PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA BAGI ANAK TUNARUNGU-WICARA TINGKAT TKLB DI SLB-B (TUNARUNGU)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA BAGI ANAK TUNARUNGU-WICARA TINGKAT TKLB DI SLB-B (TUNARUNGU)"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA BAGI ANAK TUNARUNGU-WICARA TINGKAT TKLB DI SLB-B (TUNARUNGU) Oleh RAHMANIAR Widyaiswara LPMP Sulsel 1

2 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA BAGI ANAK TUNARUNGU-WICARA TINGKAT TKLB DI SLB-B (TUNARUNGU) Abstrak Rahmaniar Pengembangan pembelajaran bahasa anak tunarunguwicara tingkat TKLB B di SLB B (tunarungu). Artikel ini membahas masalah: (1) Bagaimana program kegiatan pembelajaran bagi anak tunarungu-wicara tingkat TKLB B (tunarungu), (2) Sarana dan prasarana apa saja yang mendukung kegiatan pembelajaran bahasa-wicara anak tunarungu, (3) Bagaimana metode dan tekhnik pembelajaran bagi anak tunarungu-wicara tingkat TKLB B (tunarungu). Hasil analisis dan kajian menunjukkan bahwa Program pengembangan bahas-wicara pada anak tunarungu dapat dilakukan pada saat proses belajar mengajar di kelas (secara klasikal) dan pada ruang khusus therapy bicara (secara individual). Secara klasikal dilaksanakan di kelas pada jam pelajaran bahasa setelah guru menuliskan visualisasi atau hasil percakapan. Secara individual dilaksanakan pada ruang khusus pengembangan bahasa. Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran bahasa-wicara anak tunarungu adalah: (1) alat-alat rangsangan visual, (2) alat-alat rangsangan auditoris, (3) alat-alat rangsangan vibrasi, (4) alat-alat untuk latihan pernapasan, dan (5) alat-alat untuk latihan pelepasan organ bicara.metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa-wicara anak tunarungu: (1) metode percakapan, (2) metode bermain, (3) metode meraban, (4) metode imitasi, (5) metode reaktif, (6) metode akustik, (7) metode taktial, visual, dan auditori. Sedangkan tekhnik yang digunakan: (1) tekhnik latihan organ bicara anak tunarungu, (2) tekhnik pembelajaran bahasa-wicara anak tunarungu, (3) tekhnik melatih dan memperbaiki ucapan fonem. Kata Kunci: Pembelajaran, Bahasa-wicara, Anak Tunarungu. 2

3 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan karena kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya sehingga ia mengalami hambatan dalam bahasa bicaranya.bahasa diwujudkan secara lisan melalui bicara. Hambatan bahasa anak tunarungu membutuhkan pembinaan dan pembentukan dalam bidang bahasa sesegera mungkin. Pembinaan sesegera mungkin mempunyai maksud agar anak tunarungu mampu berbahasa untuk kepentingan komunikasi yang luas dalam kehidupannya. Bina bicara mutlat perlu dibutuhkan anak tunarungu. Pelayanan pengajaran bahasa merupakan kegiatan yang berproses dan terus menerus, berkesinambungan dan memerlukan tenaga pelaksana yang aktif, kreatif, sabar, dan dinamis. Berbagai metode, pendekatan, sarana dan prasarana yang dapat digunakan dalam mengaplikasikan teknik-teknik pengajaran bahasa anak yang tentunya mengacu kepada kurikulum pengembangan kemampuan berbahasa untuk pendidikan anak usia dini, sehingga anak tunarungu diharapkan mampu berbicara sekalipun dia tuli. Ia mampu mengaplikasikan dalam proses belajar selanjutnya maupun untuk kepentingan kehidupannya. Dari gambaran di atas, nampak bahwa anak tunarungu dengan segala keterbatasannya masih mempunyai potensi untuk dikembangkan seoptimal mungkin, khususnya potensi untuk dapat berbahasa/berbicara secara lisan. Dengan melalui latihan sejak usia dini dan pembinaan bicara secara intensif di sekolah maupun di rumah dan lingkungannya, anak tunarungu diharapkan mampu berbicara atau berkomunikasi secara lisan walaupun tak sebaik anak normal. Namun dari hasil pengamatan penulis melihat bahwa pada umumnya guru pada kelas pra sekolah di Sekolah Luar Biasa masih kurang memahami dan cenderung mengabaikan kebutuhan utama anak tunarungu. Padahal penulis melihat bahwa anak tunarungu sendiri sangat antusias dan sangat merespon 3

4 baik apabila ada guru atau tenaga khusus bina bicara yang akan melatih bicaranya. Disisi lain penulis melihat masih kurangnya respon pemerintah terhadap kebutuhan Sekolah Luar Biasa.Penerapan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak belum dilaksanakan secara optimal. B. Rumusan Masalah Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimana program kegiatan pembelajaran bagi anak tunarungu-wicara tingkat TKLB B (tunarungu)? 2. Sarana dan prasarana apa saja yang mendukung kegiatan pembelajaran bahasa-wicara anak tunarungu? 3. Bagaimana metode dan tekhnik pembelajan bagi anak tunarungu-wicara tingkat TKLB B (tunarungu)? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui program kegiatan pembelajaran bagi anak tunarungu-wicara tingkat TKLB B (tunarungu)? 2. Mengetahui sarana dan prasarana apa saja yang mendukung kegiatan pembelajaran bahasa-wicara anak tunarungu? 3. Memberikan gambaran tentang metode dan tekhnik pembelajaran bagi anak tunarungu-wicara tingkat TKLB B (tunarungu)? D. Manfaat Penulisan 1. Sebagai salah satu kontribusi keilmuan dalam bidang Pendidikan Luar Biasa yang berkaitan dengan program kegiatan, penggunaan metode dan teknik, serta sarana yang digunakan dalam pembelajaran bahasa- wicara pada anak tunarungu. 2. Bagi guru SLB-B: Dapat digunakan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan bahasa pada anak tunarungu yang lebih menyenangkan bagi siswa, inovatif, dan kreatif. 4

5 3. Bagi sekolah penyelenggara: Sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam penggunaan metode pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu khususnya SLB B yang ada di Sulawesi Selatan. 4. Bagi penulis: Menambah pengalaman mengenai ilmu yang diterapkannya dan memberi pengetahuan baru bagi penulis mengenai pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus, khususnya pembelajaran pada anak tunarungu. II. KAJIAN TEORETIK A. Hakikat Anak Tunarungu Bahasa bagi manusia mempunyai peranan penting dalam menempuh hidupnya, antara lain untuk berusaha mengembangkan diri, menyesuaikan diri, dan kontak sosial dalam memenuhi kehidupan serta proses belajarnya. Anak berkebutuhan khusus tunarungu mengalami hambatan dalam proses bicara dan bahasanya yang disebabkan oleh kelainan pendengaranya (Haenudin, 2013: 1). Sebagai akibat dari terhambatnya perkembangan bicara dan bahasanya, anak tunarungu akan mengalami kelambatan dan kesulitan dalam hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi. Tunarungu adalah suatu kondisi dimana anak atau orang dewasa tidak dapat memfungsikan fungsi dengarnya untuk mempersepsi bunyi dan menggunakannya dalam berkomunikasi, hal ini diakibatkan karena adanya gangguan dalam fungsi dengar baik dalam kondisi ringan, sedang, berat dan berat sekali. Menurut Bcothroyd dalam Melinda (2013: 10) Memberikan batasan untuk tiga istilah Tunarungu berdasarkan seberapa jauh seseorang dapat memanfaatkan sisa pendengaran dengan atau tanpa bantuan amplifikasi oleh alat bantu mendengar sebagai berikut: a. Kurang dengar, namun masih bisa menggunakannya sebagai sarana/modalitas utama untuk menyimak suara cakapan seseorang dan mengembangkan kemampuan bicara. 5

