PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI DI SUMATERA UTARA ANTONI SIANTURI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI DI SUMATERA UTARA ANTONI SIANTURI"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI DI SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan oleh: ANTONI SIANTURI DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi 2009

2 ABSTRACT The aim of this research is to analyze the Effect of Investments and consumption on the absorption of labor on Industrial Sector in North Sumatera. Data used for this research is time series data from Independent variables are Local Investment, Foreign Direct Investment, and Degree of Consumption. The method used is OLS ( Ordinary Least Square ) by using Econometric Model. The result shows that Local Investement, Foreign Direct Investment, degree of consumption have positively effected on the absorbtion of labor. The Local Investment and Foreign Investment are respectively effect on absorbtion of labor at α = 5%. Mean while, Degree of consumption is significantly at α = 1%. Keywords: Local Investment, Foreign Direct Investment, Degree of Consumption, and absorbtion of labor

3 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh investasi dan konsumsi pada sektor industri di Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (data berkala) dari tahun Variabel independennya adalah PMDN, PMA, dan tingkat Konsumsi. Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan model ekonometrika. Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa PMDN, PMA, dan tingkat Konsumsi secara bersama mempunyai pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. PMDN dan PMA signifikan pada α = 5%. Sedangkan tingkat Konsumsi signifikan pada α = 1%. Kata kunci: PMDN, PMA, Konsumsi, dan Penyerapan Tenaga Kerja.

4 KATA PENGANTAR Dengan penuh kerendahan hati, penulis memanjatkan puji dan syukur bagi Tuhan Allah Bapa dan anaknya Yesus Krisus serta Roh Kudus yang sangat baik yang telah melimpahkan berkat kasih-nya sehingga penulis dimampukan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana dari Program Strata I Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah: Pengaruh Investasi dan Konsumsi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara. Skripsi ini saya dedikasikan khusus buat orang tua tercinta (P. Sianturi dan S. Simbolon). Terima kasih atas doa dan kasih yang kalian yang selalu menyertaiku dalam perjalanan hidupku. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan perhargaan yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan terutama kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5 3. Bapak Drs. Arifin Siregar, MSP sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran dan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini. 4. Bapak Drs. A. Samad Zaino M.Si sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. 5. Ibu Ilyda Sudrajat M.Si sebagai Dosen Penguji II yang juga telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. 6. Bapak Prof. Dr. Ramli, M.S, sebagai dosen Penasehat Akademik 7. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan. 8. Seluruh Staff Pegawai Bank Indonesia Cabang Medan yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi penulis. 9. Seluruh Staff dan Pegawai Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi ini. 10. Yayasan Beasiswa Oikumene (YBO), yang selalu memberikan dukungan doa dan materi dalam studi saya.

6 11. Buat Abang Ridwan Sianturi, terikasih atas doa dan bantuannya. Buat adikadik saya yang manis Risjen Sianturi, Purnama Sianturi, Wardiman Sianturi, dan Hendra Sianturi kalian adalah bagian dari cita-cita saya. 12. Buat orang-orang yang mengasihi dan penulis kasihi, Melda Saragih, Fitrianita Saragih, Meri Tampubolon, Wati, Eva Siburian, Derwan Purba terima kasih atas dukungan dan doanya serta juga buat teman-teman EP 05 (spesial buat Bodianto, S.E dan Stevanus, S.E), EP 04 Philip, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama perkuliahan di Fakultas Ekonomi. 13. Buat Anak-anak Angel Com, terima kasih atas waktu yang boleh kita lewati dalam keceriaan dan kebahagiaan, terutama buat D Masiv, Master Mister Marbun (M 3 ), Lae Malau, Lisa si Ratu Narziz, Santa Pesisir, Lucifer yang baik, Tober, Heri D Tolen. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan saran maupun kritikan yang membangun sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan di lain kesempatan. Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, Maret 2009

7 ( Antoni Sianturi ) DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT... i ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Hipotesis Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 7 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Tenaga Kerja Pengertian Tenaga Kerja Penyerapan Tenaga Kerja Investasi Pengertian Investasi Jenis-jenis Investasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Konsumsi Pengertian Konsumsi ii iii vi viii ix x

8 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempenaruhi Konsumsi Industri Pengertian Industri Teori Industrialisasi Strategi Industrialisasi Klasifikasi Industri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode dan Teknik Pengumpulan Data Pengolahan Data Metode Analisis Data Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) Defenisi Operasional Variabel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Propinsi Sumatera Utara Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara Perkembangan Kesempatan Kerja Perkembangan Investasi Perkembangan PMDN Perkembangan PMA Perkembangan Konsumsi Analisa Data BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 SURAT PERNYATAAN DAFTAR TABEL 4.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara Menurut Kabupaten/ Kotamadya 4.2 PDRB Sektor Industri Pengolahan Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut Golongan Industri Tahun Nilai Output Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri Tahun Nilai Input Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri Tahun Nilai Tambah Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri Atas Dasar Harga Pasar Tahun Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap pada Sektor Industri Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Menurut 67 Golongan Industri 4.9 Perkembangan Investasi pada Sektor Industri di Sumatera 69 Utara 4.10 Perkembangan PMDN pada Sektor Industri di Sumatera Utara Perkembangan PMA pada Sektor Industri di Sumatera Utara Konsumsi Total pada Sektor Industri di Sumatera Utara Hasil Estimasi PMDN (X1), PMA (X2) dan Konsumsi (X3) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y) 78 Tabel Judul Halaman

10 DAFTAR GAMBAR 2.1 Investasi Otonom Investasi Dorongan Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Investasi 4.1 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan pada Perekonomian 57 Sumatera Utara menurut Kelompok Industri Tahun Uji F-statistik Uji D-W Statistik 84 Gambar Judul Halaman

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Judul 1 Jumlah PMDN, PMA, Konsumsi dan Jumlah Tenaga Kerja Tahun Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1), Penanaman Modal Asing (X2), dan Konsumsi (X3) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y) Hasil Estimasi Penanaman Modal Asing (X2) dan Konsumsi (X3) terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri (X1) Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1) dan Konsumsi (X3) terhadap Penanaman Modal Asing (X2) Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1) dan Penanaman Modal Asing (X2) terhadap Konsumsi (X3)

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh Negara-negara sedang berkembang bertujuan antara lain tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya. Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat tersebut, masalah utama yang dihadapi oleh setiap Negara yang membangun termasuk Indonesia adalah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan. Kebanyakan negara maju menganggap sektor industri merupakan motor penggerak bagi pertumbuhan perekonomian karena mampu memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan produk lainnya seperti pertanian. Oleh karena itu, strategi industrialisasi sering digunakan untuk mencapai kesejahteraan. Pengamatan empiris menunjukkan bahwa sebagian besar negara hanya dapat mencapai tahapan tinggal landas menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor industri dan jasa (Rostow, 1960). Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi. Melalui investasi, kapasitas

13 produksi dapat ditingkatkan yang kemudian mampu untuk meningkatkan output dan pada akhirnya juga meningkatkan pendapatan. Iklim investasi mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan insentif bagi perusahaan-perusahaan untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan pekerjaan dan perkembangan. Suatu iklim investasi yang baik akan meningkatkan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Persaingan juga memainkan suatu peran kunci dalam memicu inovasi produktifitas serta menjamin bahwa manfaat dari perbaikan produktifitas akan turut dinikmati oleh para perkerja dan konsumen. Melihat pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan melalui suatu sudut pandang iklim investasi akan memberikan beberapa pandangan sebagai berikut: sudut pandang ini meletakkan perusahaan sebagai pemain yang menentukan keputusan investasi dan penggunaan tenaga kerja. Sudut pandang ini melihat bahwa perusahaan melakukan penilaian terhadap kesempatan investasi dan kebijakan serta perilaku pemerintah yang terkait sebagai bagian dari suatu paket. Cara pandang menyoroti sifat dari aktifitas investasi yang senantiasa memandang ke depan. Investasi didasarkan pada ekspektasi-ekspektasi mengenai masa depan dan tidak hanya berdasarkan keadaan-keadaan saat ini saja. Suatu iklim investasi yang baik akan memberikan masyarakat kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan keadaan dirinya sendiri dan memperbaiki iklim investasi merupakan tonggak pertama dari strategi pembangunan.

14 Investasi sektor industri diharapkan dapat membantu memecahkan masalah pengangguran yang dihadapi oleh Indonesia dan di Sumatera Utara khususnya. Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan data dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2005 menggambarkan bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia mencapai juta orang atau meningkat 1.76% dibandingkan tahun sebelumnya. Dari keseluruhan angkatan kerja pada tahun 2005, sekitar 62,2 juta orang (58,8%) berada di wilayah pedesaan, sedangkan 43,6 juta orang (41,2%) berada di wilayah perkotaan. Dari angka tersebut, angkatan kerja yang termasuk ke dalam kategori pengangguran terbuka berjumlah 10,8 juta orang (10,3%), atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 10,4 juta orang (9,9%). Secara geografis sejumlah 5 juta orang (45,7%) pengangguran terbuka berada di wilayah pedesaan dan 5,9 juta orang (54,3%) berada di wilayah perkotaan. Selanjutnya, sebanyak 3,9 juta orang dari total angka pengangguran terbuka merupakan penganggur usia muda (15-24 tahun), atau meningkat dibandingkan tahun 2004 yang berjumlah 3,4 juta orang (BPS, 2006). Secara ekonomis, upaya menurunkan jumlah pengangguran terbuka melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi masih belum mampu mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Disamping kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masih terbatas, kemampuan menciptakan lapangan kerja relatif kecil dan terdapat kecenderungan mengalami penurunan.

15 Secara teoritis, meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dengan asumsi terjadi peningkatan investasi. Studi empiris menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah untuk industri akan meningkatkan PDB, kemudian direspon dengan peningkatan permintaan tenaga kerja sehingga proporsi pengangguran dapat ditekan. Selama terjadi krisis ekonomi, penyerapan tenaga kerja secara nasional mangalami penurunan sehingga terjadi pengangguran. Pengangguran merupakan masalah di bidang ketenagakerjaan. Di satu sisi yang menjadi sasaran adalah pemerataan distribusi pendapatan dalam menjaga serta meningkatkan stabilitas nasional. Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada satu tingkat upah (Kusumosuwhido, 1981). Penyediaan kesempatan kerja yang luas sangat diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja. Sempitnya lapangan kerja yang tersedia akan menyebabkan terjadinya pengangguran yang akan membawa masalah yang lebih besar lagi. Menurut pemerintah, pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan konsumsi di dalam negeri, di samping peningkatan ekspor dan membaiknya investasi. Faktor konsumsi menjadi penopang terbesar pertumbuhan ekonomi 75% baru sisanya ditopang oleh ekspor dan investasi. Laju konsumsi ini bisa dilihat dari ekspansi kredit

16 konsumsi yang terbilang luar biasa. Rata-rata kredit konsumsi tumbuh lebih dari 40% tiap tahun di periode Nilai ini jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja yang masing-masing sekitar 12% dan 10,5%. Target pembangunan Perekonomian Indonesia tahun 2009 antara lain yaitu mengurangi tingkat pengangguran dari 9,7% menjadi 5%, mengurangi tingkat kemiskinan dari 16,6% menjadi 8,1%, meningkatkan pertumbuhan di atas 6,6% dengan rata-rata pertumbuhan pertanian 3.5% per tahun, dan rasio investasi terhadap PDB harus naik menjadi 24,4%. Untuk mencapai target tersebut, Presiden RI periode mencanangkan Triple track strategy sebagai acuan, yakni: (1) pertumbuhan ekonomi yang bertumpu pada peningkatan ekspor dan peningkatan investasi baik dalam negeri maupun luar negeri, (2) penciptaan lapangan kerja dengan memacu sektor riil, (3) revitalisasi pertanian dan pedesaan untuk mengurangi kemiskinan (Priyarsono, 2005). Investasi dalam arti yang luas memegang peranan sangat penting dalam pencapaian target-target tersebut, mengingat peran kegiatan tersebut signifikan dalam perekonomian Indonesia, lebih khusus pada penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Investasi dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara. 1.2 PERUMUSAN MASALAH

17 1. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap Penyerapan tenaga kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara? 2. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara? 3. Bagaimana Pengaruh Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara? 1.3 HIPOTESIS Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang positif antara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja 2. Terdapat hubungan yang positif antara Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja 3. Terdapat hubungan positif antara Konsumsi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja 1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

18 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada sektor Industri di Sumatera Utara. 3. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Konsumsi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan studi atau tambahan bagi mahasiswa-mahasiswi Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. 2. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahun dalam hal Investasi, Konsumsi dan Penyerapan Tenaga Kerja yang akan berguna di masa yang akan datang. 3. Sebagai proses pembelajaran dan menambah wawasan bagi penulis dalam hal menganalisa dan berpikir.

19 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 TENAGA KERJA Pengertian Tenaga Kerja Angkatan kerja (labor force) menurut Soemitro Djojohadikusumo didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif atau bisa juga disebut sumber daya manusia. Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang

20 banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu peningkatan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraaan Jumlah Penduduk Total Penduduk dalam Usia Kerja Penduduk di Luar Usia Kerja Bukan Angkatan Angkatan Kerja Di bawah usia kerja Di atas usia Masih Sekolah Ibu Rumah Tangga Lain lain Bekerja Mencari Kerja/ Menganggur Dari bagan di atas terlihat bahwa angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk yang termasuk ke dalam usia kerja. Usia kerja adalah suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14 sampai 25 tahun. Selain penduduk dalam usia kerja, ada juga penduduk di luar usia kerja, yaitu di bawah usia kerja dan di atas

21 usia kerja. Penduduk dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dasar dan yang sudah pensiunan atau berusia lanjut. Bagian lain penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan kerja. Yang termasuk di dalamnya adalah para remaja yang sudah termasuk usia kerja tetapi belum bekerja atau belum mencari pekerjaan karena masih sekolah. Ibu rumah tangga pun termasuk ke dalam kelompok bukan angkatan kerja. Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja, dikelompokkan menjadi tenaga kerja (bekerja) dan bukan kerja (mencari kerja atau menganggur). Tenaga kerja (man power adalah bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau jasa Penyerapan Tenaga Kerja Pada negara yang sedang berkembang umumnya masalah pengangguran merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga kini. Karena masalah pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi yang maksimal. Seperti halnya juga di negara Indonesia, pemerintah mengupayakan berbagai jalan keluar untuk dapat mengatasi pengangguran secara lambat laun baik di perkotaan dan di pedesaan. Proses dari usaha-usaha kesempatan kerja yang merupakan topik dalam penelitian ini dapat diwujudkan apabila pembinaan dan pengembangan industri-

22 industri kecil, sedang dan besar dapat berjalan dengan semestinya. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk dapat mendorong perekonomian rakyat. Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas, menyerap tenaga kerja dalam maknanya menghimpun orang atau tenaga kerja di suatu lapangan usaha untuk dapat sesuai dengan usaha itu sendiri. Dalam ilmu ekonomi seperti kita ketahui faktor-faktor produksi adalah tanah, modal, tenaga kerja, skill (keahlian). Salah satu faktor tersebut tenaga kerja yang benar sesuai kebutuhan dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki agar tenaga kerja yang dimiliki dalam sektor industri. Modal utama yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia. Menurut Sondang P.Siagian (1995) yakni: Sumber daya manusia dan kekayaan alam melimpah ternyata tidak banyak artinya tanpa dikelola manusia dengan baik. Artinya sumber daya lainnya dan kekayaan alam tetap modal yang berharga akan tetapi modal tersebut hanya ada artinya apabila digunakan oleh manusia, tidak hanya bagi kepentingan diri sendiri tetapi demi kepentingan kesejahteraan masyarakat secara langsung. Tanpa sumber daya alam yang handal pengelolaannya, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya lainnya menjadi tidak berguna dan berhasil. Dalam situasi yang demikian mustahil gambaran tentang usaha pencapaian yang berakibat pada kegelisahan atau keresahan di kalangan masyarakat.

23 Tenaga kerja yang ada atau lapangan usaha yang ada, tidak mampu menyerap tenaga kerja dalam kondisi yang tidak siap pakai. Disinilah perlunya peranan pemerintah upaya mengatasi melalui pembinaan dan pengembangan industri kecil diharapkan dapat memberikan hasil yang diharapakan. Selanjutnya dari uraian di atas dijelaskan melalui peningkatan bantuan lunak dan peningkatan bantuan keras dapat dapat meningkatkan motivasi, pengetahuan, keterampilan, dan wawasan/pandangan yang luas sehingga lebih mempermudah proses penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan. Masalah penyerapan tenaga kerja ini juga tidak terlepas dari kesempatan yang tersedia di tengah-tengah masyarakat. Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan. Dalam posisi keseimbangan, kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya beli untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa dan balas jasa dari faktorfaktor produksi lainnya. Pendapatan atas faktor-faktor produksi tersebut seluruhnya akan dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan. Ini yang dimaksudkan Say bahwa pemasaran akan selalu berhasil menciptakan permintaan sendiri. Dalam posisi keseimbangan, tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan permintaan. Kalaupun terjadi ketidakseimbangan, misalnya pasokan lebih besar dari permintaan, kekurangan konsumsi, atau terjadi pengangguran, maka keadaan ini

24 dinilai kaum klasik sebagai suatu tangan tak kentara yang membawa perekonomian kembali pada posisi keseimbangan. Kaum klasik juga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya, termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh. Dengan demikian di bawah sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar tidak ada pengangguran. Kalau tidak ada yang bekerja, daripada tidak memperoleh pendapatan sama sekali, maka mereka bersedia bekerja dengan tingkat upah yang lebih rendah. Kesediaan untuk bekerja dengan tingkat upah lebih rendah ini akan menarik perusahaan untuk memperkerjakan mereka lebih banyak. Jadi, dalam pasar persaingan sempurna mereka yang mau bekerja pasti akan memperoleh pekerjaan. Pengecualian, berlaku bagi mereka yang pilih-pilih pekerjaan atau tidak mau bekerja dengan tingkat upah yang diatur oleh pasar. Tetapi kalau ada yang tidak bekerja karena kedua alasan yang disebutkan di atas, mereka ini oleh kaum klasik tidak digolongkan pada penganggur, melainkan pengangguran sukarela. Teori Say mengatakan bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri di atas dikritik habis-habisan oleh Keynes sebagai suatu kekeliruan. Dalam kenyataannya, demikian Keynes, biasanya permintaan lebih kecil dari penawaran, akan ditabung dan tidak semuanya dikonsumsi. Dengan demikian permintaan efektif biasanya lebih kecil dari total produksi. Kalaupun kekurangan ini biasanya dieliminir dengan menurunkan harga-harga, maka pendapatan tentu akan turun, dan sebagai

25 akibatnya tetap saja permintaan lebih kecil dari penawaran. Karena konsumsi lebih kecil dari pendapatan, berarti tidak semua produksi akan diserap masyarakat. Kritikan John Maynard Keynes ( ) yang lain terhadap sistem klasik yang juga sangat perlu diperhatikan ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa tidak ada mekanisme penyesuaian otomatis yang menjamin bahwa perekonomian akan mencapai keseimbangan pada tingkat penggunaan kerja penuh. Hal ini sangat jelas dalam alanisis tentang pasar tenaga kerja. Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kaum klasik percaya bahwa dalam posisi keseimbangan semua sumber daya, termasuk didalamnya sumber daya tenaga kerja, akan dimanfaatkan secara penuh. Kalau seandainya terjadi pengangguran, pemerintah tidak perlu melakukan tindakan kebijaksanaan apa pun. Pandangan klasik ini tidak diterima Keynes. Menurut pandangan Keynes, dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik di atas. Di manapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Dari sini Keynes mengecam analisis kaum klasik yang didasarkan pada pengandaian-pengandaian yang keliru dengan kenyataan hidup sehari-hari. Kalaupun tingkat upah diturunkan, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat tentu akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannnya akan menyebabkan konsumsi

26 secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunnya harga-harga. Kalau harga-harga turun, maka nilai produktifitas marginal labor, yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan dalam harga-harga tidak begitu besar, maka kurva nilai produktifitasnya hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktifitas marginal turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung jadi semkin kecil, dan pengangguran menjadi semakin luas. Mengingat kesempatan kerja yang terbatas tersebut maka pemerintah mengupayakan penciptaan lapangan kerja yang nantinya dapat menampung maupun mengurangi tingkat pengangguran yang berada di tengah-tengah masyarakat melalui penciptaan usaha-usaha industri kecil. Dengan tambah dan berkembangnya industri kecil maka dampaknya akan sangat luas terhadap penyerapan tenaga kerja. Peningkatan sumber daya manusia yang terbatas tentunya akan menghambat pengembangan itu sendiri. Merupakan tugas dan tanggung jawab masyarakat secara bersama-sama dengan pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan serta berpartisipasi menunjang program pemerintah pada peningkatan taraf hidup yang lebih adil dan merata. Lalu pemerintah melalui

27 pembinaan dan penyuluhan yang diberikan berupaya membuka wawasan pandang jauh lebih kedepan sekaligus upaya peningkatan sumber daya manusia. 2.2 INVESTASI Pengertian Investasi Secara umum investasi meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam masyarakat seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru, pembukaan tanah baru dan sebagainya. Menurut Sukirno (2000), Investasi didefinisikan sebagai pengeluaranpengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Dengan perkataan lain, dalam teori ekonomi investasi berarti kegiatan perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas memproduksi sesuatu dalam perekonomian. Dalam kaitannnya dengan perusahaan dimana perusahaan melakukan investasi untuk mendapatkan profit sebesar-besarnya dimana dana investasi tersebut salah satunya bersumber dari dana masyarakat yang ditabung pada lembaga-lembaga keuangan, maka Deliarnov (1995) mengemukakan: investasi merupakan pengeluaran perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku atau material, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua modal lain yang

28 diperlukan dalam proses produksi, pengeluaran untuk kerperluan bangunan kantor, bangunan tempat tinggal karyawan dan bangunan konstruksi lainnya, juga perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga. Dari beberapa pendapat di atas tentang investasi, maka dapat disimpulkan investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk medapatkan keuntungan di masa yang akan datang Jenis-jenis Investasi Berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatannya, investasi dibagi dalam kelompok: 1. Investasi Baru Investasi baru yaitu investasi bagi pembuatan sistem produksi baru, baik sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru maupun perluasan produksi, tetapi harus menggunakan sistem produksi baru. 2. Investasi Peremajaan Investasi jenis umumnya hanya digunakan untuk mengganti barang-barang kapital lama dengan yang baru, tetapi masih dengan kapasitas dan ongkos produksi yang sama dengan alat yang digantikannya. 3. Investasi Rasionalisasi

29 Pada kelompok ini peralatan yang lama diganti oleh yang baru tetapi dengan ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas sama dengan yang digantikannya. 4. Investasi perluasan Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti yang lama. Kapasitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi masih sama. 5. Investasi Modernisasi Investasi ini digunakan untuk memproduksi barang baru yang memang proses baru, atau memproduksi lama dengan proses yang baru. 6. Investasi Diversifikasi Investasi ini untuk memperluas program produksi perusahaan tertentu, sesuai dengan program diversifikasi kegiatan usaha korporasi yang bersangkutan. Jenis-jenis investasi berdasarkan dari pelaku terbagi dua, yaitu: 1. Autonomous Investment (investasi otonom) Investasi otonom adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Artinya tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Investasi ini dilakukan oleh pemerintah (Public Investment), karena disamping biayanya sangat besar, investasi ini juga tidak memberikan keuntungan

30 maka swasta tidak dapat melakukan investasi jenis ini karena tidak memberikan keuntungan langsung. I I 1 Y 1 Y 2 Gambar 2.1 Investasi Otonom Contoh: Investasi bendungan saluran irigasi akan dapat meningkatkan produksi hasil pertanian tetapi tidak memberikan keuntungan langsung kepada pemerintah. Selain itu, pembukaan dan pembangunan prasarana jalan juga merupakan investasi otonom. Dengan dibukanya prasarana jalan akan dapat meningkatkan aktifitas perekonomian daerah yang tadinya terisolir. 2. Induced Investment (Investasi Dorongan) Investasi dorongan adalah investasi yang besar kecilnya sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan baik itu pendapatan daerah ataupun pendapatan pusat atau nasional. Investasi ini diadakan akibat adanya pertambahan permintaan, dimana pertambahan permintaan tersebut sebagai akibat dari pertambahan pendapatan. Jelasnya apabila pendapatan bertambah maka permintaan akan digunkan untuk tambahan konsumsi sedangkan pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah Y

31 tambahan permintaan dan jika ada tambahan permintaan maka akan mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat memenuhi tambahan permintaan tersebut. I Y 2 Y 1 Y Y 1 Y 2 Gambar 2.2 Investasi Dorongan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Investasi a. Tingkat Bunga Tingkat bunga sangat berperan dalam menentukan tingkat investasi yang terjadi dalam suatu negara. Apabila tingkat bunga rendah maka tingkat investasi yang terjadi akan tinggi karena kredit dari bank masih menguntungkan untuk mengadakan investasi. Sebaliknya tingkat bunga tinggi, maka investasi kredit bank tidak menguat Dalam literatur ada dua istilah yang dapat digunakan untuk melihat tingkat suku bunga dari investasi yaitu:

32 1. Marginal Efficiency of Investment (MEI), yang menggambarkan hubungan antara tingkat suku bunga dengan investasi yang senyatanya dilakukan oleh para pengusaha dalam suatu jangka waktu tertentu. 2. Marginal Efficiency of Capital (MEC), yang menggambarkan hubungan antara tingkat suku bunga dengan penanaman modal yang seharusnya dilakukan untuk usaha-usaha yang tingkat pegembalian modalnya (rate of return)-nya lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang berlakuntungkan. Keynes mengatakan masalah investasi baik ditinjau dari penentuan jumlahnya maupun kesempatan untuk mengadakan investasi itu sendiri, didasarkan pada konsep Marginal Efficiency of Capital (MEC). MEC merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan (Return of Investment). Hubungan antara MEC, investasi, dan tingkat bunga dapat dilihat dari MEC sebagai garis yang menurun, dimana garis ini memperlihatkan jumlah investasi yang terlaksana pada setiap tingkat bunga yang berlaku. Tingkat Suku Bunga i 1 MEC 1 i 2 MEC 2 Investasi 0 I 1 I 2

33 Gambar 2.3 Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Investasi Keterangan: Gambar di atas memperlihatkan bahwa pada tingkat suku bunga i 1, tingkat investasi yang terjadi I 1, begitu juga posisi MEC 1. Pada tingkat bunga i 2, posisi investasi adalah I 2, sedangkan MEC akan menurun pada posisi MEC 2. b. Peningkatan aktifitas perekonomian Harapan adanya peningkatan perekonomian di masa mendatang, merupakan salah satu faktor penentu untuk mengadakan investasi atau tidak. Kalau ada perkiraan akan terjadi peningkatan perekonomian di masa yang akan datang, walaupun tingkat bunga lebih besar dari tingkat MEC (sebagai penentu investasi), investasi mungkin akan tetap dilakukan oleh investor yang instingnya tajam melihat peluang meraih keuntungan yang lebih besar di masa yang akan datang. c. Kestabilan politik suatu negara. Kestabilan politik suatu negara merupakan suatu pertimbangan yang sangat penting untuk mendakan investasi. Karen dengan stabilnya politik Negara yang bersangkutan terutama penanaman modal dari luar negeri/ PMA tidak aka nada resiko perusahaannya dinasionalisasikan oleh Negara bersangkutan (ini dapat terjadi bila ada pergantian rezim yang memerintah Negara tersebut).

34 d. Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi akan meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya produksi. Dengan demikian kemajuan teknologi yang berlaku diberbagai kegiatan ekonomi akan mendorong lebih banyak investasi. Semakin besar biaya yang diperlukan untuk melakukan perombakan dalam teknologi yang digunakan semakin banyak investasi yang dilakukan. 2.3 KONSUMSI Pengertian Konsumsi Konsumsi dalam istilah sehari-hari sering diartikan sebagai pemenuhan akan makanan dan minuman. Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk membeli kebutuhan manusia. Barang dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali habis dan barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali (Nopirin, 1997). Badan Pusat Statistik (2006) menyatakan pengeluaran rumah tangga dibedakan atas pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi non makanan Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi a. Faktor ekonomi b. Faktor demografi c. Faktor non-ekonomi

35 Dalam kebanyakan publikasi pemerintah dibedakan dua macam pengeluaran konsumsi, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga yang sering diberi simbol C sebagai singkatan dari Consumption Expenditure dan pengeluaran konsumsi pemerintah, yang biasa diberi simbol G singkatan dari Government Expenditure. a. Faktor ekonomi Ada empat faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah: 1. Pendapatan rumah tangga 2. Kekayaan rumah tangga 3. Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat 4. Tingkat bunga 5. Perkiraan tentang masa depan 6. Kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan. 1. Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan pada dasarnya merupakan balas jasa yang diterima pemilik fakor produksi atas pengorbanannya dalam proses produksi. Masing-masing faktor produksi seperti: tanah akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa berupa upah/gaji, modal akan memperoleh balas jasa dalam bentuk bunga modal, serta keahlian termasuk para enterpreneur akan memperoleh balasa jasa dalam bentuk laba (Sadono Sukirno, 1995)

36 Menurut Sunuharyo (1982), dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan tenaga kerja (labor income), sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut pendapatan bukan tenaga kerja (Non Labor Income). Dalam kenyataannya membedakan antara pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan tenaga kerja tidaklah selalu mudah dilakukan. Ini disebabkan karena nilai ouput tertentu umumnya terjadi atas kerjasama dengan faktor produksi lain. Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin tinggi pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi pula. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi makin besar, atau mungkin juga pola hidup makin konsumtif. Jadi hasrat konsumsi tergantung atas apa yang disebut dengan pendapatan permanen daripada tingkat pendapatan yang berjalan pada satu tahun tertentu. 2. Kekayaan Rumah Tangga Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil dan finansial. Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi karena menambah pendapatan disposibel. Efek kekayaan, perubahan tingkat harga akan menyebabkan seseorang yagn memiliki kekayaan mengalami kenaikan dari kekayaannya tersebut. Pemegang kekayaan akan merasa lebih kaya, sehingga mungkin mereka akan memperbesar pengeluaran konsumsi, dan ini disebut dengan efek Pigou. Hal ini mirip

37 dengan efek Pigou adalah dampak kenaikan tingkat bunga terhadap pengeluaran konsumsi. Adanya kenaikan bungan menyebabkan seseorang yang mempunyai kekayaan finansial seperti saham, obligasi dan sebagainya merasa bahwa mereka menjadi semakin kaya, dan ini (mungkin) akan mempengaruhi pengeluaran konsumsi mereka. 3. Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat Pengeluaran konsumsi juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang konsumsi tahan lama. Barang-barang tahan lam biasanya harganya mahal, yang untuk memperolehnya dibutuhkan waktu untuk menabung. Apabila membeli secara tunai, maka sebelum membeli harus menabung. Namun apabila membelinya secara kredit, maka masa untuk menghemat adalah sesudah pembelian barang. Efek barang tahan lama, barang tahan lama adalah barang yagn dapat dinikmati lebih dari satu tahun. Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran konsumsi. Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama seperti lemari es, meja/kursi, mobil, motor, tidak akan membelinya lagi dalam waktu dekat, sehingga pengeluaran konsumsi untuk barang-barang tersebut cenderung mengecil pada tahun yang akan datang, sehingga pengeluaran konsumsi untuk barang tahan lama dapat berfluktuasi sepanjang waktu dan menyebabkan terjadinya fluktuasi pengeluaran konsumsi pada suatu waktu tertentu.

38 4. Tingkat Bunga Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi, baik dilihat dari sisi keluarga yang mempunya kelebihan uang maupun kekurangan uang. Dengan tingkat bunga tinggi, maka biaya ekonomi semakin mahal, bagi mereka yang ingin meminjam dari bank, biaya bunga semkin mahal sehingga lebih baik menunda. Faktor yang juga penting dalam menentukan besarnya tabungan (yang berarti juga mempengaruhi konsumsi) adalah tingkat bunga. Oleh karena konsumen mempunyai preferensi terhadap barang sekarang daripada barang pada waktu yang akan datang (myopik), maka agar konsumen bersedia untuk menangguhkan pengeluaran konsumsi diperlukan adanya balas jasa yang disebut bungan. Semakin tinggi tingkat bunga, maka akan semakin besar pula jumlah uang yang ditabung (konsumsi menjadi semakin sedikit) dan sebaliknya, semakin rendah tingkat bunga akan semakin sedikit tabungan (semakin besar konsumsi). Keynes menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi adalah penghasilan riil, walaupun demikian, hal tersebut tidak menghilangkan pengaruh tingkat bunga terhadap alokasi penghasilan antara tabungan dan pengeluaran konsumsi. Akan tetapi tidaklah jelas apakah semakin tinggi tingkat bunga akan menyebabkan tingkat konsumsi semakin sedikit atau semakin banyak, karena perubahan tingkat bunga mempunyai dua efek, yaitu efek substitusi (substitution effect) dan efek pendapatan (income effect). Apabila tingkat bunga naik, efek substitusi menyebabkan rumah tangga akan mengkonsumsi lebih sedikit (tabungan lebih besar), sebaliknya efek pendapatan

39 menyebabkan pengeluaran konsumsi menjadi semakin besar (tabungan semakin kecil). Efek totoalnya tergantung efek mana yang dominana, apakah efek substitusi atau efek pendapatan. Bagi golongan masyarakat kaya yang mempunyai APC lebih besar daripada golongan masyarakat miskin, efek penghasilan meungkin lebih besar daripada efek substitusi apabila tingkat bunganya naik, sehingga mereka cenderung mengkonsumsi lebih banyak. Sebaliknya golongan masyarakat miskin, efek substitusi mungkin lebih dominan daripada efek pendapatan sehingga apabila tingkat bunga naik mereka cenderung akan menabung lebih banyak. Jadi, secara teoritis tidaklah dapat dibuktikan bahwa kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan seseorang mengkonsumsi lebih banyak atau lebih sedikit, sehingga untuk menjelaskannnya diperlukan suatu studi empiris. 5. Adanya Kredit Kredit juga sangat erat kaitannya dengan tingkat bunga. Adanya kredit menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang sekarang dan membayarnya kemudian sehingga adanya kredit mempengaruhi waktu pembayaran angsuran kredit yang harus dilakukan sebuah rumah tangga, terutama dalam membeli barang tahan lama. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa adanya kredit menyebabkan rumah tangga akan mengkonsumsikan lebih banyak karena apa yang mereka beli sekarang pada masa yang akan datang harus dilunasi dari penghasilan yang akan diterima pada masa yang akan datang. Konsumen dalam mengambil kredit harus memperhitungkan beberapa hal, yaitu down payment, tingkat bunga, dan waktu pelunasannya.

40 Seringkali terjadi bahwa tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam menentukan pengambilan kredit sebagaimana faktor-faktor lainnya seperti (jumlah down payment) jangka waktu pelunasannya. Kenaikan down payment akan menyebabkan terjadinya penurunan kredit, sedangkan semakin lama jangka waktu pelunasan akan cenderung menyebabkan naiknya permohonan kredit. Secara singkat, bagaimana pengaruh adanya kredit terhadap pengeluaran konsumsi tidaklah jelas, sedangkan penelitian secara empiris tidak menemukan adanya hubungan yang positif antara kredit dan pengeluaran konsumsi. 6. Inflasi Efek kenaikan tingkat harga umum, adanya kenaikan tingkat harga suatu barang akan menyebabkan efek substitusi dimana konsumen akan mengurangi pembelian barang yang harganya menjadi relatif lebih mahal dan menambah pembelian barang yang harganya relatif lebih mudah. Akan tetapi adanya inflasi yaitu kenaikan harga secara umum menyebabkan semua harga barang mengalami kenaikan, dan ini menyebabkan terjadinya efek substitusi antara pengeluaran konsumsi dan tabungan. Kenaikan tingkat harga secara umum tidaklah berarti bahwa harga semua barang mengalami kenaikan secara proporsional, sehingga ada substitusi antara barang yang satu dengan barang lainnya secara terbatas. Bagaimana pengaruh adanya inflasi dengan pengeluaran konsumsi sangat tergantung dari teori konsumsi

41 mana yang dipilih. Teori konsumsi menurut Keynes menunjukkan hubungan antara pengeluaran konsumsi secara riil dan tingkat penghasil riil, sehingga adanya inflasi tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsi. b. Faktor Demografi Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun rata-rata pengeluaran per orang atau per keluarga relatif rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah dari penduduk Singapura, tetapi secara absolut tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar dari Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia yang lima puluh kali lipat dari Singapura. c. Faktor Non Ekonomi Faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat. misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat. Contoh paling konkrit di Sumatera Utara adalah berubahnya kebiasaan berbelanja di pasar tradisional ke pasar swalayan. Beberapa teori tentang pengeluaran konsumsi yang menghubungkan pengeluaran konsumsi dengan faktor-faktor lain selain pendapatan. Teori-teori tersebut antara lain Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis), Teori Konsumsi dengan Hipotesei Pendapatan Relatif (Relative Income

42 Hypothesis), dan Teori Konsumsi dengan Hipotesis Penadapatan Permanen (Permanent Income Hypothesis). 1. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup Teori konsumsi dengan hipotesis ini dikemukakan oleh Ando, Brumberg dan Modigliani yaitu tiga ekonom besar yang hidup di abad 18. Menurut teori ini faktor sosial ekonomi seseorang sangat mempengaruhi pola konsumsi orang tersebut. Teori ini membagi pola konsumsi seseorang menjadi 3 bagian berdasarkan umur seseorang. Bagian pertama yaitu dari seseorang berumur nol tahun hingga berusia tertentu dimana orang tersebut dapat menghasilkan pendapatanan sendiri. Sebelum orang tersebut dapat menghasilkan pendapatan sendiri, maka ia mengalami dissaving (ia berkonsumsi akan tetapi tidak menghasilkan pendapatan). Kemudian pada bagian kedua dimana seseorang berusia kerja dan dapat menghasilkan pendapatan sendiri yang lebih besar dari pengeluaran konsumsinya. Dan pada bagian tiga dimana ia berada pada usia tidak bisa bekerja lagi. Pada bagian dua, ia mengalami saving. Dan bagian ketiga ketika seseorang pada usia tua dimana orang tersebut tidak mampu lagi menghasilkan pendapatan sendiri, ia mengalami dissaving lagi. 2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif (Relative Income Hypothesis) Teori konsumsi dengan menggunakan hipotesis pendapatan relatif dikemukakan oleh James Duesenberry. Dalam teoriny, Duesenberry membuat dua asumsi, yaitu

43 1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependent, yaitu terpengaruh atas pengeluaran yang dilakukan oleh tetangganya. 2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible, artinya pola pengeluaran pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Duesenberry menyatakan bahwa teori konsumsi atas dasar penghasilan absolut sebagaimana dikemukakan oleh Keynes tidak mempertimbangkan aspek psikoloi konsumen. Duesenberry menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu rumah tangga sangat tergantung pada posisi rumah tangga tersebut pada masyarakat sekelilingnya. Apabila konsumen senantiasa melihat pola konsumsi tetangganya yang lebih kaya, maka ada efek demonstrasi (demonstration effect). Akan tetapi, peniruan pola konsumsi tetangga harus dianalisis dengan melihat kedudukan relatif rumah tangga tersebut pada masyarakat disekelilingnya. Apabila dari tahun ke tahun terdapat kenaikan penghasilan bagi seluruh masyarakt, maka distribusi penghasilan seluruh masyarakat tidak mengalami perubahan. Kenaikan penghasilan absolut menyebabkan pengeluaran konsumsi juga akan naik, begitu juga jumlah tabungan akan naik dalam proporsi yang sama. Ini berarti APC = C/Y tidak mengalami perubahan dan ini berarti pula APC = MPC yang merupakan fungsi konsumsi jangka panjang. Dari fungsi konsumsi jangka panjang tersebut Duesenberry memperoleh fungsi konsumsi jangka pendek yang didasarkan pada asumsi kedua. Besarnya

44 pengeluaran konsumsi dipengaruhi oleh besarnya pendapatan tertinggi yang pernah dicapai. Apabila terjadi kenaikan pendapatan, maka pengeluaran konsumsi akan cenderung meningkat dengan proporsi tertentu. Sedangkan apabila pendapatan turun, maka pengeluaran konsumsi juga akan turun tetapi proporsinya lebih kecil daripada proporsi kenaikan pengeluaran konsumsi akibat kenaikan pendapatan. 3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M. Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Defenisi pendapatan permanen adalah: 1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan terlebih dahulu, misalnya penghasilan dari upah. 2. Hasil dari semua faktor yang menentukan kekayaan manusia (yang menciptakan kekayaan). Kekayaan sebuah rumah tangga terdiri dari dua kategori, yaitu kekayaan manusia dan kekayaan finansial. Yang dimaksud dengan pendapatan sementara adalah penghasilan yang tidak dapat diharapkan terlebih dahulu dan nilainya dapat positif apabila nasibnya baik atau negatif apabila mendapat nasib buruk. Seseorang yang mendapat undian misalnya, dikatakan memperoleh pendapatan transitori positif sedangkan seorang petani yang panennya gagal karena cuaca buruk dikatakan mendapat pendapatan transitori negatif.

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan suku bunga. Makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik a. Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Penentuan Kegiatan Ekonomi: 1. Pandangan Klasik a. Di dalam perekonomian terjadi keadaan di mana jumlah keseluruhan penawaran barang- barang (penawaran

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERBITAN OBLIGASI KORPORASI DI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERBITAN OBLIGASI KORPORASI DI INDONESIA Fakultas Ekonomi Medan ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERBITAN OBLIGASI KORPORASI DI INDONESIA Skripsi Diajukan Oleh : Jekson Hutapea 040501084 Ekonomi Pembangunan Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI A. PENDAHULUAN Pendapatan (Income) adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi selama 1 tahun. Pendapatan disimbolkan dengan (Y). Konsumsi (Consumption)

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi TEORI KONSUMSI Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi suatu Negara secara umum beroreintasi pada pertumbuhan (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI KOTA BINJAI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI KOTA BINJAI 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI KOTA BINJAI SKRIPSI Diajukan oleh : RIKI ARDIANSYAH 050501017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

Fungsi Konsumsi Keynes

Fungsi Konsumsi Keynes Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan dan mengeluarkan teori konsumsi.

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE 1995-2010 Fitri Suciani Jaka Pratama Tetiyeni Dwi Lestari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012).

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). Penelitian yang berjudul Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

TEORI KONSUMSI. Minggu 8 TEORI KONSUMSI Minggu 8 Pendahuluan Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang mengacu kepada trilogi pembangunan. Demi mewujudkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT KESEHATAN DAN INVESTASI TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN SKRIPSI.

ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT KESEHATAN DAN INVESTASI TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN SKRIPSI. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT KESEHATAN DAN INVESTASI TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan Oleh : RYAN ANDREAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET SUMATERA UTARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET SUMATERA UTARA 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET SUMATERA UTARA Proposal Skripsi Diajukan Oleh: NAMA : MARWANTA DACE NIM : 040501087 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, PMDN dan PMA Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Sumatera Utara

Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, PMDN dan PMA Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ` SKRIPSI Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, PMDN dan PMA Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Sumatera Utara Diajukan oleh : FEBRIA SUSANTO 040501040 Guna

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN OLEH ROSE LINARTI SIHOMBING

SKRIPSI ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN OLEH ROSE LINARTI SIHOMBING SKRIPSI ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN OLEH ROSE LINARTI SIHOMBING 080501110 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( ) SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT (1996-2010) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Ilmu Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENTABILITAS BANK BERDASARKAN INDIKATOR BOPO PADA BANK UMUM DI SUMATERA UTARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENTABILITAS BANK BERDASARKAN INDIKATOR BOPO PADA BANK UMUM DI SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENTABILITAS BANK BERDASARKAN INDIKATOR BOPO PADA BANK UMUM DI SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan Oleh : LUVANI AMELIA

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK REALISASI APBD TERHADAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA BINJAI SKRIPSI. Diajukan oleh :

ANALISIS DAMPAK REALISASI APBD TERHADAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA BINJAI SKRIPSI. Diajukan oleh : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS DAMPAK REALISASI APBD TERHADAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA BINJAI SKRIPSI Diajukan oleh : ABDUL AZIZ NASUTION 060501032 Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik Product tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di suatu negara bisa dijadikan alat ukur untuk menganalisa tingkat perkembangan perekonomian di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan stabil selama lebih kurang tiga puluh tahun tiba-tiba harus. langsung berdampak pada perekonomian dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan stabil selama lebih kurang tiga puluh tahun tiba-tiba harus. langsung berdampak pada perekonomian dalam negeri. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyaris tidak ada satu orang pun yang mengira kalau negara kita akan diterpa krisis ekonomi hingga separah ini. Perekonomian Indonesia yang boleh dikatakan stabil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Produksi Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan bagaimana sumber daya (input) digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam proses globalnya membutuhkan sarana dan prasarana guna menunjang proses pembangunan yang seutuhnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk

KATA PENGANTAR. ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini secara konsisten. menetapkan pembangunan ekonomi Indonesia dengan prinsip triple track

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini secara konsisten. menetapkan pembangunan ekonomi Indonesia dengan prinsip triple track 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini secara konsisten menetapkan pembangunan ekonomi Indonesia dengan prinsip triple track strategy: pro-growth (pro pertumbuhan),

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR SUKU BUNGA DEPOSITO DAN NILAI KURS TERHADAP PERMINTAAN SURAT UTANG NEGARA OLEH INVESTOR ASING KRISTANTY ULI ARTA GIRSANG

ANALISIS FAKTOR SUKU BUNGA DEPOSITO DAN NILAI KURS TERHADAP PERMINTAAN SURAT UTANG NEGARA OLEH INVESTOR ASING KRISTANTY ULI ARTA GIRSANG SKRIPSI ANALISIS FAKTOR SUKU BUNGA DEPOSITO DAN NILAI KURS TERHADAP PERMINTAAN SURAT UTANG NEGARA OLEH INVESTOR ASING OLEH KRISTANTY ULI ARTA GIRSANG 080501063 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Investasi a) Definisi Investasi Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN TABUNGAN

KONSUMSI DAN TABUNGAN Minggu ke 4 dan 5 KONSUMSI DAN TABUNGAN ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI 8 dan 5 Maret 03 LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti topik bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan model konsumsi dan tabungan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA INTERNASIONAL, KURS DAN INFLASI TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA SKRIPSI. Diajukan Oleh : MASNI R S SIDABALOK

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA INTERNASIONAL, KURS DAN INFLASI TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA SKRIPSI. Diajukan Oleh : MASNI R S SIDABALOK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA INTERNASIONAL, KURS DAN INFLASI TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Oleh : MASNI R S SIDABALOK 070501057

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang salah satunya sebagai negara yang berkembang masih mengalami ketertinggalan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang salah satunya sebagai negara yang berkembang masih mengalami ketertinggalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka terdiri atas teori - teori yang menyangkut penelitian mengenai Pengaruh kesempatan kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang sekarang ini giat melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan mencakup di segala sektor. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Beras bagi kehidupan Bangsa Indonesia memiliki arti yang sangat penting. Dari jenis bahan pangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Produk Domestik Bruto (PDB) Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang digunakan untuk menilai apakah perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tujuannya untuk mewujudkan cita-cita suatu bangsa khususnya cita-cita luhur bangsa Indonesia. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari negara yang bersangkutan. Begitu juga dengan negara

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan II. LANDASAN TEORI A. Investasi 1. Pengertian Investasi Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran pemerintah untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja yang berumur 15 tahun atau lebih yang melakukan kegiatan ekonomi dengan bekerja untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan sektor perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional dalam mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah suatu proses dimana pemerintah nasional dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membuat suatu kebijakan yang dapat merangsang

Lebih terperinci

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Putri Irene Kanny Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-4 Arus lingkar pendapatan dalam perekonomian tertutup dua sektor Arus lingkar pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah fitrah manusia yang merupakan sebuah kebutuhan darurat yang tidak dapat di pisahkan dari diri manusia karena konsumsi adalah bagian dari usaha

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DAN TURUNANNYA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DAN TURUNANNYA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DAN TURUNANNYA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP KREDIT KONSUMSI DI SUMATERA UTARA OLEH PAULINA PUTRI A. HUTAGALUNG

SKRIPSI ANALISIS ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP KREDIT KONSUMSI DI SUMATERA UTARA OLEH PAULINA PUTRI A. HUTAGALUNG SKRIPSI ANALISIS ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP KREDIT KONSUMSI DI SUMATERA UTARA OLEH PAULINA PUTRI A. HUTAGALUNG 080501067 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanisme penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank. Sektor perbankan dalam memberikan kredit memerlukan adanya

BAB I PENDAHULUAN. bank. Sektor perbankan dalam memberikan kredit memerlukan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu sektor keuangan yang menentukan stabilnya perekonomian di suatu negara. Peran perbankan sebagai lembaga intermediasi dengan menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian tiga sektor, campur tangan pemerintah tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit untuk dihindari bagi suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju, namun pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, KURS DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO ( PDB ) TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH ( NAB ) REKSA DANA DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, KURS DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO ( PDB ) TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH ( NAB ) REKSA DANA DI INDONESIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, KURS DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO ( PDB ) TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH ( NAB ) REKSA DANA DI INDONESIA SKRIPSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN...xiii

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN...xiii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL...xi DAFTAR LAMPIRAN...xiii ABSTRAKSI...xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1 1.2. Perumusan Masalah...4 1.3.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA, PENDAPATAN PER KAPITA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP KREDIT KONSUMSI PADA BANK UMUM DI SUMATERA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA, PENDAPATAN PER KAPITA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP KREDIT KONSUMSI PADA BANK UMUM DI SUMATERA UTARA SKRIPSI Fakultas Ekonomi Medan ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA, PENDAPATAN PER KAPITA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP KREDIT KONSUMSI PADA BANK UMUM DI SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan Oleh : SETIYO RESTI 070501034 EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TINGKAT URBANISASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH TINGKAT URBANISASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Fakultas Ekonomi Medan ANALISIS PENGARUH TINGKAT URBANISASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Oleh: JAHRATUNNAZMI 050501003 EKONOMI PEMBANGUNAN Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN INVESTASI TERHADAP PERKEMBANGAN INVESTASI DI SUMATERA UTARA AMIRA MEUTHIA SARI

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN INVESTASI TERHADAP PERKEMBANGAN INVESTASI DI SUMATERA UTARA AMIRA MEUTHIA SARI SKRIPSI ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN INVESTASI TERHADAP PERKEMBANGAN INVESTASI DI SUMATERA UTARA OLEH AMIRA MEUTHIA SARI 100501075 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara menginginkan negaranya memiliki suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Bank Bank pada dasarnya dikenal dan diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dana dari masyarakat baik dalam bentuk giro, tabungan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga dengan memperhatikan tingkat

Lebih terperinci