BAB II KAJIAN TEORI. Katamba (1993:3) mengatakan bahwa morphology, the study of the internal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. Katamba (1993:3) mengatakan bahwa morphology, the study of the internal"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Morfologi Katamba (1993:3) mengatakan bahwa morphology, the study of the internal structure of words did not emerge as a distinct sub-branch of linguistics until the nineteenth century. Menurutnya, Morfologi ialah studi struktur internal kata-kata yang tidak muncul sebagai sub-cabang yang berbeda dari linguistik sampai abad kesembilan belas. Kemudian Katamba menambahkan bahwa awal abad kesembilan belas, morfologi memainkan peran penting dalam rekonstruksi Indo-Eropa. Kata Morfologi berasal dari kata morphologie yang berasal dari bahasa Yunani yaitu morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. O Grady (1997:132) mengemukakan pendapatnya bahwa Morphology is the system of categories and rules involved in word formation and interpretation. Menurut pendapatnya, morfologi adalah sistem kategori dan peraturan mengenai pembentukan dan interpretasi kata tersebut. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa atau linguistik yang mempelajari morfem, selain itu morfologi mempelajari struktur, bentuk, dan klasifikasi kata-kata yang dikatakan oleh Alwasilah (1993:110). Spencer (1998:1) menyatakan bahwa Morphology is at the conceptual centre of linguistics. This is not because it is the dominant sub discipline, but because

2 morphology is the study of word structure. Menurutnya, morfologi adalah pusat konseptual linguistik karena morfologi ialah studi tentang struktur kata. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa Morphology is the study of word structure, and words are at the interface between phonology, syntax, and semantics. Morfologi ialah studi mengenai struktur kata, dan kata-kata tersebut pada antarmuka antara fonologi, sintaksis, dan semantik. Burling (1992:38) menyatakan bahwa Morphology is a study of the way words are built up from smaller parts. Menurut Burling morfologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana kata-kata dibentuk dari bagian yang paling kecil. Hal yang hampir sama dikemukakan oleh McManis, dkk (1987:117) mengenai morfologi yaitu Morphology is the study how words are structured and how they are put together from smaller part. Pengertian yang dikemukakan oleh McManis,dkk morfologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana kata- kata tersebut disusun dan bagaimana kata tersebut dapat dibentuk dari bagian yang lebih kecil. Dari pengertian-pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa morfologi adalah suatu cabang dari ilmu tata bahasa yang mempelajari struktur pembentukan kata dari bagian yang paling kecil yaitu morfem. Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari morfem dan susunannya dalam bentuk kata seperti yang dikatakan Katamba (1994). Dapat disimpulkan bahwa morfologi mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk kata terhadap golongan dan arti kata. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa morfologi

3 mempelajari bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata tersebut, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik Kata Kata merupakan unit terkecil pembentuk konstruksi sintaksisnya (Ramlan, 1992:131). Kata juga dapat dikatakan suatu satuan gramatikal dari jenis teoritis yang sama seperti morfem dan kalimat. Kata juga dapat didefinisikan sebagai satuan kebahasaan terkecil yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau dari gabungan morfem. Katamba (1993:18-19) mengatakan bahwa Words refers to a particular physical realization of that lexeme in speech or writing. Word can also be seen as a representation of a lexeme that is associated with certain morph-syntactic such as noun, adjective, verb, tense, gender, number, etc Menurutnya kata mengacu pada realisasi fisik leksem tertentu baik dalam ujaran maupun tulisan. Kata juga dapat dilihat sebagai representasi dari sebuah leksem yang berhubungan dengan morfem sintaksis tertentu seperti nomina, ajektif, verba, kala, jenis kelamin, nomor, dll. Kata adalah satu kesatuan yang utuh yang mengandung makna. Menurut Bloomfield, kata adalah suatu bentuk yang bebas dan terkecil a minimum free form. Berdasarkan konstruksi morfologis kita dapat membedakan kata ke dalam bentuk sederhana, kompleks dan kompositum. Kata sederhana terdiri dari satu morfem

4 bebas. Kata yang bermorfem satu ini sering dikenal sebagai kata monomorfenis dan kata yang bermorfem lebih dari satu dikenal sebagai polimorfemis. Selanjutnya menurut Lyons (1995:46) Word may be considred as a pure form, whether spoken or written or alternatively, as composite expressions, which combine form and meaning. Dengan ungkapan lain kata dapat diartikan sebagai bentuk ekspresi baik lisan maupun tulisan yang merupakan gabungan antara bentuk dan arti. Penulis dapat menyimpulkan bahwa kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata- kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau morfem baru kita akui sebagai kata bila bentuk bentuk tersebut sudah memiliki makna Kelas Kata Kelas kata merupakan pembagian jenis-jenis kata yang berdasarkan atas kesamaan makna, fungsi dan bentuk. Hal ini diungkapkan Leech (2006:126) Word class (traditional term; part of speech) is a set of word which form. A class in terms of their similarity of form, function and meaning. Leech berpendapat bahwa kelas kata ialah kumpulan kata-kata yang terbentuk. Kelas kata yang di dalamnya memiliki kesamaan bentuk, fungsi dan arti. Menurut Frank (1972:1) kelas kata terbagi menjadi 3 bagian seperti diuraikan berikut ini:

5 1. The words that form the central core of the sentences around which all the other words cluster. They are nouns, pronouns, and verbs. Kata- kata yang berasal dari inti pusat kalimat sekitar keseluruhan kata yang lain, yaitu nomina, pronomina dan verbia. a. Nomina Nomina adalah kata yang berfungsi sebagai subjek, objek atau pelengkap pada pusat kalimat. Contoh : (1) Farah is a chef Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui bahwa dalam kata Farah merupakan kata dengan kategori nomina demikian pula dalam chef adalah kata dengan kategori nomina. b. Pronomina Pronomina adalah kata-kata yang digunakan untuk menghindari pengulangan nomina yang sudah disebutkan sebelumnya. Contoh: (2) John reading a novel. He read it seriously. Kata he dan it merupakan pronomina unuk menghindari pengulangan kata John dan novel.

