BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.
|
|
- Sukarno Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan pasar keuangan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan mengingat setiap perubahan kebijakan moneter untuk mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan. Oleh karena itu diperlukan pasar keuangan yang sehat dan memiliki ketahanan yang tinggi untuk menjamin kelancaran mekanisme transmisi kebijakan moneter ke sektor riil (Prastowo, 2008). Berbagai perubahan struktural pada pasar keuangan paska krisis menyebabkan kebijakan moneter menghadapi tantangan yang semakin sulit. Hingga saat ini kebijakan moneter untuk mengendalikan laju inflasi diduga masih terkendala oleh kondisi pasar keuangan. Ekspansi moneter yang dilakukan untuk mendorong pemulihan ekonomi melalui penurunan suku bunga tidak serta merta meningkatkan pembiayaan pasar keuangan kepada sektor riil di dalam perekonomian. Sementara itu, kebijakan moneter kontraktif melalui kenaikan suku bunga untuk mengatasi tekanan inflasi justru menimbulkan dampak negatif yang besar pada perekonomian melalui penurunan kualitas modal dan penurunan pembiayaan pasar keuangan, fenomena ini lebih dikenal dengan istilah financial accelerator. Seiring dengan penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) pada Juli 2005, Bank Indonesia memperkenalkan penggunaan BI Rate sebagai referensi suku bunga yang menjadi acuan bagi para pelaku di pasar keuangan untuk 1
2 membaca sinyal kebijakan moneter ke depan. Setiap sinyal perubahan arah kebijakan moneter melalui BI Rate seyogyanya diikuti oleh perubahan suku bunga di pasar keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Secara teoritis, suku bunga jangka panjang cenderung untuk bergerak searah dengan suku bunga jangka pendek. Dengan demikian, diharapkan bahwa Yield dari aset jangka panjang seperti obligasi yang bergerak searah dengan pergerakan suku bunga, akan bergerak naik ketika suku bunga jangka pendek meningkat. Kenaikan Yield ini akan mengakibatkan obligasi menjadi lebih menarik karena diharapkan memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Pada saat terjadi pengetatan moneter, ada kecenderungan yang mendorong ke arah resesi ekonomi sehingga mengurangi keuntungan perusahaan. Penurunan expected return tersebut menyebabkan saham menjadi kurang kompetitif dibandingkan aset lainnya dan mengakibatkan turunnya harga saham. Faktanya Krisis ekonomi global yang masih berlangsung pada tahun 2009 memberikan tekanan yang cukup berat pada kebijakan moneter, terutama berupa peningkatan ketidakstabilan sistem keuangan domestik. Berlanjutnya krisis ekonomi global tersebut mendorong aliran modal keluar jangka pendek yang cukup besar pada triwulan I 2009, yang secara signifikan menurunkan kinerja pasar saham dan obligasi, menekan nilai tukar rupiah, serta menambah risiko perbankan domestik. Gejolak dalam sistem keuangan tersebut tidak dapat dibiarkan karena berisiko menurunkan berbagai capaian positif stabilitas makroekonomi sebelumnya. Kebijakan moneter telah ditempuh untuk merespons tekanan tersebut. Sepanjang tahun 2009, Bank Indonesia secara terukur 2
3 menerapkan stance kebijakan moneter longgar guna mendorong pemulihan ekonomi nasional. Stance kebijakan moneter longgar yang dilakukan secara terukur tampak pada perkembangan BI Rate yang cenderung menurun. Kebijakan moneter longgar ini berhasil meningkatkan indeks harga saham gabungan dan menyebabkan penurunan Yield SUN. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara BI Rate dan pasar keuangan Indonesia. Gambar 1.1 Perkembangan BI Rate, IHSG dan Yield SUN I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV BIRATE IHSG SUN Indikasi eratnya keterkaitan tersebut dapat dilihat pada gambar pergerakan BI Rate, pergerakan IHSG dan pergerakan Yield SUN. Pergerakan BI Rate dan IHSG yang terjadi menunjukkan arah yang berlawanan, dimana stance kebijakan moneter yang longgar melalui penurunan BI Rate akan diikuti oleh penguatan IHSG dan sebaliknya. Sedangkan pergerakan BI Rate dan Yield SUN menunjukkan arah yang searah, dimana stance kebijakan moneter yang longgar melalui penurunan BI Rate akan diikuti oleh penurunan Yield SUN begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori arus modal yang menyatakan tingkat suku bunga merupakan faktor utama yang mempengaruhi keputusan investor untuk 3
4 berinvestasi (Mankiw, 2007: 149). Tingkat suku bunga merupakan faktor utama berupa biaya oportunitas yang mempengaruhi keputusaan investor untuk membeli saham, begitu juga dengan performa IHSG juga merupakan salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi ekspektasi imbal hasil investor berupa capital gain begitu juga dengan Yield obligasi. Fakta-fakta di atas menunjukkan adanya keterkaitan erat antara kebijakan moneter melalui BI Rate dan pasar keuangan diindonesia. Pentingnya hal ini tercermin dari banyaknya artikel yang mencoba menjelaskan masalah tersebut. Dari hasil sebuah simposium mengenai transmisi kebijakan moneter, Mishkin (1995) mengidentifikasi empat jalur utama bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi aktivitas ekonomi, yaitu jalur suku bunga (interest Rate channel), jalur nilai tukar (exchange Rate channel), jalur harga asset (asset price channel), dan jalur kredit (credit channel yang diuraikan menjadi bank lending channel dan balance sheet channel). Dari berbagai jalur transmisi tersebut dapat dilihat secara jelas bahwa setiap jalur transmisi kebijakan moneter akan melalui dan memanfaatkan pasar keuangan. Jalur suku bunga dan jalur kredit terutama akan memanfaatkan perbankan dan pasar uang, sementara jalur nilai tukar memanfaatkan pasar valas, dan jalur harga aset memanfaatkan pasar modal. Hal ini membuktikan pentingnya peran pasar keuangan dalam mentransmisikan kebijakan moneter. Selanjutnya, Broome and Moorley (2004) menyimpulkan bahwa harga saham menjadi salah satu leading indicator yang signifikan untuk krisis ekonomi di negara-negara Asia tahun Secara tidak langsung, temuan tersebut 4
5 mengindikasikan pentingnya peran pasar modal dalam perekonomian dan transmisi kebijakan moneter. Artikel yang ditulis oleh James Tobin dan diterbitkan dalam Journal of Money, Credit and Banking pada tahun 1969 merupakan salah satu artikel fenomenal yang banyak dirujuk oleh artikel-artikel lainnya. Di dalam artikelnya, Tobin menjelaskan bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi pasar modal melalui perubahan harga barang modal (price of capital), yang kemudian dikenal dengan istilah Tobin s Q. Namun Tobin dan beberapa peneliti lainnya mengakui bahwa tidaklah mudah mengestimasi respon dari pasar modal terhadap perubahan kebijakan moneter karena adanya permasalahan edogeinity, dimana perubahan kebijakan moneter merupakan respon bank sentral terhadap perkembangan pasar modal. Bernanke dan Kuttner (2005) juga menyatakan bahwa sangat rumit untuk mengestimasi respon harga saham terhadap kebijakan moneter karena pasar tidak akan bereaksi terhadap kebijakan moneter yang telah terantisipasi (anticipated monetary policy). Dengan menggunakan metode event study, Bernanke dan Kuttner mencoba menganalisa reaksi pasar modal terhadap unexpected monetary policy. Hasil estimasi menunjukkan bahwa harga saham di pasar modal bereaksi negatif dan signifikan terhadap unexpected atau surprise kebijakan moneter. Peningkatan suku bunga kebijakan moneter (dalam hal ini Fed Fund Rate) yang belum terantisipasi akan menurunkan harga saham sebagai akibat dari efek subtitusi portofolio. Sementara Thorbecke (1997) menggunakan pendekatan cash flow untuk menjelaskan dampak kebijakan moneter terhadap pasar modal. Dengan 5
6 menggunakan argumen yang hampir sama dengan Bernanke dan Gertler (1995) bahwa kontraksi moneter yang mendorong terjadinya peningkatan suku bunga akan menurunkan cash flow perusahaan. Sementara teori menyebutkan bahwa harga saham merupakan present value dari cash flow perusahaan di masa mendatang. Dari hubungan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan moneter yang kontraktif akan menurunkan harga saham. Pengujian empiris dengan menggunakan pendekatan Vector Autoregression (VAR), Thorbecke menemukan bahwa kontraksi moneter mempunyai efek negatif dan signifikan terhadap stock return, baik nominal maupun riil. Sementara harga saham mempunyai pergerakan yang searah dengan stock return, sehingga secara tidak langsung kontraksi moneter berkorelasi negatif dengan harga saham. Hasil kajian Kohn dan Sack (2003) secara langsung membuktikan bahwa kontraksi moneter secara signifikan berdampak pada penurunan harga saham. Secara teoritis, pergerakan pasar obligasi dan pasar saham berlawanan arah karena bersifat subtitusi. Namun demikian, kontraksi moneter sama-sama memberikan dampak negatif terhadap harga saham dan obligasi. Harga obligasi akan turun jika suku bunga meningkat, atau sebaliknya. Dengan demikian, kontraksi moneter yang menyebabkan kenaikan suku bunga akan menurunkan harga obligasi. Yield mempunyai hubungan terbalik dengan harga obligasi, namun selaras dengan tingkat suku bunga (Prastowo, 2008). Mizrach dan Kopecky (2007) menjelaskan alur transmisi kebijakan moneter terhadap pasar obligasi yang kurang lebih sama dengan penjelasan sebelumnya. Kebijakan moneter akan mempengaruhi distribusi uang kas 6
7 (cash balance) dan pengeluaran konsumsi masyarakat. Peningkatan suku bunga mendorong masyarakat untuk memegang lebih banyak obligasi dan mengurangi uang kas dan konsumsi karena expected return dari obligasi meningkat. Selanjutnya, selain suku bunga hal yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan penilaian saham ialah investor hendaknya melakukan analisis fundamental untuk menilai prospek perusahaan. Tahapan yang paling utama dilakukan ialah analisis ekonomi. Hal ini bertujuan untuk membuat keputusan alokasi penginvestasian dana di beberapa negara atau dalam negeri dalam bentuk saham, obligasi ataupun kas. Analisis ekonomi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja pasar modal. Pasar modal mencerminkan perekonomian makro (Tandelilin, 2001:210). Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait dengan perubahan yang terjadi pada berbagai variabel ekonomi makro. Seperti yang kita ketahui bahwa harga obligasi akan sangat bergantung pada tingkat bunga yang berlaku, dan tingkat bunga ini akan dipengaruhi oleh perubahan ekonomi makro atau kebijakan ekonomi makro yang ditentukan oleh pemerintah. Sedangkan disisi lainnya, harga saham merupakan cerminan dari ekpektasi investor terhadap faktor-faktor earning, aliran kas dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga factor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kinerja ekonomi makro (Tandelilin, 2001: 211). 7
8 Emrah Ozbay (2009), Mark. A Hooker (2003), dan Siegel (1991), juga menyatakan bahwa adanya hubungan yang kuat antara harga saham dan kinerja indikator ekonomi makro. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan teori, fakta dan perbedaan hasil masing-masing penelitian terdahulu, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terkait hal tersebut dengan studi kasus Indonesia. Dengan kata lain, sentral dalam penelitian ini untuk melihat respon IHSG dan Yield Obligasi terhadap kejutan yang diberikan oleh BI Rate. Sebagai tambahan atas sentral penelitian, penelitian juga memasukkan beberapa indikator makroekonomi yaitu PDB Riil, nilai tukar riil, dan Indeks Harga Konsumen. Penelitian ini menambahkan beberapa indikator makroekonomi yang diindikasikan memiliki hubungan erat terhadap IHSG dan Yield SUN bertujuan untuk mengetahui respon Yield SUN dan IHSG terhadap kejutan variabel makroekonomi dan sebaliknya. Variabel makroekonomi yang dipakai pada penelitian ini dipilih berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu. 1.3 Pertanyaan Penelitian Uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimana respon IHSG dan Yield SUN terhadap shock BI Rate? 2. Bagaimana respon IHSG dan Yield SUN terhadap shock PDB, Nilai Tukar Rp/US $, IHK? 3. Bagaimana kontribusi IHSG dan Yield SUN dalam menjelaskan variabilitas BI Rate? 8
9 4. Bagaimana kontribusi PDB, Nilai Tukar Rp/US$, IHK dalam menjelaskan variabilitas IHSG dan Yield SUN? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis respon IHSG dan Yield SUN terhadap shock BI Rate. 2. Menganalisis respon IHSG dan Yield SUN terhadap shock variabel PDB, Nilai Tukar Rp/US$, IHK. 3. Menganalisis kontribusi IHSG dan Yield SUN dalam menjelaskan variabilitas BI Rate. 4. Menganalisis kontribusi PDB, Nilai Tukar Rp/US$, IHK dalam menjelaskan variabilitas IHSG dan Yield SUN. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Apabila dimungkinkan, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pertimbangan dalam merumuskan kebijakan moneter yang dilakukan oleh otoritas moneter di Indonesia. 2. Memperkaya studi empiris bagi para peneliti mengenai topik yang diteliti sehingga penelitian dengan topik serupa bisa lebih dikembangkan 9
10 1.6 Pembatasan Penelitian Penelitian dibatasi khusus untuk Indonesia dengan rentang periode penelitian tahun 2009:1-2013:12, dimana sepanjang tahun 2009, Bank Indonesia secara terukur menerapkan stance kebijakan moneter longgar guna mendorong pemulihan ekonomi nasional dengan penurunan BI Rate guna megatasi tekanan dari krisis global tahun 2008, tahun 2013 meupakan batas tahun data tersedia. Variabel pasar keuangan yang akan diteliti adalah indeks harga saham gabungan mempresentasikan pasar saham dan Yield SUN tenor 10 tahun mempresentasikan pasar obligasi. Pengklasifikasian pasar keuangan atas pasar saham dalam bentuk IHSG dan pasar obligasi dalam bentuk Yield SUN tenor 10 tahun bertujuan untuk mengetahui respon dari masing-masing jenis instrumen pasar keuangan terhadap perubahan BI Rate. Sedangkan, Cakupan indikator makroekonomi dalam penelitian ini difokuskan pada produk domestik bruto riil, nilai tukar riil, dan indeks harga konsumen. 1.7 Sistematika Penulisan Bagian utama dari penulisan ini disusun dengan mempergunakan sistematika sebagai berikut: Bab I akan dipaparkan uraian terkait pendahuluan; yang memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II akan dipaparkan uraian terkait landasan teori dan metodologi; yang memuat tinjauan pustaka, penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian, model, hipotesis penelitian, dan alat analisis. 10
11 Bab III akan dipaparkan uraian terkait hasil dan pembahasan; yang memuat statistik deskriptif, tahapan analisis, serta hasil dan temuan Bab IV terdiri dari kesimpulan dan saran yang merangkum hasil penelitian secara keseluruhan serta rekomendasi yang bisa dijadikan sebagai acuan bagi pengambil kebijakan berdasarkan hasil penelitian. 11
BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk
Lebih terperinciMasalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir seluruh aspek dalam perekonomian; itulah sebabnya proses kebijakan moneter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transmisi kebijakan moneter merupakan proses, dimana suatu keputusan moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. Perencanaan dalam sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan penting yang dimiliki oleh pasar uang dalam resiko investasi terhadap pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia memberikan manfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia menuntut berbagai prasyarat untuk mencapai keberhasilannya. Salah satunya adalah keterlibatan sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini dipersiapkan dan dilaksanakan untuk menganalisis penerapan kebijakan moneter berdasarkan dua kerangka perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter Bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik
BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu proses yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu proses yang menjelaskan bagaimana kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank sentral mempengaruhi aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara masih menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi perekonomian negara dimana pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian, terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi dalam suatu negara tidak terlepas dengan peran perbankan yang mempengaruhi perekonomian negara. Segala aktivitas perbankan yang ada di suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Jumlah uang beredar sangat mempengaruhi keadaan perekonomian di suatu negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu periode tertentu,
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. riil, dan meningkatnya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan ekonomi merupakan bagian penting dalam mencapai pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, tanpa adanya kebijakan ekonomi maka segala tujuan kegiatan perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian, sehingga dalam tatanan perekonomian suatu negara diperlukan pengaturan moneter yang disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh banyak ekonom terutama pelaku pasar keuangan, namun belum terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, istilah stabilitas sistem keuangan (SSK) telah dikenal oleh banyak ekonom terutama pelaku pasar keuangan, namun belum terdapat definisi baku yang diterima
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar, yang sudah go public. maupun yang belum go public sangat membutuhkan pasar keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan manapun baik yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar, yang sudah go public maupun yang belum go public sangat membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator sebuah negara apakah negara tersebut berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang meningkat setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika investasi itu dianggap menguntungkan. Salah satu pilihan investasi yang menguntungkan yaitu perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak
Lebih terperinciMekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011
Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa
Lebih terperinciINFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA
Pengantar Ekonomi Makro INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA NAMA : Hendro Dalfi BP : 0910532068 2013 BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator ekonomi makro guna melihat stabilitas perekonomian adalah inflasi. Inflasi merupakan fenomena moneter dimana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan
Lebih terperinciDasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal)
Proses Valuasi Dasar-Dasar Valuasi Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis 1. Perekonomian Fiscal Policy Longgar: mendorong konsumsi (Kebijakan Fiskal) Ketat: memperlambat konsumsi Monetary Policy (Kebijakan
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia pada dasarnya di mulai seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian Indonesia secara dinamis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian setiap negara tidak selalu stabil, tetapi berubahubah akibat berbagai masalah ekonomi yang timbul. Salah satu aspek penting dari kegiatan
Lebih terperinciIV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia
IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. September sampai Oktober Situasi ini membuat rekening modal dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di pasar saham, sampai dengan 24 Desember 2008, kepemilikan asing mencapai Rp. 436.6 triliun (67 persen dari total ekuitas kapitalisasi pasar) sedangkan investor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain mengorbankan sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi, salah satunya ialah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran pemerintah dalam mencapai kesejahteraan masyarakat yang digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi, salah satunya ialah melalui Bank Sentral. Bank Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral, kebijakan moneter yang dijalankan di Indonesia adalah dengan cara menetapkan kisaran BI Rate yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai Tukar adalah harga mata uang dari suatu negara yang diukur, dibandingkan, dan dinyatakan dalam nilai mata uang negara lainnya. 1 Krisis moneter yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya perekonomian, karena dalam
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Tingginya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) mengurangi beban negara (Samsul, 2006: 43).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) negara dalam perekonomian modern seperti saat ini, pasar modal memiliki peran yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Melihat berbagai kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral di seluruh dunia saat ini menunjukkan kecenderungan dan arah yang sama yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di media massa seringkali kita membaca atau mendengar beberapa indikator makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat Bank Indonesia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Setiap investor atau orang yang melakukan investasi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya pemulihan pasca krisis moneter , telah dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya pemulihan pasca krisis moneter 1997-1998, telah dilakukan restrukturisasi sistem moneter di Indonesia. Salah satu bentuk nyata dalam restrukturisasi sistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks ini mencakup pergerakan seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengetahui perubahan-perubahan harga saham setiap pada tahun dasar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks harga saham adalah ukuran yang disalurkan pada perhitungan statistik untuk mengetahui perubahan-perubahan harga saham setiap pada tahun dasar. Indeks harga saham
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingginya tingkat inflasi, nilai tukar. pertumbuhan ekonomi yang masih rendah (Boediono, 2001).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki banyak permasalahan diberbagai bidang, terutama pada sektor makro ekonomi. Permasalahan tersebut terlihat dari tingginya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam pembangunan nasional bahwa sasaran pokok kebijaksanaa moneter adalah pemantapan stabilitas ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana untuk menghubungkan investor (pemodal) dengan perusahaan atau institusi pemerintah. Investor merupakan pihak yang mempunyai kelebihan dana,
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. moneter terutama sudah sangat banyak dilakukan oleh para peneliti di dunia,
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi mengenai jalur kredit dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter terutama sudah sangat banyak dilakukan oleh para peneliti di dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu negara, sehingga dalam melakukan investasi seorang investor memerlukan suatu analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat penting, sehingga dampak jumlah uang beredar dapat mempengaruhi perekonomian. Peningkatan jumlah
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perekonomian Indonesia dapat dilihat pada angka pertumbuhan ekonomi yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998 pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter adalah merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas
A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN Kebijakan moneter adalah merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter dalam mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena subprime mortgage yang terjadi di AS pada tahun 2008 ternyata
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena subprime mortgage yang terjadi di AS pada tahun 2008 ternyata telah mengulang sejarah kiris ekonomi di Indonesia pada tahun 1998. Indonesia sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim yaitu sebesar 85 persen dari penduduk Indonesia, merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berkembang dalam pertumbuhan perekonomian, maka indonesia memerlukan dana dalam jumlah besar atau adanya dana. Dalam perekonomian indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan perekonomian terbuka, pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. indonesia yang mengalami peningkatan antara lain nilai Gross Domestic Product
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia selama lima tahun terakhir menunjukkan tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi indonesia yang mengalami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah
1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14 Agustus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia selama lima tahun terakhir menunjukkan tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi indonesia yang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN
Lebih terperinciWORKING PAPER WP/21/2007
WORKING PAPER WP/21/27 DAMPAK BI RATE TERHADAP PASAR KEUANGAN: Mengukur Signifikansi Respon Instrumen Pasar Keuangan Terhadap Kebijakan Moneter Nugroho Joko Prastowo ii Dampak BI Rate Terhadap Pasar Keuangan:
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Laba tersebut merupakan salah satu sumber daya perusahaan yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Langkah awal perkembangan transaksi saham syariah pada pasar modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kegiatan investasi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal itu seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana praktek berinvestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik negara-negara di dunia termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis global yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat telah memberikan dampak pada memburuknya kondisi perekonomian global. Pemulihan terhadap kondisi ekonomi global
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi dapat definisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2008: 5).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pesat pasar keuangan global di masa sekarang semakin cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi direspon oleh pelaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa terjadi penurunan kredit di negara-negara Asia sejak terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Credit crunch dalam perbankan konvensional di berbagai negara, khususnya di negara-negara yang terkena dampak krisis keuangan menjadi bahan kajian yang menarik. Bagi
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif dan instrumen lainnya. Pasar modal merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset yang dimilikinya. Investor dapat melakukan investasi pada beragam aset finansial, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sektor perbankan sangat berperan penting dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan. Dahulu sektor perbankan tersebut tidak
Lebih terperinci1 Universitas indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa pertanyaan menggelitik dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai pelarian modal yang terjadi di suatu Negara cukup menarik perhatian untuk dicermati oleh
Lebih terperinci