Disusun Oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Disusun Oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli"

Transkripsi

1 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) TAHUN 2013 Disusun Oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli

2 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Kata Pengantar Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah dan rahmatnya, penyusunan Dokumen Buku Putih Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) ini dapat terselesaikan tepat waktu. Buku Dokumen Buku Putih Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), adalah merupakan buku yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Bangli. Buku ini disusun sebagai gambaran ringkas mengenai perencanaan pemerintahan bidang sanitasi permukiman dalam mewujudkan sanitasi permukiman yang layak, terintegrasi dalam kawasan Kabupaten dan perdesaan secara serasi, seimbang, dan berkelanjutan, dengan pelayanan sarana dan prasarana yang handal dalam pengembangan sanitasi permukiman. Besar harapan kami agar Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli ini mendapat respon positif dari berbagai pemangku kepentingan dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanan Strategi Sanitasi Kabupaten Bangli dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan sanitasi yang lebih baik. Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah bekerja keras menyusun Buku Putih Kabupaten Bangli. Akhir kata kami berharap semoga Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli dapat bermanfaat untuk semua pihak serta dapat menjadi acuan dalam perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Bangli. Bangli, 2013 KETUA POKJA SANITASI KABUPATEN BANGLI...

3 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli SAMBUTAN BUPATI BANGLI Om Swastyastu Pemerintah Kabupaten Bangli sebagai organisasi yang mengedepankan pelayanan publik telah menetapkan Visi Pembangunan tahun yaitu : Terwujudnya Masyarakat Bangli Yang GITA SANTI (gigih, iklas, taqwa, aspiratif, sejahtera, aman, nyaman, tertib dan indah) berdasarkan Tri Hita Karana.. Sejalan dengan tujuan MDG s yakni menurunkan sebesar separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap sanitasi yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015, sebagai wujud nyata komitmen yang tinggi dari Pemerintah Kabupaten Bangli untuk terus meningkatkan pelayanan yang ideal khususnya pada sektor sanitasi ini adalah dengan merumuskan dokumen perencanaan sektor sanitasi yang berbasiskan data dan informasi yang faktual dan akurat. Buku Putih Sanitasi ini merupakan pemetaan mengenai kondisi dan profil sanitasi di Kabupaten Bangli saat ini. Pemetaan tersebut dilakukan untuk menetapkan zona-zona prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan (priority setting), yang secara detail akan tertuang dalam Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Bangli. Dokumen tersebut akan dijadikan landasan pokok pengembangan sektor sanitasi di Kabupaten Bangli. Akhirnya, semoga Buku Putih Sanitasi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bangli. Om, Santih, Santih, Santih om Bangli, Nopember 2013 BUPATI BANGLI.

4 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... SAMBUTAN BUPATI BANGLI.. DAFTAR ISI... i ii iii Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Landasan Gerak Maksud dan Tujuan Metodologi Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain 1-4 Bab 2 Gambaran Umum Wilayah Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Demografi Keuangan dan Perekonomian Daerah Tata Ruang Wilayah Sosial Budaya Kekembagaan Pemerintah Daerah Bab 3 Profil Sanitasi Kabupaten Bangli Promosi Higiene dan Sanitasi Tatanan Rumah Tangga Tatanan Sekolah Pengelolaan Air Limbah Domestik Kelembagaan Sistem dan Cakupan Pelayanan Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Pemetaan Media Partisipasi Dunia Usaha Pendanaan dan Pembiayaan Permasalahan mendesak dan Isu Strategis Pengelolaan Persampahan Kelembagaan Sistem dan Cakupan Pelayanan Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Pemetaan media Partisipasi Dunia Usaha 3-81

5 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Pendanaan dan Pembiayaan Permasalahan mendesak Dan Isu Strategis Pengelolaan Drainase Lingkungan Kelembagaan Sistem dan Cakupan Layanan Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Pemetaan Media Partisipasi Dunia Usaha Pendanaan dan Pembiayaan Permasalahan mendesak dan Isu Strategis Pengelolaan komponen Terkait Sanitasi Pengelolaan Air Bersih Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Pengelolaan Limbah Medis 3-99 Bab 4 Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan Yang Akan Direncanakan Promosi Higiene Peningkatan Penglolaan Air Limbah Domestik Peningkatan Pengelolaan Persampahan Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Bab 5 Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Ka. Bangli Are Beresiko Sanitasi Sanitasi Kab. Bangli Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini Lampiran Daftar Singkatan

6 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi sanitasi suatu masyarakat merupakan salah satu gambaran terhadap tingkat kehidupan masyarakat. Sanitasi mejadi salah satu aspek yang berperan penting terhadap kemajuan pembangunan, minimnya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan, meningkatnya sosial ekonomi masyarakat dan citra wilayah kabupaten. Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sanitasi itu sendiri merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat. Kualitas sanitasi suatu daerah/lingkungan sangat di pengaruhi oleh tingkat pendidikan serta perilaku sosial budaya dan pola pikir masyarakat setempat. Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, pemerintah mendorong kabupaten/kota di Indonesia untuk menyusun Buku Putih Sanitasi (BPS) yang merupakan dasar untuk penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten. Buku Putih Sanitasi ini disusun berdasarkan empat karakteristik utama kaidah penyusunan, yaitu: 1) Berdasarkan data aktual. 2) Berskala kota. 3) Disusun sendiri oleh kota. 4) Menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down. Kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi merupakan kegiatan untuk mencapai target yang disepakati bersama yaitu Milenium Development Goals (MDGs) dengan salah satu kesepakatannya adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak mendapatkan akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. target MDGs adalah mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar, dengan indikator, meningkatnya proporsi dari populasi yang menggunakan sumber air minum berkualitas dan proporsi dari populasi yang menggunakan sarana sanitasi berkualitas. Pembangunan Sanitasi membutuhkan keseriusan dan komitmen yang tinggi dari semua pihak baik dari pemerintah, masyarakat dan swasta, sehingga masalah sanitasi adalah masalah bersama. Keseriusan Pemerintah dalam perbaikan kondisi sanitasi di Indonesia salah satunya dituangkan dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), Untuk mendukung Program Percepatan Sanitasi Permukiman, Pemerintah Kabupaten Bangli menindak lanjutinya dengan membentukan Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten sesuai dengan keputusan Bupati Bangli Nomor /380/2012 tentang Pembentukan Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli. Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli mempunyai tugas pokok yaitu Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten Bangli (SSK). Dalam pelaksanaannya diharapkan tercipta suatu sistem yang terintegrasi sehingga sasaran tercapai secara menyeluruh, tahapan-tahapan proses perencanaan dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. 1.2 Landasan Gerak Sanitasi secara umum mengacu pada penyediaan fasilitas dan pelayanan untuk pembuangan urin dan tinja yang aman. Sanitasi yang tidak memadai adalah penyebab utama penyakit diseluruh dunia dan diketahui sanitasi mempunyai dampak positif bagi kesehatan baik dilingkungan rumah tangga dan di masyarakat pada umumnya, sanitasi juga mengacu pada kemampuan menjaga kondisi higienies melalui layanan pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah. sanitasi adalah upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun lingkungan perumahan. Ruang lingkup sanitasi meliputi : a. Air Limbah Domestik

7 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Air limbah domestic meliputi Black water adalah air buangan jamban yang bersumber dari urin, tinja serta air gelontoran dan Grey water adalah air limbah yang bersumber dari air buangan kamar mandi dan tempat cuci. Pengolahan limbah domestic menggunakan system : 1. Pengolahan On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga. 2. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat. b. Pengelolaan Persampahan Kegiatan sistematis menyeluruh dan berkesinambungan meliputi pengurangan dan penanganan sampah. meliputi sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga. c. Drainase Sistem saluran awal yang melayani kawasan kota tertentu, seperti komplek perumahan, area pasar, perkantoran dan komplek industri. d. Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) Aspek non-teknis dari sanitasi meliputi promosi kesehatan, perubahan prilaku dan sanitasi rumah tangga. Cakupan wilayah kajian Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Kabupaten bangli dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kota meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Bangli, Kecamatan Kintamani, Kecamatan Susut dan Kecamatan Tembuku. Visi Kabupaten Bangli yang termuat dalam RPJMD Kab. Bangli Tahun adalah Terwujudnya Masyarakat Bangli Yang GITA SANTI (gigih, iklas, taqwa, aspiratif, sejahtera, aman, nyaman, tertib dan indah) berdasarkan Tri Hita Karana. Sedangkan Misi Kab. Bangli adalah : 1. Membangkitkan perekonomian lokal pada umumnya dengan perluasan investasi di bidang pertanian, pariwisata industri kecil dan sumber daya manusia serta pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat khususnya, seperti: pangan, sandang dan papan. 2. Meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat dengan mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat melalui pengembangan simpul-simpul ekonomi rakyat, utamanya pertanian, perdagangan dan jasa, lembaga keuangan dan koperasi, serta pariwisata yang didukung dengan infrastruktur yang memadai. 3. Meningkatkan pendapatan asli daerah dengan sistem pemungutan yang efisien dan efektif dengan mendorong peningkatan kesadaran masyarakat. 4. Menekan serendah-rendahnya angka pengangguran dan kemiskinan dengan penyediaan sumbersumber pendanaan dan ketepatan alokasi investasi pembangunan melalui penciptaan iklim kondusif untuk pengembangan usaha dan penciptaan lapangan kerja. 5. Mengembangkan menejemen pengelolaan pendidikan, kesehatan, pariwisata dan lingkungan dengan mengedepankan kebutuhan masyarakat menurut situasi dan kondisi yang berkembang serta menjamin keberlanjutan (sustinabelitas) program pembangunan. 6. Meningkatkan disiplin kerja di kalangan aparatur pemerintah, swasta dan masyarakat untuk membentuk rasa tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban masing-masing dengan selalu dilandasi rasa bakti dan sradha kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. 7. Menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, demokratis, efisien dan efektif serta mengutamakan pelayanan yang prima kepada masyarakat dengan selalu berpegang pada peraturan hukum yang ada. 8. Mengembangkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal untuk pemberdayaan masyarakat dan kemitraan dalam upaya pembangunan masyarakat Bangli yang sejahtera, aman, nyaman, dan indah atau SANTI. Tujuan dari penyusunan Revisi RTRWK Bangli Bangli adalah 1. Merumuskan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Bangli; 2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah kecamatan dan keserasian antar wilayah Kabupaten/kota sekitar; 3. Mengarahkan lokasi perlindungan dan budidaya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan atau masyarakat;

8 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli 4. Sebagai acuan bagi penyusunan RDTR Kawasan dan RTR Kawasan Strategis Kabupaten; 5. Sebagai acuan pengendalian pemanfaatan ruang yang ditindak lanjuti dengan arahan peraturan zonasi, perijinan, insentif & disinsentif dan sanksi untuk mewujudkan ruang sesuai rencana tata ruang; 6. Menyusun Draf Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bangli tentang RTRWK Bangli. 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dari Penyusunan Buku Putih Sanitasi ini adalah untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Bangli saat ini. Dengan adanya pemetaan kondisi sanitasi, maka didapatkan gambaran awal secara menyeluruh berupa zona-zona dan sistem layanan sanitasi serta isu-isu strategis dalam pengelolaan sanitasi untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan Buku Putih ini antara lain adalah akan dapat ditentukannya kebijakan prioritas penanganan sanitasi yang sesuai dan mampu mengidentifikasi, memetakan, menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi kabupaten Bangli. Salah satu output dari Buku Putih adalah Penetapan Area Berisiko Sanitasi dari berbagai aspek. Dengan adanya pemetaan ini dapat diketahui desa, kelurahan dan kecamatan mana saja yang mempunyai resiko sanitasi yang tinggi, menengah, rendah, dan aman (tidak ada resiko). Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli disusun oleh anggota Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Bangli berdasarkan data sekunder dan data primer (hasil survey ) yang telah dianalisis. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli ini akan menjadi dasar dan acuan yang kompeten untuk mengawali pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi dan strategis, yaitu berupa penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Bangli. 1.4 Metodologi Metodelogi dalam penyusunan buku putih sanitasi kabupaten bangli adalah dengan pengumpulan data-data (data sekunder dan juga data primer yang sifatnya sampling) melalui pendekatan partisifatif berbagai pihak/pemangku kepentingan. Data sekunder yang digunakan merupakan data-data yang dimiliki oleh berbagai SKPD seperti : Dokumen Rencana Tata Ruang Kab. Bangli, RPIJMD Kab. Bangli, Bangli Dalam Angka dan lain-lain. Sementara untuk data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode survey terhadap sample dari populasi. Data primer tersebut dikumpulkan dengan pelaksanaan studi analisis resiko kesehatan lingkungan / Environmental Health Risk Assesment (EHRA), survey kelembagaan dan survey peran serta masyarakat dalam pengelolaan sanitasi. 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli berpijakan pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional atau pusat, propinsi maupun daerah. Program Pengembangan Sanitasi di Kabupaten Bangli didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi: A. Undang-Undang 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah. 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. 9. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan Kabupaten/Kota. 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

9 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009 Tentang Pengesahan Stockholm Convention On Persisten Organic Pollutants 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Pemukiman. B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Thn 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. C. Peraturan Presiden Republik Indonesia 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJM) Tahun D. Keputusan Presiden Republik Indonesia 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 62 Tahun 2000 Tentang Koordinasi Penataan Ruang. 3. Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. E. Keputusan Menteri 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL. 2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 Tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). F. Peraturan Daerah dan Keputusan Gubernur Bali 1. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Bali 2. Keputusan Gubernur Bali Nomor.. Tentang Pokja Sanitasi Provinsi Bali Tahun 2013 G. Peraturan Daerah Kabupaten Bangli dan Peraturan Bupati Kabupaten Bangli 1. Peraturan Daerah Kabupaten Bangli Nomor : 9 Tahun 2011 Tentang RPJMD Kabupaten Bangli Tahun Keputusan Bupati Bangli Nomor : /380/2012 tentang Pembentukan Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli Tahun Anggaran 2013

10 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kondisi Geografis : Secara geografis Kabupaten Bangli merupakan satu-satunya wilayah kabupaten di Provinsi Bali yang tidak memiliki pantai dengan dengan luas Ha atau 9,24% dari luas wilayah Provinsi Bali ( Ha) yang terletak pada koordinat 08º3'40-08º50'48 LS (lintang selatan) dan 114º25'53-115º42'40 BT (Bujur Timur) dan di batasi oleh lima Kabupaten lainnya di Bali dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Wilayah Kab. Buleleng Sebelah Timur : Wilayah Kab. Karangasem dan Kab. Klungkung Sebelah Selatan : Wilayah Kab. Gianyar Sebelah Barat : Wilayah Kab. Gianyar, Kabupaten Badung dan Kab. Buleleng Kondisi Fisik : Kondisi iklim Kabupaten Bangli memiliki iklim tropis, suhu udara relatif rendah berkisar antara C, semakin ke utara suhu semakin dingin. Angka curah hujan rata-rata tahunan terendah adalah 900 mm dan tertinggi mm. Penyebaran curah hujan relatif tinggi ( mm) meliputi bagian utara (lereng Gunung Batur) dan semakin rendah ke arah selatan wilayah. Curah hujan tertinggi terjadi bulan Desember Maret dan terendah pada bulan agustus. Topografi wilayah Kabupaten Bangli berada pada ketinggian antara meter dpl, dengan puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan. Secara umum rentang ketinggian wilayah Kecamatan Susut ( m dpl), Kecamatan Bangli ( m dpl), Kecamatan Tembuku ( m dpl) dan Kecamatan Kintamani ( m dpl). Kelerengan wilayah bervariasi antar wilayah kecamatan dan secara umum berada pada kondisi dataran sampai landai (0-15%) seluas 12,11% dari luas wilayah, bergelombang (15-30%) seluas 21,7% dari luas wilayah, curam (30-40%) seluas 18,18% dari luas wilayah dan sangat curam (>40%) seluas 48,01% luas wilayah. Kondisi datar relatif hanya terdapat pada kawasan di kaki Gunung Batur, landai dan bergelombang pada wilayah Kecamatan Susut, Bangli dan Tembuku sedangkan bergelombang dan curam serta sangat curam pada wilayah Kecamatan Kintamani. Hidrologi wilayah terdiri dari air permukaan dan air tanah. Air permukaan terdiri dari Danau Batur dan beberapa sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Bangli. Jumlah potensi mata air di Kabupaten Bangli tersebar di 88 buah titik di 42 desa dengan debit total 1.534,30 ltr/dt. Sungaisungai yang mengalir di wilayah umumnya pendek dan jenis alirannya bersifat ephemeral, yang sebagian besar terletak di sebelah Utara, sedangkan yang mengalir ke bagian Selatan lebih panjang, aliran sungainya kebanyakan bersifat perenmial. Sistem wilayah sungai merupakan bagian dari pengelolaan Wilayah Sungai Bali-Penida (WS Strategis Nasional) pada sebagian Sub WS , Sub WS , Sub WS , Sub WS , dan Sub WS yang terdiri atas 1 (satu) buah danau dan 14 Daerah Aliran Sungai (DAS) 20 lintas wilayah, meliputi : Tabel 2.1. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Bangli No Nama DAS Luas (Ha) Debit (M 3 /Detik) Volume (M 3 ) 815,58 juta 1 Danau Batur N/A M3 2 sebagian DAS Bubuh 3.934,3 N/A N/A 3 sebagian DAS Melangit 4.247,7 N/A N/A 4 sebagian DAS Sangsang 6.602,5 N/A N/A 5 sebagian DAS Ayung 9.507,6 N/A N/A 6 sebagian DAS Yehalang 1.298,9 N/A N/A 7 sebagian DAS Anyar 997,8 N/A N/A 8 sebagian DAS Batas 86,8 N/A N/A 9 sebagian DAS Silagading Tiga 517,2 N/A N/A 10 sebagian DAS Puseh 221,5 N/A N/A

11 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli No Nama DAS Luas (Ha) Debit (M 3 /Detik) Volume (M 3 ) 11 sebagian DAS Jinah 1.314,9 N/A N/A 12 sebagian DAS Luah 604,6 N/A N/A 13 sebagian DAS Bungbung ,9 N/A N/A 14 sebagian DAS Pengasangan 62,7 N/A N/A 15 sebagian DAS Deling 408 N/A N/A Sumber : Dokumen RTRW Kab. Bangli

12 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Peta 2.1 Hidrologi/DAS di Wilayah Kabupaten Bangli

13 Buku Putih Sanitasi Berdasarkan Peta 2.1, dapat dijelaskan bahwa : Danau Batur dengan luas Ha, kedalaman 70 meter, volume 815,58 juta/m3, panjang garis pantai (shoreline) 21,4 km dengan daerah tangkapan seluas Ha. Sungai yang ada di Kabupaten Bangli berjumlah 14 buah yang merupakan hulu-hulu sungai utama yang bermuara di bagian Selatan Pulau Bali. Berdasarkan peta pengendalian pengambilan air tanah dan perlindungan daerah resapan (Dep. ESDM), wilayah Kabupaten Bangli dari bagian utara Kota Bangli ke arah utara semuanya merupakan Daerah Resapan Air yang mengisi Cekungan Air Tanah (CAT) wilayah Kabupaten/Kota Sarbagita termasuk wilayah Kabupaten Bangli bagian selatan. Administratif : Secara administrasi Kabupaten Bangli, terbagi menjadi 4 wilayah kecamatan dan 72 desa/kelurahan yaitu : Kecamatan Susut (9 Desa), Kecamatan Bangli (4 Kelurahan dan 5 Desa), Kecamatan Tembuku (6 Desa) dan Kecamatan Kintamani (48 Desa). Luas wilayah Kabupaten Bangli adalah Ha atau 9,24% dari luas wilayah Provinsi Bali ( Ha). Ibukota Kabupaten Bangli adalah Kawasan Perkotaan Bangli, meliputi Kelurahan Kubu, Kelurahan Cempaga, Kelurahan Kawan dan Kelurahan Bebalang. Data administrasi wilayah, jumlah desa dan luas wilayah dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Nama, luas wilayah per-kecamatan dan jumlah kelurahan/desa No Nama Desa/Kel Luas (Ha) % Kecamatan Susut 4, Apuan Abuan Demulih Susut Selat Sulahan Pengiangan Tiga 1, Penglumbaran Kecamatan Bangli 5, Bunutin Tamanbali Bebalang Kawan Cempaga Kubu Kayubihi Pengootan Landih Kecamatan Tembuku 4, Jehem Tembuku Yangapi 1, Undisan Bangbang Peninjoan 1, Kecamatan Kintamani 36, Mengani Binyan Ulian Bunutin Langgahan Lembean Bayung Cerik Mangguh Belancan Katung KABUPATEN BANGLI (Ha) Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Bangli Tahun No Nama Desa/Kel Luas (Ha) % 35 Banua Abuan Bonyoh Sekaan Bayung Gede 1, Sekardadi Kedisan 1, Buahan 1, Suter 1, Abang Batu Dingding 45 Abang Songan 1, Terunyan Songan B Soangan A Batur Selatan Batur Tengah Batur Utara Kintamani Serai Manikliyu Awan Belantih Gunung Bau Belanga BatuKaang Catur Pengejaran Selulung Satra Dausa Daup Bantang Kutuh Sukawana Subaya Siakin Pinggan Belandingan ,081

14 Buku Putih Sanitasi Berdasarkan tabel 2.2 tersebut dapat dilihat bahwa luas wilayah Kecamatan Kintamani adalah 70,45% dari luas wilayah Kabupaten Bangli dan bahkan merupakan kecamatan terluas di Provinsi Bali (6,51% dari luas wilayah Provinsi Bali).

