BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keterwakilan Perempuan Di DPRD Kab/Kota Provinsi Gorontalo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keterwakilan Perempuan Di DPRD Kab/Kota Provinsi Gorontalo"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Keterwakilan Perempuan Di DPRD Kab/Kota Provinsi Gorontalo a. Anggota (DPRD) Provinsi Gorontalo Berdasarkan hasil penelitian di kantor sekretariat DEPROV Gorontalo, pada tahun ini jumlah keterwakilan perempuan di DPRD Provinsi dari 45 anggota Dewan hanya terdapat 9 Anggota Legeslatif jumlah tersebut hanya sekitar 17,8%. masingmasing berasal dari partrai Golkar 4 Orang, Partai Hanura 2 orang, Partai Amanat Nasional 2 Orang, dan 1 Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN). Hal ini menggambarkan bahwa ternyata jumlah perempuan tidak mencapai kuota sebagaimana yang telah di tetapakan dalam undang-undang mensyaratkan 30 % untuk perempuan di Legeslatif. Berikut ini daftar nama-nama anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah perempuan Provinsi Gorontalo periode Tabel I Daftar Nama Nama Anggota DPRD Perempuan Provinsi NO NAMA JABATAN PARTAI JUMLAH 1 Hj LOLA M. YUNUS WAKIL KETUA PAN 1 ORANG 2 SUHARTI ISMAIL ANGGOTA HANURA 1 ORANG 3 NURJANAH YUSUF ANGGOTA GOLKAR 1 ORANG 4 Hj. TIEN SUHARTI MOBILU. SE ANGGOTA HANURA 1 ORANG 5 Hj. AYU TRISNA NASIBU ANGGOTA PBN 1 ORANG 30

2 6 Hj. ULFA KOMENDAGI ANGGOTA GOLKAR 1 ORANG 7 Hj. KONI GOBEL ANGGOTA PAN 1 ORANG 8 Hj. LISNA ALAMRI ANNGOTA GOLKAR 1 ORANG 9 Hj. NUN HEMETO OTUHU ANGGOTA GOLKAR 1 ORANG Sumber : Biro Umum Deprov T O T A L 9 ORANG Berdasarkan data tabel diatas bahwa Keterwakilan politik kaum perempuan masih sangat kurang tidak sesuai dengan apa yang di harapakan meskipun di berikan 30% kuota untuk perempuan. Hal ini sebabkan budaya patriarkhi di kalangan masyarakat mengakar dan mendominasi dalam kehidupan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Gorontalo, dimana dari hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa kondisi keterwakilan perempuan belum memberikan konstribusi yang maksimal karena masih berada dalam lingkungan kaum mayoritas (laki-laki) Kita ketahui bahwa perempuan identik dengan pekerjaan ibu rumah tangga oleh sebab itu kehadiran perempuan di dunia politik merupakan salah satu hal yang baru bagi perempuan di Indonesia saat ini. Meski sudah separuh waktu perputaran dunia, namun sampai saat ini perjuangan perempuan untuk menunjukan sikapnya khususnya dalam dunia perpolitikan sudah mulai nampak. Menjadi komunitas yang minim di lingkungan DPRD Provinsi Gorontalo, tidaklah menjadikan perempuan untuk berhenti berjuang memajukan sesamanya dalam berpolitik dan bersaing dengan dunia pria. Sebagaimana yang di kemukakan oleh Ibu Ayu Trisna Nasibu setelah di wawancara beliau mengatakan bahwa keterwakilan perempuan, sesuai dengan 31

3 aturan pemerintah yang memberikan kuota 30% terhadap perempuan, aturan ini ternyata tidak seperti yang di harapkan oleh kaum perempuan dan masyrakat setempat, sebab saat ini keterwakilan perempuan di DEPROV Gorontalo hanya 17,8%, namun biarbgamnapun semua juga tetap kami kembalikan ke masyarakat Beberapa pernyataan diatas ada sedikit berbeda dengan pernyataan Dedi Hamzah selaku pengurus partai PDIP Provinsi Gorontalo saat diwawancara diruangan komisi III Beliau menyatakan bahwa keterwakilan perempuan di DEPROV Bukan berarti tidak mendongkrat aspirasi rakyat, karena perempuan telah memberikan warna yang tersendiri bagi politik di Gorontalo maupun Indonesia hal ini diungkapkan bahwa perempuan sudah terbukti salah satu contoh adalah ibu megawati ketika memimpin Negara Indonesia yang di berikan amanat oleh seluruh rakyat,inilah sebagai contoh ketika permpuan berkiprah dalam publik politik,permpuan tidak perlu patah hati dalam persaingan politik sebagai perempuan kami bersyukur telah di berikan dua kekuatan oloh Tuhan yang maha esa yaitu : melayani keutuhan suami sebagai pengurus rumah tangga, dan bisa berkarier dalam hal apapun terutama berkiprah dalam public. ( Di wawancarai 20/11/2012) b. Anggota DPRD Perempuan Kota Gorontalo Berdasarkan hasil penelitian keterwakilan perempuan Di Kota Gorontalo bahwa dari 25 Anggota Dewan terdapat 19 orang anggota dewan laki-laki dan 6 orang jumlah Anggota Dewan perempuan masing masing berasal dari parati Golkar 2 orang democrat 2 orang dan Partai Amanat Nasional 2 orang. Adapun nama-nama anggota dewan perempuan dapat di lihat melalui tabel sebagai berikut : Tabel II Daftar Nama Nama Anggota DPRD Perempuan Kota Gorontalo NO NAMA JABATAN PARTAI JUMLAH 1 HJ. KETTY MAYULU WAKIL KETUA PAN 1 ORANG 2 HJ. SRI RAHMAWATI ANGGOTA PAN 1 ORANG 3 HJ.FATMAWATI SYARIEF ANNGOTA DEMOKRAT 1 ORANG 32

