HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Eksistensi Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen Sosial RI, sebenarnya bukan hal yang baru. Unit kerja ini sudah ada sejak tahun 1975 yang pada saat itu masih beralamat di Jl. Ir. H. Juanda 36 Jakarta, kemudian tahun 1984 dikukuhkan dengan nama Pusdiklat Pegawai Depsos yang didukung dengan surat keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 12/HUK/1984 tentang kebijakan pelaksanaan pendidikan dan latihan pegawai di lingkungan Departemen Sosial. Pada awal kegiatannya Pusdiklat Pegawai melaksanakan programprogram ujian kedinasan, pendidikan dan pelatihan penjenjangan untuk dapat memenuhi formasi kepegawaian di lingkungan Depsos RI. Perkembangan selanjutnya Pusdiklat pegawai bukan hanya melaksanakan program diklat penjenjangan dan ujian dinas saja akan tetapi lebih mengarah pada kediklatan teknis, fungsional dan profesi bagi jajaran pegawai Departemen Sosial. Pelaksanaannyapun bukan hanya di pusat, namun dilaksanakan juga pada sejumlah Balai Kesejahteraan Tenaga Sosial (KTS) di daerah. Pada tahun 1995, Pusdiklat Pegawai digabung dengan Pusdiklat Tenaga Sosial dengan nomenklatur Pusdiklat Pegawai dan Tenaga Sosial (Pusdiklat Pegnagsos) dengan program dan kegiatan yang sama berlangsung hingga tahun Ketika Departemen Sosial RI dibubarkan pada tahun 2001, maka berubah nomenklatur menjadi Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN) dan merger dengan Departemen Kesehatan menjadi Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (Depkes Kesos). Demikian pula Pusdiklat Pegawai Tenaga Sosial (Pegnasos) berubah nama menjadi Pusdiklat Kesejahteraan Sosial.

2 58 Ketika Departemen Sosial RI dihidupkan kembali nomenklatur Pusdiklat Kesejahteraan Sosial kembali muncul dengan nama Pusdiklat Pegawai yang dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menteri Sosial RI nomor 06/HUK/2001. Gambaran Umum Responden Pegawai yang diteliti pada Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Pegawai Departemen Sosial RI berjumlah 60 orang, terdiri dari jabatan fungsional sebanyak 20 orang (33,3 persen), jabatan struktural sebanyak 10 orang (16,7 persen) dan sisanya staf sebanyak 30 orang (50 persen). Seluruh pegawai di Pusdiklat Pegawai Depsos menjadi responden yang dianalisis dalam penelitian ini. Secara rinci menurut umur, pendidikan, pangkat/golongan, dan masa kerja disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik responden No X2 Karakteristik Pegawai 1 X21 Umur X22 Pendidikan X23 Pangkat/ Golongan X24 Masa Kerja Klasifikasi Jabatan Jumlah Fungsional Struktural Staf Orang (%) th , th , th , th ,0 < SLTA ,0 Diplo S ,0 S ,7 S ,3 Gol II ,7 Gol III ,0 Gol IV , th , th , th , th ,3 5 Jumlah ,0

3 59 Rata-rata umur responden adalah 46 tahun dengan kisaran tahun; 40 persen pegawai tergolong berusia antara tahun. Sekitar tujuh tahun ke depan terdapat 16 orang pegawai akan pensiun, terdiri sebanyak 6 orang pejabat fungsional, dan 10 orang di luar pejabat fungsional. Tingkat pendidikan formal responden sebagian besar (60 persen pegawai) telah berpendidikan Diploma - S1. Pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Ini berarti pegawai berpotensi dapat memahami tugas-tugas pokok yang harus dilaksanakannya. Sebagian besar responden (50 persen pegawai) berada pada Golongan III, ini dikarenakan masa kerja rata-rata pegawai sudah cukup lama bagi mereka yang memulai kariernya dengan pendidikan SLTA dan program diploma. Bagi pegawai yang mulai kariernya dengan pendidikan S1 secara otomatis masuk pada pangkat dan golongan III. Syarat yang harus dipenuhi bagi staf untuk dapat diangkat setingkat di atas pangkat/golongannya adalah: sekurang-kurangnya mereka telah menduduki pangkat dan golongan minimal selama empat tahun dan pangkat/golongan tersebut masih memungkinkan untuk naik sesuai dengan peraturan yang berlaku serta telah memenuhi syarat untuk diusulkan kenaikan pangkatnya dengan mempertimbangkan Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai (DP3). Bagi pegawai yang berada pada jabatan struktural, dapat naik pangkat istimewa setiap dua tahun sekali apabila ketika menduduki jabatan belum memenuhi pangkat minimal pada jabatan tersebut. Khusus untuk jabatan fungsional dapat diusulkan kenaikan pangkat setingkat di atas dua tahun sekali, apabila telah memenuhi persyaratan yaitu angka kredit yang telah ditetapkan. Malahan apabila jumlah kredit yang dikumpulkan melebihi dari target yang ada, maka angka kredit tersebut menjadi tabungan dan dapat dipakai untuk kenaikan pangkat berikutnya.

4 60 Rata-rata masa kerja pegawai telah bekerja selama 20 tahun dengan kisaran 1 44 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Pegawai telah memiliki pengalaman yang cukup lama dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan di bidang tugas pokoknya. Di samping itu, sejak tahun 1995 pemerintah menetapkan kebijakan zero growth yaitu tidak menerima pegawai baru bagi seluruh instansi pemerintah kecuali ada beberapa instansi yang diberi izin untuk merekrut pegawai baru. Baru pada tahun 2003 dengan berlakunya Undangundang 22 dan 25 tahun 1999 tentang otonomi daerah, diadakan kembali penerimaan pegawai baru. Berdasarkan distribusi responden terlihat bahwa sebesar 46,7 persen pegawai memiliki masa kerja dari tahun. Kepemimpinan Pusdiklat Depsos Kepemimpinan pemimpin di Pusdiklat Depsos yang dianalisis terdiri dari kemampuan pemimpin dalam: menantang proses, mengilhamkan wawasan bersama, memungkinkan orang lain bertindak, menjadi penunjuk jalan dan membesarkan hati para follower-nya (Konsep Posner, 1989: 7-13). Hasil penelitian disajikan pada Tabel 2. Menantang Proses Sebagian pegawai (50 persen) menyatakan bahwa kepemimpinan yang ada tergolong kurang berani menantang proses. Hal ini berarti bahwa para pemimpin yang ada kurang berani mengkritisi dari kebiasaan dan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Selain itu, kenyataan yang ada di lapangan para pimpinan yang ada dapat dinilai masih kurang berani mengambil resiko; untuk melakukan inovasi dan terobosan supaya bisa menemukan cara baru dan lebih baik untuk

5 61 melakukan perubahan-perubahan untuk kemajuan lembaga/organisasi. Ini menunjukkan bahwa pemimpin bekerja hanya pada aturan-atruan baku yang ditetapkan untuk dapat menyelamatkan diri dari status quo (jabatan). Dengan prinsip asal pimpinan yang di atas senang, tanpa mau mengambil resiko yang penting tetap pada kedudukan jabatannya, walaupun mengorbankan organisasi dan staf. Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap Prinsip-prinsip kepemimpinan No X1 Prinsip Kepemimpinan Jabatan (%) Jumlah Klasifikasi Fung- Struk- Staf Orang (%) sional tural Rendah (skor 15-20) 35,0 40,0 63, ,0 X11 Menantang Sedang (skor 21-26) 65,0 50,0 36, ,3 Proses Tinggi (skor 27-32) 0,0 10,0 0,0 1 1,7 X12 Rendah (skor 11-16) 80,0 40,0 43, ,0 Mengilhamkan Sedang (skor 17-22) 10,0 40,0 53, ,7 wawasan bersama Tinggi (skor 23-28) 10,0 20,0 3,3 5 8,3 X13 Rendah (skor 11-15) 55,0 50,0 20, ,7 Memungkinkan orang lain Sedang (skor 16-20) 35,0 20,0 50, ,0 bertindak Tinggi (skor 21-25) 10,0 30,0 30, ,3 X14 Rendah (skor 8-13) 25,0 50,0 0, ,7 Menjadi Sedang (skor 14-19) 70,0 40,0 90, ,0 petunjuk jalan Tinggi (skor 20-25) 5,0 10,0 10,0 5 8,3 X15 Rendah (skor ) 25,0 20,0 43, ,3 Membesarkan Sedang (skor ) 55,0 40,0 33, ,7 Hati Tinggi (skor ) 20,0 40,0 23, ,0 Mengilhamkan Wawasan Bersama Pemimpin harus mampu memberi ilham bagi munculnya wawasannya sebagai wawasan orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama. Para pemimpin yang ada di Pusdiklat Pegawai Depsos dalam hal menghadirkan wawasan bersama tergolong dalam kategori rendah, hal tersebut dinyatakan 55 persen pegawai. Hal ini mengindikasikan bahwa para pimpinan kurang mampu