6 b. Tuli (Deaf) adalah mereka yang pendengarannya sudah tidak dapat digunakan sebagai sarana utama guna mengembangkan kemampuan bicara, namun masih dapat difungsikan sebagai suplemen pada penglihatan dan perabaan. c. Tuli total (Totally Deaf) adalah mereka yang sudah sama sekali tidak memiliki pendengaran sehingga tidak dapat digunakan untuk menyimak atau mempersepsi dan mengembangkan bicara. 1. Keadaan intelegensi, bahasa dan bicara, dan emosi dan sosial Anak Tunarungu apabila dilihat dari segi fisiknya tidak ada perbedaan dengan anak pada umumnya, tetapi sebagai dampak dari ketunarunguan mereka memiliki karakteristik yang khas. Menurut Haenudin (2013: 66) karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, serta emosi dan Social: a. Karakteristik dalam segi intelegensi Karakteristik dalam segi intelegensi secara potensial anak tunarungu tidak berbeda dengan intelegensi anak normal pada umumnya, ada yang pandai, sedang, danada yang kurang pandai. Namun demikian secara fungsional intelegensi mereka berada dibawah anak normal, hal ini disebabkan oleh kesulitan anak tunarungu dalam memahami bahasa. Perkembangan intelegensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan anak yang mendengar, karena anak yang mendengar belajar banyak dari apa yang meraka dengar, dalam hal tersebut merupakan proses dari latihan berpikir. Keadaan tersebut tidak terjadi pada anak tunarungu, karena anak tunarungu memahami sesuatu lebih banyak dari apa yang mereka lihat, bukan dari apa yang mereka dengar. Oleh sebab itu sering kali anak tunarungu disebut sebagai insan pemata. Dengan kondisi seperti itu anak tunarungu lebih banyak memerlukan waktu dalam proses pembelajarannya terutama untuk mata pelajaran yang diverbalisasikan. b. Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara Anak Tunarungu dalam segi bicara dan bahasa mengalami hambatan, hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara bahasa dan bicara dengan ketajaman pendengaran, mengingat bahasa dan bicara merupakan hasil proses 6

7 peniruan sehingga anak tunarungu dalam segi bahasa memiliki ciri yang khas, yaitu sangat terbatas dalam pemilihan kosa kata, sulit mengartikan arti kiasan dan katakata yang bersifat abstrak. c. Karakteristik dalam segi emosi dan sosial Keterbatasan yang terjadi dalam komunikasi pada anak tunarungu mengakibatkan perasaan terasing dari lingkungannya. Anak tunarungu mampu melihat semua kejadian, akan tetapi tidak mampu memahami dan mengikutinya secara menyeluruh sehingga menimbulkan emosi yang tidak stabil, mudah curiga, dan kurang percaya diri. Dalam pergaulan cenderung memisahkan diri terutama dengan anak normal, hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan untuk melakukan komunikasi secara lisan. Berikut dilihat dari segi emosi dan sosial anak tunarungu :Egosentrisme yang melebihi anak normal, memiliki perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas, ketergantungan terhadap orang lain. perhatian mereka lebih sukar dialihkan, umumnya anak tunarungu memiliki sifat yang polos, sederhana, dan tidak banyak masalah, lebih mudah marah dan cepat tersinggung. 2. Klasifikasi Anak Tunarungu Untuk keperluan layanan pendidikan khusus, para ahli berpendapat klasifikasi mutlak diperlukan. Hal ini sangat menentukan dalam pemilihan alat bantu mendengar yang sesuai dengan sisa pendengarannya dan menunjang pembelajaran yang efektif. Dengan menentukan tingkat kehilangan pendengaran dan pemilihan alat bantu dengar serta layanan khusus yang tepat, akan menghasilkan akselerasi secara optimal dalam mempersepsi bunyi bahasa dan wicara. Klasifikasi ketunarunguan sangat bervariasi menurut Boothroyd dalam Melinda (2013: 20) seperti pada gambar Klasifikasi dan karakteristik ketunarunguan di bawah ini didasarkan pada: a. Kelompok I : Kehilangan db, mild hearing losses atau ketunarunguan ringan; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia normal. b. Kelompok II : Kehilangan db, moderate hearing losses atau ketunarunguan atau ketunarunguan sedang; daya tangkap terhadap suara percakapan manusia hanya sebagaian. 7

8 c. Kelompok III : Kehilangan db: severe hearing losses atau ketunarunguan berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada. d. Kelompok IV : Kehilangan db: profound hearing losses atauketunarunguan sangat berat; daya tangkap terhadap suara percakapan manusia tidak ada sama sekali. Menurut Melinda (2013: 22) anak tunarungu dibedakan menjadi 4, di bawah ini: Perkembangan fisik anak tunarungu tidak mengalami hambatan, dapat melakukan aktifitas gerak dengan baik hanya keseimbangannya kurang baik, hal ini karena pengaruh struktur anatomis pada labyrinth. Pada aktivitas sehari-hari yang sangat terlihat sekali pada tunarungu adalah dalam kegiatan bicara dan bahasa. Mereka sangat sulit untuk untuk melakukan bicara reseptif dan ekspresif, semuanya perlu adanya adanya latihan, bimbingan dan binaan yang efektif melakukan proses pembelajaran. III. PEMBAHASAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA ANAK TUNARUNGU- WICARA TINGKAT TKLB DI SLB B (TUNARUNGU) A. Program Kegiatan Pembelajaran Bagi Anak Tunarungu-Wicara Tingkat TKLB Di SLB B (Tunarungu) 1. Uraian Program Program ini merupakan program pengembangan pembelajaran bahasa anak tunarungu berbasis KTSP pada tingkat TKLB-B (prasekolah) di SLB-B. Program pengembangan pembelajaran bahasa pada anak tunarungu ini adalah merupakan program yang sifatnya memberikan therapi bicara kepada anak tunarungu usia dini. Mungkin timbul pertanyaan, kenapa mesti pada anak tunarungu yang usia dini? Jawabannya adalah bahwa pada anak usia dini organ bicara anak tunarungu masih lentur dan belum mengalami kekakuan, sehingga sangat memungkinkan bagi anak untuk dilatih organ 8

9 bicaranya. Dengan latihan yang terus menerus dan berkesinambungan dengan menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang benar, anak tunarungu pada akhirnya dapat dimengerti ucapannya dan dapat berkomunikasi dengan masyarakat luas di sekitarnya. Program pengembangan bahasa pada anak tunarungu dapat dilakukan pada saat proses belajar mengajar di kelas (secara klasikal) dan pada ruang khusus therapi bicara (secara individual). Secara klasikal dilaksanakan di kelas pada jam pelajaran bahasa setelah guru menuliskan visualisasi atau hasil percakapan. Lamanya latihan antara menit setiap pertemuan. Secara individual dilaksanakan pada ruang khusus pengembangan bahasa dengan lama latihan antara menit setiap kali pertemuan. Setiap anak memiliki catatan latihan yang telah dilakukan. 2. Tujuan Program a. Tujuan Umum Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk menerapkan program pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu tingkat TKLB-B (Taman Kanak- Kanak Luar Biasa- Tunarungu). b. Tujuan Khusus 1) Anak tunarungu memiliki dasar ucapan yang benar. 2) Anak tunarungu mampu membentuk bunyi bahasa (vokal dan konsonan) dengan benar, sehingga dapat dimengerti oleh orang lain. 3) Memberi keyakinan kepada anak tunarungu bahwa bunyi/suara yang diproduksi melalui alat bicaranya harus mempunyai makna. 4) Anak tunarungu dapat mengoreksi ucapannya yang salah dan bisa membedakan ucapan yang satu dengan ucapan yang lainnya. 5) Dengan mengembangkan bahasa, anak tunarungu dapat memfungsikan alat-alat bicaranya yang kaku, dengan harapan otomatis alat bicaranya terlatih dengan baik dan dapat berbicara. 9