4 4 RAMLA BUMULO,SH ANGGOTA GOLKAR 1 ORANG 5 HJ. DJAHARA MAUDA ANGGOTA 1 ORANG 6 HJ.DHARLINA DIHUMA ANGGOTA GOLKAR 1 ORANG T O T A L 6 ORANG (Biro Umum DPR-D Kota Gorontalo) Hal diatas sesuai dengan keputusan UU No 10/2008 tentang partai politik yang memberikan kuota 30% bagi perempuan tidak terealisasi. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh salah satu anggota dewan Kota Gorantalo Ibu Ketty mayulu dimana dikatakan bahwa tidak terepilihnya perempuan dilembaga legislative sesuai dengan kuota ini bukan kesalahan dari caleg perempuan namun semua kembali pada rakyat,meskipun partai telang memberikan restu. Sementara itu pengurus PAC Kec Kota utara Ismail Gobel dimana dikataka bahwa sesuai dengan UU yang memberi Kuota 30% kepada perempuan kami tidak membatasi kuota perempuan untuk mencalonkan diri sebagai caleg semua ini tetap kembali dan diserahkan pada masyarakat. Hal senada diungkapkan oleh Jasman Abdjul pengurus DPD II Partai Amanat Nasional bahwa partai telah memberikan kesempatan namun masih kurang yang berminat terhadap perempuan di legeslatif. Namun hal ini berbeda seperti apa yang diungkapkan oleh pimpinan anak cabang PKNU Ismet Saidi bahwa dalam partainya perempuan kurang untuk meminati partai ini sehingga tidak ada representatif dari PKNU di Kota Gorontalo (Wawancara 29/11/2012 ). Dari beberapa pendapat diatas bahwa keterwakilan perempuan di DPR-D Kota Gorontalo dari 25 orang anggota dewan terdapat 6 orang keterwakilan perempuan yakni sekitar 24% hasil ini hampir memenuhi kuota 30% seperti yang telah ditetapkan dalam UU. Namun belum sesuai dengan apa yang menjadi harapan masyarakat. c. Anggota DPRD Perempuan Kabupaten Gorontalo Berdasarkan hasil penelitian tentang keterwakilan perempuan di DPR-D Kab. Gorontalo bahwa dari 40 orang Anggota Dewan terdapat 35 anggota dewan laki-laki 33

5 dan 5 Orang anggota dewan perempuan dimana perwakilan perempuan di kabupaten Gorontalo dari Partai Bulan Bintang (PBB) 1 Orang, PDIP 1orang, kemudian Partai Bintang Reformasi (PBB) 1 orang, 1 orang dari PPP dan 1 orang dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Untuk lebih jelas maka dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut Tabel III Daftar Nama Nama Anggota DPRD Perempuan Kab Gorontalo NO NAMA JABATAN PARTAI JUMLAH 1 HJ. SUMARNI ANTULE,Sos ANGGOTA PBB 1 ORANG 2 HJ.VENY R. ANWAR,SE.MH ANGGOTA PDIP 1 ORANG 3 ASNI U.MENU ANGGOTA PBR 1 ORANG 4 HJ.SUMARNI R. GANI ANGGOTA PPP 1 ORANG 5 ERNA USMAN ANGGOTA PKB 1 ORANG T O T A L 5 ORANG Sumber : (Biro Umum DPR-D Kab Gorontalo) Beberapa pendapat dan argument yang diungkapkan oloeh anggota dewan maupun pengurus partai di kabupaten Gorontalo terkait dengan keterwakilan perempuan yang ada. sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu Risna alamri dimana dikatakan bahwa sebagai pengurus DPD II partai Golakar setelah ditemui beliau mengatakan bahwa perempuan sebenarnya dimintai oleh masyarakat namun ada yang kurang yakin dengan kemampuan mereka sehingga membuat perempuan sedikit yang terpilih karena ketidak yakinan tersebut padahal partai memberikan kesempatan. rikanmeskipun konstitusi telah memberikan 30% untuk kuota perempuan dalam partai politik semua keputusan berada dalam partai politik yang melibatkan perempuan dalam partai masing-masing tapi pada intinya kembali pada penilaian masyarakat kata Ibu Veni sebagai anggota dewan perwakilan rakyat Kab Gorontalo. Salah satu pengurus PBB DPC II Ibu Sumarni mengatakan bahwa dalam partainya pengurus yang terekrut dalam partainya masih sedikit perempuan yang berminat dalam 34

6 partai politik. Lanjut lagi apa yang telah di ungkapkan Ibu Sumarni bahwa semua ini tergantung masyarkat juga kemudian dilanjutkan sebagai pengurus. (Wawancara 01/12/2012 ). Dari hasil wawancara diatas bahwa keterwakilan perempuan Di DPRD Gorontalo jauh dari apa yang menjadi harapan dan ketetapan UU yang telah ada yakni dari 40 orang anggota dewan hanya terdapat 5 Orang, yang berkisar sekitar, 05,3 % hasil ini belum memuaskan bagi seluruh partai yang terlibat dalam pileg 2009 kemarin. d. Anggota DPRD Perempuan Kabupaten Boalemo Keterwakilan perempuan di Kabupaten Boalemo berdasarkan hasil penelitian dari 25 orang anngota dewan terdapat 23 orang anggota dewan laki-laki dan 2 orang anggota dewan perempuan dimana kedua keterwakilan permpuan tersebut berasal dari Partai DEMOKRAT dan PDIP. Adapun nama-nama anggota dewan perempuan di kab Boalemo dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut : Tabel IV Daftar Nama Nama Anggota DPRD Perempuan Kab Boalemo NO NAMA JABATAN PARTAI JUMLAH 1 HJ. ADELIN THALIB ANGGOTA DEMOKRAT 1 ORANG 2 MEISKE LAMADLAW ANGGOTA PDIP 1 ORANG T O T A L 2 ORANG Sumber : (Biro Umum DPR-D Kab. Boalemo) Hal ini menuaikan kekecewaan bagi anggota dewan karena perempuan sebagai penyeimbang demikian pula dengan pengurus partai salah satu contoh Partai besar yang ada di kab Boalemo partai Golkar. 35