6 c. Verba Verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau pernyataan yang dilakukan subjek suatu kalimat. Contoh: (3) My mother is cooking soup. 2. The words that modify the central core words. Kata- kata yang memodifikasi inti pusat suatu kata, yaitu adjektiva dan adverbia. a. Ajektiva Ajektiva adalah kata yang menerangkan atau menambahkan makna terhadap nomina. Contoh: (4) He want to be a good teacher. Pada kalimat tersebut, kata good merupakan adjektiva karena menerangkan nomina he. a. Adverbia Adverbia adalah kata yang menerangkan atau menambahkan makna pada verb, adjektiva dan adverbia lain dalam kalimat. Contoh: (5) He run fastly. Pada kalimat tersebut, adverbia fastly menerangkan verba run.

7 3. The words that show a particular kind of connecting relationship between these four parts of speech. They are preposition and conjunctions. Kata- kata yang menunjukan satu macam hubungan yang tersambung yang biasanya antara empat kelas kata ini, yaitu preposisi dan konjungsi. a. Preposisi Preposisi adalah kata-kata yang berfungsi untuk menunjukan hubungan posisi, arah, dan waktu. Contoh: (6) The clock hanging on the wall. Pada kalimat di atas, kata the clock dan the wall dihubungkan dengan menggunakan preposisi on. b. Konjungsi Fungsi Konjungsi adalah menggabungkan atau menghubungkan kata, frasa, maupun klausa. Contoh: (7) Both my grandfather and my father worked in the steel plant. Pada kalimat di atas terdapat kata both dan and yang menghubungkan antara kata my grandfather dan my father.

8 Suku kata Clement dan Keyser (1983:23) menjelaskan bahwa A universal theory of the syllable has, in our view, three specific tasks. First, it must specify the well-formed expressions of the theory. Thus, it provides an alphabet out of which syllable units are constructed together with a characterization of the permissible arrays of alphabetic units. Menurut mereka teori umum dari suku kata memiliki tiga tugas spesifik. Pertama, harus menentukan bentuk teori ekspresi. Dengan demikian, menyediakan alfabet dari unit suku kata yang dibangun bersama-sama dengan karakterisasi array diperbolehkan unit abjad. Kemudian mereka meneruskan bahwa Second, it must specify the parameters along which individual languages vary in their choice of syllable types. Kedua, harus menentukan parameter sepanjang variasi bahasa individu di dalam memilih jenis suku kata. Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa Third, it must characterize the class of language-particular rules which modify or extend the underlying syllable representations ( syllabification rules ). Ketiga, harus mencirikan kelas bahasa aturan tertentu yang mengubah atau memperpanjang representasi suku kata yang mendasari Morfem Morfem adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang masih memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi. Burling (1992:38) mengemukakan bahwa morfem adalah The smallest pieces, those that can longer be divided into even smaller meaningful bits are called morphemes.

9 Menurutnya bagian terkecil yang tidak dapat dibagi lagi disebut dengan morfem. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Johnson (1999:217) mengatakan bahwa Morpheme is the smallest linguistic unit that has meanings. Menurutnya morfem adalah satuan linguistik terkecil yang memiliki makna. Hal yang hampir sama ditegaskan secara singkat oleh Trask (1999:192) mengatakan bahwa Morpheme is the smallest identifiable grammatical unit. Menurutnya morfem ialah satuan terkecil gramatikal yang dapat diidentifikasi. Katamba (1993:20) mengemukakan bahwa The term morpheme is used to refer to the smallest, indivisible units of semantic content or grammatical function which words are made up of. Menurutnya, istilah morfem digunakan untuk mengacu pada yang terkecil, unit-unit kadar semantik atau fungsi gramatikal yang dipisahkan. Aronoff (2005:2) mengemukakan bahwa Morphemes often define as the smallest linguistic pieces with a grammatical function. Menurutnya morfem sering didefinisikan sebagai bagian terkecil dalam linguistik yang memiliki fungsi gramatikal. Selain itu pendapat dari ahli lain yaitu Payne (1997:20-21) mengatakan bahwa Morpheme is the smallest meaningful unit in the grammar of a language. Payne berpendapat bahwa morfem ialah unit terkecil yang memiliki makna dalam tata bahasa dari suatu bahasa. Hockett memberikan definisi morfem sebagai berikut Morphemes are the smallest individualy meaningful elements in the utterances of a language (Parera,

10 1980:21). Menurutnya morfem adalah unsur- unsure terkecil yang masing-masing mempunyai makna dalam tutur sebuah bahasa. Dari definisi-definisi diatas dapat dipahami bahwa morfem merupakan satuan terkecil dalam morfologi yang memiliki makna, karena morfem merupakan satuan terkecil, dan morfem tidak dapat dibagi-bagi lagi menjdi satuan yang lebih kecil. Selain itu secara garis besar morfem diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yang pertama morfem bebas (free morpheme) dan morfem terikat (bound morpheme). Teori ini seperti yang dikatakan Widdowson (1996:45) memberikan pendapat mengenai morfem yaitu The two word is made up of two elements of meaning, or morphemes, the first of which is independent or free, and the second dependent, or bound. Yule (2006:63) mengatakan bahwa Bound Morpheme, which are those forms that cannot normally stand alone and are typically attached to another form. Menurutnya morfem terikat ialah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata dan terikat dengan morfem lain. Sedangkan morfem bebas Yule mengungkapkan bahwa Free Morphemes, morpheme thas can stand by themselves as single word, for example open and tour. Menurutnya morfem bebas adalah kata yang dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata, seperti pada kata open dan tour Morfem bebas Katamba (1993:41) mengatakan bahwa Many words contain a root standing on its own. Roots which are capable of standing independently are called free

