BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produktivitas Kerja Karyawan Produktivitas kerja karyawan menurut Mali (dalam Sedarmayanti, 2009) adalah hasil kerja dengan menggunakan waktu secara hemat (efisien) dan melebihi target yang ditetapkan (efektif), hasil kerja nyata karyawan dalam memenuhi standar kerja ini ditetapkan oleh perusahaan. Efektivitas dan efisiensi kerja karyawan berasal dari sumber daya yang ada pada diri karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan dengan hasil yang dicapai oleh karyawan berupa hasil kerja nyata sesuai dengan yang ditargetkan dalam standar kerja baik dalam hal mutu maupuan hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal. Perbandingan ini dilihat dari: segi waktu, suatu pekerjaan disebut lebih efisien bila hasil kerja berdasarkan standar ukuran yang diinginkan oleh karyawan untuk memperoleh sesuatu yang baik dan memuaskan, dan segi kinerja, segi kinerja yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Perbandingan terbaik antara usaha dan hasilnya dalam setiap pekerjaan terutama ditentukan oleh bagaimana pekerjaan itu dilakukan. Jika efisiensi kerja pada umumnya merupakan hasil dari cara-cara kerja yang sesuai dengan prosedur kerja. Cara kerja yang efisien adalah cara yang tanpa sedikitpun mengurangi hasil yang hendak dicapai seperti: dengan cara termudah, tercepat, termurah, teringan, dan terpendek. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti kegiatan yang dilakukan berhasil dengan baik. Efektivitas merupakan unsur penting untuk mencapai tujuan produktivitas kerja karyawan guna memenuhi standar kerja yang telah diberlakukan semaksimal mungkin. 7

2 Efektivitas ini diperlukan peningkatan lebih lanjut, melalui sumber daya yang dimiliki masing-masing karyawan melakukan sasaran tujuan yang tepat guna. Efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah wujudkan. Namun jika usaha atau hasil pekerjaan karyawan tidak tepat sasaran, menyebabkan karyawan tidak efektif. Produktivitas kerja karyawan bagian weaving beraneka ragam antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya. Kenaikan atau penurunan produktivitas kerja karyawan bersifat tak menentu/sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Produktivitas kerja karyawan tidak dapat muncul dengan sendirinya, melainkan dibutuhkan adanya proses untuk mencapainya. Seperti yang telah diungkapkan oleh Mali (dalam Sedarmayanti, 2009) bahwa produktivitas merupakan hasil kerja nyata karyawan mulai dari proses bahan mentah hingga barang jadi, secara hemat dalam menggunakan sumber daya dan mampu melebihi target yang ditetapkan, yakni mempersiapkan bahan baku atau benang jadi, meliputi benang lusi adalah benang tenunan yang ditenun dengan arah membujur, benang pakan adalah benang tenunan yang ditenun dengan arah melintang, false twisting disebut juga proses texturing adalah mengubah benang filament menjadi textured yarn, sizing adalah proses melapisi benang dengan bahan kimia, beaming adalah kelanjutan dari proses sizing yaitu proses menggulung benang kelos yang dipasang di mesin tenun, dyeing adalah proses pencelupan dari kain mentah menjadi kain jadi, verpacking adalah proses pengemasan pada gulungan kain, dan finishing adalah pengecekan barang-barang untuk dikirim. Proses produksi harus dilakukan dengan tepat, mulai dari persiapan sumber daya hingga penyelesaiannya dengan seefektif dan seefisien mungkin. Untuk dapat melihat seberapa hemat sumber daya yang digunakan oleh karyawan dan seberapa standar kerja yang dapat tercapai oleh karyawan dalam suatu perusahaan, diperlukan adanya suatu pengukuran produktivitas kerja karyawan. Pengukuran produktivitas kerja 8

3 karyawan ini pertama-tama berasal dari keadaan nyata di lapangan, setiap karyawan mengoperasikan 10 mesin tenun dalam satu hari. Jumlah kain yang dihasilkan oleh tiap-tiap mesinnya, ditentukan oleh seberapa baik karyawan mengoperasikan mesin tenun, misalnya seperti yang dicapai karyawan 1, mengoperasikan mesin tenun 1 memperoleh 3.2 yard, mesin 2 memperoleh 3.2 yard dan seterusnya. Keseluruhan tenunan kain (dalam ukuran yard) dari tiap-tiap mesin lalu dijumlahkan yang disebut sebagai kapasitas total per satu bulan, kemudian dari keseluruhan tenunan kain (dalam ukuran yard) tersebut dihitung nilai rata-rata nya, agar dapat diketahui standard hasil kerja masing-masing karyawan tiap bulannya. 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja karyawan, menurut Mali (dalam Sedarmayanti, 2009) adalah sebagai berikut: 1. Faktor dari dalam diri. Faktor dari dalam diri ini terdiri dari: a. Komitmen. Komitmen adalah suatu perjanjian yang dimulai oleh tenaga kerja/karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Lemah atau kuatnya komitmen itu relatif, bergantung pada masing-masing tenaga kerja/karyawan dan pelaksanaan yang berbeda-beda pula. Komitmen yang benar adalah komitmen yang didasarkan pada motivasi yang positif dan realisasi yang positif pula. Komitmen tidaklah mudah, dibutuhkan kemantapan dalam pengambilan keputusan dan pemikiran yang jernih. Tenaga kerja yang mempunyai komitmen adalah tenaga kerja yang mau memperbarui diri menjadi tenaga kerja yang produktif. Seringkali, tenaga kerja tanpa disadari kehilangan komitmen mula-mulanya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, hanya dikarenakan tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Akibat dari hasil perbuatan tersebut adalah penurunan produktivitas kerja. b. Mencintai pekerjaan. Mencintai pekerjaan merupakan perwujudan sikap yang dilakukan secara sadar dalam melakukan pekerjaan. Bagi sebagian tenaga kerja, mencintai pekerjaan merupakan suatu hal yang asing untuk dilakukan, bahkan seringkali terjebak dalam rutinitas dalam bekerja yang monoton. Bagi mereka, bekerja sudah menjadi tanggungjawab yang harus dilakukan dalam melanjutkan hidup tanpa disertai dengan rasa cinta pada pekerjaan yang tengah diemban. Rutinitas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan, dan keletihan dalam bekerja. Apapun jenis pekerjaan yang dilakukan, asalkan tenaga kerja mencintai pekerjaan maka tenaga kerja tersebut sedang mempersiapkan dirinya menjadi karyawan yang bekerja dengan sepenuh hati. Mencintai pekerjaan perlu dilakukan oleh setiap karyawan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerjanya. c. Minat, motivasi, dan etos kerja. Minat tenaga kerja/karyawan dapat tercermin pada hasil produksi yang mampu dicapai oleh tenaga kerja/karyawan. Semakin tenaga kerja menaruh minat terhadap suatu bidang yang disukai, maka tenaga kerja dapat mengalami peningkatan produktivitas kerja. Apapun yang akan/dikerjakan tenaga kerja tersebut, asal menaruh minat/suatu keinginan, pekerjaan pasti dapat 9

4 terselesaikan dengan baik. Minat tersebut akan lebih efektif apabila disertai dengan motivasi yang positif. Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri untuk mencapai sesuatu hal. Motivasi ini hendaknya timbul dari diri tenaga kerja dan bukan hasil paksaan dari orang lain. Motivasi inilah yang akan terus mendorong minat tenaga kerja untuk giat dalam bekerja. Etos kerja adalah suatu norma budaya yang mendukung karyawan untuk melakukan dan bertanggungjawab terhadap pekerjaannya. Etos kerja ini mengarah pada sikap positif terhadap pekerjaan, seorang karyawan yang menikmati pekerjaannya biasanya memiliki etos kerja yang lebih besar daripada karyawan yang tidak menikmati pekerjaannya. Fungsi dari etos kerja ini adalah sebagai pedoman karyawan dalam berperilaku di dunia kerja. d. Disiplin. Disiplin sangat diperlukan oleh tenaga kerja/karyawan. Disiplin merupakan salah satu tata tertib dan kewajiban yang harus dipenuhi tenaga kerja/karyawan. Disiplin hendaknya dilaksanakan diseluruh bidang pekerjaan. Tanpa disiplin, tenaga kerja dapat merugikan dirinya sendiri karena jika tidak disiplin dalam bekerja berdampak pada turunnya produktivitas kerja sehingga upah kerja pun ikut mengalami penurunan. e. Pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu keuntungan yang bisa dicapai oleh beberapa karyawan. Tidak semua karyawan dapat mencapai pendidikan yang sebagaimana mestinya. Pada umumnya tenaga kerja yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan/cara pandang yang lebih obyektif dalam menyelesaikan segala pekerjaannya, ia akan benar-benar bekerja menggunakan seluruh kemampuan yang ia punyai, untuk mencapai produktivitas kerja. f. Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemberian informasi dari pihak pemberi kepada pihak penerima di dalam lingkungan pabrik. Komunikasi yang terjadi di dalam pabrik adalah komunikasi antara pimpinan kepada tenaga kerja, komunikasi antara tenaga kerja kepada tenaga kerja dan komunikasi antara tenaga kerja kepada pimpinan. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dibangun dengan niat yang baik seperti bertegur sapa setiap pagi sebelum bekerja baik itu dengan pimpinan maupun rekan sekerja dan juga lebih dari itu terciptanya komunikasi yang melibatkan perasaan, seperti berbagi perasaan/curhat ketika tenaga kerja sedang mengalami kendala-kendala dalam bekerja, dimana kendala-kendala dalam bekerja tersebut dapat disampaikan pada evaluasi kerja setiap akbir bulan. Pada saat evaluasi kerja, segala bentuk kendala-kendala yang dialami oleh pimpinan, tenaga kerja pada masingmasing bagian dapat saling tukar informasi, memberikan masukan, kritik dan saran. Hal itu akan lebih menolong tenaga kerja untuk tetap dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. g. Ketrampilan dan kemampuan. Ketrampilan diperlukan oleh karyawan, tenaga kerja/karyawan yang terampil mengoperasikan mesin tenun akan lebih mudah menjalankan pekerjaannya. Pekerjaan yang terus menerus dilakukan oleh tenaga kerja akan membuat tenaga kerja tersebut terampil/cekatan. Terampil membutuhkan waktu yang cukup, lambat laun tenaga kerja menjadi terampil dikarenakan tuntutan perusahaan dan penyesuaian diri akan hal-hal yang baru. Terampil membuat tenaga kerja mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan yang dirasa sulit. Jadi ketrampilan dan kemampuan saling berkaitan guna meningkatkan produktivitas kerja karyawan. h. Kesehatan. Kesehatan merupakan hal yang harus diperhatikan bagi masing-masing karyawan, baik itu sehat secara jasmani maupun rohani. Apabila tenaga kerja/karyawan menjaga kedua kesehatannya dengan baik, ia dapat mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya dalam bekerja sehingga karyawan tersebut akan lebih leluasa 10

5 dalam bekerja karena tubuhnya sehat sehingga produktivitas kerja yang dimiliki dapat dipertahankan dan ditingkatkan lagi. i. Upah kerja. Upah kerja diperhitungkan sebagai faktor yang penting bagi karyawan untuk mencapai produktivitas kerja. Upah kerja pada saat sekarang ini sudah menjadi hal yang umum dan siapapun boleh mendapatkannya. Sehingga terjadi banyak persaingan demi medapatkan upah kerja yang diinginkan. Persaingan ini terjadi dikarenakan tidak semua karyawan dapat memaknai upah kerja sebagai hal yang berharga. Melainkan menempatkan upah kerja sebagai barang sisaan, dapat ya untung tidak dapat ya juga untung. Pandangan hidup seperti ini yang dapat menghambat produktivitas kerja karyawan, mau upah kerja naik atau turun tidak peduli, yang penting bekerja untuk mendapatkan upah kerja, begitu seterusnya dipandang sebagai rutinitas yang monoton. Akibatnya upah kerja yang maksimal tidak tercapai dan juga produktivitas kerja karyawan tidak tercapai juga. 2. Faktor dari luar diri. Faktor dari luar diri adalah faktor yang terdapat di luar diri tenaga kerja/karyawan seperti di bawah ini menurut Mali (dalam Sedarmayanti, 2009): a. Waktu. Waktu adalah faktor penting dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Tanpa waktu maka tenaga kerja/karyawan akan mengalami kesulitan dalam mengukur produktivitas kerjanya menjadi tidak tepat. Karyawan harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar tidak ada waktu yang terbuang dengan percuma pada saat bekerja, waktu ini dapat dijumpai pada jam kerja karyawan. b. Mesin. Mesin adalah salah satu faktor yang penting bagi kelangsungan produksi kain. Mesin merupakan salah satu sarana yang utama dalam menghasilkan tenunan kain. Sehingga diharapkan mesin-mesin yang digunakan dalam menenun kain selalu diperbarui kecanggihannya guna memaksimalkan produktivitas kerja karyawan. Mesin-mesin yang ada di pabrik berguna untuk menunjang para karyawan untuk terus dapat produktif dalam bekerja. Apabila mesin mengalami kendala/kerusakan maka akan menghambat proses produksi kain dan juga karyawan tidak dapat mencapai produktivitas kerja dengan baik pula. c. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah rangkaian usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman dan tentram bagi tenaga kerja, baik secara fisik, sosial dan psikologis. K3 ini diselenggarakan oleh pihak Jamsostek (Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja) bekerjasama dengan pihak perusahaan. K3 ini wajib diperhatikan oleh pimpinan perusahaan, dengan dijaminnya K3 bagi tenaga kerja/karyawan maka kecelakaan kerja dapat dihindari. Tenaga kerja perlu k3 untuk menunjang keselamatan diri sehingga produktivitas kerja karyawan dapat berjalan dengan baik. d. Lingkungan pabrik. Lingkungan pabrik adalah keadaan lingkungan di tempat kerja. Apabila lingkungan kerja mendukung ke arah positif/kondusif maka tenaga kerja dapat nyaman dalam bekerja. Lingkungan kondusif tersebut timbul dikarenakan ada sekumpulan tenaga kerja/karyawan mempunyai kepribadian yang aktif, tanggap, percaya diri, bertanggungjawab, mampu bekerjasama dan menjunjung sikap solidaritas di dalam perusahaan, sehingga keadaan yang demikian mampu mempercepat terjadinya peningkatan produktivitas kerja karyawan. Di lain sisi juga terdapat kultur lingkungan yang lamban tidak selamanya bersifat kondusif, terkadang tenaga kerja/karyawan sulit diajak bekerjasama dan berkarya. Untuk itu tenaga kerja/karyawan perlu memahami keadaan kultur lingkungannya dalam meningkatkan produktivitas kerjanya. 11

