IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MATAKULIAH FISIKA MATEMATIKA BERBASIS TUTORIAL
|
|
- Leony Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MATAKULIAH FISIKA MATEMATIKA BERBASIS TUTORIAL Oleh : Tanti Abstrak Rendahnya tingkat kelulusan dan motivasi siswa dalam mata kuliah fisika matematika I dan II merupakan permasalahan mendasar yang terjadi pada proses pembelajaran fisika matematika. Beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya tingkat kelulusan mahasiswa dalam mata kuliah ini antara lain ketidakmampuan dalam menginterpretasi konsep-konsep fisika secara tepat, ketidakmampuan dalam menerapkan konsepkonsep dan prinsip-prinsip fisika untuk memecahkan soal, ketidakmampuan dalam memahami konsep-konsep fisika, ketidakmampuan dalam menerapkan konsep-konsep matematika untuk membuat model perumusan yang digunakan untuk pemecahan soal fisika, ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan SMA mahasiswa yang berasal tidak hanya dari IPA tetapi juga dari IPS dan SMK. Diperlukan suatu usaha untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan melaksanakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis tutorial untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa, memantapkan penguasaan konsep fisika matematika dan aplikasinya dalam memecahkan persoalan-persoalan fisika. Kata Kunci : hasil belajar, tutorial, metode kooperatif tipe jigsaw. A. Pendahuluan Permasalahan mendasar yang terjadi pada proses pembelajaran fisika matematika selama ini, yaitu rendahnya tingkat kelulusan mahasiswa dalam mata kuliah fisika matematika I dan II. Hal ini mengindikasikan bahwa, mata kuliah tersebut tergolong sulit bagi mahasiswa terutama dalam memecahkan soal-soal fisika matematika yang ditugaskan oleh dosen pengampu. Mata kuliah fisika matematika di Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi terbagi ke dalam dua siklus, yaitu fisika matematika I yang diajarkan pada semester ganjil (semester III) dan fisika matematika II yang diajarkan pada semester genap 107
2 Tanti, Implementasi (semester IV). Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa memiliki kemampuan dalam merumuskan berbagai proses fisika ke dalam pernyataan matematis dan mampu menyelesaikannya secara analitis. Mata kuliah fisika matematika mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam berpikir analitis kuantitatif berdasarkan pola penalaran matematis logis dalam memecahkan setiap persoalan fisika. Soal-soal pada mata kuliah fisika matematika dirancang agar dapat menggambarkan terapan konsep-konsep matematika untuk pemecahan soal-soal fisika. Dengan demikian, soal-soal pada mata kuliah fisika matematika biasanya berbentuk uraian yang berisi tentang kondisi fisis tertentu dan permasalahan yang ingin dipecahkan. Oleh karena sifatnya analitis matematis, maka strategi pembelajaran yang digunakan dosen biasanya ceramah diselingi tanya jawab, pemberian tugas rumah, dan diakhiri dengan ujian tertulis. Selama proses belajar, mahasiswa jarang sekali terlibat dalam diskusi. Hal-hal inilah yang menyebabkan sebagian besar mahasiswa merasa kesulitan dan hasil belajar pada mata kuliah ini umumnya rendah. Berdasarkan pengalaman selama mengajar mata kuliah fisika matematika II di Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, ada beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa mengalami kesulitan dalam mempelajari mata kuliah ini, antara lain : ketidakmampuan dalam menginterpretasi konsep-konsep fisika secara tepat, ketidakmampuan dalam menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika untuk memecahkan soal, ketidakmampuan dalam memahami konsep-konsep fisika, ketidakmampuan dalam dalam menerapkan konsep-konsep matematika untuk membuat model perumusan yang digunakan untuk pemecahan soal fisika. Faktor-faktor yang telah dikemukakan di atas merupakan faktor utama yang meyebabkan kegagalan mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah fisika matematika ditambah lagi latar belakang pendidikan menengah atas dari mahasiswa yang sangat heterogen, karena ada mahasiswa yang berasal dari SMA jurusan IPA, IPS bahkan dari SMK. Begitu juga dengan pola pembelajaran lama yang lebih menitikberatkan pada mahasiswa, secara psikologi justru lebih menekan mahasiswa. Tekanan ini makin berat dirasakan oleh mahasiswa karena dosen hanya memberikan anjuran-anjuran terhadap buku-buku referensi yang sulit dipahami oleh mahasiswa tanpa memfasilitasi mahasiswa sehingga mereka tidak mendapatkan kemudahan dalam mengembangkan keterampilan intelektualnya. Berdasarkan pengamatan yang sejak tahun 2010 sampai dengan sekarang, hasil belajar mahasiswa dan tingkat ketuntasan belajar kelas pada umumnya masih cukup rendah ditunjukkan oleh kecilnya jumlah mahasiswa yang berhasil mencapai nilai 65 (C) atau lebih. Sebagai contoh, untuk mata kuliah fisika matematika II pada semester genap tahun akademik 2011/
3 dari 63 orang mahasiswa jumlah yang mendapat nilai 66 hanya sebanyak 15 (23,81%) orang mahasiswa. Berdasarkan pemikiran di atas, perlu dilakukan suatu tindakan perbaikan dalam proses pembelajaran, yaitu dengan melakukan strategi pembelajaran tutorial dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw guna menelaah lebih jauh keefektivan strategi dan model pembelajaran ini terhadap keberhasilan mahasiswa dalam mata kuliah Fisika Matematika II. B. Pemecahan Soal Fisika Fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (natural science) yang pada dasarnya bertujuan mempelajari dan memberi pemahaman kuantitatif terhadap berbagai gejala atau proses alam, sifat zat serta penerapannya. Oleh karena itu, menurut Wospakrik (1993 : 1) pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan dan memahami fisika adalah memadukan hasil percobaan dan analisis matematis. Atau dengan kata lain, pola penalaran empiris induktif dipadukan dengan pola penalaran deduktif yang bersifat logis. Karakteristik soal-soal fisika yang dapat mempengaruhi tingkat kesulitannya, menurut Maloney (1992 : 342) adalah : konteks, kejelasan petunjuk, jumlah informasi yang diberikan, kejelasan pertanyaan, jumlah/cara alternatif pemecahan yang dapat digunakan, dan beban ingatan. Dalam memecahkan soal fisika seringkali diperlukan perhitungan-perhitungan matematis sebagai konsekuensi penggunaan rumus-rumus fisika. Hal ini bagi sebagian besar mahasiswa akan menimbulkan kesulitan tersendiri. Pemecahan soal merupakan salah satu bagian penting dalam pembelajaran fisika sebab bukan saja merupakan aspek penerapan konsepkonsep dan pengetahuan fisika yang telah diperoleh melalui proses belajar akan tetapi juga merupakan proses memperoleh pengetahuan baru. Kemampuan pemecahan soal-soal fisika, menurut Reif (1994 : 17) memerlukan kemampuan-kemampuan dasar sebagai prasyarat utama, yakni kemampuan mendeskripsikan serta mengorganisasi pengetahuan fisika secara efektif. Pada umumnya konsep-konsep fisika bersifat sangat abstrak. Namun demikian, keabstrakan konsep-konsep fisika ini bukan merupakan faktor utama penyebab timbulnya kesulitan bagi siswa sebab banyak konsep-konsep dalam kehidupan sehari-hari juga bersifat abstrak. Kesulitan yang dirasakan oleh sebagian besar mahasiswa adalah dalam hal ketidakmampuan dalam menginterpretasi konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika secara tepat, tidak samar-samar, suatu persyaratan yang biasanya tidak diberlakukan untuk konsep-konsep yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ketidakmampuan dalam membuat deskripsi pengetahuan fisika juga merupakan faktor penyebab timbulnya kesulitan bagi kebanyakan siswa. 109
4 Tanti, Implementasi Deskripsi pengetahuan fisika diperlakukan untuk menjelaskan situasi soal dalam rangka penyusunan konstruksi pemecahan soal. Situasi soal dapat dideskripsikan dengan berbagai cara, misalnya menggunakan pola hubungan antara beberapa konsep, atau menggunakan representase lainnya seperti dengan kata-kata, gambar, skema ataupun diagram vektor yang dapat disarikan dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam soal. Tentu saja siswa atau mahasiswa harus dapat memilih dan menentukan cara mana agar diperoleh deskripsi soal paling efisien dan efektif. Kemampuan menggunakan pengetahuan fisika sangat tergantung pada seberapa efektif pengetahuan tersebut terorganisasi secara baik dan efektif. Jadi meskipun cukup banyak tersedia pengetahuan yang telah dikuasai namun apabila tidak teroorganisasi secara baik dan efektif, maka pengetahuan tersebut tidak akan dapat digunakan dalam membuat atau mempelajari pola hubungan antar konsep-konsep fisika yang terlibat, memeriksa konsistensi pengetahuan, membuat suatu generalisasi, ataupun menambah wawasan. C. Mata Kuliah Fisika Matematika Mata kuliah fisika matematika merupakan salah satu bahan ajar yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir analitis, kuantitatif, dan prediktif berdasarkan model penalaran yang dirumuskan. Materi kajian mata kuliah Fisika Matematika pada intinya adalah cara-cara perumusan dan pemecahan persamaan differensial sebagai rumusan proses atau gejala fisika (Wospakrik, 1993 : 4). Berdasarkan hal tersebut, baik persamaan differensial biasa (PDP) maupun persamaan differensial parsial (PDP) memliki peranan yang sangat penting di dalam perumusan model penalaran proses dan gejala-gejala fisika. Dengan demikian, kemampuan mahasiswa menentukan solusi persamaan diferensial menggunakan cara yang tepat merupakan syarat utama untuk dapat memecahkan kebanyakan soal-soal fisika praktis. Sebagaimana telah disebutkan bahwa mata kuliah Fisika Matematika bertujuan agar mahasiswa memiliki kemampuan merumuskan berbagai proses fisika ke dalam pernyataan matematis dan mampu menyelesaikannya secara analitis, kuantitatif, dan prediktif berdasarkan model penalaran yang dirumuskan. Mata kuliah fisika matematika mengajarkan konsep-konsep dasar matematika yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai perhitungan dan penalaran dalam mata kuliah fisika lanjut seperti mekanika klasik, mekanika kuantum, mekanika gelombang, dan teori medan elektromagnet. Di samping itu, mata kuliah ini juga dapat untuk menumbuhkan kemampuan analitis dan sintetis yang diperlukan mahasiswa kelak dalam pengkajian berbagai proses fisika berdasarkan hukum-hukum dasar fisika. Cakupan materi bahasa mata kuliah fisika matematika cukup luas. Selain itu, mata kuliah ini juga masih memerlukan mata kuliah-mata kuliah 110
5 prasyarat, yakni: Kalkulus I (2 sks) dan Kalkulus II (2 sks). Adapun mata kuliah fisika matematika di Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi terdiri atas dua mata kuliah, yakni : Fisika Matematika I (3 sks) dan Fisika Matematika II (3 sks). Mata kuliahmata kuliah tersebut di atas harus ditempuh oleh mahasiswa sejak semester 1 sampai semester 4. D. Strategi Tutorial Tutorial merupakan kuliah tambahan diluar kuliah utama, yang diberikan kepada mahasiswa untuk menambah pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang matakuliah yang sedang diajarkan, terutama dalam menyelesaikan soal-soal yang terkait dalam mata kuliah tersebut. Dari pengertian diatas, tersirat esensi dari pengadaan tutorial. Biasanya, tutorial diadakan karena dalam mata kuliah uatam tidak dimungkinkan untuk memberikan pembahasan soal-soal secara terperinci. Tutorial merupakan bantuan akademis yang diberikan dengan tujuan untuk membantu mahasiswa belajar, baik secara individu maupun secara kelompok. Agar dapat membantu mahasiswa belajar, tutorial harus diarahkan pada keaktifan mahasiswa untuk memecahkan masalah yang dijumpai dalam memahami materi yang disajikan dalam modul. Sesuai dengan teori kontruktivis, mahasiswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri sedangkan tutor hanya bertindak sebagai fasilitator. Salah satu bentuk tutorial yang berorientasi pada pendekatan konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif. E. Metode Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar mahasiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para mahasiswa dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajara yang telah ditentukan (Agus Suprijono, 2009 : 31). Tujuan pembelajaran koperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada mahasiswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang relatif sejajar. Dukungan teori konstruktivisme sosial Vygostsky telah meletakkan arti penting model pembelajaran kooperatif. Konstruktivisme sosial Vygostky menekankan bahwapengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki 111
6 Tanti, Implementasi pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Ismail (2003) adalah : (1). Belajar dengan teman, (2). Tatap muka antar teman, (3). Mendengarkan antar anggota, (4). Belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5). Belajar dalam kelompok kecil, (6). Produktif berbicara atau mengemukakan pendapat/gagasan, (7). Mahasiswa membuat keputusan, dan (8). Mahasiswa aktif. (Carin, 1993) mengemukakan beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah ; (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Dengan demikian dapat diringkas bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1). Mahasiswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama, (2). Kelompok mahasiswa terdiri dari mahasiswa-mahasiswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3). Jika dalam kelas terdapat mahasiswa-mahasiswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok pun terdapat ras, suku, dan jenis kelamin yang berbeda pula, (4). Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada kerja perorangan. Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Model Pembelajaran Kooperatif. Fase Indikator Kegiatan Dosen 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi mahasiswa Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi mahasiswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif 2 Menyajikan informasi Dosen menyajikan informasi kepada mahasiswa dengan cara demonstrasika atau lewat bahan bacaan 3 Mengorganisasikan Dosen menjelaskan kepada mahasiswa mahasiswa dalam bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok kelompok-kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien 4 Membimbing kelompok Dosen membimbing kelompok belajar 112
7 bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan tugastugas 5 Evaluasi Dosen mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari da juga terhadap presentase hasil kerja masing-masing kelompok 6 Memberi penghargaan Dosen mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok. Apabila diperhatikan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif pada tabel 1 di atas maka tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif mahasiswa di kelas sangat menonjol dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif di kelas, seperti halnya pada model pembelajaran langsung, dalam model pembelajaran kooperatif diperlukan juga tugas perencanaan, misalnya menentukan pendekatan yang tepat, memilih topik yang sesuai, pembentukan kelompok mahasiswa, menyiapkan LKM atau panduan belajar mahasiswa, mengenalkan mahasiswa kepada tugas dan perannya dalam kelompok, merencanakan waktu dan tempat yang aka dipergunakan. Seperti telah dikemukakan di atas, salah satu tugas dosen dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah memilih pendekatan yang sesuai dengan tujuan akan dicapai. Dalam makalah kali ini dipilih pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lai (Arends, 1997). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya 113
8 Tanti, Implementasi yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, A., 1994). Para anggota tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lai tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian para mahasiswa itu kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Menurut Arends (2001), kelompok asal yaitu kelompok induk mahasiswa yang beranggotakan mahasiswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Sedangkan kelompok ahli yaitu kelompok mahasiswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab mahasiswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya diakhir pembelajaran mahasiswa diberi kuis secara individu yang mencakup materi yang telah dibahas. Kunci tipe jigsaw ini adalah interpendensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik. F. Kesimpulan Metode kooperatif tipe jigsaw berbasis tutorial dapat membantu meningkatkan hasil belajar mahasiswa, membantu meningkatkan minat dan motivasi belajar mahasiswa, serta menambah luas pemahaman mahasiswa terhadap konsep ilmu yang dipelajari. Metode kooperatif tipe jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Mahasiswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. 114 Daftar Pustaka Arends, R.I Classroom Instruction and Management, New York : McGraw Hill Companies. Agus Suprijono Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
9 Arends, R.I Learning to Teach New York : McGraw Hill Companies. Carin, A Teaching Modern Science. New York : Macmillan Publishing Company. Ismail, Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas. Perdy Karuru, Pengembangan Perangkat Tutorial Berorientasi Pembelajaran Kooperatif. Lie, A Jigsaw : A Cooperative Learning Methods for The Reading Class. Waco, Texas : Phi Delta Kappa Society. Slavin, Cooperative Learning Theory. Second Edition. Massachusetts : Allyn and Bacon Publisher. 115
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Matakuliah Fisika Kuantum I Berbasis Tutorial*)
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Matakuliah Fisika Kuantum I Berbasis Tutorial*) Supahar, Heru Kuswanto, Agus Purwanto, Ariswan Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY ABSTRAK Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciOleh: Gunawan Guru SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII. 2 SMP NEGERI 1 RAHA TENTANG KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) Oleh: Gunawan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Bahan Teknik Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jig Saw. Oleh : Tiwan, MT.
1 Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Bahan Teknik Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jig Saw. Oleh : Tiwan, MT. ABSTRAK Abstrak Penelitian ini mengkaji penerapan pembelajaran
Lebih terperinciOleh : Ari Pramono Guru SMA Negeri 1 Jogorogo, Ngawi ABSTRAK
Peningkatan Aktifitas dan Hasil Belajar Kimia Materi Kimia Unsur Dengan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Siswa Kelas XII IA-3 SMA Negeri 1 Jogorogo Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh : Ari Pramono Guru SMA Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata kuliah Fisika Matematika di Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY bertujuan agar mahasiswa memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata kuliah Fisika Matematika di Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY bertujuan agar mahasiswa memiliki kemampuan dalam merumuskan berbagai proses fisika ke
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran sejarah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMA Sang Timur terletak di sebelah selatan dari kota Yogyakarta. Di sekitarnya banyak sekolah sekolah yang setara, menyebabkan terjadinya persaingan bagi sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan perlu melakukan pembaharuan dari waktu ke waktu tanpa henti dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH YUSNAWATI Guru SMP Negeri 2 Kuantan Mudik yusnawati445@gmail.com ABSTRAK Dari hasil pengamatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu
Lebih terperinciReny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta.
UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 KASIHAN Reny Tri Setia Ningsih Universitas PGRI Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah ilmu yang mendasari berbagai ilmu pengetahuan sains sekaligus ilmu yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir. Selain dipelajari di setiap jenjang
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di Kelas XB SMA Negeri 1 Pasangkayu
1 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di Kelas XB SMA Negeri 1 Pasangkayu Hasriani.S 1 Jamaludin 2 Imran 3 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Jigsaw dikembangkan pertama kali oleh Elliot Aronson dan koleganya diuniversitas
Lebih terperinciKOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo
KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo Abstrak: Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat Kelompok
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT TUTORIAL BERORIENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Perdy Karuru
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 5, No.1, Maret 2004, 34-46 PENGEMBANGAN PERANGKAT TUTORIAL BERORIENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF Perdy Karuru This article discusses the results of a study
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN MATERI EKPONEN KELAS X
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN MATERI EKPONEN KELAS X Dwi Sulistyaningsih 1 ), Iswahyudi Joko 2 ) 1 ), 2 ) Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciNoer Af idah. Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Hasyim Asy ari
Wacana Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-issn : 2337-9820 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN IPA ANGKATAN 2015 PADA PERKULIAHAN GELOMBANG-OPTIK
Lebih terperinciIMPLEMENTASI TEKNIK JIGSAW INTEGRASI JURNAL AKADEMIK DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH KONSELING KARIR
IMPLEMENTASI TEKNIK JIGSAW INTEGRASI JURNAL AKADEMIK DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH KONSELING KARIR MARYAM RAHIM Universitas Negeri Gorontalo Jurusan Bimbingan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOOPERATIF
1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk
Lebih terperinciAbas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X D SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD YANG DIINTERVENSI DENGAN STRATEGI INKUIRI Abas Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MAHASISWA PADA MATA KULIAH PENGANTAR SISTEM KOMPUTER DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MAHASISWA PADA MATA KULIAH PENGANTAR SISTEM KOMPUTER DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW Nyimas Sopiah Emigawaty Dosen universitas Bina Darma, Palembang Abstract:
Lebih terperinciJurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan Vol.2 No.2 April 2016 ISSN :
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TEKNIK POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA MATEMATIKA II Yul Ifda Tanjung yulifda84@gmail.com Abstrak Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. disusun oleh satuan pendidikan. Dengan mengacu kepada Standar Isi dan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar
Lebih terperinciMENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE KOOPERATIF STAD DENGAN MEDIA KIT LISTRIK
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE KOOPERATIF STAD DENGAN MEDIA KIT LISTRIK Oleh : ARDINANSYAH DEPARTEMEN AGAMA M Ts NEGERI
Lebih terperinciPerbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif
Jurnal Matematika Vol. 3 No. 2, Desember 2013. ISSN: 1693-1394 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif Tri Wahyuningsih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah modal dasar bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga dituntut untuk terus berupaya mempelajari, memahami, dan menguasai berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana sehingga peserta didik melakukan akivitas untuk mengembangkan segala potensi dirinya. Hal ini sesuai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif mengandung pengertian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Wonomulyo, dapat ditarik kesimpulan: 1. Karakteristik perangkat pembelajaran: - Karakteristik RPP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN FISIKA JAWANE MALAU Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Abstrak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (BSNP, 2006:140), salah satu tujuan umum mempelajari matematika pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Matematika SD Matematika merupakan salah satu matapelajaran wajib di SD yang diberikan dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai berikut:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Dan salah satu hal yang menentukan kualitas pembelajaran adalah
Lebih terperinciJurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014. Dengan jumlah siswa 36 anak, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN 3 Panjang Utara kelas IV pada pelajaran Matematika, tahun pelajaran 2013/2014.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih terperinciPeningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization
Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Pada masa sekarang banyak model pembelajaran yang sering digunakan, salah satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak bangku sekolah dasar. Pentingnya akan pelajaran matematika membuat matematika menjadi
Lebih terperinciMeningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V Sri Rahyuni, Lukman Nadjamuddin, dan Abduh H. Harun Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan
Lebih terperinciSuherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DI SMA NEGERI 1 STABAT Suherman Guru Fisika
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya
8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah proses perubahan dalam prilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi. Hasil belajar tercermin dalam perubahan perilaku. pengetahuan,
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,
Lebih terperinciArif Ismul Hadi dan Rida Samdara Jurusan Fisika FMIPA Universitas Bengkulu, ABSTRACT
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH FISIKA MODERN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW Arif Ismul Hadi dan Rida Samdara Jurusan Fisika FMIPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Ilmu Pengetahuan Sosial
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999:22), Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Mariati Purnama Simanjuntak Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan mariati_ps@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciLEMMA VOL I NO. 1, NOV 2014
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA MATA KULIAH TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SD MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UMMY SOLOK Rita Oktavinora
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD Trilius Septaliana Kusuma Rukmana, S.Pd. Mahasiswi Pascasarjana Universitas Sriwijaya Abstrak Dalam pembelajaran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada siswa untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan baik secara formal maupun informal harus disesuaikan dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika
21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan
Lebih terperinciCooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika
Cooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika Posted by Abdussakir on April 14, 2009 A. Pandangan Konstruktivis mengenai Cooperative Learning Sebagian besar pembelajaran matematika tradisional berdasarkan
Lebih terperinciRuslan H. Bindiab, Marungkil Pasaribu, dan Amran Rede. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 2 ISSN 2354614X Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pokok Bahasan Perubahan Wujud Benda untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SDN 2 Uebone
Lebih terperinciEFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E
EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN STRATEGI MOTIVASI ARCS PADA MATERI TRANSPORTASI DITINJAU DARI KETUNTASAN BELAJAR SISWA, AKTIVITAS BELAJAR SISWA, RESPON SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hlm Teacher centered merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan pola komunikasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, negara maupun pemerintah. Pendidikan diharapkan mampu mengatasi masalahmasalah yang sedang dihadapi karena
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam
Lebih terperinciPENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Oleh : Bambang Sumantri Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI Ngawi Abstrak : Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi proses peningkatan kemampuan dan daya saing suatu bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu
Lebih terperinciPENGARUH PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FLUIDA STATIS SISWA KELAS XI MAN 3 MALANG
PENGARUH PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FLUIDA STATIS SISWA KELAS XI MAN 3 MALANG Febrina Indriani 1, Agus Suyudi 2, Bambang Tahan Sungkowo 3 Jurusan Fisika
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Tema Lingkungan di Kelas 1 SD Negeri 10 Tolitoli
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Tema Lingkungan di Kelas 1 SD Negeri 10 Tolitoli Nilwati M. Nur Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang kompleks dan mengandung
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang kompleks dan mengandung unsur pendidikan. Proses pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan guru,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata pelajaran yang yang bersifat abstrak, sehingga dituntut
Lebih terperinciIsti Komariah 1, Jamzuri 2, Surantoro 3. Universitas Sebelas Maret, Surakarta,
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 EFEKTIVITAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. Seperti halnya ilmu yang lain fisika memiliki aspek kreatif dan juga aspek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terlepas dari peranan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan
Lebih terperinciJurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Bahasa Inggris Peserta didik Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD) Pada Kelas X.3 SMA Negeri 5 Bukittingi Gusviar SMA
Lebih terperinci583 JURNAL ENTROPI, VOLUME VII, NOMOR 1, FEBRUARI 2013 Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains
583 JURNAL ENTROPI, VOLUME VII, NOMOR 1, FEBRUARI 2013 Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION)
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) A. Pengertian Group Investigation Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pendapat akan semakin dibutuhkan. Adanya kemampuan komunikasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan mengkomunikasikan ide, pikiran, ataupun pendapat sangatlah penting. Sejalan dengan kuatnya tuntutan keterbukaan dan perkembangan informasi secara global,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka yang berisi falsafah dasar, teori dan konsep, membahas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Von Glasserfeld (dalam Mustafa dan Sekarwinahyu, 2001) konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dinamis dan berkelanjutan yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan guru sesuai dengan minat mereka masing-masing. Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Jigsaw 2.1.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Arends (2008: 13), pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
Lebih terperinci