10 3. Sasaran a. Sasaran Program Sasaran program sebagai berikut: 1) Terlaksananya program pengembangan pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu pada tingkat TKLB (persiapan) di SLB-B. 2) Anak tunarungu sebagai obyek dapat menggunakan bahasa secara lisan (berbicara) b. Sasaran Kegiatan Anak Luar Biasa (berkebutuhan khusus) Tunarungu pada tingkat TKLB di SLB-B c. Sasaran Lembaga Sekolah Luar Biasa Tunarungu (SLB-B) 4. Prosedur (Tahapan) Program Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan kegiatan meliputi: a. Persiapan Persiapan pelaksanaan program meliputi: 1) Pedoman pelatihan Pedoman program pengembangan pembelajaran bahasa dirancang dengan metode yang mudah dipahami, dilatihkan dan dilakukan oleh anak. Pemelajaran dan Guruan bahasa dilaksanakan untuk memotivasi anak melatih organ bicaranya agar pada akhirnya anak dapat berkomunikasi melalui bahasa oral dengan masyarakat di sekitarnya dan lawan bicaranya dapat mengerti dan memahami apa yang dikatakan oleh sianak. 2) Tenaga pelatih/guru Fasilitator pada program ini adalah guru kelas, guru khusus bahasa atau tenaga teknis khusus Guruan bicara anak. Fasilitator menguasai materi dan pelaksanaan pelatihan. Fasilitator memiliki peran dan tugas sesuai dengan kebutuhan pelatihan dan memahami setiap persoalan yang dihadapi sehingga tercipta suasana kelas dengan pemelajaran yang interaktif sesuai peran. 10

11 3) Kriteria pelatih/guru a) Memahami masalah psikologi khususnya psikologi perkembangan dan pendidikan anak. b) Memiliki kompetensi dan pengalaman dalam pelatihan bahasa anak. c) Menguasai prinsip, strategi, pendekatan dan teknik pemelajaran dan Guruan bahasa anak tunarungu. 4) Tugas pelatih/guru a) Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak-anak sehingga anak antusias mengikuti program. b) Pastikan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan anak dan mendukung proses bina bicaranya. c) Menciptakan suasana yang kondusif sehingga terbentuk atmosfer anak siap untuk mengikuti latihan/bina bicara. d) Meyakinkan program berguna bagi kehidupan anak pada masa sekarang dan masa yang akan datang. e) Ramah, fleksibel, humoris, akrab dengan dunia anak. f) Berikan instruksi yang jelas ketika melatih anak berbicara. g) Usahakan suara nada. b. Keterampilan pelatih/guru 1) Melatih/membina kelompok/individu Pelatih/Guru harus menguasai materi dan mempersiapkan diri dengan matang agar pelatihan ini berjalan sesuai dengan tujuan pelatihan. Persiapan agar pelatih/guru dapat melaksanakan tugas dengan baik adalah: a) Membaca dan memahami tujuan dan strategi pemelajaran. b) Mengorganisasi dan menyiapkan materi-materi sebelum memasuki inti pemelajaran. c) Membaca isi materi dan referensi lain yang berhubungan dengan masalah atau isu agar dapat mengembangkan pertanyaan yang relevan dengan isi materi. 11

12 2) Tanggung jawab pelatih/guru a) Menjalankan isi modul sesuai sesi pada tiap pertemuan b) Memimpin jalannya pengajaran di kelas/kelompok/individual di ruang khusus c) Menjelaskan materi d) Menghidupkan suasana kelas pda saat pemelajaran 3) Mengelola kesulitan peserta pembelajaran bahasa Pelatih/Guru harus peka terhadap karakteristik dan tingkat ketunarunguan anak. Materi yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak serta kondisi masing-masing individu. Misalnya untukanak kurang dengar maka feed back audiotorisnya yang pertama digunakan. Sedangkan bagi anak tuli akan lebih dahulu menggunakan feed back visual, kinestetis dan taktil. 4) Memotivasi partisipasi peserta Pelatih/Guru dalam pembelajaran bahasa berperan aktif untuk menghidupkan suasana sehingga anak termotivasi untuk menirukan ucapan-ucapan yang dilontarkan oleh pelatihnya. Pelatih memberikan kesempatan yang sama pada setiap anak untuk berpartisipasi pada setiap pelatihan. 5) Mengelola waktu Guru harus dapat mengelola waktu sesuai dengan yang telah dijadwalkan. Usahakan dalam pelatihan bahasa anak, pelatih tidak membuat anak menjadi bosan dan tidak tertarik dengan bahan pelatihan yang diberikan. 6) Memulai Kegiatan Pelatihan Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan program adalah melakukan latihan pernapasan terlebih dahulu. Pada saat akan melaksanakan program cek terlebih dahulu beberapa hal perlu diperhatikan pada lembar informasi kegiatan. Lembar informasi kegiatan antara lain berisi: 12

13 a) Menyiapkan ruangan yang akan digunakan dan mengecek perlengkapan yang diperlukan. b) Mengecek pengaturan setting ruangan c) Memeriksa persiapan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pelatih atau Guru dan peserta yangberhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran. d) Menciptakan suasana yang bersahabat, santai dengan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami oleh anak tunarungu sehingga dapat berinteraksi dengan baik. B. Sarana dan Prasarana yang Mendukung Kegiatan Pembelajaran Bahasa- Wicara Tingkat TKLB B (tunarungu) Berhubung dengan ketulian yang dideritanya, maka sangat diperlukan alat-alat bantu khusus meningkatkan potensinya, yang masih dapat diperbaiki dan dikembangkan terutama masalah komunikasi baik dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. 1. Sarana Latihan Organ Bicara Anak Tunarungu Sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu anak diberikan latihan organ bicara. Pada tahap ini, untuk memperlancar keterlaksanaan program, harus ditunjang oleh alat peraga: a. Alat-alat rangsangan visual 1) Cermin artikulasi 2) Lampu/jarum indikator 3) Buku catatan 4) Gambar-gambar 5) Kartu identifikasi b. Alat-alat untuk rangsangan audiotoris 1) Speech trainer 2) Alat bantu mendengar kelompok 3) Looping system 4) Tape recorder 13

