ANALISA PENGARUH KEKAKUAN PEGAS TERHADAP DISPLACEMENT PADA POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) MENGGUNAKAN SIMULASI ELEMEN HINGGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA PENGARUH KEKAKUAN PEGAS TERHADAP DISPLACEMENT PADA POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) MENGGUNAKAN SIMULASI ELEMEN HINGGA"

Transkripsi

1 ANALISA PENGARUH KEKAKUAN PEGAS TERHADAP DISPLACEMENT PADA POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) MENGGUNAKAN SIMULASI ELEMEN HINGGA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MUHAMMAD NAVARO NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

2 i ANALISA PENGARUH KEKAKUAN PEGAS TERHADAP DISPLACEMENT PADA POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) MENGGUNAKAN SIMULASI ELEMEN HINGGA Oleh : MUHAMMAD NAVARO NIM Diketahui/Disyahkan : Disetujui Oleh : Departemen Teknik Mesin Dosen Pembimbing Fakultas Teknik USU Ketua, Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri Ir. Tugiman, MT NIP NIP Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

3 ii ANALISA PENGARUH KEKAKUAN PEGAS TERHADAP DISPLACEMENT PADA POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) MENGGUNAKAN SIMULASI ELEMEN HINGGA Oleh : MUHAMMAD NAVARO NIM Telah diperiksa dan disetujui dari hasil seminar Tugas Skripsi Periode ke-543 tanggal 11 Juli 2009 Disetujui oleh : Dosen Pembanding I, Dosen Pembanding II, Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri Ir. Mulfi Hazwi, M.Sc NIP NIP Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

4 iii ANALISA PENGARUH KEKAKUAN PEGAS TERHADAP DISPLACEMENT PADA POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) MENGGUNAKAN SIMULASI ELEMEN HINGGA MUHAMMAD NAVARO NIM Telah Disetujui Oleh : Pembimbing/Penguji Ir.Tugiman, MT NIP Penguji I, Penguji II, Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri Ir. Mulfi Hazwi, M.Sc NIP NIP Diketahui oleh : Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU Ketua, Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

5 Dr-Ing.Ir.Ikhwansyah Isranuri NIP DEPARTEMEN TEKNIK MESIN AGENDA : 853/TS/2009 FAKULTAS TEKNIK USU DITERIMA : / /2009 MEDAN PARAF : iv TUGAS SKRIPSI NAMA : NIM : MATA PELAJARAN : SPESIFIKASI : MUHAMMAD NAVARO GETARAN MEKANIS Lakukanlah simulasi untuk mengamati pengaruh displacement pada crankshaft akibat pengaruh nilai kekakuan pegas. Variasikan nilai kekakuan pegas dan posisikan pada ujung crankshaft. Pembahasan meliputi: 1. Gaya-gaya pada bantalan dan pena 2. Pengaruh variasi kekakuan pegas terhadap displacement crankshaft DIBERIKAN TANGGAL : 21/ Januari/ 2009 SELESAI TANGGAL : 01/ Juli/ 2009 KETUA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN, MEDAN, 21 Januari 2009 DOSEN PEMBIMBING, DR-ING.IR.IKHWANSYAH ISRANURI IR.TUGIMAN, MT NIP NIP Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

6 v Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

7 Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, vi

8 Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, vi

9 Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, vii

10 viii ABSTRAK Penelitian dalam bidang getaran pada mekanisme engkol peluncur untuk mengidentifikasi karakteristik sinyal getaran perlu dilakukan pada berbagai sumber eksitasi. Sumber eksitasi getaran tersebut salah satunya adalah akibat displacement yang besar yang terjadi antar komponen yang bekerja. Peristiwa terjadinya displacement yang sangat besar tidak diharapkan karena akan menyebabkan kebisingan, keausan, dan terlepasnya sambungan-sambungan akibat getaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar nilai displacement yang terjadi pada crankshaft pada mekanisme engkol peluncur sepeda motor menggunakan simulasi metode elemen hingga. Penelitian ini menggunakan software SolidWorks 2007 untuk pemodelan dan simulasi dengan metode elemen hingga menggunakan software MSc. VisualNastran4D Pengujian yang dilakukan meliputi pemasangan pegas pada ujung crankshaft yang berjumlah 4 buah masing-masing pada sudut 0 0, 90 0, dan Simulasi dilakukan berulang hingga sudut putaran crankshaft sebesar dengan nilai kekakuan pegas berbeda-beda. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa displacement maksimum yang terkecil terjadi pada simulasi menggunakan pegas dengan nilai kekakuan sebesar 1x10E8 N/m yaitu sebesar -1.11E-04 m pada sumbu y dengan sudut Hal ini menunjukkan bahwa nilai kekakuan pegas berpengaruh terhadap displacement pada crankshaft. Kata kunci : Displacement, Pegas, kekakuan, MSc. VisualNastran4D 2004 Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

11 ix KATA PENGANTAR Puji syukur hanya bagi Allah SWT. karena atas karunia dan ridho-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Skripsi ini adalah Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ayahanda dan Ibunda tercinta terima kasih ananda haturkan atas segala cinta dan kasih mereka yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta do anya demi kesuksesan ananda, juga ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga penulis; kedua orang adik Opi dan Ahal, dan yang terakhir kepada adinda yang menjadi motivator dan penyemangat bagi penulis. 2. Bapak Ir.Tugiman,MT selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan arahan, diskusi, bimbingan, nasehat, dan pelajaran berharga selama proses penyelesaian Skripsi ini. Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

12 3. Bapak Dr.-Ing.Ir.Ikhwansyah Isranuri dan Bapak Tulus Burhanuddin, x ST.MT. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Mesin 4. Seluruh Staf Pengajar pada Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis hingga akhir studi dan seluruh pegawai administrasi di Departemen Teknik Mesin. 5. Seluruh Asisten Laboratorium pada Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, khususnya rekan-rekan seperjuangan di Laboratorium Menggambar Teknik 6. Teman-teman mahasiswa Mesin USU khusus untuk stambuk 2004, Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat dilanjutkan oleh rekan-rekan mahasiswa lain. Medan, Juli 2009 Muhammad Navaro NIM Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

13 xi DAFTAR ISI Hal LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBANDING ii LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI iii SPESIFIKASI TUGAS iv KARTU BIMBINGAN v LEMBAR EVALUASI SEMINAR SKRIPSI vi ABSENSI PEMBANDING BEBAS MAHASISWA vii ABSTRAK viii KATA PENGANTAR ix DAFTAR ISI xi DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvi DAFTAR NOTASI xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Metodologi Batasan Masalah Sistematika Penulisan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Mekanisme Engkol Peluncur Persamaan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Analisa Gaya-Gaya Pada Motor Bakar Satu Silinder Dengan Metode Massa Terkonsentrasi Getaran Mekanis Gerak Harmonis Getaran Bebas 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

14 3.1 Pendahuluan Studi Kasus Spesifikasi Motor Bakar Satu Silinder Dimensi Motor Bakar Satu Silinder Geometri Komponen Motor Bakar Satu Silinder Vibratory System Analisa Pembebanan Diagram Alir Simulasi Prosedur Simulasi Permodelan Mekanisme Motor Bakar Satu Silinder Simulasi Motor Bakar Dengan MSC.Nastran 35 BAB IV HASIL SIMULASI DAN DISKUSI Pendahuluan Analisa Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Piston Analisa Konsentrasi Gaya-gaya di Bantalan dan Pena Analisa Displacement Menggunakan pegas dengan k = 1x10E7 N/m Menggunakan pegas dengan k = 1x10E8 N/m Menggunakan pegas dengan k = 1x10E9 N/m Menggunakan pegas dengan k = 1x10E10 N/m Menggunakan pegas dengan k = 1x10E11 N/m Menggunakan pegas dengan k = 1x10E12 N/m Hasil Perbandingan Displacement Maksimum Perbandingan Hasil Simulasi Dengan Perhitungan Manual 89 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 91 DAFTAR PUSTAKA 92 LAMPIRAN xii Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

15 DAFTAR GAMBAR xiii Gambar 1.1 Engkol Peluncur 1 Gambar 1.2 Kerangka Konsep 3 Gambar 2.1 Model osilasi akibat gaya kocok 7 Gambar 2.2 Geometri mekanisme engko l peluncur 9 Gambar 2.3 Tekanan Efektif Rata-Rata Pada Siklus Otto 10 Gambar 2.4 Gaya-gaya yang bekerja pada mekanisme motor bakar 14 Gambar 2.5 Gaya-gaya yang bekerja pada piston. 16 Gambar 2.6 Gaya-gaya yang bekerja pada batang hubung terkonsentrasi di titik B. 17 Gambar 2.7 Gaya-gaya yang bekerja pada batang hubung terkonsentrasi di titik A. 18 Gambar 2.8 Gaya-gaya yang bekerja pada poros engkol. 18 Gambar 2.9 Gerak Osilasi Pegas. 20 Gambar 2.10 Gerak Harmonis sebagai Proyeksi Titik Bergerak pada Lingkaran. 21 Gambar 2.11 Hubungan Fasa Vektor antara Simpangan, kecepatan, dan Percepatan 21 Gambar 2.12 Sistem Massa Pegas dan Diagram Benda Bebas 23 Gambar 3.1. Posisi Pegas Pada Crankshaft 27 Gambar 3.2 Diagram Alir Permodelan Dengan Software SolidWorks Gambar 3.3 Diagram Alir Simulasi Dengan MSc.visualNastran 4D Gambar 3.4 Tampilan Layar Pembuka Software SolidWorks Gambar 3.5 Hasil Permodelan Komponen dengan Software SolidWorks Hal Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

16 Gambar 3.6 Hasil Asembling dengan Software SolidWorks xiv Gambar 3.7 Tampilan Pembuka MSc.visualNastran 4D Gambar 3.8 Proses Import Mekanisme 36 Gambar 3.9 Pemodelan Pegas 36 Gambar 3.10 Proses Type of Joint, 37 Gambar 3.11 Memasukkan Material Properties 38 Gambar 3.12 Kotak Dialog Tipe Analisis 39 Gambar 3.13 Memasukkan Nilai Pembebanan (Load) 39 Gambar 3.14 Simulasi Mekanisme Motor Bakar Dengan Menggunakan Software MSc.visualNastran 4D Gambar 4.1 Grafik Posisi Piston vs Sudut Engkol 45 Gambar 4.2 Grafik Kecepatan Piston vs Sudut Engkol 46 Gambar 4.3 Grafik Percepatan Piston vs Sudut Engkol 46 Gambar 4.4 Grafik Torsi Crankshaft vs Sudut Engkol 49 Gambar 4.5 Grafik Gaya-gaya yang beraksi Pada Pena vs Sudut Engkol 50 Gambar 4.6 Posisi piston vs sudut engkol dengan k=1x10e7 N/m 54 Gambar 4.7 Kecepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e7 N/m 55 Gambar 4.8 Percepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e7 N/m 55 Gambar 4.9 Gaya pada main bearing vs sudut engkol dengan k=1x10e7 N/m 56 Gambar 4.10 Displacement Crankshaft vs sudut engkol dengan k=1x10e7 N/m 56 Gambar 4.11 Posisi piston vs sudut engkol dengan k=1x10e8 N/m 59 Gambar 4.12 Kecepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e8 N/m 60 Gambar 4.13 Percepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e8 N/m 60 Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

17 Gambar 4.14 Gaya pada main bearing vs sudut engkol dengan k=1x10e8 N/m 61 Gambar 4.15 Displacement Crankshaft vs sudut engkol dengan k=1x10e8 N/m 61 xv Gambar 4.16 Posisi piston vs sudut engkol dengan k=1x10e9 N/m 64 Gambar 4.17 Kecepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e9 N/m 65 Gambar 4.18 Percepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e9 N/m 65 Gambar 4.19 Gaya pada main bearing vs sudut engkol dengan k=1x10e9 N/m 66 Gambar 4.20 Displacement Crankshaft vs sudut engkol dengan k=1x10e9 N/m 66 Gambar 4.21 Posisi piston vs sudut engkol dengan k=1x10e10 N/m 69 Gambar 4.22 Kecepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e10 N/m 70 Gambar 4.23 Percepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e10 N/m 70 Gambar 4.24 Gaya pada main bearing vs sudut engkol dengan k=1x10e10 N/m 71 Gambar 4.25 Displacement Crankshaft vs sudut engkol dengan k=1x10e10 N/m 71 Gambar 4.26 Posisi piston vs sudut engkol dengan k=1x10e11 N/m 74 Gambar 4.27 Kecepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e11 N/m 75 Gambar 4.28 Percepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e11 N/m 75 Gambar 4.29 Gaya pada main bearing vs sudut engkol dengan k=1x10e11 N/m 76 Gambar 4.30 Displacement Crankshaft vs sudut engkol dengan k=1x10e11 N/m 76 Gambar 4.31 Posisi piston vs sudut engkol dengan k=1x10e12 N/m 79 Gambar 4.32 Kecepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e12 N/m 80 Gambar 4.33 Percepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e12 N/m 80 Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