6 e. Penerangan Lingkungan, Tata Ruang dan Mesin. Penerangan lingkungan yang digunakan dalam PT. Timatex Salatiga diperoleh dari sumber energi listrik atau PLN, antara PLN dan PT. Timatex Salatiga mengadakan kerja sama dalam satuan waktu tertentu. Jika dalam keadaan tidak memungkinkan barulah ada pemadaman listrik dari PLN, tentunya sebelum pemadaman listrik PLN memberitahu perusahaan sebelumnya sehingga perusahaan dapat langsung menyiapkan tenaga listrik yang berasal dari genset untuk penerangan di perusahaan. Penerangan lingkungan sangat diperlukan oleh karyawan pada saat bekerja, bila ruangan kerja memperoleh penerangan yang cukup maka dapat membantu karyawan mengoperasikan mesin-mesin tenun dengan baik sehingga tingkat kecelakaan dalam bekerja dapat dihindari dan dapat mengantisipasi penurunan produktivitas kerja karyawan. Tata ruang juga turut memberikan sumbangan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Tata ruang yang rapi, bersih dan nyaman akan menciptakan suasana yang kondusif bagi karyawan, sehingga dalam bekerja karyawan dapat leluasa dalam bergerak dalam mengoperasikan mesin tenun. f. Dukungan dari rekan kerja. Dukungan ini sangat diperlukan oleh tenaga kerja/karyawan. Dukungan ini diberikan oleh satu karyawan kepada karyawan yang lain pada saat jam-jam istirahat, atau sepulang dari kerja. Biasanya tenaga kerja saling memberikan dukungan lewat perkataan-perkataan yang positif. g. Kepemimpinan. Kepemimpinan adalah cara pemimpin perusahaan mempengaruhi perilaku tenaga kerja/karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai produktivitas kerja karyawan. Seseorang pemimpin harus tahu bagaimana ia menerapkan kepemimpinannya dalam menjalankan jabatannya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat menerapkan gaya kepemimpinannya dengan tepat dan bijak, karena tenaga kerja perlu mendapatkan pengarahan dan tindak lanjut dari pekerjaannya guna peningkatan produktivitas kerja karyawan. 2.3 Pengukuran Produktivitas Kerja Karyawan Menurut Mali (dalam Sedarmayanti, 2009) produktivitas kerja karyawan dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut: Produktivitas kerja karyawan: Hasil kerja yang dicapai Waktu : Mesin Hasil kerja ini berupa jumlah kain yang dihasilkan karyawan dibagi dengan waktu dan mesin. Hasil kerja karyawan yang telah dicapai ini ditinjau kembali apakah sudah efektif (hasil kerja yang dicapai melebihi standar kerja), begitu pula dengan mesin dan waktu ditinjau kembali apakah sudah efisien (hemat dalam penggunaan sumber daya). Selanjutnya untuk mengetahui apakah karyawan itu efektif (hasil kerja yang dicapai melebihi standar kerja) atau efisien 12

7 (hemat dalam penggunaan sumber daya) dapat di tinjau dari: jam kerja x hasil produksi x sumber-sumber daya digunakan. Contoh: Produktivitas kerja karyawan A dalam 1 bulan = 7481 yard, dari perhitungan: yard = yard = 3.34 yard 28 hari : 10 mesin 33.4 yard : 10 mesin Angka yard merupakan hasil total produksi A dalam 1 bulan Angka 33.4 yard merupakan hasil rata-rata yard yang diperoleh A dalam 1 bulannya, setelah dibagi dengan 28 hari, kemudian dibagi dengan jumlahnya mesin yakni 10 mesin. Angka 3.34 yard merupakan hasil dari rata-rata tiap-tiap mesinnya. Produktivitas kerja 1 bulan A = 3.34 x 8 x 10 = yard x 28 hari = 7481 yard. Jadi dalam 1 bulan, karyawan A mencapai produktivitas kerjanya yakni 7481 yard. Kemudian dicocokkan dengan standar kerja yang ada berikut ini: Standar kerja yang ditetapkan dan harus dicapai adalah : yard x 8 jam x 10 mesin = 224 yard (dalam 1 hari) x 30 hari = 6720 yard, berkategori tidak produktif yard x 8 jam x 10 mesin = 240 yard (dalam 1 hari) x 30 hari = 7200 yard, berkategori kurang produktif yard x 8 jam x 10 mesin = 256 yard (dalam 1 hari) x 30 hari = 7168 yard, berkategori cukup produktif yard x 8 jam x 10 mesin = 272 yard (dalam 1 hari) x 30 hari = 8160 yard, berkategori produktif yard x 8 jam x 10 mesin = 288 yard (dalam 1 hari) x 30 hari = 8640 yard, berkategori sangat produktif. Berdasarkan hasil yang dicapai oleh karyawan A yakni 7481 yard tiap bulannya, maka karyawan A berkategori sebagai karyawan yang cukup produktif. 13

8 Dalam pengukuran produktivitas kerja karyawan diperlukan pedoman sebagai berikut menurut Mali (dalam Sedarmayanti 2009): 1. Kesahihan (valid). Suatu pengukuran produktivitas kerja karyawan dapat dikatakan valid apabila alat ukur tersebut secara tepat dapat melakukan fungsi ukurnya. Dalam pengukuran tersebut, dapat secara tepat menggambarkan perubahan produktivitas kerja karyawan yang sebenarnya. Ketepatan dalam pengukuran ini dapat diketahui dari hasil standar kerja yang dicapai dalam bentuk yard lalu dibandingkan apakah melebihi standar kerja yang ada atau justru dibawah standar. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh Mali (dalam Sedarmayanti, 2009) yang tertuang dalam rumus output yang dihasilkan dibagi dengan input yang dipergunakan. 2. Kelengkapan (completeness). Kelengkapan menunjukkan bahwa keseluruhan dalam mencapai hasil yang diperoleh penggunaan sumber-sumber daya. Mulai dari persiapan awal dalam proses produksi, persediaan sumber daya seperti bahan baku, pengolahan bahan baku hingga keluarnya hasil produksi dapat terlaksana dengan baik, barulah dapat terjadi kelengkapan yang nantinya berguna untuk memudahkan pengukuran produktivitas kerja karyawan. 3. Dapat diperbandingkan (comparability). Pengukuran produktivitas kerja karyawan ini bersifat relatif. Relatif yang dimaksud adalah dengan pengukuran produktivitas yang digunakan dapat diperbandingkan dengan periode/waktu yang satu dengan periode/waktu yang lain. Walaupun pengukuran produktivitas kerja karyawan digunakan pada era tahun 1990, pengukuran tersebut tetap dapat digunakan di era tahun Dari periode era tahun 1990 dan periode era tahun 2000, pengukuran tersebut dapat diperbandingkan dengan hasil yang ingin dicapai dengan sumber daya yang sehemat mungkin. 4. Bertepatan waktu (timeless). Bertepatan waktu adalah karyawan dapat melaksanakan tugasnya secara dinamis, cepat, terarah dan tepat waktu dalam mengoperasikan mesin-mesin tenun yang digunakan untuk mencapai produktivitas kerjanya. 2.4 Pengertian Upah Kerja Karyawan Upah kerja karyawan adalah balas jasa yang dibayarkan kepada karyawan dengan berpedoman atas perjanjian yang telah disepakati dalam tiap bulannya, Rate (dalam Hasibuan, 2009). Pemberian upah kerja oleh perusahaan, biasanya dihubungkan dengan proses pembayaran bagi tenaga kerja lepas atau berdasarkan jumlah jam kerja. Namun lain hal nya dengan yang dilakukan oleh PT. Timatex Salatiga, memberi upah kerja kepada setiap karyawan tanpa memandang status karyawan tetap atau karyawan kontrak. Bagi pimpinan perusahaan tersebut upah kerja sama halnya dengan gaji, yakni sebagai bentuk balas jasa 14

9 berupa uang atas apa yang telah dikerjakan oleh karyawan selama mengabdi bekerja di perusahaan (Hasibuan, 2009). Pemberian upah kerja karyawan kepada tenaga kerja harus mempunyai dasar yang rasional sesuai dengan yang tertuang dalam kesepakatan dan keputusan bersama (KKB) antar pemilik perusahaan dengan pemerintah pusat. Pemberian upah kerja dikatakan penting bagi pegawai karena besarnya upah kerja karyawan yang didapat merupakan cerminan atau ukuran nilai terhadap kinerja kerja karyawan itu sendiri. Besar kecilnya pemberian upah kerja dapat mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja karyawan. Apabila pemberian upah kerja karyawan diberikan sesuai dengan takaran yang berlaku, maka tenaga kerja akan memperoleh kepuasan tersendiri di dalam batinnya, bahwa memang tenaga kerja/karyawan itu sendiri layak untuk mendapatkan upah sesuai dengan kerja kerasnya/hasil kerja nyata di pabrik. Tetapi apabila pemberian upah yang diberikan tidak atau kurang dari sebagaimana mestinya dari yang didapatkan, berkemungkinan akan mempengaruhi hasil kerja nyata pada saat bekerja yakni penurunan produktivitas kerja karyawan. Pemberian upah bukan hanya penting untuk tenaga kerja/karyawan saja, melainkan juga penting bagi perusahaan itu sendiri. Pemberian upah ini merupakan suatu bentuk perwujudan tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan sumber daya manusia dan juga merupakan pengeluaran dan biaya bagi perusahaan. Perusahaan mengharapkan agar pemberian upah yang dibayarkan memperoleh imbalan yakni dengan hasil kerja nyata yang dilakukan tenaga kerja/karyawan dalam bekerja bagi perusahaan. Hasil kerja nyata dari masing-masing karyawan harus lebih besar dari upah kerja yang dibayar perusahaan, agar perusahaan mendapatkan laba dan terjaminnya kelangsungan perusahaan itu sendiri. Apabila perusahaan tidak memperhatikan pemberian upah kerja dengan tepat, maka kemungkinan perusahaan tersebut akan kehilangan sumber daya manusia yang berkualitas. 15

10 Hal ini berarti perusahaan harus mengeluarkan biaya lagi untuk mencari tenaga baru, atau melatih tenaga kerja/karyawan yang sudah ada untuk menggantikan karyawan yang keluar. Pemberian upah sudah tidak asing lagi dikalangan tenaga kerja/karyawan itu sendiri. Sebagian karyawan yang bekerja di PT. Timatex Salatiga merasa mengalami pemberian upah kerja yang pas-pasan. Sehingga, dari yang pas-pasan tersebut beralih menjadi hal yang sensitif dikalangan tenaga kerja/karyawan. Akibatnya, beberapa tenaga kerja yang selalu merasa upah kerja yang diberikan tidak manusiawi menurut sudut pandang karyawan itu sendiri, memilih untuk mengundurkan diri dari perusahaan, walaupun upah kerja pokok yang ada telah ditambah dengan tunjangan bila menjadi kepala regu, jam absensi, dan tunjangan harian setiap harinya, namun tidak membuat beberapa karyawan membatalkan mengundurkan diri (sumber: hasil wawancara dengan salah satu karyawan bagian weaving, PT. Timatex Salatiga). 2.5 Sistem Pengupahan Sistem pengupahan yang diterapkan oleh pimpinan PT. Timatex Salatiga bagi karyawannya adalah menggunakan sistem dan upah kerja karyawan dibayar secara periodik tiap bulannya. Menurut Rate (dalam Hasibuan, 2009), dalam sistem waktu besarnya upah kerja ditetapkan berdasarkan standar waktu seperti jam, minggu atau bulan. Administrasi pengupahan sistem relatif sederhana serta dapat diterapkan kepada karyawan tetap maupun pekerja harian dan kontrak. Sistem waktu biasanya ditetapkan jika hasil kerja nyata karyawan sulit diukur per unitnya. Kebijaksanaan dalam pemberian upah kerja karyawan oleh pimpinan perusahaan dapat mendorong gairah kerja dan keinginan karyawan untuk mencapai prestasi kerja yang optimal sehingga membantu terwujudnya peningkatan produktivitas kerja karyawan. Besarnya upah kerja harus ditetapkan berdasarkan analisis pekerjaan, uraian pekerjaan, posisi jabatan, konsistensi internal, serta berpedoman kepada keadilan dan 16

11 Undang-Undang Buruh. Dengan kebijaksanaan ini diharapkan akan terbina kerja sama yang serasi dan memberikan kepuasan kepada semua pihak. 2.6 Mengukur/Pemberian Upah Mengukur/pemberian upah kerja karyawan yang diterapkan oleh pimpinan PT. Timatex Salatiga menggunakan upah per potong proporsional Rate (dalam Hasibuan, 2009). Upah per potong proporsional dibayar berdasarkan produktivitas kerja tenaga kerja dikalikan tarif upah per potong yang didapat dari penyelidikan waktu untuk menentukan waktu standarnya. Misalnya: dalam keadaan normal, para pekerja bisa menghasilkan 500 unit selama 7 jam per hari kerja, inilah yang dijadikan standar penentuan tarif. Jika upah umum perharinya Rp 5.000,00 maka tarif per potong 1 unit adalah Rp : 500 unit = Rp 10.00/unit. Misalkan karyawan menghasilkan 600 unit dalam satu hari kerja maka ia akan menerima upah sebesar 600 unit x Rp = Rp 6.000, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Upah Kerja Menurut Rate (dalam Hasibuan, 2009), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya upah kerja karyawan antara lain sebagai berikut: 1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja. Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak daripada lowongan pekerjaan (permintaan) maka upah kerja karyawan relatif kecil. Sebaliknya, jika pencari kerja lebih sedikit daripada lowongan pekerjaan, maka upah kerja karyawan relatif semakin besar. 2. Kemampuan dan kesediaan perusahaan. Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin baik, maka tingkat upah kerja karyawan akan semakin besar. Tetapi sebaliknya, jika kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar kurang maka tingkat upah kerja karyawan relatif kecil. 3. Serikat buruh/organisasi karyawan. Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh maka tingkat upah kerja karyawan semakin besar. Sebaliknya, jika serikat buruh tidak kuat dan kurang berpengaruh maka tingkat upah kerja karyawan relatif kecil. 4. Produktivitas kerja karyawan. Jika produktivitas kerja karyawan baik dan banyak maka upah kerja karyawan akan semakin besar. Sebaliknya, kalau produktivitas kerjanya buruk serta sedikit maka upah kerjanya kecil. 5. Pemerintah dengan undang-undang dan Keppresnya. Pemerintah dengan Undang- Undang dan Keppres menetapkan besarnya batas upah/balas jasa minimum. Peraturan pemerintah ini sangat penting supaya pengusaha tidak sewenangwenang menetapkan besarnya balas jasa bagi karyawan. Pemerintah berkewajiban melindungi masyarakat dari tindakan sewenang-wenang. 6. Biaya hidup (cost of living). Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi maka tingkat upah kerja karyawan semakin besar. Sebaliknya, jika tingkat biaya hidup di daerah itu rendah maka tingkat upah kerja relatif kecil. 7. Posisi jabatan karyawan. Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima upah kerja karyawan lebih besar. Sebaliknya, karyawan yang 17

12 menduduki jabatan yang lebih rendah akan memperoleh upah kerja karyawan yang kecil. 8. Pendidikan dan pengalaman karyawan. Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka upah/balas jasanya semakin besar karena kecakapan serta keterampilannya lebih baik. Sebaliknya, karyawan yang berpendidikan rendah dan pengalaman kerja yang kurang maka tingkat upah kerja kecil. 9. Kondisi perekonomian nasional. Apabila kondisi perekonomian nasional bertumbuh baik maka tingkat upah kerja karyawan akan semakin besar, karena mendekati kondisi (full employment.) Sebaliknya, jika kondisi perekonomian kurang bertumbuh (depresi) maka tingkat upah kerja karyawan rendah, karena terdapat banyak pengangguran (disqueshed unemployment) 10. Jenis dan sifat pekerjaan. Apabila jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai risiko (financial, keselamatan) yang besar maka tingkat upah kerja karyawan semakin besar karena membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakannya. Tetapi jika jenis dan sifat pekerjaannya mudah dan kurang beresiko (financial, kecelakaannya) kecil, tingkat upah kerja karyawan relatif rendah (dalam Hasibuan,2009). 2.8 Kajian yang Relevan Penelitian oleh Lolita (2008) di Malang, dengan judul penelitian hubungan antara upah kerja dengan produktivitas kerja karyawan bagian produksi dengan populasi sebanyak 80 orang karyawan dengan menggunakan teknik sampling jenuh (sampel total). Pengolahan data menggunakan teknik korelasi Kendall Tau-b diperoleh koefisien korelasi (rxy) = dan koefisien signifikansi (p) = > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara upah kerja dengan produktivitas kerja karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Wiratama (2007) di Jakarta, dengan judul penelitian hubungan antara upah kerja dengan produktivitas kerja karyawan dengan populasi sebanyak 120 orang karyawan dengan menggunakan teknik simple random sampling, sampel diambil sebanyak 60 orang karyawan. Pengolahan data menggunakan teknik korelasi Kendall Tau-b diperoleh koefisien (rxy) = dan koefisien signifikansi (p) = < 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara upah kerja dengan produktivitas kerja karyawan. 18

13 2.9 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ada hubungan yang signifikan antara upah kerja dengan produktivitas kerja karyawan bagian weaving PT. Timatex Salatiga. 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Kompensasi meliputi pembayaran uang tunai secara langsung, imbalan tidak langsung dalam bentuk benefit dan pelayanan (jasa), dan insentif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Dalam Mulyadi (2015: 2) manajemen dapat didefinisikan adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pendayagunakan sumber daya manusia dengan sumber daya alam, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Sumber Daya Manusia Adapun pengertian Sumber Daya Manusia yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut: Menurut Sedarmayanti (2010:13)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Unsur manusia ini berkembang

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Unsur manusia ini berkembang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang kompensasi telah dilakukan oleh Nurmala (2003) dengan judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Kompensasi meliputi pembayaran tunai secara langsung, imbalan tidak langsung dalam bentuk benefit dan pelayanan ( jasa ), dan insentif

Lebih terperinci

SISTEM KOMPENSASI PEGAWAI

SISTEM KOMPENSASI PEGAWAI SISTEM KOMPENSASI PEGAWAI 1. Latar Belakang Salah satu tujuan utama seorang menncari pekerjaaan adalah untuk mendapat sejumlah nominal penghasilan yang akan dibayarkan oleh perusahaan atau yang kita kenal

Lebih terperinci

PENGARUH UPAH LEMBUR DAN TUNJANGAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN

PENGARUH UPAH LEMBUR DAN TUNJANGAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN PENGARUH UPAH LEMBUR DAN TUNJANGAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN S K R I P S I Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dengan baik dan maksimal apabila tidak ada pelaksanaannya yakni sumber

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dengan baik dan maksimal apabila tidak ada pelaksanaannya yakni sumber BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Sumber daya manusia sangat penting bagi pelaksanaan operasional perusahaan. Sumber daya yang ada pada perusahaan tidah dapat berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi, proses manajemen terdiri dari kegiatan-kegiatan utama yang disebut dengan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Adapun pengertian kompensasi menurut para ahli sebagai berikut: a. Menurut Handoko dalam Septawan (2014:5) adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi aset penting yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi aset penting yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat, hal ini mengakibatkan sebuah perusahaan diharapkan mampu menggunakan sumber daya manusia dengan baik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Tenaga Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tenaga kerja adalah salah satu komponen dari perusahaan dan mempunyai peranan yang sangat penting di dalam operasional perusahaan. Menurut Biro Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan alat untuk pencapaian tujuan yang diinginkan. Manajemen yang tepat akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2010:10), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

Pertemuan 7. Nova Yanti Maleha,S.E.MM 10/7/2016 Nova Yanti Maleha/MSDM/IGM 1

Pertemuan 7. Nova Yanti Maleha,S.E.MM   10/7/2016 Nova Yanti Maleha/MSDM/IGM 1 Pertemuan 7 Nova Yanti Maleha,S.E.MM E-mail : novayanti608@gmail.com 10/7/2016 Nova Yanti Maleha/MSDM/IGM 1 PENGERTIAN KOMPENSASI? KOMPENSASI Adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang, langsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Telah kita ketahui bersama bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam kegiatan suatu organisasi, karena manusia sebagai perencana,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai secara langsung.

BAB II LANDASAN TEORITIS. karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai secara langsung. BAB II LANDASAN TEORITIS A. Uraian Teoritis 1. Pengertian Lingkungan Kerja Lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat perlu mendapat perhatian, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang semakin ketat membuat perusahaan diharapkan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang semakin ketat membuat perusahaan diharapkan mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat. Hal ini disebabkan karena, perekonomian dunia bergerak ke arah perekonomian terbuka dan global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan bagian yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan bagian yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai tujuan perusahaan untuk mengembangkan usaha makro dan mikro. Sumber daya manusia sangat berperan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karyawan sebagai sumber daya utama perusahaan dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen dan memberikan kinerja yang optimal sehingga konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen berhubungan dengan suatu usaha untuk mencapai sasaransaran tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia dengan sebaik-baiknya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi. PT. INTI (Persero) Bandung selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2013:10), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Karyawan melakukan pekerjaan di instansi maupun perusahaan untuk memperoleh gaji berupa uang untuk memenuhi kebutuhan kehidupanya seharihari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan global, keberadaan sumber daya manusia yang handal memiliki peran yang lebih strategis dibandingkan sumber daya yang lain. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AQUA TIRTA INVESTAMA SKRIPSI

PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AQUA TIRTA INVESTAMA SKRIPSI PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AQUA TIRTA INVESTAMA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memotifasi karyawan agar tingkat produktifitas yang lebih tinggi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memotifasi karyawan agar tingkat produktifitas yang lebih tinggi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian kompensasi Kompensasi meliputi pembayaran tunai secara langsung, imbalan tidak langsung dalam bentuk benefit dan pelayanan ( jasa ), dan insentif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Manajemen Sumberdaya Manusia. sumberdaya lainnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Manajemen Sumberdaya Manusia. sumberdaya lainnya. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Sumberdaya Manusia Pengertian Manajemen secara umum adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian

Lebih terperinci

HR COMPENSATION. Kompensasi Insentif Bagi Hasil. Psikologi Sumber Daya Manusia

HR COMPENSATION. Kompensasi Insentif Bagi Hasil. Psikologi Sumber Daya Manusia HR COMPENSATION Kompensasi Insentif Bagi Hasil KOMPENSASI Drs. Malayu Hasibuan (2006:118) Merupakan pendapatan berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima pegawai sebagai imbalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, karena sumber daya manusia merencanakan, melaksanakan, dan. dalam bidang bisnis farmasi adalah Kimia Farma.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, karena sumber daya manusia merencanakan, melaksanakan, dan. dalam bidang bisnis farmasi adalah Kimia Farma. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam organisasi, karena sumber daya manusia merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. 1. Angga Putra Samudra dengan judul Pengaruh Kompensasi Finansial

BAB II TINJAUAN TEORI. 1. Angga Putra Samudra dengan judul Pengaruh Kompensasi Finansial BAB II TINJAUAN TEORI A. Penelitian Terdahulu. 1. Angga Putra Samudra dengan judul Pengaruh Kompensasi Finansial Terhadap Kinerja (Studi pada Karyawan PT. Bank Jatim Cabang Malang) tahun 2014. Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari perusahaannya Oleh karena itu keberadaan suatu perusahaan yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. dari perusahaannya Oleh karena itu keberadaan suatu perusahaan yang berbentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang didirikan umumnya mempunyai harapan bahwa kelak di kemudian hari akan mengalami perkembangan yang pesat di dalam lingkup usaha dari perusahaannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kepemimpinan 2.1.1.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan memiliki arti yang lebih dalam daripada sekedar label atau jabatan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah penulis lakukan di Bagian Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas

BAB III PEMBAHASAN. telah penulis lakukan di Bagian Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas BAB III PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini penulis akan melaporkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan di Bagian Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dimana hal yang perlu penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang sangat ketat dalam semua bidang usaha. Bidang usaha tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang sangat ketat dalam semua bidang usaha. Bidang usaha tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang sedang berlangsung saat ini, terjadi persaingan bisnis yang sangat ketat dalam semua bidang usaha. Bidang usaha tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang penting dan mutlak diperlukan, hal ini karena kedisiplinan kerja sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang penting dan mutlak diperlukan, hal ini karena kedisiplinan kerja sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada suatu organisasi atau perusahaan kedisiplinan kerja merupakan suatu hal yang penting dan mutlak diperlukan, hal ini karena kedisiplinan kerja sangat menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam maksud dan tujuan perusahaan. Misi tidak akan tercapai tanpa

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam maksud dan tujuan perusahaan. Misi tidak akan tercapai tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua perusahaan apapun jenisnya, mempunyai misi yang biasanya tercantum dalam maksud dan tujuan perusahaan. Misi tidak akan tercapai tanpa diemban oleh sumber

Lebih terperinci

PENGARUH UPAH DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA CV. RIMBA SENTOSA DI SUKOHARJO

PENGARUH UPAH DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA CV. RIMBA SENTOSA DI SUKOHARJO PENGARUH UPAH DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA CV. RIMBA SENTOSA DI SUKOHARJO S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memanfaatkan sumberdaya- sumberdaya lainnya. Beberapa hal yang perlu diantisipasi adalah kondisi yang tidak didukung

BAB I PENDAHULUAN. mampu memanfaatkan sumberdaya- sumberdaya lainnya. Beberapa hal yang perlu diantisipasi adalah kondisi yang tidak didukung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia bisnis sekarang dituntut menciptakan kinerja karyawan yang tinggi untuk pengembangan perusahaan. Perusahaan harus mampu membangun dan meningkatkan kinerja dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari sumber daya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari sumber daya yang dimilikinya, termasuk didalamnya sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap para pekerja dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, juga merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap para pekerja dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, juga merupakan BAB II A. Tinjauan Teoritis TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Upah Dan Insentif a. Pengertian Upah Membicarakan upah atau tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka masalah upah adalah hal yang sangat penting.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap instansi yang didirikan mempunyai harapan bahwa kelak

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap instansi yang didirikan mempunyai harapan bahwa kelak BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada dasarnya setiap instansi yang didirikan mempunyai harapan bahwa kelak di kemudian hari akan mengalami perkembangan yang pesat di dalam lingkup kegiatannya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini globalisasi sedang terjadi di berbagai bidang, hal ini sudah pasti

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini globalisasi sedang terjadi di berbagai bidang, hal ini sudah pasti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini globalisasi sedang terjadi di berbagai bidang, hal ini sudah pasti mempengaruhi kinerja perusahaan dalam berbagai sektor yang terutama dalam sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dilakukan disegala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dilakukan disegala bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dilakukan disegala bidang seperti dalam bidang ekonomi yang menjadi pusat perhatian utama dunia.

Lebih terperinci

Subsistem Kompensasi

Subsistem Kompensasi Subsistem Kompensasi Pengertian Kompensasi Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi / perusahaan kepada karyawan, yang dapat bersifat finansial maupun non finansial, pada periode

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

II. TINJAUAN PUSTAKA.1 16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebaik mungkin, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. sebaik mungkin, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman yang terus menerus berkembang dari waktu ke waktu membuat kemajuan dalam segala hal. Salah satunya merupakan kemajuan dalam dunia usaha. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (Prastuti, 2014). Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan sangat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (Prastuti, 2014). Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan. Kepentingan yang paling mendasar yaitu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Akbal Lizar (2011) dengan judul Pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Akbal Lizar (2011) dengan judul Pengaruh BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pada kajian teori ini, peneliti akan menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun kajian teori dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan yang harus dihadapi oleh manajemen sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan yang harus dihadapi oleh manajemen sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam rangka menghadapi perubahan dan persaingan bisnis yang semakin ketat antar perusahaan, maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bersaing menunjukan yang terbaik, karena yang terbaiklah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bersaing menunjukan yang terbaik, karena yang terbaiklah yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumber daya manusia pada hakikatnya merupakan salah satu modal dasar untuk pembangunan nasional. Dalam era globalisasi saat ini, segala aspek kehidupan dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan terciptanya mesin baru dan peralatan canggih. Terciptanya teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan terciptanya mesin baru dan peralatan canggih. Terciptanya teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini semakin maju, didasari dengan terciptanya mesin baru dan peralatan canggih. Terciptanya teknologi yang tinggi mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Manajemen Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari serangkaian kegiatan seperti perencanaan, pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (PUSDIKLAT) GEOLOGI BANDUNG

2015 PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (PUSDIKLAT) GEOLOGI BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan wadah bagi orang-orang yang memiliki pandangan dan visi dengan tujuan untuk menampung aktivitas dan interaksi yang dilakukan oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Peran Manajemen Sumber Daya Manusia sangat penting bagi suatu organisasi, sebesar atau sekecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dari keseluruhan tingkat perencanaan sampai dengan evaluasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dari keseluruhan tingkat perencanaan sampai dengan evaluasi yang 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia kerja sekarang dituntut menciptakan kinerja karyawan yang tinggi untuk pengembangan perusahaan. Perusahaan harus mampu membangun dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai macam tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif seperti sekarang ini, para pengusaha yang progresif akan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif seperti sekarang ini, para pengusaha yang progresif akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan sumber daya organisasional yang berharga untuk mencapai kinerja tinggi secara berkelanjutan oleh karena itu bakat seseorang tidak boleh di sia-sia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan terdapat sumber daya sebagai potensi penggerak aktivitasnya. Sumber daya ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya, baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya, baik secara materiil maupun secara spiritual.

Lebih terperinci

BAB KOMPENSASI UNTUK MANAJEMEN. kelangsungan hidupnya. Karena itu manusia harus bekerja sehingga ia mampu memenuhi

BAB KOMPENSASI UNTUK MANAJEMEN. kelangsungan hidupnya. Karena itu manusia harus bekerja sehingga ia mampu memenuhi BAB KOMPENSASI UNTUK MANAJEMEN Manusia dilahirkan di dunia untuk meneliti kehidupan dan senantiasa mengupayakan kelangsungan hidupnya. Karena itu manusia harus bekerja sehingga ia mampu memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, banyak perusahaan yang telah menetapkan pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan swasta maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu organisasi atau perusahaan, baik swasta nasional maupun swasta asing berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri sebelumnya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia SDM dapat juga disebut sebagai personil. Tenaga kerja, pekerja, karyawan, potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi

Lebih terperinci

b. Aspek-Aspek Loyalitas Aspek-Aspek loyalitas menurut Saydam ( 2000 ) adalah sebagai berikut : 1) ketaatan atau kepatuhan ;

b. Aspek-Aspek Loyalitas Aspek-Aspek loyalitas menurut Saydam ( 2000 ) adalah sebagai berikut : 1) ketaatan atau kepatuhan ; BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Loyalitas Kerja a. Pengertian Loyalitas Kerja Hasibuan (2005), mengemukakan bahwa loyalitas atau kesetiaan merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan atau organisasi di Indonesia semakin lama semakin pesat, terutama pada era globalisasi saat ini. Hal ini menuntut setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999). BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2010:10), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu atau seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang di organisir dan di jalankan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang di organisir dan di jalankan untuk 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu lembaga yang di organisir dan di jalankan untuk menyediakan barang dan jasa agar dapat melayani permintaan konsumen akan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perusahaan tidak hanya mengharapkan sumber daya manusia yang cakap dan terampil, tetapi lebih penting lagi, perusahaan mengharapkan karyawannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan dunia tempat sekumpulan individu dalam melakukan suatu aktivitas kerja, baik di dalam perusahaan maupun organisasi. Masyarakat menyadari

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N 1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap lembaga pemerintah didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagi Lembaga Pemerintah yang berorientasi sosial, tujuan utamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi atau perusahaan dituntut untuk dapat. organisasi. Karyawan merupakan asset utama organisasi dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi atau perusahaan dituntut untuk dapat. organisasi. Karyawan merupakan asset utama organisasi dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap organisasi atau perusahaan dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber daya manusia dan bagaimana sumber daya manusia dikelola. Pengelolaan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ekonomi yang terus mengalami perubahan, maka

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ekonomi yang terus mengalami perubahan, maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan ekonomi yang terus mengalami perubahan, maka setiap perusahaan yang ada dituntut untuk selalu siap menghadapi tantangan dan persaingan. Tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumber daya Manusia merupakan bagian dari manajemen umum yang memfokuskan diri pada unsur sumberdaya manusia. Perhatian ini mencakup fungsi

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SUMBER DAYA MANUSIA SESI: V HRM COMPENSATION. Kompensasi Insentif Bagi Hasil

PSIKOLOGI SUMBER DAYA MANUSIA SESI: V HRM COMPENSATION. Kompensasi Insentif Bagi Hasil SESI: V HRM COMPENSATION Kompensasi Insentif Bagi Hasil SESI: V HRM COMPENSATION KOMPENSASI A. PENGERTIAN KOMPENSASI Drs. Malayu Hasibuan (2006:118) mengemukakan bahwa Kompensasi adalah semua pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang sangat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam berjalannya suatu perusahaan untuk mencapai visi, misi, strategi serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis pada era globalisasi ini, demikian pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis pada era globalisasi ini, demikian pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada era globalisasi ini, demikian pesat terjadi. Salah satu cara untuk mencapai pengelolaan sumber daya yang efektif, efisien dan produktif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa 2.1 Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa faktor-faktor intrinsik terkait dengan kepuasan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan sistem dan kegiatan manusia yang bekerja sama.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan sistem dan kegiatan manusia yang bekerja sama. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Organisasi merupakan sistem dan kegiatan manusia yang bekerja sama. Sejalan dengan itu, organisasi dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta kerangka berfikir.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta kerangka berfikir. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta kerangka berfikir. A. Latar Belakang Masalah Setiap

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. fisik dan motivasi terhadap kepuasan kerja, maka dapat ditarik kesimpulan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. fisik dan motivasi terhadap kepuasan kerja, maka dapat ditarik kesimpulan BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap karyawan PT. Jasa Marga untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja non fisik dan motivasi terhadap kepuasan kerja, maka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan sering dijumpai kendala-kendala yang

PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan sering dijumpai kendala-kendala yang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan sering dijumpai kendala-kendala yang dapat mempengaruhi kelancaran aktivitas kerja. Diantaranya dapat berupa sistem, prosedur atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu rangkaian sistem yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu rangkaian sistem yang terdiri dari beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan suatu rangkaian sistem yang terdiri dari beberapa sub sistem yang memiliki hubungan struktural dan fungsional. Dalam hal ini organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mampu meningkatkan kinerja sumber daya manusia. Dan dapat memajukan. perusahaan sehingga tujuan perusahaan bisa tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mampu meningkatkan kinerja sumber daya manusia. Dan dapat memajukan. perusahaan sehingga tujuan perusahaan bisa tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia adalah kunci keberhasilan perusahaan.begitu pentingnya sumber daya manusia untuk mendukung kesuksesan, maka permasalahan terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kompensasi memiliki defenisi yang beragam oleh parah pakar. Hasibuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kompensasi memiliki defenisi yang beragam oleh parah pakar. Hasibuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Kompensasi Kompensasi memiliki defenisi yang beragam oleh parah pakar. Hasibuan (2012:118) menyatakan Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara.. 15 BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara.. 15 BAB I PENDAHULUAN DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi.. 15 Gambar 3.1 Unsur Sitem Kearsipan Fakultas Ekonomi... 36 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan suatu

Lebih terperinci

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun 2 Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun 2004 2005 Oleh : Rifki NIM K7499092 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana dimaklumi bahwa perkembangan teknologi dan globalisasi sangat mempengaruhi dalam setiap kegiatan dunia usaha saat ini. Hal ini menyebabkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Sebelum kita lebih jauh mengupas masalah kompensasi dan motivasi, ada perlunya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori keadilan (equity theory) Penelitian ini berpatokan pada teori keadilan yang dikembangkan oleh Adams pada tahun 1963.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku dan mempengaruhi kinerja. Namun demikian banyak

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku dan mempengaruhi kinerja. Namun demikian banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kompensasi berpotensi sebagai salah satu sarana terpenting dalam membentuk perilaku dan mempengaruhi kinerja. Namun demikian banyak perusahaan mengabaikan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua perusahaan memerlukan apa yang berkaitan dengan usaha-usaha. untuk mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Semua perusahaan memerlukan apa yang berkaitan dengan usaha-usaha. untuk mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi era perdagangan bebas (globalisasi), persaingan antar perusahaan lokal, nasional, maupun internasional semakin meningkat, sehingga diperlukan

Lebih terperinci