RENCANA 5 TAHUNAN DITJEN PERHUBUNGAN DARAT (Review) TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA 5 TAHUNAN DITJEN PERHUBUNGAN DARAT (Review) TAHUN"

Transkripsi

1 RENCANA 5 TAHUNAN DITJEN PERHUBUNGAN DARAT (Review) TAHUN

2

3 1.1 Latarbelakang Transportasi merupakan urat nadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai tugas sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana, prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia yang terkait dalam sistem transportasi baik sarana, prasarana maupun pergerakan, antara lain : kelayakan, sertifikasi, perambuan, sumber daya manusia, geografi, demografi dan lain-lain. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 09 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Departemen Perhubungan sebagai lembaga penunjang penggerak pembangunan nasional mempunyai peranan penting dalam pelayanan jasa transportasi darat. Pembangunan bidang transportasi darat akan berpengaruh besar terhadap perekonomian nasional, mengingat kegiatan di bidang transportasi berperan penting dalam kegiatan distribusi barang dan jasa ke seluruh pelosok tanah air dan antar negara. Pembangunan transportasi darat akan berdampak signifikan terhadap kondisi perekonomian nasional, maka kebijakan transportasi ke depan akan sangat berpengaruh terhadap prospek perekonomian nasional yang tentu akan terpengaruh oleh kelambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh peran sektor transportasi. Karenanya system transportasi nasional harus dibina agar mampu menghasilkan jasa transportasi yang baik, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancer, aman, nyaman dan efisien dalam menunjang dan menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah dan meningkatkan hubungan internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara. Dalam antisipasi kondisi tersebut, sistem transportasi darat ditata dan terus disempurnakan dengan didukung peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga terwujud baik keandalan untuk pelayanan maupun keterpaduan antar dan intramoda transportasi, serta disesuaikan dengan perkembangan ekonomi, tingkat kemajuan teknologi, kebijaksanaan tata ruang, pelestarian lingkungan hidup dan kebijaksanaan energi nasional agar selalu dapat memenuhi kebutuhan pembangunan, tuntunan masyarakat serta kebutuhan perdagangan nasional dan internasional dengan memperhatikan keandalan maupun kelaikan sarana transportasi. I - 1

4 Berkaitan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota, maka peranan sektor transportasi darat sangatlah dituntut persiapan dan kesiapan yang matang. Menyadari peranan transportasi darat yang demikian kompleksnya, maka diperlukan adanya kesamaan visi, misi dan persepsi terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan maupun pemerintah, serta arah pengembangan ke depan nantinya. Mengingat pembangunan perhubungan berdampak signifikan terhadap kondisi perekonomian nasional, maka kebijakan pembangunan perhubungan ke depan akan sangat berpengaruh terhadap prospek perekonomian nasional. Prospek perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal, kemajuan-kemajuan yang telah dicapai serta kebijakan strategis yang ditempuh selama ini. Kondisi internal yang akan berpengaruh positif adalah dukungan stabilitas politik dan keamanan berkaitan dengan suksesnya pelaksanaan Pemilihan Umum tahun 2009 yang telah menghasilkan pemerintahan baru yang kredibel, sehingga diharapkan mampu memulihkan perekonomian nasional, dan memberikan kepastian usaha di dalam negeri. Bidang perekonomian, terdapat kecenderungan peningkatan suku bunga internasional berkaitan dengan nilai US.$ dan fluktuatif harga minyak bumi dipasar global yang sangat tinggi sehingga pada gilirannya akan menimbulkan kenaikan biaya produksi, terutama yang berkaitan dengan biaya transportasi, biaya persediaan (inventory), biaya assuransi dan lain sebagainya yang kesemuanya ini akan menimbulkan kontraksi ekonomi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia. Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka (open economy) tentu akan terpengaruh oleh kelambatan pertumbuhan ekonomi dunia, sehingga harus dipertimbangkan dalam menyusun rencana dan kebijakan di bidang perhubungan pada kurun waktu Arah kebijakan nasional dalam pengembangan perhubungan dalam kurun waktu adalah mengupayakan tersedianya infrastruktur melalui pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi yang berkelanjutan, guna mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau serta membuka keterisolasian wilayah tertinggal. Hal ini mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan jasa perhubungan merupakan bagian integral dari sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keterkaitan ini dapat dijelaskan secara rinci bahwa usaha jasa perhubungan sebagai bagian integral dari kegiatan perekonomian bangsa, mengemban fungsi aksesibilitas ke seluruh wilayah tanah air sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dipandang perlu dilakukan penyusunan Rencana Lima (5) Tahunan Ditjen Perhubungan Darat Tahun sebagai masukan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Departemen Perhubungan sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana Strategis ini merupakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Departemen Perhubungan sebagai kesinambungan dari Rencana Strategis Departemen Perhubungan Tahun Rencana Strategis Departemen Perhubungan Tahun disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dalam jangka 25 tahun. I - 2

5 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat adalah untuk memberikan gambaran tentang visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, dan program Ditjen Perhubungan Darat dalam kurun waktu sebagai masukan dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Departemen Perhubungan agar bersinergi dan mempunyai kesatuan arah dan tujuan pegembangan perhubungan. Tujuan penyusunan Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat adalah memberikan acuan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Ditjen Perhubungan Darat di bidang pembangunan dan penyelenggaraan pelayanan trasportasi dalam rangka meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas manusia dan barang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah yang terintegrasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup dan cakupan Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Jangkauan Waktu : Kurun waktu Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan adalah tahun Substansi : Substansi Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat meliputi evaluasi pencapaian Rencana Strategis Departemen Perhubungan kurun waktu , Kondisi Perubahan Lingkungan Strategis (Lingstra), Visi dan Misi Ditjen Perhubungan Darat, penentuan Tujuan, Sasaran dan Strategi yang selanjutnya dijabarkan ke dalam Arah Kebijakan dan Program secara rinci dan terukur sebagai penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan. 3. Pembiayaan Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan ini merupakan acuan dalam penyusunan anggaran tahunan berbasis kinerja yang dimulai pada tahun Dengan demikian pembiayaan kegiatan Ditjen Perhubungan Darat dalam APBN merupakan integrasi dari pembiayaan rutin dan pembangunan yang terdiri dari: belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan transito. Belanja pegawai dan belanja barang dirinci menjadi belanja yang mengikat dan tidak mengikat, sedangkan belanja modal terdiri dari rupiah murni dan pinjaman luar negeri. Disamping itu terdapat kegiatan belanja modal yang dibiayai dari anggaran BUMN dan peranserta swasta. I - 3

6 1.4 Kerangka Pikir Proses penyusunan Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat diawali dengan melakukan pemetaan terhadap pencapaian target yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Departemen Perhubungan selama kurun waktu Di samping itu perlu dicermati permasalahan dan tantangan yang berpengaruh terhadap tugas pokok dan fungsi Departemen Perhubungan. Sejalan dengan itu akan diuraikan target pertumbuhan dan kebutuhan investasi sektor transportasi sesuai dengan indikator target pertumbuhan ekonomi nasional. Pemetaan awal terhadap pencapaian target Rencana Strategis Departemen Perhubungan dan target pertumbuhan serta kebutuhan investasi transportasi merupakan dasar kebijakan lanjut untuk menentukan kebutuhan sarana dan prasarana perhubungan pada tahun Sejalan dengan itu, diperlukan pengamatan dan analisis terhadap pengaruh lingkungan strategis yang terkait, baik langsung maupun tidak langsung dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan, baik internal maupun eksternal. Pengaruh strategis internal akan diformulasikan dalam bentuk kekuatan dan kelemahan, sedangkan pengaruh strategis eksternal akan diformulasikan dalam bentuk peluang dan ancaman. Dengan mempertimbangkan pengaruh perubahan lingkungan strategis serta mencermati pencapaian target pada rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan , maka di dalam penyusunan Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan akan dirumuskan langkah-langkah kebijakan lanjut dalam mencapai target kinerja pelayanan sarana dan prasarana perhubungan. Dalam rangka memperjelas arah tugas pokok dan fungsi Ditjen Perhubungan Darat akan dirumuskan Visi Ditjen Perhubungan Darat yang dijabarkan lanjut ke dalam Misi Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan. Berdasarkan visi dan misi dimaksud diformulasikan tujuan, sasaran, prioritas, strategi dan arah kebijakan pembangunan Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan. Bagan alur pikir penyusunan Rencana Ditjen Perhubungan Darat disampaikan pada diagram sebagai berikut : I - 4

7 EVALUASI PENCAPAIAN TARGET KINERJA RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DEPARTEMEN PERHUBUNGAN KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, ANCAMAN VISI TUJUAN PEMBANGUNAN MISI SASARAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROGRAM VISI MISI TUJUAN SASARAN Kebijakan Startegi Program Kegiatan efektif, efisien, tepat sasaran dan berkelanjutan Gambar 1.1. Aspek-aspek Fundamental I - 5

8 2.1. Bidang Angkutan Jalan Dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta memperlancar gerak dari roda perekonomian maka diperlukan sarana dan prasarana transportasi jalan yang memadai. Dengan adanya sarana dan prasarana transportasi yang memadai seperti bus, terminal maka diharapkan dapat membantu masyarakat dalam bermobilisasi baik mobilisasi penumpang maupun barang. Transportasi diharapkan juga dapat sebagai pendukung program pemerintah dalam rangka meratakan hasil pembangunan di seluruh wilayah Indonesia termasuk pada pulaupulau terpencil. 1. Perkembangan Sarana Lalu Lintas Angkutan Jalan a. Pembinaan Pengujian Kendaraan Bermotor merupakan salah satu tugas Direktorat LLAJ. Dengan terbitnya PP No. 38 Tahun 2007, maka pelaksanaan pengujian berkala kendaraan bermotor menjadi kewenangan Kabupaten / Kota. b. Pada 2008 terdapat 440 unit tempat pengujian kendaraan bermotor dengan 508 jenis alat uji yang terdiri dari : 1). 257 unit uji mekanis 2). 235 unit uji non mekanis 3). 16 unit uji keliling c. Untuk pengembangan karier dan peningkatan kualitas profesionalisme PNS yang menjalankan tugas di bidang pengujian kendaraan bermotor, telah dikeluarkan Peraturan Dirjen Perhubungan Darat No.1076/Kp.108/DRJD/2005 tentang Kompetensi Penguji Kendaraan. Pada saat ini telah dilakukan peralihan kualifikasi teknis dari strata ke kompetensi. d. Untuk menghindari pemalsuan Buku Uji dan Plat Uji harus dicetak dengan security printing. Sesuai ketentuan yang ada, Surat Peraturan Dirjen Perhubungan Darat No.2889/AJ.402/DRJD/2007 tanggal 25 Juli 2007 tentang perubahan atas peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.2757/AJ.402/DRJD/2006 tentang Pedoman Teknis Buku Uji, Tanda Uji Berkala dan Tanda Samping Kendaraan Bermotor. Adanya tuntutan teknologi dalam pencetakan buku uji, maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap pedoman teknis buku uji, tanda uji berkala dan tanda samping kendaraan bermotor. Adapun beberapa ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK 2757/AJ.402/DRJD/2006 ada sebagian perubahan sebagai berikut : 1). Pasal 3 ayat (3) : Lembar bagian dalam sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri dari 6 (enam) lembar dengan 12 (dua belas) halaman yang diberi II - 1

9 nomor halaman secara berurutan dari nomor 1 sampai dengan nomor 12 yang dicantumkan pada setiap halaman di bagian sudut kanan atas. 2). Pasal 4 ayat (1) : Sisi luar bagian sampul buku uji sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 memiliki warna dasar biru tua yang pada halaman depan memuat tulisan BUKU UJI BERKALA KENDARAAN BERMOTOR, pada halaman depan sudut kiri atas memuat logo perhubungan dengan warna foli emas dan biru tua serta bagian atas memuat stiker yang ditempel berupa logo Kabupaten/Kota tempat dikeluarkannya buku uji dan lubang berbentuk bidang segi empat, dengan ukuran panjang 40 mm x 8 mm. 3). Pasal 5 ayat (2) : Unsur pengaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa : tinta atau hologram 4). Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 6 ayat (1) huruf d dan e : a). halaman 6,7,8 dan 9 memuat kolom hasil pengujian berkala, pengesahan hasil uji serta penguji yang berwewenang mengesahkan hasil uji b). halaman 10, 11 dan 12 tempat memuat catatan khusus yang dapat digunakan oleh Penguji dan/atau Pemeriksa kendaraan bermotor di jalan dan/atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil 5). Mengubah lampiran I dengan mengubah data-data pada kartu elektronik (smart card), mengubah lampiran II untuk memperjelas letak ruang untuk penempelan stiker logo daerah, mengubah lampiran III dengan menambahkan huruf c1 pada contoh 3 kolom 4 mengenai Dimensi tangki menambah data Muatan Sumbu Terberat (MST) pada contoh 3 kolom 5 mengubah ketentuan pada contoh 4 mengenai hasil uji (test result) menambah ketentuan tentang hasil pengujian berkala, pengesahan hasil uji serta Penguji yang berwenang mengesahkan hasil uji pada contoh 5 kolom 9 serta menambah lampiran mengenai stiker sebagaimana contoh 1 s/d 6 dalam lampiran perubahan peraturan. Sebagai Operasionalisasi Kepetusan Menteri tersebut pada tahun 2008 telah dikeluarkan Surat Keputusan Pengesahan dan Sertifikasi Tipe Kendaraan Bermotor, Pengesahan Rancang Bangun Kendaraan Bermotor dan Pemasangan Sistem Pemakaian Bahan Bakar Gas Tahun 2008 sebanyak Surat Keputusan. Adapun perinciannya dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Rekapitulasi Keputusan Dirjen Hubdat Tentang Pengesahan Dan Sertifikasi Tipe Kendaraan Bermotor, Pengesahan Rancang Bangun Kendaraan Bermotor Dan Pemasangan Sistem Pemakaian BBG Tahun 2008 No. Keterangan Jumlah 1. Tipe Sepeda Motor Tipe Roda Tipe Roda 4 atau Lebih Tipe Landasan Kendaraan Bermotor Rancang Bangun Kereta Tempelan Rancang Bangun Kereta Gandengan 4 7. Rancang Bangun dan Rekayasa Kendaraan Bermotor Tipe Kendaraan CBU Bekas 6 9. Sistem Pemasangan BBG 2 T o t a l Sumber : Dit. LLAJ, Ditjen Hubdat II - 2

10 2. Perkembangan Prasarana Lalu Lintas Angkutan Jalan a. Jaringan Jalan 1). Peranan Jalan Dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 375/KPTS/2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang Penetapan ruas-ruas jalan dalam jaringan jalan primer menurut peranannya sebagai Jalan Arteri, Jalan Kolektor 1, Jalan Kolektor 2 dan Jalan Kolektor 3. Tabel 2.2 Panjang Jalan menurut Kewenangan Tahun Jalan (km) Nasional Provinsi Kabupaten Kota Tol Sumber : Dep. Pekerjaan Umum 2). Kelas Jalan Ruas-ruas jalan di Pulau Jawa ditetapkan sebagai jalan kelas II, IIIA, IIIB, dan IIIC dengan muatan sumbu terberat jalan masing-masing adalah 10,0 ton untuk jalan kelas II dan 8 ton untuk jalan kelas IIIA, IIIB dan IIIC. Penetapan kelas jalan tersebut didasarkan atas pertimbangan ketentuan kelas jalan dan kemampuan jaringan prasarana jalan yang ada. Selain di Pulau Jawa, Penetapan Kelas Jalan di Pulau Kalimantan, Sumatera dan Propinsi Bali, NTB, Maluku Utara, Papua. 3). Simpul Jaringan Transportasi Jalan Terminal Penumpang Tipe A Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.1361/AJ.106/DRJD/2003 tanggal 11 Agustus 2003 telah ditetapkan Simpul Jaringan Transportasi Jalan untuk Terminal penumpang Type A diseluruh Indonesia sebanyak 203 simpul. b. Jaringan Trayek 1). Trayek Angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) Sebagai titik tolak pelayanan angkutan umum antar kota antar propinsi, Ditjen Hubdat dengan SK. No. 1200/AJ.205/DRJD/2004 tanggal 12 Agustus 2004 tentang Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) di seluruh Indonesia. II - 3

11 No. Tahun Jumlah PO Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat 2). Trayek Lintas Batas Negara Tabel 2.3 Perkembangan Bus AKAP Bus Trayek lintas batas negara antara Indonesia dengan negara tetangga diantaranya beberapa telah ditetapkan dan dilayani dengan moda transportasi jalan dan beberapa masih dalam proses perundingan kesepakatan. Lintas Batas Negara yang telah dilayani: Jumlah Cadangan Total Bus - Rit a). Pontianak-Kuching Berdasarkan hasil kesepakatan Kelompok Kerja Pembangunan Sosial Ekonomi Malaysia-Indonesia (Sosek Malindo), sejak tanggal 2 Januari 1993 dioperasikan perusahaan dan jumlah kendaraan umum untuk trayek Pontianak-Kuching sebagai berikut: Tabel 2.4 Perusahaan kendaraan umum yang berdomisili di Pontianak untuk melayani trayek Pontianak-Kuching No. Nama Perusahaan Mobil Bus RIT SEAT 1 Perum DAMRI 6 eksekutif Andau Kapur 2 eksekutif Jiwana Sakti 9 eksekutif 9 40 Jumlah 17 eksekutif Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat Tabel 2.5 Perusahaan kendaraan umum yang berdomisili Kuching untuk melayani trayek Kuching- Pontianak No. Nama Perusahaan Mobil Bus RIT SEAT 1 Sri Tebakang 3 eksekutif Kirata 3 eksekutif Saphire Pacific 3 eksekutif Eva Transport 5 eksekutif Sri Merah 3 eksekutif Bintang Jaya Ekspres 3 eksekutif 3 32 Jumlah 20 eksekutif Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat II - 4

12 b). Pontianak-Bandar Sri Begawan Via Kuching Uji coba Angkutan Lintas Batas Negara Pontianak-Bandar Sri Begawan Via Kuching dilakukan sejak tanggal 16 November 2008 dan Launcing pada tanggal 15 Januari Trayek dilayani sebanyak 20 (duapuluh) unit bus tetapi baru beroperasi 12 (duabelas) unit bus dengan data sebagai berikut : (1) Perusahaan ALBN dari Indonesia, terdapat 2 (dua) perusahaan yaitu Perum DAMRI (4 unit bus) dan PO. Setia Jiwana Sakti (4 unit bus) (2) Perusahaan ALBN dari Bandar Seri Begawan, dengan perusahaan ADBH Sdn.Bdn (4 unit bus) c). Indonesia - Papua New Guinea (Jayapura-Vanimo) masih dalam tahap pembahasan draft kesepakatan d). Indonesia Timor Leste masih dalam tahap pembahasan draft kesepakatan 3). Angkutan Tidak Dalam Trayek Sesuai KM 84 Tahun 1999, disamping adanya angkutan dalam trayek terdapat pula angkutan tidak dalam trayek, meliputi: taksi, angkutan sewa, angkutan pariwisata dan angkutan khusus. Untuk angkutan taksi dan angkutan khusus pengaturan izin operasinya oleh Walikota untuk dalam kota dan oleh Gubernur untuk angkutan lebih dari satu kota. Disamping mempunyai kewenangan untuk memberikan izin trayek bis AKAP, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dalam hal ini Direktur LLAJ mempunyai kewenangan pula kewenangan untuk memberikan izin angkutan tidak dalam trayek meliputi: taxi bandara, angkutan sewa, angkutan pariwisata dan angkutan khusus. c. Terminal Terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan. Sejalan dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat telah menetapkan Simpul Terminal Tipe A dengan SK Dirjen No. 1361/AJ.106/DRJD/2003 tanggal 11 Agustus 2003 tentang Penetapan Simpul JTJ untuk terminal Penumpang Type A diseluruh Indonesia sebanyak 165 lokasi yang didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut : 1). Fungsi Kota; 2). Asal Tujuan Perjalanan; 3). Pelayanan AKAP; 4). Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara; 5). Jarak antara dua terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 Km di Pulau Jawa 30 Km di Pulau Sumatra dan 50 km di Pulau lainnya. II - 5