11 morphemes. Menurutnya, banyak kata-kata mengandung kata dasar yang berdiri sendiri. Kata dasar yang mampu berdiri sendiri secara independen disebut morfem bebas. Nida (192:81) mengatakan bahwa free morphemes are those which may be uttered in isolation, e.g. boy, girl, man. Menurut pendapatnya morfem bebas ialah morfem yang diucapkan dalam isolasi, misalnya boy, girl, man. Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran atau tidak terikat morfem lain yang muncul di dalam tuturan (Chaer, 1994:152). O Grady (1997:714) menyatakan bahwa Free morpheme is a morpheme that can be a word by itself. Menurut pendapatnya morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri sendiri tanpa terikat dengan morfem lain. Morfem bebas adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri secara morfemis dan tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung (Verhaar, 1988:97). Morfem bebas adalah morfem yang tanpa adanya morfem lain dapat muncul dalam pertuturan (Chaer, 2007:152). Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai suatu kata (George Yule, 1985:60). Hal ini sama seperti yang dikatakan Verhaar (1988:97) morfem bebas adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri secara morfemis dan tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung. George Yule menambahkan bahwa terdapat dua macam kategori dalam morfem bebas, yaitu lexical morpheme dan functional morpheme. Kata kata yang termasuk dalam lexical morpheme misalnya, book, mother, cat, high, read, sedangkan yang termasuk dalam

12 functional morpheme adalah conjuction, prepositions, articles, dan pronoun, seperti pada contoh on, the, it, and. Definisi di atas serupa dengan definisi Depdikbud (1992:24) yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dinamakan morfem bebas. Dikatakan bebas karena dapat digunakan dalam tuturan tanpa harus digabungkan terlebih dahulu dengan morfem lain Morfem terikat Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak muncul dalam pertuturan (Chaer, 1994:152). Sedangkan menurut George Yule (1985:76), terdapat dua kategori morfem terikat, yaitu derivational morphemes dan inflectional morphemes. a. Derivational Morpheme Derivational Morpheme adalah morfem yang membentuk kata kata baru dan sering digunakan untuk membentuk kata-kata dengan kategori gramatikal yang berbeda dari stem-nya, misalnya penambahan morfem ly pada kata sifat careful akan mengubahnya menjadi kata keterangan carefully. b. Inflectional Morpheme Pada inflectional morpheme ini digunakan untuk menunjukkan kata yang bersifat jamak atau tunggal dan tidak mengubah kelas kata. Contohnya, morfem infleksi s pada kata books menunjukkan kata benda jamak.

13 Klammer (2000:50) mengungkapkan bahwa Prefixes and suffixes are considered to be bound morphems because they are incapable of standing alone as words; they must be connected (bound) to other morphems. Dengan kata lain morfem terikat yaitu prefiks dan sufiks yang keduanya dianggap sebagai morfem terikat, sebab mereka tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata, mereka harus dihubungkan dengan morfem lain (morfem bebas). Dengan kata lain morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat digunakan dalm petuturan tanpa digabung terlebih dahulu dengan morfem lain. Misalnya, dis-, un-, ir-, re-. Nida (1962:81) mengemukakan bahwa bound morphemes never occur in isolation, that is, are not regularly uttered alone in normal discourse. Menurutnya, morfem terikat tidak pernah terjadi secara terpisah, yaitu tidak teratur diucapkan sendiri dalam wacana yang normal. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan hanya dapat meleburkan diri pada morfem yang lain. Morfem mempunyai jenis yang berbeda, yaitu leksikal morfem dan gramatikal morfem. Leksikal morfem mengenai makna sebenarnya, sedangkan gramatikal morfem mengenai fungsi gramatik. 2.2 Proses Morfologi Proses Morfologi menyangkut pengkajian cara pembentukan kata-kata dalam bahasa melalui proses penggabungan, penambahan ataupun perubahan bentuk kata.

14 Ada beberapa proses morfologis yang terdapat dalam bahasa-bahasa di dunia seperti afiksasi (affixation), pemajemukan (compounding), penggabungan (blending) dan kliping (clipping). George Yule (1985:51) mengatakan bahwa Word formation process is a way of forming new words or terms from the use of old word. The processes consist of affixation, compounding, blending, clipping, back-formation, conversion, acronyms, and derivation. Menurut pendapatnya, proses formasi kata adalah cara membentuk kata-kata baru atau istilah dari penggunaan kata-kata lama. Proses ini terdiri dari affixation, compounding, blending, clipping, back-formation, conversion, acronym, dan derivation Affixation Afiks adalah suatu suku kata (yang bukan merupakan suatu kata). Afiks dapat ditambahkan pada suatu kata untuk menghasilkan kata yang lainnya. Arnoff (1988:234) mengemukakan bahwa Affix is a bound morpheme that attaches to a root or a stem to form a new lexeme (derived form) or an inflected form or stem of an existing lexeme. Menurut pendapatnya afiks adalah morfem terikat yang menempel pada kata dasar untuk membentuk leksem baru (bentuk asal) atau bentuk infleksi dari leksem yang ada. Katamba (1993:44) mengatakan bahwa an affix is a morpheme which only occurs when attached to some other morpheme or morphemes such as a root or stem

15 or base. Beliau berpendapat bahwa afiks adalah morfem yang hanya terjadi ketika melekat pada beberapa morfem lainnya atau morfem seperti root atau stem bahkan base. Beliau menambahkan bahwa semua afiks adalah bound morpheme dan afiks dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Prefiks Prefix adalah imbuhan yang melekat sebelum root atau stem atau base seperti: a. re- re-make, re-read b. un- un-kind, un-tidy c. in- in-decent, in-accurate 2. Sufiks Sufiks adalah imbuhan yang melekat setelah root atau stem atau base, seperti: a. ly kind-ly, quick-ly b. er wait-er, play-er c. ist pian-ist, viol-ist d. s book-s, mat-s e. ing walk-ing, jump-ing f. ed walk-ed, jump-ed 3. Infiks Infiks adalah imbuhan yang disisipkan dimasukan ke dalam root itu. Menurut Sloat dan Taylor (1978) dalam buku Katamba mereka berpendapat bahwa hanya terjadi pada afiks di dalam morfologi seperti -n- yang disisipkan sebelum konsonan terakhir pada root. Infiks ini mengalami asimilasi artikulasi

16 seperti root cub- terjadi tanpa (m) sebelm (b) di dalam beberapa kata seperti contoh: incubate, incubus, concubine dan succubus. Tetapi (m) mengalami infiks seperti incumbent, succumb, dan decumbent. Infiksasi lain menurut Zwicky dan Pullum (1987) dan Bauer (1983) dalam Katamba seperti: a. Kalamazoo (nama tempat) Kalama-goddam-zoo Instantiate (verba) in-fuckin-stantiate b. Kangaroo kanga-bloody-roo Impossible Guarantee in-fuckin-possible guaran-friggin-tee Pada contoh di atas dapat kita lihat pada masa ini infiksasi pada bahasa Inggris bukan dari sebuah morfem afiks, tetapi keseluruhan kata yang memiliki lebih dari satu morfem, seperti blood-y, fuck-ing. Infiksasi ini pada hakekatnya dibatasi untuk memasukan kata-kata kasar ke dalam kata-kata dalam bahasa ekpresif. Jika pun ada ini mungkin tidak digunakan dalam orang-orang atau sekumpulan yang menggunakan kata-kata sopan Compounding McManis (1987:129) berpendapat bahwa A compounding is a word formed by the combination of two independent words. Menurutnya, compounding adalah

17 suatu kata yang dibentuk oleh kombinasi dari dua kata morfem bebas atau kata yang dapat berdiri sendiri. Fabb (2001:68) menyatakan bahwa A compound is a word which consists of two or more words. Menurutnya compound adalah kata yang susunannya penggabungan dari dua kata atau lebih. Seperti yang diungkapkan Leech (2006:23-24) bahwa A compound is a word which contains two or more other words. Compound ialah kata yang berisi dua kata atau lebih. Menurut O Grady dan Guzman (1996:151), compounding dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu: compound noun, compound verb, dan compound adjective. Kategori compound dapat diketahui dari letak morfem. Contoh: a. Compound noun Fire engine, Green house, push button b. Compound verb Spoon feed, White wash, Drop kick c. Compound adjective Red hot, Sky blue, Deep blue Menurut Noel dan Staselavage (2001:129) menyatakan bahwa A compounding is a word formed by the combination of two independent words. Mereka berpendapat bahwa compounding adalah suatu kata yang dibentuk oleh

18 kombinasi dari dua kata yang dapat berdiri sendiri atau disebut juga dengan morfem bebas. Contoh: a. darkroom dari kata dark + room b. smalltalk dari kata small + talk c. walkway dari kata walk + way d. sleepwalk dari kata sleep + walk e. Bluetooth dari kata blue + tooth Kelima contoh di atas merupakan kombinasi dari dua kata yang dapat berdiri sendiri (morfem bebas). Seperti contoh pada kata darkroom, kata ini penggambungan dari kata dark dan room. Dimana kedua kata tersebut apabila tidak digabung tetap memiliki arti sendiri atau dapat berdiri sendiri tanpa membutuhkan kata lain Blending Aronoff (2005:133) mengemukakan bahwa Blend also called portmanteau words, are formed by combining parts of more than one word. Dengan kata lain blending adalah campuran juga disebut portmanteau, adalah gabungan dari dua kata, dibentuk dengan menggabungkan bagian- bagian lebih dari satu kata. O Grady and Guzman (1996:158) mengatakan bahwa Blends are two words in which their non-morphemic components are mixed into one. Menurut pendapat mereka blends terdiri dari dua kata yang dimana komponen non-morfemisnya

19 dicampur menjadi satu. Kemudian Hatch dan Brown (1995:211) menambahkan dengan mengungkapkan bahwa It is taking only the beginning of one word and joining it to the end of the other word. Menurut mereka kata yang akan dicampur tersebut hanya awal dari satu kata dan bergabung ke akhir kata lain. Beberapa contoh dari blending dapat dilihat dibawah ini: a. brunch breakfast lunch b. motel motor hotel c. smog smoke fog d. cyborg cybernetic + organism e. spork spoon + fork Kelima contoh di atas merupakan gambaran mengenai penggabungan kombinasi dari dua kata dengan mengambil bagian kata dari masing-masing kedua kata tersebut. Seperti contoh pada kata spork, kata ini diambil dari kata spoon dan fork Back-formation Back formation adalah suatu proses yang menciptkan kata baru dengan membuang jenis kata aslinya atau membubuhkan dari kata lainnya di dalam suatu bahasa (O Grady dan Guzman, 1996:158). Contoh: a. Regulation N regulate V b. Demonstration N demonstrate V

20 c. Entertainment N entertain V Ketiga contoh di atas dapat disimpulkan bahwa proses back formation mengubah kelas kata dan arti dari kata itu sendiri Conversion Conversion adalah proses memberikan kata yang sudah ada ke kategori sintaksis baru. Meskipun tidak menambahkan imbuhan, conversion menyerupai derivation karena perubahan kategori dan arti, ini terkadang disebut zero derivation (O Grady dan Guzman, 1997:157). Beliau juga menyebutkan bahwa ada beberapa kategori dari conversion ini, yaitu: a. Verb yang berasal dari nomina, contoh; nail the door shut! b. Verb yang berasal dari ajektifa, contoh; dry the clothes! c. Verb yang berasal dari preposisi, contoh; to out gay bishops d. Noun yang berasal dari verba, contoh; a permit, a report Acronym Acronym ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang di perlukan sebagai kata.

21 Contoh: 1. Acronym nama yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata di tulis seluruhnya dengan huruf kapital. 2. Acronym nama yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata di tulis dengan huruf awal huruf kapital. 3. Acronym yang bukan nama yang berupa gabungan huruf suku kata atau pun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya di tulis dengan huruf kecil. 4. Singkatan nama gelar Derivation Katamba (1993:44) mengatakan bahwa Derivation, on the other hand, is purely lexical, so the output of derivation rule is a new word which is subject to lexical listing. Menurut pendapatnya derivation adalah murni leksikal dan hasil dari kaidah derivation adalah kata baru yaitu subject ke daftar leksikal Clipping O Grady and Guzman (1996:157) berpendapat bahwa Clipping is a process where a polysyllabic word is eliminated its one or more syllable so that it becomes shorter. Menurut pendapat mereka clipping adalah proses dimana bagian dari kata

22 yang bersuku kata banyak dihilangkan satu atau lebih suku katanya sehingga menjadi lebih pendek atau singkat. Marchand (1969) mengatakan bahwa clipping is the word formation process which consists in reduction of a word to one of its parts. Menurutnya clipping adalah proses formasi kata yang terjadi dalam pengurangan kata ke salah satu bagiannya. Menurut Marchand (1969), clipping tidak diciptakan sebagai kata-kata yang dimiliki kosakata standar bahasa. Mereka berperan sebagai istilah khusus di dalam lingkungan sekolah, tentara, polisi, profesi medis, dll. Kedekatan lingkungan ini merupakan sebuah petunjuk yang cukup utnuk menunjukkan keseluruhan kata yang dimaksud. Misalnya kata-kata yang berasal dari sekolah seperti kata exam(ination), math(ematic), lab(oratory). Kemudian dalam lingkungan tentara seperti kata vet(eran) and cap(tain), dalam bursa saham seperti spec(ulation) dan memo(randum). Sementara beberapa proses clipping tersebut dapat masuk ke penggunaan umum, kemudian menjadi bagian dari standar bahasa Inggris. Beliau menambahkan bahwa jenis clipping terbagi menjadi empat kategori, yaitu back clipping, fore clipping, middle clipping, dan complex clipping. 2.3 Clipping Words Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa clipping berarti proses pembentukan kata dengan pemotongan bagian permulaan, akhir atau bagian awal dan akhir dari kata dasar, menyebabkan bagian yang tinggal

23 berdiri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh. Hasil dari proses ini disebut sebagai clipping. Clipping dibagi menjadi empat kategori, yaitu back clipping, fore clipping, middle clipping, dan complex clipping Back Clipping Pemotongan kata jenis ini adalah pemotongan beberapa huruf pada akhir kata sehingga kata baru yang terbentuk diambil dari awal katanya. Dibawah ini beberapa contoh dari jenis back clipping: Contoh: a. ad advertisement b. exam examination c. memo memorandum d. gas gasoline Dari beberapa contoh di atas dapat dilihat bahwa pemotongan terjadi pada bagian akhir katanya. Seperti pada kata examination yang mengalami proses pemangkasan kata menjadi exam dengan memangkas bagian beberapa huruf akhir dari kata tersebut yaitu ination. Pengambilan beberapa huruf ini diambil harus berdasarkan kategori kelas kata. Maka dari itu pengambilan beberapa huruf dari kata examination yaitu exam. Kata exam ini diambil menjadi hasil clipping, karena exam termasuk kategori nomina. Proses kliping tersebut diambil hanya beberapa huruf depan dan memotong bagian akhir kata. Begitupun contoh kata-kata lainnya. Mutlak bahwa yang diambil

24 beberapa huruf itu harus termasuk dalam kategori kelas kata, oleh karena itu jenis kliping ini disebut back clipping Fore Clipping Pemotongan kata jenis ini adalah pemotongan beberapa huruf pada awal kata sehingga kata baru yang terbentuk diambil dari akhir katanya. Dibawah ini beberapa contoh dari jenis fore clipping: Contoh: a. chute parachute b. varsity university c. phone telephone d. coon raccoon e. burger hamburger / beefburger Dari beberapa contoh di atas dapat dilihat terjadinya pemotongan kata pada awal kata sehingga kata baru yang terbentuk diambil dari akhir katanya. Misal pada kata phone kata ini mengalami pemotongan pada beberapa huruf bagian awal dan hanya beberapa huruf terkahir yang dipakai. Kata phone dijadikan kata baru karena kata ini merupakan bagian dari kategori kelas kata. Begitupun dengan contoh kata-kata lainnya. Proses pemotongan beberapa huruf di awal ini disebut fore clipping.

25 2.3.3 Middle Clipping Pemotongan kata jenis ini adalah pemotongan beberapa huruf pada awal dan akhir, sehingga kata baru yang terbentuk diambil dari beberapa huruf tengahnya. Dibawah ini beberapa contoh dari jenis middle clipping: Contoh: a. flu influenza b. tec detective c. jams pyjamas d. fridge refrigerator e. polly apollinaris Dari beberapa contoh di atas dapat dilihat pemotongan kata terjadi pada pada awal dan akhir kata, sehingga kata baru yang terbentuk diambil dari beberapa huruf tengahnya. Seperti kata flu merupakan pemotongan dari sebuah kata influenza. Kata flu ini diperoleh dari pemotongan beberapa huruf awal (in) dan akhir (enza). Tentunya hasil dari pemotongan ini menjadikan sebuah kata baru yang termasuk dalam kategori kelas kata. Proses pemotongan beberapa huruf di awal dan akhir ini disebut middle clipping.