6 62 untuk memahami kebutuhan, impian, harapan dan aspirasi para pegawai yang dipimpinnya, sehingga perasaan memiliki sense of belonging dari staf/bawahan kurang tercemin, ini membuat pemimpin tidak mampu untuk bertindak secara tegas. Memungkinkan Orang lain Bertindak Para pemimpin yang ada tergolong cukup baik dalam memberikan kepercayaan atau pendelegasian wewenang kepada para pegawainya untuk melaksanakan tugas-tugas sesuai unit kerjanya masing-masing tanpa melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan hal tersebut dinyatakan oleh 40 persen pegawai. Hal ini berarti para pemimpin cukup memberikan kebebasan (keleluasaan) kepada bawahannya untuk mengeluarkan ide, pendapat/gagasan demi kemajuan organisasi. Selain itu data ini dapat pula mengindikasikan bahwa para pimpinan yang ada tergolong cukup baik dalam membuat bawahannya merasa kuat, mampu, dan memiliki keyakinan terhadap nilai yang ada dalam organisasi. Menjadi Penunjuk Jalan Pemimpin yang dapat menjadi penunjuk jalan pada bawahannya adalah pemimpin yang mampu memberikan wawasan untuk memecahkan masalah yang dihadapi para bawahannya dalam penyelesaian tugas-tugas. Sebagian besar (75 persen pegawai) menyatakan bahwa para pemimpin yang ada tergolong cukup baik dalam memberikan penunjuk jalan bagi para bawahannya. Hal terlihat dari kenyataan di lapangan bahwa para pimpinan memiliki cukup kepedulian terhadap masalah-masalah yang dihadapi para bawahannya dan tetap konsisten pada keputusan yang telah menjadi kesepakatan bersama,

7 63 walaupun situasi dan kondisi dapat mengubah semua keadaan ini, dengan alasan yang bermacam-macam. Membesarkan Hati Membesarkan hati adalah frekuensi pimpinan untuk menghargai setiap usaha individu dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Se besar 41,7 persen pegawai menyatakan bahwa para pemimpin yang ada tergolong cukup baik dalam membesarkan hati para bawahannya. Hal ini terlihat dari usaha pimpinan untuk menghargai keberhasilan hasil kerja para bawahannya dengan memberikan uang lelah dan rasa terima kasih walaupun sifatnya insidental dalam bentuk pengakuan, tetapi sudah dapat memberikan dorongan bagi staf dan bawahan untuk bekerja lebih baik. Budaya Organisasi Budaya organisasi yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri atas: nilai (value), kepercayaan (belief), dan sistem merit (merit system). Hasil penelitian disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan budaya organisasi No 1 X3 Budaya Jabatan (%) Organisasi Klasifikasi Fung- Struksional tural X31 Nilai (value) Jumlah Staf Orang (%) Tidak jelas (skor 8-12) 40,0 60,0 40, ,3 Kurang jelas (skor 13-17) 55,0 30,0 56, ,7 Jelas (skor 18-22) 5,0 10,0 3,3 3 5,0 2 3 X32 Kepercayaan (belief) X33 Sistem Merit Tidak yakin (skor 8-10) 50,0 80,0 56, ,3 Kurang yakin (skor 11-13) 40,0 20,0 40, ,7 Yakin (skor 14-16) 10,0 0,0 3,3 3 5,0 Tidak baik (skor 7-12) 45,0 20,0 43, ,0 Kurang baik (skor 13-18) 45,0 60,0 53, ,7 Baik (skor 19-24) 10,0 20,0 3,4 5 8,3

8 64 Nilai (Value) Nilai (Value) adalah nilai-nilai yang ada dan berkembang dalam organisasi seperti inisiatif individu, toleran terhadap tindakan yang berisiko dan pengarahan yang ditaati oleh seluruh pegawai. Nilai ini dimanifestasikan dalam bentuk norma-norma/aturan-aturan. Norma adalah pedoman perilaku standar yang dapat diterima oleh orang-orang yang ada dalam organisasi. Nilai yang dianut masing-masing organisasi berbeda-beda. Nilai adalah suatu ketentuan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Bila tidak ada nilai dan norma maka kehidupan organisasi kacau balau. Sebagian besar 51,7 persen pegawai menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada dalam organisasi tergolong pada kategori kurang jelas. Kenyataan yang ditemukan di lokasi penelitian, nilai-nilai yang dianut oleh para pegawai di antaranya nilai-nilai gotong royong, nilai toleransi yang sudah menjadi pola yang ditaati bersama, walaupun sering muncul ego individualis dari seluruh anggota organisasi. Kepercayaan (Belief) Keyakinan adalah segala sesuatu yang dianggap benar oleh sistem sosial. Keyakinan tertentu harus dimiliki oleh anggota-anggota yang ada dalam organisasi. Sedapat mungkin organisasi direkatkan dalam keyakinan yang sama. Keyakinan berfungsi sebagai perekat sistem sosial. Makin banyak keyakinan bersama dalam suatu organisasi, maka semakin kompak organisasi tersebut. Sebagian besar (58,3 persen pegawai) tergolong tidak yakin terhadap sesuatu yang dianggap benar oleh orang-orang yang ada dalam organisasi. Karena segala sesuatu yang diyakin benar itu, dapat dilihat oleh staf kepada para pemimpin yang di sekitarnya, sehingga contoh dan keteladanan itu tergantung bagaimana sang pemimpin bertindak.

9 65 Sistem Merit (Merit System) Sistem merit tergolong kurang baik (51,7 persen pegawai). Hal ini menunjukkan bahwa belum berjalannya secara baik mekanisme pengangkatan seseorang untuk menduduki jabatan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh sistem merit tersebut. Apalagi segala sesuatu ditentukan oleh kantor pusat, walaupun usulan yang datangnya dari unit kerja kadangkala belum mendapat perhatian sepenuhnya. Pengangkatan seseorang untuk menduduki suatu jabatan tertentu didasarkan atas kecakapan dan kemampuan (kompetensi) yang dimiliki dengan melalui uji kepatutan/kelayakan belum berjalan sebagaimana yang diharapkan banyak pihak. Belum berubahnya secara baik paradigma lama, yang dianut oleh sekelompok orang yang memiliki hubungan perkoncoan dan sebagainya. Selain itu diperlukan persyaratan lain seperti berdasarkan pada daftar urut kepangkatan (DUK) yang sudah menjadi suatu ketentuanpun belum pula berjalan dengan baik. Seringkali pengangkatan seseorang dalam suatu jabatan didasari atas keinginan kelompok orang yang memilki kewenangan atau dengan cara KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) sehingga seseorang yang diangkat dalam suatu jabatan tertentu tanpa melalui seleksi sebagaimana yang disyaratkan. Kalaupun ada persyaratan yang ditetapkan ini merupakan formalitas saja, untuk membuktikan pada khalayak bahwa mekanisme/prosedur sudah dijalankan sebagaimana yang telah ditentukan. Dengan demikian apabila sudah dijalankan sesuai dengan peraturan yang berlaku, diharapkan pejabat tersebut mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik, sehingga memberikan kontribusi terhadap kemajuan organisasi.