7 Sebagaimana yang dikemukakan anggota legeslatif perwakilan partai golkar Oktohari Dalanggo di akui bahwa pengurus Partai Golkar srtukturalnya di dominasi oleh laki-laki sehingga tidak dapat memberikan keterwakilan perempuan di DPRD Boalemo.Sekalipun partai, seperti apa yang di ungkapkan oleh ketua PAC Kec Tilamuta Partrai Gerindra Agus musa bahwa pada saat ini kami kurang memiliki personil perempuan meskipun ketua DPD II Partai Hanura perempuan hal ini di akibatkan oleh kurangnya minat perempuan terhadap partai politik, sehingga tidak ada keterwakilan Perempuan dari partai hanura di dewan Boalemo kendati telah ditetapkan sudah ada UU 30% kuota keterwakilan perempuan yang telah ditetapkan ungkap Ibu Hana sebagai Ketua DPC. PDI-P memiliki keterwakilan perempuan di DPR-D Boalemo kata Pak Eka sebagai ketua DPD II PDI-P, hal ini belum seperti apa yang diharapkan, pada dasarnya kami mengetahui UU yang ada namun semua tetap akan kembali pada siapa yang memilih yakni masyarakat sendiri. (Hasil Wawancara 03/12/2012 ). Sesuai dengan beberapa pendapat di atas kabupaten Boalemo adalah daerah yang memiliki represntatif yang rendah yakni hanya 2,5% Aleg perempuan dari 25 anggota legeslatiaf yang ada. e. Anggota DPRD Perempuan Kabupaten Pohuwato Berdasarkan hasil penelitian bahwa di Kab Pohuwato ada 25 anggota dewan, dari 25 anggota dewan tersebut terdapat 19 anggota dewan laki-laki dan 6 orang anggota dewan perempuan adapun ke 6 anggota dewan tersebut masing-masing berasal Dari partai Golkar 2 orang, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), (PPP), Hanura dan PDK masing-masing mempunyai 1(satu) keterwkilan perempuan di DPRD Pohuwto..Untuk lebih jelas maka dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut 36

8 Tabel V Daftar Nama Nama Anggota DPRD Perempuan Kab Pohuwato NO NAMA JABATAN PARTAI JUMLAH 1 HJ. SUHARSI IGRISA KETUA GOLKAR 1 ORANG 2 HJ. SINCE KAJI ANGGOTA PKB 1 ORANG 3 HJ. NIKMA TAHIR ANGGOTA GOLKAR 1 ORANG 4 HJ JURIATI USMAN ANGGOTA HANURA 1 ORANG 5 HJ. MARYATI JUNAIDI ANGGOTA PPP 1 ORANG 6 ENDANG SUYATI ANGGOTA PDK 1 ORANG T O T A L 6 ORANG Sumber : (Biro Umum DPRD Pohuwato) sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu Since kaji dimana dikatakan bahawa hasill pemilu 2009 memuaskan sebagai salah satu anggota dewan dari partai PKB sebagaimana yang ditetapkan oleh UU 30% kuota keterwakilan perempuan. Meskipun belum terwakili secara keseluruhan keterwakilan perempuan di Kab Pohuwato kami dari pengurus DPD II partai Golkar merasa puas dengan hasil Pemilu tahun Kemarin sekalipun di partai Golkar didominasi oleh laki-laki namun perempuan masih ada keterwakilan dari partai Golkar ungkap Ibu Suharsi Sebagai Ketua Dewan. Hal di atas berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Pak Risan sebagai ketua DPII PKNU Kab Pohuwato Bahwa keterwakilan perempuan dari partai PKNU belum ada hal ini di akibatkan kurang tertariknya perempuan di partai ini sehingga tidak ada keterwakilan perempuan dari Partai PKNU.(Wawancara 05/12/2012 ). Dari berbagai pendapat di atas bahwa dari 25 anggota dewan terdapat 24% keterwakilan Anggota Dewan perempuan di Kab Pohuwato hal ini hamper mencapai kuota 30% keterwakilan perempuan di Legeslatif. f. Anggota DPRD Perempuan Kabupaten Bonebolango Seperti apa yang menjadi hasil penelitian di Kab Bonebolango dari 25 anggota dewan yang ada hanya terdapat 1 anggota dewan perempuan dan anggota 37

9 dewan laki-laki 24 orang, anggota dewan perempuan di Kab Bonebolango yang berasal dari Partai (PKNU) merupakan representatif yang terendah dari berbagai daerah yang ada di Provinsi Gorontalo. Seperti yang tampak pada tabel di bawah ini Tabel VI Daftar Nama Nama Anggota DPRD Perempuan Bonebolango NO NAMA JABATAN PARTAI JUMLAH 1 HJ. YANTI K. ABDULAH, SE ANGGOTA PKNU 1 ORANG T O T A L 1 ORANG Sumber Data : Biro Umum DPRD Bonebolngo Dari semua jumlah anggota dewan perempuan di setiap Kabupaten/Kota di Bonebolanga adalah anggota dewan perempuaan yang paling sedikit jumlahnya hanhya terdapat 1 orang dari 25 anggota DPRD Sabagaiman yang diungkapkan ibu Hj. Yanti sebagai pengurus DPC PKNU Kab. Bonebolango.dimana dikatakan bahwa Hal ini di akibatkan oleh budaya patriarki yang selalu mengedepenkan laki-laki walaupun ada UU tenatang 30% kuota perempuan dilegeslatif persaingan politik di kabupaten Bonebolango berbeda dengan Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Gorontalo Hal senada di ungkapkan oleh Imran Ahmad saat laki-laki memang menjadi senjata utama dalam setiap partai namun kita tidak boleh menganak tirikan perempuan karena ini telah di atur dalam UU No 10/2008 Tentang partai politik kita lihat perkembangannya dalam perheltan politik akan datang. Fadjar Wartabone Pengruus DPD II Golkar mengakui di kab. Bonebolango target partai Golkar setiap tahun itu harus mengalami peningkatan sementra saat ini perempuan masih kurang diminati oleh masyarakat, sehingga kami partai golkar lebih memprioritaskan laki-laki demi eksistensi partai tapi sejauh ini kami tetap berusaha akan mengorbitkan perempuan dari kader Golkar ke depan. (Wawancara 07/12/2012 ). 38

