PEDOMAN PERILAKU Modul Teh. Versi 1.1
|
|
- Ivan Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEDOMAN PERILAKU Modul Teh Versi 1.1
2 Salinan dan terjemahan dokumen ini tersedia dalam format elektronik di Situs web UTZ: Silakan kirim komentar dan saran Anda ke: Atau lewat pos ke: UTZ Standards and Certification Department De Ruyterkade 6 bg 1013 AA Amsterdam The Netherlands UTZ 2015 Tidak ada bagian dari publikasi ini yang boleh direproduksi ulang, disimpan dalam sistem yang dapat diakses kembali, atau dikirimkan dalam bentuk atau cara apapun, baik elektronik, mekanis, fotokopi, rekaman, atau apa saja tanpa menyebutkan sumbernya dengan lengkap. 1
3 Pendahuluan Modul Teh ini digunakan bersama dengan Pedoman Perilaku Inti dan di dalamnya terdapat berbagai persyaratan yang berlaku seluruh kegiatan rantai pasokan, sampai pada saat pengolahan daun-daun teh hijau berubah menjadi produk teh seduh. Modul ini digunakan oleh seluruh produsen/kelompok produsen teh (dengan atau tanpa pabrik mereka sendiri) yang ingin mendapatkan sertifikasi Pedoman Perilaku. Modul ini juga berlaku bagi para pelaku yang mengolah daun-daun teh hijau hingga menjadi produk teh seduh dan para pelaku yang tidak memproduksi daun-daun teh hijau mereka sendiri, namun membeli daun-daun teh hijau dari produsen atau kelompok produsen bersertifikasi UTZ. Tergantung dari kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, para produsen/kelompok produsen mengkaji poin-poin kontrol mana yang berlaku bagi mereka. Judul Blok dapat menunjukkan suatu poin kontrol berlaku jenis kegiatan yang mana, dengan kata lain, berlaku atau tidaknya suatu poin kontrol diindikasikan oleh poin kontrol itu sendiri atau pada kolom penjelasan terhadap kepatuhan. Contoh 1: bagi produsen/kelompok produsen yang tidak mengolah daun-daun teh hijau, poin-poin kontrol di bawah judul Blok Pengolahan menjadi tidak berlaku. Contoh 2: bagi para pelaku yang melakukan pengolahan daun-daun teh segar namun tidak memproduksi daun-daun teh tersebut, dan hanya membeli daun-daun tersebut dari produsen atau kelompok produsen bersertifikasi UTZ, poin kontrol TE.B.1 mengenai pemanenan daun-daun teh hijau menjadi tidak berlaku. Kolom mengindikasikan apakah suatu poin kontrol berlaku kelompok dan/atau anggota kelompok yang disertifikasi terhadap Pedoman Perilaku Inti sertifikasi kelompok. Para produsen teh yang disertifikasi terhadap Pedoman Perilaku Inti sertifikasi individu wajib mematuhi seluruh poin kontrol yang berlaku bagi mereka dalam Modul ini. Apabila terdapat suatu kontradiksi antara apa yang disyaratkan oleh Pedoman Perilaku Inti dan apa yang disyaratkan dalam Modul Teh, persyaratan dalam Modul Teh yang dijadikan acuan. 2
4 Definisi Aktivitas stok Campur Klaim retroaktif Konfirmasi pembeli Konversikan Segala kegiatan, kecuali pengumuman jual atau beli serta konfirmasi-konfirmasi pembeli yang dilakukan atas stok produk bersertifikasi UTZ milik anggota. Aktivitasaktivitas stok termasuk Konversikan, Turunkan peringkat, Campur, Hapus, dan Lacak. Aktivitas stok dalam sistem keterlacakan UTZ (IP). Ketika seorang SCA mencampur teh seduh (pada tingkat keterlacakan Identitas Terpelihara (IP)) dari produsen/kelompok produsen berbeda, mereka melakukan aktivitas stok campur. Volume campuran akan tetap menampilkan informasi mengenai nama-nama produsen dan volume mereka masing-masing yang disatukan ke dalam campuran. Ketika suatu produk diklaim sebagai produk bersertifikasi UTZ beberapa saat setelah pembelian/penjualan pertama produk tersebut, atau setelah lisensi telah kedaluwarsa. Pada kasus dimana pemasok atau pembeli tidak lagi memegang lisensi yang berlaku, sebuah formulir mengajukan klaim retroaktif (hitung mundur) wajib dikirimkan kepada UTZ, dan beberapa ketentuan harus dipenuhi agar klaim tersebut dapat disetujui. Misalnya, seorang pembeli pertama membeli produk UTZ pada tanggal 1 April, namun baru menerima audit sertifikasi pertama pada tanggal 1 Juni. Sertifikat dan lisensi mulai berlaku pada tanggal 15 Juni. Setelah pembeli pertama memiliki lisesnsi yang resmi berlaku pada tanggal 15 Juni, pembeli pertama dapat mengajukan klaim retroaktif yang menyatakan bahwa volume UTZ yang dibeli pada tanggal 1 April merupakan volume bersertifikasi. Konfirmasi pembelian produk UTZ di IP Aktivitas stok dalam sistem keterlacakan UTZ (IP). Otorisasi Atas Nama Pengguna Pelaku Pasokan Supply Actors) Rantai (SCA- Chain Pembeli pertama Pengumuman beli Ketika teh seduh diolah menjadi teh rendah kafein, SCA (Supply Chain Actors- Pelaku Rantai Pasokan) melakukan aktivitas stok konversikan. Otorisasi yang ditandatangani oleh seorang pemasok (produsen/kelompok produsen) dan seorang pembeli pertama, dimana pemasok memberikan otorisasi bagi pembeli utama mendaftarkan segala transaksi ke dalam IP atas nama produse/kelompok produsen. Pihak yang beroperasi dalam rantai pasokan UTZ dan bukan merupakan seorang produsen/kelompok produsen. Misalnya, suatu SCA mengelola fasilitas pengolahan yang membeli.daun-daun teh hijau dari seorang produsen/kelompok produsen bersertifikasi UTZ. SCA yang merupakan pembeli pertama produk bersertifikasi UTZ. Pembeli pertama membeli produk dari seorang produsen/kelompok produsen yang disertifikasi terhadap Pedoman Perilaku UTZ. Transaksi dalam sistem keterlacakan UTZ (IP). Ketika seorang pembeli pertama membeli teh seduh dari produsen/kelompok produsen, dan mereka telah menerima otorisasi mendaftarkan segala transaksi ke dalam IP atas nama produsen/kelompok produsen, pembeli pertama melakukan pengumuman beli. Lembar formulir otorisasi atas nama pengguna yang ditandatangai oleh kedua pihak harus dimiliki agar transaksi ini dapat dilakukan. 3
5 Pengumuman jual Penurunan peringkat Teh Seduh / Teh Jadi Transaksi Transaksi dalam sistem keterlacakan UTZ (IP). Ketika seorang produsen/kelompok produsen ataupun seorang pelaku yang mengolah daun-daun teh hijau menjadi teh seduh kemudian menjual teh seduh tersebut kepada pelaku lain, mereka melakukan transaksi pengumuman jual. Aktivitas stok dalam sistem keterlacakan UTZ (IP). Ketika seorang pelaku rantai pasokan (SCA) ingin menurunkan tingkat keterlacakan (dari Identitas Terpelihara Identity Preserved menjadi Segregasi) suatu volume produk Teh Seduh dalam stok mereka, mereka melakukan transaksi penurunan peringkat. Istilah kemasan menunjukkan produk teh kering yang diperoleh melalui berbagai kegiatan pengolahan daunt eh segar. Dalam IP, berbagai jenis Teh Seduh adalah: teh hijau, teh hitam CTC (Crush, Tear, Curl hancur, sobek, keriting), teh hitam tradisional, teh hitam STP (LTP), teh kuning, teh putih, teh oolong, teh mentah pu er dan teh matang pu er. Transaksi komersial dari produk bersertifikasi UTZ yang diperdagangkan di dalam IP. Mencakup pengumuman jual, pengumuman beli, dan konfirmasi pembeli. PK # Penjelasan Kepatuhan BLOK B - PRAKTIK-PRAKTIK PERTANIAN Panen TE.B.1 Pascapanen TE.B.2 Pengolahan TE.B.3 TE.B.4 TE.B.5 Daun-daun dipetik dan dipanen pada waktu yang tepat mengoptimalkan mutu dan kesehatan tanaman. Langkah-langkah dilaksanakan mencegah terjadinya pemadatan dan hancurnya daun-daun hijau. Terdapat aturan-aturan baku menghitung pengurangan berat, termasuk pengurangan maksimal Pengendalian mutu secara berkala termasuk, mis. hitungan daun, dilakukan ketika daun-daun dikirim ke unit pengolahan. Langkah-langkah dilaksanakan mencegah tercemarnya teh selama penyimpanan dan pengolahan. +M +M +M Daun-daun dipetik dan dikirim ke pabrik pada hari yang sama, idealnya dalam waktu 6 jam. Langkah-langkah ini termasuk: - menetapkan berat maksimal per kantong petik, - menghindari penumpukan dan pengemasan berlebih, - menggunakan bahan kemasan yang memungkinkan aerasi, dan - sebuah tata cara pengangkutan yang tepat. Contohnya, dalam hal daun basah. Tersedia berkas-berkas pengendalian mutu. Langkah-langkah ini termasuk setidaknya: - pencegahan akses hewan, dan - pencegahan kontaminasi asap. 4
6 PK # Penjelasan Kepatuhan TE.B.6 Seluruh perlengkapan yang bersentuhan langsung dengan teh disucihamakan dengan uap atau air dengan pencuci hama mencegah kontaminasi mikroba. Perlengkapan termasuk misalnya meja putar, mesin CTC, lantai atau baki fermentasi, dan area lantai. TE.B.7 Kontaminasi dari bahan pembersih, pelumas, dan bahan-bahan lain yang dapat bersentuhan dengan teh selama pengolahan dihindari. Untuk seluruh pengolahan teh, diterapkan praktik-praktik yang baik. Hanya bahan pembersih,pelumas, dan bahan bahan lain yang aman makanan yang digunakan, dan digunakan sesuai dengan petunjuk label. Sebuah bagan alur pengolahan yang menunjukkan kondisi optimum (termasuk suhu dan waktu) setiap kegiatan dibuat dan dilaksanakan. TE.B.8 Kelembapan relatif dipantau dan dikendalikan mencegah penyerapan kelembapan yang berlebihan ketika dilakukannya penilaian/grading dan pengemasan. Air yang dapat diminum digunakan sebagai pelembap, mencegah kontaminasi. TE.B.9 Untuk pengolahan teh hijau: - penguapan (steaming)/pengayakan (panning) daun teh hijau dilakukan dengan kombinasi beban optimal, suhu dan waktu; - pemutaran (rolling) dilakukan dengan kombinasi beban optimal, kecepatan, dan waktu; - Pengeringan Putar/roll drying dikakukan dengan kombinasi beban optimal, suhu, dan waktu meningkatkan mutu dan mengoptimalkan penggunaan energi; -Penilaian (grading) dan Pengemasan (packing) dilakukan dengan kombinasi suhu optimal, dan kelembapan relatif. Noda asap dihindari pada saat pengayakan dan pengeringan putar. Segala pencatatan waktu pemutaran, suhu dan kelembapan relatif tersedia. 5
7 PK # Penjelasan Kepatuhan TE.B.10 Untuk pengolahan teh hitam: - pelayuan (withering) dilakukan dengan kombinasi beban optimal, suhu, kelembaban relatif, dan waktu memastikan keadaan layu fisik dan kimia yang optimal pada daun teh, di bawah kondisi yang higienis; - Pemutaran dan penghentian putaran (rolling and roll breaking)dilakukan dalam kombinasi beban optimal, kecepatan, dan waktu; -fermentasi dilakukan dalam kondisi higienis mencegah kontaminasi mikroba dan mendapatkan teh bermutu tinggi; -pengeringan dilakukan, dalam kombinasi suhu tertinggi dan waktu meningkatkan mutu dan mengoptimalkan penggunaan energi; - Penilaian (rading) dan Pengemasan (packing) dilakukan dengan kombinasi suhu optimal dan kelembapan relatif. Parameter udara (volume, suhu, kelembapan relatif) dan waktu pelayuan diikuti, sebagaimana diindikasikan dalam bagan alur proses. Untuk memastikan bahwa hasil akhir memenuhi persyaratan-persyaratan mutu, teh hijau dimuat dalam rata-rata laju yang terkendali, dan pelepasan daun yang layu pada pemutar ditangani. TE.B.11 Langkah-langkah diambil menekan risiko benda asing (mis. Batu dan potongan logam/plastik/kaca) dalam the. Suatu proses pengayakan atau 'jembatanudara'/air-bridge daun-daun yang layu sebelum diputar dilaksanakan demikian juga selama pemilahan dan penilaian (grading) akhir. TE.B.12 Hanya air bersih yang digunakan selama pengolahan. Hanya air yang boleh diminum (atau air dinyatakan cocok oleh otoritas yang kompeten) digunakan jika air atau mata air bersentuhan dengan teh selama pengolahan. TE.B.13 TE.B.14 TE.B.15 Sampel-sampel yang mewakili lot disimpan setidaknya selama setahun, dianalisis jika terjadi keluhan. Personel ahli secara teratur mengevaluasi mutu teh dan menyimpan berkas-berkas yang menuliskan rujukan ke kumpulan atau lot terkait. Seluruh pekerja menggunakan pakaian yang cocok melakukan kegiatan tertentu mencegah kontaminasi. Pakaian luar (misalnya baju luar, celemek, lengan, sarung tangan) dibersihkan secara teratur atau diganti menghindari kontaminasi silang. 6
8 PK # Penjelasan Kepatuhan Para pekerja mempunya akses terhadap kamar mandi dan tempat cuci tangan yang bersih di sekitar tempat kerja mereka. Toilet dalam keadaan TE.B.16 higienis dan tidak secara langsung terbuka ke arah dimana teh ditangani, kecuali jika pintunya bisa menutup sendiri. Pengklaiman di IP TE.B.17 Semua daun teh hijau bersertifikasi UTZ termasuk premi, tercatat dengan baik dalam ood Inside Portal (IP). Segala catatan transaksi dan aktivitas stok disimpan dengan identitas transaksi IP (ID). Transaksi-transaksi dan aktivitas stok termasuk: - pengumuman-pengumuman penjualan - pengumuman-pengumuman pembelian - konfirmasi pembeli - konversi - pencampuran - penurunan tingkatan TE.B.18 Ketika teh diklaim sebagai teh bersertifikasi UTZ kelompok/produsen dan pembeli pertama harus menyepakati suatu prosedur pembayaran (yang mengatur jumlah dan waktu) agar Premi UTZ dibayarkan kepada kelompok/produsen. Hal ini juga berlaku ketika teh diklaim sebagai teh bersertifikasi UTZ di tahap lanjutan dalam rantai pasokan. Premi UTZ pada akhirnya merupakan nilai bersih (netto) dan tidak lagi dipotong berbagai pembayaran ulang dari barang atau jasa yang telah dianggarkan. Bukti pembayaran dan pembenaran dari produsen/kelompok produsen perihal telah diterimanya Premi UTZ disimpan. TE.B.19 Ketika teh diklaim sebagai teh bersertifikasi UTZ secara retroaktif, pengumuman penjualan atau pembelian, serta konfirmasi pembeli harus (secara retroaktif) dimasukkan dalam ood Inside Portal (IP). TE.B.20 Para pembeli pertama yang memiliki hak bertindak sebagai pengguna akun produsen/kelompok produsen dalam IP menginformasikan kepada para pemasok mereka tentang seluruh pengumuman penjualan (termasuk volume) yang dilakukan, serta memberikan konfirmasi kepada mereka perihal transaksi yang terjadi di IP selama 2 minggu setelah transaksi dikonfirmasi. 7
9 PK # Penjelasan Kepatuhan BLOK C - KONDISI KERJA DAN TEMPAT TINAL Kesehatan dan keselamatan TE.C.21 TE.C.22 Area-area pengolahan berventilasi baik, dan langkah-langkah diambil menekan kebisingan dan pencemaran debu. Pintu keluar darurat jika terjadi bahaya berfungsi baik dan memadai dan perlengkapan pemadam api disediakan di lokasi-lokasi pengolahan. Terdapat alarm api dan dilakukannya latihan pemadam kebakaran secara rutin. BLOK D - LINKUNAN HIDUP Limbah dan energi TE.D.23 TE.D.24 Air limbah dari pabrik diolah mencegah pencemaran ekosistem alam. Terdapat langkah-langkah menjaga dan menguji efisiensi energi yang digunakan dalam sistem penghasil udara panas dari mesin-mesing pengering. Terdapat alat penghisap udara yang memadai di atas radiator-radiator ketika sistem boiler/radiator digunakan. Pengujian perlengkapan pemadaman api dilakukan secara berkala dan berkasberkasnya tersedia. Pintu-pintu keluar darurat mudah dibuka dari dalam dan ditandai dengan jelas. Langkah-langkah ini termasuk mis.: - Kendali pembakaran - Penggunaan bahan bakar yang tepat - Isolasi menekan hilangnya panas, misalnya menutup kebocoran-kebocoran asap dalam tabung-tabung pertukaran panas, - Memastikan ventilasi yang memadai dalam gedung-gedung - Mencegah penyumbatan saringan, dan radiator dilapisi dengan serabut/limbah teh - "Uji asap Jumlah total poin wajib per tahun Jumlah total poin kontrol tambahan per tahun Jumlah poin kontrol tambahan yang harus dipatuhi Total poin kontrol yang harus dipatuhi setiap tahun
PEDOMAN PERILAKU Modul Kopi. Versi 1.1
PEDOAN PERILAKU odul Kopi Versi 1.1 Salinan dan terjemahan dokumen ini tersedia dalam format elektronik di Situs web UTZ: www.utz.org Silakan kirim komentar dan saran Anda ke: coffeecertification@utz.org
Lebih terperinciSTANDAR RANTAI PENELUSURAN + LAMPIRAN RANTAI PENGAWASAN KOPI. Versi 1.1 Desember 2015
STANDAR RANTAI PENELUSURAN + LAMPIRAN RANTAI PENGAWASAN KOPI Versi 1.1 Desember 2015 Salinan dan terjemahan dokumen ini tersedia dalam format elektronik di Situs web UTZ: https://www.utz.org Atau lewat
Lebih terperinciPROTOKOL SERTIFIKASI. Versi 4.1 Januari 2016
PROTOKOL SERTIFIKASI Versi 4.1 Januari 2016 1 Salinan dan terjemahan dokumen ini tersedia dalam format elektronik di Situs web UTZ: www.utz.org Silakan kirimkan komentar atau saran Anda ke: coffeecertification@utz.org
Lebih terperinciSTANDAR RANTAI PENELUSURAN + LAMPIRAN RANTAI PENGAWASAN KAKAO. Versi 1.1 Desember 2015
STANDAR RANTAI PENELUSURAN + LAMPIRAN RANTAI PENGAWASAN KAKAO Versi 1.1 Desember 2015 Salinan dan terjemahan dokumen ini tersedia dalam format elektronik di Situs web UTZ: https://www.utz.org Atau lewat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan
Lebih terperinciPujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015
Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan
Lebih terperinciLampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice
113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.
Lebih terperinciINSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU
PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA
PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat
Lebih terperinciLEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan
LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.
Lebih terperinciFORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :
Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)
Lebih terperinciDOKUMEN PANDUAN UTZ. PREMI UTZ (Versi 1.0, ) Premi wajib bagi produsen bersertifikasi UTZ. Premi dibayarkan oleh pembeli pertama.
DOKUMEN PANDUAN UTZ PREMI UTZ (Versi 1.0, 1-8-2016) Panduan tentang premi, sebagaimana diwajibkan dalam Pedoman Perilaku Inti UTZ untuk sertifikasi kelompok dan multi-kelompok (versi 1.1) Dokumen panduan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)
BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
Lebih terperinciTATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA
5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TATA CARA
Lebih terperinciRegulasi sanitasi Industri Pangan
Regulasi sanitasi Industri Pangan Nur Hidayat Regulasi Undang Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang : Pangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang: Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat
Lebih terperinciSecara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban
HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri
Lebih terperinciFORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI
FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI Penerapan Formulir Prosedur Operasi Standar Risiko Tinggi disarankan untuk proses, eksperimen, atau manipulasi yang mengandung risiko tinggi dan yang memerlukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha
Lebih terperinci2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi
BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri
Lebih terperinciIndustri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri
Lebih terperinciPENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA
PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi 2010 Pendahuluan Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan
Lebih terperinciTEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
Lebih terperinciSanitasi Penyedia Makanan
Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga
Lebih terperinciPada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos
Lebih terperinciBAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,
BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabai?
Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka
Lebih terperinci2. Bagaimana Kami Menggunakan Informasi Anda
KEBIJAKAN PRIVASI Penidago.com dimiliki dan dioperasikan oleh Grup Perusahaan Penidago ("Penidago" atau "Kami"). Kebijakan Privasi ini menjelaskan bagaimana kami mengumpulkan, menggunakan, menyingkapkan,
Lebih terperinciPANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca
Lebih terperinciTEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS
TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan
Lebih terperinciLEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006
Created on: 30.08.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Penggunaan khusus Perusahaan: Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany * Phone:+49 6151 72-0 Nomor telepon
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017
- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin
Lebih terperinciGOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES. Manajemen Mutu 11/17/2011
GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES Manajemen Mutu Definisi: Prosedur dalam perusahaan yang menggaransi keamanan produksi Presenter: Nur Hidayat Manajer Mutu Lab Sentral Ilmu Hayati
Lebih terperinciTUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C
TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : 10.11.3688 S1TI2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Usaha: Berkebun Organik Kultur hidup sehat saat
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU
TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Pucuk teh sangat menentukan
Lebih terperinciLEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006
Tanggal Revisi 02.08.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Bahan baku kosmetik Perusahaan: Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany * Phone:+49 6151 72-0 Nomor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus
BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan
Lebih terperinciMODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA
MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok
Lebih terperinciNo Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.
No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.
Lebih terperinciBAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK
BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK Good Manufacturing Practice (GMP) adalah cara berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Telah dijelaskan sebelumnya
Lebih terperinciDaftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Usaha Kecil dan Menengah dengan Metoda Pelatihan Partisipasi Aktif
Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Usaha Kecil dan Menengah dengan Metoda Pelatihan Partisipasi Aktif Working Improvement in Small Medium Enterprise (WISE) by PAOT
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.880, 2016 BPOM. Industri Kosmetika Gol. B. Higiene Sanitasi. Dokumen. Penerapan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11
Lebih terperinciKata Pengantar. Daftar Isi
Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat
20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah yang rendah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan Teh merupakan salah satu aspek dari sektor pertanian yang menguntungkan di Indonesia, mengingat letak geografisnya yang strategis. Kebutuhan dunia akan komoditas
Lebih terperinciLembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012
Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Nama : No. sampel : Lokasi : Jenis kelamin : Umur : Lama
Lebih terperinciPENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG
PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN
Lebih terperinciProduksi di Industri Farmasi
Produksi di Industri Farmasi PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN MAGANG
BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan
Lebih terperinciPENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN
STANDARD OPERATION PROSEDURE PENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN Surabaya, 8 Februari 2003 Disyahkan SOEKARMANDAPA OENTOENG, BSc. Plant Manager Peringatan : Dilarang memperbanyak dan/atau menyalin sebagian atau
Lebih terperinci2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.333, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617) PERATURAN
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciNATA DE COCO 1. PENDAHULUAN
NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media
Lebih terperinci1 dari1717 I. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pembinaan terhadap sarana produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dalam rangka pengamanan alat kesehatan dan PKRT seperti yang disebutkan dalam Permenkes 1184/MENKES/PER/IX/2004
Lebih terperinciGambar. Diagram tahapan pengolahan kakao
PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi
Lebih terperinciBAB IX SANITASI PABRIK
BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran
Lebih terperinciRINGKASAN BAKING AND ROASTING
RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan.
No.358, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 75/M-IND/PER/7/2010 TENTANG PEDOMAN CARA PRODUKSI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan
Lebih terperinciMENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.HH-01.TI.05.02 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT DATA DAN RUANG SERVER DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK
Lebih terperinci128 Universitas Indonesia
BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung
Lebih terperinciLEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006
Created on: 19.08.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Penggunaan khusus Perusahaan: Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany * Phone:+49 6151 72-0 Nomor telepon
Lebih terperinciBAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG
BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.../PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri
Lebih terperinciGambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak
Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabai?
Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka
Lebih terperinciLEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006
LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN Tanggal Revisi 02.07.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Bahan baku kosmetik Perusahaan: Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI
PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN
Lebih terperinciKESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA
International Labour Organization KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA International Labour Organization KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA di Lingkungan
Lebih terperinciSOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM
SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2011 PENGARAH : Dr. Ir. Yul Harry Bahar Direktur
Lebih terperinciCatatan Pengarahan FLEGT
FLEGT PENEGAKAN HUKUM, TATA KELOLA DAN PERDAGANGAN SEKTOR KEHUTANAN Jaminan legalitas berbasis peserta pasar dan pemberian izin FLEGT Latar belakang Rencana Tindakan mengenai Penegakan Hukum, Tata Kelola
Lebih terperinci2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU
PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU Mangga merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan dan diusahakan Varietas mangga yang banyak dibudidayaka adalah Mangga Arum Manis, Dermayu dan G Komoditas
Lebih terperinciPersyaratan RSPO-RED yang disesuaikan dengan Persyaratan Undang-Undang Tentang Energi Terbarukan Uni Eropa (UE)
Persyaratan RSPO-RED yang disesuaikan dengan Persyaratan Undang-Undang Tentang Energi Terbarukan Uni Eropa (UE) Versi 4-10 Februari 2012 (versi akhir) 1 1.Pendahuluan Persyaratan RSPO-RED yang disesuaikan
Lebih terperinciLEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006
LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN Tanggal Revisi 06.07.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Bahan pelapis untuk proses PVD (physical vapour deposition) Perusahaan:
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciFORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN
FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN Area Renovasi : Tanggal pemantauan : KELAS III N O KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN 1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. PTPN VIII mengelola 24 perkebunan
Lebih terperinci2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.794, 2014 KEMEN KP. Obat Ikan. Cara Pembuatan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PERMEN-KP/2014 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT IKAN YANG
Lebih terperinci