BAB IV. Perkembangan Aktivitas Masyarakat di Sekitar Stasiun Padalarang. umum Kecamatan Padalarang 2) Gambaran perkembangan dan pengelolaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. Perkembangan Aktivitas Masyarakat di Sekitar Stasiun Padalarang. umum Kecamatan Padalarang 2) Gambaran perkembangan dan pengelolaan"

Transkripsi

1 BAB IV Perkembangan Aktivitas Masyarakat di Sekitar Stasiun Padalarang Uraian dalam bab ini terdiri dari beberapa sub judul yaitu : 1) Gambaran umum Kecamatan Padalarang 2) Gambaran perkembangan dan pengelolaan Stasiun Kereta Api Padalarang, dan 3) Dampak keberadaan Stasiun Padalarang terhadap masyarakat Padalarang dari segi sosial dan ekonominya. Setiap sub judul tersebut kemudian dijabarkan kembali dalam beberapa bagian sehingga menjadi pemaparan yang menyeluruh. Pembahasan yang pertama akan menguraikan mengenai gambaran umum Kecamatan Padalarang dengan memaparkan kondisi geografis dan demografis kecamatan tersebut. Uraian mengenai keadaan geografis mengemukakan mengenai letak geografis, batas wilayah, luas wilayah, serta halhal lainnya yang termasuk dalam kondisi geografis Kecamatan Padalarang. Uraian mengenai keadaan demografis memaparkan mengenai masalah kependudukan yang meliputi aspekaspek pendidikan, mata pencaharian, kesejahteraan sosial, dan lainnya. Peneliti mengkaji mengenai gambaran umum Kecamatan Padalarang untuk memberikan gambaran mengenai kondisi masyarakat Padalarang dilihat dari segi ekonomi dan sosial pada tahun Pembahasan kedua, menguraikan tentang pengelolaan Stasiun Padalarang. Pembahasan mengenai pengaruh keberadaan Stasiun terhadap masyarakat Padalarang sekitar tahun dengan memperhatikan beberapa aspek seperti Struktur Organisasi perusahaan di Stasiun Padalarang, pelayanan terhadap 53

2 masyarakat, keterlibatan pemerintah, kebijakan Stasiun terhadap para pedagang (baik pedagang tinggal maupun asongan), pengemis, tukang ojeg, para pengamen yang ada hubungannya dengan Stasiun Padalarang. Pembahasan ketiga adalah mengenai dampak keberadaan Stasiun Padalarang terhadap kondisi sosialekonomi masyarakat Padalarang tahun Uraian yang terdapat dalam pembahasan ini adalah mengenai tingkat penjualan tiket/ karcis kereta api ekonomi, pendapatan pekerja Stasiun, para pedagang yang berjualan di Stasiun dan sekitarnya, tukang ojeg, para pengemis, dan para pengamen yang mendapatkan penghasilan dari kereta ekonomi dan Stasiun Padalarang yang kemudian berkaitan dengan kondisi sosialekonomi. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Padalarang Keadaan Geografis dan administratif Pembahasan mengenai keadaan geografis Kecamatan Padalarang dikembangkan untuk mengetahui kaitan antara kondisi geografi dengan keberadaan Stasiun Padalarang serta dampaknya terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Padalarang. Sebagai pengantar, peneliti akan mengemukakan terlebih dahulu mengenai kondisi administratif Kabupaten Bandung Barat (KBB). KBB merupakan Kabupaten yang baru saja berdiri pada tahun 2007, Kabupaten ini pada awalnya merupakan bagian dari kabupaten Bandung, akan tetapi karena adanya pemekaran maka berpisahlah menjadi KBB. 54

3 Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bandung Barat Sumber : BPS Bandung Barat dalam Angka Tahun 2008 Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Bandung Barat yaitu 1.305,77 KM², terletak antara 60º 41 s/d 70º 19 lintang Selatan dan 107º 22 s/d 108º 05 Bujur Timur. Mempunyai ratarata ketinggian 110 M dan Maksimum M dari permukaan laut. Kemiringan wilayah yang bervariasi antara 0 8%, 8 15% hingga diatas 45%, dengan batas wilayah sebagai berikut. 1. Sebelah Barat : berbatasan dengan kabupaten Cianjur 2. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang. 3. Selebah Timur : berbatasan dengan Kabupaten bandung dan Kota Cimahi. 4. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Selatan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur. 55

4 Jumlah penduduk KBB sebanyak jiwa dengan proporsi berdasarkan jenis kelamin terdiri dari lakilaki jiwa dan perempuan jiwa. penyebaran penduduk tidak merata terpadat ada di Kecamatan Ngamprah sedangkan terendah adalah Kecamatan Gununghalu. Jumlah angkatan kerja KBB mencapai jiwa dan terbagi dalam beberapa jenis mata pencaharian seperti di sektor pertanian dan buruh tani dengan prosentase tertinggi mencapai %. Sektor Industri l6,53 %, sektor Perdagangan l5,51%, sektor jasa 9,51 % dan yang lainnya %. Dari sisi pola penyebaran,penduduk Kecamatan Ngamprah merupakan Kecamatan yang relatif padat dibandingkan dengan kecamatan lainnya di wilayah KBB dengan tingkat kepadatannya dalah Kecamatan gunung halu dengan tingkat kepadatan hanya mencapai 450,42. Cakupan wilayah KBB, meliputi 15 (lima belas) Kecamatan yang terdiri dari : Padalarang, Cikalongwetan, Cililin, Parongpong, Cipatat, Cisarua, Batujajar, Ngamprah, Gununghalu, Cipongkor, Cipeundeuy, Lembang, Sindangkerta, Cihampelas dan Rongga, kemudian yang menjadi kota dari Kabupaten Bandung Barat adalah kecamatan Padalarang. Untuk lebih jelasnya berikut peta Kecamatan Padalarang; 56

5 Gambar 4.2 Peta Kecamatan Padalarang 57

6 Pembahasan tentang keadaan geografis Kecamatan Padalarang dikembangkan untuk mengetahui kaitan antara kondisi geografi dengan keberadaan Stasiun Padalarang serta dampaknya terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Padalarang. Kecamatan Padalarang pada awalnya merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung, akan tetapi setelah ada pemekaran pada tahun 2006 maka wilayah Kecamatan Padalarang menjadi wilayah dari KBB dan Kecamatan Padalarang pun dijadikan sebagai pusat kota dari KBB. Jika dilihat dari tinggi pusat pemerintahannya, wilayah Kecamatan Padalarang terletak di 700 m permukaan laut, kemudian memiliki suhu maksimum 24 C dan 15 C. Jarak pusat pemerintahan wilayah Kecamatan Padalarang dengan desa yang terjauh sekitar 6 km 15 jam dan jarak wilayah Kecamatan Padalarang dengan ibukota propinsi sekitar 20 km 45 jam. Dilihat dari curah hujannya, Kecamatan Padalarang memiliki curah hujan yang terbanyak sekitar 52 hari dan banyaknya curah hujan 694 mm/t. Kemudian dilihat dari pemerintahannya, Kecamatan Padalarang memiliki luas tanah 4000, memiliki luas bangunan sekitar , dibangun pada tahun 2007 dengan sumber dana dari APBN sebesar Rp ,. Prasarana atau sarana pengangkutan serta komunikasi kecamatan Padalarang terdiri dari sebagai berikut: a. lalulintas melalui darat di kecamatan : 96 % Lalulintas melalui air/sungai/laut : 4 % b. Apabila melalui air/laut/sungai, jumlah dermaga : 1 buah 58