14 5) Audiometer c. Alat-alat untuk rangsangan vibrasi 1) Speech trainer dengan vibrasi 2) Bagian tubuh anak sendiri (leher, dada, punggung, daerah sekitar rahang, pipi, dll) d. Alat-alat untuk latihan pernapasan 1) Lilin, kapas, kertas tipis/tissue 2) Parfum, minyak kayu putih, sabun mandi, dll) 3) Gelembung air sabun 4) Sedotan plastik 5) Peluit, terompet, harmonika 6) Saluran kayu dengan bola pimpong a. Alat-alat untuk latihan pelepasan organ bicara 1) Kue kering/biskuit 2) Permen 3) Madu 2. Sarana Pembelajaran Bahasa Bicara Anak Tunarungu Untuk memperkaya perbendaharaan bahasa anak hendaknya jangan dilupakan alat-alat peraga. Keberhasilan dari pembelajaran bahasa - bicara yang dapat dicapai anak, tidak hanya karena guru yang pandai atau anak yang cerdas saja, melainkan dari kerja sama antara keduanya yang dengan ditunjang sarana dan prasarana yang diperlukan dalam melatih bahasa - bicara anak tunarungu. Adapun alat-alat yang menunjang pemelajaran bahasa-bicara anak tunarungu adalah: Sarana /bahan yang disiapkan di dinding ruang bina bicara, yang fungsinya sebagai media (alat peraga) seyogyanya sesuai dengan keperluan bahan yang akan diajarkan. Materi yang dimaksud: a. Miniatur binatang-binatang b. Miniatur manusia c. Gambar-gambar yang relevan d. Buku perpustakaan yang bergambar 14

15 e. Alat-alat permainan anak C. Metode Dan Teknik Pembelajaran bagi Anak Tunarungu-wicara Tingkat TKLB B (tunarungu) 1. Metode Pembelajaran Penyampaian materi yang dapat diterima sesuai dengan tujuan sangat dipengaruhi oleh cara materi itu dibawakan. Perlakuan khusus bagi anak-anak sesuai dengan dunianya dan sesuai dengan tingkat ketunaannya akan membuat anak-anak tertarik untuk menyimak dengan seksama dan mengikuti instruksi dan petunjuk serta ucapan dari pelatihnya. Untuk melatih bahasa anak tunarungu dipergunakan berbagai metode yang saling menunjang dalam pelaksanaannya dan disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan anak yang akan dilatih atau diberikan pengajaran. Edja S. & dardjo S (1995:151) mengemukakan berbagai metode dalam pemelajaran bahasa anak tunarungu: a. Metode percakapan Dalam melaksanakan program selalu diawali dengan percakapan kecil, baik tentang pelajaran di kelas, pengalaman anak maupun tentang gambar sehingga anak leluasa, senang, santai dalam mengikuti pelajaran. b. Metode bermain Kadang untuk menarik minat anak belum cukup bila hanya diawali percakapan, tetapi harus diajak bermain terlebih dahulu. Kegiatan bermain ini juga membawa anak ke dalam situasi yang tidak formal, sehingga lebih merangsang anak untuk lebih spontan dan tidak cepat bosan/lelah. c. Metode meraban Pelaksana program menggunakan suku-suku katadari berbagai konsonan dengan variasi vokal atau rabanan. Suku kata diambil dari kata-kata materi latihan, lalu diulang-ulang beberapa kali. Contoh dari kata boneka lalu satu kata dikeluarkan bo dan dirabankan bobobobo... d. Metode imitasi/meniru 15

16 Daya atau kemampuan meniru sianak digunakan serta dikembangkan dalam latihan. Kemampuan meniru ini dilakukan sesuai apa yang dilihat, dia rasakan atau dia dengar. Seperti menirukan ucapan rabanan, katakata, kelompok kata atau kalimat sesuai dengan kemampuannya. e. Metode reaktif Reaksi dari anak diambil dan dikembangkan dalam kegiatan latihan, baik berupa ucapan maupun rabanan. Hal ini dimaksudkan agar apa yang dapat dilakukan anak akan menjadi dasar dari latihan selanjutnya. Contoh: pada saat anak ditunjukkan majalah, anak tertarik dan menunjuk gambar mobil, lalu berkata obi. Kita ambil fonem b dalam kata-kata lain. f. Metode akustik Metode ini dalam pelaksanaannya menekankan pada pengembangan kepekaan pendengaran untuk keperluan proses bicara. Latihan kepekaan mendengar, didasarkan atas perangsangan bunyi-bunyian dari suatu alat (instrumental, radio, atau alat musik lainnya) yang dapat menghasilkan suatu bunyi. g. Metode taktial, visual, auditori Metode ini merupakan metode dengan pendekatan multi sensori. Tujuannya untuk mengembangkan kemampuan bicara. Pelaksanaannya yaitu anak diajarkan/dibina bicaranya secara spontan setiap waktu, dengan menggunakan kata-kata lembaga sebagai materi bicara yang natural. Pelaksanaannya menggunakan seluruh sensori (indera penangkap) yaitu indera penglihatan, indera pendengaran, indera rasa, indera raba, sehingga anak dapat menghayati dengan penuh keyakinan. 2. Teknik Yang Digunakan a. Teknik Latihan Organ Bicara Anak Tunarungu Sebelum masuk keinti pembelajaran bahasa-bicara terlebih dahulu anak diarahkan untuk melakukan latihan pernapasan untuk memicu kelenturan otot-otot bicara (bibir, rahang, mulut, gigi, lidah). Contoh latihan: 1) Gerakan bibir dengan cara latihan membuka dan menutup bibir atau mulut, membundarkan bibir/mulut, meniup harmonika/bola pimpong, 16

17 membentuk bunyi R yang panjang berrrr dengan bibir, membentuk bunyi papapapa, dan sebagainya. 2) Latihan gerak rahang, membuka dan menutup mulut, rahang digerakkan ke kiri dan ke kanan, menguap, dengan mulut terbuka dan tertutup, mengunyah dengan mulut tertutup. Tujuannya adalah agar otot-otot rahang tidak kaku. 3) Latihan gerak lidah, mulut terbuka, lidah keluar masuk mulut. Menjilat bibir atas dan bawah, ujung lidah ditekan pada gigi atas dan gigi bawah, lidah dilingkarkan dan sebagainya. 4) Latihan langit-langit lembut, menguap dengan mulut terbuka, meniup dengan kuat dan sebagainya. b. Teknik Pembelajaran Bahasa-Bicara Anak Tunarungu 1) Lambang tulisan/kata bunyi bunyi bahasa yang diajarkan, ditulis di atas kertas yang kira-kira tahan lama, murah, menarik, bermanfaat, dsb (sesuai dengan prinsip kegunaan sarana/prasarana belajar. 2) Bahan tulisan dibuat tersusun dari bunyi/suara vocal dan konsonan termudah diucapkan/ sampai kepada ucapan bunyi yang sukar. 3) Diberi gambar atau bendanya dibuat sesuai dengan lambang tulisan yang disediakan. 4) Cara menyusun vokal dan konsonan berbentuk kata-kata benda bisa bervariasi, bisa disusun secara horizontal (dari kiri ke kanan) atau secara vertical (dari atas ke bawah). Gambar bendanya disatukan atapun gambar tersendiri. c. Teknik melatih dan memperbaiki ucapan fonem: 1) (Fonem /P/ (fonem bilabial, letup/hambat) a) Dasar Ucapan fonem /p/ : kedua bibir, atas dan bawah. b) Pembentukan: 1.1. Kedua bibir mengatup rapat, otot tegang sehingga menghambat aliran udara lewat mulut 1.2. Pipi tegang tapi tidak cembung 1.3. Letak lidah datar 17