10 66 Motivasi Kerja Motivasi kerja adalah suatu dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk bertindak atau berbuat sesuatu, karena ada hal-hal yang ingin ia peroleh dengan tindakan tersebut. Dalam penelitian ini yang dianalisis tentang motivasi kerja adalah motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Tidak ada satupun staf yang memiliki motivasi kerja yang baik. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian dan penghargaan yang diberikan pimpinan kepada stafnya. Data ini mengindikasikan bahwa pimpinan harus lebih memberikan perhatian yang lebih pada stafnya agar dapat menumbuhkan motivasinya untuk bekerja lebih baik dengan cara menerapkan sistem ganjaran dan hukuman yang tegas. Hasil penelitian disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan motivasi kerja No Y1 Motivasi Kerja Y11 Motivasi Intrinsik Y12 Motivasi Ekstrinsik Y1 Motivasi Kerja Klasifikasi Tidak termotivasi (Skor 15-21) Kurang termotivasi (Skor 22-28) Termotivasi (Skor 29-35) Tidak termotivasi (Skor 15-25) Kurang termotivasi (Skor 26-36) Termotivasi (Skor 37-47) Tidak termotivasi (Skor 30-45) Kurang termotivasi (Skor 46-61) Termotivasi (Skor 62-87) Fungsional Jabatan ( % ) Jumlah Struktural Staf Orang (%) 25,0 10,0 20, ,0 70,0 90,0 80, ,3 5,0 0,0 0,0 1 1,7 25,0 10,0 20, ,0 70,0 80,0 76, ,0 5,0 10,0 3,3 3 5,0 15,0 10,0 20, ,7 80,0 80,0 80, ,0 5, ,

11 67 Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah dorongan yang tumbuh dalam diri pegawai untuk bekerja. Pegawai Pusdiklat, kurang memiliki motivasi intrinsik untuk bekerja hal ini dinyatakan oleh 78,3 persen pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan untuk bekerja sudah berasal dari dalam dirinya kurang sehingga hal ini dapat dijadikan bahan pemikiran para pimpinan dalam rangka mencapai prestasi kerja yang baik. Apabila dianalisis berdasarkan jabatan, pada masing-masing jabatan baik struktural, fungsional maupun staf, motivasi kerja masih perlu untuk ditingkatkan karena seluruhnya berada pada kategori kurang termotivasi. Motivasi Ekstrinsik Berdasarkan hasil penelitian dorongan yang berasal dari luar diri responden untuk bekerja juga tergolong kurang termotivasi (75,0 persen pegawai). Dorongan untuk bekerja lebih baik berasal dari aturan-aturan yang ada dalam organisasi. Selain itu peran pimpinan juga menentukan dorongan untuk bekerja sesuai dengan unit kerjanya. Pegawai menyadari bahwa lingkungan tempat bekerja yang kondusif juga mendorong untuk bekerja lebih baik. Hal lain yang bisa mendorong juga karena adanya imbalan yang ditawarkan bagi pegawai yang berprestasi. Hukuman yang ketat terhadap para pegawai yang melanggar aturan juga menjadi dorongan untuk bekerja lebih baik. Prestasi Kerja Prestasi kerja yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi konsistensi bekerja dan perilaku pegawai dalam bekerja. Prestasi kerja staf lebih baik dibandingkan dengan jabatan struktural dan fungsional. Hal ini disebabkan

12 68 karena staf terikat oleh perintah atasan dan aturan-aturan yang mewajibkan para staf untuk bekerja lebih baik. Disamping itu, staf tidak memiliki kewenangan yang lebih dibandingkan dengan jabatan struktural dan fungsional. Hasil penelitian disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan prestasi kerja No Y2Prestasi Kerja Y21 Konsistensi Bekerja Y22 Perilaku bekerja Y2 Prestasi Kerja Jabatan (%) Jumlah Klasifikasi Fungsional Struktural Staf Orang (%) Tidak konsisten (Skor 5-10) 65,0 80,0 13, ,7 Kurang konsisten (Skor 11-16) 35,0 10,0 16, ,7 Konsisten (Skor 17-22) 0,0 10,0 30, ,6 Tidak baik (Skor 12-16) 35,0 0,0 3,3 8 13,6 Kurang baik (Skor 17-21) 45,0 60,0 80, ,0 Baik (Skor 22-26) 20,0 40,0 16, ,7 Rendah (Skor 22-27) 20,0 10,0 6,7 7 11,7 Sedang (Skor 28-33) 70,0 80,0 56, ,0 Tinggi (Skor 34-39) 10,0 10,0 36, ,3 Konsistensi Bekerja Konsistensi bekerja adalah ketekunan/ketahanan bekerja di dalam bidang tugas yang dibebankan kepada pegawai tersebut. Tingkat tidak konsistensi bekerja pegawai berada pada pegawai yang menduduki jabatan struktural (80,0 persen) hal ini disebabkan karena para pejabat struktural bekerja yang merasa memiliki power, untuk bertindak tidak sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Sehingga yang harus menyesuaikan diri terhadap perintah pimpinan atau atasan, adalah para staf. Seringkali kebijakan yang telah ditetapkan berubah-ubah disesuaikan dengan kebutuhan sang pemimpin tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan dengan perubahan tersebut. Sehingga yang harus menyesuaikan diri dengan keinginan pimpinan adalah staf, walaupun seringkali terjadinya konflik kepentingan antara pimpinan dan staf.

13 69 Secara keseluruhan jumlah pegawai yang konsistensi bekerja sebanyak 16,6 persen, ini menunjukkan bahwa masih terdapat permasalahan yang serius, harus dicarikan jalan keluarnya oleh para pimpinan yang menjadi panutan bagi bawahannya. Demikian pula dengan perilaku bekerja secara keselurahn baru mencapai 21,7 berbuat sesuai dengan keinginannya. Apalagi pada jabatan fungsional, yang bebas untuk bekerja secara mandiri tanpa harus tergantung pada perintah atasan. Perilaku Bekerja Perilaku bekerja pegawai Pusdiklat Pegawai Depsos tergolong kurang baik (65,0 persen pegawai). Hal ini berarti pegawai tetap memprioritaskan pekerjaan kantor walaupun sedang menghadapi masalah pribadi. Perilaku yang tergolong tinggi juga ditunjukkan dari adanya kerjasama dengan pimpinannya, sesama pegawai, maupun dengan bawahannya. Biasanya target penyelesaian pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Apabila dilihat berdasarkan jabatan maka pegawai yang menduduki jabatan struktural menunjukkan perilaku bekerja yang paling baik dibandingkan dengan jabatan fungsional dan staf. Hal ini disebabkan jabatan struktural dianggap lahan basah yang memiliki banyak aktivitas yang mendapatkan imbalan materi yang lebih baik dibandingkan dengan jabtan fungsional dan staf. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja Terdapat pengaruh yang nyata antara variabel kepemimpinan menantang proses dengan motivasi kerja. Semakin sering pemimpin berani menantang proses yang berjalan secara alami, maka para bawahan akan berusaha terus

14 70 untuk mengikuti pimpinannya sehingga timbul dorongan untuk menunjukkan prestasi kerja yang lebih baik. Tabel 6. Pengaruh prinsip-prinsip kepemimpinan terhadap motivasi kerja No Prinsip-prinsip Kepemimpinan Motivasi Kerja Koefisien regresi Nilai-p 1 Menantang proses 0,600** 0,000 2 Mengilhamkan wawasan bersama 0,651** 0,000 3 Memungkinkan orang lain bertindak 0,701** 0,000 4 Menjadi petunjuk jalan 0,606** 0,000 5 Membesarkan hati 0,649** 0,000 Keterangan: n = 60 orang; nilai-p = peluang kesalahan (galat) ** Berpengaruh sangat nyata pada α = 0,01 * Berpengaruh nyata pada α = 0,05 Pengaruh variabel mengilhamkan wawasan bersama terhadap motivasi kerja menunjukkan angka 0,651 dengan taraf signifikansi sangat nyata (α = 0,01). Semakin sering pimpinan mampu menjadi penunjuk atau instruksi atau menginternalisasikan tugas-tugas yang ada di dalam unit kerja masing-masing maka motivasi pegawai itu semakin meningkat. Paling tidak staf akan mengetahui atau menguasai apa yang seharusnya ia lakukan. Hal ini terjadi karena setiap staf mengetahui apa yang seharusnya ia lakukan. Selain itu, setiap staf juga akan mengetahui apa yang akan ia dapatkan dari apa yang telah ia kerjakan, hal ini akan lebih memperjelas tugas-tugas dan peranan masingmasing staf pada unit kerjanya. Terdapat pengaruh yang nyata variabel kepemimpinan memungkinkan orang lain bertindak dengan motivasi kerja. Semakin sering kesempatan yang diberikan pimpinan kepada stafnya untuk melaksanakan tugas, maka semakin tinggi motivasi kerja staf untuk melaksanakan pekerjaan. Selain itu, pimpinan yang mampu membuat stafnya merasa mampu dan yakin dapat melaksanakan pekerjaan akan meningkatkan motivasi kerjanya. Hubungan yang terjalin