7 c. Lalulintas darat melalui: Jalan aspal : 15 km Jalan diperkeras : 30 km Jalan tanah : 12,5 km d. Sarana umum yang dapat digunakan oleh penduduk kecamatan Motor air : 39 buah Sepeda/ojek : 164 buah Delman : 200 buah Kereta api : 1 rangkaian Jumlah : 404 buah Melihat letak Kecamatan Padalarang yang dilalui oleh jalan raya dan berada di pusat kota KBB mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Kondisi ini didukung pula oleh sarana transportasi yang cukup memadai selain karena daerahnya yang mudah dijangkau dari berbagai arah. Alat transportasi utama antar wilayah atau daerah yang paling diminati oleh masyarakatnya adalah kereta api. Secara tidak langsung, tersedianya sarana transportasi tersebut berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan masyarakat dan dapat meningkatkan mobilitas kehidupan masyarakat Padalarang. Penduduk Padalarang dapat dengan mudah memperoleh pengaruh dari luar dan dapat meningkatkan aktivitas yng lebih kompleks dari masyarakatnya ke luar daerah. 59

8 4.1.2 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Keadaan Penduduk Keadaan demografis merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam perkembangan suatu wilayah selain kondisi geografis. Penduduk dalam jumlah yang besar dapat menjadi sumber penggerak pembangunan, namun dapat pula menjadi masalah dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan. Banyaknya penduduk Kecamatan Padalarang menjadi salah satu pendukung berkembangnya Stasiun Padalarang, walaupun sebenarnya tidak hanya Kecamatan Padalarang saja tetapi kecamatan lain pun yang ada di kawasan KBB itu sangat mempengaruhi. Hal tersebut terjadi karena banyak dari mereka yang terlibat dalam Stasiun tersebut baik sebagai pekerja ataupun sebagai penumpang kereta api. Adapun perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Padalarang sebagai berikut: Tahun Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Padalarang Lakilaki Penduduk Perempuan Jumlah Jiwa Sumber: Diolah dari Data BPS Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. ( ). Kabupaten Bandung dalam Angka dan kabupaten Bandung 60

9 Barat dalam Angka. Soreang : Kantor Statistik Kabupaten Bandung dan Cimareme : Kantor Statistik Kabupaten Bandung Barat. Keterangan: tidak ada data. Berdasarkan data penduduk pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Padalarang mengalami peningkatan setiap tahun. Peningkatan tersebut diakibatkan angka kelahiran yang tinggi dan migrasi penduduk ke Kecamatan Padalarang sejalan dengan berkembangnya Stasiun Padalarang seperti adanya kereta api ke Jawa dari Padalarang telah mendatangkan banyak orang Jawa yang migrasi ke daerah KBB, yang salah satunya adalah kecamatan Padalarang. Pada tahun 2000 terjadi kenaikan jumlah penduduk yang cukup signifikan di Kecamatan Padalarang dengan laju pertumbuhan mencapai 4,8% dari tahun sebelumnya, yang salah satunya disebabkan oleh mulai meningkatnya masyarakat pendatang baik dari luar Kecamatan, luar Kabupaten bahkan luar daerah Jawa Barat, misalnya seperti masyarakat Jawa Tengah yang berdatangan dengan menggunakan kereta api. Selanjutnya, pada tahun 2002 jumlah penduduk Kecamatan Padalarang mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu mencapai 1,6% dari tahun sebelumnya. Begitu juga pada tahun 2003, 2004, 2005,2006, dan 2007 jumlah penduduk Kecamatan Padalarang telah mengalami peningkatn sekitar1% 2% dari sebelumnya. Puncaknya pada tahun 2008, Kecamatan Padalarang mengalami kenaikan yang sangat pesat dikarenakan Kecamatan Padalarang dijadikan sebagai kota kabupaten Bandung Barat yang baru saja dimekarkan dari Kabupaten Bandung. Dengan dijadikannya Kecamatan Padalarang sebagai kota KBB itu telah mengundang banyak warga dari luar KBB 61

10 untuk mengisi pemerintahan yang baru didirikan, oleh karena itu dengan semakin bertambahnya penduduk di Kecamatan Padalarang maka semakin tinggi pula kebutuhan alat transportasi dan kebutuhan ekonomi. Kondisi ini dikarenakan kecamatan Padalarang berkembang menjadi suatu daerah perkotaan, yang membuat warga dari luar tertarik untuk pindah ke kecamatan Padalarang. Selain itu juga banyak dari luar warga Padalarang yang mendapat pekerjaan sebagai PNS di KBB yang mengharuskan mereka untuk tinggal di Kecamatan Padalarang dikarenakan jarak rumah sebelumnya itu jauh dengan tempat kerja di Padalarang. Penambahan penduduk di Kecamatan Padalarang tersebut terjadi secara signifikan dari tahun Dengan adanya pertambahan penduduk tersebut menyebabkan peningkatkanan juga terhadap jumlah penumpang kereta api di Stasiun Padalarang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kecamatan Padalarang, dapat diketahui bahwa pada tahun , komposisi penduduk di Kecamatan Padalarang sebagian besar ternasuk kedalam angkatan kerja produktif dan sebagian kecil adalah penduduk tidak produktif seperti anakanak dan lanjut usia (lansia). Perbandingan jumlah penduduk wanita dan lakilaki tidak jauh berbeda, namun secara kuantitatif jumlah penduduk lakilaki lebih banyak dibandingkan perempuan. Di lain pihak, tingginya jumlah penduduk menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah dalam hal penyediaan lahan pemukiman, lembaga pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja di Kecamatan Padalarang. Masyarakat di Kecamatan Padalarang merupakan sumber daya manusia yang harus dioptimalkan 62

11 untuk perkembangan daerahnya. Masalah lapangan kerja inilah yang menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan banyaknya para pedagang di stasiun kereta api padalarang, tukang ojek di sekitar Stasiun Padalarang, dan tukang pikul serta pekerjaan lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Bandung dan BPS Padalarang bahwa pada tahun 1998 jumlah tenaga kerja yang di PHK mencapai orang yang terdiri dari orang lakilaki dan 317 orang. Pada saat itu jumlah penduduk masyarakat Padalarang sekitar orang dan itu berarti bahwa sekitar 2.17 % orang yang menganggur dan tidak punya pekerjaan di tambah lagi dengan pengangguran murni sebanyak orang, jadi total masyarakat yang tidak punya pekerjaan itu sekitar orang. Kemudian untuk kepala rumah tangga itu terdiri dari orang. Dari data tersebut kita bisa memperhitungkan bahwa dari orang kepala rumah tangga itu sekitar orang tidak memiliki pekerjaan, hal tersebut menyebabkan orang orang tersebut untuk mencari jalan keluar supaya bisa mendapatkan penghasilan. Yang menjadi alternatif mereka untuk mendapatkan penghasilan yaitu diantaranya ada yang menjadi tukang ojek, membuka usaha sendiri, menjadi pedagang, menjadi pedagang asongan, menjadi pengamen dan bahkan ada yang menjadi pengemis Mata Pencaharian Eksistensinya Stasiun Padalarang telah mengakibatkan banyak orang yang asalnya pengangguran dan mengalami PHK mempunyai penghasilan kembali dengan cara menjadi pedagang di Stasiun kereta api, menjadi pedagang asongan 63

