang paling diinginkan dan inklusif di masa mendatang. l Pembangunan Komunitas Berbasis Aset yang berkontribusi pada cara pandang bahwa orang bisa mengubah persepsi atas lingkungan mereka saat ini, yaitu dari selalu tergantung terhadap kebutuhan menjadi memiliki aset yang berlimpah. Ketika mereka melakukan

137 Metode-Metode Paling Umum perubahan sudut pandang ini, mereka menghargai fakta bahwa aset mereka sendiri bisa digunakan untuk mencapai apa yang mereka belum miliki. Mereka bisa memulai proses perubahan dari dalam keluar. l Inisiatif Penyimpangan Positif yang berkontribusi dengan pemahaman bahwa setiap konteks bisa memiliki kinerja yang berbeda, walaupun menggunakan sumber daya yang sama dan ada pada saat itu. l Ekonomi Komunitas yang Beragam yang berkontribusi untuk menerapkan kunci perspektif ABCD pada pembangunan ekonomi lokal berbasis masyarakat. l Pembangunan Endogen berangkat dari pembangunan di tingkat desa dan menggunakan pendekatan berbasis aset dengan menekankan pentingnya nilai budaya dan spiritual. 119

138 120 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan

139 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset 121 BAB 7 Tahap tahap dalam Pelaksanaan 121 Pendekatan Berbasis Aset

140 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Bab ini menggarisbawahi enam tahap kunci yang bisa digunakan untuk memadu-padankan bagian bagian pendekatan berbasis aset. Tahapan kunci ini adalah suatu kerangka kerja atau panduan tentang apa yang mungkin dilakukan, tapi bukan apa yang harus dilakukan. Tiap komunitas, organisasi atau situasi itu berbeda beda dan proses ini mungkin harus disesuaikan agar bisa cocok dengan situasi tertentu. Tiap tahapan bisa saja memiliki penekanan tertentu, tergantung pada titik berangkatnya. Misalnya, bila satu program baru saja dimulai, maka tahapan awal lah yang paling penting. Bila satu program sedang berjalan, maka tahapan seperti perencanaan aksi dan monitoring menjadi tahapan paling penting. Walaupun derajat penekanannya berbeda di tiap bagian dalam siklus proyek, tetapi tiap tiap tahapan memiliki sumbangsih penting masingmasing. 122 Enam tahapan yang akan dijabarkan dibawah ini adalah: l Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario l Tahap 2: Menemukan Masa Lampau l Tahap 3: Memimpikan Masa Depan l Tahap 4: Memetakan Aset l Tahap 5: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan Aksi l Tahap 6: Pemantauan, Pembelajaran dan Evaluasi

141 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario Dalam Appreciative Inquiry (AI) terkadang disebut Define. Dalam AssetBased Community Development (ABCD), terkadang digunakan frasa Pengamatan dengan Tujuan/Purposeful Reconnaissance. Pada dasarnya terdiri dari dua elemen kunci memanfaatkan waktu untuk mengenal orang-orang dan tempat di mana perubahan akan dilakukan, dan menentukan fokus program. Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni menentukan: 1. Tempat 2. Orang 3. Fokus Program 4. Informasi tentang Latar Belakang Tempat 123 Bagian penting dari tahap pertama ini adalah pendekatan berbasis aset dan dipelopori oleh warga untuk memutuskan lokasi, organisasi atau komunitas, di mana proses perubahan akan terjadi. Hal ini penting dilakukan diawal, karena lokasilah yang akan menghasilkan informasi informasi yang spesifik di konteksnya, dan memengaruhi keseluruhan rancangan input berikutnya. Di mana kita bekerja sama pentingnya dengan bagaimana proses yang kita gunakan. Termasuk dalam pertimbangan tempat adalah menentukan di mana pertemuan awal akan dilakukan. Tempattempat tertentu memiliki konotasi atau pengaruh sosial dan politik tersendiri. Misalnya, bila kita ingin bekerja dengan kelompok yang kurang akses ke sumber daya, maka harus melakukan riset sebelumnya tentang lokasi kerja kita nantinya. Mungkin kita juga harus menjelaskan alasan pemilihan lokasi tersebut pada pemerintah setempat. Pilihan lokasi juga bisa jadi dipengaruhi

142 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan oleh rencana pembangunan di tingkat distrik yang telah disepakati. Dalam kasus ACCESS rencana ini dipengaruhi oleh Visi Kabupaten dan Rencana Kerja yang dipilih oleh Organisasi Non Pemerintah (Ornop). 124 Kemiskinan atau kebutuhan terbesar dunia bukan kriteria yang berguna untuk melaksanakan pendekatan berbasis aset. Yang jauh lebih penting adalah kemauan untuk berpartisipasi. Salah satu cara menilai kemauan ini adalah dengan mencari tanda tanda kepemimpinan lokal yang kuat, sejarah kerja bersama untuk kepentingan bersama, serta modal sosial yang tinggi. Mencari komunitas seperti ini akan memakan waktu lama. Penting untuk mengenal orang orang, dan cara mereka berinteraksi dalam komunitas tersebut. Sebaliknya, bila suatu komunitas tidak mau berkomitmen pada kekuatan dan sumber dayanya, maka disarankan untuk tidak bekerja di komunitas tersebut, untuk alasan sosial politik apapun. Bila komunitas atau organisasi sudah dipilih, maka diharapkan untuk memilih lokasi mulai yang netral secara politik, yang tidak mengkaitkan proses ini dengan pemilik kekuasaan. Dan dalam konteks masyarakat di mana konflik sedang berlangsung, penting untuk memilih posisi netral yang tidak bisa dikaitkan atau diidentifikasi sebagai domain salah satu pihak yang terlibat dalam konflik. Masyarakat Kita harus sangat jelas tentang siapa yang akan terlibat. Harus ada cukup waktu yang digunakan untuk membangun hubungan dengan masyarakat atau kelompok, sehingga Organisasi Non Pemerintah bisa memahami dinamika internal dan hubungan hubungan majemuk yang ada dalam komunitas. Tidak cukup untuk mengasumsikan bahwa kita akan bekerja bersama

143 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset seluruh komunitas, hanya karena kita sudah mendorong setiap orang untuk terlibat. Dalam menggunakan pendekatan berbasis aset, penting untuk memastikan semuanya jelas bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang bisa dikontribusikan, setiap orang punya bakat, talenta, kemampuan atau cara pandangan yang bermanfaat. Seluruh komunitas, bukan salah satu bagian saja, harus dilibatkan. Tujuan yang dirumuskan haruslah: l Inklusif gender memastikan laki laki dan perempuan terwakili secara setara di tiap kegiatan, mulai dari penentuan agenda sampai dengan monitoring dan evaluasi. l Inklusif orang muda memberikan kesempatan bagi orang muda dibawah sampai dengan 16 tahun untuk berpartisipasi. l Inklusif secara sosial memastikan bahwa mereka yang dengan alasan apapun terasing dari komunitas, juga hadir (penting memastikan keterlibatan etnis minoritas, orang miskin, yang terisolasi secara geografis, juga mereka yang dianggap rendah karena kondisi yang dialami sejak lahir, agama ataupun kondisi fisik, mereka yang baru bermukim di lokasi tersebut, maupun mereka secara sejarah terpisah dari kelompok atau keluarganya). l Inklusif penyandang disabilitas pelajari mereka yang menyandang disabilitas atau punya kebutuhan khusus dan memastikan bahwa mereka ini bisa juga terlibat di seluruh proses sejak awal. 125 Penting juga untuk memastikan keterlibatan agen perubahan formal maupun informal dalam komunitas. Agen perubahan seperti itu biasanya adalah mereka yang bekerja di belakang layar dan memastikan keberhasilan suatu upaya. Mereka ini belum tentu dipilih atau dinominasikan sebagai pemimpin di komunitas.

144 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Fokus Program Di banyak konteks pembangunan, alasan kita bekerja bersama masyarakat biasanya sudah ditentukan sebelumnya. Ada yang ditentukan oleh pemerintah setempat atau donatur atau mananjer program. Ada yang ditentukan oleh karakter intervensi, misalnya pemulihan dan rehabilitasi setelah bencana alam atau program untuk pengembangan ekonomi lokal atau memperbaiki pengelolaan sumber daya alam sebagai respon terhadap perubahan iklim. Komunitas sendiri bisa jadi terlibat dalam penentuan ini. Di ACCESS, banyak Ornop sudah memiliki rancangan konsep atau fokus program untuk menyikapi tema yang muncul dari Visi Kabupaten dan Rencana Kerja. 126 Komunitas ingin tahu mengapa kita hadir ditengah mereka dan fokus program kita bisa menjelaskan ini. Fokus program bisa juga dipahami sebagai topik pembicaraan kita dengan komunitas. Komunitas bisa saja ingin membicarakan berbagai hal tetapi diskusi dan interaksi bisa dibatasi dengan menyampaikan bahwa kita diundang untuk menjajaki hal atau kepedulian tertentu. Bila alasan atau latar belakang ini sudah ditentukan, maka harus sangat umum seperti memajukan kesehatan atau memajukan kesempatan mendapatkan pendidikan, atau untuk memberdayakan komunitas agar bisa mengelola sumber dayanya dengan lebih baik. Penting untuk tidak menjadi terlalu spesifik agar masih ada ruang bagi komunitas untuk terlibat dalam menentukan fokus yang diinginkan bagi diri mereka sendiri. Dalam memilih fokus atau latar belakang keterlibatan kita, pastikan kita melakukannya secara positif atau apresiatif. Tujuan utama penyelidikan atau fokus kegiatan yang akan membawa perubahan haruslah suatu outcome yang diinginkan. Pilihan topik kita harusnya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, bukannya menghindari sesuatu yang menyebabkan

145 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset masalah di masa lampau. Misalnya, bukan mengurangi kerentanan terhadap kelaparan tetapi lebih baik memastikan ketersediaan pangan yang berlimpah. Atau, daripada mengurangi kasus kekerasan dalam rumah tangga, lebih baik membuatnya menjadi meningkatkan harmoni atau kesetaraan dalam rumah tangga. Metode ABDC tidak menyarankan kita pemilihan topik perubahan sebelumnya. Bagi ABCD, topik harusnya muncul sebagai hasil dari penjajakan sumber daya yang paling berguna, baik yang ada maupun yang potensial. Dalam pendekatan seperti ABCD, konteks akan menentukan kesempatan, dan kesempatan akan menentukan arah perubahan. Pada gilirannya, arah perubahan akan bertambah luas dan menjadi lebih holistik ketika pemahaman komunitas tentang diri sendiri dan kesepakatan untuk menyikapi aspirasi tertentu, terus berkembang. Informasi Latar Belakang 127 Pada tahap awal membangun hubungan dengan komunitas atau kelompok, akan ada kesempatan untuk melengkapi penelitian awal di konteks yang ada. Riset ini hanyalah bagian dari pengambilan data dasar yang mungkin dibutuhkan, dan biasanya terkait informasi yang bisa dikumpulkan melalui survey atau review atas survey yang sudah ada. Riset latarbelakang ini termasuk jenis informasi yang bisa dikumpulkan tanpa banyak keterlibatan masyarakat ataupun kebutuhan perspektif dan sumber sumber yang berbeda. Kebanyakan adalah data obyektif tentang konteks yang ada, dan bukanlah identifikasi kebutuhan, keinginan atau masalah yang dihadapi komunitas. Ketika monitoring rencana kerja atau pelaksanaan oleh Ornop yang menggunakan pendekatan berbasis aset, akan sangat berguna untuk menanyakan tentang bagaimana tiap tiap point diatas akan atau sudah disikapi.