10 Dari 25 anggota dewan yang ada hanya terdapat 1 orang anggota dewan perempuan. Ini merupakan keterwakilan yang terendah di semua kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo yakni hanya 1.5 %. g. Anggota DPRD Perempuan Kabupaten Gorontalo utara Gorontalo utara adalah kabupaten yang paling bungsu di Provinsi Gorontalo, namun daerah ini tidak mau ketinggalan tentang persoalan politik sekalipun keterwakilan perempuan hanya 2 orang dari 25 anggota dewan yang ada. Dimana dari kedua partai tersebut berasal dari partai Golkar. seperti yang tampak pada tabel berikut ini Tabel VII Daftar Nama Nama Anggota DPRD Perempuan Gorontalo Utara NO NAMA JABATAN PARTAI JUMLAH 1 FARIDA Y. MOPILI. SH ANGGOT A GOLKAR 1 ORANG 2 FATMAWATI BUNIYO ANGGOT A GOLKAR 1 ORANG T O T A L 2 ORANG Sumber : (Biro Umum DPR-D Kab. Gorontalo Utara) Berdasarkan tabel diatas maka ada beberpa pendapat responden yang dapat di lihat sebagai berikut : Hal ini di tegaskann melalui ungkapan Ayub kadir, SE dari pengurus PAC mengatakan Gorut merupakan daerah yang paling bungsu tapi kami mampu mengutus perempuan dalam pentas politik terbukti ada dua anggota dewan dari perempuan yang ada di Gorut berasal dari partai golkar walaupun ini tidak mencapai UU keterwakilan perempuan yang memberikan kuota 30%,kata Iwan koli sebagai anggota dewan, kami mengakui bahwa di partai 39

11 golkar yang ada di Gorut paling banyak di huni oleh laki-laki. Kemudian Ridwan Riko Arbik dari partai Hanura bahwa dalam partai Hanura kami sudah berusaha untuk merekrut perpuan namun alasan mereka mempunyai beban ganda sehingga partai kami tidak mempunyai keterwakilan. Maka dari itu untuk mendatang kami akan persiapkan kader perempuan. (Wawancara 09/12/2012 ). Dari beberapa ungkapan informan dari 25 anggota dewan yang ada di Gorut hanya terdapat 2 perempuan yang representatifnya hanya 2,5 %. Hal ini jauh dari apa yang menjadi target UU keterwakilan perempuan yang menginginkan keseimbangan dalam parlemen ketika UU tersebut terwujud Hambatan dan Tantangan Perempuan Dalam Politik Perempuan dalam ruang lingkup sosial kemasyarakatan selama ini faktanya memang lebih banyak mengambil peran domestik daripada peran publik. Tapi bukan berarti tidak ada perempuan yang dapat menjalankan kedua peran tersebut dengan gemilang. Demikian juga sebaliknya, kaum laki-laki yang selama ini lebih banyak mengambil peran publik bukan tidak mungkin juga mampu mengambil peran domestik dengan sangat baik. Adapun tantangan maupun hambatan-hambatan yang dihadapi perempuan dalam ikut serta meramaikan dunia perpolitikan dewasa ini antara lain. 1. Kurang memahami politik Jumlah yang sangat minim membuat keterwakilan perempuan di masingmasing lembaga legislatif di Provinsi Gorontalo, kurang berperan secara maksimal dalam meningkatkan kinerja Dewan. Hal ini menimbulkan akibat yang kurang baik bagi perkembangan politik di Provinsi Gorontalo sendiri. Dalam hal keterwakilan 40

12 perempuan di rana politik ada beberapa hal yang menjadi hambatan perimpuan ketika berkiprah dalam politik Sebagaimana yang di kemukakan oleh Ibu Lola yunus dimana dikatakan bahwakurangnya pengetahuan politik terhadap kaum permpuan, hal inilah yang membuat masyarakat kurang berminat dan secara pribadi juga saya harus mengakui karena pada hakikatnya ini hanya merupakn pekrjaan tambahan bagi perempuan, tapi ada juga sebagian masyrakat yang suka terhadap kaum perempuan karena perempuan idintik dengan persaan,seperti kelmbutan dan lain sebagainya. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu Ayu trisna nasibu salah seorang informan menyatakan bahwa: hambatan perempuan didalam keterwakilan dirana politik adalah kurangnya keprcayaan dari partai yang digeluti oleh perempuan itu sendiri. Hal senada ditambahkan pula oleh ibu Tien Suharti Mobilu, SE bahwa banyak hal yang membuat ketrwakilan perempuan ketika sudah berada di rana politik khususnya di di DEPROV Gorontalo yaitu kurangnya kualitas perempuan dalam menangani budgett (anggaran) karena seluruhnya hampir di kuasai oleh laki-laki dan kurangnya pengetahuan politik bagi perempuan karena realita menyatakan bahwa politik adalah keahlian dari pada kaum laki-laki karena mempunyai pengetahuan yang maksimal tentang politik. (Hasil wawancara 27/11/2012) Lanjut seperti apa yang telah diungkapapkan oleh Ibu Keti Mayulu sebagai anggota Dewan Kota Gorontalo bahwa perempuan diakui kurang pemahamannya dalam politik sehingga kurang diminati oleh sebagian orang, kemudian lanjut yang di ungkapkan oleh ibu Meyske anggota Dewan Boalemo bahwa strategi politik merupakan bagian dari pemahamn politik untuk mengatur tentang strategi cara menguasai basis lawan politik namun hal ini tidak begitu dikuasai oleh perempuan. Hal yang senada sama seperti yang diungkapakan oleh Ibu Since kaji anggota menlegislatif Pohuwato yang mana strategi adalah hal yang utama,namun semua akan dihalangi oleh sebuah pemahaman perempuan yang kurang dalam politik. Berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh ibu Yanti beliau mengungkapkan kurangnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif khususnya di Bonebolango ini di akibatkan oleh kurangya semangat perempuan untuk belajar politik sehingga hal ini berdampak pada pemahaman perempuan dalam poltik terbatas hal yang demikian pun diungkapkan oleh Ibu Fatmawati anggota legislatif Gorontalo Utara dan Ibu Venti dari Kab Gorontalo.(Hasil wawancara 29/11/12 ) Dari pendapat di atas, dapat dilihat bahwa keterwakilan perempuan Provinsi Gorontalo memang masih perlu untuk ditingkatkan pemahaman politiknya kedepan 41