15 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Peta 2.2 Administrasi Wilayah Kabupaten Bangli

16 Buku Putih Sanitasi Berdasarkan Peta 2.3, dapat dijelaskan bahwa : Cakupan wilayah kajian Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Kabupaten Bangli dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Bangli, Kecamatan Kintamani, Kecamatan Susut dan Kecamatan Tembuku. 2.2 Demografi Berdasarkan data jumlah penduduk, oleh Kantor Catatan Sipil Kabupaten Bangli tahun 2013 jumlah penduduk di kabupaten bangli tercatat jiwa. Dengan luas wilayah 520,81 km2, kepadatan penduduk kabupaten bangli pada tahun 2013 mencapai 4.41 jiwa/ha. Diantara kecamatan di Kabupaten Bangli, Kecamatan Kintamani merupakan daerah yang berpenduduk terbesar dengan jumlah penduduk mencapai jiwa atau 42,87 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Bangli. Sedangkan data jumlah dan Kepadatan penduduk lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Bangli tahun Kecamatan Luas Wilayah Jumlah RT Jumlah Tingkat Kepadatan Penduduk Pertumbuhan ha % Susut 4,931 12,457 53, Bangli 5,662 12,185 59, Tembuku 4,832 11,146 48, Kintamani 36,692 25, , Jumlah , , , , , , , , , Sumber : Kantor Catatan Sipil Kabupaten Bangli Proyeksi penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangli Tahun menggunakan Metoda Rata-Rata Aritmatik dengan Rumus yang digunakan : Pn = Po + r (dn) Di mana : Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun periode Po = jumlah penduduk pada awal proyeksi r = rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahun. dn = kurun waktu proyeksi berdasarkan laju pertumbuhan penduduk tahun untuk masing-masing kecamatan, diperoleh Proyeksi jumlah penduduk untuk tahun , sesuai dengan tabel 2.4

17 Buku Putih Sanitasi Table 2.4 Proyeksi Penduduk Kabupaten Bangli Kecamatan Luas wilayah Jumlah Penduduk Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kepadatan penduduk Tahun Tahun Tahun Ha Susut ,31 1,31 1,31 1,31 1,31 1,31 10,85 10,99 11,14 11,28 11,43 11,58 Bangli ,54 1,54 1,54 1,54 1,54 1,54 10,50 10,67 10,83 11,00 11,17 11,34 Tembuku ,89 1,89 1,89 1,89 1,89 1,89 10,00 10,19 10,38 10,58 10,78 10,98 Kintamani ,35 1,35 1,35 1,35 1,35 1,35 3,29 3,34 3,38 3,43 3,47 3,52 total ,48 1,48 1,48 1,48 1,48 1,48 5,41 5,49 5,57 5,65 5,73 5,82 Berdasarkan analisis laju pertumbuhan penduduk tahun 2013 sampai 2018, diketahui bahwa angka ratarata laju pertumbuhan penduduk untuk wilayah Kabupaten Bangli adalah 1.48% per tahun. Proyeksi penduduk didasarkan pada data jumlah penduduk tahun 2013 sebagai data awal proyeksi perencanaan. Pada tahun akhir perencanaan yaitu tahun 2018 proyeksi penduduk mencapai jiwa. 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah APBD Kabupaten Bangli dari tahun 2009 sampai 2013 rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar % yaitu dari Rp ,50 pada tahun 2013 menjadi Rp. 688,479,409, pada tahun Dari tabel 2.6 terlihat bahwa belanja modal sanitasi Kabupaten Bangli dari tahun 2009 sampai 2013 rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar %, dimana belanja modal sanitasi tahun 2009 sebesar Rp 9,133,17, menjadi Rp. 13,183,854, pada tahun Data realisasi belanja modal sanitasi dari tahun 2009 sampai 2013 untuk tiap SKPD juga disajikan pada tabel 2.6 dimana untuk belanja modal sanitasi mengalami kenaikan kecuali pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli yang mengalami penurunan rata-rata sebesar 0.36 %. Sejalan dengan peningkatan APBD Kab. Bangli yang mencapai rata-rata 12.9 % per tahun berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi daerah dimana PDRB menurut harga konstan Kabupaten Bangli pada tahun 2009 sebesar 1,040,363,420, dan tahun 2013 di proyeksikan sebesar 1,285, , atau rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 5,43%. Sedangkan untuk PDRB per kapita mengalami peningkatan sebesar 4,41% per tahun yaitu dari Rp. 4,871, pada tahun 2009 dan diproyeksikan menjadi Rp. 5,787, pada tahun 2013

18 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Tabel 2.5. Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Bangli Tahun A No. Uraian TAHUN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) PENDAPATAN Rata-2 Pertumb uhan 1.1. Pendapatan Asli Daerah , , , , ,00 30, Pajak Daerah , , , , ,00 29, Retribusi Daerah , , , , ,00 19, , ,78. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah , , ,00 11,27 yang dipisahkan Lain-lain PAD yang syah , , , , ,00 103, Dana Perimbangan , , , , ,72 10, Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak , , , , ,72 (1,22) Dana Alokasi Umum , , , , ,00 13, Dana Alokasi Khusus , , , , ,00 0, Lain-lain Pendapatan Daerah yg.syah , , , , ,83 29, Hibah ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Dana Darurat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan , , , , ,83 9,01 Pemerintah Daerah lainnya

19 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 0, , , , ,00 (7,76) Bantuan Keuangan dari Propinsi atau 0, , , ,00 34,18 B Pemerintah Daerah lainnya Jumlah Pendapatan Daerah , , , , ,55 12,50 BELANJA 2.1. Belanja Tidak Langsung , , , , ,66 15, Belanja Pegawai , , , , ,20 16, Belanja Bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Belanja Subsidi , , , , ,00 184, Belanja Hibah , , , , ,00 83, Belanja Bantuan Sosial , , ,00 0, ,00 (39,66) Belanja Bagi Hasil kepada Propinsi/ , , ,00 11,98 Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan kepada , , , , ,46 34,71 Propinsi/Kabupaten dan Pem. Desa Belanja Tidak Terduga 0, , , , ,00 101, Belanja Langsung , , , , ,06 9, Belanja Pegawai , , , , ,00 6, Belanja Barang dan Jasa , , , , ,06 12, Belanja Modal , , , , ,00 12,06

20 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Total Jumlah Belanja , , , , ,72 12,90 C SURPLUS/DEFISIT ( ,66) ,93 ( ,59) ,00 ( ,17) (321,33) PEMBIAYAAN 3.1. Penerimaan Pembiayaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran. Tahun , , , , ,17 (2,27) Anggaran sebelumnya (SiLPA) Pencairan dana cadangan Hasil penjualan kekayaan daerah yang - - Dipisahkan Penerimaan pinjaman daerah Penerimaan kembali pemberian pinjaman ,00-0, Penerimaan piutang daerah , ,47 Jumlah penerimaan pembiayaan , , , , ,17 (5,88) 3.2. Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan dana cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 0, , , ,00 0,00 0, Pembayaran pokok utang , , Pemberian pinjaman daerah Jumlah Pengeluaram Pembiayaan 0, , , ,00 0,00 0,00 Pembiayaan neto , , , , ,17 (5,70)

21 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli S I L P A , , , ,37 0,00 31,96 Tabel 2.6. Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Bangli Tahun No. SKPD TAHUN Pertumbuh an (1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) 1 PU-CK 4, , , , , ,00 1.a Investasi , , , , ,00 4,19. 1.b Operasi/Pemeliharaan (OM) , , , , ,00 2,06. 2 B L H 77, , , , ,00 2.a Investasi 0, , , , ,00 114,37. 2.b Operasi/Pemeliharaan (OM) 0, , , , ,00 60,24. 3 B P M D 424, , , ,00 3.a Investasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00. 3.b Operasi/Pemeliharaan (OM) 0,00 0, , , ,00 424,87. 4 Dinkes 93, , , , , ,00 4.a Investasi ,00 0,00. 4.b Operasi/Pemeliharaan (OM) , , , , ,00 85,71. 5 Bappeda 0, ,00

22 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli 5.a Investasi ,00 0,00. 5.b Operasi/Pemeliharaan (OM) ,00 0,00. 6 Dinas Tata Kota 43, , , , , ,00 6.a Investasi , , , , ,00 416,02. 6.b Operasi/Pemeliharaan (OM) , , , , ,00 45,34. 7 Bagian Kesra (17,86) , , , , ,00 7.a Investasi , ,00 557, b Operasi/Pemeliharaan (OM) , , , , ,00 (19,55). 8 Belanja Sanitasi ( ) , , , , ,00 16,36 9 Pendanaan Investasi Sanitasi Total (1a+2a+3a+4a+5a+6a+7a) 10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+4b+5b+6b+7b) , , , , ,00 12, , , , , ,00 39,78 11 Belanja Langsung , , , , , 9, Proporsi Belanja Sanitasi - Belanja Langsung (8/11) 3,14 3,52 2,39 4,00 4,15 12,76 13 Proposi Investasi sanitasi - Total Belanja Sanitasi (9/8) 14 Proporsi OM Sanitasi - Total Belanja Sanitasi (10/8) 2,67 2,95 1,75 3,11 2,81 9,37 0,47 0,57 0,63 0,89 1,34 31,00

23 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Tabel 2.7 Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Bangli Tahun TAHUN Rata-2 No. SKPD Total Belanja Sanitasi Kab. Bangli , , , , , ,00 2 Jumlah Penduduk , , , , , ,00 Belanja Sanitasi Perkapita (1/2) , , , , , ,74 Tabel 2.8 Peta Perekonomian Kabupaten Bangli No. SKPD TAHUN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) Rata-2 Pertumb uhan 1 PDRB Harga Konstan (Rp.) , , , , ,00 5,43 Pendapatan Perkapita 2 Kabupaten (Rp.) , , , , ,38 4,41 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,71 4,97 5,84 5,99 4,92 (2,70)

24 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli 2.4 Tata Ruang Wilayah Kebijakan penataan ruang wilayah merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bangli. Kebijakan dan Strategi penataan ruang wilayah kabupaten Bangli berfungsi : Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama pemanfaatan ruang wilayah. Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Bangli dirumuskan berdasarkan : tujuan penataan ruang wilayah kabupaten Bangli, karakteristik wilayah kabupaten Bangli, kapasitas sumber daya wilayah kabupaten Bangli dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya dan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Bangli dirumuskan dengan kriteria: Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi Bali; Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan; Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Bangli disusun untuk mencapai tujuan yang telah diuraikan, meliputi : a. pemerataan pengembangan wilayah melalui peningkatan pusat-pusat pelayanan kawasan perkotaan yang terintegrasi dengan kawasan perdesaan dengan menterpadukan sistem perkotaan wilayah kabupaten yang terintegrasi dengan sistem perkotaan nasional dan Provinsi Bali; b. peningkatan aksesibilitas antar wilayah, antar kawasan perkotaan, dan antar kawasan perdesaan di seluruh wilayah kabupaten; c. peningkatan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana di seluruh wilayah kabupaten dengan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan terpadu antar desa dalam bentuk Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), kawasan agropolitan dan kawasan minapolitan yang terintegrasi dengan sistem perkotaan, serta meningkatkan keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya; d. pemantapan Kabupaten Bangli yang hijau, produktif, dan berkelanjutan sebagai penopang pelestarian lingkungan alam Bali; e. pemantapan potensi keunikan alam dan budaya daerah sebagai potensi kepariwisataan; f. peningkatan peran komoditas unggulan pertanian, hortikultura, perkebunan, tanaman kehutanan, peternakan, perikanan dan industri kecil untuk mendorong perekonomian daerah; dan g. pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung, daya tampung, mitigasi bencana dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Kabupaten Bangli sebagai bagian dari Pulau Bali rentan akan adanya bencana alam, karena kedudukan Pulau Bali pada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia merupakan wilayah teritorial yang sangat rawan terhadap bencana alam. Dilihat dari potensi bencana yang ada, beberapa bencana yang berpotensi menimpa Kabupaten Bangli dapat dilihat pada, antara lain : Kawasan rawan bencana tanah longsor Kawasan rawan bencana letusan gunung api Kawasan rawan bencana gempa bumi Kawasan rawan bencana Kebakaran Kawasan rawan bencana kekeringan Kawasa rawan bencana angin siklon tropis

25 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli a. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor Kawasan rawan bencana tanah longsor adalah kawasan-kawasan yang mempunyai potensi terjadinya gerakan tanah terutama pada kawasan-kawasan yang memiliki perbukitan dengan kemiringan terjal. Sebaran kawasan rawan bencana tanah longsor di Pulau Bali terbagi menjadi 4 (empat) kategori yang disebut Zona Kerentanan Gerakan Tanah yaitu : sangat rendah, rendah, menengah, dan tinggi. Kawasan yang dianggap termasuk rawan gerakan tanah rawan tanah lomgsor adalah kawasan yang memiliki zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Sebaran kawasan rawan gerakan tanah di Kabupaten Bangli terutama terdapat pada kawasan yang memiliki kemiringan tanah di atas 40% yang sebarannya terutama terdapat pada di seluruih dinding Kaldera Gunung Batur, baik kaldera luar maupun kaldera dalam serta pada beberapa spot kawasan tersebar di wilayah Kecamatan Kintamani lainnya serta di pinggir sungai. Kawasan-kawasan tersebut merupakan kawasan yang termasuk dalam zona kerentanan geralan tanh tinggi. b. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi Gunung Batur Gunung berapi Gunung Batur terletak di Kecamatan Kintamani. Berdasarkan analisis data dari Direktorat Vulkanologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, kawawan rawan bencana alam letusan gunung berapi Gunung Batur hanya berada disekitar lembah Gunung Batur. Berdasarkan uraian sejarah, terjadinya Bahaya Gas beracun dapat berupa mofet (CO dan CO2), Solfatara (H2S, H2SO4) dan adanya gas beracun lainnya yang hanya muncul dan terkonsentrasi di daerah kawah dan lubang letusan terutama bila keadaan cuaca buruk. Berdasarkan data-data yang ada serta memperhatikan bentang alam kaldera Batur, maka kawasan rawan bencana letusan gunung berapi Gunung Batur menjadi 3 ( tiga ) zona, terdiri atas : 1. Kawasan Rawan Bencana III (Zona Terlarang) adalah kawasan yang terlanda aliran lava, hujan abu dan kemungkinan adanya gas beracun. Kawasan ini terutama di terletak daerah puncak Gunung Batur, lereng bagian tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut. Pada kawasan yang termasuk Rawan Bencana III, tidak diperkenankan untuk mendirikan perumahan atau untuk kegiatan wisata. 2. Kawasan Rawan Bencana II (Zona Bahaya) adalah kawasan yang berpotensi terlanda hujan abu lebat dan kemungkinan perluasan aliran lava serta lontaran batu pijar. Kawasan ini mencakup kaki gunung sebelah utara, timur laut dan timur hingga berbatasan dengan dinding kaldera dalam Batur dan danau Batur. Luas zona bahaya meliputi jari-jari ± 3 Km dari puncak Gunung Batur. 3. Kawasan Rawan Bencana I (Zona Waspada); Adalah kawasan yang hanya terancam hujan abu dan kemungkinan lontaran batu pijar, meliputi kawasan kaldera Batur dengan radius ± 6 Km dari puncak Gunung Batur. Kawasan cukup layak dan diperbolehkan adanya kegiatan pemukiman dan penunjangnya. c. Kawasan Rawan Gempa Bumi Untuk Kabupaten Bangli, sejarah kegempaan yang ada tidak terlalu banyak, kecuali gempa setempat terkait letusan gunung berapi batur yang berupa Gempa Vulkanik. Menurut Peta kawasan rawan bencana gempa bumi di Bali yang diterbitkan oleh Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kabupaten Bangli serta data potenso Kawasan rawan bencana Provinsi Bali termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Menengah. d. Kawasan Rawan Bencana Kebakaran Kawasan rawan bencana kebakaran, terutama terjadi pada kawasan lahan kering dan kawasan hutan. Pemicu terjadinya potensi kebakaran adanya pembakaran untuk pembukaan lhan yang disengaja serta karena kondisi iklim dan cuaca yang merangsang terjadinya kebakaran. Salah satu penyebab terjadinya kebakaran hutan adalah adanya hutan bervegetasi homogen dan curah hujan rendah, serta dominasi pohon pinus yang mengeluarkan zat ektraktif yang mudah terbakar. Kawasan hutan yang rawan kebakaran yaitu RPH Kintamani Barat, RPH Kintamani Timur dan RPH Penelokan.

26 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Peta 2.3 Rencana Pusat Pelayanan Kabupaten Bangli

27 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Berdasarkan Peta 2.3 dijelaskan bahwa : 1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan Bangli, seluas kurang lebih (seribu sembilan ratus tiga puluh enam) ha, yang terdiri dari 4 kelurahan yaitu : Kelurahan Cempaga, Kelurahan Kawan, Kelurahan Kubu, dan Kelurahan Bebalang; dan 2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) adalah kawasan perkotaan Kintamani, seluas kurang lebih (empat ribu tujuh ratus tiga puluh tiga) ha, yang terdiri Desa Kintamani, Desa Batur Selatan, Desa Batur Tengah, Desa Batur Utara dan Desa Bayunggede. 3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) terdiri atas : a. Kawasan Perkotaan Susut, seluas kurang lebih (dua ribu tiga puluh sembilan) ha, meliputi Desa Sulahan, Desa Susut dan Desa Selat; b. Kawasan Perkotaan Tembuku, seluas kurang lebih (seribu lima ratus) ha, meliputi Desa Tembuku dan Desa Jehem; c. Kawasan perkotaan Belantih-Catur, seluas kurang lebih (tiga ribu tiga ratus sembilan puluh satu) ha, meliputi Desa Catur, Desa Belantih, Desa Belanga, Desa Binyan, Desa Mengani, Desa Batukaang, Desa Pengejaran dan Desa Daup; dan d. Kawasan perkotaan Kayuamba, seluas kurang lebih (seribu lima ratus tujuh puluh empat) ha, meliputi Desa Tiga dan Desa Pengelumbaran. 4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) terdiri atas : a. PPL Dausa melayani kawasan perdesaan Desa Dausa, Desa Selulung, Desa Satra, Desa Bantang, dan Desa Kutuh; b. PPL Sukawana melayani kawasan perdesaan Desa Sukawana, Desa Siakin, Desa Subaya, Desa Pinggan, dan Desa Belandingan; c. PPL Manikliyu melayani kawasan perdesaan Desa Manikliyu, Desa Langgahan, Desa Lembean, dan Desa Bayung Cerik; d. PPL Bunutin melayani kawasan perdesaan Desa Bunutin, Desa Ulian, Desa Gunungbau, Desa Awan, dan Desa Serahi: e. PPL Katung melayani kawasan perdesaan Desa Katung, Desa Banua, Desa Mangguh, Desa Belancan, Desa Bonyoh, dan Desa Abuan; f. PPL Kedisan melayani kawasan perdesaan Desa Kedisan, Sebagian Desa Trunyan, sebagian Desa Abangbatudinding, dan Desa Buahan; g. PPL Sekardadi melayani kawasan perdesaan Desa Sekardadi dan Desa Sekaan; h. PPL Songan melayani kawasan perdesaan Desa Songan A dan Songan B; i. PPL Suter melayani kawasan perdesaan Desa Suter, Desa Abangsongan, Sebagian Desa Trunyan,dan sebagian Desa Abangbatudinding; j. PPL Pengotan melayani kawasan perdesaan Desa Pengotan, Desa Kayubihi, dan Desa Landih; k. PPL Taman Bali melayani kawasan perdesaan Desa Taman Bali dan Desa Bunutin; l. PPL Abuan melayani kawasan perdesaan Desa Abuan, Desa Demulih dan Desa Apuan; dan m. PPL Yangapi melayani kawasan perdesaan Desa Yangapi, Desa Peninjoan, Desa Bangbang dan Desa Undisan.

28 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Peta 2.4 Pola Ruang Kabupaten Bangli

29 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Berdasarkan Peta 2.4 dijelaskan bahwa : Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi: a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten; b. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang; c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program pembangunan; dan d. Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten. Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan: a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; b. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; c. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan;dan d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Rencana pola ruang wilayah kabupaten Bangli merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN, RTRWP Bali, RTRW Kabupaten Berbatasan yang telah ada beserta rencana rinci yang telah ada, terdiri dari Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Hirarki fungsi ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten bangli terdiri dari : A. KAWASAN LINDUNG a. Kawasan Hutan Lindung b. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya; c. Kawasan perlindungan setempat 1. Kawasan suci (kawasan gunung, kawasan danau, kawasan campuhan); 2. Kawasan tempat suci (radius kesucian kawasan pura Sad Kahyangan, radius kesucian kawasan pura Dang Kahyangan dan Kahyangan Jagat, dan radius kesucian kawasan pura Kahyangan Tiga); 3. Kawasan sempadan sungai; 4. Kawasan sempadan jurang; 5. Kawasan sekitar danau; dan 6. Ruang terbuka hijau kota. d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya 1. Kawasan taman wisata alam dan 2. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. e. Kawasan rawan bencana alam 1. Kawasan rawan tanah longsor; dan 2. Kawasan rawan banjir. f. Kawasan lindung geologi. 1. Kawasan cagar alam geologi; 2. Kawasan rawan bencana alam geologi (kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, Kawasan rawan yang terletak di zona patahan aktif dan kawasan rawan bahaya gas beracun); dan 3. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah (kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air) g. Kawasan lindung lainnya. Kawasan perlindungan plasma nutfah;

30 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli B. KAWASAN BUDIDAYA a. Kawasan peruntukan hutan produksi; 1. Kawasan Hutan Produksi terbatas; dan 2. Kawasan Hutan Rakyat b. Kawasan peruntukan pertanian; 1. kawasan peruntukan pertanian lahan basah; 2. kawasan peruntukan pertanian lahan kering; dan 3. kawasan peruntukan pertanian hortikultura. c. Kawasan peruntukan perkebunan; d. Kawasan peruntukan perikanan; e. Kawasan peruntukan peternakan; f. Kawasan peruntukan industri; g. Kawasan peruntukan pariwisata; 1. Daya Tarik Wisata Khusus (DTWK); dan 2. Daya Tarik Wisata (DTW). h. Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau 1. permukiman perkotaan; dan 2. permukiman perdesaan. i. Kawasan peruntukan pertambangan; dan j. Kawasan pertahanan dan keamanan. Komposisi kawasan lindung adalah kurang lebih 20,49% dan Kawasan Budidaya kurang lebih 79,51%, namun dalam Komponen Kawasan Budidaya terdapat Kawasan Perkebunan, hortikultura, hutan rakyat dan hutan produksi terbatas yang berfungsi perlindungan sebesar kurang lebih 61,09%. 2.5 Sosial dan Budaya Penyediaan sarana pendidikan untuk wilayah Kabupaten Bangli pada tahun 2011 dengan jumlah fasilitas pendidikan TK yaitu 63 sekolah, SD yaitu 164 sekolah, SLTP yaitu 31 sekolah dan SMA yaitu 20 sekolah serta memiliki 2 perguruan tinggi yaitu Kampus Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) dan BPLP Tabel 2.9 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Bangli Sekolah No Kecamatan TK SD SLTP SLTA PT Sekolah Murid Guru SekolahMurid Guru Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru SekolahMuridGuru 1 Susut , , Bangli , , , Tembuku , , Kintamani , , Jumlah 63 1, ,934 1, , , Sumber : Bangli Dalam Angka 2012 Tabel 2.10 Jumlah penduduk miskin per kecamatan di Kabupaten Bangli tahun 2013 No Kecamatan Jumlah KK Jumlah KK Miskin (Orang) Persentase KK miskin ( %) 1 Susut ,35 2 Bangli ,35 3 Tembuku ,25 4 Kintamani ,17 Total Bangli ,26

31 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Sumber : BPMPD Kab. Bangli Berdasarkan data tabel 2.10 jumlah KK miskin di kabupaten bangli sebanyak KK, setara dengan 20,26 % jumlah total KK Kabupaten Bangli. Dengan jumlah kemiskinan tertinggi berada di kecamatan kintamani sebesar KK, setara dengan 24.17% jumlah total KK Kecamatan Kintamani. Tabel 2.11 Jumlah rumah per kecamatan di Kabupaten Bangli Tahun 2011 No Kecamatan Jumlah Rumah 1 Susut 2 Bangli 3 Tembuku 4 Kintamani Total Bangli Sumber : Kantor Catatan Sipil Kab. Bangli yang diolah Jumlah rumah per kecamatan di kabupaten bangli di peroleh dengan asumsi bahwa setiap kepala keluarga memiliki satu rumah, Sehinga diperoleh jumlah total rumah di Kabupaten Bangli Tahun 2013 adalah rumah. 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Bangli dapat dilihat dalam struktur organisasi, sebagaimana tersebut dalam Perda Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangli, Perda Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kabupaten Bangli, meliputi: a. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; b. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan; c. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; d. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; e. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil; f. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; g. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum; h. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; i. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan; j. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Peternakan dan Perikanan Darat; k. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan; l. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota; dan m. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung. dan Perda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bangli Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bangli, meliputi : a. Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal; b. Organisasi dan Tata Kerja Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat; c. Organisasi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup; d. Organisasi dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa; e. Organisasi dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; f. Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Daerah; g. Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat; h. Organisasi dan Tata Kerja Kantor Ketahanan Pangan; i. Organisasi dan Tata Kerja Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi;

32 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli j. Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja; k. Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan; dan l. Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah. Secara lebih jelas bagan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dapat dilihat pada gambar 2.1. Sedangkan bagan Susunan organisasi satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terkait dengan bidang sanitasi dapat dilihat pada gambar 2.2.

33 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli Gambar 2.1. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten Bangli

34 Gambar 2.2 Bagan susunan organisasi SKPD yang mempunyai tupoksi pembangunan sanitasi di Kabupaten Bangli BUPATI WAKIL BUPATI Sekda Asisten Perekonomian dan Pembangunan BAPPEDA DAN PENANAMAN MODAL DINAS KESEHATAN DINAS PEKERJAAN UMUM DINAS TATA KOTA BADAN PEMBERDA YAAN MASYA RAKAT DAN PEMERINTAH AN DESA BADAN LINGKUNGAN HIDUP BAGIAN HUKUM DAN HAM SEKRETARIAT DAERAH BAGIAN ADMINISTRASI KEMASYARAK ATAN HUMAS DAN PROTOKOL SEKRETARIAT DAERAH

35 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BANGLI Buku putih sanitasi Kabupaten Bangli sebagai dokumen yang menjelaskan tentang kondisi sanitasi atau profil sanitasi di Kabupaten Bangli saat ini yang menjadi dasar dalam penyusunan strategi sanitasi kabupaten (SSK). Buku putih sanitasi Kabupaten Bangli menggambarkan kondisi existing, kondisi sanitasi di Kabupaten Bangli yakni tentang Prilaku PHBS, pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, pengelolaan drainase lingkungan dan pengelolaan komponen terkait lainnya seperti pengelolaan air bersih dan limbah medis. Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi Oleh APBD Kabupaten Bangli Tahun No. Uraian 1. Belanja Sanitasi Belanja Sanitasi Air Limbah Sampah Rumah Tangga Drainase Lingkungan PHBS Total ( ) Ratarata Pertu mbuh an 51,10 38,17 20,21 48,68 2. Dana Alokasi Khusus 2.1. DAK Sanitasi DAK Lingkungan Hidup DK Perumahan dan Permukiman Total ( ) Pinjaman/Hibah Untuk Sanitasi 4. Bantuan Keuangan Propinsi untuk Sanitasi ,84 4,89-2,40-2,09 0,00 100,00 Belanja APBD Murni untuk Sanitasi (1-2-3) Total Belanja Langsung 7, % APBD Murni untuk Sanitasi 0,37 0,85 0,71 0,93 0,84 0,95 Tabel 3.2 Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi Per Komponen No Uraian Belanja Sanitasi Pertumbuha n (%) Retribusi air limbah 1.a Realisasi retribusi b Potensi retribusi Retribusi Sampah 2.a Realisasi retribusi % 2.b Potensi retribusi 3 Retribusi Drainase 3.a Realisasi retribusi b Potensi retribusi Total Realisasi retribusi sanitasi % (1a+2a+3a) 5 Total Potensi retribusi sanitasi (1b+2b+3b) 6 Proporsi total realisasi-potensi retribusi sanitasi (4/5)

36 3.1 Promosi Higiene dan Sanitasi "Health is not everything, but without health everything is nothing". Kesehatan memang bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Setiap individu mempunyai hak untuk hidup sehat, kondisi yang sehat hanya dapat dicapai dengan kemauan dan keinginan yang tinggi untuk sehat serta merubah prilaku tidak sehat menjadi prilaku hidup sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi yang dicanangkan oleh Departemen Kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan Millenium 2015 melalui rumusan visi dan misi Indonesia Sehat, sebagaimana yang dicita-citakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dalam menyongsong Milenium Development Goals (MDGs). Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan prilaku yang dipraktekkan oleh setiap individu dengan kesadaran sendiri untuk meningkatkan kesehatannya dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan yang sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat harus diterapkan dalam setiap sisi kehidupan manusia kapan saja dan dimana saja. PHBS di rumah tangga/keluarga, institusi kesehatan, tempat-tempat umum, sekolah maupun di tempat kerja karena perilaku merupakan sikap dan tindakan yang akan membentuk kebiasaan sehingga melekat dalam diri seseorang. Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam Indonesia Sehat dan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan. Tujuan PHBS adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha berperan serta aktif mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mengetahui kondisi PHBS masyakarat di Kabupaten Bangli, secara lebih terukur dapat dilakukan dengan melihat kondisi PHBS pada tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah. Dalam hal ini mengetahui secara kuantitas ketersediaan dari prasarana dan sarana sanitasi dan air bersih/air minum yang digunakan masyarakat baik di rumah tangga maupun di sekolah dalam kondisi tercukupi dan layak dari segi kesehatan Tatanan Rumah Tangga Suatu negara yang sehat berawal dari diri sendiri dan keluarga yang sehat juga. Banyak penafsiran bahwa sehat itu haruslah memiliki peralatan penunjang kesehatan yang lengkap dan memadai, sehingga tetap membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tidak harus demikian, langkah yang paling sederhana untuk menjaga kesehatan sekaligus mencegah penyakit adalah hanya dengan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau yang disingkat PHBS. Rumah Tangga merupakan pondasi dasar dari kesehatan masyarakat. Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga di Kabupaten Bangli dapat dilihat dari perilaku PHBS pada 5 (lima) pilar STBM yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun, Perilaku BAB, Pengelolaan Air Minum, Pengelolaan Sampah dan Sarana Pembuangan Air Limbah Untuk tatanan rumah tangga sejak bulan mei tahun 2013 di Kabupaten Bangli sudah dilakukan Survei EHRA (Environmental Health Asesesment Risk Assessment ) yaitu suatu survey lingkungan untuk mengetahui prilaku kesehatan masyarakat serta resiko kesehatan yang dapat terjadi dikaitkan dengan kondisi lingkungan setempat. Lewat studi Ehra juga dapat diketahui prilaku PHBS dalam tatanan rumah tangga di tiap wilayah Kabupaten Bangli. Pengambilan sampel telah dilakukan di semua Kecamatan yang ada di Kabupaten Bangli sesuai hasil kesepakatan Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli. Pendataan PHBS Tatanan Rumah Tangga Kabupaten Bangli tahun 2013 menggunakan metode C - Survey dengan jumlah sampel 530 Kepala Keluarga. Hasil pendataan berdasarkan survei random sampling menunjukkan bahwa kondisi untuk indikator kesehatan lingkungan sektor sanitasi.

37 Permasalahan spesifik dan isu strategis yang dihadapi dari PHBS pada tatanan rumah tangga ; Tabel 3.3 Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis No Permasalahan Mendesak dan isu strategis 1 Budaya PHBS belum menjadi kebiasaan 2 Sosialisasi PBHS di tingkat masyarakat kurang 3 Masih ada beberapa desa yang kesulitan dengan air bersih 4 Masih rendahnya keterlibatan dunia usaha/swasta terkait PHBS 5 Susahnya penerapan PHBS pada penduduk miskin Gambar 3.1 Grafik Sumber Informasi Sanitasi di Kabupaten Bangli Sumber informasi sanitasi dapat diperoleh dari jumlah atau besarnya keluarga ber-phbs. Selain itu dapat juga dilihat dari partisipasi masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit yang dilakukan melalui Sanitarian di puskesmas. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Bangli persentase kepala keluarga di Kabupaten Bangli yang sudah melakukan PHBS sebanyak 79,22%. Gambar 3.2 Grafik Penyuluhan Sanitasi di Kabupaten Bangli

38 Upaya promosi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan biaya yang murah dan terjangkau serta memberikan fungsi yang sangat luas bagi masyarakat, upaya ini dilakukan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan. Kegiatan penyuluhan kesehatan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli pada tahun 2012 telah dilakukan Penyuluhan terhadap orang. Gambar 3.3 : Grafik Penyampaian Pesan Sanitasi Penyampaian pesan sanitasi sangat di pengaruhi oleh jumlah sanitarian yang dimiliki oleh masiang-masing kecamatan, karena sanitarian puskesmas merupakan ujung tombak penyampaian pesan sanitasi terutama di daerah desa. Jumlah tenaga sanitarian di Kabupaten Bangli masih sangat minim, dimana masing-masing sanitarian membawahi rata-rata jiwa. Gambar 3.4 : Grafik CTPS di Lima Waktu Penting Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat menghalangi transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, adalah melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah prevensi cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni sesudah buang air besar (BAB), sesudah menceboki pantat anak, sebelum menyantap makanan, sebelum menyuapi anak, dan terakhir

39 adalah sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga. Untuk menelusuri perilaku-perilaku cuci tangan yang dilakukan ibu sehari-harinya, pada Studi EHRA terlebih dahulu memastikan penggunaan sabun di rumah tangga dengan pertanyaan apakah si Ibu menggunakan sabun hari ini atau kemarin. Jawabannya menentukan kelanjutan pertanyaan berikutnya dalam wawancara. Mereka yang perilakunya didalami oleh Studi EHRA terbatas pada mereka yang menggunakan sabun hari ini atau kemarin. Grafik di bawah ini menjelaskan pemakaian sabun pada hari ini atau kemarin berdasarkan analisis Studi EHRA di Kabubaten Bangli Perilaku higiene dan hidup bersih dan sehat pada study EHRA ditujukan dengan penggunaan sabun dalam kesehariannya. Di Kabupaten Bangli menurut study EHRA 97,9% responden menjawab bahwa mereka menggunakan sabun pada hari ini atau kemarin sedangkan 2,1% responden yang menjawab tidak. Proporsi rumah tangga sampel yang menjawab tidak menggunakan sabun terbanyak berada pada klaster 4 yakni sebanyak 15,8% dari total 2,1%, atau sekitar 21 total rumah tangga yang tidak menggunakan sabun hari ini dan kemarin. Dari hasil analisis Studi EHRA di Kabupaten Bangli ada beberapa tempat yang biasanya digunakan untuk mencuci tangan pakai sabun meliputi di kamar mandi, di dekat kamar mandi, di jamban, di sumur, di sekitar penampungan, di tempat cuci piring, di dapur dan lainnya. Tempat mencuci tangan memakai sabun yang paling menonjol adalah di tempat cuci piring yakni 80,1% dan di dapur sebanyak 68,7%. Sabun merupakan sarana untuk mencuci tangan, ketersediaan sabun di jamban cukup tinggi yaitu 74,1% berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh enumerator pada rumah tangga yang dikunjungi. Berdasarkan hasil Study EHRA di Kabupaten Bangli pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari paling banyak dilakukan yaitu sebelum makan yakni 87,8%, 83% setelah makan, 81% setelah dari buang air besar, dan 71,4% setelah memegang hewan. Selain perilaku mencuci tangan pakai sabun, perilaku membuang sampah juga diamati memalui kepemilikan sarana tempat sampah. Ada beberapa sarana yang dipergunakan untuk mengumpulkan sampah di dapur yaitu : kantong plastik tertutup, kantong plastik terbuka, keranjang sampah tertutup, keranjang sampah terbuka, dan lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan pada rumah tangga yang dikunjungi sebagian besar sampah ditempatkan dalam wadah yaitu pada keranjang sampah dan kantong plastik, hanya 7,9% responden yang tidak mempunyai tempat sampah di dapurnya. Dan berdasarkan pengamatan enumerator Study EHRA di kabupaten Bangli, kebersihan halaman dari sampah yakni 82,8%. Dari hasil study EHRA sebanyak 76% anggota keluarga dewasa buang air besar pada jamban pribadi, sebanyak 2,5% di WC umum, 1% menggunakan WC helikopter, 1,2% buang air besar ke sungai, 18,8% ke kebun/pekarangan,3,5% ke selokan/parit, 2,5% pada lubang galian, 1,7% ke tempat lainnya dan 1% tidak tahu. Tempat buang air besar dalam Study EHRA meliputi, jamban pribadi, WC umum, WC helikopter, ke sungai/pantai/laut, ke kebun/pekarangan, ke selokan/parit/got, ke lubang galian, lainnya dan tidak tahu. Tempat buang air besar di Kabupaten Bangli menurut hasil Survey EHRA dapat dilihat pada grafik 3.5. Grafik 3.5. Grafik Persentase Penduduk yang melakukan BABS di Kabupaten Bangli

40 Kepemilikan jamban pribadi di Kabupaten Bangli, sebanyak 78,8% penduduk memiliki jamban pribadi dengan kloset jongkok leher anggsa, 20,8% memiliki kloset duduk siram leher anggsa dan 0,4% tidak memiliki jamban pribadi. Sebanyak 76% anggota keluarga dewasa buang air besar pada jamban pribadi, 2,5% di WC umum, 1% menggunakan WC helikopter, 1,2% buang air besar ke sungai, 18,8% ke kebun/pekarangan, 3,5% ke selokan/parit, 2,5% pada lubang galian. Dari hasil survey EHRA didapat bahwa rumah tanggga yang menggunakan saluran pembuangan limbah akhir dengan tangki septik sebanyak 60%, dengan pipa sewer 1,7%, menggunakan cubluk13,3%, langsung ke drainase sebanyak 1%, kedanau/sungai/pantai dan ke kebun/tanah lapang sebanyak 0,6% dan tidak tahu 22,8%. Sedangkan di Kabupaten Bangli hanya 29,6% kotoran anak dibuang ke jamban, 3,% dibuang ke tempat sampah, 16,1% ke kebun/pekarangan/jalan, 1% dibuang ke sungai/selokan/got,dan 49,3% merespon tidak tahu kemana kotoran balita dibuang. Gambar 3.6 : Grafik Pengelolaan Air Minum (Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air) di Kabupaten Bangli Hasil study EHRA Pengelolaan air minum terkait pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air di Kabupaten Bangli sebesar 80,12% tidak tercemar dan sisanya sebesar 19,88% tercemar. Sedangkan pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air untuk tiap-tiap kluster dapat dilihat pada gambar 3.6 diatas. Gambar 3.7 : Grafik pengolahan sampah setempat di Kabupaten Bangli Hasil dari studi EHRA diperoleh sebesar 46,2% dilakukan pengolahan sampah setempat, sedangkan sisanya 53,8% tidak diolah. Sedangkan pengolahan sampah setempat untuk masing-masing kluster dapat dilihat pada gambar 3.7 diatas.

41 Gambar 3.8 : Grafik Pencemaran karena SPAL Hasil study EHRA sebanyak 70% masyarakat di Kabupaten Bangli sistem pengelolaan air limbahnya tidak aman. Sedangkan SPAL untuk masing-masing kluster dapat dilihat pada tabel 3.8 diatas Tatanan Sekolah Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 pasal 79 tentang Kesehatan, ditegaskan bahwa Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggitingginya sehingga diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. UKS bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Ruang lingkup dan tujuan UKS tidak lain mengarah pada praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah. Karena terdiri dari sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran.sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Kondisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan sekolah dapat dilihat dari fasilitas sanitasi di sekolah seperti toilet, tempat cuci tangan, dan tempat pembuangan sampah, serta pengetahuan tentang kesehatan di sekolah. Di Kabupaten Bangli sebagian besar sekolah baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA/SMK, telah menyediakan fasilitas dan sarana sanitasi sekolah. Namun dari segi kelayakan sesuai dengan sarat kesehatan dan pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi masih perlu adanya peningkatan, hal ini terkait dengan kurangnya kesadaran untuk ber PHBS di lingkungan sekolah dan terbatasnya anggaran sekolah. Disamping itu dari segi jumlah, prasarana dan sarana sanitasi masih belum sebanding atau mencukupi sesuai dengan jumlah pemakai (murid dan guru). Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap PHBS baik oleh murid maupun guru. Sosialisasi PHBS di lingkungan sekolah menjadi sangat penting untuk dilakukan mengingat masih rendahnya kesadaran masyarakat khususnya di lingkungan sekolah. Hal ini merupakan permasalahan utama yang perlu segera diselesaikan mengingat akan berdampak cukup signifikan terhadap rendahnya derajat kesehatan para murid sekolah. Sementara itu kondisi fasilitas sanitasi sekolah seperti toilet dan tempat cuci tangan serta pengelolaan sampah di Kabupaten Bangli secara umum belum memadai. Berdasarkan data yang diambil di masing-masing sekolah di Kabupaten Bangli dengan sampel sekolah dasar di kecamatan bangli, sekolah menengah pertama dan menengah atas dengan sampel keseluruhan se-kabupaten Bangli yang dapat dilihat pada tabel 3.4. dan tabel 3.5.

42 Dari tabel 3.4 menunjukkan bahwa untuk sekolah dasar di kabupaten Bangli, sebagian besar jumlah toilet di SD tidak sesuai dengan Kepmenkes Nomor 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah, standar jumlah kamar mandi /WC /Toilet untuk perempuan memenuhi syarat rasio 1:25 dan Laki-laki dengan rasio 1:40. Dari tabel 3.5 menunjukkan pengelolaan persampahan dan pengetahuan kesehatan di beberapa sekolah di Kabupaten Bangli. Dapat dijelaskan bahwa untuk tingkat sekolah dasar bahwa pengetahuan tentang kesehatan di sekolah sudah sering disampaikan baik melalui dinas kesehatan maupun disaat mata pelajaran penjaskes. Sementara itu pengelolaan persampahan sebagian besar hanya sebatas dikumpulkan saja, hanya di beberapa sekolah saja yang ada proses pemisahan dan komposting. Permasalahan spesifik dan isu strategis yang dihadapi dari PHBS pada tatanan Sekolah : 1. Budaya PHBS di tatanan sekolah masih perlu ditingkatkan, bukan saja hanya sebatas anjurananjuran melainkan harus menjadi budaya 2. Masih ada beberapa sekolah yang kesulitan dengan air bersih 3. Masih rendahnya keterlibatan dunia usaha/swasta terkait PHBS di sekolah 4. Banyak sarana dan prasarana penunjang PHBS disekolah kondisinya dalam keadaan rusak berat 5. Banyak sekolah-sekolah yang masih kekurangan toilet/wc 6. Rendahnya anggaran sekolah-sekolah untuk biaya sanitasi.

43 TABEL REKAPITULASI KONDISI FASILITAS SANITASI SEKOLAH DASAR (TOILET DAN TEMPAT CUCI TANGAN) KEC. BANGLI KAB. BANGLI Fas. Perse Jlh Tempat Cuci Siapa Yang Membersihkan Jumlah Siswa Jumlh Guru Sumber Air Bersih Jlh Toilet/Wc diaan Kec. Kencing Tanga Toilet Sabun Nama Sekolah n PDAM SPT SGL Siswa Guru Pesuruh L P Gur L P Y T Y T L P L P L P u L P L P S K T S K T S K T Gur u SD N 1 PENGOTAN Bangli V v - v - v v - - V - SD N 2 PENGOTAN/ 1 Landih V v - v - v v - - V - SD N 3 PENGOTAN SDN. 4 PENGOTAN/ 2 LANDIH SDN. 5 PENGOTAN/ 2 PENGOTAN SD N 1 KAYUBIHI SD N 2 KAYUBIHI SD N 3 KAYUBIHI SD N 4 KAYUBIHI SD N 1 KUBU SD N 2 KUBU SD N 3 KUBU SD N 1 CEMPAGA SD N 2 CEMPAGA SD N 5 CEMPAGA/ 3 CEMPAGA SD N 4 CEMPAGA SD N 1 KAWAN SD N 2 KAWAN SD N 7 KAWAN/ 3 KAWAN SD N 4 KAWAN SD N 5 KAWAN SD N 6 KAWAN SD N 1 BEBALANG SD N 2 BEBALANG V v - v - v v - - V V v - v - v v - - V V v - v - v v - - V V v - v - v v - - V V v - v - v v - - V V v - v - v v - - V V v - v - v v V v - v - v v V v - v - v v V v - v - v v - - V V v - v - v v V v - v - v v V v - v - v v - - V V V v - v - v v - - V V v - v - v v - - V V v - v - v v - - V V v - v - v v V v - v - v v V v - v - v v

44 SD N 3 BEBALANG SD N 1 TAMANBALI SD N 2 TAMANBALI SD N 3 TAMANBALI SD N 5 TAMANBALI / 4 TAMANBALI SD N 1 BUNUTIN SD N 2 BUNUTIN SD N 3 BUNUTIN SD N 4 KUBU SDLBN BANGLI Sumber : Dinkes Kab. Bangli & Survey Lapangan Keterangan: S= Selalu Tersedia Air, T= Tidak ada Persediaan Air, K= Kadang-kadang Y= Ya, T= Tidak, SPT= sumur Pompa Tangan, SGL= Sumur Gali L= Laki- Laki, P= Perempuan Nama Sekolah V v - v - v v V v - v - v v V v - v - v v V v - v - v v V v - v - v v V v - v - v v V v - v - v v TABEL REKAPITULASI KONDISI FASILITAS SANITASI SMP (TOILET DAN TEMPAT CUCI TANGAN) KAB. BANGLI Fas. Perse Jumlah Jumlh Jlh Tempat Cuci Sumber Air Bersih Jlh Toilet/Wc diaan Kec. Siswa Guru Kencing Tanga Sabun n PDAM/Perpipa SPT SGL an L P L P S K T S K T S K T Gur L P Gur u u Siapa Yang Membersihkan Toilet Siswa Guru Pesuruh L P Y T Y T L P L P L P SMP N 1 BANGLI 5 SMP N 2 BANGLI SMP N 3 BANGLI SMP N 4 BANGLI SMP N 5 BANGLI SMPLB BANGLI SMP N 1 SUSUT SMP N 2 SUSUT SMP N 3 SUSUT SMP N 1 TEMBUKU

45 SMP N 2 TEMBUKU 2 SMP N 3 TEMBUKU SMP N 4 TEMBUKU SMP N SATAP 1 TEMBUKU SMP N 1 KINTAMANI SMP N 2 KINTAMANI SMP N 3 KINTAMANI SMP N 4 KINTAMANI SMP N 5 KINTAMANI SMP N 6 KINTAMANI SMP N 7 KINTAMANI SMP N 8 KINTAMANI SMP N 9 KINTAMANI SMP MADYA WD SUTER SMP TP 45 KAYUAMBUA SMP M WD BANGLI SMP GURUKULA BANGLI SMP PGRI SUSUT SMP SATU ATAP 3 KINTAMANI SMP SATU ATAP 4 KINTAMANI SMP SATU ATAP 4 SUSUT Nama Sekolah TABEL REKAPITULASI KONDISI FASILITAS SANITASI SMA/SMK (TOILET DAN TEMPAT CUCI TANGAN) KAB. BANGLI Fas. Perse Jumlah Jumlh Jlh Tempat Cuci Sumber Air Bersih Jlh Toilet/Wc diaan Kec. Siswa Guru Kencing Tanga Sabun n Siapa Yang Membersihkan Toilet PDAM SPT SGL Siswa Guru Pesuruh L P L P S K T S K T S K T Gur L P Gur L P Y T Y T L P L P L P u u SMA N 1 BANGLI BANGLI SMA N 2 BANGLI BANGLI SMA N 1 SUSUT SUSUT

46 SMA N 1 TEMBUKU TEMBUKU SMA N 1 KINTAMANI KINTAMANI SMA SARASWATI BANGLI BANGLI SMA GURUKULA BANGLI BANGLI SMA WIDYA DHARMA BANGLI BANGLI SMK N 1 BANGLI BANGLI SMK N 2 BANGLI BANGLI SMK N 3 BANGLI BANGLI SMK N 4 BANGLI BANGLI SMK N 1 SUSUT SUSUT SMK N 1 TEMBUKU TEMBUKU SMK N 1 KINTAMANI KINTAMANI SMK N 2 KINTAMANI KINTAMANI SMK N 3 KINTAMANI KINTAMANI SMK TP 45 BANGLI BANGLI SMK KESEHATAN SUAR BANGLI BANGLI SMK PGRI TEMBUKU TEMBUKU Nama sekolah Kec. TABEL REKAPITULASI KONDISI FASILITAS SANITASI SEKOLAH DASAR (PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENGETAHUAN HIGIENE) KEC. BANGLI KAB. BANGLI Apakah pengetahuan ttg Higiene dan Sanitasi diberikan Ya, Saat Pertemuan/ Penyuluhan Tertentu Ya, Saat Mata Pelajaran PenJas di Kelas Tidak Pernah Apakah ada dana utk air bersih / sanitasi / pend. higiene Ya Dikumpul kan Cara Pengelolaan Sampah Dipisahk an Dibuat Kompos Tempat Buang Air Kotor Dari Toilet Dari Kamar Mandi Kapan Tanki Septik di Kosongkan SD N 1 PENGOTAN Bangli SD N 2 PENGOTAN/ 1 Landih - - SD N 3 PENGOTAN SDN. 4 PENGOTAN/ 2 LANDIH SDN. 5 PENGOTAN/ 2 PENGOTAN - - SD N 1 KAYUBIHI - - Tidak Kond. Higien Sekolah

47 SD N 2 KAYUBIHI SD N 3 KAYUBIHI SD N 4 KAYUBIHI - - SD N 1 KUBU - - SD N 2 KUBU - - SD N 3 KUBU - - SD N 1 CEMPAGA - - SD N 2 CEMPAGA - - SD N 5 CEMPAGA/ 3 CEMPAGA - SD N 4 CEMPAGA - - SD N 1 KAWAN - - SD N 2 KAWAN - SD N 7 KAWAN/ 3 KAWAN - SD N 4 KAWAN - - SD N 5 KAWAN - v SD N 6 KAWAN - SD N 1 BEBALANG - SD N 2 BEBALANG - SD N 3 BEBALANG - SD N 1 TAMANBALI - SD N 2 TAMANBALI - SD N 3 TAMANBALI - SD N 5 TAMANBALI / 4 TAMANBALI SD N 1 BUNUTIN - SD N 2 BUNUTIN SD N 3 BUNUTIN SD N KUBU - SDLBN BANGLI

48 TABEL REKAPITULASI KONDISI FASILITAS SANITASI SMP (PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENGETAHUAN HIGIENE) KAB. BANGLI Nama sekolah Kec. Apakah pengetahuan ttg Higiene dan Sanitasi diberikan Ya, Saat Pertemuan/ Penyuluhan Tertentu Ya, Saat Mata Pelajaran PenJas di Kelas Tidak Pernah Apakah ada dana utk air bersih / sanitasi / pend. higiene Dikumpul kan Cara Pengelolaan Sampah Dipisahk an Dibuat Kompos SMP N 1 BANGLI Bangli SMP N 2 BANGLI SMP N 3 BANGLI SMP N 4 BANGLI SMP N 5 BANGLI SMPLB BANGLI SMP N 1 SUSUT SMP N 2 SUSUT SMP N 3 SUSUT SMP N 1 TEMBUKU SMP N 2 TEMBUKU SMP N 3 TEMBUKU SMP N 4 TEMBUKU SMP N SATAP 1 TEMBUKU SMP N 1 KINTAMANI SMP N 2 KINTAMANI SMP N 3 KINTAMANI SMP N 4 KINTAMANI SMP N 5 KINTAMANI SMP N 6 KINTAMANI SMP N 7 KINTAMANI SMP N 8 KINTAMANI SMP N 9 KINTAMANI SMP MADYA WD SUTER Ya Tidak Tempat Buang Air Kotor Dari Toilet Dari Kamar Mandi Kapan Tanki Septik di Kosongkan Kond. Higien Sekolah

49 SMP TP 45 KAYUAMBUA SMP M WD BANGLI SMP GURUKULA BANGLI SMP PGRI SUSUT SMP SATU ATAP 3 KINTAMANI SMP SATU ATAP 4 KINTAMANI SMP SATU ATAP 4 SUSUT Nama sekolah Kec. TABEL REKAPITULASI KONDISI FASILITAS SANITASI SMA/SMK (PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENGETAHUAN HIGIENE) KAB. BANGLI Apakah pengetahuan ttg Higiene dan Sanitasi diberikan Ya, Saat Pertemuan/ Penyuluhan Tertentu Ya, Saat Mata Pelajaran PenJas di Kelas Tidak Pernah Apakah ada dana utk air bersih / sanitasi / pend. higiene Ya Tidak Dikumpul kan Cara Pengelolaan Sampah Dipisahk an Dibuat Kompos Tempat Buang Air Kotor Dari Toilet Dari Kamar Mandi Kapan Tanki Septik di Kosongkan SMA N 1 BANGLI Bangli SMA N 2 BANGLI SMA N 1 SUSUT SMA N 1 TEMBUKU SMA N 1 KINTAMANI SMA SARASWATI BANGLI SMA GURUKULA BANGLI SMA WIDYA DHARMA BANGLI SMK N 1 BANGLI SMK N 2 BANGLI SMK N 3 BANGLI SMK N 4 BANGLI Kond. Higien Sekolah

50 SMK N 1 SUSUT SMK N 1 TEMBUKU SMK N 1 KINTAMANI SMK N 2 KINTAMANI SMK N 3 KINTAMANI SMK TP 45 BANGLI SMK KESEHATAN SUAR BANGLI SMK PGRI TEMBUKU Sumber : Survey lapangan pokja sanitasi

51 3.2 Pengelolaan Air Limbah Domestik Pertumbuhan penduduk dan semakin merebaknya permukiman akan berpengaruh terhadap jumlah buangan limbah cair yang ditimbulkan oleh aktifitas dalam rumah tangga. Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bangli pada dasarnya dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu sistem pembuangan limbah tinja dan sistem pembuangan limbah cair lainnya yang berasal dari kamar mandi dan dapur. Pembuangan air limbah domestik ini menggunakan beberapa cara : 1. Pembuangan limbah tinja ke Jamban/WC/Toliet Dilakukan secara on site dengan pembuatan tangki septik dan/atau Plengsengan di tiap-tiap rumah tangga. Hal ini banyak dilakukan pada kawasan-kawasan permukiman dan perumahan penduduk di daerah dengan kondisi air yang memadai. Pembuatan septik tank biasanya di lakukan di rumah tangga yang tergolong mampu baik di kawasan perkotaan amupun perdesaan. Sedangakan plengsengan dibuat oleh rumah tangga yang tergolong tidak mampu. Kelemahan dari kondisi ini adalah seringkali masyarakat tidak mengetahui standar teknis yang telah ditentukan. 2. Pembuangan limbah tinja ke badan sungai dan kebun. Pembuangan tinja langsung ke badan sungai dan kebun baik tanpa ada bangunan pelindung maupun ada bangunan pelindung sederhana dari kain, seng, plastik maupun dari papan. Dilakukan oleh masyarakat kurang mampu yang berada di daerah pinggiran sungai dan dilakukan oleh masyarakat kurang mampu di daerah daratan yang langsung buang air besar (BAB) di kebun. 3. Pembuangan limbah cair lainnya ke saluran drainase. Merupakan pembuangan limbah cair sisa dari kegiatan mandi, cuci dan dari kegiatan dapur yang disalurkan ke saluran drainase yang dibangun oleh pemerintah atau pengembang. Dilakukan oleh masyarakat yang relative mampu baik di kawasan perkotaan maupun perdesaan yang telah memiliki akses drainase lingkungan. 4. Pembuangan limbah cair lainnya ke bak penampungan terbuka (comberan). Merupakan pembuangan limbah cair sisa kegiatan mandi, cuci dan dapur yang disalurkan ke pekarangan (lahan) sekitar rumah baik dengan bak penampung terbuka (galian tanah) maupun tanpa galian tanah. Dilakukan oleh masyarakat kurang mampu di daerah daratan di pedesaan. 5. Pembuangan limbah cair lainnya ke badan sungai. Merupakan pembuangan limbah cair sisa kegiatan mandi, cuci dan sisa kegiatan dapur yang langsung dibuang ke sungai, rawa atau lebak. Dilakukan oleh masyarakat kurang mampu yang berada di daerah pinggiran sungai Kelembagaan Kegiatan pengelolaan dan pengendalian limbah cair domestik di Kabupaten Bangli merupakan tanggung jawab dari pemerintah daerah Kabupaten Bangli. Adapun SKPD yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah cair domestik dimaksud adalah Dinas Pekerjaan Umum. Namun demikian kerjasama tetap diperlukan dengan instansi dan steak holder lain dalam mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan tersebut Adapun daftar pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bangli dapat dilihat pada tabel 3.6. Sementara itu daftar peraturan yang terkait dengan limbah domestik dapat dilihat pada tabel 3.7.

52 Tabel 3.6. Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bangli PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten Swasta Masyarakat PERENCANAAN - - Penyusunan target pengelolaan air limbah domestic skala kabupaten - - Menyusun rencana program air limbah domestic dalam rangka pencapaian target - - Menyusun rencana anggaran program air limbah domestic dalam rangka pencapain target - - PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik Membangun sarana pengumpulan dan pengelolaan awal ( tangki saeptik ) Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septic ke IPLT ( truk tinja ) - Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL ( pipa kolektor ) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL PENGELOLAAN Penyediaan layanan penyedotan lumpur tinja mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan Penarikan Restribusi penyedotan lumpur tinja memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestic, dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septic dan saluran drainase - - lingkungan) dalam mengurus IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestic (pengangkutan,personil, peralatan, dll) - - Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik - - Memberikan sangksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestic - - MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan limbah - - domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Kapasitas infrastruktur sarana pengelola air limbah domestik - -

53 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektifitas layanan air limbah domestic dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestic - - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik - - Dari tabel 3.6 menunjukkan bahwa pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah di Kabupaten Bangli lebih dominan dilakukan oleh pemerintah khususnya pemerintah kabupaten. Yakni mulai dari perencanaan, pengadaan sarana, pengaturan dan pembinaan, sementara itu pihak swasta dan masyarakat hanya sebatas membangun sarana pembuangan awal air limbah domestik yang dilakukan oleh masing masing rumah tangga yang mampu membangun. Sedangkan untuk rumah tangga yang tidak mampu membangun sarana air limbah, mereka akan memanfaatkan sarana yang dibangun oleh pemerintah seperti MCK komunal, dan Sanimas. Juga memanfaatakan badan air seperti sungai, rawa dan lebak untuk keperluan MCK. Tabel 3.7. Daftar Peraturan Terkait Air Limbah Domestik di Kabupaten Bangli Peraturan Ketersediaan Pelaksanaan Keterangan Ada ( Sebutkan ) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum efektif dilaksanakan Tidak efektif dilaksanakan AIR LIMBAH DOMESTIK Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestic di Kabupaten ini Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik kewajiban dan sanksi bagi pemerintah kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumag Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana

54 pengelolaan air limbah domestikl ditempat usaha Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestic di tempat usaha Kewajiban penyedotan air limbah domestic untuk mayarakat, industry rumah tangga dan kantor pemilik tanki septik Restribusi Penyedot air limbah domestic Tata cara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestic bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga dan perkantoran Dilihat dari peraturan air limbah bahwa di Kabupaten Bangli secara khusus belum ada aturan yang dibuat. Sementara itu efektifitas peraturan terkait dengan pengelolaan air limbah domestik, belum dirasakan keefektifannya

55 3.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Sanitasi air limbah domestik mencakup saluran pembuangan dan sistem pengolahan air buangan rumah tangga baik yang berasal dari WC, kamar mandi maupun dapur. Sistem pengolahan air limbah domestik yang digunakan di Kabupaten Bangli saat ini adalah sistem pengolahan secara individu di masing-masing rumah atau sering disebut on-site system. Di samping itu, masih banyak masyarakat yang mempergunakan cubluk atau tangki septik yang secara konstruksi tidak memenuhi persyaratan desain yang ditentukan Kondisi saat ini Kabupaten Bangli belum memiliki prasarana instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT). Melalui dana APBD Kabupaten dan APBN telah dilaksanakan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi yang berupa MCK plus, IPAL Komunal. Sebagian besar prasarana dan sarana sanitasi yang berupa MCK plus dan IPAL Komunal yang dibangun melalui dana APBD dan APBN masih berfungsi dengan baik, namun dirasa masih sangat kurang khususnya untuk masyarakat miskin berpenghasilan rendah. Akses sanitasi yang berupa sarana MCK yang dimiliki oleh masyarakat miskin di Kabupaten Bangli pada umumnya kurang layak dan tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan. Masyarakat Kabupaten Bangli hampir 29,92 % telah menggunakan air PDAM dan 45,35 % menggunakan air dari Swadaya/kelomppok untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK). Di Kabupaten Bangli hampir 37.32% masyarakat memiliki akses sanitasi berupa jamban plengsengan, serta membuang tinja di lahan kebun dan sungai. Sementara itu 62.86% masyarakat sudah memiliki jamban pribadi dan jamban yang dibangun oleh pemerintah yang telah memenuhi syarat-syarat kesehatan. Saluran pembuangan air akhir tinja dalam study EHRA terdiri dari tangki septik, pipa sewer, cubluk/lobang tanah, langsung ke draenase, sungai/danau/pantai, kebun/tanah lapang.hasil study EHRA saluran pembuangan akhir tinja dapat dilihat pada gambar 3.9. Gambar. 3.9 Grafik tempat Penyaluran Akhir Tinja di Kabupaten Bangli Informasi ini diperoleh melalui wawancara, sehingga tidak menutup kemungkinan muncul salah persepsi tentang jenis yang dimiliki. Warga seringkali mengklaim tempat pembuangan tinja yang mereka miliki adalah tangki septik, padahal hanya cubluk. Namun hal ini pula didukung oleh wilayah perbukitan dan pengunungan di Kabupaten Bangli yang permukaaan air tanahnya sangat dalam, sehinga kemungkinan tercemar oleh tinja sangat kecil. Untuk itu kami melalui pelatihan enumerator menyepakati bahwa sarana cubluk yang dimiliki sudah memenuhi syarat pembuangan limbah tinja. Dari hasil survey EHRA didapat bahwa rumah tanggga yang menggunakan saluran pembuangan limbah akhir dengan tangki septik sebanyak 60%, dengan pipa sewer 1,7%, menggunakan cubluk13,3%, langsung ke drainase sebanyak 1%, kedanau/sungai/pantai dan ke kebun/tanah lapang sebanyak 0,6% dan tidak tahu 22,8%.

56 Gambar Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman Berdasarkan Hasil study EHRA diperoleh persentase tangki septik suspek aman di Kabupaten Bangli sebesaar 63% sedangkan yang tidak aman sebesar 37%. Sedangkan persentase tangki septik untuk masing-masing kluster dapat dilihat pada gambar 3.10 diatas.

57 Peta 3.1 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Termasuk IPAL terpusat

58 Peta 3.2 Peta Lokasi Insfrastruktur Utama Pengelolaan Air Limbah Domestik

59 Tabel 3.8 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik di Kab. Bangli Input Tinja Rumah tangga Tinja Rumah tangga Tinja Rumah tangga Tinja Rumah tangga Tinja Rumah tangga Air limbah rumah tangga User Interface Penampunga n Awal Pengaliran WC Septic tank Tidak ada WC Septic tank Komunal Tidak ada WC Cubluk Tidak ada Tempat cuci piring dan kamar mandi Kubangan/ Tanah terbuka Pengolahan Akhir Pembuang daur Ulang Kebun Sungai Kode/ Nama Aliran Air limbah rumah tangga Tempat cuci piring dan kamar mandi Resapan Sungai/salura n drainase Air limbah rumah tangga Tempat cuci piring dan kamar mandi IPAL KOMUNAL Sungai/salura n drainase Air limbah rumah tangga Tempat cuci piring dan kamar mandi Drainase Sungai/salura n drainase Sumber : survey lapangan Anggota Pokja Sanitasi Kab. Bangli Dari Tabel 3.8 menunjukkan bahwa system sanitasi pengelolaan air limbah khususnya grey water di Kabupaten Bangli, secara umum masih menggunakan media sungai/saluran drainase, untuk pembuangannya. Kondisi prasarana pengelolaan air limbah domestik masih kurang layak khususnya di masyarakat miskin. Hali tersebut di atas diperparah lagi dengan masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi lingkungan, khususnya masalah pembuangan limbah domestik. Disamping itu, penanganan pembuangan air limbah domestik belum mendapat dukungan yang signifikan dari berbagai pihak yang berkepentingan sehingga menduduki prioritas yang rendah dalam perencanaan dan pembangunan infrastrukrtur.

60 Demikian pula halnya dengan pengelolaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana pembuangan air limbah domestik yang telah dibangun oleh Pemerintah daerah maupun masyarakat masih belum memadai, peran serta masyarakat dan swasta terhadap program ini ternyata masih kurang dan belum tersosialisasikan dengan baik. Sementara itu system pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Bangli masih dilakukan oleh masing-masing indvidu atau kepala rumah tangga. Dari sekitar 61,533 kepala keluarga yang ada di Kabupaten Bangli hanya sekitar % persen yang mempunyai jamban yang layak dengan memakai system septic tank, sementara itu sisanya sekitar 1.68 % memakai system jamban yang tidak layak (plengsengan) dan langsung ke sungai atau kebun (BABS) sekitar 21,822 (35.46%) kepala keluarga. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.9. Tabel 3.9 Sistem pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten Kelompok Fungsi Teknologi yang di Jenis Data gunakan Skunder User interface Plengsengan 10,034 Jumlah KK ( Perkiraan ) Nilai Data Sumber Data 1.68 % Dinas Kesehatan Penampungan awal Septik tank 38,677 KK % Dinas Kesehatan Pembuangan daur ulang Sungai/kebun Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Bangli 21,822 Jumlah KK % Dinas Kesehatan Sementara itu cakupan pelayanan pengelolaan air limbah domestik yang dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah ditunjukkan pada Peta 3.1. Dari gambar peta yang bersumber dari materi teknis Ranperda RTRWK Bangli tersebut terlihat bahwa : 1) Penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah dilakukan dengan: a) sistem pembuangan air limbah setempat yang dilakukan secara individual yang diarahkan terutama pada kawasan permukiman yang letaknya tersebar dan di kawasan perdesaan; b) sistem pembuangan air limbah terpusat yang dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat yang diarahkan pada kawasan yang padat kegiatan; c) sistem pembuangan terpusat skala kecil pada kawasan permukiman padat perkotaan yang tidak terlayani sistem jaringan air limbah terpusat kota dalam bentuk Sistem Sanitasi Masyarakat (Sanimas); dan d) pada kawasan pelayanan yang memiliki karakterisitik kualitas dan kuantitas Air limbah yang sangat berbeda, dengan lingkungan sekitarnya, di arahkan untuk memiliki sistem pengolahan dan pengelolaan secara tersendiri (seperti : kawasan industri, rumah sakit, hotel, rumah makan dan sebagainya). 2) Pengembangan sistem pembuangan air limbah terpusat di Kabupaten beserta wilayah pelayanannya dalam jangka menengah, diarahkan pada : a) Kawasan Perkotaan Bangli meliputi Kelurahan Cempaga, Kelurahan Kawan, Kelurahan Kubu, dan Kelurahan Belalang; b) Kawasan Perkotaan Kintamani meliputi Desa Kintamani, Desa Batur Selatan, Desa Batur Tengah, Desa Batur Utara, serta Desa Bayunggede; dan c) Kawasan Daya Tarik Wisata Toyabungkah dan pusat-pusat kawasan daya tarik wisata lainnya.

61 3) Kriteria tempat instalasi pengolahan air limbah, adalah : a) Memiliki jarak minimal tertentu dengan sumber air baku; b) Memiliki kajian analisis mengenai dampak lingkungan; c) Mendapat persetujuan masyarakat; d) Memiliki zona penyangga; e) Memperhatikan faktor keamanan, dan pengaliran sumber air baku dan daerah terbuka; dan f) Wajib memperhatikan standar baku mutu air buangan. Berdasar gambar peta 3.2 tentang Lokasi Insfrastruktur Utama Pengelolaan Air Limbah Domestik dapat dilihat Sistem IPAL komunal dan MCK Komunal skala kecil pada kawasan permukiman padat dalam bentuk Sistem Sanitasi Masyarakat (Sanimas). Lokasi MCK komunal yang ada di Kabupaten Bangli yaitu di Kawasan Wisata desa Pinggan Kec. Kintamani, Kawasan desa Catur Kec. Kintamani, Kec. Tembuku (Yangapi), Kintamani (Desa Batur Selatan). Sedangkan lokasi IPAL Komunal terdapat di Ds. Gancan kelurahan Bebalan kec. Bangli, Ds. Mundung Desa Abuan Kec. Susut dan Desa Bunutin Kec Bangli. Sementara Untuk Tahun 2013 Akan dibangun Sistem IPAL komunal di Desa Selat Kec Susut dan Perkotaan Bangli Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal, untuk turut serta dalam pengelolaan limbah cair domestik. Penanganan sub sektor limbah domestik khususnya jamban keluarga menjadi urusan masing-masing individu atau keluarga. Selain itu kurangnya sosialisasi mengenai penanganan limbah domestik yang benar yaitu mengkondisikan pengelolaan air limbah domestik yang aman sebelum dibuang ke media lingkungan sebagai kewajiban. Peran serta masyarakat dalam penanganan limbah cair di Kabupaten Bangli dalam pengolahan air limbah dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Bagi masyarakat yang sudah sadar dan mampu secara finansial untuk penanganan limbah cair tidak mengalami kesulitan, artinya secara teknis dan kebutuhan sarana prasarana dapat secara langsung disediakan oleh si pemrakarsa. b. Bagi masyarakat yang belum sadar dan mayoritas tidak mampu (secara finansial) sangat sulit untuk penanganan limbah cair di lingkungannya hal ini karena keterbatasan akan kesadaran dan biaya yang harus dikeluarkan. Dalam rangka mendorong partisipasi dan peran serta masyarakat, pemerintah Kabupaten Bangli mempunyai program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Baik peran serta dalam bentuk tenaga, pendanaan dan pemikiran/perencanaan serta pengelolaan. Pemberdayaan masyarakat ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan keterlibatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya penanganan air limbah di Kab. Bangli. Selain itu, pengelolaan sarana sanitasi oleh masyarakat mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada saat ini peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah cair domestik saat ini di Kabupaten Bangli antara lain : 1. Pembuatan jamban keluarga oleh masing-masing rumah tangga 2. Pembanguan MCK plus yang pembangunannya melalui dana APBD dan/atau APBN dan pengelolaannya oleh masyarakat (Pamsimas, Sanimas dll.) 3. Pembangunan IPAL Komunal yang pembangunannya melalui APBD dan/atau APBN dan pengelolaannya oleh masyarakat (Pamsimas, Sanimas dll.) 4. Sosialisasi melalui kelompok masyarakat (kader PKK, Posyandu, dll).

62 Tingkat kesadaran masyarakat miskin yang rendah untuk ber-phbs menjadi salah satu penyebab buruknya pengelolaan prasarana MCK yang ada dan memilih untuk kembali kekebiasaan lama dengan buang air besar sembarangan baik itu di sungai maupun di kebun. Secara umum pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh masyarakat dan kondisi MCK di Kabupaten Bangli dapat dilihat pada tabel dan tabel Sedangkan program proyek layanan sanitasi berbasis masyarakat dapat dilihat pada tabel 3.12.

63 Tabel 3.10 Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh masyarakat di Kab. Bangli Jumlah Jumlah MCK Tahun Kecamatan RT Pddk miskin Jamban Keluarga Dikelola RT Dikelola RW Dikelola CBO Dikelola Lainnya MCK Dibangun Dikelola RT Jumlah Sanimas Dikelola RW Dikelola CBO Dikelola Lainnya Tahun Sanimas Dibangun SUSUT 12,277 2,316 8,793 8, BANGLI 12,511 1,924 10,568 10, TEMBUKU 11,146 2,304 7,494 7, unit 2011 KINTAMANI 25,599 6,293 12,856 12, unit 2010,2011 Sumber : Dinas Kesehatan Kab. BANGLI Tabel 3.11 Kondisi sarana MCK di Kab. Bangli Kecamatan Jumlah Pemakai Jlh Toilet/W C Jlh kmr mandi Fas. Cuci tanga n Persedi aan Sabun Ada biaya pemakai na MCK MCK PDAM PERPIPAAN SPT SGL SR KK RW L P S K T S K T S K T L P L P Y T Y T Y T SUSUT TOTAL Apuan Abuan Demulih Susut Selat Sulahan Pengiangan Tiga Penglumbaran BANGLI TOTAL Bunutin Tamanbali Bebalang Kawan Cempaga Tempat buangan air kotor Tangki Septik Cubluk Tangki Septik dikoson gkan

64 Kubu Kayubihi Pengootan Landih TEMBUKU TOTAL Jehem Tembuku Yangapi Undisan Bangbang Peninjoan KINTAMANI TOTAL Mengani Binyan Ulian Bunutin Langgahan Lembean Bayung Cerik Mangguh Belancan Katung Banua Abuan Bonyoh Sekaan Bayung Gede Sekardadi Kedisan Buahan

65 Suter Abang Batu Dingding Abang Songan Terunyan Songan B Soangan A Batur Selatan Batur Tengah Batur Utara Kintamani Serai Manikliyu Awan Belantih Gunung Bau Belanga BatuKaang Catur Pengejaran Selulung Satra Dausa Daup Bantang Kutuh Sukawana Subaya Siakin Pinggan Belandingan

66 Sumber : Dinas Kesehatan dan Kab. BANGLI Tabel 3.12 Daftar program/proyek layanan air limbah domestik yang berbasis masyarakat di Kab. Bangli No Sub Sektor Kondisi Sarana Saat Ini Aspek PMJK Nama Tahun Pelaksana/PJ Tidak Program/Proyek/Layanan Mulai Fungsi Rusak PM JDR MBR Fungsi 1 Air Limbah Domestic Penbangunan MCK di Kawasan Wisata desa Pinggan Kec. Kintaman PU BANGLI Penbangunan MCK di PU BANGLI 2010 Kawasan desa Catur Kec. Kintaman 3 Pembangunan Jaringan PU BANGLI 2011 Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal di Kec. Bangli (Ds. Gancan-Bebalang) 4 Pembangunan Jaringan PU BANGLI 2011 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL KOMUNAL) di Kec. Susut (Dsn. Mundung)) 5 Pembangunan IPAL PU BANGLI 2012 KOMUNAL di Kecamatan Bangli (Desa Bunutin) 6 Pembangunan MCK di Kec. PU BANGLI 2012 Tembuku (Yangapi) 7 Pembangunan MCK plus di PU BANGLI 2012 Kec. Kintamani (Desa Batur Selatan) 8 Pembangunan Sistem Perpipaan Air Limbah PU BANGLI 2013

67 Komunal Desa Selat 9 Pembangunan Sistem Perpipaan Air Limbah Komunal Kota Bangli 10 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. BANGLI PU BANGLI 2013 DINKES BANGLI 2013

68 Dari tabel 3.10 dan 3.11 terlihat bahwa cakupan jamban Pribadi di Kabupaten Bangli sebesar 65% sedangkan cakupan layanan air bersih melalui PDAM dan Swadaya/Kelompok di Kabupaten Bangli Masih relatif rendah. Dimana jumlah SR di Kabupaten bangli sebanyak terdiri dari SR PDAM dan SR Swadaya/kelompok. Dengan asumsi 1 (satu) SR setara dengan 5 (lima) orang maka jumlah penduduk Kab. Bangli yang terlayani air dari PDAM dan Swadaya/kelompok adalah jiwa (setara dengan 75,27 % dari jumlah populasi Kab. Bangli). Sehingga terdapat hampir jiwa (24,73 % dari jumlah populasi Kab. Bangli) kebutuhan air untuk MCK berasal dari air hujan dan sungai. Dari tabel 3.12 dapat terlihat daftar program proyek layanan sanitasi berbasis masyarakat dari tahun 2010 sampai Disini terlihat masih rendahnya program/proyek di bidang layanan air limbah domestik di Kab. Bangli. Untuk program Penbangunan MCK di Kawasan Wisata desa Pinggan Kec. Kintaman saat ini tidak berfungsi dengan optimal, hal ini disebakan karena tidak adanya akses air bersih dari PDAM maupun Swadaya/kelompok dimana hanya mengandalkan pesediaan air hujan yang sangat terbatas untuk kebutuhan sehari-hari Pemetaan Media Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media/saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat/tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja Sanitasi Kabupaten Bangli dalam rangka melengkapi data untuk buku putih sanitasi kabupaten. Buku putih sanitasi kabupaten merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat. Studi komunikasi dan pemetaan media bertujuan : 1) Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemerintah daerah kabupaten terkait dengan program Sanitasi serta peluang peluang kerjasama dengan media massa. 2) Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu sosial lainnya. Adapun hasil dari studi ini adalah : 1) Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi. 2) Media belajar bersama, khususnya bagi pokja Sanitasi untuk kegiatan sejenis dimasa mendatang 3) Terinformasinya program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Kabupaten Bangli kepada nara sumber yang diwawancarai. Media komunikasi di Kabupaten Bangli berupa media elektronik, yaitu stasiun radio lokal (radio klik) dan media cetak Untuk kegiatan komunikasi secara umum maupun yang terkait dengan kesehatan, kebersihan dan sanitasi, dapat dilihat pada table dan table 3.14 berikut ini. Tabel 3.13 Kegiatan komunikasi terkait komponen air limbah di Kabupaten Bangli NO KEG. TH. PELAK SANA TUJUAN SASA RAN PESAN KUNCI PEMBELA JARAN 1 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 2013 Dinas Kesehatan Penyuluhan dan promosi kesehatan termasuk pola hidup bersih dan Masyarak at luas dan siswa Pola hidup bersih dan sehat perlu didukung dengan kondisi sanitasi yang layak

69 2 Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat 3 Penilaian 10 program pokok PKK 2013 Dinas Kesehatan 2013 PKK Kab. Bangli sehat ke masyarakat dan sekolah-sekolah Promosi PHBS ke sekolahsekolah dan kelompok masyarakat Penilaian Wajah desa promosi PHBS Masyarak at luas dam siswa Masyarak at luas Perlunya informasi yang benar tentang hidup bersih dan sehat Wajah desa yang bersih dan rapi akan mendukung rumah tangga yang sehat dan pola hidup yang sehat Sumber : Bagian Humas dan Infokom Kaab. Bangli Tabel 3.14 Media komunikasi dan Kerjasama terkait komponen air limbah di Kabupaten Bangli NO MEDIA JENIS ACARA ISU YG. DIANGKAT PESAN KUNCI PENDAPAT MEDIA 1. Leaflet Promosi PHBS Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat 2. Spanduk Promosi PHBS Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat 3 Banner Promosi PHBS Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat 4 Baliho Promosi PHBS Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat 5 Koran (Warta Bali, Fajar Bali, Bali Tribun) Koran warta bali Warga banjar pule lakukan foging secara 5 (lima) warga bangli terkena DB Penyemprotan foging untuk mencegah Penyakit DB Banyaknya genangan limbah cair dari sisa air hujan di pasar bangli Negatif Negatif Sumber : Bagian Humas dan Infokom Kaab. Bangli

70 Dari tabel 3.13 tentang kegiatan komunikasi terkait komponen air limbah dan tabel 3.14 tentang media komunikasi dan kerjasama terkait komponen air limbah terlihat jelas bahwa penggunaan alat media sebagai salah satu sarana untuk mempromosikan kegiatan yang berkaitan dengan pengolahan limbah cair domestik yang bersifat positif sangat rendah dan berita-berita yang muncul ke media cenderung bersifat negatif Partisipasi Dunia Usaha Di Kabupaten Bangli terdapat beberapa penyedia layanan air limbah domestik yang beroperasi. Sayangnya penyedia layanan non pemerintah ini tidak atau belum melakukan koordinasi dengan pihak Pemerintah Kabupaten Bangli, sehingga Pemerintah Kabupaten Bangli tidak memiliki daftar penyedia layanan yang bergerak di bidang sanitasi. Tetapi ada beberapa penyedia layanan air limbah domestik (sedot tinja) dari kota lain yang beroperasi di Kabupaten Bangli. Penyedia Sedot Tinja dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.15 Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Bangli No Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan 1 Nyoman Subandi - Sedot Wc Pendanaan dan Pembiayaan Pendanaan dan pembiayaan terkait dengan oprasional pengelolaan air limbah domestic dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bangli melalui beberapa SKPD terkait. Khusus untuk pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan saluran air limbah dan/atau saluran drainase lingkungan permukiman dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangli. Sedangkan Untuk Perilaku Hidup Bersih Sehat kususnya tentang air limbah domestik dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli. Anggaran yang disediakan dari APBD Kabupaten Bangli melalui dinas terkait dalam rangka pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana limbah dan pengujian air limbah dapat dilihat pada tabel 3.16 berikut.

71 Tabel 3.16 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik No Komponen Belanja (Rp) Rata- Pertumbuhan rata 1 Air Limbah (1a + 1b) 1.a Pendanaan Investasi Air Limbah % 1.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD 1.c Perkiraan Biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Tabel 3.17 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik di Kabupaten Bangli No Subsektor/SKPD Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Retribusi Air Limbah - 1.a Realisasi Retribusi b Potensi Retribusi

72 Sementera itu untuk penerimaan yang berupa retribusi dari saluran air limbah domestik di Kabupaten Bangli sampai saat ini belum ada peraturan daerah yang mengatur hal tersebut, sehingga penerimaan dari sub sektor sanitasi air limbah domestik belum ada Permasalahan mendesak dan isu strategis Permasalahan mendesak dan isu strategis dalam pengelolaan limbah cair domestik di kabupaten Bangli adalah : Tabel 3.18 Permasalahan mendesak dan isu strategis dalam pengelolaan limbah cair domestik di kabupaten Bangli No Permasalahan mendesak dan isu strategis 1. Cakupan akses masyarakat terhadap jamban masih rendah; 2. Masih tingginya perilaku BABS di Kabupaten Bangli, terutama di daerah pedesaan; 3. Belum tersedianya peraturan yang di buat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten terkait dengan pengelolaan limbah cair baik skala rumah tangga maupun industri; 4. Posting pendanaan lewat APBD untuk masalah sanitasi khususnya air limbah domestik masih sangat rendah; 5. MCK yang di bangun belum sesuai standard (plengsengan), dimana hal ini dapat mencemari Lingkungan; 6. Belum adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah Tinja di Kabupaten Bangli; 7. Terbatasnya sarana dan prasarana air bersih di permukiman pedesaan. 8. Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang air limbah sembarangan masih rendah; 9. Koordinasi antar SKPD terkait penanganan air limbah cair masih sangat lemah; 10. Kurangnya peran serta pihak swasta dalam hal pengelolaan air limbah. 3.3 Pengelolaan Persampahan Sampah dapat dikatakan sebagai salah satu masalah kesehatan lingkungan di masyarakat yang memerlukan perhatian serius tidak hanya oleh masyarakat itu sendiri akan tetapi juga oleh organisasi masyarakat, instansi terkait dan pemerintah. Pertumbuhan produksi sampah oleh aktifitas penduduk tidak mampu diimbangi oleh pertumbuhan kemampuan masyarakat dalam mengelola sampah sehingga penanganan masalah sampah rumah tangga semakin hari semakin rumit karena tidak diimbangi oleh pertumbuhan kemampuan masyarakat dalam mengelola sampah disamping buruknya perilaku individu dalam memperlakukan sampah dan masyarakat belum memiliki cara pandang baru dalam menyikapi sampah. Pengelolaan persampahan di Kabupaten Bangli di beberapa lokasi sudah dilakukan pemisahan/pemilahan antara sampah organik dan dan anorganik oleh petugas dan masyarakat dengan membedakan warna tempat pembuangan sementara (TPS) tong sampah. Hasil dari pemisahan sampah tersebut untuk sampah organik selanjut dilakukan pengomposan untuk pupuk. Hal ini dapat dilihat dari laporan kegiatan pengembangan teknologi pengolahan persampahan Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bangli produksi kompos sebesar kg pada tahun Sarana pendukung pengolahan persampahan di Kabupaten Bangli masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah armada pengangkut sampah yang masih sangat minim sehingga tidak mampu menjangkau/melayani pengangkutan sampah ke seluruh wilayah Kabupaten Bangli. Pelayanan Pengangkutan sampah oleh truk sampah baru dilayani di seluruh kecamatan bangli serta di ibu kota kecamatan kintamani, susut dan tembuku.

73 3.3.1 Kelembagaan Kegiatan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bangli merupakan tanggung jawab dari pemerintah daerah Kabupaten Bangli. Adapun SKPD yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan persampahan adalah Dinas Tata Kota Kabupaten Bangli dan Badan Lingkungan Hidup Kab. Bangli. Namun demikian kerjasama tetap diperlukan dengan instansi dan steak holder lain dalam mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan tersebut Daftar pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pembangunan dan pengelolaan Persmpahan di Kabupaten Bangli dapat dilihat pada tabel 3.6. Sementara itu daftar peraturan yang terkait dengan Persampahan dapat dilihat pada tabel 3.7.

74 TABEL DAFTAR PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KABUPATEN BANGLI FUNGSI PERENCANAAN Penyusunan target pengelolaan sampah domestic skala kabupaten Menyusun rencana program sampah domestic dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program sampah domestic dalam rangka pencapain target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah disumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan ( pengumpulan dari sumber sampah ke TPS ) Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara ( TPS ) Membangun sarana Pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) Membangun sarana TPA Menyediakan Sarana Komposting PENGELOLAAN Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS mengelola sampah dari TPS Mengangkut samapah dari TPS ke TPA mengelola TPA Melakukan pemilahan sampah* Melakukan penarikan restribusi sampah Memberikan izin pengelolaan sampah PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah ( jam pengangkutan,personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sangksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala Kabupaten Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektifitas layanan persampahan, dan atau menampung serta Mengelola keluhan atas layanan persampahan PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten Swasta Masyarakat V V V V V

75 PERSAMPAHAN Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten ini TABEL DAFTAR PERATURAN PERSAMPAHAN DI KABUPATEN BANGLI Peraturan Ketersediaan Pelaksanaan Keterangan Ada ( Sebutkan ) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum efektif dilaksanakan Tidak efektif dilaksanakan Ada (setiap orang berhak mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan persampahan dan kebersihan) Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan sampah kewajiban dan sanksi bagi pemerintah kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk Mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah Dihunian rumah dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantot/ unit usaha Dikawasan komersil/fasilitas social/ fasilitas umum Untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerja sama antara pemerintah kabupaten dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Restribusi sampah atau kebersihan Retribusi kebersihan Perda tentang pengelolaan sampah thn 2013

76 3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Bangli mencakup jenis sampah yang dikelola, penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah dan penanganan sampah. Jenis sampah yang dikelola mencakup: 1) sampah rumah tangga, tidak termasuk tinja; 2) sampah sejenis sampah rumah tangga; dan 3) sampah spesifik. Penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah mencakup: 1) pengurangan sampah untuk sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga meliputi pembatasan timbulan sampah (reduce), pendauran ulang sampah (recycle); dan/atau pemanfaatan kembali sampah (reuse); 2) penanganan sampah untuk sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga meliputi pemilahan, pegumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir; dan 3) pedoman pengelolaan sampah spesifik akan diatur dengan Peraturan Bupati. Penanganan sampah, dilaksanakan melalui: 1) sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga dikumpulkan setelah melalui tahapan pengurangan sampah, ke transfer depo atau ke Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) tersebar di tiap desa di tiap kecamatan seluruh wilayah kabupaten oleh ; dan 2) pengurangan sampah di transfer depo atau TPS sebelum diangkut ke Tempat Pemrosesan Sampah Akhir (TPA). Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Kabupaten terletak di Dusun Bangklet, Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, sekaligus merupakan TPA Regional Bangli melayani seluruh wilayah Kabupaten, sebagian wilayah Kabupaten Gianyar (Kecamatan Payangan, Kecamatan Tegallalang dan Kecamatan Tampaksiring), dan sebagian wilayah Kabupaten Karangasem (Kecamatan Sidemen, Kecamatan Rendang dan Kecamatan Selat). Secara rinci tanggung jawab pengelolaan sampah sebagai berikut : a. Sampah rumah tangga ke TPS /TPST menjadi tanggung jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh Lingkungan; b. Sampah dari TPS/TPST ke TPA, menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten; c. Sampah kawasan pemukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan kawasan khusus, dari sumber sampah sampai TPS/TPST dan atau TPA, menjadi tanggung jawab pengelola kawasan d. Sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dari sumber sampah dan atau dari TPS/TPST sampai ke TPA, menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten. (Sumber: Draft Perda Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah di bangli). Adapun cakupan pelayanan persampahan di Kab. Bangli untuk kondisi saat ini secara umum sampah yang dihasilkan masyarakat di wilayah Kec. Bangli, ibu kota Kec. Susut, Ibu Kota Kec. Tembuku dan Ibu Kota Kec. Kintamani diangkut langsung ke TPA antara pukul WITA. Proses pengangkutan sampah didukung dengan 11 armada truk pengangkut sampah dengan kapasitas sampah yang diangkut per hari rata-rata sebanyak 200 m3 sampah. Jika di asumsikan ratarata setiap orang menghasilkan sampah 2,5 liter/orang/hari, sehingga sampah yang di hasilkan oleh aktifitas masyarakat di kab. Bangli di asumsikan se banyak 700 M3/hari. Sehingga masih ada sekitar

77 500 M3/hari sampah yang belum tertangani dengan baik. Hal ini menimbulkan banyaknya bermunculan tempat pembuangan sampah liar. Sistem pengelolaan di TPA Sampah Kab. Bangli, dengan lokasi di Dusun Bangklet, Desa Kayubuhi, Kecamatan Bangli Kab. Bangli, dengan luas area 4,75 Ha, pada saat ini menggunakan sistem sanitary Landfill, dilengkapi dengan IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah ). Gambar 3.11 Grafik Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Bangli Cara yang paling banyak dilakukan dalam pengolahan sampah rumah tangga di Kabupaten Bangli adalah sampah dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebanyak 35,2% dan sampah di bakar yakni sebanyak 34,2%. Secara lengkap Cara Pengolahan Sampah Rumah Tangga di Kabupaten Bangli berdasarkan Study EHRA dapat dilihat pada grafik3.11 diatas Gambar 3.12 Grafik Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga Hasil Study EHRA di Kabupaten Bangli, persentase sampah yang dipilah sebelum dibuang sebanyak 58,3%. Sedangkan grafik persentase pemilahan sampah rumah tangga sebelum di buang pada masing-masing kluster dapat dilihat pada gambar 3.12 diatas.

78 Peta 3.3 Peta cakupan Layanan persampahan

79 Peta 3.4 Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan persampahan

80 Tabel 3.21 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan persampahan Input User Penampungan Pengolahan Pengaliran Interface Awal Akhir Sampah Tong TPS Truck TPA sampah rumah sampah/bak sampah tangga sampah (container) Sampah rumah tangga Sampah rumah tangga Sampah rumah tangga Sampah Taman fasilitas umum Tong sampah/bak sampah Truck sampah (container) Motor sampah TPS Truck sampah (container) Pemilahan sampah organic non organik Tong sampah/bak sampah Tong beda warna Truck sampah (container) TPA sampah TPA sampah Composting Daur ulang TPA sampah Pembuangan / Daur ulang sanitary land fill sanitary land fill sanitary land fill sanitary land fill Kode/Nama aliran Sampah Fasum Tong sampah/bak sampah (TPS TPS Truck sampah (container TPA sampah sanitary land fill Tabel 3.22 Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kab. Bangli KELOMPOK FUNGSI TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN JENIS DATA SEKUNDER User Interface Tempat sampah Unit/rumag Di Pilah (3R) Penampungan Sementara Bin/Tong Load Haul Tempat Sampah dua warna Unit Unit Unit Unit (PERKIRAAN) NILAI DATA Masing-masing rumah dan tempat-tempat tertentu SUMBER DATA Dinas Tata Kota Kabupaten Bangli Dinas Tata Kota Kabupaten Bangli Pengangkutan Arm Roll Truk Dump truk Pick up Gerobak sampah Motor Sampah Roda 3 Unit Unit Unit Unit Unit Dinas Tata Kota Kabupaten Bangli Pembuangan Akhir / Daur ulang TPA Sanitary Landfield Exavator Wheel Loader Bulldozer Unit Dinas Tata Kota Kabupaten Bangli

81 3.3.3 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Dalam pengolahan sampah sangatlah penting adanya keterlibatan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan. Diharapkan masyarakat sudah bisa memilah sampahnya menjadi 3R karena ini sangat membantu sekali dalam pengurangan timbulan sampah. Masyarakat bisa membuka lahan pekerjaan baru bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan pengambilan sampah di rumah-rumah dan juga tenaga dalam pemilahan sampah yang bisa dinilaikan ekonomis. Di sekolah sangatlah penting promosi persampahan dikarenakan lewat usia dini anak dapat menjiwai bahwa sampah itu sangat berbahaya jika tidak dikelola. Berikut ini tabel pengolahan sampah di tingkat kelurahan. Pemerintah Kab. Bangli menyususn rencana pengurangan sampah yang dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan SKPD yang sekurang-kurangnya memuat : a. Target pengurangan sampah; b. Target penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampahdari sumber sampah sampai dengan TPA; c. Pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan dan partisipasi masyarakat: d. Rencana pengembangan dan pemanfaatanteknologi yang ramah lingkungan dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur dan penangan akhir sampah. Tabel 3.23 Pengelolaan persampahan di tingkat kelurahan/kecamatan di Kab. Bangli Dikelola oleh Dikelola oleh Masyarakat sector formal ditingkat Dikelola oleh Keterangan Jenis Kegiatan kelurahan/desa/ kecamatan Swasta RT RW L P L P L P L P Pengumpulan sampah dari rumah Pemilihan sampah di TPS Pemulung lepas Pengangkutan sampah ke TPS Di kelola oleh desa ada di desa songan Pengangkutan sampah ke TPA Sampah restoran dan hotel Pemilihan sampah di TPA Pemulung, pengepul, pengelola TPA Para Penyapu Jalan Sumber : Dinas Tata Kota Kab. Bangli Tabel 3.24 Pengelolaan persampahan di tingkat Kabupaten/Kota di Kab. Bangli Jenis Kegiatan Dikelola oleh Kabupaten Dikelola oleh Masyarakat Dikelola oleh sector formal ditingkat kelurahan/desa/ kecamatan Dikelola Pihak Swasta L P L P L P L P Pengumpulan sampah dari rumah Pemilihan sampah di TPS Pengangkutan sampah ketps Pengangkutan sampah ketpa - - -

82 Pemilihan sampah di TPA - - Para Penyapu Jalan Sumber :Dinas Tata Kota Kab. Bangli

83 Tabel 3.25 Daftar Program/Proyek Layanan PersampahanYang Berbasis Masyarakat di Kab. Bangli No Sub Sektor Nama Program/Proyek/Layanan Pelaksana/PJ Kondisi Sarana Saat Ini Aspek PMJK Tahun Tidak Mulai Fungsi Rusak PM JDR MBR Fungsi 1 Persampahan Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) 2 Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Dinas Tata (TPA) Regional Kota 3 Pembangunan Bak Sampah (TPS) di 4 Dinas Tata Kecamatan Kota 4 Pengadaan Bak Sampah Dinas Tata Kota 5 Pengadaan Tong Sampah Dinas Tata Kota 6 Pengadaan Kereta Sampah Dinas Tata Kota 7 Pengadaan Bin Container Fiber Glass Dinas Tata Kota 8 Pengadaan Loud Haul Terbuka Dinas Tata Kota 9 Penyuluhan/Sosialisasi tentang Kebersihan Dinas Tata dan Penanganan Sampah Kota 10 Pengadaan Motor Cikar Dinas Tata Kota 11 Pengadaan Bak Sampah 1 M3 Dinas Tata Kota 12 Pengembangan Teknologi Pengolahan BLH Persampahan 13 Pelatihan Pengolahan Sampah BPMPD

84 3.3.4 Pemetaan Media Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media/saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media dalam rangka penyusunan buku putih sanitasi kabupaten. Buku putih sanitasi kabupaten merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat. Media komunikasi di Kabupaten Bangli dalam rangka pengelolaan persampahan berupa media media cetak, dapat dilihat pada table sampai dengan table 3.30 berikut ini. Tabel 3.26 Kegiatan komunikasi terkait komponen persampahan di Kabupaten Bangli N O KEG. TH. PELAK SANA TUJUAN SASA RAN PESAN KUNCI PEMBELA JARAN 1 Penyuluhan masyarakat tentang pola hidup sehat 2012 Dinas Kesehata n Sumber : Bagian Humas Setda Kabupaten Bangli Penyuluhan kesehatan termasuk pola hidup bersih dan sehat ke masyarakat Masyarak at luas Pola hidup bersih dan sehat perlu didukung dengan kondisi sanitasi yang layak Tabel 3.27 Media komunikasi dan kerjasama terkait komponen persampahan di Kabupaten Bangli NO MEDIA JENIS ACARA ISU YG. DIANGKAT PESAN KUNCI PENDAPAT MEDIA 1. APBD Sosialisasi Pengelolaan sampah Agar sampah bisa dikelola sehingga dampaknya bisa diminimalkan Sumber : Bagian Humas Setda Kabupaten Bangli, Partisipasi Dunia Usaha Dalam rangka pengelolaan persampahan di Kabupaten Bangli, peran pemerintah daerah sangat dominan. Pemerintah telah membangun dan mengembangkan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di Kabupaten Bangli. Disamping itu melalui dana APBD Kabupaten Bangli telah membangun tempat pembuangan sementara (TPS) sampah, kotak sampah, tong sampah (fiber glas) di tempat tempat setrategis di Kab. Bangli Bangli. Peran dunia usaha dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Bangli masih sangat rendah, hanya pada momen-momen tertentu saja. Secara lebih jelas penyedia layanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bangli dapat dilihat padat tabel

85 Tabel 3.28 Penyedia layanan pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Bangli No Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan 1 BPD BALI 2012 Penyediaan tong sampah 2 BNI 2012 Penyediaan tong sampah Sumber : Dinas Tata Kota Kab. Bangli

86 3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan Tabel 3.29 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi per Komponen Persampahan di Kabupaten Bangli Tahun No Komponen Belanja (Rp) Rata- Pertumbu rata han (%) 2 Sampah (2a +2b) 2.a Pendanaan Investasi % persampahan 2.b Pendanaan OM yang % dialokasikan dalam APBD 2.c Perkiraan Biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Dari Tabel 3.29 terlihat masih sangat rendahnya pendanaan sanitasi pada sektor persampahan di kabupaten bangli. Karena banyak sarana dan prasana persampahan yang memerlukan pendanaan investasi yang lebih tinggi misalnya sarana angkut sampah dari TPS ke TPA. Tabel 3.30 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Persampahan di Kabupaten Bangli Tahun No Subsektor/SKPD Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Retribusi Sampah a Realisasi Retribusi ,4% 1.b Potensi Retribusi

87 3.3.7 Permasalahan mendesak dan Isu strategis Masalah utama dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Bangli adalah : Tabel 3.31 Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis Pengelolaan Persampahan Di Kabupaten Bangli No. Permasalahan mendesak dan Isu strategis 1. Cakupan layanan sampah masih rendah. 2. Belum tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang memadai yang dapat mencakup pelayanan semua ibu kota kecamatan. 3. Kelembagaan yang sudah terbentuk dan menangani persampahan belum ada payung hukum yang jelas yang diperkuat Perda. 4. Kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya masih kurang 5. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan sehingga sebagian masyarakat memperlakukan sampah dengan membakar atau membuang sampah tidak pada tempatnya. 6. Belum memasyarakatnya pengelolaan sampah dengan pendekatan 3R. 7. Kurang memadainya jumlah dan kapasitas SDM pengelola sampah. 3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan Drainase lingkungan memegang fungsi sentral dalam hal pengendalian kelebihan air, baik air hujan maupun air limbah domestik di kabupaten bangli. Pada umumnya kondisi drainase di kabupaten bangli kondisinya sangat memprihatinkan karena banyak saluran drainase yang sudah rusak bahkan tidak sedikit yang belum tertangani oleh pemerintah. Bahkan Banyak saluran-saluran drainase dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah oleh masyarakat sekitarnya Kelembagaan Kegiatan pengelolaan dan pengendalian limbah cair domestik di Kabupaten Bangli merupakan tanggung jawab dari pemerintah daerah Kabupaten Bangli. Adapun SKPD yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan drainase dimaksud adalah Dinas Pekerjaan Umum. Namun demikian kerjasama tetap diperlukan dengan instansi dan steak holder lain dalam mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan tersebut Daftar pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pembangunan dan pengelolaan drainase di Kabupaten Bangli dapat dilihat pada tabel 3.32 Sementara itu daftar peraturan yang terkait dengan drainase dapat dilihat pada tabel 3.33

88 Tabel 3.32 Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kab. Bangli PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Swasta Masyarakat Kabupaten PERENCANAAN Penyusunan target pengelolaan drainase lingkungan skala kabupaten Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapain target PENGADAAN SARANA Menyediakan / pembangunan sarana drainase lingkungan PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase lingkungan Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan ( saluran drainase lingkungan ) dalam Pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase Lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistim drainase lingkungan ( sekunder ) dengan system drainase skunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala Kabupaten Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektifitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta Mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan

89 Tabel 3.33 Daftar peraturan terkait drainase lingkungan di Kab. Bangli Peraturan Ketersediaan Pelaksanaan Keterangan Ada ( Sebutkan ) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum efektif dilaksanakan Tidak efektif dilaksanakan DRAINASE LINGKUNGAN Target capaian pelayanan pengelolaan Dranase lingkungan di Kabupaten ini Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kabupaten dalam penyediaan drainase lingkungan kewajiban dan sanksi bagi pemerintah kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan dan menghubungkannya dengan sistim drainase skunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pemutusan air hujan

90 3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem penanganan drainase di Kabupaten Bangli, meliputi 1) Pengembangan sistem jaringan drainase didasarkan atas kesatuan sistem dan sub sistem tata air meliputi jaringan primer berupa sungai/tukad utama, jaringan sekunder berupa parit atau saluransaluran yang ada di tepi jalan dan jaringan tersier berupa saluran saluran kecil yang masuk pada kawasan perumahan; 2) pembangunan sistem pembuangan air hujan yang terintegrasi mulai dari lingkungan perumahan sampai saluran drainase primer yang dilengkapi bangunan pengontrol genangan, bak penampung sedimen, pembuatan konstruksi baru berupa turap/senderan, rehabilitasi saluran alam yang ada, pembuatan parit infiltrasi, operasi dan pemeliharaan; dan 3) pemisahan antara jaringan drainase dengan jaringan irigasi dan jaringan air limbah. Dengan meningkatnya beberapa fungsi ruang di Kabupaten Bangli yang menyebabkan terjadinya perubahan kawasan yang belum terbangun menjadi terbangun, perlu diimbangi dengan perencanaan sistem drainse yang baik. Sistem ini akan mengalirkan buangan air hujan dari kawasan terbangun ke jaringan drainase maupun melalui sumur resapan. Gambar 3.13 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin di Kabupaten Bangli Dari study EHRA di Kabupaten Bangli menunjukkan hanya 0,6% rumah tangga yang ditemukan rumahnya pernah mengalami kebanjiran. Banjir yang dialami rumah tangga biasanya bersekala rendah artinya kurang dari 1 jam air genangan sudah surut. Walaupun Kabupaten Bangli memiliki topigrafi perbukitan namun tidak menutup kemungkinan terjadi banjir tetap ada.

91 Peta 3.5 Peta jaringan drainase lingkungan di Kabupaten Bangli (Kec. Kintamani)

92 Berdasarkan gambar peta 3.5 dapat terlihat bahwa sistem jaringan drainase umumnya mencakup pembuangan akhir, saluran sekunder dan saluran tersier. Saluran pembuangan akhir juga berfungsi sebagai saluran penggelontor. Berdasarkan kondisi topografinya, rencana sistem jaringan drainase di Kawasan Kecamatan Kintamani tetap mengacu pada kondisi eksisting yang ada yaitu : a. Sistem Drainase Makro atau Sistem Pembuangan Akhir/ Saluran Primer. Sistem drainase makro atau sistem pembuangan akhir/saluran primer Kecamatan Kintamani memanfaatkan aliran sungai/tukad yang telah ada baik kontinyu maupun tidak kontinyu (intermitten) meliuti tiga sistem pembuangan meliputi : 1. Sistem I (Danau Batur), Adalah sistem pembuangan melalui sungai/tukad yang bermuara di Danau Batur terdiri dari sungai/tukad : Tukad Timbah, Tukad Belong, Tukad Ngelinti dan Tukad Balingkang 2. Sistem II (Sistem Pembuangan ke Bali Utara), Adalah sistem pembuangan melalui sungai/tukad yang bermuara di kawasan Bali Utara baik di Kecamatan Kubutambahan dan Kecamatan tejakula Kabupaten Buleleng maupun Kecamatan Kubu Kabupaten karangasem, meliputi sungai/tukad : Tukad Bunut, Tukad Mesaan, Tukad Cangkang, Tukad Shyang Brata, Tukad Palijan, Tukad Les, Tukad Yeh Bau, Tukad Luah, 3. Sistem III (Sistem Pembuangan ke Bali Selatan), Adalah sistem pembuangan melalui sungai/tukad yang bermuara di kawasan Bali Selatan baik di wilayah Kecamatan Tembuku, Kecamatan Bangli, dan Kecamatan susut di Kabupaten Bangli, Kecanatan Tampaksiring dan Kecanatan tegalalang, Kabupaten Ginayar dan Kecamatan Petang Kabupaten Badung, meliputi sungai/tukad : Tukad Jeruk Manis, Tukad Kayu Sumbu, anak sungai Tukad Melangit, anak sungai Tukad Sangsang, anak sungai Tukad Pakerisan, anak sungai Tukad Wos, Tukad Pungsu, Tukad Mampeh, Tukad Nyitnyit, Tukad Tangleban, Tukad Palungan, Tukad Mengani, Tukad Belantih, dan Tukad Kayupadi b. Sistem Drainase Sekunder Saluran sekunder umumnya mengikuti pola jaringan jalan. Sebaliknya saluran kiri-kanan jalan diperkeras yang dapat dilakukan sejalan dengan proyek peningkatan jalan, sehingga akan merupakan saluran permanen dengan pemeliharaan secara berkala. c. Sistem Drainase Tersier Saluran tersier pada masing-masing lingkungan permukiman secara bertahap diperkeras yang pada hakekatnya penanganannya sejalan dengan proyek perbaikan lingkungan permukiman. Peta 3.6 Peta Wilayah Genangan BELUM ADA WILAYAH GENANGAN YANG BERPOTENSI BANJIR DI KAB. BANGLI

93 Tabel 3.34 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase di Kabupaten Bangli Pengola Penampungan Input User Interface Pengaliran han Awal Akhir Air Hujan Air limbah domestik Permukaan tanah/cor beton/aspal Saluran drainase/limba h di perumahan Sumber : survey pokja sanitasi Saluran drainase perumahan/jalan utama Saluran sekunder Tidak ada Saluran sekunder Sungai Tidak ada Pembuangan / Daur ulang Sungai/pagkung Sungai/pangkung Kode/Nam a aliran Tabel 3.35 Sistem pengelolaan drainase lingkungan yang ada di Kabupaten Bangli Kelompok fungsi Teknologi yang Jenis Data ( perkiraan ) Nilai digunakan Skunder Data Sumber data Drainase lingkungan perumahan Pembersihan gotong royong masyarakat dan Jumlah lingkungan perumahan yang sudah terlayani 650,000 meter Dinas PU Bangli Drainase lingkungan pasar Drainase jalan utama Sumber : Dinas PU Kabupaten Bangli petugas kebersihan Pembersihan petugas kebersihan Pembersihan petugas kebersihan drainase lingkungan Jumlah pasar yang sudah terlayani drainase lingkungan Panjang saluran drainase jalan utama 4 Unit Pasar Dinas PU Bangli 911,600 meter Dinas PU Bangli Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Pada umumnya penanganan drainase di Kabupaten Bangli belum optimal. Untuk keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam pembersihan saluran drainase lingkungan pada Kabupaten Malang dikelola oleh masyarakat melalui media kegiatan kerja bakti lingkungan. Namun peran serta masyarakat dalam pengelolaan/menjaga drainase lingkungan di Kabupaten Bangli masih perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat dari perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan sarana drainase lingkungan, khususnya terkait kebiasaan dari masyarakat membuang sampah pada saluran drainase yang dapat menyumbat aliran air dan berdampak pada pengurangan kapasitas saluran Tabel 3.36 Kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/kelurahan di Kabupaten Bangli Kelurahan/Desa Jumlah RT R W Kondisi drainase Saat Ini Lancar Mampe t Pembersihan Drainase Rutin Tidak Rutin Pemerintah Kota Pengelola Oleh Kelurahan Masyarakat (RT/RW) Bangunan di Atas Saluran L P L P L P Apuan Abuan Demulih Susut Selat Sulahan Pengiangan Swast a Ada Tidak

94 Tiga Penglumbaran Bunutin Tamanbali Bebalang Kawan Cempaga Kubu Kayubihi Pengootan Landih Jehem Tembuku Yangapi Undisan Bangbang Peninjoan Mengani Binyan Ulian Bunutin Banua Abuan Bonyoh Sekaan Bayung Gede Sekardadi Kedisan Buahan Suter Abang Batu Dingding Abang Songan Terunyan Songan B Soangan A Batur Selatan Batur Tengah Batur Utara Kintamani Serai Manikliyu Awan Belantih Gunung Bau Belanga BatuKaang Catur Pengejaran Selulung Satra

95 Dausa Daup Bantang Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Bangli

96 Tabel 3.37 Daftar Program/Proyek Layanan Drainase Lingkungan Yang Berbasis Masyarakat di Kabupaten Bangli No Sub Sektor Nama Program/Proyek/Layanan Pelaksana/PJ Tahun Mulai Kondisi Sarana Saat Ini Aspek PMJK Fungsi Tidak Fungsi Rusak PM JDR MBR Drainase Lingkungan 1. Pembangunan Drainase Lingkungan 2,437 meter Pemerintah Pembangunan Drainase Lingkungan 5,215 meter Pemerintah Pembangunan Drainase Lingkungan 1,239 meter Pemerintah Pembangunan Drainase Lingkungan 1,702 meter Pemerintah 2013 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Bangli

97 3.4.4 Pemetaan Media Pemberitaan masalah drainase selama ini belum optimal baik itu media cetak atau media elektronik. Namun demikian perlu adanya publikasi dan dokumentasi terkait drainase yang ada di perkotaan. Tabel 3.38 Kegiatan komunikasi terkait komponen drainase lingkungan di Kabupaten Bangli Tujuan Khalayak Pesan No Kegiatan Tahun Dinas pelaksanaan kegiatan sasaran kunci Pembelajar an Tabel 3.39 Media komunikasi dan kerjasama terkait komponen drainase lingkungan yang ada di Kabupaten Bangli No Nama Media Jenis Acara Isu yang Diangkat Pesan Kunci Pendapat Media Partisipasi Dunia Usaha Dalam rangka pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Bangli, peran pemerintah daerah sangat dominan. Pemerintah Daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum telah membangun saluran drainase lingkungan di permukiman khususnya di ibukota kabupaten dan ibu kota kecamatan. Sementara itu peran dunia usaha dalam pembangunan saluran drainase lingkungan dilakukan oleh pengembang khususnya dalam kegiatan pembangunan perumahan sebagai bagian dari fasilitas perumahan yang harus disediakan oleh pengembang. Tabel 3.40 Penyedia layanan pengelolaan drainase lingkungan yang ada di Kabupaten Bangli No Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan 1 Tidak ada 2 Tidak ada Pendanaan dan Pembiayaan Proporsi pendanaan pada sektor drainase masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari masih rendahnya saluran drainase yang masih belum tertangani dengan baik. Baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah perdesaan.

98 Tabel 3.41 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi per Komponen Drainase Lingkungan di Kabupaten Bangli No Komponen Belanja (Rp) Rata- Pertumbuhan (%) rata 2 Sampah (2a +2b) 2.a Pendanaan Investasi Drainase % 2.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD % 2.c Perkiraan Biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Tabel 3.42 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Drainase Lingkungan di Kabupaten Bangli No Subsektor/SKPD Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Retribusi Drainase a Realisasi Retribusi b Potensi Retribusi

99 3.4.7 Permasalahan mendesak dan Isu strategis Permasalahan dalam pengelolaan drainase permukiman di Kabupaten Bangli adalah: No. Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis Permasalahan dalam pengelolaan drainase permukiman di Kabupaten Bangli 1. Penurunan kinerja saluran drainase karena kerusakan dan sedimentasi. 2 Kurangnya kesadaran masyarakat sehingga masih dijumpai banyak saluran drainase yang mengalami pendangkalan dan tertimbun sampah. 3 Masih rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase 4 Belum adanya penyedia layanan dalam rangka pengelolaan drainase lingkungan sehingga beban pengelolaan drianase masih bertumpu pada anggaran pemerintah daerah (APBD). 5 Pelayanan drainase belum menjangkau seluruh lingkungan permukiman baik di daerah perdesaan maupun perkotaan, sistem drainase lingkungan belum tertata dan dikelola dengan baik, belum terstruktur atau belum ada sistem pengaliran yang baik dan terstruktur, kondisi fisik drainase yang tidak layak. 6 Dukungan media komunikasi dalam pubilikasi dan sosialisasi sistem sanitasi drainase lingkungan masih sangat rendah, dukungan atau kerjasama pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dengan media komunikasi lokal masih rendah. 3.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi Pengelolaan Air Bersih Penyediaan air bersih di Kabupaten Bangli dilakukan oleh PDAM dan oleh kelompok masyarakat dengan sumber-sumber mata air yang ada di kab. Bangli. Untuk PDAM terdapat 14 (Empat belas) unit instalasi pengolahan air minum dengan sumber air baku dari sumber mata air. Dari 14 unit instalasi tersebut mempunyai kapasitas terpasang sebesar 258,5 liter/detik dan yang diproduksi hanya sebesar 171,5 liter/detik. Jumlah pelanggan sebanyak sambungan rumah atau penduduk yang terlayani sebanyak jiwa dengan cakupan pelayanan sebesar 29,92 %. Secara lebih lengkap pelayanan PDAM Kabupaten Bangli Tahun 2013.

100 Peta 3.7 Peta cakupan layanan air bersih Oleh PDAM di Kab. Bangli

101 Gambar Grafik sumber Air Minum dan memasak Hasil study EHRA menunjukkan bahwa di Kabupaten Bangli sumber air yang digunakan untuk minum 4 terbanyak bersumber dari ledeng PDAM sebanyak 37,3 %, dari mata ari terlindungi 26,1%, air hujan sebanyak 24,2% serta bersumber dari botol kemasan 21,1%. Pengolahan air bersih bahwa sumber air berasal dari berbagai sumber namun 92,1% rumah tangga mengolah air baku sebelum diminum dan 97,8% mengolahnya dengan cara merebus, 0,4% menggunakan kaporit dan 1,8% menggunakan pengolahan lainnya. Tabel 3.44 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Perpipaan (PDAM) Kab. Bangli No Uraian Satuan Sistem Perpipaan Keterangan 1 Pengelola PDAM 2 Tingkat Pelayanan % 29,92 3 Kapasitas Produksi Lt/detik 171,50 4 Kapasitas Terpasang Lt/detik 258,50 5 Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit Jumlah Kran Air Unit - 7 Kebocoran terhadap Produksi % 28,68 8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) M3 9 Jumlah pelanggan per kecamatan Susut Bangli Tembuku Kintamani 1.089

102 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Produk Industri kecil dan rumah tangga di Kabupaten Bangli paling dominan berupa anyaman Bambu, rumah makan, restoran, ukiran, peternakan, pembuatan tahu, kerajin emas/perak dan lain sebagainya. Dari jenis produk industri rumah tangga di Kab. Bangli yang menghasilkan air limbah secara dominan adalah industri pembuatan tahu, rumah makanan dan restoran. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan industri rumah tangga dimaksud adalah pencemaran lingkungan dari limbah industri RT. Untuk kedepan diperlukan pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Kab. Bangli, sehingga pencemaran lingkungan sebagai akibat dari adanya limbah industri rumah tangga di Kabupaten Bangli tidak terjadi. Pembangunan IPAL pada tiap industri rumah tangga di Kabupaten Bangli belum dilakukan, dengan alasan bagi pengusaha bahwa biaya pembangunan IPAL sangat mahal, dan keterbatasan lahan didalam lokasi industri sehingga kurang memungkinkan membangun IPAL. Tabel 3.45 Pengelolaan limbah industri rumah tangga di Kabupaten Bangli Jenis Industri Rumah Tangga Lokasi Jumlah Industri RT Jenis Pengolahan Kapasitas (m3/hari) Pembuataan Tahu Bangli 7 Belum diolah 375 Pembuataan Tahu Susut 1 Belum diolah 100 Pembuataan Tahu Kintamani 1 Belum diolah 75 Sumber : Dinas Perindustrian Kabupaten Bangli Pengelolaan Limbah Medis Di Kabupaten Bangli, kebijakan penanganan limbah medis yang berasal dari rumah sakit dan puskesmas dikelola oleh masing-masing rumah sakit dan puskesmas. Rumah sakit bertanggung jawab penuh untuk membangun dan mengelola limbah medisnya sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dari Kementrian Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit. Pengawasan dilakukan oleh Tim AMDAL Kabupaten Bangli, dimana SKPD BLH sebagai penanggung jawab. Pengelolaan limbah medis sudah dimulai dari sumber/asal timbulan sampah. Secara umum, disetiap sarana pelayanan kesehatan sudah dilakukan pemisahan untuk sampah medis maupun non medis. Hal ini ditunjukkan dengan disediakan tempat sampah dengan warna yang berbeda sehingga masyarakat dapat mengetahui cara membuang sampah berdasarkan jenisnya. RSUD Bangli sudah memiliki incenerator, namun belum memiliki standar. Sehingga sampah medis saat ini dikelola di RSUD Sanjiwani Gianyar. Sedangkan penanganan sampah medis di puskesmas di Kabupaten Bangli saat ini sampah medis plastik dan kasa dibakar kemudian abunya ditanam sedangkan sampah medis jarum suntik dikumpulkan tanpa ada penanganan. Data rumah sakit dan penanganan limbahnya sampai saat ini bisa dilihat dalam tabel 3.46: Tabel 3.46 Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan Nama Fasilitas Lokasi Jenis Pengolahan Kapasitas (m3/hari) Kesehatan Limbah Medis CAIR PADAT RS BANGLI Jl. Brijen Ngurah INCENERATOR Bangli IPAL 3,75 m 3 / hari 10 Kg/hari RS BMC Jl. LC Subak AYE INCENERATOR - IPAL 12,8 kg / hari Puskesmas Kab. Bangli 240 kg/hari Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Bangli

103 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN DI KABUPATEN BANGLI Bab ini menjelaskan rencana detail program dan kegiatan untuk tahun 2014 (n+1), dan program serta kegiatan sanitasi yang sedang berjalan saat ini (tahun 2013) yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bangli. Data program dan kegiatan yang sedang berjalan tahun 2013 diperoleh dari DPA SKPD tahun Sedangkan data program dan kegiatan yang direncanakan tahun 2014 diperoleh dari buku RKPD Kabupaten Bangli Tahun 2014 seta KUA dan PPAS, dimana pada akhir bulan Juli 2013 ini dalam proses pembahasan 4.1. Promosi Higiene dan Sanitasi (PHBS) Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok atau masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Disamping itu, dalam PHBS masyarakat diharapkan dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi dalam gerakan kesehatan masyarakat Promosi Kesehatan mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan Kesehatan Lingkungan sangatlah penting, baik itu PHBS dalam tingkat/lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah haruslah diperhatikan dan selalu ditingkatkan agar kebiasaan hidup sehat dapat tertanam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Kabupaten Bangli. Program kegiatan yang dilakukan terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat dan promosi higiene di kabupaten Bangli dilaksanakan oleh SKPD Dinas Kesehatan dan Bagian Kesra Setda Kab. Bangli. Adapun rencana program kegiatan saat ini pada tahun 2014 dapat dilihat pada 4.1 berikut: Tabel 4.1. Rencana Program Dan Kegiatan PHBS Dan Promosi Higiene Tahun 2014 Di Kabupaten Bangli Rencana Program dan Kegiatan PHBS dan promosi Higiene Tahun 2014 No Nama Program Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya ( Rp ) Sumber Pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab Sumber dokumen perencanaan 1 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 2 Program Pengembangan Lingkungan Sehat paket APBD DINKES paket APBD DINKES

104 3 Program Pendidikan Kesehatan dan Lingkungan Sekolah paket APBD KESRA 4. Pembinaan TP PKK paket ,00 Kecamatan dan kelurahan 5 Pembinaan UKS paket Kecamatan dan kelurahan Sumber : KUA dan PPAS Kab. Bangli Tahun Anggaran 2014 Adapun program kegiatan terkait dengan upaya mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat di Kabupaten Bangli yang sedang berjalan atau sedang dalam proses kegiatan pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2: Kegiatan PHBS Dan Promosi Higiene Tahun Anggaran 2013 Yang Sedang Berjalan Rencana Program dan Kegiatan PHBS dan promosi Higiene Tahun 2013 No Nama Program Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya ( Rp ) Sumber Pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab 1. Pemberdayaan PKK Paket APBD BPMPD 2 PHBS Paket APBD Dinkes Sumber :BPMPD dan Dinas Kesehatan Kab. Bangli 4.2. Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik yang direncanaan untuk tahun 2014 dapat dilihat pada 4.3 berikut: Tabel 4.3. Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun Anggaran 2014 Rencana Program Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2014 No Nama Program/kegiatan Satuan Volume Biaya ( Rp ) 1 Pembangunan Sistem Jaringan Air Limbah Kecamatan Tembuku 2 Pembangunan Sistem Jaringan Air Limbah Kecamatan Kintamani Sumber dana Lokasi kegiatan Sumber dokumen perenca-naan Pelaksana Kegiatan unit APBD Dlm Kab. PU unit APBD Dlm Kab. PU Sumber : KUA dan PPAS Kab. Bangli Tahun Anggaran 2014 Dari tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa pada tahun anggaran 2014, dalam rangka pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bangli akan di bangun Sistem Jaringan Air Limbah yang sifatnya komunal sebanyak 2 unit. Adapun kegiatan terkait dengan pembangunan infrastruktur sanitasi di Kabupaten Bangli pada tahun anggaran 2013 yang sedang dalam proses pelaksanaan dapat dilhat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun Anggaran 2013 Yang Sedang Berjalan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2013

105 No Nama Program/kegiatan Satuan Volume Biaya ( Rp ) Sumber dana Lokasi kegiatan 1 Penyusunan DED Kegiatan Sanimas 1 unit APBD Bangli 2 Hibah pembangunan IPAL DAK+ unit komunal di Kec. Bangli 1 APBD Bangli 3 Hibah pembangunan MCK 1 DAK+ unit plus + dikecamatan tembuku APBD Bangli 4 Hibah pembangunan MCK DAK+ unit plus + dikecamatan Kintamani 1 APBD Bangli 5 Pembangunan Sistem DAK+ jaringan Air Limbah Desa 1 unit APBD sulahan Kecamatan susut Bangli 6 Pembangunan Sistem DAK+ jaringan Air Limbah Desa 1 unit APBD Taman Bali Kecamatan susut Bangli Pelaksana Kegiatan Sumber : Dinas PU Kab. Bangli 4.3. Peningkatan Pengelolaan Persampahan Peningkatan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bangli diperlukan guna mengatasi semakin meningkatnya timbulan sampah terutama untuk daerah-daerah perkotaan. Peningkatan pelayanan ini mencakup pembangunan fisik sarana dan prasarana dalam mengelola sampah dan pemberdayaan masyarakat. Secara lebih lengkap rencana program kegiatan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bangli pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan tahun Anggaran 2014 Rencana Program Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2014 No Nama Program/kegiatan Satuan Volume Biaya ( Rp ) 1 Program Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang (Pemeliharaan Tempat Pembuangan Akhir 2 Pengadaan Peralatan kebersihan dan pertamanan 3 Rehabilitasi/Pemeliharaan sarana prasarana kebersihan dan pertamanan 4 Operasional kebersihan dan pertamanan 5 Rehabilitasi/Pemeliharaan armada kebersihan dan persampahan 6 Peningkatan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan 7 Pengembangan teknologi pengolahan persampahan Sumber dana Lokasi kegiatan Pelaksana Kegiatan Paket APBD Dlm Kab. Tata Kota Paket APBD Dlm Kab. Tata Kota Paket APBD Dlm Kab. Tata Kota Paket APBD Dlm Kab. Tata Kota Paket APBD Dlm Kab. Tata Kota Paket DAK Dlm Kab. BLH Paket APBD Dlm Kab. BLH 8 Peningkatan peran serta Paket APBD Dlm Kab. BLH

106 masyarakat dalam pengelolaan Persampahan Sumber : KUA dan PPAS Kab. Bangli Tahun 2014 Adapun program kegiatan terkait dengan pembangunan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bangli pada tahun anggaran 2013 yang sedang berjalan dapat dilhat pada tabel 4.6. TABEL 4.6. KEGIATAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN TAHUN ANGGARAN 2013 YANG SEDANG BERJALAN Rencana Program Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2013 No Nama Program/kegiatan Satuan Volume Biaya ( Rp ) 1 Pengadaan dan pemeliharaan sarana kebersihan dan pertamanan 2 Operasional Kebersihan dan pertamanan 3 Pemeliharaan/rehabilitasi armada kebersihan dan persampahan 4 Pengembangan teknologi pengelolaan persampahan 5 Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan Sumber : Dinas Tata Kota dan BLH Kab. Bangli Sumber dana Lokasi kegiatan Pelaksana Kegiatan paket APBD Dlm Kab. TATA KOTA paket APBD Dlm Kab. TATA KOTA paket APBD Dlm Kab. TATA KOTA paket APBD Dlm Kab. BLH paket APBD Dlm Kab. BLH 4.4. Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan Program kegiatan pengelolaan drainase lingkungan yang sudah dan sedang dilaksanakan sebagian besar dianggarkan melalui dana APBD Kabupaten Bangli dan dana DAK, yang mencakup drainase di lingkungan permukiman Sementara itu pada tahun 2014 melalui Dinas PU dan BLH Kabupaten Bangli diprogramkan pembangunan saluran drainase, gorong-gorong dan sumur resapan di beberapa kecamatan. Secara lebih rinci rencana program kegiatan pembangunan drainase di Kab. Bangli pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Rencana Program Dan Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Tahun Anggaran 2014 Rencana Program Kegiatan Pembangunan drainase lingkungan Tahun 2014 No Nama Program/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp ) 1 Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong cipta karya 2 Peningkatan Konservasi Daerah tangkapan air dan sumber-sumber air Sumber dana Lokasi kegiatan Pelaksana Kegiatan Paket APBD Dlm Kab. PU Paket DAK Dlm Kab. BLH Sumber : KUA dan PPAS Kab. Bangli Tahun Anggaran 2014 Adapun kegiatan terkait dengan pembangunan pengelolaan drainase di Kabupaten Bangli pada tahun anggaran 2013 yang sedang berjalan dapat dilhat pada tabel 4.8. Tabel 4.8. Kegiatan Pembangunan Drainase Lingkungan Tahun Anggaran 2013 Yang Sedang Berjalan

107 Rencana Program Kegiatan Pembangunan drainase lingkungan Tahun 2013 No Nama Program/kegiatan Satuan Volume Biaya ( Rp ) 1 Pembangunan Saluran Drainase/gorong-gorong bina marga 2 Pembangunan Saluran Drainase/gorong-gorong Cipta Karya 3 Pembangunan Saluran Drainase/gorong-gorong dan PHR 4 Peningkatan Konservasi daerah tangkapan Air dan Sumber dana Lokasi kegiatan Pelaksana Kegiatan Paket APBD Dlm Kab PU Paket APBD Dlm Kab PU Paket APBD Dlm Kab PU Paket APBD Dlm Kab BLH sumber-sumber air Sumber : Dinas PU dan BLH Kab. Bangli 4.5. Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Program kegiatan peningkatan komponen lainnya meliputi peningkatan pengelolaan air bersih/air minum, pengelolaan air limbah industri rumah tangga dan pengelolaan limbah medis. Karena Ketersediaan air bersih sangat mempengaruhi kualitas sanitasi di suatu daerah. Seperti yang sudah dijelaskan di muka bahwa di Kabupaten Bangli pengelolaan air bersih secara umum dilakukan oleh PDAM dan masyarakat. Program kegiatan yang telah dilaksanakan terkait dengan pengelolaan air bersih masih perlu ditingkatkan, karena cakupan pelayanan air bersih melalui PDAM hanya sekitar 29%. Sebagian besar di wilayah perdesaan untuk pemenuhan air bersih melalui program Pamdes dan program kegiatan lain yang didanai melalui swadaya maupun APBD. Tabel 4.9. Rencana Program Dan Kegiatan komponen terkait sanitasi Tahun Anggaran 2014 Rencana Program Kegiatan Pembangunan Pengelolaan Air Minum Tahun 2014 No Nama Program/kegiatan Satuan Volume Biaya ( Rp ) 1 Pembangunan Sistem Jaringan Air Minum di Desa Pengiangan Kawan, Kecamatan Susut 2 Pembangunan Sistem Jaringan Air Minum di Desa Langgahan, Kecamatan Kintamani 3 Pembangunan Bak Penampungan Air Hujan Kabupaten Bangli Paket 1 Paket Paket Sumber dana Lokasi kegiatan Pelaksana Kegiatan APBD Dlm Kab. PU APBD Dlm Kab. PU APBD Dlm Kab. PU Sumber : KUA dan PPAS Kab. Bangli Tahun Anggaran 2014 Adapun kegiatan terkait dengan pembangunan pengelolaan air bersih di Kabupaten Bangli pada tahun anggaran 2014 yang sedang berjalan dapat dilhat pada tabel Tabel Kegiatan Komponen terkait sanitasi yang sedang berjalan Rencana Program Kegiatan Pembangunan Pengelolaan Air Minum Tahun 2013 No Nama Program/kegiatan Satuan Volume Biaya ( Rp ) Sumbe r dana Lokasi kegiatan Pelaksana Kegiatan

108 1 Pembangunan Sistem Jaringan Air Minum Desa Paket Dlm Kab. PU DAK Selat 2 Pembangunan Sistem Jaringan Air Minum Dusun Paket DAK Dlm Kab. PU Bangklet Pembangunan Sistem Jaringan Air Minum Desa Paket DAK Dlm Kab. PU Pengejaran Pembangunan Bak Penampungan Air Hujan di Paket DAK Dlm Kab. PU Kab. Bangli Sumber : Dinas PU Kab. Bangli Sementara itu untuk program kegiatan pengelolaan limbah industri rumah tangga di Kabupaten Bangli, belum di kelola dengan baik. Masing-masing rumah tangga yang memiliki industri khususnya industri makanan melakukan pengolahan sendiri secara sederhana sebelum dialirkan ke saluran drainase, yakni dengan pengendapan terlebih dahulu. Sedangakan untuk limbah medis pengelolaannya dilakukan oleh RSUD dan puskesmas-puskesmas se-kab. Bangli, melalui instalasi pengolahan yang sudah dibangun. Penanganan limbah medis di RSUD dan Puskesmas-puskesmas di Kabupaten Bangli belum berjalan optimal, hal ini dapat dilihat dari kecilnya anggaran yang dialokasikan untuk pengelolaan limbah medis. Secara lebih rinci rencana program kegiatan pengelolaan limbah medis di RSUD Kayuagung dapat dilihat pada tabel Tabel Rencana Program Dan Kegiatan Pembangunan Pengelolaan Limbah Medis Tahun Anggaran 2014 Rencana Program Kegiatan Pembangunan Pengelolaan Limbah Medis Tahun 2014 No Nama Program/kegiatan Satuan Volume Biaya ( Rp ) Sumber dana Lokasi kegiatan Pelaksana Kegiatan 1 Uji Emisi Pengelolaan Limbah paket APBD Dlm Kab. RSUD Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Bangli Adapun kegiatan terkait dengan pembangunan pengelolaan limbah medis di Kabupaten Bangli pada tahun anggaran 2013 yang sedang berjalan dapat dilhat pada tabel Tabel Kegiatan Pembangunan Pengelolaan Limbah Medis Yang sedang Berjalan Tahun Anggaran 2013 Rencana Program Kegiatan Pembangunan Pengelolaan Limbah Medis Tahun 2013 No Nama Program/kegiatan Satuan Volume Biaya ( Rp ) Sumber Lokasi Pelaksana dana kegiatan Kegiatan 1 IPAL Puskesmas Kintamani III Paket DAK Dlm Kab. Puskesmas 2. Sanitarian Kit Paket DAK Dlm Kab. Puskesmas Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Bangli

109 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI DI KABUPATEN BANGLI Hasil analisis data sekunder, persepsi SKPD terkait sektor sanitasi dan hasil Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA)/ Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan akan maka akan di peroleh hasil indikasi permassalahan dan posisi pengelolaan sanitasi dengan diperolehnya gambaran mengenai area beresiko sanitasi di suatu wilayah. 5.1 Area Berisiko Sanitasi Kabupaten Bangli Penetapan area beresiko sanitasi dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi oleh Pokja sanitasi adalah untuk menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi dan prioritas pengembangan per subsektornya. Prioritas ini akan menentukan arah pengelolaan dan pengembangan sanitasi di kabupaten Bangli di masa mendatang. Tahapan ini diawali dengan proses penetapan area beresiko. Ini merupakan proses klasifikasi dan pemetaan wilayah kabupaten berdasarkan tingkat/derajat resiko sanitasi yang dimiliki kawasan tersebut berdasarkan indikator yang disepakati. Indikator yang digunakan dalam proses penentuan area beresiko adalah : (i) kepadatan penduduk, (ii) persentase kk miski, (iii) persentase layanan air minum, (iv) persentase ketersediaan jamban Kualitas hasil penetapan area beresiko ditentukan oleh kelengkapan data yang dimiliki oleh Pokja sanitasi. Sumber data yang digunakan dalam penetapan area beresiko adalah data sekunder,data primer yang dihimpun dari studi EHRA dan penilaian SKPD tentang kualitas, kuantitas, kontinuitas sarana dan prasarana sanitasi, serta perilaku PHBS. Hasil dari penetapan area beresiko sanitasi akan disajikan dalam bentuk tabel dan peta area beresiko. Output yang diharapkan dari kegiatan penetapan Area Beresiko Sanitasi adalah Ditetapkannya klasifikasi dan peta area beresiko sanitasi Kabupaten Bangli Penetapan skor area beresiko sanitasi berdasarkan penilaian tentang kualitas, kuantitas, kontinuitas sarana dan prasarana sanitasi, serta perilaku PHBS yang ada di satu desa atau kelurahan. Desa atau kelurahan yang memiliki skor 4 berarti memilki resiko sanitasi yang sangat tinggi, yang memiliki skor 3 memiliki resiko sanitasi resiko tinggi,yang memiliki skor 2 memiliki resiko sanitasi rendah dan yang memiliki skor 1 memiliki resiko sanitasi resiko sangat rendah. Berdasarkan penggabungan skor dari data skunder, data primer (EHRA) dan penilaian (persepsi) SKPD, desa/kelurahan yang memiliki skor paling tinggi atau 4, memiliki resiko sanitasi yang sangat tinggi hal ini ditunjukkan bahwa desa/kelurahan dimaksud memiliki kondisi lingkungan sebagai berikut: A. Dilihat dari pengelolaan sampah rumah tangga. 1. Banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkungan; 2. Banyak lalat di sekitar tumpukan sampah; 3. Banyak nyamuk; 4. Banyak kucing dan anjing mendatangi tumpukan sampah; 5. Dibiarkan saja sampai membusuk; 6. Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk; 7. Tidak ada pemilahan sampah rumah tangga; 8. Tidak ada pengelolaan sampah rumah tangga;

110 9. Sampah dibiarkan membusuk; 10. Tidak pernah ada petugas mengangkut sampah. B. Dilihat dari pembuangan tinja manusia dan lumpur tinja. 1. Banyak masyakarat buang air besar ke Ke kebun/pekarangan; 2. Sebagian besar tangki septik tidak pernah dikosongkan; C. Dilihat dari drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir. 1. Sebagian besar rumah tidak mempunyai sarana pengolahan air limbah selain tinja; 2. air bekas buangan/air limbah selain tinja dibuang/belum dikelola dengan baik; D. Dilihat dari pengelolaan air bersih. 1. Sebagian besar masyarakat masih menggunakan air hujan untuk keperluan mandi cuci kakus, memasak 2. Sebagian besar masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehati-hari. E. Dilihat dari perilaku hidup bersih dan sehat masyrakat. 1. Sebagian besar masyarakat tidak menggunakan sabun untuk Mencebok pantat anak, mencuci tangan sendiri dan tangan anak; 2. Sebagian besar masyarakat tidak biasa mencuci tangan pakai sabun selesai buang air besar; 3. Banyak anak balita sering mengalami sakit diare. Sementara itu desa/kelurahan yang memiliki skor area beresiko sanitasi 3 atau beresiko tinggi memiliki kondisi lingkungan sebagai berikut: A. Dilihat dari pengelolaan sampah rumah tangga. 1. Sebagian besar pengelolaan Sampah rumah tangga dengan cara dibakar; 2. Sebagian besar belum ada pemilahan sampah rumah tangga; 3. Sebagian sampah belum diangkut setiap hari dari rumah; B. Dilihat dari pembuangan tinja manusia dan lumpur tinja. 1. Sebagian masyakarat masih ada buang air besar ke kebun; 2. Sebagian besar tangki septik tidak pernah dikosongkan. C. Dilihat dari drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir. 1. Sebagian masyarakat membuang air limbah rumah tangga ke jalan, halaman, saluran terbuka. D. Dilihat dari pengelolaan air bersih. 1. Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai/rawa/lebak untuk keperluan mandi cuci kakus, memasak 2. Sebagian masyarakat menggunakan air sumur gali tidak terlindungai atau bak air hujan tidak terlindungi. E. Dilihat dari perilaku hidup bersih dan sehat. 1. Ada sebagian ibu tidak mencuci tangan pakai sabun saat menyuapi anak dan menyiapkan makanan; 2. Kejadian sakit diare sebagian besar pada anak-anak balita. Untuk desa/kelurahan yang memiliki skor area beresiko sanitasi 2 atau beresiko sedang memiliki kondisi lingkungan sebagai berikut: A. Dilihat dari pengelolaan sampah rumah tangga. 1. Sampah rumah tangga sudah mulai ada pemilahan; 2. Smpah rumah tangga sudah mulai dikumpulkan; 3. Petugas mengangkut sampah jarang.

111 B. Dilihat dari pembuangan tinja manusia dan lumpur tinja. 1. Sebagian besar masyakarat sudah BAB pada tempatnya; 2. Sebagian besar masyarakat sudah punya kloset; 3. Sebagian besar tangki septik tidak pernah dikosongkan. C. Dilihat dari drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir. 1. Sebagian besar rumah tidak memiliki SPAL selain limbah tinja; 2. Sebagian masyarakat membuang air limbah rumah tangga ke lubang dan/atau ke saluran drainase lingkungan; 3. Sebagian kecil lingkungan perumahan terjadi genangan. D. Dilihat pengelolaan air bersih. 1. Sebagian besar masyarakat menggunakan air PDAM untuk keperluan mandi cuci kakus, memasak 2. Sebagian besar masyarakat sudah tidak kesulitan air. E. Dilihat dari perilaku hidup bersih dan sehat. 1. Sebagian besar masyarakat menggunakan sabun untuk mandi dan mencuci; 2. Sebagian masyarakat sudah biasa mencuci tangan pakai sabun. 3. kejadian sakit diare rendah. Area beresiko sanitasi Kabupaten Bangli menggambarkan kawasan atau desa-desa/kelurahan yang memiliki resiko terhadap permasalahan yang terkait dengan sanitasi. Area beresiko ini digambarkan dalam bentuk peta. Kesepakatan pokja mengenai area beresiko sanitasi diperoleh dari penggabungan persepsi SKPD, hasil studi EHRA dan skor dari data skunder dapat dilihat pada tabel terlampir 5.1, sedangkan hasil area beresiko sanitasi per desa/kelurahan dapat dilihat pada tabel 5.2. Sementara itu peta sebaran desa/kelurahan area beresiko dapat dilihat pada gambar 5.1.

112 Tabel Hasil agreed skor Area Beresiko Kecamatan Desa/Kelurahan Skor berdasarkan persepsi SKPD Skor berdasarkan data sekunder Skor berdasarkan data EHRA Skor total Skor finalisasi akhir pokja susut Bangli Tembuku Kintamani 33,00% 33,00% 34,00% Apuan ,00 2 Abuan ,00 3 Demulih ,34 2 Susut ,34 2 Sulahan ,34 2 Tiga ,00 2 Pengelumbaran ,00 2 Selat ,34 2 Pengiangan ,00 3 Bunutin ,34 2 Tamanbali ,34 2 Bebalang ,34 2 Kawan ,34 2 Cempaga ,34 2 Kubu ,34 2 Kayubihi ,00 3 Pengotan ,66 4 Landih ,00 4 Jahem ,00 3 Tembuku ,00 3 Yangapi ,00 3 Undisan ,00 3 Bangbang ,00 3 Peninjaoan ,00 3 Mengani ,66 3 Binyan ,34 3 Ulian ,34 3 Bunutin ,00 3 Langgahan ,66 3 Lembean ,66 3 Bayung Cerik ,32 3 Mangguh ,00 4 Belancan ,00 2 Katung ,00 3 Banua ,68 3 Abuan ,00 2 Bonyoh ,00 4

113 Kecamatan Desa/Kelurahan Skor berdasarkan persepsi SKPD Skor berdasarkan data sekunder Skor berdasarkan data EHRA Skor total Skor finalisasi akhir pokja Sekaan ,00 2 Bayung Gede ,66 3 Sekardadi ,00 2 Kedisan ,34 2 Buahan ,00 3 Suter ,32 3 Abang Batu dinding ,32 3 Abangsongan ,00 3 Terunyan ,00 3 Songan A ,00 4 Songan B ,00 4 Batur Selatan ,00 2 Batur Tengah ,00 2 Batur Utara ,00 2 Kintamani ,00 2 Serai ,00 4 Manikliyu ,00 4 Awan ,00 4 Belantih ,66 3 Gunung Bau ,00 2 Belanga ,00 4 Batukaang ,00 2 Catur ,00 2 Pengejaran ,34 3 Selulung ,00 4 Satra ,66 3 Dausa ,66 3 Daup ,34 3 Bantang ,66 3 Kutuh ,66 4 Sukawana ,66 3 Subaya ,32 3 Siakin ,00 4 Pinggan ,66 4 Belandingan ,00 4

114 Gambar 5.1 Peta Area Beresiko Sanitasi Kabupaten Bangli

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk dan akhirnya pada masalah

Lebih terperinci

Bab 2: Gambaran Umum Wilayah

Bab 2: Gambaran Umum Wilayah Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kondisi Geografis : Secara geografis Kabupaten Bangli merupakan satu-satunya wilayah kabupaten di Provinsi Bali yang tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB II : KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II : KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 8 BAB : KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi merupakan sumber inspiratif bagi pengembangan kegiatan Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan arahan tentang pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB II : KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II : KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 8 BAB : KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi merupakan sumber inspiratif bagi pengembangan kegiatan Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan arahan tentang pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB II : KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II : KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 8 BAB : KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi merupakan sumber inspiratif bagi pengembangan kegiatan Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan arahan tentang pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

Gambaran Umum Wilayah

Gambaran Umum Wilayah Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geogrfis, Administratif dan Kondisi Fisik Kabupaten Minahasa Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang,

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

Lampiran I.51 : PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.51 : PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 09/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Tahun berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi awal yang memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA BADAN SANITASI PERENCANAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 2 REVIEW SSK DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 2 REVIEW SSK DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN SANITASI BAB 2 REVIEW SSK DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN SANITASI 2.1. Profil Kabupaten Bangli Secara administrasi Kabupaten Bangli, terbagi menjadi 4 wilayah kecamatan dan 72 desa/kelurahan yaitu : Kecamatan Susut

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perilaku hidup bersih dan sehat setiap masyarakat adalah cermin kualitas hidup manusia. Sudah merupakan keharusan dan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi karena lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi : tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA Provinsi Jawa Tengah Disiapkan oleh: POKJA PPSP KOTA SALATIGA 1 Kata Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan dimana didalamnya setiap

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan 7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 1.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang I - 1

1.1. Latar Belakang I - 1 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan. Kondisi sanitasi yang tidak memadai akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karimun sebagai daerah yang sangat berpengaruh pada pasang surut dan yang sebagian besar dikelilingi oleh lautan dan penduduk yang masih banyak mendiami pesisir

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Takdir geografis Kabupaten Sleman yang merupakan bagian dari ekologi gunung api aktif Gunung Merapi, dari puncak hingga dataran lereng kaki, menjadikan keseluruhan

Lebih terperinci

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan kenyamanan

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Kabupaten Gunungkidul melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Gunungkidul dilakukan karena usia

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Kota Metro dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1999 dengan luas wilayah 6.874 Ha. Kota Metro terdiri dari 5 Kecamatan dengan 22 kelurahan, yang pembentukannya berdasarkan

Lebih terperinci

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013 Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kurangnya sikap kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. tumpang sari dengan jenis tanaman yang lainnya. Tanaman tumpangsari di daerah

BAB VI PEMBAHASAN. tumpang sari dengan jenis tanaman yang lainnya. Tanaman tumpangsari di daerah BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Sebaran Perkebunan dan Produksi 6.1.1 Perkebunan Perkebunan Kopi Arabika di Kecamatan Kintamani diusahakan secara tumpang sari dengan jenis tanaman yang lainnya. Tanaman tumpangsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Sanitasi Kabupaten Sinjai adalah Kondisi sanitasi yang ingin diwujudkan di kabupaten Sinjai sampai tahun 2017 yang merupakan bagian dari Visi

Lebih terperinci