146 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Siapa yang Harus Berpartisipasi? Langkah ini membutuhkan kemampuan membangun hubungan dan waktu untuk mengamati bila konteksnya masih baru. Banyak pihak berpendapat bahwa fasilitator harus menggunakan waktu untuk mengenal orang orang dalam komunitas dan siapa yang paling mungkin akan berpartisipasi. Kata kata dari guru di Abad 16 SM ini, Lao Tse, sangat relevan dengan bagaimana melakukannya: 128 Pergilah ke masyarakat. Tinggal bersama mereka. Belajar dari mereka. Kasihi mereka. Mulailah dengan apa yang mereka tahu. Bangunlah dengan apa yang mereka miliki Tapi pemimpin terbaik, ketika tugas telah usai, masyarakat akan berkata: Kami sendirilah yang melakukannya. Terkadang peran perantara dibutuhkan untuk memperkenalkan agen perubahan dari luar. Terkadang perlu menggunakan salah satu proses yang disarankan di bawah ini (Alat) untuk mengidentifikasi agen perubahan kunci atau fasilitator komunitas untuk bekerja bersama kita. Proses mengidentifikasi tempat mulai yang cocok dan organisasi komunitas yang menjadi target bisa jadi sudah ditentukan oleh lembaga luar, seperti pemerintah atau donatur. Bisa juga dibutuhkan investigasi awal berdasarkan kriteria kriteria yang telah disepakati. Alat Semua pendekatan berbasis aset dimulai dari percakapan dan cerita. Percakapan merupakan nadi dari seluruh kekuatan dan pendekatan berbasis aset. Percakapan tentang capaian di masa lampau, aspirasi masa depan, aset potensial dan orang orang yan membuat perubahan yang

147 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset lebih baik, adalah alat yang paing mendasar. Secara khusus, tahap awal dalam membangun kepercayaan dan belajar memahami komunitas, mendorong percakapan yang kaya dan menerus adalah alat terbaik yang tersedia. Percakapan bisa formal atau informal. Percakapan informal bisa mendorong orang bercerita tentang apa yang paling dibanggakan oleh komunitas dan apa yang menjadi kepedulian komunitas yang beragam, baik orang muda, perempuan, penyandang disabilitas, orang renta, maupun mereka yang terpinggirkan. Percakapan bisa jadi formal, dalam konteks pertemuan, ketika ada pertanyaan yang sama untuk semua orang, tetapi masing-masing punya kesempatan untuk menyampaikan pendapat dengan cara mereka, berdasarkan pengalaman masing-masing. Ada sejumlah alat atau metode yang bisa disarankan untuk kepentingan ini. Mungkin yang paling berguna adalah proses Wawancara Apresiatif, baik di kelompok kecil maupun secara individual. Cara ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang yang paling terbuka untuk perubahan, yang paling kreatif dalam membayangkan masa depan. 129 Banyak yang memulai dengan forum terbuka atau membuat ruang bagi masyarakat untuk mengembangkan percakapan yang lebih terbuka. Termasuk di dalamnya adalah World Cafe dan Open Space Technology. Alat untuk Pengumpulan Data Dasar Ada banyak jenis alat yang bisa digunakan dalam komunitas dan dilakukan oleh kelompok besar, seperti pemetaan organisasi yang ada (modal sosial), pemetaan kapasitas komunitas, ranking kesejahteraan, analisis peran berbasis gender dan kalender musim. Mungkin butuh transek dan survey rumahtangga untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Kemajuan teknologi digital dan akses internet mempermudah pengumpulan informasi dan analisis data yang lebih

148 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan rumit. Mengubah data menjadi visual dan peta yang bisa diakses dapat dilakukan dengan menggunakan program OpenStreetMap yang bisa diunduh gratis. OpenStreetMap (OSM) adalah proyek kolaboratif yang menciptakan peta dunia yang bisa diedit. Dua kekuatan utama di balik pembuatan dan perkembangan OSM adalah larangan penggunaan peta informasi yang ada di berbagai belahan dunia, dan ditemukannya alat navigasi satelit portabel yang murah. 130 Peta tersebut diciptakan dengan menggunakan data dari alat GPS portabel, potret udara, dan sumber sumber gratis lainnya atau bahkan dari pengetahuan lokal. Tetapi baik gambar yang dihasilkan dari kumpulan data ini dan kategori informasi yang dapat dikumpulkan, tersedia dan dapat diunduh di Creative CommonsAttribution-ShareAlike 2.0.[4] ACCESS dan mitra bekerja di 20 kabupaten di Indonesia bagian Timur, dan sekarang menggunakan Pendekatan OpenStreetMap bersama sama dengan perangkat editing lain yang juga dapat diunduh gratis seperti JOSM dan program editing data vektor lain seperti Quantum GIS. Dengan berbagai kombinasi, perangkat perangkat ini sekarang digunakan sebagai cara untuk memasukkan informasi komprehensif yang kemudian dapat digunakan untuk memetakan kesuksesan program dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Informasi ini berguna untuk kebutuhan perencanaan dan monitoring pemerintah. Juga berguna bagi komunitas, dengan melakukan pemetaan perkembangan mereka secara partisipatif, misalnya, perkembangan kesejahteraan, sanitasi lingkungan, gizi, kondisi kesehatan dasar dan memastikan partisipasi kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas, orang muda dan perempuan.

149 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Tahap 2: Mengungkap Masa Lampau (Discovery) Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa cara untuk mengungkap (discovering) hal hal yang memungkinkan sukses dan kelentingan di komunitas sampai pada kondisi sekarang ini. Kenyataan bahwa suatu komunitas masih berfungsi sampai saat ini membuktikan bahwa ada sesuatu dalam komunitas yang harus dirayakan. Tahap ini terdiri dari: l Mengungkap (discover) sukses apa sumber hidup dalam komunitas. Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dalam rangkaian perjalanannya. Siapa yang melakukan lebih baik. l Menelaah sukses dan kekuatan elemen dan sifat khusus apa yang muncul dari telaah cerita cerita yang disampaikan oleh komunitas. Bercerita di Discovery 131 Tahap discovery merupakan pencarian yang luas dan bersama-sama oleh anggota komunitas untuk memahami apa yang terbaik sekarang dan apa yang pernah menjadi terbaik. Di sinilah akan ditemukan inti positif pontensi paling positif untuk perubahan di masa depan. Telaah Sukses dan Kekuatan Wawacara dapat menghasilkan banyak informasi tentang keterampilan individu dan komunitas, kekuatan dan aset. Juga merupakan cara di mana pekerja pembangunan dapat membangun rasa hormat terhadap pengetahuan dan pengalaman anggota komunitas. Kemitraan yang sebenarnya lebih bisa terbangun dengan mengajukan pertanyaan, dan bukan mendiktekan apa yang harus dilakukan. Agar wawancara menjadi produktif, penting untuk menjaga diskusi tetap terfokus dan mengajukan pertanyaan pertanyaan rinci.

150 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Untuk membantu pencerita mengingat informasi rinci tentang kekuatan dan aset, pewawancara perlu menggali dengan pertanyaan. Pewawancara sedang berupaya memahami faktor pendorong sukses, belajar bersama dengan orang yang sedang bercerita. Pertanyaan yang bisa diajukan: l Apa saja peran dari orang orang tertentu dalam komunitas dalam mendorong sukses ini? (Mencari tahu tentang kekuatan dan kapasitas kelompok/komunitas/individu/institusi). 132 l Bagaimana situasinya sendiri? (Mencari tahu tentang lingkungan, cuaca, kesempatan di perekonomian lokal, situasi hukum, nilai-nilai budaya, kebijakan pemerintah, pengalaman komunitas di masa lampau, dll) l Bagaimana peran anda dalam sukses tersebut? (Orang mungkin tidak ingin atau terlalu malu menceritakan kekuatan dan kapasitas diri sendiri. Bila demikian, anda mungkin harus mencari tahu dengan bertanya pada orang lain). l Siapa lagi yang membantu mencapai sukses yang anda alami sejauh ini? Dokumentasi kekuatan, aset dan faktor pendukung positif yang baik sangat penting, karena informasi informasi ini akan digunakan di tahap pemetaan aset. Dengan dorongan positif, pertanyaan pertanyaan diatas akan menghasilkan cerita yang kaya yang mencerminkan pencapaian, nilai dan aspirasi individual, kelompok maupun komunitas. Peran fasilitator adalah membantu kelompok menggambarkan tema umum dari cerita cerita tersebut. Juga mulai memahami alasan mengapa proses ini digelar dengan cara seperti itu, dan memahami hubungan antara beragam aset komunitas.

151 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Tujuan Discovery Tahap discovery ditujukan untuk: l Meningkatkan kepercayaan diri l Partisipasi yang inklusif l Gagasan kreatif, indikator tak terduga atau petunjuk tentang bagaimana sesuatu dapat dilakukan. l Antusiasme dan semangat atas perwujudan kompetensi yang ada. l Transfer kepemilikan proses perubahan kembali kepada komunitas dan pada konteks mereka sendiri. Pesan kunci yang ingin kami sampaikan di tahap Discovery adalah bahwa komunitas: 133 l Sudah pernah mencapai sukses atau bahwa mereka sudah melakukan hal seperti ini sebelumnya. l Memiliki rasa bangga dan percaya terhadap upaya mereka sendiri l Memiliki contoh bagaimana mereka bisa melakukan sesuatu yang lebih baik atau bagaimana mereka mampu mengatasi kesulitan kesulitan. l Memiliki cerita sukses yang memberikan mereka contoh baik serta menjadi inspirasi di masal depan. l Mulai mengidentifikasi beberapa kekuatan dan asetnya. l Melalui proses ini komunitas menemukan energi dan kepercayaan diri untuk bisa bergerak ke masa depan yang tidak diketahuinya dan bisa jadi melampaui apa yang mereka bayangkan.

152 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Bagaimana? Mulailah dengan pertanyaan pertanyaan umum. Minta orang-orang untuk bercerita tentang sukses komunitas di masa lalu, di mana masyarakat mengambil inisiatif tanpa bantuan dari luar. 134 Ajukan juga pertanyaan yang berhubungan dengan fokus keterlibatan kita topik penyelidikan yang akan digali. Misalnya: bagaimana komunitas ini berkontribusi pada pengelolaan dan berfungsinya sekolah atau klinik? Atau perluas pertanyaan menjadi apa yang telah anda lakukan untuk memastikan bahwa masyarakat tetap sehat atau apa kegiatan ekonomi yang menurut anda paling berguna? Tanyakan tentang sukses di praktik pertanian atau pengelolaan sumber daya alam. Contohnya, diskusi bisa dimulai dengan salah satu dari point dibawah ini: l Ceritakan pada saya tentang satu inisiatif komunitas yang menurut anda berhasil, dan merupakan upaya komunitas sendiri. (Bisa jadi membantu bila didahului dengan pertanyaan tentang upaya upaya yang sudah dilakukan oleh komunitas dengan menggunakan sumber daya sendiri atau dengan hanya sedikit bantuan luar). l Ceritakan pada saya tentang satu kegiatan yang dilakukan oleh anggota komunitas yang menguntungkan ekonomi lokal dan terus memberikan keuntungan bagi komunitas lokal. l Ceritakan pada saya tentang suatu waktu di mana anda sendiri berkontribusi memperbaiki kesehatan komunitas atau keluarga anda, dengan sumber daya anda sendiri, serta gagasan tentang bagaimana hidup sehat itu.

153 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Mengacu pada metode Simpangan Positif, minta komunitas membantu menemukenali siapa dalam komunitas yang pernah sangat sukses, misalnya dalam hal kegiatan ekonomi, produksi pangan, kesehatan dan gizi untuk keluarganya, dan sebagainya. Biasanya, pada awalnya, hal ini dilakukan dalam wawancara perorangan. Namun hal ini tidak cukup praktis dan terkadang tidak pantas dilakukan di konteks komunitas tertentu. Untuk alasan tersebut, maka proses discovery atau wawancara apresiatif ini bisa juga dilakukan dalam kelompok. Kelompok diskusi biasanya dibagi menjadi kelompok laki laki, kelompok perempuan, kelompok laki laki dan perempuan dewasa, kelompok orang muda, dan sebagainya. Saran lain adalah untuk memulainya dengan sangat informal di awal tahap membangun hubungan, kemudian membuatnya lebih sistematik atau formal bersama kelompok. Yang ketiga, bisa jadi lebih baik untuk memulai dengan seluruh komunitas, melakukan wawancara dalam kelompok kelompok yang dibagi berdasarkan gender dan umur. Dengan begitu seluruh komunitas bisa mengerti bagaimana proses ini dilakukan. Setelah pertemuan umum dan biasanya singkat ini dilakukan, fasilitator bisa melakukan wawancara apresiatif terhadap individu atau rumah tangga. Terkadang pertemuan besar juga menjadi ajang menemukenali cofasilitator atau relawan dari desa yang akan membantu dalam proses wawancara individu atau rumahtangga. 135 Siapa yang Harus Berpartisipasi? Tahap discovery ini ditujukan untuk setiap orang, atau sebanyak mungkin perwakilan komunitas. Penting untuk memastikan bahwa mereka yang anda inginkan terlibat, juga diberikan waktu untuk bercerita dan terhubung dengan kelompok besar. Juga harus ada waktu untuk wawancara

154 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan atau sesi diskusi kelompok dengan pihak pihak yang berasosiasi dengan komunitas. Bisa pelaku usaha lokal, pedagang, pemuka agama lokal, unsur pemerintah lokal seperti guru, staf kesehatan, PPL, atau camat dan staf pemerintah lokal lainnya. Peran Fasilitator 136 Sangat penting bagi fasilitator untuk terlibat dalam proses bercerita dan wawancara ini dengan cara pikir yang apresiatif. Fasilitator atau staf Ornop harus bisa memandang proses ini sebagai kesempatan untuk belajar tentang apa yang bisa ditawarkan oleh komunitas dan kekuatan yang dimiliki untuk membuat perubahan. Komunitaspun harus bisa melihat bahwa Ornop benar benar tertarik mempelajari apa yang dibanggakan oleh komunitas. Fasilitator pun harus bisa menunjukkan pendekatan menyimak apresiatif. Fasilitator atau pewawancara dituntut untuk menyimak dengan aktif dan apresiatif, atau memanfaatkan peluang untuk mengenali dan mengakui bagian terbaik dari cerita yang disampaikan. Mengapresiasi adalah menghargai, prize, esteem and honour. Waktu yang Dibutuhkan Tahap Discovery bisa dilakukan sendiri atau dikombinasikan dengan tahap berikutnya. Ada banyak contoh di mana tahap ini bisa dilakukan dengan ratusan peserta dalam waktu sangat singkat, katakanlah beberapa jam saja.

155 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Tahap ini juga bisa dilakukan dalam satu minggu atau lebih panjang, dimulai dan berpuncak pada pertemuan kelompok besar dengan sejumlah besar anggota komunitas. Di antara dua pertemuan besar tersebut, diskusi terfokus kecil atau wawancara perorangan bisa dilakukan. Alat yang Berguna untuk Discovery Appreciative Inquiry (AI) memberikan seperangkat alat atau proses yang terbaik untuk tahap ini. Dalam AI biasanya ada empat langkah di tahap ini, yaitu: l Bercerita setiap orang mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan ceritanya atau menemukenali siapa siapa yang punya cerita menarik. l Identifikasi peran apa yang sudah atau sedang anda lakukan yang menghasilkan sukses ini. 137 l Identifikasi kontribusi apa saja kontribusi orang lain dukungan yang diberikan oleh, misalnya, keluarga, anggota kelompok, atau komunitas anda? l Elemen sukses apa yang membuat sukses tersebut apa kekuatan, keterampilan khusus, sumber daya atau aset yang anda gunakan? Elemen sukses bisa dijelaskan sebagai pembelajaran pembelajaran apa yang anda peroleh dari pengalaman sukses ini, sesuatu yang akan anda lakukan lagi dan lagi setelah pengalaman tersebut. l Menyeleksi cerita terbaik atau yang paling informatif untuk dihubungkan dengan seluruh komunitas, atau yang paling bisa mewakili capaian komunitas.

156 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Sangat penting dipastikan bahwa anda mengajukan pertanyaan yang tepat. Pertanyaan harus cocok dengan konteks orang, tempat dan juga hakikat penyelidikan, atau fokus percakapan ini. Adalah normal untuk mengujicoba pertanyaan yang ingin diajukan, sampai menemukan rangkaian kata kata yang tepat untuk mendorong respon yang berharga. 138 Metode Simpangan Positif dimulai dengan menggali informasi siapa dalam komunitas yang melakukan hal hal yang lebih baik daripada yang lain. Simpangan Positif berguna bila kita mencari pola perilaku yang diinginkan. Contohnya, bila fokus kita adalah mempromosikan praktik pertanian yang baik, atau ketahanan pangan maka komunitas bisa diminta mengidentifikasi siapa petani terbaik di antara mereka. Bila fokus kita adalah memajukan fungsi pelayanan kesehatan di desa, maka mulailah bertanya pada mereka yang paling mendapat keuntungan dari pelayanan kesehatan, atau contoh pusat pos layanan kesehatan terbaik serta pelayanan yang mereka berikan. Tahap 3: Mimpikan Masa Depan Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning) adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran positif tentang masa depan mereka. Proses ini menambahkan energi dalam mencari tahu apa yang mungkin. Tahap ini adalah saat di mana masyarakat secara kolektif menggali harapan dan impian untuk komunitas, kelompok dan keluarga mereka. Tetapi juga didasarkan pada apa yang sudah pernah terjadi di masa lampau. Apa yang sangat dihargai dari masa lampau terhubungkan pada apa yang diinginkan di masa depan, dengan bersama-sama mencari hal hal yang mungkin. Bagaimana masa depan yang bisa dibayangkan oleh komunitas secara bersama?

157 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Perbedaan antara tahap mimpi dengan menggunakan pendekatan berbasis aset dengan di proses visioning lain adalah, mimpi di sini dibangun diatas penggalian kekuatan yang ada sekarang. Mimpi tanpa didahului oleh penggalian aset atau kekuatan akan berakhir hanya sebagai daftar khayalan dan tidak berakar pada kenyataan. Tahap Mimpi terdiri dari dua langkah: l Mengartikulasi visi masa depan yang positif l Mencari kesepakatan atas mimpi tersebut. Mengartikulasi Mimpi Kebanyakan komunitas tradisional yang tidak mengecap pendidikan modern, tidak terbiasa mempunya mimpi masa depan. Mereka hidup dalam masyarakat yang diatur dengan tradisi dan bagi mereka hari esok adalah tantangan. Dengan memberikan mereka ruang untuk mengembangkan visi mereka, setelah mempelajari aset mereka, akan sangat membantu untuk membayangkan masa depan yang bisa diraih. 139 Pelajaran yang dapat dipetik dari beberapa pengalaman adalah bahwa ketika melakukan visioning, ada bahaya kecenderungan bahwa hasilnya akan terlalu sempit atau sebaliknya sekadar daftar keinginan hal-hal yang diinginkan sesuai anggaran yang tersedia. Dengan kata lain, kita tidak perlu takut untuk membiarkan masyarakat membayangkan hal-hal baru yang mungkin dilakukan serta cara-cara baru bekerja sama guna mewujudkan tujuan bersama. Justru dengan cara ini kita bisa membantu mereka menemukan energi baru untuk menjelajahi masa depan yang memiliki makna.

158 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Juga bila komunitas membuat gambar atau menggunakan lagu, tarian atau ekspresi kreatif lainnya, maka ada kesempatan untuk menceritakan apa yang ada dalam gambar atau gerakan tersebut. Biasanya hal ini merupakan daftar atau urutan prioritas di dalam kelompok sebelum dibagikan di komunitas yang lebih besar. Mencari Kesepakatan Tentang Visi 140 Proses ini kemudian diikuti dengan diskusi tentang apa yang paling penting atau apa yang paling diinginkan oleh paling banyak orang. Hal ini yang menjadi fokus energi mereka. Inilah kesempatan bagi seluruh komunitas untuk bersepakat tentang visi masa depan bersama, yang akan mengarahkan seluruh upaya dan kerja mereka. Hal inilah yang menjadi dasar untuk satu rencana, satu desa atau visi masa depan yang merangkum aspirasi aspirasi mereka atau apa yang paling diinginkan. Rangkuman ini bisa berbentu gambar desa ideal, sekolah komunitas ideal, atau desa yang sehat tapi biasanya juga mengandung kalimat atau pernyataan kunci yang bisa digunakan oleh komunitas sebagai versi ringkas dari gambar yang sangat kaya. Biasanya lebih baik kalau masyarakat punya versi panjang dan versi ringkas. Versi panjang bisa menggambarkan keseluruhan gambar atau mimpi masa depan, menetapkan beberapa prioritas kunci atau menggarisbawahi aspek aspek kunci dari mimpi, termasuk tampakan masa depan, siapa saja aktornya dan seperti apa mereka akan bekerja sama. Sementara versi ringkas adalah cara agar masyarakat bisa mengulang ulangnya terus menerus. Versi ringkas ini adalah bagian refrain yang akan tetap diingat, dan bisa menjadi bagian dari lagu atau judul dari upaya komunitas ini.

159 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Misalnya, versi panjang visi ACCESS atau pernyataan kunci adalah Warga negara dan organisasinya dikuatkan agar bisa bekerja sama dengan pemerintah lokal demi memajukan dampak pembangunan di berbagai kabupaten di Indonesia Timur. Versi ringkas adalah Menciptakan ruang dan kesempatan Akhirnya, dalam rumusan rencana strategis, mimpi atau pernyataan visi dapat dibagi menjadi Pernyataan Visi yang luas dan Pernyataan Misi yang lebih rinci. Pernyataan Visi memberikan gambaran besar tentang masa depan dan Pernyataan Misi menggambarkan para aktor dan apa yang akan mereka lakukan. Tujuan Mimpi atau Visi 141 Menciptakan seperangkat dalil provokatif, yaitu pernyataan pernyataan yang menggambarkan komunitas ideal atau apa yang harusnya terjadi. Merancang kegiatan yang dikembangkan atas imaji komunitas tentang diri sendiri dengan menampilkan gambaran gambaran yang jelas tentang bagaimana kondisi mereka bila inti positifnya benar benar dihidupkan. Mimpi menuntun pada: l Visi yang jelas dan tujuan akhir yang ditentukan dari dalam komunitas l Membangkitkan imajinasi dan pemikiran kreatif yang sejalan dengan sejarah dan konteks tiap komunitas.

160 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan l Masalah bisa diubah menjadi kesempatan dan cara baru untuk bergerak maju. l Kesempatan untuk berbagai kelompok dalam masyarakat untuk saling mendengar tentang visi masa depan masing-masing. Juga kesempatan untuk membua dialog antara perempuan dan laki laki, anak muda dan orang dewasa, kaya dan miskin dan mereka yang terkucilkan karena alasan tertentu. Kata cipta dunia ekspresi ini digunakan untuk menjelaskan fakta bahwa kata dan gambar tentang masa depan yang kita miliki dalam pikiran dan apa yang kita bicarakan, menentukan arah masa depan kita. Apa yang kita bicarakan dan apa yang kita impikan menentukan apa yang kita capai. 142 Visi harusnya adalah masa depan yang diinginkan semua orang dan harusnya melibatkan semua orang dalam upaya mencapainya. Visi bukan tujuan khusus proyek atau yang dihadirkan untuk mengurangi apa yang tidak diinginkan, tetapi: l Gambaran tentang sesuatu yang menarik sesuatu cukup berharga sehingga kita mau berkomitmen untuk mencapainya misalnya akan selalu tersedia cukup makanan bergizi untuk kita semua l Tujuan yang inklusif sesuatu yang membuat setiap orang dalam komunitas merasa terlibat dalam kerja kerja untuk mencapainya misalnya transparansi, bukannya anti korupsi; keharmonisan rumah tangga, daripada hentikan kekerasan dalam rumah tangga, layanan kesehatan yang baik, bukannya memperbaiki standar layanan kesehatan yang buruk. Tujuan inklusif ini lebih dibutuhkan lagi bila ada bagian atau seseorang dalam komunitas yang diketahui punya perilaku negatif yang ingin kita ubah. l Gambaran positif sesuatu yang menjelaskan sebuah kondisi di mana masalah yang kita hadapi telah diatasi.

161 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Bagaimana? Ada beberapa cara mendorong komunitas atau kelompok untuk memikirkan masa depan yang ideal. Beberapa yang paling sering digunakan: l Terkadang anda bisa mulai dengan bertanya pada anggota kelompok, satu atau dua keinginan atau harapan atas komunitas mereka (dan berhubungan dengan area fokus spesifik). l Terkadang berguna juga untuk meminta tiap anggota komunitas untuk dalam diam memikirkan mimpi atau ambisi pribadi mereka. Proses ini membantu mereka dalam mengambil posisi merefleksikan apa yang mereka inginkan untuk komunitas. Misalnya, ada yang langsung berpikir tentang lingkungan kerjanya, dan yang lain bisa jadi berpikir tentang masa depan anak mereka. 143 l Komunitas bisa juga diminta untuk membayangkan bagaimana rupa desa mereka dalam 5 atau 10 tahun bila semua keinginan tersebut telah tercapai. l Anda bisa minta komunitas untuk membuat gambar masa depan ideal mereka dan letakkan semua elemen penting yang telah mereka gambarkan dalam komunitas ideal tersebut. l Di tempat tertentu bisa saja membuat kolase atau bahkan bermain peran tentang situasi ideal sebagai langkah untuk membantu masyarakat merasakan apa yang benar benar ingin mereka lihat.

162 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Siapa yang Harus Berpartisipasi? Mimpi adalah kesempatan berharga untuk mempromosikan dialog tentang apa yang penting di bagian bagian yang berbeda dalam komunitas. Karenanya, penting untuk memastikan bahwa laki laki, perempuan, pemuda dan pemudi, anak anak, diberikan kesempatan untuk menemukan mimpi mereka secara terpisah. Juga kesempatan untuk menjelaskan mimpi tersebut kepada anggota komunitas lainnya. Peran Fasilitator 144 Fasilitator fase mimpi harus berkonsultasi dengan anggota komunitas terpilih atau wakil-wakilnya tentang proses yang digunakan dan bentuk mimpi (lihat bagian Bagaimana diatas). Jumlah dan karakter kelompok dan waktu yang tersedia akan menentukan proses yang digunakan. Fasilitator harus mempersiapkan material yang akan digunakan, seperti kertas atau alat mewarnai. Terkadang akan membantu bila ada pekerja seni atau pelukis bagus yang siap membantu komunitas menyempurnakan gambar mereka atau memberikan warna dan detailnya. Fasilitator harus bisa memastikan bahwa gambar yang dihasilkan akan bisa diterjemahkan menjadi aspirasi atau ekspresi kepedulian komunitas atau pernyataan yang akan dicari oleh komunitas dalam perjalanan menuju sukses mereka (outcome). Ekspresi ekspresi atau pernyataan ini juga menjadi titik mulai untuk mengidentifikasi indikator outcome proyek, sehingga harus dituliskan dengan cara tertentu sehingga komunitas bisa membuat keputusan dan prioritas atasnya.

163 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Alat AI memberikan informasi terbanyak tentang pelaksanaan fase mimpi. AI membantu kita menyadari bahwa fase ini bukan visioning sederhana tetapi suatu kesempatan untuk menggali aspirasi yang lebih dalam lewat imajinasi. AI juga membantu kita menyadari bahwa mimpi tidak boleh dilakukan sebelum fase discovery, di mana orang-orang mencari dan menemukan kekuatan mereka sendiri. Mimpi atau visioning tidak diutamakan dalam ABCD karena ada bahaya ketika mimpi tidak didasarkan pada aspek gelas setengah penuh di konteks komunitas sendiri. Dengan kata lain ABCD juga menekankan pentingnya memastikan bahwa komunitas memutuskan apa yang mereka inginkan hanya setelah mereka menyadari bahwa mereka kuat, kompeten dan memiliki aset atau sumber daya yang selama ini disia siakan. 145 Outcome Mapping juga memberi tekanan pada tahap visioning dan menggunakan beberapa metode dan alat bantu untuk melakukan fase ini. Agar tidak langsung loncat ke tahap visioning, dalam program ACCESS ditambahkan tahap Wawancara Apresiatif sebelum visioning dilakukan. Tahap 4: Memetakan Aset Aset adalah sesuatu yang berharga yang bisa digunakan untuk meningkatkan harkat atau kesejahteraan. Kata ASET secara sengaja digunakan untuk meningkatkan kesadaran komunitas yang sudah kaya dengan aset atau memiliki kekuatan yang digunakan sekarang dan bisa digunakan secara lebih baik lagi. Mungkin ada yang sudah dilatih menjadi guru tetapi tidak ada orang atau tempat untuk mengajar. Ada juga yang belajar keterampilan menjahit, memasak

164 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan atau kerajinan tangan atau pertukangan tapi tidak ada kesempatan menggunakannya. Ketika sudah terungkap aset aset yang ada, maka komunitas bisa mulai mengumpulkan atau menggunakannya dengan lebih baik untuk mencapai tujuan pribadi maupun mimpi bersama. Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya. Mereka ini kemudian dapat diundang untuk berbagi kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas. 146 Pemetaan dan seleksi aset dilakukan dalam 2 tahap: l Memetakan aset komunitas atau bakat, kompetensi dan sumber daya sekarang. l Seleksi mana yang relevan dan berguna untuk mulai mencapai mimpi komunitas. Pemetaan Aset Istilah aset bisa keliru dipahami dan terkadang lebih baik untuk mempersiapkan sejumlah istilah yang bisa digunakan komunitas untuk memahami beragam kekuatan yang sudah mereka miliki. Daftar lengkap aset adalah: Aset personal atau manusia: keterampilan, bakat, kemampuan, apa yang bisa anda lakukan dengan baik, apa yang bisa anda ajarkan pada orang lain. (Kemampuan Tangan, Kepala dan Hati). 2. Asosiasi atau aset sosial: tiap organisasi yang diikuti oleh anggota kelompok, kelompok kelompok gereja seperti Kelompok Kaum Muda, Kelompok Ibu; kelompok kelompok budaya

165 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset seperti Kelompok Tari atau Nyanyi; Kelompok Kerja PBB atau Ornop lain dalam komunitas atau yang memberikan pelatihan bagi komunitas. Asosiasi mewakili modal sosial komunitas dan penting bagi komunitas untuk memahami kekayaan ini. 3. Institusi: lembaga pemerintah atau pewakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas. Seperti komite sekolah, komite untuk pelayanan kesehatan, mengurus listrik, pelayanan air, atau untuk keperluan pertanian dan peternakan. Terkadang institusi institusi ini terhubung dengan Aset Sosial tetapi keduanya mewakili jenis aset komunitas yang berbeda. Komite Sekolah, Komite Posyandu dan koperasi yang dibentuk oleh pemerintah termasuk dalam kategori ini. 4. Aset Alam tanah untuk kebun, ikan dan kerang, air, sinar matahari, pohon dan semua hasilnya seperti kayu, buah dan kulit kayu, bambu, material bangunan yang bisa digunakan kembali, material untuk menenun, material dari semak, sayuran, dan sebagainya Aset Fisik alat untuk bertani, menangkap ikan, alat transportasi yang bisa dipinjam, rumah atau bangunan yang bisa digunakan untuk pertemuan, pelatihan atau kerja, pipa, ledeng, kendaraan. 6. Aset Keuangan mereka yang tahu bagaimana menabung, tahu bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, yang tahu bagaimana menghasilkan uang. Produk produk yang bisa dijual, menjalankan usaha kecil, termasuk berkelompok untuk bekerja menghasilkan uang. Memperbaiki cara penjualan sehingga bisa menambah penghasilan dan menggunakannya dengan lebih bijak. Kemampuan pembukuan untuk rumah tangga dan untuk kelompok maupun usaha kecil.

166 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan 7. Aset Spiritual dan Kultural anda bisa menemukan aset ini dengan memikirkan nilai atau gagasan terpenting dalam hidup anda apa yang paling membuat anda bersemangat? Termasuk di dalamnya nilai nilai penganut Kristen atau Muslim, keinginan untuk berbagi, berkumpul untuk berdoa dan mendukung satu sama lain. Atau mungkin ada nilai nilai budaya, seperti menghormati saudara ipar atau menghormati berbagai perayaan dan nilai nilai harmoni dan kebersamaan. Cerita cerita tentang pahlawan masa lalu dan kejadian sukses masa lalu juga termasuk di sini karena hal hal tersebut mewakili elemen sukses dan strategi untuk bergerak maju. 148 Seleksi Aset yang Relevan Pemetaan dan seleksi aset juga merupakan perjalanan discovery memperdalam pengungkapan masa lalu yang dilakukan dalam tahap Wawancara Apresiatif (Tahap 2). Pengungkapan kekuatan dan aset komunitas ini terdiri dari proses di mana komunitas sendiri belajar bahwa mereka memiliki banyak aset yang tidak digunakan. Juga kesadaran bahwa aset tersebut langsung tersedia dan bisa digunakan untuk mencapai aspirasi masa depan mereka. Karena alasan ini maka pemetaan aset dan seleksi aset yang relavan adalah proses partisipatif dan bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh orang luar. Proses pemetaan aset dan seleksinya membantu individu dan komunitas merasakan bahwa mereka memiliki kekuatan dan mampu dan mulai menyadari adanya kemungkinan kemungkinan baru untuk kesejahteraan bersama maupun individual. Ketika aset sudah dipetakan, komunitas perlu menelaahnya sehingga mereka sadar aset mana yang akan berguna. Proses ini sering kali tidak dilakukan dengan baik atau bahkan dilangkahi. Seleksi aset sering disebut juga asosiasi aset atau menghubungkan aset aset dan terkadang disebut juga mobilisasi aset. Pemetaan aset tanpa seleksi atau membuat hubungan satu dengan

167 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset lain, akan menjadi proses statis dan mungkin tidak akan menantang bagi komunitas untuk meraih apa yang bisa mereka capai tanpa ketergantungan. Karena proses seleksi ini memberikan gambaran ke arah mana komunitas dapat bergerak. Tujuan Pemetaan Aset Pemetaan aset dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran komunitas akan kemandirian dan kapasitas menjadi mitra. Kemandirian adalah kesadaran bahwa komunitas tidak sepenuhnya tergantung pada pihak lain untuk mencapai keinginannya, tetapi memiliki kemampuan sendiri. Kapasitas menjadi mitra adalah kesadaran bahwa hubungan antara komunitas dengan lembaga luar, apakah pemerintah atau ornop, didasarkan pada kontribusi bersama, dan bukanlah ketergantungan. Menemukenali, memetakan dan menyeleksi aset menuntun pada: 149 l Komunitas menyadari bakat terpendam dan orang-orang yang punya kapasitas tetapi belum punya kesempatan. l Komunitas menyadari nilai kehidupan yang asosiatif bagaimana hal tersebut bisa berguna bagi tujuan khusus suatu komunitas. l Orang-orang menyadari bahwa hidup mereka dibangun atas sumber daya dan aset sekarang, tetapi juga bisa digunakan dengan lebih baik. l Orang-orang belajar untuk membangun hubungan yang lebih setara dengan orang lain melalui kemauan untuk berkontribusi dan berbagi aset.

168 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Bagaimana? Terkadang pemetaan aset dilakukan dengan kelompok kecil fasilitator atau wakil-wakil. Bila yang ini sudah dilakukan, maka proses harus dilanjutkan dengan kelompok lebih besar yang mewakili seluruh komunitas. Lebih baik lagi untuk memulai dengan kelompok besar yang terdiri dari semua anggota, atau paling kurang mewakili setiap bagian dari komunitas. Sesi pertama di Tahap ini adalah membantu komunitas memahami makna kata aset (keterampilan, karunia, bakat atau kemampuan, kelompok komunitas dan sumber daya fisik). 150 Ketika komunitas sudah memahmainya, maka buatlah kategori aset yang ingin komunitas dalami. Salah satu cara membuat komunitas memahami aset dan kekuatan memulai dengan kemampuan pribadi atau anggota kelompok. Cobalah berbagai cara untuk melakukannya. Contohnya, anda bisa menggunakan: Karunia dari Tangan/Kepala/Hati: l Karunia dari Tangan apa yang kita lakukan untuk mencipta, misalnya, bekerja, memasak, keterampilan membuat kerajinan tangan, membangun gedung, menjaga anak anak yang sulit, penyandang disabilitas atau orang sakit. l Karunia dari Kepala apa yang kita lakukan untuk mengatur sesuatu atau memastikan sesuatu terlaksana, mereka yang bisa memimpin, bisa mengajar, bisa mengorganisir kegiatan. l Karunia dari Hati apa yang kita lakukan untuk membantu orang bekerja sama atau tinggal bersama atau merasa sebagai satu kelompok bernyanyi, konseling, memberi motivasi, suportif dan pendengar yang baik, menunjukkan empati.

169 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Mengungkap Aset di Dalam Rumah: Kegiatan lain untuk membantu anggota memahami apa itu aset adalah dengan meminta setiap orang untuk berpikir, bagaimana mereka bisa sukses mengelola rumah mereka sendiri, dalam rumah sendiri dan di rumah tetangga atau keluarga besar. Bagaimana mereka membuat rumah mereka rumah yang bahagia dan sehat? Apa yang dilakukan orang lain? Siapa yang memiliki anak yang sehat? Siapa yang punya keluarga yang harmonis? Siapa yang mengkonsumsi makanan bergizi? Siapa yang mampu mengelola keuangan rumahtangganya? Bila peserta sudah bisa memahami makna aset yang berbeda-beda, bagi peserta dalam kelompok berdasarkan jenis kelamin atau kelompok sosial. Tiap kelompok diminta untuk memetakan apapun aset yang ada dalam komunitas. Kelompok kecil dengan jumlah orang terbatas adalah saat yang tepat untuk memulai proses pemetaan aset. Anda bisa membantu kelompok menyadari banyak dan beragamnya aset dan kekuatan yang mereka miliki dan membantu brainstorming dan membuat 5 8 kategori yang dipilih sendiri oleh mereka. 151 Bila peserta banyak dan mewakili kelompok yang lebih besar, seperti keseluruhan komunitas, bisa jadi berguna untuk mulai proses dengan meminta masing-masing kelompok untuk brainstorm kategori aset yang berbeda-beda. Bila peserta sudah dibagi dalam kelompok, masing-masing kelompok diminta untuk merndiskusikan salah satu kategori saja. Misalnya satu kelompok memikirkan aset fisik dan kelompok lain tentang aset alam, aset spiritual dan kultural, dan kelompok lain lagi tentang aset sosial dan jejaring dan seterusnya.

170 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Ketika semua telah selesai, semua orang berkumpul kembali dan membuat gambar besar atau daftar inventaris aset yang dimiliki dan bisa digunakan oleh komunitas di masa depan. Cara lain memetakan aset yang bisa digunakan untuk memobilisasi komunitas agar berpartisipasi dalam perencanaan sosial dan ekonomi adalah dengan melatih sekelompok fasilitator. Mereka ini yang akan melakukan wawancara sendiri sendiri atau diskusi terfokus di kelompok kelompok yang berbeda dalam komunitas. Mereka yang akan menanyakan tentang strategi dan pengalaman yang ada di komunitas, keterampilan yang dimiliki, terutama yang bermanfaat untuk mereka, dan apa yang ingin dikontribusikan bagi kesejahteraan komunitas. 152 Ketika semua informasi sudah dikumpulkan (biasanya lebih dari dua minggu) kemudian dipresentasikan di kelompok yang lebih besar untuk mendengar tentang apa yang dikontribusikan oleh tiap bagian dari komunitas. Proses ini dijabarkan lebih rinci di strategi BEAR. 23 Informasi yang dikumpulkan lewat proses ini adalah basis untuk mengkoordinir masukan dari komunitas untuk mencapai apa yang komunitas bayangkan tentang masa depan mereka. Siapa yang Harus Berpartisipasi? Sangat penting membuat keputusan tentang siapa yang harus turut serta dalam proses pemetaan aset. Tujuan utama adalah memastikan tetap inklusif. Pemetaan aset tidak boleh dilakukan dengan cara seperti melakukan survei dalam penelitian. Ini bukan proses mengumpulkan informasi penelitian. Proses ini tidak boleh dilakukan untuk masyarakat, tetapi oleh masyarakat. Bila tujuannya adalah inklusif terhadap orang orang yang sebelumnya tidak bisa bersuara atau yang tidak berpengaruh dalam pengambilan keputusan, maka dalam proses ini, orang atau kelompok orang tersebut, harus dipastikan terlibat. Misalnya pemetaan aset para penyandang

171 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset disabilitas harus bisa mengejutkan komunitas umum tentang banyaknya kontribusi yang bisa diberikan oleh penyandang disabilitas. Satu organisasi berbasis di Yogyakarta, yang berdedikasi untuk mendukung penyandang disabilitas, mencoba melakukan pemetaan aset dan keheranan dengan respon komunitas. Saat itu adalah pertama kalinya dalam 20 tahun di mana penyandang disabilitas dianggap kaya aset, dan bukannya tidak mampu dan butuh bantuan. Waktu yang Dibutuhkan Pemetaan aset bisa dilakukan di satu pertemuan atau dalam satu periode waktu. Seorang fasilitator, misalnya, memutuskan apakah kelompok akan menggunakan sepanjang minggu atau satu bulan untuk memikirkan dan mendiskusikan seluruh aset di tiap kategori dan kemudian berkumpul untuk menggambarkannya. Bila semua orang akan turut berkontribusi, maka harus diatur sesi dan waktu yang berbedabeda untuk pertemuan. Akan ada waktu juga untuk seluruh kelompok untuk berkumpul bersama dan menggabungkan aset aset yang ditemukenali. 153 Peran Facilitator Ornop yang bekerja dengan komunitas atau kelompok warga harus memastikan bahwa setiap orang yang bisa membuat kontribusi dilibatkan dan mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan aset mereka. Proses mengungkapkan, menggambarkan, mengkategorisasi dan mempublikasikan aset komunitas adalah proses yang sangat menguatkan dan persuasif. Pengungkapan dan peningkatan kesadaran tentang kelimpahan yang ada, dan bukan tentang kekurangan, adalah capaian penting yang harus menjadi tujuan fasilitator.

172 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Fasilitator harus membuat masyarakat berpikir reflektif tentang aset yang mereka miliki dan yang mungkin relevan dengan perjalanan mencapai visi mereka. Untuk itu fasilitator akan perlu mengembangkan strategi yang memastikan tingkat partisipasi yang maksimal. Komunitas tidak terbiasa dengan cara berpikir seperti ini, sehingga membutuhkan banyak praktik dan eksperimen untuk membantu komunitas menyadari jumlah maupun jangkauan aset yang ada maupun yang potensial. Ada banyak kasus di mana kelompok laki laki yang dominan lebih sulit melakukan tugas ini dibandingkan orang muda dan kelompok yang terpinggirkan. 154 Terkadang orang dengan kemampuan luar biasa atau mereka yang sudah menonjol dalam komunitas akan butuh untuk diidentifikasi oleh kelompok mereka dalam proses ini. Mereka juga perlu didorong untuk menggambarkan apa yang menjadi kekuatan mereka. Pengalaman menunjukkan bahwa bila hal ini dilakukan maka setiap orang akan punya rasa memiliki terhadap kompetensi masing-masing. Alat ABCD mendorong kita untuk memulai proses pemetaan aset dengan penggalian organisasi komunitas dan mengusulkan langkah langkah berikut: 1. Mulailah dengan panitia pelaksana. Minta mereka untuk mendaftar hubungan orang orang dengan asosiasi yang ada. Gambarkan karakter hubungan yang ada. Tuliskan nama tiap orang di daftar asosiasinya. Tuliskan pemimpin dari tiap asosiasi ini. 2. Luaskan daftar ini ke asosiasi lainnya. Minta tiap anggota panitia pelaksana untuk menemukenali asosiasi lain yang diketahuinya. Bila diketahui, daftar nama pemimpin dan nama orang disekitar kelompok anda yang paling bisa menghubungi pemimpin tersebut. Bila

173 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset anda sudah tahu asosiasi apa yang ada dalam komunitas, maka akan baik untuk tahu juga jenis hubungan antara asosiasi dengan komunitas dan antar asosiasi. 3. Temukenali prospek terbaik. Asosiasi mana yang paling mungkin turut serta dalam mengupayakan tujuan bersama? Kunci untuk membangun relasi antar aset lokal adalah memobilisasi asosiasi asosiasi untuk melakukan aksi. Dan ini dimulai dari pemimpinnya. Beberapa Prinsip Memobilisasi Asosiasi: 24 l Ikuti hubungan hubungan: libatkan asosiasi melalui pertemuan masyarakat dengan pimpinan kelompok yang mereka ketahui. l Dengarkan kepentingan: kunci untuk melibatkan asosiasi adalah mendengarkan motivasi untuk bertindak dari kelompok mereka apa yang sebenarnya mereka lakukan? Apa yang ingin mereka lakukan? Apa yang mungkin ingin mereka lakukan? 155 l Asosiasi bisa dikumpulkan berdasarkan kesamaan, baik secara geografis maupun tema. l Bekerja dengan dari dalam ke luar : Asosiasi lebih ingin terlibat dalam melakukan apa yang ingin mereka tawarkan, daripada menjadi relawan atas apa yang ingin dilakukan kelompok lain. Tanyakan apa yang ingin kalian lakukan terhadap isu ini? l Isu yang baik adalah isu yang jawabannya adalah YA atas pertanyaan: Bisakah kita sukses? dan Apakah ini akan membangun partisipasi kita?

174 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan l Lakukanlah hal yang mudah lebih dahulu: asosiasi bisa mulai kerja bersama dengan melakukan hal yang cocok dengan dirinya sukses akan mendorong lebih banyak partisipasi. l Tetap fokus: jangan mencoba melakukan banyak hal sekaligus asosiasi juga memiliki energi terbatas. l Harapkan kontribusi orang lain dan dorong semua orang juga melakukan hal yang sama. Inventarisasi Aset Manusia 156 ABCD telah mengembangkan beragam alat untuk mengukur kapasitas dan kompentensi komunitas yang bisa diadaptasikan ketika pemetaan aset manusia dan sosial secara keseluruhan telah dilakukan. Cara sederhana untuk mengembangkan inventaris aset manusia dimulai dengan meminta orang orang untuk menemukenali anugrah dan keterampilan yang mereka miliki yang berhubungan dengan kepala (manajemen dan pengorganisasian); tangan (praktik, membangun dan mencipta); dan hati (motivasi, fasilitasi, menghubungkan). Cara yang lebih komprehensif untuk mengembangkan inventaris aset manusia bisa mengikuti format ini: 1. Mulai dari keterampilan, kekuatan dan aset yang muncul dari wawancara apresiatif. Pastikan ada cukup perwakilan komunitas: orang renta, usia pertengahan, muda, seniman, perempuan, wirausahawan, penyandang disabilitas, dan sebagainya. 2. Organisir dalam kategori kategori berikut:

175 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset a. Kemampuan dan keterampilan umum: keterampilan bisa jadi sangat luas, mulai dari menyiapkan makanan sampai menggembalakan ternak, juga memanjat pohon. Di beberapa kultur, masyarakat sangat rendah hati tentang bakat dan keterampilan mereka. Mereka mungkin saja tidak punya pengalaman menawarkan keterampilan mereka pada orang lain, baik sebagai karunia atau sebagai sesuatu yang dijual. b. Keterampilan sebagai warga: keterampilan mengembangkan komunitas, seperti pengorganisasian, komunikasi, kemampuan untuk bekerja dengan orang muda dan orang renta, kepemimpinan, dan sebagainya. c. Kemampuan dan Pengalaman Kewirausahawan: keterampilan wirausaha seperti mengelola bisnis kecil, pembukuan, pemasaran, berurusan dengan pemasok, dan sebagainya. d. Keterampilan budaya dan seni: keterampilan seperti membuat kerajinan tangan, menari, teater, mendongeng, musik, dan sebagainya Tandai tingkat tertarik, pengalaman, kemampuan dan kemauan untuk mengajarkan. 4. Perluas inventaris kapasitas ini agar mencakup setiap orang dalam komunitas. 25 Mengukur Aset Sosial dan Analisi Jejaring Sosial Aset sosial berhubungan dengan asosiasi dan organisasi yang ada dalam komunitas atau antar komunitas dan diluar lembaga dan asosiasi. Modal sosial adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan nilai dari asosiasi dan jejaring tersebut. Modal sosial dijelaskan sebagai keuntungan yang diperoleh oleh seluruh masyarakat ketika kelompok kelompok dalam masyarakat atau komunitas tersebut bekerja untuk tujuan bersama atau perkembangan

176 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan bersama. Mereka ini bisa saja menjadi relawan atau bagian dari organisasi nirlaba. Modal dalam hal ini adalah nama lain dari aset yang ada dalam organisasi atau asosiasi masyarakat di dalam komunitas. Setiap orang bergabung dalam satu atau lebih kelompok. Biasanya seseorang menjadi bagian dari 4 atau 5 kelompok, baik yang berhubungan dengan agama, pekerjaan, hobi atau kelompok saling dukung. 158 Salah satu cara yang berguna untuk memulai proses ini adalah dengan meminta tiap anggota untuk menemukenali tiga kelompok paling penting di mana mereka bergabung dan aset atau kontribusi apa yang bisa diberikan kelompok tersebut dalam usaha mencapai visi bersama. Cara lebih formal adalah menggunakan Analisis Jejaring Sosial (Social Network Analysis/ SNA). Analisis Jejaring Sosial membantu anggota menemukenali dengan siapa mereka terhubung dan yang mana yang merupakan kelompok paling penting atau paling berpengaruh dalam komunitas. Tahapan kunci dalam proses Analisis Jejaring Sosial yang relevan dengan pemetaan aset sosial dalam komunitas atau kelompok adalah: 1. Menemukenali jejaring orang yang akan dianalisis (misalnya tim, kelompok kerja, komunitas) 2. Memperjelas tujuan, menentukan cakupan analisis dan menyepakati tingkatan pelaporan yang dibutuhkan. 3. Mengembangkan metode survei dan merancang kuesioner. 4. Mengamati individu individu yang ada dalam jejaring untuk menemukenali hubungan hubungan dan pengetahuan yang beredar di antara mereka. 5. Gunakan alat perangkat lunak pemetaan atau desain grafis untuk membuat peta visual jejaring.

177 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset 6. Petakan kompentensi dan kesempatan yang bisa dibuat oleh masing-masing kelompok atau asosiasi. 7. Temukenali dan rancang aksi untuk tiap kelompok untuk memaksimalkan kompentensi spesifik mereka. 8. Lakukan aksi aksi tersebut. 9. Pantau bagaimana kelompok bisa menggunakan kompetensinya dan koneksinya dengan melakukan pemetaan jejaring lagi setelah jangka waktu tertentu yang tepat. 26 Pemetaan Aset Fisik dan Alam Membuat peta desa bukanlah hal yang sulit dan semakin canggih dengan penggunaan perangkat lunak yang tersedia. Secara tradisional, peta komunitas digunakan untuk menandai wilayah bermasalah, defisit dan kemiskinan. Ketika peta serupa dibuat menggunakan pendekatan berbasis aset, tujuannya adalah fokus pada menemukenali aset alam dan fisik yang ada di komunitas. 159 Alat lain yang bisa digunakan adalah Jalan Transek. Jalan transek bisa dilakukan oleh kelompok representatif seperti orang muda dan pemimpin. Terkadang berguna bagi kelompok kelompok yang berbeda untuk melakukan sendiri jalan transek dan membandingkan hasilnya. Dengan metode ini, komunitas diingatkan akan banyaknya set yang mungkin tidak mereka gunakan secara maksimal. Memetakan Aset Berdasarkan Isu Cara lain membantu komunitas dan organisasi mengapresiasi keberadaan dan kekuatan aset mereka adalah dengan meminta mereka menemukenali isu kunci mereka. Isu ini bisa berarti apa yang mereka ingin ubah atau apa yang mereka anggap sebagai penghambat keberhasilan.

178 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Ketika tiap kelompok bisa menemukenali dua atau tiga isu, maka minta mereka untuk menemukan kekuatan atau aset komunitas yang ada dan bisa digunakan untuk mulai mengurus isu isu tersebut. Misalnya, bila komunitas menemukenali bahwa mereka punya masalah dengan kekurangan pangan di bulan bulan terntentu, maka komunitas bisa diminta untuk menemukenali aset apa yang sekarang dimiliki dan bisa mengatasi problem tersebut. Termasuk misalnya orang dengan pengetahuan pertanian, orang yang bisa mengajarkannya, orang yang bisa mengorganisir diskusi atau mengumpulkan material untuk diajarkan; alat pertanian mereka, sumber air yang bisa digunakan dengan lebih baik, dan sebagainya. 160 Isu Bulan bulan kekurangan pangan Aset yang kita miliki sekarang l Akses pada pengajar dan material untuk memperbaiki praktik pertanian l Air l Alat pertanian l Material untuk kompos l Benih yang lebih baik l Ada contoh petani yang tidak mengalami kekurangan pangan l Ternak l Kegiatan peningkatan pendapatan yang bisa diperluas Latihan ini sangat berguna untuk membantu kelompok yang sulit bergerak maju dari selalu dipenuhi dengan pemikiran tentang masalah dan kesulitan yang mereka alami. Nilai latihan ini adalah membantu memotivasi masyarakat agar menyadari bahwa mereka memiliki aset dan memahami mengapa pemetaan aset bisa berguna untuk mereka.

179 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Tahap 5: Menghubungkan dan Memobilisasi Aset / Perencanaan Aksi Penting untuk belajar bahwa penggalian dan pemetaan aset mereka bukanlah akhir. Tujuan pemetaan aset adalah agar masyarakat menyadari bahwa pada kenyataannya ada banyak jenis aksi yang bisa mereka lakukan bila mereka mulai menghubungkan dan memobilisasi aset yang ada. Aset mewakili kesempatan untuk membuat aksi terutama bila aset aset tersebut digolongkan berdasarkan potensi unit produktif yang potensial. Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung membentuk jalan menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan pada apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisa dilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga set yang tersedia untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk membuat seluruh komunitas menyadari bahwa mereka bisa mulai memimpin proses pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang tersedia dan tersimpan. 161 Di salah satu komunitas di Jawa Tengah, Indonesia, proses pemetaan aset membuat komunitas menyadari adanya anggota komunitas yang menjadi terlibat di tahap tahap yang berbeda dalam pembuatan dan penjualan pakaian. Sebelumnya mereka bekerja sendiri sendiri. Tetapi setelah mereka menyadari bahwa bila mereka menggabungkan keterampilan individual, sumber daya dan kontak yang mereka miliki dalam suatu koperasi, maka pasti akan lebih menguntungkan. Sekarang mereka mendapatkan pesanan dari outlet outlet yang lebih besar. Mobilisasi aset bisa diaplikasikan dalam berbagai jenis kegiatan yang dilakukan oleh komunitas untuk meningkatkan kesejahteraannya. Bisa untuk pengembangan ekonomi lokal, peningkatan pengelolaan sumber daya alam, untuk melengkapi dan memperbaiki efektivitas layanan pemerintah, meningkatkan ketahanan pangan, memperbaiki pasokan air dan sanitasi,

180 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan dan infrastruktur. Mobilisasi aset membantu menyadarkan komunitas akan jenis jenis aksi yang bisa mereka lakukan, dan juga yang mereka miliki sumber dayanya. Mobilisasi aset tidak hanya bisa diaplikasikan pada proyek mandiri yang dilakukan oleh komunitas sendiri. Proses ini juga membantu komunitas untuk memposisikan aset komunitas atas rencana kontribusi oleh lembaga luar dan pemerintah. Aset termasuk juga pola strategi dan perilaku yang telah terbukti berhasil di masa lampau. Indikator sukses dan contoh champion (atau pola perilaku yang menunjukkan simpangan positif ) akan didokumentasikan sebagai bagian dari proses bercerita di Tahap Bila komunitas sudah bisa membayangkan dunianya dengan cara berbeda dan berbagi visi masa depannya, akan ada berbagai jenis kegiatan dengan cakupan yang luas yang dilakukan oleh kelompok dan anggota dengan menggunakan aset mereka untuk mencapai beragam bagian dari mimpi mereka. Perjalanan ini memiliki beragam rute. Tiap rute akan ditentukan oleh kreatifitas masyarakat memobilisasi asetnya. Misalnya mereka bisa menyadari bahwa mereka bisa menggunakan aset yang ada untuk memperbaiki komite sekolah, layanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah, keterlibatan kaum muda yang lebih baik dalam komunitas, atau untuk memperbaiki kondisi sanitasi desa. Tujuan Menghubungkan dan Memobilisasi Aset l Penyadaran akan tindakan yang mungkin dilakukan l Penyadaran akan bagaimana bekerja sama dengan yang lain dan mengkoordinir masukan l Keputusan tentang apa yang akan dilakukan berdasarkan sumber daya yang tersedia l Berkurangnya rasa ketergantungan pada pihak luar dalam membuat kemajuan l Lebih tinggi rasa kemitraan dalam kontribusi dari pihak luar termasuk lembaga pemerintah

181 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Bagaimana? Setelah ditemukenali, aset dikelompokkan berdasarkan kategori yang serupa. Bisa saja berdasarkan pendekatan sektoral, layanan yang diberikan, ukuran wirausaha kecil atau menengah atau kesejahteraan sosial. Pengelompokkan aset diikuti dengan telaah. Termasuk dalam telaah adalah menanyakan pertanyaan pertanyaan berikut: 1. Aksi apa yang diusulkan dengan kelompok aset ini? misalnya siapa yang punya keterampilan atau kemampuan yang bisa dimobilisasi; sumber daya apa yang bisa digunakan; aset fisik apa yang bisa membantu kita mencapai tujuan kita? 2. Bagaimana pentahapan aksi yang paling efektif? misalnya apa yang bisa dilakukan sekarang, apa yang harus dilakukan pertama, yang kedua, dan seterusnya. 3. Strategi apa yang pernah sukses di masa lampau dan bisa diulang lagi untuk pilihan pilihan aksi ini? 4. Siapa yang sudah terbukti punya kemampuan untuk memimpin proses seperti ini? misalnya siapa champion sehubungan dengan aset dan aksi ini? 163 Bila pengelompokkan awal aset dan rumusan aksi telah ada, maka sekaranglah saatnya untuk bertanya apa lagi yang masih dibutuhkan dan akses seperti apa yang kita miliki untuk mendapatkan dukungan tersebut. Bisa jadi yang dibutuhkan adalah bantuan teknis ataupun keuangan. Pada titik inilah komunitas bisa berpaling pada lembaga luar dan mendapatkan komitmen untuk dukungan di masa depan. Dukungan ini untuk melengkapi apa yang bisa dikelola komunitas dari dalam dengan sumber daya dan kemampuan sendiri. Bila aksi yang dibutuhkan berhubungan dengan layanan pemerintah seperti pendidikan, layanan kesehatan, PPL pertanian, infrastruktur atau pasokan air, maka fokus pengelompokkan

182 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan dan mobilisasi aset adalah bagaimana memperlengkapi layanan yang ada sekarang. Contohnya bila ada subsidi pemerintah, maka bagaimana agar komunitas bekerja bersama, menggunakan aset sendiri untuk memastikan bahwa subsidi mencapai sasaran sebenarnya dengan paling efektif dan dilaksanakan dengan cara yang akuntibel. Atau bila layanan kesehatan dasar yang direview, bagaimana agar jangkauan dan sumber dayanya yang terbatas itu bisa diperbesar dengan cara yang paling efektif untuk keuntungan sebesarnya. Siapa yang Harus Terlibat? 164 Di beberapa wilayah, pengelompokkan aset awal bisa dilakukan dengan mengambil data di kelompok kecil, di tingkat rumahtangga atau dengan bantuan asosiasi dan lembaga yang ada. Perencanaan Aksi biasanya membutuhkan prioritasi aksi yang mungkin dilakukan. Hal ini bisa dilakukan dengan mempersilakan kelompok kelompok yang berbeda di seluruh komunitas untuk menentukan prioritas tertinggi mereka. Kemudian diikuti dengan proses pemeringkatan atau memilih prioritas tertinggi dengan kehadiran perwakilan dari tiap kelompok atau subkelompok. Pada akhirnya rencana aksi harus disusun dengan merespon pada lima tipikal pertanyaan berikut: Apa? Mengapa? Siapa? Bagaimana? dan Kapan? Peran Fasilitator Dalam pendekatan berbasis aset, peran lembaga perantara adalah memastikan kehadiran semua orang yang harus hadir. Biasanya ini dilakukan melalui proses wawancara apresiatif untuk menemukan siapa champion atau orang yang paling cocok dengan visi positif yang akan

183 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset dicapai. Misalnya bila program ini tentang demokratisisasi, maka akan dicari peserta yang paling memahami hal tersebut. Di reformasi kesehatan misalnya, akan dipilih mereka yang paling nampak ada komitmen untuk perubahan. Hal terpenting kedua dari lembaga yang memfasilitasi adalah mempromosikan keterhubungan antar semua aktor untuk memastikan partisipasi yang penuh dan setara. Bisa jadi artinya memastikan ada perwakilan perempuan dan laki laki yang sepatutnya, atau mereka yang biasanya tidak diperhatikan karena ada keterbatasan atau kecacatan. Hal terpenting ketiga tentang fungsi lembaga fasilitatif adalah memastikan ada proses perencanaan aksi yang positif dan milik bersama. Di ACCESS, proses pengembangan aset awal ini dilakukan melalui Pertemuan Apresiatif Kabupaten (PAK). Di PAK, para champion dari tiap tingkatan dalam masyarakat, termasuk pemerintah, ornop, lembaga agama, media dan pemimpin masyarakat diseleksi melalui wawancara apresiatif. Mereka kemudian dikumpulkan untuk merumuskan visi dan menentukan area aksi yang mungkin dilakukan untuk mencapai visi kabupaten. 165 Waktu yang Dibutuhkan Perencanaan aksi bisa jadi satu kegiatan sederhana dalam satu hari atau bahkan beberapa jam (Apa yang perlu kita lakukan untuk membuat perubahan kecil atau memperbaiki sesuatu?). Tapi bisa juga butuh suatu rangkaian pertemuan dengan pemangku kepentingan yang berbeda-beda dalam periode beberapa minggu (Bagaimana kita bisa memperbaiki kinerja klinik kesehatan lokal?). Biasanya perencanaan aksi dilakukan di tiga tahapan berikut:

184 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Penentuan arahan umum dan prioritasi oleh kelompok pemangku kepentingan yang besar dari sub-kelompok yang berbeda-beda. Perencanaan substantif dan rinci oleh perwakilan yang diseleksi atau oleh kelompok manajemen. Biasanya difasilitasi oleh lembaga dari luar (pemerintah lokal atau organisasi masyarakat sipil). Diikuti dengan pertemuan besar untuk mengalokasi tanggungjawab, mendapatkan pengakuan dan memfinalkan kontrak atau kesepakatan. 166 Alat Seperangkat alat tersedia untuk membantu mengelompokkan aset yang berhubungan atau yang saling melengkapi. Kemudian bisa diurutkan menurut suatu proses logis termasuk: l Jejak penting apa saja langkah inti dan di urutan yang mana. l Jadwal alur kerja apa yang harus selesai dilakukan sebelum memulai sesuatu yang lain lagi l Pemetaan sistem seperti yang bisa ditemukan dalam Soft System Methodology, di mana semua aksi yang bisa dilakukan diletakkan dan kemudian dipindah pindahkan untuk membuat suatu alur atau koneksi atau pengelompokkan antar kegiatan yang berhubungan. l Alat pemeringkatan diambil dari PLA bisa juga digunakan untuk menentukan apa yang paling dianggap penting oleh kebanyakan peserta.

185 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Tahap 6: Monitoring, Evaluasi dan Pembelajaran Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline), monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu program perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka yang dicari bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi atau komunitas mampu menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset mereka mendekati tujuan bersama. Empat pertanyaan kunci Monitoring dan Evaluasi dalam pendekatan berbasis aset adalah: 1. Apakah komunitas sudah bisa menghargai dan menggunakan pola pemberian hidup dari sukses mereka di masa lampau? 2. Apakah komunitas sudah bisa menemukenali dan secara efektif memobilisasi aset sendiri yang ada dan yang potensial (keterampilan, kemampuan, sistem operasi dan sumber daya?) 3. Apakah komunitas sudah mampu mengartikulasi dan bekerja menuju pada masa depan yang diinginkan atau gambaran suksesnya? 4. Apakah kejelasan visi komunitas dan penggunaan aset dengan tujuan yang pasti telah mampu memengaruhi penggunaan sumber daya luar (pemerintah) secara tepat dan memadai untuk mencapai tujuan bersama? 167 Dibawah ini adalah beberapa pesan kunci yang dimonitor dalam pendekatan berbasis aset dalam hubungannya dengan mobilisasi komunitas: l Setiap orang dalam komunitas ini memberikan kontribusi dan kita menjadi kuat dengan memastikan kontribusi ini diartikulasi dan dimanfaatkan. l Kegiatan ini untuk keuntungan kita (meningkatkan kesejahteraan) dan kita memiliki kapasitas untuk tahu bagaimana memaksimalkan keuntungan tersebut.

186 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan l Setiap orang punya bakat dan setiap komunitas punya sumber daya yang bisa dan harus digunakan untuk meningkatan kesejahteraan komunitas. l Sebagian orang di komunitas ini mampu menjadi teladan (role model) tentang perubahan perilaku yang diinginkan. l Komunitas tahu dan mampu bersama sama sepakat tentang masa depan seperti apa yang diinginkan, yang didasarkan pada apa yang berhasil dicapai di masa lampau. 168 l Komunitas mengetahui rencana pemerintah untuk berkontribusi dan ada metode yang tersedia bagi publik untuk memonitor perkembangan dan memberikan umpan balik untuk perbaikan. l Kita mampu memperbaiki akses kita terhadap pelayanan dasar dengan menggunakan peningkatan kapasitas yang kita miliki sekarang untuk mengelola masa depan. Beberapa indikator kemajuan sehubungan dengan mobilisasi aset dan pembentukan visi: Mobilisasi Aset Lokal l Peningkatan kesadaran atau akses pada aset komunitas (individual, sosial, kelembagaan, fisik, alam, spiritual dan keuangan), baik yang kelihatan maupun tersembunyi (atau yang tidak diperhatikan). l Peningkatan penggunaan, dari waktu ke waktu, aset lokal yang tersedia dalam kegiatan pembangunan komunitas.

187 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset l Para champion dan pemimpin alami (yang sudah memiliki keterampilan dan kapasitas) ditemukenali dari komunitas dan menjadi bagian dari proses perubahan. l Peningkatan kesadaran tentang kontribusi yang bisa dilakukan oleh orang muda dan sebaliknya, menurunnya kegiatan merusak diri sendiri di antara mereka. l Rancangan kegiatan didasarkan pada apa yang mungkin dan diinginkan, dengan sumber daya dan kapasitas yang tersedia di lokal. l Sumber daya luar melengkapi kontribusi lokal, bukan menggantikannya atau membuatnya tidak relevan. l Perencanaan aksi dirancang atas dasar apa yang menurut komunitas mampu mereka lakukan, bisa langsung dimulai dan menghasilkan sesuatu yang bisa diukur (tangible). 169 Visi Bersama l Komunitas sadar dan mengapresiasi apa yang mereka capai di masa lalu (sumber kelentingan dan hidup mereka). l Ada visi dan hasil akhir (outcome) yang tampak jelas dan diartikulasikan dalam komunitas. l Komunitas menggunakan visi untuk menentukan pilihan pilihan nilai dan seleksi prioritas sehubungan dengan pendanaan dari pemerintah. l Peningkatan pemahaman tentang perubahan perubahan yang terjadi sehubungan dengan keseluruhan visi (bagaimana output bisa berkontribusi pada outcome atau hasil)

188 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan Contoh Monitoring dan Evaluasi Pembentukan Aset Evaluasi Apresiatif Appreciative Inquiry adalah penyelidikan atas apa yang sudah bekerja dengan baik dan bagaimana bisa dilakukan lebih baik di masa depan. Evaluasi apresiatif membawa kembali nilai (value) ke proses yang disebut e-value-ation. Daripada mencari apa yang tak berharga ( no-value ) atau apa yang salah kita mencari apa yang dihargai (valued) dalam kerja kita sejauh ini dan bagaimana bisa menjadi dasar untuk kerja di masa depan. 170 Evaluasi apresiatif mengajukan pertanyaan: Seberapa jauh jalan menuju perubahan yang telah ditempuh program ini?, dan bukannya mengapa kemajuannya demikian terbatas? atau apa yang menjadi penghambat perkembangan program sejauh ini? Karenanya, evaluasi apresiatif fokus pada mendukung dan mendorong organisasi atau komunitas untuk semakin kuat dan lebih fokus pada apa yang memungkinkan mereka lebih sukses mencapai hasil (outcomes). Asset-Based Community Development ABCD mengevaluasi bagaimana sumber daya dalam komunitas digunakan dan sumber daya atau aset tambahan apa yang masih bisa dimobilisasi dengan efektif. ABCD mempelajari kapasitas dalam komunitas untuk memimpin diri sendiri atau untuk meningkatkan partisipasi warga dalam pembangunan. Biasanya evaluasi ABCD akan melihat peningkatan kapasitas komunitas untuk mengorganisir dan memobilisasi sumber daya, peningkatan aksi bersama, keanggotaan yang lebih demokratik dan inklusif, peningkatan motivasi untuk memobilisasi sumber daya. 27

189 Tahap tahap dalam Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Aset Outcome Mapping Outcome mapping metode yang biasa digunakan dalam monitoring proyek atau program. Pendekatan berbasis aset biasa digunakan bersama sama dengan Outcome Mapping dalam proses monitoring. Proses ini memiliki hubungan erat dengan organisasi masyarakat sipil, yang dideskripsikan sebagai boundary partner. Outcome mapping juga memberikan penekanan kuat terhadap identifikasi visi atau gambaran jelas tentang sukses. Tetapi Outcome Mapping mulai dengan rancangan yang disengaja atau visi masa depan. Kebanyakan pendekatan berbasis aset proses visioning sampai peserta atau mitra benar benar mengapresiasi kapasitas dan kekuatan atau cerita sukses masa lalu mereka. Tambahan lagi, Outcome Mapping lebih fokus pada pelaksananya, para mitra (boundary partners). Fokus utama pendekatan berbasis aset adalah komunitas itu sendiri. Pendekatan berbasis aset membawa semua orang ke meja atau ruang pertemuan bersama. Mitra (boundary partner) dan manajer proyek didorong untuk pindah kedalam ruang kelompok penerima manfaat utama yakni komunitas, bukan sebagai konsekuensi tetapi sejak tahap awal. 171

190 172 Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan

BAB III PERUBAHAN SOSIAL MELALUI KEBERDAYAAN ASET (KAJIAN TEORITIS) penting sekaligus radikal dari pandangan yang berlaku saat ini tentang

BAB III PERUBAHAN SOSIAL MELALUI KEBERDAYAAN ASET (KAJIAN TEORITIS) penting sekaligus radikal dari pandangan yang berlaku saat ini tentang BAB III PERUBAHAN SOSIAL MELALUI KEBERDAYAAN ASET (KAJIAN TEORITIS) Pendekatan berbasis aset adalah perpaduan antara metode bertindak dan cara berpikir tentang pembangunan. Pendekatan ini merupakan pergeseran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENDAMPINGAN. A. Pendekatan yang Dilakukan Terhadap Masyarakat

BAB III METODE PENDAMPINGAN. A. Pendekatan yang Dilakukan Terhadap Masyarakat BAB III METODE PENDAMPINGAN A. Pendekatan yang Dilakukan Terhadap Masyarakat Pendekatan berbasis asset memaksimalkan cara pandang baru yang lebih holistic dan kreatif dalam melihat realistis. Seperti melihat

Lebih terperinci

BAB II METODE PENDAMPINGAN

BAB II METODE PENDAMPINGAN BAB II METODE PENDAMPINGAN A. Asset Based Community Development (ABCD) Pendampingan ini menggunakan pendekatan (ABCD) Asset Based Community Development, yang mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN. Dalam tahap pendekatan, pendamping menggunakan metode wawancara dengan

BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN. Dalam tahap pendekatan, pendamping menggunakan metode wawancara dengan BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN A. Pendekatan Dalam tahap pendekatan, pendamping menggunakan metode wawancara dengan komunitas Bunga Harum, sampai memperoleh data akurat. Dari hasil wawancara itu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN

BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN 32 BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN A. Pendekatan Pendekatan berbasis aset memasukkan cara pandang baru yang lebih holistik dan kreatif dalam melihat realitas, seperti melihat gelas setengah penuh mengapresiasi

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS ASET (TINJAUAN TEORITIK) permasalahan di tengah masyarakat. Berbagai pendekatan yang dilakukan

BAB III PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS ASET (TINJAUAN TEORITIK) permasalahan di tengah masyarakat. Berbagai pendekatan yang dilakukan 65 BAB III PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS ASET (TINJAUAN TEORITIK) Teori pada dasarnya adalah petunjuk (guide) dalam melihat realitas di masyarakat. Teori dijadikan paradigma dan pola pikir dalam membedah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serta sumber daya lainnya yang kadang-kadang dapat disembunyikan, namun

BAB III METODE PENELITIAN. serta sumber daya lainnya yang kadang-kadang dapat disembunyikan, namun 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Untuk Peberdayaan Penelitian pendampingan ini menggunakan pendekatan Asset based comunity development (ABCD), peneliti menggunakan metode ini karena

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN

BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN A. Asset Bassed Community Development (ABCD) ialah: Asset Bassed Community Development atau (ABCD) menurut R.M. Brown Bila anda mencari masalah, anda akan menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, tetapi kenyataannya peran serta angkatan kerja tersebut lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, tetapi kenyataannya peran serta angkatan kerja tersebut lebih banyak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional di laksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, untuk menuju masyarakat yang adil

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN. A. Asset Bassed Community Development (ABCD) mengupayakan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan

BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN. A. Asset Bassed Community Development (ABCD) mengupayakan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan 20 BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN A. Asset Bassed Community Development (ABCD) Metode ABCD adalah pendekatan pendampingan yang mengupayakan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan sejak

Lebih terperinci

1. Mengelola penyampaian bantuan

1. Mengelola penyampaian bantuan KODE UNIT : O.842340.004.01 JUDUL UNIT : Pengaturan Bidang Kerja dalam Sektor Penanggulangan Bencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini mendeskripsikan keterampilan, pengetahuan, dan sikap kerja yang

Lebih terperinci

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1 STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1 Handoko Soetomo 2 Peran organisasi masyarakat sipil (OMS) di Indonesia tak dapat dilepaskan dari konteks dan tantangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penempatan, pembinaan, hingga penyerahan. Sebelum ditentukan jenis pelatihan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penempatan, pembinaan, hingga penyerahan. Sebelum ditentukan jenis pelatihan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pelatihan bagi warga transmigrasi dan masyarakat sekitar wilayah transmigrasi merupakan kegiatan yang berkesinambungan dari proses penempatan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian Participatory Action Research Berbagai kajian dalam rumpun ilmu sosiologi membenarkan bahwa modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama BAB V PENUTUP Semua analisa dan pembahasan didasarkan pada dokumen dan data yang diperoleh dari penggalian informasi dari staf tersebut mendukung hubungan antara penerapan model penilaian kinerja staf

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN A. Pendekatan Penelitian dan Pemberdayaan Dalam penelitian skripsi menggunakan pendeketan PAR. Dimana definisi PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONGRES INTERNASIONAL KE-6 ISPAH (KONGRES KESEHATAN MASYARAKAT DAN AKTIVITAS FISIK Bangkok, Thailand 16-19

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN DAN PENDAMPINGAN. A. Asset Bassed Community Development (ABCD)

BAB IV METODE PENELITIAN DAN PENDAMPINGAN. A. Asset Bassed Community Development (ABCD) 45 BAB IV METODE PENELITIAN DAN PENDAMPINGAN A. Asset Bassed Community Development (ABCD) Metode ABCD adalah pendekatan pendampingan yang mengupayakan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya industri-industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya industri-industri kecil dan BAB I PENDAHULUAN A. Analisa Situasi Desa Bandung merupakan salah satu desa yang terletak di pinggiran kota Mojokerto. Karena letaknya yang berdekatan dengan pusat kota yang terkenal dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan 2016 2019 PUSKAMUDA Isu Strategis dalam Kerangka Strategi Kebijakan 1. Penyadaran Pemuda Nasionalisme Bina Mental Spiritual Pelestarian Budaya Partisipasi

Lebih terperinci

Deklarasi Dhaka tentang

Deklarasi Dhaka tentang Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional. Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk: PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT Oleh Lusi Herlina Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia(Hamid Abidin & Mimin Rukmini) Halaman: 194-201

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam

Lebih terperinci

PELATIHAN Pengembangan Masyarakat Berbasis Aset Asset Based Community Development [ABCD] 1 3 November 2017

PELATIHAN Pengembangan Masyarakat Berbasis Aset Asset Based Community Development [ABCD] 1 3 November 2017 PELATIHAN Pengembangan Masyarakat Berbasis Aset Asset Based Community Development [ABCD] 1 3 November 2017 Every single person has capabilities, abilities and gifts. Living a good life depends on whether

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Sikap Wirausaha Seri 2 Pandai Mencari Peluang Usaha Seri 3 Terampil Membuat Produk Usaha Seri 4 Terampil Menghitung Biaya Produksi Usaha Seri 5

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009 newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009 Mengapa Kebudayaan? Tujuan, Komponen Utama Bagaimana cara kerjanya?, Tentang PNPM Mandiri Perdesaan, Kegiatan Kegiatan Mendatang Kegiatan Budaya Meramaikan Pertemuan

Lebih terperinci

Centre for Disability Research and Policy

Centre for Disability Research and Policy Kolaborasi Lintas Sektor Kesehatan dan Pendidikan untuk Pendidikan Inklusif bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Membangun Visi Kebijakan dan Agenda Penelitian di Indonesia (Issue 2, 2016) Centre for Disability

Lebih terperinci

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web: Extracted from Democratic Accountability in Service Delivery: A practical guide to identify improvements through assessment (Bahasa Indonesia) International Institute for Democracy and Electoral Assistance

Lebih terperinci

PELATIHAN Pengembangan Masyarakat Berbasis Aset Asset Based Community Development [ABCD] 1 3 November 2017

PELATIHAN Pengembangan Masyarakat Berbasis Aset Asset Based Community Development [ABCD] 1 3 November 2017 PELATIHAN Pengembangan Masyarakat Berbasis Aset Asset Based Community Development [ABCD] 1 3 November 2017 Every single person has capabilities, abilities and gifts. Living a good life depends on whether

Lebih terperinci

Menggalang Warga Berdaya

Menggalang Warga Berdaya Panduan Fasilitator Pertemuan Apresiasi Multiaktor Menggalang Warga Berdaya Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II Panduan Fasilitator Pertemuan Apresiasi

Lebih terperinci

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah.

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah. A. MENGENALI KONSEP RENCANA 2 STRATEGIS DAERAH Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI KONSEP RENCANA STRATEGIS DAERAH : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah berimplikasi pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap perubahan

Lebih terperinci

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR PRA SEBAGAI METAMORFOSIS DARI RRA 1 Participatory Rural Appraisal (PRA) seringkali dilekatkan dengan nama Robert Chambers, sehingga rasanya perlu dimunculkan pertanyaan

Lebih terperinci

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1.

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. HM Idham Samawi Bupati Bantul Jika ada yang mengatakan bahwa mereka yang menguasai pangan akan menguasai kehidupan, barangkali memang benar. Dalam konteks negara dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjalankan sebuah program pemberadayaan masyarakat dibutuhkan perencanaan yang sistematis, perencanaan yang baik akan terlihat dari singkronisasi antara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Mengamati dinamika perkembangan bisnis pada saat ini, baik di tingkat local maupun nasional, nampaknya masih menyimpan harapan yang cer

KATA PENGANTAR Mengamati dinamika perkembangan bisnis pada saat ini, baik di tingkat local maupun nasional, nampaknya masih menyimpan harapan yang cer KARYA ILMIAH ENTREPRENEUR BERWAWASAN DAPAT MEREBUT PELUANG BISNIS MASA DEPAN Nama : Anis Sya ban Dwijaya NIM : 10.11.4450 Kelas : 2L SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, tingkat pengangguran di Indonesia di antara Negara-negara Asociation of South Asean Nation (ASEAN) paling tinggi. Banyak sarjana di Indonesia berstatus

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA: PENDEKATAN COMMUNITY LEARNING AND PARTICIPATORY PROCESS (CLAPP) Oleh Utami Dewi 1

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA: PENDEKATAN COMMUNITY LEARNING AND PARTICIPATORY PROCESS (CLAPP) Oleh Utami Dewi 1 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA: PENDEKATAN COMMUNITY LEARNING AND PARTICIPATORY PROCESS (CLAPP) Oleh Utami Dewi 1 Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Bukan hanya dikarenakan sebagian

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

Outcome Mapping Jejak Perubahan Menuju Keberhasilan

Outcome Mapping Jejak Perubahan Menuju Keberhasilan Outcome Mapping Jejak Perubahan Menuju Keberhasilan Penulis : Steff Deprez, Endah Nirarita & Nina Shatifan Penerbit : VECO Indonesia Tanggal : April 2010 Editor Bahasa : Shintia D. Arwida, Ni Made Budi

Lebih terperinci

Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal

Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal Lima Langkah untuk Membantu Organisasi Masyarakat Sipil Berhasil Menerapkan Data Terbuka dengan Baik Panduan Pelaksanaan JAKARTA Panduan Pelaksanaan:

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010 Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN PEKAN RAYA JAKARTA KE-43 DI ARENA PRJ-KEMAYORAN, JAKARTA

Lebih terperinci

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Proses Penyesuaian Diri di Lingkungan Sosial pada Remaja Putus Sekolah. Metodologi penelitian

Lebih terperinci

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? A. Siapa yang Melakukan Lesson Study? Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada

Lebih terperinci

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi BAB 4 P E N U T U P Kata Pengantar Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Bab 4 Berisi : Gorontalo di susun sebagai bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Provinsi Kesimpulan dari hasil penyusunan Gorontalo

Lebih terperinci

FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. Deden Mulyana, SE., MSi.

FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. Deden Mulyana, SE., MSi. FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI PERIODE II TAHUN AKADEMIK 2011/2012 FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Bagian

Lebih terperinci

LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING. Pemilik

LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING. Pemilik 45 LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING Pemilik Bagian admin Bagian desain Bagian produksi Keterangan: Pemilik membawahi karyawan bagian administrasi, desain dan bagian produksi. Dan pemilik

Lebih terperinci

BAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN

BAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN BAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN A. Alasan Perlunya Perubahan Sudah menjadi kecenderungan umum, bahwa hukum akan selalu terlambat dari perkembangan masyarakat. Demikian pula dengan kemampuan

Lebih terperinci

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * DPR-RI dan Pemerintah telah menyetujui RUU Desa menjadi Undang- Undang dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 18 Desember

Lebih terperinci

MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA

MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA PANDUAN PELAKSANAAN: MEMBUKA DATA DARI BAWAH Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan

Lebih terperinci

Membuka Data. Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses. 25 Agustus 2015 JAKARTA

Membuka Data. Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses. 25 Agustus 2015 JAKARTA Membuka Data dari Bawah Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses Panduan Pelaksanaan 25 Agustus 2015 JAKARTA Panduan Pelaksanaan: Membuka Data dari Bawah Tujuh Langkah untuk Membuka Data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Berdasarkan ketentuan ini

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Berdasarkan ketentuan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan desa secara yuridis formal diakui dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rohyan Sosiadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian    Rohyan Sosiadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung selanjutnya dalam tesis ini oleh penulis disingkat STP Bandung, dahulu dikenal dengan nama National Hotel Institute (NHI

Lebih terperinci

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2)

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2) AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2) Ada sembilan langkah dalam AFP SMART yang terbagi kedalam tiga fase atau tahapan sebagai berikut: Langkah 1. Buat sasaran yang SMART Langkah 4. Tinjau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL 1 tahun ~ pemberian izin masuk kembali bagi pemegang izin tinggal terbatas pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun itu sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun itu sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembangunan nasional menunjuk pada kebutuhan pembangunan sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun itu sendiri, yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu

Lebih terperinci

MENGEJAR KETERTINGGALAN: AKSI MASYARAKAT DAN PERLINDUNGAN SOSIAL DI INDONESIA

MENGEJAR KETERTINGGALAN: AKSI MASYARAKAT DAN PERLINDUNGAN SOSIAL DI INDONESIA 1 MENGEJAR KETERTINGGALAN: AKSI MASYARAKAT DAN PERLINDUNGAN SOSIAL DI INDONESIA Forum Kebijakan Publik Asia Robert Wrobel, Fasilitas Pendukung PNPM Indonesia 2 Pertanyaan Pembatas Apa yang menjadi tantangan

Lebih terperinci

Faktor Keberhasilan untuk Keterlibatan Pengguna Akhir Office 365

Faktor Keberhasilan untuk Keterlibatan Pengguna Akhir Office 365 Faktor Keberhasilan untuk Keterlibatan Pengguna Akhir Office 365 Faktor keberhasilan penting yang mempengaruhi penerapan Office 365 serta cara agar berhasil menggunakannya dalam rollout Office 365 akan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci