Pengembangan Program Simulator Frame Kacamata Secara Real-Time 3D Face Tracking dengan Menggunakan Augmented Reality

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Program Simulator Frame Kacamata Secara Real-Time 3D Face Tracking dengan Menggunakan Augmented Reality"

Transkripsi

1 Pengembangan Program Simulator Frame Kacamata Secara Real-Time 3D Face Tracking dengan Menggunakan Augmented Reality Endang Setyati Information Technology Department Sekolah Tinggi Teknik Surabaya David Alexandre, Daniel Widjaja Informatic Department Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Abstract Augmented Reality (AR) adalah penggabungan antara objek buatan hasil penghitungan komputer dengan dunia nyata. Objek buatan tersebut berasal dari grafik dalam bentuk tiga dimensi. Aplikasi yang dibuat dengan AR dituntut untuk dapat bekerja secara real-time dan dapat berinteraksi dengan pengguna. Penerapan AR dalam paper ini, digunakan untuk pengembangan program simulator model frame kacamata. Pengguna hanya perlu berada dalam jangkauan webcam saat mengaktifkan fitur pemasangan frame kacamata pada aplikasi dan model frame kacamata buatan akan terpasang dengan sendirinya pada wajah pengguna. Pendeteksian wajah atau face tracking yang digunakan, memiliki perubahan kecepatan kinerja yang signifikan sesuai pada resolusi dari image sebagai input. Semakin rendah resolusi yang digunakan, maka frame per second yang didapatkan semakin tinggi. Sehingga untuk pendeteksian wajah pada program simulator ini, resolusi memiliki perbandingan terbalik dengan frame per second. Keywords: Augmented Reality, Face Tracking. I. PENDAHULUAN Penggunaan AR sangat erat kaitannya dengan dunia computer vision. Pada umumnya media yang digunakan adalah video-camera dan sebuah marker. Dengan posisi dari marker yang sudah dideteksi tersebut, maka AR dapat dilakukan. Face detection atau face tracking adalah salah satu hal yang mengalami perkembangan pesat dalam dunia computer vision. Berbagai macam algoritma dan metode telah diterapkan untuk melakukan pendeteksian wajah. Hal ini didukung dengan semakin luasnya manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan face detection. Aplikasi dari face detection dapat menggunakan media video-camera dan wajah pengguna aplikasi sebagai input. Salah satu perkembangan yang cukup berpengaruh adalah pada pengolahan data wajah secara dua dimensi. Dari hasil penelitian diperoleh fakta bahwa pengubahan data wajah dari dua dimensi (D) dimodelkan pada sebuah ruang tiga dimensi (3D) adalah riil. Melihat dari hasil tersebut berdampak pada semakin luas hal-hal yang dapat dilakukan oleh face detection. Ide dasar dari pemodelan ini adalah untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang diperoleh apabila hanya dilakukan pendeteksian secara D. Contohnya, dengan pendeteksian secara D penghitungan tidak dapat memperkirakan bentuk dan arah wajah sebaik pendeteksian 3D. Melalui beberapa pendekatan yang tepat, pendeteksian wajah secara 3D tersebut dapat semakin melebarkan manfaat dari pendeteksian wajah seperti face recognition yang lebih akurat maupun untuk penggunaan AR. Dalam implementasinya, aplikasi augmented reality akan menggunakan face tracking untuk melakukan simulasi frame kacamata. Cara yang digunakan adalah dengan memanfaatkan hasil face tracking sebagai marker dan kemudian dilakukan proses untuk pengenalan model wajah dalam tiga dimensi untuk memunculkan AR berupa frame kacamata. Dengan demikian program yang dihasilkan akan menjadi simulator bagi pengguna untuk melakukan simulasi pemakaian frame kacamata. Masalah yang dihadapi pada implementasi adalah bagaimana cara untuk melakukan proses pendeteksian wajah, perkiraan pose wajah dan penggambaran frame kacamata secara cepat dan akurat. Dikarenakan aplikasi AR ini dituntut untuk dapat bekerja secara real-time sehingga pemilihan metode akan sangat berpengaruh pada hasil akhir dari implementasi. II. REAL TIME 3D FACE TRACKING A. Augmented Reality AR adalah istilah yang mengacu pada terlihatnya objek pada dunia nyata dimana objek tersebut dibuat oleh komputer. Secara konsep, AR berupa keadaan pada dunia nyata yang dimodifikasi oleh komputer sehingga menampakkan keadaan yang baru. Input yang dapat digunakan pada AR dapat berupa suara, video, image, maupun GPS. Namun pada skala yang lebih besar, AR dapat melibatkan berbagai macam sensor dan lingkungan khusus. Cara kerja dari AR melibatkan input berupa posisi atau koordinat pada masalah riil, proses berupa penghitungan input, dan output berupa objek AR yang telah sesuai dengan hasil penghitungan proses. Tentu saja objek yang akan ditampilkan pada AR akan disiapkan dahulu sebelumnya berupa objek 3D. Berdasarkan pada pendeteksiannya AR dapat dibagi menjadi dua bagian, pendeteksian tanpa marker (markerless tracking) dan pendeteksian dengan marker (marked-based