12 di kereta ekonomi, menjadi tukang ojeg di sekitar Stasiun Padalarang, menjadi pengamen di kereta api ekonomi dan bahkan menjadi pengemis di kereta api. Dari hal tersebut bisa diketahui bahwa keberadaan Stasiun Padalarang bisa memberikan mata pencaharian terhadap masyarakat Padalarang yang menganggur dan yang kena PHK, baik itu mata pencaharian yang sifatnya lebih baik maupun pekerjaan yang sifatnya kurang baik. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Padalarang memiliki mata pencaharian sebagai buruh pabrik/industri sekitar 26,03 %, dan sisanya terdiri dari petani, buruh tani, pegawai kehutanan, pegawai perkebunan, PNS, pengrajin, pedagang, peternak, tukang ojek, montir, Dokter, industri rumah tangga, TNI/POLRI, dan jasa. Untuk lebih jelasnya, presentase mata pencaharian penduduk Padalarang dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2 Presentase Mata Pencaharian Kecamatan Padalarang Tahun Mata Pencaharian Tahun pertanian 6,05% 7,02% 6,8% 6,04% 8,38% Industri/ buruh pabrik 64,6% 58,14% 56,9% 58,03% 33,31% perdagangan 6,01% 5,57% 6,92% 8,12% 19,22% jasa 4,04% 4,13% 4,13% 4,64% 13,31% Lapangan lainnya 19,3 % 25,14% 25,25% 23,17% 25,78% Sumber: Diolah dari data monografi kecamatan Padalarang dan BPS Kabupaten Bandung Barat. (1998, 2000, 2003, 2005, dan 2008). Kabupaten Bandung Barat dalam Angka. Bandung Barat: Kantor Statistik Kabupaten Bandung Barat. Dari tabel ditas bisa dilihat bahwa mata pencaharian terbesar dari masyarakat Padalarang itu adalah buruh pabrik atau pekerja di bidang industri karena memang kawasan industri di Padalarang itu sangat banyak, diantaranya: 64

13 1. perusahaan tekstil (PT. Jamafak, PT. Tahtong, PT. Medion, PT. Ateja dsb). 2. perusahaan susu (PT.Ultrajaya). 3. perusahaan obat (PT. Combhipar). 4. perusahaan makanan dan minuman (PT.Indofood, PT. Sosro dsb). 5. dan perusahaan lainnya. Jika dilihat dari tabel diatas bisa dilihat bahwa data tahun ke tahun buruh pabrik atau pegawai di bidang industri mengalami penurunan, hal tersebut dikarenakan banyak pekerja yang kena PHK. Sedangkan mata pencaharian lain itu mengalami peningkatan terutama di bidang perdagangan. Para pekerja yang kena PHK tersebut mencoba lagi untuk mendapatkan penghasilan dengan cara lain, diantaranya dengan cara berjualan di Stasiun Padalarang, menjadi tukang ojeg, menjadi pedagang di pasar, membuka warung dirumahnya, dan sebagainya. Seperti yang tercantum dalam tabel diatas digambarkan bahwa dalam bidang perdagangan, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan terutama pada tahun 2008, selain itu pada lapangan yang lainnya juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahunnya Tingkat Pendidikan Perkembangan suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh jumlah penduduk dan mata pencaharian yang ada tetapi juga oleh bidang pendidikan yang ada. Tingkat pendidikan suatu daerah sangat berpengaruh terhadap perkembangan daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena pembangunan di suatu daerah banyak 65

14 ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari tingkat pendidikan yang dimiliki. Dengan pendidikan manusia mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia agar lebih mengetahui dan mendalami segala aspek kehidupan sehingga akan menunjang pembangunan (Soekanto, 2005: 10). Selain itu, pendidikan memegang peranan penting karena tinggi rendahnya tingkat pendidikan suatu bangsa akan mencerminkan kualitas bangsa itu sendiri. Oleh karena itu pendidikan sampai taraf tertentu, hingga saat ini disadari menjadi satu kebutuhan dasar (basic need) setiap manusia (Badan Pusat Statistik kabupaten Bandung, 1998:37). Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Padalarang tidak terlepas dari gambaran umum pendidikan di tingkat Kabupaten Bandung yang kemudian berubah menjadi KBB. Keadaan pendidikan di Kecamatan Padalarang antara lain tercermin dari keberadaan berbagai jenis dan tingkatan sekolah. Jumlah sekolah dan murid menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Bandung dan KBB dari tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.3 Perkembangan Jumlah Sekolah dan Murid di Kecamatan Padalarang Tahun Tahun Tingkat SD Tingkat SMP Tingkat SMA Unit Sekolah Jumlah Murid Unit Sekolah Jumlah Murid Unit Sekolah Jumlah Murid

15 Sumber: Diolah dari Data BPS Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. ( ). Kabupaten Bandung Dalam Angka dan Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka. Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat: Kantor Statistik Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan tabel 4.6 menurut data BPS diatas, jumlah murid SD, SMP dan SMU tahun 1999 di Kecamatan Padalarang mengalami peningkatan yang sebagaimana yang terjadi di tingkat Kabupaten Bandung, walaupun jumlah sekolahnya tetap sama. Pada tahun 2000, jumlah sekolah tidak mengalami peningkatan dan jumlah murid tingkat SD mengalami peningkatan, akan tetapi jumlah murid SMP dan SMU mengalami penurunan. Selanjutnya terjadi kenaikan jumlah murid pada tahun 2001, baik di tingkat SD maupun SMP, akan tetapi tingkat SMU masih mengalami penurunan. Selanjutnya, pada tahun 2001 jumlah sekolah SD, SMP dan SMU masih tetap sama. Kemudian, dilihat dari jumlah murid SD dan SMP mengalami peningkatan, akan tetapi jumlah murid SMA mengalami penurunan. Selanjutnya, pada tahun 2002 jumlah sekolah SD, SMP dan SMA masih tetap sama dan jumlah murid pada tingkat SD tidak mengalami penurunan atau kenaikan, pada tingkat SMP mengalami kenaikan dan pada tingkat SMA mengalami penurunan. Selanjutnya, pada tahun 2002 jumlah sekolah SD, SMP dan SMA masih tetap sama dan jumlah murid pada tingkat SD masih tetap sama dengan tahun sebelumnya, jumlah murid dari tingkat SMP mengalami penurunan dan jumlah murid pada tingkat SMA mengalami peningkatan. Selanjutnya pada tahun 2003, jumlah sekolah SD mengalami penurunan dan 67

16 jumlah muridnya masih tetap sama, kemudian jumlah sekolah SMP masih tetap sama dengan tahun sebelumnya begitu juga dengan jumlah muridnya, dan pada tingkat SMA, jumlah sekolah masih tetap sama dengan tahun sebelumnya tetapi jumlah muridnya mengalmi peningkatan. Selanjutnya pada tahun 2004, 2005, dan 2006 jumlah Sekolah yang dimiliki kecamatan Padalarang tetap sama dengan sebelumnya, akan tetapi jumlah muridnya mengalami penurunan dan peningkatan tetapi tidak terlalu signifikan atau hanya terjadi perubahan sedikit saja. Selanjutnya pada tahun 2007, jumlah sekolah SD mengalami penambahan dan jumlah muridnya juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan sebelumnya, kemudian pada tingkat SMP jumlah sekolah mengalami penambahan begitu juga dengan jumlah muridnya mengalami kenaikan, dan pada tingkat SMA jumlah sekolahnya tetap sama dengan tahun sebelumnya akan tetapi jumlah muridnya mengalami penurunan. Selanjutnya pada tahun 2008, jumlah sekolah di tingkat SD mengalami penambahan sebanyak 6 sekolah, begitu juga dengan jumlah muridnya mengalami penambahan yang cukup signifikan. Selanjutnya pada tingkat SMP, jumlah sekolahnya mengalami penambahan sebanyak 1 kelas, akan tetapi jumlah muridnya mengalami sedikit pengurangan, dan pada tingkat SMU, jumlah sekolahnya mengalami penambahan sebanyak 7 sekolah dengan jumlah muridnya juga sama mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data dari BPS diatas, pada kurun waktu sebagian besar Kecamatan Padalarang sudah mampu mengenyam pendidikan minimal sampai jenjang pendidikan sekolah dasar (SD). Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lembaga pendidikan yang didirikan pemerintah terutama sekolah 68

17 sekolah untuk tingkat pendidikan dasar. Pada awalnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih kurang, hal ini terlihat dari masih sedikitnya jumlah lembaga pendidikan untuk tingkat SMP atau SMA, dimana jumlah yang ada berbeda jauh dengan jumlah SD. Akan tetapi lamakelamaan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan itu semakin meningkat itu bisa dilhat dari jumlah sekolah SMP dan SMA yang bertambah terutama setelah Padalarang menjadi bagian dari kota KBB dan hal tersebut juga bisa dilihat dari adanya penambahan muridnya walaupun masih ada penurunan tapi penurunannya tidak terlalu banyak. Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pendidikan itu disebabkan karena di Kecamatan Padalarang itu merrupakan daerah yang industrinya cukup banyak yang apabila masyarakat Padalarang tersebut ingin mendapatkan pekerjaan di industri tersebut maka harus menyekolahkan anaknya minimal sampai SMP atau SMA. Selain itu juga, kecamatan Padalarang sudah berkembang menjadi daerah yang cukup maju, hal tersebut bisa dilihat dari adanya penambahan sekolah baik dari tingkat SD, SMP, maupun SMA dan bahkan mulai adanya Perguruan tinggi kelas jauh STKIP dan Kebidanan. Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh mayoritas penduduk Kecamatan Padalarang sangat mempengaruhi kesempatan kerja yang akan dimasuki mereka. Mengingat jenjang pendidikan yang banyak ditempuh oleh masyarakat adalah SMP dan SMA, maka kesempatan kerjapun kebanyakan pada pekerjaan dibidang industri atau pekerja pabrik. Adapun minoritas yang sekolahnya hanya sampai SD, mereka itu memiliki pekerjaan yang tidak mengharuskan memiliki pendidikan formal seperti jadi buruh tani, tukang pikul, pedagang asongan, tukang 69

18 ojeg, dan sebagainya sesuai dengan keahlian yang didapat dari pendidikan nonformalnya Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Padalarang Kehidupan sosialekonomi masyarakat Kecamatan Padalarang, akan peneliti bahas disini untuk melihat keterkaitannya dengan kesempatan bagi masyarakatnya untuk mengembangkan kemampuan dan potensi dirinya dalam sektor publik. Keberadaan Stasiun Padalarang telah mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Mayoritas penduduk Kecamatan Padalarang sangat berkaitan sekali dengan Stasiun Padalarang, dikarenakan keberadaan Stasiun tersebut telah berpengaruh pada kehidupan mereka baik dari segi pemanfaatan alat transportasi yang murah dan cepat, sebagai tempat mencari penghasilan dan sebagai tempat bekerja. Selain itu, dikatakan pula bahwa hubungan yang terjalin dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dalam suasana saling mempengaruhi akibat kemudahan akses alat transportasi kereta api di Padalarang. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Padalarang pada tahun 1998 cukup kompleks, ada yang merasakan kondisi ekonomi yang terpuruk, ada yang masih tetap stabil, ada yang merasa biasabiasa saja, dan ada yang merasa paspasan. Menurut hasil wawancara peneliti kepada beberapa orang narasumber yang terdiri dari berbagai klasifikasi pekerjaan, penduduk Kecamatan Padalarang pada umumnya mengalami kemunduran ekonomi pada tahun 1998 jika dibandingkan dengan ekonomi sebelumnya, walaupun ada juga minoritas yang tidak mengalaminya. Masyarakat yang merasa dirugikan akibat krisis moneter 70

19 tersebut berasal dari kalangan buruh pabrik/buruh industri, mata pencaharian tersebut merupakan mayoritas mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat Padalarang. Hal tersebut terjadi dikarenakan pada tahun 1998 terjadi PHK besarbesaran dari berbagai perusahaan indurtri yang ada di Padalarang, dalam BPS Kabupaten Bandung tercatat bahwa penduduk kecamatan Padalarang yang terkena PHK tersebut mencapai orang. Setelah terjadi PHK besarbesaran tersebut banyak dari mereka yang mengais penghasilan dari berbagai macam seperti membuka industri rumahan (membuat baju payetan untuk dikirim ke kota Bandung, Jakarta dan Surabaya), yang dimana mereka tersebut untuk mengirim dan menjual ataupun membeli bahan dasarnya menggunakan alat transportasi kereta yang ongkosnya terhitung lebih murah, kemudian ada yang menjadi tukang ojek (ada yang disekitar rumahnya dan banyak juga yang mangkal di sekitar Stasiun Padalarang dan Pasar Curug Agung yang terletak di belakang Stasiun Padalarang), ada yang menjadi pedagang roda di Stasiun Padalarang, ada yang menjadi pedagang asongan dan ada juga yang pengamen di dalam kereta api kelas ekonomi. Selain dari mata pencaharian di bidang industri, yang mendapat pengaruh dari Stasiun Padalarang adalah mereka yang memang bekerja di Stasiun Padalarang, hal tersebut terjadi karena 95 persen yang bekerja di Stasiun Padalarang tersebut merupakan penduduk Padalarang sendiri, bahkan yang menjadi pedagang kios di Stasiun tersebut kebanyakan merupakan pensiunan dari pegawai perusahaan kereta api tersebut. Kemudian, setelah Stasiun Padalarang mengalami perkembangan yang cukup pesat, maka tingkat mobilitas penduduk 71

20 masyarakat Padalarang semakin meningkat. Dilihat dari pedagang pasar yang berdekatan dengan Stasiun Padalarang, para pedagang tersebut merasa dipengaruhi dengan adanya Stasiun Padalarang dikarenakan dengan adanya Stasiun tersebut makin meramaikan dan meningkatkan penghasilan mereka, baik dari masyarakat Padalarang maupun dari masyarakat luar Padalarang dan bahkan dari luar KBB seperti daerah Cijambe, Ciranjang yang merupakan wilayah Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Purwakarta. Terjadinya interaksi tersebut dikarenakan adanya jalur kereta api antara satu sama lain. Selain itu, dengan berkembangnya Stasiun Padalarang telah mengakibatkan adanya peningkatan dalam jumlah penduduk di Kecamatan Padalarang, hal tersebut bisa dilihat dari tanah PJKA atau tanah yang merupakan milik perusahaan kereta api di Padalarang sudah dipenuhi dengan rumah warga. Warga tersebut berasal dari Kecamatan Padalarang, luar Kecamatan Padalarang, luar daerah Kabupaten Bandung Barat, dan bahkan luar dari Jawa Barat seperti dari Jawa Tengah (Solo, Kebumen dan Madiun). Masyarakat luar Jawa Barat seperti masyarakat yang berasal dari Jawa Tengah tersebut bisa berinteraksi dan bahkan tinggal di Padalarang itu diakibatkan karena adanya kereta api jurusan Padalarang Kahuripan yang merupakan kereta api jarak jauh kelas ekonomi, yang secara ongkos atau tiketnya tersebut terhitung relatif murah. Dilihat dari penjelasan diatas, bisa dikatakan bahwa keberadaan Stasiun Padalarang cukup mempengaruhi masyarakat Padalarang baik secara posistif maupun negatif. Dari segi positifnya, dengan adanya Stasiun tersebut telah memudahkan masyarakat untuk melakukan interaksi dengan masyarakat dari 72

21 daerah luar, mendapatkan kemudahan dalam bepergian baik di daerah sebandung Raya maupun ke luar kota dengan ongkos yang cukup terjangkau. Dari segi negatifnya, makin padatnya wilayah Kecamatan Padalarang dan makin bertambah penduduknya juga telah mengakibatkan semakin sempitnya lapangan pekerjaan, harga tanah di Kecamatan Padalarang semakin meningkat, para penumpang yang biasa menggunakan transportasi kereta api harus rela berdesakdesakan dan mengalami kecopetan jika kereta api tersebut dalam keadaan penuh, dan bertambahnya masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pengemis maupun pengamen yang merupakan pekerjaan yang kurang dihargai dikalangan masyarakat umum. Kemudian, selain itu juga dengan adanya KRD ekonomi kedaerah sekitar Bandung Raya telah membantu masyarakat dalam berbagai hal, misalnya membantu mempermudah perjalanan para pekerja yang berlangganan naik kereta api, membantu anak sekolah yang bersekolah sekitar kota Cimahi dan Kota Bandung yang berlangganan kereta api, membantu masyarakat pedagang Padalarang yang menjual barang dagangannya ke daerah kota Bandung, seperti hasil produksi rumah tangga masyarakat Padalarang yaitu produksi payetan burkat, baju dan kerudung, mempermudah para penumpang biasa untuk bepergian ke wilayah kota Bandung baik untuk jalanjalan, berbelanja maupun berekreasi, mengirit pengeluaran ongkos para penumpang karena ongkos yang dikeluarkan ke wilayah kota Bandung dan sekitarnya tersebut hanya sebesar Rp.1000 rupiah saja sedangkan jika naik angkutan kota ataupun bis kota itu sebesar Rp.4500 rupiah sampai 6000 rupiah. Itu berarti bahwa perbedaan antara ongkos alat transportasi 73

22 kereta api dengan ongkos angkutan roda empat cukup jauh sehingga daya tarik kereta api kelas ekonomi dari Stasiun Padalarang semakin meningkat bagi masyarakat Padalarang. Dengan adanya alat transportasi kereta api tersebut juga telah membantu Kecamatan Padalarang menjadi cukup berkembang karena masyarakatnya sering berinteraksi dngan wilayah kota Bandung, misalnya hal tersebut bisa dilihat dari aspek pendidikan. Dengan adanya alat transportasi kereta api, banyak orangtua yang menyekolahkan anaknya ataupun anaknya yang bersekolah ke daerah kota Cimahi, kota Bandung dan sekitarnya, hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih bagus. Hal tersebut juga atas pertimbangan bahwa ongkos yang dikeluarkan untuk bersekolah di Padalarang ataupun diluar Padalarang tersebut terhitung tidak jauh berbeda tetapi mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih bagus dibandingkan dengan di Padalarang sendiri, walaupun pada kenyataannya hal tersebut tidak menjadi patokan bagus tidaknya suatu Sekolah ataupun kualitas muridnya karena hal tersebut masih berdifat relatif dan tergantung pada anak yang bersekolah itu sendiri. Pada kurun waktu , Stasiun Padalarang mengalami perkembangan yang cukup signifikan, hal tersebut bisa dilihat dari adanya penambahan beberapa kereta yang dioperasikan di Padalarang terutama pada tahun Pada tahun 2008 telah dioperasikannya kereta Pattas Baraya geulis yang merupakan kebijakan pemerintah untuk mempermudah masyarakat Padalarang bepergian ke wilayah kota Bandung atas dasar semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat Padalarang dalam menggunakan kereta api. Selain 74

23 itu juga ada kereta api PadalarangKahuripan dan kereta ekonomi jurusan ke Jakarta yang mulai di operasikan dari tahun Pemaparanpemaparan di atas memberikan gambaran bahwa kehidupan sosial ekonomi masyarakat kecamatan Padalarang khususnya di sekitar Stasiun Padalarang yang semakin mengalami perkembangan dan perubahan. Meskipun kehidupan yang terjadi senantiasa mengalami pasang surut, namun hal tersebut tidak menjadi sebuah hambatan untuk terjalinnya hubungan yang baik antar masyarakatnya. Hubungan yang terjalin antar masyarakat, selain didasarkan kepada hubungan pekerjaan didasari pula oleh adanya sikap saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. 4.2 Perkembangan Stasiun Padalarang pada tahun Pada sub bab ini dibahas mengenai perkembangan Stasiun Padalarang dari tahun 1998 hingga tahun 2008 sesuai dengan periodisasi yang penulis ambil. Di sini dipaparkan mengenai latar belakang Stasiun Padalarang dijadikan suatu Stasiun kelas dua setelah Stasiun besar seperti Stasiun Bandung, yang akan meliputi penjelasan mengenai pengelolaan Stasiun Padalarang, Struktur Organisasi, mengenai kepegawaian, pembukuan, dan pendapatan dari penumpang maupun bukan penumpang, selain itu juga mengenai perkembangan penumpang kereta api di Stasiun Padalarang pada tahun dan mengenai pengaruh keberadaan Stasiun Padalarang terhadap masyarakat sekitarnya pada tahun

24 4.2.1 Pengelolaan Stasiun Kereta Api Padalarang Pengelolaan Stasiun Padalarang itu diarahkan sesuai dengan perusahaan kereta api pusat, baik dari segi operasional maupun teknis pengoperasian kereta. Hal tersebut memang sudah tercantum dalam UndangUndang RI no 13 tahun 1992 tentang Perkeretaapian. Pola pengelolaan tersebut terbagi menjadi dua pelaksanaan yaitu secara setempat dan terpusat. Pengelolaan setempat tersebut itu mengatur perjalanan kereta api PPKA dan jam langsir serta penjaga pintu. Pengelolaan terpusat tersebut merupakan pengendali utama pengoperasian kereta api di stasiun Padalarang Struktur Orgnisasi Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Kereta Api Bandung Pimpinan Operasi KADAOP Wakil Pimpinan Operasi KASIOP Bidang Sarana Kasi Sarana Bidang Pelayanan Kasi OPSAR Bidang JJR Kasi JJ Bidang HUMAS KA HUMAS Bidang Sintelis Kasi Sintelis Bidang PAM TIB Kasubsi Kamtib DAOP II Sub DAOP Daerah 76

25 Struktur Organisasi PT. Kereta Api Padalarang Kepala Stasiun Kepala Sub Urusan Oprasi Kepala Sub Urusan Pelayanan Kepala Sub Urusan Perbendaharaan PPKA PAP Petugas Materil Juru Rumah Sinyal Juru Langsir Pel. Peta Langsir Pen. Pintu Perlintasan Kondektur Penjaga Wesel Kord. Peny. Penyimpanan Karcis Petugas Loket Petugas Informal Gudang KH. KB BGS Pekarya Stasiun Portir Petugas Parkir Mandor Pemegang Buku Kas Kasir Pelaksana Akuntansi Peran Pemerintah Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa dan angkutan yang berada dibawah naungan Departemen Perhubungan, misalnya BUMN yang terdiri dari tiga macam latar belakang, yaitu: 1. PERJAN (Perusahaan Jawatan) Yaitu perusahaan yang melayani masyarakat yang melaksanakan tugas Negara. 2. PERUM (Perusahaan Umum) Yaitu perusahaan yang mandiri, disamping melayani masyarakat juga mencari keuntungan sendiri untuk membiayai dan memajukan perusahaannya. 77

26 3. PT. PERSERO (Perusahaan perseorangan) Yaitu perusahan yang mencari keuntungan yang diberi modal oleh Negara yang termasuk perhubungan darat, yaitu PERUM DAMRI dan PERUM ASDP, Yang termasuk perhubungan laut, yaitu PALNI, dan yang termasuk perhubungan udara adalah GARUDA dan MERPATI. Dari keterangan tersebut bisa digambarkan bahwa perusahan kereta api merupakan perusahaan yang merupakan milik Pemerintah, walaupun secara latar belakangnya perusahaan kereta api itu mengalami perubahan secara beruntun dari mulai sebagai Perusahaan Jawatan, sebagai Perusahaan Umum dan saat ini sebagai Perusahaan Perseorangan. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan sistem perkeretaapian, maka akan sangat mendorong peningkatan pangsa angkutan baik penumpang maupun barang melalui kereta api antara lain: 1. Angkutan barang terutama barang strategis seperti batubara, semen, pupuk, dan minyak sawit akan terbuka luas. 2. Permintaan angkutan peti kemas meningkat dengan pesat. 3. Perusahaan kereta api masih satusatunya perusahaan yang melayani jasa dalam bidang angkutan diatas rel. 4. Angkutan kereta api merupakan kegiatan usaha jasa transport yang bersifat pelayanan umum yang tahan didalam menghadapi resesi ekonomi. 5. Peluang untuk mendapatkan pinjaman dari Bank serta bantuanbantuan luar negri yang bersifat lunak juga terbuka luas. Adapun peluang pemerintah sangat menentukan bagi pengembangan angkutan kereta api, karena: 78

27 1. Adanya kebijaksanaan pemerintah atas angkutan darat terhadap barangbarang curah (semen, batubara, pupuk) serta komoditi lain yang tidak boleh diangkut melalui jalan raya, 2. Adanya peranan pemerintah didalam menjalin kerjassama antara perkeretaapian dengan perusahaan moda transportasi lain yang terkait baik didalam maupun luar negeri, 3. Dukungan pemerintah untuk menjadikan angkutan kereta api sebagai tulang punggung angkutan darat, 4. Pemerintah memberikan dukunan yang besar pada perusahaan kereta api tercermin dari semakin meningkatnya perhatian dalam rehabilitasi maupun pembangunan lintas baru. Peran pemerintah pada perusahaan kereta api itu merupakan hal yang sangat signifikan, hal tersebut bisa tercermin dari pelayanan yang diberikan pemerintah dalam melakukan rehabilitasi sarana dan prasarana Stasiun, baik yang dipusat maupun yang di daerah setempat. Selain itu juga, pemerintah mncoba untuk memberikan penambahan kereta lintas baru, memberikan persiapan yang matang untuk memberikan pelayanan angkutan pada hari raya Lebaran, memberlakukan kebijakan untuk mengatur kerapian stasiun. Hal tersebut juga sudah terlihat di Stasiun Padalarang, dimana pada tahun 2008 kemarin Stasiun Padalarang telah mendapat tambahan rangkaian kereta api pattas Baraya Geulis yang bertujuan ke kota Bandung hingga Stasiun Cicalengka. Selain itu juga, telah dibukanya pembelian tiket kereta api jarak jauh kelas ekonomi yang bertujuan ke Jakarta, Kahuripan, Kediri dan Madiun. Selain 79

28 itu, dua bulan yang lalu Stasiun Padalarang telah mendapatkan kucuran dana untuk memperbaiki sarana dan prasarana Stasiun Padalarang, yaitu adanya pengecatan seluruh bangunan stasiun padalarang, penambahan kursi tunggu, penambahan gerbong kereta api KRD pada bulan Ramadhan tahun kemarin Pendapatan dari Perusahaan Kereta Api 1. Pendapatan dari peusahaan kereta api terdiri dari 3 yaitu: a. Hasil pendapatan penjualan karcis dari penumpang. b. Hasil pendapatan penjualan kartu langganan sekolah yang merupakan pendapatan dari hasil penjualan kartu langganan khusus anak sekolah. c. Hasil pendapatan penjualan kartu trayek bulanan yang merupakan pendapatan dari hasil penjualan kartu trayek bulanan khusus untuk umum. d. Hasil pendapatan penjualan surat bagasi, yang merupakan surat pengantar yang disertai tanda bagi penumpang yang membawa barang (20 kilo keatas) serta menyisakan sehelai karcis bagi si penjual untuk memudahkan pembukuan (arsip). 2. Pendapatan dari non penumpang, yang terdiri dari: a. Sewa tanah Ialah tanah yang berada dilingkungan Perusahaan kereta api yang dibuat menjadi rumah ataupun tempat berdagang/kios dagang. b. Sewa Ruang Ialah ruang yang disewakan oleh pihak dinas perhubungan dengan kontrak tahunan. 80

29 c. Sewa gudang Ialah gudang yang berada didalam kereta api untuk menyimpan keperluan barang. d. Sewa Halaman Ialah halaman yang ada di stasiun e. Sewa buffet Ialah buffet yang disewakan didalam took yang berada di dalam stasiun kereta api. f. Sewa kios Ialah pihak ketiga yang ada di lingkugan stasiun kereta api. 3. Pendapatan lainlain Bunga deposito dan Giro ialah PT Persero kereta api menabung kepada Bank dan bunganya masuk kepada pendapatan PT Persero kereta api. Kemudian adanya penjualan asets yang merupakan barangbarang milik perusahaan, seperti: a. Peron adalah orang yang menjemput ke stasiun tetapi orang tersebut harus membeli karcis peron. b. Asongan adalah menjual bahan makanan di stasiun c. G 215 ialah pendapatan dari G 215 sebagai kwitansi resmi kwitansi penerima pendapatan. d. Pesan tempat ialah pesan tempat sebelum tujuh hari pemberangkatan dilakukan. e. Bandungan ialah berlaku untuk Detop II Semarang, yaitu penyewaan hotelhotel yang ada di Semarang. 81

30 Pembukuan 1. Pembukuan daftar harian penjualan karcis Adalah mengisi stasiun tujuan, harga, nomor permulaan, tanggal, nomor dimuka, dijual dan pendapatan. a. Pembukuan daftar harian penjualan karcis KRD b. Pembukuan daftar harian penjualan karcis lokal 2. Pembukuan dokumen dasar bentuk 215 adalah mengisi singkatan stasiun, kode stasiun, dinasan, nomer KA, kode kelompok KA, warna karcis, dan tanggal karcis yang terjual awal. 3. Pembukuan setoran harian adalah mengisi jumlah keseluruhan pendapaan penjualan karcis KRD, jumlah pendapatan keseluruhan penjualan karcis lokal. 4. Pembukuan penerimaan atau B 13 yang merupakan format isisan analisa semua penerimaan tadi dari jumlah keseluruhan pendapatan penjualan karcis dan pendapatan penumpang, pendapatan surat begusi dan pendapatan kartu trayek bulanan (KTB), kartu langganan sekolah (KLS) dai loketloket termasuk kedalam rekening no.226 pemasukan B.13 terdiri dari tanggal, nomoe seperti penerimaan, dan uraian jumlah keseluruhan pendapatan terdiri dari : Pendapatan dari hasil penjualan karcis (penumpang), Pendapatan surat bergasi, dan 82

31 Pendapatan kartu trayek bulanan (KTB) dan kartu layanan sekolah (KLS). Pembukuan penerimaan B 13 ini ditutup setiap 4 hari sekali. 5. Pembukuan pengeluaran atau B.15 Adalah mengisi analisa semua pengeluaran pembukuan pengeluaran B 15 terdiri dari tanggal, bukti pengeluaran lainnya yang terdiri dari PP atau nomor nilai, bukti pengeluaran, uraian, nomor bukti dan nilai kode perkiraan (debet). Pembukuan pengeluaran B.15 ditutup 4 hari sekali segala macam pengeluaran, baik pengeluaran ke Bank maupun pengeluaran Premi. Pwmbukuan tersebut dilakukan untuk mempermudah penghitungan pendpatan yang diperoleh oleh stasiun kereta api dan sebagai bahan dokumentasi Volume Penumpang Kereta api dan Pendapatan Stasiun Padalarang Pada bagian ini penulis akan mencoba menguraikan perkembangan penumpang kereta api di di Stasiun Padalarang pada tahun Adapun sebelum penulis menguraikan bagaimana perkembangan penumpang di Stasiun Padalarang, penulis akan menguraikan terlebih dahulu perkembangan penumpang kereta api di Kabupaten Bandung dari tahun supaya penulis bisa membandingkannya dengan StasiunStasiun lain yang ada di wilayah Kabupaten Bandung pada saat itu. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan melalui tabel berikut ini. 83

32 Tabel 4.4 Realisasi Kinerja angkutan penumpang perstasiun di Kabupaten Bandung Stasiun Jumlah penumpang Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Cimahi Rancaekek Cicalengka Nagreg Padalarang Rendeh Cilame Tagog apu cipatat jumlah Sumber: DAOP 2 Bandung Stasiun Jumlah penumpang Tahun Tahun Tahun Tahun Cimahi Rancaekek Cicalengka Nagreg Padalarang Rendeh Cilame Tagog apu 22, cipatat

33 jumlah Sumber: DAOP 2 Bandung Keterangan: () ; data tidak ditemukan Berdasarkan tabel di atas, bisa digambarkan bahwa jumlah penumpang kereta perstasiun di Kabupaten Bandung tersebut mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 1999 jumlah penumpang kereta api sekabupaten Bandung tersebut mengalami kenaikan, kemudian pada tahun 2000 mengalami penurunan, kemudian pada tahun 2001 juga masih mengalami penurunan. Pada tahun 2002 dan tahun selanjutnya Stasiun Cimahi sudah tidak termasuk pada kabupaten Bandung karena telah menjadi Kotamadya Cimahi sehingga secara tidak langsung pasti jumlah penumpangnya akan berkurang jika didokumentasikan oleh BPS Kabupaten Bandung. Hal tersebut juga terlihat dari tabel diatas bahwa tahun 2002 dan 2003 juga jumlah penumpang kereta api se Kabupaten Bandung mengalami penururunan, begitu juga dengan tahun 2004 dan Akan tetapi walaupun mengalami penurunan dilihat dari jumlah penumpang, pendapatan yang didapat oleh Stasiun kereta api sekabupaten Bandung itu mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal tersebut bisa dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 4.6 Realisasi pendapatan perstasiun di kabupaten Bandung dari tahun Stasiun Jumlah pendapatan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Cimahi

34 Rancaekek Cicalengka Nagreg Padalarang Rendeh Cilame Tagog apu cipatat Stasiun Jumlah pendapatan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Cimahi Rancaekek Cicalengka Nagreg Padalarang Rendeh Cilame Tagog apu cipatat jumlah jumlah Sumber: DAOP 2 Bandung Keterangan: () ; data tidak ditemukan Dari tabel di atas bisa digambarkan bahwa dari tahun jumlah pendapatan Stasiun kereta api sekabupaten Bandung tersebut mengalami 86

35 peningkatan yang cukup signifikan, terutama pada tahun 2001 yang meningkatnya itu hampir Rp rupiah. Hal tersebut bisa dikatakan bahwa pendapatan yang diperoleh oleh suatu Stasiun kereta api itu tidak hanya dari penjualan karcis atau tiket saja tetapi ada pendapatan lain yang diperoleh, seperti yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa ada pendapatan yang diperoleh oleh Stasiun kereta api yang disebut dengan pendapatan nonpenumpang. Dari hal tersebut bisa diketahui bahwa dari tahun ke tahun interaksi masyarakat sekabupaten Bandung tersebut mengalami peningkatan secara terusmenerus. Tabel 4.7 Realisasi pendapatan di Stasiun Kereta Api Padalarang Tahun Jumlah Jumlah Jarak pendapatan penumpang (km) ,504, , Sumber: DAOP 2 Bandung dan BPD Stasiun Padalarang 87

36 Dari tabel diatas bisa dipaparkan bahwa dari tahun 1998 sampai 2008, jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh Stasiun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, kecuali pada tahun 2003 yang mengalami penurunan sebesar Rp rupiah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Walaupun demikian, setelah mengalami penurunan tersebut, pendapatan Stasiun Padalarang pada tahun selanjutnyapun mengalami peningkatan secara terus menerus bahkan mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan pendapatan yang cukup tinggi itu bisa dilihat dari tahun 2006 ke tahun Dilihat dari data diatas, jumlah penumpang dari tahun bisa digambarkan bahwa jumlah penumpang kereta api mengalami kenaikan dan penurunan dari setiap tahunnya. Hal tersebut bisa terjadi karena tidak semua penumpang tersebut setiap hari melakukan aktivitas dengan menggunakan kereta api dan penumpang kereta api tersebut bisa diklasifikasikan menjadi beberapa jenis penumpang, ada yang penumpang tetap dan ada yang penumpang tidak tetap. Akan tetapi, walupun jumlah penumpang mengalami pasang surut, tetap saja jumlah penumpang kereta api tersebut cukup seimbang dan stabil jika dilihat dari tahun Berdasarkan data tersebut, jumlah penumpang kereta api di Stasiun Padalarang mengalami peningkatan dan sedikit penurunan atau bisa dikatakan cukup stabil secara ratarata, sedangkan jumlah pendapatan yang didapatkan oleh Stasiun Padalarang mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun Ini berarti bahwa manfaat yang dirasakan oleh PT. Kereta Api (Persero) dan masyarakat Padalarang tidak hanya didapatkan dari sarana 88

37 transportasi saja tetapi dari berbagai hal, misalnya adanya kebijakan dari pihak Stasiun untuk memperbolehkan masyarakat Padalarang untuk berjualan, baik pedagang kios, pedagang roda, maupun pedagang asongan dengan persyaratan yang tidak terlalu berat, adanya lahan parkiran disekitar Stasiun yang menguntungkan bagi pihak Stasiun dan bagi penitip kendaraan dan lain sebagainya Klasifikasi Penumpang dari Stasiun Padalarang Untuk memudahkan dalam mengetahui berbagai penumpang kereta api di Stasiun Padalarang, penulis telah mengklasifikasikan penumpang di Stasiun Kereta Api Padalarang kedalam beberapa kategori, yaitu sebagai berikut: 1. Penumpang kereta api ekonomi jarak jauh, yaitu penumpang dari Kereta Api Ekonomi Kahuripan, Kereta Api Ekonomi tujuan Jakarta, Kereta Api Ekonomi tujuan Cianjur dan Kereta Api Ekonomi tujuan Purwakarta, Kereta Api Ekonomi tujuan Garut sampai Tasikmalaya. Penumpang kereta api ini terdiri dari berbagai kalangan masyarakat yaitu masyarakat dari luar Padalarang tersebut yang tinggal di Padalarang ataupun bekerja di Padalarang dan masyarakat Padalarang yang bekerja di daerah tersebut atupun bekerja disana., kemudian msyarakat yang ingin berekreasi ke tempat tersebut dengan menggunakan kereta Api. Selain itu, didalam kereta Ekonomi jarak jauh ini terdapat penumpang yang merupakan pedagang asongan yang menjajakan dagangannya untuk para penumpang kereta tersebut. 89

38 2. Penumpang kereta api ekonomi KRD Bandung Raya, yaitu penumpang yang bepergian dari stasiun kereta api Padalarang dengan tujuan kedaerah sekitar Bandung Raya dengan trayeknya PadalarangCicalengka. Penumpang KRD ini diklasifikasikan dalam berbagai penumpang, yaitu: Pekerja Para pekerja merupakan penumpang yang berlangganan kereta api KRD dengan menggunakan Kartu Abudemen (KBD) yang dibeli setiap satu bulan sekali. Penumpang jenis pekerja ini terdiri dari berbagai pekerjaan yang dimiliki masayarakat pengguna kereta api tersebut, diantaranya yaitu PNS, pegawai pabrik, pelayan toko, buruh bangunan dan beberapa pekerjaan lainnya. Anak sekolah dan mahasiswa Sama halnya dengan para pekerja, anak sekolah dan mahasiswa juga memiliki kartu langganan Sekolah (KLS) yang dibeli setiap satu bulan sekali. Anak sekolah biasanya berangkat pada kereta api KRD yang jam dan pulang sampai Padalarang pada kereta api yang jam 14.15, sedangkan mahasiswa biasanya ditentukan sesuai dengan kebutuhannya. Pedagang asongan Pedagang asongan merupakan penumpang yang memang berdagang didalam KRD tersebut, barang yang dijajakannya ada yang berupa makanan dan minuman, ada yang berupa alatalat rumah tangga, hiasan, jepitjepit, buahbuahan, koran, gantungan HP, tempat HP, dan kebutuhan masyarakat lainnya. Pedagang asongan ini hanya dikenakan 90

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang di sebelah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Cakupan Wilayah Kabupaten Bandung Barat Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 13 kecamatan dan 165 desa. Beberapa kecamatan terbentuk melalui proses pemekaran. Kecamatan yang

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lokasi relatif suatu tempat atau wilayah berkenaan dengan hubungan tempat

I. PENDAHULUAN. Lokasi relatif suatu tempat atau wilayah berkenaan dengan hubungan tempat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lokasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan. Lokasi dapat dibedakan antara lokasi absolut dengan lokasi relatif. Lokasi absolut suatu tempat atau

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai hasil pemekaran Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai Profil Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api Stasiun Rancaekek Kabupaten Bandung sebagai bab akhir dari penulisan skripsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan 77 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras 1. Keadaan Umum Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 I-1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT

BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT 3.1. Tinjauan Umum Kota Administrasi Jakarta Pusat 3.1.1. Kondisi Administrasi Potensi Jakarta Pusat secara administratif terdiri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Desa Cisarua adalah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar ±

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana mobilitas yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana mobilitas yang telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sarana transportasi merupakan sarana mobilitas yang telah menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap orang. Di Indonesia sendiri sebagai negara kepulauan, salah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan lain sebagainya. Sementara dari sisi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan lain sebagainya. Sementara dari sisi masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia sebagai salah satu instrumen pemerintahan dalam pembangunan dirasakan sangat penting peranannya, tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi sangat penting dan sangat diperlukan dalam kehidupan yang serba modern ini. Berdasarkan kepemilikan transportasi, transportasi dapat dibagi menjadi dua

Lebih terperinci

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api;

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api; PP 81/1998, LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 81 TAHUN 1998 (81/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA) Tentang: LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PRESIDEN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1998 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1998 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1998 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Transportasi Kota Pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini disertai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia dalam kehidupan sehari-hari sering terbatasi oleh jarak antara ruang tempat tinggal dengan ruang tempat aktivitas, baik itu dengan dirinya sendiri

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2008 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menguraikan secara deskriptif karakteristik Kecamatan Cicalengka, profil stasiun kereta api Cicalengka serta profil pengguna moda kereta api Stasiun Cicalengka. 3.1 Karakteristik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selalu sehat dan panjang umur menjadi dambaan setiap orang, sehingga mereka senantiasa berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang bisa mewujudkan keinginannya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kapur IX adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kapur IX adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota, BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis dan demografi Kapur IX adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia. Kapur IX adalah salah satu dari tiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan sosial politik, sehingga transportasi menjadi urat nadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalu dibutuhkan manusia. Transportasi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT I. UMUM Provinsi Jawa Barat adalah provinsi yang dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Banyak perangkatperangkat yang dibuat maupun dikembangkan sesuai bidangnya masing-masing. Perangkat tersebut digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia untuk melakukan sesuatu dengan cara cepat dan mudah. Salah satu hal yang ingin dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Kembang Kuning terbagi atas tiga dusun atau kampung, yakni Dusun I atau Kampung Narogong, Dusun II atau Kampung Kembang Kuning, dan Dusun III atau Kampung Tegal Baru. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini, telah menyebabkan tingkat persaingan antar perusahaan di segala bidang, baik yang perusahaan sejenis maupun yang tidak

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Bandung Barat 5.1.1. Keadaan Geografis Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) yaitu 1.305,77 km persegi, terletak

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan sintesa dari hasil kajian indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini objek tersebut

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 28 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Kelurahan Pasir Mulya merupakan salah satu Kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Dengan luas wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini secara garis besar membahas tinjauan mengenai gambaran wilayah studi yaitu Kota Soreang. Gambaran umum Kota Soreang dibagi dua bagian utama yaitu tinjauan eksternal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar 1. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar Desa Ranah Sungkai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH BAB II DESKRIPSI WILAYAH 1.1 Kondisi Geografis 2.1.1 Kota Magelang a. Letak Wilayah Berdasarkan letak astronomis, Kota Magelang terletak pada posisi 110 0 12 30 110 0 12 52 Bujur Timur dan 7 0 26 28 7

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan daerah yang memiliki kepadatan penduduk paling tinggi di Indonesia. Jawa Barat merupakan sebuah provinsi yang berada di Pulau

Lebih terperinci

2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT

2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, hampir sebagian kota di Indonesia berkembang semakin pesat, di tandai dengan laju pertumbuhan dan persebaran penduduknya lebih terpusat kepada kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Kereta api merupakan salah satu dari moda transportasi nasional yang ada sejak masa kolonial sampai dengan sekarang dan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dapat diambil serta dimanfaatkan oleh manusia untuk menunjang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dapat diambil serta dimanfaatkan oleh manusia untuk menunjang kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat yang disertai dengan berbagai jenis bentuk dan manfaatnya pada saat ini sangat menggembirakan. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hal yang menjadi fokus perhatian di berbagai bidang saat ini adalah berkaitan dengan upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Definisi berkelanjutan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan untuk sarana transportasi umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dalam hal ini, transportasi memegang peranan penting dalam memberikan jasa layanan

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba/keuntungan. Aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan dan perkembangan

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di kawasan Metropolitan Bandung daerah ini berbatasan dengan: Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kab. Garut Sebelah Barat : berbatasan

Lebih terperinci