15 71 berdasarkan kepercayaan dan keyakinan antara pimpinan dan stafnya akan semakin meningkatnya motivasi kerja staf. Menjadi penunjuk jalan juga berpengaruh secara nyata dengan motivasi kerja. Apabila seorang pemimpin sering menyalahkan staf dalam pelaksanaan tugas-tugasnya maka dapat menurunkan motivasi kerja staf yang bersangkutan. Sebaliknya, apabila pimpinan sering memberikan arahan atau pencerahan dan menginternalisasikan tugas-tugas yang ada maka motivasi kerja stafnya akan meningkat. Kenyataan di lapangan sering ditemukan bahwa apabila pimpinan dalam melaksanakan fungsi supervisi (pembinaan) dalam pelaksanaan tugas yang hanya menyalahkan saja akan menurunkan motivasi kerja stafnya. Sebaiknya apabila ditemukan penyimpangan dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan bawahannya maka pimpinan tidak boleh menuding secara langsung pada kesalahan bawahannya tetapi seharusnya dapat memberikan solusi cara pemecahan masalah yang sedang dihadapi para bawahannya tersebut. Apabila langsung disalahkan begitu saja maka bawahan akan takut berbuat sehingga tidak ada menurunkan motivasi kerjanya. Variabel kepemimpinan membesarkan hati berpengaruh secara sangat nyata dengan motivasi kerja. Hal ini berarti pimpinan akan dapat meningkatkan motiasi kerja stafnya jika mampu membesarkan hati stafnya. Apabila pimpinan sering memberikan pengakuan (recognition) terhadap keberhasilan kerja stafnya maka hal ini dapat menumbuhkan motivasi kerja para bawahannya.

16 72 Pengaruh Karakteristik Pegawai terhadap Motivasi Kerja Matrik regresi antara variabel kepemimpinan yang terdiri atas: umur (X21), pendidikan (X22), pangkat/golongan (X23) dan masa kerja (X24) dengan motivasi kerja (Y1) seperti disajikan pata Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh unsur-unsur karakteristik pegawai terhadap motivasi kerja No Karakteristik pegawai Motivasi kerja Koefisien regresi Nilai-p 1 Umur 0,126 0,169 2 Pendidikan 0,069 0,299 3 Pangkat/golongan 0,152 0,123 4 Masa kerja 0,202 0,061 Keterangan: n = 60 orang; nilai-p = peluang kesalahan (galat) ** Berpengaruh sangat nyata pada α = 0,01 * Berpengaruh nyata pada α = 0,05 Tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel karakteristik pegawai dengan motivasi kerja. Data ini berarti karakteristik pegawai Pusdiklat Pegawai Depsos tidak berpengaruh terhadap motivasi kerjanya. Hal ini terjadi karena karakteristik pengawai yang mendekati homogen (seragam) ditambah lagi usia rata-rata pegawai yang sudah cukup tua membuat mereka sudah semakin monton dalam pekerjaannya. Selain itu pegawai yang sudah lama berada pada satu tempat unit kerja sudah semakin jenuh dengan tugas-tugas rutin yang ia hadapai. Walaupun di satu sisi semakin meningkatnya keterampilan dalam bidang tugasnya, di sisi lain menimbulkan kejenuhan bagi pegawai yang bersangkutan. Jarangnya terjadi rotasi atau perputaran di lingkungan kerja ini juga sebagai penyebab tidak langsung belum cukup kuat dapat mempengaruhi motivasi kerjanya. Dari segi pendidikan yang mayoritas berpendidikan sarjana S1 ditambah dengan pangkat yang sudah cukup tinggi dan masa kerja yang lama membuat kurang termotivasi untuk dapat meningkatkan prestasi kerja.

17 73 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi Kerja Tabel 8. Pengaruh unsur-unsur budaya organisasi terhadap motivasi kerja No Budaya Organisasi Motivasi Kerja Koefisien regresi Nilai-p 1 Nilai (Value) 0,386** 0,001 2 Kepercayaan (belief) 0,474** 0,000 3 Sistem merit (Merit system) 0,632** 0,000 Keterangan: n = 60 orang; nilai-p = peluang kesalahan (galat) ** Berpengaruh sangat nyata pada α = 0,01 * Berpengaruh nyata pada α = 0,05 Nilai (Value) mempengaruhi secara sangat nyata motivasi kerja. Ini berarti semakin banyak nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang yang ada dalam organisasi akan meningkatkan motivasi kerja pegawai Pusdiklat Pegawai Depsos. Hal ini didukung oleh kenyataan di lapangan bahwa nilai-nilai yang dianut seperti: organisasi yang membutuhkan inovasi baru dalam rangka mengikuti perkembangan lingkungan sekitar, organisasi mendukung ide-ide baru yang dapat lebih meningkatkan mutu baik anggota maupun organisasi itu sendiri, organisasi mendukung kreatifitas dari orang-orang yang ada dalam organisasi sehingga kebutuhan pasar dapat terpenuhi dan pengguna jasa pusdiklat ini merasa memperoleh nilai tambah, organisasi mendukung tindakan pegawai yang menginginkan perubahan sistem kerja yang lebih baik dan setiap pegawai diberikan kewenangan yang proporsional sesuai dengan kemampuan masingmasing staf sehingga tidak selalu harus tergantung pada orang lain ini cukup kuat mempengaruhi motivasi kerja pegawai. Kepercayaan (belief) mempengaruhi secara sangat nyata motivasi kerja pegawai di Pusdiklat Pegawai Depsos. Ini berarti kepercayaan yang dianut dalam organisasi yang meliputi: kepercayaan organisasi pada pegawai untuk mengambil bidang pekerjaan yang menjadi tugas pokoknya dan tugas tambahan lainnya, kepercayaan organisasi pada setiap pegawai untuk dapat bebas

18 74 mempertanggungjawabkan pekerjaan yang telah dilaksanakannya dengan berdasar pada akuntabilitas publik, dan kepercayaan organisasi pada pegawai untuk menduduki posisi jabatan sesuai kompetensinya dengan melalui uji kepatutan dan kelayakan sangat kuat mempengaruhi motivasi kerja pegawai di Pusdiklat Pegawai Depsos. Sistem merit (merit system) berpengaruh secara sangat nyata terhadap motivasi kerja pegawai. Ini berarti sistem merit yang terdiri atas: pengangkatan jabatan berdasarkan kecakapan yang dimiliki pegawai, kejelasan karir pegawai untuk menduduki suatu jabatan tertentu, prestasi yang luar biasa dari pegawai akan dijadikan dasar dalam pengangkatan suatu jabatan tertentu cukup kuat mempengaruhi motivasi kerja pegawai di Pusdiklat Pegawai Depsos. Sehingga menjadi pemicu bagi staf untuk bekerja sesuai dengan kemampuan yang ada, dengan keyakinan bahwa apa yang mereka kerjakan tersebut akan menjadikan bahan pertimbangan bagi pimpinan dalam pengangkatan atau promosi jabatan tertentu. Inilah yang menjadikan kenapa sistem merit berpengaruh secara nyata terhadap motivasi kerja. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Prestasi Kerja Pemimpin harus berani menantang proses yang berjalan secara alami. Pemimpin adalah pelopor. orang yang bersedia melangkah ke luar dan memasuki apa yang belum diketahui. Mereka bersedia mengambil resiko, melakukan inovasi dan percobaan supaya bisa menemukan cara baru dan lebih baik untuk melakukan banyak hal. Pemimpin adalah pengguna awal. Pemimpin adalah orang yang sanggup belajar, mereka belajar dari kegagalan mereka di samping dari keberhasilan mereka. Namun, tabel 9 menunjukkan bahwa prinsipprinsip kepemimpinan yang mampu menimbulkan inisiatif bagi para bawahan