18 1.4. Jika hambatan ditiadakan dengan meletupkan udara lewat mulut secara tiba-tiba, terjadilah letupan sempurna, langitlangit terangkat, terbentuklah /p/. c) Cara melatih: 1.1. Secara visual Ajaklah anak memperhatikan bibir guru pada cermin, kemudian anak menyamakan bentuk dengan bibir sendiri. Ucapkan kata-kata lembaga yang mengandung huruf /p/ contohnya: payung, paku, kepala, dsb kemudian anak meniru. Tulislah suku kata pa, pi, pu, pe, po lalu ajaklah anak meraban. Pa pa pa pa pa papa paaaaaaaaaaaaa pa pa papa pa Po po po po po popo poooooooooooo po po popo po Pi pi pi pi pi pi pipi pi piiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii pi pi pipi pi pi pi 1.2. Secara haptik Ajaklah anak untuk merasakan udara meletup yang keluar dari mulut dengan ujung jarinya. Beri kesempatan pada anak untuk mencoba, guru melakukan bersamaan dengan itu, silangkan tangan guru ke mulut anak, tangan anak ke mulut guru untuk mengontrol letupan. 2) Fonem /T/ (dental, letup/hambat, tak bersuara) a) Dasar ucapan fonem /t/ : lengkung kaki gigi atas dan ujung lidah b) Pembentukan 1.1. Ujung lidah menekan lengkung kaki gigi atas, pinggir lidah menekan alur kaki gigi atas sehingga aliran napas pada rongga mulut tertahan Bibir terbuka sedikit, gigi hampir tertutup, rongga mulut menyempit, lidah tegang. c) Cara melatih: 1.1. Secara visual 18

19 Ajaklah anak memperhatikan lidah dan bentuk bibir guru pada cermin, kemudian suruh anak menirukannya. Ucapkanlah kata yang mengandung fonem /t/ contohnya tas, tikus,tujuh,takut dsb, kemudian anak meniru. Tulislahsuku kata ta, ti, tu, te, to lalu ajaklah anak meraban. Ta ta ta ta tata taaaaaaaaaaaaaaaaa ta ta tata ta ta Ti ti ti ti ti titit tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii ti ti ti titi ti ti ti Tu tut u tu tutu tuuuuuuuuuuuuuuuu tu tu tutu tu tu, dst Secara haptik Ajaklah anak untuk merasakan udara meletup yang keluar dari mulut dengan ujung jarinya. Beri kesempatan anak untuk mencoba, guru melakukan bersamaan dengan itu, silangkan tangan guru ke mulut anak, tangan anak ke mulut guru untuk mengontrol letupan. 3) Fonem /B/ (bilabial, letup/hambat, bersuara) a) Dasar ucapan fonem /b/ : kedua belah bibir b) Pembentukan 1.1. Posisi bibir bawah dan atas saling menekan (mengatup) tetapi tidak tegang Posisi lidah mendatar, gigi atas dan bawah tidak saling bersentuhan, 1.3. Pita suara bergetar, aliran udara terhambat di dalam rongga mulut 1.4. Jika perhentian udara secara tiba-tiba ditiadakan oleh hembusan napas, maka terjadilan letupan lemah bersuara dan terbentuklah fonem /b/. c) Cara melatih: 1.1. Secara visual Ajaklah anak memperhatikan bentuk bibir guru pada cermin waktu mengucapkan kata-kata lembaga seperti bola, batu, 19

20 baju, dsb. Garis suku kata yang mengandung fonem /b/, kemudian suruhlah anak menirukan Tulislah suku kata ba, bi, bu,be, bo, lalu ajaklah anak meraban. Ba ba ba ba baba baaaaaaaaaaa ba ba baba ba ba Bo bo bo bo bo booooooooooooo bo bob obo bo bo Bi bi bi bibi bi bi biiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii bi bi bibi bi bi, dst 1.2. Secara haptik Ajaklah anak untuk merasakan udara meletup yang keluar dari mulut dengan ujung jarinya Beri kesempatan anak untuk mencoba, guru melakukan bersamaan dengan itu, silangkan tangan guru ke mulut anak, tangan anak ke mulut guru untuk mengontrol letupan. 4) Fonem /M/ (fonem bilabial, sengau, bersuara) a) Dasar ucapan fonem /m/ : kedua bibir : atas dan bawah b) Pembentukannya: 1.1. Kedua bibir mengatup rapat, tetapi tidak tegang. Gigi atas dan gigi bawah tidak saling bertemu (terbuka). Aliran udara melalui hidung karena kedua bibir saling menutup Udara di dalam rongga mulut beresonansi sehingga getarannya dapat dirasakan pada pipi, hidung, telinga dan leher Posisi lidah mendatar, langit-langit lembut tidak dan pipi tidak cembung c) Cara melatih 1.1. Secara visual Ajaklah anak memperhatikan bibir guru pada cermin, kemudian anak menyamakannya. Ucapkan kata-kata lembaga seperti makan, mata, mama, kamar, dsb, kemudian anak menirukannya. 20

21 Tulislah suku katama, mi, mu, me, mo, lalu ajaklah anak untuk meraban. Ma ma mama mamama maaaaaaaaaaaaaa ma mama Mo mo momo momomo moooooooooooooo mo momo Mi mi mi mimi mimimi miiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii mi mimi 1.2. Secara haptik Ajaklah anak untuk merasakan getaran pada bibir, leher, pipi atau dada dengan cara silang Berilah latihan mengunyah dengan bibir rapat, tetapi tidak tegang, atau latihan menggumam yang dilanjutkan dengan meraban bervariasi 5) Fonem /N/ (fonem dental, sengau, bersuara) a) Dasar ucapan fonem /N/ : ujung lidah dan lengkung kaki gigi atas b) Pembentukannya 1.1. Ujung lidah dan pinggir lidah menutup dan menempel pada alur kaki gigi atas. Kedua bibir terbuka sedikit, posisi anak tekak terkulai. Langit-langit lembut tidak tegang. Gigi atas dan bawah tidak merapat Aliran udara melalui hidung, sedang aliran udara melaui mulut terhenti karena ujung lidah dan pinggir lidah mengenai alur kaki gigi atas Udara di dalam mulut dan hidung beresonansi, getaran suara dapat dirasakan pada hidung, pipi, leher dan dada. c) Cara melatih 1.1. Secara visual Ajaklah anak memperhatikan bibir guru pada cermin, kemudian anak menyamakannya. Ucapkan kata lembaga seperti nasi, nanas, dsb kemudian anak menirukannya. Ajaklah anak meraban Na na nana nananana naaaaaaaaaaaaaaa na na nana 21

22 No no nono nononono noooooooooooooo no no nono Ni ni nini nininininini niiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii ni ni ninini 1.2. Secara haptik Ajaklah anak untuk merasakan getaran pada hidung, pipi, leher, dan dada dengan cara silang. Ajaklah anak meraban bervariasi sambil merasakan getaran yang terjadi Apabila dengan cara di atas anak belum bisa mengucapkan maka perlu ditinjau kembali kemampuan mengucapkan fonem /m/ atau fonem lain yang sekelompok. 6) Fonem /R/ ( dental, getar, bersuara) a) Dasar ucapan fonem /r/ : ujung lidah dan lengkung kaki gigi atas b) Pembentukannya 1.1. Lidah diangkat tidak tegang, ujung lidah menyentuh lengkung kaki gigi atas. Pinggir lidah menyentuh geraham, gigi atas dan bawah berjarak kira-kira 1 cm, langit-langit lembut diangkat Udara hembusan napas diarahkan pada ujung lidah, terjadilah getaran pada ujung lidah c) Cara melatih 1.1. Secara visual Ajaklah anak mengucapkan kata lembaga seperti rusa, rumah, dst serta mengamati posisi lidah yang bergetar saat mengucapkan pada cermin. Berilah kesempatan pada anak berlatih menggetarkan lidah sebanyak-banyaknya. Ajaklah anak meraban. Ra ra rara rararara raaaaaaaaaaaaa ra ra rara Ro ro roro rorororo roooooooooooo ro ro roro Ri ri ri riri riririri riiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii ri ri riri 1.2. Secara haptik 22

