PROSPEK PEMANFAATAN ASAP CAIR SEBAGAI BAHAN PENDUKUNG PROSES PENGOLAHAN IKAN DI KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSPEK PEMANFAATAN ASAP CAIR SEBAGAI BAHAN PENDUKUNG PROSES PENGOLAHAN IKAN DI KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR"

Transkripsi

1 PROSPEK PEMANFAATAN ASAP CAIR SEBAGAI BAHAN PENDUKUNG PROSES PENGOLAHAN IKAN DI KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR Wawan Agustina, Satya Andika Putra, Mirwan A Karim, dan Arie Sudaryanto. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia wanwa03@gmail.com ABSTRAK Sektor perikanan merupakan salah satu prioritas pembangunan wilayah propinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil utama yang menjadi kekhasan wilayah, adalah ikan laut. Selain menjadi komoditas jual dalam bentuk segar, ikan laut juga menjadi bahan baku produk-produk olahan dan dimanfaatkan oleh banyak UMKM khususnya di wilayah Kupang-NTT. Berdasarkan keberadaan berbagai jenis produk hasil olahan ikan laut yang beredar di pasaran, terbuka peluang untuk memanfaatkan asap cair sebagai perisa. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menginformasikan prospek pemanfaatan asap cair sebagai bahan pendukung olahan ikan di Kupang NTT. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah kaji tindak partisipatif/participation action research melalui diseminasi teknologi dengan carademonstrasi. Kegiatan diawali dengan survei UMKM calon mitra dilanjutkan dengan pengenalan asap cair, pelatihan pengolahan dan pengemasan produk. Asap cair yang yang digunakan adalah asap cair komersial yang telah mengalami pemurnian dan dapat digunakan untuk produk olahan pangan. Asap cair tersebut digunakan sebagai bahan tambahan dengan konsentrasi tertentu pada beberapa produk olahan seperti ikan oven, dendeng,, dendeng roll dan abon. Hasil dari kegiatan diseminasi ini adalah diterapkannya asap cair dalam produk-produk olahan ikan pada 6 (enam) unit usaha (UMKM dan kelompok Usaha). Produk olahan tersebut telah dikemas dan dipasarkan di wilayah Kupang-NTT. Kata kunci : Asap cair, Ikan, Dendeng, UMKM, Kupang, Nusa Tenggara Timur PENDAHULUAN Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah nusantara yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Secara geografis wilayah Provinsi NTT terletak pada 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. Sebagian besar wilayah NTT didominasi oleh perairan laut dengan luas wilayah laut yang mengelilingi pulaupulau tersebut mencapai kurang lebih km 2 belum termasuk zona ekonomi eksklusif Indonesia (DKP Prov. NTT, 2012). Kabupaten Kupang merupakan salah satu wilayah yang ada di propinsi NTT yang terbagi atas Kota dan Kabupaten. Kabupaten Kupang merupakan kabupaten kepulauan yang terdiri atas Pulau Timor, Pulau Semau, Pulau Sabu, Pulau Raijua dan banyak pulau lainya yang seluruh berjumlah 27 buah pulau. Sehingga luas perairannya lebih besar daripada luas daratan, dimana luas perairannya adalah 4.086,33 km2 dan garis pantainya adalah 551,61 km2, sementara perairan umumnya adalah 1,75 km2 (DKP Kabupaten Kupang, 2008). Kabupaten Kupang Memiliki potensi lestari sebesar ton pertahun dengan tingkat pemanfaatannya baru sekitar ton (48,94%) pada tahun 2004 (DKP Kabupaten Kupang, 2005). Sumberdaya perikanan tangkap di perairan Teluk Kupang sudah lama diusahakan oleh masyarakat nelayan skala kecil, produksinya termasuk tinggi sepanjang tahun dan memberikan kontribusi cukup besar bagi pendapatan daerah Provinsi NTT. Berdasarkan analisis perkembangan produksi selama 6 tahun (tahun 2000 hingga tahun 2005), perairan Teluk Kupang memberikan andil sekitar 31% terhadap total produksi perikanan di wilayah Provinsi NTT (DKP Prov NTT, 2005). Sumberdaya ikan yang dominan adalah ikan pelagis, baik pelagis besar maupun pelagis kecil, sedangkan ikan demersal dan udang relatif sedikit. Terdapat juga jenis ikan Tongkol sebesar 1,71%, ikan Tenggiri sebesar 81,59%, ikan Kembung sebesar 26,56%, ikan Selar sebesar 8,15%, ikan Tembang sebesar 15,36%, ikan Parang sebesar 13,58% dan ikan 374

2 Bawal sebesar 23,49%, sedangkan hasil analisanilai share komoditi perikanan laut yang memiliki rata-rata nilai diatas rata-rata keseluruhan Kabupaten yaitu terdapat pada jenis ikan nipi sebesar 9,78% (DKP Kabupaten Kupang, 2008) Tabel 1. Total Produksi Ikan di Kabupaten Kupang Tahun 2005, 2006 dan 2007 NO JENIS IKAN TAHUN Tenggiri - 49,25 52,55 2 Kerapu - 164,56-3 Ekor Kuning Tuna / Cakalang - 85,80 96,61 5 Kembung - 317,99 326,79 6 Tongkol - 327,55 331,65 7 Selar - 399,27-8 Tembang - 510,31 519,37 9 Lolosi - 405,40-10 Parang - 123,85-11 Gergaheng - 126,85-12 Kakap - 184,8 169,22 13 Ikan Halus / Teri - 435,00 405,70 14 Ikan Besar ,45 15 Ikan Lainnya ,74 Jumlah , ,93 Sumber : DKP Kabupaten Kupang, 2007 Tabel 2. Hasil Perikanan Tangkap Kabupaten Kupang Tahun 2008 Produksi Perikanan Tangkap Tahun ,426 ton * Ikan 2,306 ton * Non Ikan 120 ton Sumber : DKP Kabupaten Kupang, 2007 Peta Kab. Kupang Peta Kota Kupang Gambar 1. Peta wilayah kupang (Kabupaten dan Kota Kupang) 375

3 Ikan-ikan yang ada di wilayah tersebut selama ini belum diolah dimanfaatkan dengan baik dan biasanya masih diperjualbelikan dalam bentuk ikan segar. Untuk memberikan nilai tambah pada produk perikanan salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui proses pengolahan. Tabel 3. Produksi Olahan Menurut Jenis Pengolahan di Kabupaten Kupang JENIS PENGOLAHAN TAHUN Kering/Asin 3,15 3,50 3,00 3,00 2,80 2,50 2,25 Pindang 1,15 1,00 1,00 0,75 0,75 0,50 0,50 Terasi Diawetkan Peragian Ikan Peda Kecap Asapan 4,75 4,50 5,00 4,15 3,50 2,75 2,00 Lainnya Beku Kalengan Tepung Ikan Jumlah 9,05 9,00 9,00 7,00 9,05 5,75 4,75 (sumber DKP Kab. Kupang 2007) Saat ini ada banyak aneka produk olahan hasil perikanan seperti nugget, bakso, pempek, siomay, abon, ikan asapdan lain sebagainya. Namun demikian masih ada banyak alternatif lain yang dapat dilakukan untuk menghasilkan aneka produk olahan ikan. Salah satu alternatif pengolahan hasil perikanan adalah dengan memanfaatkanasap cair sebagai bahan perisa asap dan juga dapat berperan sebagai bahan untuk meningkatkan umur simpan produk. Penggunaan asap cair ini diharapkan dapat menggantikan pembuatan ikan asap secara tradisional (pengasapan langsung) yang menurut Darmadji (2009), proses pengasapan dapat memberikan dampak positif pada produk karena asap mengandung zat-zat yang bersifat antimikroba, antioksidan dan disinfektan. Namun demikian proses pengasapan langsung juga sangat memungkinkan adanya zat yang tidak diinginkan menempel pada produk seperti tar dan senyawa poliaromatik hidrokarbon (PAH) yang berbahaya bagi kesehatan. Sedangkan pemanfaatan asap asap cair menurut Nurhayati (2000), asap cair yang mengandung sejumlah senyawa kimia diperkirakan berpotensi sebagai bahan baku zat pengawet, antioksidan, desinfektan 376 ataupun sebagai biopestisida. Saat ini asap cair telah banyak digunakan sebagai pengawet, perisa dan zat antimikroba pada produkproduk pangan (Sukarwanto, dkk., 2012). Asap cair adalah asap dalam bentuk cairan yang diperoleh dari hasil pembakaran biomassa (seperti tempurung kelapa, tongkol jagung, kayu-kayuan, dan bahan lainnya) yang dikondensasikan. Asap cair yang dihasilkan dari proses tersebut dapat digunakan untuk keperluan pengolahan pangan setelah mengalami proses pemurnian (Agustina, 2013). Produk-produk olahan ikan yang ada di wilayah kupang provinsi NTT yang diketahui pada awal tahun 2012 diantaranya adalah abon ikan, keripik ikan, dendeng ikan, ikan asap dan beberapa olahan ikan lainnya. Di Kabupaten Kupang asap cair diperkenalkan untuk pembuatan ikan oven berperisa asap sebagai alternatif produk olahan ikan asap. Selain itu asap cair tersebut juga diaplikasikan pada beberapa produk olahan ikan lainnya yaitu dendeng ikan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pemanfaatan asap cair sebagai bahan pendukung dalam produk olahan ikan dan penerapannya pada beberapa unit usaha.

4 METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaji tindak (action research) partisipatif, dimana kelompok sasaran penerima teknologi dilibatkan secara aktif agar dapat berpartisipasi. Implementasi kaji tindak terutama berkaitan denganupaya meningkatkan kemampuan masyarakatdalam penggunaan paket teknologi tepat guna perdesaan. Kaji tindak sangat strategis dengan melibatkan masyarakat dalamproses akselerasi pemasyarakatan inovasi hasil litbang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah inovasi teknologi asap cair, survei potensi dan penentuan calon penerima manfaat. Dilanjutkan dengan perancangan kegiatan pelatihan dan pendampingan kepada kelompok penerima teknologi. Survei lapangan dilakukanuntuk memperoleh data primer dan sekunder di wilayah kota dan kabupaten Kupang-NTT dalam rangka mengkaji potensi ketersediaan bahan baku perikanan hasil laut dan seleksi calon penerima inovasi teknologi pemanfaat asap cair. Beberapa persyaratan calon penerima manfaat telah dibuat diantaranya adalah para kelompok telah memiliki usaha pengolahan ikan hasil laut, mempunyai anggota kelompok wanita, mendapatkan rekomendasi dari Dinas Perikanan setempat dan mempunyai motivasi/semangat tinggi dalam mengembangkan usaha HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil survey lapangan diperoleh gambaran tentang ketersediaan bahan baku ikan dan bakal calon unit/kelompok usaha yang diharapkan akan menjadi mitra dalam pelaksanaan kegiatan penerapan. Dari hasil surveitersebut diperoleh 13 bakal calon unit/kelompok usaha yang akan menjadi fokus kegiatan. Bakal calon yang ada kemudian diseleksi untuk mendapatkan UKM terpilih. Seleksi calon dilakukan dengan menggunakan metode skoring dengan mempertimbangkan beberapa parameter seperti lokasi, ketersediaan peralatan produksi, pemberdayaan tenaga kerja dan lain sebagainya. Hasil seleksi diperoleh 7 unit/kelompok yang kemudian diperkenalkan tentang asap cair dan potensi pemanfaatannya dalam pengembangan produk olahan ikan. Ke tujuh kelompok usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Penerima Manfaat Penggunaan Asap Cair untuk Olahan Ikan di Kupang No Nama UKM Ketua Kelmpok/ Alamat Jenis Produk 1 2 Kelompok Perempuan Usaha Keluarga (KPUK) Setia Kawan Kelompok Perempuan Mawar Sejati 3 Mandiri 4 H & L 5 TODE Dortia M. Mbura Alamat : Jl Lontar Pasir Panjang Wilhemina M. Manafe Alamat : Jl. Kincir Air Lasiana Maria Selfiana Paa Alamat : Oesapa Barat Kelapa Lima Dedi Benyemin Ndoen ST Alamat : Jl.Pluto Oesapa Solagratia Ratu Edo Alamat : Jl. Taruna Tode Kisar Kota Epa Lomiga, Oebobo Kerupuk Ikan Dendeng Ikan Kerupuk Ikan Ikan Asap Kerupuk Ikan Dendeng Ikan Ikan Asap Kerupuk Cumi Ikan Asap Ikan Lele Asap 6. Sisuka Ikan Asap Abon Ikan 7. Rindu Sejahtera Kelompok PNPM Mandiri Ikan Asap 377

5 Pemanfaatan asap cair sebagai bahan baku pendukung olahan ikan di Kupang-NTT diaplikasikan pada produk olahan ikan oven berperisa asap, dendeng ikan rasa asap dan dendeng roll ikan rasa asap. Ikan asap merupakan salah satu produk pengasapan yang banyak digemari oleh masyarakat. Namun demikian perlu disadari dampak yang mungkin ditimbulkan pada proses produksi ikan asap dengan metode pengasapan langsung. Ikan Oven Berperisa asap Pemanfaatan asap cair untuk pembuatan ikan oven berperisa asap dapat menjadi produk alternatif untuk menggantikan ikan asap. Asap cair yang telah mengalami pemurnian memiliki keuntungan dalam proses produksi ikan berperisa asap. Menurut Agustina (2013) teknik pengasapan menggunakan asap cair lebih aman dari metode pengasapan langsung karena tar dan senyawa-senyawa aromatik yang merupakan zat berbahaya yang dihasilkan pada proses pengasapan dapat dikurangi kadarnya secara signifikan.selain itu menurut Rupert Simon a, dkk (2010), keuntungan penggunaan asap cair lainnya yaitu mudah diaplikasikan, prosesnya lebih cepat, memiliki keseragaman produk, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama dan bersih. Proses produksi ikan oven berperisa asap dapat digambarkan dalam diagram seperti pada Gambar 2. Pada produksi ikan oven berperisa asap,jumlah asap cair yang digunakan adalah sebanyak 50 ml untuk setiap 1 liter larutan asap cair yang dibuat atau sebesar 5%. Lama perendaman ikan dalam larutan asap cair dilakukan selama sekitar 15 menit. Penggunaan asap cair dalam produk pangan harus diencerkan terlebih dahulu. Konsentrasi maksimum asap cair hasil destilasi ulang untuk proses perendaman ikan adalah 16% dengan waktu perendaman maksimum 15 menit (Darmadji, 2009). Penggunaan konsentrasi 5% dalam pembuatan oven berperisa asap telah memberikan hasil yang baik menurut hasil uji coba dan uji kesukaan responden. Selain itu pada campuran ditambahkan garam sebanyak 5%, penambahan garam ini juga berperan selain memberi rasa asin juga dapat membantu meningkatkan keawetan ikan. Aplikasi asap cairuntuk produksi ikan oven berperisa asap telah diaplikasikan pada enam unit/kelompok usaha. Gambar ikan oven berperisa asap hasil produksi dapat dilihat pada Gambar 2. Unit atau kelompok usaha serta produk olahan ikan berperisa asap yang diproduksinya dapat dilihat pada tabel 4. Ikan Pembelahan/pe motongan Pemanggangan (oven) (± 2 jam / disesuaikan) Asap Cair Garam Air Pencucian Penirisan Pendinginan (dianginanginkan pada suhu ruang) Pelarutan Perendaman (± 15 menit) Penirisan Pengemasan Ikan Oven Berperisa Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan ikan oven berperisa asap. 378

6 Gambar 3. Ikan lele oven berperisa asap hasil produksi UMKM Tode-Kupang, NTT. Sumber : Koleksi Tim PKPP Kupang, 2012 Dendeng dan Dendeng Roll Ikan Berperisa Asap Produk ikan asap adalah produk yang umum dijumpai di masyarakat, namun demikian masih ada produk-produk olahan pangan lainnya yang memanfaatkan teknologi pengasapan. Asap cair sebagai salah satu produk alternatif untuk pembuatan produkproduk berperisa asap juga dapat diterapkan pada produk olahan pangan lainnya, dalam hal ini dendeng dan dendeng roll ikan berperisa asap. Sama halnya seperti ikan oven berperisa asap, dendeng dan dendeng roll ikan berperisa asap ini pun telah diaplikasikan pada UMKM (unit / kelompok usaha) di Kupang NTT. Diagram alir proses produksi dendeng dan dendeng roll ikan berperisa asap dapat dilihat diagram alir pada Gambar

7 Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan LIPI 2013 Gambar 4. Diagram alir Proses pembuatan Dendeng Ikan dan Dendeng roll ikan berperisa asap cair. Sumber : Sudaryanto, dkk., 2012 Menurut Sukarwanto, dkk. (2012) dendeng adalah jenis makanan awetan yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia, diolah dengan menambahkan bumbu-bumbu lalu dikeringkan, pengeringan biasanya dilakukan dengan cara penjemuran dibawah sinar matahari. Saat ini dikenal ada dua jenis dendeng yaitu dendeng biasa dan dendeng roll. Pada proses pembuatannya kedua jenis dendeng tersebut sebenarnya hampir sama. Letak perbedaan proses pembuatan kedua dendeng tersebut yaitu pada dendeng biasa ikan biasanya dipotong atau diiris sedangkan pada dendeng roll ikan digiling atau dihancurkan terlebih dahulu, kemudian dicetak (Sudaryanto, dkk. 2012). Unit/Kelompok Usaha yang menerapkan asap cair. Produk olahan asap cair tersebut telah diproduksi, dikemas dan dipasarkan oleh 6 unit/ kelompok usaha pengolah ikan yang ada di Kupang-NTT dari tujuh kelompok yang mendapat pelatihan. Keenam unit usaha tersebut beserta jenis produk, nomor perijinan dinas kesehatan dan contoh kemasannya disajikan dalam Tabel 5. Satu kelompok yang tidak melanjutkan pada proses produksi dan pemasaran adalah kelompok ke-7 yaitu kelompok Rindu Sejahtera PNPM mandiri, karena memang bukan unit usaha. 380

8 No 1 2 Tabel 5. UKM Penerima Manfaat Teknologi Asap Cair di Kupang NTT Nama UKM Kelompok Perempuan Usaha Keluarga (KPUK) Setia Kawan Kelompok Perempuan Mawar Sejati 3 Mandiri 4 H & L 5 TODE 6. Sisuka Ketua Kelmpok/ Alamat Dortia M. Mbura Alamat : Jl Lontar Pasir Panjang Wilhemina M. Manafe Alamat : Jl. Kincir Air Lasiana Maria Selfiana Paa Alamat : Oesapa Barat Kelapa Lima Dedi Benyemin Ndoen ST Alamat : Jl.Pluto Oesapa Solagratia Ratu Edo Alamat : Jl. Taruna Tode Kisar Kota lama Epa Lomiga, Oebobo Pengenalan TTG Kemasan dan label karton silinder, kerupuk cumi, asap cair u perisa ikan Kemasan dan label karton silinder, kerupuk cumi, asap cair u perisa ikan Kemasan dan label karton silinder, kerupuk cumi, asap cair u perisa ikan Kemasan dan label karton silinder, kerupuk cumi, asap cair u perisa ikan lele Kemasan dan label karton silinder, kerupuk cumi, asap cair u perisa ikan dan pengawetan Produk/ Sertifikast PIRT Kerupuk Ikan : Dendeng Ikan : Kerupuk Ikan : Ikan Asap : Kerupuk Ikan : Dendeng Ikan : xxx.yy Ikan Asap : xx.yy Kerupuk Cumi : Ikan Asap : Ikan Lele Asap : Belum memenuhi syarat untuk ajukan PIRT, produk belum di uji BPOM Pembahasan Kaji Tindak Kaji tindak partisipatif merupakan kombinasi antara penelitian (research) dengan tindakan (action) yang dilakukan secara partisipatif guna meningkatkan aspek kehidupan masyarakat. Berkaitan dengan itu, integrasi dan partisipasi antara sesama peneliti, obyek yang diteliti, para pemangku kepentingan (stakeholders), dan elemen masyarakat lainnya merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan (Gonsalves et al., 2005) Dalam kaji tindak partisipatif, kerja sama antara peneliti dengan pemilik masalah (problem owner) merupakan hal penting untuk diterapkan. Ketergantungan saling menguntungkan antara peneliti dan pemangku masalah terletak pada pemahaman bersama terhadap masalah yang harus dipecahkan, keterampilan, pengalaman, dan kompetensi; agar proses penelitian dan pengembangannya dapat mencapai dua tujuan utama berupa pengetahuan metode baru dalam pemecahan masalah secara praktis (Hult dan Lennung, 1980). Dalam hal ini, peneliti mendapatkan kerangka intelektual dan pengetahuan baru dalam pemecahan masalah, sedangkan pemilik masalah mendapatkan metode yang lebih efisien dalam pemecahan masalah secara praktis di lapangan (Burns, 1994).Dalam konteks pengembangan masyarakat (community development), kaji tindak partisipatif ditujukan untuk memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat yang tidak dalam kegiatan kaji tindak partisipatif biasanyaberlandaskan konflik kepentingan 381