19 75 untuk berbuat dan bertindak yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi kerja pegawai, ternyata belum cukup kuat untuk mempengaruhi prestasi kerja pegawai. Kepemimpinan inilah yang mungkin perlu untuk dikaji ulang secara bersama-sama oleh seluruh anggota organisasi. Tidak mustahil belum tingginya prestasi kerja yang dicapai oleh staf berasal dari kurang efektif dan efisiennya suatu kepemimpinan, akan tetapi mungkin sebaliknya berasal dari staf yang memang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan. Tabel 9. Pengaruh prinsip-prinsip kepemimpinan terhadap prestasi kerja No Prinsip-prinsip kepemimpinan Prestasi kerja Koefisien regresi Nilai-p 1 Menantang proses 0,747 0,279 2 Mengilhamkan wawasan bersama 0,447 0,521 3 Memungkinkan orang lain bertindak 0,157 0,818 4 Menjadi penunjuk jalan 0,254 0,721 5 Membesarkan hati 0,181 0,546 Keterangan: n = 60 orang; nilai-p = peluang kesalahan (galat) ** Berpengaruh sangat nyata pada α = 0,01 * Berpengaruh nyata pada α = 0,05 Prinsip menantang proses tidak berpengaruh nyata terhadap prestasi kerja pegawai. Hal ini disebabkan dengan kurangnya inisiatif pimpinan untuk berani keluar dari tradisi yang ada dalam organisasi, dengan segala konsekuensi yang akan ditimbulk. Selain itu, pimpinan juga kurang berani mengambil risiko untuk melakukan suatu inovasi dan terobosan supaya dapat menemukan cara baru yang lebih baik untuk melakukan perubahan-perubahan organisasi dalam dengan disesuaikan kebutuhan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Prinsip mengilhamkan wawasan bersama juga tidak berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan prestasi kerja pegawai. Hal ini bisa berasal dari kepemimpinan yang ada, tetapi juga tidak menutup kemungkinan dari anggota staf yang kurang mampu menterjemahkan apa yang menjadi keinginan dari

20 76 pimpinan. Walaupun ada beberapa prestasi yang sudah dicapai oleh individuindividu dalam organisasi seperti: beberapa pegawai telah mencapai gelar pendidikan pascasarjana baik magister maupun doktoral, akan tetapi masih banyak ditemukan pegawai yang hanya berpendidikan sarjana (S1) yang belum mau meningkatkan kompetensi diri dengan berinisiatif untuk mengikuti proses belajar baik formal maupun non formal. Padahal untuk mengilhamkan wawasan bersama dituntut kemampuan intelektual yang baik agar dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Peningkatan kemampuan intelektual ini hanya dapat dicapai dari proses belajar sepanjang hayat. Ke depan, pimpinan dituntut dapat mengilhamkan wawasan bersama untuk merangsang para pegawainya untuk mau terus belajar karena tidak ada cara lain meningkatkan kualitas sumberdaya manusia selain dengan proses belajar (learing process). Proses belajar tidak hanya melalui pendidikan formal akan tetapi bisa ditempuh melalui jalur pendidikan non-formal maupun dari pengalaman empiris dalam interaksi dengan sesama pegawai, maupun masyarakat di sekitarnya. Sebagai suatu lembaga pendidikan formal di lingkungan Depsos, sudah seharusnya pemimpin-pemimpin yang ada di Pusdiklat Pegawai ini mampu menerapkan prinsip mengilhamkan wawasan bersama dengan keteladanan dalam proses belajar. Prinsip memungkinkan orang lain bertindak tidak berpengaruh secara nyata dengan prestasi kerja pegawai. Hal ini terjadi karena pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya kurang mampu memberikan apresiasi bagi staf untuk dapat berinisiatif sehingga timbul dalam dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan tanpa harus diinstruksikan oleh atasannya terlebih dahulu. Demikian pula dengan pendelegasikan kewenangan kepada staf pimpin belum secara penuh memberikan kepercayaan, sehingga dalam pengambilan keputusan yang sifatnya segera staf belum berani untuk memutuskan sendiri, karena adanya kekhawatiran akan terjadi kesalahan, maka keputusan yang diambil selalu

21 77 memperoleh persetujuan dari pimpinan. Dengan demikian keputusan yang diambil oleh staf selalu ada intervensi dari pihak pimpinan. Inilah yang menjadi kendala bagi staf untuk meningkatkan prestasi kerjanya, sehingga kreativitas yang ada tidak dapat berkembang secara alami. Prinsip menjadi penunjuk jalan tidak berhubungan secara nyata dengan prestasi kerja pegawai. Hal ini disebabkan pemimpin kurang memberikan perhatian secara penuh terhadap permasalahan yang dihadapi oleh staf, karena rentang kendali yang begitu luas dengan tidak memberikan kepercayaan kepada staf secara penuh dan dan kalaupun ada pendelegasian kewenangan ini hanya merupakan simbolis saja, sehingga menjadikan banyaknya masalah-masalah yang dihadapi oleh staf tidak diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan proporsianal yang terutama tugas-tugas yang sifatnya mendesak (emergency). Sebagai pemegang kewenangan tertinggi di unit kerjanya, seharusnya sebagai pemimpin ia harus mampu menjalankan fungsi-fungsi dari kepemimpinan sehingga menjadi penunjuk jalan bagi staf dalam melaksanakan tugas. Kemampuan manage seluruh komponen yang ada dalam unit kerjanya, sekaligus mampu memberikan apresiasi terhadap bawahan untuk melakukan sesuatu yang dapat menunjang tercapainya tujuan organisasi. Inisiasi inilah yang kelihatannya belum berjalan secara maksimal ditubuh kepemimpinan Pusdiklat Depsos ini. Prinsip membesarkan hati adalah pemimpin akan berhasil jika mampu membesarkan hati anak buah untuk berjalan terus, menunjukkan kepada staf bahwa mereka bisa menghadapi segala macam masalah dan rintangan, dan memberikan pengakuan terhadap keberhasilan individu atau kelompok. Para pemimpin yang hebat dapat menemukan keseimbangan antara mendapatkan hasil dengan bagaimana cara mendapatkannya. Banyak orang membuat

22 78 kesalahan dengan berpikir bahwa mendapatkan hasil adalah segalanya bagi suatu pekerjaan. Mereka mengejar hasil tanpa membangun sebuah tim atau tanpa membangun sebuah organisasi yang memiliki kapasitas untuk berubah. Pekerjaan pemimpin yang sebenarnya adalah mendapatkan hasil dan untuk melakukannya dengan cara yang dapat membuat organisasi menjadi sebuah tempat yang hebat untuk bekerja --- sebuah tempat di mana staf merasa senang untuk datang bekerja, bukan hanya sekedar menerima perintah dan mencapai angkat target yang ditetapkan. Kinerja dapat meingkat ketika diberikan semangat Pengakuan pribadi dan perayaan kelompok menciptakan semangat dan momentum yang dapat membawa kelompok atau unit kerja untuk terus maju, bahkan pada saat menghadapi tantangan terberat. Pada saat yang sama, fokus yang konstan terhadap siapa yang perlu diberi pengakuan (regocnition) dan kapan perlyu dirayakan walaupun secara sangat sederhana. Kenyataan yang ditemukan di lapangan sangatlah jauh berbeda, sehingga inilah membuat prinsip membesarkan hati tidak berpengaruh secara nyata terhadap prestasi kerja pegawai. Memang menyenangkan menjadi seorang pemimpin, memiliki pengaruh amat memuaskan, dan menggairahkan memiliki begitu banyak orang yang menyambut setiap katanya. Dalam banyak cara yang terlalu halus, amat mudah tergoda oleh kekuasaan dan arti penting dirinya. Semua pemimpin jahat telah terinfeksi oleh penyakit kebanggaan diri, mereka menggelembung akibat rasa bangga yang terlalu berlebihan, dan menuju akhir kehancuran mereka sendiri. Untuk menghindari hal ini terjadi adalah salah satunya memiliki rasa malu yang yang tinggi. Rasa malu adalah salah satu-satunya cara untuk mengatasi konflik dan kontradiksi kepemimpinan. Pemimpin dapat menghindari rasa bangga yang berlebihan hanya jika menyadari bahwa ia hanyalah manusia yang masih

23 79 membutuhkan bantua orang lain. Miliki rasa malu agar muncul kesediaan untuk mengambil langkah mundur dan mengoreksi diri. Fenomena ini yang mungkin menggejala di lingkungan kepemimpinan pusdiklat pegawai Depsos di masa lampau. Pengaruh Karakteristik Pegawai terhadap Prestasi Kerja Karakteristik pegawai terdiri: umur pegawai, tingkat pendidikan, pangkat/golongan, dan masa kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pegawai tidak berpengaruh secara nyata terhadap prestasi kerja pegawai sebagaimana terlihat dalam tabel 10. Tabel 10. Pengaruh Karakteristik Pegawai terhadap prestasi kerja No Karakteristik Pegawai Prestasi kerja Koefisien regresi Nilai-p 1 Umur -0,263 0,222 2 Pendidikan 0,116 0,953 3 Pangkat/Golongan 0,014 0,995 4 Masa Kerja 0,318 0,127 Keterangan: n = 60 orang; nilai-p = peluang kesalahan (galat) ** Berpengaruh sangat nyata pada α = 0,01 * Berpengaruh nyata pada α = 0,05 Umur pegawai sebagian besar berada pada tingkat umur tahun yang berarti sudah mencapai pada tahap mendekati pensiun, hal ini sangat mempengaruhi sekali tingkat motivasinya dalam mencapai prestasi kerja. Di samping itu kenyataan di lapangan kepemimpinan dari pemimpin yang ada di pusdiklat belum mampu membuat para staf untuk bekerja lebih giat lagi agar menghasilkan prestasi yang baik. Kondisi ini juga ditunjang dengan berbagai aspek yang tidak mendukung ke arah peningkatan prestasi kerja tersebut sebagai contoh; kurangnya penghargaan pimpinan terhadap hal-hal yang seharusnya patut untuk diberikan penghargaan sebaliknya malah diabaikan saja.

24 80 Belum meratanya perhatian pimpinan terhadap seluruh anggota organisasi, dikarenakan masih adanya sifat pilih kasih, yang membuat anggota yang alain merasa kurang memperoleh perhatian tersebut. Sebaliknya perhatian ini hanya diberikan kepada teman-teman dekat pimpinan saja. Demikian pula dengan beban tugas yang tumpang-tindih, walaupun sudah ada kejelasan di dalam tupoksi masing-masing unit. Ini menimbulkan saling lepas tangan apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya. Demikian pula dengan tugas-tugas yang ada uang lelahnya masing-masing ingin dapat melaksanakannya walaupun sebenarnya bukan menjadi tanggungjawab dari unit kerjanya. Belum berjalannya secara konsekuen peraturan pemerintah nomor 30 tentang disiplin pegawai negeri sipil (PNS) serta sistem reward and funishmen belum dijalankan secara tegas bagi siapa saja yang berprestasi atau yang melanggar, akibat tidak perbedaan yang nyata antara pegawai berprestasi dengan yang biasa-biasa saja. Masalah lainnya adanya rasa sungkan ewuh pakeruh terhadap sesama teman sejawat terutama bagi mereka yang lebih senior, sehingga aturan yang ada menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya yang ini mengakibatkan terganggunya seluruh aspek kehidupan organisasi. Tingkat pendidikan juga belum dapat mempengaruhi tingkat prestasi kerja pegawai, walaupun hampir 85 persen pegawai berpendidikan antara SLTA sampai pada sarjana (S1). Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti usia yang sudah mendekati masa purna bakhti sehingga kurang adanya dorongan bagi staf untuk bekerja lebih maksimal. Di samping itu bagi pegawai atau staf yang sudah terlalu lama di suatu tempat di mana mulai ia diterima menjadi pegawai sampai akan memasuki masa pensiun belum pernah dimutasikan ke bidang tugas lainnya, mulai dirasuki oleh rasa jenuh, dan ini kurang mendapat perhatian dari pihak pimpinan. Oleh sebab itu perlu suatu kearifan pemimpin untuk melihat masalah-masalah ini secara mendasar, sehingga dapat diambil

25 81 langkah-langkah yang kongkrit dan ini akan mengakibatkan adanya semangat bagi staf untuk bergairah bekerja yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi kerjanya. Pangkat/golongan pegawai yang ada di Pusdiklat Depsos ini hampir 85 persen sudah menduduki pada level pangkat dan golongan III dan IV, ini juga yang menjadi permasalahan yang ada di lapangan. Terutama masalah sedikitnya jumlah jabatan struktural yang tersedia, sedangkan jumlah pangkat pegawai yang dapat menduduki jabatan tersebut cukup banyak, sehingga dapat menimbulkan persaingan di antara pegawai. Tidak jarang dapat menimbulkan prustasi bagi mereka yang memiliki ambisi untuk menduduki jabatan tersebut, yang dianggap memiliki peluang lebih banyak untuk menghasilkan uang. Sedangkan jabatan fungsional yang ada masih kurang mendapatkan perhatian dari sebagian pegawai, ini disebabkan jabatan fungsional bukan merupakan lahan basah, di samping itu memerlukan suatu ketekunan tersendiri bagi mereka yang menduduki jabatan fungsional ini. Karena pejabat fungsional bekerja tidak harus diperintah oleh pimpinan, mereka lebih banyak kerja mandiri dan harus kreatif untuk mencari lahan pekerjaan untuk menghasilkan point dan sekaligus koin, ini tidak mudah bagi mereka yang belum terbiasa bekerja secara mandiri. Masa kerja sebagian besar pegawai (50 persen) di Pusdiklat ini sudah mencapai masa kerja antara tahun yang berarti sudah cukup lama, bergelut dengan pekerjaan kediklatan. Ini juga sering menjadi masalah tersendiri dalam peningkatan prestasi kerja, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa adanya kejemuan bagi pegawai yang sudah mancapai masa kerja lebih dari 20 tahun berada pada lingkungan yang sama. Sehingga bekerja sudah dianggap hanya melepas kewajiban saja, tidak terpacu untuk meningkatkan prestasi kerja yang maksimal, bekerja merupakan cara yang terbaik bagi mereka yang hampir

26 82 mencapai usia pensiun. Datang ke kantor hanya untuk menghabiskan waktu sambil menunggu datangnya masa pensiun. Bekerja bukan lagi menjadi sesuatu yang menantang untuk menghasilkan sesuatu prestasi, sehingga di sinilah diperlukan seorang pemimpin yang mampu memberikan suntikan motivasi agar staf tetap bergairah menghadapi pekerjaannya, dengan memberikan penghargaan yang layak bagi suatu prestasi kerja. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Prestasi Kerja Budaya organisasi terdiri dari: nilai (value), kepercayaan (belief) dan sistim merit (merit system), tidak pengaruh secara nyata terhadap prestasi kerja, sebagaimana yang disajikan pada tabel 11. Tabel 11. Pengaruh budaya organisasi terhadap prestasi kerja No Budaya organisasi Prestasi kerja Koefisien regresi Nilai-p 1 Nilai (Value) 0,357 0,864 2 Kepercayaan (Belief) 0,272 0,372 3 Sistem Merit (Merit System) 0,179 0,185 Keterangan: n = 60 orang; nilai-p = peluang kesalahan (galat) ** Berpengaruh sangat nyata pada α = 0,01 * Berpengaruh nyata pada α = 0,05 Nilai (value) dalam organisasi Pusdiklat Pegawai pada kenyataan empiris sudah lama berkembang di sini, dan nilai-nilai ini dianggap sudah menjadi bagian dari kehidupan organisasi serta diakui dan ditaati oleh seluruh anggota organisasi. Namun pada kenyataannya nilai-nilai yang berkembang ini belum mampu memberikan konstribusi terhadap peningkatan prestasi kerja pegawai. Hal ini disebabkan belum sepenuh seluruh anggota organisasi merasakan manfaat yang ada dari nilai-nilai tersebut. Saat ini nilai-nilai itu hanya merupakan

27 83 aturan-aturan yang tidak tertulis secara formal, sehingga makna yang terkandung di dalamnya tidak dilaksanakan dengan kesadaran yang mendalam. Maka hasilnya pun tidak berdampak positif terhadap peningkatan prestasi kerja para staf. Hal ini belum dapat dimanfaatkan oleh pimpinan yang ada sehingga nilainilai tadi tidak memiliki arti penting bagi kehidupan para anggota organisasi, yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi kerja. Oleh sebab itu dibutuhkan pemimpin yang mampu menterjemahkan arti dari nilai-nilai yang ada dalam organisasi, sekaligus mampu mensosialisasikan makna yang terkandung dalam nilai tersebut dan apa manfaat yang dapat diperoleh oleh setiap anggota organisasi dengan memahami nilai organisasi ini. Kepercayaan (beleif) pegawai di Pusdiklat tidak berpengaruh secara nyata terhadap prestasi kerja, ini disebabkan kepercayaan yang ada dalam organisasi hanya merupakan pelengkap saja, dengan demikian belum mempunyai kekuatan untuk dapat dapat memberikan suatu dorongan yang terhadap pegawai untuk meningkatkan presatasi kerjanya. Kepercayaan ini juga tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh sebagian pimpinan dalam menjalankan kepemimpinannya untuk terciptanya suatu prestasi kerja. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Prestasi Kerja Tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel motivasi kerja pegawai dengan prestasi kerja. Hal ini disebabkan oleh motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang tergolong sedang dan prestasi kerjanya juga tergolong sedang maka belum cukup kuat motivasi kerja berpengaruh secara nyata terhadap prestasi kerja pegawai. Sebagaimana hasil penelitian disajikan seperti dalam tabel 12.

28 84 Tabel 12. Pengaruh motivasi kerja dengan prestasi kerja No Motivasi kerja Prestasi kerja Koefisien regresi Nilai-p 1 Motivasi Intrinsik 0,072 0,293 2 Motivasi Ekstrinsik - 0,057 0,332 Keterangan: n = 60 orang; nilai-p = peluang kesalahan (galat) ** Berpengaruh sangat nyata pada α = 0,01 * Berpengaruh nyata pada α = 0,05 Motivasi instrinsik tidak berpengaruh nyata terhadap prestasi kerja, ini disebabkan apa yang dikerjakan oleh staf atau pegawai tidak memiliki suatu daya tarik tersendiri bagi dirinya, sehingga tidak berdampak terhadap peningkatan prestasi kerjanya. Seandainya sesuatu apa yang ia kerjakan itu dengan senang hati atau ada hal-hal yang dapat memperoleh hasil dan dirasakan manfaatnya, maka ia berusaha bekerja keras untuk menyelesaikannya. Inilah merupakan tugas dari seorang pemimpin untuk dapat memacu motivasi kerja para pegawainya yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi kerjanya. Demikian pula hal dengan motivasi ekstrinsik tidak berpengaruh secara nyata terhadap prestasi kerja pegawai, hal ini disebabkan karena kurangnya penguatan oleh pimpinan yang dimulai dari hal-hal yang kecil seperti memberikan pujian sampai memberikan hadiah sebagai hadiah. Seharusnya tugas-tugas yang ada dikantor harusnya mempertinggi motivasi instrinsik sebanyak mungkin. Ini secara sederhana berarti bahwa pimpinan harus mencoba agar pegawai mereka tertarik dengan materi pekerjaan yang disampaikan oleh pimpinannya. Di samping itu ada hal lain yang mungkin juga dapat meningkatkan motivasi ekstrinsik, yaitu berupa imbalan yang layak bagi mereka yang mampu menyelesaikan tugas-tugas mereka secara baik, apalagi tugas tersebut di luar dari tugas rutinnya.

29 Menantang Proses 0,600** 0,747 Prinsip Kepemimpinan Karakteristik Peg E P Mengilhamkan Wawasan Bersama 0,651** Memungkinkan Org Lain Bertindak 0,157 0,701** Penunjuk Jalan Membesarkan Hati Umur Pendidikan Pangkat/Golongan 0,649** 0,126 0,069 0,152 0,202 0,606** Motivasi Kerja 0,447 Intrinsik 0,254 0,181 Ekstrinsi -0,263 k - 0,057 0,116 0,072 Masa Kerja 0,014 0,318 Prestasi Kerja B. Organisasi 0,386** Nilai (Value) 0,357 0,474** Kepercayaan (Belief) 0,632** Sistem Merit 0,272 0,179 Gambar 2. Pengaruh Antar Variabel Penelitian 85

METODE PENELITIAN. Populasi dan Responden. Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai

METODE PENELITIAN. Populasi dan Responden. Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai METODE PENELITIAN Populasi dan Responden Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Dep[artemen Sosial di Jl. Margaguna Raya No.1 Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman. No.726, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017 MODUL KEPEGAWAIAN Jakarta, 18 Juli 2017 PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN MATERI 1. Konsep-konsep dan Istilah-istilah Kepegawaian, Kedudukan, Kewajiban dan Hak PNS 2. Pengadaan PNS 3. Pembinaan dan Kesejahteraan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL - 1 - KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA SISTEMATIKA (JUMLAH BAB: 13 JUMLAH PASAL: 89 ) BAB I KETENTUAN UMUM BAB II JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Bagian

Lebih terperinci

ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur PEMERINTAH ADALAH PELAYAN MASYARAKAT SETUJUKAH ANDA?? Kantor Pemerintah Kantor Pemerintah

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER

Lebih terperinci

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA A. Pendahuluan Alasan/pertimbangan penggantian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Pangkalpinang, April 2014 POLA PIKIR MANAJEMEN SDM APARATUR DASAR HUKUM UU No. 5 Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat

Lebih terperinci

BAHAN PANITIA KERJA (PANJA) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA NO RUU APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN PASAL

BAHAN PANITIA KERJA (PANJA) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA NO RUU APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN PASAL BAHAN PANITIA KERJA (PANJA) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA Hasil Penserasian Rumusan Tim Teknis Pemerintah Tanggal 27 Januari 2012 NO RUU APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN PASAL RANCANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka meningkatkan pembinaan

Lebih terperinci

Perubahan paradigma tata kelola pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (goodpublic governance) dalam berbagai aspek, salah satunya

Perubahan paradigma tata kelola pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (goodpublic governance) dalam berbagai aspek, salah satunya 0 I-1 Perubahan paradigma tata kelola pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (goodpublic governance) dalam berbagai aspek, salah satunya telah mendorong pelaksanaan penerapan sistem akuntabilitas

Lebih terperinci

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KINERJA DAN DISIPLIN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013 BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TUGAS BELAJAR, IZIN BELAJAR, UJIAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH DAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH SERTA PENCANTUMAN

Lebih terperinci

BAB 6 P E M B A H A S A N. Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini, maka telah dilakukan

BAB 6 P E M B A H A S A N. Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini, maka telah dilakukan BAB 6 P E M B A H A S A N Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini, maka telah dilakukan pengujian dengan proses pengolahan data menggunakan analisis regresi. Dari hasil pengolahan data tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi tersebut. Budaya tersebut dapat tercermin pada perilaku para karyawan, kebijakan-kebijakan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI

PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Disusun Oleh : YULI TRI RETNANINGTYAS NPM. 0641010053 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 81 2016 SERI : D PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 81 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS KEPEMUDAAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki keleluasaan untuk mengelola daerah dan sumberdaya alam yang ada di daerahnya. Dengan keleluasaan

Lebih terperinci

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan PROMOSI JABATAN MELALUI SELEKSI TERBUKA PADA JABATAN ADMINISTRATOR; TATA CARA PELAKSANAAN DAN KEMUNGKINAN PENERAPANNYA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KAB. KOLAKA Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang

Lebih terperinci

M A N A J E M E N A S N

M A N A J E M E N A S N ader PNS BAHAN AJAR PELATIHAN DASAR CALON PNS GOLONGAN III M A N A J E M E N A S N Oleh: Ir. DJOKO SUTRISNO, M.Si Widyaiswara Ahli Utama NIP. 19561112 198503 1 006 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO. 19 2000 SERI. D PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2000 T E N T A N G SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

: 1. Undang-undang RI. Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

: 1. Undang-undang RI. Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ; PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 34 TAHUN 2001 T E N T A N G PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagaimana negara lain, tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh globalisasi yang melanda dunia, terutama dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN KETERANGAN BELAJAR, IZIN BELAJAR, TUGAS BELAJAR, SURAT KETERANGAN TANDA LAPOR TELAH MEMILIKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi organisasi tersebut. Keberhasilan perusahaan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5494 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI ADMINISTRASI. Kepegawaian. Aparatur Sipil Negara. Manajemen. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung Penyelenggaraan pemerintahan lebih ditunjukkan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang. PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UMUM 1. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan

Lebih terperinci

profesional, bersih dan berwibawa.

profesional, bersih dan berwibawa. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG 1. Visi Visi Badan Kepegawaian Daerah adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai BKD melalui penyelenggaraan tugas dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. No.175, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA PEGAWAI WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan obyektifitas penilaian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-1363/K/SU/2012 TENTANG PELAKSANAAN UJIAN DINAS DAN UJIAN PENYESUAIAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN

Lebih terperinci

BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan.

BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan. No.1365, 2014 BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA tukangteori.com I. PENDAHULUAN Untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN IV. ANALIS KEPEGAWAIAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN

Lebih terperinci

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Operasional Variabel... 37 Tabel 3.2 Arti pembobotan dengan Skala Likert... 45 Tabel 3.3 Skala Interval Gaya Kepemimpinan... 46 Tabel 3.4 Skala Interval Motivasi... 46 Tabel 3.5

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA INSPEKTORAT KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO, Menimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA I. UMUM Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD )

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD ) BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD ) merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan pada masa depan tepat melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA Oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP Abstrak Setiap organisasi profesi memiliki cara untuk menjaga

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR KEPEGAWAIAN BADAN USAHA KREDIT PEDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN TUGAS BELAJAR, KETERANGAN BELAJAR, IZIN BELAJAR, KETERANGAN PENDIDIKAN, KETERANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Pada masa sekarang ini, manajemen bukan lagi merupakan istilah yang asing bagi kita. Istilah manajemen telah digunakan sejak dulu, berasal dari bahasa

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KINERJA PEGAWAI KUESIONER PENELITIAN

KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KINERJA PEGAWAI KUESIONER PENELITIAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KINERJA PEGAWAI Lampiran 3 (Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir) KUESIONER

Lebih terperinci

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA BIMA

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA BIMA WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN LAPORAN PENGUKURAN

KEMENTERIAN PERTANIAN LAPORAN PENGUKURAN KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN KUPANG LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK)TAHUN 2017 BALAI BESAR PELATIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sehingga harus benar-benar dapat digunakan secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sehingga harus benar-benar dapat digunakan secara efektif dan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil adalah sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi pemerintah yang digunakan untuk menggerakkan atau mengelola sumber daya lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PN Taspen memperoleh kantor sendiri di Jl. Merdeka no 64 Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. PN Taspen memperoleh kantor sendiri di Jl. Merdeka no 64 Bandung. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembentukan program Tabungan Hari Tua pegawai negeri ditetapkan dalam peraturan pemerintah No.9 tahun 1963 tentang pembelanjaan pegawai negeri dan peraturan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan organisasi, karena manusia dalam melakukan aktivitas di

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan organisasi, karena manusia dalam melakukan aktivitas di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi selalu mengarahkan sumberdaya yang dimiliki ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu sumberdaya organisasi yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk mempersiapkan diri dalam kehidupan global

Lebih terperinci

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA NOMOR 02.F TAHUN 2011 TENTANG POLA MUTASI

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT, Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN UNIT UTAMA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 62 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 61 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SERTA RINCIAN TUGAS JABATAN PADA BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH

Lebih terperinci

RUU RI TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

RUU RI TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RUU RI TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA Sumber : http://www.dpr.go.id/uu/delbills/ruu_ruu_tentang_aparatur_sipil_negara.pdf RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG APARATUR SIPIL

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 80 2016 SERI : D PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN; UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN; DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RPP MANAJEMEN PPPK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

RPP MANAJEMEN PPPK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI RPP MANAJEMEN PPPK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI @2015 LATAR BELAKANG PENGATURAN MANAJEMEN PPPK 19 Desember 2013 Ditandatangani DPR 15 Januari 2014 Diundangkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif menjadi tuntutan di era globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan persaingan dan keterbatasan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini memberi dampak yang luar biasa pada kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini memberi dampak yang luar biasa pada kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini memberi dampak yang luar biasa pada kehidupan manusia. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut maka diharapkan manusia mampu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN. Lingkungan Sekretariat Wakil Presiden RI yang berjumlah 78 orang. Adapun

BAB V HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN. Lingkungan Sekretariat Wakil Presiden RI yang berjumlah 78 orang. Adapun BAB V HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 1.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Gambaran Responden Responden dalam penelitian ini adalah para Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Wakil Presiden RI yang berjumlah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2000 T E N T A N G SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2000 T E N T A N G SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA BARAT LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO. 19 2000 SERI. D PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2000 T E N T A N G SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI Menimbang : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 21 Tahun 2001 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 21 Tahun 2001 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 21 Tahun 2001 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 33 TAHUN 2000 (33/2000) TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan Dasar hukum terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Latihan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN

KEBIJAKAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN KEBIJAKAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN Program Percepatan Reformasi Birokrasi (Ekstraksi dari Grand Design Reformasi Birokrasi sampai dengan tahun 2014 ) 1. Penataan Struktur Birokrasi. 2. Penataan Jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk mempersiapkan diri dalam kehidupan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan karena sumber daya manusia perlu dikelola secara profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MAGETAN PERATURAN BUPATI MAGETAN NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN BUPATI MAGETAN,

BUPATI MAGETAN PERATURAN BUPATI MAGETAN NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN BUPATI MAGETAN, BUPATI MAGETAN PERATURAN BUPATI MAGETAN NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN BUPATI MAGETAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 256,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMILIHAN

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 8 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 8 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 8 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS BELAJAR, IZIN BELAJAR, SURAT KETERANGAN BELAJAR, SURAT KETERANGAN PENGGUNAAN GELAR AKADEMIK DAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH

Lebih terperinci

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom. *) ABSTRAK Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI (STUDI DINAS INFORMASI DAN KOMUNIKASI KOTA MANADO)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI (STUDI DINAS INFORMASI DAN KOMUNIKASI KOTA MANADO) IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI (STUDI DINAS INFORMASI DAN KOMUNIKASI KOTA MANADO) Oleh : JUWINDO TASIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI MANDAILING NATAL ANGAN PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 35 TAHUN 2011

BUPATI MANDAILING NATAL ANGAN PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 35 TAHUN 2011 - 1 - BUPATI MANDAILING NATAL ANGAN PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 17

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negar

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2011 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Pembinaan. Pengembangan Karir. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POLA PEMBINAAN

Lebih terperinci

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua Jumat, 27 Februari 2015 Abstrak Perkembangan teknologi, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam Keputusan Menteri Pertama RI Nomor 388/MP/1960 tanggal

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam Keputusan Menteri Pertama RI Nomor 388/MP/1960 tanggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di latar belakangi keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri dan keluarganya yang dirintis melalui Konferensi Kesejahteraan Pegawai Negeri pada tanggal

Lebih terperinci

BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PEGAWAI BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN KEMENTERIAN PERTANIAN-2017

BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PEGAWAI BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN KEMENTERIAN PERTANIAN-2017 BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PEGAWAI BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN KEMENTERIAN PERTANIAN-2017 DASAR HUKUM Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 69 2016 SERI : D PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA

Lebih terperinci