ANALISIS KARYA SENI LUKIS RASINTA TARIGAN DITINJAU DARI TEORI KUBISME. Rudini Dan Heru Maryono ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KARYA SENI LUKIS RASINTA TARIGAN DITINJAU DARI TEORI KUBISME. Rudini Dan Heru Maryono ABSTRAK"

Transkripsi

1 ANALISIS KARYA SENI LUKIS RASINTA TARIGAN DITINJAU DARI TEORI KUBISME Rudini Dan Heru Maryono ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karya seni lukis Rasinta Tarigan bila ditinjau dari teori Kubisme. Alat pengumpul data yang dilakukan adalah metode observasi, dokumentasi dan wawancara. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu pengumpulan data menggunakan alat bantu dokumentasi berupa foto-foto lukisan Rasinta Tarigan dan lembar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Karya seni lukis Rasinta Tarigan berbeda dengan lukisan Kubisme pada umumnya. Tema pada lukisan Rasinta Tarigan yaitu budaya Karo yang menceritakan kehidupan masyarakat Karo. Bahan dan alat yang digunakan untuk menciptakan karya lukis antara lain kuas, dengan media kanvas dan cat minyak. Karya lukis Rasinta Tarigan cenderung menggunakan bidang-bidang segitiga yang bertebaran di atas permukaan kanvas. Perbedaan antara lukisan Rasinta dengan lukisan Kubisme yaitu pada lukisan Kubisme lebih menampilkan dimensi ruang, sedangkan lukisan Rasinta hanya menguraikan struktur-struktur dari objek yang dilukis menjadi bidang-bidang segitiga tanpa adanya kesan dimensi dan hanya telihat flat (datar). Arti bidang-bidang segitiga yang ada pada lukisan Rasinta sebagai simbol trinitas yaitu tiga unsur kekuatan yang ada di alam antara lain manusia, alam lingkungan dan Sang Pencipta. PENDAHULUAN Lukisan Rasinta Tarigan sering dipersamakan oleh pengamat lukis dengan aliran Kubisme seperti Ir. Rusmin Noer (dalam Harian Analisa Medan, 1992) mengatakan Naturalis mengekang kebebasannya, untuk itu Rasinta mencoba memantapkan diri pada Kubisme. Selanjutnya M.B Sitepu juga mengatakan, Pelukis otodidak ini, yang berangkat dari naturalis yang kini berada di Kubis romantis, menyerap suasana kehidupan masyarakat Karo di sekitarnya, yang merupakan bagian dari kehidupannya, dengan garis-garis yang simpang siur, dalam perpaduan warna keras dan lembut di dalam bidang-bidang yang bersegi. (Harian Sinar Indonesia Baru Medan, 1996). Hal tersebut juga dikatakan oleh Apriadi Gunawan (dalam majalah Tajuk, 1999), Itu sebabnya pada lukisan-lukisan Rasinta, kendati ia bicara ihwal kebudayaan Karo, yang tampak dominan di kanvas adalah bidang-bidang segitiga salah satu bentuk sempalan Kubisme yang menyandar pada pola-pola persegi, kubus dan semacamnya. Rasinta Tarigan sendiri pun tidak menyadari lukisan-lukisan yang di ciptakannya mengarah ke aliran Kubisme. Meskipun Rasinta mengagumi pelukis Kubisme dari mancanegara seperti Pablo Picasso dan George Braque. Namun, Rasinta tidak menelan mentah aliran tersebut di dalam lukisannya. Rasinta hanya menguraikan bentuk objek lukisannya menjadi bidangbidang segitiga. Rasinta Tarigan seorang pelukis Medan yang juga berprofesi sebagai Dokter gigi dan sekaligus Dosen di Fakultas Kedokteran Gigi USU. Rasinta berasal dari keluarga yang 1

2 berkecimpung dalam bidang kesehatan, mulai dari kakeknya, orang tuanya, dan saudaranya berprofesi sebagai dokter. Hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi Rasinta untuk tetap melanjutkan kecintaannya dalam berkesenian. Bahkan Rasinta mencoba untuk memadukan dua hal yang jauh berbeda, yaitu antara kedokteran dan kesenian. Hal itu terbukti di dalam beberapa lukisannya yang menghadirkan objek gigi yang tetap mengacu dalam aliran lukisannya yaitu Kubisme dan tetap menampilkan tema budaya Karo. Di kota Medan juga sangat jarang ditemukan seniman yang beraliran Kubisme seperti Rasinta Tarigan. Padahal Rasinta berprofesi sebagai dokter, namun hal itu tidak menghambatnya untuk selalu mengalirkan bakatnya dalam berkarya. Meskipun Rasinta seorang dokter gigi, beliau produktif berkarya dan memiliki integritas dalam melukis. Sesuai dengan latar belakang marga Tarigan, tema budaya Karo yang dijadikan objek dalam lukisan Rasinta Tarigan untuk mengabadikan budaya Karo, karena Rasinta merasa budaya Karo akan hilang beberapa puluh tahun yang akan datang. Sehingga Rasinta mengabadikan budaya Karo dalam lukisan-lukisannya. TEORI KUBISME Istilah Kubisme bukan berarti bahwa lukisan itu terdiri dari bidang-bidang kubus (Inggris: Cubes), tetapi merupakan a certain approach to the problem of painting a threedimensionall world on a two-dimensional surface (Sylvester, 1993:225). Teori dalam lukisan Kubisme menitikberatkan kepada pendekatan melukis bentuk dan benda yang berdimensi ketiga pada bidang lukisan yang datar. Maka pelukis Kubisme berusaha mengembalikan bentuk benda-benda kepada bentuk dasarnya, yaitu bentuk geometris. Menurut Agus Sachari (2004:18) bahwa Kubisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang bertitik tolak dari penyederhanaan bidang-bidang alam secara geometris (berkotak-kotak). Prinsip-prinsip dasar yang umum pada Kubisme yaitu menggambarkan bentuk objek dengan cara memotong, distorsi, overlap, penyederhanaan, transparansi, deformasi, menyusun dan aneka tampak. Pada Kubisme, bentuk bentuk karyanya menggunakan bentuk bentuk geometri (segitiga, segiempat, kerucut, kubus, lingkaran dan sebagainya ). Hal tersebut sependapat dengan Amy Dempsey (2002:87) menyatakan... the characteristic of cubist painting (simplified geometric forms, contrast of light and dark, prism like facets, angular lines).... Dalam karya seni Kubisme, benda dipecahkan, dianalisis, dan diatur kembali dalam bentuk abstrak dari pada menampilkan obyek dari satu sudut pandang, seniman menampilkan subyek dari berbagai sudut pandang untuk menjelaskan subyek dalam konteks yang lebih besar. Kadang permukaan bersilangan dalam sudut acak, sehingga menghapus kedalaman lukisan yang jelas. latar dan obyek menembus satu sama lain untuk membentuk ruang ambigu dangkal yang menjadi salah satu karakteristik khusus dari Kubisme. Menurut Sam Hunter dalam bukunya Modern Art (133:1992), The Cubist experiment brought about a revolusion in pictorial vision (Percobaan Kubisme membawa revolusion dalam visi bergambar). Penggunaan bidang, bentuk, dan garis dalam mengurai obyek/benda memiliki peranan yang sangat penting. Bahkan deformasi obyek atau benda alam didasari bidang-bidang geometris. Kubisme sangat konsisten dalam menggarap satu format lukisan dengan proses geometrisasi, baik obyek maupun latar belakang. Sehingga satu format lukisan tampak seperti tak memiliki obyek. Tumpukan bentuk atau obyek seakan menekan atmosfir dari berbagai sudut pandang. Tetapi itulah konsep space (ruang) yang diciptakan kaum Kubisme. Warna benar-benar dipertimbangkan secara rasional, dengan penekanan pada keselarasan, baik antar obyek maupun dengan latar. 2