26 2.3.4 Complex Clipping Bentuk complex clipping terjadi melalui pemotongan dua buah kata yang diambil beberapa huruf dari kedua kata tersebut dan kemudian membentuk menjadi sebuah kata baru. Contoh: a. op art optic dan art b. cablegram cable dan telegram c. org-man organization dan man d. linocut linoleum dan cutting Dari beberapa contoh di atas terlihat kedua bagian dari masing-masing kata yang beberapa hurufnya dipotong. Seperti contoh pada kata cablegram, kata ini diambil dari dua kata yaitu cable dan telegram. Proses pemotongannya diambil beberapa huruf untuk kemudian disatukan menjadi satu kata baru menjadi cablegram.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media massa baik elektronik maupun cetak seperti novel, tabloid, koran, artikel,

BAB I PENDAHULUAN. media massa baik elektronik maupun cetak seperti novel, tabloid, koran, artikel, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini sering kali kita temukan banyak informasi yang dituliskan di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak seperti novel, tabloid, koran, artikel,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Kumpulan kata mempunyai

Lebih terperinci

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis. Bahasa pada dasarnya adalah sistem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian dalam bidang morfologi memang telah banyak dilakukan oleh para linguis. Hal ini membantu penelitian ini sehingga dapat membuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk mengekspresikan perasaan atau emosi.

Lebih terperinci

BAB II. yang berhubungan dengan morfologi dan teori yang berhubungan dengan. merupakan itu yang mempelajari tentang bentuk. O Grady (1997: 132)

BAB II. yang berhubungan dengan morfologi dan teori yang berhubungan dengan. merupakan itu yang mempelajari tentang bentuk. O Grady (1997: 132) BAB II KAJIAN TEORI Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis data yang terdapat pada bab selanjutnya. Teori yang terdapat pada bab ini dikelompokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech. Selain nomina, ajektiva, pronomina, verba, preposisi, konjungsi, dan interjeksi, adverbia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Tidak ada manusia tanpa bahasa dan tidak ada bahasa tanpa manusia. Dua hal yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Morfologi merupakan bagian dari ilmu linguistik, selain Fonetik, Fonologi,

BAB II KAJIAN TEORI. Morfologi merupakan bagian dari ilmu linguistik, selain Fonetik, Fonologi, BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Morfologi Morfologi merupakan bagian dari ilmu linguistik, selain Fonetik, Fonologi, Sintaksis, dan Semantik. Menurut Payne (1997:20-21) Morphology is the study of the internal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kata Morfologi berasal dari kata Morphologie. Kata Morphologie berasal dari

BAB II KAJIAN TEORI. Kata Morfologi berasal dari kata Morphologie. Kata Morphologie berasal dari BAB II KAJIAN TEORI selanjutnya. Bab ini berisi teori-teori yang digunakan untuk menganalisis data pada bab 2.1 Morfologi Kata Morfologi berasal dari kata Morphologie. Kata Morphologie berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Morphology adalah ilmu linguistik yang mempelajari struktur words.

BAB I PENDAHULUAN. Morphology adalah ilmu linguistik yang mempelajari struktur words. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Morphology adalah ilmu linguistik yang mempelajari struktur words. Seperti yang diungkapkan Fromkin dan Rodman (1998), morphology adalah bagian linguistik yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata sintaksis berasal dari bahasa yunani sun yang bermakna dengan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata sintaksis berasal dari bahasa yunani sun yang bermakna dengan dan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sintaksis (Syntax) Kata sintaksis berasal dari bahasa yunani sun yang bermakna dengan dan tattein yang bermakna menempatkan. Jadi sintaksis secara etimologis berarti menempatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang dapat berdiri sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu maksud dari pembicara. Secara tertulis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan

BAB II KAJIAN TEORI. Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Morfologi Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial menggunakan bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial menggunakan bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting dalam interaksi antar manusia. Manusia melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial menggunakan bahasa. Bahasa juga dipandang sebagai cermin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan untuk menganalisis data yang terdapat pada bab selanjutnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan untuk menganalisis data yang terdapat pada bab selanjutnya. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis data yang terdapat pada bab selanjutnya. 2.1 Morfologi O Grady (1996:132) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Morfologi Morfologi merupakan suatu cabang linguistik yang mempelajari tentang susunan kata atau pembentukan kata. Menurut Ralibi (dalam Mulyana, 2007: 5), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata merupakan salah satu unsur penting dalam pembetukan suatu bahasa salah satunya dalam suatu proses pembuatan karya tulis. Kategori kata sendiri merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. morphology, diantaranya ialah Verhaar (1984), berpendapat bahwa morfologi

BAB II KAJIAN TEORI. morphology, diantaranya ialah Verhaar (1984), berpendapat bahwa morfologi 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Morphology Beberapa ahli bahasa mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian morphology, diantaranya ialah Verhaar (1984), berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik

Lebih terperinci

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Ada banyak pengertian tentang morfologi yang diberikan oleh para ahli.

BAB II KAJIAN TEORI. Ada banyak pengertian tentang morfologi yang diberikan oleh para ahli. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Morfologi (Morphology) Ada banyak pengertian tentang morfologi yang diberikan oleh para ahli. Aronoff (1994: 12) mengutip pendapat Bloomfield (1993: 207): By the morphology of a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan serta keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa di dunia beserta

Lebih terperinci

Preposisi Lokatif Bahasa Indonesia

Preposisi Lokatif Bahasa Indonesia Universitas Indonesia Library >> UI - Disertasi (Membership) Preposisi Lokatif Bahasa Indonesia Deskripsi Lengkap: http://lib.ui.ac.id/abstrakpdfdetail.jsp?id=20425348&lokasi=lokal ------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa

Lebih terperinci

THE MAIN CHARACTERISTICS OF WORDS USED BY SEMARANG CHINESE DESCENDANTS: A MORPHOLOGICAL STUDY

THE MAIN CHARACTERISTICS OF WORDS USED BY SEMARANG CHINESE DESCENDANTS: A MORPHOLOGICAL STUDY THE MAIN CHARACTERISTICS OF WORDS USED BY SEMARANG CHINESE DESCENDANTS: A MORPHOLOGICAL STUDY A THESIS by: Yesika Student Number : 00.80.0001 ENGLISH LETTERS STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap pemahaman pembaca atas apa yang disampaikan penulis.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap pemahaman pembaca atas apa yang disampaikan penulis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada bahasa tulis, cara penulisan yang baik dan benar akan sangat berpengaruh terhadap pemahaman pembaca atas apa yang disampaikan penulis. Pada skripsi ini penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Inggris, dan Minangkabau. Pada saat fenomena interferensi muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Inggris, dan Minangkabau. Pada saat fenomena interferensi muncul dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interferensi merupakan fenomena bahasa yang muncul karena interaksi dua bahasa atau lebih, misalnya bahasa Indonesia dan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, Inggris,

Lebih terperinci

Oleh: RIA SUSANTI A

Oleh: RIA SUSANTI A ANALISIS REDUPLIKASI DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA PADA HARIAN KOMPAS SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan manusia lain. Interaksi tersebut dikemas dalam suatu wadah yang disebut komunikasi. Salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Morfologi adalah bagian dari linguistik. Kajian morfologi meliputi seluk beluk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Morfologi adalah bagian dari linguistik. Kajian morfologi meliputi seluk beluk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Morfologi adalah bagian dari linguistik. Kajian morfologi meliputi seluk beluk morfem, proses morfem menjadi kata. Morfem merupakan satuan terkecil dalam morfologi yang

Lebih terperinci

MORFOLOGI BAHASA DAYAK POMPAKNG ARTIKEL PENELITIAN OLEH NURSUKI MUSTAQIM NIM F

MORFOLOGI BAHASA DAYAK POMPAKNG ARTIKEL PENELITIAN OLEH NURSUKI MUSTAQIM NIM F MORFOLOGI BAHASA DAYAK POMPAKNG ARTIKEL PENELITIAN OLEH NURSUKI MUSTAQIM NIM F2161151012 PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA JURUSAN MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Natural Language Processing Natural language processing (NLP), merupakan salah satu pendekatan terkomputerisasi untuk menganalisa teks berdasarkan aspek teori dan teknologi. Menurut

Lebih terperinci

FRASA VERBA TIPE FUNKTIONSVERBGEFÜGE DAN FRASA VERBA TIPE FRASEOLEKSEMIS DALAM BAHASA JERMAN BIDANG EKONOMI Kajian Sintaktis dan Semantis

FRASA VERBA TIPE FUNKTIONSVERBGEFÜGE DAN FRASA VERBA TIPE FRASEOLEKSEMIS DALAM BAHASA JERMAN BIDANG EKONOMI Kajian Sintaktis dan Semantis FRASA VERBA TIPE FUNKTIONSVERBGEFÜGE DAN FRASA VERBA TIPE FRASEOLEKSEMIS DALAM BAHASA JERMAN BIDANG EKONOMI Kajian Sintaktis dan Semantis The Verb Phrases of Funktionsverbgefüge and Fraseoleksemis Types

Lebih terperinci

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan suatu ide, gagasan, pikiran, perasaan, pengalaman dan pendapat. Oleh karena itu bahasa

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Bahasa Alami 1

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Bahasa Alami 1 Bahasa Alami 1 Peranan Pengetahuan dalam Bahasa Masalah Bahasa Alami Proses Sintaksis Grammar dan Parser Automated Transition Network Referensi Luger & Stubblefield : bab-3 Rich & Knight : bab 15 Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Spencer dan Zwicky (2001:1), morphology is the study of word

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Spencer dan Zwicky (2001:1), morphology is the study of word 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Menurut Spencer dan Zwicky (2001:1), morphology is the study of word structure,artinya morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur kata atau pembentukan

Lebih terperinci

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu Eighty Risa Octarini 1, I Ketut Darma Laksana 2, Ni Putu N. Widarsini 3 123 Program Studi Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada umumnya frasa merupakan kelompok kata atau gabungan dua kata atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar Book: an ESL/ EFL- Teacher

Lebih terperinci

ABSTRAK SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS

ABSTRAK SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS ABSTRAK SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI SENIN 01 DESEMBER 2008 Adi Cahyono Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

PRAGMATIK. Disarikan dari buku: PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa

Lebih terperinci

berhubungan dengan faktor-faktor dalam bahasa itu sendiri, khususnya unsurunsur

berhubungan dengan faktor-faktor dalam bahasa itu sendiri, khususnya unsurunsur 9 Nababan (1993: 15-16) membagi variasi bahasa menjadi dua macam berdasarkan sumber pembedanya, yaitu (1) variasi bahasa internal atau sistemik dan (2) variasi bahasa eksternal atau ekstrasistemik. Variasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik.

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik. PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik Abstract The language change could occur at all levels, both phonology,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dalam berkomunikasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dalam berkomunikasi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS Latifah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung Latifahtif357@gmail.com Abstrak Sintaksis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, penelitian mengenai proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, penelitian mengenai proses BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1` Kajian Pustaka Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, penelitian mengenai proses morfologis, semantik atau makna, dan gairaigo dibahas dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menguasai bahasa dan elemen elemennya, seperti kosa kata,

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menguasai bahasa dan elemen elemennya, seperti kosa kata, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dengan bahasa kita dapat mengetahui informasi yang kita butuhkan, selain itu kita dapat menyampaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan untuk menganalisis data yang terdapat pada Bab III. Teori yang

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan untuk menganalisis data yang terdapat pada Bab III. Teori yang BAB II KAJIAN TEORI Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis data yang terdapat pada Bab III. Teori yang terdapat pada bab ini dikelompokan dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris Nama Mata Kuliah : Lexicogrammar

Lebih terperinci

UNIT 1 Pengertian, Jenis, dan Contoh Noun dalam Kalimat

UNIT 1 Pengertian, Jenis, dan Contoh Noun dalam Kalimat UNIT 1 Pengertian, Jenis, dan Contoh Noun dalam Kalimat Jenis dan Contoh Noun Noun merupakan salah satu part of speech ( unsur kalimat dalam bahasa Inggris) yang berupa orang atau sesuatu seperti benda,