13 Tabel 2.6 Data Jumlah Terminal Tahun URAIAN TAHUN Tipe A Tipe B Tipe C TOTAL Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat 3. Perkembangan SDM LLAJ (Penegakan Hukum Bidang LLAJ dan Penyidik Negeri Sipil Bidang LaLu Lintas dan Angkutan (PPNS LLAJ)) a. Pelanggaran Operasional Pada tahun 2008 pelanggaran mengalami peningkatan yang cukup banyak dibanding dengan tahun 2007, dikarenakan pada tahun 2007 belum semua daerah melapor. Sedangkan pada Tahun 2008 ini telah banyak daerah yang melaporkan pelanggaran yang terjadi. Jumlah pelanggaran operasional bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat dilihat pada table 2.7 Tabel 2.7 Jumlah Pelanggaran Operasional Tahun No. Jenis Pelanggaran PO Kend PO Kend PO Kend 1 Penyimpangan Trayek Tanpa Izin Trayek/Operasi Trayek Mati Tanpa Buku Uji Buku Uji Mati Lain - lain Jumlah Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat Grafik Pelanggaran Operasional Tahun II - 6

14 b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Bidang LLAJ Jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tahun 2008 adalah orang. Yang terdiri dari 54 orang PPNS yang ada di Ditjen Perhubungan Darat (pusat) dan PPNS yang ada di Provinsi/Kabupaten/Kota (daerah). Untuk data PPNS daerah dapat dihimpun dari 32 provinsi yang mana pada tiap-tiap provinsi belum semua melaporkan jumlah PPNS-nya. Tabel 2.8 Daftar PPNS Bidang LLAJ Tahun NO JUMLAH PROPINSI PUSAT NANGROE ACEH DARUSSALAM SUMATERA UTARA KEPULAUAN RIAU RIAU JAMBI BENGKULU BANGKA BELITUNG SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN LAMPUNG BANTEN DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH DIY JAWA TIMUR KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN SULAWESI SELATAN SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI BARAT SULAWESI TENGGARA GORONTALO BALI NTB NTT MALUKU PAPUA BARAT PAPUA MALUKU UTARA 1 37 TOTAL Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat II - 7

15 c. Penjatuhan Sanksi Administratif Sanksi administatif pada pelanggaran tarif angkutan Bus AKAP ekonomi pada masa angkutan lebaran dengan dasar hukum Peraturan Dirjen SK.2523/AJ.201/DRJD/2008. Adapun data pelanggarannya sebagai berikut: Tabel 2.9 Penjatuhan Sanksi Administrasi Pelanggaran Tarif No. Tahun Jumlah Sanksi PO BUS (1416 H) (1417 H) (1418 H) (1419 H) (1420 H) (1421 H) (1422 H) (1423 H) (1424 H) (1425 H) (1426 H) (1427 H) (1428 H) (1429 H) Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat 4. Kegiatan-kegiatan Strategis a. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Pengujian Kendaraan Bermotor Langkah/usaha untuk memperbaiki tingkat keselamatan dan menurunkan emisi gas buang dari kendaraan adalah dengan peningkatan kualitas dan kuantitas dari pengujian kendaraan bermotor oleh Unit Pengujian Kendaraan Bermotor di Kota/Kabupaten. Pada tahun 2008 ini telah dilakukan rehabilitasi alat uji kendaraan bermotor di BPLJSKB, Bekasi dan pengadaan emission test kendaraan bermotor GVW > 3,500 kg untuk menurunkan tingkat emisi gas buang kendaraan. Saat ini, pengujian berkala untuk kendaraan bermotor hanya diwajibkan bagi bus, kendaraan umum dan mobil barang saja, sedangkan untuk mobil penumpang pribadi dan sepeda motor belum dilakukan. Dari 440 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, sampai dengan akhir tahun 2008 baru tersedia 257 Unit Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor secara mekanis, 235 unit secara non mekanis dan 16 unit uji keliling dengan tenaga penguji yang telah memiliki sertifikat kompetensi penguji berkala kendaraan bermotor. II - 8

16 PROPINSI b. Perkembangan Penanganan Muatan Lebih Pada tahun anggaran 2008 telah dilakukan rehabilitasi peralatan operasional jembatan timbang di 4 (empat) lokasi yaitu Lampung, Sumedang, Cilacap, dan Lamongan dan juga dibangun sistem informasi/konektivitas jaringan di 3 (tiga) lokasi jembatan timbang yaitu JT.Jabar, Jateng dan Jatim. Selain itu juga dilakukan monitoring terhadap kinerja jembatan timbang sehingga diperoleh data pelanggaran sebagai berikut : Tabel Rekapitulasi Data Pelanggaran Di Jembatan Timbang Pada Tahun 2008 JUMLAH DITIMBANG PELANGGARAN TERHADAP JBI (KEND) 5-25 % % % > 60 % TINDAKAN Pengembalian Kendaraan Penurunan Muatan NAD SUMUT BABEL JAMBI SUMBAR SUMSEL RIAU BENGKULU LAMPUNG BANTEN Surat Tilang JABAR JATENG DIY JATIM BALI TOTAL Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat c. Upaya Peningkatan Keselamatan Dan Kelancaran Pengguna Jalan Dalam Berlalu Lintas Untuk meningkatkan keselamatan dan kelancaran pengguna jalan dalam hal ini maka LLAJ memasang M Marka Jalan, M Guadrail, Buah Rambu Lalu Lintas dan No.Rute, 524 Buah RPPJ, 51 Buah Traffic Light, 57 Buah Cermin Cekung, Buah Deliniator, Buah Paku Marka, Buah Traffic Cone, 53 Paket APILL yang dipasang di jalan nasional diseluruh Indonesia serta dilakukannya Manajenen dan Rekayasa Lalu Lintas di 19 Lokasi untuk mengurangi tingkat kemacetan lalau lintas di jalan nasional. II - 9

17 5. Permasalahan yang dihadapi Hampir keseluruhan pada pelaksanaan program kegiatan pada tahun 2008 dapat terealisasi sesuai dengan program yang direncanakan. Tetapi ada beberapa kegiatan/program yang tidak dapat dilaksanakan ataupun pencapaian hasilnya kurang memenuhi target. Adapun kegiatan yang menemui hambatan dalam pelaksanaannya yaitu: a. Kegiatan yang tidak terealisasi antara lain pembekalan kepala teknis terminal penumpang, perencanaan teknis penyusunan penetapan jaringan lintas angkutan B3 di P. Sumatera; pembangunan test track/proving ground di BPLJSKB Bekasi Tahap I termasuk supervisi, pembangunan Terminal Tipe A Badung termasuk supervisi, Evaluasi Biaya pokok tarif AKAP. Penyebab kegiatan tersebut diatas tidak dapat terealisasi karena peserta yang mendaftar kurang dari kuota yang disediakan untuk kegiatan pembekalan kepala teknis terminal, adanya revisi DIPA penghematan 10% (perencanaan tehnis penyusunan penetapan jaringan lintas angkutan B3 di Pulau Sumatera), DED pembangunan test track belum final dan kegiatan DED test track berada di tahun yang sama (pembangunan test track/proving grond di BPLJSKB Bekasi Tahap I termask supervisi), ABT tanggal 29 Agustus 2008 dan lelang gagal (pembangunan Terminal Tipe A Badung termasuk supervisi), dan dikarenakan kenaikan harga BBM tahun 2008 secara mendadak sehingga mempengaruhi perencanaan pelaksanaan evaluasi biaya pokok tarif AKAP. b. Kegiatan yang pencapaiannya tidak memenuhi target. Penyebab kegiatan LLAj tidak mencapai target antara lain : karena adanya penghematan dana sebesar 10%, keterbatasan waktu dan personel seperti kegiatan semiloka perlengkapanjalan dan bimbingan teknis manajemen dan rekayasa lalu lintas dan tidak sinkronnya antara jadwal pelaksanaandengan turunnya anggaran seperti kegiatan evaluasi jaringan trayek AKAP dan survey pengaruh biaya transport terhadap harga sembako. 6. Upaya yang dilakukan Dari hambatan-hambatan di atas maka untuk menanggulanginya dilakukan berbagai upaya yaitu : a. Menyusun jadwal program kegiatan yang lebih baik lagi sehingga tidak ada program kegiatan yang saling tumpang tindih waktu pelaksanaannya dan menyingkronisasikan dengan turunnya anggaran sehingga program kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik. b. Mengoptimalkan kinerja sumber daya manusia yang ada di Direktorat LLAJ c. Mengkalkulasikan dana lebih teliti dengan mempertimbangkan terjadinya kegiatan-kegiatan diluar rencana. d. Meningkatkan kinerja PPNS sehingga pelanggaran yang terjadi dapat menurun dan memberikan sanksi tegas terhadap pelanggarnya. II - 10

18 2.2. Bidang Angkutan Penyeberangan Transportasi sungai merupakan salah satu moda transportasi yang tertua diantara moda transportasi lain. Pada masa lalu, transportasi sungai memiliki peran yang sangat penting dalam perhubungan dan komunikasi di dunia. Kondisi ini menjelaskan mengapa pada umumnya kota-kota besar dan pusat perdagangan di dunia berada di dekat sungai. Jika terdapat jaringan sungai, maka transportasi sungai dapat digunakan sebagai moda transportasi utama guna meningkatkan akses suatu wilayah tanpa harus melakukan pembangunan sarana dan prasarana transportasi jalan raya yang mahal. Fenomena transportasi sungai di dunia dan Indonesia dewasa ini memperlihatkan peran transportasi sungai dalam melayani kebutuhan pergerakan dan komunikasi tidak sepenting di masa lalu. Hal ini disebabkan antara lain perkembangan moda transportasi jalan dan rel lebih cepat dibandingkan perkembangan transportasi sungai, dimana transportasi jalan lebih menawarkan: fleksibelitas, layanan dari pintu ke pintu, keteraturan jadwal, ketersediaan dan frekuensi armada tinggi, biaya murah serta kebutuhan penanganan barang dan ruang penyimpanan kecil. 1. Perkembangan Sarana LLASDP a. Perkembangan Jumlah Lintas Penyeberangan Sejak pertama kali ditetapkannya lintas penyeberangan pada tahun 1989, melalui Keputusan Menteri Perhubungan KM No. 64 Tahun 1989, sebanyak 44 lintas penyeberangan, sampai saat ini telah menjadi sebanyak 184 lintas penyeberangan, ditambah dengan 43 lintas penyeberangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Gubernur atau Bupati/Walikota) setelah era otonomi daerah. Sehingga jumlah total lintas penyeberangan yang telah ditetapkan adalah sebanyak 227 lintas penyeberangan. Dari 227 lintas tersebut, yang beroperasi pada tahun 2008 sebanyak 125 lintasan dan yang belum/tidak beroperasi sebanyak 102 lintasan. Dari sisi pengoperasiannya, sebanyak 34 lintas adalah berupa lintas penyeberangan dengan angkutan komersil dan sisanya sebanyak 70 lintasan berupa lintas penyeberangan angkutan perintis. Tabel 2.11 Kondisi Perkembangan Lintas Penyeberangan No. Status Operasional Lintas Jumlah 1. Jumlah lintas yang ditetapkan a. Melalui Keputusan Menteri Perhubungan 184 b. Melalui Keputusan Pemerintah Daerah Status pengoperasian a. Lintasan yang beroperasi 125 b. Lintasan yang belum dan tidak beroperasi Jenis Pengoperasian angkutan a. Lintas penyeberangan dengan angkutan komersil 34 b. Lintas penyeberangan dengan angkutan perintis 70 Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat II - 11

19 Tabel 2.12 Lintas Penyeberangan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. No. KM Tahun Jumlah Lintas 1 KM No KM No KM No KM No KM No KM No KM No KM No KM No KM No KM No KM No KM No KM No KM No KM No KM No KM No Jumlah 184 Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat Tabel 2.13 Lintas Penyeberangan yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota No Nama Lintas Provinsi 1. Singkil - P. Banyak NAD 2. Singkil - Sinabang NAD 3. Balohan Ulheu Lheu NAD 4. Tebas Kuala - Tebas Seberang Kalimantan Barat 5. Parit Sarem S. Nipah Kalimantan Barat 6. Pamatat Patumbukan Labuhan Bajo Sulsel - NTT 7. Bira Sikeli Sulawesi Selatan 8. Sikeli - Tondasi Sulawesi Selatan 9. Wakai - Ampana Sulawesi Tengah 10. Bitung-Siau Sulawesi Utara 11. Dongkala Bau Bau Sulawesi Tenggara 12. Bau Bau - Mawasangka Sulawesi Tenggara 13. Aimere - Waingapu NTT 14. Waingapu - Sabu NTT 15. Kalabahi - Lewoleba NTT 16. Saumlaki - Tepa Maluku 17. Dobo - Benjina Maluku 18. Tulehu - Pelauw Maluku 19. Umiputih - Waley Maluku II - 12

20 No Nama Lintas Provinsi 20. Tulehu Saparua Maluku 21. Saparua - Nalahia Maluku 22. Nalahia - Amahai Maluku 23. Hunimua Masohi Maluku 24. Namlea - Ambalau Maluku 25. Ambalau - Wamsisi Maluku 26. Wamsisi Namrole Maluku 27. Namrole - Leksula Maluku 28. Ternate Bacan Maluku Utara 29. Ternate - Batang Dua Maluku Utara` 30. Sorong - Seget Irian Jaya Barat 31. Seget - Seremuk Irian Jaya Barat 32. Seremuk - Konda Irian Jaya Barat 33. Konda - Teminabuan Irian Jaya Barat 34. Mogim - Kais Irian Jaya Barat 35. Kais - Inawatan Irian Jaya Barat 36. Inawatan - Kokoda Irian Jaya Barat 37. Bade - Mur Kepi Irian Jaya Barat 38. Waren - Nabire Papua 39. Merauke - Atsy Papua 40. Atsy - Asgon Papua 41. Atsy - Senggo Papua 42. Atsy - Agat Papua 43. Biak - Numfor Papua Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat Berdasarkan jenis pengoperasian, lintas penyeberangan yang sudah beroperasi dapat dibedakan dalam 2 lintas, yaitu : lintasan komersil dan perintis yang disubsidi pemerintah. Tabel 2.14 Jenis Pengoperasian Angkutan Penyeberangan No. Jenis Pengoperasian Jumlah a. Lintasan komersil 34 b. Lintasan perintis yang disubsidi pemerintah 70 Jumlah yang beroperasi 104 Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat 1). Lintasan Komersil Lintas komersil 2008 sebanyak 34 lintas penyeberangan dengan rincian status: Antar Propinsi (AP) sebanyak 10 lintas, Dalam Propinsi (DP) sebanyak 19 lintas dan Dalam Kabupaten/Kota (DK) sebanyak 5 lintas. II - 13

21 Tabel 2.15 Lintas Penyeberangan Komersil No. Nama Lintasan Status Propinsi 1. Balohan Malahayati DP NAD 2. Sibolga Gn. Sitoli DP Sumatera Utara 3. Ajibata Tomok DP Sumatera Utara 4. Palembang Muntok AP Sumsel-Babel 5. Merak Bakauheni AP Lampung-Banten 6. Ujung Kamal DP Jawa Timur 7. Jangkar Kalianget DP Jawa Timur 8. Ketapang Gilimanuk AP Jawa Timur-Bali 9. Rasau Jaya Tl. Batang DP Kalimantan Barat 10. Pontianak Kota Siantan DP Kalimantan Barat 11. Batu Licin Tj.Serdang DP Kalimantan Selatan 12. Penajam Balikpapan DP Kalimantan Timur 13. Mamuju Balikpapan AP Sulsel-Kaltim 14. Pagimana Gorontalo AP Sulteng-Gorontalo 15. Bajoe Kolaka AP Sulsel-Sultra 16. Bira Pamatata DP Sulawesi Selatan 17. Padangbai - Lembar AP Bali - NTB 18. Kayangan - Pototano DP NTB 19. Torobulu Tampo DP Bali-NTB 20. Bitung Ternate AP Sulut - Malut 21. Sape Labuan Bajo AP NTB-NTT 22. Kupang Larantuka DP NTT 23. Kupang Rote DP NTT 24. Kupang Kalabahi DP NTT 25. Kupang Waingapu DP NTT 26. Kupang Aimere DP NTT 27. Galala Namlea DK Maluku (Mlk Tengah) 28. Pokka Galala DK Maluku (Mlk Tengah) 29. Hunimua Waipirit DK Maluku (Mlk Tengah) 30. Bastiong Sidangole DK Maluku Utara 31. Bastiong Rum DK Maluku Utara 32. Siwa Lasusua AP Sulsel-Sultra 33. Bau-Bau - Wara DP Sultra 34. Kupang - Sabu DP NTT Keterangan :AP : Antar Propinsi, DP : Dalam Propinsi, DK : Dalam Kab/Kota Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat 2). Lintasan perintis yang disubsidi pemerintah Lintas penyeberangan perintis tahun 2008 sebanyak 70 lintas penyeberangan, yang terdiri dari 56 lintas penyeberangan yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perhubungan dan 14 lintas penyeberangan yang II - 14

22 ditetapkan berdasarkan Sk Gubernur. Sedangkan rincian status terdiri dari : 3 lintas Antar Propinsi (AP) dan 67 lintas Dalam Propinsi (DP). Tabel 2.16 Lintas Penyeberangan Bersusidi No. L i n t a s Status Propinsi Penetapan 1. Singkil Pulau Banyak DP NAD KM. Perhubungan 2. Singkil Sinabang DP NAD KM. Perhubungan 3. Padangf Sikakap DP Sumbar KM. Perhubungan 4. Padang Tua Pejat DP Sumbar KM. Perhubungan 5. Padang - Siberut DP Sumbar KM. Perhubungan 6. Sadai Tanjung Ru DP Babel KM. Perhubungan 7. Bengkulu Enggano DP Bengkulu KM. Perhubungan 8. Jepara Karimunjawa DP Jateng KM. Perhubungan 9. Tayan Teraju DP Kalbar KM. Perhubungan 10. Tanjung Harapan Tl. Kalong DP Kalbar KM. Perhubungan 11. Kuala Tebas S. Kuala Tebas DP Kalbar KM. Perhubungan 12. Parit Sarem Sungai Nipah DP Kalbar KM. Perhubungan 13. Bitung - Melonguane DP Sulut KM. Perhubungan 14. Bitung Pananaru DP Sulut KM. Perhubungan 15. Bitung Siau DP Sulut KM. Perhubungan 16. Luwuk Salakan DP Sulteng KM. Perhubungan 17. Salakan Banggai DP Sulteng KM. Perhubungan 18. Gorontalo Wakai Ampana DP Sulteng KM. Perhubungan 19. Kendari Lenggara DP Sultra KM. Perhubungan 20. Bau Bau Dongkala DP Sultra KM. Perhubungan 21. Dongkala Mawasangka DP Sultra KM. Perhubungan 22. Ende Waingapu DP NTT KM. Perhubungan 23. Waingapu Sabu DP NTT KM. Perhubungan 24. Waingapu Aimere DP NTT KM. Perhubungan 25. Larantuka Waiwerang DP NTT KM. Perhubungan 26. Waiwerang Lewoleba DP NTT KM. Perhubungan 27. Lewoleba Baranusa DP NTT KM. Perhubungan 28. Baranusa Kalabahi DP NTT KM. Perhubungan 29. Kupang Lewoleba DP NTT KM. Perhubungan 30. Kupang Ende AP NTT KM. Perhubungan 31. Sape Waikelo AP NTB NTT KM. Perhubungan 32. Balikpapan Taipa AP Kaltim Sulteng KM. Perhubungan 33. Pamatata Patumbukan Jampea Labuhan Bajo DP Sulsel NTT KM. Perhubungan 34. Tolehu Pelauw DP Maluku KM. Perhubungan 35. Pelau Umeputih DP Maluku SK. Gubernur 36. Umeputih Wailey DP Maluku KM. Perhubungan 37. Tolehu Saparua DP Maluku KM. Perhubungan 38. Saparua Nalahia DP Maluku KM. Perhubungan 39. Nalahia Amahai DP Maluku KM. Perhubungan II - 15