3 Tema seni Kubisme cenderung mengungkapkan alam benda, manusia, dan lingkungannya. Tema-tema ini diolah oleh setiap seniman dengan perbedaan visi. Ada seniman yang mengungkapkannya melalui warna, bentuk, garis, dan komposisi keseluruhan. Pengaruh lingkungan kehidupan sosial, sebelum dan sesudah perang dunia akan terasa pada obyek dan komposisi lukisan Kubisme. Obyek yang merepresentasikan kegelisahan dan penuh simbolis banyak diungkapkan para seniman sebelum perang. Suasana kekacauan kemasyarakatan, ketatanegaraan juga tidak lepas dari perhatian seniman. Ketidaksetujuan seniman terhadap kekejaman dan kekerasan perang muncul pula ke permukaan kanvas sebagai tema pilihannya. LUKISAN RASINTA TARIGAN Lukisan Rasinta Tarigan pada awalnya cenderung bergaya realistik dengan objek lukisan sekitar kehidupan masyarakat sehari-hari. Dapat dilihat dalam lukisan-lukisan potret yang dibuat rasinta pada tahun 1970-an. Dari lukisan-lukisan tersebut sudah terlihat bahwa kemahirannya dalam melukis sudah patut dihargai. Pada tahun 1988 Rasinta mengadakan pameran tunggal dengan tema kehidupan sehari-hari dan tema kebudayaan tradisional Karo. Dalam pameran tersebut karya Rasinta didominasikan dengan objek-objek rumah adat Karo. Selain karya-karya Rasinta yang realistik dan naturalis, Rasinta juga menghadirkan lukisan yang mulai cenderung kubistis. Pada tahun 1990 lukisan Rasinta Tarigan cenderung pada pengembangan ke arah geometrik figuratif yang juga masih berkesan kubistis. Lukisan-lukisan yang dipamerkan cenderung berwarna gelap dan suram. Rasinta melukis figur-figur yang dideformasi sedemikian rupa dan digabungkan dengan bidang-bidang segitiga atau kadang-kadang segiempat tidak beraturan. Tahun 1994 karya-karyanya lebih didominasi komposisi bidang-bidang geometrik yang umum segitiga dan segiempat. Di tahun berikutnya rasinta mulai berkarya cenderung abstrak, lepas dari kesan-kesan figur baik yang imitatif ataupun deformatif. Lukisan didominasi susunan bidang-bidang segitiga warna-warni dengan komposisi memusat, seolah-olah memasuki periode lukisan yang murni non figuratif, tetapi masih terikat dengan bidangbidang geometrik. Pada tahun karya-karyanya cenderung dekoratif, yang dibentuk dari susunan bidang-bidang geometrik yang diperkaya dengan bentuk-bentuk ornamen yang juga sudah diubah bentuk dari bentuk aslinya. Tahun 2001, disela-sela citra visual rumah adat Karo pada lukisan-lukisannya kadang-kadang muncul figur-figur gigi. Hal ini menurutnya adalah menyimbolkan kekerasan hati suku Karo. Pada tahun 2005 tampak lukisannya baik dari perkembangan gaya, penggunaan warna, maupun sikap melukisnya. Perkembangan gaya dapat dilihat dari realis-naturalis, realistik-ekspresif, kubistik, deformatif-geometrik, tetapi perkembangan itu tidak selalu linier maju. Perkembangan lain yang terlihat adalah kesan perkembangan suasana hati saat dia melukis. Dalam hal ini, kesan suasana hatinya pada awal-awal dia melukis tahun 1980-an yang cenderung tenang, sejak tahun 1990-an secara perlahan-lahan tampaknya semakin 3

4 memancarkan gejolak kejiwaan seolah-olah ingin memberontak dari kungkungan ketenangan batin yang dialaminya. GAMBAR 1 Putri Karo Karya Rasinta Tarigan (uk. 60 x 90 cm) (sumber foto : Rudini) Lukisan Putri Karo, Rasinta menggambarkan sosok putri Karo yang mengenakan pakaian adat Karo, figur dari putri Karo dideformasi Rasinta nyaris hanya menampilkan wajahnya saja. Sedangkan pada bagian tubuh tinggal berupa bidang-bidang segitiga bahkan bentuk segiempat, bentuk tersebut mendominasi keseluruhan lukisan, dan warna yang dituangkan rasinta dalam lukisan ini dominan warna-warna gelap seperti biru tua, coklat dan hitam. Warna putih hanya dibagian tengah lukisan, cahaya putih itu mencerminkan kesucian seorang putri Karo. Goresan-goresan garisnya yang membentuk ke setiap sisi kanvasnya, garis-garis simpang siur dalam perpaduan warna keras dan lembut didalam bidang-bidang yang bersegi, rasinta berproses dalam ritme-ritme warna serta kesederhanaan bentuk dalam lukisannya. Dari lukisan yang diciptakan rasinta dengan bahan cat minyak diatas kanvas ini Rasinta mengatakan yang terpenting dari lukisan bukanlah komposisi suatu objek, tetapi ekspresi spontan yang langsung dari hati atau perasaan. Kita bisa menyaksikan bagaimana Rasinta berupaya mengubah bentuk seorang putri Karo dalam sosok (figur) yang tidak anatomis. Ada upaya mengembalian bentuk putri Karo tersebut kepada bentuk dasar geometris, walaupun tidak sepenuhnya. Konsep intelektualitas dengan geometrisasinya mengarah kepada 4