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan bahasa,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA Penggunaan Preposisi (Ayu Kurniasih) 798 PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA PREPOSITION USED OF INDONESIAN LANGUAGES Oleh: ayu kurniasih, universitas negeri yogyakarta, ayukurniasih25@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nominal group merupakan salah satu jenis grup yang memiliki functional

BAB I PENDAHULUAN. Nominal group merupakan salah satu jenis grup yang memiliki functional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nominal group merupakan salah satu jenis grup yang memiliki functional components yang lebih luas secara struktur di antara grup lainnya, sebagaimana yang

Lebih terperinci

KONSTRUKSI ATURAN PENGGABUNGAN DUA GRAF KALIMAT (The Construction of a Rule to Combine Two Sentence Graphs)

KONSTRUKSI ATURAN PENGGABUNGAN DUA GRAF KALIMAT (The Construction of a Rule to Combine Two Sentence Graphs) SNGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 1 Edisi Juni 2014 (16 25) KONSTRUKSI ATURAN PENGGABUNGAN DUA GRAF KMAT (The Construction of a Rule to Combine Two Sentence Graphs) Ayu Amanah, Sri

Lebih terperinci

7. Analisis Kebutuhan - 1 (System Actors & System Use Cases )

7. Analisis Kebutuhan - 1 (System Actors & System Use Cases ) 7. Analisis Kebutuhan - 1 (System Actors & System Use Cases ) SIF15001 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Agi Putra Kharisma, S.T., M.T. Genap 2014/2015 Desain slide ini dadaptasi dari University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) PENGGUNAAN AFIKSASI PADA SKRIPSI PERIODE WISUDA KE-52 MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT ARTIKEL JURNAL Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAGIAN I SUBJEK, VERB DAN OBJEK

BAGIAN I SUBJEK, VERB DAN OBJEK BAGIAN I UNIT 1 PART OF SPEECH Part of speech merupakan jenis-jenis kata dasar yang dikenal dalam dalam bahasa inggris, artinya kata-kata ini merupakan potongan-potongan puzzle yang digunakan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa bahasa merupakan bagian dari kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi bagi kehidupan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa juga menjadi alat komunikasi yang efektif untuk menyampaikan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAHASA LISAN SISWA KELAS 1 SDN PENDEM I MAGETAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TAHUN AJARAN 2013/2014

KARAKTERISTIK BAHASA LISAN SISWA KELAS 1 SDN PENDEM I MAGETAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TAHUN AJARAN 2013/2014 KARAKTERISTIK BAHASA LISAN SISWA KELAS 1 SDN PENDEM I MAGETAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TAHUN AJARAN 2013/2014 1) 2) 3) Dhika Puspitasari, Yunita Furinawati, dan Dihtia Rendra Pratama 1 Email: dhikapuspitasari@ymail.com

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGIS DALAM NOVEL SARINAH: KEWADJIBAN WANITA DALAM PERDJOANGAN REPUBLIK INDONESIA KARYA Ir. SUKARNO BESERTA IMPLEMENTASINYA DI SMA

ANALISIS MORFOLOGIS DALAM NOVEL SARINAH: KEWADJIBAN WANITA DALAM PERDJOANGAN REPUBLIK INDONESIA KARYA Ir. SUKARNO BESERTA IMPLEMENTASINYA DI SMA ANALISIS MORFOLOGIS DALAM NOVEL SARINAH: KEWADJIBAN WANITA DALAM PERDJOANGAN REPUBLIK INDONESIA KARYA Ir. SUKARNO BESERTA IMPLEMENTASINYA DI SMA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab kajian teori ini, penulis membahas teori-teori yang berkaitan

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab kajian teori ini, penulis membahas teori-teori yang berkaitan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab kajian teori ini, penulis membahas teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan digunakan sebagai referensi dalam menganalisis data pada bab selanjutnya. 2.1 Sintaksis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini penulis membahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini penulis membahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini penulis membahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis data pada bab tiga. Teori yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik)

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik) Bahasa dipelajari atau dikaji oleh disiplin ilmu yang disebut linguistik atau ilmu bahasa. Seperti halnya disiplin-displin yang lain, linguistik juga memiliki tiga pilar penyangga, yakni ontologi, epistemologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Banyak sekali cara untuk berkomunikasi. Bentuk komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Banyak sekali cara untuk berkomunikasi. Bentuk komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah alat komunikasi yang vital. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi, mengajak, menciptakan dan memelihara suatu hubungan dengan orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

BAB II KAJIAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Sintaksis Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Menurut O Grady (1992:181), Syntax is the system

Lebih terperinci

TESIS NOMINALISASI ADJEKTIVA DALAM BAHASA PERANCIS (KAJIAN MORFOLOGI GENERATIF) PUTU WEDDHA SAVITRI NIM

TESIS NOMINALISASI ADJEKTIVA DALAM BAHASA PERANCIS (KAJIAN MORFOLOGI GENERATIF) PUTU WEDDHA SAVITRI NIM TESIS NOMINALISASI ADJEKTIVA DALAM BAHASA PERANCIS (KAJIAN MORFOLOGI GENERATIF) PUTU WEDDHA SAVITRI NIM 0990161005 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM PEMAKAIAN BAHASA INGGRIS PADA WACANA TULIS SISWA

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM PEMAKAIAN BAHASA INGGRIS PADA WACANA TULIS SISWA Interferensi Bahasa Indonesia dalam Pemakaian Bahasa (Lilik Uzlifatul Jannah) 81 INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM PEMAKAIAN BAHASA INGGRIS PADA WACANA TULIS SISWA Lilik Uzlifatul Jannah Alumni Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis.

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. Menulis esai dalam bahasa Inggris membutuhkan kemampuan dalam memilih kata dan menggunakan

Lebih terperinci