13 dan mau untuk beraktivitas dalam menjunjung keberhasilan dunia perpolitikan di Gorontalo.. 2. Terbeban aktifitas dalam lingkungan keluarga Perempuan tidak lepas perannya dalam lingkungan keluarga dalam hal ini sebagai ibu rumah tangga dalam memberikan pelayanannya yang baik untuk keluarganya dirumah. Sebagaimana yang di kemukakan oleh Ibu Lola yunus setelah di temui dimana dikemukakan bahwa secara pribadi pada awalnya beliu sulit dalam menggeliguti dua peran sekaligus, karena mau tiak mau bahwa pada hakekatnya perempuan adalah orang yang mengurus rumah tangga dan ini adalah kendala dari semua perempuan yang berkiprah dalam politik. Hal ini sebagaimana salah satu tanggapan yang diungkapkan oleh Ibu Ayu nasibu bahwa: kesibukan yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari tidak terbatas pada aktivitas yang dilakukan dalam lingkungan tempat kerjanya, akan tetapi dalam mengurus keperluan keluarga dirumah menjadi salah satu peran dan tanggung jawab seorang perempuan yang telah berkeuarga kemudian sebagai perempuan bahwa kodrat perempuan adalah seorang ibu yang mengurus tugas didalam rumah tangga dan melahirkan, menyusui anak kecuali yang belum menikah. Ditambahkan pula oleh ibu Ulfa Komendangi bahwa: Aktivitas yang dilakukan sebagai ibu rumah tangga tidak kalah pentingnya dari aktivitas yang dilakukan di kantor, namun sebagai perempuan harus tetap berusaha dan mementingkan mana yang lebih baik untuk dilaksanakan sebagai seorang anggota dewan juga sebagai ibu rumah tangga. (27/11/2012) 3. Kurang memiliki keahlian Keahlian merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan keahlian yang dimiliki, maka secara langsung seseorang dapat mengatasi satu permasalahan yang akan ditanganinya. Demikiannya dengan perempuan di DPRD Provinsi Gorontalo, kurangnya memiliki 42

14 keahlian yang merupakan saah satu penentu terselenggaranya suatu pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan ibu Ayu Trisna Nasibu bahwa : tidak semua anngota dewan perempuan yang ada di DPRD Provinsi Gorontalo memiliki keahlian dibidangnya masing-masing, sehingganya perlu untuk beradaptasi dengan tugas yang diberikan oleh pimpinan. Ditambahkan pula oleh ibu Tien sauharti perlu untuk beberapa waktu agar dapat menyesuaikan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Hal ini biasanya dapat memperlambat proses pekerjaan yang dilakukan, namun tetap berusaha untuk dapat menyelesaikan segala tugas yang telah diberikan oleh pimpinan. (Hasil wawancara 27/11/2012) Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap keterwakilan yang ada di DPRD Provinsi Gorontalo, dalam hal ini khususnya perempuan masih belum memiliki keahlian pada bidang yang ditanganinya, akan tetapi dengan usaha dan kerja kerasnya dapat meminimalisir kekurangan tersebut sehingga untuk kedepan setelah mendalami tanggung jawab dan mengasah pengetahuan berdasarkan pengalaman dalam rana politik secara rasional kedepan mudah-mudahan apa yang menjadi ketentuan KPU tentang keterwakilan perempuan 30% akan bertambah ataupun meningkat. 4.2 Pembahasan Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif Provinsi Gorontalo Berdasarkan hasil penelitian diatas mengenai keterwakilan perempuan di Lembaga legislative tidak sesuai dengan apa yang menjadi harapan masyarakat terutama pada kaum perempuan, kekecawaan masyarakat telah di buktikan dalam pelaksanaan politik penyelenggaraan pemilihan umum di Provinsi Goroadntalo pada 43

15 tahun 2009 kemarin, meskipun konstitusi telah memberikan kesempatan kepada perempuan melalui UU No 02 Tahun 2008 tentang kuota 30% keterwakilan perempuan di legislatife ternyata regulasi tersebut tidak terealisasi di Provinsi Gorontalo hal ini dibuktikan dengan keterwakilan perempuan di lembaga legislatif DEPROV dan DPR-D Kabupaten/Kota yang ada di provinsi Gorontalo hanya mencapai 17,8% jika di rata-ratakan. (UU No 02 /2008) Begitu antusias kaum perempuan yang maju dalam pencalegan,namun hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan setelah ditinjau melalui penelitian oleh penulis. Karena keterwakilan perempuan yang seharusnya memenuhi kuota 30% tetapi jauh dari keinginan karena yang terpilih hanya terdapat 17.8% dari seluruh akumulasi representatif atau keterwakilan yang terpilih baik dimasing-masing kabupaten kota maupun Provinsi yang telah dijelaskan dalam deskripsi hasil penelitian diatas. Hal. ini dipengaruhi oleh kebiasaan atau budaya yang menyatakan bahwa perempuan telah ditindas oleh sebuah tradisi yang mengutamakan laki-laki, dan menganggap bahwa perempuan adalah makluk kelas dua yang ditakdirkan untuk mengukuhkan tradisi tersebut..(musdah 2003 : 53) Dalam dunia politik di akui atau tidak bahwa hamper di seluruh daerah di kuasai oleh laki-laki meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan mengenai 30% kuota ketrewakilan permpuan dalam politik. Politik bukan hanya milik laki-laki sebab perempuan harus tampil di rana politik bukan untuk menyaingi laki-laki tetapi minimal ada berupa persamaan hak sosial sebagaimana teori yang di kemukakan oleh Gomes ( 2003 : 62 ) dalam bukunya bahwa Dalam sistem manajemen SDM kerapkali 44

16 terjadi persaingan nilai antara nilai efisiensi, daya tanggap politik, keadilan sosial, persamaan hak individu, yang biasanya berakhir dengan menempatkan nilai keadilan sosial pada posisi yang kurang menguntungkan. Nilai efisiensi dan politik tidak jarang menjadi pemenang utama dalam persaingan itu karena mendominasi pola pikir para manajer, baik di sektor publik maupun swasta Faktor-faktor Penghambat Keterwakilan Perempuan Tidak Mencapai Kuota 30% Berdasarkan hasil penelitian diatas dalam deskripsi hasil penelitian bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penghambat tidak tercapainya kuota 30% keterwakilan perempuan di legislatif, setelah dilakukan peninjaun di lapangan melalui masyarakat bahwa yang menjadi faktor-faktor penghambat keterwakilan perempuan tidak mencapai kouta 30 % adalah sebagai berikut : 1. Kurang memahami politik Jumlah yang sangat minim membuat keterwakilan perempuan di lembaga legislatif tidak terwakili secara keseluruhan yakni kuota 30%, diakibatkan oleh kurangnya pemahaman perempuan dalam hal politik sehingga masyarakat menilai hal tersebut. Dalam dunia politik perempuan harus mampu memhami esensi politik yang sebenarnya dan semua ini tergagntung pada sikap pemahan perempuan ketika berpartisipasi dalam politik karena partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang di maksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau 45