5 penyederhanaan bentuk yang menuju persepsi ruang jelajah mata yang kompleks. Kompleksitas bentuk dan ruang seakan dipadatkan dengan permainan garis dan bentuk. Rasinta banyak memulaskan sapuan kuas kasar untuk membuat nuansa warna dan kesan kepejalan suatu bidang geometris. Menurut Rasinta visualisasi segitiga merupakan bahasa rupa dalam penjelajahan ekspresinya, bentuk yang bersegi seakan memberi respon dari sebuah dinamika dalam tatanan kedalaman dimensi. Pengembangan imajinasi dalam mengeksplorasi bentuk untuk memenuhi kebutuhan ungkapan simbolis, bagi rasinta persentuhan dengan akar/seni tradisi itu bukan sebatas pengambilan bentuk atau latar karya saja, namun lebih jauh memasuki segi esensial atau nilai substansial dari budaya tradisi itu sendiri. Pengaruh lingkungan kehidupan budaya Karo, jelas terasa pada obyek dan komposisi lukisan Rasinta. Ungkapan visualisasi Rasinta menjadi bahasa ekspresi yang dipadukan dengan objek-objek tentang kehidupan budaya. Kekentalannya terhadap budaya Karo yang dijabarkan dengan warna-warna gelap, nuansa budaya yang memberi penekanan pada kedalaman dimensi. Permainan susunan bentuk geometris dari berbagai benda ini didorong oleh ide kreatif Rasinta. Kepekaan Rasinta dalam mengamati kehidupan lingkungan budaya dan kesehariannya memberi konstribusi dalam perjalanan seni lukisnya. RASINTA TARIGAN Rasinta Tarigan lahir 30 Agustus 1941 di Kabanjahe Kabupaten Karo, anak pertama dari tiga bersaudara. Studio kerja merangkap rumah tinggalnya di Jalan Dr. Sumarsono no. 40 Kampus USU. Kemudian menikah dengan Rehulina Ginting 30 April Pasangan ini dikaruniai 3 orang anak yaitu Revita Kristina (meninggal karena menderita leukemia), Ravina dan Gita. Tahun 1949 bersekolah di SR Sibolangit, kemudian melanjutkan di SMP Nasrani Jalan Candi Biara tahun Tahun 1958 meneruskan sekolah ke SMA I. Setelah menyelesaikan SMA pada tahun 1962, ia melanjutkan pendidikan ke Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Studinya berlanjut hingga jenjang doktoral (S3) di Deutsche Akademische Austausch Dients (DAAD) Jerman. Sejak kecil Rasinta Tarigan sangat menyukai lukisan dan juga komik. Kegemarannya tersebut di tuangkannya dalam komik yang dibuatnya sendiri yang berjudul Patisumus dan Hutan Larangan. Karena keinginannya yang kuat, ia sempat mengenyam pendidikan seni di ASRI Yogya, jurusan Ilustrasi tahun Rasinta tidak membuang kesempatannya ketika beberapa kali mendapat beasiswa DAAD ke Jerman, ia mengunjungi museum- museum seni di Eropa, museum Kuala Lumpur, Thailand dan Singapura. Tahun 1970 an Rasinta Tarigan masih melukis menggunakan gaya realis karena hampir semua lukisan-lukisan potret yang dibuatnya menunjukkan keterampilannya yang cukup baik. Namun akibat suatu kejadian yang menimpa keluarganya, putri pertamanya meninggal akibat leukimia yang dideritanya. Kejadian itu berawal dari mitos yang mengatakan jika seorang pelukis melukis anggota keluarganya sendiri maka orang yang dilukis tersebut akan meninggal seolah-olah jiwa orang yang dilukis tersebut tersedot ke dalam lukisan. Dan hal tersebut telah menimpa temannya yang melukis kedua anaknya, setelah lukisan itu selesai, kedua anak temannya itu meninggal akibat kecelakaan. Awalnya Rasinta tidak percaya mitos seperti itu, hingga kejadian tersebut benar-benar menimpanya. Ketika lukisan potret wajah anaknya yang pertama selesai, anaknya pun jatuh sakit dan kemudian meninggal. Sejak itulah Rasinta mulai beralih aliran mengarah ke Kubisme demi menghindari hal itu terjadi lagi dan dalam lukisannya lebih mengutamakan tema budaya Karo. 5

6 Rasinta Tarigan telah melakukan pameran tunggal sebanyak sembilan kali dan pameran bersama di berbagai kota seperti Medan, Jakarta Padang, Banda Aceh dan Solo, serta sampai ke luar negeri yaitu Jerman. Karya-karya Rasinta Tarigan pun tidak sedikit yang dikoleksi oleh kolektor-kolektor seni. HASIL PENELITIAN Data penelitian karya Rasinta diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya berdasarkan metode observasi atau observation (peninjauan studio dan galeri), dokumentasi atau documentation (membuktikan kebenaran lukisan dengan memfotonya) dan wawancara atau interview (percakapan dengan maksud untuk meminta keterangan). Semua metode ini memfokuskan pada pelukis Rasinta Tarigan secara langsung. Penganalisisan hasil penelitian diperoleh dari dokumentasi karya lukisan Rasinta Tarigan dengan teori Kubisme melalui media kamera diambil dengan metode sampel foto lukisannya sebanyak 20 karya yang telah dipilih berdasarkan ketentuan-ketentuan karya yang diteliti dan dianggap dapat mewakili keseluruhan lukisan Rasinta Tarigan. TABEL 1 Lukisan Rasinta Tarigan No Judul Lukisan Ukuran Tahun Bahan 1 Model 60 x 90 cm 1990 Oil on Canvas 2 Putri Karo 60 x 90 cm 1991 Oil on Canvas 3 Pengantin Karo 70 x 92 cm 1991 Oil on Canvas 4 Jesus ke Tanah Karo 100 x 220 cm 1991 Oil on Canvas 5 Ersurdam 50 x 65 cm 1993 Oil on Canvas 6 Penjual Jamu 60 x 90 cm 1993 Oil on Canvas 7 Wajah 110 x 130 cm 1996 Oil on Canvas 8 Buah-buahan 120 x 135 cm 1996 Oil on Canvas 9 Penari 100 x 90 cm 1998 Oil on Canvas 10 Tunggal Panaluan 120 x 125 cm 1998 Oil on Canvas 11 Ornamen Karo 120 x 120 cm 1998 Oil on Canvas 12 Kampil Karo 100 x 115 cm 2001 Oil on Canvas 13 Kampung Karo 100 x 100 cm 2001 Oil on Canvas 14 Kantor Pos Medan 110 x 100 cm 2002 Oil on Canvas 15 Ke Pekan 95 x 100 cm 2002 Oil on Canvas 16 Wanita Karo 100 x 90 cm 2003 Oil on Canvas 17 Sampan-sampan 120 x 120 cm 2003 Oil on Canvas 18 Tiga Gadis Karo 120 x 110 cm 2003 Oil on Canvas 19 Ersurdam x 100 cm 2003 Oil on Canvas 20 Ikan-ikan 120 x 120 cm 2006 Oil on Canvas 6

7 ANALISIS DATA Data yang terkumpul dari berbagai teknik pengumpulan data dengan mengidentifikasikannya ke dalam pola, urutan data atau kategori, agar data tersebut dapat dijelaskan dan dipahami. Adapun langkah-langkah analisis tersebut: a. Bentuk Karya Seni Lukis Rasinta Tarigan Karya seni lukis Rasinta Tarigan memiliki objek terutama kegiatan sehari-hari masyarakat etnis Karo dengan penguraian objek menjadi bidang-bidang segitiga. Bentuk objek yang ditransformasikan menjadi bidang-bidang segitiga dalam karya seni lukis Rasinta Tarigan mempunyai gaya yang khas. Bidang-bidang segitiga tersebut menurutnya sebagai simbol Trinity yang merupakan tiga unsur kekuatan yang ada di alam, yaitu manusia, alam lingkungan, dan Sang Pencipta. Pemunculan bidang-bidang segitiga ini lebih didorong oleh apresiasinya terhadap lambang Ketigaan yang sangat banyak dikenal pada masyarakat Indonesia dan Sumatera Utara seperti Dalihan Natolu pada masyarakat Batak Toba, Rakut Sitelu pada masyarakat Batak Karo, Tri Murti pada masyarakat beragama Hindu dan Trinitas pada masyarakat Nasrani. Dalam komposisi bentuk segitiga itu, sering pula ditambah figur manusia yang mengutamakan budaya tanah Karo. Penggambaran figur-figur ini untuk menjelaskan secara gamblang budaya tanah asalnya. Pada hampir semua lukisan Rasinta Tarigan ada pantulan sinar yang menggambarkan harapan cerah, menggambarkan sinar kehidupan dan terangnya jalan hari ke depan. Berdasarkan dokumentasi dan hasil analisis data bahwa karya seni lukis Rasinta Tarigan sebagian besar objeknya melukiskan budaya masyarakat Karo seperti wanita Karo, pengantin Karo, rumah adat Karo dan juga kegiatan masyarakat Karo di pasar. b. Warna Lukisan Karya Rasinta Tarigan Warna yang digunakan yakni pencampuran warna dasar untuk menghasilkan warna-warna yang sesuai dengan warna yang diinginkan Rasinta Tarigan. Dalam hal pewarnaan Rasinta Tarigan menggunakan warna biru gelap untuk menghasilkan warna gelap dan warna terang dihasilkan dari warna primer yaitu merah, kuning dan biru (biru campuran putih). Karya seni lukis Rasinta Tarigan lebih dominan menggunakan warna biru dan tidak sedikit juga warna merah yang tampil dalam lukisannya. Kesan terang dalam lukisannya, Rasinta Tarigan menggunakn warna putih, kuning ataupun merah. 7

8 Lukisan Model GAMBAR 2 Model Karya Rasinta Tarigan Uk. 60 x 90 cm (sumber foto : Rudini, 2012) Lukisan yang berjudul Model, Rasinta menggambarkan figur seorang wanita telanjang dada, dengan latar belakang garis-garis simpang siur menjadi bidang-bidang segitiga, yang dipadukan dengan warna biru. Kita bisa menyaksikan bagaimana Rasinta berupaya mengubah bentuk model dalam sosok (figur) yang tidak anatomis. Ada upaya mengembalikan bentuk model itu kepada bentuk dasar geometris, walaupu tidak sepenuhnya. Dan citra imitatif objeknya terwujud samar dari paduan unsur-unsur bentuk geometris dan bentuk sembarang pada lukisannya, figur imitatif dari model tinggal nampak kesan-kesannya saja, menurut Rasinta komposisi tidak harus dikendalikan oleh motif di alam, tetapi bisa dibentuk oleh pola geometri dari warna. Itulah yang tampak pada lukisan Model yang diciptakan pada tahun 1990 diatas kanvas dengan bahan cat minyak. Warna dan bentuk diolah secara harmonis dalam kesatuan komposisi highly organized. Konsep intelektualitas dengan geometrisasinya mengarah kepada penyederhanaan bentuk yang menuju persepsi ruang jelajah mata yang kompleks. Kompleksitas bentuk dan ruang seakan dipadatkan dengan permainan garis dan bentuk. Rasinta banyak memulaskan sapuan kuas kasar untuk membuat nuansa warna dan kesan kepejalan suatu bidang geometris. Warna monokromatis yang redup menjadi latar depan dan belakang lukisan. Jika dilihat dari teori Kubisme, lukisan Model belum termasuk dalam karakteristik teori lukisan beraliran Kubisme, namun mendekati tahap analitik, adanya tanda-tanda analisis pada sosok model menjadi susunan bidang-bidang geometrik, pada lukisan ini kesan-kesan cahaya masih dominan dimunculkan, juga masih terlihat dari satu sudut pandang. Dalam teori Kubisme tahap analitik kesan cahaya dan perspektif tidak dimunculkan lagi. Objek lukisan 8

9 kadang-kadang setengah tampak digambar dari depan persis, sedangkan setengahnya lagi dilihat dari belakang atau samping. Temuan Penelitian Penelitian ini menunjukkan hasil yang merupakan temuan penelitian antara lain : 1. Karya lukis Rasinta Tarigan cenderung menggunakan bidang-bidang segitiga yang bertebaran di atas permukaan kanvas. 2. Perbedaan antara lukisan Rasinta dengan teori Kubisme yaitu pada lukisan Kubisme lebih menampilkan dimensi ruang, sedangkan lukisan Rasinta hanya menguraikan struktur-struktur dari objek yang dilukis menjadi bidang-bidang segitiga tanpa adanya kesan dimensi dan hanya telihat flat (datar). 3. Arti bidang-bidang segitiga yang ada pada lukisan Rasinta sebagai simbol trinitas yaitu tiga unsur kekuatan yang ada di alam antara lain manusia, alam lingkungan dan Sang Pencipta. Arti lain dari bidang-bidang segitiga juga merupakan tiga warna dasar, trimurti, trisula dan sebagainya. 4. Teori dalam lukisan Kubisme merupakan penguraian struktur menjadi kubus-kubus dan segitiga yang mempunyai dimensi lain dari naturalnya menjadi struktur analisis dan sintesis. Lukisan Rasinta hanya pemecahan objek menjadi bentuk kubus dan segitiga serta memautkan satu elemen dengan elemen lain dengan garis-garis serta warna-warna yang harmonis. 5. Karya Rasinta bertemakan budaya Karo yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat Karo pada umumnya. 6. Karya Rasinta sering menampilkan warna biru gelap dalam tiap lukisannya. TABEL 2 Perbedaan Karya Rasinta dengan Teori Kubisme No Karya Seni Lukis Rasinta Teori Kubisme 1 Penggambaran objek merupakan penguraian bidang-bidang segitiga. Bidang-bidang segitiga pada lukisan Rasinta memiliki makna trinitas, tiga warna dasar, trimurti, atau trisula dimaknai sebagai Sang Pencipta-alam-manusia. 2 Dalam lukisan Rasinta tidak terdapat dimensi ruang dan waktu dan hanya terkesan flat (datar). 3 Hanya mendekati karya beraliran Kubisme analitis dan Kubisme sintesis. 4 Lukisan Rasinta hanya pemecahan serta menautkan satu elemen dengan elemen lainnya. 5 Performance Rasinta ketika proses melukis dilakukan dengan cara menyususn dominasi potonganpotongan kecil, bidang-bidang segitiga, dan harmonisasi 9 Penggambaran objek merupakan bidang-bidang geometrik. Dalam lukisan Kubisme adanya kesan dimensi ruang dan waktu. Menampilkan Kubisme analitis ataupun Kubisme sintesis. Penguraian struktur menjadi kubuskubus yang mempunyai dimensi lain dari naturalnya menjadi struktur analisis dan sintesis. Mengutamakan bentuk alam, artinya tidak menghadirkan bentuk yang dilihat melainkan melukiskan setelah dianalisis. Memecah objek dari beberapa sudut pandang kemudian

10 komposisi warna. disusun kembali. kemudian bidangbidang warna disusun membentuk objek tertentu. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perbedaan antara lukisan Rasinta dengan teori Kubisme yaitu pada lukisan Kubisme lebih menampilkan dimensi ruang, sedangkan lukisan Rasinta hanya menguraikan struktur-struktur dari objek yang dilukis menjadi bidang-bidang segitiga tanpa adanya kesan dimensi dan hanya telihat flat (datar). 2. Karya lukis Rasinta Tarigan cenderung menggunakan bidang-bidang segitiga yang bertebaran di atas permukaan kanvas. 3. Persamaan bidang-bidang lukisan Rasinta Tarigan dengan teori lukisan Kubisme sama-sama mencerminkan Piktorial dan Abstrak. 4. Susunan bidang-bidang segitiga lukisan Rasinta Tarigan terbentuk dari penerapan garis-garis simpang siur. 5. Arti bidang-bidang segitiga yang ada pada lukisan Rasinta sebagai simbol trinitas yaitu tiga unsur kekuatan yang ada di alam antara lain manusia, alam lingkungan dan Sang Pencipta. Arti lain dari bidang-bidang segitiga juga merupakan tiga warna dasar, trimurti, trisula dan sebagainya. 6. Karya Rasinta bertemakan budaya Karo yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat Karo pada umumnya. 7. Dalam teori Kubisme cenderung mengungkapkan alam benda, manusia dan lingkungannya, sedangkan ide lukisan Kubisme Rasinta Tarigan mengungkapkan tiga unsur kekuatan yang ada di alam yaitu manusia, alam lingkungan, dan Sang Pancipta. B. Saran 1. Bagi pembaca yang membutuhkan sumber acuan dan sumber kreatif budaya Karo, maka penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber referensi. 2. Agar Pemerintah Daerah memperhatikan pengembangan karya lukisan Rasinta Tarigan yang melestarikan budaya Karo. 3. Karya seni lukis Kubisme Rasinta Tarigan yang mengangkat tema budaya kehidupan masyarakat Karo agar budaya Karo tersebut tetap dapat dilestarikan dengan mengabadikannya lewat lukisan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Bahari, Nooryan Kritik Seni : Wacana, Apresiasi dan Kreasi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Dempsey, Amy Styles, Schools, and Movements An Encyclopaedic Guide to Modern Art. London : Thames and Hudson, Inc. Fichner, Louis Understanding Art Third Edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Gunawan, Apriadi Ekspresi Segitiga Karo. Tajuk, Medan. 10

11 Hunter, Sam and John Jacobus Modern Art Third Edition : Painting, Sculpture, Architecture. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Noer, Rusmin Tidak Memiliki Objek Terlalu Banyak. Harian Analisa, Medan. Nursantara, Yayat Seni Budaya SMA Jilid 3. Jakarta : Erlangga. Priyatno, Agus Pengaruh Islam Terhadap Aspek Visual dan Ide seni Lukis Modern di Indonesia. Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED, Vol 2 (2) ; Sachari, Agus Seni Rupa dan Desain : Membangun Kreativitas Dan Kompetensi. Jakarta : Erlangga. Sitepu, M.B Rasinta Tarigan Kanvaskan Karo Lewat Mata Batin. Sinar Indonesia Baru, Medan. Stangos, Nikos. Concepts of Modern Art. London : Thames and Hudson, Inc. Sylvester, David. Ed Modern Book from Fauvism to Abstractpressionism. London : Groiler. 11

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensional yang menampilkan citra visual melalui unsur titik, garis, bidang, tekstur, dan warna. Sebagai karya seni murni,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan pemberontakan artistik terhadap standar umum seni di akhir abad ke 19 di Perancis. Daripada melukis

Lebih terperinci

pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman

pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: THREE GIRLS IN THE BEDROOM Judul : Three Girls in the Bedroom Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2006 Media : Oil on canvas Dipamerkan pada acara: Pameran Seni Rupa dengan

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional maupun bahasa daerah. Masyarakatnya

Lebih terperinci

III. PROSES PENCIPTAAN

III. PROSES PENCIPTAAN III. PROSES PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Dunia virtual dalam media sosial memang amat menarik untuk dibahas, hal ini pulalah yang membuat penulis melakukan sebuah pengamatan, perenungan

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas. 68 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya, hal itu diawali dengan adanya dorongan perasaan untuk menciptakan sesuatu yang baru

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali

Lebih terperinci

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA 2017 Judul : "Kakak dan Adik" Nama seniman : Basuki Abdullah tahun : 1971 ukuran : 65 x 79 cm. Lukisan Basuki Abdullah yang berjudul Kakak dan Adik (1978) ini merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tema kekerasan terhadap anak (child abuse) akan diwujudkan dalam suatu bentuk karya seni rupa. Perwujudan tema tersebut didukung dengan adanya

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KARYA

BAB IV TINJAUAN KARYA BAB IV TINJAUAN KARYA Perjalanan sebuah karya, dimulai ketika seniman mengalami, mencermati sesuatu dan sesuatu itu kemudian dijadikan kontemplasi yang mendalam. Selanjutnya muncul ide atau gagasan untuk

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis A. Pemilihan Ide Pengkaryaan BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Lingkungan Pribadi Ide Lingkungan Sekitar Kontemplasi Stimulasi Sketsa Karya Proses Berkarya Apresiasi karya Karya Seni Bagan 3.1 Proses

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian ini adalah lukisan Tetet Cahyati yang bertema Bandung merupakan lukisan ekspresivisme-abstrak yang bersumber gagasan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Gagasan atau ide merupakan hal yang harus dimiliki seorang pencipta karya seni dalam proses penciptaan karya seni. Subjektifitas dari seorang

Lebih terperinci

6.5 Fauvisme Aliran Fauvisme merupakan suatu aliran yang menyimpang dari hukum-hukum seni lukis pada era itu, kelompok ini adalah kaum pembrontak

6.5 Fauvisme Aliran Fauvisme merupakan suatu aliran yang menyimpang dari hukum-hukum seni lukis pada era itu, kelompok ini adalah kaum pembrontak 6.5 Fauvisme Aliran Fauvisme merupakan suatu aliran yang menyimpang dari hukum-hukum seni lukis pada era itu, kelompok ini adalah kaum pembrontak dalam seni lukis Julukan aliran ini adalah Binatang Jalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain unsur visualisasi, teknik sapuan kuas yang ada di atas kanvas juga

BAB I PENDAHULUAN. Selain unsur visualisasi, teknik sapuan kuas yang ada di atas kanvas juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni lukis merupakan cabang seni rupa yang terdiri dari unsur-unsur pokok berupa bidang, garis, bentuk dan warna yang berwujud karya dua dimensi. Di dalam seni lukis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan melukis realis merupakan bentuk ekspresi jiwa seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan melukis realis merupakan bentuk ekspresi jiwa seseorang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan melukis realis merupakan bentuk ekspresi jiwa seseorang dalam menggambar objek seperti apa adanya atau sesuai dengan objek yang nyata (sebenarnya) ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia memiliki begitu banyak budaya, dari tiap-tiap provinsi memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dengan ciri khas yang dimiliki. Masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tema Karya yang di Angkat Penulis mengangkat bentuk visualisasi gaya renang indah ke dalam karya seni grafis karena berenang merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN SENI LUKIS PENDIDIKAN SENI RUPA. Oleh: Drs. Susapto Murdowo, M.Sn.

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN SENI LUKIS PENDIDIKAN SENI RUPA. Oleh: Drs. Susapto Murdowo, M.Sn. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN SENI LUKIS PENDIDIKAN SENI RUPA Oleh: Drs. Susapto Murdowo, M.Sn. KONSEP DASAR PENDIDIKAN SENI Seni dalam Pendidikan Pendidikan melalui Seni (Education through Art) SENI DALAM

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

DISKRIPSI CIPTAAN LUKISAN JALAN KE CANDI

DISKRIPSI CIPTAAN LUKISAN JALAN KE CANDI DISKRIPSI CIPTAAN LUKISAN JALAN KE CANDI DIPAMERKAN PADA PAMERAN SENIRUPA IKATAN KELUARGA ALUMNI SEKOLAH SENI RUPA INDONESIA 20-26 NOVEMBER 2011 DI TAMAN BUDAYA SURAKARTA SK DEKAN : 0614/UN.34.12/KP/2011

Lebih terperinci

AKTIVITAS SEHARI-HARI DI RUMAH SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

AKTIVITAS SEHARI-HARI DI RUMAH SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS AKTIVITAS SEHARI-HARI DI RUMAH SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Program Studi Seni Rupa

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu. secara harafiah yaitu air panas untuk teh. Chanoyu mempunyai nama

II. KAJIAN PUSTAKA. apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu. secara harafiah yaitu air panas untuk teh. Chanoyu mempunyai nama II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Istilah sadō atau chanoyu mengundang banyak pertanyaan seperti apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu secara harafiah yaitu air

Lebih terperinci

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP: KOMSEP KARYA SENI Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP: 19750525 200112 1002 JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA 2013 0 A. Pendahuluan Saat ini kita dapat melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Riset Ide Kemunafikan merupakan salah satu fenomena dalam masyarakat, oleh karena itu riset idenya merupakan forming dari beberapa kasus yang terjadi di masyarakat berdasarkan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: HOME SWEET HOME Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: HOME SWEET HOME Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn 1 DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: HOME SWEET HOME Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn Judul : Home Sweet Home Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2006 Media : Oil on canvas Dipamerkan pada acara Penciptaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN 53 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide atau Gagasan Beberapa faktor dapat mempengaruhi sebagian karya dari ide yang dihasilkan seorang seniman, faktor tersebut bisa datang dari dalam maupun luar yang menjadikan

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

KONSEP KARYA. Penari: Oil on Canvas, 90 x 60 cm. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

KONSEP KARYA. Penari: Oil on Canvas, 90 x 60 cm. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP: KONSEP KARYA Penari: Oil on Canvas, 90 x 60 cm Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP: 19750525 200112 1002 JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA 2013 0 A. Kajian Sumber

Lebih terperinci

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia Anusapati SENI PATUNG DALAM WACANA SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA 1* Anusapati Patung dan aspek-aspek utamanya Di dalam ranah seni klasik/tradisi, pengertian

Lebih terperinci

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornament adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berekspresi adalah ungkapan perasaan berdasarkan pada imijinasi,

BAB I PENDAHULUAN. Berekspresi adalah ungkapan perasaan berdasarkan pada imijinasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengekspresikan diri melalui karya seni lukis/gambar merupakan salah satu kompetensi dasar yang terdapat pada mata pelajaran seni budaya di SMP kelas VIII. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut masalah sosial, budaya, religi, pendidikan, politik, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut masalah sosial, budaya, religi, pendidikan, politik, pembangunan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tema merupakan suatu hal yang menjadikan isi dalam karya seni. Dalam sebuah karya seni tema dihasilkan dari pengolahan obyek baik dari alam nyata maupun dari

Lebih terperinci

Esensial Tip Memotret Foto dengan Tablet

Esensial Tip Memotret Foto dengan Tablet 1 Esensial Tip Memotret Foto dengan Tablet Salah satu keunggulan yang membuat tablet menjadi sebuah perangkat yang sempurna untuk fotografi adalah kamera yang tersedia pada tablet Anda. Dengan semakin

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN Judul : Keluarga Nelayan Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2005 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara: Pameran Karya Seni Rupa tingkat Nasional

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA WARNA Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 WARNA Merupakan kesan yang timbul oleh pantulan cahaya yang ditangkap oleh

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Serangga bersayap sisik ini biasanya memiliki sayap yang sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang bersayap indah, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Penciptaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Penciptaan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Penciptaan 1. Pengertian Seni Pengertian mengenai seni, salah satunya adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya, pengalaman batin itu disajikan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat 226 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan atas hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti, sampailah pada akhir penelitian ini dengan menarik beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA A. Implementasi Teoritis Mengamati anak-anak baik dalam kehidupan dirumah ataupun diluar rumah, memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa kecil

Lebih terperinci

VISUALISASI KARYA EKSPLORASI GARIS DAN WARNA BERTEMA FLORA-FAUNA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

VISUALISASI KARYA EKSPLORASI GARIS DAN WARNA BERTEMA FLORA-FAUNA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 59 VISUALISASI KARYA EKSPLORASI GARIS DAN WARNA BERTEMA FLORA-FAUNA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Probosiwi, S.Sn., M.Sn. Dosen PGSD Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Email:

Lebih terperinci

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teoritis Penulis mengangkat karya yang bertemakan masa kanak-kanak dalam penciptaan karya seni grafis, karena masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas musik yang dingin, gelap, melankolis, tragis, dan beratmosfir suram. Black

BAB I PENDAHULUAN. khas musik yang dingin, gelap, melankolis, tragis, dan beratmosfir suram. Black BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Black Metal dikenal sebagai salah satu aliran musik yang mempunyai ciri khas musik yang dingin, gelap, melankolis, tragis, dan beratmosfir suram. Black Metal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

DISKRIPSI LUKISAN DUA PENARI

DISKRIPSI LUKISAN DUA PENARI DISKRIPSI LUKISAN DUA PENARI Dipamerkan Pada Pameran Dies Natalis Universitas Negeri Yogyakarta ke-43 Tahun 2007 Oleh Sigit Wahyu Nugroho,M.Si Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2007

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis penelitian penulis berkenaan dengan Kajian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis penelitian penulis berkenaan dengan Kajian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian penulis berkenaan dengan Kajian Gambar Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Deskriptif Analitik Terhadap Karakteristik Gambar

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Wijaya Kusuma PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn PAMERAN PAMERAN SENI RUPA Exchange Program ISI Art Exhibition (Okinawa Prefectural University

Lebih terperinci

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan

Lebih terperinci

KARYA SENI LUKIS BESAR TINGKAT DUNIA. Oleh: Drs. Maraja Sitompul, M.Sn.

KARYA SENI LUKIS BESAR TINGKAT DUNIA. Oleh: Drs. Maraja Sitompul, M.Sn. KARYA SENI LUKIS BESAR TINGKAT DUNIA Oleh: Drs. Maraja Sitompul, M.Sn. SENI SEBAGAI KEINDAHAN Seni: segala keindahan yang diciptakan manusia Balinesse Beauty Kakak dan Adik, 1978 BASUKI ABDULLAH ALIRAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Teknik lukisan Affandi berkembang dari teknik yang realistik ke teknik plotot. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan teknik pada lukisan Affandi yang realistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

ALIRAN NEO KLASIKISME

ALIRAN NEO KLASIKISME ALIRAN NEO KLASIKISME Aliran Neo Klasikisme adalah gerakan untuk mempertegas kembali (neo) kepada aliran klasikisme. Muncul system pendidikan bersifat akademis ditambah dengan Royal Academic kian memperkokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya Pada dasarnya manusia punya dua sifat bahkan multi complex 1 baik sifat atau pemikirannya, walaupun pada dasarnya mampu bersosialisasi tapi cenderung

Lebih terperinci

Komposisi dalam Fotografi

Komposisi dalam Fotografi Tujuan: mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN Keragaman seni budaya bangsa Indonesia, diantaranya terlihat melalui produk kriya tradisional tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan karakter dan gaya seni masing-masing. Kehadiran

Lebih terperinci

DISKRIPSI KARYA. Pameran Keragaman Seni Budaya Sebagai Pemersatu Bangsa Judul Karya: Keharmonisan

DISKRIPSI KARYA. Pameran Keragaman Seni Budaya Sebagai Pemersatu Bangsa Judul Karya: Keharmonisan Pameran Keragaman Seni Budaya Sebagai Pemersatu Bangsa 2009 Judul Karya: Keharmonisan Dalam kehidupan bermasyarakat kita harus saling berdampingan dan menghormati, memiliki rasa toleransi yang tinggi dan

Lebih terperinci

BAB III BUNGA TERATAI DALAM LUKISAN

BAB III BUNGA TERATAI DALAM LUKISAN digilib.uns.ac.id BAB III BUNGA TERATAI DALAM LUKISAN A. Implementasi Teoritis Bardasarkan uraian dari bab 2, terdapat pokok-pokok temuan mengenai bunga teratai, mengenai bentuk bunga, pola hidup, serta

Lebih terperinci

BAB III. A. Implementasi Teoritis. yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai

BAB III. A. Implementasi Teoritis. yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai BAB III A. Implementasi Teoritis Bunga merupakan bagian pada tanaman yang memiliki bentuk dan warna yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai pembiakan pada tanaman, juga dianggap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Tato merupakan salah satu karya seni rupa dua dimensi yang layak untuk dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Ide dalam proses penciptaan karya seni dapat diperoleh dari hasil pengalaman pribadi maupun pengamatan lingkungan. Kemudian, melalui proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan yang utama adalah memiliki akal budi. psikis. Perbedaan yang paling terlihat antara perempuan dan laki-laki terutama

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan yang utama adalah memiliki akal budi. psikis. Perbedaan yang paling terlihat antara perempuan dan laki-laki terutama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penciptaan Diantara makhluk-makhluk yang diciptakan Tuhan manusia merupakan makhluk yang paling sempurna, manusia memiliki berbagai kemampuan yang tidak dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sejarah beserta peninggalannya. Candi merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang tidak dapat lepas nilai

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat BAB V PENUTUP Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa karya seni lahir dari adanya proses cipta, rasa, dan karsa yang bertolak dari sebuah rangsangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan 149 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan imajinasi keindahan telah direspon positif oleh masyarakat sebagai apresiator dan

Lebih terperinci

AURELIA SARI PUTRI WIRANANDA. Impession of Rock Mountain (2017) Acrylic on Canvas 40 x 40 Cm. Deskripsi:

AURELIA SARI PUTRI WIRANANDA. Impession of Rock Mountain (2017) Acrylic on Canvas 40 x 40 Cm. Deskripsi: AURELIA SARI PUTRI WIRANANDA Impession of Rock Mountain (2017) Acrylic on Canvas 40 x 40 Cm Lukisan Wena terkesan sederhana, naif dan polos. Goresan dan warna tidak banyak digunakan, namun secara tersamar

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Johannes Jefria Gultom Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Media sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dipilih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di bidang ini fotografer dapat bereksperimen dengan leluasa, menciptakan fotografi seni yang

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 50 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Perwujudan Karya Seni Kemajuan yang tengah dialami oleh kaum feminis (perempuan) merupakan suatu titik puncak kejenuhan atas ideologi patriarki, penulis sendiri

Lebih terperinci

Pelukis-pelukis Modern Indonesia dalam Perspektif Sosiohistoris

Pelukis-pelukis Modern Indonesia dalam Perspektif Sosiohistoris Pelukis-pelukis Modern Indonesia dalam Perspektif Sosiohistoris 1 Pelukis-pelukis Modern Indonesia dalam Perspektif Sosiohistoris 2 M. Agus Burhan Pelukis-pelukis Modern Indonesia dalam Perspektif Sosiohistoris

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan 33 BAB III METODE PENCIPTAAN Setiap orang pasti mempunyai kegelisahan terhadap suatu persoalan yang ada didalam dirinya ataupun dilingkungan sekitar, sehingga menumbuhkan gagasan untuk keluar dari kegelisahan

Lebih terperinci

BEELAJAR MENCIPTAKAN RUANG MELALUI GAMBAR ANAK-ANAK Oleh: Taswadi. Abstrak

BEELAJAR MENCIPTAKAN RUANG MELALUI GAMBAR ANAK-ANAK Oleh: Taswadi. Abstrak BEELAJAR MENCIPTAKAN RUANG MELALUI GAMBAR ANAK-ANAK Oleh: Taswadi Abstrak Anak-anak memiliki dunianya sendiri yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Usia anak-anak sering disebut dengan masa bermain.

Lebih terperinci

03FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

03FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 03FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan. September 2011 merupakan awal mula dimana saya mendalami seni rupa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan. September 2011 merupakan awal mula dimana saya mendalami seni rupa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan September 2011 merupakan awal mula dimana saya mendalami seni rupa di Program Pascasarjana ISI Yogyakarta. Di kampus inilah saya banyak bertemu dengan seniman,

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA Judul : Prada Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2010 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara Pameran Karya Seni Batik tingkat Nasional di Hall Rektorat UNY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab I pendahuluan dibahas mengenai latar belakang dari perancangan sebuah Museum seni karikatur dan patung di Tabanan dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan, serta metode penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pada dasarnya digunakan untuk mewakili perasaan manusia. Melalui seni lukis seseorang dapat menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bentuk visual yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni merupakan salah satu konsep yang sulit untuk didefinisikan. Karena sulitnya, maka pengertian seni sering merujuk ke arah konsep metafisik, padahal pada

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : Seni Budaya (Seni Rupa) : VIII G dan VIII H /Satu : Menggambar Model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI Ni Nyoman Ayu Surasmi 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 21 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Langkah-Langkah Proses Berkarya Legenda yang dulu lahir dan tumbuh dalam masyarakat sendiri perlahan hilang atau dilupakan karena tak ada pola pewarisan yang

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang 54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III GAGASAN BERKARYA BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Gambaran kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam menjadikan kesenian sebagai salah satu perwujudan jati diri bangsa Indonesia yang memiliki ciri khas. Kesenian

Lebih terperinci