2 tracking). Pendeteksian dengan marker pada augmented reality akan melibatkan marker atau penanda sebagai penentu inputnya. Untuk itu algoritma yang digunakan akan berupa marker tracking dimana akan dicari posisi dan tipe marker yang terdeteksi untuk menghasilkan AR dengan posisi yang akurat. Hasil yang diperoleh umumnya adalah berupa gambar dari objek 3D yang menempel pada marker dengan posisi yang menyesuaikan letak marker. Tentu saja untuk menggunakan AR pada metode ini, seorang pengguna haruslah memiliki marker tersebut terlebih dahulu untuk dapat mengaktifkan objek AR. Pada pendeteksian tanpa marker, AR menggunakan algoritma tertentu sebagai penentu inputnya seperti object tracking. Sebagai contohnya dapat digunakan algoritma handtracking, algoritma face-tracking, dan algoritma objecttracking. Hasil dari algoritma tersebut akan digunakan sebagai penentu posisi objek dari AR. Dalam perkembangannya, AR telah dikembangkan dengan penerapan berbagai macam metode dan algoritma untuk menghasilkan AR yang lebih baik dan akurat. Selain itu dikembangkan pula alat pendukung yang lebih baik pada AR. Contohnya kacamata yang digunakan sebagai alat output yang dapat dipakai secara langsung untuk melihat hasil AR. B. Haar-like Features Haar-like features [10] adalah salah satu cara untuk melakukan pendeteksian wajah. Cara kerja dari metode ini adalah dengan melakukan pengubahan suatu bagian image (Region of Interest) menjadi sebuah nilai. Pengubahan suatu daerah image yang memiliki wajah manusia menjadi nilai tertentu dapat menjadikan metode ini salah satu metode pendeteksian wajah yang cepat dan akurat. Nama dari haarlike features didapatkan dari Viola dan Jones yang melakukan penghitungan yang memiliki kemiripan dengan metode haar wavelet transform. Secara lebih detail, haar-like features bekerja dengan menandai daerah yang berdekatan pada sebuah image menjadi area pixel berdasarkan classifier-nya. Kemudian dilakukan penghitungan intensitas area pixel pada daerah tersebut dan menghitung perbedaan masing-masing daerah tersebut. Perbedaan yang didapatkan digunakan untuk mengkategorisasi tiap daerah sehingga dapat digunakan untuk melakukan pendeteksian objek. C. Statistical Shape Model Cootes dan Taylor [3] menjelaskan bahwa bentuk dari sebuah objek dapat direpresentasikan dengan himpunan dari n titik, yang dapat berada dalam D atau 3D. Bentuk dari sebuah objek tidak akan berubah walaupun mengalami translasi, rotasi, maupun skalasi. Dalam Statistical Shape Model dikembangkan sebuah model yang memungkinkan untuk menganalisa bentuk yang baru dan menghasilkan bentuk yang sesuai dengan yang ada pada training set. Training set biasanya didapatkan dari sejumlah training images yang ditandai secara manual. Dengan menganalisa variasi bentuk dari training set, dibentuk sebuah model yang dapat menyamai variasi tersebut. Model ini biasanya disebut sebagai Point Distribution Model. Pemilihan landmark yang bagus adalah pada titik-titik yang memiliki lokasi yang konsisten dari satu gambar ke gambar yang lain. Metode yang paling sederhana untuk mendapatkan training set adalah dengan menandai sejumlah gambar dengan sejumlah titik secara manual. Dalam gambar D, titik-titik dapat diletakkan pada sudut dari batas objek, persilangan antara batas objek, maupun landmark yang mudah didapatkan lokasinya. Bagaimanapun juga, titik-titik tersebut hanya dapat memberikan gambaran kasar dari bentuk objek. Untuk mengatasi hal ini, daftar dari titik-titik ini ditambahkan dengan titik-titik dari batas objek yang disusun supaya memiliki jarak yang sama [3]. Dalam gambar D, n titik landmark, {(x i, y i )}, untuk sebuah sampel data training, dapat direpresentasikan sebagai vektor dengan n elemen, X, dimana: X = (x i,..., x n, y i,..., y n ) T (1) Diberikan sampel data training sejumlah s, dihasilkan vektor X sejumlah s. Sebelum melakukan analisa statistik terhadap vektor-vektor tersebut, sangatlah penting bahwa bentuk dari training set tersebut direpresentasikan dalam koordinat yang sama dengan data yang ada pada training set. Pengolahan training set menyelaraskan setiap bentuk sehingga total jarak dari setiap bentuk ke bentuk rata-rata diminimalkan [3]. Misalkan terdapat dua buah bentuk, x 1 dan x, yang berpusat pada (0,0). Skalasi dan rotasi akan dilakukan terhadap x 1 dengan (s,θ) untuk meminimalkan sax 1 - x, dimana A merupakan rotasi dari x dengan sudut sebesar θ. Maka : (x1.x ) a () x b n 1 (x y x y ) 1i i i 1i i1 (3) x1 s = a + b (4) b tan 1 (5) a Jika kedua bentuk tersebut tidak berpusat pada (0,0), maka harus dilakukan translasi terlebih dahulu supaya kedua bentuk berpusat pada (0,0). Memodelkan variasi shape, jika sudah mendapatkan sekumpulan titik-titik x i sejumlah s yang telah diselaraskan dalam kordinat frame yang sama. Vektor-vektor tersebut membentuk sebuah distribusi pada n dimensional space. Jika distribusi ini dapat dimodelkan, dapat dihasilkan data baru yang sesuai dengan data yang ada pada training set dan dapat memeriksa sebuah bentuk apakah bentuk tersebut merupakan bentuk yang sesuai dengan bentuk-bentuk yang ada pada training set.

3 D. Active Shape Model Active Shape Model (ASM) [4] adalah sebuah metode dimana model dari sebuah objek secara iteratif berubah bentuk untuk mencocokkan model tersebut pada sebuah objek pada gambar []. Metode tersebut menggunakan model yang fleksibel yang didapatkan dari sejumlah sampel data training. Diberikan sebuah posisi perkiraan pada gambar, ASM dapat secara iteratif dicocokkan pada gambar. Dengan memilih satu set shape parameter b untuk Point Distribution Model, bentuk dari model dapat didefinisikan dalam frame koordinat yang berpusat pada objek. Instance X pada model dalam gambar dapat dibuat dengan mendefinisikan posisi, orientasi, dan skala: X = M(s,θ)[x] + X c (6) dimana: X c = (X c, Y c,..., X c, Y c ) T ; M(s,θ)[.] adalah rotasi sebesar θ dan skala sebesar s; (X c, Y c ) adalah posisi pusat dari model pada frame gambar. Secara garis besar, Active Shape Model bekerja dengan mengulangi langkah-langkah berikut: (1) Cari pada gambar di sekeliling setiap titik untuk lokasi yang lebih baik bagi titik tersebut; () Meng-update pose dan shape parameter (X b, Y b, s, θ, b) pada model sehingga sesuai dengan posisi baru yang ditemukan; (3) Memberikan konstrain pada parameter b untuk memastikan bentuk yang sesuai (Misal b i < 3 λ i ); (4) Ulangi sampai konvergen (konvergensi dicapai apabila tidak terdapat perbedaan berarti antara sebuah iterasi dengan iterasi sebelumnya). Dalam prakteknya, dilakukan pencarian sepanjang profile normal menuju batas objek pada setiap titik pada model. Cara paling mudah adalah dengan mendapatkan lokasi dari edge dengan intensitas paling besar (dengan orientasi jika diketahui) sepanjang profile. Posisi dari edge ini merupakan posisi baru dari titik pada model. Bagaimanapun juga, titik pada model tidak selalu terletak pada edge dengan intensitas yang paling besar pada local structure. Titik-titik tersebut dapat merepresentasikan edge dengan intensitas yang lebih rendah maupun struktur gambar yang lain. Pendekatan yang paling baik adalah dengan mempelajari dari training set apa yang dicari dari gambar 1. Gambar 1. Implementasi Iterasi yang Dilakukan dengan Menggunakan ASM E. Pose from Ortography and Scaling with Iteration Pose from Orthography and Scaling with Iteration atau disebut POSIT [9] adalah algoritma yang dapat digunakan untuk mengestimasi posisi dari objek tertentu dalam bidang 3D. Algoritma ini berasal dari Dementhon pada tahun 1995 [5]. Untuk mengukur pose dari sebuah objek, diperlukan paling sedikit empat titik non-coplanar objek dari image. Karena itu akan digunakan proyeksi bidang 3D dari titik-titik D yang ditemukan sebagai input dari algoritma ini. Algoritma ini memperkirakan proyeksi perspektif dari proyeksi ortografi objek pada image yang sudah disesuaikan skalanya. Dari hasil proyeksi tersebut ditemukan rotation matrix dan translation vector dari objek. Dengan demikian tujuan dari algoritma ini adalah untuk menghitung matriks rotasi dan vektor tanslasi dari sebuah objek. Matriks rotasi R dari sebuah objek adalah sebuah matriks yang terdiri dari koordinat tiga buah vektor i, j, dan k dari sistem koordinat kamera yang diubah menjadi sistem koordinat objek. Fungsi dari matriks rotasi tersebut adalah untuk melakukan penghitungan dari sistem koordinat objek dari vektor seperti M 0 M i menjadi sistem koordinat kamera. Hasil perkalian dari M 0 M i, i antara baris pertama matriks dan vektor M 0 M i akan memberikan proyeksi vektor tersebut pada vektor i yang berada pada koordinat kamera. Sebagai contoh koordinat X i X 0 dari M 0 M i, selama koordinat M 0 M i dan barisan vektor i berada pada sistem koordinat yang sama maka akan didapatkan hasil sistem koordinat objek sebagai berikut. i R j k u u u i j k v v v i j k w w w dimana i u, i v, i w adalah koordinat i dalam sistem koordinat objek (M 0 u, M 0 v, M 0 w). Untuk mendapatkan matriks rotasi, hanya memerlukan penghitungan i dan j pada sistem koordinat objek. Vektor k akan didapatkan melalui cross-product dari i x j. Sedangkan untuk vektor translasi, T adalah vektor OM 0 diantara titik proyeksi O dan titik referensi objek yaitu M 0. Koordinat vektor translasi yang didapatkan berupa X 0, Y 0, dan Z 0. Pada gambar ditunjukkan proyeksi perspektif (m i ) dan proyeksi ortogonal yang telah diskalakan (P i ) dari titik objek M i yang memiliki titik referensi M 0. Untuk langkah-langkah dari implementasi algoritma POSIT yaitu : (1) Melakukan pengambilan titik fitur objek yang terlihat pada image. Bentuklah matriks A dengan dimensi (N-1)x3, dimana setiap baris matriks berisikan vektor M 0 M i dari titik fitur M 0 ke titik fitur M i. Buatlah 3x(N-1) matriks B sebagai pseudoinverse dari matriks A. () Inisialisasikan: 0, (i 1...N 1), n 1 i ( 0) (3) Lakukan iterasi Penghitungan i, j, dan Z 0 : - Menghitung vektor image X dengan koordinat N-1 dari rumus : X' xi ( 1 ) x0, (i 1...N 1), n 1 (9) i(n 1) dan menghitung vektor image Y dengan koordinat N-1 dari rumus: (7)

4 Y i(n 1) ' yi ( 1 ) y0, (i 1...N 1), n 1 (10) - Lakukan perkalian 3x(N-1) matriks B dengan vektor koordinat N-1 untuk memperoleh vektor I dan J yang memiliki tiga koordinat. I = B.X dan J = B.Y (11) - Menghitung skala s dari proyeksi sebagai rata-rata dari normalisasi vektor I dan J. 1/ 1/ 1 1 / s (I.I), s (J.J), s (s s ) (1) - Menghitung vektor i dan j. i I/s, j J / (13) 1 s (4) Menghitung nilai i(n) ( i 1...N 1), n 1 yang baru. - Menghitung vektor k dari cross-product i dan j. - Menghitung koordinat z dari Z 0 yang merupakan vektor translasi dengan Z 0 = f / s dimana f adalah focal length dari kamera. 1 - Menghitung: i (n) M0Mi. k (14) Z (5) Apabila i (n) i (n1) 0 lebih besar dari threshold yang sudah ditentukan maka n = n + 1 dan kembali ke langkah 3. (6) Jika sudah kurang dari threshold maka munculkan Pose dengan nilai yang ditemukan dari iterasi terakhir. Vektor translasi OM 0 adalah OM 0 = Om 0 /s dan matriks rotasi adalah matriks dengan barisan vektor i, j, dan k. Gambar 3. Proyeksi Objek dengan Algoritma POSIT Gambar 4. Hasil Algoritma POSIT F. Estimasi Pose Kepala Estimasi dari pose kepala pengguna [8] saat menggunakan aplikasi ini akan memanfaatkan ketiga algoritma yang sebelumnya sudah disebutkan, yaitu Haar-like features, Active Shape Model, dan POSIT. Langkah yang digunakan untuk pendeteksian wajah menggunakan Haar-like features, untuk melakukan pendeteksian titik fitur wajah pengguna dengan Active Shape Model dan untuk mengambil pose dari wajah pengguna dengan memanfaatkan algoritma POSIT. Pengambilan pose akan menggunakan titik fitur pada wajah pengguna yang sebelumnya sudah didapatkan dengan Active Shape Model. Gambar. Perspective Projection dan Ortographic Projection [5] Perlu diketahui bahwa penentuan titik referensi objek harus berada pada titik awal sumbu koordinat. Pada gambar 3 diperlihatkan ilustrasi proyeksi objek berbentuk kubus dengan algoritma POSIT. Gambar 5. Titik Fitur pada Wajah yang Digunakan untuk Proyeksi pada Algoritma POSIT

5 III. HASIL UJI COBA Sesuai dengan cara kerja sebuah aplikasi augmented reality, maka pengguna akan melihat penggabungan antara keadaan dunia nyata dan dunia virtual. Keadaan pada dunia nyata dimana terdapat pengguna akan ditangkap menggunakan webcam. Sedangkan keadaan pada dunia virtual akan dibentuk menggunakan grafis dari komputer. Proses yang terjadi dalam penggabungan dunia nyata dan dunia virtual akan melibatkan beberapa algoritma terkait. Pada aplikasi ini pengguna hanya perlu untuk berada di depan webcam dan mengaktifkan webcam tersebut. Setelah itu, gambar tampilan wajah pengguna yang telah terpasang frame kacamata virtual akan diperlihatkan pada aplikasi. Dengan bantuan dari webcam maka pengembangan program simulator frame kacamata ini dapat bekerja secara real-time layaknya sebuah cermin bagi pengguna dan memberikan kesan realistis. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan terhadap program simulator ini, diketahui terdapat beberapa hal. A. Akurasi Pendeteksian wajah 1. Resolusi Image Pada ujicoba berikut telah terlihat bahwa pendeteksian wajah atau face tracking yang digunakan dalam program diketahui memiliki perubahan kecepatan kinerja yang signifikan sesuai pada resolusi dari image sebagai input. Dengan melakukan percobaan pada penggunaan image dari berbagai resolusi dengan perbandingan resolusi yang sama yaitu 4 : 3, diketahui bahwa image dengan resolusi yang rendah dapat mempercepat kinerja program dan menambah jumlah frame per second dari hasil output program. Semakin rendah resolusi yang digunakan, maka frame per second yang didapatkan semakin tinggi. Untuk perbandingan resolusi dapat dilihat pada tabel 1. TABLE I. FACIAL EXPRESSIONS OF BASIC EMOTIONS [16] No Resolusi Frame Per Second (FPS) 1 30 x x x Brightness Image Ujicoba berikutnya adalah mengenai keakuratan pendeteksian wajah yang digunakan pada program. Diketahui bahwa keakuratan pendeteksian ini akan bergantung pada bermacam-macam faktor seperti brightness, ketajaman image, noise. Pada kasus brightness, maka diketahui bahwa intensitas brightness yang terdapat pada image akan mempengaruhi keakuratan pendeteksian. Perbandingan intensitas brightness dan hasil metode active shape model akan diperlihatkan pada gambar 6. Melalui ujicoba diketahui bahwa pendeteksian wajah pada program ini memerlukan brightness yang tidak terlalu tinggi maupun tidak terlalu rendah. Brightness yang terlalu tinggi dan terlalu rendah akan menyebabkan pendeteksian wajah tidak akurat. +64% +10% -64% Gambar 6. Pendeteksian Wajah dalam Brightness yang Berbeda 3. Objek dalam Image Ujicoba selanjutnya adalah tentang objek dalam image. Seringkali dalam image didapatkan objek yang dapat menghalangi wajah. Diketahui dengan menggunakan algoritma ASM yang sudah dikembangkan maka pendeteksian wajah menjadi lebih akurat walaupun terhalang oleh objek. Walau demikian bagian yang terhalang oleh objek tidak diperbolehkan menutupi lebih dari ¼ jumlah titik feature pada wajah. Hasil pendeteksian wajah dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7. Pendeteksian pada Wajah yang Terhalang Sebagian 4. Multiple Faces dalam Image Pada ujicoba dengan beberapa wajah dalam image input, maka diketahui bahwa pendeteksian wajah akan mendeteksi wajah yang terdeteksi lebih dahulu dengan metode haar-like features. Jika program mendapati dua wajah yang terdeteksi bergantian pada tiap frame input maka akan terjadi pergeseran tak tentu pada hasil program. Hasil pendeteksian dengan lebih dari satu wajah dalam image dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 8. Pendeteksian jika Terdapat Lebih dari Satu Wajah

6 B. Akurasi Estimasi Pose Kepala Ujicoba pada pose kepala pengguna dalam program menggunakan algoritma POSIT dimana didapatkan matriks rotasi dan vektor translasi sebagai hasilnya. Hasil matriks rotasi dan vektor translasi yang didapatkan dari algoritma POSIT dapat dikatakan benar walaupun tidak akurat. Hal ini dikarenakan hasil dari pendeteksian titik fitur pada wajah dengan Active Shape Model yang tidak bersifat konstan sehingga menyebabkan hasil yang tidak akurat pada perkiraan pose kepala pengguna. Hasil error pada perkiraan pose kepala pengguna memiliki kesalahan sampai dengan ± 10 derajat. Hal ini menyebabkan pergeseran titik pada hasil yang sebenarnya sehingga mengakibatkan pergeseran letak frame kacamata pada output program. Namun pergeseran tersebut tidak sampai pada tahap yang mengganggu fungsionalitas program. Contoh pergeseran pada hasil perkiraan pose kepala pengguna dapat dilihat pada gambar 9. Gambar 9. Pengaplikasian pose kepala pengguna pada program C. Hasil Pengembangan Program Simulator Frame Kacamata Menggunakan Augmented Reality Pada ujicoba pengembangan program simulatort didapatkan hasil augmented reality yang cukup layak untuk digunakan dari segi kecepatan dan akurasi. Frame kacamata yang digunakan dibuat menggunakan OpenGL dan diletakkan pada lokasi sesuai dengan hasil pendeteksian wajah. Pose yang dilakukan sebelumnya menggunakan teknik masking. Gambar hasil aplikasi dapat dilihat pada gambar 10. Gambar 10. Hasil Program Penembangan Simulator dengan AR IV. KESIMPULAN Dari hasil analisa terhadap implementasi yang sudah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Algoritma active shape model dalam implementasinya memiliki tingkat error yang tidak dapat dihindari dikarenakan faktor shape model yang digunakan maupun efisiensi algoritma.. Aplikasi augmented reality harus didukung pemilihan algoritma yang tepat karena dituntut untuk dapat berjalan secara real-time. 3. Pemilihan image input yang tepat dalam penerapan algoritma active shape model dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Filtering dan pemilihan tempat pengambilan gambar pada input sebelum dilakukan penerapan algoritma active shape model akan sangat berguna untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. 4. Algoritma POSIT memiliki hasil yang sangat bergantung pada titik pada image yang digunakan sebagai input-nya. 5. Dalam pengembangan program simulator, akan lebih baik apabila dilakukan pada tempat dengan pencahayaan yang baik serta menggunakan webcam yang memiliki fokus dan ketajaman gambar yang baik. V. REFERENSI [1] Baker, K. Singular Value Decomposition Tutorial. The Ohio State University [] Cootes, T. F. Active Shape Models Smart Snakes. British Machine Vision Conference [3] Cootes, T. F., C.J. Taylor. Statistical Models of Appearance for Computer Vision. University of Manchester [4] Cootes, T. F., C.J. Taylor, D.H. Cooper, J. Graham. Active shape models - their training and application [5] Dementhon, D., Larry S. D. Model-Based Object Pose in 5 Lines of Code. Paper presented at International Journal of Computer Vision [6] Gonzales, R., Woods, R. Digital Image Processing Second Edition. Prentice Hall. 00. [7] Katherine, A., G. Arceneaux, A. John. Real Time Face And Facial Feature Detection and Tracking. Paper presented at Midwest Instruction and Computing Symposium [8] Martins, P., J. Batista. Monocular Head Pose Estimation. Paper presented at International Conference on Image Analysis and Recognition [9] Treiber, M. An Introduction to Object Recognition. Springer [10] Viola, Jones. Rapid Object Detection using Boosted Cascade of Simple Features. Paper presented at Computer Vision and Pattern Recognition. 001.

PEMANFAATAN REAL-TIME FACE TRACKING DALAM APLIKASI AUGMENTED REALITY FRAME KACAMATA ABSTRAK

PEMANFAATAN REAL-TIME FACE TRACKING DALAM APLIKASI AUGMENTED REALITY FRAME KACAMATA ABSTRAK PEMANFAATAN REAL-TIME FACE TRACKING DALAM APLIKASI AUGMENTED REALITY FRAME KACAMATA 1 Endang Setyati, 2 David Alexandre Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Surabaya 1 endang@stts.edu, 2 v.davidalexandre@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 68 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Algoritma Pengujian dilakukan untuk mendapatkan algoritma yang paling optimal dari segi kecepatan dan tingkat akurasi yang dapat berjalan secara real time pada smartphone

Lebih terperinci

Kontrol Gerakan Objek 3D Augmented Reality Berbasis Titik Fitur Wajah dengan POSIT

Kontrol Gerakan Objek 3D Augmented Reality Berbasis Titik Fitur Wajah dengan POSIT 6 JNTETI, Vol. 4, No., Februari25 Kontrol Gerakan Objek 3D Augmented Reality Berbasis Titik Fitur Wajah dengan POSIT Heri Pratikno Abstract Augmented Reality (AR) is a technique in computer science that

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

DETEKSI WAJAH UNTUK OBJEK 3D MENGGUNAKAN ANDROID

DETEKSI WAJAH UNTUK OBJEK 3D MENGGUNAKAN ANDROID DETEKSI WAJAH UNTUK OBJEK 3D MENGGUNAKAN ANDROID Afdhol Dzikri 1, Dwi Ely Kurniawan 2, Handry Elsharry Adriyanto 3 1,2,3 Jurusan Teknik Informatika, Prodi Teknik Multimedia dan Jaringan, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Diagram Blok Sistem Rancangan perangkat keras dari aplikasi pengenalan wajah ini dapat dilihat pada diagram blok Gambar 3.1 sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memposisikan diri pada suatu lingkungan baru, sedangkan mapping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memposisikan diri pada suatu lingkungan baru, sedangkan mapping merupakan BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1 Latar Belakang Localisation merupakan proses yang dilakukan oleh robot untuk memposisikan diri pada suatu lingkungan baru, sedangkan mapping merupakan proses untuk membangun peta

Lebih terperinci

Program Aplikasi Penangkapan Estimasi Pose. Wajah Menggunakan Metode Active Appearance. Model dengan Kinect

Program Aplikasi Penangkapan Estimasi Pose. Wajah Menggunakan Metode Active Appearance. Model dengan Kinect Program Aplikasi Penangkapan Estimasi Pose Wajah Menggunakan Metode Active Appearance Model dengan Kinect Randy Adhitama Binus University, Jalan KH. Syahdan No. 9 Palmerah, Jakarta 11480, Indonesia +6281315976786