17 kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadic, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif.(budiardjo 2001 : 183) 2. Terbeban aktifitas dalam lingkungan keluarga Perempuan tidak lepas perannya dalam lingkungan keluarga dalam hal ini sebagai ibu rumah tangga dalam memberikan pelayanannya yang baik untuk keluarganya dirumah hal tersebut juga adalah salah satu faktor tidak tercapianya UU keterwaklian 30% kuota perempuan di lembaga legislative yang ada di Provinsi Gorontalo. Namun beban tersebut di kembalikan kepada kemampuan individu perempuan sebab sebagaiman teori yang di unkgapkan oleh Ali ( 2002 : 886) 3. Kurang memiliki keahlian Keahlian merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan keahlian yang dimiliki, maka secara langsung seseorang dapat mengatasi satu permasalahan yang akan ditanganinya. Demikiannya dengan perempuan di DPRD yang ada di Provinsi Gorontalo, kurangnya memiliki keahlian yang merupakan saah satu penentu terselenggaranya suatu pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Keahlian perempuan dalam politik akan di aplikasikan ketika terpilih sehingga masyarakat menilai apa yang akan di lakukan oleh perempuan ketika di dewan sebab menjadi anggota dewan ada tiga hal yang terpenting yang harus di kuasia oleh perempuan Gaffar (2006 :280) mengikhtisari. 46

18 1. Menurut Rousseau badan legeslatif adalah : Tentang volonte general atau generale will yang menyatakan bahwa rakyatlah yang berdaulat, rakyat yang berdaulat ini mempunyai kemauan. 2. Miriam budiardjo badan legeslatif adalah : Dewan Perwakilan Rakyat di anggap merumuskan kemauan rakyat atau kemauan umum ini dengan jalan mengikat masyarakat. Undang-Undang yang dibuatnya mencermikan kebijkasanaankebijaksanaan itu. 4. budaya patriarki Budaya inilah yang selalu mengedepenkan laki-laki walaupun ada UU tenatang 30% kuota perempuan dilegeslatif persaingan politik di berbagai kabupaten yang ada di Provinsi Gorontalo Dari berbagai faktor hambatan keterwakilan perempuan dalm politik hal Ini kemudian menjadikan perempuan tidak yakin dan percaya diri untuk berekspresi di dunia public terlebih masalah politik. Selain itu konstitusi dan peraturan tidak ada yang mendukung secara maksimal karena tidak adanya sanksi. (Musdah 2003 : 85) 47

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan pro dan kontra padahal banyak kemampuan kaum perempuan yang tidak dimiliki oleh laki - laki.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI... Lampiran 2 Model F6-Parpol REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI 1 PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) 2 PARTAI BULAN BINTANG (PBB) TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.

Lebih terperinci

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, upaya membangun demokrasi yang berkeadilan dan berkesetaraan bukan masalah sederhana. Esensi demokrasi adalah membangun sistem

Lebih terperinci

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik Koalisi Pemantauan Dana Kampanye Transparansi Internasional Indonesia dan Indonesia Corruption Watch Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan Tujuan Indonesia Merdeka 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab-012.329248/TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN JUMLAH KURSI ATAU SUARA SAH PARTAI POLITIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 31 /Kpts/KPU-Kab-012.329506/2014 TENTANG PENETAPAN TANGGAL DAN TEMPAT PELAKSANAAN KAMPANYE RAPAT

Lebih terperinci

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN Oleh: Ignatius Mulyono 1 I. Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah

Lebih terperinci

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN Nomor 11/Kpts/022.658791/III/2014 TENTANG JADWAL KAMPANYE RAPAT UMUM PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? Jakarta, 29 Januari 2014 Q: Apakah Ibu/Bapak/Saudara tahu atau tidak tahu bahwa Tahun 2014 akan dilaksanakan Pemilihan Legislatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca reformasi bangsa kita sudah berhasil melaksanakan pemilihan umum presiden yang di pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses pengambilan hak suara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara

Lebih terperinci

BAB III DATA RESPONDEN

BAB III DATA RESPONDEN BAB III DATA RESPONDEN A. JENIS KELAMIN RESPONDEN Penelitian ini sebagian besar mengambil kelompok laki-laki sebagai responden. Dari 8 responden yang diwawancarai dan yang ikut FGD, terdapat orang responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi adalah suatu cara atau taktik dalam meraih dan memperoleh sesuatu. Sehingga dalam wahana politik strategi merupakan sesuatu hal yang sangat urgen yang kianhari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat untuk memilih secara langsung, baik pemilihan kepala negara,

I. PENDAHULUAN. masyarakat untuk memilih secara langsung, baik pemilihan kepala negara, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang menganut konsep demokrasi yang ditandai dengan adanya pemilihan umum (pemilu) yang melibatkan masyarakat untuk memilih secara

Lebih terperinci

Taufiq Amri 1. Kata Kunci: kebijakan, partai politik, keterwakilan, perempuan, pencalonan anggota legislatif, Kabupaten Paser

Taufiq Amri 1. Kata Kunci: kebijakan, partai politik, keterwakilan, perempuan, pencalonan anggota legislatif, Kabupaten Paser ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (3): 1361-1372 ISSN 2477-2458 (Online), ISSN 2477-2631 (Cetak) ejournal.ipfisip-unmul.ac.id Copyright 2017 KEBIJAKAN PARTAI POLITIK DALAM MERESPON PEMBERLAKUAN KUOTA

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang

Lebih terperinci

PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep

PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE 2009-2014 Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep 1 SEKILAS DPRD KABUPATEN SUMENEP DPRD Kabupaten Sumenep merupakan lembaga perwakilan rakyat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep penting yang harus dipahami dalam membahas kaum perempuan adalah membedakan antara konsep seks (Jenis Kelamin) dan konsep gender. Pemahaman dan pembedaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif Gender menjadi aspek dominan dalam politik, dalam relasi kelas, golongan usia maupun etnisitas, gender juga terlibat di dalamnya. Hubungan gender dengan politik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan system pemerintahan. Dimana para calon pemimpin. PP NO 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan system pemerintahan. Dimana para calon pemimpin. PP NO 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pemilihan kepala daerah yang kemudian disingkat menjadi Pilkada adalah salah sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk menentukan siapa pemimpin yang akan menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolok ukur, dari demokrasi itu (Budiardjo, 2009:461). Pemilihan umum dilakukan sebagai

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 41/Kpts/KPU-Kab-012.329506/2014 TENTANG PENETAPAN PERUBAHAN TANGGAL DAN TEMPAT PELAKSANAAN KAMPANYE

Lebih terperinci

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013 ANATOMI CALEG PEMILU 2014 FORMAPPI 3 Oktober 2013 I. Pengantar Alasan melakukan kajian: Membantu pemilih mendapatkan informasi yang utuh tentang Caleg dalam Pemilu 2014. Lingkup kajian: Profil Caleg Pemilu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem politik demokrasi modern menempatkan sebuah partai politik sebagai salah satu instrumen penting dalam pelaksanaan sistem pemerintahan. Demokrasi modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik yang secara legal masuk dalam Undang-undang partai politik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang secara legal masuk dalam Undang-undang partai politik merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditetapkannya kuota 30 persen untuk keterlibatan perempuan dalam proses politik yang secara legal masuk dalam Undang-undang partai politik merupakan terobosan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan seluruh rakyatnya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seluruh rakyat berperan

BAB I PENDAHULUAN. dengan seluruh rakyatnya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seluruh rakyat berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disuatu negara menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan seluruh rakyatnya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seluruh rakyat berperan

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Penanggung Jawab Drs. Suripto Bambang Setyadi, M Si Asrudi Trijono, SH

TIM PENYUSUN. Penanggung Jawab Drs. Suripto Bambang Setyadi, M Si Asrudi Trijono, SH i TIM PENYUSUN Pengarah Prof. Dr. H. A. Hafiz Anshary AZ, MA Sri Nuryanti, S.IP., MA Dra. Endang Sulastri, MSi I Gusti Putu Artha, SP., MSi. Dra. Andi Nurpati, MSi Drs. H. Abdul Aziz, MA Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. PEMBAHASAN Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses Pencalonan Non Partai Pemilihan Kepala Daerah (Tanggapan Partai Politik Khusus DIY) dapat dijabarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. politik masih sangat terbatas. Bahkan di negara yang demokrasinya sudah mapan

I. PENDAHULUAN. politik masih sangat terbatas. Bahkan di negara yang demokrasinya sudah mapan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi perempuan dalam bidang politik pada dasarnya sangat besar bukan saja secara kuantitas melainkan juga kualitas. Namun demikian di banyak negara di dunia, baik

Lebih terperinci

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK - 1 - KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK NOMOR : 07/Kpts/KPU-Kota-019.435761/2013 TENTANG JUMLAH KURSI DAN JUMLAH SUARA SAH PALING RENDAH UNTUK PASANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa : Indonesia merupakan Negara yang menganut sistem demokrasi memiliki pemikiran mendasar mengenai konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya Pemilu legislatif adalah untuk memilih anggota DPR dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN FIQH SIYASAH DAN UU NO. 8 TAHUN 2012 MENGENAI IMPLEMENTASI KUOTA 30% KETERWAKILAN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DI DAPIL 4 GRESIK

BAB IV TINJAUAN FIQH SIYASAH DAN UU NO. 8 TAHUN 2012 MENGENAI IMPLEMENTASI KUOTA 30% KETERWAKILAN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DI DAPIL 4 GRESIK 74 BAB IV TINJAUAN FIQH SIYASAH DAN UU NO. 8 TAHUN 2012 MENGENAI IMPLEMENTASI KUOTA 30% KETERWAKILAN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DI DAPIL 4 GRESIK A. Analisis Terhadap Implementasi kuota 30% Keterwakilan

Lebih terperinci

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU 1. Sistem Pemilu Rumusan naskah RUU: Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan pilar demokrasi dalam suatu negara seperti di Indonesia. Kehadiran partai politik telah mengubah sirkulasi elit yang sebelumnya tertutup bagi

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN TAHAPAN PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK DAN CALON ANGGOTA DPD PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KOTA BOGOR

LAPORAN PELAKSANAAN TAHAPAN PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK DAN CALON ANGGOTA DPD PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KOTA BOGOR LAPORAN PELAKSANAAN TAHAPAN PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK DAN CALON ANGGOTA DPD PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KOTA BOGOR KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR Jl. Loader No. 7 Baranangsiang

Lebih terperinci

Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik

Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik Sri Budi Eko Wardani PUSKAPOL - Departemen Ilmu Politik FISIP UI Lembaga Administrasi Negara, 21 Desember 2016 2 Partisipasi Perempuan di Ranah Politik

Lebih terperinci

BAB II KONFIGURASI POLITIK DI KABUPATEN PATI

BAB II KONFIGURASI POLITIK DI KABUPATEN PATI BAB II KONFIGURASI POLITIK DI KABUPATEN PATI p Gambar 2.1 Peta Politik Kabupaten Pati berdasarkan Dapil Pada Pemilu 2014 Keterangan : = Dapil 1 dimenangi oleh PDIP dan Demokrat = Dapil 2 dimenangi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi, akan tetapi pembangunan demokrasi di Indonesia seperti banyak mengalami rintangan dan halangan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI ENI MISDAYANI, S.Ag, MM KPU KABUPATEN KUDUS 26 MEI 2014 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi, masyarakat berubah menjadi relatif demokratis. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi, masyarakat berubah menjadi relatif demokratis. Mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak reformasi, masyarakat berubah menjadi relatif demokratis. Mereka tampak lebih independen, egaliter, terbuka, dan lebih cerdas dalam menanggapi berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik pasal 11 huruf a,b,c,d, dan e. Partai politik berfungsi sebagai, a) sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang disini beraneka-ragam,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang disini beraneka-ragam, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Pemilihan Umum Pemilu adalah suatu proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang

Lebih terperinci

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD September 2014 Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada Oleh DPRD Bandul RUU Pilkada kini

Lebih terperinci

EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014

EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014 EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014 Temuan Survei di 45 Dapil April 2013 Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng - Jakarta Pusat 10310 Telp. (021) 3919582, Fax

Lebih terperinci

Pencalonan DPR RI sebagian besar memenuhi aturan zipper system 1:3, namun fenomena yang muncul adalah pencalonan pada angka 3 dan 6.

Pencalonan DPR RI sebagian besar memenuhi aturan zipper system 1:3, namun fenomena yang muncul adalah pencalonan pada angka 3 dan 6. Parpol 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10.11,. PD 15 17 53 23 21 40 14 16 14 7 PG 12 17 51 12 13 42 11 12 13 9 PDIP 2 21 56 11 26 38 18 21 15 13 PAN 10 17 45 19 16 26 10 10 10 11 PKS 2 8 64 7 26 41 18 23 17 9 PKB 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Indonesia adalah sebuah Negara yang menganut gaya kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Indonesia adalah sebuah Negara yang menganut gaya kepemimpinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Indonesia adalah sebuah Negara yang menganut gaya kepemimpinan demokrasi. Dari mulai Kepala desa hingga Pemilihan Presiden dilakukan secara demokrasi, yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan 119 BAB V PENUTUP A. Simpulan Calon legislatif merupakan lembaga perwakilan yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Setiap rancangan undang-undang

Lebih terperinci

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik - FISIP Universitas Indonesia (PUSKAPOL FISIP UI) Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS PEREMPUAN KADER ORGANISASI PARTAI POLITIK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS PEREMPUAN KADER ORGANISASI PARTAI POLITIK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS PEREMPUAN KADER ORGANISASI PARTAI POLITIK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 A. PENDAHULUAN Peningkatan kapasitas berpolitik perempuan pada hakikatnya

Lebih terperinci

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini yang fokus terhadap Partai Golkar sebagai objek penelitian, menunjukkan bahwa pola rekrutmen perempuan di internal partai Golkar tidak jauh berbeda dengan partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah lepas dari bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu

Lebih terperinci

JAKARTA, 5 MEI 2013

JAKARTA, 5 MEI 2013 JAKARTA, 5 MEI 2013 www.jppr.org Fokus Pemantauan : JPPR melakukan pemantauan terhadap kelengkapan daftar bakal calon anggota legislatif Pemilu 2014. Daftar bakal calon legislatif diunduh dari website

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan sarana pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan sarana pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah Provinsi dan Kabupaten/ Kota berdasarakan Pancasila dan

Lebih terperinci

Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri. LSI DENNY JA November 2014

Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri. LSI DENNY JA November 2014 Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri LSI DENNY JA November 2014 Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segera Bubarkan Diri Mayoritas publik. sebesar 61. 20 %, ingin DPR tandingan yang

Lebih terperinci

PROSES REKRUITMEN KADER PEREMPUAN PKS DAN DEMOKRAT PADA PEMILU LEGISLATIF DI KOTA BUKITTINGGI. Skripsi OLEH :

PROSES REKRUITMEN KADER PEREMPUAN PKS DAN DEMOKRAT PADA PEMILU LEGISLATIF DI KOTA BUKITTINGGI. Skripsi OLEH : PROSES REKRUITMEN KADER PEREMPUAN PKS DAN DEMOKRAT PADA PEMILU LEGISLATIF 2009-2014 DI KOTA BUKITTINGGI Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 33/Kpts/KPU-Kab-019.964931/2013 TENTANG JUMLAH KURSI DAN JUMLAH SUARA SAH PALING RENDAH UNTUK PASANGAN CALON YANG DIAJUKAN PARTAI POLITIK ATAU

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian 2. Deskripsi Kelurahan Polonia Kelurahan Polonia merupakan salah satu dari kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Polonia yang memilki luas 1,57km 2 dan terdiri dari

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN CIAMIS Jln. Jend. Sudirman No. 43 Ciamis

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN CIAMIS Jln. Jend. Sudirman No. 43 Ciamis KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN CIAMIS Jln. Jend. Sudirman No. 43 Ciamis - 46211 DAFTAR PELAYANAN INFORMASI PADA TAHUN 2014 NO NOMOR FORMULIR TANGGAL 1 03 Februari 2014 H. Edi Susanto Ketua DPC PDIP Rancah

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG PENETAPAN PEROLEHAN KURSI DAN SUARA SAH POLITIK DALAM PEMILU ANGGOTA DPRD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Korupsi masih menjadi masalah mendasar di dalam berjalannya demokrasi di Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi menjadi terhambat.

Lebih terperinci

Gambar 2.3 Dokumentasi Penelitian 04 Maret 2017.

Gambar 2.3 Dokumentasi Penelitian 04 Maret 2017. Gambar 2.3 Dokumentasi Penelitian 04 Maret 2017. Gambar ini merupakan Taman yang saya temui di Rumah Sakit Pirngadi. Dari gambar tersebut tidak ditemukan satu pun permainan untuk anak-anak yang berkunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap lima tahun keanggotaan dewan perwakilan rakyat mengalami pergantian.

I. PENDAHULUAN. Setiap lima tahun keanggotaan dewan perwakilan rakyat mengalami pergantian. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Setiap lima tahun keanggotaan dewan perwakilan rakyat mengalami pergantian. Baik dewan perwakilan rakyat pusat (DPR), dewan perwakilan rakyat propinsi (DPRD propinsi)

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PEMILIH GANDA DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KELURAHAN PELABUHAN KOTA SAMARINDA

STUDI TENTANG PEMILIH GANDA DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KELURAHAN PELABUHAN KOTA SAMARINDA ejournal Ilmu Pemerintahan, 5 (3) 2017: 1003-1012 ISSN 2477-2458(online), ISSN 2477-2631(Cetak),ejournal.ipfisip-unmul.ac.id Copyright 2017 STUDI TENTANG PEMILIH GANDA DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KELURAHAN

Lebih terperinci

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019. Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019. Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014 ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019 Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014 Pokok Bahasan 1. Keterpilihan Perempuan di Legislatif Hasil Pemilu 2014 2.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebijakan affirmative action merupakan kebijakan yang berusaha untuk menghilangkan tindakan diskriminasi yang telah terjadi sejak lama melalui tindakan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan Reformasi tidak hanya memasang target rezim orde baru berakhir, tetapi juga bertujuan membangun Indonesia yang demokratis dan berkeadilan. Pemilu tidak saja

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan I. PEMOHON 1. Syamsul Bachri Marasabessy 2. Yoyo Effendi II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan masyarakat yang memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak, serta menyampaikan hak nya sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT. Transparency International Indonesia

LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT. Transparency International Indonesia LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT Transparency International Indonesia Latar Belakang Disahkanya Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci