PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTORAL DI BURSA EFEK INDONESIA (DATA BULANAN PERIODE )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTORAL DI BURSA EFEK INDONESIA (DATA BULANAN PERIODE )"

Transkripsi

1 PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTORAL DI BURSA EFEK INDONESIA (DATA BULANAN PERIODE ) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Lely Fitri Mardiana JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

2

3 Pengaruh Faktor Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Sektoral di Bursa Efek Indonesia (Data Bulanan Periode ) Lely Fitri Mardiana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya ABSTRAK The purpose of this study is to investigate the relationship between macroeconomic factors and sectoral indices on Indonesia Stock Exchange. This study use monthly data of sectoral indices return using Seemingly Unrelated Regression analysis with multifactor model. The results showed that macroeconomic factors give different effect to sectoral indices. Because of the characteristics, each sector respond differently to macroeconomic conditions in Indonesia. Monetary macroeconomic factors (BI Rate, inflation, exchange rate) negatively effect basic industry and chemical, consumer goods, manufacture, mining, miscellaneous industry, and trade sector. Real macroeconomic factors (foreign exchange reserves, exports, Indonesia crude oil prices) negatively effect agriculture, infrastructure, manufacture, mining and miscellaneous industry sector. Economic crisis condition in 2008 negatively affect all sectors. Keywords: Macroeconomic, Sectoral Indices, Seemingly Unrelated Regresssion A. LATAR BELAKANG Di tengah kondisi perekonomian yang tidak menentu, saat ini orang-orang cenderung untuk mengamankan potensi aset yang mereka miliki, dan berfikir bagaimana memanfaatkan aset yang dimiliki agar tetap bernilai tinggi dalam jangka waktu yang panjang. Salah satunya dengan cara berinvestasi. Salah satu cara investasi adalah dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan dalam pasar modal. Pasar modal mempunyai peran penting dalam perekonomian suatu negara karena pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu pertama sebagai sarana pendanaan usaha, perusahaan mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor), kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi dan reksa dana. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko instrument yang berbeda-beda. Dengan memiliki saham suatu perusahaan maka seorang investor mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang banyak diperjualbelikan di pasar modal, dan cukup popular di kalangan investor. Dengan konsep high risk, high return, yaitu investasi yang memiliki risiko yang cukup besar namun memiliki tingkat pengembalian (return) yang tinggi pula. Kondisi makro ekonomi dan kinerja pasar modal memiliki hubungan yang kuat. Pasar modal menggambarkan kondisi perekonomian makro karena nilai investasi dipengaruhi kondisi makro ekonomi. Pada tahun 2008 saat terjadi krisis global, kondisi ekonomi Indonesia melemah dengan tingkat inflasi yang tinggi yaitu 11% diikuti dengan kondisi pasar modal yang melemah digambarkan dengan nilai IHSG sebesar 1355 poin. Pada 2009 pasca krisis, kondisi ekonomi yang membaik, diikuti IHSG yang meningkat. Hal ini dapat menggambarkan hubungan antara kondisi makro ekonomi dan pasar modal. Selain analisis terhadap kondisi perekonomian, investor dapat melakukan analisis industri atau sektor. Dalam analisis sektor, investor dapat membandingkan kinerja berbagai sektor, sehingga dapat mengetahui sektor mana saja yang memiliki prospek baik untuk investasi saham. Dalam analisis industri, investor dapat membandingkan kinerja dari berbagai industri, sehingga investor dapat mengetahui jenis industri apa saja yang dapat memberikan prospek. Di pasar modal Indonesia terdapat 10 sektor yang dapat dijadikan pilihan investasi saham, yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, barang konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan & jasa, manufaktur. Setelah melakukan analisis industri, investor dapat menggunakan informasi tersebut sebagai strategi mempertimbangkan saham dari sektor mana saja yang akan

4 dimasukkan ke dalam portofolio yang akan dibentuk. Sama halnya dengan IHSG, kondisi makro ekonomi dapat mempengaruhi indeks saham sektoral, karena lingkup makro ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja sebuah perusahaan. Pada akhirnya kinerja perusahaan dapat mempengaruhi harga saham dan indeks sektoral. Analisis makro ekonomi dan analisis sektoral merupakan analisis yang bertahap dalam analisis top down. Namun pada dasarnya terdapat hubungan antara faktor makro ekonomi dan kondisi sektoral. Lingkup makro ekonomi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan sehari hari. Jika kondisi makro ekonomi baik, maka akan berpengaruh baik juga terhadap kinerja perusahaan. Ketika terjadi inflasi harga barang akan mengalami kenaikan yang akan berpengaruh terhadap biaya produksi yang semakin meningkat. Biaya produksi dapat mempengaruhi laba perusahaan yang akan mempengaruhi harga saham dan indeks harga saham sektoral. Penelitian tentang pengaruh faktor makro ekonomi terhadap indeks sektoral telah diteliti sebelumnya oleh Hasan (2011) untuk melihat pengaruh pengaruh faktor makro ekonomi yang terdiri dari pertumbuhan GDP, pertumbuhan jumlah uang beredar, inflasi dan suku bunga terhadap return indeks sepuluh sektor di Bangladesh. Hasil penelitian ini adalah semua variabel makro ekonomi berpengaruh terhadap sektor keuangan. Semua variabel makro ekonomi tidak berpengaruh terhadap sektor investasi, teknik, garmen, kertas&produksi, jasa, asuransi dan aneka industri. Tingkat inflasi dan suku bunga berpengaruh terhadap sektor makanan dan sektor obatobatan dan kimia. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan karakteristik sektoral yang berbeda, maka respon yang ditunjukkan terhadap suatu kondisi makro ekonomi juga berbeda. Sebagaimana latar belakang yang dijelaskan di atas, didukung dengan penelitian terdahulu, penulis merasa perlu melakukan pengembangan penelitian mengenai pengaruh faktor makro ekonomi terhadap indeks harga saham sepuluh sektor, karena penelitian sebelumnya menghasilkan berbagai hasil mengenai faktor makro ekonomi terhadap indeks harga saham dan belum terdapat pembahasan pengaruh faktor makro ekonomi terhadap masing masing sektor di Indonesia. Pertimbangan kondisi makro ekonomi dan kondisi saham sektoral yang saling berhubungan akan membantu keputusan investasi yang akan dilakukan oleh investor, sehingga investor mendapat keuntungan yang tinggi dengan resiko yang rendah. B. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal dan Investasi Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang atau modal sendiri (Husnan, 2003:3). Menurut Tandelilin (2001:3) investasi merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumption) dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa depan. Investasi dapat berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset nyata seperti: tanah, emas, rumah dan asset nyata lainnya. Atau pada aset finansial seperti: deposito, saham, obligasi, dan surat berharga lainnya. Teori q Tobin Teori q Tobin dapat melihat hubungan antara investasi dan pasar modal. Teori ini dikembangkan oleh James Tobin. Inti teori ini adalah kebijakan moneter mempengaruhi perekonomian melalui pengaruhnya pada penilaian ekuitas. Teori investasi q Tobin menekankan bahwa keputusan investasi tidak hanya dipengaruhi kebijakan ekonomi yang berlaku saat ini, tetapi juga kebijakan yang diharapkan berlaku di masa depan. Analisis Fundamental Top Down Menurut Wira (2014:3) analisis fundamental adalah analisis saham yang memperhitungkan berbagai faktor seperti kinerja perusahaan, analisis persaingan usaha, analisis industri, analisis ekonomi dan pasar makro-mikro. Analisis kondisi makro ekonomi atau kondisi pasar. Pada tahap ini, investor melihat kondisi makro ekonomi dan kondisi pasar modal secara keseluruhan. Investor menganalisis berbagai alternatif keputusan mengenai alokasi investasi masyarakat. Pada analisis industri, berdasarkan analisis makro ekonomi dan pasar menentukan industri/ sektor apa saja yang dapat dijadikan pilihan investasi, tentu yang memiliki prospek baik kedepannya dan memberi keuntungan optimal bagi investor. Menurut Tandelilin (2001:209) prospek perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara keseluruhan, sehingga analisis penilaian saham yang dilakukan investor juga harus memperhatikan beberapa variabel makro yang

5 dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. pada dasarnya terdapat hubungan antara faktor makro ekonomi dan kondisi sektoral. Lingkup makro ekonomi dapat mempengaruhi kegiatan perusahaan sehari hari, yang dampaknya akan berpengaruh terhadap kinerja setiap perusahaan. Jika kondisi makro ekonomi baik, maka akan berpengaruh baik juga terhadap kinerja perusahaan. Pada akhirnya dapat mempengaruhi indeks harga saham sektoral dan indeks harga saham gabungan yang menggambarkan kondisi pasar modal Indonesia. Hubungan BI Rate dan Indeks Harga Saham Menurut Bodie (2014:241) suku bunga yang tinggi mengurangi nilai kini dari arus kas mendatang, sehingga daya tarik peluang investasi menjadi menurun. Tingkat suku bunga yang tinggi dalam hal ini BI rate sebagai suku bunga acuan dapat menyebabkan investor memindahkan dananya untuk diinvestasikan pada tabungan atau deposito. Kenaikan tingkat BI Rate menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan khususnya simpanan juga meningkat. Hal ini menjadi daya tarik bagi investor. Hubungan Cadangan Devisa dan Indeks Harga Saham Cadangan devisa merupakan ukuran yang dapat dilihat untuk mengukur tingkat pendapatan suatu negara. Jika cadangan devisa suatu negara tinggi, pendapatan yang diterima negara tersebut juga tinggi. Cadangan devisa berkaitan erat dengan neraca pembayaran. Ketika neraca pembayaran surplus, hal ini merupakan sentimen positif bagi para investor. Investor tertarik untuk berinvestasi di pasar modal, karena kondisi perekonomian yang baik dan stabil. Hubungan Ekspor dan Indeks Harga Saham Menurut Hariyanto dalam Tandelilin (2001:214) neraca perdagangan berpengaruh terhadap pasar modal. Ketika neraca perdagangan mengalami defisit, hal ini menjadi sinyal negatif bagi investor. Salah satu komponen neraca perdagangan adalah ekspor. Ketika jumlah ekspor mengalami peningkatan hal ini merupakan sentimen positif bagi para investor. Jika neraca perdagangan surplus, investor akan memilih berinvestasi di pasar modal karena kondisi perekonomian yang baik dan stabil. Hubungan Harga Minyak Mentah Indonesia dan Indeks Harga Saham Ketika terjadi kenaikan harga minyak mentah maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sektor pertambangan. Karena minyak mentah merupakan salah satu sub sektor pertambangan dan dapat mendorong kenaikan harga bahan tambang secara umum yang dampaknya adalah kenaikan harga saham pertambangan harga saham pertambangan meningkat dan menyebabkan kenaikan indeks harga saham. Kenaikan harga minyak mentah menjadi sentimen positif bagi seorang investor saham terutama saham pertambangan sebagai salah satu sektor yang mendominasi pasar modal di Indonesia. Investor cenderung membeli saham perusahaan pertambangan. Hubungan Inflasi dan Indeks Harga Saham Menurut Hariyanto dalam Tandelilin (2001:214) inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Inflasi menyebabkan investor pesimis terhadap kemampuan modal yang diinvestasikan dalam menghasilkan laba saat ini dan masa yang akan datang. Saat terjadi inflasi investor cenderung melepas kepemilikan saham, karena berisiko tinggi. Sehingga inflasi menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan, dampaknya demand saham dan harga saham akan menurun. Hubungan Kurs dan Indeks Harga Saham Menurut Hariyanto dalam Tandelilin (2001:214) menguatnya kurs rupiah terhadap US dollar adalah sinyal positif terhadap perekonomian khusunya pasar modal. Menurut Roisondo (2015) ketika kurs terus melemah maka akan menaikkan biaya produksi terutama biaya impor untuk bahan baku dan akan diikuti naiknya tingkat bunga yang berlaku dan berdampak pada biaya produksi dan keuntungan perusahaan. Hal ini menyebabkan dividen yang akan diterima investor menurun. Sehingga menjadi sentimen negatif bagi para investor sebelum melakukan investasi.

6 C. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah variabel BI rate, cadangan devisa, ekspor, harga minyak mentah Indonesia, inflasi, kurs rupiah terhadap dollar serta return indeks 10 sektor saham yaitu: indeks sektor pertanian, pertambangan, industri dasar & kimia, aneka industri, barang konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan, manufaktur pada periode Januari 2007 Desember Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Pengumpulan data bersumber dari website pemerintah yaitu Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, Kementerian Perdagangan Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM). Berikut adalah definisi operasional variabel penelitian ini: Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Dependen dan Independen Variabel Dependen Variabel Independen JK AGRI JKBASIC JKCONSUMER JKFINANCE JKINFRA JKMANUF JKMINING JKMISC JKPROPERTI JKTRADE Sumber: Data penulis (2016) Return sektor pertanian Return sektor industri dasar dan kimia Return sektor barang konsumsi Return sektor keuangan Return sektor infrastruktur Return sektor manufaktur Return sektor pertambangan Return sektor aneka industri Return sektor properti Return sektor perdagangan BI Rate Cadangan devisa Ekspor Harga Minyak Mentah Indonesia Inflasi Kurs Penelitian ini menggunakan metode SUR (Seemingly Unrelated Regression) dengan bentuk persamaan multifaktor. Seemingly Unrelated Regression (SUR) merupakan metode regresi yang terdiri dari beberapa persamaan regresi (sistem persamaan regresi) yang saling berkorelasi. Principal Component Analysis (PCA) Principal Component Analysis (PCA) atau biasa disebut analisis komponen utama adalah sebuah teknik untuk membangun variabel-variabel baru yang merupakan kombinasi linear dari variabel-variabel asli. Analisis ini digunakan untuk membuat sebuah set variabel baru, atau variabel komponen, atau variabel laten, atau faktor, menggantikan sejumlah variabel asal. Penelitian ini membentuk enam variabel independen (X) menjadi dua faktor dan sepuluh sektor menjadi satu faktor. X 1, X 2, X 6 FX 1, FX 2 Y 1, Y 2, Y 10 FY Selain membentuk faktor X sebagai variabel independen, penelitian ini juga membentuk faktor Y yang merupakan faktor bentukan dari return indeks sepuluh sektor. Faktor Y digunakan sebagai variabel independen yang dapat mempengaruhi return masing masing sektor. Penelitian ini menggunakan faktor Y t-1 untuk melihat apakah pergerakan return indeks sektoral di periode sebelumnya mempengaruhi return indeks sektoral di periode berikutnya. Setelah terbentuk faktor baru, berikut adalah fungsi baru yang dapat digunakan: Yi = f (FX 1, FX 2, FY t-1 ) Fungsi di atas dapat dikembangkan menjadi persamaan di bawah ini: Yi = α + β m FX 1 + β m FX 2 + β m FY t-1 + e Keterangan : Yi = Return indeks harga saham sektoral (sepuluh sektor) α = Konstanta FX 1, FX 2 = Faktor X yang mempengaruhi return indeks sektoral FY = Faktor Y yang mempengaruhi return indeks sektoral β m = parameter / koefisien faktor FX 1, FX 2, FY t-1 t = trend waktu

7 Pembentukan Variabel Dummy (Structural Break) Structural break adalah suatu konsep ekonometrika dimana terjadinya perubahan struktur kondisi makro ekonomi dalam suatu runtut waktu. Waktu terjadinya perubahan struktur (waktu break) tersebut ada yang diketahui dan ada yang tidak diketahui kapan terjadinya. Perubahan ini umumnya terjadi ketika terjadi ada perubahan ekonomi. Penelitian ini menggunakan periode 2007 hingga 2014 dimana pada periode 2008terjadi krisis ekonomi global yang mempengaruhi kondisi perekonomian di dunia dan di Indonesia Terdapat dua cara untuk mengatasi terjadinya perubahan struktur ini, salah satunya menggunakan variabel dummy untuk mengatasi terjadinya perubahan struktur. Dalam penelitian ini terdiri dari dua kriteria variabel dummy yaitu: 1 untuk menggambarkan adanya perubahan struktur ekonomi yang disebabkan krisis ekonomi dan 0 untuk menggambarkan tidak adanya perubahan struktur ekonomi yang disebabkan krisis ekonomi. Penelitian ini membentuk dua variabel dummy dengan kriteria: 1. Variabel dummy 1 (D 1 ) menggambarkan kondisi perubahan struktur ekonomi dengan asumsi setelah terjadinya break, kondisi perekonomian kembali normal. 2. Variabel dummy 2 (D 2 ) menggambarkan kondisi perubahan struktur ekonomi dengan asumsi setelah terjadinya break, kondisi perekonomian tidak kembali normal. Pembentukan Persamaan Baru Setelah membentuk variabel dummy yang menggambarkan kondisi perubahan struktur ekonomi maka dapat dibentuk fungsi baru: Yi = f (FX 1, FX 2, D 1, D 2, FY t-1 ) Fungsi di atas dapat dikembangkan menjadi persamaan di bawah ini: Yi = α + β m FX 1 + β m FX 2 + β m D 1 + β m D 2 + β m FY t-1 + e Dimana : Yi = Return indeks harga saham sektoral (sepuluh sektor) α = Konstanta FX 1, FX 2 = Faktor X yang mempengaruhi return indeks sektoral D 1, D 2 = Variabel dummy FY = Faktor Y yang mempengaruhi return indeks sektoral β m = parameter / koefisien faktor FX 1, FX 2, D 1,D 2,FY t-1 t = trend waktu Penelitian ini menggunakan sepuluh variabel dependen dan tiga faktor serta dua variabel dummy sebagai variabel independen, maka dapat dirumuskan matriks sebagai berikut: [ ] [ ] [ ] + [ ] +[ ] + [ ] + [ ] + [ ] Dimana : Y 1, Y 2 Y 10 = Return indeks harga saham sektoral (sepuluh sektor) β 0, β 6, β 54 = Konstanta β 1, β 2,.β 59 = Parameter / koefisien faktor FX 1,FX 2,D 1,D 2,FY t-1 FX 1, FX 2 = Faktor X yang mempengaruhi return indeks sektoral D 1, D 2 = Variabel dummy FY = Faktor Y yang mempengaruhi return indeks sektoral t = Trend waktu Seemingly Unrelated Regression (SUR) Seemingly Unrelated Regression (SUR). Metode Seemingly Unrelated Regression (SUR) merupakan regresi yang terdiri dari beberapa persamaan regresi (sistem persamaan regresi). Metode SUR digunakan apabila antar persamaan regresi terdapat korelasi contemporaneous. SUR dapat dilakukan jika error atau residual antara persamaan yang berbeda saling berkorelasi atau dengan kata lain terdapat korelasi kesebayaan (contemporaneous correlation) antara komponen. Penelitian ini mengasumsikan sepuluh sektor saling berhubungan, karena berdasarkan karakteristik dari sektor yang berbeda-beda dan dapat menjadi pelengkap maupun subtitusi bagi sektor satu dan

8 yang lain dalam berinvestasi saham menjadi alasan pemilihan metode SUR (Seemingly Unrelated Regression). Penggunaan metode SUR (Seemingly Unrelated Regression) tetap perlu memenuhi beberapa asumsi agar nilai dugaan bersifat Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Maka perlu dilakukan beberapa uji yang meliputi: uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinearitas. Uji asumsi klasik dilakukan terhadap sepuluh persamaan yang mewakili sepuluh sektor. Pengujian hipotesis menggunakan uji t untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Serta uji koefisien determinasi untuk melihat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Hasil Statistik Deskriptif N Maksimum Minimum Mean Std. Deviasi AGRI 96 36% -50,44% 1,31% 10,61 BASIC IND % -31,14% 1,70% 8,08 CONSUMER % -15,58% 1,95% 5,57 FINANCE % -25,36% 1,59% 7,38 INFRA 96 17,59% -28,68% 0,62% 6,12 MANUFACTURE 96 19,75% -27,55% 1,84% 6,66 MINING 96 43,64% -40,22% 1,06% 11,52 MISC IND 96 21,23% -38,68% 2,03% 9,18 PROPERTI 96 19,17% -28,84% 1,93% 8,97 TRADE 96 19,63% -39,24% 1,54% 7,71 BI RATE 96 9,50% 5,75% 7,16% 1.08 CADANGAN , , , ,24 DEVISA EKSPOR , , , ,28 HARGA MINYAK ,96 38,45 92,1 22,65 INDONESIA INFLASI 96 12,14% 2,41% 6,22% 2,3 KURS ,19 Sumber: Data olahan penulis (2016) Analisis Deskriptif Berdasar tabel di atas, saham pertambangan dan pertanian adalah sektor yang pergerakannya cukup besar, dimana mencapai return tertinggi hingga 40% dan return terendah hingga -40%. Hal ini menunjukkan kedua sektor tersebut cukup peka terhadap kondisi perekonomian maupun hal lain dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain. Untuk faktor makro ekonomi, terlihat pergerakannya dipengaruhi satu sama lain. Seperti BI Rate dan inflasi, serta cadangan devisa dan ekspor. Tabel 3. Hasil Estimasi Principal Component Analysis (PCA) FX1 FX2 BI Rate * Inflasi * Cadangan Devisa * Ekspor * Harga Minyak Mentah Indonesia * Kurs * Sumber: Hasil olahan data menggunakan Eviews (2016)

9 Hasil dari analisis faktor menunjukkan bahwa yang tergolong ke dalam faktor X-1 (FX1) yang selanjutnya disebut dengan faktor moneter adalah sub variabel BI rate, inflasi, dan kurs. Sedangkan yang tergolong dalam faktor X-2 (FX2) yang selanjutnya disebut dengan faktor riil adalah variabel cadangan devisa, ekspor, harga minyak mentah Indonesia. Selain pembentukan faktor independen (FX), penelitian ini juga membentuk faktor dependen (FY). Pembentukan faktor Y (FY) mencakup return indeks sepuluh sektor, FY merupakan variabel bentukan baru yang dapat menggambarkan return sepuluh indeks sektoral. Uji Asumsi Klasik Penggunaan metode SUR (Seemingly Unrelated Regression) tetap perlu memenuhi beberapa asumsi agar nilai dugaan bersifat Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Maka perlu dilakukan beberapa uji yang meliputi: uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinearitas. Uji asumsi klasik dilakukan terhadap sepuluh persamaan yang mewakili sepuluh sektor. Berikut adalah ringkasan hasil pengujian asumsi klasik Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Asumsi Klasik Autokorelasi Heterokedastisitas Normalitas Keterangan AGRI Tidak ada masalah autokorelasi, BASIC Tidak ada masalah autokorelasi, CONSUMER Tidak ada masalah autokorelasi, FINANCE Tidak ada masalah autokorelasi, INFRA Tidak ada masalah autokorelasi, MANUF Tidak ada masalah autokorelasi, MINING Tidak ada masalah autokorelasi, MISC Tidak ada masalah autokorelasi, PROPERTI Tidak ada masalah autokorelasi, TRADE Tidak ada masalah autokorelasi, Penilaian P-value obs*- square > α (0,05) P-value obs*- square > α (0,05) Sumber: Hasil olahan data menggunakan Eviews (2016) P-value obs*- square > α (0,05) Tabel 5. Hasil Uji Multikolinieritas Correlation FX1 FX2 D1 D2 FY(-1) FX FX D D FY(-1) Sumber: Hasil olahan data menggunakan Eviews (2016)

10 Berdasarkan hasil uji multikolinieritas di atas menunjukkan tidak ada masalah multikolinieritas, karena besarnya koefisien korelasi masing-masing variabel <0.8. Seemingly Unrelated Regression (SUR) SUR dapat dilakukan jika error atau residual antara persamaan yang berbeda saling berkorelasi atau dengan kata lain terdapat korelasi kesebayaan (contemporaneous correlation) antara komponen εi. Penelitian ini mengasumsikan sepuluh sektor saling berhubungan, karena berdasarkan karakteristik dari sektor yang berbeda-beda dan dapat menjadi pelengkap maupun subtitusi bagi sektor satu dan yang lain dalam berinvestasi saham. Hal ini menjadi alasan pemilihan metode SUR (Seemingly Unrelated Regression). Berikut adalah ringkasan hasil pengujian menggunakan Seemingly Unrelated Regression (SUR): Tabel 6. Hasil Estimasi SUR Kons FX1 FX2 D1 D2 FY(-1) R 2 AGRI , ,4% (-0,48) (-0.61) (-2.93)* (-5.88)* (1.46) (1.39) BASIC ,9% (-0.15) (-2.21)** (-1.65)*** (-4.42) (1.40) (0.04) CONSUMER ,4% (-0.55) (-2.99)* (-1.36) (-3.16)* (2.45)** (0.65) FINANCE % (-0.68) (-1.27) (-1.75) (-4.09)* (1.95) (-0.07) INFRA % (-1.75)*** (-1.27) (-2.25)** (-5.93)* (2.75) (-0.27) MANUF % (-0.51) (-2.97)* (-2.11)** (-5.12)* (2.23)** (-0.02) MINING % (0.55) (-2.30)** (-2.44)** (-.3.77)* (0.03) (1.06) MISC % (-0.51) (-2.27)** (-2.55)** (-5.34)* (1.95)*** (-0.34) PROPERTI 1.45 (0.67) (-1.76)*** (-0.014) (-3.16)* 1.01 (0.39) 0.50 (0.20) 16.51% TRADE (-0.19) (-2.80)* (-0.43) *Signifikan pada titik kritis 1% **Signifikan pada titik kritis 5% ***Signifikan pada titik kritis 10% Sumber: Hasil olahan data menggunakan Eviews (2016) (-5.80)* 2.80 (1.52) 2.20 (1.26) Berdasarkan hasil estimasi diperoleh bahwa indeks sektor pertanian dipengaruhi negatif signifikan oleh faktor makro ekonomi riil (cadangan devisa, ekspor, ICP) dan kondisi krisis ekonomi. Untuk sektor industri dasar dan kimia dipengaruhi negatif signifikan oleh faktor makro ekonomi moneter (BI Rate, inflasi, kurs) dan kondisi krisis ekonomi. Sektor barang konsumsi dipengaruhi negatif signifikan oleh faktor makro ekonomi moneter (BI Rate, inflasi, kurs) dan kondisi krisis ekonomi. Sektor keuangan dan sektor properti tidak dipengaruhi faktor makro ekonomi moneter maupun faktor makro ekonomi riil, karena sifat sektor tersebut yang sangat peka terhadap perubahan ekonomi, sedangkan penelitian ini menggunakan jangka waktu yang cukup panjang yaitu delapan tahun. Namun sektor keuangan dan properti dipengaruhi kondisi krisis ekonomi. Sektor infrastruktur dipengaruhi negatif signifikan oleh faktor makro ekonomi moneter (BI Rate, inflasi, kurs) dan kondisi krisis ekonomi. Sektor manufaktur dipengaruhi negatif signifikan oleh faktor makro ekonomi moneter (BI Rate, inflasi, kurs), faktor makro ekonomi riil (cadangan devisa, ekspor, ICP) dan kondisi krisis ekonomi. Sektor pertambangan dipengaruhi negatif signifikan oleh faktor makro ekonomi moneter (BI Rate, inflasi, kurs), faktor makro ekonomi riil (cadangan devisa, ekspor, ICP) dan kondisi 41,28%

11 krisis ekonomi. Sektor aneka industri dipengaruhi negatif signifikan oleh faktor makro ekonomi moneter (BI Rate, inflasi, kurs), faktor makro ekonomi riil (cadangan devisa, ekspor, ICP) dan kondisi krisis ekonomi. Sektor perdagangan dipengaruhi negatif signifikan oleh faktor makro ekonomi moneter (BI Rate, inflasi, kurs) dan kondisi krisis ekonomi. Indeks harga saham sektoral di periode sebelumnya (FY t-1 ) tidak berpengaruh terhadap sepuluh sektor. Berdasar hasil penelitian, faktor makro ekonomi moneter (BI Rate, inflasi, kurs) lebih berpengaruh terhadap return sektoral. Koefisien determinasi sebesar 16%-40% menggambarkan terdapat faktor-faktor lain di luar model yang mempengaruhi pergerakan indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia. Tabel 7. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap Sektor Sektor Variabel Koefisien FX Loading Factor Koefisien variabel Pertanian Cadangan devisa Ekspor ICP Industri Dasar BI rate Inflasi Kurs Barang Konsumsi BI rate Inflasi Kurs Infrastruktur Cadangan devisa Ekspor ICP Manufaktur BI Rate Inflasi Kurs Cadangan devisa Ekspor ICP Pertambangan BI Rate Inflasi Kurs Cadangan devisa Ekspor ICP Aneka Industri BI Rate Inflasi Kurs Cadangan devisa Ekspor ICP Perdagangan BI rate Inflasi Kurs Sumber: Hasil olahan data menggunakan Eviews (2016) Tabel 7 di atas menunjukkan pengaruh dan koefisien masing-masing variabel makro ekonomi terhadap return indeks masing masing sektor. Koefisien masing-masing variabel diperoleh dari perkalian antara koefisien dari FX, hasil estimasi Seemingly Unrelated Regression pada tabel 6 dengan loading faktor masing-masing variabel pada tabel 5 yang menunjukkan hasil estimasi Principal Component Analysis. Pembahasan Faktor makro ekonomi segi moneter yang terdiri dari BI Rate, inflasi, kurs lebih dominan mempengaruhi indeks sektoral. BI Rate, inflasi, kurs berpengaruh negatif terhadap sektor pertanian, infrastruktur, manufaktur, pertambangan dan aneka industri. Hal ini mendukung

12 penelitian yang dilakukan Okky (2012) dan Kewal (2012) yang menyatakan kurs berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham di Indonesia. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan Hsing (2011) yang menyatakan suku bunga, inflasi, kurs berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham suatu negara. Penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi makro ekronomi segi moneter tidak berpengaruh terhadap sektor keuangan dan properti. Hal ini bertolak belakang dengan karakteristik dua sektor tersebut yang sensitif terhadap perubahan kondisi moneter. Hal tersebut dapat disebabkan karena sifat sektor keuangan dan properti yang langsung merespon perubahan moneter, dapat dikatakan berpengaruh dalam jangka pendek sedangkan penelitian ini menggunakan periode penelitian yang panjang yaitu delapan tahun. Faktor makro ekonomi segi riil yang terdiri dari cadangan devisa, ekspor, harga minyak mentah Indonesia berpengaruh negatif terhadap sektor pertanian, infrastruktur, manufaktur, pertambangan dan aneka industri. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan Ozcan (2012) dan Basci (2013) yang menyatakan ekspor berpengaruh terhadap indeks harga saham. Namun hal ini bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa cadangan devisa, ekspor, harga minyak mentah Indonesia berpengaruh positif terhadap indeks harga saham. Terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi hal ini yaitu karakteristik sektor yang berbeda akan memberikan respon yang berbeda terhadap kondisi ekonomi. Seperti sektor pertanian, manufaktur, aneka industri yang rentan terhadap gejolak harga dan biaya produksi. Ketika harga minyak mentah meningkat, maka biaya produksi akan meningkat dan menurunkan produksi, karena minyak mentah merupakan bahan baku untuk kegiatan operasional. Penurunan ini akan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan yang bergerak di sektor pertanian, yang akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan mempengaruhi harga saham. Penurunan harga minyak mentah diharapkan dapat mengurangi beban APBN dalam pembiayaan impor BBM bersubsidi, sehingga anggaran pemerintah dapat digunakan untuk proyek pembangunan lain. Sektor infrastruktur yang didominasi perusahaan perusahaan BUMN seperti menjadi pilihan investasi dan sentimen positif bagi investor. Hal ini dapat menyebabkan return dan harga saham infrastruktur meningkat. Sementara untuk sektor pertambangan Kementerian Energi dan Sumber Daya RI mengeluarkan peraturan yang tertuang dalam UU nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara kebijakan larangan ekspor raw mineral atau bahan mentah tambang ke luar negeri hal ini menjadi sentimen negatif bagi investor. Terjadinya structural break yang menggambarkan krisis perekonomian pada 2008 berpengaruh negatif terhadap return semua sektor. Selain itu, berdasar hasil penelitian return indeks sektoral di periode sebelumnya tidak berpengaruh terhadap sepuluh sektor. Hal ini disebabkan return indeks tidak hanya dipengaruhi pergerakan harga di masa lalu karena kondisi perekonomian yang lebih mendominasi dan berubah ubah setiap waktu. E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kondisi makro ekonomi akan mempengaruhi kegiatan perusahaan sehari-hari yang akan berpengaruh pada harga saham dan kondisi sektoral di pasar modal. Karakteristik setiap sektor/ industri yang berbeda-beda akan memberikan respon yang berbeda pula terhadap kondisi perekonomian. Berdasarkan hasil penelitian, faktor makro ekonomi moneter (BI rate, inflasi, kurs) berpengaruh negatif terhadap sektor industri dasar dan kimia, barang konsumsi, manufaktur, pertambangan, aneka industri, perdagangan. Faktor makro ekonomi riil (cadangan devisa, ekspor, harga minyak mentah Indonesia) berpengaruh negatif terhadap sektor pertanian, infrastruktur, manufaktur, pertambangan dan aneka industri. Faktor makro ekonomi segi moneter lebih dominan dalam mempengaruhi indeks sektoral, Variabel-variabel moneter merupakan variabel makro yang mempengaruhi lingkungan dan kinerja perusahaan, yang nantinya berpengaruh terhadap masingmasing sektor. Terjadinya structural break yang menggambarkan krisis perekonomian pada periode berpengaruh negatif terhadap semua sektor. Pergerakan indeks sektoral di masa lalu tidak berpengaruh terhadap sepuluh sektor karena kondisi perekonomian yang lebih mendominasi dan berubah ubah setiap waktu

13 Saran Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang diberikan yaitu: 1. Bagi investor, dapat menggunakan analisis fundamental makro ekonomi dan analisis sektoral sebelum melakukan investasi saham. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sektorsektor mana saja yang dapat dijadikan pilihan investasi. Sehingga dengan memecah investasi saham di beberapa sektor, dapat mengurangi risiko atau meminimalisir kerugian yang diterima oleh seorang investor dalam berinvestasi dalam pasar modal. 2. Pemerintah diharapkan dapat menjaga kondisi makro ekonomi terutama dari segi moneter yang langsung mempengaruhi kinerja perusahaan agar tetap stabil karena dapat mempengaruhi kinerja pasar modal terutama sektor-sektor saham. Pemerintah dapat membuat kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong kinerja pasar modal agar kondisi pasar modal di Indonesia stabil dan berkembang. 3. Bagi peneliti yang merasa tertarik untuk mengkaji bidang yang sama dengan penelitian ini disarankan untuk menggunakan variabel lain yang mempunyai pengaruh lebih besar terhadap pasar modal khususnya sektor-sektor dalam pasar modal, karena penelitian ini hanya mewakili sekitar 30% setiap sektornya. DAFTAR PUSTAKA Basci, E. S., S. S. Karaca The Determinants of Stock Market Index: VAR Approach to Turkish Stock Market. International Journal of Economics and Financial Issues 3 (1): Bodie, Z., A. Kane, dan A. J. Marcus Manajemen Portofolio dan Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Hasan, M. M Sektor-Wise Stock Return Analysis: An Evidence from Dhaka Stock Exchange in Bangladesh. International Journal of Business and Management 6 (6): Hsing, Y The Stock Market and Macroeconomic Variabels in BRICS Country and Policy Implications. International Journal of Economics and Financial Issues 1 (1): Husnan, S Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Kewal, S., dan Suramaya Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB terhadap IHSG. Jurnal Ekonomika 8 (1). Okky, D., Setiawan Permodelan Indeks Harga Saham, Kurs, Harga Minyak Dunia dengan Pendekatan Vector Autoregressive. Jurnal Sains dan Seni Institut Teknologi Sepuluh November 1 (1). Ozcan, A The Relationship Between Macroeconomic Variabels and ISE Industri Index. International Journal of Economics and Financial Issues 2 (2): Roisondo, I Analisis Pengaruh Indikator Makroekonomi dan Indeks Saham Regional ASEAN terhadap Pasar Saham Indonesia (IHSG). Skripsi. Universitas Brawijaya. Tandelilin, E Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius. Wira Analisis Fundamental Saham. Edisi Kedua. Jakarta: Exceed.

Prosiding Akuntansi ISSN:

Prosiding Akuntansi ISSN: Prosiding Akuntansi ISSN: 2460-6561 Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Jenis Penelitian ini termasuk penelitian kausal, yang bertujuan menguji hipotesis tentang pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Penelitian kausal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di

I. PENDAHULUAN. banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setelah melewati masa krisis pada bulan Juli 1997 hingga Desember 1998, banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di antara berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang dan pengaruhnya terhadap aset investasi. penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Husnan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. uang dan pengaruhnya terhadap aset investasi. penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Husnan, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arus globalisasi telah menyebabkan terjadinya integrasi pasar dunia sehingga perekonomian suatu negara tidak akan terhindar dari pengaruh ekonomi di belahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Indeks harga saham gabungan (IHSG) merupakan suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi IHSG, salah satunya faktor makroekonomi. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/20

OVERVIEW 1/20 http://www.deden08m.wordpress.com OVERVIEW 1/20 Bab ini membahas pendekatan dalam analisis sekuritas di pasar modal melalui top-down approach, yaitu analisis terhadap berbagai variabel ekonomi makro dalam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. dunia yang terjadi disebabkan oleh krisis surat utang subprime mortgage

BAB I. PENDAHULUAN. dunia yang terjadi disebabkan oleh krisis surat utang subprime mortgage BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar keuangan dunia kembali mengalami resesi. Resesi ekonomi dunia yang terjadi disebabkan oleh krisis surat utang subprime mortgage di Amerika Serikat (AS). Indeks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak peneliti dan analis saham menyatakan bahwa, turun-naiknya Indeks Harga Saham di pasar modal ada hubungannya dengan perkembangan ekonomi makro yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup berpengaruh terhadap perekonomian negara. Dan adanya ketergantungan yang diharapkan bahwa pasar

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : IHSG, Nilai Tukar, Suku Bunga, Inflasi

Abstrak. Kata kunci : IHSG, Nilai Tukar, Suku Bunga, Inflasi Judul : Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Nama : Sangga Yoga Wismantara NIM : 1315251131 Abstrak Pasar modal memiliki peran penting

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, kurtosis. dan skewness (kemencengan distribusi).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, kurtosis. dan skewness (kemencengan distribusi). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Menurut Ghozali (2011: 19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yang semakin

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yang semakin BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yang semakin tumbuh, peran jasa keuangan menjadi sangat penting oleh sebagian besar masyarakat, pengusaha

Lebih terperinci

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Per Dollar AS, Tingkat Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia.

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Per Dollar AS, Tingkat Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia. i ABSTRAK Fella (0552228) Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Per Dollar AS, Tingkat Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia. Krisis moneter yang terjadi sejak tahun 1997, berakibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu negara, sehingga dalam melakukan investasi seorang investor memerlukan suatu analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melalui akses data publikasi pada website resmi Bursa Efek Indonesia untuk

BAB III METODE PENELITIAN. melalui akses data publikasi pada website resmi Bursa Efek Indonesia untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian berlokasi di Bursa Efek Indonesia pada sektor pertambangan melalui akses data publikasi pada website resmi Bursa Efek Indonesia untuk menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Laba tersebut merupakan salah satu sumber daya perusahaan yang sangat penting

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN INDEKS HANG SENG TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE

ANALISIS PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN INDEKS HANG SENG TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE ANALISIS PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN INDEKS HANG SENG TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2011-2015 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pasar modal yang mengalami pasang surut memberikan tanda bahwa kegiatan di pasar modal memiliki hubungan yang erat dengan keadaan ekonomi makro, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh inflasi, suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi, yang efektif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan pasar keuangan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan mengingat setiap perubahan kebijakan moneter untuk mempengaruhi aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Di beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dunia investasi selalu mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. a. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi terhadap IHSG

BAB V PEMBAHASAN. a. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi terhadap IHSG BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh Simultan a. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi terhadap IHSG Berdasarkan hasil dari analisa regresi uji F didapat nilai signifikansi sebesar

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh inflasi di Indonesia, rasio Bank Indonesia (BI rate) dan nilai tuka rupiah (kurs) terhadap Jakarta Islamic Index (JII).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks Sektoral BEI (Bursa Efek Indonesia) merupakan sub indeks dari IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Semua emiten yang tercatat di BEI diklasifikasikan

Lebih terperinci

Disusun oleh : ARUM DESMAWATI MURNI MUSSALAMAH B

Disusun oleh : ARUM DESMAWATI MURNI MUSSALAMAH B PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berkembang dalam pertumbuhan perekonomian, maka indonesia memerlukan dana dalam jumlah besar atau adanya dana. Dalam perekonomian indonesia

Lebih terperinci

BAB II PENDAHULUAN...

BAB II PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Halaman Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel... x Gambar... xi Intisari... xiii Abstract... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 63 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Penelitian Data dari variabel-variabel yang akan digunakan dalam analisis pada penelitian ini akan penulis sajikan dalam bentuk tabelaris sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana

I. PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi saat ini dan di masa datang. Investasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini pasar modal merupakan instrumen penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Data ini dipilih karena seperti pada data yang telah dikutip dari

BAB III METODE PENELITIAN Data ini dipilih karena seperti pada data yang telah dikutip dari BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), periode tahun 2012-2015.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang mempengaruhi hampir seluruh sektor perekonomian. Akibat dari ketidakstabilan tersebut banyak perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara demand dan supply

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara demand dan supply 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara demand dan supply dari instrumen keuangan jangka panjang yang dapat di perdagangkan dalam bentuk hutang

Lebih terperinci

4. Hasil Penelitian. Tabel 4.1 Koefisien Korelasi Inflasi, Suku Bunga dan Return Kurs terhadap

4. Hasil Penelitian. Tabel 4.1 Koefisien Korelasi Inflasi, Suku Bunga dan Return Kurs terhadap 4. Hasil Penelitian Tabel 4.1 Koefisien Korelasi Inflasi, Suku terhadap Return IHSG dan Indeks Sektoral -industri di BEJ Obyek Penelitian Inflasi Suku bunga Return Return IHSG 0.024-0.147-0.478** Return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang di lakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan di beberapa jenis pasar keuangan, mulai dari pasar uang, pasar modal, hingga pasar derivatif. Dalam setiap jenis pasar ini, investasi memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH. Disusun Oleh : MAR ATUS SHOLIHAH B

KARYA ILMIAH. Disusun Oleh : MAR ATUS SHOLIHAH B ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA, INFLASI, DAN NILAI TUKAR TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN JASA PERHOTELAN DAN PARIWISATA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA KARYA ILMIAH Disusun dan Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pasar modal dianggap sebagai sarana pembentuk modal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Setiap investor atau orang yang melakukan investasi pada

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Ekspor impor pertanian menurut subsektor, (juta Ton)

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Ekspor impor pertanian menurut subsektor, (juta Ton) 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Selama periode 2008-2013, kinerja Sektor Pertanian mengalami pertumbuhan positif sebesar 5.89% per tahun. Pada tahun 2012 kontribusi Sektor Pertanian terhadap total PDB Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH KURS RUPIAH, INFLASI DAN BI RATE TERHADAP HARGA SAHAM (Studi pada Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia Periode )

PENGARUH KURS RUPIAH, INFLASI DAN BI RATE TERHADAP HARGA SAHAM (Studi pada Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia Periode ) PENGARUH KURS RUPIAH, INFLASI DAN BI RATE TERHADAP HARGA SAHAM (Studi pada Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2013) Deny Rohmanda Suhadak Topowijono Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor energi memiliki peran penting dalam pembangunan. Sumbersumber

I. PENDAHULUAN. Sektor energi memiliki peran penting dalam pembangunan. Sumbersumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor energi memiliki peran penting dalam pembangunan. Sumbersumber energi seperti minyak bumi, batubara, gas bumi dan listrik sangat dibutuhkan dalam semua aspek kehidupan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari faktor-faktor ekonomi makro seperti Interest Rate dan Foreign Exchange Rate selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Menurut Suad Husnan (1994), pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian suatu negara merupakan salah satu hal yang penting bagi keberlangsungan negara tersebut. Sebuah negara yang berkembang pasti menghadapi berbagai masalah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 111 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan, pada penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara simultan atau bersama-sama variabel independent yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam perekonomian suatu negara saat ini ditunjang oleh peranan penting pasar modal dimana pasar modal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL

ANALISIS FUNDAMENTAL 1 Pertemuan 5 ANALISIS FUNDAMENTAL Dalam menentukan nilai saham, investor perlu memperhatikan dividen dan earning yang diharapkan dari suatu perusahaan di masa datang. Besarnya dividen dan earning yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana untuk menghubungkan investor (pemodal) dengan perusahaan atau institusi pemerintah. Investor merupakan pihak yang mempunyai kelebihan dana,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi global saat ini telah mendorong para investor untuk berinvestasi di pasar modal. Keberadaan pasar modal di suatu negara bisa menjadi acuan untuk

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. bagaimana hasilnya apakah signifikan atau tidak. terhadap variabel-variabel dependen.

BAB III. Metode Penelitian. bagaimana hasilnya apakah signifikan atau tidak. terhadap variabel-variabel dependen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu likuiditas saham dan return saham. Alasan penulis memilih keduanya yaitu untuk mengetahui

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pergerakan harga saham dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kinerja perusahaan, tingkat bunga, faktor politik, keamanan, dan lain sebagainya. Bagi para investor yang ingin menginvestasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan, hanya saja yang membedakan pasar modal adalah barang barang

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan, hanya saja yang membedakan pasar modal adalah barang barang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal atau bursa merupakan sumber pendanaan yang cukup penting di era globalisasi saat ini. Pasar modal dapat diumpamakan sebagai tempat perbelanjaan, hanya

Lebih terperinci

Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia (BEI) Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia (BEI) Ledi Lasni Jurusan Akuntansi Falkultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua negara mulai melakukan reformasi di bidang ekonomi dengan mulai membuka diri terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. tingkat suku bunga SBI, harga emas dunia, harga crude oil, nilai kurs Dollar

BAB 5 PENUTUP. tingkat suku bunga SBI, harga emas dunia, harga crude oil, nilai kurs Dollar 93 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menganalisa pengaruh faktor fundamental makro ekonomi terhadap indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Faktor fundamental makro ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian yang akan dicapai, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian. 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sektor perbankan sangat berperan penting dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan. Dahulu sektor perbankan tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting di dalam kegiatan perekonomian sehingga efektivitas pasar modal seringkali dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima untuk tiap investor. Tujuan utama dari aktivitas pasar modal adalah

BAB I PENDAHULUAN. diterima untuk tiap investor. Tujuan utama dari aktivitas pasar modal adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan laba oleh investor dapat ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya dengan berinvestasi pada pasar modal. Kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat terjadi akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 51 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian, maka desain penelitian yang digunakan adalah kombinasi antara deskriptif dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat 23 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Menurut UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian pasar modal adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu Negara di lihat dari perkembangan pasar keuangannya, termasuk pasar uang, pasar saham, dan pasar komoditi. Demikian

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2014 dan mengambil data yang berasal dari situs resmi Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Tingkat Suku Bunga (BI Rate) Terhadap Hasil Investasi Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah Di Indonesia Berdasarkan hasil pengujian data pada tabel Coefficients

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian yang pesat selalu diiringi dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perekonomian suatu negara dituntut untuk dapat memiliki sumber daya yang memenuhi setiap kebutuhan dari negara tersebut. Bukan hanya sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur perkembangan perekonomian di sebuah negara. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current

BAB I PENDAHULUAN. komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu selalu dihadapkan dalam beberapa pilihan dalam hidupnya, misalnya saja pilihan dalam menentukan proporsi dana dan sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperoleh konsumsi dimasa yang akan datang. Investasi apapun. pendapatan dan capital gain seperti yang diharapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperoleh konsumsi dimasa yang akan datang. Investasi apapun. pendapatan dan capital gain seperti yang diharapkan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan bentuk penundaan konsumsi masa sekarang untuk memperoleh konsumsi dimasa yang akan datang. Investasi apapun bisa dipastikan mengandung risiko.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Nilai Tukar Rupiah, Harga Minyak Dunia, IHSG

ABSTRAK. Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Nilai Tukar Rupiah, Harga Minyak Dunia, IHSG ABSTRAK Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi IHSG yaitu faktor makro dan mikro ekonomi. Faktor makro ekonomi tersebut diantaranya adalah Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

Lebih terperinci