9 masyarakat.implementasinya, aksi kegiatan diawali dengan peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya, berikutnya transformasi sosial ekonomi, hingga pada akhirnya diharapkan tercipta suatu tatanan politik masyarakat yang berdaya (politicalcommunity s empowerment). Hal yang patut diperhatikan adalah peneliti kaji tindak partisipatif harus mendedikasikan dirinya untuk bekerja bebas dari dominasi sistem kekuasaan (Tandon, 1981; Brown, 1985). Dalam berbagai aktivitas kaji tindak tersebut, secara fisik calon penerima teknologi praktis memang dilibatkan, namun hanya dalam rangka melaksanakan instruksi peneliti. Oleh karena itu, untuk lebih mengakomodasi aspirasi calon penerima teknologi dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan kaji tindak, penggunaan metode kaji tindak yang partisipatif (participatory actionresearch) perlu direkomendasikan (Basuno etal., 2005). Esensi dari pengertian kaji tindak, yaitu kombinasi antara kajian (research) dan tindakan (action), atau dengan kata lain terdiri dari teori dan praktek (McKay dan Marshall, 2001). Kaji tindak mencakup dihasilkannya pengetahuan baru dalam rangka pemecahan masalah atau perbaikan terhadap pemecahan masalah dalam kehidupan praktis (Elden danchisholm, 1993). Dapat dikatakan bahwa kaji tindak bukan sekadar pendekatan terhadap pemecahan masalah, melainkan disertai juga kerangka konseptual yang melatarbelakanginya. Oleh sebab itu, kaji tindak harus mencerminkan konsep strategi pengujian, perbaikan,dan pengembangan metode dalam rangka memperbaiki situasi dan kondisi permasalahan tertentu yang dinilai tidak optimal. KESIMPULAN DAN SARAN Asap cair yang telah mengalami proses pemurnian dapat diaplikasikan pada produk olahan pangan berbasis ikan seperti ikan oven berperisa asap, dendeng dan dendeng roll ikan berperisa asap. Pemanfaatan asap cair untuk pembuatan ikan asap berpeluang dalam menggantikan produk ikan asap tradisional (dengan cara pengasapan langsung) yang dimungkinkan adanya kandungan zat yang berbahaya bagi kesehatan seperti tar dan senyawa poliaromatik hidrokarbon (PAH). Dalam kegiatan ini telah diterapkan teknologi pemanfaatan asap cair untuk pengolahan produk berbasis ikan pada 6 unit usaha/kelompok pengolah ikan di Kupang-NTT telah dikemas dan telah mendapatkan sertifikasi produk dari dinas kesehatan setempat. Produk-produk olahan yang telah memanfaatkan asap cair diantaranya ialah ikan oven berperisa asap dan dendeng / dendeng roll berperisa asap. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih penulis sampaikan pada Ibu Carolina, Fithria N., Bambang Saksana, dan semua yang mendukung ataupun terlibat secara langsung dan tidak langsung dalam kegitan PKPP tahun 2012 pada program pemanfaatan TTG Olahan Ikan di Kupang. DAFTAR PUSTAKA Agustina, W., Asap Cair untuk Olahan Ikan Oven Berperisa Asap.Majalah : Inovasi. Volume 6/Juni B2PTTG LIPI Subang. Basuno, E., R.N. Suhaeti, S. Wahyuni, R.S. Rivai,T. Pranaji, G.S.Budhi, dan M. Iqbal Kaji Tindak (Action Research) Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Tertinggal.Laporan Penelitian. Pusat Penelitian danpengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.Bogor. Darmadji, P., Teknologi Asap Cair dan Aplikasinya pada Pangan dan hasil Pertanian. Pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang teknologi Pangan dan hasil Pertanian. Fakultas teknologi Pertanian. UGM. Yogyakarta. DKP Provinsi NTT, pemerintahan/profil-skpd/dinas/dinaskelautan-danperikanan, diunduh agustus Elden, M., and Chisholm, R.F Emerging Varieties of Action Research : Introduction to the Special Issue. Human Relation. Gonsalves, J., T. Becker, A. Braun, D. Campilon, H.de Chaves, E. Fajber, M. Capiriri, J.R.Caminade, and R. Vernooy (Editors) Participatory 382

10 Research and Developmentfor Sustainable Agricultural and NaturalResource Management : A Resource Book(Glossary). International Potato Center-Users Perspective with Agricultural Researchand Development. Philippines Hult, M. and Lennung, S Towards a Definition of Action Research: A Note and Bibliography. Journal of Management Studies, vol 17, no 2, pp McKay, J. and P. Marshall Dual Imperativesin Action Research. Information Technology and People. Vol. 14, No. 1 Nurhayati T Sifat destilat hasi! destilasi kering 4 jenis kayu dan kemungkinan pemanfaatannya sebagai pestisida. Buletin Penelitian Hasil Hutan 17: Rupert, S.,Gomez Ruiz J.R., dan Wenzl T., Results of an European Inter- Laboratory Comparison Study on the Determination of the EU Priority Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) in Liquid Smoke Condensates. Food Chemistry vol. 123 no. 3 p :ELSEVIER SCI LTD Sudaryanto, A., dkk Modul kegiatan PKPP Kupang B2PTTG LIPI : Subang. Sukarwanto, A., dkk., Modul Pelatihan Teknologi Tepat Guna : Teknologi Olahan Pangan Berbasis Asap Cair. B2PTTG-LIPI : Subang. Tandon, R Participatory Research in the Empowerment of People. Convergence, Vol. 24 (3), pp

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia I.227 P e n e r a p a n T e k n o l o g i T e p a t G u n a O l a h a n H a s i l L a u t d i K a b. K u p a n g N T T Arie Sudaryanto Fithria Novianti Mirwan A. Karim Wawan Agustina Carolina Lembaga Ilmu

Lebih terperinci

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI Kode : I. 227 Kementerian Lembaga Koridor : LIPI : 5 (NTT) Fokus Lokus Peneliti Utama Peneliti Anggota 1 Peneliti Anggota 2 Peneliti Anggota 3 Peneliti Anggota 4 : PERIKANAN : KUPANG NTT : Ir. Arie Sudaryanto

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT

PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT INSENTIF PENINGKATAN Kode : I. 227 Kementerian Lembaga Koridor Fokus Lokus Peneliti Utama Peneliti Anggota 1 Peneliti Anggota 2 Peneliti Anggota 3 Peneliti Anggota 4 : LIPI : 5 (NTT) : PERIKANAN : KUPANG

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL LITBANG

LAPORAN HASIL LITBANG KODE JUDUL : I.227 LAPORAN HASIL LITBANG INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT KEMENTERIAN/LEMBAGA: LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Penerapan TTG Olahan Hasil Laut di Kupang NTT

Penerapan TTG Olahan Hasil Laut di Kupang NTT TERM OF REFERRENCE FOCUS GROUP DISCUSSION Tema : Merancang Strategi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Kupang melalui Penerapan dan Difusi Teknologi Tepat Guna Kegiatan Insentif PKPP Ristek

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB.

LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KODE JUDUL : I.227 LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT KEMENTERIAN/LEMBAGA: LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB.

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KODE JUDUL : I.227 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT KEMENTERIAN/LEMBAGA: LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

I-227. Naskah Saran Kebijakan : Ringkasan

I-227. Naskah Saran Kebijakan : Ringkasan I-227 Naskah Saran Kebijakan : STRATEGI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR KUPANG MELALUI PENERAPAN DAN DIFFUSI TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT, 2012 1 Ringkasan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT 36 IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT Wilayah utara Jawa Barat merupakan penghasil ikan laut tangkapan dengan jumlah terbanyak di Propinsi Jawa Barat. Pada tahun

Lebih terperinci

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah ikan teri asin kering yang berkualitas dan higienis. Indikator Keberhasilan: Mutu ikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 104 0 50 sampai 109 0 30 Bujur Timur dan 0 0 50 sampai 4 0 10 Lintang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan BBP4BKP Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar Kontak Person Dra Theresia Dwi Suryaningrum, MS theresiadwi@yahoo.com Syamdidi SPi, MAppSc didibangka@yahoo.com Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sektor perikanan Indonesia cukup besar. Indonesia memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km 2 (perairan nusantara dan teritorial 3,1 juta km 2, perairan ZEE

Lebih terperinci

Ir. Arie Sudaryanto MP

Ir. Arie Sudaryanto MP LAPORAN KEMAJUAN (sd JUNI 2012) PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2012 Peneliti Kepala : Ir. Arie Sudaryanto MP Peneliti Anggota : 1. Fithria Novianti S.Pi 2. Mirwan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim. Sebagai wilayah dengan dominasi lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di bidang perikanan dan kelautan.

Lebih terperinci

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ) Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ) 1 Nurintang dan 2 Yudi ahdiansyah 1 Mahasiswa Manajemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi sumber daya perikanan laut cukup besar. Kota Bandar Lampung merupakan daerah yang memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). Tiga perempat dari luas wilayah Indonesia atau sekitar 5.8 juta km² berupa laut. Garis

Lebih terperinci

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan

BAB 1 PENDAHULUAN. ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otak-otak merupakan makanan khas Kota Tanjungpinang yang terbuat dari ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan kemudian dicampur

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk membuat asap cair disebut juga alat pirolisator yang terdiri dari pembakar bunsen, 2 buah kaleng berukuran besar dan yang lebih

Lebih terperinci

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Proyek Kalimantan Timur merupakan salah satu dari empat provinsi di Kalimantan. Kalimantan Timur ini merupakan profinsi terluas kedua di Indonesia,

Lebih terperinci

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g. SOSIS IKAN Sosis adalah salah satu produk olahan dari bahan hewani. Secara umum sosis diartikan sebagai makanan yang dibuat dari daging yang telah dicincang, dihaluskan, dan diberi bumbubumbu, dimasukkan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain talas bentul, gula pasir, gula merah, santan, garam, mentega, tepung ketan putih. Sementara itu, alat yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan sebagai salah satu sektor unggulan dalam pembangunan nasional mempunyai peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, serta mempunyai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN : PRAKARYA SEMESTER : II Tema : Pengolahan

MATA PELAJARAN : PRAKARYA SEMESTER : II Tema : Pengolahan MATA PELAJARAN : PRAKARYA Kelas : IX SEMESTER : II Tema : Pengolahan Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Siswa mampu: 3.3 menganalisis prinsip perancangan,

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan Otonomi Daerah yang diamanatkan melalui Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang termaktub pada pasal 117, yang berbunyi : "Ibukota Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki luas wilayah laut 5,8 juta km 2 yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki luas wilayah perairan yang lebih besar dari pada luas daratan. Besarnya luas wilayah perairan yang dimiliki Indonesia, membuat negara ini kaya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7) Waktu dan

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA USAHA IKAN BANDENG KERING BUMBU DENDENG DI KABUPATEN PANGKEP BIDANG KEGIATAN PKM KEWIRAUSAHAAN (PKM-K) Diusulkan Oleh : 1. Paramita Nim 1122093 Tahun Ang. 2011 2. Hikmawati

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah. Modul 3: Pendinginan dan Pembekuan Kegiatan Belajar 1 : Pendinginan. Kegiatan Belajar 2 : Pembekuan.

Tinjauan Mata Kuliah. Modul 3: Pendinginan dan Pembekuan Kegiatan Belajar 1 : Pendinginan. Kegiatan Belajar 2 : Pembekuan. i M Tinjauan Mata Kuliah odul ini merupakan pengantar umum teknologi pengolahan hasil perikanan yang sekaligus sebagai salah satu komponen penting di dalam upaya pemanfaatan hasil perikanan secara optimum,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN Alamat : Jln. Raya Ratahan Belang Kompleks Perkantoran Blok B Kel. Pasan Kec. Ratahan KEPUTUSAN KEPALA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan penting bagi pembangunan nasional. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menghasilkan bahan pangan protein hewani,

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN 2 ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prospek pasar perikanan dunia sangat menjanjikan, hal ini terlihat dari kecenderungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan Indonesia sangat besar dimana luas perairan Indonesia sebesar 2 per 3 luas daratan. Luas wilayah daratan Indonesia mencakup 1.910.931,32

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung. merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung. merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan pangan (food safety) merupakan hal yang penting dari ilmu sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung berhubungan dengan

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi PENGANTAR ILMU PERIKANAN Riza Rahman Hakim, S.Pi Bumi Yang Biru begitu Kecilnya dibandingkan Matahari Bumi, Planet Biru di antara Planet lain The Blue Planet 72 % Ocean and 28 % Land Laut Dalam Al Qur

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN MUHAMAD AZIS MUSLIM KELAS : 11-D3MI-01) NIM : 11.02.7919 KELOMPOK : A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 ABSTRAK Karya tulis ini dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sale pisang merupakan salah satu produk olahan pisang masak konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Sale pisang merupakan salah satu produk olahan pisang masak konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sale pisang merupakan salah satu produk olahan pisang masak konsumsi yang dibuat dengan proses pengasapan dan pengeringan. Sale dikenal mempunyai rasa dan aroma khas.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR Oleh : FRANSISKUS LAKA L2D 301 323 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: ht tp :// w w w.b p s. go.id Katalog BPS: 5402003 PRODUKSI PERIKANAN LAUT YANG DIJUAL DI TEMPAT PELELANGAN IKAN 2008 ISSN. 0216-6178 No. Publikasi / Publication Number : 05220.0902 Katalog BPS / BPS Catalogue

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN KUALITAS DENDENG SAPI DI UD. RIDWAN S. KEFAMENANU

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN KUALITAS DENDENG SAPI DI UD. RIDWAN S. KEFAMENANU PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN KUALITAS DENDENG SAPI DI UD. RIDWAN S. KEFAMENANU MM.Endah Mulat Satmalawati*, Ludgardis Ledheng**, Theresia Ika Purwantiningsih*** Kristoforus M.Kia*** *Prodi Agroteknologi

Lebih terperinci

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN ABON IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 997 Selain itu, nilai tambah produk olahan dan sisa produk olahan pada akhirnya akan bisa menaikkan pendapatan petan

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 997 Selain itu, nilai tambah produk olahan dan sisa produk olahan pada akhirnya akan bisa menaikkan pendapatan petan Lokakarya Fungsional Non Peneliti 997 TEKNIK PEMBUATAN SILASE IKAN Suharto Balai Penelitian Temak Ciawi, P.O. Box 22, Bogor 6002 PENDAHULUAN Sebagai negara yang belakangan ini dijuluki Benua Maritim, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA. Hendrik 1) ABSTRAK

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA. Hendrik 1) ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA Hendrik 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru Diterima : 25

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal Ismail, Indradi 1, Dian Wijayanto 2, Taufik Yulianto 3 dan Suroto 4 Staf Pengajar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kabupaten Buton diperkirakan memiliki luas sekitar 2.509,76 km 2, dimana 89% dari luas wilayah tersebut merupakan perairan laut. Secara geografis Kabupaten Buton terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis

Lebih terperinci

Sebaran UPI Skala Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Tahun 2014

Sebaran UPI Skala Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Tahun 2014 JumlahUPI = 1.013 Unit (Pindang138, Asin 522, Asap 227, Lainnya126) Produksi= 55.082 Ton/Rp. 1,4 T PasokanBahan Baku = 92.267Ton TenagaKerja = 13.067 Orang RagamProduk= 17 JumlahUPI = 1.624 Unit (Pindang224,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG PERTANIAN LAHAN KERING TERHADAP KETERSEDIAAN PANGAN DI PROVINSI NTT

DAYA DUKUNG PERTANIAN LAHAN KERING TERHADAP KETERSEDIAAN PANGAN DI PROVINSI NTT DAYA DUKUNG PERTANIAN LAHAN KERING TERHADAP KETERSEDIAAN PANGAN DI PROVINSI NTT Disampaikan pada : Lokakarya Pengintegrasian Pengelolaan Lahan Kering Berbasis Pertanian Konservasi dalam Penyunan Teknokratik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi daging sapi di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 523.927 ton, hasil tersebut meningkat dibandingkan produksi daging sapi pada tahun 2014 yang mencapai 497.670

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan wilayah yang sangat besar. Luas perairan laut indonesia diperkirakan sebesar 5,4 juta km 2 dengan garis pantai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya kelautan dan perikanan menyebabkan munculnya suatu aktivitas atau usaha di bidang perikanan sesuai dengan kondisi lokasi dan fisiknya. Banyak penduduk

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8: Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015 7 POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN

Lebih terperinci

INVENTARISASI JENIS DAN METODA PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN NELAYAN TRADISIONAL DI PULAU SIBERUT KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

INVENTARISASI JENIS DAN METODA PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN NELAYAN TRADISIONAL DI PULAU SIBERUT KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI INVENTARISASI JENIS DAN METODA PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN NELAYAN TRADISIONAL DI PULAU SIBERUT KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Onessimus Menjamin, Yempita Efendi, Yusra, Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdapat dalam sektor perikanan dan kelautan yang meliputi beberapa elemen sebagai subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi

Lebih terperinci

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan KOPI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BAHAN PENYEGAR Mutu kopi dipengaruhi pengolahan dari awal - pemasaran. Kadar air kopi kering adalah 12-13% 13% Pada kadar air ini : 1. mutu berkecambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara administratif Kupang adalah sebuah kotamadya yang merupakan ibukota dari propinsi Nusa Tenggara Timur, dan secara geografis terletak antara 10º39 58

Lebih terperinci

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

KERUPUK UDANG ATAU IKAN KERUPUK UDANG ATAU IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 OLEH : DRS. HADJI HUSEN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI NTT BADAN

Lebih terperinci

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan Pelatihan Kewirausahaan untuk Pemula olahan dengan memperhatikan nilai gizi dan memperpanjang umur simpan atau keawetan produk. Untuk meningkatkan keawetan produk dapat dilakukan dengan cara : (1) Alami

Lebih terperinci

PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DENGAN PROSES PIROLISA UNTUK MENGHASILKAN INSEKTISIDA ORGANIK

PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DENGAN PROSES PIROLISA UNTUK MENGHASILKAN INSEKTISIDA ORGANIK PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DENGAN PROSES PIROLISA UNTUK MENGHASILKAN INSEKTISIDA ORGANIK OLEH : LISA SILVIA NINGSIH NO. BP 06 118 007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah besar. Perikanan laut di Kabupaten Malang per tahunnya bisa menghasilkan 400 ton ikan segar dengan

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK

OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK *JAKA DARMA JAYA 1, AKHMAD ZULMI 2, DIKY WAHYUDI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai bahan baku atau bahan tambahan untuk membuat berbagai jenis makanan.

PENDAHULUAN. sebagai bahan baku atau bahan tambahan untuk membuat berbagai jenis makanan. PENDAHULUAN Latar Belakang Kentang merupakan salah satu hasil tanaman hortikultura yang berbentuk umbi. Kentang memiliki kadar air yang cukup tinggi sehingga mudah mengalami kerusakan. Umbi kentang banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian briket dengan

Lebih terperinci