23 No. L i n t a s Status Propinsi Penetapan 40. Tual Larat DP Maluku KM. Perhubungan 41. Larat Saumlaki DP Maluku KM. Perhubungan 42. Saumlaki Tepa DP Maluku Utara KM. Perhubungan 43. Tual Dobo DP Maluku Utara KM. Perhubungan 44. Dobo Benjina DP Irjabar SK. Gubernur 45. Tobelo Daruba DP Irjabar SK. Gubernur 46. Tobelo Subaim DP Irjabar SK. Gubernur 47. Sorong Saonek DP Irjabar SK. Gubernur 48. Saonek - Kabarai DP Irjabar SK. Gubernur 49. Sorong - Waigama DP Irjabar SK. Gubernur 50. Sorong Seget DP Irjabar SK. Gubernur 51. Seget Seremuk DP Irjabar SK. Gubernur 52. Seremuk - Konda DP Irjabar SK. Gubernur 53. Konda - Taminabuan DP Papua KM. Perhubungan 54. Taminabuan - Mugim DP Papua KM. Perhubungan 55. Mugim Kais DP Papua KM. Perhubungan 56. Kais Inanwatan DP Papua KM. Perhubungan 57. Inanwatan - Kokoda DP Papua KM. Perhubungan 58. Biak Serui DP Papua SK. Gubernur 59. Serui Waren DP Papua SK. Gubernur 60. Waren Nabire DP Papua SK. Gubernur 61. Biak Numfor DP Papua SK. Gubernur 62. Numfor Manokwari DP Papua KM. Perhubungan 63. Merauke Atsy DP Merauke KM. Perhubungan 64. Atsy Senggo DP Merauke KM. Perhubungan 65. Atsy Asgon DP Merauke KM. Perhubungan 66. Atsy Agats DP Merauke KM. Perhubungan 67. Merauke - Tanah Merah DP Merauke KM. Perhubungan 68. Bade Mur DP Merauke KM. Perhubungan 69. Mur Kepi DP Merauke KM. Perhubungan 70. Teluk Gurita - Kalabahi - Kisar DP NTT KM. Perhubungan Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat b. Perkembangan Jumlah Kapal Penyeberangan Seiring dengan pembangunan pelabuhan sementara di Srengsem (selesai pada tahun 1977), sementara itu dilakukan pengadaan kapal Ro-Ro dari Jepang (KMF Merak (ex Nahagama). Sejak itulah dimulainya sejarah penggunaan kapal penyeberangan Ro-Ro di Indonesia. Selanjutnya dalam perkembangannya mulailah dibangun kapal penyeberangan pada galangan di dalam negeri. Sampai saat ini terdapat 196 unit kapal, yang terdiri dari Kapal Ro-Ro, Kapal LCT, Kapal Cepat dan Bus Air. II - 16

24 Tabel 2.17 Jumlah Kapal SDP yang beroperasi No. Jenis Kapal Jumlah 1. Kapal Ro-Ro Kapal LCT Kapal cepat penumpang Kapal penumpang/bus air 4 Jumlah 196 Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat Tabel 2.18 Jumlah Kapal Penyeberangan yang beroperasi berdasarkan kepemilikan No. Pemilik/operator Jumlah 1. PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Kerja Sama Operasi (KSO) 2 3. Swasta Pemda 2 Jumlah 196 Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat 2. Perkembangan Prasarana LLASDP Dimulai dengan diserahterimakannya pelabuhan Merak dan sebagian pelabuhan Panjang dari Ditjen Perhubungan Laut kepada Ditjen Perhubungan Darat pada tahun 1973, sampai saat ini terus dibangun pelabuhan-pelabuhan penyeberangan, seiring dengan pembukaan dan penetapan lintas penyeberangan baru. Sampai tahun 2008, jumlah pelabuhan penyeberangan yang telah beroperasi sebanyak 175 pelabuhan. Pelabuhan tersebut diselenggarakan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) sebanyak 34 pelabuhan, Dinas Perhubungan sebanyak 77 pelabuhan, UPT Ditjen Perhubungan Darat sebanyak 3 pelabuhan. Dan sisanya sebanyak 61 pelabuhan belum ditetapkan karena masih dalam proses penyelesaian pembangunan. Tabel 2.19 Perkembangan Pelabuhan Penyeberangan No. Penyelenggara Jumlah 1. PT. ASDP Persero Dinas Perhubungan UPT Ditjen Perhubungan Darat 3 4. Dalam Proses Pembangunan 61 Jumlah 175 Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat Tabel 2.20 Pelabuhan Penyeberangan yang dioperasikan oleh PT. ASDP No. Pelabuhan Lintas yang dilayani 1. Bakauheni Merak-Bakauheni 2. Merak Idem 3. Ujung Ujung-Kamal 4. Kamal Idem II - 17

25 5. Ketapang Ketapang-Gilimanuk 6. Gilimanuk Idem 7. Padangbai Padangbai-Lembar 8. Lembar Idem 9. Khayangan Kahayangan-Pototano 10. Pototano Idem 11. Sape Sape Labuhan Bajo 12. Labuhan Bajo Idem 13. Larantuka Larantuka-Kalabahi 14. Rote Kupang-Rote 15. Bolok Kupang-Rote Dsn 16. Telaga Pungkur Telaga Pungkur Tj. Uban No. Pelabuhan Lintas yang dilayani 17. Tj. Uban Idem 18. Batu Licin Batulicin-Tj. Serdang 19. Tj. Serdang Idem 20. Penajam Penajam-Kariangau 21. Bitung Bitung-Ternate 22. Pagimana Pagimana-Gorontalo 23. Mamuju Mamuju-Balikpapan 24. BajoE BajoE-Kolaka 25. Kolaka Idem 26. Bastiong Bastiong-Sidangole 27. Sidangole Idem 28. Rum Bastiong-Rum 29. Pokka Pokka-Galala 30. Galala Idem 31. Hunimua Hunimua-Waipirit 32. Waipirit Idem 33. Namlea Namlea-Negeri Lima 34. Muntok Palembang-Muntok Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat 3. Perkembangan Kinerja Angkutan Penyeberangan a. Perkembangan Produksi Angkutan Penyeberangan Tabel 2.21 Produksi Angkutan Penyeberangan tahun Tahun Penumpang Kend R-4 Kend R-2 Barang (orang) (unit) (unit) (ton) Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat II - 18

26 b. Perkembangan Produksi Angkutan di (5) Lima Lintas Penyeberangan Utama 1) Perkembangan Produksi Angkutan di Lintas Merak Bakauheni Tabel 2.22 Produksi Angkutan Lintas Merak - Bakauheni Tahun Tahun Penumpang Kend R-4 Kend R-2 Barang (orang) (unit) (unit) (ton) ,731,991 2,007,143 62,275 6,418, ,013,180 2,580,568 49,534 6,671, ,546,449 2,152,303 47,786 6,675, ,452,757 2,156,467 58,105 7,239, ,427,604 2,111,991 36,690 7,103, ,875,387 2,468, ,900 8,025, * * Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat 2) Perkembangan Produksi Angkutan di Lintas Ujung - Kamal Tabel 2.23 Produksi Angkutan Lintas Ujung - Kamal Tahun Tahun Penumpang Kend R-2 Barang Kend R-4 (unit) (orang) (unit) (ton) ,414,780 1,553,401 1,731,195 1,494, ,254,319 1,581,618 1,770,023 2,120, ,348,557 1,559,236 1,984,528 2,125, ,022,345 1,667,588 2,408,573 2,320, ,485,178 1,240,757 1,951,909 1,897, ,077,956 1,761,805 2,932,358 2,585, Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat 3) Perkembangan Produksi Angkutan di Lintas Ketapang - Gilimanuk Tabel 2.24 Produksi Angkutan Lintas Ketapang - Gilimanuk Tahun Tahun Penumpang Kend R-4 Kend R-2 Barang (orang) (unit) (unit) (ton) ,782,372 1,145, ,202 3,143, ,073,763 1,261, ,965 4,242, ,725,014 1,446, ,991 3,911, ,748 4,058, ,608,396 1,341, ,694 4,344,737 II - 19

27 Tahun Penumpang Kend R-4 Kend R-2 Barang (orang) (unit) (unit) (ton) ,656,891 1,382, ,751 4,039, * * * * Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat 4) Perkembangan Produksi Angkutan di Lintas Padangbai Lembar Tabel 2.25 Produksi Angkutan Lintas Padangbai - Lembar Tahun Tahun Penumpang Kend R-4 Kend R-2 Barang (orang) (unit) (unit) (ton) , ,816 98, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , * * * * Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat 5) Perkembangan Produksi Angkutan di Lintas Kayangan Pototano Tabel 2.26 Produksi Angkutan Lintas Kayangan - Pototano Tahun Tahun Penumpang Kend R-4 Kend R-2 Barang (orang) (unit) (unit) (ton) , ,587 78, , , ,011 50, , , ,556 69, , ,186 63, , , ,784 55,509 64, , ,694 76, , * * * * Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat II - 20

28 c. Jaringan Pelayanan Jaringan pelayanan transportasi sungai dan danau meliputi jaringan pelayanan angkutan orang dan jaringan pelayanan angkutan barang. Kedua jaringan pelayanan tersebut dapat dilakukan dalam trayek tetap, trayek tidak tetap dan tidak dalam trayek. Tabel 2.27 Jumlah Alur Pelayaran Sungai dan Danau No. Propinsi Sungai Danau Jml Pjg (km) Navigable Jml Luas (km2) 1 NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau S Jambi Sumatera Selatan Lampung Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Irian Jaya Jumlah Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat d. Sarana Tabel 2.28 Jenis dan Karakteristik Kapal Sungai No. Jenis Isi Kotor Kapasitas Angkut Draft Tenaga Kec. (m 3 ) Brg(ton) Penump. (m) (hp) (km/j) 1 Speed Boat < ,60 <200 <40 2 Long Boat <60 0,40-0,60 < Bis Air <200 <10 <200 0,80-1, Klotok <15 <5-0,50-0, Truk Air ,00-1, Barge Steel Hull ,00-1, Barge (tiung) ,00-1, Tug Boat ,80-1,40 < Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat II - 21

29 e. Dermaga Jumlah dermaga sungai dan danau lebih kurang 530 buah, yang terdiri dari beberapa jenis; seperti dermaga kayu, dermaga beton, dermaga ponton dan kombinasi dari kayu dan ponton, kombinasi beton dan ponton. Disamping itu masih banyak terdapat dermaga kecil sebagai tempat singgah. 4. Kegiatan - kegiatan Strategis a) Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Margagiri dan Ketapang Rencana pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Margagiri (Provinsi Banten) dan Ketapang (Provinsi Lampung) dalam rangka mengembangkan lintas penyeberangan alternatif yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, disamping Lintas Penyeberangan Merak Bakauheni yang sudah beroperasi. Pembangunan kedua pelabuhan ini ditawarkan melalui pola kerjasama pemerintah dan pihak swasta (Public Privat Partnership/PPP). Proyek ini telah dimasukkan dalam buku biru yang diterbitkan oleh Bappenas dalam kategory proyek potensial. Saat ini sedang dilakukan proses pelelangan untuk jasa konsultan dalam rangka penyusunan Studi Kelayakan. Kegiatan ini didanai melalui Bantuan ADB dan Proses pelelangan dilaksanakan ole Bappenas. b) Studi Penyusunan Potensi Simpul Transportasi Penyeberangan. Studi ini dimaksudkan untuk menghimpun simpul simpul yang potensial untuk dikembangkan sebagai lintas penyeberangan di Indonesia. Simpulsimpul tersebut dimasukkan dalam sistem informasi berbasis GIS. Studi ini menjadi dasar dalam menetukan kegiatan Pra Kelayakan. c) Studi penyusunan potensi simpul angkutan sungai dan danau di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Studi penyusunan potensi simpul angkutan sungai dan danau di Pulau Sumatera dan Kalimantan dimaksudkan untuk menentukan simpul-simpul yang potensial untuk dibangun dermaga sungai dan danau. Hasil studi ini menjadi dasar dalam pelaksanaan studi Pra Kelayakan pengembangan Dermaga Sungai dan Danau. 5. Permasalahan yang dihadapi a. Pembangunan 1) Kesiapan lahan, masih menjadi kendala pada beberapa lokasi pelabuhan, dimana pemerintah daerah tidak bisa membebaskan lahan dilokasi yang telah direncanakan semula sesuai dengan hasil pekerjaan Pradesain dan desain. Akibatnya dibutuhkan waktu untuk mencari lokasi baru dan revisi desain sesuai dengan lokasi yang baru. Dampak dari permasalahan ini adalah tertundanya pelaksanaan pembangunan. II - 22

30 2) Pelelangan a) Belum jelasnya peraturan pelaksanaan mengenai kontrak tahun jamak (multi year) untuk pekerjaan yang pada kenyataannya secara teknikal tidak mungkin daoat dikerjakan dalam 1 tahun anggaran. Akibatnya untuk pekerjaan lanjutan tetap dilaksanakan pelelangan dan pekerjaan persiapan yang berulang-ulang. Dampak dari permasalahan ini adalah kegiatan pembangunan menjadi tidak efisien dan efektif. Disamping itu menimbulkan permasalahan dalam pertanggungjawaban hasil pekerjaan jika dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa yang berbedabeda. b) Belum jelasnya peraturan pelaksanaan mengenai sistem pelelangan pra kualifikasi atau paska kualifikasi. Khususnya untuk penerapannya di lingkungan Departemen Perhubungan. c) Keterbatasan SDM yang memiliki Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa yang harus dipenuhi oleh seluruh panitia Pengadaan yang mulai diberlakukan sejak tahun ) Keterlambatan Penyelesaian Hal yang sama juga masih sering ditemukan permasalahan keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Keterlambatan ini biasanya disebabkan oleh cuaca/iklim dan keterbatasan ketersediaan peralatan pada suatu daerah. b. Pengoperasian Pelabuhan 1) Kesiapan pemerintah daerah 2) Penyedia SDM dan Organisasi 3) Pemeliharaan dan perawatan 6. Upaya yang dilakukan a. Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang angkutan sungai danau dan penyeberangan diperlukan kesiapan dalam penyediaan lahan, proses dalam pelelangan, kualitas output dan keterlambatan penyelesaian. b. Pengoperasian Pelabuhan 1) Kesiapan pemerintah daerah 2) Penyedia SDM dan Organisasi 2.3. Bidang Transportasi Perkotaan Tingginya pertumbuhan penduduk yang berbanding lurus dengan pertumbuhan kendaraan bermotor dan berbanding terbalik perkembangan jumlah prasarana berupa jalan dan perlengkapannya menyebabkan semakin meningkatnya permasalahan sektor transportasi khususnya sektor transportasi darat. Permasalahan lain selain yang telah terurai tersebut diatas adalah buruknya pelayanan angakutan umum yang ada saat ini juga sangat mempengaruhi tingkat pertumbuhan kepemilikan kendraan pribadi, grafik berikut ini adalah perbandingan II - 23

31 penggunaan kendaraan bermotor berdasarkan jumlah konsumsi bahan bakar yang digunakan masing-masing kendaraan bermotor. Rumah Tangga 14% Komersial 3% Lainnya 9% Industri 18% Mobil Pribadi; 34% Bus; 9% Mobil Angkutan; 32% Transportasi 56% Sepeda Motor; 13% Melihat permasalah tersebut, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat melalui Direktorat Bina Sistem Transportasi telah menyelenggarakan beberapa program untuk mengatasinya, diantaranya adalah dengan Program Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Raya/BRT, dimana program ini bekerjasama antara Pemerintah Pusat dengan pemerintah Daerah dalam bentuk MOU atau kesepakatan bersama untuk membuat pelayanan angkutan umum menjadi lebih baik dari angkutan umum yang ada saat ini, dan bentuk lain adalah membuat program bantuan berupa conventercit kepada angkutan umum taksi guna mengganti dari Bahan Bakar Minya menjadi Bahan Bakar Gas/BBG, dan disiisi lain Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaaan juga telah menyelenggarakan kegiatan penunjang sektor angkutan umum berupa penyediaan perlengkapan jalan baik APIL, atau perlengkapan-perelengkapan prasarana yang lain. 1. Perkembangan Sarana Angkutan Perkotaan Pada tahun 2008 jumlah angkutan umum perkotaan hanya pada angkutan kota dan taksi. Untuk angkutan kota, jumlah yang paling tinggi yaitu pada mobil penumpang umum (MPU) sebesar unit, sedang untuk taksi hanya sebesar unit. Tabel 2.29 Jumlah Angkutan Umum No. Pelayanan Jenis Kendaraan BB BS BK MPU Total 1 Angkutan Kota Taksi Total Sumber : Dit. BSTP. Ditjen Hubdat Kondisi saat ini menunjukan jumlah angkutan umum di Indonesia semakin meningkat namun tingkat pelayanannya dirasakan masih kurang memuaskan. Hal ini disebabkan karena penataan dan perencanaan angkutan umum II - 24

32 diperkotaan tidak seimbang dengan laju pertumbuhan kendaraan dan pertumbuhan prasarana yang ada. Dalam peningkatan pelayanan angkutan umum perkotaan dan untuk mengatasi permasalahan diatas telah diterapkan kebijakan dengan orientasi pada pengembangan angkutan umum dengan strategi : a. Mengembangkan angkutan umum yang mampu menjangkau seluruh kawasan perkotaan dan mampu melayani seluruh lapisan masyarakat yang cepat, tepat, aman, nyaman, murah (CTANM) dan berkelanjutan. b. Menjamin kepastian dan keberlangsungan untuk pelayanan angkutan umum dimasa yang akan datang. 2. Perkembangan Prasarana Angkutan Perkotaan Program yang dilakukan untuk mendukung strategi tersebut adalah: a. Pengembangan Bus Rapid Transit (BRT) 1). Pengadaan 47 Unit Bus Sedang AC untuk sarana BRT yang diberikan kepada Pemerintah Daerah masing-masing 27 unit untuk Kota Manado (No. : SK 3473/UM.303/DRJD/2008 tanggal 16 Desember 2008) dan 20 unit untuk Propinsi DI. Yogyakarta (No. : SK 3475/UM.303/DRJD/2008 tanggal 24 Desember 2008) 2). Pengadaan 40 Unit Bus Ukuran Besar (EURO II Engine) dialokasikan sebanyak 20 Unit untuk Kota Pekanbaru dan 20 Unit Kota Semarang (No. : SK 3286/UM.303/DRJD/2008 tanggal 5 Desember 2008) Bus Bantuan Angkutan Pelajar/Masiswa Kota Manado. Bus BRT Kota Semarang Bus BRT Kota Pakanbaru II - 25

33 Bus Bantuan Angkutan Pelajar/Masiswa Kota Manado Bus BRT Kota Yogyakarta 3). Pengadaan 75 Bus Ukuran Sedang Non AC yang diberikan kepada Pemerintah Kota/Kabupaten/Perguruan Tinggi, sebagaimana SK Dirjen Nomor. SK.3285/UM.303/DRJD/2008 tanggal 05 Desember 2008 yang didistribusikan sebagaimana terdapat dalam tabel berikut ini: Tabel 2.30 Jumlah Pengadaan Bus Ukuran Sedang Non AC untuk Pemerintah Kota/Kabupaten/Perguruan Tinggi NO. PENERIMA LOKASI PERUNTUKAN 1 NAD Kota Langsa 2 Sekolah 2 SUMUT Kota Tebing Tinggi 2 Sekolah Kota Sibolga 2 Sekolah 3 SUMBAR Kab. Pasaman 2 Sekolah Kab. Pesisir Selatan 2 Sekolah Kab. Pasaman Barat 2 Umum 4 SUMSEL Kab. Ogan Ilir (Indralaya) 2 Umum Univ. Sriwijaya 2 Kampus 5 JAMBI Kab. Kerinci 2 Sekolah Kab. Tanjung Jabung Barat 1 Sekolah Kab. Tebo/Muara Tebo 2 Umum 6 LAMPUNG Kab. Lampung Barat 2 Sekolah 7 RIAU 8 BALI Kab. Kampar 2 Sekolah Kota Dumai 2 Umum Kab. Rokan Hilir 2 Umum Univ. Ganesha 1 Kampus II - 26

34 NO. PENERIMA LOKASI PERUNTUKAN 9 JATENG STAIN Purwokerto 1 Kampus 10 JATIM 11 NTB Kab. Pacitan 2 Sekolah UNISKA Kediri 1 Kampus Kab. Lombok Tengah 2 Umum Kab. Sumbawa 2 Umum 12 NTT Kab. Nagekeo 2 Umum 13 KALBAR Kab. Sintang 2 Sekolah 14 KALSEL Kab. Tapin 2 Umum Kab. Tanah Bumbu 2 Umum 15 KALTENG Kab. Lamandau 2 Umum 16 GORONTALO Kab. Bone Bolango 2 Umum Kab. Gorontalo Utara 2 Umum 17 SULUT Kab. Minahasa Selatan 2 Sekolah 18 SULSEL Kab. Luwu Timur 2 Sekolah Kab. Bantaeng 2 Sekolah 19 SULTENG Kab. Morowali 2 Sekolah Kab. Poso 2 Sekolah Kab. Tojo Una-una 2 Umum 20 SULTRA Kab. Buton 2 Umum 21 BENGKULU Kab. Rejang Lebong 2 Umum 22 MALUKU Kab. Seram Bagian Barat 2 Umum 23 IRIAN JAYA BARAT Kab. Teluk Wondama 2 Sekolah 24 PAPUA Kab. Yahukimo 2 Sekolah Univ. Cenderawasih 1 TOTAL 75 II - 27

35 b. Penyusunan draft pedoman Standart Pelayanan Minimal Angkutan Umum. c. Pembangunan Urban Transport Information Center (UTIC). d. Penilaian Kinerja Pelayanan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan e. Pelaksanaan kegiatan konsolidasi penanganan masalah angkutan umum perkotaan tahun f. Penyuluhan Dampak Transportasi Perkotaan di lakukan di 5 Propinsi g. Worshop pemanfaatan bahan bakar nabati di 5 Kota. h. Penyusunan draft pedoman tata cara transportasi sepeda. i. Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan di Wilayah Perkotaan, hal ini dilakukan di Kota Manado, Denpasar, Kupang, Malang dan Jambi j. Sedangkan kegiatan Konsolidasi Penanganan Masalah Transportasi di Wilayah Perkotaan yaitu Penyusunan Pra Studi Kelayakan Angkutan Massal pada Jalan Tol Jabodetabek; dan Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Angkutan Umum Berbasis Jalan di Wilayah Perkotaan. k. Pemantauan Kinerja Identifikasi Fasilitas Angkutan Taksi dilakukan di 10 (sepuluh) wilayah Kota di Indonesia yang meliputi: Kota Aceh, Kota Medan, Kota Batam, Kota Pangkal Pinang, Kota Pekanbaru, Kota Jambi, Kota Padang, Kota Palembang, Kota Bengkulu, dan Kota Bandar Lampung l. Monitoring Kinerja Pelayanan Angkutan dengan Fasilitas Pemadu Moda 4 (empat) wilayah Kota di Indonesia yang meliputi: Kota Aceh, Kota Palembang, Kota Padang dan Kota Surabaya. m. Kajian Teknis Pengoperasian Angkutan Bus Pemadu Moda Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh-NAD n. Sosialisasi Kebijakan Pemadu Moda Transportasi Perkotaan; o. Pemantauan Kinerja Lalu Lintas pada Jalan Nasional di Wilayah Perkotaan yang dilakukan di Kota Cirebon. p. Survey Monitoring Pelayanan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan pada Masa angkutan Lebaran q. Perencanaan Teknis Park And Ride Di Jabodetabek r. Perencanaan Teknis Manajemen dan Rekayasa Lalin Jalan Nasional di Jabodetabek s. Analisis pemanfaatan bahan bakar gas terkait dengan jaringan trayek angkutan umum di Kota Cirebon; t. Evaluasi dampak lalu lintas pada kawasan jalan nasional perkotaan di Kota Yogyakarta. u. Kegiatan konservasi energi yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat pada Tahun 2008 adalah kegiatan tahap ke II yang telah dilakukan, dan kegiatan ini dilakukan pada kegiatan pengadaan Converter Cit sebanyak 820 unit dan dibagikan kepada perusahaan taksi sebanyak 9 perusahaan dengan jumlah 820 unit, melalui No. SK Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: 3145/UM.303/DRJD/2008, tanggal 14 Nopember 2008; v. Penyelenggaraan kegiatan lomba tertib lalu lintas dan angkutan kota tahun 2008, yang meliputi Kegiatan evaluasi dan monotoring terhadap kinerja ruas jalan di kawasan perkotaan, sekaligus lomba tertib lalu litas dan angkutan jalan yang telah dilakukan tahun 2008 yang terbagi dalam klasifikasi kota yaitu : 1). Kota Metropolitan Kota Surabaya (Kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur); Kota Bandung (Provinsi Jawa Barat); Kota Makassar (Provinsi Sulawesi Selatan); Kota Medan (Provinsi Sumatera Utara); Kota Palembang (Provinsi Sumatera Selatan); Kota Semarang (Provinsi Jawa Tengah) II - 28

36 2). Kota Besar Kota Pekanbaru (Kota Pekanbaru, Propinsi Riau); Kota Balikpapan (Provinsi Kalimantan Timur); Kota Bogor (Provinsi Jawa Barat)Kota Denpasar (Provinsi Bali); Kota Malang (Provinsi Jawa Timur); Kota Manado (Provinsi Sulawesi Utara); Kota Padang (Provinsi Sumatera Barat); Kota Samarinda (Provinsi Kalimantan Timur); Kota Surakarta (Provinsi Jawa Tengah); Kota Tasikmalaya (Provinsi Jawa Barat) 3). Kota Sedang Kota Binjai (ProvinsiSumatera Utara); Kota Kuta, Kabupaten Badung (Provinsi Bali); Kota Lumajang (Provinsi Jawa Timur); Kota Madiun (Provinsi Jawa Timur); Kota Mojokerto (Provinsi Jawa Timur); Kota Probolinggo (Provinsi Jawa Timur); Kota Sukabumi (Provinsi Jawa Barat)Kota Tarakan (Provinsi Kalimantan Timur); Kota Watampone, Kabupaten Bone (Provinsi Sulawesi Selatan); Kota Banjarbaru (Provinsi Kalimantan Selatan); Kota Barru, Kabupaten Barru (Provinsi Sulawesi Selatan); Kota Blitar (Provinsi Jawa Timur); Kota Bontang (Provinsi Kalimantan Timur); Kota Bukittinggi (Provinsi Sumatera Barat); Kota Cianjur, Kabupaten Cianjur (Provinsi Jawa Barat); Kota Cimahi (Provinsi Jawa Barat); Kota Cirebon (Provinsi Jawa Barat); Kota Dumai (Provinsi Riau); Kota Jepara, Kabupaten Jepara (Provinsi Jawa Tengah); Kota Palopo (Provinsi Sulawesi Selatan); Kota Parepare (Provinsi Sulawesi Selatan); Kota Payakumbuh (Provinsi Sumatera Barat); Kota Pematang Siantar (Provinsi Sumatera Utara); Kota Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo (Provinsi Jawa Timur); Kota Tanjung Balai (Provinsi Sumatera Utara); Kota Tebing Tinggi (Provinsi Sumatera Utara) 4). Kota Kecil Kota Amlapura, Kabupaten Karang Asem (Provinsi Bali); Kota Ciamis, Kabupaten Ciamis (Provinsi Jawa Barat). Kota Padang Panjang (Provinsi Sumatera Barat); Kota Painan, Kabupaten Pesisir Selatan (Provinsi Sumatera Barat); Kota Semarapura, Kabupaten Klungkung (Provinsi Bali); Kota Sengkang, Kabupaten Wajo (Provinsi Sulawesi Selatan); Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng (Provinsi Bali); Kota Sragen, Kabupaten Sragen (Provinsi Jawa Tengah); Kota Stabat, Kabupaten Langkat (Provinsi Sumatera Utara); Kota Tulungagung (Provinsi Jawa Timur); Kota Balangnipa, Kabupaten Sinjai (Provinsi Sulawesi Selatan); Kota Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (Provinsi Sumatera Selatan); Kota Batu Sangkar, Kabupaten Tanah Datar (Provinsi Sumatera Barat); Kota Gianyar, Kabupaten Gianyar (Provinsi Bali); Kota Klaten, Kabupaten Klaten (Provinsi Jawa Tengah); Kota Kolaka, Kabupaten Kolaka (Provinsi Sulawesi Tenggara); Kota Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman (Provinsi Sumatera Barat); Kota Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul (Provinsi D.I Yogyakarta); Kota Magetan, Kabupaten Magetan (Provinsi Jawa Timur); Kota Mojosari, Kabupaten Mojokerto (Provinsi Jawa Timur); Kota Muara Bungo, Kabupaten Muara Bungo (Provinsi Jambi); Kota Muara Enim, Kabupaten Muara Enim (Provinsi Sumatera Selatan); Kota Pariaman (Provinsi Sumatera Barat); Kota Sibolga (Provinsi Sumatera Utara); Kota Solok (Provinsi Sumatera Barat); Kota Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa (Provinsi Nusa Tenggara Barat); Kota Sungguminasa, Kab.Gowa (Provinsi Sulawesi Selatan); Kota Tomohon (Provinsi Sulawesi Utara); Kota Tuban, Kabupaten Tuban (Provinsi Jawa Timur); Kota Balangnipa, Kabupaten Sinjai (Provinsi Sulawesi Selatan); Kota Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (Provinsi Sumatera Selatan); Kota Gianyar, Kabupaten Gianyar (Provinsi Bali); Kota Batu Sangkar, Kabupaten Tanah Datar (Provinsi Sumatera Barat); II - 29

37 Kota Klaten, Kabupaten Klaten (Provinsi Jawa Tengah); Kota Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman (Provinsi Sumatera Barat); Kota Magetan, Kabupaten Magetan (Provinsi Jawa Timur); Kota Mojosari, Kabupaten Mojokerto (Provinsi Jawa Timur); Kota Tanjung, Kabupaten Tabalong (Provinsi Kalimantan Timur); Kota Bitung (Provinsi Sulawesi Utara); Kota Tomohon (Provinsi Sulawesi Utara); Kota Batu (Provinsi Jawa Timur); Kota Demak (Provinsi Jawa Tengah); Kota Selong, Kabupaten Lombok Timur (Provinsi NTB); Kota Pangkajene, Kabupaten Pangkep (Provinsi Sulawesi Selatan); Kota Ekke, Kabupaten Ende (Provinsi NTT); Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai (Provinsi NTT); Kota Maumere, Kabupaten Sikka (Provinsi NTT); 3. Kinerja Angkutan Perkotaan Untuk kerja pelayanan angkutan perkotaan antara lain : a. Ketepatan waktu pelayanan b. Kepastian akan pelayanan c. Tarif yang ditetapkan terjangkau oleh pengguna jasa angkutan umum d. Tingkat keamanan dan kenyamanan dalam angkutan terjaga 4. Kegiatan-kegiatan Strategis a. Pengembangan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan/BRT Kegiatan pengembangan angkutan umum massal berbasis jalan ini dilakukan sebagai salah satu upaya peningkatan pelayanan angkutan umum wilayah perkotaan, kegiatan ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam bentuk Kesepakatan Kerjasama/MOU yang masingmasing instansi telah menyepakati kewajiban masing-masing dalam pelaksanaan kegiatan ini. Beberapa Pemda yang telah melaksanakan program BRT pada tahun 2008 antara lain : Kota Manado, Kota Pekanbaru, Kota Semarang dan Kota Yogyakarta. b. Program bantuan fasiltias penunjang BRT yang meliputi halte dan sistem tiketing pada Kota Pekanbaru, Kota Semarang, Kota Manado dan Kota Bogor c. Program bantuan angkutan sekolah/pelajar dan mahasiswa d. Program bantuan konversi Bahan Bakar Minyak ke Bahan Bakar Gas, berupa Coverterkit yang diberikan kepada angkutan umum taksi e. Pengembangan ATCS (Sistem APILL Terkoordinasi), meliputi : Kota Bukittinggi, Kota Pontianak, Kota Manado dan Kota Balipapan 5. Permasalahan yang dihadapi a. Masih kurangnya pedoman/panduan tentang penyelenggaraan transportasi perkotaan; b. Kurangnya pemahaman terhadap penyelenggaraan transportasi perkotaan; c. Kemacetan lalu lintas; d. Pelayanan angkutan umum belum memadai; e. Pencemaran udara akibat kendaraan bermotor. 6. Upaya yang dilakukan Dari hambatan-hambatan di atas maka untuk menanggulanginya dilakukan berbagai upaya antara lain : Penyelenggaraan kegiatan konsolidasi kepada Pemerintah Daerah tingkat Propinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota guna mengetahui perkembangan serta permasalahan transportasi yang terjadi pada masing-masing Kota/Kabupaten lebih mendalam dan mensosialisasikan visi dam misi dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dalam pengambangan trasportasi yang lebih baik. II - 30

38 2.4. Bidang Keselamatan Transportasi Darat Meningkatnya pertumbuhan penduduk serta meningkatnya kebutuhan akan pergerakan serta pelayanan jasa transportasi di satu sisi membutuhkan dukungan kinerja sarana dan prasarana yang efektif dan efisien guna mengantisipasi meningkatnya dampak kecelakaan lalu lintas. Pertumbuhan kepemilikan kendaraan terutama setelah dipicu oleh pertumbuhan sepeda motor yang mencapai 7% pertahun memperlihatkan bagaimana kondisi prasarana jalan yang pertumbuhannya relatif kecil tidak dapat mengantisipasi pergerakan lalu lintas di atasnya. Kondisi ini juga dapat diperlihatkan oleh perbandingan luas prasarana jalan dengan luas perkotaan di Indonesia yang masih jauh dari memadai, dimana perbandingan luas jalan yang ideal seharusnya mencapai 15%-20% dari luas total kotanya. Secara kualitas prasarana jalan kita juga masih jauh dari harapan terutama dikaitkan dengan masih tingginya angka kecelakaan lalu lintas di ruas-ruas jalan kita. Berdasarkan data Kepolisian Negara RI, menunjukkan bahwa angka korban meninggal dunia setiap tahunnya lebih dari orang akibat kecelakaan lalu-lintas serta lebih dari orang mengalami luka-luka, baik luka berat maupun luka ringan. Secara ekonomi, kerugian akibat kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh negara mencapai Rp triliun (US$ 3,5 billions). 1. Data Kecelakaan Transportasi Jalan a. Jumlah Kendaraan Bermotor Tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia mencapai 14,80 %. Selama lima tahun terakhir, tingkat pertumbuhan ini didominasi oleh Mobil Truk yaitu sebesar 18,30%. Jika dilihat dari jumlah kendaraan bermotor Pada Tahun 2008, yang paling besar adalah sepeda motor sebesar kendaraan atau sekitar 71% dari total kendaraan bermotor, dengan tingkat pertumbuhan sekitar 15,94%. Tabel 2.31 Data Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun No. U r a i a n Satuan * Pertumb. Rata2 (%) 1 Mobil Penumpang Unit ,67 2 B u s Unit ,24 3 Mobil Truk Unit ,30 4 Sepeda Motor Unit ,94 Jumlah ,80 Sumber : * Angka Prediksi II - 31

39 Mobil Penumpang B u s Mobil Truk Sepeda Motor b. Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Jumlah kecelakaan lalu lintas jalan mengalami peningkatan, jika dirata-rata tingkat pertumbuhannya 96,02% tiap tahun. Pertumbuhan yang besar terjadi pada tahun Pada tahun 2008 indek fatalitas (meninggal per kecelakaan) sebesar 33,96%, ini berarti bahwa setiap 100 kecelakaan menimbulkan sekitar 34 orang meninggal dunia. Rata-rata pertumbuhan indeks fatalitas selama lima tahun tekahir sebesar 1,63% per tahun. Tabel 2.32 Kecelakaan Lalu Lintas Tahun No. U r a i a n Satuan * Pertumb. Rata2 (%) 1 Kecelakaan Kecelakaan ,02 2 Kendaraan yang terlibat Unit ,76 3 Korban Laka Org ,67 - Meninggal Dunia Org ,69 - Luka Berat Org ,93 - Luka Ringan Org ,65 4 Kerugian (Milyar Rupiah) Rp 53,05 51,56 81,85 103,29 123,01 25,31 Sumber : * Angka Prediksi Jika dilihat dari jenis kendaraan yang terlibat, dalam lima tahun terakhir sepeda motor merupakan jenis yang paling banyak terlibat dalam kecelakaan. Pada tahun 2008 saja sebesar kendaraan dari kendaraan atau sekitar 73,2%. II - 32

40 Sumber : * Angka Prediksi Tabel 2.33 Korban Kecelakaan berdasar Jenis Kendaraan yang Terlibat Tahun No. U r a i a n Satuan * 1 Mobil penumpang unit ,01 2 Mobil beban unit ,60 3 Mobil bus unit ,29 4 Sepeda motor unit ,15 Jumlah ,76 Pertumb. Rata2 (%) Korban kecelakaan jika dilihat dari tingkat pendidikannya yang paling banyak adalah berpendidikan SMA atau sederajat. Pada tahun 2008 sebesar orang atau sekitar 58,7 % dari total korban yang ada. Setiap tahun mengalami peningkatan sebesar 85,82% untuk tingkat SMA. Keadaan seperti ini memerlukan suatu langkah dalam peningkatan kesadaran akan pentingnya keselamatan. Tabel 2.34 Korban Kecelakaan berdasar Tingkat Pendidikan Korban Tahun No. U r a i a n Satuan Perguruan Tinggi Org ,11 S J u m l a h Org ,77 u Sumber : * Angka Prediksi 2008 * Pertumb. Rata2 (%) 1 SD Org ,36 2 SMP Org ,55 3 SMA Org ,82 II - 33

41 60,000 40,000 20, Sekolah Dasar/Elementary School Sekolah Menengah Pertama/Yunior High School Jika ditinjau dari usia korban, maka pada usia produktif pada tahun 2008 sebesar 96,2 % dari total korban. Tabel 2.35 Korban Kecelakaan berdasar Usia Korban Tahun No. U r a i a n Satuan * Pertumb. Rata2 (%) Org , Org , Org , Org , Org , Org ,17 J u m l a h ,65 Sumber : * Angka Prediksi 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, II - 34

42 2. Kegiatan Keselamatan Transportasi Jalan a. Pekan Keselamatan Transportasi Jalan Kegiatan Pekan Keselamatan Transportasi Jalan tahun 2008 mengambil tema Keselamatan Jalan Tanggung Jawab Kita Semua yang peresmiannya dilakukan di Monas pada tanggal 9 April 2008, salah satu hasil dari kegiatan ini adalah intruksi Wakil Presiden mengenai enam prioritas kerja, yaitu : 1). Membentuk institusi keselamatan transportasi jalan sebagai wadah koordinasi antar instansi untuk mewujudkan keselamatan transportasi jalan; 2). Merumuskan cetak biru keselamatan transportasi jalan untuk semua instansi terkait; 3). Membangun sistem informasi keselamatan transportasi jalan; 4). Merumuskan sumber pendanaan yang dapat membiayai program keselamatan secara berkelanjutan; 5). Melakukan pendidikan berlalu lintas sejak dini; 6). Melakukan sosialisasi yang berkaitan dengan perilaku berlalu lintas baik terkait hukum maupun dan etika berlalu lintas. b. GRSP ASEAN Road Safety di Hyatt, Yogyakarta Kegiatan ini diadakan pada tanggal 3 s/d 4 November 2008 yang dihadiri oleh negara-negara anggota ASEAN, kegiatan ini bertujuan untuk : 1) membahas perkembangan keselamatan jalan di negara-negara ASEAN; 2) mengembangkan rencana kerja(action Plan) keselamatan jalan; 3) mengembangkan jaringan kerjasama untuk membagi informasi, pengetahuan dan pengalaman di bidang keselamatan jalan c. Zona Selamat Sekolah (ZoSS) Untuk mengurangi kejadian kecelakaan yang melibatkan anak sekolah dasar telah dilakukan pembangunan fisik ZoSS pada 4 lokasi yaitu Bintan, Batam, Jambi, Solok. d. Sosialisasi Keselamatan Melalui Media Cetak bertujuan untuk mensosialisasikan program keselamatan transportasi. Sasaran yang dituju dalam kegiatan ini adalah masyakarat dan para Stakeholder. e. Pembuatan dan Penayangan Filler Keselamatan melalui Media Elektronik. bertujuan untuk mensosialisasikan program keselamatan dalam rangka meningkatkan keselamatan transportasi. Sasaran yang dituju dalam kegiatan ini adalah masyarakat seluruh Indonesia. f. Sosialisasi dan Evaluasi Keselamatan Masa angkutan Lebaran. bertujuan untuk meningkatkan keselamatan masyarakat khususnya yang sedang melakukan perjalanan mudik selama masa angkutan lebaran. Sasaran yang dituju dalam kegiatan ini adalah masyarakat yang sedang mudik lebaran. Pada tahun 2008 telah dilakukan sosialisasi pada 7 Propinsi. g. Monitoring Pelaksanaan ZoSS bertujuan untuk memonitor pelaksanaan Zona Selamat Sekolah di sekolahsekolah dalam rangka meningkatkan keselamatan transportasi. Sasaran yang II - 35

43 dituju dalam kegiatan ini adalah Sekolah yang telah dibangun Zona Selamat Sekolah. Pada tahun 2008 telah dilakukan sosialisasi pada 4 Propinsi. h. Workshop Sosialisasi Keselamatan bertujuan untuk mensosialisasikan program keselamatan transportasi. Sasaran yang dituju dalam kegiatan ini adalah para Stakeholder yang terkait di daerah. Pada tahun 2008 telah dilakukan sosialisasi pada 3 Propinsi. i. Semiloka Manajemen Keselamatan bertujuan untuk mensosialisasikan program keselamatan transportasi dalam rangka mengurangi kecelakaan di Indonesia. Sasaran yang dituju dalam kegiatan ini adalah para Stakeholder yang terkait di daerah. Pada tahun 2008 telah dilakukan semiloka pada 2 Propinsi. j. Unit Penelitian Kecelakaan Terus dilakukan kegiatan untuk mendorong terbentuknya Unit Penelitian Kecelakaan (UPK) di tingkat propinsi atau di tingkat kabupaten/kota. Untuk tahun 2008 sudah terbentuk 21 UPK tingkat propinsi dan 2 UPK tingkat kabupaten/kota. k. Pelaksanaan Diklat Penanganan kecelakaan lalu lintas jalan di daerah bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bidang investigator kecelakaan transportasi jalan. Sasaran yang dituju dalam kegiatan ini adalah pegawai atau pejabat Dinas Perhubungan atau LLAJ yang ada di daerah. Pada tahun 2008 telah dilaksanakan Diklat penanganan kecelakaan lalu lintas jalan di 3 daerah, yaitu : 1) TOT Investigasi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan di Kota Kupang, NTT 2) TOT Investigasi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan di Kota Denpasar, Bali 3) TOT Investigasi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. l. Pelaksanaan Diklat Audit Keselamatan Jalan mempunyai tujuan meningkatkan SDM bidang audit keselamatan jalan. Sasaran yang dituju adalah pejabat atau pegawai dinas perhubungan atau LLAJ di daerah. Kota yang sudah diadakan pelatihan audit keselamatan pada tahun 2008 adalah sebagai berikut: 1) TOT Audit Keselamatan Jalan di Kota Medan, propinsi Sumatera Utara; 2) Kota Manado, propinsi Sulawesi Utara 3) Kota Bandung, propinsi Jawa Barat; m. Diklat TOT Pengemudi Angkutan Umum mempunyai tujuan meningkatkan Pelatih /Pengajar dalam rangkan menambah Pengetahuan bagi Pengemudi angkutan Umum tentang Keselamatan Transportasi. Sasaran yang dituju adalah pejabat atau pegawai dinas perhubungan atau LLAJ di daerah. Kota yang sudah diadakan pelatihan audit keselamatan pada tahun 2008 adalah sebagai berikut Kota Semarang, propinsi Jawa Tengah; n. Pemilihan Awak Kendaraan Umum Teladan (AKUT) Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 s/d 17 September 2008 di Lembaga Administrasi Negara, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan II - 36

44 penghargaan kepada pengemudi angkutan umum sehingga dapat turut meningkatkan keselamatan transportasi jalan, diikuti oleh 58 peserta dari 29 propinsi. o. Pelatihan Pengemudi Angkutan Umum (Peningkatan Kualitas Mental dan Disiplin Angkutan Umum) Merupakan upaya pembinaan kepada para pengemudi angkutan umum agar lebih meningkatkan kinerja dan komitmen untuk meningkatkan keselamatan dijalan melalui pemahaman terhadap peran pentingnya dalam sub sistem transportasi darat dengan memberi substansi/materi aspek pengetahuan, teknis, dan perilaku (attitude). 1) Peningkatan Kualitas Mental dan Disiplin Pengemudi AKAP/AKDP, diikuti oleh 39 peserta dengan jumlah angkatan sebanyak 1 angkatan (angkatan XXIV) 2) Peningkatan Kualitas Mental dan Disiplin Pengemudi B3, diikuti oleh 40 peserta dengan jumlah angkatan sebanyak 1 angkatan (angkatan IV) 3) Peningkatan Kualitas Mental dan Disiplin Pengemudi Taksi Bandara Soekarno-Hatta, diikuti oleh 40 peserta dengan jumlah angkatan sebanyak 1 angkatan (angkatan IV). p. Pelaksanaan investigasi kecelakaan jalan. Telah dilakukan investigasi kecelakaan jalan sebanyak 9 kali. 1) Peristiwa Kecelakaan di Ruas Jalan Raya Brondong - Palang KM SBY , Kec. Brondong, Kab. Lamongan, Prop. Jawa Timur, sekitar pukul WIB; 2) Peristiwa Kecelakaan di Ruas Jalan Prapatan, Kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat sekitar pukul WIB; 3) Peristiwa Kecelakaan Jalan Raya Lintas Timur Km.3,5, Kecamatan Karang Tanjung, Kab. Pandeglang, Propinsi Banten; 4) Peristiwa Kecelakaan di Ruas Jalan Dewi Sartika di dekat Toko mebel Sejati, Rt.05/09, Desa Temas, Kecamatan Batu, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur sekitar pukul WIB; 5) Peristiwa Kecelakaan di Ruas Jalan Raya Cugenang Tikungan Tapal Kuda Cijedil, Kab.Cianjur, Prop. Jawa Barat; 6) Peristiwa Kecelakaan Kandas di Perairan Pulau Dua pada alur masuk Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni; 7) Peristiwa Kecelakaan di Ruas Jalan kampung Jurusan Benteng Jawa kampung Bea lalang, Desa Compang Mekar, Kampung Bea lalang, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur, Propinsi NTT, sekitar pukul WIB; 8) Peristiwa Kecelakaan di Ruas Jalan Lintas Sumatera KM , Desa Ogan Lima, Kecamatan Abung Barat, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung sekitar pukul WIB; 9) Peristiwa Kecelakaan di Ruas Jalan Lintas barat Pulau Sumatera, Kec. Lemong, Kab. Lampung Barat, Prov. Lampung pada tanggal 19 desember 2008 pukul WIB. 3. Permasalahan yang dihadapi a. Susahnya koordinasi dengan pihak lain terutama untuk kegiatan yang melibatkan pihak di luar Departemen Perhubungan, misalnya kegiatan II - 37

45 analisis data kecelakaan yang bersumber datanya dari pihak Kepolisian Republik Indonesia,investigasi kecelakaan yang sering bersinggungan dengan pihak Kepolisian, audit jalan dan sebagainya. b. Kurangnya sumber daya manusia yang menjadikan faktor kurang maksimalnya pelaksanaan program keselamatan transportasi jalan. c. Adanya kegiatan yang tidak terlaksana seperti : pembuatan buletin keselamatan transportasi darat, biaya operasi dan perawatan VMS, dan biaya operasi dan penunjang studio mini dikarenakan tidak adanya peminat lelang dan justifikasi perubahan kegiatan yang tidak disetujui. 4. Upaya yang dilakukan a. Membentuk institusi keselamatan transortasi jalan sebagai wadah koordinasi antar instansi untuk mewujudkan keselamatan transportasi jalan b. Dengan mengadakan pelatihan-pelatihan antara lain : 1). Workshop sosialisasi keselamatan dan semiloka keselamatan 2). Unit penelitian kecelakaan 3). Pelaksanaan diklat penanganan kecelakaan lalu lintas jalan di daerah 4). Diklat audit keselamatan jalan 5). Diklat TOT pengemudi angkutan umum 6). Pelatihan pengemudi AKAP/AKDP, Taksi Bandara dan B3 7). Pemilihan Awak Kendaraan Umum Teladan (AKUT) c. Dengan melakukan berbagai langkah koordinasi dengan berbagai instansi pemerintah terkait untuk mensinergikan dan mengharmoniskan berbagai kebijakan yang terkait dengan kinerja keselamatan transportasi darat Permasalahan 1. Bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan Transportasi jalan merupakan moda transportasi utama yang berperan penting dalam mendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam pangsa angkutan dibandingkan moda lain. Oleh karena itu, visi transportasi jalan adalah sebagai penunjang, penggerak dan pendorong pembangunan nasional serta berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Misi transportasi jalan adalah untuk mewujudkan sistem transportasi jalan yang andal, berkemampuan tinggi dalam pembangunan serta meningkatkan mobilitas manusia dan barang, guna mendukung pengembangan wilayah untuk mewujudkan wawasan nusantara. Namun dalam pelaksanaan untuk mencapai dan menciptakan visi dan misi transportas jalan yang sesuai harapan masih sangat sulit dikarenakan banyaknya permasalahan yang terjadi. Adapun permasalahan yang terjadi, adalah sebagai berikut : a. Rendahnya kondisi pelayanan prasarana jalan akibat kerusakan di jalan; belum terpadunya pembangunan prasarana jalan dengan sistem jaringan transportasi jalan, penataan kelas jalan dan terminal serta pola pelayanan distribusi angkutan jalan, antarkota, perkotaan dan perdesaan. II - 38

46 b. Masih tingginya kerusakan jalan akibat pelanggaran muatan lebih di jalan yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi akibat dari : 1) Pengawasan melalui jembatan timbang belum optimal karena keterbatasan fisik/peralatan, SDM dan sistem manajemen; 2) Terdapat pergeseran fungsi jembatan timbang yang cenderung untuk menambah PAD (pendapatan asli daerah) bukan sebagai alat pengawasan muatan lebih; c. Kondisi kualitas dan kuantitas sarana dan pelayanan angkutan umum yang masih terbatas, walaupun setiap tahun terjadi peningkatan ijin trayek angkutan umum (ijin trayek angkutan bus antarkota antarprovinsi), namun tingkat kelaikan armada umumnya masih rendah. d. Masih tingginya jumlah dan fatalitas kecelakaan akibat: disiplin pengguna jalan, rendahnya tingkat kelaikan armada; rambu dan fasilitas keselamatan di jalan; law enforcement peraturan lalu lintas dan pendidikan berlalu lintas. e. Masalah mobilitas, terutama rendahnya kelancaran distribusi angkutan jalan, akibat 1) terbatasnya perkembangan kapasitas prasarana jalan dibandingkan dengan perkembangan armada di jalan; 2) Kondisi sarana jalan yang rata-rata semakin menurun pelayanannya; 3) Optimalisasi penggunaan kapasitas jalan yang masih rendah, serta banyaknya daerah rawan kemacetan akibat penggunaan badan dan daerah milik jalan untuk kegiatan sosial ekonomi, pasar, parkir, dsb; 4) Sistem manajemen lalu lintas yang belum optimal; 5) Penataan jaringan transportasi jalan, penetapan kelas jalan dan pengaturan sistem terminal. f. Masalah keterjangkauan dan pemerataan pelayanan transportasi jalan; banyaknya pungutan dan retribusi di jalan yang membuat biaya angkut di jalan belum efisien; g. Masalah peraturan dan kelembagaan, terutama: 1) Belum mantapnya tatanan transportasi nasional dan wilayah; 2) Masalah pendidikan dan law enforcement peraturan yang belum efektif dilihat dari tingginya jumlah pelanggaran lalu lintas di jalan. Pelanggaran lalu lintas dibedakan menjadi pelanggaran batas muatan, perlengkapan kendaraan, kelengkapan surat, dan pelanggaran rambu jalan. Masalah disiplin berlalu lintas juga merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas; 3) Belum optimalnya peran swasta dan BUMN dalam investasi/penyelenggaraan LLAJ. Sebagian besar pelayanan angkutan umum memang sudah menjadi domain swasta, peran BUMN belum diperjelas apakah hanya untuk penugasan pelayanan di lintas yang kurang komersial (angkutan perintis dan perbatasan untuk Perum Damri); sedangkan peran Perum PPD dalam sistem transportasi umum di Jakarta semakin kecil, karena semenjak desentralisasi, transportasi perkotaan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah; II - 39

47 4) Kebijakan tarif dan subsidi melalui berbagai pungutan dan road pricing yang belum tepat sasaran. 5) Masih terbatasnya pengembangan SDM di bidang LLAJ baik di tingkat regulator maupun operator, pembinaan usaha angkutan serta pengembangan teknologi sarana dan prasarana LLAJ yang lebih efisien dan ramah lingkungan. 6) Masih tingginya dampak lingkungan (polusi udara dan polusi suara) akibat kemacetan dan masih dominannya penggunaan lalu lintas kendaraan pribadi di jalan, terutama di wilayah perkotaan. 7) Rendahnya kualitas dan kuantitas angkutan umum terutama transportasi perkotaan akibat belum berkembangnya keterpaduan rencana tata ruang dan transportasi perkotaan, kesadaran dan kemampuan pemerintah daerah dalam perencanaan dan pengelolaan transportasi, rendahnya disiplin masyarakat pengguna, profesionalitas aparat dan operator transportasi, tingginya tingkat kemacetan lalu lintas pada jam sibuk, serta rendahnya kualitas pelayanan transportasi umum. 2. Bidang Lalu Lintas Angkutan Penyeberangan a. Masih terbatasnya jumlah prasarana dan sarana penyeberangan dibanding kebutuhan berdasarkan kondisi geografis dan jumlah pulau di Indonesia (sekitar pulau). Berdasarkan jumlah lintas penyeberangan yang ditetapkan oleh Departemen Perhubungan, saat ini baru ditetapkan sebanyak 172 lintas, tetapi yang baru beroperasi adalah 130 lintas; Pemanfaatan sungai, kanal dan danau untuk kebutuhan transportasi rakyat/lokal/kota masih rendah serta kurangnya pemanfaatan potensi untuk mendukung transportasi pariwisata dan pengembangan wilayah. Kelembagaan, peraturan serta SDM dan pendanaan dalam sistem pelestarian dan pemeliharaan alur transportasi sungai dan kanal yang perlu dikoordinasikan dengan penanganan masalah lingkungan, pengembangan pariwisata, budaya masyarakat dan tata ruang wilayah. b. Masih terbatasnya sarana yang tersedia dan kondisi sarana perintis ASDP yang telah berumur tua. c. Masih kurangnya keterpaduan pembangunan jaringan transportasi SDP dengan rencana pengembangan wilayah serta lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam sistem pengembangan prasarana dan sarana ASDP dalam era otonomi. d. Terbatasnya keterjangkauan pelayanan Angkutan SDP dalam melayani kebutuhan angkutan antarpulau dan wilayah terpencil. e. Peran serta swasta dan Pemda belum optimal dalam penyelenggaraan ASDP, baik dalam investasi pembangunan, operasi dan pemeliharaan, serta penyelenggaraan angkutan perintis. Peran BUMN (PT ASDP) masih terbatas dalam penyelenggaraan (operator) prasarana dan sarana ASDP, terutama dalam pengoperasian kapal perintis dan penggusahaan beberapa lintas/dermaga penyeberangan. Pemerintah pusat masih dominan dalam pembiayaan pembangunan sarana dan prasarana ASDP. Oleh sebab itu, diperlukan deregulasi dan restrukturisasi agar peran pemerintah daerah lebih optimal, serta peningkatan II - 40

48 peran BUMN dan swasta lebih didorong. Dalam penyelenggaraan transportasi sungai dan danau, peran swasta dan masyarakat lebih berkembang, sebagai owner dan operator prasarana dan sarana angkutan masyarakat. Peran BUMN hanya terbatas pada beberapa lintas penyeberangan sungai dan danau di Kalimantan dan Sumatera. Peran pemerintah sebagai regulator, pemerintah daerah sebagai penyedia prasarana dan sarana sungai untuk keperluan publik. f. Dalam penyelenggaraan angkutan penyeberangan, peran BUMN (PT ASDP) masih terbatas sebagai operator penyelenggaraan prasarana penyeberangan sekaligus juga sebagai operator sarana. Operator prasarana lain adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT/Pemda), dan operator sarana lain adalah swasta atau KSO swasta dan PT ASDP. Penyediaan prasarana dan sarana ASDP untuk BUMN umumnya masih dibiayai dari APBN (pemerintah pusat); peran Pemda masih terbatas dalam penyediaan sarana dan prasarana ASDP. II - 41

49 3.1 Pelaksanaan Tahun Anggaran 2005 Kinerja pembangunan adalah program kerja yang berorientasi pada pembangunan fisik, yang didanai oleh DIPA. Jumlah proyek yang didanai dengan APBN dilingkungan Ditjen Perhubungan Darat sebanyak 89 proyek dengan pagu dana sebesar Rp dengan rincian masing-masing program sebagai berikut : Tabel 3.1 Pendanaan Kegiatan di lingkungan Sub Sektor Transportasi Darat Tahun Anggaran 2005 No Program Jumlah Pagu DIP Proyek (Rp.) 1. Pengembangan Fasilitas LLAJ Pengembangan Angkutan SDP Kantor Pusat dan UPT Jumlah Sumber : Setditjen Perhubungan Darat Adapun uraian singkat kegiatan DIP Rupiah tahun anggaran 2005 dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 1. Bidang Angkutan Jalan Sebagai kelanjutan pelaksanaan program pembangunan, maka pada tahun anggaran 2005 diprogramkan pengadaan fasilitas keselamatan berupa pengadaan dan, marka jalan sepanjang meter, pagar pengaman jalan sepanjang m pemasangan rambu lalu lintas sebanyak buah, traffic light 2 buah, lampu penerang jalan 40 buah, 3 unit peralatan PKB, Pengadaan dan pemasangan Gas Analizer ( 1 Paket ), pembangunan terminal ( 3 lokasi ), rehabilitasi terminal ( 5 lokasi ) serta pelaksanaan Manajemen Rekayasa Lalin ( 2 paket ). Guna menunjang keperintisan diprogramkan pengadaan pengadaan bus ukuran sedang Perintis/Bus Kota/Mahasiswa sebanyak 86 unit, dan subsidi operasi angkutan perintis di 101 trayek. III - 1

50 2. Bidang Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan Tahun anggaran 2005 dilaksanakan pembangunan dermaga penyeberangan sebanyak 48 paket, pembangunan breakwater 2 paket, peningkatan pelabuhan penyeberangan 7 paket, rehabilitasi pelabuhan penyebrangan 12 paket, pembangunan dermaga sungai/danau 8 paket, dan 8 paket studi. 3. Bantuan Luar Negeri Proyek Bantuan Luar Negeri (BLN) yang seang berjalan (On Going) pada tahun 2005 sebanyak 3 proyek terdiri dari : a. Bidang Angkutan Jalan Program pengembangan fasilitas LLAJ terdiri dari 2 proyek. Secara singkat umum gambaran data base di lingkungan LLAJ adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Nilai Loan Program Pengembangan LLAJ No. Proyek No./Nama Loan 1 Sumatra Region Road Project (SRRP) 2 Road Rehabilitation (Sector) Project 4037-IND IBRD 1798/INO ADB NILAI LOAN (ribu) USD 4.078,77 USD 5.400,00 USD 9.478,77 Ket. Proyek Iinduk di Kimpraswil dengan Total Loan USD ,00 yang telah berakhir per 31 Desember 2005 Proyek Iinduk di Kimpraswil dengan Total Loan USD ,00 b. Bidang Angkutan Sungai Danau & Penyeberangan Program peningkatan angkutan sungai, danau dan penyeberangan terdiri dari 1 proyek. Secara umum gambaran data base proyek di lingkungan LLASDP sebagai berikut : Tabel 3.3 Nilai Loan Program Pengembangan LLASDP No. Proyek No./Nama NILAI LOAN Ket. Loan (ribu) 1 Pembangunan Dermaga Penyeberangan Bajo E - Kolaka dan Palembang - Muntok Ferry Terminal IP-446 JBIC Telah selesai 28 Juni 2005 III - 2

51 Development Project : USD , Pelaksanaan Tahun Anggaran 2006 Kinerja pembangunan adalah program kerja yang berorientasi pada pembangunan fisik, yang didanai oleh DIPA. Jumlah proyek yang didanai dengan APBN dilingkungan Ditjen Perhubungan Darat sebanyak 92 Satuan Kerja (Satker) dengan pagu dana sebesar Rp ,- dengan rincian masing-masing program sebagai berikut : Tabel 3.4 Pendanaan Kegiatan di lingkungan Sub Sektor Transportasi Darat Tahun Anggaran 2006 No Program Jumlah Pagu DIP Satker (Rp.) 1. Pengembangan Fasilitas LLAJ Pengembangan Angkutan SDP Kantor Pusat dan UPT Jumlah Sumber : Setditjen Perhubungan Darat Adapun uraian singkat kegiatan DIP Rupiah tahun anggaran 2006 dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 1. Bidang Angkutan Jalan Tabel 3.5 Program dan Realisasi Pembangunan Angkutan Jalan No PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM REALISASI UNIT 1. Pembangunan Fasilitas dan Keselamatan LLAJ a. Pengadaan dan pemasangan Marka Jalan b. Pengadaan dan pemasangan Guardrail c. Pengadaan dan pemasangan Rambu Lalu Lintas d. Pengadaan dan pemasangan Traffic Light e. Pengadaan dan pemasangan Warning Light f. Pengadaan & Pemas Paku Marka g. Delineator h. RPPJ i. Lampu Penerangan Jalan j. Pengadaan dan Pemasangan Alat PKB m 1 m 1 Buah Buah Unit Unit Buah Buah Buah Unit 2. Rehab Jembatan Timbang 1 1 Lokasi III - 3

52 No PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM REALISASI UNIT 3. Pembangunan Terminal Penumpang 1 1 Lokasi 4. Rehab Terminal 1 1 Lokasi 5. Manajemen & Rekayasa Lalu Lintas 2 2 Paket 6. Pembangunan terminal (Baru : Sumsel; Lanjutan : 4 4 Lokasi Jabar; Kalbar; NTT) 7. Pengadaan Uji Tipe Khusus Sepeda Motor 1 1 Paket 8. Pembangunan gedung Uji Tipe Khusus Sepeda 1 1 Paket Motor 9. Sosialisasi Keselamatan LLAJ Paket 10. Subsidi Operasional Bus Perintis Trayek 11 Pengadaan Bus a. Sedang (Kota/Mahasiswa/Pelajar) b. Sedang Perintis (Inpres No.6 Thn 2003) Unit Unit c. Bus Besar Unit d. Bus Perintis Unit 12. Perbaikan DRK di perlintasan sebidang 4 2 Lokasi 13 Pemasangan Fasilitas Keselamatan Perlintasan Lokasi Sebidang 14. Pengadaan dan pemasangan Fasilitas ZoSS Lokasi Sumber : Dit. LLAJ. Ditjen Hubdat 2. Bidang Angkutan Sungai Danau & Penyebarangan Tabel 3.6 Program dan Realisasi Pembangunan LLASDP No PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM REALISASI UNIT 1. Pembangunan Dermaga Sungai & Danau a. Sungai b. Danau 2. Pembangunan Dermaga Penyeberangan a. Baru b. Lanjutan c. Selesai 3. Rehabilitasi/Peningkatan Dermaga SDP a. Sungai b. Danau c. Penyeberangan 4. Pembangunan Kapal Penyeberangan a. Baru b. Lanjutan c. Rehabilitasi Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit 5. Rehabilitasi Kapal 3 3 Unit 6. Pembangunan Speed Boat 6 6 Unit 7. Rambu Suar 7 7 Unit 8. Subsidi Angkutan Penyeberangan Perintis a. Dalam Propinsi b. Antar Propinsi Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat Lintas Lintas III - 4

53 3.3 Pelaksanaan Tahun Anggaran 2007 Kinerja pembangunan adalah program kerja yang berorientasi pada pembangunan fisik, yang didanai oleh DIPA. Jumlah proyek yang didanai dengan APBN di lingkungan Ditjen Perhubungan Darat sebanyak 97 proyek dengan pagu dana sebesar Rp ,- dengan rincian masing-masing program sebagai berikut : Tabel 3.7 Pendanaan Kegiatan di lingkungan Sub Sektor Transportasi Darat Tahun Anggaran 2007 No. Program Jumlah Proyek Pagu DIP (Rp.) 1. Pengembangan LLAJ Pengembangan ASDP Kantor Pusat dan UPT Jumlah Sumber : Setditjen Perhubungan Darat Progres pelaksanaan APBN T.A 2007 untuk Sub Sektor Perhubungan Darat per 31 Desember 2007 adalah Realisasi Fisik sebesar 97,97 % dan Realisasi Keuangan sebesar Rp (93,29 % dari total pagu anggaran). Rincian masing-masing bidang dapat dilihat pada tabel III.2 Sedangkan untuk rincian masing-masing propinsi dapat dilihat pada daftar terlampir. Tabel 3.8 Progres APBN T.A 2007 per 31 Desember 2007 Sub Sektor Perhubungan Darat No. Program Realisasi Fisik Realisasi Keuangan 1. LLAJ 31,34 % LLASDP 60,49 % Kantor Pusat dan UPT 6,15 % Total 97,97 % Sumber : Setditjen Perhubungan Darat III - 5

54 Adapun uraian evaluasi kegiatan Ditjen Perhubungan Darat T.A 2007 adalah : 1. Bidang Angkutan Jalan Tabel 3.9 Program dan Realisasi Pembangunan LLAJ, Keselamatan dan Perkotaan No PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM REALISASI UNIT 1. Pembangunan Fasilitas dan Keselamatan LLAJ a. Pengadaan dan pemasangan Marka Jalan b. Pengadaan dan pemasangan Guardrail c. Pengadaan dan pemasangan Rambu Lalu Lintas d. Pengadaan dan pemasangan RPPJ e. Pengadaan dan pemasangan Traffic Light f. Pengadaan dan Pemasangan Alat PKB g. Pengadaan dan pemasangan Cermin Tikungan h. Pengadaan dan pemasangan Deliniator m 1 m 1 Buah Buah Unit Unit Buah Buah 2. Pembangunan Balai PKB 1 1 Unit 3. Pembangunan Jembatan Timbang (Subulussalam-Aceh 1 1 Lks Singkil) 4. Pembangunan Terminal Penumpang 9 8 Lks Rehabilitasi Terminal (Maluku, Inpres 6/2003: Masohi, 4 4 Paket Tual, Saumlaki, Kodya ambon) 5. Manajemen & Rekayasa Lalu Lintas Paket 6. Pembangunan Paku Marka Buah 7. Pengadaan Uji Tipe Khusus Kendaraan Motor 1 1 Paket 8. Sosialisasi Keselamatan LLAJ Paket 9. Subsidi Operasional Bus Perintis Tryk 10. Pengadaan Bus a. Sedang b. Sedang BRT c. Bus Besar 11. Pengadaan Peralatan Unit Penelitian Kecelakaan 1 1 Paket 12. Perbaikan LRK di perlintasan sebidang 1 1 Paket 13. Pengadaan dan pemasangan Fasilitas ZoSS 6 6 Lks 14. Pengadaan Helm untuk anak Buah 15. Pengadaan Peralatan Sosialisasi Keselamatan 2 2 Unit 16. Pengadaan dan Pemasangan Conventer Kit pada Taksi termasuk Instalasi dan Supervisi Set Sumber : Dit. LLAJ. Ditjen Hubdat Unit Unit Unit Pada tahun 2007 diprogramkan pembangunan prasarana LLAJ guna mendukung peningkatan aksesibilitas berupa pembangunan 9 (sembilan) lokasi terminal penumpang, antara lain : a. Terminal Ogan Ilir (Sulawesi Selatan) b. Terminal Ambang kabupaten Pontianak (Kalimantan Barat) c. Terminal Badung (Bali) d. Terminal Kuningan e. Terminal Enterop Kota Jayapura (Papua) f. Terminal Mota ain Atambua (NTT) g. Terminal Wonosari Kapupaten Gunung Kidul III - 6

55 h. Terminal Palangkaraya (Kalimantan Tengah) i. Terminal Aceh Timur kabupaten Aceh Timur (NAD) Dari 9 (sembilan) terminal tersebut, terdapat 3 (tiga) terminal Antar Lintas Batas Negara (ALBN), yaitu di NTT, Kalimantan Barat dan Papua. Untuk terminal Antar Lintas Batas Negara (ALBN) yaitu di NTT dan Kalimantan Barat direncanakan akan selesai pada tahun Pada bidang LLAJ tahun anggaran 2007 terdapat 3 (tiga) program yang tidak dapat terealisir sampai dengan tahun anggaran berakhir, yaitu : a. Kegiatan Technical Assistance ADB Roda Safety Awareness 2184/INO-RR2P, dari Loan ADB no. 2184/INO sebesar Rp ,- tidak terlaksana sampai dengan akhir tahun anggaran 2007 karena sampai saat ini masih dalam proses lelang. b. Kegiatan Pembangunan Terminal Antar Lintas Batas Negara Entrop di Propinsi Papua dengan alokasi dana senilai Rp. 2,8 Milliar, dikarenakan masih ada kendala masalah pembebasan lahan. Di akhir tahun anggaran 2007 permasalahan tersebut sudah diselesaikan dan pembangunan akan ditampung di tahun anggaran c. Kegiatan Jasa Konsultansi Penyuluhan Dampak Transportasi Perkotaan dengan alokasi dana sebesar Rp. 400 Juta, dikarenakan terjadinya kesalahan penempatan per belanja, yang seharusnya dimasukkan dalam Belanja Barang tetapi tertuang dalam belanja Modal. 2. Bidang Angkutan Sungai Danau & Penyeberagan Tabel 3.10 Program dan Realisasi Pembangunan LLASDP No PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM REALISASI UNIT 1. Pembangunan Dermaga Sungai a. Baru b. Lanjutan c. Rehabilitasi 2. Pembangunan Dermaga Danau a. Baru b. Lanjutan c. Rehabilitasi 3. Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan a. Baru b. Lanjutan c. Rehabilitasi 4. Pembangunan Kapal Penyeberangan a. Baru b. Lanjutan c. Rehabilitasi Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit 5. Pembangunan Bus Air 5 5 Unit 6. Pembangunan Speed Boat Unit 7. Rambu Suar Unit III - 7

56 No PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM REALISASI UNIT 8. Subsidi Angkutan Penyeberangan Perintis c. Dalam Propinsi d. Antar Propinsi 64 8 Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat 64 8 Lintas Lintas Pada bidang LLASDP tahun anggaran 2007 terdapat 3 (tiga) program yang tidak dapat terealisir sampai dengan tahun anggaran berakhir, yaitu : a. Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Sebuku Kab. Kotabaru Propinsi Kalsel tahap I dengan nillai sebesar Rp ,- tidak dapat terlaksana karena: - Lokasi yang telah ditetapkan dalam design tidak dapat dibebaskan sehingga Pemda Kab.Kotabaru berupaya melakukan survey ulang untuk mendapatkan lahan yang lain, namun dari segi teknis dapat/layak untuk digunakan sebagai pelabuhan penyeberangan oleh sebab itu pula dilakukan review design menyesuaikan dengan lokasi baru yang dapat dibebaskan oleh pemda (sebagai informasi bahwa studi/ded yang dilakukan oleh pemda dengan dana APBD Kab.Kotabaru). - Mengingat s/d Agustus 2007 belum diperoleh lokasi yang pasti sehingga review designnya juga ditunda sehingga proses pelelangan tidak dapat dilaksanakan hingga saat ini. b. Pengadaan/Pemasangan Rambu Suar di Pelabuhan Penyeberangan Saubeba Propinsi Papua sebesar Rp ,- tidak dapat dilaksanakan karena : - Pembangunan breakwater yang direncanakan sebagai tempat peletakan rambu suar tidak selesai s/d tahun 2007, hal ini terjadi karena sebagain dana pembangunan breakwater tersebut didanai dari APBD Papua (dana Otsus) dimana salah satu breakwater yang berada disebelah timur baru ditampung pendanaannya s/d pemancangan T.pancang, sedangkan pile cap beton dananya ditampung tahun Oleh karena hal tersebut, 2 unit rambu suar tidak dapat dipasang di atas / di ujung breakwater tersebut, sedangkan 1 unit rambu suar di darat ikut tertunda karena satu paket dengan pengadaan 2 unit rambu suar lainnya. Hal ini telah disampaikan oleh KPA pada tanggal 22 Agustus 2007 dan saran Itjen untuk dapat ditampung dalam anggaran APBN tahun c. Terdapat 3 (tiga) Pembangunan Kapal Penyeberangan lanjutan/ penyelesaian untuk Pengganti KMP Digul (300 GRT) dengan nilai Rp ,-, Kapal untuk Lintas Bitung Lembeh nilai Rp ,- dan Kapal untuk Lintas Siwa Lasusuna nilai III - 8

57 Rp ,- tidak dapat terealisasi/ terserap dikarenakan manajemen galangan kapal (rekanan) kurang baik. 3. BANTUAN LUAR NEGERI Proyek Bantuan Luar Negeri (BLN) yang sedang berjalan (On Going) pada tahun 2007 adalah : a. Direktorat Lalu Lintas Angkutan Jalan Penyusunan Rencana Teknis Angkutan Jalan dan Perkotaan : 1) TA. ADB Action Plan INO 1798 RRSP (1 paket ) 2) Equipment ADB Action Plan INO 1798 RRSP (1 paket ) 3) Civil Works ADB Action Plan 1798 RRSP (1 paket ) 4) TA. ADB Truck Overloading INO 2184 RR2P (1 paket ) b. Direktorat Keselamatan Transportasi Darat 1) TA. ADB Road Safety Awarness 2184/INO-RR2P (1 paket ) 2) TA. IBRDRoad Safety Development 48340/IND-SIRP ( 1 paket) 3.4 Pelaksanaan Tahun Anggaran 2008 Kinerja pembangunan adalah program kerja yang berorientasi pada pembangunan fisik, yang didanai oleh DIPA. Jumlah satker yang didanai dengan APBN di lingkungan Ditjen Perhubungan Darat sebanyak 95 satker dengan pagu dana sebesar Rp ,- dengan rincian masing-masing program sebagai berikut : Tabel 3.11 Pendanaan Kegiatan di lingkungan Sub Sektor Transportasi Darat Tahun Anggaran 2008 No. Program Jumlah Proyek Pagu DIP (Rp.) 1. Pengembangan LLAJ Pengembangan ASDP Kantor Pusat dan UPT Jumlah Sumber : Setditjen Perhubungan Darat Progres pelaksanaan APBN T.A 2008 untuk Sub Sektor Perhubungan Darat per 31 Desember 2008 adalah Realisasi Fisik sebesar 96,67 % dan Realisasi Keuangan sebesar Rp (93,54 % dari total pagu anggaran). Rincian masingmasing bidang dapat dilihat pada tabel III.2. Sedangkan untuk rincian masingmasing propinsi dapat dilihat pada daftar terlampir. III - 9

58 Tabel 3.12 Progres APBN T.A 2008 per 31 Desember 2008 Sub Sektor Perhubungan Darat No. Program Realisasi Fisik Realisasi Keuangan 1. LLAJ 31,65 % LLASDP 61,51 % Kantor Pusat dan UPT 3,52 % Total 96,67 % Sumber : Setditjen Perhubungan Darat Adapun uraian evaluasi kegiatan Ditjen Perhubungan Darat T.A 2008 adalah : 1. Bidang Angkutan Jalan Tabel 3.13 Program dan Realisasi Pembangunan LLAJ, Keselamatan dan Perkotaan No PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM REALISASI UNIT 1. Fasilitas dan Keselamatan LLAJ a. Pengadaan dan pemasangan Marka Jalan b. Pengadaan dan pemasangan Pagar (Guardrail) c. Pengadaan dan pemasangan Rambu Lalu Lintas d. Pengadaan dan pemasangan Rambu Pendahulu Petunjuk Jalan (RPPJ) e. Pengadaan dan pemasangan Traffic Light f. Pengadaan dan pemasangan Alat PKB g. Pengadaan dan pemasangan Cermin Tikungan h. Pengadaan dan pemasangan Deliniator i. Pengadaan dan Pemasangan Paku Marka j. Pengadaan dan Pemasangan Traffic Cone k. Pengadaan dan Pemasangan APILL M M Buah Buah Unit Unit Buah Buah Buah Buah Paket 2. Pembangunan Terminal 9 8 Lokasi 3. Pembangunan Jembatan Timbang (Sulbar, Sulut, 6 3 Lokasi Riau) 4. Manajemen & Rekayasa Lalu Lintas Lokasi 5. Pengadaan Uji Tipe Khusus Kendaraan Motor 1 1 Paket 6. Sosialisasi Keselamatan LLAJ 27 8 Paket 7. Pengadaan Bus Perintis a. Bus Sedang Non AC (LLAJ) b. Bus Besar AC Euro II Engine (untuk BRT, BSTP) c. Bus Sedang AC Euro II Engine PS 120 (untuk BRT,BSTP) d. Bus Sedang AC Euro II Engine PS 120 (untuk angkutan kota, pelajar/mahasiswa, BSTP) e. Bus Sedang AC Euro II Engine PS 120 (untuk Unit Unit Unit Unit Unit pegawai, BSTP) 8. Pengadaan Peralatan Unit Penelitian Kecelakaan 6 6 Unit 9. Perbaikan LRK di perlintasan sebidang 1 1 Paket 10. Pengadaan Helm untuk anak Buah III - 10

59 No PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM REALISASI UNIT 11. Pengadaan Peralatan Sosialisasi Keselamatan 2 2 Unit 12. Pengadaan dan Pemasangan Fasilitas Keselamatan Lokasi Zona Selamat Sekolah (ZOSS) 13. Subsidi Operasi Bus Perintis Propinsi Lintas Sumber : Setditjen Perhubungan Darat Angka program yang digunakan merupakan angka sebelum terjadinya penghematan sebesar 10% berdasarkan Surat Edaran dari Menteri Keuangan dengan Nomor : SE 375/MK.02/2008 tentang Perubahan Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga dalam APBN-P Tahun 2008 tanggal 11 April Secara keseluruhan program pembangunan LLAJ, Perkotaan dan Keselamatan dapat terealisasi sesuai dengan yang direncanakan dan terdapat beberapa perubahan volume dari yang ditargetkan dikarenakan adanya realokasi anggaran dan penghematan sebesar 10%, program tersebut antara lain : a. Fasilitas dan Keselamatan LLAJ antara lain : pengadaan dan pemasangan marka jalan, rambu lalu lintas, traffic light, alat PKB, cermin tikungan, deliniator, paku marka dan APILL. b. Pembangunan terminal penumpang yang tidak dapat dilaksanakan adalah terminal penumpang Tipe A di Propinsi Kalimantan Selatan, sedangkan untuk terminal ALBN di Entrop-Papua (sampai akhir tahun anggaran baru terserap uang muka dan angsuran pertama) dikarenakan permasalahan pengadaan/pembebasan tanah oleh Pemda setempat. c. Pembangunan jembatan timbang yang tertunda karena penghematan yaitu Jambi, Banten dan Jabar d. Manajemen dan rekayasa lalu lintas e. Sosialisasi Keselamatan LLAJ f. Pengadaan bus perintis ukuran Sedang AC Euro II Engine PS 120 (untuk pegawai, BSTP) sebanyak 5 unit, tidak dapat terealisasi dikarenakan pada saat proses pelelangan harga penawaran peserta lelang terlalu tinggi daripada harga satuan. g. Pengadaan dan pemasangan fasilitas ZoSS yang tidak dapat dilaksanakan yaitu di Papua Barat dan Papua dikarenakan tidak ada peserta lelang yang mendaftar/berminat, hal tersebut disebabkan harga Penawaran Peserta Lelang terlalu tinggi daripada harga satuan. h. Untuk subsidi operasi bus perintis terjadi penambahan/perubahan pada lokasi/trayek, sesuai dengan Keputusan Dirjen Hubdat No. : SK.886/AJ.204/DRJD/2008 tentang erubahan Lampiran Keputusan DirekturJenderal Perhubungan Darat No. : SK.4382/AJ.204/DRJD/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Jalan Perintis Tahun Perubahan jaringan tersebut adalah : 1) NAD Trayek semula Banda Aceh Meulaboh Singkil, menjadi Meulaboh Tapak Tuan - Singkil 2) Kalimantan Tengah Penambahan trayek asongan Pendahara Buntut Bali 3) NTB - Penambahan trayek asongan Pendahara Buntut Bali III - 11