Lebih terperinci

FACIAL MOTION CAPTURE MENGGUNAKAN ACTIVE APPEARANCE MODEL BERBASIS BLENDER

FACIAL MOTION CAPTURE MENGGUNAKAN ACTIVE APPEARANCE MODEL BERBASIS BLENDER FACIAL MOTION CAPTURE MENGGUNAKAN ACTIVE APPEARANCE MODEL BERBASIS BLENDER Tri Afirianto 1), Mochamad Hariadi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Game Tech Teknik Elektro FTI ITS Keputih, Sekolilo, Surabaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

Konsep Penambahan High Pass Filter pada Pengenalan Pola Metode SIFT

Konsep Penambahan High Pass Filter pada Pengenalan Pola Metode SIFT Konsep Penambahan High Pass Filter pada Pengenalan Pola Metode SIFT Argo Wibowo 1 1 Universitas Atma Jaya Yogyakarta,Yogyakarta 55281 ABSTRAK Salah satu tools pengenalan obyek yang sedang banyak dikembangkan

Lebih terperinci

Korelasi Jarak Wajah Terhadap Nilai Akurasi Pada Sistem Pengenalan Wajah Menggunakan Stereo Vision Camera

Korelasi Jarak Wajah Terhadap Nilai Akurasi Pada Sistem Pengenalan Wajah Menggunakan Stereo Vision Camera Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 7 Korelasi Jarak Wajah Terhadap Nilai Akurasi Pada Sistem Pengenalan Wajah Menggunakan Stereo Vision Camera Edy Winarno *), Wiwien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengenalan wajah adalah aplikasi dari pengolahan citra yang dapat mengidentifikasi seseorang melalui citra digital atau frame video. Sistem pengenalan wajah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paradigma belajar manusia terutama pada kalangan muda, dari cara belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. paradigma belajar manusia terutama pada kalangan muda, dari cara belajar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi telah membawa banyak perubahan pada aspek kehidupan, salah satunya dalam proses belajar mengajar. Teknologi telah menggeser paradigma

Lebih terperinci

ESTIMASI POSE MODEL 3D DALAM LINGKUNGAN AUGMENTED REALITY BERBASIS TITIK FITUR WAJAH MENGGUNAKAN METODE POSIT

ESTIMASI POSE MODEL 3D DALAM LINGKUNGAN AUGMENTED REALITY BERBASIS TITIK FITUR WAJAH MENGGUNAKAN METODE POSIT ESTIMASI POSE MODEL D DALAM LINGKUNGAN AUGMENTED REALITY BERBASIS TITIK FITUR WAJAH MENGGUNAKAN METODE POSIT Heri Pratik ) Mochamad Hariadi, ST., M.Sc., Ph.D ) ) Bidang Keahlian Jaringan Cerdas Multimedia,

Lebih terperinci

SISTEM PELACAKAN WAJAH METODE HAAR

SISTEM PELACAKAN WAJAH METODE HAAR SISTEM PELACAKAN WAJAH METODE HAAR Endah Sudarmilah Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Komunikasi dan Informatika, Universitas Muhammadiyah Surakarta Email : endah_te@yahoo.com Abstrak. Penelitian deteksi

Lebih terperinci

FACE TRACKING DAN DISTANCE ESTIMATION PADA REALTIME VIDEO MENGGUNAKAN 3D STEREO VISION CAMERA

FACE TRACKING DAN DISTANCE ESTIMATION PADA REALTIME VIDEO MENGGUNAKAN 3D STEREO VISION CAMERA FACE TRACKING DAN DISTANCE ESTIMATION PADA REALTIME VIDEO MENGGUNAKAN 3D STEREO VISION CAMERA Edy Winarno¹, Agus Harjoko² ¹ Program Studi Teknik Informatika FTI Universitas Stikubank (UNISBANK) Semarang

Lebih terperinci

PEMODELAN WAJAH BAYI DENGAN MENGGUNAKAN ACTIVE SHAPE MODEL UNTUK PENDETEKSI KOMPONEN WAJAH

PEMODELAN WAJAH BAYI DENGAN MENGGUNAKAN ACTIVE SHAPE MODEL UNTUK PENDETEKSI KOMPONEN WAJAH PEMODELAN WAJAH BAYI DENGAN MENGGUNAKAN ACTIVE SHAPE MODEL UNTUK PENDETEKSI KOMPONEN WAJAH Reddy Alexandro Harianto (1), Handayani Tjandrasa (2) Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EXPOSURE TERHADAP PERFORMA ALGORITMA SIFT UNTUK IMAGE MATCHING PADA UNDERWATER IMAGE

ANALISIS PENGARUH EXPOSURE TERHADAP PERFORMA ALGORITMA SIFT UNTUK IMAGE MATCHING PADA UNDERWATER IMAGE ANALISIS PENGARUH EXPOSURE TERHADAP PERFORMA ALGORITMA SIFT UNTUK IMAGE MATCHING PADA UNDERWATER IMAGE HANANTO DHEWANGKORO A11.2009.04783 Universitas Dian Nuswantoro. Semarang, Indonesia Email: hanantodhewangkoro@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut Silva, dkk(2003) ketika mendesain sebuah sistem AR, ada tiga aspek yang harus ada, yaitu kombinasi dari dunia nyata dan dunia virtual, interaksi secara real-time, dan registrasi

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) PEMBANGUNAN VIRTUAL MIRROR EYEGLASSES MENGGUNAKAN TEKNOLOGI AUGMENTED REALITY

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) PEMBANGUNAN VIRTUAL MIRROR EYEGLASSES MENGGUNAKAN TEKNOLOGI AUGMENTED REALITY 79 PEMBANGUNAN VIRTUAL MIRROR EYEGLASSES MENGGUNAKAN TEKNOLOGI AUGMENTED REALITY Zaid Arham 1, Nelly Indriani W. 2 1,2 Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer - Universitas Komputer

Lebih terperinci

DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE

DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE Riandika Lumaris dan Endang Setyati Teknologi Informasi Sekolah Tinggi Teknik Surabaya riandika.lumaris@gmail.com

Lebih terperinci

pengambilan citra video, pemrosesan citra pada setiap frame,, pendeteksian objek

pengambilan citra video, pemrosesan citra pada setiap frame,, pendeteksian objek BAB IV MODEL SISTEM 4.1. Model Sistem Aplikasi yang dibangun adalah aplikasi yang dapat mengolah citra yang diambil dari kamera video, dan menganalisisnya untuk mengetahui keberadaan suatu objek. Ada beberapa

Lebih terperinci

Rancang Bangun Prototipe Aplikasi Pengenalan Wajah untuk Sistem Absensi Alternatif dengan Metode Haar Like Feature dan Eigenface

Rancang Bangun Prototipe Aplikasi Pengenalan Wajah untuk Sistem Absensi Alternatif dengan Metode Haar Like Feature dan Eigenface Rancang Bangun Prototipe Aplikasi Pengenalan Wajah untuk Sistem Absensi Alternatif dengan Metode Haar Like Feature dan Eigenface Wahyu Sulistiyo, Budi Suyanto, Idhawati Hestiningsih, Mardiyono, Sukamto

Lebih terperinci

ESTIMASI FUNGSI SPASIAL PADA IDENTIFIKASI FITUR WAJAH

ESTIMASI FUNGSI SPASIAL PADA IDENTIFIKASI FITUR WAJAH ESTIMASI FUNGSI SPASIAL PADA IDENTIFIKASI FITUR WAJAH Akhyar 1*, Risanuri Hidayat 1, Bimo Sunarfri Hantono 1 1 Department of Electrical Engineering and Information Technology, Universitas Gadjah Mada *

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Salah satu cara untuk berkomunikasi adalah dengan cara melakukan interaksi langsung. Dengan interaksi maka setiap orang dapat mengerti maksud pernyataan ataupun perintah

Lebih terperinci

1BAB I. 2PENDAHULUAN

1BAB I. 2PENDAHULUAN 1BAB I. 2PENDAHULUAN 2.1. Latar Belakang Pelacak objek (object tracking) pada saat ini merupakan penelitian yang menarik dalam bidang computer vision. Pelacak objek merupakan langkah awal dari berbagai

Lebih terperinci

Penjejakan Objek Visual berbasis Algoritma Mean Shift dengan menggunakan kamera Pan-Tilt

Penjejakan Objek Visual berbasis Algoritma Mean Shift dengan menggunakan kamera Pan-Tilt Penjejakan Objek Visual berbasis Algoritma Mean Shift dengan menggunakan kamera Pan-Tilt Sulfan Bagus Setyawan 1, Djoko Purwanto 2 Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 1 sulfan13@mhs.ee.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Citra, Pengolahan Citra, dan Pengenalan Pola Citra dapat dijelaskan sebagai dua dimensi dari fungsi f(x,y) dimana x dan y tersebut adalah sebuah koordinat pada bidang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Bab ini akan membahas uraian dasar teori yang akan digunakan penulis dalam melakukan perancangan dan pembuatan program yang dapat dipergunakan sebagai pembanding atau acuan di dalam

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER ACHMAD FAHRUROZI 1 1 Universitas Gunadarma, achmad.fahrurozi12@gmail.com Abstrak Masalah yang akan diangkat dalam makalah ini adalah bagaimana

Lebih terperinci

PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA

PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA Dina Indarti Pusat Studi Komputasi Matematika, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya no. 100, Depok 16424, Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan citra digital merupakan salah satu subjek dari teknologi informasi yang sangat menarik dan menantang saat ini. Proses pengolahan citra digital bertujuan

Lebih terperinci

Markerless Augmented Reality Pada Perangkat Android

Markerless Augmented Reality Pada Perangkat Android Markerless Augmented Reality Pada Perangkat Android Yoze Rizki - 2207 100 102 Pembimbing: Mochamad Hariadi, ST.,MSc.,PhD. Cristyowidiasmoro, ST.,MT., Department of Electrical Engineering Faculty of Industrial

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN WAJAH UNTUK VALIDASI PESERTA UJIAN ONLINE MENGGUNAKAN METODE HAAR CASCADE DAN EIGEN FACE VECTOR

APLIKASI PENGENALAN WAJAH UNTUK VALIDASI PESERTA UJIAN ONLINE MENGGUNAKAN METODE HAAR CASCADE DAN EIGEN FACE VECTOR APLIKASI PENGENALAN WAJAH UNTUK VALIDASI PESERTA UJIAN ONLINE MENGGUNAKAN METODE HAAR CASCADE DAN EIGEN FACE VECTOR Mika Tandililing Program Studi Teknik Komputer, STMIK Profesional ladabarra@gmail.com

Lebih terperinci

Visualisasi Bentuk Ruangdari Gambar Denah dan Dinding

Visualisasi Bentuk Ruangdari Gambar Denah dan Dinding Visualisasi Bentuk Ruangdari Gambar Denah dan Dinding Kartika Gunadi, UK Petra, Siwalankerto 121 Surabaya, kgunadi@petra.ac.id Liliana, UK Petra, Siwalankerto 121 Surabaya, lilian@petra.ac.id Anthony Wibisono,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Particle Filter pada Face Tracking

Penerapan Algoritma Particle Filter pada Face Tracking pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 Penerapan Algoritma Particle Filter pada Face Tracking Very Rahmawan, David Oktavian, Derry Alamsyah STMIK GI MDP, Jalan Rajawali No.14 Palembang, 0711-376400 Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN Jurnal Teknik Informatika Vol. 1 September 2012 1 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN Wahyu Saputra Wibawa 1, Juni Nurma Sari 2, Ananda 3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB 4. Sistem Yang Diusulkan

BAB 4. Sistem Yang Diusulkan 61 BAB 4 Sistem Yang Diusulkan 4.1 Kerangka Sistem Pada bagian ini dijelaskan lebih lanjut mengenai kerangka sistem yang diusulkan serta urut-urutan sistem berjalan. 4.1.1 Pengambilan Data Pada proses

Lebih terperinci

Pengolahan Citra Digital FAJAR ASTUTI H, S.KOM., M.KOM

Pengolahan Citra Digital FAJAR ASTUTI H, S.KOM., M.KOM Pengolahan Citra Digital FAJAR ASTUTI H, S.KOM., M.KOM PENILAIAN TUGAS : 30% UTS : 30% UAS : 40% REFERENSI Slides & Hand outs; Digital Image Processing; Rafael C. Gonzalez & Richard E Woods; Addison Wesley

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Permasalahan Aplikasi ini tergolong sebagai sistem kecerdasan buatan karena akan menggantikan peran seseorang yang mampu mengenali ekspresi wajah. Tiga ekspresi

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deteksi kulit manusia berperan penting dan digunakan secara luas sebagai langkah awal pada aplikasi pengolahan citra seperti gesture analysis, content based

Lebih terperinci

REALISASI SISTEM DETEKSI RASA KANTUK BERDASARKAN DURASI KEDIPAN MATA SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE VIOLA-JONES

REALISASI SISTEM DETEKSI RASA KANTUK BERDASARKAN DURASI KEDIPAN MATA SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE VIOLA-JONES REALISASI SISTEM DETEKSI RASA KANTUK BERDASARKAN DURASI KEDIPAN MATA SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE VIOLA-JONES Avrian Andreas Marjono NRP : 1222006 e-mail : avrianandreas@yahoo.co.id ABSTRAK Rasa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2009 IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Bambang Hermanto¹, Koredianto Usman², Iwan Iwut Tirtoasmoro³

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Augmented Reality dapat memvisualisasikan dengan baik model 3 dimensi, video, paparan area, maupun animasi 3 dimensi dengan hanya membutuhkan deteksi visual

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA 57 BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian dan analisa pada Bab 4 ini pada intinya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu sistem dengan metode yang sudah ditentukan. Masing masing metode mempunyai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Computer Vision terutama dalam bidang pengenalan wajah berkembang pesat, hal ini tidak terlepas dari pesatnya

Lebih terperinci

Fourier Descriptor Based Image Alignment (FDBIA) (1)

Fourier Descriptor Based Image Alignment (FDBIA) (1) Fourier Descriptor Based Image Alignment (FDBIA) (1) Metode contour tracing digunakan untuk mengidentifikasikan boundary yang kemudian dideskripsikan secara berurutan pada FD. Pada aplikasi AOI variasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi wajah pada suatu citra merupakan bagian yang penting dalam perkembangan sistem pengenalan wajah (Face Recognition). Pengenalan wajah banyak digunakan untuk

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B Heri Setiawan, Iwan Setyawan, Saptadi Nugroho IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Sistem Deteksi Wajah Dengan Modifikasi Metode Viola Jones

Sistem Deteksi Wajah Dengan Modifikasi Metode Viola Jones Jurnal Emitor Vol.17 No. 01 ISSN 1411-8890 Sistem Deteksi Wajah Dengan Modifikasi Metode Viola Jones Adinda Rizkita Syafira Program Studi Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Surakarta,

Lebih terperinci

MEMBANDINGKAN CITRA DIGITAL UNTUK MEMPREDIKSI KETERHUBUNGANNYA

MEMBANDINGKAN CITRA DIGITAL UNTUK MEMPREDIKSI KETERHUBUNGANNYA A7 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2016 MEMBANDINGKAN CITRA DIGITAL UNTUK MEMPREDIKSI KETERHUBUNGANNYA Pradita Chandra Kurniawan 1) Yulius Denny Prabowo 2) Teknik Informatika Institut Teknologi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Face Recognition Face recognition dapat dipandang sebagai masalah klasifikasi pola dimana inputnya adalah citra masukan dan akan ditentukan output yang berupa label kelas dari

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi yang amat pesat, menuntut pula adanya otomatisasi dan efisiensi dalam memperoleh informasi. Hal ini didukung pula oleh perkembangan mobile

Lebih terperinci

APLIKASI PENGOLAHAN CITRA SEBAGAI PENDETEKSI JARI PADA VIRTUAL KEYPAD

APLIKASI PENGOLAHAN CITRA SEBAGAI PENDETEKSI JARI PADA VIRTUAL KEYPAD APLIKASI PENGOLAHAN CITRA SEBAGAI PENDETEKSI JARI PADA VIRTUAL KEYPAD Akuwan Saleh, Haryadi Amran D, Ahmad Bagus L Dept. Teknik Elektro, Program Studi Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri

Lebih terperinci

Aplikasi Principle Component Analysis (PCA) Untuk Mempercepat Proses Pendeteksian Obyek Pada Sebuah Image

Aplikasi Principle Component Analysis (PCA) Untuk Mempercepat Proses Pendeteksian Obyek Pada Sebuah Image Aplikasi Principle Component Analysis (PCA) Untuk Mempercepat Proses Pendeteksian Obyek Pada Sebuah Image Liliana Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra, Surabaya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FACE IDENTIFICATION DAN FACE RECOGNITION PADA KAMERA PENGAWAS SEBAGAI PENDETEKSI BAHAYA

IMPLEMENTASI FACE IDENTIFICATION DAN FACE RECOGNITION PADA KAMERA PENGAWAS SEBAGAI PENDETEKSI BAHAYA IMPLEMENTASI FACE IDENTIFICATION DAN FACE RECOGNITION PADA KAMERA PENGAWAS SEBAGAI PENDETEKSI BAHAYA IMPLEMENTATION OF FACE IDENTIFICATION AND FACE RECOGNITION ON SECURITY CAMERA AS THREAT DETECTOR Panji

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING. Ressi Dyah Adriani NPP

PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING. Ressi Dyah Adriani NPP PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING Ressi Dyah Adriani NPP 10529 ressi.adriani@jasamarga.co.id ABSTRAK Data kepadatan lalu-lintas merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

Raycasting Pada Augmented Reality Dimensi Tiga

Raycasting Pada Augmented Reality Dimensi Tiga JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 Raycasting Pada Augmented Reality Dimensi Tiga Wahyu Setyo Budi, Supeno Mardi Susiki Nugroho, dan Christyowidiasmoro Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Objek Kaca Mata Augmented Reality Berbasis Tracking Mata menggunakan Haar Cascade Classifier

Objek Kaca Mata Augmented Reality Berbasis Tracking Mata menggunakan Haar Cascade Classifier Objek Kaca Mata Augmented Reality Berbasis Tracking Mata menggunakan Haar Cascade Classifier Slamet Bidang Keahlian Jaringan Cerdas Multimedia Institut Teknologi Sepuluh Nopember 60111 Surabaya, Indonesia

Lebih terperinci

PENGENDALI POINTER DENGAN GAZE TRACKING MENGGUNAKAN METODE HAAR CLASSIFIER SEBAGAI ALAT BANTU PRESENTASI (EYE POINTER)

PENGENDALI POINTER DENGAN GAZE TRACKING MENGGUNAKAN METODE HAAR CLASSIFIER SEBAGAI ALAT BANTU PRESENTASI (EYE POINTER) PENGENDALI POINTER DENGAN GAZE TRACKING MENGGUNAKAN METODE HAAR CLASSIFIER SEBAGAI ALAT BANTU PRESENTASI (EYE POINTER) Edi Satriyanto (edi@eepis-its.edu) Fernando Ardilla Risa Indah Agustriany Lubis Politeknik

Lebih terperinci

Verifikasi Citra Wajah Menggunakan Metode Discrete Cosine Transform Untuk Aplikasi Login

Verifikasi Citra Wajah Menggunakan Metode Discrete Cosine Transform Untuk Aplikasi Login The 13 th Industrial Electronics Seminar 011 (IES 011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 6, 011 Verifikasi Citra Wajah Menggunakan Metode Discrete Cosine

Lebih terperinci

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Junia Kurniati Computer Engineering Department Faculty of Computer Science Sriwijaya University South Sumatera Indonesia

Lebih terperinci

Sistem Pendeteksi Gambar Termanipulasi Menggunakan Metode SIFT

Sistem Pendeteksi Gambar Termanipulasi Menggunakan Metode SIFT Sistem Pendeteksi Gambar Termanipulasi Menggunakan Metode SIFT Regina Lionnie 1, Mudrik Alaydrus 2 Program Studi Magister Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana, Jakarta 1 regina.lionnie.id@ieee.org,

Lebih terperinci

PELACAKAN DAN DETEKSI WAJAH MENGGUNAKAN VIDEO LANGSUNG PADA WEBCAM ABSTRAK ABSTRACT

PELACAKAN DAN DETEKSI WAJAH MENGGUNAKAN VIDEO LANGSUNG PADA WEBCAM ABSTRAK ABSTRACT PELACAKAN DAN DETEKSI WAJAH MENGGUNAKAN VIDEO LANGSUNG PADA WEBCAM Dhanar Intan Surya Saputra 1, Wahyu Septi Anjar 2, Kurnia Aswin Nuzul Ramadhan 3, Riki Aji Pamungkas 4 1234 Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Kerangka Pikir Pengenalan wajah merupakan suatu teknologi dalam dunia kecerdasan buatan agar komputer dapat meniru kemampuan otak manusia dalam mendeteksi dan mengenali

Lebih terperinci

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Pengolahan Citra / Image Processing : Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh

Lebih terperinci

Pengantar PENGOLAHAN CITRA. Achmad Basuki PENS-ITS Surabaya 2007

Pengantar PENGOLAHAN CITRA. Achmad Basuki PENS-ITS Surabaya 2007 Pengantar PENGOLAHAN CITRA Achmad Basuki PENS-ITS Surabaya 2007 TUJUAN Mahasiswa dapat membuat aplikasi pengolahan citra Mahasiswa dapat menerapkan konsep-konsep pengolahan citra untuk menghasilkan suatu

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Sistem Pengenalan Rambu-Rambu Lalu Lintas Menggunakan Metode Generative Learning dan Support Vector Machine

Analisis Perbandingan Sistem Pengenalan Rambu-Rambu Lalu Lintas Menggunakan Metode Generative Learning dan Support Vector Machine Analisis Perbandingan Sistem Pengenalan Rambu-Rambu Lalu Lintas Menggunakan Metode Generative Learning dan Support Vector Machine Moses Jefferson Irawan, Dodi Sudiana Teknik Komputer, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE Widodo Muda Saputra, Helmie Arif Wibawa, S.Si, M.Cs, dan Nurdin Bahtiar, S.Si, M.T Fakultas Sains dan Matematika, Jurusan Ilmu Komputer

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING Mohamad Aditya Rahman, Ir. Sigit Wasista, M.Kom Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

TRANSLASI BAHASA ISYARAT

TRANSLASI BAHASA ISYARAT TRANSLASI BAHASA ISYARAT Juniar Prima Rakhman), Nana Ramadijanti, S.Kom, M.Kom), Edi Satriyanto S.Si, M.Si) Jurusan Teknik Informatika, PENS ITS Surabaya Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60 08050 E-mail :

Lebih terperinci

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL (PROPOSAL SKRIPSI) diajukan oleh. NamaMhs NIM: XX.YY.ZZZ. Kepada

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL (PROPOSAL SKRIPSI) diajukan oleh. NamaMhs NIM: XX.YY.ZZZ. Kepada SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL (PROPOSAL SKRIPSI) diajukan oleh NamaMhs NIM: XX.YY.ZZZ Kepada JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK STIKOM BALIKPAPAN LEMBAR PERSETUJUAN Proposal Skripsi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Permasalahan Pemanfaatan Augmented Reality pada umumnya berfokus pada kemampuan visualnya, yaitu berupa bentuk tiga dimensi, lingkungan tiga dimensi, animasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA Anita T. Kurniawati dan Afrilyan Ruli Dwi Rama Teknik Informatika-ITATS, Jl. Arief Rahman Hakim 100 Surabaya Email:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer sekarang sangat pesat, ini ditandai dengan hampir semua pengolahan data dan informasi telah dilakukan dengan komputer. Hal ini diakibatkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALGORITMA PENGUBAHAN UKURAN CITRA BERBASISKAN ANALISIS GRADIEN DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL

PENGEMBANGAN ALGORITMA PENGUBAHAN UKURAN CITRA BERBASISKAN ANALISIS GRADIEN DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL PENGEMBANGAN ALGORITMA PENGUBAHAN UKURAN CITRA BERBASISKAN ANALISIS GRADIEN DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL Eric Christopher #1, Dr. Ir. Rinaldi Munir, M. T. #2 #School of Electrical Engineering and Informatics,

Lebih terperinci

Interior Design in Augmented Reality Environment

Interior Design in Augmented Reality Environment Interior Design in Augmented Reality Environment Nama : Harta Shuwanto Contact Number : +62856 580 99 144 Email : waeshu@yahoo.com JURUSAN SISTEM KOMPUTER BINUS UNIVERSITY JAKARTA 2012 Interior Design

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Sistem Tahapan analisa merupakan tahapan awal dalam perekayasaan perangkat lunak. Pada tahapan ini menjelaskan apa yang dilakukan sistem, siapa yang menggunakannya

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini, akan diuraikan perancangan program, mulai dari perancangan algoritma sampai rancangan tampilan. Selain itu akan disajikan juga skema flowchart yang menjelaskan

Lebih terperinci

Prototype Pendeteksi Jumlah Orang Dalam Ruangan

Prototype Pendeteksi Jumlah Orang Dalam Ruangan e-issn: 2528-4053 36 Prototype Pendeteksi Jumlah Orang Dalam Ruangan Nesi Syafitri 1, Adri 2 1,2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau E-mail: nesisyafitri@uir.ac.id, adrisaputra91@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENDETEKSI WAJAH DENGAN ALGORITMA LBP (LOCAL BINARY PATTERN) BERBASIS RASPBERRY PI

PERANCANGAN PENDETEKSI WAJAH DENGAN ALGORITMA LBP (LOCAL BINARY PATTERN) BERBASIS RASPBERRY PI PERANCANGAN PENDETEKSI WAJAH DENGAN ALGORITMA LBP (LOCAL BINARY PATTERN) BERBASIS RASPBERRY PI Nadia R.W (0822084) Email: neko882neko@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl. Prof. Drg.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti suara, gambar, maupun GPS. Bertolak belakang dengan Virtual Reality. diperkuat, diperlemah, atau dimodifikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti suara, gambar, maupun GPS. Bertolak belakang dengan Virtual Reality. diperkuat, diperlemah, atau dimodifikasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Realita yang diperkuat atau Augmented Reality (untuk selanjutnya akan digunakan istilah ini) adalah sebuah istilah untuk teknologi yang memperkaya penglihatan terhadap

Lebih terperinci

Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel

Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel 1 Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel Andi Muhammad Ali Mahdi Akbar, Arief Kurniawan, Ahmad Zaini Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia. Sidik jari, tanda tangan, DNA, telinga, wajah, infrared,

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA EFFICIENT RANDOMIZED UNTUK MENGHITUNG JUMLAH KOIN DAN BOLA ABSTRAK

PENERAPAN ALGORITMA EFFICIENT RANDOMIZED UNTUK MENGHITUNG JUMLAH KOIN DAN BOLA ABSTRAK PENERAPAN ALGORITMA EFFICIENT RANDOMIZED UNTUK MENGHITUNG JUMLAH KOIN DAN BOLA Yuliana Melita Pranoto 1, Endang Setyati 2 1) Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Jl. Ngagel Jaya Tengah 73-77

Lebih terperinci

FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE TWO- DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (2DPCA) ABSTRAK

FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE TWO- DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (2DPCA) ABSTRAK FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE TWO- DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (2DPCA) Kurnia Novita Mutu (0722029) Jurusan Teknik Elektro email: mutunia@gmail.com ABSTRAK Perkembangan biometrik pada

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Driver 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat menjalankan driver ini adalah: Prosesor Pentium

Lebih terperinci

Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter. Roslyn Yuniar Amrullah

Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter. Roslyn Yuniar Amrullah Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter Roslyn Yuniar Amrullah 7406040026 Abstrak Computer Vision merupakan disiplin ilmu perpanjangan dari pengolahan citra digital dan kecerdasan buatan.

Lebih terperinci

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Ari Sutrisna Permana 1, Koredianto Usman 2, M. Ary Murti 3 Jurusan Teknik Elektro - Institut Teknologi Telkom - Bandung

Lebih terperinci

TRACKING ARAH GERAKAN TELUNJUK JARI BERBASIS WEBCAM MENGGUNAKAN METODE OPTICAL FLOW

TRACKING ARAH GERAKAN TELUNJUK JARI BERBASIS WEBCAM MENGGUNAKAN METODE OPTICAL FLOW TRACKING ARAH GERAKAN TELUNJUK JARI BERBASIS WEBCAM MENGGUNAKAN METODE OPTICAL FLOW Ubaidillah Umar, Reni Soelistijorini, B. Eng, MT, Haryadi Amran Darwito, S.ST Jurusan Teknik Telekomunkasi - Politeknik

Lebih terperinci

Deteksi Jenis Kendaraan di Jalan Menggunakan OpenCV

Deteksi Jenis Kendaraan di Jalan Menggunakan OpenCV JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-296 Deteksi Jenis di Jalan Menggunakan OpenCV Alvin Lazaro, Prof. Dr. Ir. Joko Lianto Buliali, M.Sc., Bilqis Amaliah S.Kom.,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Webcam Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media yang berorientasi pada image dan video dengan resolusi tertentu. Umumnya webcam adalah sebuah perngkat

Lebih terperinci