23 Ajaklah anak merasakan aliran udara pada telapak tangan atau ujung jarinya pada saat mengucapkan fonem /r/ Getaran dapat dirasakan pada leher, bawalah meraban. Semua indera pada anak dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan feed back terhadap ucapannya sendiri. Indera tersebut adalah penglihatan, pendengaran, perasaan dan perabaan yang secara integral akan selalu dimanfaatkan dalam proses pembelajaran bahasa anak, baik secara klasikal maupun secara individual. Materi percakapan biasa diambil dari hasil percakapan hari itu, tetapi bisa juga dari gambar-gambar yang ada yang menarik bagi anak. Biasa juga dari alat permainan yang ada didekat anak. Materi yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak serta kondisi masing-masing individu. Pada latihan individual anak mendapatkan latihan secara intensif dari berbagai aspek bahasa. Misalnya: Ayo kita berdoa! Terlambat lagi! Siapa tidak masuk sekolah? Pelaksana adalah guru kelas atau guru khusus bahasa. bahan sudah diambil dari hasil percakapan yang mengandung fonem yang telah diprogramkan secara klasikal atau individual. Tahapan perbaikan/penyadaran misalnya: Perbaikan tekanan : bukan Ani tetapi Toto. Perbaikan intonasi : si a pa? 23

24 IV. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Program pengembangan bahasa-wicara pada anak tunarungu dapat dilakukan pada saat proses belajar mengajar di kelas (secara klasikal) dan pada ruang khusus therapy bicara (secara individual). Secara klasikal dilaksanakan di kelas pada jam pelajaran bahasa setelah guru menuliskan visualisasi atau hasil percakapan. Secara individual dilaksanakan pada ruang khusus pengembangan bahasa. 2. Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran bahasawicara anak tunarungu adalah: (1) alat-alat rangsangan visual, (2) alat-alat rangsangan auditoris, (3) alat-alat rangsangan vibrasi, (4) alat-alat untuk latihan pernapasan, dan (5) alat-alat untuk latihan pelepasa organ bicara. 3. Metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa-wicara anak tunarungu: (1) metode percakapan, (2) metode bermain, (3) metode meraban, (4) metode imitasi, (5) metode reaktif, (6) metode akustik, (7) metode taktial, visual, dan auditori. Sedangkan tekhnik yang digunakan: (1) tekhnik latihan organ bicara anak tunarungu, (2) tekhnik pembelajaran bahasa-wicara anak tunarungu, (3) tekhnik melatih dan memperbaiki ucapan fonem. B. Saran 1. Bagi tenaga pendidik TKLB: dalam menyusun program pembelajaran bahasa-wicara anak tunarungu kiranya memperhatikan karakteristik setiap anak dan tingkat ketunarunguannya sebelum menentukan metode dan tekhnik latihannya. 2. Guru TKLB agar senantiasa memperluas wawasan dan meningkatkan kompetensi dengan melalui pelatihan, seminar, dan forum ilmiah lainnya, agar dapat mengimplementasikan pengetahuannya dalam pembelajaran di sekolah. 24

25 DAFTAR PUSTAKA Aisyah Siti, dkk Perkembangan Dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Edisi Kesatu. Cetakan pertama. Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Informasi Pendidikan Untuk Anak Tunarungu. Diakses Juli Edja Sadjaah & Dardjo Sukarja, 1995.Bina Bicara persepsi Bunyi dan Irama. Depdikbud. Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu Pangudi Luhur. Dicetak Ulang Oleh Panitia Pelatihan Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu Metode Percakapan Reflektif. LPATR Pangudi Luhur. Maimunah Hasan, Mei PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini); Cetakan Pertama. DIVA Press. Baturetno, Jogjakarta. Diadaptasi dari Helping Children Who Are Deaf Memapukan Pendidikan Untuk Anak Tunarungu. Yayasan Hesperian. Mufti Salim, Pendidikan Anak Tunarungu Untuk SGPLB.Jakarta. Depdikbud Petunjuk Pelaksanaan Bina Bicara Pada Anak Tunarungu. Yayasan Santi Rama. Tim Pengembang Pusat Kurikulum Direktorat PAUD Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. UNJ. Ummul Mustafiah Hasan, Dra. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Probolinggo. Sumber Taman Kota. Diakses Juli

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575 Telp. (0274) 882481 Email: hermanuny@yahoo.com atau hermansp@uny.ac.id 1 ORGAN ARTIKULASI Bibir atas (labium superior) Bibir bawah (labium imperior)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian merupakan suatu atribut

Lebih terperinci

PENERAPAN TERAPI WICARA KONSONAN B/P/M/W UNTUK ANAK LAMBAT BICARA USIA 4 TAHUN. Inna Hamida Zusfindhana

PENERAPAN TERAPI WICARA KONSONAN B/P/M/W UNTUK ANAK LAMBAT BICARA USIA 4 TAHUN. Inna Hamida Zusfindhana Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 19 PENERAPAN TERAPI WICARA KONSONAN B/P/M/W UNTUK ANAK LAMBAT BICARA USIA 4 TAHUN Inna Hamida Zusfindhana Prodi PLB, IKIP PGRI Jember naahamida@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Mata Kuliah. Optimalisasi Pendengaran

Mata Kuliah. Optimalisasi Pendengaran Mata Kuliah Artikulasi dan Optimalisasi Pendengaran Metode Sarana dan Prasarana Artikulasi dan Optimalisasi Pendengaran Metode Pengajaran Artikulasi Metode Visual Metode Imitasi Metode Peragaan/Dramatisasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU JASSI_anakku Volume 7 Nomor 1 Juni 007 hlm 101-110 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU Tati Hernawati Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Tulisan ini memberikan

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Program Khusus : Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama Paket Keterampilan : Kekhususan SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA TUNARUNGU (SMPLB-B) DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN. Oleh : Dra. Tati Hernawati, M.Pd.

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN. Oleh : Dra. Tati Hernawati, M.Pd. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN Oleh : Dra. Tati Hernawati, M.Pd. ============================================================== Pendekatan dan Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan interaksi sosial dan hubungan timbalbalik di sekolah khususnya

BAB I PENDAHULUAN. melakukan interaksi sosial dan hubungan timbalbalik di sekolah khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan untuk hidup secara bersama-sama yang senatiansa mengadakan suatu hubungan komunikasi antarsesama di lingkungan sosial bermasyarakat. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari

BAB I PENDAHULUAN. Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari bahasa yang digunakan individu dalam berkomunikasi. Komunikasi adalah pengiriman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diperoleh data bahwa siswa tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai keterampilan membaca permulaan.

Lebih terperinci

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Pemerolehan Bahasa,kesiapan Bicara DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Persyaratan Perolehan Bahasa Pada Anak 1. Anak perlu memperoleh akses bahasa informasi kebahasaan dalam jumlah yang sangat besar. 2. Anak selalu

Lebih terperinci

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Bicara Pemerolehan Bahasa,kesiapan Bicara DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Pengertian Bicara suatu proses pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan alat ucap manusia. merupakan produksi suara secara

Lebih terperinci

Konsep Dasar Artikulasi

Konsep Dasar Artikulasi Mata Kuliah Artikulasi dan Optimalisasi Pendengaran Konsep Dasar Artikulasi Pengertian artikulasi berasal dari kata articulation yang artinya adalah pengucapan, maksudnya pengucapan lambang bunyi bahasa

Lebih terperinci

MEDIA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN. Oleh: Dra. Tati Hernawati, M.Pd.

MEDIA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN. Oleh: Dra. Tati Hernawati, M.Pd. MEDIA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN Oleh: Dra. Tati Hernawati, M.Pd. ============================================================== Media dan prasarana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang berbeda-beda, kesempurnaan tidak dapat hanya dilihat dari keadaan fisiknya saja. Melainkan kita harus melihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunarungu seringkali memiliki kebiasaan-kebiasaan yang salah saat berbicara terutama ketika melafalkan kata-kata. Kondisi tersebut merupakan dampak dari

Lebih terperinci

LATIHAN-LATIHAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN

LATIHAN-LATIHAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN LATIHAN-LATIHAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN PENDAHULUAN Latihan artikulasi dan latihan mengoptimalisasikan pendengaran merupakan bagian dari proses pembelajaran artikulasi yang berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak normal, usia 6 tahun merupakan masa yang paling sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa mendatang. Bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang diciptakan ke dunia ini mempunyai keadaan fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang berbeda-beda pula. Kesempurnaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bicara merupakan salah satu komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan alat ucap manusia. Bicara berarti memproduksi suara yang sistematis dari dua aspek yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Untuk dapat berhubungan dan saling memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Labioshizchis atau lebih dikenal dengan bibir sumbing ini merupakan kelainan bawaan yang timbul saat pembentukan janin yang menyebabkan adanya celah di antara kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa tunarungu adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam pendengaran, sehingga untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri di dalam hidupnya.manusia membutuhkan manusia lain untuk melakukan banyak hal sepanjang hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara (communicative competence) seorang anak dengan anak yang lain berbeda-beda. Ada anak yang perkembangan

Lebih terperinci

Pengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu

Pengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu Riset» Pengembangan Komunikasi Verbal* Deis Septiani, Neni, Musjafak Pengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu Deis Septiani, Neni Meiyani, Musjafak Assjari Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PORTABLE ARTICULATION MIRROR

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PORTABLE ARTICULATION MIRROR PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PORTABLE ARTICULATION MIRROR (PAM) TERHADAP KEMAMPUAN BICARA HURUF BILABIAL ANAK TUNARUNGU DI KELAS 1-A SEKOLAH LUAR BIASA WIYATA DHARMA I TEMPEL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang

Lebih terperinci

3/10/2012 TEKNIK VOKAL. Oleh WING W PANDU.

3/10/2012 TEKNIK VOKAL. Oleh WING W PANDU. 3/10/2012 TEKNIK VOKAL Oleh WING W PANDU www.rumahseni2.net TEKNIK VOKAL Oleh WING W PANDU Bernyanyi merupakan sebuah kegiatan seni yang paling murah dalam hal sarana. Karena semua alat sudah dimiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

II. Deskripsi Kondisi Anak

II. Deskripsi Kondisi Anak I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 65 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa tunarungu

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah dianugerahi oleh Tuhan dengan pancaindera yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya perubahan yang dilakukan manusia, oleh karena itu pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri sehingga akan melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam hal ini membaca merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam hal ini membaca merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi manusia, berupa lambang atau tanda dan selalu mengandung pikiran perasaan. Di dalam kegiatan komunikasi ini manusia menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut Paud merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak di kemudian

Lebih terperinci

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS (Model Bahan Ajar Program Khusus Tunarungu SLB) Oleh: Tim Pengembang KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BUKU CERITA SIBI BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN PENGETAHUAN ANAK TUNARUNGU. Oleh: Dariman 1

PEMANFAATAN BUKU CERITA SIBI BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN PENGETAHUAN ANAK TUNARUNGU. Oleh: Dariman 1 PEMANFAATAN BUKU CERITA SIBI BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN PENGETAHUAN ANAK TUNARUNGU Oleh: Dariman 1 1. PENGANTAR Berbahasa menjadi sebuah kemampuan yang perlu di kembangkan sejak dini terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan kelompok potensial dalam masyarakat yang perlu mendapat perhatian dan proritas khusus, baik para orang tua dan lembaga pendidikan. Keputusan

Lebih terperinci

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal. Penelitian ini dilakukan di kelas I SD Negeri Kebolampang Kecamatan Winong Kabupaten Pati Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MASA BAYI

PERKEMBANGAN MASA BAYI PERKEMBANGAN MASA BAYI Tahap Masa Bayi Neonatal (0 atau baru Lahir-2 minggu Bayi (2 minggu- 2 tahun) TUGAS PERKEMBANGAN MASA BAYI Belajar makan makanan padat Belajar berjalan Belajar bicara Belajar menguasai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebabkan penyakit, kecelakaan, atau sebab lain yang tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebabkan penyakit, kecelakaan, atau sebab lain yang tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu Anak berkelainan pendengaran atau tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan atau kerusakan pada satu atau lebih organ

Lebih terperinci

GAME SOCIUS SEBAGAI MEDIA BANTU BELAJAR BERBAHASA PADA ANAK-ANAK TK TUNARUNGU DENGAN METODE MATERNAL REFLEKTIF DI TKLB-B WIDYA BAKTI SEMARANG

GAME SOCIUS SEBAGAI MEDIA BANTU BELAJAR BERBAHASA PADA ANAK-ANAK TK TUNARUNGU DENGAN METODE MATERNAL REFLEKTIF DI TKLB-B WIDYA BAKTI SEMARANG GAME SOCIUS SEBAGAI MEDIA BANTU BELAJAR BERBAHASA PADA ANAK-ANAK TK TUNARUNGU DENGAN METODE MATERNAL REFLEKTIF DI TKLB-B WIDYA BAKTI SEMARANG Ahmad Roni Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia mendapatkan pengetahuan salah satunya dari indera pendengaran. Melalui pendengaran manusia meniru apa yang dikatakan oleh manusia lain. Dari hasil

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Ihwan Salis Qoimudin NIM

SKRIPSI. Oleh Ihwan Salis Qoimudin NIM PENINGKATAN KETERAMPILAN ARTIKULASI MELALUI PENDEKATAN VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK, TAKTIL (VAKT) PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR II DI SLB WIYATA DHARMA 1 TEMPEL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Program Khusus Paket Keterampilan : Bina Komunikasi Persepsi dan Irama : Kekhususan SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNARUNGU (SDLB-B) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis PROGRAM PEMBELAJARAN BAGI ANAK AUTISTIK Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis MEMILIH PROGRAM PEMBELAJARAN Program Penilaian Kemampuan Memilih Program untuk memulai pembelajaran Saatnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal. Penelitian ini dilakukan di kelas I MI Miftahul Ulum Curah Keris Kalipang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan Tahun

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERSEPSI BUNYI SISWA TUNARUNGU KELAS TAMAN KANAK-KANAK DI SLB TUNAS BHAKTI PLERET SKRIPSI

PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERSEPSI BUNYI SISWA TUNARUNGU KELAS TAMAN KANAK-KANAK DI SLB TUNAS BHAKTI PLERET SKRIPSI PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERSEPSI BUNYI SISWA TUNARUNGU KELAS TAMAN KANAK-KANAK DI SLB TUNAS BHAKTI PLERET SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN BINA WICARA PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB NEGERI 2 BANTUL TUGAS AKHIR SKRIPSI

PELAKSANAAN BINA WICARA PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB NEGERI 2 BANTUL TUGAS AKHIR SKRIPSI PELAKSANAAN BINA WICARA PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB NEGERI 2 BANTUL TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Konsep Dasar Ketunarunguan a. Pengertian Anak Tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata Tuna dan Rungu. Tuna artinya kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. Komunikasi yang

Lebih terperinci

MATERI PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN. Oleh: Dra. Tati Hernawati,M.Pd.

MATERI PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN. Oleh: Dra. Tati Hernawati,M.Pd. MATERI PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN Oleh: Dra. Tati Hernawati,M.Pd. =========================================================== Materi pembelajaran akan dibahas secara terpisah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Perkembangan pendidikan anak usia dini (PAUD) menuju kearah yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Dwi Lestari,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Dwi Lestari,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan individu untuk saling menyampaikan dan menerima pesan. Pesan yang dimaksud akan sampai jika bahasa tersebut

Lebih terperinci

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan KOMPETENSI LULUSAN Berkomunikasi tertulis Berfikir Analitis Bekerja dalam Tim Ilmu Pengetahuan Teknologi Bekerja Mandiri Berfikir Logis Berkomunikasi Lisan Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini membuat instrumentasi untuk mendeteksi gangguan artikulasi dan pedoman terapi berbicara. Setelah menemukan instrumen yang tepat, penelitian ini juga menyajikan pola gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena melalui bahasa manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi beberapa simpulan dan saran. Beberapa simpulan hasil penelitian sebagai jawaban terhadap masalah-masalah penelitian yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus salah satu tujuannya adalah agar anak dapat mengurus diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Agar dapat mengurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami perubahan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra Tindakan Setelah peneliti melaksanakan pengumpulan data, maka dapat disajikan data tentang kemampuan penguasaan kosa kata siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterkaitan antara pendengaran dengan kemampuan berbahasa sangat erat, karena kemampuan berbahasa diperoleh melalui proses mendengar, dengan mendengar seseorang dapat

Lebih terperinci

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN 1 DEFINISI HEARING IMPAIRMENT (TUNARUNGU) TERKANDUNG DUA KATEGORI YAITU: DEAF (KONDISI KEHILANGAN PENDENGARAN YANG BERAT) DAN HARD OF HEARING (KEADAAN MASIH MEMILIKI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI PADA BAYI DAN BALITA A. PENGERTIAN KOMUNIKASI Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep a. Variabel Bebas Variabel bebas adalah yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan ataupun timbulnya variabel terikat, atau disebut

Lebih terperinci

ANIS SILVIA

ANIS SILVIA ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lia Afrilia,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lia Afrilia,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hambatan anak tunarungu dalam membaca permulaan terjadi pada YC. Subjek YC mengalami katunarunguan yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan bahasa dan bicara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini, karena usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat bersosialisasi, bahasa juga merupakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF MELALUI PERMAINAN MENGURAIKAN KATA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM. Pebriani.

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF MELALUI PERMAINAN MENGURAIKAN KATA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM. Pebriani. PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF MELALUI PERMAINAN MENGURAIKAN KATA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM 1 Pebriani Abstrak Kemampuan Anak Mengenal huruf masih rendah. Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

SILABUS TEMATIK. Satuan Pendidikan : SD/ MI Kelas/ Semester : I/ 1 : Diri Sendiri

SILABUS TEMATIK. Satuan Pendidikan : SD/ MI Kelas/ Semester : I/ 1 : Diri Sendiri SILABUS TEMATIK Satuan Pendidikan : SD/ MI Kelas/ Semester : I/ 1 Tema : Diri Sendiri Kompetensi Dasar Mendengarkan 1.1 Membedakan berbagai bunyi bahasa Indikator 1.1.1Mengenal bunyi bahasa (a, i, m, n)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI TUNARUNGU PENGAMPU ENDANG RUSYANI

SISTEM KOMUNIKASI TUNARUNGU PENGAMPU ENDANG RUSYANI SISTEM KOMUNIKASI TUNARUNGU PENGAMPU ENDANG RUSYANI Latar Belakang Ketidak puasan terhadap oral dan manual - Tidak semua ATR dapat mengembangkan cara berkomunikasi dengan berbicara - Esensi komunikasi,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah anak yang berusia mulai nol tahun hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun. Pendidikan anak usia dini yang terfokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN A. Analisis Pemanfaatan Teknik Menyanyi Dalam Pembelajaran Hafalan Kosakata

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN LUAR BIASA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN LUAR BIASA BAB II PENGEMBANGAN KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (PKPBI) BAGI PESERTA DIDIK TUNARUNGU Penyusun: TIM PENGEMBANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi. Misalkan dalam bahasa

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi. Misalkan dalam bahasa BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Fonem Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan

Lebih terperinci

FONETIK DAN FONOLOGI. Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun

FONETIK DAN FONOLOGI. Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun FONETIK DAN FONOLOGI Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun FONETIK DAN FONOLOGI Pengenalan Fonetik dan Fonologi. FONETIK FONOLOGI BIDANG ILMU FONETIK FONETIK Fonetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nuraeni, 2014 Meningkatkan kemampuan berbicara melalui Penggunaan media puzzle

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nuraeni, 2014 Meningkatkan kemampuan berbicara melalui Penggunaan media puzzle 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan bagi perkembangan bahasa anak. Perkembangan bahasa merupakan kemampuan

Lebih terperinci

Makalah ASPEK BAHASA pada anak usia 0-5 tahun. Oleh: Fitriani Y. Lubis, M.Psi, Psikolog Staf Pengajar Fakultas Psikologi UNPAD

Makalah ASPEK BAHASA pada anak usia 0-5 tahun. Oleh: Fitriani Y. Lubis, M.Psi, Psikolog Staf Pengajar Fakultas Psikologi UNPAD Makalah ASPEK BAHASA pada anak usia 0-5 tahun Oleh: Fitriani Y. Lubis, M.Psi, Psikolog Staf Pengajar Fakultas Psikologi UNPAD Untuk dipresentasikan pada Kegiatan Parenting pada Sabtu, 6 Desember 2008 SALMAN

Lebih terperinci

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal 1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyana (2010:108), salah satu prinsip komunikasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyana (2010:108), salah satu prinsip komunikasi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Mulyana (2010:108), salah satu prinsip komunikasi adalah setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi. Oleh karena itu, manusia tidak dapat tidak berkomunikasi.

Lebih terperinci

ali muqoddas, S.Sn, M.Kom

ali muqoddas, S.Sn, M.Kom ali muqoddas, S.Sn, M.Kom ali.dinus@gmail.com 0823 2707 9971 skil presentasi Olah Vocal apa yang membedakan cara berpidato mereka? adalah elemen penting dalam presentasi lebih dari sekedar menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara, 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa mempunyai tujuan agar siswa terampil berbahasa yang meliputi keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, keterampilan membaca dan keterampilan

Lebih terperinci

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU NO. MATRIKULASI : 720925135253001 NO. KAD PENGNEALAN : 720925135253 NO. TELEFON : 012-8832169 E-MEL : aubrey_austin@oum.edu.my

Lebih terperinci