60 - Trayek semula Mataram Plampang Labangka, menjadi Mataram Sumbawa Besar - Ropang 4) Kalimantan Timur Trayek semula Samarinda Lebak Cilong Muara Pahu, menjadi Samarinda Bentingan Besar 2. Bidang Angkutan Sungai Danau & Penyeberangan Tabel 3.14 Program dan Realisasi Pembangunan LLASDP No PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM REALISASI UNIT 1. Pembangunan Dermaga Sungai a. Baru b. Lanjutan c. Rehabilitasi 2. Pembangunan Dermaga Danau a. Baru b. Lanjutan c. Rehabilitasi 3. Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan a. Baru b. Lanjutan c. Rehabilitasi 4. Pembangunan Kapal Penyeberangan a. Baru b. Lanjutan c. Rehabilitasi 5. Pembangunan SBNP a. Rambu Laut/Suar b. Rambu Sungai c. Ramu Danau Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Buah Unit 6. Pembangunan Bus Air 7 7 Buah 7. Pembangunan Speed Boat 3 3 Unit 8. Pembangunan Break Water 1 1 Paket 9. Pengerukan 4 2 Lokasi 10. Subsidi Angkutan Penyeberangan Perintis a. Dalam Propinsi b. Antar Propinsi Sumber : Setditjen Perhubungan Darat Secara keseluruhan program pembangunan LLASDP dapat terealisasi sesuai dengan yang direncanakan dan terdapat beberapa perubahan volume dari yang ditargetkan dikarenakan adanya penghematan sebesar 10%, program tersebut antara lain : a. Pembangunan pelabuhan penyeberangan Bintuni Tahap II (Lanjutan) Propinsi Papua sampai akhir tahun anggaran baru terserap uang muka tetapi uang muka tersebut dikembalikan lagi ke kas negara dikarenakan permasalahan pengadaan/pembebasan tanah Lintas Lintas III - 12

61 b. Permasalahan Pengadaan/Pembebasan Tanah oleh Pemda setempat seperti pembangunan pelabuhan penyeberangan Margagiri Ketapang (sampai akhir tahun anggaran baru terserap Uang Muka dan Angsuran Pertama) c. Rehabilitasi pembangunan pelabuhan penyeberangan dikarenakan penghematan 10%. d. Pembangunan SBNP rambu suar/laut terdapat 2 unit, dikarenakan rambu suar tersebut bagian dari UPT penyeberangan Kariangau e. Untuk pengerukan terdapat 2 lokasi (Pengerukan Anjir Kelampan dan Anjir Serapat di Kalimantan Tengah) yang tidak terserap, digantikan dengan pekerjaan pembangunan dermaga penyeberangan Bahaur. 3. BANTUAN LUAR NEGERI Proyek Bantuan Luar Negeri (BLN) yang sedang berjalan (On Going) pada tahun Kegiatan tersebut dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri (PLN) sebesar Rp ,-, dimana pada tahun 2008 tidak dapat dilaksanakan. Kegiatan tersebut antara lain : a. Loan ADB No. 2184/INO T/A untuk Enforcing Control on Overloaded Truck Kegiatan Technical Assistance (T/A) untuk Enforcing Control on Overloaded Truck belum dapat dilaksanakan mengingat sampai dengan posisi saat ini Persetujuan Approval (NOL) dari ADB belum ada, sehingga kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan sampai akhir tahun anggaran dengan Pagu sebesar Rp ,- b. Work untuk Enforcing Control on Overloaded Truck Kegiatan Civil Work untuk Enforcing Control on Overloaded Truck baru dapat dilaksanakan apabila Kegiatan Technical Assistance (T/A) untuk Enforcing Control on Overloaded Truck (Pada butir 2.a) telah diselesaikan, sehingga kegiatan Civil Work tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan Pagu sebesar Rp ,- c. Loan ADB No. 2184/INo T/A untuk Road Safety Awareness Campaign Technical Assistance (T/A) untuk Road Safety Awareness Campaign belum dapat dilaksanakan mengingat sampai dengan posisi saat ini Satker masih menunggu Persetujuan Evaluasi Teknis dari ADB dengan Pagu sebesar Rp , d. Loan IBRD No. 4843/IND T/A untuk Integrated Road Safety Management System (IRSM) Kegiatan Technical Assistance (T/A) untuk Integrated Road Safety Management System (IRSM) belum dapat dilaksanakan mengingat sampai dengan posisi saat ini Satker masih menunggu Persetujuan TOR dan RAB dari World Bank sehingga kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan sampai akhir tahun anggaran dengan Pagu sebesar Rp ,- III - 13

62 4.1 Fenomena Globalisasi Globalisasi dapat dimaknai sebagai proses integrasi dunia disertai dengan ekspansi pasar yang di dalamnya mengandung banyak implikasi bagi kehidupan manusia. Peranan transportasi darat di era global menjadi semakin penting, karena dalam menjalankan fungsi dan kegiatannya transportasi darat tidak mengenal sekat-sekat administratif, baik batas daerah maupun batas negara, sehingga jati diri transportasi darat identik dengan karakteristik globalisasi. Pada era global peran transportasi darat sangat ditentukan oleh pasar yang dicirikan oleh semangat persaingan yang tajam. Oleh karena itu dari aspek permintaan (demand side), kebijakan efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi dalam penyelenggaraan transportasi darat nasional merupakan syarat mutlak agar dapat bersaing di pasar global. Dari sisi penawaran (supply side), kebijakan penambahan kapasitas dan pembangunan sarana serta prasarana transportasi darat harus diupayakan memenuhi persyaratan teknis dan layak dioperasikan dengan biaya terendah (least cost) dalam kerangka biaya jangka panjang (long run variable cost). 1. Kekuatan Mengundang investor baik lokal maupun asing dalam pembangunan infrastruktur transportasi darat akan menghemat pengeluaran pemerintah, memacu pemasukan modal secara langsung (capital inflow) yang akan memperkuat neraca pembayaran, menyehatkan fiskal, memperluas lapangan kerja dan pada gilirannya melalui faktor pemicu dampak ganda akan meningkatkan pendapatan nasional. Tingkat pelayanan transportasi darat akan memenuhi standar nasional maupun internasional sehingga meningkatkan daya saing produk nasional di pasar global. 2. Kelemahan Menyerahkan pengoperasian infrastruktur transportasi darat kepada swasta/asing akan memperlemah kontrol pemerintah, terutama dalam pengalokasian sumber daya akibat terjadi distorsi pasar. Sesuai dengan karakteristiknya, pasar infrastruktur pada umumnya tidak sempurna (oligopoli atau monopolistic competition), sehingga meskipun terdapat pilihan produk, posisi konsumen lemah dan cenderung mengikuti kemauan produsen. Pemerintah melalui produk regulasi tertentu seharusnya bertindak sebagai penyeimbang, namun sebagai negara yang sedang menjalani pemulihan dari krisis ekonomi, pemerintah Indonesia tidak mempunyai posisi tawar yang memadai dalam menghadapi investor asing, terutama berkaitan dengan kebijakan tarif yang akan menjadi beban konsumen. IV - 1

63 3. Peluang Terbukanya infrastruktur transportasi darat bagi peranserta swasta termasuk investor asing akan membuka peluang alih teknologi serta peluang perluasan pangsa pasar, terutama untuk segmen usaha yang memiliki pasar pada skala global. 4. Ancaman Perusahan-perusahaan swasta nasional di bidang transportasi darat yang tidak siap bersaing akan mengalami kebangkrutan dan gulung tikar karena persaingan modal kerja yang tidak seimbang. BUMN bidang transportasi darat, seperti Perum DAMRI yang selama ini menjadi market leader akan semakin kehilangan perannya, sehingga kontribusi terhadap fiskal dalam bentuk pajak dan deviden semakin menurun. Di samping itu penugasan pemerintah yang selama ini dijalankan oleh BUMN terutama untuk kegiatan Public Service Obligation tidak dapat berjalan dengan baik dan tidak mungkin dialihkan kepada swasta terutama swasta asing. 4.2 Sistem Transportasi Darat Nasional Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi darat sebagai urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Pembangunan sektor transportasi diarahkan pada terwujudnya sistem transportasi darat nasional yang handal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara efektif dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan; mendukung mobilitas manusia, barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara. Dalam mewujudkan sistem transportasi darat nasional yang handal dan berkemampuan tinggi, terdapat berbagai tantangan, peluang dan kendala antara lain berupa perubahan lingkungan yang dinamis seperti otonomi daerah; globalisasi ekonomi; perubahan perilaku permintaan jasa transportasi darat; kondisi politik; perkembangan ilmu pengetahuan; teknologi; dan kepedulian pada kelestarian lingkungan hidup; serta adanya keterbatasan sumber daya. Dalam mengantisipasi kondisi tersebut, sistem transportasi darat nasional diarahkan untuk mewujudkan keandalan pelayanan dan keterpaduan antar dan intra moda transportasi darat, yang disesuaikan dengan perkembangan ekonomi, tingkat kemajuan teknologi, kebijakan tata ruang, pelestarian lingkungan dan kebijakan energi nasional, sehingga diharapkan memenuhi fungsinya sebagai penunjang dan pendorong pembangunan, memenuhi kebutuhan aksesibilitas masyarakat serta memenuhi kebutuhan distribusi dalam perdagangan nasional dan internasional dengan memperhatikan kehandalan serta kelaikan sarana dan prasarana transportasi darat. 1. Kekuatan Dalam hirarki perencanaan, Sistem Transportasi Darat Nasional merupakan tatanan mikro strategis bagian dari perencanaan secara komprehensif, yang menjadi acuan dalam perencanaan dan pengembangan sistem transportasi darat IV - 2

64 di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota, sehingga pembangunan bidang transportasi darat dapat dilakukan secara terpadu. Keterpaduan dalam Sistranas mencakup intra dan antar moda transportasi darat, laut dan udara serta keterpaduan moda transportasi antara provinsi satu dengan provinsi lainnya, sehingga pembangunan transportasi darat dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Sistranas dijabarkan dalam perwujudan Tatranas (Tataran Transportasi Nasional) dalam skala nasional, Tatrawil (Tataran Transportasi Wilayah) dalam skala wilayah provinsi dan Tatralok (Tataran Transportasi Lokal) dalam skala kabupaten/kota. Penyusunan Tatrawil dan Tatralok memberikan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah untuk menyusun rencana transportasi di daerah masing-masing sehingga perencanaan transportasi dapat dilaksanakan sesuai dengan karakter budaya dan kondisi geografi masing-masing daerah. Di dalam Sistranas terdapat kebijakan umum yang menjadi acuan dalam menyusun perencanaan transportasi darat, yaitu meliputi kebijakan yang berkaitan dengan : Pelayanan Transportasi Darat Nasional; Keselamatan dan Keamanan Transportasi Darat; Pembinaan Pengusahaan Transportasi Darat; Kualitas SDM dan Iptek; Kualitas Lingkungan Hidup dan Penghematan Energi; Penyediaan Dana Pembangunan Transportasi Darat; dan Penyelenggaraan Administrasi Negara di Sub Sektor Transportasi Darat. 2. Kelemahan Pemberian keleluasaan kepada daerah untuk menyusun Tatrawil dan Tatralok, memberikan kesempatan bagi daerah untuk membangun infrastruktur secara berlebihan sehingga akan menimbulkan inefisiensi nasional. Penetapan Tatrawil dan Tatralok sebagai perwujudan Sistranas dalam skala wilayah provinsi dan kabupaten/kota terkesan dipaksakan untuk menampung aspirasi kebijakan otonomi daerah, sehingga tidak sesuai dengan karakteristik transportasi darat yang mengabaikan sekat-sekat daerah administratif dan konsisten dengan pandangan daerah fungsional. Tatrawil dan Tatralok akan dijadikan legitimasi bagi daerah untuk membangun infrastruktur transportasi darat dengan motivasi utama untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Kondisi ini akan menjadikan kebijakan pelayanan transportasi darat yang diamanahkan dalam Sistranas terdistorsi sehingga berpotensi menimbulkan ekonomi biaya tinggi. 3. Peluang Posisi Sistranas sebagai Tatanan Makro Strategis memungkinkan dilakukan perumusan kebijakan dan penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang transportasi darat yang akan memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mengambil peran optimal dalam pengoperasian dan pembangunan transportasi. Penjabaran Sistranas ke dalam Tatranas, Tatrawil dan Tatralok, memberikan kesempatan untuk mensinergikan kepentingan pusat dan daerah dalam pengembangan transportasi. 4. Ancaman Kebijakan desentralisasi bidang transportasi darat yang tidak terkendali berpotensi menimbulkan kerancuan dalam penyelenggaraan transportasi darat yang mengabaikan prinsip-prinsip dasar dan kebijakan umum Sistranas. Ketidakharmonisan perencanaan transportasi darat antara pusat dan daerah akan berdampak kepada kualitas pelayanan sehingga menjadi ancaman bagi daya saing produk nasional. IV - 3

65 4.3 Teknologi & Energi Sebagai sebuah negara yang masih berkembang Indonesia memiliki kota-kota yang masih terus tumbuh dan berkembang baik kualitas maupun kuantitasnya. Pertumbuhan dan perkembangan ini mengakibatkan munculnya berbagai kebutuhan dan permasalahan yang terkait dengan penyediaan dan pengelolaan berbagai sarana dan prasarana. Sektor transportasi di perkotaan memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung kelancaran kegiatan perekonomian, pemerintahan dan pembangunan. Seiring dengan perkembangan kota ini maka sektor transportasi harus dirancang dan dikelola secara tepat dan terintegrasi agar selalu dapat memenuhi kebutuhan dan mengatasi berbagai masalah yang kemungkinan akan timbul akibat pertumbuhan dan perkembangan pada sektor-sektor lainnya. Transportasi darat telah menjadi kebutuhan dasar manusia (basic necessities) setelah pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Untuk mendapatkan solusi masalah kebutuhan transportasi sesuai dengan preferensi masyarakat yang selalu berkembang, diperlukan pendekatan komprehensif terkait dengan teknologi transportasi darat yang memiliki skala besar namun hemat energi. Pengembangan angkutan massal di kawasan metropolitan ataupun kawasan perkotaan diarahkan kepada pilihan jenis moda yang berskala besar dan hemat energi. Di samping itu teknologi transportasi darat diperlukan untuk memperbaiki atribut pelayanan, misalkan kecepatan, keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Di sektor transportasi darat, diperlukan kompatibilitas teknologi secara sistemik, misalnya pengoperasian sarana nagkutan massal dengan kendaraan Euro harus kompatibel. Berkaitan dengan kebutuhan komunikasi dalam operasi transportasi darat, teknologi informasi akan sangat berpengaruh terhadap kinerja sektor transportasi darat. Dalam pengembangan dan pembangunan transportasi darat diperlukan penerapan Intelligent Transportation System (ITS), Electronic Data Interchange (EDI), Telecommuting, dan usaha-usaha rekayasa untuk mengoptimalkan keterkaitan antara transportasi darat, telekomunikasi dan energi secara bertahap. Kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi oleh industri transportasi darat yang modern dan efisien dan ditangani dengan manajemen profesional serta tersedianya lembaga riset dan pengembangan teknologi yang memadai. Sumber daya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Energi diperlukan untuk kegiatan industri, jasa, transportasi darat dan rumah tangga. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung pertumbuhan sektor industri dan kegiatan lain yang terkait. Sumber daya energi fosil di Indonesia yang sangat penting dan mempunyai peran strategis bagi pembangunan nasional adalah minyak bumi, gas bumi dan batu bara. Fungsi utama dari tiga jenis sumber daya alam ini adalah sebagai sumber energi, bahan baku industri dalam negeri, bahan bakar untuk kegiatan transportasi dan sebagai sumber devisa negara. Mengingat strategisnya sumber daya dimaksud dan makin terbatasnya ketersediaan sumber daya energi fosil (unrenewable resource), maka pemanfaatannya harus dilakukan secara bijaksana dan hati-hati. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya energi ini harus dilakukan secara efisien agar dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya (maximum net benefit) bagi keseluruhan masyarakat Indonesia sehingga pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dapat terlaksana dengan baik. IV - 4

66 Aspek lain yang dewasa ini menjadi permasalahan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, adalah makin tingginya harga bahan bakar minyak. Pada bulan Mei 2008 ini harga minyak dunia telah mencapai angka di atas USD 120 per barrel. Bahkan beberapa pengamat perminyakan memperkirakan harganya dapat mencapai sekitar USD 150 per barrel pada tahun ini. Seperti diketahui saat ini Indonesia merupakan negara pengimpor minyak, karena produksi (lifting) dalam negeri hanya sekitar 920 ribu barrel per hari sedangkan kebutuhan nasional mencapai sekitar 1,4 juta barrel per hari. Terkait dengan kondisi ini, Pemerintan dan Dewan Perwakilan Rakyat telah melakukan revisi APBN Tahun 2008 akibat dampak dari tingginya harga bahan bakar minyak. Ketergantungan bangsa Indonesia terhadap bahan bakar minyak menyebabkan tingginya anggaran belanja untuk mensubsidi harga bahan bakar minyak di dalam negeri. Nilai yang dianggarkan saat ini mencapai sekitar 2% dari produk domestik bruto (GDP) nasional. Oleh karena itu dalam waktu dekat pemerintah kemungkinan akan menaikkan harga bahan bakar minyak, dan menerapkan beberapa kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi beban anggaran subsidi bahan bakar minyak. Kenaikan harga ini tentu saja akan menimbulkan dampak lain yang lebih menyeluruh di dalam negeri. Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak maka ini sebenarnya Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Di dalam peraturan ini terdapat amanat berupa target untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak menjadi kurang dari 20% serta pemakaian bahan bakar gas dengan porsi 30% pada tahun Kebijakan lain yang telah ditetapkan oleh pemerintah terkait dengan masalah energi ini adalah Instruksi Presiden RI No. 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi dan Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Sebagai tindak lanjut dari peraturan dan Instruksi Presiden tersebut diatas Departemen Perhubungan menetapkan beberapa kebijakan khusus berupa diversifikasi bahan bakar dan peningkatan efisiensi penggunaan bahan bakar minyak untuk kendaraan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (Pusdatin DESDM, dahulu dikenal dengan Pusat Infomasi Energi PIE), emisi GRK dari sektor energi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1990, emisi GRK dari sektor energi tumbuh sebesar 7% per tahun dengan pertumbuhan tercepat di sektor pembangkitan listrik, yaitu sebesar 9% per tahun (Tabel 4.4). Pertumbuhan emisi GRK dari sektor energi ini sejalan dengan pertumbuhan pemakaian energi final Indonesia (7% per tahun) yang masih didominasi oleh energi fosil, khususnya minyak bumi. IV - 5

67 Tabel 4.4 Perkembangan Emisi CO2 menurut Sektor Pengaruh pencemaran SO 2 terhadap lingkungan telah banyak diketahui. Pada Tumbuhan, Daun adalah bagian yang paling peka terhadap pencemaran SO 2, dimana akan terdapat bercak atau noda putih atau coklat merah pada permukaan Daun. Dalam beberapa hal, kerusakan pada tumbuhan dan bangunan disebabkan karena SO 2 dan SO 3 di udara, yang masing-masing membentuk Asam Sulfit dan Asam Sulfat. Suspensi Asam di udara ini dapat terbawa turun ke tanah bersama air hujan dan mengakibatkan air hujan bersifat Asam. Sifat Asam dari air hujan ini dapat menyebabkan Korosif pada logam-logam dan rangka-rangka bangunan, merusak bahan pakaian dan tumbuhan. Oksida Nitrogen, NO dan NO 2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Pengaruh NO yang utama terhadap lingkungan adalah dalam pembentukan smog. NO dan NO 2 dapat memudarkan warna dari serat-serat rayon dan menyebabkan warna bahan putih menjadi kekuning-kuningan. Kadar NO 2 sebesar 25 ppm yang pada umumnya dihasilkan dari emisi Industri Kimia, dapat menyebabkan kerusakan pada banyak jenis tanaman. Kerusakan Daun sebanyak 5% dari luasnya dapat terjadi pada pemajanan dengan kadar 4-8 ppm, untuk 1 jam pemajanan. Kerusakan yang terjadi bisa bervariasi tergantung dari jenis tanaman; umur tanaman; dan lamanya pemajanan. Kadar NO 2 sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8 bulan terusmenerus, untuk berbagai jenis tanaman dapat menyebabkan rontoknya daun. Meskipun tidak ada pengetahuan rinci tentang efek Ozon (O 3 ) terhadap tumbuhan, tetapi dalam beberapa studi kadar Ozon yang tinggi telah memperlihatkan kerusakan species tumbuhan. Ozon memang bukan produk langsung emisi dari gas buang kendaraan bermotor, akan tetapi terbentuk di udara sebagai hasil reaksi antara IV - 6

68 berbagai Oksida Nitrogen (NO x ) dengan Senyawa Hidrokarbon (HC) yang menghasilkan Ozon dan Oksida lain. Beberapa spesies terutama yang berdaun pendek seperti bayam dan semanggi peka terhadap ozon, dan kerusakan tampak setelah pajanan yang pendek. Ozon dapat masuk dan mengganggu fungsi stomata, serta merusak struktur sel dan kemudian merusak keseimbangan kelembaban. 1. Kekuatan Teknologi transportasi darat akan berpengaruh terhadap kapasitas angkut, fleksibilitas pergerakan, kecepatan waktu tempuh, dan bentuk serta kehematannya dalam mengkonsumsi bahan bakar. Untuk moda transportasi darat yang memerlukan kecepatan tinggi, teknologi akan mengarah kepada modernisasi teknologi. Dalam upaya mewujudkan teknologi transportasi darat yang dapat diimplementasikan secara nasional, Departemen Perhubungan memiliki lembaga penelitian dan pengembangan (Badan Lit-bang Perhubungan) yang dapat diarahkan untuk melakukan penelitian murni dan terapan secara lebih fokus kepada penyusunan konsep teknologi transportasi darat nasional dalam kerangka pengembangan teknologi transportasi darat. Kebijakan ini diarahkan untuk bersinergi dengan lembaga penelitian lain baik swasta maupun pemerintah di dalam negeri dan di luar negeri. Kebijakan di bidang transportasi darat berkaitan dengan kelangkaan bahan bakar minyak bumi di masa depan telah mendapatkan dukungan dalam kebijakan operasional pembangunan di bidang energi yang terdiri atas lima pilar, yaitu: 1) Diversifikasi energi diarahkan untuk penggunaan bahan bakar alternatif dalam sub sektor transportasi darat, baik yang terbaharukan maupun yang tidak terbaharukan, dalam rangka optimasi penyediaan energi nasional yang paling ekonomis dan mengurangi laju pengurasan sumberdaya hidrokarbon; 2) Kegiatan pencarian sumber energi dilaksanakan melalui kegiatan survei dan eksplorasi sumber energi agar dapat meningkatkan cadangan sumber energi yang baru, terutama minyak, gas bumi dan batu bara secara berkesinambungan. Upaya pencarian sumber energi terutama dilakukan untuk peningkatan penggunaan moda transportasi darat massal seperti tenaga listrik untuk pemakaian kereta listrik, namun hal ini hanya dapat diberlakukan pada daerah-daerah tertentu. Selanjutnya di daerah yang sudah terindikasi diperlukan upaya peningkatan status cadangan menjadi status yang lebih pasti; 3) Prinsip konservasi diterapkan pada seluruh tahap pemanfaatan, mulai dari pemanfaatan sumber daya energi sampai pada pemanfaatan akhir. Upaya konservasi dilaksanakan di dua sisi, yaitu sisi hulu dan sisi hilir. Konservasi di sisi hulu dilaksanakan melalui upaya peningkatan efisiensi eksploitasi pemanfaatan sumber daya energi, sedangkan konservasi di sisi hilir dilaksanakan melalui peningkatan efisiensi pemanfaatan energi akhir di semua bidang terma-suk transportasi darat; 4) Harga energi secara bertahap dan terencana diarahkan untuk mengikuti mekanisme pasar dengan memperhatikan beberapa aspek, yaitu optimasi pemanfaatan sumber daya energi dan optimasi pemakaian energi; IV - 7

69 meningkatkan daya saing ekonomi; melindungi konsumen; dan melakukan azas pemerataan. Kondisi ini berimplikasi kepada kebijakan tarif di sektor transportasi darat, sehingga perlu dilakukan simulasi sensitivitas harga energi terhadap perubahan biaya dalam pembentukan harga pokok jasa transportasi darat; 5) Aspek lingkungan harus diperhatikan dalam semua tahapan pembangunan energi, yaitu mulai dari proses eksplorasi sampai pemanfaatan akhir, dengan menggunakan bahan bakar bebas timbal. Sesuai dengan sasaran Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional untuk meningkatkan penggunaan energi alternatif hingga 80% dan menurunkan penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) hingga kurang dari 20% pada tahun 2025 maka mulai tahun ini merupakan era kebangkitan energi kedua yang ditandai dengan ekspansi energi alternatif. Program Pemerintah dalam pengembangan Bahan Bakar Nabati sejalan dengan Blueprint Pengelolaan Energi Nasional. Pengembangan bahan bakar nabati untuk penyediaan energi nasional cukup menjanjikan, karena tingginya biodiversity Indonesia; potensinya cukup besar; dengan tingginya harga minyak bumi dunia, harga bahan bakar nabati cukup kompetitif; permintaan energi terus meningkat; masih banyak masyarakat yang belum mempunyai akses terhadap energi. PERATURAN PRESIDEN NO. 5 TAHUN 2006 SASARAN ENERGI MIX 2025 Energi (Primer) Mix Saat Ini Tenaga Air, 3.11% Panas Bumi, 1.32% Gas Bumi, 28.57% Minyak Bumi, 51.66% Batubara, 15.34% Energi Mix Tahun 2025 (Skenario BaU) Energi Mix Tahun 2025 PLTA, 1.9% (Sesuai Perpres No. 5/2006) PLTMH, 0.1% Panas Bumi, 1.1% Gas Bumi, 20.6% Gas Bumi, 30% Minyak Bumi, 20% Bahan Bakar Nabati (Biofuel), 5% Minyak Bumi, 41.7% Batubara, 34.6% OPTIMALISASI PENGELOLAAN ENERGI Batubara, 33% EBT, 17% Panas Bumi, 5% Biomasa, Nuklir, Air, Surya, Angin, 5% Batubara yang Dicairkan (Coal Liquefaction), 2% Gambar 4.1 Sasaran Energi Mix 2025 IV - 8

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINDAKLANJUTI HASIL PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG LLASDP

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINDAKLANJUTI HASIL PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG LLASDP PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINDAKLANJUTI HASIL PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG LLASDP Ir. Sudirman Lambali, S.Sos, M.Si Direktur LLASDP DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 85 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR OTORITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 85 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR OTORITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 85 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR OTORITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG TARIF ANGKUTAN PENYEBERANGAN LINTAS ANTAR PROPINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG TARIF ANGKUTAN PENYEBERANGAN LINTAS ANTAR PROPINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 46 TAHUN 2006 TENTANG TARIF ANGKUTAN PENYEBERANGAN LINTAS ANTAR PROPINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : bahwa dalam perbaikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ANGKUTAN ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI (AKAP) TAHUN

PERKEMBANGAN ANGKUTAN ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI (AKAP) TAHUN PERKEMBANGAN ANGKUTAN ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI (AKAP) TAHUN 2005-2009 2005 2006 2007 2008 2009 PROPINSI NO PO BUS PO BUS PO BUS PO BUS PO BUS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Nanggroe Aceh D. 15 504 15 509

Lebih terperinci

NOMOR :PM. 71 TAHUN 2010

NOMOR :PM. 71 TAHUN 2010 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERIPERHUBUNGAN NOMOR :PM. 71 TAHUN 2010 a. bahwa dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 32 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan

Lebih terperinci

2012, No.12 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Ung-Ung Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Ung-Ung Nomor 19 Tahun 2003 tentang Ba Usaha Mili

2012, No.12 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Ung-Ung Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Ung-Ung Nomor 19 Tahun 2003 tentang Ba Usaha Mili No.12, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BUMN. PERSERO. Modal Negara. Penyertaan. ASDP Indonesia Ferry. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT ASDP INDONESIA

Lebih terperinci

APBN TAHUN ANGGARAN NILAI

APBN TAHUN ANGGARAN NILAI LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT ASDP INDONESIA FERRY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data dari PT. ASDP Ketapang Gilimanuk tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data dari PT. ASDP Ketapang Gilimanuk tahun 2012, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Data dari PT. ASDP Ketapang Gilimanuk tahun 2012, terdapat antrian kendaraan yang akan masuk ke Pelabuhan menyeberang dari Pulau Jawa menuju ke Pulau

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 8863-2065-3501-6 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

KONDISI WILAYAH. A. Geografis Garis Lintang : LU LS Garis Bujur : 106º º58 18

KONDISI WILAYAH. A. Geografis Garis Lintang : LU LS Garis Bujur : 106º º58 18 KONDISI WILAYAH A. Geografis Garis Lintang : 5 19 12 LU - 6 23 54 LS Garis Bujur : 106º22 42-106º58 18 B. Batas Wilayah Batas Barat : Propinsi Banten Batas Timur : Propinsi Jawa Barat Batas Utara : Laut

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil inventarisasi kebijakan, fakta lapang dan analisis kinerja serta prioritas pengembangan sarana dan prasarana transportasi darat di Kawasan Timur Indonesia,

Lebih terperinci

APBN TAHUN ANGGARAN NILAI. 1. Kapal Motor Penyeberangan Temi, hasil Pekerjaan Satuan Kerja Pengembangan Sarana Transportasi SDP, Ambon, Maluku.

APBN TAHUN ANGGARAN NILAI. 1. Kapal Motor Penyeberangan Temi, hasil Pekerjaan Satuan Kerja Pengembangan Sarana Transportasi SDP, Ambon, Maluku. LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT ASDP INDONESIA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN Jakarta, Februari 2013 ANGKUTAN MULTIMODA (PERATURAN PEMERINTAH NO 8 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURANMENTERIPERHUBUNGAN NOMOR PM. 85 TAHUN2011 TENTANG ORGANISASIDANTATAKERJA KANTOROTORITASPELABUHANPENYEBERANGAN

PERATURANMENTERIPERHUBUNGAN NOMOR PM. 85 TAHUN2011 TENTANG ORGANISASIDANTATAKERJA KANTOROTORITASPELABUHANPENYEBERANGAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURANMENTERIPERHUBUNGAN NOMOR PM. 85 TAHUN2011 TENTANG ORGANISASIDANTATAKERJA KANTOROTORITASPELABUHANPENYEBERANGAN a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT. InsyaAllah bersama kita BISA : Brilliant, Innovative, Speed, Accountable

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT. InsyaAllah bersama kita BISA : Brilliant, Innovative, Speed, Accountable KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT InsyaAllah bersama kita BISA : Brilliant, Innovative, Speed, Accountable BIODATA Nama : HINDRO SURAHMAT, ATD. M.Si. Tempat/Tgl Lahir : Madiun,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT ASDP INDONESIA FERRY DENGAN

Lebih terperinci

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 No Kode PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 Nama Satuan Kerja Pagu Dipa 1 4497035 DIREKTORAT BINA PROGRAM 68,891,505.00 2 4498620 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I PROVINSI JATENG 422,599,333.00

Lebih terperinci

Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Doc. No 1 Revised Date Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Pengembangan Data Perhubungan Darat Propinsi Irian Jaya Barat 1 KONDISI WILAYAH DAFTAR ISI 2 3 KONDISI TRANSPORTASI JALAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Direktorat Lalu lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jalan Medan Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110 1 1. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan

Lebih terperinci

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT DUKUNGAN KEBIJAKAN DALAM MENGOPTIMALKAN KAPASITAS, KUALITAS DAN DAYA SAING INDUSTRI PELAYARAN NIAGA DAN PELAYARAN RAKYAT SERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA DALAM MEWUJUDKAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN NORMALISASI

Lebih terperinci

SETDIJEN PERHUBUNGAN DARAT

SETDIJEN PERHUBUNGAN DARAT Sekilas Kondisi Geografis Provinsi Kalimantan Utara merupakan Provinsi ke-34 di Indonesia dan merupakan provinsi termuda dari seluruh Provinsi yang ada di Indonesia. Letak Geografis Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN, SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas dan angkutan jalan memegang peranan penting dalam menunjang, memperlancar dan meningkatkan pembangunan perekonomian baik regional maupun nasional. Kendaraan

Lebih terperinci

RAKORNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT Yogyakarta, 15 Oktober 2014

RAKORNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT Yogyakarta, 15 Oktober 2014 PAPARAN DIREKTUR LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN disampaikan pada Acara : RAKORNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT Yogyakarta, 15 Oktober 2014 Ir. HOTMA P. SIMANJUNTAK LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN JARINGAN LALU

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 2005 TENTANG TARIF ANGKUTAN PENYEERANGAN LINTAS ANTAR PROPINSI UNTUK PENUMPANG KELAS EKONOMI, KENDARAAN DAN ALAT-ALAT ERAT/ESAR MENTERI PERHUUNGAN, Menimbang

Lebih terperinci

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional UNIT PELAKSANA TEKNIS DITJEN KP3K UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Sekretariat Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH LAMPIRAN III TENTANG PERUBAHAN ATAS NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA NO. TUJUAN UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 16. URUSAN PERHUBUNGAN a. Program dan Kegiatan. Program pokok urusan Perhubungan tahun 2012 yang dilaksanakan yaitu: 1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, 2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tataralok Sebagai Acuan Pengembangan Sistem Transportasi Terpadu Transportasi merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, yang mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong,

Lebih terperinci

DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013

DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013 DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013 OUTLINE Kendala dan Tantangan Pembangunan Perhubungan Darat Peningkatan Sinergitas,

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai

Lebih terperinci

Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Doc. No 1 Revised Date Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Pengembangan Data Perhubungan Darat Propinsi Sulawesi Barat 1 KONDISI WILAYAH DAFTAR ISI 2 3 KONDISI TRANSPORTASI JALAN

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL http://images.hukumonline.com I. PENDAHULUAN Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a. bahwa kewenangan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT Disampaikan dalam rangka Rapat Koordinasi Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Tahun 2013

KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT Disampaikan dalam rangka Rapat Koordinasi Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Tahun 2013 KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT Disampaikan dalam rangka Rapat Koordinasi Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Tahun 2013 Oleh: Ir. Hotma Simanjuntak, Ms.Tr Direktur Keselamatan Transportasi Darat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR PENGARAHAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT YOGYAKARTA, 6 8 NOVEMBER 2012

BUTIR-BUTIR PENGARAHAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT YOGYAKARTA, 6 8 NOVEMBER 2012 BUTIR-BUTIR PENGARAHAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT YOGYAKARTA, 6 8 NOVEMBER 2012 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Bapak Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2889/AJ.402/DRJD/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2889/AJ.402/DRJD/2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2889/AJ.402/DRJD/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2752/AJ.402/DRJD/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS

Lebih terperinci

KONDISI WILAYAH. A. Geografis Garis Lintang : 12' LS Garis Bujur : ' '3 BT

KONDISI WILAYAH. A. Geografis Garis Lintang : 12' LS Garis Bujur : ' '3 BT KONDISI WILAYAH A. Geografis Garis Lintang : 12' 30 38 LS Garis Bujur : 118 43'15-119 54'3 BT B. Batas Wilayah Batas Barat : Selat Makasar Batas Timur : Propinsi Sulawesi Selatan Batas Utara : Propinsi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa lalu lintas

Lebih terperinci

DINAS PERHUBUNGAN DAN LLAJ PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PERHUBUNGAN DAN LLAJ PROVINSI JAWA TIMUR INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PERHUBUNGAN DAN LLAJ PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSTANSI : DINAS PERHUBUNGAN DAN LLAJ PROVINSI JAWA TIMUR VISI : Mewujudkan pelayanan transportasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi memiliki peranan yang cukup penting dalam peningkatan mobilitas warga, baik dari segi kepentingan umum maupun pelayanan perdagangan barang dan

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GEBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BONGKAR MUAT BARANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BONGKAR MUAT BARANG SALINAN BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BONGKAR MUAT BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG,

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

INVESTASI/USAHA BIDANG PERHUBUNGAN DARAT

INVESTASI/USAHA BIDANG PERHUBUNGAN DARAT DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT INVESTASI/USAHA BIDANG PERHUBUNGAN DARAT Jakarta, 2009 LINGKUP INVESTASI Aspek Angkutan 1. Kegiatan usaha angkutan orang dan atau barang dengan

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2679/AJ.307/DRJD/2011 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DAN PENGATURAN KENDARAAN ANGKUTAN BARANG PADA MASA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2011 (1432 H) DIREKTUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 19 TAHUN 2012 TENTANG TARIF ANGKUTANPENYEBERANGANLINTASANTARPROVINSI

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 19 TAHUN 2012 TENTANG TARIF ANGKUTANPENYEBERANGANLINTASANTARPROVINSI MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 19 TAHUN 2012 TENTANG TARIF ANGKUTANPENYEBERANGANLINTASANTARPROVINSI Tahun 2001 Penye berangan penye berangan

Lebih terperinci

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan

Lebih terperinci

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM... 4 BAB II ASAS DAN TUJUAN... 6 BAB III RUANG LINGKUP KEBERLAKUAN UNDANG-UNDANG...

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH, LARANGAN, PETUNJUK DAN PERINGATAN PADA SIMPANG SUSUN STA 15 + 400 JALAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003 Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Pengarahan Umum Direktur Jenderal Perhubungan Darat

Pengarahan Umum Direktur Jenderal Perhubungan Darat KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Pengarahan Umum Direktur Jenderal Perhubungan Darat RAKORNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2018 JAKARTA, 14 MARET 2018 MENINGKATKAN SINERGITAS

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG TATA CARA DAN KRITERIA PENETAPAN SIMPUL DAN LOKASI TERMINAL PENUMPANG SERTA LOKASI FASILITAS PERPINDAHAN MODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa keamanan dan keselamatan

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK GURU PAIS

DESKRIPTIF STATISTIK GURU PAIS DESKRIPTIF STATISTIK GURU PAIS 148 Statistik Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Deskriptif Statistik Guru PAIS A. Tempat Mengajar Pendataan Guru PAIS Tahun 2008 mencakup 33 propinsi. Jumlah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2016 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TTD. Drs. PUDJI HARTANTO, MM

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2016 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TTD. Drs. PUDJI HARTANTO, MM PERJANJIAN KINERJA Direktorat Jenderal Perhubungan Tahun 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan rahmatnya penyusunan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DATA INSPEKTORAT JENDERAL

DATA INSPEKTORAT JENDERAL DATA INSPEKTORAT JENDERAL 1. REALISASI AUDIT BERDASARKAN PKPT TAHUN 2003-2008 No. Tahun Target Realisasi % 1 2 3 4 5 1 2003 174 123 70,69 2 2004 174 137 78,74 3 2005 187 175 93,58 4 2006 215 285 132,55

Lebih terperinci

Perhubungan Darat. Dalam Angka. Kementerian Perhubungan DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Jl. Merdeka Barat No.

Perhubungan Darat. Dalam Angka. Kementerian Perhubungan DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Jl. Merdeka Barat No. Perhubungan Darat Dalam Angka 2011 Edisi VIII Maret 2012 Edisi VIII Maret 2012 Kementerian Perhubungan DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Jl. Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110 http : www.hubdat.web.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian Perhubungan 2012 ini dapat tersusun sesuai rencana. Buku Informasi Transportasi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana, prasarana, yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia dalam membentuk jaringan prasarana

Lebih terperinci

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR Visi dan Misi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tanah Datar mengacu pada Visi dan Misi instansi di

Lebih terperinci

SATUAN BIAYA UANG HARIAN LUAR DAERAH / DALAM DAERAH LUAR KOTA

SATUAN BIAYA UANG HARIAN LUAR DAERAH / DALAM DAERAH LUAR KOTA LAMPIRAN I BIAYA PERJALANAN DINAS DALAM DAERAH DAN LUAR DAERAH UNTUK GUBERNUR/WAKIL GUBERNUR, PIMPINAN/ANGGOTA DPRD/PNS/TOKOH MASYARAKAT/ANGGOTA MASYARAKAT DAN PEGAWAI TIDAK TETAP SATUAN BIAYA UANG HARIAN

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH, LARANGAN, PETUNJUK DAN PERINGATAN PADA JALAN TOL BOGOR RING ROAD SEKSI

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KAWASAN TIMUR INDONESIA BERDASARKAN KONSEP SISTEM TRANSPORTASI ANTARMODA

STRATEGI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KAWASAN TIMUR INDONESIA BERDASARKAN KONSEP SISTEM TRANSPORTASI ANTARMODA STRATEGI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KAWASAN TIMUR INDONESIA BERDASARKAN KONSEP SISTEM TRANSPORTASI ANTARMODA Ir. Ofyar Z Tamin, MSc, PhD Ir. Hedi Hidayat, MSc Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2008 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci