PENGARUH TERAPI MENULIS PENGALAMAN EMOSIONAL TERHADAP PENURUNANPERILAKU AGRESIF PADA REMAJA KELAS 2SMA ISLAM DUDUKSAMPEYAN KABUPATEN GRESIK
|
|
- Ade Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH TERAPI MENULIS PENGALAMAN EMOSIONAL TERHADAP PENURUNANPERILAKU AGRESIF PADA REMAJA KELAS SMA ISLAM DUDUKSAMPEYAN KABUPATEN GRESIK Abdul Rokhman*, Innani Ainur Rizqi** Dosen Program Studi S Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masa remaja merupakan masa transisi, serta terjadi perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun emosional, apabila remaja tidak mampu menyesuaikan perubahan yang terjadi akan menimbulakan frustasi yang mengarah pada tindakan agresif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif pada remaja kelas SMA Islam Duduksampeyan Gresik. Desain penelitian ini adalah one group pretest-postest. Besar sampelnya adalah seluruh remaja kelas sebanyak 35 remaja di SMA Islam Duduksampeyan Gresik, pada bulan Januari 5 sampai Maret 5. Pengumpulan data menggunakan buku diary, bolpoin dan lembar kuesioner aggression questionnaire dengan menggunakan uji wilcoxon sign rank test dengan tingkat kemaknaan,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku agresif remaja setelah dilakukan intervensi menulis pengalaman emosional hampir seluruhnya 85,7% berperilaku agresif ringan dan sebagian kecil 4,3% berperilaku agresif rendah. Hasil pengujian statistik diperoleh hasil terdapat pengaruh antara menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif dengan nilai Z= -5,477 a dengan P =, dimana P <,5. Hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif pada remaja kelas di SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Berdasarkan hasil penelitian ini maka menulis pengalaman emosional menjadi faktor penting yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk penurunan perilaku agresif. Kata Kunci : Remaja, Perilaku, Terapi Penulis pengalaman Emosional PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa transisi, usia remaja berkisar antara 3 sampai 7 tahun, atau biasa yang disebut dengan usia balasan yang tidak menyenangkan. Pada masa remaja terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara emosional (Hurlock, 8). Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas yang dijalani di sekolah (pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya kearah yang tidak positif, misalnya tawuran dan agresi lainnya. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya (Mutadin, 7). Perilaku agresif dapat dipahami sebagai suatu perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain, baik secara verbal maupun non verbal, secara fisik maupun psikis, langsung maupun tidak langsung. Perilaku agresif bukan hanya melekat pada orang dewasa, tetapi bibit itu telah dapat dijumpai dalam perilaku anak dalam kehidupan keseharian mereka (Anantasari, 6). dipengaruhi oleh beberapa faktor yang komplek meliputi biologis, perasaan yang timbul dari dalam dirinya. Pengaruh keluarga dimana peran keluarga tidak berfungsi dengan baik, anak yang kurang perhatian dari keluarga dan faktor sosiokultural, faktor lain yang menyebabkan perilaku agresif itu timbul diantaranya frustasi dimana individu tidak mampu menyelesaikan masalahnya akan timbul ketegangan pada dirinya. Jika individu SURYA 8 Vol. 7, No. 3, Desember 5
2 tersebut tidak tahu bagaimana menghadapi hal itu maka ia akan mencari jalan keluar untuk mengurangi ketegangan seperti kecenderungan untuk marah, merusak barang-barang milik orang lain, membunuh atau tindakan lain yang mengarah pada perilaku agresif. Perilaku agresif remaja muncul apabila ada tantangan atau halangan yang mengakibatkan gangguan-gangguan pada keinginan remaja tersebut. Perasaan emosi yang tidak dapat terkontrol, permainan dan pola asuh (Wong, 5). Perilaku agresif pada remaja di sekolah sudah menjadi persoalan serius. Kejadian anak mogok sekolah, perploncoan siswa baru, tawuran antar sekolah dan maraknya geng motor merupakan gambaran perilaku agresif remaja saat ini. Kekerasan merupakan fenomena yang tidak dapat disepelekan. Setiap tahun lebih dari,6 juta orang di seluruh dunia kehilangan nyawanya karena kekerasan (WHO, ). Di indonesia sendiri kekerasan sebagai perilaku agresif memiliki prevalensi yang cukup tinggi secara statistik. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren kenakalan dan kriminalitas remaja di Indonesia mulai dari kekerasan fisik, kekerasan seksual dan kekerasan psikis meningkat sebanyak.44 kasus pada tahun. Pada tahun 7 tercatat sebanyak 345 remaja usia 8 tahun menjadi pelaku tindak kriminal, tahun 8 dan 9 meningkat menjadi 38 hingga 43remaja (BPS, ). Kasus kekerasan yang dilakukan remaja meningkat dari tahun ke tahun di Jawa Timur pada tahun jumlah kasus kekerasan mencapai 95 sampai setiap bulannya. Sedangkan kasus yang terjadi pada daerah gresik kasus kekerasan antar pelajar sebanyak 9 sampai kasus meningkat dari sebelumnya sebanyak 7 kasus yang dilakukan oleh pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) baik berupa perkelahiran dan tindak kriminal lainnya (Kompas, ). Salah satu faktornya adalah tidak mampunya mengendalikan diri, emosi yang berlebih.dari sini menunjukkan bahwa masih tingginya perilaku agresif pada pelajar. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku agresif diantaranya individu tersebut akan dijauhi temannya, dapat merugikan diri sendiri dan orang lain bahkan lingkungan disekitarnya. bukanlah suatu bentuk perilaku yang tidak dapat dihindari atau tidak dapat diubah. Sebaliknya karena agresi berasal dari interaksi kompleks berbagai peristiwa eksternal, kognisi dan karakteristik pribadi, hal itu dapat dicegah atau dikurangi. Penanganan terhadap anak yang berprilaku agresif harus dilaksanakan secara menyeluruh oleh orang tua, guru dan lingkungan sekitarnya. Beberapa alternatif penanganan terhadap anak berprilaku agresif dapat dilakukan dengan memberikan hukuman yang efektif kepada anak dan perlu adanya pengertian dan kesabaran orang tua dan pendidik (Saefi, 8). Mencegah atau mengendalikan perilaku agresif dengan cara memberikan hukuman diberikan setiap kali individu melakukan tindakan agresif. katarsis memberi kesempatan kepada individu yang memiliki kecenderungan pemarah. Intervensi kognitif pengakuan kesalahan-kesalahan dan memberikan maaf, dan teknik-teknik lain seperti pemaparan terhadap model nonagresif, pelatihan dalam keterampilan sosial (Baron & Byrne, 5). Menulis merupakan salah satu tekhnik yang digunakan agar dapat menyalurkan pesan dalam pikiran yang sulit disampaikan secara verbal. Menulis pengalaman emosional bisa menjadi katarsis (pelegaan) emosional karena dengan menulis pengalaman emosional seseorang akan dapat mengungkapkan semua perasaan dan pikiran yang mengganggunya. Menurut kesimpulan dari riset para ilmuwan diuniversity of Texas Amerika Serikattahun 997, menulis pengalaman emosional ternyata bisa menyehatkan tubuh dan jiwa, karena menulis melibatkan keaktifan seseorang dalam menerjemahkan pengalaman emosi mereka dari pengalaman langsung (melihat, mendengar) menjadi simbolik (bahasa, kata) dan merupakan proses mental analisis. Mungkin kita tidak menyadari bahwa pada saat kita menulis, berarti kita sedang melakukan terapi (Pennebaker & Chung, 7). Ketika seseorang menulis proses berpikir seseorang dipaksa untuk mengalami perlambatan. Sedangkan sebelum menulis, bisa terjadi satu pikiran seseorang terus diikuti oleh pikiran lainnya. Dalam hal ini tidak ada masalah pada emosi atau pikiran perasaan yang bisa diselesaikan oleh SURYA 9 Vol. 7, No. 3, Desember 5
3 seseorang saat menghadapi berbagai masalah. Akan tetapi saat seseorang mulai menulis, dia mampu membawa satu gagasan ke satu simpulan logisnya. Pada perilaku agresif remaja dapat menurun karena adanya restrukturisasi kognitif yang difasilitasi oleh menulis pengalaman emosional. Restrukturisasi kognitif dapat dilakukan dengan mengevaluasi pikiran-pikiran negatif terhadap stresor. Dengan melakukan evaluasi, akan terjadi perubahan kognitif remaja dalam memandang diri sendiri dan lingkungan berkaitan dengan stresor atau perubahan reaksi emosi mereka terhadap stresor (Pennebaker, 5). Berdasarkan data tersebutdiatas maka, penelititertarikuntuk meneliti Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional Terhadap Penurunan Perilaku Pada Remaja Kelas SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra-Eksperiment dengan menggunakan desain One Group Pretest-Postest. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh remaja kelas SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik, sebanyak 35 remaja.besar sampel pada penelitian ini adalah sejumlah 35 remaja dengan teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik pada bulan Januari-Maret 5. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan buku diary, bolpoin dan kuesioner tertutup.kemudian data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon Signed RankTest. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian mengenai pengaruh menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif pada remaja kelas SMA Islam Duduksampeyan Kaupaten Gresik Tahun 5.. Data Umum ) Distribusi Umur Remaja Tabel Distribusi Umur Remaja Kelas SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Tahun 5 No Umur F % 6 Tahun 7 Tahun 5 8,6 7,4 Jumlah 35 Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dari 35 remaja lebih dari sebagian besar berumur 7 tahun sebanyak 7,4% (5 remaja) dan hampir sebagian berumur 6 tahun sebanyak 8,6% ( remaja). ) Distribusi Jenis Kelamin Remaja Tabel Distribusi Jenis Kelamin Remaja Kelas SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Tahun 5 No Jenis Kelamin F % Laki-Laki Perempuan 5 4,9 57, Jumlah 35 Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa lebih dari sebagian besar remaja kelas berjenis kelamin perempuan sebanyak 57,% ( remaja) dan hampir sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4,9% (5 remaja).. Data Khusus ) Perilaku Remaja Pre Intervensi Tabel 3 Karakteristik Remaja Berdasarkan Perilaku Pre Intervensi di SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik pada Tahun 5 No Tingkat Perilaku F % 3 4 Tidak agresif ringan sedang tinggi 35 Jumlah 35 Berdasarka tabel 3 menunjukkan bahwa dari 35 remaja sebelum diberikan intervensi seluruhnya berperilaku agresif sedang sebanyak % (35 remaja). SURYA Vol. 7, No. 3, Desember 5
4 ) Perilaku Remaja Post Intervensi Tabel 4 Karakteristik Remaja Berdasarkan Perilaku Post Intervensi di SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik pada Tahun 5. No Tingkat Perilaku F % 3 4 Tidak agresif ringan sedang tinggi ,7 5 Jumlah 35 Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa dari 35 remaja yang sudah diberikan terapi menulis pengalaman emosional, hampir seluruhnya berperilaku agresif ringan sebanyak 85,7% (3 remaja) sedangkan sisanya sebagian kecil remaja berperilaku agresif sedang sebanyak 4,3% (5 remaja). 3) Tabel Silang Penurunan Perilaku Remaja Pre-Post Intervensi Tabel 5 Tabel Silang Pengaruh Pre dan Post Eksperimen Terapi Menulis Pengalaman Emosional Terhadap Penurunan Perilaku Pada Remaja Kelas SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Tahun 5. Karakteristik No Perilaku Pre Post Eksperimen Eksperimen F % F % 3 4 Tidak agresif ringan sedang tinggi ,7 4,3 Jumlah Asymp sig tailed (p) = Z= -5,477 a, Berdasarakan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebelum diberikan intervensi seluruh remaja berperilaku agresif sedang sebanyak % sedangkan setelah diberikan intervensi hampir seluruhnya remaja berperilaku agresif ringan sebanyak 85,7% dan sebagian kecil remaja berperilaku agresif sedang sebanyak 4,3%. Hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test, menunjukkan nilai signifikansi (p sign =,) dimana hal ini berarti p sign <,5 sehingga H ditolak artinya terdapat pengaruh terapi menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif. PEMBAHASAN. Perilaku Pre Intervensi Pada Remaja Kelas SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Pada Tahun 5 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 35 remaja seluruhnya berperilaku agresif sedang sebanyak % Sedangkan pada tabel menunjukkan bahwa dari 35 remaja berumur 7 tahun sebanyak 7,4% dan sisanya adalah sebagian kecil berumur 6 tahun sebanyak 8,6%. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Dalam mengarungi fase demi fase tersebut, remaja dihadapkan pada tugas perkembangan tertentu dan secara bertahap berdasarkan umur, lingkungan dan tuntutan kondisi disekitar remaja itu sendiri. Pada fase ini sering dianggap sebagai periode Badai dan Tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi dan sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar didalamnya. Adapun meningginya emosi baik perempuan maupun laki-laki disebabkan tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami badai dan tekanan, namun benar bahwa sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktusebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku dan harapan sosial yang baru (Hurlock, 8). Sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak, sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada remaja. Apabila tugas tersebut berhasil SURYA Vol. 7, No. 3, Desember 5
5 diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, begitu pula sebaliknya, apabila individu tidak bisa menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik maka individu akan mengalami kesulitan untuk memenuhi tugas perkembangan selanjutnya. Masalahnya seringkali remaja mengalami kesulitan dalam menghadapi fase ini. Terdapat banyak hal yang dapat menghambat. Hambatan tersebut muncul karena kurang siapnya individu dalam menerima perubahan-perubahan yang terjadi oleh karena ketidakseimbangan antara perubahan fisik yang sangat cepat dengan perubahan kejiwaan yang meliputi mental dan emosional (Zulkifli, 9). Sesuai dengan hasil penelitian diketahui bahwa umur remaja sebagian besar adalah 7 tahun atau sebesar 5 remaja (7,4%) sehingga dapat dikategorikan dalam remaja lanjut (Late Adolescent). Pada masa ini, mulai tumbuh tanda-tanda kedewasaan antara lain adalah adanya peningkatan minat terhadap fungsi-fungsi intelektual, egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain dan identitas seksual yang telah menetap. Namun perlu diketahui juga bahwa semakin tinggi umur remaja maka semakin berat pula tugas dan perkembangannya. Apabila remaja tidak mampu untuk menyelesaikan tugas mereka seringkali remaja tersebut akan merasa frustasi, melampiaskan emosi mereka pada hal yang negatif yang mengarah pada perilaku agresif yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.. Perilaku Post Intervensi Pada Remaja Kelas SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Pada Tahun 5 Pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari 35 remaja yang sudah diberikan terapi menulis pengalaman emosional, hampir seluruhnya berperilaku agresif ringan sebanyak 85,7% (3 remaja) sedangkan sisanya sebagian kecil remaja berperilaku agresif sedang sebanyak 4,3% (5 remaja). Hurlock (8), menyatakan bahwa yang dimaksud perilaku agresif adalah tindak permusuhan yang nyata atau ancaman permusuhan, biasanya tidak ditimbulkan oleh orang lain, diekspresikan berupa penyerangan secara fisik atau lisan terhadap pihak lain. Kemampuan untuk berpikir jernih mengalami gangguan serius apabila seseorang berada dibawah tekanan. Dalam budaya seseorang cenderung untuk segera mengambil respon, tidak sempat berpikir untuk menyediakan waktu untuk dapat mengelolah pengalaman secara matang. Ketika emosi menggerakkan seseorang maka tidak akan lagi memikirkan tubuh. Saat tersebut, emosi menjadi sesuatu yang hidup dan seolah-olah dihayati secara intensional (Poerwandi, 5). Namum apabila pengalaman yang diingat tersebut dituangkan dalam tulisan dengan menulis pengalaman emosional, menulis memiliki kekuatan tersendiri karena menulis adalah suatu bentuk eksplorasi dan ekspresi area pemikiran, emosi dan spiritual yang dapat dijadikan sebagai suatu darana komunikasi dengan diri sendiri atau mengembangkan suatu pemikiran serta kesadaran akan suatu peristiwa (Bolton, 5). Menulis tentang pengalaman traumatis berhubungan dengan peningkatan efek psikologis yang positif dan dalam jangka panjang menurunkan masalah-masalah kesehatan. Karena itu, proses katarsis yang diperoleh ketika menulis pengalaman emosional pada seseorang yang mengalami gangguan kecenderungan agresi akan dapat memberikan keuntungan bagi dirinya untuk menurunkan simtom-simtom yang mengganggu dan meningkatkan kesejahteraan psikologis maupun fisik (Pennebaker, 5). Sesuai dengan fakta yang didapatkan bahwa sebagian besar remaja hampir seluruhnya berperilaku agresif ringan sebesar 3 remaja (85,7%) setelah dilakukan terapi menulis pengalaman emosional. Dimana menulis dapat menggali potensi negatif dari perasaan dan pengalaman emosional yang terjadi dalam diri remaja sehingga dapat mengurangi perilaku agresif remaja tersebut. Kebiasaan menulis tentang pengalaman emosional juga bisa menambah variasi dalam berekspresi secara emosional, karena kebiasaan individu untuk mengasosiasikan emosi secara aversive dengan trauma yang mereka hadapi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menulis pengalaman emosional secara efektif SURYA Vol. 7, No. 3, Desember 5
6 mempunyai pengaruh dalam penurunan perilaku agresif pada remaja. 3. Perilaku Pre dan Post Intervensi Pada Remaja Kelas SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Pada Tahun 5 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan sebelum diberikan intervensi seluruh remaja berperilaku agresif sedang sebanyak % sedangkan setelah diberikan intervensi hampir seluruhnya remaja berperilaku agresif ringan sebanyak 85,7% dan sebagian kecil remaja berperilaku agresif sedang sebanyak 4,3%. Seseorang yang melakukan expresive regresif akan belajar menyatukan isi pikirannya, mengingat peristiwa traumatis yang pernah dialami untuk dihadirkan kembali kedalam pikiran, memilih hal-hal yang ingin disampaikan melalui tulisan, dan melatih emosi agar terbiasa menghadapi kembali peristiwa yang dianggap traumatis. Semakin sering menulis, diharapkan orang yang bersangkutan akan memperoleh gambaran berdasarkan pengalaman individu, sikap dan opini tentang peristiwa traumatisnya secara menyeluruh sehingga semakin memahami peristiwa tersebut, berpikir luas dan integratif, mampu melakukan refleksi diri, dan akhirnya memandang peristiwa traumatis tersebut dari sudut pandang yang berbeda sehingga mampu menemukan penyelesaiannya (Pennebaker, 5). Kegiatan menulis pengalaman emosional dalam hal ini sangatlah membantu, karena bisa memaksakan semacam struktur dan organisasidalam pikiran.saat menulis, proses berpikir seseorang dipaksa untuk mengalami perlambatan.sedangkan sebelum menulis, bisa terjadi satu pikiran seseorang terus diikuti oleh pikiran lainnya, dan lainnya, dan seterusnya. Tidak ada masalahemosi atau pikiran yang bisa diselesaikan seseorang saat menghadapi berbagai masalah.akan tetapi saat seseorang mulai menulis, dia mampu membawa satugagasan ke satu simpulan logisnya (Pennebaker, 5). Sesuai dengan fakta bahwa perilaku agresif pada remaja kelas sebelum dilakukan terapi menulis seluruhnya berperilaku agresif sedang sebanyak % dan sesudah dilakukan terapi menulis pengalaman emosional berperilaku agresif ringan sebanyak 85,7%. Bahwa menulis pengalaman emosional dapat memberikan efek terhadap emosi dan perilaku agresif karena dengan menulis seseorang dapat menuangkan pikiran dan perasaan yang ada dalam diri individu tersebut, mengeluarkan atau meluapkan emosinya ketika sedang kecewa, kesal atau marah, sehingga hal-hal yang bisa melukai diri individu bisa dicegah dan individu bisa mengatasi luapan emosinya dengan hal yang positif. Individu dapat menggali potensi negatif dari perasaan yang dapat memberikan pemahaman baru terhadap beberapa persepsi yang ada dalam pikiran individu, sehingga individu mampu menguasai mekanisme koping untuk mengurangi perilaku agresif. 4. Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional Terhadap Penurunan Perilaku Pada Remaja Kelas SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Tahun 5 Sesuai tabel 4 terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan intervensi dimana dari 35 remaja sebelum intervensi semua responden berperilaku agresif sedang sebanyak %, setelah diberikan perlakuan menulis pengalaman emosional hampir seluruhnya remaja berperilaku agresif ringan sebanyak 85,7% (3 remaja) dan sisanya sebagian kecil berperilaku agresif sedang atau sebanyak 4,3% (5 remaja). Berdasarkan data yang didapat bahwa sebagian besar remaja sebelum diberikan intervensi berprilaku agresif sedang. bukanlah suatu bentuk perilaku yang tidak dapat dihindari atau tidak dapat diubah. Sebaliknya karena agresi berasal dari interaksi kompleks berbagai peristiwa eksternal, kognisi dan karakteristik pribadi, hal itu dapat dicegah atau dikurangi. Terapi menulis adalah suatu aktivitas menulis yang mencerminkan refleksi dan ekspresi klien baik itu karena inisiatif sendiri atau sugesti dari seorang terapis atau peneliti (Siswanto 7) Pusat dari terapi menulis lebih dari pada proses selama menulis daripada hasil dari menulis itu sendiri sehingga penting bahwa menulis adalah suatu aktivitas yang personal, bebas kritik dan bebas dari aturan bahasa atau tata bahasa, sintaksis dan bentuk (Bolton, 5). SURYA 3 Vol. 7, No. 3, Desember 5
7 Tindakan menulis merupakan kerja otak bagian kiri yang bersifat analitis dan rasional. Ketika otak kiri sedang aktif, otak kanan menjadi bebas untuk berkreasi, menjadi intuitif dan merasakan, sehingga menulis memindahkan hambatan mental dan memungkinkan orang untuk menggunakan semua kekuatan otak untuk memahami diri sendiri, orang lain dan dunia sekitar dengan lebih baik. Beberapa keuntungan menulis seperti mengklarifikasi pikiran pikiran dan perasaan perasaan mengetahui diri sendiri dengan lebih baik, menurunkan tekanan karena menulis mengenai kemarahan, kesedihan dan emosi lain yang menyakitkan, serta membantu melepaskan intensitas perasaan-perasaan tersebut, memecahkan masalah dengan efektif karena umumnya masalah dapat dipecahkan oleh otak kiri, tetapi kadang-kadang hanya dapat ditemukan dengan menggunakan otak kanan yang bersifat kreatif (Siswanto, 7). Menulis merupakan suatu kegiatan yang sangat positif karena individu dapat menuangkan perasaan secara terbuka melalui tulisan. Dengan menulis akan merubah sikap dan perilaku, meningkatkan kreatifitas, memori, motivasi, dan berbagai hubungan antara kesehatan dan perilaku. Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Rest, menunjukkan nilai signifikansi (p sign =,) dimana hal ini berarti p sign <,5 sehingga H ditolak artinya terdapat pengaruh terapi menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif pada remaja kelas SMA Islam Duduksampeyan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara terapi menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif remaja kelas SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik. KESIMPULAN. Seluruh remaja kelas SMA Islam Duduksampeyan Gresik sebelum diberikan intervensi berperilaku agresif sedang.. Hampir seluruhnya remaja kelas SMA Islam Duduksampeyan Gresik setelah diberikan intervensi berperilaku agresif ringan dan sebagian kecil berprilaku agresif sedang. 3. Terdapat Perbedaan pada perilaku agresif remaja kelas SMA Islam Duduksampeyan Gresik sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. 4. Terdapat pengaruh menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif remaja kelas SMA Islam Duduksampeyan Gresik. DAFTAR PUSTAKA Anantasari. 6. Menyikapi perilaku agresif anak. Yogyakarta: Kanisus. Baron, R. A., & Byrne, D. 5. Psikologi sosial (Jilid ed.). Jakarta: Erlangga. Bolton, R. 5. Poople skil. New York: A Viocom Company. BPS.. Angka prevalensi kenakalan di indonesia. Hurlock, E. B. 8. Psikologi perkembangan (5th ed.). Jakarta: Erlangga. Kompas.. Kenakalan remaja. Retrieved Oktober, 4, from /5/7/574/Indonesia.Darurat.K ekerasan.remaja Mutadin, Z. 7. Mengenal kecerdasan emosional remaja. Retrieved 5 Oktober 4, from sister.imsa.us/index.php?kecerdasanemosional-remaja Pennebaker, J. W. 5. Ketika diam bukan emas: berbicara dan menulis sebagai Terapi. Bandung: Mizan Pustaka. Pennebaker, J. W., & Chung. 7. Expressive writing emotional upheavals and health handbook of health psychology. New York: Oxford University Press. Poerwandi. 5. Pendekatan kualitatif dalam penelitian perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan SURYA 4 Vol. 7, No. 3, Desember 5
8 Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Saefi, M. 8. Pengertian perilaku agresif. Retrieved 6 Mei, 5, fromhttp.//belajarpsikologi.com/pen egrtian-perilaku-agresif. Siswanto. 7. Kesehatan mental konsep cakupan dan perkembangannya. Jakarta: Andi Publiser. WHO.. Global status violence prevalention. Retrieved Desember, 4, fromhttp:// jury_prevention/violence/status_rep ort/global_status_violence_preventio n.pdf Wong, W. 5. Clinical manual of pediatrics nursing (4th ed.). Mosby: Year Book. Zulkifli. 9. Psikologi perkembangan. Bandung: Rosdakarya. SURYA 5 Vol. 7, No. 3, Desember 5
Moh. Saifudin*, M. Nur Kholidin** Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK
PENGARUH TERAPI MENULIS EKSPRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII MA RUHUL AMIN YAYASAN SPMMA (SUMBER PENDIDIKAN MENTAL AGAMA ALLAH) TURI DI DESA TURI KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN Moh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diwajibkan untuk membuat skripsi. Skripsi adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di Perguruan Tinggi. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diwajibkan untuk membuat skripsi. Skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena di masyarakat khususnya bagi warga yang tinggal di perkotaan, aksiaksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak kriminalitas dilakukan oleh remaja (Republika, 2 0 0 5 ). Tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, yang diistilahkan dengan adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan
Lebih terperinciArifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)-STIMULASI SENSORI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN BERLOKASI DI BABAT KABUPATEN LAMONGAN Arifal Aris Dosen Prodi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi
BAB I PENDAHULUAN A.Deskripsi Permasalahan Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini, 2000).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH
GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya masa remaja dianggap sebagai masa yang paling sulit dalam tahap perkembangan individu. Para psikolog selama ini memberi label masa remaja sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan lingkungan sekitarnya, anak memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam kebutuhan
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab berikut dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan dan pertanyaan penelitian, tujuan peneltian dan manfaat penelitian. A. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA
HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu. Menurut Azwar (1999) penelitian eksperimental semu adalah jenis penelitian yang meniru kondisi penelitian
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Emosi remaja sering
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2003).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat khas dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan masa depan. Masa remaja dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah harapan suatu bangsa, karena masa depan bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah harapan suatu bangsa, karena masa depan bangsa ditentukan oleh keadaan remaja saat ini. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai
Lebih terperinciDefinisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan
Pengertian Remaja Definisi Menurut Para Ahli Ciri Tahap dan Perkembangan Masa Remaja Ditulis oleh : Sanjaya Yasin Pengertian Remaja -Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak kanak dan masa
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Hurlock (1980) masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kesuksesan (keberhasilan, keberuntungan) yang berasal dari dasar kata sukses yang berarti berhasil, beruntung (Kamus Bahasa Indonesia,1998), seringkali menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode perkembangan yang penting dalam kaitannya dengan keadaan sehat dan keadaan tidak sehat. Banyak perilaku sehat (misalnya; diet, dan olahraga)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja cenderung diartikan oleh banyak orang sebagai usia bermasalah. Hal tersebut dikarenakan pada masa remaja banyak terjadi perubahan-perubahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2006). Perubahan psikologis yang terjadi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah periode perubahan, dimana terjadi perubahan tubuh, pola perilaku, dan peran yang diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan tempat individu berada. Remaja menurut Monks (2002) merupakan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja ditandai dengan pertumbuhan fisik, pengembangan kepribadian, pencapaian kedewasaan, kemandirian, dan adaptasi peran dan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti konsentrasi pikiran, perhatian dan sebagainya (Djamarah, 2008). Slameto (2003) mengungkapkan konsentrasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan anak dan cara mendidik anak supaya anak dapat mencapai tahapan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan pendidikan anak. Orang tua harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa tunagrahita pada umumnya termasuk juga siswa tunagrahita ringan, memiliki hambatan dalam kepribadian dan emosinya. Karena mereka kurang memiliki kemampuan
Lebih terperinciPENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018
PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Ardhitya Dwi Yulianto 1 ABSTRAK Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa kelas XI SMK Saraswati Salatiga yang populasinya berjumlah 478 siswa. Kelas XI SMK Saraswati
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai modal penting untuk membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menggambarkan tentang latar belakang masalah, perumusan penelitian, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian serta manfaat yang diperoleh dari penelitian ini. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada stereotif yang umum berkembang di masyarakat yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh masalah, penuh gejolak, penuh resiko (secara psikologis),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya antara usia 13 dan 20 tahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah anak yang berumur 36-60
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang. Salah satu tahap tumbuh kembang adalah usia prasekolah yang mempunyai
Lebih terperinciKEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA
KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA ABSTRAKSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atika Permata Sari, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dalam berkendaraan adalah hal yang perlu diperhatikan, namun terkadang seringkali pengemudi melalaikan keselamatan pada dirinya sehingga tak sedikit dari
Lebih terperincidan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. mengalami krisis moral para pelajar. Problematika siswa saat ini mencoreng dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Pada beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan Indonesia tengah mengalami krisis moral para pelajar. Problematika siswa saat ini mencoreng dunia pendidikan. Dimulai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tiap tahun fenomena tawuran antarpelajar di Indonesia masih sering terjadi dan terus bertambah. Menurut Munthe (2013) pada tahun 2013, kasus tawuran meningkat hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara yang rasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock,
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK
PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan. Di kalangan pelajar khususnya pelajar SMP problema sosial moral ini dicirikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), jumlah remaja di dunia cukup tinggi. Pada tahun 2012 sekitar 1,6 miliar orang di dunia berusia 12-24 tahun (WHO, 2012). Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak-anak yang menginjak usia remaja banyak yang melakukan perbuatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak yang menginjak usia remaja banyak yang melakukan perbuatan kriminal yang tidak seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada Psikolog di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Lanjut usia di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena meningkatnya usia harapan hidup. Pada tahun 1980 usia harapan hidup di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya terapi-terapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah suatu keadaan yang sangat serius pada pasien pre operasi yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan gelisah serta menggambarkan perasaan keraguraguan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi
BAB I PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari masa anakanak ke masa dewasa yang disertai dengan perubahan (Gunarsa, 2003). Remaja akan mengalami berbagai perubahan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu mengalami perubahan
Lebih terperinci