18 Gambar 4.34 Gaya pada main bearing vs sudut engkol dengan k=1x10e12 N/m Gambar 4.35 Displacement Crankshaft vs sudut engkol dengan k=1x10e12 N/m xvi Gambar 4.36 Displacement pada crankshaft vs Sudut Engkol ( ) dengan pegas k=1x10e7 N/m 87 Gambar 4.37 Displacement pada crankshaft vs Sudut Engkol ( ) dengan pegas k=1x10e8 N/m 87 Gambar 4.38 Displacement pada crankshaft vs Sudut Engkol ( ) dengan pegas k=1x10e9 N/m 87 Gambar 4.39 Displacement pada crankshaft vs Sudut Engkol ( ) dengan pegas k=1x10e10 N/m 88 Gambar 4.40 Displacement pada crankshaft vs Sudut Engkol ( ) dengan pegas k=1x10e11 N/m 88 Gambar 4.41 Displacement pada crankshaft vs Sudut Engkol ( ) dengan pegas k=1x10e12 N/m 88 Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

19 DAFTAR TABEL xvii Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Honda Tiger Tabel 3.2 Dimensi Elemen Motor Bakar Honda Tiger Tabel 3.3 Fungsi fitur pengukuran pada MSc.visualNastran 4D Tabel 4.1 Posisi, kecepatan dan percepatan piston 43 Tabel 4.2 Gaya-gaya pada bantalan dan pena akibat beban dinamis 47 HAL Tabel 4.3 Posisi, kecepatan, percepatan, gaya & displacement dengan k=1x10e7 N/m 52 Tabel. 4.4 Posisi, kecepatan, percepatan, gaya & displacement dengan k=1x10e8 N/m 57 Tabel. 4.5 Posisi, kecepatan, percepatan, gaya & displacement dengan k=1x10e9 N/m 62 Tabel. 4.6 Posisi, kecepatan, percepatan, gaya & displacement dengan k=1x10e10 N/m 67 Tabel. 4.7 Posisi, kecepatan, percepatan, gaya & displacement dengan k=1x10e11 N/m 72 Tabel. 4.8 Posisi, kecepatan, percepatan, gaya & displacement dengan k=1x10e12 N/m 77 Tabel. 4.9 Displacement maksimum yang terjadi pada crankshaft dengan kekakuan pegas berbeda 84 Tabel 4.10 Verifikasi hasil simulasi dan perhitungan manual pada sudut engkol Tabel 5.1 Besar gaya-gaya pada bantalan & pena akibat beban dinamis 90 Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

20 xviii DAFTAR NOTASI Simbol Arti Satuan a = Percepatan linear m/s 2 A = Amplitudo m A A = Percepatan pada titik A m/s 2 A B = Percepatan pada titik B m/s 2 A g3 = Percepatan pada titik pusat massa connecting rod m/s 2 Ap = Luas Permukaan Piston m 2 c = Redaman pegas Ndet/m D = diameter piston m f = Frekuensi Hz F o = Gaya rangsangan N F = Gaya tekan piston N F 12 = Gaya titik 1 terhadap batang 2 N F 23 = Gaya batang 2 terhadap batang 3 N F 14 = Gaya titik 1 terhadap batang 4 N F 43 = Gaya batang 4 terhadap batang 3 N F A3 = Gaya inersia massa connecting rod terkonsentrasi p pena engkol N = Gaya inersia massa connecting rod terkonsentrasi p pena piston N F B3 F CR = Gaya inersia massa connecting rod N F CW = Gaya massa bobot imbang N g = Percepatan grafitasi m/s 2 i = Jumlah silinder - L = Panjang connecting rod m k = Kekakuan pegas N/m m = Massa kg M 4 = Massa piston kg Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

21 M A3 = Massa connecting rod terkonsentrasi di pena engkol kg M B3 = Massa connecting rod terkonsentrasi di pena piston kg n = Putaran crankshaft rpm Ne = Daya Efektif Hp O 2 = Pusat poros engkol - P = Tekanan Gas Pa P rata-rata = Tekanan Efektif rata-rata kg/cm 2 R = Jari-jari crankshaft m TMA = Titik Mati Atas - TMB = Titik Mati Bawah - t = Waktu det T s = Torsi pada poros engkol N.m v = Kecepatan linear piston m/s V d = Volume Silinder m 3 ω n = Frekuensi natural rad/det x = Perpindahan Piston m x = Turunan pertama perpindahan - x = Turunan kedua perpindahan - φ = Sudut antara connecting rod dan garis kerja piston deg θ 2 = Sudut poros engkol deg θ 3 = Sudut connecting rod deg τ = Perioda det ζ = Faktor redaman - xix Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

22 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran-1 Spesifikasi Honda Tiger Lampiran 2 Data Pengukuran Elemen Motor Bakar 3. Lampiran 3 Geometri Bentuk Pegas Pada Crankshaft 4. Lampiran 4 Validasi Perhitungan Manual 5. Lampiran 5 Grafik Gabungan Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

23 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motor Bakar adalah salah satu mesin dengan pembakaran dalam. Daya yang dibangkitkan pada motor bakar berasal dari pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen dari udara. Gas pembakaran yang dihasilkan oleh proses tersebut mampu menggerakkan piston yang kemudian diteruskan melalui connecting rod menuju crankshaft. Gerak translasi piston akan menyebabkan gerak rotasi pada crankshaft. Gambar 1.1 Engkol Peluncur Sebuah kendaraan bermotor pada kondisi kecepatan tinggi tentunya harus memenuhi persyaratan yang ketat agar layak digunakan, salah satunya adalah Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

24 bahwa kendaraan harus stabil pada putaran tinggi, artinya getaran yang ditimbulkan oleh putaran mesin harus dalam batas yang ditentukan. Suatu mekanisme yang tidak seimbang atau tidak stabil akan mengakibatkan kebisingan, getaran, tegangan-tegangan akibat getaran, keausan, dan terlepasnya sambungansambungan akibat getaran dan keausan. Dalam mendesain kekuatan komponen-komponen motor bakar, adalah penting untuk menghitung besar gaya-gaya dan momen yang bekerja pada setiap komponen. Motor bakar sebagai salah satu contoh dari mekanisme engkol peluncur, mempunyai komponen-komponen kritis seperti bantalan (Bearing) dan pena (Pin). Hal ini disebabkan terkonsentrasinya gaya-gaya pada elemen ini. Dalam mekanisme yang beroperasi pada putaran tinggi, besar gaya-gaya yang timbul akibat adanya percepatan massa komponen akan lebih besar dibandingkan gaya-gaya statis yang bekerja pada komponen mesin itu sendiri. Komponen torak yang bergerak bolak-balik (Reciprocating), akan menimbulkan arah gaya yang bolak-balik sesuai pergerakannya, sehingga mengakibatkan terjadinya getaran yang ditimbulkan oleh gaya di bantalan poros engkol pada mekanisme engkol peluncur. Pada kecepatan-kecepatan tertentu dimana getaran menjadi sangat besar, dapat terjadi kegagalan pada poros atau bantalan-bantalan. Getaran semacam ini menimbulkan displacement pada ujung poros engkol (main bearing) sehingga dapat menyebabkan apa yang disebut olakan poros, atau mungkin menyebabkan suatu osilasi puntir pada poros, atau kombinasi pada keduanya. Dengan bantuan komputer, metode elemen hingga mampu menentukan besaran displacement yang terjadi pada ujung poros engkol yang umumnya sulit Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

25 dipecahkan melalui analisis matematis. Hal ini disebabkan karena analisis matematis memerlukan besaran atau harga yang harus diketahui pada setiap titik pada struktur yang dikaji. Metode elemen hingga menggunakan pendekatan terhadap harga-harga yang tidak diketahui pada setiap titik diskrit. Dimulai dengan permodelan suatu objek, kemudian membaginya dalam bagian yang kecil. Namun secara keseluruhan masih mempunyai sifat yang sama dengan benda yang utuh sebelum pembagian. 1.2 Perumusan Masalah Kerangka Konsep Permasalahan : Gaya dan Displacement pada main bearing Menyebabkan: Getaran pada crankshaft Dampak : - Keandalan mesin menjadi buruk - Biaya menjadi mahal akibat kegagalan produk Metode: Melakukan simulasi komputer yang mampu menganalisa getaran mekanisme Simulasi Komputer Membuat permodelan engkol peluncur (torak, connecting rod, dan crankshaft) Melakukan simulasi engkol paluncur dengan bantalan pegas pada ujung crankshaft. Hasil Skripsi: Besaran displacement pada ujung crankshaft Nilai kekakuan pegas yang paling efekif Gambar 1.2 Kerangka Konsep Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

26 Dalam mekanisme motor bakar, connecting rod berperan merubah gerak translasi piston menjadi gerak rotasi dan mentransmisikan tenaga ke poros engkol. Komponen torak yang bergerak bolak-balik (Reciprocating), akan menimbulkan arah gaya yang bolak-balik sesuai pergerakannya, sehingga mengakibatkan terjadinya getaran pada bantalan. Untuk mengurangi getaran pada main bearing 3 (F 12 ) digunakan bantalan pegas yang dipasang pada ujung crankshaft. Dimana prinsip kerjanya untuk meredam perpindahan crankshaft dari pusat poros ketika berotasi. Dengan menggunakan software MSc.visualNastran 4D 2004 dilakukan simulasi mekanisme engkol peluncur dan pada simulasi tersebut akan dipasangkan bantalan pegas pada ujung crankshaft dengan variasi pada nilai kekakuan pegas. Hal ini bertujuan untuk memperoleh nilai displacement yang paling kecil. 1.3 Tujuan Penelitian Pada tugas skripsi ini ada 3 tujuan utama akan diteliti: 1. Membuat suatu permodelan dan simulasi komputer dari mekanisme kerja engkol peluncur yang diaplikasikan pada motor bakar satu silinder. 2. Menghitung besaran displacement pada ujung crankshaft menggunakan software visualnastran 4D 2004 dengan memvariasikan nilai kekakuan pegas pada ujung crankshaft. 3. Mengetahui pengaruh kekakuan pegas terhadap displacement crankshaft yang terjadi pada mekanisme engkol peluncur. 1.4 Metodologi Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

27 Metode untuk menghitung besaran displacement pada ujung crankshaft adalah dengan metode analitis yang diprogramkan dengan teknik visualisasi yang kompatibel dengan komputer yang berbasiskan Windows. Metode analitis digunakan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang lebih teliti. Dan perhitungan berulang untuk analisa satu siklus putaran motor bakar hanya memerlukan waktu singkat dengan bantuan komputer, sehingga kita 4 4 akan lebih terfokus pada analisa akibat perubahan nilai variabel input terhadap output. Dan hasil perhitungan dapat dengan mudah ditampilkan dalam bentuk angka-angka yang tertabulasi, dan grafik-grafik yang mudah untuk dianalisa. Hal ini berarti akan sangat mudah melakukan analisa perhitungan teknik yang rumit dengan bantuan komputer. Proses perhitungan menggunakan perangkat lunak (Software) MSc. visualnastran 4D Software ini mampu membuat simulasi engkol peluncur dan menghitung besaran displacement yang terjadi pada ujung crankshaft. 1.5 Batasan Masalah Dalam skripsi ini dilakukan simulasi terhadap sistem motor bakar satu silinder tipe empat langkah menggunakan pegas tanpa redaman (undamped vibration) sebagai bantalan. Daya maksimum 16,7 PS pada putaran maksimum 8500 rpm. Menggunakan tekanan efektif rata-rata sebagai beban (load) untuk mendesak piston. Hal ini bertujuan agar dalam proses simulasi digunakan suatu harga tekanan yang konstan dan mudah dianalisa. Jenis, panjang, jumlah dan posisi pegas yang digunakan pada simulasi diasumsikan sama. Untuk mempermudah analisa. Gesekan pada bantalan, gesekan pada pena engkol, gesekan pada pena torak, dan gesekan torak terhadap dinding silinder diabaikan. Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

28 1.6 Sistematika Penulisan Tugas skripsi ini terbagi kedalam tiga bagian yaitu membuat gambar 5 permodelan dengan Software SolidWorks 2007 kemudian disimulasikan dengan MSc.visualNastran 4D 2004 dan yang terakhir menganalisa hasil simulasi. Kemudian hasil akan disajikan kedalam tulisan yang terdiri dari 5 bab. Bab I adalah Pendahuluan. Bab ini memberikan gambaran menyeluruh mengenai Tugas skripsi yang meliputi, pembahasan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II adalah Tinjauan pustaka, berisikan landasan teori dan studi literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan serta metode pendekatan yang digunakan untuk menganalisa persoalan. Bab III adalah Metodologi penelitian yang berisikan spesifikasi sistem motor bakar piston satu silinder, langkah permodelan dari sistem kerja engkol peluncur dengan bantalan pegas pada ujung crankshaft menggunakan software Solid Works serta pembuatan simulasi menggunakan MSc.visualNastran 4D BAB IV adalah Hasil simulasi dan diskusi. Pada bab ini berisikan hasil simulasi dan juga hasil diskusi. Pada bagian akhir bab, berisikan verifikasi hasil simulasi dengan perhitungan manual. BAB V adalah Kesimpulan dan saran yang berisikan kesimpulan akhir yang didapat dari Skripsi ini Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Bab ini memberikan gambaran umum tentang latar belakang pengertian pada pembangkitan gaya dan getaran pada mekanisme sebuah mesin bolak-balik (Reciprocating Engine). Sebagian besar topik ini dikutip dari Mabie Reinholtz [1] dan William T Thomson [3]. Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

30 Gambar 2.1 Diagram benda bebas dari sebuah mekanisme engkol peluncur (dari Mabie dan Reinholtz[1]) 7 Muhammad Novaro : Analisa Pengaruh Kekakuan Pegas Terhadap Displacement Pada Poros Engkol (Crankshaft) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga, 2009.

31 Gambar 2.1 menunjukkan diagram benda bebas dari sebuah mekanisme engkol peluncur. F O4 adalah vektor gaya inersia yang bekerja pada pusat torak (batang 4), yang besarnya adalah F O4 = M 4 A g4. F B3 adalah vektor gaya inersia yang bekerja pada titik massa bergerak batang hubung, M B3, yang letaknya pada pena torak (wrist pin) B dan sepusat dengan pusat torak. Besar dari F B3 adalah F B3 = M B3.A B. Ini menunjukkan bahwa karena pusat torak sepusat dengan pena torak B, A g4 = A B. F 41 adalah gaya reaksi torak terhadap dinding silinder. F 12 adalah gaya dari poros engkol yang bekerja pada bantalan poros engkol (Main Bearing) yang terletak pada blok mesin (Engine Block). Gaya yang terjadi pada poros engkol (F 12 ) dapat menyebabkan terjadinya displacement pada ujung poros engkol. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kestabilan mesin serta tingkat kegagalan pada bantalan. Untuk memperkecil nilai F 12 maka digunakan counterweight yang berupa beban (M cw ) dan menimbulkan gaya F cw, dimana gaya ini dapat menyeimbangkan poros engkol sehingga titik berat poros engkol berada tepat dipusat bantalan dan nilai F 12 menjadi kecil hingga mendekati nol Torsi poros T s, dengan besar T s = F 41.h, menimbulkan kopel yang bekerja pada blok mesin, dan torka poros mengalami perubahan arah dan besar selama fase siklus mesin, hal ini menyebabkan blok mesin berosilasi secara rotasi. Jadi torka poros Ts dapat disebut sebagai kopel kocok sumbu-z untuk contoh motor bakar satu silinder. 8

32 2.2 Mekanisme Engkol Peluncur Motor bakar satu silinder menggunakan mekanisme engkol peluncur dalam pengoperasiannya. Untuk aplikasi mekanisme ini pada sebuah motor bakar, usaha hasil pembakaran bahan bakar dan oksigen yang berekspansi akan mendorong torak atau piston yang dilanjutkan ke batang penghubung yang akan memutar poros engkol, yang kemudian diidealisasikan akan menghasilkan putaran konstan dengan bantuan sebuah roda gila (Fly Wheel). Gambar 2.2 memperlihatkan skema dari mekanisme engkol peluncur. Batang 1 adalah kerangka tetap, batang 2 adalah engkol, batang 3 adalah batang hubung, dan batang 4 adalah peluncur, yang mana pada kasus ini torak meluncur sepanjang silinder. ω 3 A g3 ω 1 2 R O2 θ 2 2 θ 3 3 β L φ R sinθ 2 = Lsinφ 4 B TMA a v X R + L Gambar 2.2 Geometri mekanisme engko l peluncur 9

33 Pada siklus Otto, energi yang dihasilkan berasal dari pembakaran antara campuran bahan bakar. Hasil pembakaran akan menghasilkan tekanan gas yang menekan piston, kemudian diteruskan sampai poros engkol untuk menghasilkan tenaga. Gaya tekan pada siklus Otto bergantung pada tekanan gas yang terjadi akibat ledakan dari pembakaran bahan bakar[6]. Gambar 2.3 Tekanan Efektif Rata-Rata Pada Siklus Otto[6] Meskipun efisiensi dari siklus Otto sangat ditentukan oleh perbandingan kompresinya, akan tetapi nilai tekanan, temperatur dan kerja yang dihasilkan persiklus tergantung dari nilai P 1, T 1 dan Q 2-3. Selain itu selama siklus berlangsung, temperatur dan tekanannya selalu berubah-ubah. Oleh karena itu sebaiknya dapat dicari harga tekanan tertentu (yang konstan) yang apabila mendorong torak sepanjang langkahnya dapat menghasilkan kerja persiklus yang sama dengan siklus yang dianalisa. Tekanan tersebut dinamakan tekanan efektif rata-rata (P ratarata)[4:hal30]. 10

34 Secara matematis hubungan antara tekanan gas dan gaya tekan dapat dituliskan sebagai berikut: F = P. Ap (2.1) dimana: P = Tekanan Gas, Pascal F = Gaya Tekan, Newton Ap = Luas Permukaan Piston = π 2 4 D D = diameter piston Untuk menghitung tekanan gas rata-rata yang terjadi pada siklus Otto dapat dihitung dengan menggunakan rumus: dimana: P rata-rata = Ne x V.a.n.i d (2.2) Ne = Daya Efektif (PS) ; n = Putaran crankshaft (rpm) P rata-rata = Tekanan Efektif rata-rata (kg/cm 2 ) V d = Volume Silinder (cm 3 ), i = Jumlah silinder a = Jumlah siklus perputaran = ½ untuk motor 4 langkah 2.3 Persamaan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Seperti yang didiskusikan Mabie dan Reinholtz[1], perpindahan x dari peluncur torak (Batang 4) dimulai dari Titik Mati Atas (TMA), Top Dead Center 11

35 (TDC)) dapat dihitung dari gambar 2.2: x = ( R + L) ( R cosθ 2 + L cosφ) = R ( 1 cosθ 2 ) + L(1 cosφ) (2.3) Dapat dilihat juga bahwa, L sinφ = Rsinθ R sinφ = sinθ 2 (2.4) L Dengan menggunakan rumus identitas trigonometri dari 2 cosφ = 1 sin φ dan mensubsitusikan persamaan (2.4) ke persamaan (2.3), perpindahan x dapat ditulis kembali dengan: 2 R 2 x = R( 1 cosθ + 2 ) L 1 1 sin θ 2 (2.5) L Persamaan (2.5) dapat disederhanakan untuk memudahkan perhitungan 2 R 2 dengan mengganti 1 sin θ 2 L 2 dengan deret binomial dari: (1 ± B ) 2 1/ 2 = 1± R Dimana B = sinθ 2. L 1 2 B B 1.3B ± B ±... Pada penggunaan secara umum, ketelitian yang cukup dapat diperoleh dengan menggunakan dua orde pertama dari deret binomial tersebut. Dengan menerapkan deret ini ke persamaan (2.5) menghasilkan: [1,hal 19] 12

36 x 2 1 R 2 R( 1 cosθ 2 ) + L 1 1 sin θ 2 L = 2 2 R 2 ( 1 cosθ 2 ) sin θ 2 2 = R + (2.6) L Dengan θ 2 = ω 2. t dimana ω 2 adalah konstan, dari hasil turunan pertama dan turunan kedua dari persamaan x terhadap waktu, maka kecepatan dan percepatan peluncur torak diperoleh: [1,hal 20] dx R v = = Rω2 sinθ 2 + sin 2θ 2 (2.7) dt 2L 2 d x 2 R a = = Rω2 cosθ 2 + cos 2θ 2 2 dt (2.8) L 2.4 Analisa Gaya-Gaya Pada Motor Bakar Satu Silinder Dengan Metode Massa Terkonsentrasi Pada gambar 2.4 diperlihatkan mekanisme sebuah motor bakar satu silinder dengan pendekatan massa terkonsentrasi ekivalen batang hubung. Salah satu massa, M B3, berlokasi pada pena piston, dan yang lain terkonsentrasi di pena engkol, M A3. Kemudian, beban dinamis batang hubung diwakili oleh vektor gaya inersia F B3 dan F A3, besar gaya F B3 = M B3. A B dan F A3 = M A3. A A. Untuk semua fase mekanisme, garis aksi F B3 berada sepanjang garis bolak-balik pada pena piston, dan F A3 selalu mengarah keluar dari sumbu engkol secara seragam. 13

37 y P F B M B3 F 04 3 h F B3 φ g3 rd F A3 ω 2 θ 2 A 2 o 2 1 M A3 x T s F 12 F cw M cw d Gambar 2.4 Gaya-gaya yang bekerja pada mekanisme motor bakar (dari Mabie dan Reinholtz[1]) 14

38 Sesuai gambar 2.4, sudah merupakan hal umum untuk menambahkan massa M cw pada massa pengimbang (counterweight) engkol yang kemudian akan membangkitkan F cw untuk menghilangkan gaya F A3 massa batang hubung. Dengan cara ini, massa-massa yang berputar bersama engkol (massa engkol ditambah M A3 ) diseimbangkan sehingga pusat massa terletak di O 2 sehingga tidak ada gaya yang beraksi pada bantalan poros engkol. Kemudian akan diamati bahwa semua gaya yang bekerja pada batang hubung, gaya-gaya inersia dan gaya-gaya pada bantalan, beraksi pada ujung-ujung batang hubung A dan B. Tidak ada komponen gaya-gaya melintang di antara kedua ujung batang hubung untuk menekuk atau menggunting batang, oleh karena itu gaya-gaya hanya bekerja secara tarikan aksial dan tekanan aksial. Ini adalah hasil asumsi bahwa M A3 dapat ditempatkan pada pena engkol A. Bukti bahwa gaya batang hubung adalah searah aksial memungkinkan untuk menganalisa gaya-gaya pada mekanisme tanpa menggunakan metode superposisi. Gambar 2.4 menunjukkan gaya-gaya yang beraksi pada mekanisme. Dari gaya-gaya ini, F 4,F O4,F A3,F B3, dan F cw diketahui besar dan arah vektornya; F 14 diketahui hanya arahnya. Tidak ada yang diketahui pada gaya F 12 yang bekerja pada titik O 2. Persamaan untuk gaya-gaya ini, kecuali F 12, dapat ditulis: [1,hal 446] F 4 = (P + F O4 ) i (2.9) F B3 = F B3 j (2.10) F A3 ( cos( 90 θ ) i + sin ( θ ) j) = F A (2.11) F CW ( cos( 90 θ ) i + sin ( θ ) j) = (2.12) F A F 14 = F 14 i (2.13) 15

39 Pada gambar 2.5 diperlihatkan diagram benda bebas piston dan bagian atas batang hubung. Pada elemen ini beraksi gaya-gaya F 4,F B3,F 14, dan F CR. F 4 F 14 4 B φ 3 F B3 F CR Gambar 2.5 Gaya-gaya yang bekerja pada piston (dari Mabie dan Reinholtz[1]) Arah garis gayanya adalah sepanjang batang hubung karena batang hubung diganti menjadi dua massa terkonsentrasi. Persamaan untuk F CR dapat ditulis sebagai berikut: F CR ( sin φ i + cosφ j) = (2.14) F CR Karena piston dan bagian atas batang hubung berada pada kondisi setimbang oleh empat buah gaya yang beraksi,maka: F 4 + F B3 + F 14 + F CR = 0 (2.15) 16

40 Dengan melihat gambar 2.6, yang mana memperlihatkan bagian atas batang hubung dikenai gaya-gaya F B3, F CR dan F 43. Persamaan kesetimbangan berikut dapat ditulis: F B3 + F CR + F 43 = 0 (2.16) F B3 F 43 B φ 3 F CR Gambar 2.6 Gaya-gaya yang bekerja pada batang hubung terkonsentrasi di titik B (dari Mabie dan Reinholtz[1]) Gambar 2.7 menunjukkan diagram benda bebas bagian bawah batang hubung yang dikenai gaya-gaya F CR, F A3 dan F 23. Persamaan kesetimbangan berikut dapat dituliskan: F CR + F A3 + F 23 = 0 (2.17) 17

41 F CR 3 F A3 F 23 Gambar 2.7 Gaya-gaya yang bekerja pada batang hubung terkonsentrasi di titik A (dari Mabie dan Reinholtz[1]) A Gambar 2.8 menunjukkan engkol dan pengimbang dikenai gaya-gaya F 32, F CW, dan F 12. Persamaan kesetimbangannya adalah: F 32 + F CW + F 12 = 0 (2.18) o 2 F 32 cw 2 F cw F 12 Gambar 2.8 Gaya-gaya yang bekerja pada poros engkol (dari Mabie dan Reinholtz[1]) 18

42 Dan akhirnya torka poros engkol Ts, dapat dengan mudah dihitung dengan korelasi: T s = F 14. h (2.19) 2.5 Getaran Mekanis Gerak adalah perpindahan titik dari koordinat satu ke koordinat yang lainnya. Sedangkan getaran adalah gerak bolak-balik yang melewati titik tetap. Pada umumnya, getaran merupakan bentuk energi sisa dan pada berbagai kasus tidak diinginkan. Khususnya hal ini pada mesin-mesin; karena getaran menimbulkan bunyi, merusak bagian mesin dan memindahkan gaya yang tidak diinginkan serta menggerakkan benda yang didekatnya (Thomson, 1981) Gerak Harmonis Gerak osilasi dapat berulang secara teratur atau dapat juga sangat tidak teratur. Jika gerak itu berulang dalam selang waktu yang sama τ, maka gerak disebut gerak periodik. Waktu pengulangan τ tersebut disebut perioda osilasi, sedangkan kebalikannya, f 1 = disebut frekuensi. Jika gerak τ dinyatakan dalam fungsi waktu x(t), maka setiap gerak periodik harus memenuhi hubungan (t) = x(t + r). Bentuk gerak periodik yang paling sederhana adalah gerak harmonis. Kondisi ini dapat diperagakan dengan sebuah massa yang digantung pada sebuah pegas ringan, seperti terlihat pada Gambar 2.9. Jika massa tersebut dipindahkan dari posisi diamnya dan dilepaskan, maka massa tersebut akan berosilasi naik turun dengan persamaan: [3, hal 3] t x = A sin 2π τ (2.20) 19

43 Gambar 2.9 Gerak Osilasi Pegas dengan A adalah amplitudo osilasi diukur dari posisi setimbang massa, dan τ adalah perioda. Gerak diulang pada t = τ. Gerak harmonis sering dinyatakan sebagai proyeksi suatu titik yang bergerak melingkar dengan kecepatan tetap kepada suatu garis lurus seperti terlihat dalam Gambar Dengan kecepatan sudut garis op sebesar w, perpindahan simpangan x dapat dituliskan sebagai: x = A sin ω n t (2.21) Besaran co biasanya diukur dalam radian per detik dan disebut frekuensi lingkaran. Karena gerak berulang dalam 2π radian, maka didapat hubungan: 2π ω = = 2π f (2.22) τ dengan τ dan f adalah perioda dan frekuensi gerak harmonis, berturut-turut biasanya diukur dalam detik dan siklus per detik. Kecepatan dan percepatan gerak harmonik dapat diperoleh secara mudah dengan diferensiasi Pers dengan menggunakan notasi titik untuk turunannya, maka didapat: 20

44 π x = ω n Acosωnt = ωn Asin( ωnt + ) (2.23) x = ω Asinω t = ω Asin( ω t + π ) (2.24) n n n n Gambar 2.10 Gerak Harmonis sebagai Proyeksi Titik Bergerak pada Lingkaran Dengan demikian, kecepatan dan percepatan juga harmonis dengan frekuensi osilasi yang sama, tetapi mendahului simpangan, berturut-turut dengan π/2 dan π radian. Gambar 2.11 menunjukkan baik perubahan terhadap waktu maupun hubungan fasa vektor antara simpangan, kecepatan dan percepatan pada gerak harmonik. Gambar 2.11 Hubungan Fasa Vektor antara Simpangan, kecepatan, dan Percepatan 21

45 Peninjauan Persamaan 2.21 dan 2.24 menunjukkan bahwa 2 (2.25) x= ω x Sehingga dalam gerak harmonik, percepatan adalah sebanding dengan simpangan dan arahnya menuju titik asal. Karena Hukum Newton kedua untuk gerak menyatakan bahwa percepatan sebanding dengan gaya, maka gerak harmonik dapat diharapkan pada sistem dengan pegas linier dengan gaya bervariasi sebagai kx Getaran Bebas Dalam mengurangi efek getaran, salah satu pendekatannya yaitu melakukan studi lengkap terhadap persamaan gerakan sistem yang ditinjau. Sistem diidelisasikan dan disederhanakan dengan terminologi massa, pegas dan dashpot, yang berturut-turut menyatakan benda, elastisitas dan gesekan sistem. Kemudian persamaan gerakan (equation of motion), menyatakan perpindahan sebagai fungsi waktu atau akan memberikan jarak kedudukan massa sesaat selama gerakannya dan kedudukan kesetimbangannya. Kemudian dari persamaan gerakan diperoleh sifat penting sistem getaran yaitu frekuensi pribadi (natural frequency). Hukum Newton kedua adalah dasar pertama untuk meneliti gerak sistem. Seperti yang ditunjukan dalam Gambar 2.12, perubahan bentuk pegas pada posisi kesetimbangan statik adalah Δ, dan gaya pegas kδ adalah sama dengan gaya gravitasi w yang bekerja pada massa m: [3, hal 16] kδ = w = m.g (2.26) Dengan mengukur simpangan x dari posisi kesetimbangan statik, maka gaya-gaya yang bekerja pada m adalah k(δ + x) dan w. dengan x yang dipilih positif dalam 22

46 arah ke bawah, semua besaran berupa gaya, kecepatan, dan percepatan juga positif dalam arah ke bawah. Gambar 2.12 Sistem Massa Pegas dan Diagram Benda Bebas Bilamana hukum Newton kedua untuk gerak diterapkan pada massa m sebagai berikut: Oleh karena kδ = w, maka diperoleh: m x = ΣF = w k( + x) (2.27) m x = kx (2.28) Dengan mendefinisikan frekuensi natural ω n lewat persamaan: m x + kx m( ω 2 n = 0 Asinω t( mω n Dengan syarat : Asinω t) + k( Asinω t) = 0 n 2 n + k) = 0 dimanis x = Asinω t 0 statis x = Asin ω t = 0 2 m n maka nilai ω + k = 0 sehingga n n n 2 k ω n = (2.29) m 23

47 Dan dapat ditulis sebagai x + ω 2 x = 0 (2.30) Perioda natural osilasi dibentuk dari ω n τ = 2π, atau: Sedangkan frekuensi naturalnya adalah: n m τ = 2π (2.31) k f n 1 1 k = = (2.32) τ 2π m 24

48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Bab ini berisikan metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada skripsi ini. Secara umum metodologi yang digunakan dalam skripsi ini dibagi kedalam beberapa 2 tahapan yaitu: (1) Permodelan mekanisme dengan software SolidWorks 2007; (2) Analisa perhitungan displacement pada crankshaft menggunakan MSc.visualNastran 4D Hasil dari analisa komputer akan ditampilkan pada bab IV. Dalam skripsi ini dilakukan studi kasus mekanisme motor bakar yang diaplikasikan pada sepeda motor merek Honda Tiger 2000, dimana data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3.1 dan tabel 3.2. Kemudian dilakukan permodelan dengan menggunakan bantuan software SolidWorks 2007 untuk memperoleh assembly dari mekanisme motor bakar. Hasil permodelan dikirim ke software MSc.visualNastran 4D Pada proses simulasi pada ujung crankshaft dipasang pegas tanpa redaman (undamped vibration) dengan nilai kekakuan dimulai dari 1x10E7 N/m hingga 1x10E12 N/m. Penentuan nilai kekakuan pegas didapat dari proses try dan error yang diketahui bahwa bila nilai kekakuan lebih kecil dari 1x10E7 N/m maka nilai displacement akan sangat besar, sedangkan bila lebih besar dari 1x10E12 N/m maka mekanisme engkol peluncur akan gagal. Spesifikasi pegas dapat dilihat pada lampiran 3. 25

49 3.2 Studi Kasus Spesifikasi Motor Bakar Satu Silinder. Sebagai studi kasus dalam skripsi ini, dipilih motor bakar jenis bensin yang biasa diaplikasikan pada sepeda motor. Adapun spesifikasi mesin yang digunakan dalam skripsi ini merupakan mesin dari sepeda motor Honda Tiger yang merupakan keluaran dari perusahaan sepeda motor terkemuka di Indonesia. Spesifikasi mesin tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Honda Tiger 2000 Tipe 4 Langkah Diameter x Langkah Volume Silinder Jumlah Silinder 63.5 x 62,2 mm cc 1 Silinder Perbandingan Kompresi 9.0 : 1 Daya Maksimum Torsi Maksimum Berat Sistem Pengapian 16.7 PS / 8,500 rpm 1.60 kgf.m / 7,000 rpm 137 kg CDI-AC, Magneto Sumber: CV. Indako Trading Co Dimensi Motor Bakar Satu Silinder Data dimensi ini akan digunakan untuk proses permodelan dengan software Solid Work Hasil pengukuran dapat ditabulasikan pada tabel

50 Tabel 3.2 Dimensi Elemen Motor Bakar Honda Tiger 2000 Elemen Mesin Dimensi Massa Piston Diameter: 63.5 mm 150 gr Batang Hubung (L) 105 mm 206 gr Poros Engkol (R) 31,1 mm 2200 gr Pena Piston Pena Engkol Sumber: CV. Indako Trading Co. Diameter = 15 mm Panjang = 56 mm Diameter = 38 mm Panjang = 56 mm 50gr 280 gr Geometri Komponen Motor Bakar Satu Silinder Untuk proses analisa mekanisme displacement pada crankshaft, diperlukan geometri dari mekanisme motor bakar satu silinder. Bagian dari mekanisme motor bakar meliputi : (1) Piston; (2) Connecting rod; (3) Twist Pin; (4) Crank Pin; dan (5) Crankshaft. Dimensi dan geometri komponen dapat dilihat pada lampiran Vibratory System Gambar 3.1. Posisi pegas pada crankshaft Gambar 3.1. a memperlihatkan posisi pegas pada crankshaft yang dipasang pada sudut 0, 90, 180 dan 270 yang berada pada sumbu x dan y. Nilai kekakuan 27

51 pegas adalah sama (k 1 =k 2 =k 3 =k 4 ). Untuk mempermudah menganalisa nilai displacement maka diterapkan system super posisi yaitu dengan membagi dua posisi pegas, dengan masing-masing berada pada arah sumbu y (gambar 3.1.b) dan sumbu x (gambar 3.1.c). Maka ada dua persamaan, yaitu: m x + k + k ) x = f (3.1) x ( 2 4 x x m x + k + k ) x = f (3.2) y ( 1 3 y y Karena nlai k adalah sama maka persamaan 3.1 dan 3.2 menjadi m x + (2k) x = xy xy f xy Dan dapat disederhanakan 2 m ( ω x ) + (2k) x = xy xy f xy x ( mω + 2k) = 2 xy f xy x xy f xy = 2 ( mω + 2k) (3.3) 3.4 Analisa Pembebanan Pembebanan diawali dari mencari nilai gaya tekan yang terkonsentrasi di piston. Dengan melihat kembali gambar 2.5, besarnya konsentrasi gaya F dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.2: Tekanan gas efektif (Mep) dapat dihitung: Daya efektif (N e ) Diameter Piston (d) = 16.7 PS = 63.5 mm = 6.35 cm Panjang Langkah (L) = 2R = 62.2 mm = 6.22 cm 28

52 π Volume = ( d ). L = (6.35) = 1,9688 x10 2 cm 3 P rata-rata = Ne x V.a.n.i d dimana: Ne = Daya Efektif (Hp) ; n = Putaran crankshaft (rpm) P rata-rata = Tekanan Efektif rata-rata (kg/cm 2 ) V d = Volume Silinder (cm 3 ), i a = Jumlah silinder = Jumlah siklus perputaran = ½ untuk motor 4 langkah P rata-rata = 16.7x kg / cm x = kg/cm 2 = N/cm 2 Gaya tekan pada piston (F) diperoleh: F = P rata-rata. A π = N/cm 2 2. ( ) = 2800 N Diagram Alir Simulasi Dalam skripsi ini, aliran proses simulasi menggunakan bantuan komputer meliputi, yaitu (1) Proses pemodelan untuk membuat suatu sistem motor bakar satu silinder akan dilakukan dengan menggunakan bantuan software SolidWorks 2007, karena software SolidWorks 2007 ini mampu melakukan permodelan secara tiga dimensi (gambar 3.2); (2) Simulasi permodelan dengan menggunakan software MSc.visualNastran 4D 2004 (gambar 3.3). 29

53 MULAI Permodelan Bagian-Bagian Komponen (Piston, Pena Piston, Connecting rod, Pena engkol dan Crankshaft) sesuai dimensi. Membuat Assembly (Perintah mate ) Periksa Hubungan ke Menu Nastran Menghubungkan dengan Software Nastran Berhasil? Tidak Ya SELESAI Gambar 3.2 Diagram Alir Permodelan Dengan Software SolidWorks

54 MULAI Mengimport GEOMETRY ASSEMBLY Mendefenisikan TYPE OF JOINT (Revolute Joint, Rigid Joint, Bushing, Spring) Mendefenisikan MATERIAL PROPERTIES (E,υ,ρ,S y,s ut ) Menetapkan UKURAN MESH (5mm) Proses MESHING Berhasil? Tidak Ya Mendefinisikan ANALYSIS TYPE A B 31

55 A B Menetapkan KONDISI BATAS (Putaran = 8500 rpm) Menetapkan BEBAN (LOAD = 2800 N) Proses PENYELESAIAN SISTEM Berhasil? Tidak Ya Proses Penampilan Hasil Kinematika Mekanisme (tabel dan grafik posisi, kecepatan, percepatan). Besaran displacement pada ujung crankshaft Nilai kekakuan pegas yang paling efekif SELESAI Gambar 3.3 Diagram Alir Simulasi Dengan MSc.visualNastran 4D

56 3.6 Prosedur Simulasi Permodelan Mekanisme Motor Bakar Satu Silinder Karena keterbatasan software MSc.visualNastran 4D 2004 dalam hal permodelan, maka proses permodelan akan menggunakan bantuan software SolidWorks Program ini mampu membuat permodelan tiga dimensi dan mampu berkomunikasi dengan software MSc.visualNastran 4D 2004, sehingga hasil permodelan dengan Software SolidWorks 2007 akan mampu diterjemahkan secara baik oleh MSc.visualNastran 4D 2004, baik dimensi maupun goemetri objeknya. Gambar 3.4 Tampilan Layar Pembuka Software SolidWorks 2007 Proses permodelan dimulai dengan membuat permodelan bagian-bagian mekanisme motor bakar meliputi: (1) Piston; (2) Connecting rod; (3) Pin piston; (4) Crank Pin; dan (5) Crankshaft. 33

57 Gambar 3.5 Hasil Permodelan Komponen dengan Software SolidWorks 2007 Setelah semua bagian terbentuk, kemudian elemen-elemen tersebut disatukan dengan menggunakan perintah mate untuk membentuk sebuah asembling dari mekanisme kerja motor bakar. Hasil assembly dapat dilihat pada gambar 3.6. Gambar 3.6 Hasil Asembling dengan Software SolidWorks

58 3.6.2 Simulasi Motor Bakar Satu Silinder Dengan Msc Nastran Hasil asembling pada gambar 3.6, kemudian di export ke Software simulasi. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software komputer MSc.visualNastran 4D 2004, dimana software program ini mampu melakukan analisis pembebanan statis dan dinamis, analisa temperatur temperatur, deformasi, defleksi, tegangan pada truss, dan sebagainya. Pada gambar 3.7 merupakan tampilan awal MSc.visualNastran 4D Gambar 3.7 Tampilan Pembuka MSc.VisualNastran 4D Proses Import Mekanisme Hasil proses modeling objek dengan software SolidWorks 2007, kemudian di kirim ke MSc.visualNastran 4D 2004 untuk dilakukan simulasi kerja motor bakar satu silinder. Proses import dilakukan dengan mengklik VisualNastran > Connect. Proses import dapat dilihat pada gambar

59 Gambar 3.8 Proses Import Mekanisme 2. Pemodelan Pegas Pada crankshaft akan dipasang pegas untuk mengetahui nilai displacement yang terjadi ketika simulasi berjalan. Pegas akan dipasangkan pada ujung crankshaft menggunakan constraint spring dengan mengatur koordinat masingmasing pegas pada sudut 90 O dan panjang 50 mm. Gambar 3.9 Pemodelan Pegas 36

60 3. Mendefenisikan Type of Joint Setiap sambungan (joint) didefenisikan satu persatu agar makanisme dapat berjalan sebagaimana mestinya. Langkahnya adalah dengan mengklik Contraint Navigator > pilih sambungan (Move) > Contraint Properties > defenisikan jenis sambungannya. Dalam kasus ini terdapat 2 buah sambungan berbeda yaitu: (1) Rigid Joint untuk sambungan crank dengan pena engkol dan sambungan piston dengan pena piston, (2) Revolute Joint untuk sambungan connecting rod dengan pena engkol dan pena piston. (3) Bushing untuk sambungan crankshaft dengan pegas. (a) (b) (c) (d) (e) (f) Gambar 3.10 Proses Type of Joint, 37

61 (a) Bushing Pada Crank dengan Pegas; (b) Rigid Joint Pada Crank-pin dengan Crank-1; (c) Revolute Joint Pada Crank-pin dengan Conrod; (d) Revolute Joint Pada Conrod dengan Piston-pin; (e) Rigid Joint Pada Crank-pin dengan Crank-2; (f) Rigid Joint Pada Piston dengan Piston pin 3. Mendefenisikan Material Properties Langkah selanjutnya adalah menentukan properties dari Pegas. Langkah mendefenisikan material properties adalah: Klik kanan objek > Properties > Spring/Damper >Natural Length > Spring Force > Apply Gambar 3.11 Memasukkan Material Properties 4. Menentukan Jenis Analisa Software MSc.visualNastran 4D 2004 memiliki beberapa kemampuan analisa, oleh karena itu harus didefenisikan jenis analisa yang akan dikerjakan 38

62 yaitu dengan cara: Klik menu World > Simulation Setting > FEA > Analisis type > Vibration > Displacements Gambar 3.12 Kotak Dialog Tipe Analisis 6. Menentukan Pembebanan (Load) Besar nilai pembebanan telah dipoleh dari perhitungan sub-bab 3.4. Pembebanan yang terjadi adalah akibat gaya tekan pada permukaan piston. Untuk memasukkan nilai pembebanan dilakukan dengan cara : Klik Force > Letakkan titik pembebanan pada permukaan piston > Masukkan nilai F = 2800 N. Gambar 3.13 Memasukkan Nilai Pembebanan (Load) 39

63 Pada gambar 3.14 menampilkan simulasi mekanisme motor bakar dengan menggunakan software MSc.visualNastran 4D Gambar Simulasi Mekanisme Motor Bakar Dengan Menggunakan Software MSc.visualNastran 4D Penampilan hasil Hasil analisa dengan MSc.visualNastran 4D 2004 meliputi, hasil berupa alat ukur analisa kinematika (tabel dan grafik posisi, kecepatan, percepatan) dan juga hasil FEA. Untuk menampilkan hasil dilakukan dengan cara: Klik menu insert > pilih meters > Pilih jenis meter. Dalam software MSc.visualNastran 4D 2004, terdapat fitur pengukuran. Fungsi dari masing-masing fitur pengukuran dapat dilihat pada tabel

64 Tabel 3.3 Fungsi fitur pengukuran pada MSc.visualNastran 4D 2004 Bagian Yang Dipilih Jenis Pengukuran Displacement Koordinat Gaya Sumber: Menu Help pada MSc.visualNastran 4D

65 BAB IV HASIL SIMULASI DAN DISKUSI 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas hasil analisa pada mekanisme pada motor bakar satu silinder dengan menggunakan software MSc.visualNastran 4D Analisa pada mekanisme ini dengan mengasumsikan bahwa motor dianalisa pada kondisi putaran konstan. Analisa dinamis ini mencakup perhitungan posisi, kecepatan, percepatan pada piston serta gaya yang beraksi pada main bearing mesin. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan displacement yang terjadi pada ujung crankshaft dengan menvariasikan nilai kekakuan pegas (k). Dalam analisa ini pegas yang akan dipasangkan pada crankshaft berjumlah empat(4) buah dengan karakteristik yang sama, dimana posisi masing-masing pegas berada pada sudut 0 0, 90 0, dan serta panjang 50 mm. Hasil simulasi akan berupa tabel dan juga grafik yang sangat mudah untuk dianalisa. Data yang akan diambil pada simulasi dimulai dari sudut putaran engkol hingga 720 0, hal ini dikarenakan untuk mendapatkan data yang benar-benar valid tanpa adanya faktor-faktor eksternal yang mengganggu. Akhir dari analisa ini diharapkan dapat ditentukan nilai optimal kekakuan pegas agar diperoleh nilai displacement terendah. 42

66 4.2 Analisa Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Piston Analisa kinematis menghasilkan nilai perpindahan, kecepatan dan percepatan, selanjutnya data-data hasil kinematika akan digunakan untuk menganalisis gaya dinamis yang terjadi. Pada analisa ini simulasi menggunakan software MSc.visualNastran 4D 2004 akan mendapatkan nilai posisi, kecepatan dan percepatan pada piston sebagai berikut: Tabel 4.1 Posisi, kecepatan dan percepatan piston (simulasi) θ 2 x v a Deg. mm m/s m/s^

67

68 Dari table 4.1 dapat disimpulkan: Perpindahan piston maksimum (x) : m Kecepatan piston maksimum (v) : m/s Percepatan piston maksimum (a) : m/s^2 Hasil simulasi pada table 4.1 dapat diplot dalam grafik pada gambar 4.1, 4.2, dan 4.3. Gambar 4.1 menampilkan perpindahan piston selama Perpindahan maksimum terjadi pada sudut 180 dan 540 yaitu m. Gambar 4.1 Grafik Posisi Piston vs Sudut Engkol 45

69 Gambar 4.2 Grafik Kecepatan Piston vs Sudut Engkol Gambar 4.3 Grafik Percepatan Piston vs Sudut Engkol 46

70 4.3 Analisa Konsentrasi Gaya-gaya Pada Bantalan dan Pena Analisa dinamis menghasilkan nilai gaya terkonsentrasi pada pena. Dari hasil simulasi, diperoleh gaya-gaya yang bekerja pada bantalan dan pena dari mekanisme akibat beban dinamis sebagai berikut : Tabel 4.2 Gaya-gaya pada bantalan dan pena akibat beban dinamis (simulasi) θ 2 F 43 (N) pena piston F 23 (N) pena engkol F 12 (N) Main bearing Torsi (N.m) (deg)

71

72 Dari table 4.2 dapat disimpulkan: F maksimum pada pena piston (F 43 ) : N F maksimum pada pena engkol (F 23 ) : N F maksimum pada main bearing (F 12 ) : N Torsi maksimum poros engkol (T) : N.m Gambar 4.4 Grafik Torsi Crankshaft vs Sudut Engkol Gambar 4.4 menampilkan torsi maksimum yang terjadi pada sudut 110 0, 250 0, dan sebesar N.m. 49

73 Gambar 4.5 Grafik Gaya-gaya yang beraksi Pada Pena vs Sudut Engkol 50

74 Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa gaya maksimum pada pena piston (F 43 ) terjadi pada sudut dan yaitu sebesar N. Gaya maksimum pada pena engkol (F 23 ) terjadi pada sudut dan yaitu sebesar N. Gaya maksimum pada main bearing (F 12 ) terjadi pada sudut dan yaitu sebesar N. 51

75 4.4 Analisa Displacement Displacement terjadi akibat adanya gaya di main bearing (F 12 ) pada crankshaft sehingga bila dipasangkan pegas pada ujungnya akan menibulkan perpindahan. Perpindahan ini akan terdefinisi dalam dua sumbu axial yaitu x dan y. Pada sub-sub ini akan ditampilkan harga-harga perpindahan, kecepatan dan percepatan pada piston serta nilai gaya pada main bearing dan perpindahan pada crankshaft dengan memvariasikan nilai kekakuan pegas (k) Menggunakan pegas dengan k = 1x10E7 N/m Tabel 4.3 Posisi, kecepatan, percepatan, gaya & displacement dengan k=1x10e7 N/m (simulasi) θ 2 x v a F 12 x (crankshaft) (Main Bearing) Deg. m m/s m/s^2 Newton Sumbu x(m) Sumbu y(m) E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 52

76 E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-04 53

77 E E E E E E E E E E-04 Dari table 4.3 disimpulkan : Kecepatan maksimum : m/s Percepatan maksimum : m/s^2 F max pada main bearing : Newton Displacement max pada crankshaft (sumbu x) : 6.45E-04 m Displacement max pada crankshaft (sumbu y) : -4.78E-04 m Hasil simulasi bila diplot pada grafik Gambar 4.6 Posisi piston vs sudut engkol dengan k=1x10e7 N/m 54

78 Gambar 4.7 Kecepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e7 N/m Gambar 4.8 Percepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e7 N/m 55

79 Gambar 4.9 Gaya pada main bearing vs sudut engkol dengan k=1x10e7 N/m sumbu x sumbu y Gambar 4.10 Displacement crankshaft vs sudut engkol dengan k=1x10e7 N/m 56

80 Dari Gambar 4.6 hingga 4.10 terlihat bahwa Kecepatan maksimum terjadi pada sudut dan yaitu sebesar m/s. Percepatan maksimum terjadi pada sudut yaitu sebesar m/s^2. Gaya maksimum pada main bearing terjadi pada sudut sebesar Newton. Displacement maksimum pada crankshaft pada sumbu x terjadi pada sudut sebesar 6.45E-04 m dan pada sumbu y terjadi pada sudut sebesar -4.78E-04 m Menggunakan pegas dengan k = 1x10E8 N/m Tabel 4.4 Posisi, kecepatan, percepatan, gaya & displacement dengan k=1x10e8 N/m (simulasi) θ 2 x v a F 12 x (crankshaft) (Main Bearing) Deg. m m/s m/s^2 Newton Sumbu x(m) Sumbu y(m) E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 57

81 E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 58

82 E E E E E E E E E E-05 Dari table 4.4 disimpulkan : Kecepatan maksimum : m/s Percepatan maksimum : m/s^2 F max pada main bearing : Newton Displacement max pada crankshaft (sumbu x) : -6.56E-05 m Displacement max pada crankshaft (sumbu y) : -1.11E-04 m Hasil simulasi bila diplot pada grafik Gambar 4.11 Posisi piston vs sudut engkol dengan k=1x10e8 N/m 59

83 Gambar 4.12 Kecepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e8 N/m Gambar 4.13 Percepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e8 N/m 60

84 Gambar 4.14 Gaya pada main bearing vs sudut engkol dengan k=1x10e8 N/m Gambar 4.15 Displacement crankshaft vs sudut engkol dengan k=1x10e8 N/m 61

85 Dari Gambar 4.11 hingga 4.15 terlihat bahwa Kecepatan maksimum terjadi pada sudut dan yaitu sebesar m/s. Percepatan maksimum terjadi pada sudut yaitu sebesar m/s^2. Gaya maksimum pada main bearing terjadi pada sudut sebesar Newton. Displacement maksimum pada crankshaft pada sumbu x terjadi pada sudut sebesar -6.56E- 05 m dan pada sumbu y terjadi pada sudut sebesar -1.11E-04 m Menggunakan pegas dengan k = 1x10E9 N/m Tabel 4.5 Posisi, kecepatan, percepatan, gaya & displacement dengan k=1x10e9 N/m (simulasi) θ 2 x v a F 12 x (crankshaft) (Main Bearing) Deg. m m/s m/s^2 Newton Sumbu x(m) Sumbu y(m) E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 62

86 E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 63

87 E E E E E E E E E E E E E E E E-05 Dari table 4.5 disimpulkan : Kecepatan maksimum : m/s Percepatan maksimum : m/s^2 F max pada main bearing : Newton Displacement max pada crankshaft (sumbu x) : 2.89E-04 m Displacement max pada crankshaft (sumbu y) : -1.35E-04 m Hasil simulasi bila diplot pada grafik Gambar 4.16 Posisi piston vs sudut engkol dengan k=1x10e9 N/m 64

88 Gambar 4.17 Kecepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e9 N/m Gambar 4.18 Percepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e9 N/m 65

89 Gambar 4.19 Gaya pada main bearing vs sudut engkol dengan k=1x10e9 N/m Gambar 4.20 Displacement crankshaft vs sudut engkol dengan k=1x10e9 N/m 66

90 Dari Gambar 4.16 hingga 4.20 terlihat bahwa Kecepatan maksimum terjadi pada sudut dan yaitu sebesar m/s. Percepatan maksimum terjadi pada sudut yaitu sebesar m/s^2. Gaya maksimum pada main bearing terjadi pada sudut sebesar Newton. Displacement maksimum pada crankshaft pada sumbu x terjadi pada sudut sebesar 2.89E- 04 m dan pada sumbu y terjadi pada sudut sebesar -1.35E-04 m Menggunakan pegas dengan k = 1x10E10 N/m Tabel 4.6 Posisi, kecepatan, percepatan, gaya & displacement dengan k=1x10e10 N/m (simulasi) θ 2 x v a F 12 x (crankshaft) (Main Bearing) Deg. m m/s m/s^2 Newton Sumbu x(m) Sumbu y(m) E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 67

91 E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 68

92 E E E E E E E E E E E E E E E E-05 Dari table 4.6 disimpulkan : Kecepatan maksimum : m/s Percepatan maksimum : m/s^2 F max pada main bearing : Newton Displacement max pada crankshaft (sumbu x) : -2.82E-04 m Displacement max pada crankshaft (sumbu y) : -1.82E-04 m Hasil simulasi bila diplot pada grafik Gambar 4.21 posisi piston vs sudut engkol dengan k=1x10e10 N/m 69

93 Gambar 4.22 Kecepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e10 N/m Gambar 4.23 Percepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e10 N/m 70

94 Gambar 4.24 Gaya pada main bearing vs sudut engkol dengan k=1x10e10 N/m Gambar 4.25 Displacement crankshaft vs sudut engkol dengan k=1x10e10 N/m 71

95 Dari Gambar 4.21 hingga 4.25 terlihat bahwa Kecepatan maksimum terjadi pada sudut dan yaitu sebesar m/s. Percepatan maksimum terjadi pada sudut yaitu sebesar m/s^2. Gaya maksimum pada main bearing terjadi pada sudut sebesar Newton. Displacement maksimum pada crankshaft pada sumbu x terjadi pada sudut sebesar -2.82E- 04 m dan pada sumbu y terjadi pada sudut sebesar -1.82E-04 m Menggunakan pegas dengan k = 1x10E11 N/m Tabel 4.7 Posisi, kecepatan, percepatan, gaya & displacement dengan k=1x10e11 N/m (simulasi) θ 2 x v a F 12 x (crankshaft) (Main Bearing) Deg. m m/s m/s^2 Newton Sumbu x(m) Sumbu y(m) E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 72

96 E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 73

97 E E E E E E E E E E E E E E E E-05 Dari table 4.7 disimpulkan : Kecepatan maksimum : m/s Percepatan maksimum : m/s^2 F max pada main bearing : Newton Displacement max pada crankshaft (sumbu x) : -3.66E-04 m Displacement max pada crankshaft (sumbu y) : -1.06E-04 m Hasil simulasi bila diplot pada grafik Gambar 4.26 Posisi piston vs sudut engkol dengan k=1x10e11 N/m 74

98 Gambar 4.27 Kecepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e11 N/m Gambar 4.28 Percepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e11 N/m 75

99 Gambar 4.29 Gaya pada main bearing vs sudut engkol dengan k=1x10e11 N/m Gambar 4.30 Displacement crankshaft vs sudut engkol dengan k=1x10e11 N/m 76

100 Dari Gambar 4.26 hingga 4.30 terlihat bahwa Kecepatan maksimum terjadi pada sudut dan yaitu sebesar m/s. Percepatan maksimum terjadi pada sudut yaitu sebesar m/s^2. Gaya maksimum pada main bearing terjadi pada sudut sebesar Newton. Displacement maksimum pada crankshaft pada sumbu x terjadi pada sudut dan sebesar -3.66E-04 m dan pada sumbu y terjadi pada sudut sebesar -1.06E-04 m Menggunakan pegas dengan k = 1x10E12 N/m Table 4.8 Posisi, kecepatan, percepatan, gaya & displacement dengan k=1x10e12 N/m (simulasi) θ 2 x v a F 12 x (crankshaft) (Main Bearing) Deg. m m/s m/s^2 Newton Sumbu x(m) Sumbu y(m) E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 77

101 E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 78

102 E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 Dari table 4.8 disimpulkan : Kecepatan maksimum : m/s Percepatan maksimum : m/s^2 F max pada main bearing : Newton Displacement max pada crankshaft (sumbu x) : 3.37E-04 m Displacement max pada crankshaft (sumbu y) : -1.44E-04 m Hasil simulasi bila diplot pada grafik: Gambar 4.31 Posisi piston vs sudut engkol dengan k=1x10e12 N/m 79

103 Gambar 4.32 Kecepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e12 N/m Gambar 4.33 Percepatan piston vs sudut engkol dengan k=1x10e12 N/m 80

104 Gambar 4.34 Gaya pada main bearing vs sudut engkol dengan k=1x10e12 N/m Gambar 4.35 Displacement crankshaft vs sudut engkol dengan k=1x10e12 N/m 81

105 Dari Gambar 4.31 hingga 4.35 terlihat bahwa Kecepatan maksimum terjadi pada sudut dan yaitu sebesar m/s. Percepatan maksimum terjadi pada sudut yaitu sebesar m/s^2. Gaya maksimum pada main bearing terjadi pada sudut sebesar Newton. Displacement maksimum pada crankshaft pada sumbu x terjadi pada sudut sebesar 3.37E- 04 m dan pada sumbu y terjadi pada sudut sebesar -1.44E-04 m. 82

106 4.5 Hasil Perbandingan Displacement Maksimum Hasil analisa displacement crankshaft pada sub-sub bab 4.4 ditampilkan kembali pada tabel 4.9. Dari tabel 4.9 ini dapat dilihat nilai tegangan yang terjadi pada masing-masing crankshaft dengan nilai kekakuan pegas yang berbeda. Dari tabel 4.9 memperlihatkan bahwa nilai displacement terbesar terjadi pada crankshaft dengan kekakuan pegas 1x10E7 N/m yaitu sebesar -6.45E-04 m pada sumbu x dengan sudut Sedangkan nilai displacement terkecil terjadi pada crankshaft dengan kekakuan pegas 1x10E8 N/m yaitu sebesar -1.11E-04 m pada sumbu y dengan sudut Pada gambar 4.36 hingga 4.41 memperlihatkan grafik hubungan displacement crankshaft dengan sudut putaran hingga atau 10 kali putaran engko l. Grafik ini didapat dari hasil simulasi menggunakan software Msc.VisualNastran Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada pegas dengan kekakuan 1x10E7 N/m kestabilan terjadi mulai sudut engkol 0 0 hingga dan nilai displacement sangat besar. Pada kekakuan 1x10E8 N/m kestabilan terjadi setelah sudut engkol hingga dan nilai displacement kecil. Sedangkan pada kekakuan 1x10E9, 1x10E10, 1x10E11, dan 1x10E12 terlihat tidak stabil bila dibandingkan dengan kekakuan 1x10E7 N/m dan 1x10E8 N/m. Grafik gabungan seluruh analisa dapat dilihat pada lampiran 5 yang dapat disimpulkan bahwa pada grafik kecepatan, percepatan dan gaya pada mainbearing vs sudut engkol terlihat bahwa nilai kecepatan yang berfluktuasi mulai terjadi pada pegas dengan k=1x10e10 keatas. Untuk displacement pada sumbu x dan y terlihat nilai displacement terbesar terjadi pada k=1x10e7, sementara yang lain cenderung stabil. 83

107 Tabel 4.9 Displacement maksimum yang terjadi pada crankshaft dengan kekakuan pegas berbeda Deg k=1x10e7 N/m k=1x10e8 N/m k=1x10e9 N/m k=1x10e10 N/m k=1x10e11 N/m k=1x10e12 N/m Sumbu x Sumbu y Sumbu x Sumbu y Sumbu x Sumbu y Sumbu x Sumbu y Sumbu x Sumbu y Sumbu x Sumbu y E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 84

108 E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 85

109 E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 86

110 Gambar 4.36 Displacement pada crankshaft vs dudut engkol ( ) dengan pegas k=1x10e7 N/m Gambar 4.37 Displacement pada crankshaft vs sudut engkol ( ) dengan pegas k=1x10e8 N/m Gambar 4.38 Displacement pada crankshaft vs sudut engkol ( ) dengan pegas k=1x10e9 N/m 87

111 Gambar 4.39 Displacement pada crankshaft vs sudut engkol ( ) dengan pegas k=1x10e10 N/m Gambar 4.40 Displacement pada crankshaft vs sudut engkol ( ) dengan pegas k=1x10e11 N/m Gambar 4.41 Displacement pada crankshaft vs sudut engkol ( ) dengan pegas k=1x10e12 N/m 88

112 4.6 Perbandingan Hasil Simulasi Dengan Perhitungan Manual Sub bab ini bertujuan untuk membandingkan hasil simulasi dengan perhitungan manual sesuai teori. Perbandingan hanya dilakukan pada proses simulasi tanpa menggunakan pegas pada crankshaft. Hal ini dilakukan dikarenakan nilai parameter awal yang diperlukan selalu berubah-ubah seiring dengan perubahan nilai kekakuan pegas. Perbandingan hasil dilakukan pada sudut engkol Perhitungan manual dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil verifikasi ditampilkan pada tabel Tabel 4.10 Verifikasi hasil simulasi dan perhitungan manual pada sudut engkol Parameter Simulasi Manual Galat x piston (m) % v (m/det) % a (m/det 2 ) % F 43 (N) % F 23 (N) % F 12 (N) (k=1x10e8) % T (N.m) % x crankshaft (m) k=1x10e8 N/m -1.11E-04m 2.89E-06 m 89

113 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Pada analisa gaya-gaya pada bantalan dan pena pada mekanisme engkol peluncur diperoleh gaya terbesar terjadi pada pena engkol (F 23 ), sedangkan gaya terkecil bereaksi pada pena piston (F 43 ), seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Besar gaya-gaya pada bantalan dan pena akibat beban dinamis F 43 (N) F 23 (N) F 12 (N) (pena piston) (pena engkol) (Main bearing) θ 2 (deg) Dari hasil simulasi displacement yang terjadi di crankshaft pada mekanisme engkol peluncur dengan menggunakan pegas diperoleh nilai displacement terbesar terjadi pada crankshaft dengan kekakuan pegas 1x10E7 N/m sebesar 6.45E-04 m pada sumbu x dengan sudut Sedangkan nilai displacement terkecil terjadi pada crankshaft dengan kekakuan pegas 1x10E8 N/m sebesar-1.11e-04 m pada sumbu y dengan sudut Maka nilai kekakuan pegas yang paling efektif adalah 1x10E8 N/m. 3. Bahwa semakin besar nilai kekakuan pegas maka sistem semakin tidak stabil dan displacement pada crankshaft akan semakin kecil, sedangkan jika semakin kecil nilai kekakuan pegas maka sistem lebih stabil dan nilai displacement akan lebih besar. 90

114 5.2 Saran 1. Simulasi dengan menggunakan bantuan komputer sangat membantu dalam proses desain komponen suatu mesin. Namun pengujian laboratorium juga merupakan syarat yang mutlak untuk mengetahui kondisi real dilapangan. 2. Diharapkan simulasi komputer dengan menggunakan software MSc.Visual Nastran 4D 2004 dan permodelan dengan Solid Work 2007 dapat dikembangkan lebih lanjut di Departemen Teknik Mesin FT-USU. 3. Hasil skripsi ini dapat dijadikan rujukan dalam penelitian berikutnya. 4. Sebaiknya diadakan simulasi untuk crankshaft dengan menvariasikan jumlah pegas. 5. Untuk membandingkan hasil analisa sebaiknya dilakukan simulasi menggunakan program lain. 91

115 DAFTAR PUSTAKA 1. Mabie, H. H and Ovcvirk, F.W.(1978). Kinematics and Dinamics of Machinery. New Jersey. John Willey and Sons,Inc. 2. Holowenko, A.R. alih bahasa Prapto, Cendy (1996). Dinamika Permesinan. Cetakan Kelima. Jakarta. Penerbit Erlangga. 3. Thomson, William T. (1986). Teori Getaran Dengan Penerapan edisi kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga. 4. Wiranto Arismunandar. (1980). Dasar-Dasar Motor Bakar Torak. Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung. 5. Susatio, Yerri. (2004). Dasar-Dasar Metode Elemen Hingga. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta. 6. Norton, Robert L. (2004). Design of Machinery third edition. Singapore: Mc.Graw Hill. 7. Timoshenko, S., (1960). Strenght Of Materials. Third Edition, Part-1. Van Nostrand Company, Ltd., London. p.: Mott, Robert L. (2004). Machine Elements in Mechanical Design, 4 th edition. New Jersey: Prantice Hall. 9. Moaveni, Saeed.(1999). Finite Element Analysis Theory and Aplication with Ansys. New Jersey: Prentice Hall. 10. Bronson, Charles. (2005). Analisa Gaya Kocok Pada Motor Bakar Satu Silinder Dengan Bantuan Komputer. Medan: Tugas Akhir Mahasiswa Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara. 11. Fahryanto. (2008). Analisa Pengaruh Beban Statis Dan Dinamis Terhadap Kekuatan Batang Hubung (Connecting Rod) Menggunakan Simulasi Elemen Hingga. Medan: Tugas Akhir Mahasiswa Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara. 92

116 LAMPIRAN

117 i LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI HONDA TIGER 2000

ANALISA KINEMATIKA DAN DINAMIKA CONNECTING ROD MOTOR BAKAR SATU SILINDER HONDA REVO

ANALISA KINEMATIKA DAN DINAMIKA CONNECTING ROD MOTOR BAKAR SATU SILINDER HONDA REVO ANALISA KINEMATIKA DAN DINAMIKA CONNECTING ROD MOTOR BAKAR SATU SILINDER HONDA REVO SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana FAHRUROJI SIREGAR NIM : 050401032 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISA KINEMATIKA DAN DINAMIKA POROS ENGKOL MOTOR BAKAR SATU SILINDER HONDA REVO

ANALISA KINEMATIKA DAN DINAMIKA POROS ENGKOL MOTOR BAKAR SATU SILINDER HONDA REVO ANALISA KINEMATIKA DAN DINAMIKA POROS ENGKOL MOTOR BAKAR SATU SILINDER HONDA REVO SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana TOMMY PRAKOSO SURYO PUTRANTO NIM : 050401005

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR PRODUK PENGARAH JALAN BENTUK KERUCUT MENGGUNAKAN MSC.NASTRAN

ANALISIS STRUKTUR PRODUK PENGARAH JALAN BENTUK KERUCUT MENGGUNAKAN MSC.NASTRAN ANALISIS STRUKTUR PRODUK PENGARAH JALAN BENTUK KERUCUT MENGGUNAKAN MSC.NASTRAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ALFANSYURI NIM. 040401034 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR PRODUK PENGARAH JALAN BENTUK SILINDER MENGGUNAKAN MSC.NASTRAN

ANALISIS STRUKTUR PRODUK PENGARAH JALAN BENTUK SILINDER MENGGUNAKAN MSC.NASTRAN ANALISIS STRUKTUR PRODUK PENGARAH JALAN BENTUK SILINDER MENGGUNAKAN MSC.NASTRAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik AHMAD DAHRUL NASUTION NIM. 030401052

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FAISAL RIZA.SURBAKTI

Lebih terperinci

ANALISA DINAMIK GAYA GONCANG MOTOR BAKAR SATU SILINDER DENGAN BANTUAN PERANGKAT LUNAK MATLAB

ANALISA DINAMIK GAYA GONCANG MOTOR BAKAR SATU SILINDER DENGAN BANTUAN PERANGKAT LUNAK MATLAB ANALISA DINAMIK GAYA GONCANG MOTOR BAKAR SATU SILINDER DENGAN BANTUAN PERANGKAT LUNAK MATLAB Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin Abstrak: Makalah ini memaparkan analisa dinamik

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD Dalam tugas akhir ini, peneliti melakukan analisa dinamik connecting rod. Geometri connecting rod sepeda motor yang dianalisis berdasarkan

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

TUGAS SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA

TUGAS SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA TUGAS SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA ANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS TURBIN SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA UAP PADA PKS KAPASITAS 30 TON TBS/JAM OLEH ISKANDAR PERANGIN

Lebih terperinci

SKRIPSI MOTOR BAKAR RANCANGAN MOTOR BAKAR PENGGERAK KENDERAAN MINI BUS DENGAN DAYA EFEKTIP 78 PS MEMAKAI SISTEM KATUP SINGLE OVER HEAR CAM (SOHC)

SKRIPSI MOTOR BAKAR RANCANGAN MOTOR BAKAR PENGGERAK KENDERAAN MINI BUS DENGAN DAYA EFEKTIP 78 PS MEMAKAI SISTEM KATUP SINGLE OVER HEAR CAM (SOHC) SKRIPSI MOTOR BAKAR RANCANGAN MOTOR BAKAR PENGGERAK KENDERAAN MINI BUS DENGAN DAYA EFEKTIP 78 PS MEMAKAI SISTEM KATUP SINGLE OVER HEAR CAM (SOHC) Disusun Oleh: LINGGAM NIM: 070421003 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RANCANGAN TURBOCARJER UNTUK MENINGKATKAN PERFORMANSI MOTOR DIESEL

RANCANGAN TURBOCARJER UNTUK MENINGKATKAN PERFORMANSI MOTOR DIESEL RANCANGAN TURBOCARJER UNTUK MENINGKATKAN PERFORMANSI MOTOR DIESEL DAYA PUTARAN : 80 HP : 2250 RPM SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik RUSLI INDRA HARAHAP N I M : 0

Lebih terperinci

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas OSILASI Osilasi Osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi kesetimbangannya. Karakteristik gerak osilasi yang paling dikenal adalah gerak tersebut bersifat periodik, yaitu berulang-ulang.

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN OSILASI SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mengenal persamaan matematik osilasi harmonik sederhana. Mahasiswa mampu mencari besaranbesaran osilasi antara lain amplitudo, frekuensi, fasa awal. Syarat Kelulusan

Lebih terperinci

menganalisis suatu gerak periodik tertentu

menganalisis suatu gerak periodik tertentu Gerak Harmonik Sederhana GETARAN Gerak harmonik sederhana Gerak periodik adalah gerak berulang/berosilasi melalui titik setimbang dalam interval waktu tetap. Gerak harmonik sederhana (GHS) adalah gerak

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT.

MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT. MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT. SKRIPSI Skripsi yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARULITUA SIDAURUK NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARULITUA SIDAURUK NIM ANALISIS DAN SIMULASI VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS YANG DIHASILKAN TURBIN SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA UAP PADA PKS KAPASITAS 30 TON TBS/JAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP

PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI GAYA TRANSMISI V-BELT TERHADAP PRILAKU GETARAN POROS DEPERICARPER FAN TYPE 2 SWSI

PENGARUH VARIASI GAYA TRANSMISI V-BELT TERHADAP PRILAKU GETARAN POROS DEPERICARPER FAN TYPE 2 SWSI PENGARUH VARIASI GAYA TRANSMISI V-BELT TERHADAP PRILAKU GETARAN POROS DEPERICARPER FAN TYPE 2 SWSI SKRIPSI MEKANIKA KEKUATAN BAHAN Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 ANALISIS SIMULASI STRUKTUR CHASSIS MOBIL MESIN USU BERBAHAN BESI STRUKTUR TERHADAP BEBAN STATIK DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ANSYS 14.5 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana GERAK HARMONIK Pembahasan Persamaan Gerak untuk Osilator Harmonik Sederhana Ilustrasi Pegas posisi setimbang, F = 0 Pegas teregang, F = - k.x Pegas tertekan, F = k.x Persamaan tsb mengandung turunan terhadap

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana

Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Pertemuan GEARAN HARMONIK Kelas XI IPA Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Rasdiana Riang, (5B0809), Pendidikan Fisika PPS UNM Makassar 06 Beberapa parameter yang menentukan karaktersitik getaran: Amplitudo

Lebih terperinci

ANALISIS TEORITIS DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BOOM REACHSTACKER DENGAN KAPASITAS ANGKAT MAKSIMUM 40 TON

ANALISIS TEORITIS DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BOOM REACHSTACKER DENGAN KAPASITAS ANGKAT MAKSIMUM 40 TON ANALISIS TEORITIS DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BOOM REACHSTACKER DENGAN KAPASITAS ANGKAT MAKSIMUM 40 TON SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ASRUL AZIZ NIM.040401039

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGUKUR MOMEN PUNTIR PADA MOTOR BAKAR

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGUKUR MOMEN PUNTIR PADA MOTOR BAKAR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGUKUR MOMEN PUNTIR PADA MOTOR BAKAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik RAHMAD IKHTIAR NIM : 120421010 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN LIFT UNTUK KEPERLUAN GEDUNG PERKANTORAN BERLANTAI SEPULUH Oleh : R O I M A N T A S. NIM : 030421007 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Catatan Kuliah FI111 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Agus Suroso update: 4 November 17 Osilasi atau getaran adalah gerak bolak-balik suatu benda melalui titik kesetimbangan. Gerak bolak-balik tersebut

Lebih terperinci

Seta Samsiana & Muhammad Ilyas sikki

Seta Samsiana & Muhammad Ilyas sikki ANALISIS PENGARUH BENTUK PERMUKAAN PISTON MODEL KONTUR RADIUS GELOMBANG SINUS TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN Seta Samsiana & Muhammad Ilyas sikki Abstrak Secara garis besar motor bensin tersusun oleh beberapa

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik DONALD SUPRI

Lebih terperinci

TUJUAN PERCOBAAN II. DASAR TEORI

TUJUAN PERCOBAAN II. DASAR TEORI I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan momen inersia batang. 2. Mempelajari sifat sifat osilasi pada batang. 3. Mempelajari sistem osilasi. 4. Menentukan periode osilasi dengan panjang tali dan jarak antara

Lebih terperinci

ANALISA TEKANAN PADA BANTALAN LUNCUR YANG MENGGUNAKAN MINYAK PELUMAS ENDURO SAE 20W/50 DAN FEDERAL SAE 20W/50 DENGAN VARIASI PUTARAN

ANALISA TEKANAN PADA BANTALAN LUNCUR YANG MENGGUNAKAN MINYAK PELUMAS ENDURO SAE 20W/50 DAN FEDERAL SAE 20W/50 DENGAN VARIASI PUTARAN ANALISA TEKANAN PADA BANTALAN LUNCUR YANG MENGGUNAKAN MINYAK PELUMAS ENDURO SAE 20W/50 DAN FEDERAL SAE 20W/50 DENGAN VARIASI PUTARAN SKRIPSI Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE 4.1 Momen Lentur Akibat Ledakan Dalam Ruang Bakar Sebuah poros engkol motor bakar yang sedang melakukan kerja akan mendapatkan pembebanan berupa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MODIFIKASI MOTOR 4 LANGKAH YAMAHA JUPITER Z 110 CC MENJADI 200 CC. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat

TUGAS AKHIR MODIFIKASI MOTOR 4 LANGKAH YAMAHA JUPITER Z 110 CC MENJADI 200 CC. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat TUGAS AKHIR MODIFIKASI MOTOR 4 LANGKAH YAMAHA JUPITER Z 110 CC MENJADI 200 CC Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : NAMA : TAUFIK ARIZAL

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN BIOETANOL PADA BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BENSIN

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN BIOETANOL PADA BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BENSIN UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN BIOETANOL PADA BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BENSIN Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik M. HAFIZ

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA Pertemuan 2 GETARAN HARMONIK Kelas XI IPA Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Rasdiana Riang, (15B08019), Pendidikan Fisika PPS UNM Makassar 2016 Beberapa parameter

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR 3.1 Pendahuluan Pemodelan sistem poros-rotor telah dikembangkan oleh beberapa peneliti. Adam [2] telah menggunakan formulasi Jeffcot rotor dalam pemodelan sistem poros-rotor,

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

Pemodelan dan Analisa Getaran Mesin Bensin 650 cc 2 Silinder Segaris dengan Sudut Engkol 180 untuk Rubber Mount

Pemodelan dan Analisa Getaran Mesin Bensin 650 cc 2 Silinder Segaris dengan Sudut Engkol 180 untuk Rubber Mount Sidang Tugas Akhir Bidang Studi : Desain Pemodelan dan Analisa Getaran Mesin Bensin 65 cc Silinder Segaris dengan Sudut Engkol 8 untuk Rubber Mount Disusun Oleh: Mela Agus Christianti NRP. 9 36 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skematik Chassis Engine Test Bed Chassis Engine Test Bed digunakan untuk menguji performa sepeda motor. Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1, skema pengujian didasarkan

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC 3.1 Pengertian Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang sangat berpengaruh dalam jalannya suatu mesin.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Bab ini memberikan gambaran umum tentang latar belakang pengertian pembangkitan gaya pada mekanisme sebuah mesin bolak-balik (reciprocating engine). 1 2 1 Gambar

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi. Oleh : Ni Made Wulan Permata Sari

Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi. Oleh : Ni Made Wulan Permata Sari STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PANJANG LENGAN PENDULUM TERHADAP POLA GERAK BANDUL DAN VOLTASE BANGKITAN GENERATOR PADA SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT SISTEM BANDUL (PLTGL SB)

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI MASSA BANDUL TERHADAP POLA GERAK BANDUL DAN VOLTASE BANGKITAN GENERATOR PADA SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBAN LAUT SISTEM BANDUL KONIS Lely Etika Sari (2107100088)

Lebih terperinci

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN ALAT PERAGA MOTOR BENSIN DUA LANGKAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN LABORATORIUM Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN ANALISA GETARAN MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 2 SILINDER 650CC SEGARIS DENGAN SUDUT ENGKOL 90 UNTUK RUBBER MOUNT

PEMODELAN DAN ANALISA GETARAN MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 2 SILINDER 650CC SEGARIS DENGAN SUDUT ENGKOL 90 UNTUK RUBBER MOUNT JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 PEMODELAN DAN ANALISA GETARAN MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 2 SILINDER 650CC SEGARIS DENGAN SUDUT ENGKOL 90 UNTUK RUBBER MOUNT Siti Nafaati dan Harus

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN DAN SIMULASI TEGANGAN YANG TERJADI PADA LENGAN TOWER CRANE DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SOLID WORK

ANALISA PERHITUNGAN DAN SIMULASI TEGANGAN YANG TERJADI PADA LENGAN TOWER CRANE DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SOLID WORK ANALISA PERHITUNGAN DAN SIMULASI TEGANGAN YANG TERJADI PADA LENGAN TOWER CRANE DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SOLID WORK SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN FIS A. BENDA TEGAR Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk dan volume selama bergerak. Benda tegar dapat mengalami dua macam gerakan, yaitu translasi dan rotasi. Gerak translasi

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

Pembuatan dan Uji Karakteristik Material Beton Ringan (Concrete Foam) yang Diperkuat Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Akibat Beban Statik

Pembuatan dan Uji Karakteristik Material Beton Ringan (Concrete Foam) yang Diperkuat Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Akibat Beban Statik Pembuatan dan Uji Karakteristik Material Beton Ringan (Concrete Foam) yang Diperkuat Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Akibat Beban Statik SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI PENAMBAHAN UKURAN DIAMETER SILINDER PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH TERHADAP DAYA YANG DIHASILKAN ABSTRAK Sejalan dengan pesatnya persaingan dibidang otomotif banyak orang berpikir untuk

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA

ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA Disusun oleh Yonathan A. Kapugu (2106100019) Dosen pembimbing Prof. Ir. IN Sutantra, M.Sc.,

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS TURBIN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

ANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS TURBIN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP ANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS TURBIN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP SKRIPSI Skripsi ini Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik OLEH

Lebih terperinci

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi 1. Sistem Diskrit Tinjaulah sistem yang terdiri atas 2 benda. Benda A dan benda B dihubungkan dengan batang ringan yang tegar dengan sebuah batang tegak yang

Lebih terperinci

KAJIAN TEORI PERFORMANCE MESIN DAIHATSU TERIOS D99B BERTEKNOLOGI VVTi DENGAN SISTEM BAHAN BAKAR D- TYPE EFI DAN MESIN NON VVT-i

KAJIAN TEORI PERFORMANCE MESIN DAIHATSU TERIOS D99B BERTEKNOLOGI VVTi DENGAN SISTEM BAHAN BAKAR D- TYPE EFI DAN MESIN NON VVT-i KAJIAN TEORI PERFORMANCE MESIN DAIHATSU TERIOS D99B BERTEKNOLOGI VVTi DENGAN SISTEM BAHAN BAKAR D- TYPE EFI DAN MESIN NON VVT-i Skiripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Materi Pendalaman 01:

Materi Pendalaman 01: Materi Pendalaman 01: GETARAN & GERAK HARMONIK SEDERHANA 1 L T (1.) f g Contoh lain getaran harmonik sederhana adalah gerakan pegas. Getaran harmonik sederhana adalah gerak bolak balik yang selalu melewati

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH

PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH Budiyanto, Rusdi, Sugiyanto, Sutriyono, Dedi Kurnia Rakhman Prodi Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK SEDERHANA. Program Studi Teknik Pertambangan

GERAK HARMONIK SEDERHANA. Program Studi Teknik Pertambangan GERAK HARMONIK SEDERHANA Program Studi Teknik Pertambangan GERAK HARMONIK SEDERHANA Dalam mempelajari masalah gerak pada gelombang atau gerak harmonik, kita mengenal yang namanya PERIODE, FREKUENSI DAN

Lebih terperinci

dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi sekitar 9, 8 m/s².

dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi sekitar 9, 8 m/s². Hukum newton hanya memberikan perumusan tentang bagaimana gaya mempengaruhi keadaan gerak suatu benda, yaitu melalui perubahan momentumnya. Sedangkan bagaimana perumusan gaya dinyatakan dalam variabelvariabel

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta kemudahan bagi pemakai jalan dalam berlalu lintas, maka diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta kemudahan bagi pemakai jalan dalam berlalu lintas, maka diperlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mempertimbangkan keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran serta kemudahan bagi pemakai jalan dalam berlalu lintas, maka diperlukan perlengkapan jalan

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN BELT CONVEYOR SEBAGAI ALAT PENGANGKUT BUTIRAN PUPUK DARI PENGOLAHAN AKHIR KE BULK STORAGE PADA SEBUAH PABRIK PUPUK KAPASITAS 87 TON/JAM OLEH : GABE PANDAPOTAN

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Getaran merupakan salah satu efek yang terjadi akibat adanya gerak yang diakibatkan adanya perbedaan tekanan dan frekuensi. Dalam dunia otomotif ada banyak terdapat

Lebih terperinci

CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN

CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

GETARAN DAN GELOMBANG

GETARAN DAN GELOMBANG 1/19 Kuliah Fisika Dasar Teknik Sipil 2007 GETARAN DAN GELOMBANG Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id GETARAN Getaran adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar A. Torsi 1. Pengertian Torsi Torsi atau momen gaya, hasil perkalian antara gaya dengan lengan gaya. r F Keterangan: = torsi (Nm) r = lengan gaya (m) F = gaya

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 ANALISA STRUKTUR PARKING BUMPER MATERIAL KOMPOSIT POLYMERIC FOAM DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT AKIBAT BEBAN TEKAN STATIK MENGGUNAKAN ANSYS REL. 5.4 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Bab ini memberikan gambaran umum tentang latar belakang pengertian pembangkitan gaya pada mekanisme sebuah mesin bolak-balik (reciprocating engine). 1 2 1 Gambar

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BENTUK PERMUKAAN PISTON TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

ANALISIS PENGARUH BENTUK PERMUKAAN PISTON TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN ANALISIS PENGARUH BENTUK PERMUKAAN PISTON TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN Fitri wjayanti & Dadan Irwan Abstrak Secara garis besar motor bensin tersusun oleh beberapa komponen utama meliputi : blok silinder

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN BACKING PLATE PADA BLOK REM KERETA API MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN BACKING PLATE PADA BLOK REM KERETA API MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN BACKING PLATE PADA BLOK REM KERETA API MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik OLEH : ERICK EXAPERIUS SIHITE NIM :

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik OLEH : ERICK EXAPERIUS SIHITE NIM : PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL UNTUK MEMOMPAKAN CAIRAN LATEKS DARI TANGKI MOBIL KE TANGKI PENAMPUNGAN DENGAN KAPASITAS 56 TON/HARI PADA PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3)

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) E33 Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) Dewani Intan Asmarani Permana dan Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK SEDERHANA

GERAK HARMONIK SEDERHANA GERAK HARMONIK SEDERHANA Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak-balik benda melalui suatu titik kesetimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan. Gerak harmonik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar adalah suatu tenaga atau bagian kendaran yang mengubah energi termal menjadi energi mekanis. Energi itu sendiri diperoleh dari proses pembakaran. Pada

Lebih terperinci

SKRIPSI TEKNIK PENGECORAN LOGAM

SKRIPSI TEKNIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI TEKNIK PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SPROKET CONVEYOR YANG MEMPUNYAI DAYA 11 KW DAN PUTARAN 32 RPM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN YANG TERJADI PADA LENGAN TOWER CRANE UNTUK PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN YANG TERJADI PADA LENGAN TOWER CRANE UNTUK PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN YANG TERJADI PADA LENGAN TOWER CRANE UNTUK PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Matematik Sistem Mekanik

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Matematik Sistem Mekanik Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Model Matematik Sistem Mekanik Gerak Translasi Gerak Rotasi 2 Pada bagian ini akan dibahas mengenai pembuatan model matematika dari sistem mekanika baik dalam

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK.

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK. DINAMIKA GERAK HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK. GERAK DAN GAYA. Gaya : ialah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menimbulkan perubahan gerak. Dengan demikian jika benda ditarik/didorong dan sebagainya

Lebih terperinci

FISIKA I. OSILASI Bagian-2 MODUL PERKULIAHAN. Modul ini menjelaskan osilasi pada partikel yang bergerak secara harmonik sederhana

FISIKA I. OSILASI Bagian-2 MODUL PERKULIAHAN. Modul ini menjelaskan osilasi pada partikel yang bergerak secara harmonik sederhana MODUL PERKULIAHAN OSILASI Bagian- Fakultas Program Studi atap Muka Kode MK Disusun Oleh eknik eknik Elektro 3 MK4008, S. M Abstract Modul ini menjelaskan osilasi pada partikel yang bergerak secara harmonik

Lebih terperinci